Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

21
Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana Daendels di Weltevreden, Batavia Rousan Ilmy Hustamely 1 , Kemas Ridwan Kurniawan 1 1 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai sebuah bangunan yang terasa memiliki suatu pengaruh kuasa terhadap lingkungan sekitarnya, seperti yang dapat kita temui pada monumen dan istana. Hal ini menjelaskan bahwa dalam arsitektur, kuasa dapat hadir melalui bentuk-bentuk dan elemen-elemen tertentu yang ada pada sebuah bangunan. Mengetahui bagaimana hubungan antara arsitektur dengan kuasa merupakan tujuan dari skripsi ini. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi berbagai referensi terkait representasi kuasa melalui bentuk simbolis, dengan studi kasus Istana Daendels di Weltevreden, Batavia. Gaya Empire pada bangunan tersebut akan dianalisis sebagai suatu bentuk simbolis dalam merepresentasikan kekuasaan Belanda- Perancis di Batavia pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di awal abad ke 19. Bagaimana sebuah karya arsitektur dapat menjadi simbol kekuasaan, elemen arsitektur apa saja yang dapat menunjukan kuasa pada sebuah bangunan, dan bagaimana peran bentuk simbolis dalam merepresentasikan kuasa tersebut; dengan mengkaitkannya dengan teori mengenai kuasa dan simbol, kemudian akan dianalisis dan ditarik kesimpulan mengenai bagaimana hubungan antara arsitektur dengan kekuasaan. Symbol and Power Case Study: Empire Style at Daendels Palace in Weltevreden, Batavia Abstract Sometimes, we encounter a building that emits the sense of power over its surrounding environment, such as monuments and palaces. It explains that in architecture, power can be presented through some forms and certain elements of a building. The objective of this work is to know how the relations between architecture and power. The study is conducted by literature reviews about power representation through symbolic forms, with a case study of Daendels Palace in Weltevreden, Batavia. Empire style of the building will be analyzed as a symbolic form in representing the Dutch-French authority in Batavia at the reign of Governor General Herman Willem Daendels in the early 19th century. How an architectural work can be a symbol of power, what architectural element that can demonstrate power in a building, and how the role of symbolic form in representing the power; by linking with the theories about power and symbol, will then be analyzed and drawn a conclusion about how the relationship between architecture and power. Keywords: Batavia; Daendels Palace; Empire Style; power representation; symbolic form; Weltevreden 1. Pendahuluan Ruang lingkup arsitektur memiliki ranah yang luas, hal ini dikarenakan arsitektur merupakan bidang multidisiplin yang berkaitan dengan isu-isu sosial, budaya, agama, teknologi, sains, sejarah, filsafat, serta politik. Bicara mengenai isu politik, arsitektur memiliki suatu hubungan yang rumit dengan kekuasaan politik. Hal ini menimbulkan Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Transcript of Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Page 1: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana Daendels di Weltevreden, Batavia

Rousan Ilmy Hustamely1, Kemas Ridwan Kurniawan1

1Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai sebuah bangunan yang terasa memiliki suatu pengaruh kuasa terhadap lingkungan sekitarnya, seperti yang dapat kita temui pada monumen dan istana. Hal ini menjelaskan bahwa dalam arsitektur, kuasa dapat hadir melalui bentuk-bentuk dan elemen-elemen tertentu yang ada pada sebuah bangunan. Mengetahui bagaimana hubungan antara arsitektur dengan kuasa merupakan tujuan dari skripsi ini. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi berbagai referensi terkait representasi kuasa melalui bentuk simbolis, dengan studi kasus Istana Daendels di Weltevreden, Batavia. Gaya Empire pada bangunan tersebut akan dianalisis sebagai suatu bentuk simbolis dalam merepresentasikan kekuasaan Belanda-Perancis di Batavia pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di awal abad ke 19. Bagaimana sebuah karya arsitektur dapat menjadi simbol kekuasaan, elemen arsitektur apa saja yang dapat menunjukan kuasa pada sebuah bangunan, dan bagaimana peran bentuk simbolis dalam merepresentasikan kuasa tersebut; dengan mengkaitkannya dengan teori mengenai kuasa dan simbol, kemudian akan dianalisis dan ditarik kesimpulan mengenai bagaimana hubungan antara arsitektur dengan kekuasaan.

Symbol and Power Case Study: Empire Style at Daendels Palace in Weltevreden, Batavia

Abstract

Sometimes, we encounter a building that emits the sense of power over its surrounding environment, such as monuments and palaces. It explains that in architecture, power can be presented through some forms and certain elements of a building. The objective of this work is to know how the relations between architecture and power. The study is conducted by literature reviews about power representation through symbolic forms, with a case study of Daendels Palace in Weltevreden, Batavia. Empire style of the building will be analyzed as a symbolic form in representing the Dutch-French authority in Batavia at the reign of Governor General Herman Willem Daendels in the early 19th century. How an architectural work can be a symbol of power, what architectural element that can demonstrate power in a building, and how the role of symbolic form in representing the power; by linking with the theories about power and symbol, will then be analyzed and drawn a conclusion about how the relationship between architecture and power.

Keywords: Batavia; Daendels Palace; Empire Style; power representation; symbolic form; Weltevreden

1. Pendahuluan

Ruang lingkup arsitektur memiliki ranah yang luas, hal ini dikarenakan arsitektur

merupakan bidang multidisiplin yang berkaitan dengan isu-isu sosial, budaya, agama,

teknologi, sains, sejarah, filsafat, serta politik. Bicara mengenai isu politik, arsitektur

memiliki suatu hubungan yang rumit dengan kekuasaan politik. Hal ini menimbulkan

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 2: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

pertanyaan, bagaimana hubungan arsitektur dengan kekuasaan. Molly Glenn, dalam tesisnya

yang berjudul Architecture Demonstrates Power (2003), mengatakan bahwa ranah arsitektur

dapat mendemonstrasikan kekuasaan melalui simbolisasi suatu nilai atau visi tertentu ke

dalam media arsitektur ataupun ruang kota. Hal ini dia contohkan dengan keberadaan sebuah

bangunan arsitektur monumental yang mampu menunjukkan identitas suatu individu atau

kelompok yang membuatnya. Dalam kaitannya dengan kekuasaan politik, arsitektur

monumental merupakan perwujudan dari simbolisasi kekuasaan individu/komunitas tersebut.

Skripsi ini akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana suatu pengaruh kekuasaan

dapat dihasilkan oleh suatu pemerintahan, dengan menggunakan arsitektur simbolis sebagai

representasi kuasanya. Pertanyaan utama dari skripsi ini adalah seperti apakah hubungan

antara arsitektur dengan kekuasaan? Berdasarkan pertanyaan utama tersebut, muncul

pertanyaan lainnya yang dapat membantu menjawab pertanyaan tersebut.

