setjen
description
Transcript of setjen
-
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONALTAHUN 2015-2035 DAN PROGRAM PRIORITAS SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2015
Jakarta, 5 Februari 2015
DisampaikanolehSekretarisJenderalDalamacaraRapatKerjaKementerianPerindustriantahun2015
DAFTARISII PendahuluanII Visi, Misi, dan Strategi PembangunanIndustriIII Sasaran danTahapanPembangunanIndustriIV BangunIndustriNasionalV PembangunanSumberDayaIndustriVI Pembangunan Sarana danPrasarana IndustriVII PemberdayaanIndustriVIII PerwilayahanIndustriIX KebijakanAfirmatifIndustridanIndustriMenengahX ProgramQuickWins Kemenperin2015 2019XI ProgramPrioritasSekretariatJenderalTahun2015
-
3I. PENDAHULUAN
4
RPJPN RIPIN
RENCANAPEMBANGUNAN
INDUSTRIKAB/KOTA
PP
20Thn
UU3TAHUN2014TTGPERINDUSTRIAN
RENCANAPEMBANGUNAN
INDUSTRIPROPINSI
UU17TAHUN2007
RPJMN
PERPRES
KINPERPRES
5Thn
RKP
PERPRES RENJAPEMBANGUNAN
INDUSTRI
Pasal9Ayat2:RIPIN palingsedikit meliputi:a. visi,misi,danstrategipembangunanIndustri;b. sasarandantahapancapaianpembangunanIndustri;c. bangunIndustrinasional;d. pembangunansumberdayaIndustri;e. pembangunansaranadanprasaranaIndustri;f. pemberdayaanIndustri;dang. perwilayahanIndustri.
PERMEN
Pasal9Ayat1:RIPINpalingsedikit memperhatikan:a. potensi sumber daya Industri;b. budaya Industri dan kearifan lokal yangtumbuh dimasyarakat;c. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;d. perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun
internasional;e. perkembangan lingkungan strategis,baik nasional maupun
internasional;f. Rencana TataRuang WilayahNasional,Rencana TataRuang Wilayah
Provinsi,dan/atau Rencana TataRuang WilayahKabupaten/Kota
1Thn
Arah PembangunanIndustri: Industri yangberdaya saing Keterkaitan denganpengembangan IKM Struktur Industri yangsehat dan berkeadilan Mendorong perkembanganekonomi diluar Pulau Jawa
PERDA
DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
-
5KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS
1. Pertumbuhan dan Kontribusi sektor industri pengolahan non migas
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 TW IIIINDUSTRI PENGOLAHAN 3.66 2.21 4.74 6.14 5.74 5.56 4.90a. Industri Migas -0.34 -1.53 0.56 -0.94 -2.80 -1.81 -1.08b. Industri Non Migas 4.05 2.56 5.12 6.74 6.42 6.10 5.30
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2.34 11.22 2.78 9.14 7.57 3.34 8,80
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -3.64 0.60 1.77 7.52 4.27 6.06 3,543). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 3.45 -1.38 -3.47 0.35 -3.14 6.18 7,274). Kertas dan Barang cetakan -1.48 6.34 1.67 1.40 -4.75 4.45 5,12
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 4.46 1.64 4.70 3.95 10.50 2.21 1,05
6). Semen & Brg. Galian bukan logam -1.49 -0.51 2.18 7.19 7.80 3.00 1,207). Logam Dasar Besi & Baja -2.05 -4.26 2.38 13.06 5.86 6.93 3,138). Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 9.79 -2.87 10.38 6.81 7.03 10.54 4,709). Barang lainnya -0.96 3.19 3.00 1.82 -1.13 -0.70 10,77
PRODUK DOMESTIK BRUTO, Total 6.01 4.63 6.22 6.49 6.26 5.78 5.11
Selama periode 2008-2013, sektor industri pengolahan non migas tumbuh rata-rata sebesar 5,16 persen. Pada periode2008-2010, pertumbuhan sektor tersebut relatif rendah dan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional
Setelah mengalami penurunan pertumbuhan industri pada tahun 2008-2009, industri pengolahan non migas kembalitumbuh cukup tinggi pada tahun 2010 dan pertumbuhan industri pengolahan berada di atas pertumbuhan ekonomidengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,42 persen selama periode 2011-2013.Pada periode 2010-2013, cabang industri yang tumbuh relatif tinggi adalah cabang Industri Alat Angkut, Mesin &Peralatannya, Logam Dasar Besi & Baja, Makanan, Minuman dan Tembakau, Pupuk, Kimia & Barang dari karet, Semen& Barang Galian bukan logam, serta Tekstil, Barang dari kulit & Alas kaki.
6
2. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR INDUSTRI NON-MIGAS SAMPAI OKTOBER TAHUN 2014
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
98,01122,18 116,14 113,02
93,21 98,43101,11126,09 139,71 131,4
110,7 103,9
-3,1 -3,91-23,57 -18,38 -17,49
-5,47-40-20
020406080
100120140160
2010 2011 2012 2013 Jan-Okt 2013 Jan-Okt 2014
EKSPOR-IMPOR INDUSTRI NON-MIGAS (USD MILYAR)
Ekspor Impor NeracaPada periode Januari-Oktober 2014, nilai ekspor produk industri mencapai USD 98,43 milyar, dan nilai impor mencapaiUSD 103,9 milyar. Neraca perdagangan industri non migas pada Januari-Oktober 2014 adalah USD -5,47 miliar (neracadefisit).
-
73. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014Tenaga Kerja SektorIndustri NonMigas 12.839.800 13.824.251 14.122.407 14.452.333 14.959.804 15.254.674
11.500.000
12.000.000
12.500.000
13.000.000
13.500.000
14.000.000
14.500.000
15.000.000
15.500.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014
JUMLAHTENAGAKERJAINDUSTRINONMIGAS
Tenaga kerja di sektor industri nonmigas setiap tahun mengalami kenaikan, dengan rataratakenaikan 483 ribu orang per tahun, atau 3,5% per tahun.
8
II. VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI
-
9A. VISI PEMBANGUNAN INDUSTRIMenjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;3. meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan lingkungan;4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau
penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna
memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
B. MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI
10
Strategi yangditempuh untuk mencapaivisi dan misi pembangunan industri nasionaladalah sebagai berikut:1. mengembangkanindustrihuludanindustriantaraberbasissumberdayaalam;2. pengendalianeksporbahanmentahdansumberenergi;3. meningkatkanpenguasaanteknologidankualitassumberdayamanusia(SDM)
industri;4. mengembangkanWilayahPengembanganIndustri(WPI),WilayahPusat
PertumbuhanIndustri(WPPI),KawasanIndustri(KI),danSentraIndustriKecildanMenengah;
5. menyediakanlangkahlangkahafirmatifberupaperumusankebijakan,penguatankapasitaskelembagaandanpemberianfasilitaskepadaindustrikecildanmenengah;
6. pembangunansaranadanprasaranaIndustri;7. pembangunanindustrihijau;8. pembangunanindustristrategis;9. peningkatanpenggunaanprodukdalamnegeri;dan10. kerjasamainternasionalbidangindustri.
C. STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
-
11
III. SASARAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
12
a. meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapaipertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi industridalam Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen);
b. meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangiketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barangmodal, serta meningkatkan ekspor produk industri;
c. tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruhwilayah Indonesia;
d. meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industrinasional;
e. meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;f. meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri;
dang. menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri
antara yang berbasis sumber daya alam.
SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRIA1. Sasaran Kualitatif Pembangunan Industri
-
13
2. Sasaran kuantitatif Pembangunan Industri
NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014* 2015 2020 2025 20351 Pertumbuhan sektor industri nonmigas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,52 Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,03 Kontribusi ekspor produk industriterhadap total ekspor % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,44 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta orang 14,9 15,5 18,5 21,7 29,25 Persentase tenaga kerja di sektorindustri terhadap total pekerja % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,06 Rasio impor bahan baku sektor industriterhadap PDB sektor industri nonmigas % 43,5 43,1 26,9 23,0 20,07 Nilai Investasi sektor industri RpTrilyun 210 270 618 1.000 4.1508 Persentase nilai tambah sektor industriyang diciptakan di luar Pulau Jawa % 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2014* perkiraan realisasi
14
a. stabilitaspolitikdanekonomiyangmendukungpeningkatanpertumbuhanekonominasionalantara6%(enampersen)sampaidengan9%(sembilanpersen)pertahun;
b. perkembanganekonomiglobalyangdapatmendukungpertumbuhanekspornasionalkhususnyaprodukindustri;
c. ikliminvestasidanpembiayaanyangmendorongpeningkataninvestasidisektorindustri;
d. ketersediaaninfrastrukturyangdapatmendukungpeningkatanproduksidankelancarandistribusi;
e. kualitasdankompetensiSDMindustriberkembangdanmendukungpeningkatanpenggunaanteknologidaninovasidisektorindustri;
f. kebijakanterkaitsumberdayaalamyangmendukungpelaksanaanprogramhilirisasiindustrisecaraoptimal;dan
g. koordinasiantarkementerian/lembagadanperanaktifpemerintahdaerahdalampembangunanindustri.
3. Asumsi Penentuan Sasaran Kuantitatif
-
15
TahapI20152019Meningkatkannilai
tambahsumberdayaalam
TahapII20202024Keunggulankompetitif
danberwawasanlingkungan
TahapIII20252035IndonesiasebagaiNegara
IndustriTangguh
Catatan :Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunanindustri dalam RPJPN 2005-2025.
PENAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRIB
16
IV. BANGUN INDUSTRI NASIONAL
-
17
1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor (memilikipotensi pasar yangtumbuh pesat didalam negeri);
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja (berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerjaproduktif);
3. Memiliki daya saing internasional (memiliki potensi untuk tumbuhdan bersaing dipasar global);
4. Memberikan nilai tambah yangtumbuh progresif didalam negeri (memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian);
5. Memperkuat,memperdalam,dan menyehatkan struktur industri;dan
6. Memiliki keunggulan komparatif,penguasaan bahan baku,danteknologi.
1. Memperkokohkonektivitasekonominasional.2. Menopangketahananpangan,kesehatandanenergi.3. Mendorongpenyebarandanpemerataanindustri.
KRITERIAKUANTITATIF(BERDASARKAN PAST
PERFORMANCE)
KRITERIAKUALITATIF(BERDASARKANVISI
KEDEPAN)
PENETAPAN INDUSTRI PRIORITASA
18
IndustriPangan
IndustriFarmasi,KosmetikdanAlatKesehatan
IndustriTekstil,Kulit,AlasKakidanAneka
IndustriAlatTransportasi
IndustriElektronikadanTelematika/ICT
IndustriPembangkitEnergiIndustriBarangModal,Komponen,Bahan
PenolongdanJasaIndustriIndustriHuluAgro
IndustriLogamDasardanBahanGalianBukanLogam
IndustriKimiaDasarBerbasisMigasdan
Batubara
INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035B
-
19
Industri Hulu Agro Industri Logam Dasar danBahan Galian Bukan Logam Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri
Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat KesehatanIndustri AlatTransportasi
Industri Elektronika & Telematika / ICT
Prasyarat
Industri Pendukung
Industri Andalan
Modal Dasar
Industri Tekstil, Kulit, Alas Kakidan Aneka
VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
Industri Pangan
PembiayaanInfrastruktur Kebijakan & Regulasi
Teknologi, Inovasi & KreativitasSumber Daya Alam Sumber Daya Manusia
Industri PembangkitEnergi
Industri Hulu
BANGUN INDUSTRI NASIONALC
20
PEMBANGUNAN INDUSTRI PRIORITASDJenis Industri yang menjadi prioritas untuk dikembangkan pada tahun2015 2035 meliputi :
NO. INDUSTRIPRIORITAS JENISINDUSTRI1. Industri Pangan a. IndustriPengolahanIkan
b. IndustriPengolahanSusuc. IndustriBahanPenyegard. IndustriPengolahanMinyakNabatie. IndustriPengolahanBuahBuahandanSayuranf. IndustriTepungg. IndustriGulaBerbasisTebu
2. IndustriFarmasi,KosmetikdanAlatKesehatan a. IndustriFarmasidanKosmetikb. IndustriAlatKesehatan
3. IndustriTekstil,Kulit,AlasKaki,danAneka a. IndustriTekstilb. IndustriKulitdanAlasKaki
c. IndustriFurniturdanBarangLainnyaDariKayud. IndustriPlastik,PengolahanKaret,danbarang
darikaret
-
21
NO. INDUSTRIPRIORITAS JENISINDUSTRI4. IndustriAlatTransportasi a. IndustriKendaraanBermotor
b. IndustriKeretaApic. IndustriPerkapaland. IndustriKedirgantaraan
5. IndustriElektronikadanTelematika/ICT
a. IndustriElektronikab. IndustriKomputerc. IndustriPeralatanKomunikasi
6. IndustriPembangkitEnergi IndustriAlatKelistrikan7. IndustriBarangModal,
Komponen,BahanPenolongdanJasaIndustri
a. IndustriMesindanPerlengkapanb. IndustriKomponenc. IndustriBahanPenolongd. JasaIndustri
8. IndustriHuluAgro a. IndustriOleofoodb. IndustriOleokimiac. IndustriKemurgid. IndustriPakane. IndustriBarangdariKayuf. IndustriPulpdanKertas
22
NO. INDUSTRIPRIORITAS JENISINDUSTRI9. IndustriLogamDasardan
BahanGalianBukanLogam a. Industri pengolahan danpemurnian besi danbajadasarb. IndustripengolahandanpemurnianLogam
dasarbukanbesic. Industrilogammulia,tanahjarang(rareearth),
danbahanbakarnuklird. Industribahangaliannonlogam
10. IndustriKimiaDasarBerbasisMigasdanBatubara a. IndustriPetrokimiaHulub. IndustriKimiaOrganik
c. IndustriPupukd. IndustriResinSintetikdanBahanPlastike. IndustriKaretAlamdanSintetikf. IndustriBarangKimiaLainnya
-
23
V. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI
24
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDUSTRIA1. Pembangunan SDM industri difokuskan pada rencana pengembangan tenaga kerja
industri. Pembangunan tenaga kerja industri bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerjaIndustri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atauperusahaan kawasan industri, meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri,meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor Industri dan memberikan perlindungandan kesejahteraan tenaga kerja Industri.
2. Sasaran yang akan dicapai :a. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja industri ratarata sebesar 3,2 persen per
tahun selama periode 20152035 dengan komposisi tenaga kerja manajerial sebesar12 persen dan tenaga kerja teknis sebesar 88 persen.
b. Terbangunnya infrastruktur kompetensi yang meliputi tersedianya SKKNI bidangindustri, tersedianya asesor kompetensi dan asesor lisensi, terbangunnya LembagaSertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK), serta terbangunnyaLembaga Pendidikan atau akademi komunitas bidang industri berbasis kompetensi
3. Program Pengembangan :a. Pembangunan infrastruktur kompetensi tenaga kerja industrib. Pembangunan tenaga kerja berbasis kompetensic. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan untuk melengkapi unit
pendidikan dan balai diklat melalui penyediaan laboratorium, teaching factory, danworkshop.
-
25
1. Pemanfaatan sumber daya alam untuk Perusahaan Industri dan PerusahaanKawasan Industri diselenggarakan melalui prinsip tata kelola yang baik dengantujuan untuk:a. pendalaman dan penguatan struktur Industri,b. peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan sumber daya alam;
danc. memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan kegiatan Industri
2. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan sumber daya alam tersebut, makadiproyeksikan kebutuhan dan pasokan sumber daya alam untuk industri huluberbasis mineral tambang, migas dan batubara, serta agro .
3. Program Pengembangan :a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan
berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baikb. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alamc. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAMB
26
ProyeksiKebutuhandanPasokanSumberDayaAlamIndustriHulu
NO KELOMPOK / JENIS INDUSTRI
KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM
KAPASITAS PRODUKSI(ton per tahun)
KEBUTUHAN BAHAN BAKU(ton per tahun)
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
I INDUSTRI HULU BERBASIS MINERAL TAMBANG
1 Besi Baja Dasar 12 juta 17 juta 25 juta 20 juta 28 juta 40 juta
2 Nikel 200 ribu 250 ribu 300 ribu 11 juta 14 juta 17 juta
3 Tembaga 500 ribu 750 ribu 1 juta 2 juta 3 juta 4 juta
4 Aluminium 300 ribu 600 ribu 1 juta 600 ribu 1,2 juta 2 juta
-
27
ProyeksiKebutuhandanPasokanSumberDayaAlamIndustriHulu
NO KELOMPOK/JENISINDUSTRIKEBUTUHANDANPASOKANSUMBERDAYAALAM
KAPASITASPRODUKSI(tonpertahun) KEBUTUHANBAHANBAKU(tonpertahun)
20152019 20202024 20252035 20152019 20202024 20252035(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
II INDUSTRIHULUBERBASISMIGASDANBATUBARA;1 IndustriPetrokimia Hulu
(olefin)15,7juta 20,5juta 30 juta Gas:
7,3jutaBatubara:12,4 juta
Gas:13,5 jutaBatubara:23juta
Gas:19,7jutaBatubara:33,5 juta
2 IndustriPetrokimiaHulu(aromatik)
3,5juta 4,2 juta 5,6juta Minyak bumi :71 juta
Minyak bumi :82,3 juta
Minyak bumi :105juta
III INDUSTRIHULUBERBASISAGRO1 IndustriBahan Penyegar
(kakao)0,80 juta 1,05juta 1,37juta 0,90 juta 1,42 juta 1,85juta
2 IndustriOleofood,Oleokimia dan Kemurgi(kelapa sawit)
42,9 juta 59,5 juta 75juta 25,3juta 37,4 juta 47,5juta
28
1. Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan untukmeningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirianindustri nasional
2. Dalam rangka pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi, maka perludipetakan kebutuhan teknologi yang akan dikembangkan untuk masingmasingkelompok industri prioritas.
3. Program Pengembangan :a. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balaibalai industri
dengan lembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, duniausaha dan lembaga riset untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif danterintegrasi.
b. Implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant atau yangsejenis.
c. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi yang dikembangkanberdasarkan hasil litbang dalam negeri.
d. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan R&D dalampengembangan industri dalam negeri.
Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi IndustriC
-
29
3. Program Pengembangan (lanjutan) :e. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan peneliti yang hasil
temuannya dimanfaatkan secara komersial di industrif. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn key project)
apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di dalam negeri.g. Mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri PMA melalui skema
insentif pajak (double tax deductable) terutama bagi industri yang berorientasiekspor dan sifat siklus umur teknologinya singkat atau berubah cepat.
h. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa desain, paten danmerk dalam produk industri untuk meningkatkan nilai tambah.
i. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak layak untukindustri antara lain boros energi, beresiko pada keselamatan dan keamanan,serta berdampak negatif pada lingkungan.
j. Mendorong tumbuhnya pusatpusat inovasi (center of excellence) pada wilayahpusat pertumbuhan industri.
k. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau tenaga kerja asingyang beroperasi di dalam negeri.
l. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan penerapan teknologiindustri.
30
1. Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dimaksudkan untuk memberdayakan budayaIndustri dan/atau kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat terutama dalam rangka pengembanganindustri kreatif.
2. Ruang lingkup Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi meliputi:a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan berinovasi;b. Pengembangan sentra Industri kreatif;c. Pelatihan teknologi dan desain;d. Konsultasi, bimbingan, advokasi, dan fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual khususnya bagi
Industri kecil; dane. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif di dalam dan luar negeri
3. Program Pengembangan:a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan berinovasi (Pembangunan
techno park, pusat animasi dan pusat inovasi)b. Pengembangan sentra Industri kreatif (Bantuan mesin peralatan dan bahan baku/penolong,
Pembangunan UPT, Bantuan desain dan tenaga ahli, serta Fasilitasi pembiayaan)c. Pelatihan teknologi dan desain (Pelatihan desain dan teknologi, dan Bantuan tenaga ahli)d. Fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Konsultasi, bimbingan, advokasi HKI, serta Fasilitasi
pendaftaran merk, paten, hak cipta dan desain industri)e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif (Promosi dan pameran di dalam negeri,
Promosi dan pameran di luar negeri, dan Penyediaan fasilitas trading house di luar negeri)
Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan InovasiD
-
31
1. Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri nasional dibutuhkanpembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber dari penanaman modaldalam negeri dan penanaman modal asing, serta penanaman modal pemerintahkhususnya untuk pengembangan industri strategis.
2. Berdasarkan UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, pemerintah memfasilitasiketersediaan pembiayaan yang kompetitif untuk pembangunan industri melaluipembentukan lembaga pembiayaan pembangunan industri yang berfungsi sebagailembaga pembiayaan investasi di bidang industri.
3. Untuk mencapai sasaran pembangunan industri 20 tahun kedepan diproyeksikankebutuhan pembiayaan untuk investasi di sektor industri ratarata tumbuh sebesar15 persen per tahun dengan komposisi antara PMA dan PMDN yang berimbang.
Penyediaan Sumber Pembiayaan E
32
VI. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI
-
33
STANDARDISASI INDUSTRIA
1. Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangkapenguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor, yang meliputi perencanaan, pembinaan,pengembangan dan Pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis(ST) dan Pedoman Tata Cara (PTC)
2. Sasaran pengembangan standardisasi industri meliputia. Terlaksananya penyusunan dan pemberlakuan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau
Pedoman Tata Cara sesuai kebutuhan industri prioritas,b. Tersedianya infrastruktur Standardisasi meliputi pembentukan Lembaga sertifikasi
produk, penyediaan Laboratorium penguji, lembaga inspeksi, laboratorium kalibrasi,auditor/ asesor, petugas penguji, petugas inspeksi, dan petugas kalibrasi untukpelaksanaan penilaian kesesuaian, serta penyediaan Petugas Pengawas StandarIndustri (PPSI) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Industri (PPNSI) untuk pelaksanaanpengawasan penerapan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau Pedoman Tata Cara
3. Program Pengembangan :a. Pengembangan standardisasi industri dalam rangka peningkatan kemampuan daya
saing industrib. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu produk industri
dengan kebutuhan dan permintaan pasar
34
Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam dan/atau di luarKawasan Peruntukan Industri, meliputi energi dan lahan kawasan industri.
INFRASTRUKTUR INDUSTRI B
No JenisEnergi Tahun2014 2020 2025 2035
1 Listrik(GWh) 70.777 123.554 178.845 446.9932 Gas(MilyarMBTu) 482.937 621.712 782.691 1.559.8313 Batubara(ributon) 33.571 45.238 58.571 83.095
ProyeksiKebutuhanEnergiuntukIndustriTahun20142035
1.EnergiUntuk mendukung pertumbuhan industri nasional yang ditargetkan, diperlukan penyediaanenergi baik yang bersumber dari listrik, gas maupun batubara.Program penyediaan kebutuhan energi untuk industri meliputi:a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana penyediaan
energi untuk mendukung pembangunan industri;b. Pembangunan pembangkit listrik untuk mendukung pembangunan industri;c. Pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi dan distribusi;d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan;e. Diversifikasi dan konservasi energi; danf. Pengembangan industri pendukung pembangkit energi.
-
35
Tujuan pembangunan dan pengusahaan kawasan industri adalaha. memberikan kemudahan dalam memperoleh lahan industri yang siap pakai dan/atau siap
bangun,b. jaminan hak atas tanah yang dapat diperoleh dengan mudah,c. tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh investor, dan/ataud. kemudahan dalam mendapatkan perizinan.Program penyediaan lahan kawasan industri dan/atau kawasan peruntukan industri meliputi:a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyelesaian aspekaspek yang
terkait pertanahan.b. Penyusunan rencana pembangunan kawasan industri, termasuk analisis kelayakan dan
penyusunan rencana induk (masterplan).c. Pembentukan kelembagaan dan regulasi bank tanah (Land Bank) untuk pembangunan
kawasan industri.d. Koordinasi antar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan kementerian/lembaga
terkait untuk penetapan kawasan peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten /Kota.e. Melakukan review terhadap pengembangan Kawasan Peruntukan Industri.f. Penyediaan lahan melalui pembangunan kawasan industri didukung dengan infrastruktur
baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan industri.g. Penyediaan lahan melalui pengembangan kawasan peruntukan industri yang didukung
dengan infrastruktur baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan peruntukan industri.
2.LahanIndustri
36
UraianTahun
20152020 20202025 20252035Kebutuhanlahankawasanindustri(Ha) 6.000 9.000 35.000KebutuhanlahannonkawasanindustrididalamKawasanPeruntukanIndustri(Ha) 4.000 6.000 25.000TotalKebutuhanLahanIndustri(Ha) 10.000 15.000 60.000JumlahKawasanIndustriyangakandibangun(unit) 4 6 26
ProyeksiKebutuhanLahanKawasanIndustridanJumlahKawasanIndustriBaruTahun20152035
-
37
a. Tujuan Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) :i. Menjamin ketersediaan, kualitas, kerahasiaan dan akses terhadap data dan/atau informasi;ii. Mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan, pengolahan/ pemrosesan, analisis,
penyimpanan, dan penyajian data/informasi; daniii. Mewujudkan penyelenggaraan SIINAS yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas, inovasi, dan
pelayanan publik.b. Sasaran penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional meliputi:
i. Terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan industri secara online.ii. Tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data perkembangan teknologi industri
yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders.iii. Tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola yang handal.iv. Terkoneksinya SIINAS dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh Instansi lain dalam rangka
pertukaran data.v. Tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan nasional.vi. Tersosialisasikannya SIINAS kepada seluruh stakeholders dan terpublikasikannya laporan hasil
analisis data industri secara berkala.c. TahapanpengembanganSistemInformasiIndustriNasional
i. TahapPerencanaan(20152016)ii. TahapPengembanganSistem(20152018)iii. TahapPengolahanDatadanPenyebarluasanInformasi(20152020)iv. TahapPengembanganInterkoneksi(20162020)v. TahapPemantapanPengembanganSistemInformasiIndustriNasional(20202035)
3.SistemInformasiIndustriNasional
38
VII. PEMBERDAYAAN INDUSTRI
-
39
1. Pembangunan Industri Hijau bertujuan untuk mewujudkan Industri yangberkelanjutan dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber dayaalam secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunanindustri dengan kelangsungan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup danmemberikan manfaat bagi masyarakat.
2. Lingkup penerapan industri hijau meliputi standarisasi industri hijau danpemberian fasilitas untuk industri hijau.
3. Strategi pengembangan industri hijau akan dilakukan yaitu:a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau; danb. membangun industri baru dengan menerapkan standar industri hijau
5. Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau :a. Penetapan standar industri hijaub. Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri hijau yang
terakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor industri hijauc. Pemberian fasilitas untuk industri hijau
INDUSTRI HIJAUA
40
1. Industri strategis adalah Industri prioritas yang :a. memenuhi kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat
hidup orang banyak;b. meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; atauc. mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara
2. Industri strategis dikuasai oleh negara melalui :a. pengaturan kepemilikan;b. penetapan kebijakan;c. pengaturan perizinan;d. pengaturan produksi, distribusi, dan harga; dane. pengawasan.
INDUSTRI STRATEGISB
3. Program pengembangan industri strategis sebagai berikut:a. Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan.b. Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri strategis tertentu dengan
alokasi pembiayaan melalui APBN.c. Pembentukan usaha patungan antara pemerintah melalui APBN dan swasta dalam
pembangunan industri strategis.d. Pemberian Fasilitas kepada Industri Strategis yang melakukan:
i. pendalaman struktur;ii. penelitian dan pengembangan teknologi;iii. pengujian dan sertifikasi; atauiv. restrukturisasi mesin dan peralatan.
-
41
1. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan suatu kebijakanpemberdayaan industri yang bertujuan untuk:a. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan usaha dan
masyarakat.b. Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik,
mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan meningkatkan nilai tambah didalam negeri.
c. Memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan barang modal, bahanbaku, komponen, teknologi dan SDM dari dalam negeri.
2. Sasaran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri meliputi:a. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh Kementerian / Lembaga Negara,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta maupunmasyarakat.
b. Peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).c. Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN.d. Peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan produk dalam negeriPenggunaan belanja modal pemerintah untuk pengadaan barang/jasa produksi dalam negeriditargetkan meningkat secara bertahap mencapai 40 persen pada tahun 2035.
PENINGKATANPENGGUNAANPRODUKDALAMNEGERIC
42
3. Program peningkatan penggunaan produk dalam negeri :a. Sosialisasi kebijakan dan promosi P3DN melalui media elektronik, media
cetak, pameran dan talk show.b. Pemberian insentif sertifikasi TKDN.c. Program membangun kecintaan, kebanggaan dan kegemaran penggunaan
produk dalam negeri melalui pendidikan.d. Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten menggunakan
produk dalam negeri.e. Audit kepatuhan pelaksanaan kewajiban peningkatan penggunaan produk
dalam negeri.f. Mendorong produk/barang yang ada dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa
Produksi Dalam Negeri masuk ke dalam eCatalog pengadaan pemerintah.g. Pemberian penghargaan Cinta Karya Bangsa.h. Monitoring dan evaluasi dampak kebijakan P3DN bagi peningkatan daya saing
dan penguatan struktur industri.
-
43
1. Kerjasama internasional bidang industri bertujuanuntuk:a. melindungidanmeningkatkanaksespasarprodukindustridalamnegeri;b. membukaaksessumberdayaindustriyangmendukungpeningkatanproduktivitasdan
dayasaingindustridalamnegeri;c. meningkatkanintegrasiindustridalamnegerikedalamjaringanrantaisuplaiglobal,
dan;d. meningkatkaninvestasiuntukmendukungpengembanganindustrididalamnegeri.
2. Lingkup kerja sama internasional dibidang industri meliputi:a. Pemanfaatanaksespasarprodukindustri;b. Peningkatankapasitassumberdayaindustri;c. Pemanfaatanrantaisuplaiglobal,d. Peningkatan investasi industri,dane. PengolahandatadarikegiatanindustrialintelligencediNegaraakreditasi.
3. Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran Pengembangan KerjasamaInternasional di Bidang Industri antara lain:a. Perlindungan dan peningkatan akses pasar internasional produk industrib. Peningkatan Akses Sumber Daya Industri yang dibutuhkan dalam mendukung
peningkatan produktivitas Industri Dalam Negeric. Pengembangan jaringan rantai suplai globald. Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri
KERJASAMAINTERNASIONALDALAMBIDANGINDUSTRIE
44
VIII.PERWILAYAHAN INDUSTRI
-
45
TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRIA
Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka percepatanpenyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia, dengan sasaran sebagai berikut:
1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas luar Jawadibanding Jawa dari 28% : 72 % pada tahun 2013 menjadi 40% : 60% pada tahun2035.
2. Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan nonmigas di luarJawa terhadap total investasi sektor industri pengolahan non migas nasional.
3. Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan yang memerlukanketersediaan dengan lahan sekitar luas 50.000 Ha yang diprioritaskan berada diluar Jawa sampai dengan tahun 2035.
4. Pembangunan Sentra IKM baru, sehingga setiap Kabupaten/Kota mempunyaiminimal satu Sentra IKM.
46
1. Wilayah Pengembangan Industri (WPI)Wilayah Pengembangan Industri (WPI) dikelompokkan berdasarkan keterkaitanbackward dan forward sumberdaya dan fasilitas pendukungnya, serta memperhatikanjangkauan pengaruh kegiatan pembangunan industri.
No. WilayahPengembangan Industri No Provinsi1 Papua 1 Papua2 PapuaBarat 2 PapuaBarat3 SulawesiBagian Utaradan
Maluku 3 SulawesiUtara4 Gorontalo5 SulawesiTengah6 SulawesiTenggara7 Maluku8 MalukuUtara
4 SulawesiBagian Selatan 9 SulawesiBarat10 SulawesiSelatan
5 KalimantanBagianTimur 11 KalimantanUtara12 KalimantanTimur
6 KalimantanBagian Barat 13 KalimantanBarat14 KalimantanTengah15 KalimantanSelatan
7 Balidan NusaTenggara 16 Bali17 NusaTenggaraBarat18 NusaTenggaraTimur
No. WilayahPengembanganIndustri No Provinsi8 SumateraBagian Utara 19 Aceh
20 SumateraUtara21 SumateraBarat22 Riau23 Kep.Riau
9 SumateraBagianSelatan 24 Jambi25 Bengkulu26 BangkaBelitung27 SumateraSelatan28 Lampung
10 Jawa 29 Banten30 JawaBarat31 DKIJakarta32 DIJogjakarta33 JawaTengah34 Jawa Timur
LINGKUP PERWILAYAHAN INDUSTRIB
-
47
2. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)
Suatu wilayah dengan karakteristik tertentu yang berpotensi untuk menumbuhkan dan mengembangkan industri tertentu yang akan berperan sebagai penggerak utama (prime mover) bagi pengembangan wilayah tersebut serta membawa peningkatan pertumbuhan industri dan ekonomi pada wilayah lain di sekitarnya dalam suatu wilayah regional atau
provinsi dengan batas-batas yang jelas.
DEFINISIWPPI
1. potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas); 2. ketersediaan infrastruktur transportasi;3. kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar pulau jawa; 4. penguatan dan pendalaman rantai nilai; 5. kualitas dan kuantitas SDM; 6. memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air); 7. memiliki potensi sumber daya air industri; 8. memiliki potensi dalam pewujudan industri hijau; dan9. kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.
KRITERIAWPPI
48
DAERAHYANGDITETAPKANSEBAGAIWPPINo Lokasi Provinsi1 Banda Aceh, Aceh Besar danPidie -Bireun- Lhokseumawe(termasuk KAPET BANDAR ACEH DARUSSALAM)
Aceh
2 Medan-Binjai-Deli Serdang-Serdang Bedagai - Karo-Simalungun-BatubaraSumatera Utara
3 Dumai-Bengkalis-Siak Riau4 Batam-Bintan Kep. Riau5 Banyuasin -Muara Enim Sumatera Selatan6 Lampung Barat-Lampung Timur-Lampung Tengah-Tanggamus-Lampung Selatan
Lampung
7 Cilegon-Serang-Tangerang Banten8 Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang Jawa Barat9 Cirebon-Indramayu-Majalengka Jawa Barat 10 Kendal-Semarang-Demak Jawa Tengah11 Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Bangkalan
Jawa Timur
No Lokasi Provinsi12 Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang Sambas-Bengkayang(sebagian KAPET Khatulistiwa)Kalimantan Barat
13 Tanah Bumbu-Kotabaru (termasuk KAPET BATULICIN) Kalimantan Selatan14 Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kertanegara -Bontang-Kutai Timur (termasuk KAPET SASAMBA)
Kalimantan Timur
15 Tarakan -Nunukan Kalimantan Utara 16 Bitung-Manado-Tomohon-Minahasa-Minahasa Utara (termasuk KAPET MANADO BITUNG)
Sulawesi Utara
17 Kendari-Konawe-Konawe Utara-Konawe Selatan-Kolaka-Morowali (termasuk KAPET BANK SEJAHTERA SULTRA) Sulawesi Tenggara
18 Palu-Donggala-Parigi Mountong-Sigi (termasuk KAPET PALAPAS) Sulawesi Tengah 19 Makassar-Maros-Gowa - Takalar-Jeneponto-Bantaeng Sulawesi Selatan20 Halmahera Timur-Halmahera Tengah - Pulau Morotai Maluku Utara21 Mimika Papua22 Teluk Bintuni Papua Barat
-
49
3. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri
Industri penggerak utama untuk setiap WPPI dan industri lainnya haruslahdibangun dalam Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Pengembangan KPIdilakukan dengan mengacu pada RTRW masing-masing kabupaten/kota. KPImerupakan lokasi kawasan industri, dan lokasi industri di daerah yangbelum/tidak memiliki kawasan industri, atau telah memiliki kawasan industritetapi kavlingnya sudah habis. Bagi kabupaten/kota yang tidak termasuk dalamWPPI dan tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak layaksecara teknis dan ekonomis, pengembangan industrinya dapat dilakukansepanjang berada di dalam KPI.
50
4. Pembangunan Kawasan Industri
Pembangunan kawasan industri akan diprioritaskan pada daerah-daerah yangberada dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang mempunyai potensi, jugadapat dibangun kawasan industri yang diharapkan menjalin sinergi denganWPPI yang sesuai. Dalam rangka percepatan penyebaran industri keluar PulauJawa, pemerintah membangun kawasan-kawasan industri sebagai infrastrukturindustri di WPPI. Pembangunan kawasan industri sebagai perusahaan kawasanindustri yang lebih bersifat komersial didorong untuk dilakukan oleh pihakswasta.
-
51
5. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah
Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM)dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal sebanyak satu sentraIKM, terutama di luar Pulau Jawa) yang dapat berada di dalam atau di luarkawasan industri. Bagi kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangunkawasan industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, makapembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra IKM yangperlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar sehingga perlu dikaitkandengan pengembangan WPPI, maupun sentra IKM yang mandiri yangmenghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga kerja.
52
IX. KEBIJAKAN AFIRMATIF INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH
-
53
LATAR BELAKANGA
1. IKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yang dapatdilihat dari jumlah unit usaha yang berjumlah 3,4 juta unit dan merupakan lebihdari 90 persen dari unit usaha industri nasional. Peran tersebut juga tercermindari penyerapan tenaga kerja IKM yang menyerap lebih dari 9,7 juta orang padatahun 2013 dan merupakan 65,4 persen dari total penyerapan tenaga kerjasektor industri non migas.
2. pembangunan dan pemberdayaan Industri Kecil dan Industri Menengah untukmewujudkan Industri Kecil dan Industri Menengah yang berdaya saing; berperansignifikan dalam penguatan struktur industri nasional; ikut berperan dalampengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja; serta menghasilkanbarang dan/atau jasa Industri untuk diekspor.
54
SASARANB
Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit usaha IKM rataratasebesar 1 persen per tahun atau sekitar 30 ribu unit usaha IKM per tahun danpeningkatan penyerapan tenaga kerja ratarata sebesar 3 persen per tahun.
No Sasaran Periode20152020 20202025 20252035
I PENGUATANKELEMBAGAAN1 PenguatanSentraIKM(sentra) 1.090 1.305 22852
Revitalisasi dan pembangunan Unit Pelayanan Teknis(UPT)
110 260 685
3 Penyediaan Tenaga Penyuluh Lapangan (orang) 1.000 1.200 2.100
4Penyediaan Konsultan Industri kecil dan Industrimenengah (orang)
590 649 1282
SasaranPenguatanKelembagaandanPemberianFasilitasIKM
-
55
No Sasaran Periode20152020 20202025 20252035
II PEMBERIANFASILITAS1 PeningkatankompetensiSDM(Orang) 545 760 14152 Pemberian bantuan dan bimbingan teknis (unit IKM) 8805 14290 39350
3Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan bahanpenolong (unit IKM)
600 975 2300
4 Pemberian bantuan mesin atau peralatan (unit IKM) 815 1165 26655 Pengembangan produk (unit IKM) 2065 2650 6390
6Pemberian bantuan pencegahan pencemaran lingkunganhidup (unit IKM)
85 135 365
7Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, danpemasaran (unit IKM)
1150 1500 2200
8 Fasilitasi akses pembiayaan (unit IKM) 5200 6300 12600
9Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensimencemari lingkungan (Kawasan)
10 10 15
10Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah danbesar (unit IKM)
145 280 790
11 Fasilitasi HKI terhadap IKM (unit IKM) 1250 1500 3250
12 Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi IKM (unitIKM)
2500 3000 6000
SasaranPenguatanKelembagaandanPemberianFasilitasIKM
56
KEBIJAKAN AFIRMATIF IKMC
1. Dalam rangka keberpihakan terhadap Industri Kecil dan Menengah dalam negeri
ditetapkan bahwa Industri Kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara
Indonesia, Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya
bangsa hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia, dan industri
menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh warga negara Indonesia.
2. Dalam rangka penguatan struktur industri nasional, peran IKM perlu ditingkatkan
secara signifikan dalam rantai suplai industri prioritas.
3. Dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan IKM, Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah melakukan perumusan kebijakan, penguatan
kapasitas kelembagaan, dan pemberian fasilitas bagi IKM.
-
57
STRATEGI PENGEMBANGAN IKMD
1. Pemanfaatan potensi bahan baku.2. Penyerapan tenaga kerja.3. Pemanfaatan teknologi, inovasi dan kreativitas.
58
PROGRAM PENGEMBANGAN IKME
1. Pemberian insentif kepada industri besar yang melibatkan IKM dalam rantai nilaiindustrinya
2. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan, termasuk fasilitasi pembentukanPembiayaan Bersama (Modal Ventura) IKM.
3. Mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektifuntuk menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement danpemasaran bersama.
4. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah pengurusanhak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM.
5. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik danekspor.
6. Menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing industrikecil.
7. Peningkatan kemampuan kelembagaan Sentra IKM dan Sentra Industri Kreatif, sertaUPT, TPL, dan Konsultan IKM;
8. Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian danpengembangan;
9. Kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri dan/atau asosiasiindustri, serta asosiasi profesi.
10. Pemberian fasilitas bagi IKM.
-
59
X. PROGRAM QUICK WINS KEMENPERIN 2015 - 2019
60
Pembangunan sektor industri tahun 2015 2019 akan diarahkan untuk mendukung Visi Misi Presiden RIsebagaimana dinyatakan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas Nawa Cita. Dukungan tersebut dilaksanakanmelalui 10 (sepuluh) Program Quick Wins Kementerian Perindustrian Tahun 2015 2019 yaitu :
1. Pembangunan 14 Kawasan Industri di luar Pulau Jawa ((1) Bintuni Papua Barat; (2) Buli Halmahera TimurMaluku Utara; (3) Bitung Sulawesi Utara, (4) Palu Sulawesi Tengah; (5) Morowali Sulawesi Tengah; (6)Konawe Sulawesi Tenggara; (7) Bantaeng Sulawesi Selatan; (8) Batulicin Kalimantan Selatan; (9) Jorong Kalimantan Selatan; (10) Ketapang Kalimantan Barat; (11) Landak Kalimantan Barat, (12) Kuala Tanjung,Sumatera Utara, (13) Sei Mangke Sumatera Utara; dan (14) Tanggamus, Lampung) melalui fasilitasiPemerintah dan Swasta serta fasilitasi pembangunan 22 Sentra IKM.
2. Redisain Road Map Industrialisasi sejalan dengan Trisakti dan Nawa Cita melalui Penetapan RPP Rencana IndukPengembangan Industri Nasional (RIPIN) menjadi PP dan penetapan RPerpres tentang Kebijakan IndustriNasional (KIN) yang sesuai dengan VisiMisi Presiden RI.
3. Hilirisasi Hasil Tambang ke produk dan jasa industri antara lain :a. Fasilitasinya Pembangunan Pilot Project Komersialisasi Logam Tanah Jarang untuk Industri.b. Fasilitasi Pembangunan pabrik Paracetamol, amoxicilin, garam farmasi, Dextrose for infusion, Vitamin C,
dan Sefalosporin.c. Fasilitasi Pembangunan Pilot Plant Enhanced Oil Recoevery (EOR).d. Fasilitasinya pembangunan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Industri.e. Pengembangan dan penumbuhan wirausaha baru IKM dalam rangka mendukung Hilirisasi Hasil Tambang
ke produk dan jasa industri.f. Fasilitasi penyusunan FS Semen Kupang III, pilot plant bahan penolong berbasis silika untuk industri ban,
keramik dan kaca serta FS Industri Technical Textile.
