SIKLUS HIDROLOGI
-
Upload
weedya-nastiti -
Category
Documents
-
view
39 -
download
3
Transcript of SIKLUS HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
Sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali
ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es
dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak
secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
1. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik
air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
2. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal
dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air
permukaan.
3. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka
aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk
sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai
menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah
Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang
berubah adalah wujud dan tempatnya.
Pengertian SIKLUS HIDROLOGI menurut beberapa ahli :
Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air yang menguap ke
udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah
melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke
permukaan laut atau daratan. Menurut Soemarto (1987) adalah gerakan air laut ke
udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk
presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Untuk siklus hidrologi
sendiri terbagi atas tiga jenisnya yaitu siklus panjang, siklus sedang, da siklus
pendek. dimana dari ketiga macam siklus tersebut memiliki pengertian yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
1. Siklus Pendek
a. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
c. Turun hujan di permukaan laut
2. Siklus Sedang
a. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b. Terjadi kondensasi
c. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
d. Pembentukan awan
e. Turun hujan di permukaan daratan
f. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
3. Siklus Panjang
a. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b. Uap air mengalami sublimasi
c. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
d. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
e. Pembentukan awan
f. Turun salju
g. Pembentukan gletser
h. Gletser mencair membentuk aliran sungai
i. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
Siklus Hidrologi
Air, Sifat dan FungsinyaAir sangat penting bagi proses kehidupan. Hal itu karena kemampuan air yang
unik melarutkan hampir semua unsur dalam jumlah sedikit-sedikit. Selain itu, air
penting karena peranannya yang utama di dalam mengendalikan penyebaran
panas di Bumi.
Bumi adalah salah satu planet di dalam sistem tatasurya. Di antara planet-planet
yang ada di dalam sistem tatasurya Matahari itu, Bumi sangat unik, karena adanya
air bebas yang sangat banyak. Air bebas di Bumi bergerak di antara daratan,
lautan dan atmosfer dalam suatu siklus yang disebut Siklus Hidrologi.
Molekul Air
Air (H2O) tersusun oleh dua atom hidrogen (H) dan satu atom oksigen (O). Setiap
atom hidrogen itu secara kimiawi terikat pada atom oksigen. Atom oksigen
memiliki sifat elektronegatif yang tinggi, karena memiliki tiga pasang elektron
bebas pada kulit atomnya. Setiap aton hidrogen yang berikatan dengan atom
oksigen, menyumbangkan satu elektron kepada aton oksigen, sehingga terbentuk
suatu keseimbangan. Ikatan atom-atom itu membentuk molekul air.
Ujung-ujung atom hidrogen memiliki muatan positif yang kecil, sedang dua
pasangan elektron oksigen yang tidak berikanan membuat ujung atom oksigen
memiliki muatan negatif. Kemudian, karena muatan itu memiliki penyebaran
muatan yang tidak sama, maka disebut “polar covalent bonds” yang bersifat
“bipolar”. Dua muatan positif dari atom hidrogen pada satu sisi dan dua muatan
negatif ganda dari atom oksigen membuat molekul-molekul air bersifat “bipolar”.
Akibatnya adalah, molekul-molekul air yang berdampingan cenderung untuk
bergabung bersama, tertahan oleh tarikan dari muatan yang berlawanan yang ada
pada molekul yang berdampingan. Muatan positif atom hidrogen dari satu
molekul tertarik dengan muatan negatif atom oksigen dari molekul yang lain,
membentuk suatu ikatan yang disebut ikatan hidrogen (“hydrogen bonds”).
Ikatan molekul air yang bermuatan itu lebih kuat daripada ikatan molekul tanpa
muatan. Keadaan itu membuat molekul air lebih stabil dan sulit terpisah untuk
menjadi molekul-molekul air yang terpisah. Susunan molekul air adalah susunan
molekul yang sangat stabil.
Sifat-sifat dan Fungsi Air
Air adalah satu-satunya unsur di alam yang dijumpai dalam tiga fase (fase padat,
cair dan gas) secara bersamaan. Air dalam bentuk padat mempunyai susunan
molekul yang sangat teratur, sedang bila berada dalam bentuk gas susunan
molekulnya sangat jarang.