1) Bagaimana hubungan ruang lingkup arsitektur dengan fungsi kekuasaan?

2) Elemen-elemen arsitektur apa saja yang dapat menyampaikan suatu makna melalui

bentuk simbolis tertentu kepada suatu masyarakat?

3) Bagaimana peranan bentuk simbolis dalam memberkan fungsi kontrol dan

pengawasan dalam sebuah ruang arsitektur? Tujuan penulisan skripsi ini adalah memberikan gambaran tentang hubungan antara

arsitektur dengan kekuasaan, di mana kekuasaan dihadirkan melalui bentuk simbolis

arsitektur yang merepresentasikan kuasa tersebut. Seperti yang dapat dicontohkan dengan

suatu bangunan monumen atau gaya arsitektur tertentu yang dapat memberikan representasi

kuasa terhadap suatu kelompok di bawahnya. Hal ini digambarkan pada skripsi ini melalui

studi kasus mengenai bangunan Istana Daendels pada masa kekuasaan kolonial Belanda di

Batavia (sekarang Jakarta), dengan menganalisis bagaimana bangunan tersebut dapat

melakukan fungsi kuasa dan pengawasan terhadap ruang publik di dalam kota Batavia pada

masa itu.

2. Tinjauan Teoritis

Dalam keterkaitannya dengan kekuasaan, arsitektur dapat berperan sebagai

perwujudan kuasa melalui representasi suatu bentuk yang mengandung elemen-elemen

signifikan dalam memberikan pengaruh terhadap orang yang merasakannya. Pembahasan

dilakukan dengan melihat pada dua landasan teori, yaitu teori mengenai kuasa menurut Kim

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 3: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Dovey, dan teori mengenai simbol yang menggunakan teori semiotika Roland Barthes,

Daniel Chandler dan Ernst Cassirer. Dimulai dengan pembahasan pertama mengenai power

mengenai definisi kuasa, bentuk-bentuk kuasa, dan bagaimana bentuk representasi kuasa

dalam ruang. Lalu pada bagian kedua akan membahas mengenai definisi simbol, dan

representasi bentuk simbolis dalam arsitektur.

2.1 Arsitektur dan keterkaitannya dengan Kuasa

Istilah kuasa dalam bahasa Inggris adalah Power, yang diambil dari bahasa Yunani

‘Potere’ (kemampuan untuk mencapai suatu tujuan). Menurut Oxford Learner’s Pocket

Dictionary, Power diartikan sebagai : ability to do or act (kemampuan untuk melakukan

sesuatu), particular ability of the body and mind (kekuatan khusus dari tubuh dan pikiran),

strength (kekuatan), control over other (mengontrol orang lain), political control (control

politik), legal right authority (hak otoritas), energy or force that can be use to do work

(energy atau kekuatan yang dapat digunakan untuk bekerja).

Kata Power dapat dibedakan menjadi dua pengertian yang berbeda, yaitu power over

dan power to.1 Power over (kuasa atas) merupakan pengertian yang mengacu pada hubungan

atau kedudukan antara manusia, sementara Power to (kuasa untuk) mengacu pada

kemampuan seseorang untuk menguasai/mengontrol sesuatu. Rorty (1992) juga mengatakan

bahwa kuasa adalah sebuah kemampuan untuk mendefinisikan atau mengontrol keadaan

sehingga sesesorang dapat terpengaruh untuk bertindak sesuai dengan keinginannya.

Power is the ability – probably many abilities are required – to define and control circumstances

and events so that one can influence things to go in the direction of one’s interest.

Dengan merujuk pada definisi kata kuasa, maka keterkaitan kuasa dengan arsitektur

tidak lepas dari bagaimana peranan suatu karya arsitektur dalam melakukan fungsi suatu

kuasa tertentu. Kim Dovey (1999:10), menyatakan bahwa terdapat bentuk-bentuk kuasa yang

termediasi dalam ruang arsitektur sebagai pembentuk ruang lingkup kehidupan manusia.

Bentuk-bentuk kuasa menurut Dovey, yaitu Force, Coercion (Dominantion, Manipulation,

Seduction), dan Authority.2

1Isaac(1992:2),dikutipolehKimDoveydalamFramingPlaces:MediatingPowerinBuiltForm.Hlm.92 Bentuk Force dapat terlihat pada segala bentuk pemaksaan ruang seperti pengurungan (penjara, institusipenjara),danpengasingan(benteng,batasrumah,dandindingpertahanan).SementaraCoercionmerupakanbentuk ancaman dari Force, yang dapat terlihat pada bentuk ruang yang dapat mengancam secara tidaklangsungdanmencegahperbuatanmelaluisangsiterhadapmasyarakatyangmelanggarnya.Authorityadalahbentuk kuasa yang terintegrasi dengan struktur kelembagaan sosial, seperti negara, perusahaan pribadiataupun keluarga – bentuk ini biasanya ditunjukan melalui penggunaan simbol tertentu, seperti benderanegaraataupunlogoperusahaan.(Dovey,Kim.FramingPlaces:MediatingPowerinBuiltForm.1997:10)

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 4: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Kim Dovey juga mengatakan bahwa kuasa memiliki dimensi yang berbeda pada

dialektika kuasanya, yaitu: Orientation/disorientation, Publicity/privacy, Segregation/access,

Nature/history, Stability/Change, Authentic/fake, Identity/difference, Dominant/docile, dan

Place/ideology. Semua dimensi ‘kuasa atas’ tersebut memilik praktik tersendiri dan

diselesaikan ke dalam bentuk bangunan dengan cara yang mengalir, halus, dan terselubung.

Perwujudan kuasa dapat dilakukan dengan beberapa macam hal. Menurut Kim

Dovey, perwujudan kuasa ke dalam ruang dapat dilakukan dengan representasi kuasa melalui

program spasial. Penerapan kuasa dalam program ruang dijelaskan oleh Hillier dan Hanson

(1984) mengenai segmentasi ruang dalam metodenya, spatial syntax analysis. Mereka

menjelaskan bahwa kuasa dapat dirasakan melalui pengalaman ruang seseorang ketika berada

dalam sebuah ruang dengan pola ruang dan akses tertentu. Melalui denah kita dapat melihat

bagaimana sang arsitek berupaya untuk mengatur gerak dan perilaku manusia pada suatu

ruang. Seperti pada gambar berikut, terdapat tiga pola denah yang menggunakan struktur

sintaksis yang berbeda.

