serap #1 serap #1serap RISET ARSITEKTUR & …eprints.ulm.ac.id/399/1/1_SERAP-#1-UGM.pdf.no...
-
Upload
phungtuyen -
Category
Documents
-
view
262 -
download
1
Transcript of serap #1 serap #1serap RISET ARSITEKTUR & …eprints.ulm.ac.id/399/1/1_SERAP-#1-UGM.pdf.no...
serap #1 serap #1seraperap #1 serap #1 seraprap #1 serap #1 serap #ap #1 serap #1 serap #1p #1 serap #1 serap #1#1 serap #1 serap #1#1 serap #1 serap #11 serap #1 serap #1 serserap #1 serap #1 seraserap #1 serap #1 seraperap #1 serap #1 serap
pemikiran humanisme dalamarsitektur dan perencanaan
hu
ma
nis
me, ars
itektu
r &
pere
nca
naan
ISBN 978-602-96240-1-4
SEM
INAR N
ASIO
NAL
RIS
ET A
RSIT
EKTU
R &
PEREN
CAN
AAN
SEM
INAR N
ASIO
NAL
RIS
ET A
RSIT
EKTU
R &
PEREN
CAN
AAN
humanisme dalam realitaperencanaan kota dan daerah
humanisme dalam realitaperancangan arsitektur
aprfArchitecture & Planning Research Forum
Program Pasca Sarjana FT UGM
humanisme,arsitektur
&perencanaan
humanisme,arsitektur
&perencanaan
IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
IAP
proceeding
Jurusan Arsitektur & Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
S E M I N A R N A S I O N A LRISET ARSITEKTUR & PERENCANAAN
serap #1Yogyakarta, 16 Januari 2010
S E M I N A R N A S I O N A LRISET ARSITEKTUR & PERENCANAAN
serap #1Yogyakarta, 16 Januari 2010
sera
p #
1
Proceeding
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan
serap #1
humanisme, arsitektur dan perencanaan
Penyelenggara Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Architecture & Planning Research Forum S3 Arsitektur & Perencanaan Universitas Gadjah Mada Ikatan Ahli Perencanaan Daerah Istimewa Yogyakarta Diselenggarakan di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 16 Januari 2010 Katalog dalam Terbitan Perpustakaan Nasional RI Kumpulan Makalah Humanisme, Arsitektur dan Perencanaan, Yogyakarta 2010 xvi, 227 hlm.; 21 x 29.7 cm ISBN: 978-602-96240-1-4 Hak cipta dilindungi undang-undang, UU RI No 19 Tahun 2002 Keterangan Gambar Sampul Muka : Gunungan, koleksi Wara Indira Rukmi, 2009 Sampul Belakang/Dalam : Permukiman tepi Kali Code, 1983-1987, sumber : www.mangunwijaya.co.id Pembatas : koleksi Basauli Umar Lubis, 2010; Wara Indira Rukmi, 2010; Joko Adianto, 2010
Proceeding
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan
serap #1
humanisme, arsitektur dan perencanaan
iv
. P e n y e l e n g g a r a .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Penyelenggara
Pelindung Ketua Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM
Penanggung Jawab
Ketua Program S3 Program Studi Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM
Dewan PenasehatProf. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD
Ir. Ikaputra, MEng., PhD Dr.Ir. Sudaryono, MEng.
Tim Editor
Sani Roychansyah, ST, MEng., DEng. Ir. Y. Djarot Purbadi, MT
Wara Indira Rukmi, ST, MT Ir. Judy Obet Waani, MT Wahyu Utami, ST, MT
Cover, Layout & Cetak
Rony Gunawan Sunaryo, ST, MT
AlamatProgram S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2, Kampus Bulaksumur UGM, Yogyakarta, 55281
Sekretariat APRF
Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Dan Perencanaan, Lt 2 Sayap Selatan Jl.Grafika 2, Kampus Bulaksumur UGM, Yogyakarta, 55281
E : [email protected] W: http://forumriset.wordpress.com
v
. D a f t a r I s i .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Daftar Isi
Daftar Isi v Sambutan Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ix Kata Pengantar Ketua Program Studi S3 Teknik Arsitektur dan Perencanaan xiii Kata Pengantar Ketua Panitia Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan xv
NOTULENSI PEMBICARA UTAMA
1 Telaah Historis Konsep Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan
Kota
Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD 2 Epistemologi Humanisme Baru dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD NOTULENSI DISKUSI SESI I: Masukan dan Tanggapan________________ 1
1 Paradoks-paradoks Humanisme dalam Perancangan Arsitektur dan Perencanaan Kota
Ir. Ikaputra, MEng., PhD
2 Humanisme Baru: Solusi atau Utopia Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito, MEng. NOTULENSI DISKUSI SESI II: Masukan dan
Tanggapan________________ 5
TEMA I. PEMIKIRAN HUMANISME DALAM ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
1 Arsitektur Di Persimpangan: Antara Rasio Individual dan Kesadaran
Hidup Keseharian Manusia
Joko Adianto _________________________________________________ 7 2 Hastabrata : Eco-Philosophical Architecture bagi Masyarakat Jawa
(re-reading dan re-writing Pemahaman Lakon Wahyu Sri Makutarama)
Johannes Adiyanto_____________________________________________ 17 3 Arsitektur untuk Kemanusiaan, Humanisme Liberal Pont vis a vis
Humanisme Pemerdekaan Mangunwijaya
Pudji Pratitis Wismantara _______________________________________ 25 NOTULENSI DISKUSI SESI I: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____ 35 4 “Performativity” Judith Butler: dalam Kajian Kritis Dialektika Identitas
dan Parodi Ruang
Rahadea Bhaswara____________________________________________ 45 5 Pengaruh Alam Pemikiran Manusia (Van Peursen) pada Pola
Permukiman dan Tata Ruang Rumah Tinggal
Paulus Hariyono_______________________________________________ 51 NOTULENSI DISKUSI SESI II: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____ 57
vi
. D a f t a r I s i .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
TEMA II. HUMANISME DALAM REALITA PERANCANGAN ARSITEKTUR
1 Reality Show Renovasi Rumah Tinggal dan Budaya Berhuni Masyarakat
Kurang Mampu
Yulia Eka Putrie, Luluk Maslucha_________________________________ 65 2 Dinamika Pemanfaatan Ruang di Kampung Bersejarah ‘Luar Batang’-
Jakarta Utara
Popi Puspitasari ______________________________________________ 73 3 Permukiman Tradisional Tepi Air: Sebuah Tinjauan Tipomorfologis Basauli Umar Lubis, Litta Primasari, Tika Novis Putri, Maya Raina_______ 83 NOTULENSI DISKUSI SESI I: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____ 91 4 Kondisi Lingkungan Visual di dalam Masjid-Masjid Ziarah di Pulau
Jawa di Indonesia. Tinjauan Pengukuran Obyektif dan Pengukuran Subyektif
Gatot Boedi Hardjanto, FX Nugroho Soelami, Soegijanto dan Amoranto Trisnobudi___________________________________________________
93
5 Perkembangan Ruang Terbuka pada Pesantren-Pesantren Besar di Pulau Jawa Periode 1900-2007
Bambang Triyoga, Iwan Sudradjat, Rini Raksadjaja, Ismet B.Harun_______ 101 6 Arsitektur Melayu Banjar: Ajaran Islam dalam Budaya Melayu Banjar
Berkaitan dengan Konsep Arsitekturnya
Bani Noor Muchamad, Arya Ronald_______________________________ 109 NOTULENSI DISKUSI SESI II: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____ 119
TEMA III. HUMANISME DALAM REALITA PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
