Simpatis Dan Parasimpatis

4
Simpatis dan parasimpatis Sistem saraf otonom (ANS) dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Biasanya kedua sistem ini aktif secara bersamaan. Mereka memperlihatkan tingkat aktivitas yang disebut tonus otonom. Keseimbangan antara tonus simpatik dan parasimpatik berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Divisi parasimpatis mendominasi selama kondisi istirahat dan tidur (“rest and digest”), karena memiliki efek menenangkan pada banyak fungsi tubuh. Hal ini terkait dengan pengurangan pengeluaran energi dan perawatan tubuh normal,seperti fungsi pencernaan dan eliminasi zat-zat ekskresi. Dominasi parasimpatis juga terjadi pada kondisi yang disebut SLUDD (Salivation, Lacrimation, Urination, Digestion, Defecation). Sedangkan selama stress dan “E” situation (Exercise, Emergency, Excitement, Embrassement) divisi simpatis lebih mendominasi. Walter Cannon mengistilahkan aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or flight karena aktivitas simpatis ini mendominasi disaat kita harus menyerang, mempertahankan diri atau melarikan diri terhadap situasi yang membahayakan. Emm, karena judulnya Fight or Flight, jadi kita bahas yang divisi simpatisnya aja ^^ Pertama tentang neurotransmitternya (NTs) : Serat preganglionik simpatis mengeluarkan NTs Acetylcholin (disebut serat kolinergik.) Sedangkan serat postganglionicnya mengeluarkan Norepinephrine / Epinephrine (disebut serat adrenegrik). NE memiliki afinitas yang lebih kuat pada reseptor adrenegrik α. Epinephrine bisa berikatan pada reseptor adrenegrik α maupun β, tapi afinitasnya lebih besar untuk reseptor β. Reseptor adrenegrik α mendorong vasokonstriksi, sedangkan β mendorong vasodilatasi. lebih banyak reseptor β daripada α Pada otot skelet (β 2 ) dan jantung (β 1 ) sehingga saat terjadi aktivasi simpatis

description

file

Transcript of Simpatis Dan Parasimpatis

Page 1: Simpatis Dan Parasimpatis

Simpatis dan parasimpatis

Sistem saraf otonom (ANS) dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Biasanya kedua sistem ini aktif secara bersamaan. Mereka memperlihatkan tingkat aktivitas yang disebut tonus otonom. Keseimbangan antara tonus simpatik dan parasimpatik berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Divisi parasimpatis mendominasi selama kondisi istirahat dan tidur (“rest and digest”), karena memiliki efek menenangkan pada banyak fungsi tubuh. Hal ini terkait dengan pengurangan pengeluaran energidan perawatan tubuh normal,seperti fungsi pencernaan dan eliminasi zat-zat ekskresi. Dominasi parasimpatis juga terjadi pada kondisi  yang disebut SLUDD (Salivation, Lacrimation, Urination, Digestion, Defecation).Sedangkan selama stress dan “E” situation (Exercise, Emergency, Excitement, Embrassement) divisi simpatis lebih mendominasi. Walter Cannon mengistilahkan aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or flight karena aktivitas simpatis ini mendominasi disaat kita harus menyerang, mempertahankan diri atau melarikan diri terhadap situasi yang membahayakan.Emm, karena judulnya Fight or Flight, jadi kita bahas yang divisi simpatisnya aja ^^Pertama tentang  neurotransmitternya (NTs) :

Serat preganglionik simpatis mengeluarkan NTs Acetylcholin (disebut serat kolinergik.) Sedangkan serat postganglionicnya mengeluarkan Norepinephrine / Epinephrine (disebut serat adrenegrik).

NE memiliki afinitas yang lebih kuat pada reseptor adrenegrik α. Epinephrine bisa berikatan pada reseptor adrenegrik α maupun β, tapi

afinitasnya lebih besar untuk reseptor β. Reseptor adrenegrik α mendorong vasokonstriksi, sedangkan β

mendorong vasodilatasi. lebih banyak reseptor β daripada α Pada otot skelet (β2) dan jantung

(β1)  sehingga saat terjadi aktivasi simpatis dimana E dan NE dikeluarkan akan memacu dilatasi pembuluh darah yang ke otot skelet dan jantung.