Gambar1.HubungansintaksisutamaHillier-HansondanRobinson Sumber: Framing Places : Mediating Power in Built Form. Hlm. 21

Ketiga bentuk denah tersebut menjelaskan perbedaan program dan susunan ruang

dapat menentukan perilaku seseorang di dalamnya. Dalam praktik arsitektur, menurut Hillier

dan Hanson kombinasi dari ketiga bentuk struktur sintaksis inilah yang menjadi pola dasar

pada setiap bangunan.

2.2 Simbol sebagai Representasi Kuasa

Dalam dunia arsitektur terdapat bentuk-bentuk yang dapat menunjukkan suatu makna

tertentu, baik dalam skala kecil seperti bentuk suatu langgam arsitektur pada sebuah

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 5: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

bangunan, hingga dalam skala besar seperti bentuk pola bangunan pada sebuah kota. Bentuk

dari bangunan dan elemen arsitektur di dalamnya, diolah dengan ilmu arsitektur hingga dapat

menghasilkan suatu bentuk simbolis yang dapat menunjukkan suatu makna tertentu.

Pembahasan mengenai simbol (Symbol) berkaitan dengan makna (meaning). Dovey

(1997) menjelaskan bagaimana arti sebuah tempat yang dapat dibangun melalui teks. Dovey

mengutip Roland Barthes dalam catatannya yang membahas model semiotik Saussure dalam

membangun ilmu pengetahuan secara umum mengenai tanda (sign).3 Menurut Saussure, sign

adalah konjungsi dari signifier/signified, di mana ”signifier“ adalah sebuah bentuk yang

memberikan makna seperti kata-kata atau gambar; dan ”signified “ adalah sebuah konsep

mental yang terbentuk dalam pikiran seperti konten atau makna dibaliknya. Seperti misalnya

ketika kita melihat teks tulisan atau mendengar ucapan kata “pohon”, pasti yang akan

terpikirkan oleh otak kita adalah pohon sebagaimana aslinya. Teks tulisan atau pengucapan

kata tersebut merupakan signifier dari kenyataan tentang pohon yang telah ter-signified dalam

otak kita.

3SumbermengenaisemiologiolehBarthes(1967,1973,1974,1976,1979,1988),dikutipolehKimDoveydalamFramingPlaces:MediatingPowerinBuiltForm.Hlm.29

Gambar4.OgdenSemioticTriangle(akaTheSemioticTriangle)Sumber: Ogden, C. K. & Richard, I. A. (1923). The Meaning of Meaning. Hlm. 11

Gambar3.Conceptandsoundpattern Sumber: Semiotics: The Basics (2nd ed.), 2002. Hlm. 15

Gambar2.Saussure’smodelofthesign Sumber: Semiotics: The Basics (2nd ed.), 2002. Hlm. 14

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 6: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Gambar5.Penggunaanelemenarsitekturkolom,atap,gerbang,danornamensebagaibentuksimbolis Sumber : (kiri atas) Body, Memory, and Architecture; 1977. Hlm. 7 (kanan atas) Body, Memory, and Architecture; 1977. Hlm. 8 (kiri bawah) https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Édouard_Baldus,_Arc_de_triomphe_du_Carrousel,_1850s.jpg (kanan bawah) https://www.etsy.com/listing/64436820/1906-types-of-windows-middle-ages-tudor

Dalam konteks arsitektur, melihat pada diagram Semiotic Triangle di atas, dapat

dijelaskan bahwa pada suatu bangunan terdiri dari struktur bentuk dan elemen arsitektur

tertentu seperti skala bangunan, bentuk fasad, kolom, dinding, atap, dll. Pola dari elemen-

elemen tersebut adalah signifier, yang merepresentasikan suatu makna melalui bentuk

simbolis yang dimilikinya (Symbol). Konsep dan konten berupa ide dan makna di balik pola

elemen-elemen tersebut merupakan signified yang berupa pikiran (tought of reference), di

mana pikiran yang terbentuk pada otak tiap individu atau kelompok akan berbeda mengenai

bangunan tersebut. Hal-hal yang membuat perbedaan pikiran tersebut adalah karena adanya

rujukan objek lain yang memiliki arti sebenarnya yang mempengaruhi persepsi manusia

dalam memahami suatu ide (referent).

Bentuk dari fasad suatu bangunan merupakan kesan pertama seseorang dalam melihat

dan memahami bangunan tersebut. Fasad menjadi penting karena melalui tampilan depan

inilah manusia dapat mengenal identitas dari sebuah bangunan. Oleh karena itu arsitek

biasanya memberikan perlakuan khusus dalam mendesain suatu fasad dari bangunan, yang

dapat menunjukan suatu ide atau makna melalui bentuk-bentuk elemen arsitekturalnya dan

komposisi di antaranya. Hal ini dapat sangat terlihat pada bangunan monumental menjadi

gambaran dari ideologi individu atau kelompok yang membuatnya. Melalui bentuk-bentuk

pada elemen arsitekturalnya, sebuah fasad dapat merepresentasikan ide dan makna kepada

orang lain dalam mengalami suatu bangunan. Adapun perlakuan arsitektural istimewa,

mencakup pada elemen-elemen arsitektur sebagai berikut.

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 7: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

3. Latar Belakang Sejarah

Penerapan kuasa ke dalam ruang lingkup arsitektur pada skripsi ini ditinjau dari

sejarah kolonialisme Belanda di Batavia pada abad ke 16 hingga abad ke 19. Belanda sebagai

salah satu negara di Eropa pada saat itu, turut berlomba dalam persaingan menjelajahi dunia

demi mencari keuntungan, kemenangan, dan menyebarkan agama Kristen (Gold, Glory, &

Gospel). Kedatangan bangsa Belanda ke Kota Jayakarta yang pada awalnya hanya bertujuan

untuk menguasai jalur perdagangan di Lautan Nusantara, namun tujuan ini berubah dengan

berencana untuk mendirikan negara koloni di sana. Kota Jayakarta yang sebelumnya

merupakan kota pelabuhan utama Kerajaan Hindu-Sunda, pada awal abad 17 telah berganti

nama menjadi Batavia dan menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara4.

Gambar6.PemandangankotaBataviasepanjangTijgersgracht(1682) Sumber: http://www.atlasofmutualheritage.nl/en/View-Tijgersgracht-(Tigers-Canal)-on-Batavia.6933

Kolonialisme Belanda telah menyebabkan munculnya arsitektur kolonial di Batavia

yang merubah bentuk dan tampilan bangunan serta gaya hidup masyarakat di sana.

