Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

60
Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya MENGEMBANGKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

description

MENGEMBANGKAN MODEL -MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya. kebutuhan berbahasa untuk luaran (kebutuhan instrumental) kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas. kebutuhan luaran untuk siswa yang drop out. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Page 1: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Setya Yuwana SudikanFBS Universitas Negeri Surabaya

MENGEMBANGKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Page 2: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

1. kebutuhan berbahasa untuk luaran (kebutuhan instrumental)2. kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas

Kebutuhan berbahasa untuk

luaran

kebutuhan luaran untuk siswa yang drop out

kebutuhan luaran untuk siswa yang akan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

Page 3: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Kebutuhan berbahasa sebagai

sarana pengembangan

kreativitas

sebagai sarana akademik

sebagai sarana sosialisasi

sebagai sarana imajinasi dan rekreasi

Page 4: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

cerdas intelekrual

cerdas sosial

cerdas emosional

cerdas spiritual

Pengembangan kecerdasan

majemuk

cerdas kinestetis

Page 5: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Cerdas spiritual ditandai kemampuan beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk

menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (termasuk budi pekerti luhur dan berkepribadian unggul)

Cerdas emosional, ditandai:1. beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan

apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni budaya, serta kompetensi untuk mengekpresikannya, dan

2. beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: a) membina dan memupuk hubungan timbal balik, b) demokratis, c) empatik dan simpatik, d) menjunjung tinggi hak azasi manusia, e) ceria dan percaya diri, f) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, g) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban

warganegara.

Page 6: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Cerdas intelektual, ditandai: 1. beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan

kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 2. aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, dan imajinatif.

Cerdas kinestetis, ditandai:1. beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan

yang sehat, bugar, berdayatahan, sigap, terampil, dan trengginas, dan

2. aktualisasi insan adiraga

Page 7: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Prinsip Dasar Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif

No Prinsip Konvensional Prinsip Inovatif

1 Teacher-centered Student-centered (berpusat pada siswa)

2 Subject-based Problem-based (berdasarkan masalah)

3 Dicipline Integrated-based (terintegrasi)

4 Hospital-oriented Community-based (berorientasi Masyarakat)

5 Standardized Electives (menawarkan pilihan)

6 Opportunistic Systematic (sistematis)

7 Pre-graduade Continuing (berkelanjutan)

Page 8: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Model Pembelajaran Bahasa Jawa yang Dikembangkan:1.Dukungan teori tentang strategi belajar siswa yang mendukung model,2.Asumsi dan tujuan pengembangan model3.Sintaks4.Faktor pendukung5.Peran siswa dan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran

Page 9: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Dukungan Teori Belajar Bahasa

T

e

o

r

i

M

e

d

i

a

S

i

Behavioris Nativis Fungsional

=Tabula

Rasa

=Stimuli:

Respon

Kebahasaan

=kondisi

oning

=Pradisposisi

Bawaan

(LAD/UG)

=Sistematik,

Pemerolehan

Taat kaidah

=konstruksi

Kreatif

=Tata bahasa

=Konstrukti

vis

=Interaksi

Sosial

=Kognisi

dan

bahasa

Respon

mediasi

Page 10: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Model pembelajaran → bentuk pembelajaran yang tergambar dan awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Pendekatan → konsep dasar yang melingkupi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.

Metode → prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, diturunkan ke dalam teknik pembelajaran yang secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.

Teknik → cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Page 11: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

pembelajaran langsung

pembelajaran tematik

pembelajaran lesson study

pembelajaran kontekstual

pembelajaran kooperatif

pembelajaran kuantum

pembelajaran berbasis masalah

pembelajaran berbasis pengalaman

pembelajaran partisipatori

pembelajaran model SAVI

ANEKA MODEL PENGELOLAAN KELAS

Page 12: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PEMBELAJARAN LANGSUNGPembelajaran langsung merupakan model yang berpusat pada guru

Langkah-langkah: 1. menyiapkan siswa menerima pelajaran, 2. demonstrasi, 3. pelatihan terbimbing, 4. umpan balik, dan 5. pelatihan lanjut (mandiri).