Ikatan hidrogen menyebabkan diperlukan sejumlah energi untuk merubah air dari
fase padat menjadi cair dan gas. Ikatan hidrogen ini menyebabkan air meleleh
pada temperatur 4oC dan mendidih pada 100oC. Bila tanpa ikatan hidrogen, maka
air akan mendidih pada temperatur –68oC dan membeku pada –90oC. Pada
pemanasan air, kehadiran ikatan hidrogen menyebabkan panas yang diberikan
pada air bukan terpakai untuk menggerakkan molekul air, tetapi diserap oleh
ikatan hidrogen. Setelah ikatan hidrogen rusak, maka penambahan panas akan
meningkatkan gerakan molekul air. Peningkatan gerakan molekul air itulah yang
diukur sebagai peningkatan temperatur oleh termometer. Tingginya titik didih air
menyebabkan air dapat menyerap panas dalam jumlah besar.
“Specific heat” (“heat capacity”, kapasitas panas) adalah banyaknya energi
panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur suatu unsur dalam jumlah
tertentu. Kalori (energi) yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 gram
cairan air sebesar 1oC didefinisikan sebagai 1 kaloC-1g-1. Kapasitas panas es adalah
0,05 kaloC-1g-1 dan kapasitas panas uap air adalah 0,44 kaloC-1g-1. Panas yang
tersimpan di dalam sistem (air) disebut sebagai “latent heat” (panas laten). Panas
ini bisa dilepaskan ke atmosfer atau ke tubuh air yang lebih dingin.
Arti dari kapasitas panas dapat dipahami dari kasus berikut ini. Bila kita berada di
pantai pada siang hari dan memasukkan satu kaki ke air laut sedang kaki yang
satunya tetap berada di atas pasir. Kaki yang berada di dalam air akan merasakan
air laut yang dingin sementara kaki yang dipasir akan merasakan panas. Mengapa
hal itu bisa terjadi, sementara pasir dan air laut menerima energi panas dari sinar
matahari dalam jumlah yang sama? Hal itu karena air menyerap panas dengan
tanpa mengalami peningkatan temperatur, sedang pasir mengalami peningkatan
temperatur.
Tingginya kapasitas panas air penting bagi pengaturan iklim dan kehidupan di
Bumi. Bila musim panas, energi panas dapat disimpan oleh laut. Panas yang
disimpan itu akan dilepas lagi ke atmosfer pada saat musim dingin. Dengan
demikian, samudera berperanan memoderatkan iklim, mengurangi amplitudo
variasi temperatur musiman.
Dengan demikian, panas laten yang tersimpan di dalam air laut adalah faktor
penting di dalam pertukaran energi yang menciptakan sistem cuaca di seluruh
dunia. Pertukaran energi panas antara samudera dan atmosfer juga merubah
densitas massa air. Dengan demikian, energi panas juga berperan di dalam
sirkulasi air samudera (tentang sirkulasi karena densitas akan dibicarakan
kemudian).
Penambahan garam kepada air tawar akan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat-sifat air. Penambahan ion garam ke dalam air menyebabkan molekul-
molekul air terikat dan terbentuk hidrat. Garam adalah material padat yang atom-
atomnya terikat satu sama lain dengan ikatan ionik. Ikatan tersebut adalah hasil
dari tarikan elektrostatik antara ion-ion bermuatan positif (cation, kation) dan ion-
ion bermuatan negatif (anion, anion). Bila garam dimasukkan ke dalam air, seperti
natrium klorida (NaCl), akan mengalami pelarutan karena kation-kation dan
anion-anion secara elektrostatik menarik molekul-molekul air. Kation-kation
menarik kutub oksigen dari molekul air, dan anion-anion menarik kutub hidrogen.
Karena dikelilingi oleh molekul-molekul air, ion-ion terlalu jauh untuk dapat
saling menarik satu sama lain. Dengan demikian, ikatan ionik rusak dan ion-ion
dikatakan terlarut (dissolved) atau terhidrasi (hydrated).
Bisakah Air Menjadi Bahan Bakar?
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa senyawa kimia yang sejauh ini dikenal
sebagai bahan bakar adalah senyawa kimia yang mengandung unsur karbon (C)
disamping unsur hidrogen dan oksigen. Minyak bumi yang merupakan bahan
bakar dikenal juga sebagai hidrokarbon. Dengan demikian, bila kita lihat molekul
air yang hanya terdiri dari hidrogen dan oksigen, maka dengan mudah dapat
disimpulkan air tidak dapat menjadi bahan bakar.
