Seri PPh 2012

53
Seri PPh - Subjek Pajak Penghasilan Selasa, 19 Juni 2012 - 10:08 Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Subjek Pajak Penghasilan Subjek PPh meliputi : 1. orang pribadi; 2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; 3. badan Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap; dan 4. bentuk usaha tetap (BUT). Adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa: a. tempat kedudukan manajemen; b. cabang perusahaan; c. kantor perwakilan; d. gedung kantor; e. pabrik; f. bengkel; g. gudang; h. ruang untuk promosi dan penjualan; i. pertambangan dan penggalian sumber alam; j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi; k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet. Subjek Pajak Dalam Negeri 1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. 3. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan b. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. Subjek Pajak Luar Negeri 1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia. 2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia. Tidak termasuk Subjek Pajak

description

Uploaded from Google Docs

Transcript of Seri PPh 2012

Page 1: Seri PPh 2012

Seri PPh - Subjek Pajak Penghasilan

Selasa, 19 Juni 2012 - 10:08

Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterimaatau diperoleh selama satu tahun pajak.

Subjek Pajak Penghasilan

Subjek PPh meliputi :

1. orang pribadi;2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;3. badan

Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yangtidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usahamilik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun,persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga,dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap; dan

4. bentuk usaha tetap (BUT).Adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orangpribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (duabelas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usahaatau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. tempat kedudukan manajemen;b. cabang perusahaan;c. kantor perwakilan;d. gedung kantor;e. pabrik;f. bengkel;g. gudang;h. ruang untuk promosi dan penjualan;i. pertambangan dan penggalian sumber alam;j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enampuluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; danp. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara

transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Subjek Pajak Dalam Negeri

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapanpuluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesiadan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atauorganisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

3. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundanganb. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBDc. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerahd. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratusdelapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidakbertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalamjangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapatmenerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatanmelalui BUT di Indonesia.

Tidak termasuk Subjek Pajak

Page 2: Seri PPh 2012

1. Kantor perwakilan negara asing;2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:a. bukan warga Negara Indonesia; danb. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; sertac. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;b. tidak menjalankan usaha; atauc. kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang

dananya berasal dari iuran para anggota;4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan

syarat :a. bukan warga negara Indonesia; danb. tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Page 3: Seri PPh 2012

Seri PPh - Objek Pajak Penghasilan

Selasa, 19 Juni 2012 - 10:55

Objek Pajak Penghasilan

Adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baikyang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambahkekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:

1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecualiditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan;

2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;3. laba usaha;4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai penggantisaham atau penyertaan modal;

b. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepadapemegang saham, sekutu atau anggota ;

c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha;d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan ataubadan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidakada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalampembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;6. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;7. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang

polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi ;8. royalty atau imbalan atas penggunaan hak;9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah;12. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;14. premi asuransi;15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas;16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan;19. surplus Bank Indonesia.

Objek Pajak PPh Final

1. bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;2. penghasilan berupa hadiah undian;3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta5. penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Tidak Termasuk Objek Pajak

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yangdibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yangsifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badankeagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang pribadiyang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

3. Warisan;4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti

penyertaan modal;5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk

natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak,wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus

Page 4: Seri PPh 2012

(deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh;6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi,

BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesiadengan syarat :

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; danb. bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik

yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan;10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas

saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasikolektif;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasanganusaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usahatersebut:

a. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yangditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan

b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan, yaitu:a. Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti

pendidikan formal/nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri;b. Tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau pengurus dari wajib pajak pemberi

beasiswa;c. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang

berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajarsesuai dengan daerah lokasi tempat belajar;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikandan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkankembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 5: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 21

Jumat, 22 Juni 2012 - 00:55

Pajak Penghasilan Pasal 21

Adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

Pemotong PPh Pasal 21

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan badan-badan lainnya;4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium atau

pembayaran lain kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri, pesertapendidikan, pelatihan dan magang;

5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional,perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan;

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Pegawai;2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk

ahli warisnya;3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan,

antara lain meliputi:a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,

notaris, penilai dan aktuaris;b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru

film, foto model, peragawan/peragawati,pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;c. olahragawan;d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;f. pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system aplikasinya, telekomunikasi,

elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial, serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;g. agen iklan;h. pengawas atau pengelola proyek;i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;j. petugas penjaja barang dagangan;k. petugas dinas luar asuransi;l. distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan sejenisnya.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaanya dalam suatukegiatan, antara lain meliputi :

a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmupengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

b. peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja;c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;e. peserta kegiatan lainnya.

Penerima Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yangdiperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat :

a. bukan Warga Negara Indonesia; danb. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan sepanjang bukan

Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperolehpenghasilan di Indonesia.

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

1. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupuntidak teratur;

2. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilansejenisnya;

3. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yangditerima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua,dan pembayaran lain sejenis;

4. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah

Page 6: Seri PPh 2012

borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan;5. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenis dengan nama

dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah

atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

1. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransijiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atauPemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yangbersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).

3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan daniuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badanpenyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk ataudisahkan oleh Pemerintah;

5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangkamengikuti pendidikan formal/nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Lain-Lain

1. Pemotong PPh Pasal 21 dan Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke kantorPelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai yang menerima penghasilan dari pemotong PPh Pasal21 secara berkesinambungan dalam 1 (satu) tahun kalender wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlahtanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagaidasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong Pajak saat mulai bekerja atau mulaipensiun;

3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga, pegawai, penerima pensiun berkala dan bukan pegawai yangmenerima penghasilan dari pemotong PPh Pasal 21 secara berkesinambungan dalam 1 (satu) tahun kalenderwajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelummulai tahun kalender berikutnya;

4. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada penerimapenghasilan yang dipotong pajak;

Page 7: Seri PPh 2012

Seri PPh - Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Rabu, 27 Juni 2012 - 09:43

Tarif Dan Penerapannya

1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, bukan pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secaraberkesinambungan dalam 1 (satu) tahun dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh dikalikandengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:

a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan); dikurangi iuran pensiun, Iuran jaminan hari tua, dikurangiPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimumRp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan) dikurangi PTKP.

c. Bukan Pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secara berkesinambungan: 50 % dariPenghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.

2. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikandengan 50% dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan yang tidak berkesinambungan;

3. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikandengan jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah;

4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai tidak tetap lainnya yangmenerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnyamelebihi Rp.150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.320.000,00 dan atautidak dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 150.000,00. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihiRp.1.320.000,00 sebulan, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai denganjumlah PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi 360.

5. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber dananyaberasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilanbruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. IId kebawah, anggota TNI/POLRI Peltukebawah/ Ajun Insp./Tingkat I kebawah.

6. Besar PTKP adalah :

Penerima PTKP Setahun Sebulan

untuk diri pegawai Rp 15.840.000 Rp 1.320.000

tambahan untuk pegawai yang sudah menikah(kawin) Rp 1.320.000 Rp 110.000

tambahan untuk setiap anggota keluarga *) paling banyak 3 (tiga) orang Rp 1.320.000 Rp 110.000

*) anggota keluarga adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus, serta anakangkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

7. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan adalah:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

sampai dengan Rp 50 juta 5%

diatas Rp 50 juta sampai dengan Rp 250 juta 15%

diatas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta 25%

diatas Rp 500 juta 30%

8. Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20 % lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 17.

Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21

1. Penghasilan Pegawai Tetap yang diterima Bulanana. Saefudin adalah pegawai tetap di PT Insan Selalu Lestari sejak 1 Januari 2010. Ia memperoleh gaji beserta

tunjangan berupa uang sebulan sebesar Rp.2.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 50.000,00sebulan. Saefudin menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/0). Penghitungan PPh Ps. 21:Penghitungan PPh Ps. 21 terutang:Gaji Sebulan = Rp. 2.000.000Penghasilan bruto = Rp. 2.000.000Pengurangan: Biaya Pensiun = 5% x 2.000.000 = Rp. 100.000Iuran pensiun = Rp. 50.000 (+)Total Pengurangan = Rp. 150.000Penghasilan netto sebulan = Rp. 1.850.000Penghasilan netto setahun = 12 x 1.850.000 = Rp. 22.200.000PTKP setahun:

WP sendiri = Rp. 15.840.000Tambahan WP kawin = Rp. 1.320.000

Total PTKP = Rp. 17.160.000PKP setahun = Rp. 5.040.000PPh Ps. 21= 5 % x 5.040.000 = Rp. 252.000

Page 8: Seri PPh 2012

PPh Ps. 21 sebulan = Rp. 21.0002. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan

a. Teja status kawin dengan 1 anak pegawai PT. Mulia, pensiun tahun 2005. Tahun 2010Teja menerima pensiunsebulan Rp. 3.000.000,00. Penghitungan PPh Ps. 21 :Pensiun sebulan = Rp. 3.000.000Pengurangan: Biaya Pensiun = 5% x 3.000.000 = Rp. 150.000 (-) (Maksimum diperkenankan Rp. 200.000)Penghasilan Netto sebulan = Rp. 2.850.000Penghasilan Netto setahun = Rp. 34.200.000PTKP (K/1) = Rp. 18.480.000PKP = Rp. 15.720.000PPh Ps. 21 setahun = 5% x 15.720.000 = Rp. 786.000PPh Ps. 21 sebulan = (Rp. 786.000 : 12) = Rp. 65.500

3. Pegawai tetap menerima bonus, gratifikasi, tantiem, Tunjangan Hari Raya atau tahun baru, premi dan penghasilanyang sifatnya tidak tetap, diberikan sekali saja atau sekali setahun.

a. Ikhsan Alisyahbani adalah pegawai tetap di PT Tiurmas Lampung Indah. Ia memperoleh gaji bulan Desembersebesar Rp. 2.500.000,00 menerima THR sebesar Rp. 1.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp.50.000,00 sebulan. Ikhsan Alisyahbani menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/0). PPh Pasal 21 atasgaji dan THR:Penghasilan Bruto setahun = 12 x 2.500.000 = Rp. 30.000.000THR = Rp. 1.000.000Jumlah Penghasilan Bruto = Rp. 31.000.000Pengurangan:

Biaya Jabatan = 5% x 31.000.000 = Rp. 1.550.000Iuran pensiun = 12 x 50.000 = Rp. 600.000Total Pengurangan = Rp. 2.150.000

Penghasilan netto setahun = Rp. 28.850.000PTKP (K/0) setahun = Rp. 17.160.000PKP setahun = Rp. 11.690.000PPh Ps. 21 terutang = 5% x 11.690.000 Rp. 584.500PPh Pasal 21 atas gajiPenghasilan Bruto setahun = 12 x 2.500.000 = Rp. 30.000.000Pengurangan:

Biaya Jabatan = 5% x 30.000.000 = Rp. 1.500.000Iuran pensiun = 12 x 50.000 = Rp. 600.000Total Pengurangan = Rp. 2.100.000

Penghasilan netto setahun Rp. 27.900.000PTKP (K/0) setahun = Rp. 17.160.000PKP setahun = Rp. 10.740.000PPh Ps. 21 terutang = 5% x 10.740.000 Rp. 537.000PPh Pasal 21atas gaji dan THR – PPh Pasal 21 atas gaji:= Rp. 584.500– Rp.537.000= Rp. 47.500

4. Penerima Honorarium atau Pembayaran lain.a. Saputra (memiliki NPWP) memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima honorarium Rp 1.500.000,00.