Page 13: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pengajaran langsung sangat cocok diterapkan apabila guru menginginkan siswa belajar pengetahuan deklaratif.

FASE PERAN GURU1. Menyampaikan tujuan dan mempersiap

kan siswaGuru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa teklah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapakan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Sintaks Model Pengajaran Langsung

Page 14: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PEMBELAJARAN TEMATIKPembelajaran tematik diajarkan kepada siswa di kelas awal SD (kelas 1 sampai kelas 3) karena pada perkembangannya, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memberikan pengalaman holistik kepada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran tidak lagi terkotak-kotak dalam mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah. Namun, muatan masing-masing pelajaran itu sudah diramu secara utuh dan padu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.

Page 15: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Tahap-tahap: (1) analisis standar isi dalam kurikulum, khususnya pada muatan standar

kompetensi masing-masing mata pelajaran; (2) tentukan tema pembelajaran untuk mengikat standar kompetensi

berbagai mata pelajaran tersebut menjadi sebuah ruang lingkup pembelajaran yang utuh, padu, dan bermakna;

(3) tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran terkait yang terdapat di dalam kurikulum sesuai dengan tema yang telah ditentukan;

(4) tentukan indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan;

(5) berdasar indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, tentukan tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan;

(6) rancanglah pembelajaran sesuai dengan prosedur perencanaan mengajar yang meliputi materi, langkah-langkah pembelajaran, media, dan metode pembelajaran, serta evaluasi.

Page 16: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

BahasaDaerah

Page 17: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Semua Bersumber dan Tema

Page 18: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pembelajaran Lesson StudyLesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.

Lesson study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan lesson study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau permasalahan pembelajaran yang dihadapi pendidik

Page 19: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PLAN

(merencanakan)

DO

(melaksanakan)

SEE

(merefleksi)

Skema Kegiatan Lesson study

Page 20: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Merencanakan Pembelajaran Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan Observasi

Page 21: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL CTL: mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

CTL: proses belajar mengajar yang erat kaitannya dengan pengalaman nyata.

CTL: dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang harus situation and content specific dan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil atau otentik, serta latihan melakukan tugas

Page 22: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pembelajaran kontekstual disusun untuk mendorong munculnya bentuk belajar yang disingkat REACT:

Relating : belajar dalam konteks kehidupan nyata,Experencing : belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan,Applying : belajar dengan memadukan pengetahuan

dengan kegunaannya,Cooperating : belajar dalam konteks interaksi kelompok,

dan Transfering : belajar dengan menggunakan pengetahuan

dalam konteks baru/lain

Page 23: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Tujuh elemen dalam CTL: 1. inkuiri (inquiry), 2. pertanyaan (questioning), 3. konstruktivistik (constructivism), 4. pemodelan (modeling), 5. masyarakat belajar (learning community), 6. penilaian otentik (authentic assesment), dan 7. refleksi (reflection).

Page 24: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan saling bergantungnya siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.

1. Struktur tugas mengacu kepada cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas.

2. Struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan hanya jika siswa lain yang bekerja sama mencapai tujuan tersebut.

3. Struktur penghargaan mengacu kepada upaya individu membantu individu yang lain dalam memperoleh penghargaan. Penghargaan individu merupakan penghargaan bersama (kelompok).

Page 25: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Fase Perilaku GuruFase 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajar an yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasilbelajar individu dan kelompok

Sintaks dan Model Pembelajaran Kooperatif

Page 26: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif:

1. Student Team Achievement Division (STAD), 2. Team Game Tournament (TGT), 3. Team Assisted Individualization (TAI), 4. Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC), 5. Jigsaw, Learning Together; dan 6. Think-Pair-Share

Page 27: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Langkah-langkah dalam dalam STAD:1. dimulai dengan guru menyajikan materi pelajaran, baik dengan

model pengajaran langsung maupun diskusi yang dipimpin oleh guru. Materi yang disajikan guru meliputi pendahuluan, pengembangan, dan praktik terbimbing.