1 Makna Hubungan Pelaku dan Ruang pada Kawasan Konservasi.
Studi Kasus: Kawasan Braga Bandung
Arief Rahman, Sugiono Soetomo, Edi Purwanto, Eddy Prianto__________ 123 2 Kota Bogor dalam Tarik Menarik Kekuatan Lokal dan Regional Agus Dharma Tohjiwa, Sugiono Soetomo, Joesron Alie Sjahbana, Edi
Purwanto____________________________________________________ 133
3 Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Pasuruan. Humanisme dalam Sejarah, Budaya dan arsitektur Cina-Eropa
Antariksa, Fadly Usman, Ika Puspitasari, Hany Perwitasari_____________ 143 NOTULENSI DISKUSI SESI I: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____ 153 4 Pertumbuhan Fisik Kota karena Pengaruh Industrialisasi.
Studi Kasus Kota Ahmedabad – India
Rully Damayanti_______________________________________________ 159 5 Aspek Humanisme dalam Reorientasi Citra dan Wajah Kota Rembang Subhan Ramdlani______________________________________________ 167
vii
. D a f t a r I s i .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
6 Fenomena Sungai di Mandailing. Hubungan Antara Sungai dan Elemen-Elemen Fisik Lainnya di dalam Kampung
Cut Nuraini___________________________________________________ 173 NOTULENSI DISKUSI SESI II: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____ 181
SUPLEMEN : MAKALAH DAN PRESENTASI PEMBICARA UTAMA
1 Telaah Historis Konsep Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan
Kota
Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD 185 2 Epistemologi Humanisme Baru dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD 191 3 Paradoks-paradoks Humanisme dalam Perancangan Arsitektur dan
Perencanaan Kota
Ir. Ikaputra, MEng., PhD 199 4 Humanisme Baru: Solusi atau Utopia Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito, MEng. 209
Lampiran A: Jadwal Acara Seminar__________________________________________ 223 Lampiran B: Daftar Peserta________________________________________________ 225
109
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Arsitektur Melayu Banjar : Ajaran Islam dalam Budaya Melayu Banjar
berkaitan dengan Konsep Arsitekturnya 1Bani Noor Muchamad, 2Arya Ronald
Abstrak Tulisan ini bertujuan menjelaskan konsep budaya masyarakat Melayu Banjar yang dipengaruhi pengamalan ajaran agama Islam serta bagaimana wujud transformasi konsep budaya tersebut pada rumah tinggal dan lingkungan sekitarnya. Tulisan ini didasarkan pemikiran argumentatif bahwa masyarakat Banjar dan arsitekturnya adalah “varian” dari arsitektur Melayu. Dikatakan “varian” karena adanya keunikan secara sosio-kultural dan kesejarahan pada proses pembentukan masyarakat Banjar dan juga arsitekturnya yang berbeda dari masyarakat Melayu umumnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif interpretatif yang didasarkan; (1) data empiris sejarah islam dan kebudayaan Banjar sejak zaman pra-kerajaan Banjar hingga masa runtuhnya kerajaan Banjar, (2) data fisik dari 16 buah rumah Bubungan Tinggi yang masih tersisa di Kalimantan Selatan. Data-data tersebut selanjutnya dikomunikasikan dengan konteks pengamalan ajaran Islam dalam masyarakat Melayu Banjar, khususnya pada masa sekarang. Melalui proses analisis diketahui bahwa konsep budaya masyarakat Melayu Banjar dipengaruhi oleh kebudayaan Dayak, Melayu, dan Jawa serta dipengaruhi kepercayaan animisme, Kaharingan, Hindu. Beragam kebudayaan dan kepercayaan tersebut akhirnya digantikan oleh satu kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Melayu Banjar, yaitu Islam. Namun demikian, kebudayaan dan kepercayaan Islam yang menjadi kebudayaan masyarakat Melayu Banjar saat ini dapat dikelompokkan berlandaskan tiga kategori kepercayaan, yaitu kepercayaan Islam, kepercayaan bubuhan, dan kepercayaan lingkungan. Ketiga wujud kepercayaan inilah yang selanjut nya bertransformasi dalam wujud konsep arsitektur rumah masyarakat Melayu Banjar, khususnya rumah bubungan tinggi. Wujud transformasi ke-3 kepercayaan ini dapat dilihat melalui desain lingkungan (makna simbolis unsur flora, fauna, penerapan teknologi berdasar kondisi lingkungan), desain peruangan (penerapan simbol cacak burung, ruang upacara/aruh), desain perangkaan (teknologi di atas lahan rawa), dan desain persolekan (beragam motif dan ukiran) dalam arsitektur Melayu Banjar. Berdasar temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep ajaran Islam (yang tumbuh seiring pembentukan masyarakat Banjar) telah membentuk sikap dan perilaku masyarakat Melayu Banjar yang akhirnya melahirkan lingkungan yang Islami yang termanifestasi dalam wujud rumah tinggal. Kata Kunci : pengaruh ajaran Islam, budaya Melayu Banjar, arsitektur Melayu Banjar PENDAHULUAN Islam, Melayu, dan Masyarakat Banjar Saat ini, Islam telah lekat menjadi identitas formal bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Kuatnya keyakinan terhadap ajaran Islam sebagai jalan hidup masyarakat Banjar dalam sejarahnya tidak terlepas dari latar belakang sosio-historis kedatangan imigran Melayu dan peran para penyampai agama Islam, terutama sejak berdirinya kerajaan Banjar. Untuk itu seluruh aspek kebudayaan dalam masyarakat Melayu Banjar saat ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Islam, termasuk dalam konteks arsitektur mereka. Kaitan yang ada antara Islam, Melayu, dan masyarakat Banjar menarik untuk diangkat karena karakteristik kemelayuan masyarakat Banjar memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari; (1) Masyarakat “Melayu Banjar” terbentuk dari percampuran antara berbagai kebudayaan dan keyakinan suku yang telah ada di Pulau Kalimantan. (2) Secara geneologis, kuantitas entitas masyarakat Melayu Banjar lebih didominasi masyarakat yang aslinya berasal dari suku Dayak yang kemudian memeluk agama Islam (Sellato, 1989). Bukti ini dapat dilihat dari inti sub-masyarakat Banjar, yaitu Banjar Kuala,
1 Bani Noor Muchamad, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, [email protected] 2 Arya Ronald, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