KARAKTERISTIK DAN SIFAT JENIS TANAH ALFISOL, ENTISOL DAN VERTISOL
TANAH ALFISOLTanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Ø Pembentukan tanahDua prasyarat yang diperlukan Alfisol adalah:1. Mineral liat Kristalin sedang jumlahnya2. Terjadi akumulasi liat di horizon B yang jumlanya memenuhi syarat horizon agrilik, atau kandik.
Keadaan lingkungan yang memungkinkan terbentuknya horizon spodik, molilik, atau horizon lain atau horizon lain yang bukan agrilik tidak didapat. Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang utama adalah di daerah
beriklim sedang yang bersifat humid atau ubhumid, dengan bahan induk relatif muda dan stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu Alfisol adalah tanah yang relative muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang lebih muda dari pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan bahan induk mafic.
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan Riecken, 1964) karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk hodison agrilik. Alfisol terbentuk di bawah vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous). Proses pembentukan Alfisol melalui urutan sebagai berikut:
1. Pencucian karbonatPencucuian karbonat dan braunifikasi merupakan prasyarat untuk
pembentukan Alfisol. Kalsium Karbonat (dan bikarbonat) merupakan flocculant yang kuat sehingga dalam pembentukan Alfisol, karbonat perlu dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih mudah bergerak bersama dengan perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah menjadi lebih masa, kadanag-kadang sampai mencapai pH 4,5.
2. Pencucian besiBesi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalamai pencucuian
setelah karbonat, dan diendapkan di horizon B, sehingga warna tanah menjadi coklat (braunification).3. Pembentukan epipedon okhrik (horison A1)
Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam dengan bahan mineral, karena akar-akar halus tanaman hutan tidak terlalu banayak masuk ke dalam tanah seperti padang rumput. Bahan organik yang terdapat di permukaan tanah dicamur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan lain, pada kedalaman 2 – 10 cm, sehingga terbentuk lapisan mull (horizon A1). Proses biocycling unsure hara dan basa-basa dari subsoil ke horizon O dan A1 merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf. Hal ini dapat menyebabkan reaksi tanah di subsoil menjadi masam (pH 4,8 – 5,8).4. Pembentukan horizon albik
Beberapa jenis ALfisol memiliki horizon E yang jelas berwarna pucat yang disebut horizon albik. Horizon ini terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan bahan organic, sedang proses mineralisasi sedikit sekali terjadi. Pecucian liat terjadi secara mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horizon albik kadang-kadang juga mengandung cukup banyak bahan organic tetapi tidak berwarna (Wilde, 1950). Mineral-mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan rasio SiO2/R2O3 menjadi lebih besar dari Bt.5. Pengendapan argillan
Terjadinya pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic di horizon Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:a. Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke dalam tanah.
b. Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air perkolasi lambat bergerak.c. Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.d. Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum. Curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan Alfisol. Pada beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik terbentuk in situ dari pelapukan bahan induk.
Ø Karakteristik/Sifat TanahTanah alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci dibawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yangsangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap darihorizon A dan disimpan pada horizon B.
Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon-horison yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan diguakan untuk menggolongkan tanah lempung, lempung liat atau tanah liat. (Poerwowidodo, 1991). Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah(horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % padakedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Bila kejenuhan basa sangat tinggi maka makin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga termasuk pada tanahAlfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35 % tetapi pada horizonArgilik dipadatan lidah-lidah horizon albik dan kejenuhan basa bertambah makin kehorizon bawah. (Hakim, 1986).
TANAH ENTISOL
Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung menjaditanah asal yang baru. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan. Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata.
Pembentukan TanahProses pembentukan tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara
lain :Tahap I : Pelapukan dari bauan induk,Tahap II : batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-
rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.Tahap III : lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis.
Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara
Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat.2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng yang curam.3. Pengenndapan terus menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-bukit pasir pantai.4. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.5. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.6. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole, 1976) Beberapa macam proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.
Karakteristik/Sifat TanahEntisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral
sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk
mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K (Munir, 1996).
TANAH VERTISOL
Tanah vertisol ini memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal yaitu antara 100-200 cm, berwarna kelabu sampai hitam, sedang teksturnya lempung berliat sampai liat. Kandungan liat tanah vertisol ini mempunyai tinggi lebih dari 30% pada seluruh horizon, dengan sifat mengembang dan mengkerut. Dimana pada keadaan kering tanah mengkerut menjadi pecah-pecah dan sebaliknya saat basah tanah mengembang dan lengket. Retakan-retakan tanahnya pada saat kering ini lebarnya bisa mencapai 25 cm dan dalamnya bisa mencapai 60 cm dan keras berbongkah-bongkah.
