Sertifikasi

22

description

Sertifikasi. Cara untuk melakukan standar sebuah profesi Pengakuan dari suatu organisasi profesi independen Alasan pentingnya sertifikasi Untuk menuju level yang diharapkan/diinginkan Untuk memenuhi capaian standar kinerja tertentu Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pengguna. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Sertifikasi

Page 1: Sertifikasi
Page 2: Sertifikasi

Sertifikasi

• Cara untuk melakukan standar sebuah profesi• Pengakuan dari suatu organisasi profesi independen• Alasan pentingnya sertifikasi– Untuk menuju level yang diharapkan/diinginkan – Untuk memenuhi capaian standar kinerja tertentu – Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat

pengguna

Page 3: Sertifikasi

Jenis Sertifikasi

1.Sertifikasi berorientasi produk• Microsoft, Corel• Oracle, CISCO, Novell• Siemens, Toshiba, dan lain-lainnya

2.Sertifikasi berorientasi profesi• Sertifikasi Guru/Dosen, IATKI, dan lain-lain • CompTIA (Computing Technology Industry Association), misal: network

support, Computer Technical

• Sun Microsystems, misal: Java programmer

Page 4: Sertifikasi

Pengertian & Peranan kode etik

Page 5: Sertifikasi

Pengertian KODE ETIK (1)

• Kode, yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa tulisan, gambar,atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu

• Kode etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja

Page 6: Sertifikasi

Pengertian KODE ETIK (2)

• Kode etik, yaitu sistem norma, nilai dan aturan tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik, bagi profesional

• Kode etik, menyatakan tindakan apa yang benar atau salah, serta perbuatan apa yang harus dilakukan atau harus dihindari

Page 7: Sertifikasi

Tujuan KODE ETIK

• Agar profesional memberikan layanan sebaik-baiknya kepada masyarakat pengguna

• Agar masyarakat pengguna terlindungi dari tindakan yang tidak profesional

Page 8: Sertifikasi

– Prinsip integritasHarus menjunjung nilai tanggung jawab dan integritas tinggi

– Prinsip obyektivitasHarus menjaga obyektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya

– Prinsip kerahasiaanMenghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesi dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tanpa persetujuan

– Prinsip perilaku profesionalHarus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi yang diembannya

Prinsip Dasar KODE ETIK

Page 9: Sertifikasi

Ruang gerak kode etik Profesi

Menurut Harris [1995]: Ruang gerak seorang profesional diatur melalui etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi

Page 10: Sertifikasi

Kode etik profesi (K.E.P)

• Aturan atau ketentuan tertulis yang disepakati di dalam menjalankan suatu profesi

• Umumnya dikeluarkan oleh asosiasi atau organisasi tertentu (profesi, politik, sosial, dll)

• Contoh di Indonesia: IAI, IDI, PII, IPKIN (Ikatan profesi komputer Indonesia), IATKI (Ikatan Ahli Teknik Ketenagalistrikan Indonesia), dll

• Contoh di Mancanegara : ACM (Association for Computing Machinery), ICCP (Institute for Certification of Computer Programming, DPMA (Data Processing Management Association), ITAA (Information Technology Association of America), dll

Page 11: Sertifikasi

Menurut UU No. 43/1999 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)

• Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama

• Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari

Page 12: Sertifikasi

Tujuan Kode Etik Profesi

1. Menjunjung tinggi martabat profesi2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi4. Meningkatkan mutu profesi5. Meningkatkan mutu organisasi profesi6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan

terjalin erat8. Menentukan baku standarnya sendiri

Page 13: Sertifikasi

CIRI-CIRI Kode Etik Profesi

1. Singkat2. Sederhana3. Jelas & konsisten4. Masuk akal5. Dapat diterima6. Realistis7. Komprehensif/lengkap8. Positif dalam formulasinya

Page 14: Sertifikasi

Fungsi Kode Etik Profesi

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan• Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu

hal yang boleh dia lakukan dan yangtidak boleh dilakukan.

2. Merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan • Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada

masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja.

3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi• Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau

perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

Page 15: Sertifikasi

Karakteristik K.E.P

• Bukan algoritma sederhana yang dapat menghasilkan keputusan etis atau tidak etis

• Terkadang bagian-bagian dari kode etik dapat terasa saling bertentangan dengan kode etik lain

• Menggunakan keputusan yang etis untuk bertindak sesuai dengan semangat kode etik profesi

• Menggariskan dengan jelas prinsip-prinsip mendasar yang butuh pemikiran, bukan kepatuhan membuta

Page 16: Sertifikasi

Pemilik Kode Etik Profesi

Umumnya adalah organisasi kemasyarakatan atau organisasi profesi yang bersifat nasional, misalnya: Ikatan Profesi Komputer Indonesia (IPKIN), Ikatan

Penerbit Indonesia (IKAPI), Ikatan Akuntansi Indonesi (IAI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dll.

Page 17: Sertifikasi

Orientasi Kode Etik Profesi

1. Rekan,

2. Profesi,

3. Badan,

4. Nasabah/Pemakai,

5. Negara, dan

6. Masyarakat.

Page 18: Sertifikasi

• Bagaimana kode tersebut akan digunakan

• Seberapa detail tingkat rinciannya• Siapa yang menjadi sasaran kode etik• Kode etik diperuntukkan bagi

kepentingan siapa

Kendala Penyusunan K.E.P

Page 19: Sertifikasi

Alasan K.E.P Diabaikan

• Pengaruh sifat kekeluargaan

• Pengaruh jabatan

• Pengaruh materialisme

Page 20: Sertifikasi

Pelanggaran kode etik Profesi

1. Pelanggaran terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu– Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan

pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang yang berkelebihan

– Menyalahgunakan kekuasaan merupakan perbuatan yang sering dianggap melanggar kode etik profesi

2. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang mencerminkan kualitas keahlian serta yang kurang dapat dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria profesional

Page 21: Sertifikasi

Pelanggaran kode etik Profesi

Nasional Kamis, 27 Jan 2011 09:02 WIBDua Lagi Masih Diproses - Empat Dokter di Medan Langgar Kode Etik

MedanBisnis – Medan. Majelis Kode Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia ((MKEK- IDI) Kota Medan telah menyidang 6 dokter berdasarkan pengaduan masyarakat. Dari 6 orang tersebut, 4 di antaranya terbukti melakukan pelanggaran kode etik, sedangkan 2 lagi masih dalam proses penyindangan lebih lanjut.Demikian dikatakan Sekretaris MKEK- IDI Medan, dr Ery Suhaymi SH kepada wartawan, Rabu (26/1), di Medan. Ia menjelaskan, kasus yang mereka sidangkan itu merupakan pengaduan dari para pasien yang mereka terima untuk 2010.

Page 22: Sertifikasi

SANKSI PELANGGARAN K.E.P

Sanksi moral & Sanksi dikeluarkan dari organisasi

• Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu

• Karena tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti:– Kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar

kode etik– Ketentuan itu merupakan akibat logis dari “self regulation”

yang terwujud dalam kode etik