110 Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Banjar Pahuluan, dan Banjar Batang Banyu. (3) Bukti kemelayuan masyarakat Banjar tersebut hanya dapat dibuktikan melalui kesamaan bahasa (Daud, 1997, hal. 26). (4) Argumentasi toponim yang menyebutkan bahwa kata masih dalam bahasa Dayak Ngaju adalah sebutan untuk orang yang berbahasa melayu (oloh masi = orang melayu), sedangkan kampung tempat tinggal kelompok ini disebut banjar. Karena itu banjar masih adalah sebutan dari suku Dayak Ngaju untuk kampung oloh masi(h) atau kampung orang Melayu yang tinggal di sekitar permukiman mereka pada masa lalu (Saleh, 1982). Hal ini turut menunjukkan kuatnya pengaruh budaya lokal pada kemelayuan masyarakat Banjar. Dari latar belakang sosio-historis di atas, yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana menjelaskan hubungan yang terbentuk antara pengamalan ajaran Islam dan konsep berarsitektur dalam sebuah kerangka kehidupan masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan. Pengaruh budaya Melayu dan/atau ajaran Islam dalam konsep berarsitektur perlu diketahui sehubungan dengan semakin menghilangnya pengetahuan membangun yang bersumber dari kearifan budaya masa lalu. Walau saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, namun jika terlepas dari jangkar budaya, maka ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut justru dapat menjadi penghancur kehidupan masyarakat lokal. Gejala pudarnya identitas budaya dalam arsitektur Banjar sudah mulai terlihat. Dampak bibit pertikaian, konflik, dan ketidaknyamanan hidup dalam komunitas menjadi semakin mengancam. Sedang dari aspek desain, semakin minimnya pengetahuan desain yang berbasis tradisi ini. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin diperoleh adalah menemu-kenali hakekat dan ekspresi hidup berbudaya masyarakat Banjar dalam kaitannya dengan budaya membangun rumah tinggal pada umumnya dan konsep arsitektur rumah tinggal khususnya dari waktu ke waktu selama ini, sehingga dapat membentuk kepercayaan diri tiap anggota masyarakat secara melembaga. Selain itu juga untuk membangun pengetahuan tentang realitas berarsitektur berdasar konsep budaya lokal. Metode Penelitian Berdasar kompleksnya realitas hubungan yang mungkin ada antara kebudayaan (khususnya pengamalan ajaran agama Islam) dengan konsep berarsitektur masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan, maka penelitian ini mencoba menguraikannya melalui paradigma konstruktivis-interpretif. Berdasar paradigma ini, maka berbagai teori, (teori disini diartikan bukan sebagai alat kontrol/prediksi sebagaimana umumnya teori dipahami dalam aliran positivis, melainkan teori sebagai penjelasan terpercaya atas sebuah peristiwa pada masa lalu) digunakan sebagai pengetahuan latar (background knowledge) untuk menuntun peneliti memahami fenomena dan/atau unit pengamatan yang ada di lapangan. Untuk itu berbagai teori; seperti teori proses pembentukan rupa bumi di wilayah Kalimantan Selatan pada masa lalu, teori kedatangan imigran ke wilayah Kalimantan Selatan, teori sejarah pertumbuhan dan perkembangan masyarakat lokal, hingga teori-teori positif yang berkaitan dengan konsep-konsep arsitektur tradisional digunakan sebagai pengetahuan latar dalam penelitian ini. Selanjutnya, dengan berbekal teori-teori tersebut, penulis melakukan penelusuran data, baik data primer (data ini telah terkumpul sejak beberapa waktu yang lalu) dan data sekunder berupa data-data pustaka dan referensial. Proses penelusuran data dilaksanakan melalui unit-unit pengamatan di lapangan yang selanjutnya setiap unit pengamatan didiskusikan sebagai unit analisis. Kegiatan diskusi unit analisis dilaksanakan secara berjenjang mulai dari data lapangan yang selanjutnya menghasilkan tema-tema temuan berkaitan kebudayaan, khususnya pengamalan ajaran agama Islam. Tema-tema temuan selanjutnya dianalisis unutk mendapatkan gambaran konsep (baik konsep abstrak maupun realisasinya di lapangan) mengenai arsitektur Melayu Banjar. Di lapangan, unit-unit informasi diperoleh baik dalam bentuk; pola pikir, perilaku/perbuatan, maupun karya-karya artefaktual. Salah satu unit informasi terpenting adalah karya artefaktual, yaitu peninggalan karya arsitektur tradisional masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan; yaitu Rumah Bubungan Tinggi.
SeminHUMA
Sedanmasyasejarasebeluberkempenyekediam KONMasysuku masyadan kyang bDari ptelah lama sangayang keper KonsKeperdari rmembpenguDalamindah ditammengmeng
(1)
Pengamewupada maka hingg
nar Nasional RisANISME, ARSIT
ngkan informaarakat Melayuah yang menjeum kerajaan Bmbang menja
esuaian berikuman raja/sulta
NSEP-KONSEarakat MelayuDayak, Melayarakat Melayukepercayaan yberlandaskan perjalanan paditerima dan d(pra-Islam) m
at identik denmelandasiny
rcayaan lingku
ep Budaya darcayaan Islamrukun Iman (beri nama bauburan, selamam karya arsite
dan teratur. mpilkan denga
gunakan elemgunakan elem
)
aruh terpentinujudkan makhperadaban Islperwujudan f
ga mampu mem
set Arsitektur daTEKTUR dan PE
asi terkait pou Banjar saat elaskan bahwaBanjar berdiriadi permukimutnya. Selain ian.
EP BUDAYAu Banjar meruyu, dan Jawa u Banjar terbyang ada tersepada keyakin
anjang sejarahdiakui sebaga
masih tetap adgan pengama
ya. Kepercayaungan (Daud,
an Wujud Trm adalah kepe(Daud, 1997)ayi, menyunatatan dan syukektur MelayuKeindahan da
an elemen yanmen flora, (2) men kehidupan
(2) G
ng ajaran Islamhluk hidup/faulam, keyakinafauna dalam umbentuk imag
an Perencanaan ERENCANAAN
Gbr.1 Gamb
ola pikir dan ini. Pemiliha
a rumah ini mei. Rumah ini
man tradisionaitu selama ma
A DALAM ARupakan sebuahserta keyakin
entuk. Selanjuebut akhirnya
nan ajaran agamh pembentukanai satu-satunyada. Akibatnya,alan ajaran agaan tersebut 1997).
ransformasinercayaan yang. Berbagai rit, batamat, m
kuran, pengobau Banjar, motian keteraturan
ng digunakan. pola motif fa
n. (4) pola mot
Gbr. 2 Pola Uki
m dalam ekspruna dalam ukiran ini sudah dukiran mengguge atau citra d
.
