Sifat Kologatif Larutan

38
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila ke dalam air mendidih dimasukkan sejumlah garam dapur, maka air akan segera berhenti mendidih dan beberapa saat kemudian akan mulai mendidih kembali. Dari contoh tersebut, dapat kita ketahui bahwa terdapat perubahan fisis dari suatu zat bila ke dalamnya dilarutkan sejumlah zat lain. Tentu jumlah zat terlarut mempengaruhi sifat fisis larutan. Sifat fisis larutan yang berkaitan dengan jumlah zat terlarut suatu poelarut disebut sifat koligatif larutan. Di alam hampir sudah tidak ditemukan zat air murni. Hampir semua cairan yang ada berbentuk campuran atau larutan. Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya interaksi antara zat terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan fisis dari komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Hal ini juga tentu berpengaruh terhadap sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat pelarut di dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut.

description

Laporan Lengkap

Transcript of Sifat Kologatif Larutan

Page 1: Sifat Kologatif Larutan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bila ke dalam air mendidih dimasukkan sejumlah garam dapur, maka air

akan segera berhenti mendidih dan beberapa saat kemudian akan mulai

mendidih kembali. Dari contoh tersebut, dapat kita ketahui bahwa terdapat

perubahan fisis dari suatu zat bila ke dalamnya dilarutkan sejumlah zat lain.

Tentu jumlah zat terlarut mempengaruhi sifat fisis larutan. Sifat fisis larutan

yang berkaitan dengan jumlah zat terlarut suatu poelarut disebut sifat koligatif

larutan.

Di alam hampir sudah tidak ditemukan zat air murni. Hampir semua

cairan yang ada berbentuk campuran atau larutan. Larutan merupakan

campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya interaksi antara zat

terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan fisis dari

komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Hal ini juga tentu

berpengaruh terhadap sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat

larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat pelarut di dalam

larutan dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut.

Jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi

larutan.

Konsentrasi menyatakan komposisi secara kuintatif perbandingan zat

terlarut dengan pelarut dan larutan. Ada beberapa cara untuk menyatakan

secara kuintatif komposisi tersebut, antara lain adalah molaritas, molalitas,

dan fraksi mol. Ketiganya akan menjadi dasar untuk mempelajari sifat

koligatif larutan. Dan sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis yaitu sifat

koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif non elektrolit.

Sifat koligatif larutan penting untuk dipahami karena sangat berhubungan

dengan dunia farmasi dalam proses pembuatan cairan infus, di mana

Page 2: Sifat Kologatif Larutan

tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus karena

mempertimbangkan tekanan osmosis.

Konsep ini penting untuk penggantian cairan tubuh yang tidak bisa

dimasukkan melalui pembuluh darah cairan infus. Cairan infus harus isotonis

dengan cairan darah karena jika tidak, maka akan terjadi kerusakan pada sel

darah. Oleh karena itu konsentrasinya perlu disesuaikan. (Sudarmo, 2006)

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami sifat-sifat koligatif larutan.

2. Tujuan Percobaan

a. Menunjukkan penurunan titik beku dan memperoleh konstanta

penurunan titk beku.

b. Menunjukkan pengaruh tonisitas pada sel.

C. Prinsip Percobaan

Penentuan penurunan titik beku dan konstanta titik beku asam stearat

dengan menggunakan asam benzoat sebagai zat terlarut yang diamati titik

lelehnya ditandai dengan terbentuknya gelembung pada pipa kapilar.

Penentuan pengaruh tonisitas pada sel daun bawang, wortel, seledri, dan sel

darah dengan menggunakan pelarut aquades. Nacl 0,89%, Nacl 3%, glukosa 1

M dan glukosa 0,5 M yang diamati di bawah mikroskop dan dengan mata

telanjang.

Page 3: Sifat Kologatif Larutan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya bergantung

pada banyaknya partikel zat terlarut bukan pada jenis zat atau komponen yang

ada dalam larutan. (Tim Dosen Kimia, 2000:28 )

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang saling

melarutkan dan masing-masing penyusunnya tidak dapat dibedakan secara

fisik.