Perkembangan arsitektur kolonial di Batavia dapat dibagi berdasarkan masa pemerintahan

Belanda di Nusantara yang terdiri dari masa VOC pada tahun 1602 hingga tahun 1798 dan

masa Negara koloni Hindia-Belanda yang berlangsung dari 1800 hingga 1942.5 Arsitektur

4NamaBataviadiambildarikata‘Batavier’,sebagaikenanganbangsaBelandaakansuku-bangsaBatavieryangmerupakannenekmoyangbangsaBelanda(Heuken,Adolf.1997)

5 VOC (Vereenidge Oost-Indische Compagnie) merupakan perusahaan dagang yang mendapat mandat daripemerintahanBelandauntukmemonopoliperdaganganrempah-rempahdariTimurJauh.SementaraKoloniHindia-BelandaadalahnamanegerijajahanKerajaanBelandapadamasaRenaissance,berbedadenganVOC

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 8: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Gambar7.LukisanGubernurJenderalH.W.DaendelsolehRadenSaleh(1838)

Sumber: https://www.rijksmuseum.nl/en/collection/SK-A-3790

kolonial yang dibawa ke Batavia pada awalnya hanya mengikuti langgam arsitektur seperti

bangunan-bangunan di Eropa tanpa melihat konteks iklim dan tapak setempat. Namun lambat

laun arsitektur kolonial ini mengalami perubahan seperti pada bentuk atapnya, susunan

ruangnya, ataupun material bangunannya yang lebih menyesuaikan dengan iklim tropis.

Pada tahun-tahun pertama masa VOC, Belanda mendirikan pos-pos perdagangan dan

memperkuat benteng-benteng di rute pelayarannya dari Eropa ke Maluku, tempat asal

rempah-rempat terpenting. Di balik dinding benteng inilah para pegawai VOC dan tentara

tinggal, selain itu terdapat pula barak, gudang, gereja, penjara dan bangunan-bangunan

fungsional lainnya.6 Pada masa ini, arsitektur kolonial yang dibangun kebanyakan merupakan

bangunan untuk kepentingan dagangg beserta dengan benteng ataupun tembok pertahanan

untuk melindungi gudang penyimpanan dari serangan kerajaan lain.

Pada abad ke 18 tepatnya pada tahun 1798, VOC mengalami beberapa kerugian parah

hingga terjadi kebangkrutan. Kondisi tersebut diperparah dengan serentetan perubahan politik

yang diakibatkan oleh masa perang Napoleon, sehingga administrasi VOC Hindia Belanda

digantikan dengan pemerintahan kolonial Kerajaan Belanda pada tahun 1800.7 Sejak saat itu,

lahirlah masa pemerintahan baru di Batavia yaitu Negara koloni Hindia-Belanda hingga masa

kota kolonial modern tahun 1870. Pemerintahan kolonial yang baru ini tidak seperti VOC

yang hanya bertujuan pada keuntungan komersil saja,

melainkan juga untuk mencari keuasaan teritorial.8

Dalam masa koloni Hindia-Belanda ini banyak

terjadi perubahan struktur kota, gaya hidup masyarakat,

serta gaya arsitekturnya. Namun perubahan yang paling

signifikan di Batavia adalah pada saat masa

pemerintahan Gubernur-Jenderal H. W. Daendels. Hal

ini dipengaruhi dari latar belakang seorang Daendels

yang merupakan pendukung setia Napoleon Bonaparte,

dengan budaya aristokrat dan borjuisnya, berupaya

untuk menunjukkan kekuasaan Kerajaan Perancis saat

itu ke seluruh dunia.9 Budaya ini membawa pada sifat

yang dipegang oleh pihak otonom Belanda yangmenginginkan keuntungan independen dari perdaganganrempah-rempah(lihatJessup,Helen(1988).NetherlandArchitecture in Indonesia1900-1942,DisertasipadaCourtlaudInstituteofArt,London)

6Leushuis,Emile(2014).PanduanJelajahKota-kotaPusakadiIndonesia.Hlm.47Ibid.Hlm.138Tjahjono,Gunawan(1998).IndonesianHeritage.Hlm.106

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 9: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Daendels dalam menunjukan kembali keangkuhan kolonial Belanda sebagai pihak penjajah

terhadap kaum pribumi, dan untuk itu diperlukannya sebuah identitas yang menegaskan

kembali perbedaan antara sang penjajah dan yang di jajah. Hal ini sangat tercermin dalam

pembangunan istana Weltevereden dengan gaya Empire.10

4. Studi Kasus

Pada tahun 1809, Dewan Hindia-Belanda menyetujui proposal Daendels untuk

membangun sebuah istana baru di Weltevreden, yang nantinya dikenal sebagai Istana

Daendels (Daendels Palace) atau Istana di Weltevreden (Palace at Weltevreden).11 Istana ini

dirancang oleh J. C. Schultze atas perintah Daendels untuk dibangun dengan gaya Empire,

mengikuti gaya arsitektur dan seni yang sedang dikembangkan di Perancis.12 Gaya Empire ini

berasal dari budaya aristokrat dan budaya borjuis dari para bangsawan Eropa yang sangat

menganut pada nilai-nilai kemegahan, kemewahan dan kemaharajaan sebagai tujuan untuk

membedakan kaum Imperialis dengan yang bukan.

Gambar8.IstanadiWeltevreden,Batavia

9MasapemerintahanNapoleondiEropapadaawalabadke19yangbertepatandenganakhirRevolusiPerancis,merupakanperistiwayangsangatberpengaruhdiEropa.NapoleondenganKodeSipilnyabanyakmenginspirasimasyarakatEropahinggamempengaruhiNegarakolonidiseluruhdunia(LihatCodeNapoleon:or,TheFrenchCivilCode,1804)10 GayaEmpiremerupakan salah satu aliranKlasisisme awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1800 hinggatahun 1830. Gaya Empire ini adalah gaya bangunan masa Kaisar Napoleon I (1804-1815) yang inginmenegaskan cita-citamonumental kekaisaran (Empire).Gaya inimempengaruhi seni bangunandi seluruhEropadandibawake segalapenjurudunia.Gayaklasisisme ini timbuldi Jakartamula-muladalambentukgayaEmpire,yangtampakdenganjelaspadabekasHarmoni(1811),GedungDepartemenKeuangan(1809-1828),danpulapadaGedungKesenian (1821).(lihatHeuken,dalamTempat-tempatBersejarahdiJakarta,1997:216-218)

11 Raditya, Suryaningsih, Mireille, dan Purwestri (2005).Ministry of Finance Building: The White House ofWeltevreden.Ed.DanangPriatmodjo.Hlm.11

12Heuken,Adolf(1997).Tempat-tempatBersejarahdiJakarta.Hlm.205

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 10: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Sumber: http://media-kitlv.nl/image/3c55aa90-6b91-436d-9b82-ffbe7819fb3b

Pada 28 Maret 1809, banyak anggota departemen teknik militer yang absen, sehingga

demi mengejar proses konstuksi fondasi bangunan istana akhirnya Daendels memperkerjakan

para kontraktor Cina yang saat itu merupakan tahanan kolonial Belanda.13 Dari sini dapat

terlihat bahwa Daendels ingin menunjukkan kapasitasnya sebagai penguasa Batavia untuk

dapat melakukan kuasa atas tahanannya demi kepentingannya sendiri.