(SERAP) 1
bar Rumah Bubu
perilaku dilihan Rumah Buerupakan rumtelah ada sej
al masyarakatasa-masa awal
RSITEKTURh masyarakat nan Animismeutnya seiring a melebur dalma Islam (Bann kebudayaana keyakinan d, berbagai pergama Islam da
adalah kepe
nya berdasar g bersumber ditual yang diymenikah/berceatan dengan aif-motif ukiran ukiran terliPola yang ad
auna mengguntif geometris m
(3)iran Tradisiona
resi seni (ukirran. Bahkan sdipegang kuaunakan elemedari fauna yan
. Humanisme da
ungan Tinggi
hat dari bentuubungan Tinggmah asli orang/
ak masa pra-t Melayu Banl kerajaan Ban
R MELAYU Byang terbentu
e, Kaharinganmasuknya Is
lam satu idenni Noor Muchn masyarakat an ajaran agam
rilaku budaya apat dibedakaercayaan Isla
Kepercayaandari ajaran agyakini berasaerai, pergi hajair, dan berbagan ditampilkanhat dalam po
da dapat dibagnakan elemenmenggunakan
(al Melayu Banja
r) arsitektur Mejak awal mul
at. Untuk menn flora. Eleme
ng ingin disimb
alam Realita Per
uk-bentuk kegi (RBT) dida/penduduk MeBanjar dan m
njar dengan mnjar rumah in
BANJAR uk dari percamn, Hindu yangslam, maka bentitas masyarahamad, 2006).Melayu Banj
ma namun penmasyarakat M
an berdasar 3am, kepercay
n Islam gama Islam daal dari ajaran aji, mempersiagai doa-doa ken dalam suat
ola keterkaitangi atas 4 pola; n flora, (3) pon elemen geom
(4) ar
Melayu Banjarla perkemban
nghindari laraen flora digubbolkan. Tekni
rancangan Arsite
ehidupan sehaasarkan atas celayu yang tel
masa pra-Islammengalami bei digunakan s
mpuran kebudg telah ada seerbagai kebudakat Melayu . jar, walaupunngaruh keperc
Melayu Banja (tiga) keperc
yaan bubuha
an isinya tergIslam, antara
apkan mayat eselamatan. tu pola yang n antara moti(1) pola moti
ola motif kehimetris.
r adalah dilarangan ornamen angan ajaran abah sedemikiaik stilisasi dem
11
ektur .
ari-hari catatan lah ada m serta erbagai sebagai
dayaan ebelum dayaan Banjar
n Islam cayaan
ar yang cayaan n dan
gambar a lain; untuk
sangat f yang if flora idupan
angnya ukiran
agama, an rupa mikian
1
112 Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
sudah sangat dikenal dalam kebudayaan masyarakat Melayu Banjar, sehingga tidak sulit mengenali unsur fauna yang disimbolkan melalui beragam ukiran yang ada. Sebagai contoh lihat kembali gambar 2.(2) di atas. Dari beragam motif yang ada, motif geometris merupakan motif yang paling dominan dipergunakan untuk mengekspresikan ajaran Islam. Motif geometris adalah motif yang mengambil bentuk dasar segi empat, lingkaran, dan segitiga. Selanjutnya bentuk-bentuk dasar tersebut diwujudkan dengan perhitungan matematis seperti pengulangan, penggabungan, pencerminan dlsb. Dalam hal kaligrafi, yang menjadikannya termasuk ke dalam motif geometris adalah keteraturan dalam penggunaan huruf untuk menciptakan pola tulisan tertentu, seperti huruf-huruf yang dikreasikan hingga membentuk sesuatu simbol, juga penggunaan teknik pencerminan untuk memperindah tulisan. Motif kaligrafi yang terdapat dalam RBT umumnya memiliki karakter sbb (Muchamad, 2007); 1. Dibuat dengan teknik ukiran relief. Teknik ini dikerjakan dengan mengukir permukaan papan dan
membentuk kaligrafi yang diinginkan. 2. Dilengkapi/ditambah dengan hiasan motif flora untuk memperindah kaligrafi. Perpaduan antara
kaligrafi dan ornamen flora menjadikan kaligrafi semakin indah. Terdapat ungkapan yang ingin disampaikan antara perpaduan kaligrafi dan unsur flora, yaitu keindahan dari alam sebagai ciptaan Tuhan.
3. Kaligrafi dihias pula dengan menggunakan warna kuning emas. Hal ini juga sebagai ungkapan bahwa warna kuning keemasan yang berkilauan dimaksudkan memperkuat kesan kemuliaan kalimat tersebut.
4. Ukiran kaligrafi juga diperindah dengan memberi bingkai. Ukiran list berprofil dan ukiran tali disekeliling kaligrafi menjadikan kaligrafi sebagai titik pandang utama, selain bermakna adanya ikatan yang kuat.
5. Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki makna kuat dalam menuntun kehidupan, yaitu kalimat Syahadat. Juga ungkapan pengagungan Asma Allah dan Rasulullah. Selain itu ada juga tulisan dalam bahasa Arab nama-nama sahabat, dan lain-lain.
6. Yang juga terlihat indah adalah diterapkannya model keseimbangan (simetris) dari tulisan kaligrafi dan ornamen flora. Tulisan kaligrafi dibuat bolak-balik (dicerminkan), atau dikreasikan sehingga nampak seperti tercermin bolak balik. Hal yang ingin disampaikan adalah adanya pemahaman yang utuh, walalupun dipandang dari sudut yang berbeda.