2. pembentukan kelompok dengan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menguasai materi.

3. penilaian secara individual dilakukan melalui tes atau kuis pada tahap selanjutnya.

4. penghargaan kelompok yang didasarkan kepada skor peningkatan anggota kelompok.

Page 28: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Langkah-langkah dalam TGT:1. guru menyajikan materi sebagaimana pada STAD, 2. siswa belajar dalam kelompok setelah sebelumnya dibentuk

kelompok yang heterogen,3. melakukan turnamen, di sini siswa yang mempunyai

kemampuan yang relatif sama (mewakili kelompok) menuju meja-meja turnamen untuk mengerjakan LKS, dan

4. penghargaan kelompok yang didasarkan pada pengumpulan skor individu dari pengerjaan LKS-LKS tersebut.

Page 29: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Langkah-langkah dalam TAI: 1. guru membentuk kelompok hiterogen2. guru mengadakan tes penempatan untuk menempatkan siswa pada

program individual3. guru mengajarkan materi 4. siswa mempelajari materi kurikulum berdasarkan hasil tes

penempatan sebelumnya dan mengerjakan tugas yang ada secara kelompok

5. guru menghitung skor kelompok 6. guru mengajar sekitar 10 menit secara klasikal7. selama dua kali dalam seminggu kepada siswa diberikan tes

tentang fakta; dan 8. setiap tiga minggu pun guru menghentikan program individual dan

melanjutkan kegiatan mengajar sebagaimana biasanya selama seminggu.

Page 30: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)☼ Model pembelajaran kooperatif yang dirancang khusus untuk

membaca dan menulis pada kelas-kelas rendah. ☼ Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan

empat orang. ☼ Siswa terlibat dalam serangkaian kegiatan bersama:

☻ saling membacakan cerita, ☻membuat ikhtisar, ☻tanggapan terhadap cerita, serta ☻berlatih mengeja dan perbendaharaan kata.

☼ Selama pembelajaran setiap siswa terlibat dalam☻menulis draf, ☻saling merevisi dan menyunting pekerjaan teman, serta ☻mempersiapkan untuk publikasi buku tim.

Page 31: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Langkah-langkah dalam kegiatan jigsaw: 1. pada tahap awal guru membentuk kelompok (jumlahnya disesuaikan

dengan jumlah topik yang akan dibahas), misalnya lima kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan lima orang (sesuai dengan jumlah kelompok). Jumlah kelompok maupun anggotanya dapat dilipatkan. Masing-masing kelompok itu disebut kelompok asal.

2. masing-masing anggota kelompok disebar membentuk 5 kelompok baru dengan 1 anggota berasal dari 5 kelompok asal. Kelompok baru ini diberi nama kelompok ahli.

3. lima kelompok ahli tersebut masing-masing diberi tugas yang berbeda.4. siswa melakukan diskusi dalam waktu yang ditentukan dalam kelompok

ahli.5. setelah memahami tugas atau materi, siswa kembali pada kelompok asal

dan mereka berdiskusi dengan saling menyampaikan apa yang diperoleh dari kelompok ahli sebelumnya. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok tersebut mempelajari lima topik yang berbeda-beda.

6. guru memberikan tugas individual dan setelah dinilai penghargaan dapat diberikan, baik secara individual maupun kelompok.

Page 32: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Kelompok asal5 atau 6 anggota heterogen dikelompokan

Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asalGambar menunjukan ilustrasi yang menunjukan tipe jigsaw

Kelompok Ahli

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

Page 33: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Langkah-langkah dalam model Learning Together:1. dimulai dengan kegiatan guru membentuk kelompok dengan

4 – 5 orang anggota. 2. Siswa bekerja sama dalam kelompok memecahkan masalah

yang disiapkan guru (tugas setiap kelompok berbeda-beda). 3. setiap siswa harus dapat menunjukkan bahwa dirinya

menguasai materi kelompoknya, sehingga guru dapat memberikan tes individual.

