SGD 1 STENOSIS PILORI NERS CAHYA.doc

31
Kasus II (SGD 3 dan 4) By.C usia 6 bulan dibawa ke RS dengan keluhan muntah proyektil setiap diberikan makan dan susu sejak 4 hari yang lalu. Sejak usia 3 bulan By.C juga beberapa kali mengalami keluhan yang sama. Saat ini bayi tampak lemah, gelisah, mata cowong, turgor kulit lambat, produksi urin menurun, dan mukosa bibir kering. Bayi tampak menangis namun tidak mengeluarkan air mata. Saat dilakukan palpasi abdomen, teraba masa di epigastrium. Dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan tanda “string sign” dan dilatasi lambung. Pemeriksaan laboratorium ditemukan hipokalemia dan metabolik alkalosis. Pertanyaan 1. Jelaskan konsep dasar medis secara ringkas kelainan klien pada kasus di atas!

Transcript of SGD 1 STENOSIS PILORI NERS CAHYA.doc

Kasus II (SGD 3 dan 4)By.C usia 6 bulan dibawa ke RS dengan keluhan muntah proyektil setiap diberikan makan dan susu sejak 4 hari yang lalu. Sejak usia 3 bulan By.C juga beberapa kali mengalami keluhan yang sama. Saat ini bayi tampak lemah, gelisah, mata cowong, turgor kulit lambat, produksi urin menurun, dan mukosa bibir kering. Bayi tampak menangis namun tidak mengeluarkan air mata. Saat dilakukan palpasi abdomen, teraba masa di epigastrium. Dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan tanda string sign dan dilatasi lambung. Pemeriksaan laboratorium ditemukan hipokalemia dan metabolik alkalosis.Pertanyaan

1. Jelaskan konsep dasar medis secara ringkas kelainan klien pada kasus di atas!

Gambar 1. Perbandingan lambung normal yang lambung yang mengalami stenosis pilori

a) Definisi

Menurut Davies stenosis pilori atau Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis (IHPS) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hipertrofi dari dua lapisan otot pada pilorus. Saluran pilori memanjang, ruang pilorus menebal dan mukosa menjadi edema yang menyebabkan obstruksi fungsional pada lambung. 2 Menurut Campeau et al 2009 mengungkapkan bahwa stenosis pilori didefinisikan sebagai hipertrofi spinkter pilori (penebalan otot sirkular pilorus). Kemudian mempersempit saluran gastric dan sering menyebabkan obstruksi gaster pada 2 12 minggu kelahiran. 5b) Epidemiologi

Insiden bervariasi di berbagai negara, namun rentang dari 2-4 per 1000 kelahiran. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi laki laki (4:1). Munculnya gejala seringkali di awal kehidupan, antara 3 sdan 5 minggu, dan kira kira 95% kasus diidentifikasi pada umur 3-12 minggu. Mortalitasnya rendah. Sebuah penelitian Cohort Study dengan 350 pasien di rumah sakit di Irlandia yang menderita IHPS hanya 1 yang meninggal yang mana disertai karena miopati.2 Faktor risiko pada anak laki laki pertama (dua kali lebih besar daripada kelahiran selanjutnya), Famili kulit putih, pada masa bayi 7,0. Karena adanya juga deplesi volume cairan ekstrasel (ECFV) maka ginjal berusaha untuk menghemat Na+ dengan menstimulasi sekresi aldosteron. Hipokalemia timbul karena K+ hilang akibat muntah dan melalui urin yang bertukar dengan H+ (dalam usaha untuk menghemat Na+). Keadaan ini juga menyebabkan perubahan intrasel yang membuat pHnya menjadi lebih alkalis. Dengan adanya deplesi Na+ dan K+, ginjal mensekresikan urine lebih asam (paradoxical aciduria) meningkatkan lebih lanjut alkalosis metabolik. Hipokloremia timbul karena hilangnya Cl- akibat sekresi gaster dan pada usaha menghemat Cl-, maka Cl- urin dikeluarkan < 20 mEq/L. Konsentrasi Cl- dan Na+ urin biasanya sama dan keduanya menjadi rendah pada keadaan hipovolemia karena keduanya direabsorbsi bersama-sama. Akan tetapi pada stenosis pilorus, sejumlah Na+ yang hilang merupakan keharusan dengan adanya kelebihan HCO3- sehingga Na+ yang ditemukan dalam urin tidak sesuai dengan deplesi ECFV. Sebaliknya, semua Cl- direabsorbsi dalam pertukaran sehingga kadar Cl- urin merupakan suatu prediktor yang lebih akurat terhadap status volume pasien.Gambaran singkat proses terjadinya stenosis pylorus :