Sedangkan pada jaringan yang lain reseptor α > β sehinnga memicu vasokonstriksi.

Lanjut.. kita bahas tentang stress yang merupakan salah satu kondisi yang didominasi oleh saraf simpatis ^^

Stress = reaksi fisiologis terhadap persepsi dari peristiwa yang mengancam

Page 2: Simpatis Dan Parasimpatis

Stressor = stimulus apapun yang menghasilkan respon stress (eg : panas, dingin, racun,toxin bakteri, perdarahan hebat, atau reaksi emosional yang kuat seperti marah, takut)

Stress response = reaksi individu terhadap stressor. Respon terhadap stressor ini bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan juga bervariasi pada setiap orang. Stress response ini dikontrol utamanya oleh hypothalamus. Jika stress tersebut extreme, tidak biasa dan berlangsung lama maka mungkin mekanisme homeostasis tubuh tidak bisa mengatasi stress sehingga bisa trjadi perubahan dalam tubuh individu.

Menurut Tortora, respons stress ini dibagi jadi 3 tahap :

Pertama : Response Fight or Flight

impuls saraf dari hypothalamus akan disampaikan ke divisi simpatis untuk secara langsung menimbulkam beberapa efek pada organ target atau secara tidak langsung dengan merangsang medulla adrenal mengeluarkan Epinephrine (>90%) dan Norepinephrine (>10%) yang juga akan berpengaruh pada organ target. Efek-efek yang timbul dari aktivitas simpatis:

1. Dilatasi pupil2. Konstriksi pembuluh darah keginjal, kulit dan GIT3. Dilatasi pembuluh darah ke otot skelet, jantung, paru,hepar, jaringan

adiposa, dan otak.4. Meningkatnya denyut jantung, kontraksi otot jantung lebih kuat5. Meningkatnya tekanan darah karena meningkatnya cardiac output

(karena naiknya Heart rate dan Stroke Volume), resistensi perifer dan retensi air oleh ginjal

6. Dilatasi jalan nafas yang mempercepat inhalasi dan ekshalasi (meningkatkan frekuensi pernapasan)

7. Meningkatnya glicogenolysis oleh sel hepar dan lipolysis oleh sel adiposa sehingga kadar glukosa darah meningkat.

Tahap kedua : Reaksi Resistensi

-Diinisiasi oleh hormon-hormon yang disekresi oleh hypothalamus yaitu CRH, GHRH dan TRH

-CRH merangsang ACTH dikeluarkan dari adenohipofisis → cortex adrenal mensekresi kortisol yang punya efek : Gluconeogenesis, lipolysis, ↑ katabolisme protein (sehingga tersedia bahan bakar untuk menghasilkan energi), ↑ aliran darah dan mengurangi inflamasi.

Page 3: Simpatis Dan Parasimpatis

-GHRH merangsang hGH dikeluarkan dari adenohypofisis → liver mensekresi IGFs yang akan menstimulasi lipolysis dan glicogenolysis

-TSH menstimulasi gland thyroid mensekresi T3 dan T4 → meningkatkan penggunaan glukosa untuk menghasilkan ATP.Tahap ini membantu tubuh melanjutkan “pertarungan” melawan stressor lebih lama setelah respons fiht or flight hilang.

Tahap ketiga : Kelelahan (Exhaustion)

Sumber-sumber dalam tubuh mungkin sangat rendah sehingga tubuh tidak bisa mempertahankan tahap resistensi, maka bisa terjadilah kelelahan. Pajanan yang terlalu lama terhadap kortisol pada reaksi resistensi menyebabkan meningkatnya kerusakan jaringan otot,  ↑ tekanan darah, cardiac aritmia, atherogenesis menekan sistem imun, ulkus di GIT, gastritis, depresi dan , gagalnya sel-sel β pankreas yang bisa menyebabkan diabetes. Orang-orang yang sering stress memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit kronis.