Beberapa ukiran kaligrafi yang terdapat pada rumah tinggal masyarakat Melayu Banjar dapat dilihat pada gambar 4. Keberadaan ukiran kaligrafi dalam sebagian besar rumah masyarakat Banjar merupakan suatu “keharusan”. Dalam perkembangan saat ini, dikarenakan sulitnya mendapatkan tenaga ahli ukiran dan mahalnya biaya membuat ukiran, masyarakat lebih menyukai ukiran kaligrafi yang lebih modern. Hampir di setiap rumah tinggal masyarakat Banjar, khususnya di ruang tamu, pasti ditemukan hiasan kaligrafi. Hiasan yang digunakan minimal adalah gambar/poster kaligrafi yang memang banyak dijual. Sedangkan bagi yang mampu, mereka menggunakan hiasan dari sulaman benang emas, kerajinan perak/kuningan, bahkan dalam bentuk benda-benda rumah tanggal, seperti jam dinding. Selain itu, saat ini juga dapat dipastikan di setiap rumah tinggal, bahkan tempat usaha, selain ukiran kaligrafi juga terdapat lukisan foto ulama besar Banjar. Keyakinan meletakkan kaligrafi/foto ini sebenarnya ada yang berdasar keyakinan adanya “kemaslahatan” bagi hidup/usaha yang mereka jalankan, seperti rasa aman terhadap gangguan, bahaya kebakaran, kerugian, dll. Sebenarnya hal-hal seperti ini merupakan bentuk kepercayaan lama (animisme) dalam bentuk kehidupan modern sebagian besar masyarakat Melayu Banjar. Konsep Budaya dan Wujud Transformasinya berdasar Kepercayaan Bubuhan Kepercayaan bubuhan pada dasarnya berkaitan dengan kepercayaan sebagaimana struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu (zaman sultan-sultan dan sebelumnya). Orang Banjar pada masa itu hidup dalam lingkungan keluarga luas (bubuhan), dan bertempat tinggal dalam rumah yang selanjutnya menjadi lingkungan pemukiman bubuhan (Daud, 1997). Terkait dengan kepercayaan bubuhan ini, dalam masyarakat Melayu Banjar terdapat berbagai aneka ritual/upacara basalamatan yang “diyakini’ merupakan sesuatu yang diajarkan dalam agama Islam. Hampir seluruh aspek kehidupan, mulai dari kelahiran hingga kematian selalu dikaitkan dengan adanya
113
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
upacara-upacara ini dan setiap upacara tidak terlepas dari kondisi tempat tinggal (arsitektur rumah tinggal) mereka. Selain itu, konsep peruangan pada rumah tinggal masyarakat Melayu Banjar dapat dikenali melalui fungsi dan nama-nama ruang yang ada. Selain fungsi-fungsi utama, masih terdapat beberapa fungsi lain yang sifatnya temporer dan sangat berkaitan erat dengan faktor lingkungan alam setempat. Kaitan ruang yang ada dengan fungsi maupun pengaruh lingkungan alam sekitar dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Nama dan Fungsi Ruang terkait Pengaruh Lingkungan Alam Sekitar
Kel Nama Ruang Fungsi 1 Surambi muka Sebagai teras rumah. Ruang pertama untuk membersihkan kaki pada saat mau
naik/masuk ke dalam rumah. Pada ruang ini dilengkapi tempat air. Surambi sambutan Tempat tuan rumah berdiri menyambut/menerima tamu. Juga Tempat melaksanakan
upacara adat perkawinan, tempat anak-anak bermain, atau menjemur hasil panen. Lapangan pamedangan Tempat tuan rumah menerima tamu dekat sambil duduk-duduk atau tempat keluarga
bersan- tai di sore hari. Pada area ini lebih tertutup karena dilengkapi pagar keliling (kandang rasi).
2 Pacira Ruang penerima. Pacira (2) Tempat menyimpan peralatan pertanian atau menangkap ikan. Panampik kecil Menyimpan hasil panen, tempat anak-anak pada saat upacara Panampik tangah (paluaran)
Ruang tamu, pd saat upacara biasanya tamu laki-laki dewasa duduk di ruang ini.
Panampik besar (paluaran) Ruang tamu, khususnya tamu penting. Pada saat upacara, tempat ini khusus untuk pemuka agama/tokoh masyarakat.
3 Panampik penangah Ruang keluarga Anjung kiri + kanan Tidur, ibadah, hias, perhiasan Anjung jurai kiri + kanan Idem + tempat melahirkan / memandikan mayat Karawat /katil Tempat anak tidur malam
4 Panampik dalam/p. padu Ruang keluarga/ruang makan Jorong Ruang penyimpanan Padapuran / Padu Kegiatan dapur/menyimpan air Palatar balakang Mandi, Cuci, Jemur
Dalam kepercayaan masyarakat Banjar terdapat kepercayaan memperoleh “keselamatan” melalui pembentukan susunan ruang. Bentuk dan pembagian ruang secara keseluruhan berkaitan dengan kepercayaan dan pandangan Orang Ngaju yang menganggap, Burung Enggang sebagai lambang alam atas. Bentuk susunan ruang pada RBT dibangun mengikuti bentuk cacak burung (jejak tapak burung). Bentuk cacak burung ini dipandang sebagai perpaduan antara garis yang melambangkan keseimbangan kekuatan untuk mempertahankan diri dalam melestarikan kehidupannya. Di bagian puncak atap rumah, yang disebut bubungan, diukir bergambarkan burung enggang yang bersifat jantan sebagai bagian dari dwitunggal penguasa alam dari kosmologi Agama Helu. Orang Ngaju menyebutnya Agama Tempon Telon atau yang lebih dikenal dengan nama Kaharingan. Di sebelah luar ruang depan yang disebut panapih anjung dan panapih peluaran, ditopang oleh tiang-tiang yang diukir dengan gambar ular atau jata, sebagai sifat kewanitaan dari dwitunggal alam bawah. Lihat juga gambar 2 (1) dan (2).
Gbr. 3 Simbol Cacak Burung pada Tata Ruang.
114 Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Susunan ruang tersebut diyakini merefleksikan hubungan yang harmonis antara alam atas dan alam bawah, dan menggambarkan konsep adanya kuasa yang berwujud dalam kedwitunggalan, yaitu gambaran kesatuan unsur jantan dan betina dalam kehidupan alam semesta. Selain itu, salah satu ciri utama konsep peruangan dalam rumah masyarakat Melayu Banjar adalah adanya tawing halat. Pada saat diselenggarakannya upacara/ selamatan, para undangan duduk berkeliling dan bersandar pada dinding tataban. Biasanya disajikan aneka makanan dan kue yang berjumlah 41 macam. Undangan anak-anak duduk di panampik kecil, remaja dan dewasa duduk di panampik tengah, sedangkan orang tua duduk di panampik besar. Alim ulama atau tetua duduk di depan tawing halat.