Tanah vertisol mempunyai kemampuan meremah sendiri (self churning) dan humus menunjukkan adanya timbulan mikro gilgai, cermin sesar, dan struktur tanah berbentuk baji berukuran sangat kasar. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah lempung margalitik, grumosol, regurs, tirs, dan tanah kapas hitam.
Tanah Vertisol akan mengalami retak-retak saat musim kering
Hardjowigeno menyatakan bahwa faktor penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun, meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling kering, tanah hanya paling basah selama beberapa minggu setiap tahun.
Struktur tanah vertisol adalah keras dibagian atas dan gumpal dibagian bawah, dengan konsistensi teguh atau keras kalau kering. Batas horizon dari susunan horizon AC ini adalah agak nyata, tetapi tidak terdapat horizon aluvial dan iluviasi.
Kandungan bahan organik lapisan tanah atas pada umunya rendah, yaitu 1-3,5 persen. Semakin kebawah semakin menurun. Reaksi tanah dapat dilihat dari pH-nya antara 6,0-8,0 yaitu asam agak alkalis. Kandungan unsur hara banyak
tergantung pada bahan induknya, yaitu bahan induk dari mergel atau napal, batu liat dan tuf vulkan. Yang berasal dari batu liat dan mergel umumnya lebih miskin, sedangkan dari tuf vulkan relatif lebih kaya. Mineral liat pada tanah ini adalah dari golongan monmoriolit. Daya menahan air cukup baik, sedangkan permeabilitasnya cukup lambat dan sangat peka terhadap bahaya erosi.Secara umum dapat disebutkan bahwa tanah ini memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang agak jelek sampai sedang. Oleh sebab itu nilai produktivitas tanahnya rendah sampai sedang (E. Saifudin Sarief, 1993).Secara kimiawi Vertisol tergolong tanah yang relatif kaya akan hara karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi, dengan kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali (Deckers , 2001)Tanah vertisol memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi. Tingginya kapasitas tukar kation ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat tinggi. Kation-kation dapat tukar yang dominan adalah Ca dan Mg dan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah (Lopulisa, 2004). Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi. Tapi pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda dibanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004). Penyebaran tanah ini di Indonesia seluas kira-kira satu juta hektar dari barat ke timur, dimulai dari Jawa Tengah terus ke Jawa Timur, Pulau Madura, Nusa Tenggara, dan maluku (E. Saifudin Sarief, 1993).Tumbuhan penutup tanahnya (vegetasinya) terdiri dari padang rumput, stepa dan savanna. Bisa dipergunakan untuk tegalan, perkebunan tebu, kapas, tembakau, persawahan (padi sawah), tanaman jagung kedelai dan hutan jati (E. Saifudin Sarief, 1993).
SISTEM PENGAIRAN ATAU IRIGASI YANG BAIK
PENGERTIAN DAS
DAS = Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1)DAS = dalam bahasa Inggris disebut Watershed atau dalam skala luasan kecildisebut Catchment Area adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung bukit atau batas-batas pemisah topografi, yang berfungsi menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur sungai dan terus mengalir ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya bermuara ke danau/waduk atau ke laut.(1)Sub DAS = bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS.(1)Sub DAS = suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS.(2)Sub-sub DAS = suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, dimana air hujan meresap atau mengalir melalui ranting aliran sungai yang membentuk bagian dari Sub DAS.(2)Daerah Tangkapan Air (DTA) = Daerah Tangkapan Air adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber air di wilayah daerah.(3)Daerah Tangkapan Air (DTA) = kawasan di hulu danau yang memasok air ke danau.(4)Wilayah sungai = kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai. (Permen No 39/1989 Tentang pembagian wilayah sungai Pasal 1 ayat 1)Sungai = system pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. (Permen No 39/1989 Tentang pembagian wilayah sungai Pasal 1 ayat 2)Bagian Hulu DAS = suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir.(1)Bagian Hilir DAS = suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial.(1)Pembagian Daerah Aliran Sungai berdasarkan fungsi Hulu, Tengah dan Hilir yaitu:1. bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2. bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.(5)