Sebab-sebab kelarutan sering kali dikatakan bahwa kelarutan itu

disebabkan oleh gaya-gaya molekular. Dilihat dari kenyataan bahwa dua gas

bercampur dalam semua perbandingan dan memiliki kelarutan yang saling

tidak terbatas, pencampuran bukan disebabkan oleh aksi timbal-balik, tetapi

oleh gerak molekul dan kenyataan bahwa keadaan bercampur sangat mungkin

dari keadaan tidak bercampur. Kelarutan timbal balik gas karenanya adalah

aspek dari awal statistik hukum kedua.

Pada larutan elektrolit mengalami peruraian (disosiasi), misalnya larutan

NaCl mengalami ionisasi menjadi ion Na dan Cl. Dalam pembahasan sifat-

sifat koligatif larutan elektrolit Van Hoff memodifikasi persamaan sifat

koligatif larutan non-elektrolit dengan menambahkan suatu ketetapan yang

sering disebut dengan faktor Van Hoff (i) di mana adalah perbandingan

antara harga sifat-sifat koligatif yang diukur dan harga sifat koligatif yang

terhitung.

Untuk larutan non-elektrolit, nilai i = 1 sedangkan untuk larutan elektrolit

nilai i ≠ 1.

i = sifat koligatif terukur

sifat koligatif terhitung

(Sumardjo, 2006:43)

Page 4: Sifat Kologatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat yang nilainya bervariasi, sebanding

dengan jumlah partikel-pertikel solut yang ada dalam larutan dengan volume

tertentu.

Terdapat empat sifat fisika yang penting dan berubah secara

perbandingan lurus dengan banyaknya partikel zat terlarut yaitu :

1. Penurunan Tekanan Uap

Jika suatu solut (yang tidak dapat menguap) dilarutkan dalam solven

(yang dapat menguap) tekanan uap larutan akan lebih rendah

dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murni. Hal ini disebabkan

karena pada permukaan larutan terdapat interaksi antara zat terlarut dan

pelarut sehingga laju penguapan tersebut berkurang akibatnya tekanan

uap larutan menjadi turun. Selisih antara tekanan uap pelarut murni

dengan tekanan uap larutan disebut penurunan tekanan uap (ΔP).

: Diagram untuk pelarut

: Diagram untuk larutan

Pada suhu tertentu, tekanan uap pelarut murni Po atmosfer dan

tekanan uap larutan P atmosfer. Penurunan tekanan uap dirumuskan

sebagai :

ΔP = Po – P

Tekanan uap larutan ideal berlaku hukum Raoult :

P = X1 Po

Tek

anan

(at

m)

Po

P

Δp

cair

padat

gas

to C

Diagram Penurunan Tekanan Uap Larutan

Page 5: Sifat Kologatif Larutan

karena X1 = (1- X2),

maka :

P = (1- X2) Po

= Po – X2 Po

ΔP = X2 Po

atau

X2 = ∆ PP °

Di mana X1 dan X2 masing-masing adalah fraksi mol pelarut dan zat

terlarut. Dari persamaan terlihat, harga ΔP berbanding lurus dengan

fraksi mol zat terlarut. Makin banyak partikel zat terlarut, berarti makin

besar pula penurunan tekanan uapnya. ΔP dapat digunakan untuk

menentukan berat molekul zat terlarut yang sukar menguap dengan

mengukur tekanan uap larutan dan menghitung fraksi molnya. (Ahmad,

1996:76)

2. Kenaikan Titik Didih Larutan

Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi maupun lebih rendah

daripada titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu

menguap, dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat terlarut itu tak atsiri

(tidak menguap) misalnya gula, larutan air itu mendidih pada suatu

temperatur yang lebih tinggi daripada titik didih air.