Raditya dkk, dalam Ministry of Finance Building (2005:22), menjelaskan ukuran

bangunan Istana Daendels yang dirancang dengan struktur dua lantai dan terdiri dari satu

bangunan utama yang diapit oleh dua bangunan sayap di kanan-kirinya. Bangunan utama

dibuat lebih besar dengan ukuran 74 m x 27 m, sementara bangunan sayap lebih kecil yang

berukuran masing-masing 24 m x 26 m. Antara bangunan utama dan bangunan sayap

dihubungkan oleh gerbang yang juga berfungsi sebagai jembatan pada lantai duanya, dengan

panjang gerbang 11 m. Bangunan utama di tengah difungsikan sebagai tempat tinggal resmi

gubernur jenderal, sementara bangunan sayap kiri dan kanannya difungsikan sebagai kantor

pemerintahan dan fasilitas akomodasi untuk para tamu resmi pemerintah.14 Di belakang dua

bangunan sayap juga ditambahkan ruang-ruang yang difungsikan sebagai kantor, ruang tamu,

ruang pelayan, kandang kuda, dan garasi kereta.

Pada tahun 1828, didirikan sebuah monumen di tengah-tengah lapangan Parade

Plaats yang diberi nama monumen Waterloo untuk memperingati kekalahan Napoleon pada

peperangan Waterloo dari Inggris pada tahun 1815.15 Monumen ini terdiri dari sebuah kolom

besar yang di puncaknya terdapat sebuah patung singa. Lapangan besar ini yang sebelumnya

memiliki nama Paviljoensveld, Parade Plaats, kemudian sejak 1828 berganti nama menjadi

Waterlooplein (Lapangan Waterloo).

Seiring perkembangan kawasan di sekitar Istana Daendels ini, bahkan sebelum

bangunan tersebut selesai pada tahun 1828, Waterlooplein telah menjadi pusat kehidupan

sosial yang sangat hidup dan menjadi area rekreasi utama di Weltevreden selama abad ke-

19.16 Setiap Minggu sore akan terdengar suara musik band militer pada bagian timur

lapangan, yang mana hal ini merupakan sebuah hiburan besar bagi masyarakat Weltevreden

saat itu. Mereka sering berkumpul di lapangan itu dengan menunggang kuda atau kereta

untuk saling bertemu. Waterlooplein tidak lagi menjadi sekedar lapangan luas biasa, tetapi 13Raditya,Suryaningsih,Mireille,danPurwestri(2005).MinistryofFinanceBuilding:TheWhiteHouseofWeltevreden.Ed.DanangPriatmodjo.Hlm.2214Ibid.23-2415Merrillees,Scott(2012),GreestingsfromJakarta:PostcardsofaCapital1900-1950.16Heuken,Adolf(1997:207)

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 11: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Gambar10.IstanaDaendelsdiWaterloopleinSumber: http://media-kitlv.nl/image/f68843d3-be53-41a2-bd81-

b347a1e79a77

telah menjadi sebuah alun-alun (square). Pada lukisan tersebut dapat terlihat bagaimana

kekuatan dan besarnya pengaruh Istana Daendels yang seakan mendominasi keseluruhan

ruang Waterlooplein.

Gambar9.SuasanapadaLapanganWaterloopleinpadaabadke-19

Sumber: Ministry of Finance Building: The White House of Weltevreden. Hlm. 7

4. 1. Bentuk dan Dimensi Kuasa Istana Daendels

Pada Istana Daendels dapat terlihat bentuk kuasa Coercion, di mana kuasa tidak

diwujudkan secara nyata melalui benteng dan tembok pertahanan, melainkan diwujudkan

melalui bentuk sebuah istana. Istana di Weltevreden ini yang ditujukan sebagai tempat

tinggal gubernur jenderal Hindia Belanda di Batavia, menjadi sebuah Coercion karena

dibangun dengan tujuan sebagai bentuk penegasan kembali kedudukan Belanda sebagai

penguasa di Batavia.

Kehadiran bangunan istana ini yang

dianggap sebagai representasi kekuasaan

kolonialisme Belanda (walaupun sebenarnya

representasi Kerajaan Perancis),

memberikan peringatan secara tidak

langsung untuk tetap patuh dan tidak

melanggar aturan yang berlaku. Jika dilihat

dari pernyataan Dovey mengenai Coercion

yang dinyatakan ke dalam bentuk bangunan, maka cara dominasi atau intimidasi yang

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 12: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Gambar11.UpacaramiliterdiWaterloopleinSumber: Greestings from Jakarta: Postcards of a Capital 1900-1950 (2012)

Gambar12.ParademiliterdiWaterloopleinSumber: http://media-kitlv.nl/image/793c295c-91b8-4e65-a0a2-65e4c64903b8

Gambar13.BenderaBelandadiIstanaDaendelsSumber: Greestings from Jakarta: Postcards of a Capital 1900-1950 (2012)

dihasilkan dari bangunan istana ini dapat terlihat melalui unsur-unsur yang dapat

menghadirkan pengalaman Force di masa lalu pada masyarakat pribumi. Force di masa lalu

ini merupakan tindakan nyata Belanda seperti ketika menyerang Kota Jayakarta dan

menghukum atau membunuh orang pribumi yang tidak tunduk pada kekuasaannya.

Ukuran istana yang sangat besar ini seakan mendominasi lingkungan sekitar dan akan

membuat orang yang melihatnya merasa kecil. Pendominasian ini didukung dengan

diletakkannya bangunan istana di depan sebuah lapangan besar (Waterlooplein) dan

bangunan di sekitarnya yang ukurannya jauh lebih kecil. Kawasan sekitar Waterlooplein

sengaja tidak ditanami pepohonan agar bentuk keseluruhan bangunan dapat terlihat secara

keseluruhan dan terasa kebesarannya.

Kuasa dalam bentuk Coercion bahkan dapat terlihat pada perencanaan kolonial

Belanda untuk memindahkan pusat pemerintahan dari kota lama Batavia ke daerah

Weltevreden yang merupakan daerah pangkalan militer Belanda. Lapangan Waterlooplein

yang sebelumnya digunakan untuk latihan ataupun parade militer (Parade Plaats),

merupakan bentuk Coercion atau ancaman secara tidak langsung bahwa daerah tersebut

merupakan daerah di bawah kekuasaan pemerintah Belanda yang dilindungi oleh tentara

Belanda.