-
61
4. Hilirisasi produkproduk pertanian menjadi produk agro industri antara lain :a. Fasilitasi mentoring aplikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan VLegal pada
perusahaan pengolahan kayu dan keberterimaan SVLK di negara tujuan ekspor.b. Pengembangan teknologi Industri hasil pertanian melalui bantuan mesin dan peralatan.c. Peningkatan kompetensi SDM industri rumput laut, kakao serta pengolahan kayu dan rotan.d. Pengembangan dan penumbuhan wirausaha baru IKM dalam rangka mendukung Hilirisasi
produkproduk pertanian menjadi produk agro industri.5. Expo dan pemberian penghargaan terhadap inovasi produkproduk industri melalui Expo
Inovasi Teknologi dan Industri Hijau serta fasilitasi promosi inovasi produk IKM melaluipartisipasi pameran di dalam dan luar negeri serta fasilitasi di Bali Creative Industry Center(BCIC) Bali.
6. Kampanye sistematis dan kreatif untuk menumbuhkan apresiasi terhadap kegiatan industridalam negeri melalui sosialisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri(P3DN), Sertifikasi dan verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Fasilitasi PenyusunanMoU P3DN antara Menteri Perindustrian dengan Menteri terkait (sektor Pertanian, ESDM,Pekerjaan Umum, Perhubungan, Kesehatan, Pendidikan dan Pertahanan) dan BUMN, sertaPenyusunan Business Matching dan pameran antara produsen dan pengguna.
7. Peningkatan pendidikan dan skill antara lain Pelatihan bagi Calon Operator / Tenaga KerjaIndustri dengan Sistem three in one (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan) BerbasisSpesialisasi dan Kompetensi sebanyak 9.000 Orang, Sertikasi Kompetensi calon tenaga kerjadan tenaga kerja sektor industri sebanyak 16.000 Orang, Penetapan SKKNI bidang Industri, danpembentukan LSP dan TUK untuk sertifikasi Kompetensi bidang industri.
62
8. Fasilitasi terhadap industri dalam negeri dari dampak perjanjianperjanjian internasionalyang telah ditandatangani antara lain analisis dampak 3 perjanjian internasional danpartisipasi aktif dalam perundingan kerjasama internasional.
9. Penurunan Rezim Impor melalui penyusunan Rekomendasi Pemberdayaan ProdukIndustri Dalam Negeri untuk Penurunan Rezim Impor.
10. Penguatan struktur industri melalui keterkaitan antara industri hulu (dasar), industriintermediate dan industri hilir (light) antara lain :
a. Revitalisasi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN).
b. Revitalisasi industri galangan kapal di 9 lokasi (Pembangunan/Renovasi, BantuanAlat, Peningkatan SDM bersertifikasi).
c. Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas (logistic base for cotton) diJawa Barat dan Bufferstock Kulit (material center) di Jawa Timur.
d. Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) ICT Center di Jawa, Bali, Sumatra, Kepri,dan Sulawesi.
e. Pembentukan 1 (satu)Mould and Dies Center.
f. Pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan IndustriAlat Kesehatan.
g. Pembentukan dan Pengembangan Alsintan Center di luar Pulau Jawa (Sumbar,Kalbar, Sulsel, NTB,NTT, dan Kaltim).
-
63
XI. PROGRAM PRIORITAS SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2015
64
PENINGKATAN KUALITAS SDM INDUSTRIA
Peningkatan Kualitas SDM Industri pada Tahun 2015 antara lain melalui :1. Pelatihan bagi Calon Tenaga Kerja / Tenaga Kerja dengan Sistem three-in-one sebanyak 17.000orang untuk level operator dan supervisor (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan) BerbasisSpesialisasi dan Kompetensi (Orang) pada sektor TPT, Alas Kaki, Garam, Logam dan Mesin,Otomotif, Logistik, Elektronika, pengelasan, pengolahan karet, Petrokimia, Plastik, kakao, rumput laut,CPO, semen, pupuk dan animasi.2. Fasilitasi Sertikasi Kompetensi calon tenaga kerja dan tenaga kerja sebanyak 16.000 orang padasektor industri TPT, Alas Kaki, Logam dan Mesin, Otomotif, Logistik, Elektronika, pengelasan,Pengolahan karet, Petrokimia, Plastik, kakao, rumput laut, CPO, semen, pupuk dan animasi.3. Penyusunan dan Penetapan SKKNI bidang Industri sebanyak 20 SKKNI.4. Pembentukan dan Pendirian sebanyak 20 LSP dan TUK untuk sertifikasi Kompetensi bidang industri.5. Pendirian dan Penyelenggaraan Akademi Komunitas Industri pada Kawasan Industri PetrokimiaBanten, Industri Nikel Morowali dan Solo TechnoPark Surakarta.6. Penyiapan tenaga terampil siap kerja melalui pendidikan menengah kejuruan industri sebanyak 1500orang.7. Penyiapan tenaga ahli siap kerja melaui pendidikan tinggi vokasi Industri sebanyak 2000 orang.8. Pendidikan gelar S2 dan S3 bagi aparatur perindustrian untuk 120 orang aparatur.9. Beasiswa untuk 240 Tenaga Penyuluh Lapangan Industri.
-
65
PENATAAN ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIANB1. Penyempurnaan Rancangan Peraturan Presiden tentang KementerianPerindustriana. Rancangan Peraturan Presiden mengatur ketentuan mengenai kedudukan,tugas, dan fungsi Kementerian Perindustrian dan kedudukan, tugas, danfungsi unit organisasi eselon I Kementerian Perindustrian.b. Saat ini Rancangan Peraturan Presiden dimaksud telah disampaikan keKementerian PAN dan RB dan telah dilakukan Rapat Pleno pada tanggal 16Januari 2015 di Kementerian PAN dan RB.c. Pembahasan untuk nomenklatur sudah selesai dan disetujui, saat ini sedangdalam proses pembahasan rumusan tugas dan fungsi.2. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Perindustriana. Rancangan Peraturan Menteri mengatur ketentuan mengenai tugas danfungsi kementerian, unit organisasi eselon I, eselon II, eselon III, dan eselonIV serta tata kerja.b. Unit organisasi yang telah resmi mengusulkan Ditjen ILMTE (dh. IUBTT),Ditjen PPI, Ditjen KPAII (dh. KII), Ditjen IKM, Pusdatin, Setjen (BiroPerencanaan dan Biro Keuangan)3. Penyusunan bisnis proses, uraian pekerjaan, dan analisis jabatan strukturorganisasi baru.