Dalam hal larutan etil alkohol-air, etil alkohol (titik didih 78,3℃)

mempunyai kecendrungan yang lebih besar untuk menjadi uap air

daripada air. Tekanan uap larutan (jumlah tekanan uap etil alkohol dan

tekanan uap air) sama dengan tekanan atmosfer pada temperatur di

bawah 100℃. Artinya, titik didih larutan terletak di bawah titik didih air

murni. Hukum sifat koligatif tidak berlaku untuk larutan dengan zat-zat

terlarut atsiri, seperti larutan etil alkohol-air. (Keenan, dkk, 1984:436)

Page 6: Sifat Kologatif Larutan

A = Titik didih air pada 100℃ dan tekanan uap 1 atm.

B = Titik pada 100℃ dan tekanan uap kurang dari 1 atm, di mana

larutan belum mendidih.

C = Titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih besar dari 100℃

di mana larutan mendidih.

Jika titik didih pelarut (Tb°) dan titik didih larutan (Tb), maka

kenaikan titik didih dapat dirumuskan ;

∆Tb = Tb - Tb°

Pada penentuan ∆Tb, satuan konsentrasi yang digunakan adalah

molalitas (m) karena tidak dipengaruhi oleh suhu. Satuan molaritas tidak

sesuai, karena suhu mempengaruhi volume larutan.

Besarnya kenaikan titik didih dirumuskan Raoult, sebagai ;

∆Tb = Kb m

atau

∆Tb = Kb x WM

x1000

P

di mana :

W = massa zat terlarut (g)

M = berat molekul zat terlarut (g/mol)

1 atm

Pcair

padat

gas

Tek

anan

(at

m)

ΔTb

Suhu 100 C

A

B

C

Diagram Tekanan Uap dan Kenaikan Titik Didih Larutan

Page 7: Sifat Kologatif Larutan

P = massa zat pelarut (g)

Kb = tetapan kenaikan titik didih (℃/mol) (Chang, 2003:12)

3. Penurunan Titik Beku

Akibat lain dari turunnya tekanan uap larutan adalah turunnya titik

beku. Suhu pada saat larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm

disebut titik beku. Titik beku normal air adalah 0℃.

Jika air murni didinginkan pada 0℃, maka air tersebut akan

membeku dan tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm. Tetapi bila

dalam ke dalamnya dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap seperti

gula, maka pada suhu 0℃ ternyata larutan belum membeku. Tekanan

uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat tercapai bila

suhu larutan diturunkan.

Setelah tekanan uap mencapai 1 atm, larutan akan membeku.

Besarnya titik beku larutan ini lebih rendah dari 0℃ atau lebih rendah

dari titik beku pelarutnya. Turunya titik beku larutan dari titik beku

pelarutnya disebut penurunan titik beku (∆Tf).

Jika titik beku pelarut Tf° dan titik beku larutan Tf maka penurunan

titik beku dapat dirumuskan :

∆Tf = Tf° - Tf

1 atm

P

cair

padat

gas

Tek

anan

(at

m)

ΔTf 0 C

A

B

C

Suhu C

Diagram Tekanan Uap dan Penurunan Titik Beku Larutan

Page 8: Sifat Kologatif Larutan

A = Titik beku air pada 0℃ dan tekanan uap 1 atm.

B = Titik pada 0℃ dan tekanan uap kurang dari 1 atm, di mana larutan

belum membeku.

C = Titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih kecil dari 0℃

di mana larutan membeku.

Besarnya ∆Tf larutan juga dapat bergantung pada jumlah partikel zat

terlarut.

Menurut Raoult, untuk larutan yang sangat encer berlaku :

∆Tf = Kf m

atau

∆Tf = Kf x WM

x1000

P

di mana ;

W = massa zat terlarut (g)

M = berat molekul zat terlarut (g/mol)

P = massa zat pelarut (g)

Kf = tetapan kenaikan titik beku (℃/mol)

(Ketut, 2004:79-84)

4. Tekanan Osmotik (Osmosis)

Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-molekul pelarut dari

encer ke larutan yang lebih pekat melalui selaput membran/penyekat

semipermeable.