(1) (2)
Gbr. 4 Ilustrasi Kegiatan Upacara Selamatan (basalamatan) dan Tawing Halat
Konsep Budaya dan Wujud Transformasinya berdasar Kepercayaan Lingkungan Sejak masa lalu, sungai telah menjadi sumber kehidupan. Seluruh aktivitas masyarakat sangat bergantung pada sungai. Hingga saat ini dapat dilihat ketergantungan masyarakat Melayu Banjar terhadap sungai, mulai aktivitas individu yang bersifat rutin (MCK) hingga aktivitas sosial kemasyarakatan sangat bergantung pada sungai. Salah satu bentuk kebudayaan sungai yang paling menonjol adalah kegiatan perekonomian yang sangat bergantung pada sungai. Kegiatan jual beli, sumber mata pencaharian, dan juga sarana-prasarana transportasi sepenuhnya bergantung pada sungai. Dari kegiatan ini melahirkan berbagai bentuk dan fungsi perahu, peralatan menangkap ikan, dan bentuk komunikasi sosial yang sangat spesifik. Kondisi lingkungan hidup alamiah (habitat) yang didominasi sungai dan rawa ini benar-benar menjadi pencetak kebudayaan masyarakat Melayu Banjar, sehingga tidak aneh jika masyarakat Melayu Banjar dikenal juga sebagai masyarakat berkebudayaan sungai. Seluruh unsur kebudayaan dalam masyarakat Melayu Banjar dapat dirunut keterkaitannya dengan kondisi lingkungan sungai. Untuk membangun kepercayaan diri, masyarakat Banjar selanjutnya mengembangkan berbagai keyakinan yang diinspirasi oleh unsur-unsur lingkungan yang ada di sekeliling mereka. Penggunaan unsur flora dan fauna yang diyakini memiliki khasiat menangkal berbagai gangguan dan memberi rasa kepercayaan diri selanjutnya dikembangkan dalam kebudayaan masyarakat Melayu Banjar. Unsur fauna yang dalam ajaran agama Islam dilarang tersimbolisasi secara langsung, dalam konsep arsitektur melayu banjar diolah sedemikian sehingga memiliki makna dan cara/media pengungkapan tersendiri. Unsur-unsur fauna merupakan bagian konsep lingkungan alam sekitar yang dijadikan bagian pembentuk budaya termasuk dalam arsitektur. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan (simbolisasi) unsur fauna ke dalam arsitektur Melayu Banjar melalui berbagai media elemen bangunan serta memiliki makna yang diyakini dapat memberi manfaat menghadapi adanya gangguan dari lingkungan alam ghaib. Selain itu tentu saja secara sosial diyakini juga untuk membangun karakter masyarakat.
115
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Tabel 2 Unsur Lingkungan (Fauna) dan Simbol Budaya dalam Masyarakat
No Fauna Simbol Budaya 1 Babulungan Hayam jagau Kegagahan. Bersifat kelelakian. Melindungi yang lemah. 2 Cacak Burung Memiliki idealisme. Terhindar dari bala. Menuju kesejahteraan hidup
bagi penghuninya. 3 Gigi Haruan Lambang ketajaman berpikir. Kebangsawan. 4 Halilipan Rajin dalam bekerja 5 Kumbang Bagantung Kerapian. Kedamaiaan bagi orang yang melihat nya. 6 I-itikan Kerukunan dalam kehidupan. 7 Sarang Wanyi Keberanian. Bermanfaat. 8 Burung Enggang Kebangsawanan. 9 Naga Kebangsawanan.
Selain unsur fauna yang memang banyak ditemukan di lingkungan sekitar, unsur flora juga digunakan dalam konsep lingkungan dalam arsitektur Melayu Banjar. Sebagaimana unsur flora, unsur-unsur flora yang digunakan dalam konsep berarsitektur masyarakat Melayu Banjar juga didasarkan pada keyakinan sifat dan manfaat tanaman tersebut dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai masalah yang timbul.
Tabel 3 Unsur Lingkungan (Flora) dan Simbol Budaya dalam Masyarakat
No Flora Simbol Budaya 1. Cengkih Sebagai bahan rempah masakan (soto Banjar), obat untuk penyakit kolera dan campak, dan
untuk menghitam kan alis mata. 2. Cempaka Putih Sebagai lambang kehormatan, karena bunga ini biasanya banyak tumbuh subur dan berbau
harum. 3. Nenas Melambangkan undangan silaturrahmi. Untuk membersihkan karat dalam hati yaitu
merupakan lambang suatu keharusan bagi setiap orang untuk berupaya membersihkan batin dari sifat sombong, dengki, ria, dan sifat jelek lainnya.
4. Kangkung Kaum bahan
Tumbuhan ini bermakna simbolik, tahan huas-huas (tahan ujian/tahan godaan), karena dilihat dari batangnya yang merambat dan melancar, menunjukkan hidup yang subur meskipun batang kangkung yang panjang tersebut kena ombak air, batangnya tetap bertahan, tidak putus.
5. Jaruju Daun jaruju ini lambang menolak bala karena pada pinggirannya memiliki duri-duri yang tajam, sehingga dimanfaatkan oleh orang Banjar pada waktu dulu untuk mencegah masuknya tikus ke dalam rumah.
6. Manggis Bermakna keterusterangan dan bekerja keras guna mendapatkan hasil yang baik (isi buah manggis yang putih dan rasa yang manis diperoleh setelah melalui kupasan kulit manggis yang hitam dan rsa pahit, hal ini bermakna bahwa untuk mencapai sesuatu harus melalui kerja keras).
7. Mawar mengandung lambang percintaan dan lebih dikenal dengan warnanya yang merah sebagai lambang cinta sejati.
8. Melati Perlambang kesucian, baik lahir maupun batin, karena bunga melati memiliki daun bunga yang putih serta memiliki bau yang sedap dan harum.
9. Mengkudu mempunyai makna menolak bala, karena mengkudu bermanfaat untuk mengobati penyakit 10. Sirih Sebagai penolak bala, karena sirih dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, seperti
mimisan dan keputihan 11. Sulur-suluran Perlambang kada pagat bawarga (tidak putus bakeluarga), karena dilihat dari bentuk
tumbuhan yang panjang dan kuat 12. Teratai makna kesucian, karena bunga teratai bagi pemeluk agama Budha dianggap sebagai tempat
duduk bersemedi Sang Budha.
Dalam konteks konsep arsitektur; lingkungan fisik berpengaruh terhadap konsep perangkaan bangunan, sedangkan lingkungan non-fisik berpengaruh terhadap keyakinan akan “rasa aman” untuk tinggal dalam bangunan. Pengaruh lingkungan fisik terhadap konsep perangkaan dapat dilihat mulai dari konstruksi pondasi hingga konstruksi atap.
116
. Hum
Ko
Kondimenyelahan rendahdengaterapudengaSelainmateridan gaawet jDindinbangupembabahandipasaHal inair jatubawahmenindalam
PENUDari perilaKalimpengaperbe Berbadalampra-Issistem Salah melayajaranagamaPengaghaib Ketigmasyadapat penercacaklahan Banja Demikmasya DAFTBondaDaud,
Ideham
anisme dalam R
Tabel 4
onsep Lingkunganisi lahan yang berawebabkan daya dukunmenjadi sangat h. Hal ini diantisipa
an teknologi pondasung yaitu pondasi an log dan kacapuri.n itu pengguna an ial kayu lokal (ulin alam) yang sangat jika terendam air. ng sebagai pelingku
unan (selain sebagaiatas) terbuat dari
n papan ulin yang ang secara vertikal. ni untuk memudahkuh/ mengalir ke h dan tidak nggalkan genangan
m sambungan papan
UTUP proses Islami
aku yang didmantan Selataaruh dari kebdaan dapat dip
agai pola pemm bentuk perilslam maupun m kebudayaan
satu bentuk pyu banjar yann Islam dalama Islam yang baruh keyakinaatau keyakina
a wujud keparakat Melayu
dilihat melaapan teknolog
k burung, danrawa), dan k
ar.
kianlah hubunarakat Melayu
TAR PUSTAan, A. H. (195, A. (1997). Is
Rajawali Pm, S. (2003).