Bentuk kuasa Authority dapat terasa pada kawasan Weltevreden ini, karena Istana

Daendels beserta Lapangan Wateloo-nya secara tidak langsung merupakan lambang atau

perwakilan dari pusat pemerintahan di Weltevreden dan di Batavia. Istana Daendels dan

Waterlooplein menjadi bentuk Authority karena pada kawasan inilah seluruh pusat

pemerintahan berada seperti tempat tinggal gubernur jenderal, Mahkamah Agung,

Departemen Keuangan, Departemen Militer,

dsb. Selain itu penggunaan simbol pada

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 13: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

bangunan seperti bendera Belanda, monumen J. P. Coen, menara Waterloo dan monumen

Michiels juga merupakan bentuk dari kuasa Authority.

Jika dihubungkan dengan dimensi kekuasaan menurut Kim Dovey, dilihat dari tujuan

didirikannya Istana Weltevreden oleh Daendels adalah untuk menegaskan pusat

pemerintahan Hindia Belanda yang baru di Weltevreden. Istana ini juga direncanakan

Daendels sebagai bentuk penegasan kembali kedudukan kolonial Belanda sebagai penguasa

di Batavia dengan bangunan yang sangat besar dan megah bergaya Empire. Skala

monumental pada istana ini yang berukuran 170m x 30m dengan tinggi 23 m, merupakan

dimensi bangunan terbesar kolonial Belanda pada masa itu. Istana ini seolah mendominasi

bangunan-bangunan di sekitarnya yang lebih kecil, dan manusia yang melihatnya akan

merasa sangat kecil di hadapannya. Hal ini termasuk ke dalam dimensi kekuasaan

Dominant/Docile.

Bangunan Istana Daendels yang ditempatkan di sebelah timur dan menghadap ke

Lapangan Banteng, merupakan satu kesatuan. Seperti layaknya istana-istana di Eropa dalam

gaya Renaissance, Barok-Rokoko, ataupun Neoklasik yang mengunakan lapangan/halaman

luas di sekitar bangunan istana sebagai penguat kesan kebesaran dan kemegahan bangunan

tersebut. Begitu pula yang terdapat pada Istana Daendels dan Lapangan Banteng ini, tanpa

adanya lapangan besar di depannya serta bangunan pmerintahan di sekitar lapangan tersebut,

maka istana ini tidak akan dapat menunjukkan dominasi dan kebesarannya. Penggunaan

metafora bangunan di Eropa untuk membangun makna yang melegitimiasi otoritas

merupakan dimensi kekuasaan Nature/History.

Gambar14.OrientasidansumbupadaIstanaDaendels

Sumber: Ministry of Finance Building: The White House of Weltevreden. Hlm. 35

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 14: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Susunan ruang pada kawasan sekitar Lapangan Banteng juga mengandung dimensi

kuasa Orientation/Disorientation, yang dapat terlihat melalui letak-letak bangunan yang

berada pada satu garis lurus sumbu (axis) yang menghubungkan Istana Weltevreden,

Monumen patung J. P .Coen, Monumen Waterloo yang merupakan titik tengah Lapangan

Banteng, Monumen Michiels, hingga ke titik tengah Koningsplein. Orang yang yang datang

mengikui sepanjang axis ini akan dapat melihat bangunan istana dan monumen Waterloo

yang tinggi dari kejauhan (orientated). Sementara bagian belakang istana dibuat tertutup

karena bersifat privat (disorientated). Pengorientasian pada ruang-ruang tertentu tersebut juga

merupakan dimensi kuasa Public/Privacy.

Bentuk bangunan dari masa ke masa yang tidak berubah (kecuali menara Waterloo

yang dirobohkan pada masa kekuasaan Jepang tahun 1942), dapat menciptakan suatu ilusi

dimensi kestabilan (Stability/Change). Kedinamisan hanya terjadi pada lingkungan di

sekitarnya, sementara bangunan Istana Daendels tersebut tetap sama seiring zaman.

Pada rencana tata ruang kawasan di Weltevreden, kuasa dalam program spasial pada

kawasan Weltevreden ditunjukan melalui tata peletakkan istana, alun-alun (Waterlooplein),

monumen-monumen, dan lapangan tempat latihan militer (Koningsplein) yang semuanya

diletakkan pada satu sumbu lurus (axis), membentuk dimensi kuasa Orientation seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan teori spatial syntax Hillier dan Hanson,

bahwa kuasa dapat dirasakan melalui pengalaman ruang di Lapangan Banteng tersebut

dengan pola ruang dan aksesnya.

4. 2. Bentuk Simbolis pada Elemen Arsitektur Empire Gaya Empire pada Istana Daendels dapat terlihat melalui bentuk bangunan yang

memanjang (horisontalisme) dengan panjang 170 meter, terdiri dari dua-tiga lantai dengan

batas tiap lantai dipertegas melalui elemen-elemen garis, bentuk simetris pada bagian kiri dan

kanan bangunan, bentuk fasad yang terdiri dari deretan jendela dan kolom yang memberi

kesan monoton, hingga bentuk dari ragam hias, ukiran dan perabotan di dalam bangunan. Hal

ini sangat berbeda dengan bangunan yang ada di Pulau Jawa, sehingga terbentuk sebuah

image pada Istana Daendels yang menjadi identitas Belanda sebagai penguasa di Hindia

Belanda.

Dalam teori simbol, dapat dikaitkan bahwa kehadiran bangunan Istana Daendels

dengan bentuknya yang ‘asing’ di Batavia, merupakan suatu Signifier yang membentuk suatu

Signified pada masyarakat Batavia. Pada bangunan istana terdapat bentuk-bentuk simbolis

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 15: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

yang memberikan suatu makna tertentu, baik bagi pihak Belanda maupun pribumi. Seperti

penggunaan gaya Empire itu sendiri, di sini sang pendiri istana yaitu Gubernur Jenderal H.

W. Daendels dengan latar belakang ideologi dan budaya aristokrat yang dimilikinya, serta

sebagai seorang pendukung setia Napoleon, ingin membangun sebuah istana yang dapat

menunjukkan identitas kekuasaan Belanda di Batavia dengan menggunakan Istana bergaya

Empire tersebut.

Pada titik ini langgam Empire merupakan Signifier yang dapat mengingatkan

seseorang akan kebesaran kerajaan Perancis Napoleon, yang digunakan oleh Daendels untuk

penunjukan kekuasaan Belanda-Perancis di Batavia. Sementara penafsiran makna (signified)

pada masyarakat walaupun tidak mengetahui mengenai sejarah gaya Empire yang dibawa

Napoleon, tetapi mereka menafsirkan bentuk-bentuk tersebut sebagai simbol kekuasaan

otoritas Belanda.