Saputra juga memiliki sumber penghasilan lainnya. Penghitungan PPh Pasal 21 :Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x (50% x jumlah penghasilan bruto ) = 5% x (50% x Rp1.500.000,00) =Rp37.500,00

5. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dagangan atau petugas dinas luar asuransi.a. Hendra seorang penjaja barang dagangan hasil produksi PT Jaya dan berstatus bukan pegawai, dalam bulan

Januari 2010 menerima komisi sebesar Rp4.000.000,00. Hendra tidak memiliki sumber penghasilan lainnya.Penghitungan PPh 21 :Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x [(50% x jumlah penghasilan bruto ) - PTKP perbulan]:= 5% x [(50% x Rp4.000.000,00) - Rp 1.320.000,00]= Rp 34.000,00

6. Honorarium atau imbalan lainnya kepada peserta kegiatan (pendidikan pelatihan magang).a. Febri sebagai peserta magang menerima honor sebesar Rp3.500.000,00. PPh Pasal 21 yang terutang :

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x jumlah penghasilan bruto = 5% x Rp3.500.000,00 = Rp175.000,007. Penghasilan atas Upah Harian.

a. Erfin (tidak memiliki NPWP) pada bulan Agustus 2010 bekerja sebagai buruh harian pada PT Dayat HariniPerkasa. Ia bekerja sehari sebesar Rp 200.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang :Upah sehari Rp 200.000,00Batas Upah harian yang Tidak di potong PPh Rp 150.000,00PKP Sehari Rp 50.000,00PPh Pasal 21 Sehari = (5% x 120%*) x Rp 50.000,00 Rp 3.000,00(* karena Erfin tidak memiliki NPWP maka tarifnya 20% lebih tinggi dari Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a atau 5% x120% = 6%)

Page 9: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 22

Rabu, 27 Juni 2012 - 09:59

Pengertian

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:

1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;

2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor ataukegiatan usaha di bidang lain.

3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor barang;2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran,

atas pembelian barang;3. BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan

atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4;4. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan Urusan Logistik (BULOG), PT. Telekomunikasi

Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel,Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBNmaupun dari non APBN;

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja dan industriotomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;

6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, danpelumas.

7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yangditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor merekadari pedagang pengumpul.

8. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor :a. yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor;b. yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor;c. yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.

2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD (Lihat Pemungut danObjek PPh Pasal 22 butir 2,3, dan 4) sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasukPPN dan tidak final.

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5) ditetapkan berdasarkan KeputusanDirektur Jenderal Pajak, yaitu:

a. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)b. Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)c. Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)d. Rokok = 0.15% x Harga Bandrol (Final)e. Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, danpelumas adalah sebagai berikut:Catatan:Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul (Lihat Pemungut danObjek PPh Pasal 22 butir 7) ditetapkan sebesar 2,5 % dari harga pembelian tidak termasuk PPN.

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API sebagaimana dimaksud padaangka 1 huruf a sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor.

7. Atas Penjualana. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20.000.000.000,00b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000.000.000,00c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan luas

bangunan lebih dari 500 m2.d. Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00

dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility

vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dariRp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dariharga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22

Page 10: Seri PPh 2012

Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidakterutang PPh, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).

2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai; dilaksanakan oleh DJBC.3. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh

Dirjen BC.4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang jumlahnya paling banyak Rp.

2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda pos.6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor,

dinyatakan dengan SKB.7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan

perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea danCukai.

9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaranBea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumenPemberitahuan Impor Barang (PIB);

2. Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3, dan 4 ) terutang dan dipungut padasaat pembayaran;

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5) terutang dan dipungut pada saatpenjualan;

4. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 6) dipungut pada saat penerbitanSurat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);

5. Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7) terutang dan dipungut pada saatpembelian.

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas impor barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 1) disetor oleh importir denganmenggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yangdipungut oleh DJBC harus disetor ke bank devisa, atau bank persepsi, atau bendahara Direktorat Jenderal Beadan Cukai, dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara mingguanpaling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal BeaMasuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi saat penyelesaian dokumenpemberitahuan pabean impor. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2) disetor oleh pemungut atasnama dan NPWP Wajib Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor Pos pada hari yang sama denganpelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu :

a. lembar pertama untuk pembeli;b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak;c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat

belas ) hari setelah masa pajak berakhir.4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 3) disetor oleh pemungut atas

nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulanberikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 4 ) disetor oleh pemungutatas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh)bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP dan menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5, dan 7 ) dan hasilpenjualan barang sangat mewah (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 8) disetor oleh pemungut atasnama wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnyadengan menggunakan formulir SSP. Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh)hari setelah masa pajak berakhir.

7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 6) disetor olehpemungut ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajakberakhir. Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:

a. lembar pertama untuk pembeli;b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak;c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat paling lambat 20 (dua puluh) harisetelah Masa Pajak berakhir.Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan dengan hari libur termasukhari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Page 11: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 23

Rabu, 27 Juni 2012 - 11:25

Pengertian

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahanjasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Pemotong dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23

1. Pemotong PPh Pasal 23:a. badan pemerintah;b. Subjek Pajak badan dalam negeri;c. penyelenggaraan kegiatan;d. bentuk usaha tetap (BUT);e. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;f. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:a. WP dalam negeri;b. BUT

Tarif dan Objek PPh Pasal 23

1. 15% dari jumlah bruto atas:a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanahdan/atau bangunan.

3. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.4. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:

a. Jasa penilai;b. Jasa Aktuaris;c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;d. Jasa perancang;e. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan oleh BUT;f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;i. Jasa penebangan hutanj. Jasa pengolahan limbahk. Jasa penyedia tenaga kerjal. Jasa perantara dan/atau keagenan;

m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan KSEI dan KPEI;n. Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;p. Jasa mixing film;q. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang

dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasisebagai pengusaha konstruksi

s. Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atausertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

t. Jasa maklonu. Jasa penyelidikan dan keamanan;v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;w. Jasa pengepakan;x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk

penyampaian informasi;y. Jasa pembasmian hama;z. Jasa kebersihan atau cleaning service;

aa. Jasa katering atau tata boga.5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% ebih tinggi dari tarif PPh Pasal 236. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk

dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajakdalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:

a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan denganpekerjaan yang diabayarkan oleh WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

Page 12: Seri PPh 2012

b. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur pembelian);c. Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak

ketiga(dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);d. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-

nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau buktipembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku:

a. Atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering;b. Dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat final;

Penghitungan PPh Pasal 23 terutang menggunakan jumlah bruto tidak termasuk PPN

Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23:

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi,

BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesiadengan syarat:

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;b. bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

25% ( dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;c. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas

saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrakinvestasi kolektif;

d. SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;e. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai

penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuhtempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

2. PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulansaat terutang pajak.

3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan dengan hari libur termasukhari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Bukti Pemotong PPh Pasal 23

Pemotong Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada Wajib Pajak Orang Pribadi atau badanyang telah dipotong PPh Pasal 23.

Page 13: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 26

Kamis, 28 Juni 2012 - 12:59

Pengertian

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dariIndonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.

Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melaluibentuk usaha tetap di Indonesia, adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yangsebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).

Pemotong PPh Pasal 26

1. Badan Pemerintah;2. Subjek Pajak dalam negeri;3. Penyelenggara Kegiatan;4. BUT;5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia.

Tarif dan Objek PPh Pasal 26

1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri berupa :a. dividen;b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;e. hadiah dan penghargaanf. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atauh. Keuntungan karena pembebasan utang.

2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang kepada perusahaan

asuransi di luar negeri.3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara conduit

company atau spesial purpose company yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikanperlindungan pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukandi Indonesia atau BUT di Indonesia;

4. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilantersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

5. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara pihak padapersetujuan.

Saat Terutang, Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26

1. PPh pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan,tergantung yang mana terjadi lebih dahulu.

2. Pemotong PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 26 rangkap 3 :a. lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;b. lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak;c. lembar ketiga untuk arsip Pemotong.

3. PPh pasal 26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak(SSP), paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

4. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua, bukti pemotongan lembar kedua dan daftar buktipemotongan disampaikan ke KPP setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Contoh: Pemotongan PPh Pasal 26 dilakukan tanggal 24 Mei 2009, penyetoran paling lambat tanggal 10 Juni 2009dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 Juni 2009.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 26 bertepatan degan hari libur termasuk harisabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Pengecualian

1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi PajakPenghasilan dari BUT ditanamkan kembali di Indonesia dengan syarat:

a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dalam bentukpenyertaan modal pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau pesertapendiri, dan;

b. dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau

Page 14: Seri PPh 2012

diperoleh penghasilan tersebut;c. tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurangkurangnya dalam waktu 2 (dua) tahun

sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersil.2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Page 15: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Atas Jasa Konstruksi

Rabu, 27 Juni 2012 - 11:57

Pengertian

1. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaanpekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan konstruksi;

2. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaanbeserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkunganmasingmasing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

3. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yangprofesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumenperencanaan bangunan fisik lain.

4. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yangprofesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkansuatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaankonstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan,dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan danpembangunan (design and build).

5. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yangprofesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awalpelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan;

6. Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang memerlukan layanan jasakonstruksi;

7. Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanyamenyediakan layanan jasa kontruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawaskonstruksi maupun sub-subnya;

8. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam suatu kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan;

Subjek dan Objek Pajak

Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan dari usaha di bidang jasa konstruksi.

Tarif

Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari jasa konstruksi dikenakanPajak Penghasilan sebagai berikut :

Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Pekerjaan Klasifikasi Usaha Tarif Sifat

Pelaksanaan KonstruksiKecil 2% (*) Final

Menengah dan Besar 3% (*) Final

Perencanaan dan Pengawasan Kecil, Menengah dan Besar 4% (*) Final

Tidak Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Pekerjaan Tarif Sifat

Pelaksanaan Konstruksi 4% (*) Final

Perencanaan dan Pengawasan 6% (*) Final

(*) dari jumlah/penerimaan pembayaran tidak termasuk PPN

Ketentuan ini berlaku 1 Agustus 2008, dalam hal :

1. Kontrak yg ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008 dan pembayaran dari kontrak atau bagian dari kontrak tersebutdilakukan s.d tgl 31 Desember 2008 tunduk pada ketentuan lama;

2. Kontrak yg ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008 dan pembayaran dari kontrak atau bagian dari kontrak tersebutsetelah tgl 31 Desember 2008, maka :

a. Berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani penyedia jasa s.d 31 Desember 2008, makatunduk pada ketentuan lama;

b. Berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani penyedia jasa setelah 31 Desember 2008,maka tunduk pada ketentuan baru.

Tata Cara Pemotongan

1. Bila pengguna jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk usaha tetap atau WajibPajak Orang Pribadi dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, dipotong oleh pengguna jasa padasaat pembayaran uang muka dan termin.

2. Bila pengguna jasa adalah selain huruf a, disetor sendiri oleh penerima penghasilan pada saat pembayaran uangmuka dan termin.

Page 16: Seri PPh 2012

Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan

1. Dalam hal Pajak Penghasilan yang terutang melalui pemotongan, maka Pembayaran atau penyetoran pajakdisetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir;

2. Dalam hal Pajak Penghasilan terutang harus disetor sendiri oleh yang penyedia jasa, maka wajib menyetor kebank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa masa pajak berakhir;

3. Wajib Pajak wajib menyampaikan laporan pemotongan dan atau penyetoran pajaknya melalui SuratPemberitahuan Masa ke Kantor Pelayan Pajak atau KP2KP, paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk harisabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Page 17: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Atas Hadiah dan Penghargaan

Kamis, 28 Juni 2012 - 12:00

Pengertian

1. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian.2. Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan

atau adu ketangkasan.3. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk

apapun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah.4. Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam kegiatan tertentu.

Pemotong PPh

Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) adalah:

1. Penyelenggara Undian;2. Pemberi Hadiah.

Tarif

1. Atas hadiah undian dikenakan PPh sebesar 25% (duapuluh lima persen) dari jumlah bruto hadiah atau nilai pasarhadiah berupa natura dan bersifat final.

2. Atas hadiah atau penghargaan, perlombaan, penghargaan dan hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa dankegiatan lainnya, dikenakan PPh dengan ketentuan sebagai berikut :

a. dikenakan PPh pasal 21 sebesar tarif PPh pasal 17 Undang-undang PPh, bila penerima Wajib Pajak OrangPribadi Dalam Negeri.

b. dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% (duapuluh persen) dan bersifat final dari jumlah bruto denganmemperhatikan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, bila penerima WajibPajak Luar Negeri selain BUT.

c. dikenakan PPh pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah penghasilan bruto, bila penerima WajibPajak badan.

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

1. Saat terutanga. PPh atas hadiah dan penghargaan terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau diserahkannya

hadiah tergantung peristiwa yang terjadi lebih dahulu.b. PPh dipotong oleh penyelenggara (hadiah dan penghargaan) sebelum hadiah atau penghargaan diserahkan

kepada yang berhak.c. Penyelenggara wajib membuat dan memberikan bukti pemotongan PPh atas Hadiah atau Undian, rangkap 3 :

lembar ke-1 untuk penerima hadiah (Wajib Pajak);lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak;lembar ke-3 untuk Penyelenggara/ Pemotong.