Etiologi

Disebabkan karena kelainan congenital dan kegagalan perkembangan janin

Hipertropi otot pada dinding pylorus

Hiperplasia otot sirkuler

Obstruksi pada dinding pylorus

Penebalan dinding pylorus 2x ukuran normal

Lumen menyempit

Lambung melebar

Hiperatropi antriume) Manifestasi Klinis

Muncul pada usia 3 6 minggu, diperparah dengan muntah non bilious setelah diberi makan kadang kadang terdapat darah.5 Muntah proyektil, hipokalemia, alkalosis metablik, hiponatremia, muntah proyektil. 2 Gejala lainnya termasuk penurunan berat badan, popok yang tidak basah, penurunan BAB, lapar berlebihan, membran mukosa kering, ubun ubun tertekan, takikardi dan jaundice. Diagonis lainnya yang dipertimbangkan adalah gastro osophageal reflux, pemberian makan berlebihan, diare infeksius, alergi makanan, atresia duodenum, atresia jejunum, atresia pilori, jaringan yang berongga dan malrotasi. 5 f) Pemeriksaan Fisik

Pengkajian derajat dehidrasi, berat badan ditinjau dari berat badan sebelumnya, pengkajian adanya jaundice. Tes pemberian makanan dapat diberikan jika ada kecurigaan stenosis pilori yang mana dapat diamati pada bayi muntah dan mekanisme muntah lainnya ( seperti proyektil, posit). Observasi peristaltic usus ( dari kiri ke sisi kanan abdomen) 5 Palpasi pada tumor di abdomen 1. Pemeriksaan admomen dapat diidentifikasi hipertrofi pada otot pilorus ( kuadran kanan atas abdomen, massa berbentuk olive)5

Gambar 2. Massa berbentuk olive pada abdomeng) Pemeriksaan DiagnostikBerdasarkan pemeriksaan laboratorium meliputi analisa gas darah untuk mengetahui risiko hipokalemia, alkalosis metabolik karena muntah yang sering. Tes darah FBC, U&E, asam basa, glukosa, dan bilirubin (jika ada jaundice). Penyebab muntah jadi lebih lama karena hipokalemia dan hipockloremia terjadi karena kehilangan elektrolit dan air yang menyebabkan alkalosis metabolik. Pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan jika pengkajian dan sampel darah tidak terdiagnosa, tapi sensitive dan spesifik tergantung operator. Sebuah diagnosis didapat berdasarkan ketebalan yang lebih dari 4mm dan panjang saluran pilori lebih panjang dari 17mm disertai dengan aliran dan peristaltik yang abnormal.Pada pemeriksaan kontrast GI kadang digunakan jika ultrasound tidak terlihat jelas yang menunjukkan untaian tipis kontras terjadinya penyempitan pilorus5. Penelitian Barium menunjukkan tanda klasik dari pemanjangan saluran pilori (string sign) atau penebalan mukosa pilori (double-track sign)2. h) Diagnosa Pembanding

Diagnosis banding bayi dengan HPS adalah GERD (gastroesophageal reflux disease), pylorospasme, atresia pylorus, stenosis duodeni, malrotasi atau midgut volvulus7. Gastro-oesophageal reflux disease ( GERD ) adalah salah satu kelainan yang sering dihadapi dalam bidang gastrointestinal. Penyakit ini berdampak buruk pada kualitas hidup penderita dan sering dihubungkan dengan morbiditas yang bermakna. Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra-esofagus. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed gastric emptying. Peranan infeksi Helicobacter pylori dalam patogenesis GERD relatif kecil dan kurang didukung oleh data yang ada. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam lambung.