4. tahap terakhir adalah dilakukannya pemberian penghargaan terhadap hasil kelompok.

Page 34: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Think-Pair-Share pembelajaran yang menekankan siswa bekerja sama dengan siswa lain. Tipe ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diadakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Tipe ini memberi kesempatan kepada para siswa untuk berpikir, merespon, serta saling membantu sesama teman.

Page 35: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok

Pendekatan Struktural

Tujuan kognitif Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana Informasi akademik

tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana

Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja sama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial

Struktur tim Kelompok heterogen dengan 4–5 orang anggota

Kelompok heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan kelompok “asal” dan kelompok “ahli”

Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen

Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota

Pemilihan topik pelajaran

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya

Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu

Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif

Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa tes mingguan

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes esai

Bervariasi

Pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Page 36: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM LEARNING) menawarkan situasi belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan, sebagai situasi yang harus diciptakan dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan, sedangkan quantum teaching merupakan penerapan quantum learning di dalam kelas.

Quantum teaching menawarkan model pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman.

● Nyaman berarti terbebasnya siswa dari rasa takut untuk melakukan kesalahan, karena prinsip quantum teaching selalu mengakui keberadaan siswa apa pun wujudnya, kelebihan dan kekurangannya.

● Menyenangkan berarti siswa berada dalam situasi yang menggembirakan karena telah menemukan kenyamanan.

● Dengan situasi belajar yang mendukung, diharapkan timbul sikap positif pada para siswa, yang pada akhirnya mampu menimbulkan pemercepatan belajar.

Page 37: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Langkah-langkah dalam pembelajaran quantum: “TANDUR” → Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi, dan Rayakan.

Langkah-langkah penerapan Quantum Learning: (a) tumbuhkan. Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan

AMBAK (Apa manfaatnya bagiku). Dalam hal ini, guru harus pandai-pandai memberikan strategi yang sangat diminati oleh siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa ingin belajar mengenai materi pelajaran yang dipelajarinya agar siswa tidak bosan dan jemu dalam belajar;

(b) alami. Ciptakan pengalaman umum yang dapat dipahami siswa. Dalam hal ini, guru melibatkan peran siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman kepada siswa agar lebih memahami pelajaran yang sedang dipelajari, misalnya menggunakan permainan, simulasi, atau yang lain yang banyak melibatkan peran siswa;

Page 38: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

(c) namai. Pada langkah ini, guru harus mampu membuat strategi jitu untuk proses daya pikir siswa dengan cara memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, pemberian gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding yang disusun dengan pola yang dapat menggugah daya tarik siswa, yang keseluruhannya diusahakan dapat memuaskan otak siswa pada sebuah konsep yang dipelajari;

(d) demonstrasikan. Guru wajib memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan kemampuan mereka ke pembelajaran lain dan ke dalam kehidupan mereka;

(e) ulangi. Tunjukkan kepada siswa cara mengulangi materi pelajaran dan menegaskan dengan suatu pertanyaan, “Aku tahu bahwa akan mengetahui hal ini.” Maksudnya, dengan memberikan cara yang terbaik bagi siswa untuk mendapatkan kesempatan dan mengulang yang lebih baik dan berbeda dengan asalnya;

(f) rayakan. Memberikan dan mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka. Perayaan ini memberikan rasa bangga atas usaha yang dilakukan, misalnya dengan pujian, bertepuk tangan (bersorak), pesta kelas, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar.

Page 39: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)Dalam PBM siswa mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Model pembelajaran PBM mengacu kepada model pembelajaran lain:

1. pembelajaran berbasis proyek (project based instruction), 2. pembelajaran berbasis pengalaman (experience based

instruction), 3. belajar autentik (authentic learning), dan 4. pembelajaran bermakna (anchored instruction).

Page 40: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pada PBM guru berperan: a. mengajukan permasalahan atau pertanyaan, b. memberikan dorongan, c. motivasi, d. menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan. e. memberikan dorongan dalam upaya meningkatkan

kemampuan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa.