2. Penyetoran dan Pelaporana. Penyelenggara undian atau penghargaan wajib:

menyetor PPh yang telah dipotong dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atauKantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya Pajak (secarakolektif )menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor PelayananPenyuluhan dan Konsultasi Perpajakan tempat Pemotong terdaftar paling lambat tanggal 20 (duapuluh)bulan berikutnya setelah dibayarkannya atau diserahkannya hadiah undian tersebut.

b. Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk harisabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Lain-Lain

Tidak termasuk dalam pengertian hadiah dan penghargaan yang dikenakan PPh adalah hadiah langsung dalampenjualan barang atau jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi dan hadiahtersebut diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

Page 18: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI

Kamis, 28 Juni 2012 - 12:29

Pengertian

1. Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dipotongPajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final.

2. Termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melaluibank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Objek dan Tarif

Atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI dikenakan PPh final sebesar:

1. 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).2. 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri.

Pemotong PPh

Pemotong PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto adalah :

1. Bank Pembayar Bunga;2. Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan dan Bank yang menjual kembali sertifikat BI (SBI) kepada

pihak lain yang bukan dana pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan dan bukan bankwajib memotong PPh atau diskonto SBI tersebut.

Dikecualikan dari Pemotongan PPh

1. Jumlah deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)dan bukan merupakan jumlah yang dipecahpecah.

2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang Bank luar negeri diIndonesia.

3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannyatelah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimanadimaksud dalam pasal 29 Undang-undang 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, diberikan berdasarkan SuratKeterangan Bebas (SKB), yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat dana pensiun terdaftar.

4. Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan Rumah Sederhana dan RumahSangat Sederhana; kavling siap bangun untuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana atau RumahSusun Sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Ketentuan pada butir 3 dan 4 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri terkait.

Batas waktu penyetoran PPh Terutang yaitu tanggal 10 bulan berikutnya untuk masa pajak yang bersangkutan danpelaporan tanggal 20 bulan berikutnya untuk masa pajak yang bersangkutan.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtuatau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Lain-Lain

Orang pribadi subyek pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam satu tahun pajak termasuk bunga dandiskonto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, atas pajak yang telah dipotong, dapat mengajukan permohonanpengembalian (Restitusi).

Page 19: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Kamis, 28 Juni 2012 - 13:31

Pengertian

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan ataubangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan (PPh).

Pengalihan atas Tanah dan/atau Bangunan adalah:

1. penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah atau cara lainyang disepakati dengan pihak lain selain Pemerintah;

2. penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak atau cara lain yang disepakati dengan Pemerintah gunapelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukanpersyaratan khusus;

3. penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada Pemerintah guna pelaksanaanpembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.

Pembayar atau Penyetor PPh

1. Orang Pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ataubangunan;

2. Bendahara Pemerintah atau Pejabat yang melakukan pembayaran atau menyetujui tukar-menukar.

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

1. Wajib Pajak Orang Pribadi, yayasan atau organisasi sejenis dan Wajib Pajak Badan baik merupakan usaha pokokmaupun diluar usaha pokok yang mengalihkan hak atas tanah dan atau bangunan membayar PPh Final 5% (limapersen) dari jumlah bruto nilai pengalihan yaitu nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak denganNilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tanah dan atau bangunan, kecuali:

a. dalam hal pengalihan hak kepada Pemerintah, adalah nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan;b. dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang, adalah nilai menurut risalah lelang.Dalam hal pengalihan hak kepada Pemerintah, PPh Final 5% dipotong oleh Bendahara Pemerintah atau pejabatyang berwenang.NJOP adalah NJOP menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB), ataudalam hal SPPT belum terbit, adalah NJOP menurut SPPT tahun sebelumnya.Apabila tanah dan atau bangunan belum terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak, maka NJOP yang dipakai adalahNJOP menurut surat keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat.

2. Wajib Pajak yang usaha pokoknya mengalihkan hak atas tanah dan atau bangunan berupa pengalihan hak atasRumah sederhana dan Rumah susun sederhana wajib membayar PPh Final 1% (satu persen) dari jumlah brutonilai pengalihan, yaitu nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak dengan Nilai Jual Obyek Pajak(NJOP) tanah dan atau bangunan.

Dikecualikan dari Kewajiban Pembayaran/Pemungutan PPh

1. Hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaan ataubadan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, ataupenguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB).

2. Pengalihan hak yang jumlah brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukanmerupakan jumlah yang dipecahpecah, oleh Orang Pribadi yang total penghasilannya tidak melebihi PenghasilanTidak Kena Pajak (PTKP).

3. Pengalihan hak kepada Pemerintah untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.4. Pengalihan hak sehubungan dengan warisan, berdasarkan SKB.5. Dalam rangka penggabungan, peleburan dan pemekaran usaha dengan nilai buku, berdasarkan SKB.

Tata Cara Penyetoran dan Pemungutan

1. Orang Pribadi atau Badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ataubangunan, wajib menyetor sendiri PPh yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos sebelum akta, keputusanperjanjian, kesepakatan atau risalah lelang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, dengan menggunakanSurat Setoran Pajak (SSP), dan pada SSP wajib dicantumkan:

a. Nama, alamat dan NPWP pihak yang mengalihkan Orang Pribadi atau Badan yang bersangkutan.b. Lokasi tanah dan atau bangunan yang dialihkanc. Nama pembeli

2. Orang Pribadi yang nilai pengalihan tidak lebih dari Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) tetapi penghasilanlainnya dalam satu tahun melebihi PTKP, penyetoran PPh Final selambat-lambatnya pada akhir tahun pajak yangbersangkutan.

3. Bendahara Pemerintah atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar-menukar,memungut PPh yang terutang dan menyetorkannya ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan SSPsebelum pembayaran atau tukar-menukar dilaksanakan kepada Orang Pribadi atau Badan.

Page 20: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan

Kamis, 28 Juni 2012 - 13:37

Pengertian

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari Persewaan tanah dan atau bangunanberupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko,gudang dan industri, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Yang tidak termasuk persewaan tanah dan atau bangunan yang terutang Pajak:

Penghasilan yang bersifat final apabila persewaan kamar dan ruang rapat di hotel dan sejenisnya.

Objek dan Tarif

Atas penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dikenakan PPh final sebesar 10% (sepuluh persen) darijumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.

Yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang olehpenyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yangdisewakan termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan “servicecharge” baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan.

Pemotong PPh

Pemotong PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan tanah dan/atau bangunan adalah :

1. Apabila penyewa adalah badan pemerintah, Subjek Pajak badan, dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentukusaha tetap, kerjasama operasi, perwakilian perusahaan luar negeri lainnya dan orang pribadi yang ditetapkan olehDirektur Jenderal Pajak, maka Pajak Penghasilan yang terutang wajib dipotong oleh penyewa dan penyewa wajibmemberikan bukti potong kepada yang menyewakan atau yang menerima penghasilan;

2. Apabila penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak Penghasilan selain yang tersebut pada butir 1 diatas, maka Pajak Penghasilan yang terutang wajib dibayar sendiri oleh pihak yang menyewakan.

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

1. Saat TerutangPPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan terutang pada saat pembayaran atau terutangnyasewa.

2. Penyetoran dan Pelaporana. Dalam hal PPh terutang harus dilunasi melalui pemotongan oleh penyewa, penyetoran ke bank persepsi dan

Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewadengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

b. Untuk pelaporan pemotongan dan penyetorannya dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor PelayananPenyuluhan dan Konsultasi Perpajakan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulanpembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat(2).

c. Dalam hal PPh terutang harus disetor sendiri oleh yang menyewakan, maka yang menyewakan wajib menyetorPPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelahbulan pembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

d. Untuk pelaporan penyetorannya dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Penyuluhan danKonsultasi Perpajakan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atauterutangnya sewa dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat(2).

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtuatau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Page 21: Seri PPh 2012

Seri PPh - Fasilitas Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Menanamkan Modal Pada BidangTertentu atau Daerah Tertentu

Kamis, 28 Juni 2012 - 14:52

Latar Belakang

1. Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakansalah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatanpembangunan untuk bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu;

2. Untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 31 AUndang-Undang Pajak Penghasilan

Dasar Hukum

1. Pasal 31 A Undang-Undang Pajak Penghasilan;2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 62 Tahun 2008;3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2007;4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-67/PJ./2007.

Fasilitas Pajak Penghasilan

1. Fasilitas PPh ini dapat diberikan kepada Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk :a. Perseroan terbatas; ataub. Koperasi, baik yang baru berdiri maupun yang telah ada, yang melakukan penanaman modal baik untuk :

Penanaman modal baru, maupunPerluasan dari usaha yang telah ada, pada bidang usaha tertentu atau pada bidang tertentu dan daerahtertentu.

Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatanutama usaha.

2. Bidang-bidang Usaha Tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggidalam skala nasional.Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensiyang layak dikembangkan.

3. Kepada Wajib Pajak tersebut dapat diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan dalam bentuk :a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) darijumlah penanaman modal, dibebankan

selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun.Contoh: PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp 100 milyar berupa pembelian aktiva tetap berupatanah, bangunan dan mesin.Terhadap PT ABC dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5% xRp 100 milyar = Rp Rp 5 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun yang dimulai sejak tahun pemberian fasilitas.

b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat, sebagai berikut :Kelompok Aktiva Tetap BerwujudMasa ManfaatTarifAmortisasi BerdasarkanPenyusutan Berdasarkan MetodeGaris LurusSaldo MenurunA. Bukan Bangunan Kelompok I2 tahun50%100% (dibebankan sekaligus) Kelompok II4 tahun25%50% Kelompok III8tahun12,5%25% Kelompok IV10 tahun10%20%B. Bangunan Permanen10 tahun10%-C. Tidak Permanen5tahun20%-

c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak luar negeri sebesar 10%(sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.Contoh : Investor dari negara X memperoleh dividen dari Wajib Pajak (WP) badan dalam negeri yang telahditetapkan untuk memperoleh fasilitas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.1 Tahun 2007 sebagaimanatelah diubah dengan PP62/2008. Apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di negara yang belummemiliki Persetujuan Penghindar Pajak Berganda (P3B) dengan Pemerintah Republik Indonesia (RI), ataubertempat kedudukan di negara yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen untukWP luar negeri 10% atau lebih, maka atas dividen hanya akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesiasebesar 10%. Namun apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di suatu negara yang telah memiliki P3Bdengan Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen tersebut dikenakan PPh di Indonesia sesuai tarif yang diaturdalam P3B tersebut.

d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, denganketentuan sebagai berikut :

tambahan 1 tahun : Apabila penanaman modal baru pada bidang usaha tertentu yang dilakukan di kawasanindustri dan kawasan berikat.tambahan 1 tahun : Apabila memperkerjakan sekurang-kurangnya 500 orang tenaga kerja Indonesia selama5 (lima) tahun berturut-turut;tambahan 1 tahun : Apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk insfrastrukturekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp 10 milyartambahan 1 tahun : Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalamrangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% dari investasi dalam jangka waktu 5tahun; dan/atautambahan 1 tahun : Apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam negeripaling sedikit 70% sejak tahun ke 4.

Page 22: Seri PPh 2012

Hal-Hal Yang harus diperhatikan dalam PP No. 62 Tahun 2008

1. Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan setelah mempertimbangkanusulan dari Kepala BKPM

2. Sebelum lewat 6 tahun sejak tanggal pemberian fasilitas Wajib Pajak tidak boleh :a. Menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk tujuan selain yang diberikan fasilitas, ataub. Mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas kecuali aktiva tetap yang dialihkan

tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.3. Apabila Wajib Pajak yang telah mendapatkan fasilitas tidak memenuhiketentuan tersebut, maka:

a. Fasilitas yang telah diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dicabut;b. Terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku, danc. Tidak dapat lagi diberikan fasilitas berdasarkan peraturan pemerintah ini.

4. Wajib Pajak yang telah memperoleh keputusan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan wajib menyampaikankepada Direktur Jenderal Pajak laporan mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Realisasi penanaman modal sampai dengan selesainya seluruh investasi (Laporan ini disampaikan kepadaDirektur Jenderal Pajak setiap semester terhitung sejak dimulainya realisasi penanaman modal sampai denganselesainya seluruh investasi, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah akhir semester yang bersangkutan);

b. Realisasi produksi sejak saaat dimulainya produksi komersial;c. Penggunaan aktiva tetap yang digunakan untuk tujuan selain yang diberikan fasilitas;d. d. Pengalihan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas; dane. e. Penggantian aktiva tetap yang dialihkan yang diganti dengan aktiva tetap yang baru (Laporan ini {huruf b, c, d

dan e} disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak setiap semester, paling lambat 10 hari kerja setelah akhirsemester yang bersangkutan selama 6 tahun sejak saat dimulainya produksi komersial).