Selama bertahun-tahun ahli radiologi menganggap pylorospasm terjadi karenaspasme cincin pilorus atau spingter pilorus. Spasme cincin (atau "sphincter") menutup apertura pilorus, sehingga menunda pengosongan lambung dan menyebabkan retensi. Dengan kata lain, jika lambung terisi penuh oleh kontras barium, menunjukkan pengosongan tertunda, atau kegagalan pengosongan lambung dalam waktu tertentu (tanpa adanya lesi organik), ahli radiologi yang lebih tua cenderung menyebut sebagai "pylorospasm". Namun beberapa ahli menyatakan pylorospasme merupakan kontraksi tonik dari antrum bukan hanya kontraksi dari spingter. Penyakit yang mendasari pylospasme dapat berupa ulkus duodenum, ulkus lambung, gangguan nervus, atau spasme reflek akibat penyakit di organ perut lainnya8.

Atresia pilorus merupakan kasus yang jarang. Insidennya 1 per 100.000 bayi hidup dan kir-kira 1% dari semua kasus atresia intestinal. Diagnosis suspek atresia pilorus bisa didapatkan gejala muntah non bilious pada hari pertama kehidupan dengan didukung adanya distensi abdomen dengan atau tanpa gangguan nafas. Diagnosis dikonfirmasi dengan foto polos abdomen dan ditemukan gambaran dilatasi gaster (single bubble appearance) namun tidak disertai adanya gambaran udara usus di distal gaster. Pemeriksaaan USG tidak dapat memberikan gambaran yang khas.8 Namun pada USG prenatal didapatkan gambaran distensi gaster dengan

Polihidramnion9.

Stenosis duodeni adalah penyempitan atau striktura lumen duodenum yang abnormal menyebabkan obstruksi yang tidak lengkap. Berbeda dengan atresia duodeni yang menyebabkan obstruksi lengkap. Stenosis dan atresia duodeni umumnya terdapat pada bagian pertama dan kedua duodenum, terutama di daerah sekitar papilla vateri. Saluran empedu utama dapat berhubungan dengan mukosa intraluminal web. Bila lumen sangat kecil, gejala menyerupai atresia. Bila lumen agak longgar, gejala muncul saat berumur beberapa bulan/tahun. Manifestasinya berupa muntah bilious dan non bilious.

Malformasi atau midgut volvulus merupakan suatu kondisi usus menjadi terpelintir yang disebabkan karena malrotasi selama masa perkembangan janin. Malrotasi usus terjadi ketika sekuen embriologi normal saat perkembangan dan fiksasi usus terganggu atau terputus. Usus yang mengalami malrotasi rentan terhadap puntiran, dan dapat menyebabkan midgut volvulus. Pada neonatus, malrotasi dengan midgut volvulus mempunyai tanda khas berupa muntah empedu dengan tanda radiografi menunjukkan adanya obstruksi usus letak tinggi dan gambaran double bubble.i) PengobatanIHPS dapat dilakukan secara konservatif melalui pemberian makan naso-duodenal. Proses ini harus dilakukan secara kontinyu untuk beberapa bulan untuk membuat proses okstruksi berhenti, dan bayi bertambah berat. Pengobatandengan atropine juga diresepkan. Keamanan dan efektivitas dari operasi sama dengan manajemen konservatif jika seseorang mengalami kontraindikasi pada operasi. Operasi pada stenosis pilori bukan merupakan prosedur emergency, operasi hanya dapat terjadi jika ada keseimbangan cairan, status asam basa, dan level elektrolit telah kembali normal. Bayi akan mengalami risiko apneu post-op jika alkalosis metabolik tidak dibenahi pada operasi. Operasi sederhana adalah Ramstedt pyloriomyotomy. Pyloromyotomy juga dapat dilakukan secara laparoscopically.2 Tahap tahap berdasarkan Chirdan, 2008 yaitu :