Kalimanta
Realita Perancan
4 Konsep Ling
n Dewa ng
asi i
.
up i
an
air .
isasi yang bedasarkan penan. Namun dbudayaan lampersatukan.
mikiran lahir aku sehari-haperilaku yanmasyarakat M
perilaku yang ng merupakanm konsep berabersumber da
an dari zaman an lingkungan
percayaan iniu Banjar, khusalui konsep dgi berdasar kon konsep ruanonsep dan de
ngan yang dau Banjar di Ka
AKA 53). Suluh Sedslam dan MasyPers. Sejarah Banja
an Selatan.
ngan Arsitektur .
gkungan dalam
esain Arsitektur
erlangsung sangamalan ajardemikian, kema yang sela
terinspirasi oari. Berbagai pg benar-benar
Melayu Banjar
bisa dilihat dn representasiarsitektur ma
ari; (a) Syariatkerajaan Ban
n.
i selanjutnya susnya rumahdan desain liondisi lingkunng upacara/arsain persoleka
apat diuraikanalimantan Sela
djarah Kalimayarakat Banja
ar. Banjarmas
Seminar
.
m Desain Ars
Ko
Kondisdan lemdengan yang tadipasanmembeudara.
Bentuk memilikDari 12masyaryang mperbedaumum datapnya
angat panjangran agama I
ebudayaan maanjutnya deng
oleh ajaran aperilaku kemar terinspirasi r dan saling m
dan dirasakan i pengamalansyarakat Banjt Islam, yaitu njar, atau keya
bertransformh bubungan tiningkungan (angan), konsepruh), konsep dan (a.l; beraga
n antara pengatan dengan k
antan. Banjarmar: Deskripsi
sin: Badan Pe
Nasional Riset AHUMANISM
sitektur Masya
onsep Lingkungani lingkungan yang b
mbab, diantisipasi penggunaan bahan
ahan terhadap air danng renggang untuk eri ruang untuk sirku
atap yang sangat khki makna tersendiri
2 buah tipologi rumaakat Melayu Banjar
melambangkan aan status sosial secdibedakan dari benta.
g, telah membIslam dalam asyarakat Megan pengaruh
gama Islam tasyarakatan, b
dari ajaran Imempengaruhi
hingga saat inn ajaran agamjar sejalan derukun Islam, akinan bubuha
masi dalam wnggi. Wujud ta.l; makna sip dan desain pdan desain peam motif dan
gamalan ajarankonsep berarsit
masin: Fadjar.dan Analisa K
nelitian dan P
Arsitektur dan PME, ARSITEKTU
arakat Melayu
n Dbasah
n ulin n
ulasi
has . ah r
cara tukan
bentuk pola pmasyarakat
elayu Banjarh ajaran agam
tersebut selanaik yang bersslam berkembi.
ni adalah melama Islam. Penengan bentuk atau disebut kan, dan (c) M
wujud konseptransformasi kimbolis unsurperuangan (a.lerangkaan (a.ukiran) dalam
n agama Islamtekturnya.
. Kebudayaan B
Pengembangan
Perencanaan (SEUR dan PERENCA
u Banjar
esain Arsitektur
pemikiran danMelayu Ban
r tetap memema Islam be
njutnya diwujsumber dari pebang dalam s
alui karya arsngaruh pengapengamalan
keyakinan IslaMitos berkaitan
p arsitektur ke-3 kepercayar flora, faunal; penerapan s.l; teknologi dm arsitektur M
m dalam kehi
Banjar. Jakarta
n Daerah Prov
ERAP) 1 ANAAN
n pola njar di elihara erbagai
judkan erilaku seluruh
sitektur amalan ajaran
am, (b) n Alam
rumah aan ini a, dan simbol di atas
Melayu
idupan
a:
vinsi
117
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Moeljono, B. (1985). Upacara Tradisional yang Berkaitan denngan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Muchamad, B. N. (2007). Anatomi Rumah Adat Balai. Banjarmasin: Pustaka Banua. Muchamad, B. N. (2006). Anatomi Rumah Bubungan Tinggi. Banjarmasin: Pustaka Banua. Muchamad, B. N. (2009). Anatomi Ukiran Tradisional Banjar. Surabaya: Wastu Lanas Grafika. Muchamad, B. N. (2006). Melacak Arsitektur Keraton Banjar. Jurnal DIMENSI Petra, 106-114. Muchamad, B. N. (2009). Studi Lokasi Model Replika Keraton Banjar. Banjarmasin: Balitbangda
Provinsi Kalimantan Selatan. Muchamad, B. N. (2006). Tipo-Morfologi Arsitektur Suku Bakumpai. Marabahan: Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan . Petersen, E. (1998). Jukung-Boats from Barito Basin, Borneo. . Roskilde: The Viking Ship Museum. Ras, J. J. (1968). Hikajat Banjar: A Study in Malay Historiography. Holland: The Hague Martinus
Nijhoff-KTLV. Saleh, M. I. (1982). Banjarmasih. Banjarbaru: Museum Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan
Selatan. Sellato, B. (1989). Dragon and Hornbill. New York: Van Nostrald. Usman, H. A. (1996). Integrasi Nasional, Suatu Pendekatan Budaya Daerah Kalimantan Selatan.