Peristiwa osmosis kelihatanya berlawanan dengan pengalaman di

mana penyebaran partikel (difusi) umumnya terjadi dari larutan yang

konsentrasinya tinggi ke rendah. Pada osmosis larutan dipisahkan oleh

selaput semipermeable sehingga difusi terjadi dari arah sebaliknya.

Difusi ini hanya terjadi pada molekul-molekul pelarut atau zat-zat

yang berukuran kecil, sedangkan molekul berukuran besar tertahan oleh

membran.

Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif, karena hanya bergantung

pada konsentrasi zat terlarut dan bukan pada jenisnya. Berrdasarkan

Page 9: Sifat Kologatif Larutan

percobaan Van’t Hoff (1885) mendapatkan bahwa untuk larutan encer

rumusan tekanan osmotik mempunyai kesamaan dengan tekanan suatu

gas.

Pada suhu (T) tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan

konsentrasi. Secara matematis ditulis :

π∝C (T tetap)

Pada konsentrasi (C) tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan

suhu mutlaknya.

π∝T (C tetap)

Gabungan dari dua persamaan di atas, diperoleh :

π∝CT

atau

πCT

∝K (tetap)

karena konsentrasi berbanding terbalik dengan volume, maka untuk

n mol zat terlarut berlaku :

πVnT

∝K (tetap)

di mana K adalah suatu tetapan yang sama besarnya dengan tetapan gas

R. Persamaan menjadi :

π v = n R T

Rumus ini mirip dengan persmaan gas ideal pv = nRT. Persamaan

selanjutnya juga dapat ditulis :

π = πv

R T

untuk n/v = M

maka :

π = M R T

di mana :

π = Tekanan osmotik (atm)

M = Molaritas larutan (mol/L)

Page 10: Sifat Kologatif Larutan

R = Tetapan gas (0,0821 L atm mol-1K-1)

T = Suhu mutlak (K) (Syukri,2005:86-89)

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : air Suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Rumus Bangun : H-O-H

Pemerian : cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak mempunyai rasa

Kelarutan : larut dalam semua zat

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sampel tonisitas

2. Glukosa (Dirjen POM, 1979 : 268)

Nama resmi : GLUCOSUM

Nama Lain : glukosa

Rumus Molekul : C6H12O6

Berat Molekul : 198,17

Pemerian : hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis

Kelarutan : mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sampel tonisitas

3. NaCl (Dirjen POM,1979 : 403)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Page 11: Sifat Kologatif Larutan

Nama Lain : natrium Klorida

Rumus Molekul : NaCl

Berat Molekul : 58,44

Rumus Bangun : Na-Cl

Pemerian : hablur heksahidrat atau serbuk hablur putih, tidak

berwarna, tidak berbau, rasa asin

Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air sukar larut dalam

etanol

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sampel tonisitas

4. Asam Benzoat (Dirjen POM,1979 : 49)

Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama Lain : asam benzoat

Rumus Molekul : C7H6O2

Berat Molekul : 132,12

Pemerian : hablur heksahidrat, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, tidak berbau

Kelarutan : larut dalam 350 bagian air, larut dalam 3 bagian

etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P, dan

dalam 3 bagian eter P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sampel penurunan titik beku

5. Asam Stearat (Dirjen POM, 1979 : 157-158)

Nama Resmi : ACIDUM STEARICUM

Nama Lain : asam stearat

Page 12: Sifat Kologatif Larutan

Rumus Molekul : C18H36O2

Berat Molekul : 284,36

Pemerian : zat padat keras mengkilap, menunjukkan susunan

hablur putih atau kuning pucat mirip lemak lilin

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air,larut dalam 20 bagian

etanol(95%)P ,dalam 2 bagian kloroform P, dan

dalam 3 bagian eter P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup

Kegunaan : sampel penurunan titik beku

C. Prosedur Kerja (Tim Asisten Fisika Dasar, 2011 : 12-13)

1. Pengaruh Tonisitas Larutan terhadap Sel

a. Amati tabung reaksi yang bersih, berikan label a, b, c, d, dan e;

b. Masukkan 2 ml larutan berikut ini sesuai dengan label masing-

masing :