5. Wajib Pajak yang telah mendapat fasilitas Pajak Penghasilan wajib melampirkan laporan keuangan tahunan yangtelah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

6. Pelaksanaan PP ini akan dievaluasi dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sejak ditetapkan7. Evaluasi dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian8. Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas perpajakan atas kegiatan usaha di Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu (KAPET) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perlakuan Perpajakan diKawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 147Tahun 2000, maka atas kegiatan usaha tersebut tidak lagi diberikan fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksuddalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008.

Page 23: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pajak Penghasilan Bagi Dokter

Kamis, 28 Juni 2012 - 16:14

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilanadalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dariIndonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WajibPajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Salah satu jenis penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan adalah penggantian atau imbalan berkenaandengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lain, kecuali ditentukan lain dalam UU PPh. Tambahan kekayaanneto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak juga termasuk sebagai objek Pajak Penghasilan.

Dengan demikian Wajib Pajak yang menerima penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan, wajibmembayar atau melunasi Pajak penghasilan termasuk penghasilan yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi sepertiDokter.

Jenis penghasilan apa saja yang diterima Dokter dikenakan PajakPenghasilan?

Dokter karena keahliannya atau kegiatannya dapat menerima penghasilan yang berupa :

1. Gaji dan tunjangan serta pembayaran lainnya terkait dengan gaji, sebagai pegawai tetap;2. Honorarium, komisi, atau fee sebagai tenaga ahli;3. Uang saku, uang presentasi, uang rapat karena dokter sebagai peserta kegiatan.4. Hadiah atau penghargaan, bonus, gratifikasi atau imbalan dalam bentuk lain, karena sebagai dokter yang

memberikan keuntungan bagi produsen obat-obatan atau alat kesehatan lainnya;5. Laba usaha karena sebagai dokter yang buka praktek;

Bagaimana cara penghitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima dokter?

Untuk mengetahui berapa PPh yang harus dibayar atau dilunasi dokter atas penghasilan yang diterimanya, terlebihdahulu perlu dijelaskan bahwa pembayaran atau pelunasan PPh dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu :

1. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak pemberi hasil;2. Penyetoran sendiri oleh Wajib pajak setelah menghitung dan memperhitungkan PPh terhutang selama satu tahun.

Besarnya PPh atas penghasilan berupa gaji dan tunjangan serta pembayaran lainnya yang terkait dengan gaji,honorarium, komisi atau fee, hadiah, bonus, gratifikasi, uang saku, uang presentasi dan uang rapat, yang diberikanoleh pemberi kerja yang ditunjuk sebagai pemotong, ditentukan melalui penghitungan yang dilakukan oleh pemberikerja tersebut. PPh yang terhutang ini disebut juga dengan PPh Pasal 21 karena diatur dalam Pasal 21 di UU PPh.

Tarif yang digunakan untuk pemotongan PPh Pasal 21 khusus untuk dokter (tenaga ahli) adalah :

1. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh dari Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21. Dasar Pengenaandan Pemotongan ditentukan sebesar 50% dari jumlah bruto; dan

2. Tarif 15% dari jumlah bruto (bersifat Final) khusus untuk penghasilan berupa honorarium, uang sidang, uang hadir,uang lembur, imbalan prestasi kerja, dan imbalan lain dengan nama apapun yang dananya berasal dariAPBN/APBD serta yang menerimanya PNS/TNI/POLRI/Pejabat Negara golongan III/a ke atas atau Letnan Dua keatas.

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:

Cara penghitungannya sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

s.d. Rp 50.000.000 5%

diatas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%

diatas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%

diatas Rp 500.000.000 30%

1. Gaji dan tunjangan serta pembayaran lainnya terkait dengan gaji, karena sebagai pegawai tetap.Misalnya Dokter A (status sendiri dan tidak mempunyai tanggungan) pegawai tetap di RS X dengan gaji dantunjangan sebulan Rp 15.000.000,-PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja :Gaji + Tunjangan setahun15.000.000 x 12 = Rp180.000.000,-Pengurang :

Biaya jabatan (5%x jumlah bruto penghasilan setahun, maksimal Rp6.000.000) = (Rp 6.000.000,-)PTKP Sendiri (TK/-) = (Rp 15.840.000,-)

Penghasilan Kena Pajak = Rp158.160.000,-PPh Pasal 21 terhutang :

Page 24: Seri PPh 2012

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x PKP =5% x Rp50.000.000,- = Rp 2.500.00015% x Rp108.160.000,- = Rp16.224.000 Total Rp18.724.000Dokter A wajib menerima bukti potong PPh pasal 21 dari Rumah Sakit X.

2. Honorarium, komisi atau fee, uang saku, uang presentasi, uang rapat yang dananya berasal dari APBN/APBDataupun yang bukan.

a. Misalnya Dokter A (PNS/TNI/POLRI) menerima honorarium yang dananya dari APBN/APBD sebesarRp10.000.000.PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja/pemberi penghasilan :15% xRp10.000.000 = Rp1.500.000,-Pemotongan PPh Pasal 21 ini bersifat final atau tidak diperhitungkan lagi dengan penghasilan lainnya sehinggasudah selesai penghitungan PPh, namun tetap dilaporkan dalam SPT Tahunan PPhnya (melampirkan buktipotong PPh Pasal 21 tersebut).

b. Misal Dokter A (swasta) menerima uang presentasi yang dananya dari APBN/APBD sebesar Rp10.000.000, dariDepartemen Kesehatan.PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja/pemberi penghasilan :5% x (50% x Rp10.000.000,-) = Rp250.000,-Dokter A (swasta) wajib menerima bukti potong PPh Pasal 21 dari Departemen Kesehatan dan menghitungkembali penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan PPh-nya.

c. Misal Dokter A (swasta ataupun PNS/TNI/POLRI) menerima honorarium pada bulan Maret 2009 sebesarRp30.000.000. dari Rumah sakit ZPPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja/pemberi penghasilan :5% x (50% x Rp30.000.000,-) = Rp750.000.-Dokter A wajib diberikan bukti potong PPh Pasal 21.

Catatan :

a. apabila penghasilan tersebut diberikan karena pekerjaan atau jasanya bersifat berkesinambungan baikberdasarkan kontrak atau kenyataan sebenarnya, maka tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a diterapkan atas jumlahkumulatifnya.Misalnya di bulan April 2009 Dokter A juga mendapat honorarium sebesar Rp80.000.000,- dari Rumah Sakit Z(bulan Maret 2009 telah menerima Rp30.000.000,-), sehingga jumlah kumulatifnya menjadi Rp30.000.000,- +Rp80.000.000,- = Rp110.000.000,-Dasar Pemotongan PPh Pasal 21 dari jumlah kumulatif tersebut adalah 50% x Rp110.000.000,- =Rp55.000.000,- , sehingga PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh Rumah Sakit Z adalah :5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000,-15% x Rp5.000.000 = Rp 750.000,- (+)Total Rp3.250.000,-Karena bulan Maret telah dipotong Rp750.000,-, maka bulan April PPh yang harus dipotong Rp3.250.000,- -Rp750.000 = Rp2.500.000

b. Jumlah penghasilan bruto bagi Dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik adalah sebesar jasaDokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasiloleh rumah sakit dan/atau klinik.Misalnya, Pasien A membayar tagihan Rumah Sakit Z sebesar 25 juta, dengan rincian uang obat Rp5.000.000,-dan uang jasa Dokter B sebesar Rp20.000.000,-. Rumah Sakit Z menerima bagi hasil dari uang jasa Dokter Bsebesar 50% dari jumlah tersebut atau Rp10.000.000,- (sesuai dengan perjanjian).Rumah Sakit Z memotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima Dokter B dari jumlah penghasilan brutoRp20.000.000,- bukan dari jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagi hasil atau Rp10.000.000,-. SehinggaPPh Pasal 21 yang dipotong Rumah Sakit Z adalah : 5% x (50% x Rp20.000.000) = Rp500.000,-

3. Hadiah atau penghargaan, bonus, gratifikasi atau imbalan dalam bentuk lain, karena sebagai dokter yangmemberikan keuntungan bagi produsen obat-obatan atau alat kesehatan lainnya.Misalnya Dokter A (bukan pegawai tetap di PT X) menerima hadiah berupa tiket pesawat dan akomodasinya dariPT X senilai Rp50.000.000.PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi penghasilan :5% xRp50.000.000 = Rp2.500.000,-Dokter A wajib menerima bukti potong PPh Pasal 21 dari PT X dan dan menghitung kembali penghasilan tersebutdalam SPT Tahunan PPh-nya.Apabila dari hadiah tersebut ternyata tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 dari PT X, maka Dokter A wajibmenghitung dan membayar sendiri Pajak Penghasilan dari hadiah tersebut di dalam SPT Tahunan PPh-nya.

4. Laba usaha karena sebagai dokter yang buka praktek Dokter yang menerima penghasilan dari membuka praktekdapat menghitung PPh melalui 2 cara yaitu pembukuan atau pencatatan.

a. Pembukuan.Laba usaha baik dari praktek maupun pekerjaan bebas seperti dokter sebagai tenaga ahli di Rumah sakit/KlinikKesehatan, didapat dari hasil laporan Rugi Laba. Apabila Untung maka atas keuntungan tersebut dikenakan tarifpasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh setelah terlebih dahulu dikurangi dengan PTKP setahun.Misalnya Dokter A menyelenggarakan pembukuan untuk menghitung besarnya PPh yang terutang selama satutahun :Peredaran bruto/Omzet : Rp500.000.000Pengurangnya :Biaya operasional (gaji pegawai, peralatan, Obat, listrik, dll) :(Rp300.000.000)

Page 25: Seri PPh 2012

Penghasilan neto : Rp200.000.000Apabila Dokter A sumber penghasilannya hanya dari praktek, maka PPh terhutangPenghasilan neto Rp200.000.000,-PengurangPTKP (tk/-) (Rp 15.840.000,-)PKP Rp184.160.000,-PPh terutang :5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-15%x Rp134.160.000 = Rp20.124.000 +Total Rp22.624.000,-

b. PencatatanLaba usaha dari praktek maupun pekerjaan bebas seperti dokter sebagai tenaga ahli, didapat dari peredaranatau penerimaan bruto (omzet) selama satu tahun dikalikan norma penghitungan penghasilan neto (misalnyauntuk praktek di Jakarta ditentukan norma penghasilan nettonya 45%).Hasil perkalian (Penghasilan neto) tersebut dikalikan dengan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh setelahterlebih dahulu dikurangi PTKP.Misalnya Dokter A memperoleh penghasilan dari praktek di Jakarta dengan peredaran atau penerimaan bruto(omzet) setahun Rp300.000.000, dan dari Rumah sakit Z sebagai dokter tamu (praktek) Rp200.000.000,- (PPhPasal 21 yang dipotong oleh Rumah Sakit Z sebesar Rp5.000.000,-).PPh terutang : Peredaran bruto setahun (Rp300.000.000,- + Rp200.000.000 = Rp500.000.000,-)Penghasilan Neto Rp500.000.000 x 45% = Rp225.000.000Pengurang :PTKP (tk/-) =(Rp 15.840.000)PKP Rp209.160.000,-PPh terutang :5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000,-15% x Rp159.160.000 = Rp23.874.000.-+Total Rp26.374.000,-PPh yang harus disetor Dokter A ke Bank Persepsi atau Kantor Pos ( diasumsikan Dokter A tidak memperolehpenghasilan lain pada tahun tersebut adalah : Rp 26.374.000,- - Rp5.000.000,- = Rp21.374.000,-

Bagaimana cara mendapat informasi penghitungan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Dokterini?