Skala

Jika dihubungkan dengan penunjukan kuasa melalui skala, menurut Frank Orr (1985),

hal ini dapat terlihat melalui kualitas skala yang ada pada Istana Daendels.17 Seperti kualitas

skala Monumentalis, yang menggunakan jendela-jendela dan kolom-kolom yang berderet di

sepanjang fasad bangunan untuk menegaskan skala manusia pada bangunan. Ukuran jendela

menjadi tolak ukur manusia dalam membandingkan ukuran tubuhnya dengan ukuran

keseluruhan bangunan. Sehingga dari elemen arsitektur tersebut, pengamat/pemakai

bangunan akan merasa kecil dibandingkan dengan ukuran bangunan.

Kualitas skala Hierarki juga sangat terasa dengan melihat tiga hal yang ada pada

bangunan yaitu : Ukuran yang luar biasa (pada masanya), wujud yang unik (langgam Empire

yang berbeda dengan arsitektur lokal), dan lokasi yang strategis (berada di depan Parade

Plaats dan segaris dengan Koningsplein). Lokasi bangunan yang berada di depan lapangan

besar juga merupakan kualitas skala Keterbukaan, karena terdapat susunan ruang untuk

daerah yang tertutup (istana) dan daerah rerbuka (lapangan luas di sekitar istana) yang

membantu memberikan kesan kebesaran bangunan.

Kualitas skala Bagian-bagian diperlihatkan melalui bentuk bangunan yang terdiri dari

beberapa bagian, yaitu bangunan utama di tengah dan bangunan sayap di kiri dan kanannya

yang dihubungkan dengan gerbang. Kehadiran Lapangan Banteng yang sangat luas di depan

istana dan jarak antara istana dan bangunan lain di sekitarnya membuat bangunan ini terlihat

17DikutipdariSinaga,ReynhardM.T.S.(2006).PowerArchitecture.Hlm.20-25

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 16: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

megah, yang mana hal ini merupakan kualitas skala Kemegahan pada bangunan. Hingga

menjadi kualitas skala Asosiasi Kultur ketika bentuk bangunan tersebut menjadi sebuah

image yang mengingatkan masyarakat Batavia terhadap kekuasaan Belanda di Hindia

Belanda.

Fasad

Bentuk simbolis dari gaya Empire dapat terlihat dari elemen arsitektur pada Istana

Daendels. Gaya Empire yang berasal dari Eropa tersebut tidak mempertimbangkan konteks

iklim setempat ataupun budaya yang dianut

masyarakat asli Batavia, karena memang

ditujukan oleh Daendels sebagai istana yang

dapat mencerminkan budaya kebangsawanan dan

kekuasaan Belanda di Batavia. Hal ini dapat

terlihat melalui elemen-elemen arsitektur berikut

:

a) Dinding dan Kolom

Pada lantai dasar, dinding dibuat beralur

dengan elemen pelengkung romawi pada

pintu-pintu di tengah bangunan dan jendela

yang berupa teralis besi. Sementara pada

lantai satu dan dua, pada dinding fasad

terdapat kolom-kolom gaya yunani yang

setengah menonjol keluar. Pada lantai satu

kolom yang digunakan adalah gaya Dorik dan pada lantai dua digunakan kolom Ionik.

Kolom-kolom ini mengapit jendela-jendela di antaranya, dengan jarak interval yang sama

antara satu dengan yang lainnya.

b) Atap

Atap pada Istana Daendels sangat tidak cocok dengan iklim tropis di Indonesia. Bentuk

atapnya yang lebih kecil dari dinding bangunan (Entablature yang menonjol keluar)

sehingga tidak terdapatnya serambi atau teduhan yang dapat menahan cahaya matahari

secara langsung masuk ke dalam bangunan. Selain itu tanpa adanya atap serambi,

Gambar15.DindingdanSusunanKolomKlasikSumber: Ministry of Finance Building: The White House of

Weltevreden. Hlm. 57 dan diolah kembali

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 17: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Gambar18.GerbangdanpintumasukutamaSumber: Ministry of Finance Building: The White House of Weltevreden. Hlm. 38

Gambar17.BentukjendelapadaIstanaDaendelsSumber: Ministry of Finance Building: The White House of Weltevreden. Hlm. 42

bangunan juga tidak dapat menyebabkan pembuangan air hujan tidak efisien dan tidak

ada naungan untuk berteduh.

c) Jendela

Jika kita lihat jendela pada

Istana Daendels, dapat terlihat

jendela di sini tidak hanya

berfungsi sebagai ventilasi saja,

melainkan jendela juga

digunakan sebagai penunjuk

kemegahan pada bangunan

melalui bentuknya yang dihias

sehingga terlihat indah dan mewah, terutama pada beberapa jendela di tengah bangunan

pada lantai satu yang memiliki bentuk lebih rumit dan lebih besar. Selain itu jendela juga

menjadi acuan bagi skala manusia dalam membandingkan ukuran bangunan dengan tubuh

manusia.

d) Gerbang

Pintu masuk utama menuju

bangunan ini bukanlah melalui

bagian depan fasad bangunan,

melainkan melalui dua gerbang

yang ada di antara bangunan

utama dan bangunan sayap.

Gerbang sengaja dibuat besar

dengan elemen pelengkunggaya

Romawi yang menandakan kemegahan bangunan. Akses menuju ke dalam bangunan

utama dihubungkan melalui sebuah tangga ke lantai satu. Tangga sebagai pintu masuk,

Gambar16.BentukatappadaIstanaDaendelsSumber: Ministry of Finance Building: The White House of Weltevreden. Hlm. 40

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 18: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

yaitu dengan artian menuju tanah yang lebih tinggi, juga merupakan elemen yang

mengantarkan pada kesan megah.

e) Monumen

Seperti pada bangunan gaya Renaissance di Eropa, Istana Daendels dilengkapi dengan

sebuah lapangan luas di depannya dengan sebuah dua buah patung atau monumen. Tepat

di depan bangunan utama terdapat sebuah patung/Monumen J. P. Coen yang merupakan

simbol bagi kolonial Belanda sebagai pahlawan penakluk dan pendiri kota Batavia.

Monumen ini juga sebagai tanda dalam memperingati 250 tahun kekuasaan Belanda di

Batavia. Monumen Michiels pada persimpangan Jalan Lapangan Banteng Barat dan Jalan

Perwira juga mempertegas kuasa pada kawasan tersebut.