1. Koreksi elektrolit dan rehidrasi

Pasien dengan HPS biasanya mengalami gangguan elektrolit. Gangguan elektrolit ringan dapat dikoreksi dengan 0,45% salin dan 5% dextrose sebelum dilakukan tidakan operasi. Gangguan elektrolit berat dikoreksi dengan 0,9% salin dengan bolus 10-20cc/kgBB, diikuti oleh pemberian 0,9% salin dalam 5% dextrose. Penambahan kalium di berikan jika diperlukan, misalnya pada pasien yang ditemukan hipokalemia.

2. Dekompresi naso gastrik

Setelah diagnosis HPS ditegakkan, semua makanan di stop dan dilakukan aspirasi semua isi lambung melalui NGT. Biasanya isi lambung berupa susu yang telah menggumpal sehingga dilakukan lavage dengan saline sampai evakuasi lambung adekuat. Setelah isi lambung kosong, NGT dikeluarkan untuk mencegah perburukan gangguan elektrolit karena aspirasi dari isi lambung.

3. Pembedahan

Pembedahan pada pasien HPS bukan merupakan tindakan darurat. Sehingga diperlukan koreksi elektrolit dan dekompresi naso gastrik sebelum dilakukan tindakan bedah. Kadang-kadang pasien HPS mengalami jaundice akibat kegagalan sementara dari aktifitas glucoronyl transferase. Standar operasi pada pasien HPS adalah Ramstedt pyloromyotomy. Secara klasik operasi dilakukan dengan insisi di perut kuadran kanan atas atau insisi secara melintang di daerah supra umbilikal. Insisi secara vertikal di buat di permukaan mid anterior muskulus superfisial dan serosa, 1-2 mm dari pyloroduodenal junction sampai 0,5 cm ke antrum bagian bawah. Serabut dibawahnya dibagi dengan diseksi tumpul dan penjepit. Dilakukan perawatan untuk mencegah perforasi mukosa terutama di bagian bawah insisi. Tampak protusio dari mukosa gaster mengindikasikan tanda obstruksi. Perforasi mukosa biasanya terjadi di duodenal end dan terindikasi dengan adanya cairan empedu. Namun ketika hal ini terjadi, perbaikan dilakukan dengan menggunakan sutura monofilamen absorbable jangka panjang dan ditempatkan melintang dan ditutup dengan omentum. Selanjutnya udara dimasukkan melalui NGT untuk evaluasi integritas mukosa duodenal10.k) Komplikasi

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah gastro-oesophageal reflux (11%), perforasi duodenum (8%), dan infeksi luka (5%); tidak ada luka yang terbuka. 1 Pada sembilan bayi 1 yang dilakukan operasi dilatih menggunakan artery forceps atau otot yang menyebar. Pada setiap kasus duodenum yang telah selesai dijahit dengan tali krom dan ditempatkan pada omentum, dan jarang sembuh. Komplikasi ini tidak akan trejadi jika artery forceps dan penyebaran otot dapat teratasi dengan baik selama operasi. Ada empat infeksi, tiga diantaranya memerlukan antibiotik; Staphylococcus aureus adalah 2 jenis dari bakteri ini. Tidak terdapat luka terbuka dan tidak ada hernia insisional yang terus berkembang pada usia tiga bulan. Pemberian makan setelah operasi pertama rata- rata 21 jam (range 4-84) dan pasien dipulangkan rata- rata 76 jam (range 22-168) setelah operasi. Penyakit yang muncul pada perforasi duodenum di rumah sakit sekitar 18 jam lebih lama dari yang lain (rata-rata 94 jam, rrange 70-122) tapi alasan utama bertambah lamanya berada di rumah sakit adalah munculnya gastro-oesophageal reflux, dan infeksi luka. Beberapa bayi tidak segera dibawa oleh orang tua mereka.

Muntah post-op sering terjadi paling lama 2 sampai 3 hari. Muntah persisten pada 9 dari 91 bayi tanpa disertai abnormalitas, dan semuanya menjalani barium meal examination; 6 di antaranya menunjukkan mengalami gastro oesophageal reflux. Drepresi respiratori atau gagal napas adalah komplikasi post-op yang serius yang mungkin disebabkan oleh ketidakcukupan rehidrasi sebelum operasi. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit juga sebagai predisposisi pada shock post op dan konvulsi. Hal ini penting untuk melindungi dari hipotermia selama operasi, dan efek dari relaksasi otot dan anestesi harus tetap bekerja sebelum pemotongan endotrakea. Insisi vertical harus dihindari karena dapat menyebabkan bekas luka yang akan membesar secara jelas seiring bertambahnya usia.Seringkali dokter bedah yang tidak berkompeten melakukan operasi piloromiotomi yang tidak sempurna sehingga menimbulkan masalah serius dengan lubang kecil di duodenum.1l) Prognosis

Kini prognosis untuk bayi yang mengalami stenosis pilorus bergantung pada anomaly yang mana terjadi pada 6 20 %.1 Setelah operasi bayi dapat dipulangkan ketika hidrasi dalam kondisi baik dan dapat makan. Prognosis setelah operasi baik dan benar benar sembuh dan dapat tumbuh seperti normal.22. Jelaskan tentang String sign! Gambar 3. String sign radiography

Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan penyempitan yang dapat kembali karena spasme pada penyakin Crohn, sekarang digunakan untuk penyempitan lumen perut, termasuk di dalamnya stenosis pylorus. String sign pada gastrointestinal dapat terlihat pada segment intestinal lainnya. Tanda ini juga terlihat pada kasus stenosis pilori sebagai strip tunggal barium yang menyempitkan dan mempanjang saluran pilorus. 11

3. Jelaskan resusitasi cairan untuk kasus klien di atas!

Manajemen awal harus diikuti pendekatan ABC dan manajemen cairan harus berfokus pada penyebab dehidrasi, di mana elektrolit dan asam basa abnormal Dan awalnya 200ml/kg 0,9 saline harus diberikan jika bayi dehidrasi. Sehingga maintenance cairan harus dimulai, tujuannya untuk memberikan hidrasi yang adekuat selama pencegahan terhadap hipernatremia dan hipoglikemia. Maintenance cairan yang tepat adalah 5 % glukosa per 0,45% saline, menyediakan sodium plasma; tidak kurang dari 5% glukosa per 0,9% saline digunakan dalam situasi ini. Natrium klorida harus diberikan ke dalam cairan seperlunya dan output urine dapat meningkat. Balance cairan yang tepat harus dijaga dan kateter urin harus dipertimbangkan jika anak dehidrasi. Pengukuran elektrolit berlanjut, asam basa dan gula darah harus dilakukan. NGT harus diberikan untuk mengurangi tekanan pada lambung.2 Menurut Campeau, 2012 sangat penting untuk menangani hipovolemia dan ketidakseimbangan elektrolit sebelum operasi agar tidak memperpanjang alkalosis dan depresi pada respiratori, meningkatkan risiko hipoventilasi / apneu pada post-op.3 Fluid Bolus tergantung pada kondisi munculnya fluid bolus 20ml/kg dari 0,9 saline mungkin diperlukan. IV Cairan IV 0,45% saline dan 5% dextrose dengan ditambahkan 10mmol Kalium per 500ml yang dimulai pada 150ml/kg/hari 4. Jika infant tidak mengeluarkan urin yang mengandung kalium maka jangan tambahkan infuse sampai urin output adekuat. Darah U&E dan asam basa harus diberikan secara teratur hingga biokimia dalam keadaan stabil, tujuannya untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam 48 jam4.Jika serum bikarbonat kurang dari 29 mmol/L dan level CI lebih besar dari 95mmol/L maka operasi dapat dilakukan. Gula Darah cek dan catat gula darah 4-6 jam via heel prick. Nasogastric tube ukuran tube 8 ryles harus diberikan untuk mengeluarkan cairan perut, Biarkan drainaase dan aspirasi per jam. Ganti NGT losses ml per ml dengan 0,9% saline dan 10mmol Kalium per 500ml. Keseimbangan cairan Amati secara tepat input dan ouput setiap jam, berat popok. Berat badan dari hari ke hari sangat berguna untuk mengkaji dehidrasi dan menghitung keperluan cairan parental. 4. Buatlah analisa data untuk kasus klien di atas dan rumuskan diagnose keperawatannya!Data

Pohon masalah

Data subjektif :

Ibu pasien mengatakan bayinya muntah setiap diberikan susu dan makanan. Selain itu ibu pasien mengatkan anaknya pernah mengalami gejala yang sama pada usia 3 bulan.

Data Objektif :

Pasien tampak lemah, gelisah, mata cowong, turgor kulit lambat, produksi urin menurun, dan mukosa bibir kering. Bayi tampak menangis namun tidak mengeluarkan air mata. Saat dilakukan palpasi abdomen, teraba masa di epigastrium. Dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan tanda string sign dan dilatasi lambung. Pemeriksaan laboratorium ditemukan hipokalemia dan metabolik alkalosis.

Stenosis pylorus

Dilatasi Lambung

Menyebabkan saluran pylorus menyempit

Akibat penyempitan saluran pylorus menyebabkan cairan yang masuk tidak dapat disalurkan ke duodenum dan tidak dapat diserap

Akibatnya terjadi reflux

Akibatnya terjadinya muntah

Kehilangan volume cairan

Kehilangan elektrolit (K+)

Menyebabkan metabolik alkalosis

5. Buatlah intervensi keperawatan pre operasi dan post operasi !

6. Buatlah pendidikan kesehatan untuk perawatan klien dengan masalah klien di atas (pilih salah satu penkes dan lengkapi dengan jurnal pendukung)!Oxford Radcliffe Hospitals The Childrens Hospital

Pyloric Stenosis, Information for parents

Stenosis Pilorus

Informasi untuk orang tua

Apa itu stenosis pilorus ?

Ini adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi bayi dalam beberapa minggu pertama kehidupan, biasanya sekitar 6 minggu. Ini cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih dari perempuan.

Stenosis pilorus adalah penyempitan pilorus bagian antara perut dan usus kecil. Penyempitan ini menghalangi pergerakan susu atau makanan ke dalam usus. Pada bayi penyumbatan disebabkan oleh otot-otot pilorus menjadi terlalu tebal, Kami tidak tahu mengapa hal ini terjadi tetapi bisa herediter (diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya).Apakah penyebab stenosis pylorus ?

Dalam banyak kasus bayi dengan stenosis pilorus akan mulai membesarkan sejumlah kecil kebutuhan susu. Selama beberapa hari ini akan menjadi lebih buruk sampai bayi tidak bisa lagi minum susu. Muntah ini dapat menjadi begitu kuat bahwa susu diproyeksikan untuk beberapa meter keluar dari mulut bayi. Ini disebut muntah proyektil dan biasanya berwarna kuning. Jika kondisi ini tidak diobati bayi akan mengalami dehidrasi dan tidak mengalami penambahan berat badan.Bagaimana pilorus stenosis didiagnosis?

Otot pilorus menebal sehingga dapat dirasakan benjolan keras terutama saat makan. Otot-otot di sekitar perut kadang-kadang dapat terlihat tegang dan tubuh mencoba bergerak untuk mendorong susu melalui pyloris. Dokter mungkin ingin memeriksa bayi Anda selama disusui untuk melihat apakah hal ini terjadi dan untuk mengamati muntah yang terjadi. Investigasi lain mungkin diperlukan seperti scan ultrasound.

Bagaimanakah treatment pilorus stenosis ?

Bayi yang mengalami pirolus stenosis memerlukan operasi dibawah anastesi umum untuk memotong beberapa serat otot yang menyebabkan terjadinya masalah. Operasi ini disebut piloromiotomi.

Apakah faktor resikonya ?

Piloromiotomi adalah operasi yang aman dan memiliki risiko komplikasi yang kecil. Namun, semua operasi membawa beberapa risiko. Dokter akan berbicara dengan Anda mengenai risiko secara lebih rinci. Komplikasi berikut memiliki resiko kurang dari 5% (5 dalam 100 pasien) dan yang kemungkinan terjadi yaitu :

1. Luka infeksi, ada risiko infeksi luka. 2. Piloromiotomi lengkap

Operasi mungkin tidak berhasil dan anak Anda mungkin memerlukan operasi ulang. 3. Perforasi mukosa

Kami mencoba untuk tidak membuka lapisan dalam perut namun ada kemungkinan bahwa lapisan dalam bisa membuka. Jika itu terjadi kami akan menjahit lapisannya segera. Dalam hal ini anak Anda mungkin perlu untuk tinggal selama beberapa hari ekstra di rumah sakit.4. Resiko anastesi

Dalam anestesi modern, masalah serius jarang terjadi. Risiko tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, tetapi peralatan modern, pelatihan dan obat-obatan telah membuat anestesi umum prosedur jauh lebih aman dalam beberapa tahun terakhir. Kebanyakan anak sembuh dengan cepat dan segera kembali normal setelah operasi dan anestesi. Beberapa anak mungkin menderita efek samping seperti sakit atau sakit tenggorokan.Ini biasanya berlangsung hanya dalam waktu singkat dan ada obat-obatan yang tersedia untuk mengobati jika perlu. Kemungkinan komplikasi yang tepat tergantung pada kondisi kesehatan anak Anda dan pada sifat operasi dan anestesi kebutuhan anak Anda. Dokter anastesi dapat berbicara dengan Anda tentang detil inisial pada kunjungan praoperasi Anda.

Alternative

Operasi adalah satu-satunya pengobatan yang diterima untuk kondisi ini. Beberapa rumah sakit melakukan prosedur dengan menggunakan operasi lubang kunci tetapi belum menunjukkan manfaat yang lebih daripada operasi terbuka.

Sebelum Operasi

Bayi Anda mungkin perlu diinfus untuk memberikan cairan saat bayi Anda akan mengalami dehidrasi karena muntah. Operasi dilakukan setelah anak Anda sepenuhnya terhidrasi.

Bayi Anda juga akan membutuhkan NGT melalui hidung dan masuk ke perut. Hal ini memungkinkan cairan yang mengumpul di perut untuk dikeluarkan, membantu untuk mencegah bayi Anda dari perasaan sakit sebelum dan setelah operasi.

Dokter akan menjelaskan operasi secara lebih rinci dan berbicara kepada Anda tentang segala keprihatinan yang mungkin Anda miliki. Seorang anastesi juga akan berbicara dengan Anda mengenai obat bius. Jika anak Anda memiliki masalah medis seperti alergi, tolong katakan kepada dokter. Kami akan meminta Anda untuk persetujuan tertulis untuk operasi. Jika ada sesuatu yang Anda tidak yakin tentang, atau jika Anda memiliki pertanyaan, silakan tanyakan kepada dokter sebelum menandatangani formulir persetujuan.

Apakah yang terjadi selama prosedur operasi ?

Operasi dilakukan di bawah anastesi umum. Anak Anda akan tidur di sepenuhnya. Di ruang anestesi

Seorang perawat dan orang tua dapat menemani anak ke ruang anastesi. Anak Anda mungkin mengambil mainan. Dimungkinkan untuk memberikan anastesi dengan anak Anda duduk di pangkuan Anda. Anak Anda mungkin juga memerlukan gas anastesi untuk bernapas atau suntikan melalui kanula (tabung plastik tipis yang diletakkan di bawah kulit, biasanya pada punggung tangan). Jika anastesi diberikan melalui gas, itu akan mengambil sedikit waktu untuk anak Anda jika dibius. mereka mungkin menjadi gelisah karena gas tersebut. Jika suntikan digunakan, anak Anda biasanya akan menjadi tidak sadar sangat cepat. Beberapa orang tua mungkin beranggapan bahwa ini menakutkan. Anak Anda kemudian akan dibawa ke ruang operasi untuk menjalani operasi.Selama operasiAhli bedah akan membuat luka kecil di perut untuk mencapai pilorus dan memotong beberapa serat otot sekitarnya. Hal ini memperluas pembukaan ke usus dan memungkinkan makanan untuk melewatinya. Luka akan ditutup dengan jahitan larut.Setelah operasi

Sebelum bayi Anda terbangun, dokter akan memberi bayi Anda obat untuk menghilangkan rasa sakit. Anda akan dapat bergabung kembali dengan anak Anda di ruang pemulihan segera setelah bayi Anda terbangun.

Untuk 4 sampai 8 jam pertama setelah operasi, bayi Anda tidak akan dapat makan melalui mulut untuk memungkinkan perut dan usus untuk beristirahat. Kami akan memberi makan bayi Anda melalui infus. Kami perlahan-lahan akan meningkatkan jumlah makanan sesuai dengan saran dari dokter bedah anak Anda. Hal ini sangat normal untuk bayi Anda untuk terus muntah selama beberapa minggu setelah operasi, tetapi itu tidak akan menjadi muntahan proyektil seperti sebelumnya.

Keluar dari Rumah Sakit

Anda akan dapat membawa pulang bayi Anda setelah sekitar 2-4 hari. Bayi Anda akan segera mendapatkan berat badan. jika luka perlu diambil setelah 4-5 hari. Ahli bedah anak Anda dapat meminta untuk melihat Anda pada pasien rawat jalan beberapa minggu setelah operasi. Dalam hal ini Anda akan mendapatkan surat petunjuk melalui pos.

Daftar Pustaka1. Zeidan B, Wyatt J, Mackersie A,T, Brereton R J. Recent Results of Treatment Of Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis. British Med J. 1988: 1060-1064p.2. Davies I. Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis

Anaesthesia Tutorial of The Week 276. Anaesthesia T. 2012: 5 pages 3. British Medical Journal - Guner. YS, Aranda. A and Upperman.YS. Best Practice Pyloric Stenosis. [online]. 2009. Available at: http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/680.html (Diakses pada 15 Juni 2014)

4. Manchester Childrens Hospital NHS Trust (2009) Preparing a child with pyloric stenosis for transfer to Childrens Hospitals in Manchester [Guideline] Manchester: Manchester Childrens Hospitals.5. Campeau E, Patil M. Review Pyloric Stenosis Guideline for diagnosis and management. Paediatric unit, East Cheshire NHS . 2012 : 2-4p6. Panteli C. New Insights into The pathogenesis of Infantile Pyloric. Pediatr Surg Int. 2009. 25:1043-1044.7. Humphries JA, Steele A. Diagnosing infantile hypertrophic ploric stenosis.

Clinical review. 2012; 22(9): 10, 12-15

8. Keet AD. Pylorospasm: The pyloric sphincteric cylinder in health and disease.

1998; 20; 89. Available from http://med.plig.org/19/88.html (Diakses pada Juni 2014)9. Heinen F, Elias D, Pietrani M, Verdaguer P. Pyloric atresia. August, 2000.

Available from www.thefetus.net (Diakses pada 13 Juni 2014)10. Chirdan LB, Ameh EA, Thomas AH. Infantile hypertrophic pyloric stenosis. J

Pediatr Surg; 2008: 43: 1227-29

11. Weerakkody Y, Amini B et al. Gastrointestinal String Sign. 2010. Available at http://radiopaedia.org/articles/gastrointestinal_string_sign. (Diakses pada 12 Juni 2014)

12. Moorhead S, Jonson M, Mass ML et al. Nursing Outcome Classfication. Mosby Elsevier. 2008 : 340,404, 531, 581,58213. Doctherman JMC, Bulecheck GN. Nursing Intervention Classification. Mosby Elsevier. 2008 : 109,111, 432