Informasi tentang cara penghitungan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Dokter, dapat diperolehdengan cara mendatangi petugas di KPP atau menghubungi Kring Pajak 500200 (melalui HP ditambah kode area021), maupun mengakses website www.pajak.go.id

Page 26: Seri PPh 2012

Seri Koperasi - Perpajakan Bagi Koperasi

Jumat, 29 Juni 2012 - 09:16

Pendahuluan

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan ditegaskan bahwa Badanadalah sekumpulan orang dan/atau yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidakmelakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha miliknegara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, danapensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.Berdasarkan ketentuan tersebut maka Koperasi termasuk sebagai Wajib Pajak badan yang ditentukan untukmelakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Secara umum kewajiban perpajakan koperasi adalah :

1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan/atau PKP2. Menyetorkan dan Melaporkan Pajak Penghasilan Badan3. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan4. Melakukan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP

1. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib ajak sebagai sarana dalam administrasiperpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hakdan kewajiban perpajakannya.

2. Data pendukung yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak untuk mengisi formulir permohonan pendaftaran untukmendapatkan NPWP:

a. Akte Pendirian dan perubahan atau surat penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;b. NPWP pimpinan/penanggung jawab badan (koperasi);c. Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing sebagai penanggung jawab;

Pelaporan Usaha untuk Pengukuhan PKPKoperasi yang sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telahmelampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil (600 Juta), wajib melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya. Dengan pengukuhan sebagai PKP makaKoperasi terikat pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai.

Menghitung, Menyetorkan dan Melaporkan Pajak Penghasilan KoperasiPenghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasaldari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WajibPajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk :

1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecualiditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;

2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;3. laba usaha;4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai penggantisaham atau penyertaan modal;

b. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepadapemegang saham, sekutu atau anggota ;

c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha;d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan ataubadan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidakada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalampembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;6. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;7. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang

polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;8. royalty atau imbalan atas penggunaan hak;9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah;12. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

Page 27: Seri PPh 2012

13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;14. premi asuransi;15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas;16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Ketentuan umum dan

Tata Cara Perpajakan;19. surplus Bank Indonesia.

Menghitung Penghasilan Kena Pajak setahun

Biaya-biaya Operasional Rp. BBBBPenghasilan Neto Rp. CCCCKoreksi Fiskal (positif/negatif) Rp. DDDDPenghasilan Kena Pajak Rp. XXXX

Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan, termasuk:1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

a. biaya pembelian bahan;b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan

yang diberikan dalam bentuk uang;c. bunga, sewa, dan royalti;d. biaya perjalanan;e. biaya pengolahan limbah;f. premi asuransi;g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;h. biaya administrasi; dani. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untukmemperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki

untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;5. kerugian selisih kurs mata uang asing;6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; danc. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani

piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antarakreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atauadanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

d. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecilsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU Pajak Penghasilan;

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan

di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidakboleh dikurangkan:

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan olehperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa gunausaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

b. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan PenyelenggaraJaminan Sosial;

c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; danf. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan

Page 28: Seri PPh 2012

limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan;

4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yangdibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagaipenghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dankenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalandalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yangdiatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyaihubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai denganhuruf m UU Pajak Penghasilan serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yangdibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agamayang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

8. Pajak Penghasilan;9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi

tanggungannya;10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi

atas saham;11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan

pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Menghitung Pajak Terhutang

1. Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU Pajak Penghasilan sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

untuk seluruh lapisan Penghasilan Kena Pajak 28%

* Mulai Tahun Pajak 2010, tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b menjadi 25%.Contoh:Penghasilan Kena Pajak Rp. 51.000.000.000,00, maka perhitungan pajak terutangnya:28% X Rp. 51.000.000.000,00 = Rp. 14.280.000.000,00

2. Koperasi yang peredaran bruto setahun tidak melebihi Rp 50.000.000.000,00 dan Penghasilan Kena Pajak daribagian peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.Contoh : Peredaran bruto sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesarRp3.000.000.000,00Cara penghitungannya :

a. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 =Rp480.000.000,00

b. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas: Rp3.000.000.000,00-Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang:a. (50% x 28%) x Rp480.000.000,00 = Rp 67.200.000,00b. 28% x Rp2.520.000.000,00 = Rp705.600.000,00 (+)Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp772.800.000,00

Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan

1. PPh Final/ Pasal 4 ayat (2)a. 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan dan bersifat final.b. 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan bersifat final.c. 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan

oleh WP yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.d. 25% dari jumlah bruto hadiah undian (nilai uang atau nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam

bentuk natura).e. 2% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan konstruksi bagi yang bersertifikasi

usaha kecil, dan bersifat final.f. 3% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan konstruksi bagi yang bersertifikasi

usaha menengah dan besar, dan bersifat final.g. 4% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan konstruksi bagi yang tidak

bersertifikasi usaha konstruksi, dan bersifat final.h. 4% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi bagi

yang bersertifikasi usaha konstruksi, dan bersifat final.i. 6% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa perencanaan konstruksi dan jasa pengawasan

konstruksi bagi yang tidak bersertifikasi usaha konstruksi, dan bersifat final.2. PPh Pasal 21 atas Penghasilan Karyawan

PPh Pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi dari pekerjaan,

Page 29: Seri PPh 2012

jasa atau kegiatan yang dilakukannyaCara Perhitungan:Penghasilan Bruto Rp. AAAADikurangi:

a. Biaya Jabatan Rp. BBBB(5% X Pengh.Bruto max: Rp6.000.000 pertahun)

b. Iuran lain yang terikat penghasilan tetap Rp. CCCCPenghasilan Neto Rp. DDDDDikurangi PTKP *) Rp. EEEEPenghasilan Kena Pajak Rp. FFFF

Kemudian Penghasilan Kena Pajak tersebut dikalikan Tarif Pasal 17 sbb:

Penghasilan Kena Pajak Tarif

s.d. Rp 50.000.000 5%

diatas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%

diatas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%

diatas Rp 500.000.000 30%

*) PTKP adalah penghasilan tidak kena pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dengan ketentuansebagai berikut:

Keterangan Status PTKP

WP tidak kawin dan tidak memiliki tanggungan TK/0 Rp.15.840.000

WP tidak kawin dan memiliki tanggungan 1 orang TK/1 Rp.17.160.000

WP tidak kawin dan memiliki tanggungan 2 orang TK/2 Rp.18.480.000

WP tidak kawin dan memiliki tanggungan 3 orang TK/3 Rp.19.800.000

WP kawin dan tidak memiliki tanggungan K/0 Rp.17.160.000

WP Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang K/1 Rp.18.480.000

WP Kawin dan memiliki tanggungan 2 orang K/2 Rp.19.800.000

WP Kawin dan memiliki tanggungan 3 orang K/3 Rp.21.120.000

3. Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 23a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas :

dividen;bunga;royalti;hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21;

b. sebesar 2% (dua persen) dari penghasilan bruto tanpa PPN atas penghasilan dari jasa lainnya sebagaimanadiatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2008 yang terbit tanggal 31 Desember 2008.

Kewajiban perpajakan di bidang PPNJika Koperasi melakukan penyerahan Barang Kena Pajak maupun Jasa KenaPajak dan peredaran bruto setahun telah melebihi Rp600.00.000,00 , maka koperasi memiliki kewajiban melakukanpemungutan PPN sebesar 10%, serta menyetorkan dan melaporkan PPN yang terhutang setiap bulan.Pada prinsipnya seluruh Barang dan Jasa merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak kecuali atas barang-barang dan jasa-jasa yang dikecualikan sebagai berikut:

1. Kelompok Barang yang Tidak dikenai PPN:a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, yaitu : minyak mentah

(crude oil), gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batubara sebelum diproses menjadi briket batubara dan bijihbesi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit;

b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu : beras, gabah, jagung, sagu,kedelai, dan garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;

c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputimakanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat ataupun tidak, termasuk makanan dan minuman yangdiserahkan oleh jasa boga atau catering;

d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.2. Kelompok Jasa yang Tidak dikenai PPN

a. jasa pelayanan kesehatan medis;b. jasa pelayanan sosial;c. jasa pengiriman surat dengan perangko;d. jasa keuangan;e. jasa asuransi;f. jasa keagamaan;g. jasa pendidikan;h. jasa kesenian dan hiburan;i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

Page 30: Seri PPh 2012

j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidakterpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

k. jasa tenaga kerja;l. jasa perhotelan;

m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankanpemerintahan secara umum;

n. jasa penyediaan tempat parkir;o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; danq. jasa boga atau katering.

Mekanisme Pajak KeluaranPajak keluaran; Rp.XXXX(10% kali nilai DPP atas penjualan)Pajak Masukan; Rp.YYYY (-)(10% kali nilai DPP atas penjualan)PPN yang kurang (lebih) bayar; Rp.ZZZZ

Perhitungan tersebut dilaporkan dalam SPT Masa PPN setiap bulan dengan menggunakan formulir 1107 ataumenggunakan e-SPT DJP yaitu program SPT Masa PPN yang dibagikan secara gratis oleh DJP.Perlakuan Khusus Perpajakan untuk Koperasi

a. Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi dipotong pajak sebesar 10% (sepuluhpersen) dari jumlah bruto bunga berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 per bulan dan bersifat final.

b. Atas penghasilan berupa bunga simpanan koperasi yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan PeraturanPemerintah, yaitu Rp240.000,00 sebulan yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya tidak dipotong PajakPenghasilan Final (PP No. 15 Tahun 2009).

No Jenis Penghasilan Tarif

1 Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah; 15%

2Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta kecuali sewa dan penghasilan lainsehubungan dengan pengggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)

2%

3

Imbalan jasa selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23ayat (1) huruf c angka 2 Undang-undang PPh :

a. Jasa penilai;b. Jasa aktuaris;c. Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi laporan keuangan;d. Jasa perancang;e. Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang migas;f. Jasa penunjang migas;g. Jasa penambangan dan jasa penunjang penambangan selain migas;h. Jasa penunjang penerbangan dan bandara;i. Jasa penebangan hutan termasuk land clearing;j. Jasa pengolahan/pembuangan limbah;k. Jasa penyedia tenaga kerja;l. Jasa perantara dan/atau keagenan;

m. Jasa perdagangan surat berharga kecuali oleh Bursa Efek, KSEI, dan KPEI;n. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan kecuali oleh KSEI;o. Jasa pengisian suara dan/atau sulih suara;p. Jasa mixing film;q. Jasa software komputer,termasuk perawatan, pemeliharaan & perbaikan;r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, listrik/ telepon/ air/ gas /AC/ TV kabel, selain yang dilakukan

oleh WP yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasisebagai pengusaha konstruksi;

s. Perawatan/pemeliharaan/perbaikan mesin, listrik / telepon/ air / gas /AC / TV kabel, alattransportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh WP yang ruang lingkupnyadi bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

t. Jasa maklon, jasa penyelidikan dan keamanan, jasa penyelenggaraan kegiatan/event organizer,jasa pengepakan;

u. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lainuntuk penyampaian informasi, jasa pembasmian hama & jasa pembersihan, jasa catering/tataboga

Page 31: Seri PPh 2012

Seri PPh - Norma Perhitungan Penghasilan Netto

Jumat, 6 Juli 2012 - 17:19

Dasar Hukum

1. Pasal 14 UU Nomor 36 Tahun 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

2. KEP-536/PJ/2000 (berlaku sejak tahun pajak 2001) tentang Norma Penghitungan Penghasilan Netto (NPPN) untukWajib Pajak (WP) yang dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan

3. PER-4/PJ/2009 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang petunjuk pelaksanaan pencatatan bagi WP Orang Pribadi(OP)

Besarnya Norma

1. Norma yang digunakan adalah norma berdasarkan kota wilayah usaha2. Yang dimaksud 10 ibukota propinsi: Medan, Jakarta, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Manado,

Makassar, Denpasar, Pontianak.3. Kota propinsi lainnya adalah ibukota propinsi selain 10 yang disebutkan.4. Daerah lainnya adalah daerah selain yang dimaksud diatas.

Yang Dapat Menggunakan Norma Penghitungan

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan netodengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan kepada DirekturJenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan (Pasal 14 ayat (2) UUPPh)

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila WP menggunakan tahun buku yang tidak samadengan tahun kalender.

Kewajiban

1. Menyampaikan surat perberitahuan penggunaan norma kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu tigabulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. (Pasal 14 ayat (2) UU PPh). Bagi yang tidak menyampaikandianggap memilih menggunakan pembukuan. (UU PPh Pasal 14 ayat 4).