Gambar19.MonumenMichielsdanMonumenJ.P.Coen

Sumber: (Kiri & Tengah) Greestings from Jakarta: Postcards of a Capital 1900-1950 (2012), (Kanan) http://media-kitlv.nl/

Gambar20.MonumenWaterloodiLapanganBanteng

(Kiri) Sumber: Greestings from Jakarta: Postcards of a Capital 1900-1950 (2012) (Kanan) Sumber: http://media-kitlv.nl/image/4650e6d0-f7fa-45b9-bc27-1b47a9979ecd

Kemudian pada tengah Lapangan Waterlooplein juga terdapat sebuah Monumen berupa

menara dengan sebuah patung Singa di atasnya. Menara ini merupakan lambang

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 19: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

pertempuran kekalahan Perancis Napoleon pada pertempuran Waterloo. Monumen-

monumen ini diletakkan pada satu sumbu garis lurus, menciptakan bentuk kuasa

Coercion yang bersifat mengancam secara tidak langsung sebagai simbol kekuasaan

Belanda.

5. Kesimpulan

Keterkaitan dunia arsitektur sebagai ilmu multidisiplin menyebabkan bidang ini tidak

lepas dari permasalahan kuasa. Hubungan antara kuasa dan arsitektur dapat dilihat dari

bentuk-bentuk kuasa yang ada pada bangunan tersebut. Contoh yang paling jelas terlihat

adalah bangunan yang bersifat memaksa (Force) seperti tembok pertahanan yang membatasi

ruang secara nyata. Namun kuasa juga dapat hadir melalui cara yang tidak nyata terlihat,

seperti bentuk kuasa Coercion, Domination, Manipulation dan Seduction.

Dalam melihat keterkaitan dengan representasi, ternyata dengan tujuan akan

penunjukkan suatu makna ke dalam sebuah media tertentu seperti halnya bangunan, dapat

mempengaruhi perilaku orang lain di sekitarnya. Pemasukan makna ke dalam sesuatu ini

menghasilkan bentuk-bentuk simbolis yang kemudian dianut oleh beberapa orang menjadi

representasi terhadap suatu bentuk atau makna tertentu. Perilaku setiap orang tentu akan

berbeda-beda, tergantung pada pengetahuan dan persepsi akan makna di balik bentuk

simbolis tersebut. Pada kasus kolonial Belanda, dapat terlihat bagaimana mereka membangun

sebuah bangunan di mana hal ini bisa jadi karena tiga hal : Karena latar belakang

pengetahuan mereka dalam membuat sebuah bangunan, rasa kerinduan terhadap rumah di

tanah air Belanda, atau karena memang ingin menunjukan kedudukannya sebagai bangsa

superior kepada bangsa pribumi yang dianggap lebih rendah.

Penulis mengambil contoh Istana Daendels karena bangunan tersebut merupakan

istana yang dibangun di Weltevreden sebagai pusat pemerintahan baru di Batavia oleh

Daendels. Daendels di sini merupakan seorang yang kuat budaya aristokratnya, yang dilatar

belakangi oleh kedekatannya dengan Napoleon Bonaparte. Sifatnya yang angkuh berhasil

membawa gaya Empire menjadi langgam Istana di Weltevreden, di mana gaya Empire di sini

adalah gaya arsitektur pada masa kolonial yang sangat mencerminkan kemewahan dan

kemaharajaan. Hal lain yang juga menarik adalah posisi Belanda di bawah Perancis saat itu

dan kehadiran Daendels yang Pro-Perancis hingga mendirikan istana bergaya Empire ini,

pada dasarnya merupakan salah satu representasi kuasa Perancis di Batavia, walaupun

masyarakat pribumi menganggapnya sebagai representasi kekuasaan penjajah Belanda.

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 20: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Pada Istana Daendels sebagai gaya Empire dapat terlihat perwujudan kuasanya

melalui seperti misalnya pada bentuk bangunan yang horisontalisme (memanjang ke

samping), simetris, ukuran monumental, terletak di depan lapangan yang luas, terdiri dari

bangunan utama dan sayap di kiri dan kanannya. Selain itu kesan kemegahan dan kebesaran

bangunan ini juga tercermin dari fasadnya yang memiliki bentuk-bentuk simbolis pada

elemen arsitekturnya, seperti bentuk jendela yang sangat mewah, susunan kolom-kolom

dorik/ionik, gerbang dengan elemen pelengkung, Monumen di depan bangunan utama, serta

ukiran-ukiran pada bangunan. Komposisi dari elemen arsitektur ini menghasilkan gaya

Empire yang dijadikan sebagai simbol kekuasaan Belanda-Perancis di Batavia.

Dari studi kasus tersebut maka dapat kita mengetahui bagaimana hubungan antara

arsitektur, simbol dan kuasa. Bagaimana sebuah karya arsitektur dapat menjadi sebuah

simbol yang dapat menunjukan kekuasaan seseorang atau kelompok. Simbol tersebut

berisikan sebuah makna yang digunakan sebagai representasi kuasa dengan menghadirkan

bentuk-bentuk simbolis akan makna tersebut. Sehingga dari pembahasan ini kita dapat

mengerti baik bagaimana peranan arsitektur dalam sebuah kekuasaan maupun penerapan

kuasa itu sendiri ke dalam bentuk arsitektur.

Daftar Pustaka Chandler, Daniel (2007). Semiotics: The Basics (2nd ed.). Taylor & Francis.

Ching, Francis D. K. (1996). Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Alih bahasa Ir.

Paulus Hanoto Adjie. Penerbit Erlangga.

Dovey, Kim (1997). Framing Places: Mediating Power in Built Form. Routledge, New York.

Glenn, Molly (2003). Architecture Demonstrates Power (Thesis B.A.—Haverford College,

Dept. of Philosophy).

Heuken, Adolf (1997). Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka

Caraka.

Leushuis, Emile (2014). Panduan Jelajah Kota-kota Pusaka di Indonesia. Alih bahasa Vini

Widriasih. Penerbit Ombak Dua, Yogyakarta.

Merrillees, Scott (2012). Greestings from Jakarta: Postcards of a Capital 1900-1950.

Equinox Publisher. Merrillees, Scott (2000). Batavia in Nineteenth Century Photographs. Archipelago Press. Raditya, Suryaningsih, Mireille, dan Purwestri (2005). Ministry of Finance Building: The

White House of Weltevreden. Ed. Danang Priatmodjo. Pusat Dokumentasi Arsitektur.

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015

Page 21: Simbol dan Kuasa Studi Kasus: Gaya Empire pada Istana ...

Sinaga, Reynhard Maruli Tua Sinaga (2006). Power Architecture. Fakultas Teknik UI.

Depok.

Tjahjono, Gunawan (1998). Indonesian Heritage. Archipelago Press.

Simbol dan ..., Rousan Ilmy Hustamely, FT UI, 2015