Sesi 6 Otonomi Daerah

20
HASRIL HASAN ABFII PERBANAS OTONOMI DAERAH SESI 6

Transcript of Sesi 6 Otonomi Daerah

  • HASRIL HASANABFII PERBANASOTONOMI DAERAHSESI 6

  • Sentralisasi telah terbukti gagal mengatasi Krisis NasionalPemerintah Orde Baru berhasil melakukan perubahan sosial-ekonomi secara fundamental dengan menggunakan mekanisme Carrot and StickSeharusnya tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan memikirkan masalah-masalah Daerah,diserahkan saja sepenuhnya kepada DaerahSumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh PresidenAkan tetapi,ketika terjadi krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997,pemerintah sama sekali tidak mampu mengatasinya.

  • OTONOMI I . Merupakan pilihan yang sangat strategis dalam rangka memelihara Nation State(Negara Bangsa)a. Kembalikan Hak-Hak Dasar masyarakat di Daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rekrutment politik lokal;b. Berikan supervisi agar daerah tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari kepentingan nasionalc. Daerah yang kuat di dalam membangun masyarakatnya,mereka dengan sendirinya akan mendukung Negara Kesatuan (NKRI) dan tidak ada alasan bagi mereka untuk mendukung gerakan separatisme.II. Untuk memantapakan kehidupan demokrasi dimasa datangDemokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi sangat rapuhPolitik tidak seharusnya didominasi orang-orang di pusat/Jakarta sajaLembaga Perwakilan Rakyat sudah sewajarnya mengadopsi sistem Dua Kamar(Bicameral),yaitu DPD dan DPRIII. Aspek KeadilanDesentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya kepincangan di dalam menguasai sumberdaya yang dimiliki suatu negara/daerahAtas nama negara,pemerintah pada masa lalu seenaknya mengambil alih tanah-tanah masyarakat yang merupakan hak milik mereka atau diwariskan secara turun menurun.Kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah diberlakukan untuk menghentikan segala bentuk kebijakan yang mengalienasikan(mengatasnamakan) kepentingan masyarakat setempat yang berkaitan dengan penguasaan sumber daya alam

  • Sistem Federasi?Indonesia masih belum memungkinkan menganut Sistem Federasi: Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah Negara Federasi IndonesiaHarus menetapkan mekanisme Check and Balance antara Legislatif,Eksekutif dan Yudikatif yang mencakup Pemerintahan Nasional serta Provinsi atau Negara BagianSetiap Provinsi atau Negara Bagian harus memiliki semacam Konstitusi Negara Bagian Dsb.

  • PASAL 18 UUD(OTONOMI DAERAH)

    Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,yang tiap-tiap provinsi,kabupaten,dan kota mempunyai pemerintahan daerah,yang diatu dengan undang-undang.Pemerintah daerah provinsi,kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.Pemimpin Pemerintah daerah provinsi,kabupaten dan anggota DPRD dipilih melalui pemilihan umum.Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-perturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuanDsb.

  • OverviewAwal tahun 80an pemikiran tentang perlunya UU yang mengatur tentang hubungan keuangan Pusat dan Daerah sudah adaNamun demikian UU 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah baru lahir setelah berakhirnya Orde BaruUU tersebut timbul karena kurang jelasnya siklus pengelolaan dana yang berasal dari pusat kepada daerah, berupa Subsidi dan Bantuan

  • Pengertian dan Konsep DesentralisasiDesentralisasi: alat mencapai tujuan bernegara dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan yang lebih demokratisDesentralisasi: penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRIASPEK KEBIJAKAN DESENTRALISASIPOLITIKADMINISTRATIFFISKALEKONOMIMONEY FOLLOWS FUNCTION

  • Belanja Pemerintah PusatALUR APBN KE DAERAH (MONEY FOLLOWS FUNCTION)Belanja PegawaiBelanja BarangBelanja ModalPembayaran Bunga UtangSubsidiBelanja HibahBantuan SosialBelanja Lain-lainBelanja Untuk DaerahBelanja Pusat di PusatBelanja Pusat di Daerah6 Urusan MutlakDi luar 6 UrusanKanwil di DaerahDikerjakan sendiri Melalui UPTDilimpahkan ke GubernurDitugaskan ke Gub/Bupati/ WalikotaAPBNPUSATDAERAHDana DekonsentrasiDana Tugas PembantuanAPBDHibahDana Darurat1. Dana Perimbangan2. Dana Otonomi Khusus3. Dana PenyesuaianDana DesentralisasiDana Sektoral di Daerah

  • Desentralisasi FiskalMerupakan komponen utama dari desentralisasi. Daerah harus mendapatkan sumber-sumber keuangan yang berasal dari PAD, BHPBP, Pinjaman, dan subsidi/bantuan dari pemrintah pusatDesentralisasi Fiskal harus didukung faktor-faktor berikut:Pemerintah Pusat yang mampu melakukan pengawasan dan enforcementSDM yang kuat dari PemdaKeseimbangan dan kejelasan dalam pembagian tanggung jawab dan kewenangan dalam melakukan kegiatan pungutan pajak dan retribusi daerah