2. Menyelenggarakan pencatatan Peredaran Usaha sesuai format Lampiran I PER-4/PJ/2009.

Sanksi Menggunakan Norma Penghitungan Tanpa Pemberitahuan

Bagi yang tetap menggunakan Norma padahal tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Penggunaan Normadikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidakatau kurang dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan. Pasal 3 ayat 2 KEP-536/PJ./2000

Norma Petugas Dinas Luar Asuransi, Distributor MLM/Direct Selling

1. Petugas dinas luar asuransi = norma untuk pekerjaan bebas bidang profesi lainnyaa. 10 ibukota pripinsi = 50%b. Kota propinsi lainnya = 47,5 %c. Daerah lainnya = 45%

2. Distributor perusahaan MLM/direct selling diklasifikasikan menjadi 2 jenis :a. penghasilan atas penjualan barang = norma untuk Pedagang eceran barang hasil indistri pengolahan.

10 ibukota pripinsi = 30%Kota propinsi lainnya = 25 %Daerah lainnya = 20%

b. penghasilan atas pengembangan jaringan : Pekerjaan bebas bidang profesi lainnya.10 ibukota pripinsi = 50%Kota propinsi lainnya = 47,5 %Daerah lainnya = 45%

Page 32: Seri PPh 2012

Seri PPh - Bunga yang merupakan Objek Pajak PPh Pasal 23 (Tidak Final)

Jumat, 6 Juli 2012 - 17:51

Dasar Hukum

1. Pasal 4 Ayat (1) Huruf f, Pasal 4 Ayat (3) huruf f, Pasal 23 , Pasal 17 Ayat (2c) UU Nomor 36 Tahun 2008 (berlakusejak 1 Januari 2009) tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

2. PP 94 TAHUN 2010 sebagai pengganti PP 138 Tahun 2000 (berlaku sejak 30 Desember 2010) tentangPenghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh dalam Tahun Berjalan

3. PMK-251/PMK.03/2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang Penghasilan atas Jasa Keuangan yang Dilakukanoleh Badan Usaha yang Berfungsi sebagai Penyalur Pinjaman dan/ atau Pembiayaan yang Tidak DilakukanPemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

4. PER-38/PJ./2009 (berlaku sejak 1 Juli 2009) tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23 adalah bunga dan imbalan lainnya termasuk premium maupun diskonto yang merupakan bungaantar pinjaman yang diterima atau diperoleh oleh WP OP DN maupun WP Badan DN dari pihak pembayar bunya yangmerupakan pemotong PPh Pasal 23

Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalianutang.

Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilai nominalnya. Premium merupakan penghasilan bagiyang menerbitkan obligasi.Diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya. Diskonto merupakan penghasilan bagi yangmembeli obligasi.

Bunga Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 23

1. Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada Bank (karena dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 sesuai Pasal23 ayat (4) huruf a UU Nomor 36 Tahun 2008)

2. Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalurpinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-251/PMK.03/2008). (karenadikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4) huruf h UU Nomor 36 Tahun 2008).Keterangan:

a. Penghasilan yang dibayar/ terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan penyalur pinjaman dan/ ataupembiayaan yang dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 adalah penghasilan berupa bunga atau imbalanlain yang diberikan atas penyaluran pinjaman dan/atau pemberian pinjaman (termasuk pembiayaan berbasissyariah) (Pasal 1 ayat (2) PMK-251/PMK.03/2008).

b. Badan Usaha yang dimaksud terdiri dari: (Pasal 1 ayat (3) PMK-251/PMK.03/2008).Perusahaan pembiayaan yang merupakan badan usaha diluar Bank dan lembaga keuangan bukan Bankyang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk bidang usaha lembaga pembiayaan dantelah memperoleh ijin usaha dari Menteri Keuangan.Badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang khusus didirikan untuk memberikan saranapembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, termasuk PT (Persero) Permodalan NasionalMadani.

3. Bunga Deposito, Tabungan (yang didapatkan dari Bank), dan Diskonto SBI (karena termasuk pemotongan PPhPasal 4(2))

4. Bunga Obligasi (karena termasuk pemotongan PPh Pasal 4(2))5. Bunga simpanan yang dibayarkan Koperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi (WP OP) (karena termasuk

pemotongan PPh Pasal 4(2))

Tarif

1. 15% dari Penghasilan Bruto dan bersifat tidak final2. Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki

NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada tarif yang seharusnya Pasal 23 ayat (1a) UUNomor 36 Tahun 2008)

Saat Terutang Atau Saat Pemotongan

1. Saat Pemotongan : Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 UU PPh dilakukan pada akhir bulan dibayarkannyapenghasilan, disediakan untuk dibayarkannya penghasilan; atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yangbersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu. (PP 94 Tahun 2010 Pasal 15 ayat (3)

2. Saat Terutang : Saat terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 UU PPh adalah pada saat pembayaran, saatdisediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa), saat yang ditentukandalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasalainnya). (Penjelasan PP 94 Tahun 2010 Pasal 15 ayat (3)

Yang dimaksud dengan "saat jatuh tempo pembayaran" (seperti : untuk bunga atau sewa) adalah saat kewajiban untukmelakukan pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam kontrak atau

Page 33: Seri PPh 2012

perjanjian atau faktur.

Pinjaman Tanpa Bunga Dari Pemegang Saham

1. Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatasdiperkenankan apabila:

a. Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan berasal dari pihak lain;b. modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor seluruhnya;c. pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dand. perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk kelangsungan usahanya.

2. Apabila pinjaman yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatas dari pemegang sahamnya tidakmemenuhi ketentuan ini,maka atas pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar.

Yang dimaksud dengan "tingkat suku bunga wajar" adalah tingkat suku bunga yang berlaku yang ditetapkan sesuaidengan prinsip kewajaran dan kelaziman (best practice) jika transaksi dilakukan di antara pihak yang tidak mempunyaihubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh.

Page 34: Seri PPh 2012

Seri PPh - PPh Final atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Bank Indonesia

Jumat, 6 Juli 2012 - 17:58

Dasar Hukum

PP 131 Tahun 2000 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskontoSBIKMK-51/KMK.04/2001 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabunganserta diskonto SBISE-01/PJ.43/2001 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang PP 131 Tahun 2000

Objek PPh Final

Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia termasuk bungayangditerima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan ataubertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Definisi

1. Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito berjangka, sertifikatdeposito dan "deposit on call" baik dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing (valuta asing) yangditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank.

2. Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukanmenurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank.

Pemotong

1. Bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia2. cabang bank luar negeri di Indonesia3. Bank Indonesia

Tarif

1. Untuk WPDN dan BUT : 20% dari jumlah bruto,2. Untuk WPLN : 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan P3B yang berlaku

Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia Yang Tidak Dikenai Pemotongan PPhPasal 4 Ayat (2)

1. Orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu) tahun pajak termasuk bungadan diskonto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.

OP ini dapat mengajukan restitusi atas pajak yang telah dipotong oleh pemotong. (Pasal 2 ayat 4 kmk51/kmk.04/2001)

2. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia sepanjang jumlah deposito dantabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yangdipecah-pecah;

3. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri diIndonesia

4. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang diterima atau diperoleh DanaPensiunyang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumberpendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

Pengecualian dari pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) ini dapat diberikan berdasarkan Surat Keterangan Bebas(SKB) Pemotongan Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat BankIndonesia, yang diterbitkan oleh KPP tempat Dana Pensiun yang bersangkutan terdaftar. Silahkan baca PER-160/PJ/2005.

5. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangatsederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhanasesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri

Peraturan Tentang Sertifikat Bank Indonesia

1. Dana Pensiun dan bank yang menjual kembali Sertifikat Bank Indonesia kepada pihak lain yang bukan bank ataukepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan, wajib memotong PajakPenghasilan atas diskonto Sertifikat Bank Indonesia tersebut (wajib memotong PPh atas selisih antara nilai nominaldengan harga jualnya)

2. Jika pihak lain menjual kembali SBI tersebut, maka selisih antara nilai nominal dengan harga jualnya merupakankeuntungan karena pengalihan harta yang tidak perlu dipotong PPh, namun wajib dilaporkan di SPT Tahunan.

Page 35: Seri PPh 2012

Seri PPh - Bunga Obligasi (bersifat Final)

Jumat, 6 Juli 2012 - 18:10

Dasar Hukum

1. PP 16 TAHUN 2009 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang PPh atas penghasilan berupa bunga obligasi2. PMK-85/PMK.03/2011(berlaku sejak 23 Mei 2011) tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh

atas bunga obligasi3. PMK-07/PMK.11/2012 (berlaku setelah 20 hari terhitung sejak tanggal diundangkan PMK ini) tentang perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, danpelaporan PPh atas bunga obligasi

Definisi

1. Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.2. Bunga/diskonto Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk

bunga dan/atau diskonto.3. Bunga obligasi adalah jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi.4. Diskonto obligasi dengan kupon (tingkat bunga) adalah selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga

perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan.5. Diskonto obligasi tanpa bunga adalah selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.

Pemotong

1. Penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yangditerima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterimapemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo Obligasi; dan/atau

2. perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga dan diskontoyang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi.

Pemotong, Objek PPh, dan Tarif atas Bunga Obligasi

Pemotong Objek Pemotongan SaatPemotongan Tarif

Penerbit obligasi atau custodianselaku agen pembayaran yangditunjuk

Bunga (jumlah bruto bunga sesuai denganmasa kepemilikan obligasi) dan/atau diskonto(selisih lebih harga jual atau nilai nominal diatas harga perolehan obligasi, tidak termasukbunga berjalan) yang diterima pemegangobligasi dengan kupon

Jatuh TempoBunga

Obligasi

JikaPenerimaObligasiadalah:

WPDN/BUT: 15%WPLN:20% atausesuaidenganTax Treaty

Diskonto (selisih lebih harga jual atau nilainominal di atas harga perolehan obligasi) yangditerima pemegang obligasi tanpa bunga

Jatuh TempoObligasi

Perusahaan efek, dealer, ataubank selaku pedagang perantaradan/atau pembeli

Bunga (jumlah bruto bunga sesuai denganmasa kepemilikan obligasi) dan diskonto (selisihlebih harga jual atau nilai nominal di atas hargaperolehan obligasi, tidak termasuk bungaberjalan) yang diterima penjual obligasi

SaatTransaksi

Perusahaan efek, dealer, bank,dana pensiun, danreksadana,selaku pembeliObligasi langsung tanpa melaluiperantara. (Pasal 4 ayat (1) hurufc PMK 85/PMK.03/2011)

Bunga dan/atau diskonto Obligasi yang diterimaatau diperoleh penjual Obligasi.

SaatTransaksi

Tambahan dalam PMK-85/PMK.03/2011yang berlaku sejak 23 Mei 2011:

Kondisi Transaksi PemotongPihakyang

dipotongSaat Pemotongan

Penjualan obligasisecara langsung

Jika ada pencatatanmutasi kepemilikanobligasi

Kustodian atau sub-registry (selaku pihakyang mencatat mutasihak kepemilikanobligasi)

Penjualobligasi

sebelum mutasi hakkepemilikan dilakukan

untuk bunga: saat jatuhtempo bunga, dihitungberdasarkan masa

Page 36: Seri PPh 2012

tanpa perantarakepada pihak selainpemotong

Jika penjualan obligasihanya atas unjuk (tidakmemerlukan pencatatanmutasi hak kepemilikanobligasi)

Penerbit obligasi(emiten) ataukustodian yangditunjuk sebagai agenpembayaran

Pembeli/pemegang

obligasi

kepemilikan penuh sejaktanggal jatuh tempo bungaberakhir.

untuk diskonto: saat jatuhtempo obligasi, dihitungberdasarkan masakepemilikan penuh sejaktanggal penerbitan perdanaobligasi.

Dalam hal dapat dibuktikan bahwa penjual Obligasi atas unjuk adalah pihak yang tidak diberlakukan pemotonganPPh atau pihak lain yang telah dikenakan pemotongan PPh, pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atasbunga pada saat jatuh tempo bunga atau diskonto pada saat jatuh tempo Obligasi, dihitung berdasarkan masakepemilikan penuh dikurangi dengan masa kepemilikan penjual Obligasi tersebut.

Bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterimadan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yangterdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan

Tarif

2009 s.d. 2010 2011 s.d. 2013 2014 dst.