1) Aquadest

2) NaCL 0,89%

3) NaCL 3%

4) Glukosa 0,1 M

5) Glukosa 0,5 M

c. Untuk setiap tabung reaksi tambahkan irisan wortel tipis sekitar

0,5 mm yang segar daun bawang dan seledri;

d. Masukkan tabung reaksi di rak tabung dan tunggu sampai anda

menyelesaikan semua percobaan yang lain;

e. Perhatikan tampilan dengan mata telanjang dan juga di bawah

mikroskop;

f. Ulangi langkah no.1dan langkah no.2 menggunakan set baru lima

tabung reaksi yang bersih;

Page 13: Sifat Kologatif Larutan

g. Dengan menggunakan pipet tambahkan 5 tetes darah ayam segar

secara keseluruhan untuk setiap tabung uji miringkan bagian bawah

tabung reaksi untuk menjamin pencampuran yang tepat;

h. Amati warna dan penampilan dari larutan setelah 20 menit baik oleh

mata telanjang dan juga di bawah mikroskop.

2. Pengukuran Penurunan Titik Beku

a. Rakit alat pengukuran titik beku (titik lebur) sederhana beker gelas

akan berfungsi sebagai water bath.sebuah plat panas dari pembakar

Bunsen akan berfungsi sebagai sumber panas sebuah tabung reaksi

akan berfungsi sebagai sumber panas.Sebuah tabung reaksi akan

berfungsi sebagai water bath sekunder di mana termometer

dicelupkan;

b. Campuran asam benzoat-asam stearat disiapkan sebagai berikut (atau

sebagai alternatef instruktur dapat mempersiapkan terlebih dahulu)

timbang 8 g asam stearat dan masukkan dalam sebuah gelas kimia 25

ml. Timbang 0,6 g asam benzoat. Panaskan asam stearat perlahan-

lahan di atas hot plat sampai meleleh (50 oC), tambahkan asam

benzoat ke dalam gelas aduk secara menyeluruh hingga diperoleh

larutan homogen. Dinginkan gelas kimia dalam air dingin untuk

mendapatkan sampel yang padat. Gerus sampai menjadi serbuk halus

dalam mortal;

c. Setiap praktikan menyiapkan 4 tabung leleh kapiler untuk sampel (a)

asam stearat (b) 3 tabung asam benzoat 17 %;

d. Susun tabung leleh sebagai berikut :

1) Ambil sejumlah kecil sampel dalam tabung leleh kapiler dengan

menekankan ujung tabung yang terbuka secara vertikal ke dalam

sampel.

2) Balikkan tabung kapiler usap kapiler dengan satu lembaran yang

memungkinkan padatan masuk di bagian bawah kapiler anda

hanya memerlukan satu sampai 5 mm sampai dalam tabung

kapiler.

Page 14: Sifat Kologatif Larutan

e. Ikat tabung kapiler dengan termometer menggunakan karet gelang

kecil dekat dengan ujung atas tabung pastikan untuk menyesuaikan

ujung kapiler dengan ujung termometer

f. Ukur titik leleh setiap sampel sebagai berikut :

1) Jepit termometer dengan tabung kapiler yang melekat dan

rendam dalam thermostat sekunder diisi dengan air.

2) Turunkan thermostat sekunder ke dalam gelas berisi air dan

memulai proses pemanasan perhatikan titik leleh setiap sampel

dan catat pelelehan terjadi ketika anda mengamati pentusutan

pertama dalam sampel atau munculnya gelembung kecil (jangan

menunggu sampai seluruh sampel di kapiler menjadi bening).