  • Azas DesentralisasiDaerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak/retribusi (tax assignment) dan pemberian bagi hasil penerimaan (revenue sharing) serta bantuan keuangan (grant).Secara umum, sumber dana bagi daerah terdiri dari:Dana perimbangan (Dana Bagi Hasil, DAU, DAK)Pinjaman daerahDekonsentrasiTugas pembantuanTiga sumber pertama langsung dikelola oleh Pemda melalui APBD, yang lainnya dikelola oleh Pemerintah Pusat melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah

  • Tujuan DesentralisasiDesentralisasiMenghilangkan senjang vertikal dan horisontalMendekatkan pelayanan publik kepada masyarakatDemokratisasiEfek Menyebar/Merembes antar daerah (Inter-juridictional Spill Over Effects)

  • Belanja Pemerintah PusatJENIS BELANJA NEGARA DALAM APBNBelanja PegawaiBelanja Untuk DaerahBelanja BarangBelanja ModalPembayaran Bunga UtangSubsidiBelanja HibahBantuan SosialBelanja LainnyaDana PerimbanganDana Otonomi KhususDana PenyesuaianAPBN

  • PemerintahPemerintah DaerahKebijakan Fiskal NasionalAPBDDana Bagi Hasil (Revenue Sharing)DAU / General Allocation Fund (DBH)DAK / Specific Allocation Fund (DBH)APBNAPBNImplementasi OtoritasotoritasSumber PendanaanSumber: handout Allocation of Equalizing Fund under Law No.33 of 2004, Achmad Rochyadi, 2005

    DesentralisasiDekonsentrasiTugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah

    Pendapatan Asli Daerah (PAD)Dana PerimbanganPendapatan LainnyaPengeluaranSurplus/DefisitPembiayaan

    Penggunaan SILPADana Cadangan DaerahDari penjualan aset2 daerah Pinjaman Daerah

  • Sentralisasi vs DesentralisasiAspek Perencanaan: Dominannya pemerintah pusatAspek Pelaksanaan: harus tunduk pada juklak/Juknis dari pemerintah pusatAspek Pengawasan: banyaknya institusi Pengawasan sering tumpang tindihMasalahUU 22/1999UU 25/1999UU 32/2004UU 33/2004OTONOMI DAERAHDAN DESENTRALISASIFISKALPengalihanKewenanganPenataanDan PerimbanganKeuangan Daerahrevisimengaturdiikuti

  • INDIKATOR DAYA SAING DAERAHINPUTPEREKONOMIAN DAERAHSDM DAN KETENAGAKERJAANLINGKUNGAN USAHA PRODUKTIFINFRASTRUKTUR,SDA DAN LINGKUNGANPERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGANOUTPUTPRODUKTIFITAS TENAGAKERJAPDRB PERKAPITATINGKAT KESEMPATAN KERJA

  • Daerah yang mendominasi 10% Teratas Peringkat Daya Saing Daerah Kabupaten/KotaDAERAH YANG KAYA SDA :KOTA BONTANGKABUPATEN MIMIKAKABUPATEN KUTAI KARTANEGARAKABUPATEN ACEH UTARAKOTA BALIK PAPANDSB.BASIS EKONOMI PADA SEKTOR INDUSTRI DAN JASA:KOTA SURABAYAKOTA BATAMKOTA CILEGONKOTA TANGERANGKOTA SEMARANGKABUPATEN BANDUNGDSB

  • Pembangunan ekonomi regional*Apabila dilihat dari tingkat makro pembangunan ekonomi nasional memberikan hasil positif, hal ini terlihat dari peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari $50 (tahun 1960-an) menjadi $ 1000 (tahun 1990) dan $ 3000 tahun 2010Namun apabila dilihat dari tingkat meso atau mikro pembangunan selama masa Orde Baru menimbulkan kesenjangan distribusi pendapatan masyarakat dan kesenjangan ekonomi daerah/provinsiAda beberapa indikator yang digunakan dalam menganalisis development gap antar propinsi al:Distribusi PDB menurut propinsiTingkat ketimpangan ekonomi antar propinsi di wilayah Indonesia bagian barat ternyata lebih rendah dibanding ketimpangan daerah rata-rata di Indonesia

  • INDIKATOR KEBERHASILAN DAERAH*Variasi Konsumsi RT per kapita antar provinsiPengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita merupakan alat ukur untuk melihat perbedaan tingkat pembangunan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat antar propinsiBerdasarkan hipotesis, semakin tinggi pendapatan per kapita suatu daerah, semakin tinggi pengeluaran konsumsi daerah tersebut dengan asumsi: saving behaviour dan pangsa kredit didalam pengeluaran konsumsi konstanHuman Development IndexHipotesis, semakin baik pembangunan di suatu wilayah semakin tinggi HDI di wilayah tersebutKontribusi Sektoral terhadap PDRBHipotesis, semakin besar peranan sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi di suatu daerah, seperti industri manufactur, maka semakin tinggi pula PDRB daerah tersebut.Struktur FiskalTingkat kemiskinan

  • Faktor-Faktor Penyebab Ketimpangan*Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi antar propinsi di Indonesia adalah :Konsentrasi Kegiatan Ekonomi WilayahDaerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi demikian juga sebaliknya.Di Indonesia konsentrasi di jawa, khususnya jawa barat membawa dampak pula pada migrasi tenaga kerja dari luar jawa ke jawaDaerah-daerah di luar jawa khususnya IBT(Indonesia Bagian Timur) mengalami pertumbuhan yang rendah, tetapi hal ini tidak selalu demikian karena prinsip Trickle Down Effects. Alokasi Investasi