Tujuan utama PBM: (a) mengembangkan kemapuan berpikir siswa dan

kemampuan memecahkan masalah, (b) mendewasakan siswa melalui peniruan, dan (c) membuat siswa lebih mandiri

Page 41: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

PBM memiliki karakteristik: (a) pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) keterkaitannya dengan disiplin ilmu

lain, (c) menyelidiki masalah autentik, dan (d) menghasilkan karya dan

memamerkannya.

Langkah-langkah dalam PBM: (a) mengorientasikan siswa pada masalah, (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (c) memandu siswa untuk menyelidiki, baik secara

mandiri maupun kelompok, (d) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa,

dan (e) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan

masalah

Page 42: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Tahap Tingkah Laku GuruTahap 1Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap 3Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap 4Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,video, model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Sintaks dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 43: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pembelajaran Berbasis Pengalaman (experiential learning):

mendorong siswa untuk belajar sesuatu dari pengalaman-pengalaman setengah terstruktur. Model ini sangat bermanfaat jika dilakukan dengan benar dan akan superfisial jika dilakukan dengan salah. Misalnya belajar tentang elektrik tidak akan mengena jika disampaikan secara teori saja tetapi dapat dilakukan dengan efektif apabila memasukkan jari yang basah ke soket elektronik dan kemudian akan sangat menarik dan termotivasi untuk belajar perubahan apa yang akan terjadi dengan pengalaman tersebut.

Page 44: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Karakteristik metode pembelajaran dengan metode kasus:

(a) menekankan pada analisis situasional, (b) pentingnya menghubungkan antara analisis dan tindakan, (c) keterlibatan siswa secara aktif, (d) tugas guru tidak hanya mengajar (teach) siswa tetapi lebih

mendorong siswa untuk belajar (learning). Guru harus mampu memfasilitasi diskusi dalam proses pencarian bersama (joint inquiry) dengan siswa;

(e) adanya keseimbangan antara sasaran substansi dan proses pembelajaran.

Page 45: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Elemen-elemen pembelajaran metode kasus:

(a) pembelajaran dengan penemuan (learning by discovery),

(b) pembelajaran melalui investigasi (learning through probing),

(c) pembelajaran melalui latihan berkelanjutan (learning through continual practice),

(d) pembelajaran dengan perbedaan dan perbandingan (learning by contrast and comparison),

(e) pembelajaran melalui keterlibatan (learning by involvement), dan

(f) pembelajaran melalui motivasi (learning by motivation).

Page 46: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pembelajaran PartisipatoriModel pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar.

⌂ Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. ⌂ Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. ⌂ Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.

Page 47: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan

(1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebthan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;

(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;

(3) dunia anak adalah dunia bermain; (4) usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam

hidup manusia.

Page 48: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Dalam model partisipatori: a. siswa aktif, b. dinamis, dan c. berlaku sebagai subjek.

Bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya.

Page 49: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Guru berperan sebagai pemandu yang diharapkan memiliki watak: (1) kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya

menunjukkan pensetujuan dan apa yang dipahami partisipan; (2) kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika

kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan;

(3) mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama proses berlangsung;

(4) kemampuan mengorganisasi proses dan awal hingga akhir; (5) cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha

memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya; (6) memiliki ketertarikan kepada subjek belajar; (7) fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar

partisipan; (8) pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.

Page 50: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Ciri-ciri pokok model pendidikan partisipatori: (1) belajar dan realitas atau pengalaman, (2) tidak menggurui, dan (3) dialogis.

Berikut rincian proses tersebut: 1)Rangkai — Ulang2)Ungkapan3)Kaji — Urai4)Kesimpulan5)Tindakan

Page 51: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Model berikutnya adalah siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif, tahapannya: (1) persepsi, (2) identifikasi diri, (3) aplikasi diri, (4) penguatan diri, (5) pengukuhan diri, dan (6) refleksi diri

Page 52: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Model SAVIModel pembelajaran SAVI bersumber pada konsep percepatan belajar (The Accelerated Learning) Prinsip-prinsip SAVI: (1) belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, (2) belajar adalah berkreasi dan bukan mengonsumsi, (3) kerjasama membantu proses belajar, (4) pembelajaran berlangsung dengan banyak tingkatan secara simultan, (5) belajar berasal dan mengerjakan pekerjaan itu sendiri, (6) emosi positif sangat membantu pembelajaran, dan (7) otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Page 53: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI: 1. persiapan, 2. penyampaian, 3. pelatihan, dan 4. penampilan hasil.

Page 54: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya
Page 55: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Asumsi yang mendasari model inovatif: (a) siswa belajar melalui pengamatan selektif terhadap perilaku yang

menyenangkan; (b) siswa belajar secara aktif merangkai pengalaman untuk membangun

pengetahuannya (teori belajar bahasa fungsional); (c) dalam belajar bahasa, siswa tidak dapat melepaskan diri konteks

(budaya, lingkungan, kehidupan sosial) tempat dan waktu mereka belajar;

(d) siswa makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial; (e) belajar bahasa merupakan proses individual dan sekaligus proses

sosial; dan(f) belajar bahasa bukan sekedar kerja otak, melainkan kerja beragam

indera; (g) belajar lebih efektif jika siswa dalam keadaan senang; (h) belajar terjadi secara terus-menerus; (i) sebagian besar aspek dalam belajar bahasa adalah keterampilan

berbahasa, karenanya pemodelan menjadi langkah penting dalam pembelajaran.

Page 56: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pengembangan model pembelajaran inovatif memiliki tujuan umum

mengembangkan kerangka berfikir yang dapat dipedomani oleh guru dan perancang pembelajaran untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu mengeksplorasi, mengoptimalisasi, dan memberdayakan seluruh potensi siswa melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga dengan memperhatikan kecakapan hidup siswa (kecakapan personal, berpikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional) serta capaian akademik (kognitif, afektif, dan psikomotorik) siswa.

Page 57: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Pengembangan model pembelajaran terdiri atas enam sintaks: a. Orientasi Pembelajaran b. Pemodelan c. Eksplorasi topik d. Analisis dan Pemecahan Masalah Topike. Pengomunikasian Hasilf. Evaluasi/Refleksi

Sistem Pendukung a. lingkungan sekolah yang memenuhi standar pendidikan, b. sumber daya manusia yang relatif kreatif yang mampu menangkap

ruh dari sintaks-sintaks yang ada, dan c. mampu mengadaptasinya menjadi model-model yang kontekstual. d. tidak kalah penting adalah sarana, terutama media audio untuk

pembelajaran aspek mendengarkan.

Page 58: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Peran Siswa dan Guru▲ Model pembelajaran ini mensyaratkan terjadinya perubahan

paradigma dalam proses pembelajaran, yaitu dari mengajar (teaching) menuju membelajarkan (learning).

▲ Dalam model ini terjadi pergeseran peran, dari yang semula guru amat berperan menjadi siswa yang lebih berperan.

▲ Pengimplementasian model ini, siswa menjadi subjek belajar. Siswa aktif merangkai pengalaman, meniru model, dan menjadi tutor bagi teman yang lain.

Page 59: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

Dalam pembelajaran bahasa Jawa guru berperan: 1. model, 2. fasilitator, 3. pemberi balikan, 4. pemberi motivasi, 5. pengembang kondisi agar siswa dapat belajar

secara optimal.

1. sebagai model, guru berperan menunjukkan contoh ideal keterampilan berbahasa yang maksimal.

2. sebagai fasilitator, guru menyediakan berbagai keperluan seperti alat, bahan dan berbagai fasilitas yang lain, sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar.

3. sebagai pemberi balikan, guru berperan memberikan penguatan atas “hasil akhir sementara” siswa.

4. sebagai pemberi motivasi dan pencipta suasana belajar optimal, guru berusaha memilih materi dan sumber yang tepat.

Page 60: Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

TERIMA KASIH