3) Setelah mengambil titik lebur sampel pertama biarkan

thermostat mendingin hingga suhu ruang dengan menambahkan

air dingin. Anda harus memulai proses pemanasan untuk

mengamati titik leleh sampel kedua hanya setelah air di

thermostat primer dan sekunder setelah mencapai suhu kamar.

Page 15: Sifat Kologatif Larutan

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan adalah cawan petri, deg gelas, gelas kimia, kaca

preparat, karet gelang, mikroskop, pipa kapiler, penjepit (klem), rak

tabung reaksi, statif, silet, tabung reaksi, dan termometer.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah asam benzoat, asam stearat, darah

ayam, daun bawang, larutan glukosa 0,1 M dan 0,5 M, larutan NaCl

0,89 % dan 0,3 %, seledri, dan wortel.

B. Cara Kerja

1. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel

a. Disiapkan alat dan bahan;

b. Diiris sampel setipis mungkin;

c. Disiakan 20 tabung reaksi dimasukkan larutan glukosa 0,1 M dan 0,5

M, larutan NaCl 0,89 % dan 0,3 % ke tabung reaksi masing-masing

2 ml;

d. Diamati setiap sampel di mikroskop dan difoto;

e. Dimasukkan sampel ke setiap larutan yang berbeda, rendam selama

20 menit;

f. Diamati kembali di mikroskop dan kembali difoto;

g. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap setiap sampel untuk

menguji larutan.

2. Penurunan Titik Beku (∆ T f )

a. Disiapkan alat dan bahan;

b. Dilebur 3 gram asam stearat + asam benzoat 0,6 gram sampai

menjadi campuran homogen;

Page 16: Sifat Kologatif Larutan

c. Ditunggu hingga kering atau berbentuk padatan;

d. Digerus padatan yang dihasilkan dengan mortal dan alu;

e. Ditotolkan pipa kapiller pada stearat dan 3 pipa kapiler pada

campuran asam stearat dan benzoat;

f. Diikat termometer ke lengan pipa kapiler menggunakan karet

gelang;

g. Dimasukkan pipa kapiler ke gelas kimia berisi air;

h. Dipanaskan gelas kimia kemudian diamati hingga muncul

gelembung;

i. Dicatat hasilnya.

Page 17: Sifat Kologatif Larutan

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

1. Pengaruh Tonisitas Larutan terhadap Sel

Sampel LarutanPengamatan Sel

Sebelum direndam Setelah direndam

Batang

Seledri

1) Aquadest

Ket: Normal Ket : Hipertonis

2) NaCl 0,89 %

Ket: Normal Ket : Hipotonis

3) NaCl 3 %

Ket: Normal Ket : Hipotonis

4)Glukosa

0,1M

Ket: NormalKet : Hipertonis

5)Glukosa

0,5M

Ket: Normal

Ket : Hipotonis

Page 18: Sifat Kologatif Larutan

Daun

Bawang

1) Aquadest

Ket: Normal

Ket : Hipertonis

2) NaCl 0,89 %

Ket: Normal Ket : Hipertonis

3) NaCl 3 %

Ket: Normal Ket : Hipotonis

4)Glukosa

0,1M

Ket: Normal

Ket : Hipertonis

5)Glukosa

0,5M

Ket: Normal Ket : Hipotonis

Page 19: Sifat Kologatif Larutan

Wortel

1) Aquadest

Ket: Normal

Ket : Hipertonis

2) NaCl 0,89 %

Ket: Normal Ket : Hipotonis

3) NaCl 3 %

Ket: Normal Ket : Hipotonis

4)Glukosa

0,1MKet: Normal Ket : Hipertonis

5)Glukosa

0,5M

Ket: NormalKet : Hipotonis

Darah 1) Aquadest

Ket : Hipertonis

Page 20: Sifat Kologatif Larutan

Ket : Normal

2) NaCl 0,89 %

Ket : Normal

Ket : Isotonis

3) NaCl 3 %

Ket : Normal Ket : Hipotonis

4)Glukosa

0,1M

Ket : Normal

Ket : Hipertonis

5)Glukosa

0,5M

Ket : Normal Ket : Hipotonis

2. Pengukuran Penurunan Titik Beku

Page 21: Sifat Kologatif Larutan

Sampel Suhu (°C)