0% 5% 15%

Bunga Obligasi Yang Tidak Dikenai Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)

Yaitu apabila penerima penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah:

1. WP dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan danmemenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh (penghasilan dari modal yangditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan KMK

2. WP bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia

Page 37: Seri PPh 2012

Seri PPh - PPh Final atas Bunga Simpanan Koperasi

Jumat, 6 Juli 2012 - 19:14

Dasar Hukum

1. PP 15 Tahun 2009 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan olehkoperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi

2. PMK-112/PMK.03/2010 (berlaku sejak 14 Juni 2010) tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporanatas Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi

Tarif

1. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.240.000,00 per bulan2. 10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp.240.000,00 per bulan

Saat Terutang dan Saat Pemotongan Oleh Koperasi

1. Yaitu Saat Pembayaran (pasal 3 PMK-112/PMK.03/2010)2. Koperasi Wajib membuat Bukti Potong PPh Pasal 4 ayat (2) termasuk penghasilan dari bunga simpanan yang

dikenakan tarif 0%.

Saat Penyetoran dan Pelaporan

1. Saat Penyetoran : Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir2. Saat Pelaporan : Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir3. Formulir Pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) ada di PER-53/PJ/2009

Page 38: Seri PPh 2012

Seri PPh - Bentuk Usaha Tetap

Senin, 9 Juli 2012 - 11:13

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal diIndonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangkawaktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untukmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :

1. tempat kedudukan manajemen;2. cabang perusahaan;3. kantor perwakilan;4. gedung kantor;5. pabrik;6. Bengkel;7. Gudang;8. ruang untuk promosi dan penjualan;9. pertambangan dan penggalian sumber alam;

10. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;11. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;12. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;13. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam

puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;14. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;15. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia;dan16. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara

transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dariorang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diIndonesia.

Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai bentuk usahatetap di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi atau menanggungrisiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidakberarti bahwa peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwapihak tertanggung bertempat tinggal, berada, atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Contoh BUT :

adalah Perusahaan dari China yang memenangkan tender pembangunan PLTU maka untuk membangun PLTUtersebut perusahaan dari China mendirikan BUT yang akan beroperasi selama pembangunan PLTU tersebut, setelahselesai maka BUT tersebut bubar dan mengajukan penghapusan NPWP.

Dasar Hukum : Pasal 2 UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Page 39: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Untuk Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya

Rabu, 21 Maret 2012 - 08:27

Bunga deposito, bunga tabungan lainnya, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan objek PPh yangbersifat final. Besarnya PPh bersifat final yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto, sebagaimana ditunjukkan dalamtabel di bawah ini:

Objek Pajak Subjek Pajak Tarif

Bunga Deposito/Bunga Tabungan/DiskontoSBI

Wajib Pajak Dalam Negeri danBUT

20%

Wajib Pajak Luar Negeri20% atau sesuai dengan TarifP3B

Yang tidak dipotong PPh yang bersifat final adalah:

1. bunga dari deposito/tabungan/SBI sepanjang jumlah deposito/ tabungan/SBI tidak lebih dari Rp7.500.000,00 danbukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

2. bunga diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri diIndonesia;

3. bunga deposito/tabungan/diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telahdisahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

4. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangatsederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhanasesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga deposito/bungatabungan/diskonto SBI adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000;2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04 /2001.

Page 40: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota KoperasiOrang Pribadi

Selasa, 27 Maret 2012 - 10:22

Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadimerupakan objek PPh yang bersifat final. Besarnya tarif pemotongan PPh yang bersifat final adalah sebagai berikut:

No Tarif Besaran Bunga Simpanan

1 0% (nol persen)untuk bunga simpanan sampai dengan Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh riburupiah) per bulan

210% (sepuluhpersen)

untuk bunga simpanan lebih dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) perbulan

Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga simpanan yangdibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009;.2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.03/ 2010.

Page 41: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Hadiah Undian

Selasa, 27 Maret 2012 - 11:45

Hadiah undian, dengan nama dan dalam bentuk apa pun merupakan Objek PPh yang bersifat final. Tarif pemotonganPPh yang bersifat final adalah 25% dari jumlah bruto hadiah undian dan dipotong oleh penyelenggara undian.

No Tarif Besaran Hadiah Undian

1 25% (dua puluh lima persen) Jumlah bruto hadiah undian

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa hadiah undian adalahPeraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000.

Page 42: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Transaksi Saham di Bursa

Selasa, 27 Maret 2012 - 13:38

Penghasilan dari penjualan saham di bursa merupakan objek PPh yang bersifat final. Tarif pemungutan PPh yangbersifat final adalah 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham.

Khusus untuk transaksi penjualan saham pendiri berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. Transaksi penjualan saham pendiri dikenakan tambahan PPh dengan tarif 0,5% (setengah persen) dari nilai sahamperusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996;

2. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham pendiriditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran umum perdana;

3. Penyetoran tambahan PPh atas saham pendiri dilakukan oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri:

a. selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 (tanggal29 Mei 1997), apabila saham perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek sebelum Peraturan PemerintahNomor 14 Tahun 1997 ditetapkan;

b. selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa, apabila saham perusahaanbaru diperdagangkan di bursa efek pada saat atau setelah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997ditetapkan (tanggal 29 Mei 1997);

4. Wajib Pajak yang memilih untuk memenuhi kewajiban PPhnya tidak berdasarkan angka 3 di atas, atas penghasilandari transaksi penjualan saham pendiri dikenakan PPh sesuai dengan tarif umum sebagaimana dimaksud dalamPasal 17 Undang-undang PPh.

Dengan demikian tarif pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di BursaEfek adalah sebagai berikut:

No Tarif Besaran Transaksi Saham

10,1% (nol koma satupersen)

Nilai transaksi penjualan saham

2Tambahan 0,5% (nolkoma lima persen)

Nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa efek di akhir tahun 1996

3Tambahan 0,5% (nolkoma lima persen)

Nilai saham pada saat Penawaran Umum Perdana (IPO) dalam hal sahamperusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari transaksi penjualan saham dibursa adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14Tahun 1997;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/ 1997.

Page 43: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Selasa, 27 Maret 2012 - 15:02

Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan, tukar-menukar, perjanjianpemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati adalah merupakanobjek PPh yang bersifat final. Tarif PPh yang bersifat final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:

1. selain Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar 5%dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut;

2. bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:a. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan Rumah Sederhana dan Rumah Susun

Sederhana; danb. 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya.

Objek Pajak Tarif

Usaha Pokok Pengalihan Hak Atas Tanahdan/atau Bangunan

1% dari jumlah bruto nilai pengalihan rumah sederhana danrumah susun sederhana5% dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya

Bukan Usaha Pokok 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan

Pembebasan PPh yang bersifat final dapat diberikan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada:

1. Diberikan dengan penerbitan Surat Keterangan Bebas:a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang jumlah bruto pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlahyang dipecah-pecah;

b. orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah yangdiberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaanatau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, ataupenguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

c. badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikankepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasiyang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau

d. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan warisan.2. Diberikan secara langsung tanpa penerbitan Surat Keterangan Bebas:

a. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ataubangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukanpersyaratan khusus;

b. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidaktermasuk subjek pajak.

Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual ObjekPajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Bumi danBangunan.

Dalam hal pengalihan hak kepada instansi Pemerintah maka nilai pengalihan hak adalah nilai berdasarkan keputusanpejabat yang bersangkutan. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan daripengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan PemerintahNomor 71 Tahun 2008;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/ 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PeraturanMenteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/ 2008;

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26/ PJ/2010;4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/ PJ/2009;5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/ PJ/2009.

Page 44: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Selasa, 27 Maret 2012 - 15:47

Penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium,gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri adalah merupakan objek PPh yang bersifatfinal. Tarif PPh atas penghasilan ini adalah 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik yang menyewakan Wajib PajakOrang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.

Jumlah bruto nilai persewaan adalah jumlah yang dibayarkan/terutang oleh penyewa termasuk biaya perawatan,pemeliharaan, keamanan, fasilitas lainnya, dan service charge (baik perjanjiannya dibuat secara terpisah maupundisatukan).

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari persewaan tanah dan/ataubangunan adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5Tahun 2002;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan MenteriKeuangan Nomor 120/KMK.03/2002;

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./ 2002;4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./ 1996.

Page 45: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang PribadiDalam Negeri

Selasa, 27 Maret 2012 - 16:02

Dividen, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasimerupakan objek PPh yang bersifat final. Tarif PPh yang bersifat final adalah 10% dari jumlah bruto dividen yangditerima.

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh atas dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang PribadiDalam Negeri adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009;2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/ 2010.

Page 46: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, danJaminan Hari Tua

Rabu, 28 Maret 2012 - 09:23

Uang pesangon merupakan penghasilan yang diterima pegawai sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atauterjadi pemutusan hubungan kerja termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak (antara lain cutitahunan yang belum diambil).

Uang Pesangon yang Dibayarkan Sekaligus

Rizaldi dan Sofyan Maliki merupakan pegawai PT Sabar Abadi. Pada akhir tahun 2010 perusahaan mengalamikesulitan keuangan dan melakukan pengurangan pegawai. Pada 15 Januari 2011, Rizaldi dan Sofyan Maliki terkenaPemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh PT Sabar Abadi. Kedua pegawai tersebut berhak mendapatkan uangpesangon sesuai dengan masa kerja dimana masing-masing menerima uang pesangon sebesar Rp. 40 juta dan Rp.300 juta yang dibayarkan sekaligus kepada Rizaldi dan Sofyan Maliki pada 15 Januari 2011. Bagaimana kewajibanpemotongan/pemungutan PPh atas pembayaran uang pesangon tersebut?

Atas penghasilan berupa uang pesangon yang dibayarkan sekaligus tersebut dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yangbersifat final. Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon yang dibayarkan sekaligus yang diterimaRizaldi :

=0% x Rp. 40 juta = Rp. 0,-

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon yang dibayarkan sekaligus yang diterima SofyanMaliki :

=0% x Rp. 50 juta = Rp. 0,-

=5% x Rp. 50 juta = Rp. 2.500.000,-

=15% x Rp. 200 juta = Rp. 30.000.000,-

Total = Rp. 32.500.000,-

Kewajiban PT Sabar Abadi atas pembayaran uang pesangon yang dibayarkan sekaligus tersebut:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang pesangon yang dibayarkan sekaligus tersebutsebesar Rp. 32.500.000,- dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21(Final) atas uang pesangon kepadaRizaldi meskipun dikenai tarif pemotongan 0%, serta kepada Sofyan Maliki;

2. menyetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 10 Februari 2011;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2011 paling

lambat tanggal 21 Februari 2011.

Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Bertahap

Tjahjo Sumargo telah bekerja sejak tahun 1981 sebagai pegawai tetap pada PT Pasifik Jaya. Pada bulan Januari 2010,Tjahyo Sumargo terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ia berhak menerima pembayaran Uang Pesangonsebesar Rp. 600 juta yang dibayarkan secara bertahap oleh PT Pasifik Jaya dengan jadwal pembayaran sebagaiberikut:

1. Bulan Januari 2010 Rp. 240 juta2. Bulan Januari 2011 Rp. 120 juta3. Bulan Juli 2011 Rp. 120 juta4. Bulan Januari 2012 Rp. 120 juta

Bagaimana kewajiban pemotongan PPh atas uang pesangon yang diterima oleh Tjahyo Sumargo?Penghasilan berupa Uang Pesangon dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannyadilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pesangon yang diterima Tjahyo Sumargo:

Bulan Januari 2010 :

=0% x Rp. 50 juta = Rp. 0,-

=5% x Rp. 50 juta = Rp. 2.500.000,-

=15% x Rp. 140 juta = Rp. 21.000.000,-

Total Rp. 23.500.000,-

Bulan Januari 2011 :

=15% x Rp. 120 juta = Rp. 18.000.000,-

Bulan Juli 2011 :

=15% x Rp. 120 juta = Rp. 18.000.000,-

Bulan Januari 2012 :

Page 47: Seri PPh 2012

Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah melebihi 2 (dua) tahun kalender maka tarif PPh Pasal 21 untuk UangPesangon yang dibayarkan pada bulan Januari 2012 adalah Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh. PPhPasal 21 yang dipotong tersebut tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak. Penghitungan PPhPasal 21 untuk Bulan Januari 2012 :

=5% x Rp. 50 juta = Rp. 2.500.000,-

=15% x Rp. 70 juta = Rp. 10.500.000,-

Total = Rp. 13.000.000,-

Kewajiban PT Pasifik Jaya atas pembayaran uang pesangon tersebut:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang pesangon sebagai berikut:Bulan Januari 2010 sebesar Rp. 23.500.000,-Bulan Januari 2011 sebesar Rp. 18.000.000,-Bulan Juli 2011 sebesar Rp. 18.000.000,-Bulan Januari 2012 sebesar Rp. 18.000.000,-

2. memberikan Bukti Pemotongan atas uang pesangon kepada Tjahyo Sumargo setiap kali pembayaran uangpesangon sebagai berikut:

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) atas pembayaran uang pesangon Bulan Januari 2010 sebesar Rp.23.500.000,-Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) atas pembayaran uang pesangon Bulan Januari 2011 sebesar Rp.18.000.000,-Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) atas pembayaran uang pesangon Bulan Juli 2011 sebesar Rp.18.000.000,-Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) atas pembayaran uang pesangon Bulan Januari 2012 sebesar Rp.18.000.000,-

3. menyetorkan PPh Pasal 21 yang telah dipotong sebagai berikut:Bulan Januari 2010 paling lambat 10 Februari 2010;Bulan Januari 2011 paling lambat 10 Februari 2011;Bulan Juli 2011 paling lambat 10 Agustus 2011;Bulan Januari 2012 paling lambat 10 Februari 2012;

4. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21Bulan Januari 2010 paling lambat 22 Februari 2010;Bulan Januari 2011 paling lambat 21 Februari 2011;Bulan Juli 2011 paling lambat 22Agustus 2011;Bulan Januari 2012 paling lambat 22 Februari 2012;

Uang Pesangon yang Dialihkan kepada Pihak Ketiga

Wahyudi Nugorho merupakan pegawai tetap di PT Redjo Mulyo sejak tahun 1989. PT Redjo Mulyo pada tanggal 8 Juli,mengalihkan uang pesangon yang menjadi hak Wahyudi Nugorho sebesar Rp. 500 juta secara sekaligus kepadaYayasan Dana Tabungan dan Pesangon Tenaga Kerja Rwdjo Mulyo.

Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh PT Redjo Mulyo terkait dengan pengalihan uang pesangonsecara sekaligus kepada Yayasan Dana Tabungan dan Pesangon Tenaga Kerja Redjo Mulyo?

Apabila pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada Pengelola Dana Pesangon TenagaKerja, maka Pegawai dianggap telah menerima hak atas Uang Pesangon. Atas pengalihan Uang Pesangon kepadaPengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja melalui pembayaran secara sekaligus tersebut, terutang PPh Pasal 21 yangbersifat final.

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon adalah :

=0% x Rp. 50 juta = Rp. 0,-

=5% x Rp. 50 juta = Rp. 2.500.000,-

=15% x Rp. 400 juta = Rp. 60.000.000,-

Total = Rp. 62.500.000,-

Kewajiban PT Redjo Mulyo atas pembayaran uang pesangon tersebut:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang pesangon tersebut sebesar Rp. 62.500.000,- danmemberikan bukti pemotongan tersebut kepada Wahyudi Nugroho pada saat pengalihan uang pesangon secarasekaligus kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja;

2. menyetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 10 Agustus 2011;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli 2011 paling

lambat tanggal 22 Agustus 2011.

Page 48: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Hadiah Kuis

Rabu, 28 Maret 2012 - 14:58

Sebuah stasiun televisi swasta nasional Gemilang TV yang dimiliki oleh PT Gemilang Corp menyelenggarakan kuisberhadiah "Jadi Milyarder", sebuah kuis yang menuntut pesertanya memiliki wawasan yang luas seputar pengetahuanumum. Sebagai pemenang pada episode pertama pada 16 Juli 2011 adalah Rina Mulyani yang meraih uang sebesarRp. 185 juta dan sepeda motor senilai Rp. 15 juta (sesuai dengan harga pasar). Rina Mulyani belum memiliki NPWP.Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh atas pemberian hadiah tersebut?

Hadiah yang diterima oleh Rina Mulyani merupakan objek PPh Pasal 21 yang wajib dilakukan pemotongan/pemungutan PPh Pasal 21 oleh penyelenggara kegiatan.

Nilai nominal hadiah uang Rp. 185 jutaNilai pasar sepeda motor Rp. 15 juta

Nilai total hadiah yang diterima Rp. 200 juta

PPh Pasal 21 atas hadiah yang diterima peserta kuis berhadiah adalah jumlah penghasilan bruto dikalikan tarif Pasal17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh untuk setiap kali pembayaran bersifat utuh dan tidak dipecah. Mengingat RinaMulyani belum memiliki NPWP (kena 20% lebih tinggi), maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalahsebesar:

=5% x 120% x Rp. 50 juta = Rp. 3.000.000,-

=15% x 120% x Rp. 150 juta = Rp. 27.000.000,-

Total = Rp. 30.000.000,-

Kewajiban yang harus dilakukan oleh PT Gemilang Corp selaku penyelenggara kegiatan:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 30.000.000,- dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21kepada Rina Mulyani;

2. menyetorkan ke kas Negara paling lambat tanggal 10 Agustus 2011;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli 2011 paling

lambat tanggal 22 Agustus 2011.

Page 49: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Hadiah Kejuaraan Olahraga

Rabu, 28 Maret 2012 - 15:51

PT Yummy Food yang merupakan perusahaan industri makanan ringan menyelenggarakan "Kejuaraan NasionalBulutangkis 2010". Juara tunggal putri pada final yang dilaksanakan tanggal 20 Desember 2010 adalah Dewi Arianti,perwakilan dari Provinsi Banten dengan hadiah berupa uang tunai sebesar Rp. 100 juta. Bagaimana kewajibanpemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Hadiah yang diterima oleh Dewi Arianti dari PT Yummy Food merupakan penghasilan yang diterima sehubungandengan keikutsertaan sebagai peserta perlombaan, sehingga atas hadiah tersebut wajib dilakukan pemotongan PajakPenghasilan Pasal 21 oleh PT Yummy Food selaku penyelenggara kegiatan.Penghitungan PPh Pasal 21 yang wajib dipotong oleh PT Yummy Food adalah:

=5% x Rp. 50 juta = Rp. 2.500.000,-

=15% x Rp. 50 juta = Rp. 7.500.000,-

Total = Rp. 10.000.000,-

Kewajiban yang dilakukan PT Yummy Food selaku penyelenggara kegiatan:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 10.000.000,- dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21kepada Dewi Arianti;

2. menyetorkan ke Kas Negara paling lambat tanggal 10 Januari 2011;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Desember 2010

paling lambat 20 Januari 2011.

Page 50: Seri PPh 2012

Seri PPh - Pembelian dari Pedagang Pengumpul dan Bukan Pedagang Pengumpul

Jumat, 30 Maret 2012 - 08:54

Badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikananditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor merekadari pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanyamengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan dan menjual hasil-hasil tersebut kepada badanusaha industri dan/atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, danperikanan. Perhatikan contoh di bawah ini.

PT Rubber adalah eksportir karet yang telah ditunjuk oleh KPP sebagai pemungut PPh Pasal 22, melakukan transaksisebagai berikut:

1. Tanggal 9 Februaru 2011 membeli bahan olahan karet dari PT Perkebunan Nusantara yang menjual bahan olahankaret hasil perkebunan sendiri senilai Rp. 600 juta; dan

2. Tanggal 17 Februari 2011 membeli bahan olahan karet dari Tuan Eko, seorang pedagang besar yang membelihasil karet dari petani karet di sekitar daerahnya senilai Rp. 100 juta.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan terkait transaksi tersebut?

PT Rubber Jaya melakukan pemungutan PPh Pasal 22 hanya atas transaksi dengan Tuan Eko karena PT PerkebunanNusantara tidak termasuk dalam pengertian pedagang pengumpul. PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh PT. Rubber Jaya adalah:

=0,25% x Rp. 100 juta = Rp. 250.000,-

PT Rubber Jaya wajib:

1. memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp. 250.000,- pada saat pembelian yaitu tanggal 17 Februari 2011 dan membuatbukti pemungutan PPh Pasal 22;

2. menyetor PPh Pasal 22 yang telah dipungut atas pembelian dari pedagang pengumpul selama bulan Februari 2011paling lambat tanggal 10 Maret 2011;

3. melaporkan pemungutan PPh Pasal 22 tersebut menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22 Masa Pajak Februari 2011paling lambat tanggal 21 Maret 2011.

Page 51: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Penghasilan Dari Barang Bawaan Impor

Jumat, 30 Maret 2012 - 13:38

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentusesuai dengan ketentuan perundang- undangan kepabeanan, termasuk dalam kelompok barang yang atas impornyadikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22. Ketentuan ini dikaitkan dengan ketentuan pembebasan bea masuk atasimpor barang tersebut. Ketentuan pengecualian ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berdasarkanketentuan kepabeanan, sejak 1 Januari 2011 batas nilai barang bawaan penumpang yang tidak dikenakan bea masukadalah US $250.

Perhatikan contoh berikut;

Bulan Juli 2011, Tuan Bram Kembara kembali ke Indonesia setelah selama satu bulan berada di Korea dalam rangkatugas dari perusahaan. Saat pulang ke Indonesia, Tuan Bram Kembara membawa sebuah jam tangan senilai US$ 200yang dibeli di Korea. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Karena barang bawaan Tuan Bram Kembara dari Korea masih berada di bawah batas nilai pembebasan bea masuk,maka atas impor tersebut tidak dipungut PPh Pasal 22 impor.

Page 52: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Hadiah Perlombaan

Jumat, 30 Maret 2012 - 14:40

PT Sunday Mart menjadi pemenang pertama lomba pelayanan konsumen terbaik yang diadakan oleh Asosiasi TokoRetail Indonesia dengan hadiah sebesar Rp. 30 juta pada tanggal 30 Agustus 2011. Bagaimana kewajibanpemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Hadiah perlombaan yang diterima oleh PT Sundays Mart merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajibdilakukan pemotongan oleh Asosiasi Toko Retail Indonesia.

Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar:

=15% x Rp. 30 juta = Rp. 4.500.000,-

Kewajiban Asosiasi Toko Retail Indonesia sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp. 4.500.000,- dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23kepada PT Sundays Mart;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 12 September 2011;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak

Agustus 2011 paling lambat tanggal 20 September 2011.

Page 53: Seri PPh 2012

Seri PPh - Tarif PPh Atas Komisi Penjualan

Senin, 2 April 2012 - 10:24

PT Cell Indonesia Distributor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perdagangan, pemasaran dandistribusi handphone dengan merek "Celli" melalui distributor yang meliputi wilayah pemasaran seluruh Indonesia.Dalam bulan September 2011, PT Cell Indonesia Distributor memberikan diskon sebesar Rp. 20 juta kepada PTBagusphone atas pembelian pada bulan September 2011 sebesar Rp. 200 juta. Dalam diskon dimaksud dicantumkansebagai pengurang harga penjualan baik pada invoice penjualan maupun Faktur Pajak Keluaran.

Dalam rangka meningkatkan volume penjualan, berdasarkan perjanjian kerjasama antara pihak PT Cell DistributorIndonesia dengan PT Bagusphone, disepakati bahwa PT Cell Indonesia Distributor memberikan komisi penjualanberupa tambahan diskon/rabat kepada PT Bagusphone berdasarkan pencapaian target tertentu yang telah ditetapkan.

Penjualan handphone PT Bagusphone bulan September 2011 telah memasuki target, sehingga pada tanggal 25Oktober 2011 PT Cell Indonesia Distributor memberikan komisi penjualan berupa tambahan diskon sebesar Rp. 25juta. Bagaimanakah kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Mengingat komisi penjualan berupa tambahan diskon/rabat tersebut:

1. diterima oleh Wajib Pajak Badan (PT Bagusphone);2. merupakan penghargaan atas pencapaian target penjualan; maka atas pembayaran komisi penjualan tersebut

termasuk dalam pengertian penghargaan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukanpemotongan oleh PT Cell Indonesia Distributor.

Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar:

=15% x Rp. 25 juta = Rp. 3.750.000,-

Kewajiban PT Cell Indonesia Distributor sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp. 3.750.000,- dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23kepada PT Bagusphone;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 November 2011;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak

Oktober 2011 paling lambat tanggal 21 November 2011.