66
PENYUSUNAN RPP DAN RPERPRESC
Berdasarkan Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian kepada Kepala BPHN dan DirekturAnalisa Peraturan Perundang-undangan Bappenas Nomor 1005/SJ-IND/12/2014 tanggal 16 Desember 2014,telah disampaikan 7 (tujuh) RPP dan 5 (lima) RPerpres untuk diusulkan menjadi prioritas penyusunan diTahun 2015 dalam Program Legislasi Nasional Penyusunan RPP dan Rperpres, antara lain :No. RPP/RPERPRES PROGRESPENYUSUNAN1. RPP tentang Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN)Telah disampaikan kepada Presiden RI melalui Surat MenteriPerindustrian No. 514/MIND/12/2014 tanggal 11 Desember 2014 untukditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah
2. RPP tentang Izin Usaha Industri dan Izin Usaha KawasanIndustri
Saat ini sedang dilakukan pembahasan oleh tim kecil Harmonisasi diKementerian Hukum dan HAM, dan telah memasuki tahap finalisasi
3. RPP tentang Pembangunan Sumber Daya Industri Saat ini sedang dilakukan pembahasan oleh tim kecil Harmonisasi diKementerian Hukum dan HAM, dan telah memasuki tahap finalisasi
4. RPP tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri Masih dalam tahap pembahasan tingkat Harmonisasi di KementerianHukum dan HAM
5. RPP tentang Pemberdayaan Industri dan TindakanPengamanan dan Penyelamatan Industri
Masih dalam tahap pembahasan tingkat Harmonisasi di KementerianHukum dan HAM
6. RPP tentang Kewenangan Pengaturan yang Bersifat Teknisuntuk Bidang Industri Tertentu
Masih dalam tahap pembahasan di tingkat antarkementerian olehPanitia Antar Kementerian (PAK)
7. RPP tentang Perwilayahan Industri Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian
8. RPerpres tentang Kebijakan Industri Nasional Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian
-
67
PENYUSUNAN RPP DAN RPERPRES (LANJUTAN)C
No. RPP/RPERPRES PROGRESPENYUSUNAN9. RPerpres tentang Pengadaan Teknologi Industri Melalui
Proyek Putar KunciMasih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian
10. RPerpres tentang Penetapan Kondisi Dalam RangkaPenyelamatan Perekonomian Nasional dan PenetapanTindakan Pengamanan Industri
Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian
11. RPerpres tentang Susunan Organisasi dan Tata KerjaKomite Industri Nasional
Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian
12. RPerpres tentang Industri yang Memiliki Keunikan danMerupakan Warisan Budaya Bangsa Hanya Dapat Dimilikioleh Warga Negara Indonesia serta Industri MenengahTertentu Dicadangkan untuk Dimiliki oleh Warga NegaraIndonesia
Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian
68
PENYUSUNAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENPERIND
1. KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2015 - 2019
2. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2015 - 2019
a. Penyusunan Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2015 2019 merupakan amanat dari dari Undang UndangNo. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Pasal 12).b. KIN merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan RIPIN, yang paling sedikit meliputi : (1) sasaranpembangunan Industri; (2) fokus pengembangan Industri; (3) tahapan capaian pembangunan Industri; (4)pengembangan sumber daya Industri; (5) pengembangan sarana dan prasarana; (6) pengembanganperwilayahan Industri; dan (7) fasilitas fiskal dan non-fiskal.c. KIN 2015 2019 akan ditetapkan melalui Peraturan Presiden yang ditargetkan selesai pada bulan Juni Tahun2015.
a. Penyusunan Renstra K/L merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional, yang disiapkan oleh pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) sesuaidengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada RPJM Nasional.b. Renstra K/L merupakan dokumen perencanaan dari setiap K/L yang menjadi salah satu dasar bagi K/L dalammenggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memuat tujuan, strategi, kebijakan,program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L.c. Renstra 2015 2019 akan ditetapkan melalui Peraturan Menteri yang ditargetkan selesai pada bulan Maret2015.
-
69
MEMPERTAHANKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAN BMNE
Kualitas Laporan Keuangan dan BMN dengan nilai capaian standar tertinggi akan dicapaimelalui langkah-langkah sebagai berikut :1. Adanya komitmen pimpinan dan pegawai dalam penerapan Akuntansi dan Pelaporan,
di tahun 2015 siap melakukan pelaporan keuangan berbasis Akrual;2. Melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkelanjutan untuk
meningkatkan kompetensi SDM melalui sosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan;3. Membuat Kebijakan Akuntansi untuk mempermudah Satuan Kerja dalam menyusun
Laporan Keuangan;4. Meningkatkan koordinasi dengan APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah) dalam
penjaminan kualitas pelaporan keuangan.
70
PERCEPATAN PELAKSANAAN DIPA TAHUN 2015F
Percepatan Pelaksanaan DIPA Tahun 2015 akan dilakukan melalui :1. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus-menerus terhadap capaian
penyerapan anggaran di masing-masing satker Kementerian Perindustrian melalui e-monitoring agar target yang telah ditetapkan dapat dicapai;
2. Mengadakan koordinasi/konsolidasi (FGD/Rapat/Forum Koordinasi) denganstakeholders internal maupun ekternal;
3. Mempercepat proses pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran;4. Mendorong percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa, khususnya untuk paket-
paket pekerjaan yang sudah bersifat rutin; dan5. Mempercepat pelaksanaan kegiatan swakelola.Dengan dilakukan langkah-langkah diatas diharapkan Kementerian Perindustrian dapatmencapai penyerapan anggaran 95%.
-
71
PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI INDUSTRI NASIONALG
1. Pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) merupakan amanat dari UndangUndang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dimana SIINas paling sedikit memuat:data industri, data kawasan industri, data perkembangan dan peluang pasar dan dataperkembangan teknologi industri.
2. Setiap Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri wajib menyampaikan dataindustri dan data kawasan industri yang akurat, lengkap dan tepat waktu secara berkalakepada Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.
3. Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri tersebar keberadaannya di seluruhwilayah Indonesia, sehingga agar perusahaan industri dapat mengakses SIINas dengan baikdan benar maka diperlukan adanya peran serta aktif dari seluruh unit kerja KementerianPerindustrian, baik yang berada di Pusat maupun di Daerah, untuk memberikan fasilitas danpelatihan bagi perusahaan yang membutuhkannya.
4. Seluruh unit kerja di daerah terutama yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu agarmembantu proses registrasi bagi perusahaan yang hendak memperoleh Akun SIINas, untukkeperluan penyampaian data dan laporan termasuk permohonan rekomendasi danpertimbangan teknis secara online.
72
PENINGKATAN KINERJA PELAYANAN DAN KOMUNIKASI PUBLIKH
Memberikan Pelayanan Prima dan
Komunikasi yang Efektif
untuk Mendukung
Pembangunan Industri
PelayananInformasiPublikKementerianPerindustrian PengelolaanlayananpadaUnitPelayananPublik(UP2)Kemenperin
PengelolaanInformasi&DokumentasiPeningkatanKualitasPelayananPublik
PembuatanMonitoringdanAnalisisBeritaSektorIndustri PublikasiPemberitaandiMediaMassa WorkshopPendalamanKebijakanIndustriuntukWartawan PenerbitanMajalahMediaIndustri PembuatanbukuIndustryFacts&Figures
PeningkatanInformasiTentangIndustri
PenyelenggaraanPromosiProdukDalamNegeri PenerbitanMajalahKaryaIndonesia KoordinasiPenyelenggaraanPameranDalamNegeri PenyelenggaraanPameranDalamNegeri
PromosiProdukDalamNegeri
ForumKomunikasiPimpinanKementerianPerindustrianDenganDuniaUsaha
ForumKomunikasidenganLembagaNegaradanPemerintah ForumKomunikasidenganLembagaPendidikan,RisetdanTeknologi
Koordinasidan
SosialisasiKebijakanIndustri
Indeks KepuasanMasyarakat
(3,1)
PersentaseBerita Negatif
(10%)
KepuasanPenyelenggaranPromosi ProdukDalam Negeri
(70%)
TingkatKualitasFasilitasi
HubunganAntarLembaga(70%)
-
Kementerian PerindustrianGedung Kementerian PerindustrianJl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta SelatanTelp/Fax : (021) 5255509Website : http://kemenperin.go.id
TERIMA KASIH