1. Asam Stearat 60

2. Asam Stearat + Asam Benzoat 56

B. Perhitungan

1. Pembuatan NaCl 0,3% untuk 100 ml air

0,3 %= x g100 ml

× 100 %

x g=0,3 g

2. Pembuatan NaCl 0,89% untuk 100 ml air

0,89 %= x g100 ml

× 100 %

x g=0,89 g

3. Pembuatan Glukosa 0,1 M untuk 100 ml air

0,1 M=

x g

180g

mol0,1 L

x g=18 g

4. Pembuatan Glukosa 0,5 M untuk 100 ml air

0,5 M=

x g

180g

mol0,1L

x g=9 g

5. ∆ T f =K f ×g

Mr×

1000P

(T 0−T 1 )=K f ×g

Mr×

1000P

(60−56 ) °C=K f ×3 g

288g

mol

×10000,6 g

Page 22: Sifat Kologatif Larutan

4o C=K f ×3000 g

172,8g2

mol

691,2g2 °Cmol

=3000 g × K f

K f =691,2

g2 °Cmol

3000 g=0,2304℃/m

BAB V

PEMBAHASAN

Sifat koligatif larutan merupakan sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan

oleh jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Sifat

koligatif larutan ini dibedakan menjadi dua yaitu, sifat koligatif larutan elektrolit

dan sifat koligatif nonelektrolit yang dibedakan pada kemampuan suatu larutan

untuk mengion. (Tim Dosen Kimia UNHAS, 2008:81)

Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat

berlangsung melalui tiga mekanisme yaitu, difusi sederhana (simple diffusion),

difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein trans membran (simple

diffusion by chanel fromed), dan difusi difasilitasi (fasiliated diffusion).

Osmosis adalah proses pemindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari

larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat

pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi

permeabel.

Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan

larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis. Larutan yang

konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika

larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada

Page 23: Sifat Kologatif Larutan

di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. (Tim Dosen Kimia UNHAS,

2009:70-71)

Apabila suatu sampel dicampur dengan suatu larutan dan terjadi perubahan

sel, maka akan ada dua hasilnya, hipertonis atau hipotonis. Jika ruang sel pada

sampel itu semakin besar, maka larutan itu bersifat. Sedangkan jika ruang sel pada

sampel menciut, maka larutan itu bersifat hipertonis.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia, gelas

ukur, kaki tiga, karet gelang, mikroskop, pembakar spiritus, pipa kapiler,

termometer, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades,

asam benzoat, asam stearat, darah ayam, daun bawang, glukosa, NaCl, kloral

hidrat, seledri, dan wortel.

Cara kerja percobaan ini adalah, untuk pengaruh tonisitas mula-mula sampel

(wortel, daun bawang, seledri, dan darah ayam) diiris setipis mungkin lalu diamati

ruang sel masing-masing sampel pada mikroskop, setelah itu barulah dimasukkan

setiap sampel masing-masing ke dalam lima tabung reaksi dengan pelarut

(aquades, NaCl 0,89%, Nacl 3%, glukosa 0,1 M, dan glukosa 0,5 M). Kemudian

didiamkan selama ± 20 menit, setelah itu diamati kembali ruang sel sampel pada

mikroskop. Dari kedua pengamatan melalui mikroskop, dibandingkan keduanya

lalu dicatat hasilnya. Untuk percobaan penurunan titik beku, pertama-tama

dipanaskan asam stearat 3 gram lalu dicampur dengan 0,6 gram asam benzoat dan

diaduk. Setelah itu, didinginkan dalam air dingin agar menjadi padat lalu digerus

menjadi serbuk-serbuk halus. Pada serbuk tadi, ditotolkan satu pipa kapiler pada

asam stearat dan tiga pipa kapiler untuk asam benzoat, lalu diikatkan pada

termometer dengan karet gelang. Diturunkan termometer pada gelas berisi air lalu

dipanaskan, diperhatikan titik leburnya dan dicatat hasilnya.

Dalam percobaan ini didapatkan hasil antara lain, terjadi perubahan bentuk

sel, ada yang mengembang dan ada yang menciut dikarenakan pengaruh dari

larutan. Juga didapatkan titik beku pada percobaan kedua, yaitu 60o-56o C.

penurunan titik beku didapatkan 0,2304oC/mol.

Page 24: Sifat Kologatif Larutan

Dalam percobaan ini, terdapat kesalahan atau perbedaan misalnya pada saat

pengambilan gambar bentuk sel melalui mikroskop terdapat beberapa perbedaan

bentuk mungkin dikarenakan penggunaan mikroskop yang kurang benar.

Sifat koligatif Larutan ketat hubungannya dengan dunia farmasi Contohnya

pada infus,Tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus karena

mempertimbangkan tekanan osmosis. Konsep ini penting dalam penggunaan

cairan tubuh atau bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan melalui pembuluh

darah. Cairan infus harus isotonis dengan cairan darah, Jika tidak maka akan

terjadi pemisahan pada sel darah.

Page 25: Sifat Kologatif Larutan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tonisitas Sel

a. Aquadest

Hasil dari pencampuran sampel dengan aquadest, semuanya

hipertonis.

b. NaCl 0,89%

Hasil dari pencampuran sampel dengan NaCl 0,89%, semuanya

hipotonis keculai darah ayam.

c. NaCl 3%

Hasil dari pencampuran sampel dengan NaCl 3%, semuanya

hipotonis.

d. Glukosa 0,1 M

Hasil dari pencampuran sampel dengan glukosa 0,1 M,

semuanya hipertonis.

e. Glukosa 0,5 M

Hasil dari pencampuran sampel dengan glukosa 0,5 M,

semuanya hipotonis.

2. Penurunan Titik Beku

Penurunan titik beku yang didapatkan dalam percobaan yaitu sebesar

4℃ dan Kf yang didapatkan adalah sebesar 0,2304 ℃ /mol.

B. Saran

1. Laboratorium

Kebersihan dan kelengkapan alat-alatnya agar diperhatikan.

2. Asisten

Terima kasih untuk bimbingan dan dampingannya semoga tidak bosan-

bosan memberikan penjelasan dan pemahaman kepada praktikan.

Page 26: Sifat Kologatif Larutan

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pom. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 1979

Respati. Ilmu Kimia. Jakarta : Renika Cipta. 2009

Oxtoby. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga. 2001

Petrucci, H. Ralph Suminar. Kimia Dasar 1. Jakarta ; Erlangga. 1985.

Quintus, Fernando. Kimia Analitik. Yogyakarta : Andi. 2009

Chang, Raymond. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. 1994

Tim Dosen Kimia Dasar. Kimia Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.

2004

Tim Dosen Kimia Dasar. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Makassar : UIN

Alauddin. 2011

Sudarmono. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. 2006

Page 27: Sifat Kologatif Larutan

Aquadest NaCl 0,89% NaCl 3% Glukosa 0,1 M Glukosa 0,5 M

Diamati pada mikroskop

Didiamkan 20 menit

Seledri, daun bawang, wortel, dan darah ayamDiamati pada mikroskop sebelumnya

Catat hasil

SKEMA KERJA

1. Pengaruh Tonisitas

Page 28: Sifat Kologatif Larutan

Dilebur

3 pipaCera alba + asam benzoat

1 pipaCera alba

Diikat dengan termometer

Dicelupkan ke dalam aquadest

Dipanaskan pada spiritus

Catat hasil

Cera alba3 gram

Cera alba3 gram

Digerus

Ditotolkan pipa kapiler

2. Penurunan Titik Beku