Banjarmasin: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Kalimantan Selatan. Yatim, B. (1998). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
223
. L a m p i r a n .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Lampiran A: Jadwal Acara Seminar
Waktu Kegiatan Pengisi Acara
1. 08.00 – 09.00 Registrasi
2. 09.00 – 09.15 Sambutan dan Pembukaan: MC: Popi Puspitasari
Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik UGM :
Prof. Bambang Suhendro, MSc., PhD
3. 09.15 – 09.45 Rehat Kopi
4. 09.45– 10.00 Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD (UGM) Moderator:
“Telaah Historis Konsep Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota”
Prof.Ir.Bakti Setiawan, MA, PhD
10.00 – 10.15 Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD (ITB) Notulis : Y. Djarot Purbadi
“Epistemologi Humanisme Baru dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota”
10.15 – 10.45 Diskusi
5. 10.45 – 11.00 Ir. Ikaputra, MEng., PhD (UGM) Moderator:
“Paradoks Humanisme dalam Perancangan Arsitektur dan Perencanaan Kota”
Prof.Ir.Bakti Setiawan, MA, PhD
11.00 – 11.15 Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito, MEng. (UGM) Notulis : Y. Djarot Purbadi
“Humanisme Baru: Solusi atau Utopia”
11.15 – 11.45 Diskusi
6. 11.45 – 12.45 Ishoma
7. 12.45 – 14.15 Paralel Sesi 1: Sub‐tema dari Call for Papers
Sub‐tema 1: Pemikiran Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Moderator: Suastiwi Triatmodjo
Pembahas : Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito Notulis : Wara Indira
Sub‐tema 2: Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur Moderator: VG. Sri Rejeki
Pembahas : Ir. Ikaputra, M.Eng., PhD Notulis : Judi Obet Waani
Sub‐tema 3: Humanisme dalam Realita Perencanaan Kota dan Daerah Moderator: Dhani Mutiari
Pembahas : Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP, MSc., PhD Notulis : Wahyu Utami
8. 14.15 – 15.15 Diskusi Poster
9. 15.15 – 15.45 Rehat Kopi
10. 15.45 – 17.15 Paralel Sesi 2: Sub‐tema dari Call for Papers
Sub‐tema 1: Pemikiran Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Moderator: Suastiwi Triatmodjo
Pembahas : Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito Notulis : Wara Indira
Sub‐tema 2: Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur Moderator: VG. Sri Rejeki
Pembahas : Ir. Ikaputra, M.Eng., PhD Notulis : Judi Obet Waani
Sub‐tema 3: Humanisme dalam Realita Perencanaan Kota dan Daerah Moderator: Dhani Mutiari
Pembahas : Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP, MSc., PhD Notulis : Wahyu Utami
11. 17.15 – 17.30 Kesimpulan dan Penutup : Ketua Panitia, Sani Roychansyah, ST, MEng.,PhD
224
. L a m p i r a n .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
225
. L a m p i r a n .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
Lampiran B: Daftar Peserta No Nama Instansi1 Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada;
Yogyakarta 2 Ir. Ikaputra, MEng., PhD Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada;
Yogyakarta 3 Dr.Ir. Sudaryono, MEng. Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada;
Yogyakarta 4 Sani Roychansyah, ST, MEng., PhD Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada;
Yogyakarta 5 Ir. Laretna Trisnantari, MArch.,PhD Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada;
Yogyakarta 6 Prof.Ir. Bambang Hari W.,
MURP,MSc,PhD Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
7 Dr.Ir. Budi Prayitno, MEng. Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia; Yogyakarta
8 Dr.Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
9 Prof.Ir. Bakti Setiawan, MA,PhD Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
10 Ir. Haryana, MArch. Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
11 Ir. Slamet Sudibyo, MT Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
12 Ir. Suryanto, MSP Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
13 Dr.Ir. Arif Kusumawanto, MT Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
14 Deva Fosterharoldas, ST, MA Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
15 Dimas Wihardyanto, ST Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
16 Harry Kurniawan, ST, MSc. Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
17 Djarot Purbadi S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
18 Suastiwi Triatmodjo S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
19 Wara Indira Rukmi S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
20 Endy Marlina S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
21 Korlena S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
22 Zaenal Zainudin S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
23 Al Busyra Fuadi S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
24 M.Bakri S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
25 Hadi Wahyono S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
26 Popi Puspitasari S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
27 Wahyu Utami S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
28 Judy O. Waani S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
29 Erlangga, ST S2 MDKB; Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
30 Punto Wijayanto S2 MPKD; Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
31 Hasti Widyasamratri S2 MPKD; Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
226
. L a m p i r a n .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
32 Yanuarius Benny S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
33 Rahadea Bhaswara S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
34 Dyah Perwita Sari S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
35 Fara K. Iranda S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
36 Megayanti Vidyaning T. S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
37 Pratiwi Cahyani S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
38 Harmityanti S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
39 B. Sumardiyanto Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta; Yogyakarta
40 Bonafacio Bayu Sena S. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta; Yogyakarta
41 Sapto Luhur Pamungkas, ST, MT Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta; Yogyakarta
42 Hestin Mulyandari Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta; Yogyakarta
43 Dhani Mutiari Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta
44 Widyastuti Nurjayanti Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
45 Made Suastika Teknik Arsitektur Universitas Negeri Sebelas Maret; Surakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
46 Tri Yuni Iswati Teknik Arsitektur Universitas Negeri Sebelas Maret; Surakarta 47 Paulus Hariyono Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik
Soegijapranata; Semarang 48 VG Sri Rejeki Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik
Soegijapranata; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
49 Albertus Sidharta M Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata; Semarang
50 Antonius Ardiyanto Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
51 Mila Karmila Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
52 Al 'Aswad Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
53 Altrerosje Asri Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra; Surabaya 54 Rully Damayanti Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra; Surabaya 55 Rony Gunawan Sunaryo Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra; Surabaya
S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
56 Johannes Adiyanto S3 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya 57 Dr.Ir. Rimadewi, MH Teknik Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya 58 Unik Praptiningrum Wardhono Jurusan Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945; Surabaya 59 Subhan Ramdlani Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Malang60 Antariksa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang 61 Pudji Pratitis Wismantara Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang 62 Yulia Eka Putrie Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
227
. L a m p i r a n .
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
63 Luluk Maslucha Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
64 Nunik Junara Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
65 Tarranita Kusumadewi Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
66 Ir. Iwan Sudrajat, MSA,PhD Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Bandung
67 Basauli Umar Lubis Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Bandung
68 Litta Primasari Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Teknologi Bandung; Bandung 69 Gatot Boedi Hardjanto Program Studi Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung; Bandung 70 Bambang Triyoga S3 Arsitektur; Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Bandung 71 Utami Jurusan/ Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional; Bandung 72 Dhini Dewiyanti Tantarto Jurusans/ Program Studi Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia;
Bandung 73 Irwan Purnama S2 Universitas Katolik Parahyangan; Bandung74 Joko Adianto Universitas Indonesia/Praktisi; Jakarta75 Samsu Hendra Siwi Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara; Jakarta 76 Arief Rahman Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta 77 Agung Wahyudi Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta 78 Agus Dharma Tohjiwa Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta 79 Veronika Widi Prabawasari Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta 80 Diana Susilowati Lembaga Pengembangan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (LePTeSP)
Universitas Gunadarma; Jakarta 81 I Nyoman Widya Paramadhyaksa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar 82 Ni Made Swanendri Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar 83 I Made Adhika Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar 84 NKA Siwalatri Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar 85 Bani Noor Muchamad Jurusan Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat; Banjarmasin
S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
86 Nurul Jamala Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin; Makassar S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
87 Ahda Mulyati Teknik Arsitektur Universitas Tadulako; PaluS3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
88 Muhammad Najib Teknik Arsitektur Universitas Tadulako; Palu89 Cut Nur'Aini Institut Teknologi Medan; Medan
S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta