Sepotong hati untukmu mahasiswa

174

description

 

Transcript of Sepotong hati untukmu mahasiswa

Page 1: Sepotong hati untukmu mahasiswa
Page 2: Sepotong hati untukmu mahasiswa

2 | I k h w a h L i d a h

Hak Cipta© 2013 pada Penulis

Hak Cipta TIDAK dilindungi Undang-undang.DIANJURKAN untuk memperbanyak, menyebarkan, ataumemindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektrinismaupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpananlainnya, biarpun tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.Hanya saja kami meminta untuk tetap MENCANTUMKAN SUMBERNYA.

Penulis : Ikhwah LidahEditor : Sirot Fajar

Anik Andri AsnanikPemeriksa Aksara : Sirot FajarDesain Cover & Isi : Rofi’I Nurdika

Diterbitkan oleh:Muslim Youth ClubUniversitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan

Alamat : Rumah Baca Yayasan Tunas Teladan,Jl. Lidah Wetan X/6A Lakarsantri Surabaya

Email : [email protected]

FB : Klub Da’wah Kampus Unesa

Twitter : @dakwah_unesa

Website : [email protected]

Page 3: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 3

‘Sepotong Hati’Untukmu Mahasiswa

(Persembahan Untuk Sebuah Cita-cita)

Oleh:

Ikhwah Lidah

Editor:

Sirot Fajar

Anik Andri Asnanik

Page 4: Sepotong hati untukmu mahasiswa

4 | I k h w a h L i d a h

Page 5: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 5

‘Sepotong Hati’ untuk Sebuah Cita-cita

“Berawal dari kata, peristiwa besar bisa terjadi.

Berawal dari kata, perubahan-perubahan mengejutkan bisa

mengguncang hati.

Berawal dari kata pula, seorang yang keras bisa lunak hatinya.

Sebaliknya, orang baik-baik bisa berubah menjadi orang yang

rusak karena mendengar, mencerna atau membaca tulisan yang

merusak hati dan pikiran..”

(Inspiring Words for Writers)

Yahudi, mengapa mereka berprestasi? Begitulah pertanyaan

yang diajukan KH. Toto Tasmara melalui judul bukunya. Tentu

buku itu tidak mengajak kita untuk mengagumi dan mengikuti

orang Yahudi. Tidak! Yang perlu kita contoh dari Yahudi adalah

semangatnya. Biarpun jumlahnya hanya sedikit tapi mereka bisa

mengendalikan dunia ini. Biarpun secara kuantitas mereka sedikit,

namun secara kualitas tidak ada lagi yang meragukan mereka.

Page 6: Sepotong hati untukmu mahasiswa

6 | I k h w a h L i d a h

Seharusnya ini patut ditiru para aktivis da’wah, dimana

jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah

orang yang harusnya didakwahi. Di manapun itu, baik di kampus,

kampung, parlemen, pasar dan tempat lainnya, selalu saja jumlah

para penyeru kebaikan itu lebih sedikit. Namun biarpun demikian,

kita harus optimis bahwa kita juga bisa memenangkan dakwah ini.

Syaratnya hanya satu: sabar. Ya, sabar. Sebab kesabaran itu lah

yang akan menguatkan kita untuk terus menapaki jalan dakwah ini.

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat

mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah

beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 249)

Ada satu hal yang mengejutkan ketika saya membaca buku

Inspiring Words for Writers yang ditulis Ustadz Mohammad Fauzil

Adhim. Bahwa, Negara Yahudi Raya yang begitu kejam itu, berdiri

hanya karena sebuah buku tipis yang bertajuk Der Judenstaat (The

Jewish State) dan satu novel menggugah yang berjudul Altneuland

(Old New Land). Keduanya ditulis Benyamin Se’eb alias Theodore

Herzl. Kedua buku itu mengharu biru manusia-manusia Yahudi

sehingga mereka menyatukan langkah dalam meraih cita-cita yang

sama: sebuah negara Yahudi yang kelak bernama Israel.

Cita-cita kami untuk memenangkan dakwah kampus pun

ingin kami mulai dengan ‘kata’. Sebab, sebagaimana kata pemikir

Page 7: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 7

dan pemimpin pergerakan Islam di India, Abul Hasan Ali Al-

Hasani An-Nadawai, bahwa “Kata adalah sepotong hati”. Maka

ketika syura evaluasi akhir tahun, kami sepakat membuat program

“Semangat Lima Halaman”. Maksudnya, semua pengurus Muslim

Youth Club wajib menulis essai, renungan, motivasi, kisah-

hikmah, atau apapun namanya yang penting tulisan sebanyak lima

halaman. Kriterianya sederhana: tulisan tersebut harus bisa

menggugah dan menggerakkan kader untuk terus berdakwah.

Ada beberapa pertimbangan kenapa kami memilih ‘sepotong

hati’ untuk menjadi kenang-kenangan. Pertama: sebagaimana kata

Mark Levy, penulis Accidental Genius, bahwa menulis bagaikan

merekam jejak-jejak pikiran. Dan bagi kami, ‘semangat lima

halaman’ ini bukan saja merekam jejak-jejak pikiran para senior,

namun juga merekam jejak-jejak dakwah yang ada di kampus

Unesa beberapa tahun terakhir ini.

Kedua: untuk menunjukkan identitas kami. Maraknya gerakan

yang ada di kampus, menjadikan mahasiswa sulit untuk

membedakan gerakan satu dengan yang lainnya. Dan ini adalah

upaya kami untuk menunjukkan identitas. Seperti kata Sindhunata,

“Menulis adalah pergulatan hidup dalam intinya yang terdalam,

semacam upaya untuk menemukan identitas kita yang paling

orisinal.”

Page 8: Sepotong hati untukmu mahasiswa

8 | I k h w a h L i d a h

Terakhir, dan ini yang paling penting, adalah memberi

semangat para kader dakwah kampus Unesa pada khususnya, dan

seluruh ADK di Indonesia pada umumnya. Semangat untuk apa?

Tentunya semangat untuk terus berdakwah. Dan juga semangat

untuk mulai berkarya, sekecil apapun itu. Semoga yang kecil itu

diberi barakah oleh Allah.

O, ya. Karena jumlah tulisan pengurus masih sedikit, maka

kami juga meminta beberapa orang yang kami anggap bisa untuk

menulis. Kami haturkan Jazaakumullah khoiri jazaa’ kepada

teman-teman yang meluangkan waktunya untuk menulis. Semoga

mendapat balasan yang terbaik menurut Allah..

Alhamdulillah.. Mungkin kata itulah yang seharusnya kami

ucapkan pertama kali. Segala puji hanya untuk Allah. Tulisan

sederhana ini tidak akan pernah ada jika bukan karena rahmat dan

karunia-Nya. Dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada

Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita sehingga

berhasil menapaki jalan yang diridhoi Allah swt.

Sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi, “Siapa yang tidak

pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia

belum bersyukur kepada Allah.” Maka dalam kesempatan kali ini

pun kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga

Page 9: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 9

kepada para murabbi kami: Ustadz Sobikh, Ustadz Nailul, Pak

Amir, Pak Wendi, dan Ustadz Bahtiar. Baarakallahu fiikum.

Tidak lupa kepada Our Brother yang berada jauh di negeri

seberang: Mas Suwandi. Syukran katsir telah meluangkan waktu di

tengah kesibukannya mengajar di Negeri Jiran. Dan juga kepada

mas-mas dan mbak-mbak pengurus 2011 yang baik hati: Mas

Farich, Mas Ribeh, Mas Agus, Akh Taufiq, Mbak Dian, Mbak

Tina, Mbak Indah, Mbak Nisa’, Mbak Nur Arofi, Mbak Pifa, Mbak

Lestari, Mbak Hefi, Mbak Moza, Mbak Ismi, Mbak Laila, dan

Mbak Ika, afwan jika kami sedikit memaksa. Dipaksa pun yang

menulis cuma beberapa saja, hehe..^_^. Jazaakumullah khoiron

katsira..

Salam juga kepada para ukhayyah yang telah berkenan

mendukung—dan juga mengirim—‘semangat lima halaman’:

Dyah Retna, Anik Andri, Nike, dan Yulianti. Tidak lupa kepada

para mujahid(ah) Klub Dakwah Kampus yang ada di Al-Farisi,

Zam-Zam, Al-Aqsho, Al-Khonsa, Al-Banna, Nabila, dan Haqqiya.

Afwan tidak bisa menyebut namanya satu persatu. Ayo jadikan

Unesa menjadi kampus madani.

Dan kepada para aktivis dakwah kampus di berbagai penjuru

negeri ini, mari kita nyanyikan Lagu Sarasehan Nasional ADK

1432,

Page 10: Sepotong hati untukmu mahasiswa

10 | I k h w a h L i d a h

Wahai kawan ADK Indonesia

Mari bersatu membangun nusantara

Satukan iman di dalam islam

Menjunjung ibu pertiwi

Akhirnya, sebagaimana judulnya, ‘Sepotong Hati’ Untukmu…

Mahasiswa, maka mungkin isi dari buku ini pun hanya potongan-

potongan yang tidak utuh dan banyak kekurangan. Kami nantikan

tanggapan, saran dan kritik yang baik dari saudara untuk buku ini

di facebook Klub Da’wah Kampus Unesa atau email di

[email protected]. Semoga Allah senantiasa memudahkan

semua upaya kita untuk memperoleh keridhaan-Nya.

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan

menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad

[47]: 7)

Surabaya, 1 Jumadil Tsani 1433

Editor 1

Page 11: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 11

DAFTAR ISI

Pengantar Editor: ‘Sepotong Hati’ untuk Sebuah Cita-cita

1. Beginilah seharusnya pemuda

MY Me I

Pemuda Dewasa

Pemuda Berkarakter

2. Saatnya Untuk Berdakwah

Mengukir Cerita Dakwah

Kita dan Anak Kecil Itu

Siapakah Hudzaifah Baru

3. Menikmati Dakwah kampus

Menikmati Dakwah di Kampus

Say Yes to Dakwah

Terkadang Semua Itu Butuh Paksaan

Nuansa Bening di Jingganya Langit-MU

4. Selalulah di Jalan Ini

Yang Tidak Terpengaruh

Teruslah di Jalan Ini

Antara Rekrutmen dan Dakwah

Give up? No Way!

Page 12: Sepotong hati untukmu mahasiswa

12 | I k h w a h L i d a h

Kuliah di Jalan Cahaya

5. Menjalin Ukhuwah

Indahnya Ukhuwah

Kakak, Ajak Aku Terbang

Tunjukkan Dirimu Saudaraku

6. Inilah Yang Akan Menguatkan Kita

Di Majlis Iman Kita Berhenti Sejenak

Setiap Momen Dari Hidup Kita Adalah Up-Grading

Islam di Dadaku

7. Profil Penulis

Page 13: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 13

BAB I

Beginilah Seharusnya Pemuda

Ketika orang berkata

Siapa dia pemuda itu?

Yang dimaksud itu adalah aku

Sebab aku tak pernah malas dan bersikap bodoh

(Tharfah bin al-‘Abd)

Page 14: Sepotong hati untukmu mahasiswa

14 | I k h w a h L i d a h

Page 15: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 15

MY Me I

“Para pemuda yang bersifat Islam adalah suatu hal dan para

pemuda tanpa Islam adalah suatu hal yang lain dan tidak ada apa-

apa selain dari itu.

Para pemuda dengan Islam berarti pemberi kebaikan dan

pembinaan dan yang tanpa Islam ialah celaka dan bala'.”

(Fathi Yakan, Generasi Muda dan Perubahan)

Awal abad XX, Mesir dan dunia islam lainnya -termasuk

Indonesia- banyak yang berada dalam keterjajahan dan penindasan.

Akibatnya, umat ini berada dalam kebodohan, kemiskinan,

keterbelakangan, dan kerusakan sosial. Umat ini begitu jauh dari

nilai-nilai islam.

Di tengah lingkungan seperti itulah Hasan Al-Banna tumbuh.

Ia risau. Ia ingin membangkitkan kejayaan islam kembali. Maka ia

melakukan pengamatan panjang terhadap kondisi umat yang

akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa: "Umat harus

Page 16: Sepotong hati untukmu mahasiswa

16 | I k h w a h L i d a h

kembali bangkit. Namun aset umat ini untuk kembali bangkit telah

terkuras habis, kecuali satu: Itulah pemuda!!!.”

Yang muda Lebih Perkasa

Dengan berbagai alasan, sekitar 80-an orang munafik

menghindari mobilisasi perang tabuk. Menjelang kedatangan

Rasulullah dari perang yang disebut Al-Qur'an sebagai "sa'atul

'usrah" (saat-saat sulit), mereka telah menunggu Beliau di masjid.

Mereka menyampaikan berbagai dalih, alasan dan argumen sebab-

sebab ketidakikutsertaannya dalam perang tersebut. Mereka

memohon kepada Rasulullah agar beliau memohonkan ampun

kepada Allah. Maka sesuai dhohirnya Rasulullah menerima alasan

itu.

Tapi tidak dengan Ka'ab bin Malik. Kader yang ditarbiyah

oleh Rasulullah dan termasuk jajaran sahabat terhormat, penulis

wahyu, serta tak pernah absen dalam setiap pertempuran -kecuali

perang badar- mengajukan kalimat terang dan jujur. Ia mengaku

tak memiliki alasan untuk tidak mengikuti perang tersebut. Ia

mengalahkan dirinya sendiri dan memenangkan keimanan atas

dusta dan kemunafikan. "Adapun orang ini, maka ia telah berkata

benar," begitu kata Rasul mengenai Ka'ab. Kemudian Beliau SAW

berkata kepada Ka'ab, "Wahai Ka'ab, berdirilah, sampai Allah

memutuskan sesuatu untukmu." Sejak saat itu pun Ka’ab beserta

Page 17: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 17

dua orang sahabatnya, Murarah bin Rabiah dan Hilal bin Umayah,

mendapat hukuman pemboikotan sosial.

Dunia terasa sempit bagi mereka. Murarah dan Hilal terus

mengurung diri mereka. Dan Ka’ab, yang paling muda di antara

mereka, tetap pergi ke pasar, masjid, dan tetap bersosialisasi

dengan kaum muslimin lainnya. Biarpun sapaan diabaikan, senyum

dibalas keberpalingan, dan salam tidak dijawab, tapi Ka’ab tidak

mengikuti jejak kedua sahabatnya. Ia tetap berbaur dengan kaum

muslimin lainnya.

Tatkala ada seorang sahabat yang memberi tahu Ka’ab bahwa

Rasulullah memerintahkannya untuk menjauhi istrinya, ia segera

menyuruh istrinya untuk pulang ke rumah keluarganya. Sementara

istri Hilal minta keringanan kepada Rasulullah agar ia tetap bisa

melayani keperluan Hilal, karena sudah tua.

Itulah sekelumit contoh bahwa yang 'muda' lebih tangguh

daripada yang tua. Sebagai orang yang paling muda di antara

ketiga sahabat yang tidak ikut perang Tabuk, Ka’ab menunjukkan

ketangguhannya sebagai anak muda. Ia tetap berbaur dengan kaum

muslimin di saat kedua sahabatnya hanya bisa menangisi

kesalahannya dan mengurung diri di rumah.

Penggerak Roda Kejayaan Umat

Page 18: Sepotong hati untukmu mahasiswa

18 | I k h w a h L i d a h

Roda kejayaan umat ini tak akan melaju dengan cepat apabila

digerakkan oleh anak-anak yang terlalu belia. Tenaga mereka

masih terlalu lemah untuk menggerakkan roda kejayaan itu,

sehingga lajunya pun lambat. Tidak juga orang tua. Karena

kekuatan mereka mulai luntur seiring bertambahnya usia. Mereka

tak lagi sekuat seperti tatkala masih muda.

Seperti mentari yang menyinari bumi. Pagi yang cerah adalah

anak-anak yang penuh ceria. Siang terik yang panas ibarat

kekuatan pemuda yang sedang membara. Dan memasuki senja,

sinar sang surya akan kembali lemah; persis seperti manusia bila

sudah tua. Kekuatan mereka kembali melemah. Dalam bahasa Al-

Quran, mereka dikembalikan ilaa ardalil 'umur (sampai usia yang

paling lemah).

Mimpi kaum muslimin untuk membebaskan konstantinopel

akhirnya tercapai delapan ratus tahun kemudian oleh pasukan

Utsmaniyah yang dipimpin seorang pemuda berusia 23 tahun,

Muhammad Al-Fatih. Dan Tanah Suci Palestina akhirnya dapat

dibebaskan dari cengkraman pasukan salib melalui kepemimpinan

seorang pemuda juga, Shalahuddin Al-Ayyubi.

Dua peristiwa besar yang tercatat dengan tinta emas sejarah

tersebut ditorehkan oleh para pemuda. Maka tidak berlebihan kalau

ada seorang penyair yang mengungkapkan, "Inna fii yadisy

syubbaaniamrol ummati, wa fii aqdaamihim khayaataha"

Page 19: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 19

(Sesungguhnya di tangan para pemuda ada urusan suatu umat, dan

di kakinya ada kehidupan suatu umat).

Bukan Sekedar Pemuda

Generasi muda, kata Herry Nurdi, adalah bahan baku utama

sebuah peradaban, di mana pun dan di zaman apapun. Potensi-

potensi muda ini jika diolah dan dipelihara akan menjadi bahan

bakar perjuangan. Para pemuda adalah besi-besi yang siap ditempa.

Adapun para empu yang menempanya haruslah ulama-ulama yang

membaktikan hidupnya untuk tujuan akhirat, bukan tujuan dunia.

Seperti Muhammad Al-Fatih. Sejak kecil, ia berada dalam

bimbingan Syaikh Aaq Syamsuddin. Mufti di istana sultan Murad

itulah yang menempa dan mendidiknya, sehingga ia menjadi

pemuda islam yang militan. Begitu pula dengan Shalahuddin Al-

Ayyubi. Ia lahir di masa khalifah Nuruddin Zanki, seorang khalifah

yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam

pembangunan masyarakatnya. Bukan hanya dalam hal keilmuan,

tapi juga militer. Maka tumbuhlah Shalahuddin menjadi pemuda

islam yang matang nan perkasa. Tak hanya dalam soal fisik, tapi

juga matang dalam bidang keilmuan, tsaqofah, akhlak, dan akidah.

Dari sinilah akhirnya kita dapat memahami, mengapa Imam

Hasan Al-Banna suatu ketika mengungkapkan, "Perbaikan suatu

Page 20: Sepotong hati untukmu mahasiswa

20 | I k h w a h L i d a h

umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang

dalam hal ini adalah pemuda."

Bangkitlah Para Pemuda Islam

Jika hanya sebatas pemuda, maka mayoritas penghuni bumi

ini adalah anak-anak muda. Tapi yang dibutuhkan umat ini tidak

hanya pemuda. Tidak! Umat ini membutuhkan lebih dari seorang

pemuda. Dan yang dibutuhkan umat saat ini adalah bangkitnya

'pemuda islam'. Yang dalam bahasa inggrisnya bisa disebut

''Moslem Youth" (MY). Ya, yang kita butuhkan saat ini adalah

"MY" yang ideal. Yaitu pemuda islam yang memiliki kepribadian

utuh, memiliki visi dan misi dalam hidup serta nilai-nilai yang

membentuk paradigma, mentalitas dan karakter secara islam. Dan

yang terpenting: mau berjuang demi kejayaan islam.

Bangkitlah para pemuda... karena di tangan kalianlah urusan

umat ini akan dapat terselesaikan. Dan di kaki kalianlah hidup

matinya umat ini. Bangkitlah para pemuda..!!! jika kalian bangkit,

saya yakin, bahwa tidak lama lagi umat ini akan mengalami

kejayaan. Karena saya percaya, "Moslem Youth Membawa

kejayaan Islam".. InsyaAllah.. Aamiin..

Page 21: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 21

Pemuda Dewasa

“Jangan lihat hidup dari fenomena-fenomena, tapi lihatlah hidup

dari hakikat....”

(KH. Rahmat Abdullah)

Zaman kini telah berubah era digital. Segalanya serba digital.

Bahkan ada beberapa pemuda di negeri ini, yang tergabung dalam

komunitas bernama Indonesia Optimis, membuat gagasan upacara

bendera digital. Jika dulu orang lahir tidak membawa apa-apa,

maka kini, kata Rhenald Kasali, seorang lahir dengan membawa

mouse di tangan kanannya.

Di era digital ini segala informasi, berita, ratapan, curahan

hati, motivasi, nasihat dan lain sebagainya berseliweran di sekitar

kita. Begitu mudah kita memperoleh sebuah ilmu pengetahuan.

Jika dulu Imam Bukhari harus berjalan berbulan-bulan untuk

memperoleh satu hadits, maka kini dengan sekali klik bisa

mendapat puluhan bahkan ratusan hadits bahkan lebih dari itu.

Page 22: Sepotong hati untukmu mahasiswa

22 | I k h w a h L i d a h

Di tengah banjirnya ilmu dan pengetahuan itu, tentu banyak di

antaranya yang bertentangan. Di sana lah bertemu semua gagasan

dan pemikiran yang ada. Mulai dari yahudi, nasrani, alim ulama,

free thinker, kejawen, kiai mbeling, generasi alay lebay, dan lain

sebagainya. Maka istilah Ghozwul Fikr (Perang Pemikiran) benar-

benar menemukan tempat yang cocok di sana. Di saat itu lah

diperlukan ‘kedewasaan’ berpikir bagi para pemuda.

Menurut para psikolog, bahwa tahap-tahap perkembangan

kejiwaan dan alam pikiran manusia dalam menilai suatu ide atau

pemikiran, umumnya melalui tiga fase. Fase pertama, menilai baik

buruknya suatu ide dengan kebendaan (materi) atau berdasarkan

pada panca indera yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan primer.

Golongan pertama ini mengukur baik buruknya suatu ide,

pemikiran, gerakan dan hal lainnya dengan ukuran materi. Jika

gerakan dan pemikiran itu mampu memberikan materi, kesenangan

(bukan kebahagiaan) dan hal-hal lain yang bisa ‘dinikmati’ maka ia

akan segera mengikuti gerakan dan pemikiran tersebut. Dan saya

menyebut fase ini sebagai ‘fase anak-anak’. Dan para pemuda yang

masuk kategori ini adalah pemuda yang kekanak-kanakan. Atau

dalam bahasanya Ustadz Fauzil Adhim, “Bayi yang berkumis dan

berjenggot rapi”

Fase kedua, menilai suatu ide, pemikiran atau gerakan atas

keteladanan yang diberikan oleh seseorang, dan atau tidak terlepas

Page 23: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 23

dari penjelmaan dalam diri pribadi seseorang. Suatu ide, gerakan

ataupun pemikiran akan dianggap baik jika tokoh yang ia ikuti

yang melakukannya. Atau paling tidak tokoh tersebut telah menilai

baik terhadap ide, gerakan atau pemikiran tersebut. Dan ia menjadi

jelek jika dinyatakan jelek oleh tokoh tersebut. Saya menyebut fase

ini sebagai ‘fase remaja’ karena seorang remaja biasanya akan

mudah sekali terpengaruh dengan teman dan lingkungannya.

Orang-orang yang tahap perkembangan pemikirannya masih

berada pada fase pertama adalah orang yang materialis. Orang

materialis ini mengukur segala sesuatu dengan kebendaan saja.

Fase kedua adalah orang-orang yang Taqlid, yaitu orang yang

mengikuti sesuatu namun tidak mengetahui dasarnya. Orang-orang

seperti itu biasa disebut membebek/mengekor. Ia akan hengkang

dan mencampakkan sebuah gerakan atau tak memercayai suatu

pemikiran jika tokoh yang diikutinya tidak lagi sepaham terhadap

pemikiran yang terdapat berada dalam gerakan tersebut.

Ketika Perang Uhud, ada sekelompok kaum muslimin yang

segera meninggalkan medan pertempuran ketika mendengar berita

bahwa Rasulullah SAW wafat. Padahal berita tersebut hanyalah

berita bohong yang dihembuskan kaum musyrikin untuk

melemahkan barisan orang beriman. Dan apa yang mereka lakukan

itupun berhasil, karena ternyata ada juga pasukan kaum muslimin

yang terpengaruhi berita tersebut. Kejadian seperti ini muncul

Page 24: Sepotong hati untukmu mahasiswa

24 | I k h w a h L i d a h

karena pandangan sebagian kaum muslimin terhadap suatu ide

(keyakinan) -pada waktu itu- baru sampai fase kedua. Maka Al-

Qur’an pun menegur mereka dengan turunnya ayat 144 dari surat

Ali ‘Imron:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh

telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia

wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?

Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat

mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan

memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Fase ketiga adalah fase kedewasaan. Dalam fase ini,

seseorang menilai suatu ide didasarkan atas nilai-nilai yang

terdapat pada unsur-unsur ide itu sendiri. Ia tidak terpengaruh

dengan faktor lain yang menguatkan atau melemahkan ide tersebut.

Ia tidak lagi melihat materi dan pribadi di balik ide, pemikiran dan

gerakan tersebut. Ia tidak lagi melihat dari fenomena-fenomena

yang dimunculkan gerakan dan pemikiran, tapi ia melihat pada

hakikat kebenaran sebuah gerakan dan pemikiran.

Di hari-hari semakin banyaknya serangan pemikiran di

kehidupan ini, maka kedewasaan berpikir menjadi sebuah

keniscayaan yang harus dimiliki para pemuda. Dan hanya mereka

yang menyandarkan setiap pandangannya pada Al-Quran dan

Hadis-lah yang akan akan memiliki pandangan imani, yakni

Page 25: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 25

sebuah pandangan yang tidak lagi melihat hidup dari fenomena-

fenomena tapi pada hakikatnya. Seperti yang telah diwasiatkan

Syaikhut Tarbiyah, “Jangan lihat hidup dari fenomena-fenomena,

tapi lihatlah hidup dari hakikat..”

Sudahkah Anda dewasa..???

Inspirasi:

M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur’an

KH. Rahmat Abdullah, Warisan Sang Murabbi

Rhenald Kasali, Cracking Zone

Page 26: Sepotong hati untukmu mahasiswa

26 | I k h w a h L i d a h

Pemuda Berkarakter

“Seandainya filosof terbesar dunia diminta untuk meringkas solusi

problematika kemanusiaan dalam dua kata, niscaya dia tidak akan

mengatakan lebih dari dua kata ini: keteguhan akhlak”

(Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i)

Apa kabar teman-teman yang luar biasa? Semoga senantiasa

dalam naungan Islam dan selimut iman. Alhamdulillah puji syukur

saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah menyatukan dan

mempersaudaran kita semua dalam persaudaraan seiman ini.

Semoga kita senantiasa istiqomah dalam menjaga persaudaraan ini.

Aamiin.

Siapakah pemuda? Kita sering mendengar kata pemuda.

Pemuda selalu diidentikkan dengan kelompok manusia berusia 15

sampai 35 tahun. Apakah hanya sebatas itu saja yang dimaksud

dengan pemuda itu? Pemuda adalah harapan bangsa. Bangsa yang

maju bukan terletak pada orang-orang dewasa melainkan pada

pemudanya. Karena pemuda yang akan mewarisi estafet

Page 27: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 27

kepemimpinan suatu bangsa. Jika pemuda gagal dalam membentuk

dirinya dan tidak siap dalam membangun bangsa maka suatu

bangsa atau peradaban pasti akan hancur.

Pun demikian halnya dengan kondisi pemuda muslim saat ini.

Pemuda muslim harus bangkit dari keterpurukan dari tipu daya

dunia yang menjerumuskan pada kemaksiatan dan kebodohan.

Terletak pada kita lah masa depan agama dan bangsa ini. Untuk

menjadi pemuda harapan bangsa yang berahlak mulia

membutuhkan usaha untuk mewujudkannya. Pemuda adalah

mereka yang berjuang. Pemuda itu adalah KITA.

Jadilah pemuda yang berkarakter. Karakter dalam islam

didefinisakan sebagai akhlak. Mari kita lihat bagaimana Sang Suri

tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW berakhlak dalam

kehidupan sehari-hari beliau. Semenjak muda beliau sudah

menunjukkan sebagai pemuda yang berakhlak mulia yang

tercermin dalam sifat-sifatnya. Bahkan beliau telah digelari Al-

Amin sebelum diangkat menjadi nabi. Orang yang terpercaya.

Saat ini sedang gencar-gencarnya tentang pendidikan

karakter. Sebagai seorang muslim kita sebenarnya telah

mendapatkan ilmu tentang pendidikan karakter dari Nabi

Muhammad SAW. Hanya saja kadang kita sebagai umat islam

kurang menyadarinya. Lalu bagaimana menjadi mahasiswa

berkarakter?

Page 28: Sepotong hati untukmu mahasiswa

28 | I k h w a h L i d a h

Pertama, jadilah mahasiswa yang aktif dalam berbagai

kegiatan. Dengan aktif diberbagai kegiatan mahasiswa akan

memiliki wawasan dan pengalaman yang luas yang mungkin tidak

didapatkan di dalam meja perkuliahan. Pengalaman dan wawasan

itulah yang nantinya akan bermanfaat dikemudian hari. Dengan

aktif diberbagai kegiatan kita bisa membangun koneksi dan

jaringan atau kata lainnya kita bisa bersilaturahim dengan saudara-

saudara dan teman-teman yang lain.

Aktiflah di kegiatan yang benar-benar bermafaat. Dalam

mengikuti kegiatan kita harus mempunyai sikap yang profesional.

Jangan beralasan karena ikut kegiatan, kuliah jadi berantakan. Saya

sering menjumpai kasus demikian. Karena alasan banyak kegiatan,

kuliah jarang masuk dan IPK jeblok. Itu sangat tidak dibenarkan.

Kedua, pandai-pandailah mengatur waktu. Mengatur waktu

bukan hal yang mudah jika kita tidak berusaha untuk

melakukannya. Pernah dengar ungkapan ini? “Semua orang punya

waktu sama 24 jam dalam satu hari. Dalam satu hari ada orang

yang mampu memimpin sebuah negeri tapi ada juga yang dalam

satu hari tidak mampu mengatur dirinya sendiri”.

Bagaimana mengatur waktu yang baik? Pertama, buatlah

jadwal kegiatan kita. Dengan membuat jadwal kita akan mampu

menentukan prioritas-priorias kegiatan kita. Kedua, jangan

menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti

Page 29: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 29

cangkrukan atau bergadang tanpa manfaat. Bukankah Rasulullah

telah bersabda, “Termasuk dari bagusnya keislaman seseorang

adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat”

Ketiga, milikilah cita-cita dan tujuan yang tinggi. Manusia

yang tidak punya mimpi bagaikan berjalan tanpa arah dan tujuan.

Mimpi adalah kunci untuk menggerakan syaraf dan otot kita untuk

terus bergerak karena cita-cita itulah sebagai penggerak dan

penyemangat dalam perjuangan kita dalam menuju sukses.

Pernah mendengar ungkapan ini? “The dream is not what you

see in sleep but the thing which does not let you sleep (mimpi

bukanlah sesuatu yang kita lihat saat tidur melainkan sesuatu yang

membuat kita tidak bisa tidur).” Apa maknanya? Bahwa mimpi itu

adalah penyemangat saat kita malas dan jatuh. Malas bisa

diidentikan dengan tidur. Sibuk= sithik-sithik bubuk (Sedikit-sedikit

tidur). Termasuk kebiasaan yang kurang baik adalah tidur setelah

sholat Subuh. Kebiasaan yang harus dihindari.

Keempat, milikilah sifat pekerja keras, pantang menyerah dan

sabar. Pekerja keras artinya mau berusaha sekuat tenaga dalam

meraih cita-cita. Kita bisa asalkan kita mau berusaha. Pantang

menyerah mempunyai arti jika kita menemui kesulitan dan

hambatan dalam meraih mimpi itu, namun kita tidak lantas

menyerah begitu saja. Untuk itu, teruslah bergerak hingga kita

mampu meraihnya.

Page 30: Sepotong hati untukmu mahasiswa

30 | I k h w a h L i d a h

Saya analogikan begini, jika Allah menakdirkan kita meraih

mimpi kita pada saat kita berjalan sejauh 10 kilometer tetapi

ditengah perjalanan kita mendapat ujian dan kita menyerah, apakah

kita akan mendapatkan kesuksesan itu? Tentu tidak.

Mungkin kita sudah pernah mendengar cerita tentang seorang

pendaki yang ingin mendaki sebuah gunung. Ditengah perjalanan

ia bertemu dengan seorang kakek lalu ia bertanya kepada kakek itu

tentang jalan termudah menuju puncak gunung. Pada saat itu

terdapat tiga jalan menuju puncak gunung. Setelah ditunjukkan

jalan pemuda itu berjalan tetapi sampai ditengah pendakian ia

menjumpai jalan berbatu yang amat terjal dan ia pun kembali turun

dan bertanya kepada kakek tadi. Lalu kakek itu menunjukkan jalan

yang lain. Pemuda itu lalu menyusuri jalan itu. di tengah perjalan

ia menjumpai jalan semak belukar yang penuh duri yang tajam dan

ia pun memutuskan untuk kembali. Dan Ia kembali bertanya

kepada kakek tadi. Kakek itu menunjukkan jalan terakhir lalu

pemuda itu bergegas menyusuri jalan itu. ditengah pendakian ia

menjumpai jalan berpasir yang penuh badai. Lalu ia kembali turun

lagi untuk menjumpai kakek itu dan menceritakan apa yang telah ia

alami. Lalu kakek itu menjelaskan bahwa tidak ada jalan yang

mudah untuk mencapai puncak. Semua ada rintangannya dan sama

beratnya pula. Lalu ia bergegas menuju salah satu jalan menuju

puncak dengan penuh semangat dan mantap hingga akhirnya ia

Page 31: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 31

pun sampai dipuncak gunung. Itulah jalannya, jika kita benar-benar

ingin meraih mimpi-mimpi kita. semua membutuhkan tekad yang

kuat.

Kelima, bergaulah dengan orang-orang yang dekat dengan

Allah dan orang-orang yang mempunyai misi dan visi serta cita-

cita hidup yang sama dengan kita. Orang baik pasti akan memilih

berteman dengan orang yang baik pula dan demikian juga dengan

orang yang buruk akhlaknya juga akan memilih teman yang sama

dengannya. seseorang bisa dilihat bagaimana akhlaknya hanya dari

temannya karena teman adalah cermin dari diri kita.

Teman atau sahabat yang baik adalah mereka yang saling

mengingatkan dalam kebaikan. Dengan bergaul dengan orang yang

mempunyai cita-cita yang sama akan mempermudah kita dalam

meraih cita-cita itu karena kita bisa saling menyemangati, saling

berbagi ilmu dan pengalaman bahkan saling mendoakan satu sama

lain. Tapi bukan berarti orang-orang yang buruk akhlaknya tidak

kita sapa.akan tetapi jadikan mereka sebagai khasanah hidup kita

agar kita semakin tahu tentang mereka dan menjadi pribadi yang

mampu mewarnai. Bukan tidak mungkin orang yang buruk

akhlaknya bisa menjadi baik karena kita ajak menuju kebaikan.

Bertemanlah hanya sebatas pada hal-hal yang pantas saja dan

jangan sampai kita malah yang terseret ke dalam ‘dunia’ mereka.

Itu juga menjadi kunci suksesnya dakwah kita. Apabila kita hanya

Page 32: Sepotong hati untukmu mahasiswa

32 | I k h w a h L i d a h

berdakwah kepada teman-teman yang sudah bagus agamanya dan

akhlaknya saja, hal itu sangatlah mudah. Tapi bagaimana caranya

agar kita bisa memahami berbagai macam objek dakwah kita

sehingga kita bisa menentukan strategi untuk objek dakwah yang

beraga.

Keenam, berdoalah serta mintalah doa restu dari kedua orang

tua kita. Doa adalah senjatanya orang mukmin. Usaha tanpa doa

adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah sia-sia. Dan tinggallah

kita untuk mengamalkan rumus 3M yaitu Mulai dari diri sendiri,

Mulai dari hal-hal kecil dan Mulai dari sekarang juga. Semua cara

dan strategi yang tidak diamalkan ibarat sabit yang tajam tapi tidak

digunakan untuk memotong rumput hingga sabit itupun menjadi

berkarat dan tumpul. Dan akhirnya rumput-rumput itu menutupi

tanah tempat bercocok tanam. Semua terjadi atas kehendak Allah.

Maka mintalah kepada Allah dengan cara berdoa yang sungguh-

sungguh dan bertawakal atas segala kehendak-Nya. Tawakal yang

sempurna ialah apabila kita sudah berusaha dan berdoa.

Wallahua’lam.

Page 33: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 33

BAB II

Saatnya Untuk Berdakwah

Kamu adalah umat yang terbaik

yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf,

dan mencegah dari yang munkar,

dan beriman kepada Allah.

(Qs. Ali-‘Imran [3]: 110)

Page 34: Sepotong hati untukmu mahasiswa

34 | I k h w a h L i d a h

Page 35: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 35

Mengukir Cerita Dakwah

“Jangan sampai kita meninggal tanpa menghasilkan jejak-jejak

sejarah dalam hidup kita....” (BS. Wibowo)

Dakwah merupakan sebuah fenomena peradaban yang benar-

benar tidak ternilai harganya. Sebagaimana yang telah diteladankan

oleh Rasulullah SAW, dakwah adalah sebuah perkara besar yang

tidak bisa dianggap enteng sehingga bisa dilakukan sambil lalu.

Jauh dari itu semua, dakwah adalah tantangan bagi semua manusia

yang sadar akan kerinduan mendalam terwujudnya sebuah

kehidupan madani dan indahnya kampung akhirat.

Berapa nyawa yang telah ditakdirkan tercerabut dari raganya,

yang malu untuk sekedar merasakan malas, karena kesungguhan

cita-cita besar yang bersenyawa dalam keseharian untuk terus

menjadi pejuang-pejuang Allah. Bahkan jauh dari itu semua,

ghirah yang kemudian mendapatkan apresiasi terbaik itu,

menjadikan manusia yang memilikinya mampu tegar bertahan bak

Page 36: Sepotong hati untukmu mahasiswa

36 | I k h w a h L i d a h

karang di lautan. Ghirah inilah yang kemudian bertransformasi

menjadi sebuah energi ketaatan yang tiada ternilai harganya.

Jama’ah dakwah ini hanyalah sebuah keluarga sekaligus

organisasi kecil yang dibangun dengan berbagai perencanaan.

Hingga Allah akhirnya mempercayakan bagi sekelompok manusia

untuk berjalan bersama jama’ah tersebut. Menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari kesehariannya, menjadi sibuk karenanya, menjadi

lelah karenanya. Semua ini adalah episode yang Allah rencanakan

sebelumnya.

Jama’ah dakwah ini hanyalah sebagian kecil dari sekian

banyak manusia yang beriltizam untuk beramal jama’i, menyeru

sebagian manusia pada kebaikan dan mengingkari thaghut. Bukan

sebuah hal baru. Bukan juga sebuah hal yang patut disombongkan.

Hanya sebuah transformasi dari sebagian kecil mahasiswa muslim

untuk terus berkiprah menjaga sebuah “awal” agar terus mampu

mencetak pejuang-pejuang baru.

Mereka hanyalah sekumpulan manusia, bukan malaikat yang

selalu benar dan patuh. Terkadang rasa capek, lelah dan jumud

(bosan) itu begitu menyiksa. Kembali mempertanyakan di relung

hati yang paling dalam dimana letak komitmen yang pernah

dibangun. Terkadang air mata yang keluar tidak mampu menghibur

rasa malu akan lemahnya diri memikul amanah dakwah ini.

Page 37: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 37

Terkadang rasa jenuh justru membuat akal menjadi buntu dan

begitu terlarut, sedangkan waktu terus berjalan.

Ibarat sebuah kolam ikan. Ikan didalamnya tidak hanya

berenang dan makan lumut-lumut yang ada di dindingnya. Namun

sekumpulan ikan ini juga ada kalanya saling beradu, saling

berebut, saling bertarung dan kadang kala ada yang terluka.

Mereka saling meneriaki begitu kerasnya hingga salah satu ikan

merasa bosan dan akhirnya pergi. Adapula ikan yang merasa

canggung ketika bertemu temannya yang lain. Merasa sendirian

dan merasa tidak pernah berguna berada di kolam itu.

”Lalu apa yang bisa saya lakukan disini?” tanya seekor ikan.

Nampaknya pemimpin ikan yang ditanya juga tidak memiliki

bahasa yang tepat sehingga membuat sang ikan itu merasa nyaman.

Adapula ikan yang merasa ditinggal oleh kawan-kawannya, begitu

sering ia menyendiri hingga akhirnya merasa terasing. Hal ini terus

saja berjalan. Ada sebagian ikan yang menyadari hal ini. Namun

apa daya, doa yang ia panjatkan kepada Allah ternyata belum

diijabah. Hingga akhirnya ikan yang merasa terasing itu justru

menikmati keterasingannya. Entah kemana……

Namun mereka juga bukan kelompok yang lemah yang

kemudian hanya bisa terdiam, terpaku tak berdaya. Paling tidak

mereka pernah merasakan kebanggan bermanfaat bagi orang lain.

Paling tidak mereka pernah merasakan bahagia karena mampu

Page 38: Sepotong hati untukmu mahasiswa

38 | I k h w a h L i d a h

berkorban lebih untuk saudaranya. Sungguh, sinar harapan itu

terasa hangat dan suatu hari menampakkan cahanya terbaiknya.

Hingga segala yang hijab (Penghalang) yang menutupnya dari

kemenangan itu akan terhapus sirna.

Sungguh, bergabung bersama tentara Allah dalam

menegakkan syari’at-Nya adalah sebuah kebanggaan. Merasakan

manisnya pengorbanan dalam tiap-tiap episode cinta adalah bagian

yang tidak mampu tergantikan oleh apapun. Setiap zaman memiliki

sejarahnya masing-masing dan tiap sejarah memilih tokohnya.

Maka, setiap pengorbanan akan berbalas kebaikan yang tidak

ternilai harganya di kampung akhirat kelak.

Selamat berjuang kawan! Dimanapun kita berada, semoga

kelak Alloh mempertemukan kita dalam kondisi yang jauh lebih

baik di Jannah-Nya nanti dan bersama meneguk sejuk dan

nikmatnya kebenaran janji Allah. Allahu Akbar…!!!

Page 39: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 39

Kita dan Anak Kecil Itu

“Seandainya seseorang tidak boleh memerintahkan kebaikan dan

mencegah kemungkaran sehingga ia menjadi orang yang bersih

dari semua dosa, maka tidak ada seorang pun yang

memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.”

(Sa’id bin Zubair)

Anak kecil itu membaca surat An-Nashr. Begitu merdu ia

membaca. Apalagi logat kekanak-kanakannya semakin membuat

semua orang yang melihatnya menjadi gemas. Idha jaa’a

nashrullahi wal fath, begitu ia membaca. Al-Hajjaj bin Yusuf dan

orang-orang yang melihatnya pun semakin kagum. Tapi mereka

mendadak ricuh ketika anak kecil itu membaca ayat berikutnya, wa

ra’aita an-naasa yahrujuuna fii diinillahi afwaaja. Ia mengganti

kata yadhuluuna (mereka semua masuk) menjadi yakhrujuuna

(mereka semua keluar). Sehingga ayat kedua dari surat Al-Ashr itu

pun artinya berubah menjadi: Dan kamu melihat manusia

berbondong-bondong keluar dari agama Allah.

Page 40: Sepotong hati untukmu mahasiswa

40 | I k h w a h L i d a h

“Hai anak kecil, bacaanmu keliru. Yang benar adalah, wa

ra’aita an-naasa yadhuluuna fii diinillahi afwaaja,” Begitu Al-

Hajjaj bin Yusuf, seorang panglima yang kejam dan dzolim pada

masanya itu, mencoba membenarkan bacaan anak kecil itu.

Tapi anak kecil itu dengan tegas dan keras mengatakan,

“Tidak! Bacaanku benar, dan engkau lah yang salah. Memang,

dahulu mereka berbondong-bondong masuk islam, tapi kini mereka

semua berbondong-bondong keluar dari agama islam, sebab

kedzolimanmu.”

Ketika membaca kisah tersebut di cover belakang buku Da’i-

da’i Cilik yang ditulis Syekh Nashir Asy-Syafi’i (Judul asli Al-

Athfaal lakin du’at), saya pun tidak bisa menahan diri untuk tidak

membeli buku tersebut. Ternyata, yang kita lakukan selama ini

belumlah seberapa. Terlalu naif jika membandingkan apa yang kita

lakukan dengan yang dilakukan anak itu. Di usia kita yang entah

berapa, dakwah yang kita lakukan ternyata masih jauh jika

dibanding dengan anak kecil itu. Paling tidak ada beberapa hal

yang menjadikan anak kecil itu lebih unggul dari kita.

Pertama, usia. Di usia yang begitu belia, anak itu telah mulai

berdakwah. Coba bandingkan dengan kita, umur berapakah kita

mulai berdakwah? Umumnya kita mengenal aktivitas dakwah itu

saat memasuki perguruan tinggi. Memang, dalam buku tersebut

penulisnya tidak menyebut usia anak kecil itu. Tapi dalam

Page 41: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 41

Psikologi perkembangan, seseorang itu masih disebut anak-anak

jika usia belum lebih dari 12 tahun.

Kedua, objek atau sasaran dawah. Jika kita melihat di

kalangan aktivis dakwah kampus (ADK) sekarang, umumnya

objek dakwahnya adalah mahasiswa lain yang kesadaran

keislamannya masih kurang. Yang lebih maju mungkin mulai

mengepakkan sayapnya ke kalangan dosen atau masyarakat sekitar

bahkan ada yang sampai lingkup negara. Ke pemimpin? Mungkin

pernah, tapi itu pun kebanyakan melalui demontrasi. Coba kita

bandingkan dengan anak kecil itu. Di usia yang begitu belia, ia

berani melakukan dakwah ke pemimpin yang dzalim lagi kejam.

Ketiga, bekal dakwah. Di usia yang begitu belia, anak itu

telah hafal al-Qur’an. Coba bandingkan dengan kita, berapa ayat

yang telah kita hafalakan. Bahkan hafalan penulis sendiri juga

masih sangat sedikit. Mungkin diantara kita ada yang hafal, tapi

ketika hafal usia kita mungkin tidak sebelia anak tersebut. Sekali

lagi kita kalah dengan anak kecil tersebut.

Kisah di atas hanyalah cermin bagi kita. Agar kita tergugah

untuk mulai berdakwah. Atau kalau sudah mulai meniti jalan

dakwah agar lebih semangat dalam berdakwah. Jangan sampai

karena kisah tersebut kita justru membuat kita lemah dalam

berdakwah. Lemah karena merasa tidak pantas untuk berdakwah.

Percayalah bahwa kita pun harus berdakwah, karena:

Page 42: Sepotong hati untukmu mahasiswa

42 | I k h w a h L i d a h

Pertama, Maa laa yudroku kulluhu fa laa yutroku kulluhu,

begitu kata kaidah ushul fiqih yang ke-33 dalam buku Mabaadi

Awwaliyah yang ditulis Abdul Hamid Hakim. Artinya: “Sesuatu

yang tidak bisa kita lakukan semuanya maka jangan ditinggal

semuanya.” Misal, ada seseorang yang jumlah tanggungannya itu

lima orang. Ketika waktu pembayaran zakat fitrah ia pun harus

membayar untuk lima orang. Tapi ternyata ia hanya sanggup

membayar untuk tiga orang saja. Maka yang tiga itu harus ia

bayarkan. Tidak bisa ia meninggalkan semuanya atau tidak

membayar zakat sama sekali hanya gara-gara kurang dua orang

saja.

Begitu pun kita dalam berdakwah. Ketika kita baru sadar

untuk berdakwah di usia senja, maka itupun tidak jadi soal. Jangan

sampai karena berdalih “sudah terlalu tua” atau “sudah terlanjur

tidak berdakwah,” kemudian kita tidak berdakwah sepanjang hidup

kita. Tidak ada kata terlambat dalam berdakwah. Justru kita harus

super semangat untuk mengejar ketertinggalan kita dalam

menapaki jalan dakwah.

Kedua, Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa, begitu kata

Allah sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Baqarah. Yang

artinya “Allah tidak membebani seseorang melebihi

kesanggupannya.” Kalau kita hanya sanggup berdakwah kepada

teman-teman kita sendiri, maka mari kita lakukan hal itu dengan

Page 43: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 43

sungguh-sungguh. Tapi jangan sampai kita tidak meningkatkan

kualitas diri dan dakwah kita karena berdalih dengan ayat tersebut.

Sesuai kesanggupan kita adalah batas maksimum dari kemampuan

kita, yaitu sesuai dengan usaha maksimum yang telah kita lakukan.

Jika kita belum berusaha maksimal, maka jangan sekali-kali

berdalih dengan ayat tersebut.

Ketiga, Ballighuu ‘anni wa lau aayatan. Sampaikanlah dariku

walaupun satu ayat, begitu pesan Rasulullah. So, biar pun ilmu kita

tidak seberapa, sampaikanlah! Kalau kita menunggu pintar baru

berdakwah, emang kapan kita pintar? Imam Ghozali bahkan

mengatakan, “Siapa yang mengatakan dirinya telah mengetahui,

sebenarnya dia termasuk orang yang bodoh.” Segera berdakwah,

InsyaAllah ilmu yang kita miliki pun akan ditambah oleh Allah.

Ada satu hal yang cukup sering digunakan orang untuk tidak

melakukan dakwah. Yaitu merasa masih banyak kekurangan,

banyak melakukan kesalahan dan dosa, serta sering melalaikan

kewajiban agama. Padahal, sebagai manusia yang tidak ma’shum,

kita semua pasti pernah melakukan kesalahan dan banyak

berkurang. Keengganan itu sering kali diperkuat dengan firman

Allah yang belum dipahaminya secara benar:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,

sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal

Page 44: Sepotong hati untukmu mahasiswa

44 | I k h w a h L i d a h

kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”

(Al-Baqarah [2]: 44)

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar

kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang

tidak kamu kerjakan”. (Ash-Shaff [61]: 2-3)

Suatu ketika seorang berkata kepada Al-Hasan,

“Sesungguhnya Fulan tidak mau memberi nasihat seraya berdalih,

“Aku takut mengatakan sesuatu yang tidak aku laksanakan.”

Al-Hasan menjawab, “Siapakah di antara kita yang yang

mampu melaksanakan apa-apa yang ia katakan? Setan ingin

menguasai orang ini, sehingga tidak ada seorang pun yang akan

memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.”

Al-Hasan benar. Jika kita menunggu baik untuk memulai

berdakwah, mungkin di dunia ini tidak ada orang yang berdakwah.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda, “Perintahkanlah yang

ma’ruf meskipun kamu belum mengamalkannya, dan cegahlah

kemungkaran meskipun kamu belum meninggalkan

seluruhnya.” (Dihasankan Imam As-Suyuthi dalam Al-Jami’ush

Shaghir [8177] diriwayatkan dari banyak jalur diantaranya riwayat

Ibnu Abi Dunya dari Abu Hurairah dan riwayat Thabrani dari

Anas. Masing-masing memiliki kelemahan, namun riwayat itu naik

Page 45: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 45

ke peringkat hasan lighoirihi sebab saling menguatkan. Arba’in

Da’awiyah no: 13)

Memerintah pada kebaikan dan mencegah kemungkaran

adalah suatu kewajiban seorang muslim. Begitu pun dengan

mengerjakannya. Sebagaimana koidah ushul fiqih di atas, maka

kita tidak bisa meninggalkan salah satunya, dengan beralasan

belum bisa melakukan keduanya. Lebih baik kita melakukan salah

satunya dari pada tidak melakukan kedua-duanya.

Akhirnya, bagaimanapun kondisi kita, jika kita senantiasa

memerintah pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, serta

memberikan nasihat pada orang lain, maka kita akan lebih

berpeluang untuk menjadi lebih baik. Sebab, sebagaimana

Kulwit@salimafillah, “Menjadi da’i adalah memperbaiki diri; agar

lebih mudah dinasihati; sebab telinga sendiri lebih dekat dari pada

milik sesama.”

“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (orang-

orang yang sempurna ilmu dan ketakwaannya kepada Allah),

karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu

tetap mempelajarinya” (Ali ‘Imraan [3]: 79)

Page 46: Sepotong hati untukmu mahasiswa

46 | I k h w a h L i d a h

Siapakah Hudzaifah-Hudzaifah Baru Itu?

“Diperlukan suatu hentakan yakin yang akan melahirkan

keberanian, keteguhan, dan kesabaran, bertolak dari jaminan yang

tak pernah lapuk.”

(KH. Rahmat Abdullah)

Dalam buku Rijaal Khaular Rasuul, Khalid Muhammad

Khalid menceritakan sepenggal kisah Saat perang Khandaq:

Ketika itu malam gelap gulita dan menakutkan, sementara

angin topan dan badai meraung dan menderu-deru, seolah-olah

hendak mencabut dan menggulingkan gunung-gunung sahara yang

berdiri tegak di tempatnya. Dan suasana di kala itu mencekam

hingga menimbulkan kebimbangan dan kegelisahan, mengundang

kekecewaan dan kecemasan, sementara kelaparan telah mencapai

saat-saat yang gawat di kalangan para sahabat Rasulullah SAW.

Maka siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan, apa pun

kekuatan itu, yang berani berjalan ke tengah-tengah perkemahan

musuh di tengah-tengah bahaya besar yang sedang mengancam,

Page 47: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 47

menghantui dan memburunya, untuk secara diam-diam menyelinap

ke dalam, yakni untuk menyelidiki dan mengetahui keadaan

mereka?

Rasulullah menawarkan tugas ini kepada para sahabat dan

menanyakannya hingga tiga kali tapi tidak ada satupun dari barisan

para sahabat yang berani berdiri. Mereka ketakutan. Maka

Rasulullah SAW memilih di antara para sahabatnya, orang yang

akan melaksanakan tugas yang amat sulit ini! Dan tahukah anda,

siapa kiranya pahlawan yang dipilihnya itu...?

Itulah dia Hudzaifah ibnu Yaman Radhiyallahu 'Anhu.

Ia dipanggil oleh Rasulullah SAW untuk melakukan tugas,

dan dengan patuh dipenuhinya. Dan sebagai bukti kejujurannya,

ketika ia mengisahkan peristiwa tersebut dinyatakannya bahwa ia

mau tak mau harus menerimanya. Hal itu menjadi petunjuk, bahwa

sebenarnya ia takut menghadapi tugas yang dipikulkan atas

pundaknya serta khawatir akan akibatnya. Apalagi bila diingat

bahwa ia harus melakukannya dalam keadaan lapar dan timpaan

hujan es, serta keadaan jasmaniah yang amat lemah, sebagai akibat

pengepungan orang-orang musyrik selama satu bulan bahkan lebih.

Sebagai seorang yang beriman, mujahid Allah, ia menerima

tugas tersebut tak peduli betapapun takut dan lemahnya diri. Dan

sungguh, peristiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu, amat

Page 48: Sepotong hati untukmu mahasiswa

48 | I k h w a h L i d a h

menakjubkan sekali. Ia telah menempuh jarak yang terbentang di

antara kedua perkemahan dan berhasil menembus kepungan, lalu

secara diam-diam menyelinap ke perkemahan musuh. Ketika itu

angin kencang telah memadamkan alat-alat penerangan pihak

lawan hingga mereka berada dalam gelap gulita, sementara

Hudzaifah telah mengambil tempat di tengah-tengah prajurit

musuh tersebut.

Abu Sufyan, panglima besar Quraisy, takut kalau-kalau

kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata Kaum

Muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka. Maka ia pun

berdirilah untuk memperingatkan anak buahnya. Seruan yang

diucapkan dengan keras kedengaran oleh Hudzaifah Radhiyallahu

'Anhu, bunyinya sebagai berikut: "Hai segenap golongan Quraisy,

hendaklah masing-masing kalian memperhatikan kawan duduknya

dan memegang tangan serta mengetahui siapa namanya!"

Kata Hudzaifah Radhiyallahu 'Anhu: "Maka segeralah saya

menjabat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, kataku

kepadanya: "Siapa kamu ini ...?" Ujarnya: "Si Anu anak si Anu ..."

Demikianlah Hudzaifah, mengamankan kehadirannya di

kalangan tentara musuh itu hingga selamat.

Abu Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya,

katanya: "Hai orang-orang Quraisy, kekuatan kalian sudah tidak

Page 49: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 49

utuh lagi. Kuda-kuda kita telah binasa. Demikian juga halnya unta.

Bani Quraidhah telah pula mengkhianati kita hingga kita

mengalami akibat yang tidak kita inginkan. Dan sebagaimana

kalian saksikan sendiri, kita telah mengalami bencana angin badai,

periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam dan kemah-

kemah berantakan Maka berangkatlah kalian, dan aku pun akan

berangkat." Lalu ia naik ke punggung untanya dan mulai

berangkat, diikuti dari belakang oleh tentaranya.

"Kalau tidaklah pesan Rasulullah kepada saya agar saya tidak

mengambil sesuatu tindakan sebelum menemuinya lebih dulu,

tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah," begitu

kata Hudzaifah.

Hudzaifah kemudian kembali kepada Rasulullah SAW dan

menceritakan keadaan musuh, serta menyampaikan berita gembira

itu.

Siapakah yang akan menjadi Hudzaifah-hudzaifah dakwah

kampus yang baru? Atau kalian hanya akan memilih menjadi

pengecut dan kalah oleh rasa takut kalian?

Objek dakwah kampus yang kita hadapi saat ini, kebanyakan

hanyalah teman-teman seakidah yang kesadaran akan

keislamannya masih kurang. Yang mungkin tantangannya tidaklah

seberapa. Sementara tantangan yang dihadapi oleh Hudzaifah pada

Page 50: Sepotong hati untukmu mahasiswa

50 | I k h w a h L i d a h

saat itu adalah angin kencang yang bunyinya bagai guntur, hawa

dingin yang menusuk tulang, dan malam gelap yang membutakan

hingga untuk melihat telapak tangan saja tidak bisa. Berada di

tengah kepungan dua kaum dari atas dan dari bawah.

Siapakah yang akan menjadi Hudzaifah-hudzaifah dakwah

kampus yang baru? Siapakah yang menjadi mukmin mujahid yang

baru, yang berani menerima tugas berat dakwah ini? Atau kalian

hanya akan memilih aman, memilih menjadi pengecut dan kalah

dimakan habis oleh rasa takut kalian?

Jangan

Jangan menoleh ke kanan pun ke kiri

Jangan melihat orang lain

Lihatlah pada dirimu sendiri

Antumlah hudzaifah baru itu

Dakwah telah menunjuk Antum sebagaimana Rasulullah

menunjuk hudzaifah pada waktu itu

Tidak ada kata tidak bagi seorang mujahid

Walau lemah

Walau takut

Tetap tidak ada kata tidak

Page 51: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 51

Antumlah hudzaifah baru itu

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamdu

Page 52: Sepotong hati untukmu mahasiswa

52 | I k h w a h L i d a h

Page 53: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 53

BAB III

Menikmati Dakwah Kampus

“Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual-

intelektual muda yang profesional dalam bidang yang

digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan yang

tinggi terhadap Islam. Merekalah pembaharu-pembaharu

yang dapat melakukan perubahan-perubahan kondisi

masyarakat menuju kehidupan islami hingga akhirnya

terwujudlah cita-cita kebangkitan Islam.”

(Risalah Manajemen Dakwah Kampus, 12)

Page 54: Sepotong hati untukmu mahasiswa

54 | I k h w a h L i d a h

Page 55: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 55

Menikmati Dakwah di Kampus

“Kita semua pasti menang dan tidak akan ada yang bisa

mengalahkan kita walaupun jumlah kita sedikit, kurangnya sarana

dan alat-alat pendukung atau karena banyaknya musuh kalian

karena mereka tidak dapat membahayakan kecuali apa yang telah

ditentukan oleh Alloh kepada kalian. Tetapi ada sebab yang dapat

menghancurkan kalian dan menyebabkan kalian kehilangan

segala-galanya yaitu jika hati kalian telah rusak, Allah tidak

memperbaiki amal kalian, suara kalian terpecah dan saling

bertentangan pendapat.”

(Hasan Al-Banna)

Menikmati dakwah bagaikan menikmati secangkir susu coklat

panas di tengah gerimis hujan yang menggigilkan tubuh. Dalam

menikmatinyapun kita juga memiliki pilihan. Apakah kita

menikmatinya dengan seni ataukah hanya sekadar menikmatinya

dengan dorongan nafsu, atau bahkan menikmatinya sambil lalu

saja?

Page 56: Sepotong hati untukmu mahasiswa

56 | I k h w a h L i d a h

Ketika kita menikmatinya dengan semangat menggebu akibat

dorongan nafsu maka kenikmatan segelas susu coklat hangat

tersebut tidak akan terasa, hanya mampu mencium aroma yang

terasa nikmat setelah itu susu tersebut hanya akan membakar lidah

kita dan habislah kenikmatan tersebut sebelum kita mampu

meneguknya. Namun jika kita memilih seni dalam menikmatinya,

dengan kita syukuri, memenuhi adab minum lantas meneguknya

perlahan hingga tandas, pastilah kenikmatan tercicipi dan

kehangatannya mampu mengahangatkan tubuh kita.

Sama halnya dengan dakwah. Kuncinya SABAR dan

IKHLAS! Sayangnya sedikit kader yang mau belajar seni dakwah.

Banyak kader militan yang Allah hadirkan di tengah-tengah.

Semangat mereka di awal begitu luar biasa, penuh inovasi, berani

mengambil resiko, menginginkan suatu perubahan yang cepat.

Namun sayangnya semangat tersebut tidak dibarengi dengan

kematangan berfikir, kematangan emosi, ketsiqohan hati dan bekal

ruhiyah yang cukup. Akibatnya mereka banyak yang dilanda virus

futur. Dalam bahasa Ustadz Fathi Yakan, mereka adalah kader

“Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah”.

Belum sampai melihat hasil kerjanya, mereka telah pergi dari

medan Afghan ini. Maka aku katakan, hanya orang-orang tangguh

saja yang mampu bertahan di medan ini. Sampai saat ini aku juga

belum tahu kenapa belum banyak mahasiswa yang bersedia

Page 57: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 57

menginfakkan dirinya untuk menghadonahi dakwah kampus.

Namun keyakinanku satu, mungkin Allah Sang Sutradara terbaik

telah menyiapkan skenario terindah untuk dakwah di kampus kita.

Bagiku, kampus ini bagai sebuah kanvas putih yang masih

bersih belum ternoda tinta hingga menarik setiap diri yang

memiliki semangat juang tinggi untuk menggoreskan warna

diatasnya. Mewarnainya dengan goresan warna terindah agar ia

menjadi bermakna. Banyak mimpi yang terangkaikan untuk

dakwah di kampus tercinta. Terkadang dalam perjalan meniti

mimpi-mimpi indah yang tergantung di medan Afghan ini, ia

bagaikan menjauh namun tiba-tiba Alloh menakdirkannya

mendekat atau bahkan mengizinkannya menjelama nyata satu per

satu.

Memang misteri dakwah kampus ini tidak akan pernah dapat

terungkap. Namun kami mampu merasakannya, karena kami masih

bertahan disini bersamanya, bersama dalam keseharian kami,

tertawa karenanya, menangis karenanya, semua aktivitas kami

bersenyawa dengannya. Maka hidup inipun makin semarak dengan

rentetan cerita perjuangan yang berpeluh, ukhuwah yang menawan,

dan sederet realita yang tersaji apik.

Keyakinan akan kemenangan dakwah kampus semakin

mengokohkan semangat juang kami meski kami tak tahu kapan

waktu itu akan datang. Mungkin kami tak akan mengecap indahnya

Page 58: Sepotong hati untukmu mahasiswa

58 | I k h w a h L i d a h

kemenangan tersebut, namun biarlah kami menjadi batu bata

terbaik pada zaman kami. Karena setiap zaman memiliki tokohnya

masing-masing. Tokoh yang menjadikan zaman itu tercatat dengan

tinta emas sejarah peradaban.

Dan kami pun yakin Allah akan menakdirkan satu persatu doa

kami terijabah.

Kelak dakwah kampus ini berdiri dengan gagahnya

menggenggam erat panji Islam hingga menjadi salah satu madrasah

peradaban yang akan mencerahkan negeri ini. Saat itu kami akan

tersenyum melihat indahnya Islam merasuk relung qalbu setiap

mahasiswa, dosen dan karyawan yang menjadikan setiap kata yang

terucap dari lisan penuh barokah, setiap laku dalam sikap penuh

cahaya dan kehangatan ukhuwah makin rekat terasa.

Ya Allah, kami sangat rindu masa-masa itu, mimipi-mimpi

dan pengharapan yang kami gantungkan pada perjuangan para

generasi penerus dakwah di kampus ini.

Hingga masa itu tiba, pada akhirnya kami hanya mampu

bersyukur dan terus berharap. Beginilah cara Allah mengajari kami

untuk semakin dewasa memaknai hidup. Beginilah jalan dakwah

mentarbiyah kami menjadi tangguh. Dan beginilah ukhuwah

mengajari kami makna cinta hakiki…

Page 59: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 59

Hingga kelak Allah mengizinkan kita bercengkrama di telaga

Salsabila dan membuat para sahabat iri karena cerita cinta, dakwah

dan ukhuwah kita berlandas aqidah….

Selamat menikmati tiap episode cinta yang tersaji…

Page 60: Sepotong hati untukmu mahasiswa

60 | I k h w a h L i d a h

Say Yes to Dakwah

Allah pasti ‘kan bersamamu

Bila kau selalu bersama-Nya

Allah pasti ‘kan menolongmu

Bila kau menolong agama-Nya

(Izzatul Islam, Allah Bersamamu)

Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu dan

proses mencari jati diri masing-masing. Mahasiswa sangat

berperan penting dalam kelanjutan estafet kepemimpinan. Peran

mahasiswa disebut sebagai agent of change atau agen perubahan

yang mengarah pada kebaikan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa

harus memiliki peran yang besar untuk menjadikan kampus hijau

yang Islami.

Da’wah kampus merupakan da’wah yang memfokuskan

dirinya untuk bergerak dalam sebuah miniatur masyarakat kecil

yang bernama masyarakat kampus. Di dalam bangunan dakwah

Page 61: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 61

kampus, dibutuhkan serpihan-serpihan material berupa aktivis

dakwah kampus (ADK). ADK memiliki peran yang sangat penting

dalam medan dakwah kampus internal dan eksternal sehingga

mampu mentransformasi masyarakat kampus menjadi masyarakat

islami.

ADK sangat dibutuhkan dalam sumbangsihnya baik di

organisasi ekstra kampus maupun intra kampus. Memang untuk

menjadi ADK tidak harus bersekolah formal, tapi ADK itu

terbentuk ketika seseorang tersebut dapat terbina dengan baik,

memiliki akhlaqul karimah, dan senantiasa menjalankan perintah-

Nya dan menjauhi Larangan-Nya. Semangat gerak dakwah sangat

diperlakukan bagi generasi yang cinta akan dunia islam dan mau

untuk berjuang bersama dalam menghimpun satu tujuan: Allah.

Inilah yang harus dimiliki oleh ADK agar apa yang dilakukan

benar-benar Rahmatan Lil ‘Alamiin.

Pada mulanya mendengar kata Dakwah Kampus begitu berat

rasanya mengemban dan memikul, apalagi kita sebagai aktivis

dakwah yang memperoleh amanah tersebut, pastilah mindset awal

berat, berat, dan berat. Ketika pikiran dan rasa itu muncul maka

pertama yang perlu kita ingat adalah apa yang akan kita lakukan

semata-mata berniat karena Allah, karena yakinlah jika kita

menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Hal ini

sudah banyak terbukti, begitupun bagi kalian yang pernah

Page 62: Sepotong hati untukmu mahasiswa

62 | I k h w a h L i d a h

merasakan hal itu. Ketika kita ada deadline tugas kuliah, amanah

yang belum kelar apalagi keuangan yang menipis. Kita tidak akan

luput dari penglihatan-Nya ketika seorang hamba membutuhkan

pertolongan-Nya.

Dalam kondisi itulah, Allah benar-benar menunjukkan kasih

sayang kepada hamba-Nya, sehingga dimudahkan apa yang dirasa

sulit menjadi lebih mudah. Pertolongan-pertolongan itulah yang

menjadikan kita menikmati apa itu dakwah kampus. Yakinlah,

bahwa Allah bersama kita di setiap langkah, setiap detik dan Allah

itu lebih dekat daripada urat nadi kita. Dalam hal ini, kita lebih

sering untuk bersyukur terhadap apa yang telah Allah berikan.

Jika kita lebih banyak bersyukur maka banyak pula apa yang

kita peroleh tanpa disangka-sangka. Maka ikhlaskanlah apa yang

sudah kita terima dari Allah. Ketika kita sudah berusaha dengan

maksimal dan tanggung jawab, maka mintalah pertolongan pada

Allah dalam munajat kita. Sebab, doa lah yang membantu

kelancaran dalam dakwah yang kita lakukan.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami

lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau

bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup

kami memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan

Page 63: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 63

rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami

terhadap kaum yang kafir." (Al-Baqarah [2]: 286)

Betapa pentingnya gerak dakwah kampus ini berkembang dan

terus berkembang. Jangan sampai dakwah Alloh ini terputus,

terhenti dan mati suri. Lanjutkan perjuangan dakwah ini. Kalian

adalah penerus dakwah dan kalian adalah orang-orang pilihan

Allah yang terbaik untuk berjuang bersama-sama menegakkan

Agama Allah dalam dakwah ini.

Semangat wahai saudara-saudariku! Satukan niat, luruskan

tujuan, rapatkan barisan karena Allah, oleh Allah dan untuk Allah

hingga menjadi Rahmatan Lil ’Alamiin

Jalan yang lurus

Jalan yang berliku-liku

Jalan yang terjal

Itulah kehidupan yang dilalui

Skenario Alloh sangat indah

Alloh punya rahasia terindah untuk kehidupan kita

Berusaha terus

Istiqomah di jalanNya

Ibadah wajib dan sunah terlaksana

Page 64: Sepotong hati untukmu mahasiswa

64 | I k h w a h L i d a h

Berikan amal terbaik kita

Sampai batas umur yang Alloh tentukan

Innalloha ma’anaa

Page 65: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 65

Terkadang Semua Itu Butuh Paksaan

“Nak, tahukah engkau, segala udhur telah dihapus dengan firman

Allah,

‘Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa

berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.

Yang demikian itu adalah yang lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.’ (Q.S At-Taubah: 41)”

(Abu Ayyub Al-Anshori)

Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sempurna.

Manusia dikaruniai akal, pikiran, naluri, perasaan, syahwat, dan

fasilitas yang patut disyukuri dan dikelola dengan baik. Semua

yang telah Allah karuniakan itu, jika tidak disyukuri dengan baik,

maka tidak akan berarti apa-apa. Dan jika kita bisa mensyukurinya,

maka itu lah yang akan menentukan derajat kita di sisi-Nya.

Sering kali kita melihat orang lain itu lebih baik dari kita.

Sehingga kita kurang bisa mensyukuri nikmat yang ada, karena

merasa masih kurang, kurang, dan kurang. Atau memang kita

Page 66: Sepotong hati untukmu mahasiswa

66 | I k h w a h L i d a h

sendirilah yang suka melihat orang di ‘atas’ kita. Maka Rasulullah

pun berpesan, “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari

kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang lebih tinggi dari

kalian, sesungguhnya hal itu lebih baik agar kalian tidak

meremehkan nikmat Allah.” (Hr. Ibnu Majah & Ahmad)

“Rumput tetangga lebih indah dan hijau dari rumput kita

sendiri,” begitu kata pepatah bahasa Indonesia yang saya pelajari.

Nah, bagaimana jika kita tak mampu mempunyai atau memperoleh

rumput seperti yang kita inginkan? Tenang aja sobat. Dunia belum

kiamat. Waktu akan bergulir dan mengalir dengan cepat. Jadi gak

perlu karena disebabkan perkara yang remeh seperti itu kita

gantung diri dan minum obat anti nyamuk rasa strawberry, hehe…

Astagfirullah.

Ada sebuah nasihat yang mungkin dapat menjadi penyejuk

hati, “Allah akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh hamba-

Nya namun tidak apa yang diinginkan hamba-Nya.” Dengan kita

mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-Nya, maka hati kita akan

menjadi lebih tenang. Beginilah yang seharusnya kita pikirkan. So,

daripada cuma menggerutu tidak tentu, lebih baik berfikir untuk

menjadikan hidup lebih bermutu!

Dalam perjalanannya, seringkali dakwah yang kita lakukan itu

tidak sesuai yang kita inginkan. Ketika sebuah rencana dakwah

telah disepakati bersama melalui syuro, kadang masih ada juga di

Page 67: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 67

antaranya yang tidak menjalankan dengan semestinya. Atau

mungkin juga masih ada saja kader yang yang tidak

memperhatikan taklimat dari pemimpinnya (kalau yang ini

kayaknya banyak).

Jika saudara menjumpai seorang mas’ul (Ketua) yang sering

melanggar ketetapan syuro’, atau mungkin menjalankannya tapi

tidak dengan sepenuh hati, maka segera ingatkan, sebagai bukti

kepedulian kita terhadap sesama. Juga kepada jundi (Anggota)

yang sering melanggar taklimat, nasihatilah ia. Atau jangan-jangan

kita sendiri yang masuk salah satu dari keduanya? Jika demikian,

mari sama-sama beristighfar. Astaghfirullah.

Suatu ketika seorang mas’ul mengingatkan kepada jundinya

tentang suatu acara yang ada di kampus pusat, “Afwan dek, apa

hari ini anti tidak ikut acara di kampus pusat. Kok jam segini masih

santai?”

Dengan santai Si Adik menjawab, “Afwan mbak soalnya

tidak ada boncengan dan juga saya tidak punya kendaraan

sendiri....”

Mendengar alasan yang menurut saya bukan termasuk

kategori alasan Syar’ie itu, Sang Mas’ul pun memberi usulan

kepada Si Jundi untuk naik angkutan umum saja, namun tak ada

respon dan tanggapan yang ia dengar dari sang jundi.

Page 68: Sepotong hati untukmu mahasiswa

68 | I k h w a h L i d a h

Mungkin kita sendiri juga sering melakukannya: membuat

alasan yang terlalu dipaksakan karena kelemahan jiwa kita. Hati-

hatilah, karena sebagian besar alasan adalah fiktif belaka, yang

biasanya kita gunakan untuk mencari pembenaran terhadap

kesalahan dan kemalasan kita.

Memang, adakalanya fasilitas berpengaruh besar terhadap

kelancaran dakwah yang kita lakukan. Namun, kayaknya kita perlu

lebih banyak mempelajari perjuangan dakwah Rasulullah.

Tersediakah fasilitas lengkap dengan segala kemudahan seperti

jaman sekarang? Kondisi aman untuk nyawanya saja masih

dikhawatirkan. Astagfirullah... Mari kita pelajari kembali siroh

Rasulullah dan pejuang dakwah terdahulu agar tak selalu

menggerutu ketika ada tantangan tertentu.

Selama kita yakin, berusaha dan berserah diri pada Yang

Maha Memberi kehidupan, semua itu pasti ada jalan keluar. Allah

juga telah mengatakan tidak akan menguji hambanya melebihi

batas kemampuannya. So, mengapa kita takut dengan keadaan

yang mungkin tidak sedang bersahabat dengan kita?

Kalau Dewa berbunyi

Hadapi dengan senyuman, semua yang terjadi biar terjadi

Hadapi dengan tulus jiwa, karena semua ini akan baik-baik

saja

Page 69: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 69

Maka kini kunyanyikan:

Hadapi dengan semangat apa yang ku buat penuh manfaat

Tak ada kata terlambat jika kita cepat-cepat tuk berbuat

Semua itu bergantung pada diri kita. Orang yang lemah

adalah orang yang selalu mengasihani dirinya sendiri. Sekali lagi,

kesadaran, paksaan diri, dan keyakinan penuh akan pertolongan

Allah terhadap apa yang kita upayakan akan nampak indah pada

waktunya.

Apa yang kita upayakan benar-benar cermin apa yang akan

kita hasilkan. Dan siapa penilainya?? Tidak Main-main sobat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Masih ragu untuk berbisnis yang full

royalti ini? Pikirkan dech? Hal ini sangat jelas. Seperti yang

dijelaskan dalam Al-Quran,

“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku

tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu

dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan

RasulNya dan Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.

Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (Q.S As-

Shaff:10-11)

Nampak jelas janji Allah kepada makhluknya atas jaminan

kecukupan di dunia dan di akhirat. Pertanyannya adalah,

bagaimana cara dan usaha kita untuk menghindari rasa takut akan

Page 70: Sepotong hati untukmu mahasiswa

70 | I k h w a h L i d a h

kesempitan setiap kali kita menghadapi persoalan? Persoalan,

kesempitan yang kita alami sebenarnya dapat kita atasi dengan

usaha dan paksaan dari pribadi kita untuk segera bangkit dan

menyelesaikan semua itu, tidak justru lari dari semuanya dan

berfikir semua telah selesai. Justru itu menambah panjang

persoalan-persoalan berikutnya.

Ketika bayi lahir ia dipaksa untuk menangis bahkan dengan

tepukan atau timbukan dari seorang bidan. Anak dipaksa untuk

belajar berjalan untuk bisa berjalan. Anak dipaksa untuk berlatih

berbicara supaya bisa berbicara. Bahkan kita memaksa diri kita

untuk bangun tahajjud agar bisa melaksanakannya hingga

kemudian menjadi terbiasa. Banyak lagi yang bermula karena

dipaksa namun menjadikan kita terbiasa.

Kata “dipaksa” seolah bermakna kasar, tidak bersahabat, dan

melanggar HAM. Aduh berat banget ya? Tenang sobat. Namun

jika paksaan tersebut untuk kebaikan dan memang sesuai porsi

yang dibutuhkan itu perlu dikaji ulang. Maksudnya, konsep

pemahan kita terhadap HAM itu lah yang perlu dikaji ulang.

Perlu kita ketahui bahwa paksaan itu bersumber pada dua hal

yaitu paksaan diri sendiri dan paksaan dari luar dirinya. Manakah

yang paling cespleng untuk digunakan? Tentu paksaan dari diri

kita. Ketika kita telah memaksa diri kita untuk melakukan apa yang

kita rencanakan meski terkadang banyak tantangan, maka rasa

Page 71: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 71

kebahagiaan dan kepuasan ketika kita mencapainya akan benar-

benar mengena dan tahan lama. Sedangkan paksaan dari luar

berfungsi sebagai penyemangat dan reminder saja.

Ketika kita telah mampu memaksa dan memotivasi diri kita

sendiri, maka orang lain dan lingkungan hanya sebagai tambahan

penyulut untuk tetap terus mengobarkan api yang sejatinya telah

menyala. Dengan paksaan, semangat dan motivasi diri kita hanya

satu: mengharap ridho Allah Rabbul Izzati.

Gunung tinggi pasti mampu kan kudaki, laut luas pati kan ku

sebrangi, kemalasan, ketakutan dan keterbatasan kan kuatasi.

Allahu Akbar!!!

Page 72: Sepotong hati untukmu mahasiswa

72 | I k h w a h L i d a h

Nuansa Bening di Jingganya Langit-MU

”Hanya dengan kegelapan kita dapat menyaksikan indahnya

bintang.

Kadang kita harus merasakan kekurangan, kesusahan,kesempitan,

agar kita mampu merasakan kesyukuran.

Saat yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan, semoga

Alloh masih menyembunyikan pemberian-Nya, karena hidup tak

akan berwarna tanpa kejutan.”

Sebuah melodi ikut menjangkau langkahku menuju bangunan

tua nan megah yang saat itu ku butuhkan. Berjalan menuju ke

tempat penuh kenangan perjuangan. Selain jatuh bangunku untuk

menyelesaikan studi yang mengharuskanku rela menginap

beberapa hari di kampus, kebanjiran dikampus sampai sinar

mentari menyapa, padahal pukul 5 aku harus sudah datang ke suatu

tempat untuk membahas sesuatu perencanaan dalam dunia dakwah.

Kalimat ’kita adalah dai sebelum apapun’ ternyata cukup

melekat dalam jiwaku, meski aku sendiri tak yakin bahwa aku

Page 73: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 73

adalah salah satu dari da’i itu. Oleh sebab itu aku selalu semangat

menjalani hari-hariku. Setahuku da’i adalah orang yang kerjanya

koar-koar mengajak menuju kebaikan sesuai dengan risalah yang

dibawa oleh Rosul Muhammad SAW, tapi gak tau lagi kalau arti

yang sebenarnya.

Rasanya sudah lama sekali aku tak jalan kaki, maka pagi itu

sebelum ketemu adik-adik, sengaja aku berjalan menuju ke

kampus hijauku. Sambil lirih suara dzikir Al-Ma’tsurat berganti ke

lagu nasyid dari salah satu albumnya Snada.

Ku berpijak di tanahmu menghirup udara-Mu

Ku berjalan dibumi-Mu hidup dengan rizki-Mu

Nikmat-Mu yang manakah kan kudustai

Warna bunga dimataku gambar indah dari-Mu

Sepoi angin menerpaku bagai belai kasih-Mu

Nikmat-Mu yang manakah kan kudustai

Terima kasih ya Alloh untuk semua yang tlah Engkau beri

Segala puji bagi-Mu atas karunia dan rahmat-Mu padaku

Ku bisa melihat ku bisa mandengar semua karena izin-Mu

Nikmat-Mu yg manakah kan kudustai....

Page 74: Sepotong hati untukmu mahasiswa

74 | I k h w a h L i d a h

Akupun langsung terbayang ke surat Ar-Rahman dan mulai

berflashback kebeberapa tahun silam. Ketika aku masih jadi ABG

(Anak Baru Ghirohnya), semangat-semangatnya mengahadiri

kajian, undangan syuro dan seabreg kegitan lainnya. Itensitas

aktifku berorganisasi dan mengenal banyak macam “suku” pada

awal-awal semester, membuat hampir tak ada hari yang kulalui

dengan sekedar bersih-bersih kos-kosan atau nyari makan bersama

teman-teman, atau bahkan sekadar nonton teve sama ibu kos lalu

cerita ini dan itu.

Saking gayane sampai sering lupa kalau sudah akhir bulan.

Uang mesti nipis karena untuk ikut pelatihan ini, pelatihan itu,

mulai dari yang Ormawa hingga UKM. Setahun berlalu dengan

aktivitas yang bervariasi, sampai pada akhirnya aku memutuskan

untuk bergabung secara resmi ke salah satu wadah dakwah yang

sealur dengan apa yang pernah kudapati di SMA dulu.

Yah, aku masuk ke Klub Dakwah Kampus. Selain untuk

menekan angka keborosanku dalam hal makan juga untuk mencari

tempat aman bagi pendidikan ruhiyahku. Awalnya aku tak mau

terlibat ke dalam jajaran ini, namun ternyata aku merasa terpanggil

untuk masuk keranah ini. Sudah saatnya aku membuktikan apa

yang pernah dikatakan oleh seniorku SMA dulu, bahwa ADK dan

ADS itu sangat beda jauh. Dan aku telah membuktikan kata-kata

itu.

Page 75: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 75

Masuk ke Klub Dakwah Kampus, berarti aku harus siap untuk

“tidak nyaman”. Liku-liku dakwah mulai terasa menajam dan aku

belum punya banyak amunisi untuk mempelajari pemetaan para

hizbullah disini. Belajar sedikit demi sedikit mulai mencoba

mengakselerasikan diri. Memulai dari ketidaknyamanan berujung

pada kekuatan untuk tegas. Kekuatan baru yang tersusun dari

partikel-partikel haus pengalaman yang membawaku ke dalam

jalan yang menikung dan menanjak. Mengenal banyak amanah,

mengenal banyak karakter dan mengenal banyak strategi dari satu

tempat ke tempat yang lain.

Uniknya, ketika aku bingung dan bertanya pada para senior,

kebanyakan mereka akan menjawab, “Lha menurut anti

bagaimana?” Atau sekadar memberi jawaban lewat senyum

simpul. Karena jawaban itu akhirnya aku terdidik untuk mandiri,

gak rewel untuk banyak tanya. Secara sengaja atau tidak para

seniorku yang bersikap seperti itu malah membantuku mengasah

ketajaman dalam membaca situasi dan isyarat. Ketika salah, maka

aku akan ditegur, dan harus bisa mencari kesalahan yang dimaksud

dan membenahinya. Itulah nikmatnya ditempa disini.

Jiwa muda yang masih terus bergelora, menghantarkan aku

pada sebuah pemahaman, bahwa dakwah itu tidak hanya untuk

dicermati namun juga dijalani. Tak mudah menjadi bagian dari hal

ini. Namun karena adanya dakwah, maka aku mengenal arti

Page 76: Sepotong hati untukmu mahasiswa

76 | I k h w a h L i d a h

pengorbanan, kesabaran (walau terkadang aku tak bisa

menjabarkan arti sabar itu) dan keikhlasan. Disini aku juga kembali

menemukan sahabat yang menenangkan. Ukhuwah yang terbangun

begitu tak terlupakan, mulai dari gesekan yang terjadi hingga air

mata keharuan atas kebahagiaan saudaranya.

Awal masuk ke dalam dakwah kampus, bahasa yang

digunakan tidak lagi akhi dan ukhti namun sudah Pak! dan ukhti.

Yang membuatku tersenyum karena pernah ada celetukan ikhwan

“Ana kan masih muda dan akhwat itu curang, mereka memanggil

ikhwan dengan sebutan Pak, tapi mereka tak mau dipanggil dengan

Bu”. Awalnya terasa aneh, namun lambat laun telingakupun

terbiasa. Eh, sekarang bukan lagi pak atau ukhti, namun sudah

berganti lagi menjadi ‘mas dan mbak, atau dik’. Pernah merasa tak

nyaman, namun setelah share dengan teman yang ada di kota dan

kampus lain, disana sudah tidak jamannya lagi antum, ana dan

semacamnya, namun sudah kang, yu dan seterusnya. Berarti

sekarang untuk mengawali metode itu, harus dimulai dari kalangan

minoritas dulu.

Pengalaman demi pengalaman cukup banyak jika dijadikan

sebuah antologi. Mulai dari pengalaman DS (Direct Selling)

belajar jadi sales dakwah, belajar dari keterpaksaan menjadi

seorang pemimpin wanita diantara laki-laki yang ada, belajar

memanajemen amarah terhadap ulah partner dakwah yang

Page 77: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 77

“sekate-kate”, belajar dan terus belajar, hingga masaku di kampus

habis. Suka duka menjadi orang muda hingga menjadi orang tua

(Di kampus), dan sekarang aku memasuki orang yang masih sangat

muda di kalangan dakwah kampung. Paling tidak, siklus kampus

itu telah selesai dilewati. Seperti ketika awal semester di kampus,

kita akan banyak mendapati orang memamnggil kita dik, namun

setelah tengahan panggilan mulai bervariasi, nah masuk ke tingkat

akhir, panggilan berubah jadi “mbak/mas”. Sejatinya panggilan

itupun adalah masa memasuki babak baru, siap meninggalkan

keceriaan dakwah di kampus dan mulai menapaki kehidupan

dakwah yang lebih nyata lagi.

Sekadar informasi untuk yang merasa masih muda dan

dipercayai beramanah khususnya yang lagi pede-pedenya merasa

mendapat amanah yang tidak main-main (Padahal tidak ada

amanah yang bisa dibuat main-main). Semua menempati ruangan

yang sudah disediakan oleh Allah. Entah jundinya entah

qiyadahnya, entah yang masih junior atau senior, semua punya

catatan pertanggungjawaban sendiri-sendiri. Jadi jangan pernah

terbersit dalam benak kita, bahwa amanah kita itu adalah amanah

yang paling berat atau sebaliknya.

Kembali pada likuan dakwah kampus. Persaingan antara para

pendengar “Fastabikhul Khoirot” sangat ketat. Perebutan kader

sering dilakukan, uniknya aku dan saudara-saudaraku sering

Page 78: Sepotong hati untukmu mahasiswa

78 | I k h w a h L i d a h

kecolongan, beberapa kader dari “rumahku” dibawa lari

“tetangga”. Beberapa koreksi dari itu: Pertama, keluargaku tak

mampu memberikan kenyamanan dalam berdakwah versinya keder

yang lari tadi.

Kedua, keluargaku teralalu sibuk dengan dinastinya masing-

masing sehingga si kader tadi merasa tak diorangkan.

Ketiga, atau tetanggaku yang mulai meranggas? Kerena

saking seringnya aku kehilangan maka akupun juga berfikir,

mungkinkah karena dakwah kami mulai tak barokah. Pasalnya,

makin menjamurnya virus-virus merah jambu diantara kader kami,

atau karena iri dalam amanah (Yang banyak amanah iri pada yang

amanahnya sedikit karena berfikir yang sedikit amanahnya bisa

lebih sering mengurusi urusannya sendiri. Sebaliknya yang

amanahnya sedikit iri pada yang banyak amanah sehingga merasa

yang banyak amanahnya itu yang disayang oleh qiyadahnya),

padahal porsi amanah itu disesuaikan juga dengan kepasitas

pendewasaan si penerima amanah dan tentunya dari berbagai jalan

penentuan.

‘Alaa kulli haal, yang pasti sekarang aku hanya bisa menjadi

penonton dalam kancah dakwah kampus, adik-adikku yang masih

merasa memiliki jiwa muda telah berkarya, dan semoga jauh lebih

baik daripada kami. Yang aku bangga dari sini dan aku tak

mendapatinya ditempat lain adalah tentang kesigapan dalam

Page 79: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 79

bergerak, rasa berterima yang terkadang sering dibanding-

bandingkan dengan kampus-kampus yang sudah punya nama

dalam kancah dakwah di kota pahlawan ini, atau semangat 45

ketika diajak berfikir.

Akhirnya, doa yang tak ingin kulewati dalam senandung

dzikirku adalah, jangan sampai aku terlempar dari jalan dakwah

ini, karena ku terlanjur mencintai jalan ini.

Kita sedang meniti dakwah tak berujung. Betapapun

beratnya, NIAT adalah penentu. Semangat adalah pemacu.

Komitmen dan Kesabaran menentukan panjangnya nafas

keberanian. Maka ringankanlah kaki kita untuk menghapus

kekecewaan karena kita bekerja bukan untuk manusia tetapi

untuk Allah, dengan janji Jannah-Nya.

Page 80: Sepotong hati untukmu mahasiswa

80 | I k h w a h L i d a h

Page 81: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 81

BAB IV

Selalulah di Jalan Ini

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara

kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan

mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan

merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut

terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap

orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang

tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah

karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang

dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya),

lagi Maha Mengetahui.”

(Al-Maidah [5]: 54)

Page 82: Sepotong hati untukmu mahasiswa

82 | I k h w a h L i d a h

Page 83: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 83

Yang Tak Terpengaruh

”Kita harus berhenti membebankan kesalahan kita pada

lingkungan, dan belajar menerapkan tanggung jawab pribadi

kita.”

(Albert Schweizer)

Seringkali kali saya mendengar keluhan dari adik-adik. Ada

yang beralasan karena pergaulan di kampusnya tidak ada yang ikut

ngaji, sehingga ia pun malas untuk menghadiri halaqah. Ada yang

memang bawaannya sejak SMA tidak kenal islam, sehingga di saat

kuliah agak parno dengan hal-hal yang berbau islam. Ada yang

SMA-nya rajin ngaji tapi karena salah pergaulan akhirnya tidak

mau ikut ngaji lagi. Bahkan ada yang dari pesantren, tetapi saat

kuliah kehilangan identitas kesantriannya. Dan berbagai curahan

hati lainnya.

Tak terkecuali, masalah-masalah itu pun menyapa kader-

kader yang telah lama terjun di dunia dakwah. Berapa banyak

kader yang begitu getol berdakwah saat dikampus tapi ia

Page 84: Sepotong hati untukmu mahasiswa

84 | I k h w a h L i d a h

menghilang begitu saja dari arena dakwah setelah diwisuda. Atau

mungkin kader yang begitu semangat dakwahnya ketika di masjid

dan syuro’, tapi ketika saatnya kuliah di kampus, ia kembali ke

habitat semula: menjadi orang yang pantas untuk didakwahi.

Semoga Allah menjaga dan senantiasa memberikan rahmat-Nya

kepada kita agar tidak futur dari jalan dakwah ini.

Yang sering menjadi alasan ke-futur-an adalah karena sebab

lingkungan dan kondisi. Karena temannya tidak ada yang mau

diajak ngaji, maka ia pun tidak ngaji juga, karena kalau tetap ngaji

dibilang ‘sok alim’. Karena teman-temannya pada lepas jilbab atau

mungkin pake tapi ‘jilbab gaul’ dan pakaiannya kekurangan bahan,

maka ia pun segera meminjam pakaian adiknya untuk

menyesuaikan dengan teman-temannya. Naudzubillah... Dan

berbagai contoh yang lainnya.

Dalam berinteraksi sosial, seseorang hanya dihadapakan pada

dua pilihan: mempengaruhi dan dipengaruhi. Kalau ada orang yang

tidak bertekad ‘mempengaruhi’, maka ada kemungkinan bahwa dia

ingin menjadi orang yang ‘dipengaruhi’, biarpun ia tidak

menyadarinya. Kalau kita tidak mampu—atau mungkin juga tidak

mau—mempengaruhi teman-teman kita untuk berbuat kebajikan,

maka diri kita akan berpotensi untuk dipengaruhi agar berbuat

keburukan. Ketika kita punya kesungguhan untuk memengaruhi

Page 85: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 85

lingkungan kita, paling tidak kita tidak akan mudah untuk di

pengaruhi.

Jika sekarang banyak yang curhat karena telah dipengaruhi

lingkungannya, semoga nantinya banyak yang bilang dan bertekad,

“Karena lingkungan saya seperti itu, maka saya harus

mempengaruhi lingkungan dengan pengaruh yang ada dalam diri

saya. Saya harus merubah lingkungan menjadi lebih baik”.

Seseorang yang kuat melawan arus lingkungan yang

menghanyutkan hanyalah orang-orang yang kuat, kuat

kepribadiannya, kuat karakternya, kuat tsaqofahnya, kuat

tarbiyahnya, kuat ibadahnya, dan kuat imannya. Mereka menjadi

orang yang kuat karena memiliki konsep diri yang jelas. Dalam

bahasa para ulama, mereka adalah orang-orang yang ma’rifatun

nafs atau orang yang mempunyai pengetahuan tentang dirinya.

Ma’rifatun nafs adalah sebuah ilmu yang berdiri paralel

dengan ma’rifatullah. Maka Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah

memasukkan ilmu ma’rifatun nafs sebagai ilmu kedua setelah

ma’rifatullah. Sebab, seperti kata Ali bin Abi Thalib, “man ‘arofa

nafsahu, ‘arofa Rabbahu, barang siapa yang mengenal dirinya

maka ia mengenal Tuhan-Nya”

Seorang yang mengetahui ‘dirinya’ dengan baik maka ia akan

berpeluang untuk dapat menumbuhkan dan memaksimalkan sisi-

Page 86: Sepotong hati untukmu mahasiswa

86 | I k h w a h L i d a h

sisi positif yang ada dalam dirinya. Dengan mengetahui kadar

kemampuannya maka seseorang akan mampu mengoptimalkan

quwwatul khair (kekuatan kebaikan) yang ada dalam dirinya. Dan

di saat yang sama ia akan mampu meminimalisir quwwatus syarr

(kekuatan kejahatan) yang ada dalam dirinya.

Aktivis Dakwah Kampus sejati adalah orang yang senantiasa

siap menghadapi bagaimanapun kondisi lingkungannya. Ia

senantiasa teguh menghadapi arus dan badai kerusakan umat. Ia

akan selalu bersama kebenaran biarpun hanya ia seorang diri yang

bersama kebenaran tersebut. Mereka seakan-akan adalah wujud

dari pesan Imam Hasan Al-Banna, “Antum ruhun jadidah tarsi fi

jasadil ummah”. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru

yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang

mati itu dengan Al-Qur’an.

Rasulullah SAW bersabda,

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada

dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan niscaya dapat

menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang

baik”. (HR. Tirmidzi)

Aktivis dakwah kampus sejati adalah orang yang senantiasa

bertakwa kepada Allah di mana pun ia berada. Ia tidak pernah risau

dengan lingkungannya. Sebab di mana pun ia berada, baginya

Page 87: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 87

adalah tempat yang tepat untuk melakukan kebaikan; ia terus

menebar kebajikan. Ia selalu bergaul dengan akhlak yang baik. Ia

senantiasa memperlakukan saudaranya yang lain dengan sebaik-

baik perlakuan, biarpun mungkin yang diterimanya tidak sebaik

yang diharapkannya. Maka ia pun menjadi cahaya bagi lingkungan

sekitarnya.

Aktivis dakwah kampus sejati adalah orang yang senantiasa

teguh dalam kebenaran, di mana pun dan kapan pun. Ia tidak

terpengaruh dengan apa yang di luar dirinya. Ia senantiasa teguh

pendiriannya. Sebab ia telah memiliki pegangan yang kokoh dalam

dirinya. Maka ia pun berusaha untuk mempengaruhi sekitarnya. Ia

berbaur dengan masyarakatnya, namun ia tidak melebur. Ia

senantiasa tetap teguh pada kebenaran biarpun ia sendirian.

Akhirnya, para aktivis dakwah kampus sejati itu

mengingatkanku pada pesan Syaikhut Tarbiyah KH. Rahmat

Abdullah, ”Selalulah bersama Kebenaran, walaupun Engkau

sendirian.” Dan para aktivis dakwah kampus sejatipun memahami

betul nasihat tersebut.

Inspirasi:

Anis Matta, Menuju Cahaya

Rahmat Abdullah, Warisan Sang Murabbi.

Page 88: Sepotong hati untukmu mahasiswa

88 | I k h w a h L i d a h

Teruslah di Jalan Ini

Aku Rindu

Aku rindu zaman ketika halaqah adalah kenikmatan, bukan

sekadar sambilan apalagi hiburan

Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban , bukan

pilihan, apalagi beban dan paksaan

Aku rindu zaman ketika douroh menjadi kebiasaan bukan sekedar

pelengkap pengisi program yang dipaksakan

Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan

apalagi kecurigaan

Aku rindu zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan bukan

tuntutan, hujatan, dan objekan

Aku rindu zaman ketika nasehat menjadi kesenangan, bukan

suudzon atau menjatuhkan

Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk

dakwah ini

Aku rindu zaman ketika nasyid ghuraba menjadi lagu keseharian

Page 89: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 89

Aku rindu zaman ketika hadir liqo adalah kerinduan dan

keterlambatan adalah kelalaian

Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi

dauroh dengan ongkos terbatas dan peta tak jelas

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar berjalan kaki

dua jam di malam buta sepulang tabligh dakwah di desa sebelah

Aku rindu

(K.H. Rahmat Abdullah- Allahu Yarham)

Subhanallah... Mungkin kata itu yang akan kita ucapkan

pertama kali ketika membaca kata demi kata dari K.H. Rahmat

Abdullah, seseorang yang begitu luar biasa perannya dalam

dakwah ini. Pertama kali saya membaca puisi di atas seakan

menjadi suatu tamparan, begitu berbedanya zaman dahulu dengan

zaman sekarang. Dulu kader militan, sekarang meletan, bahkan

kadang ada yang memlesetkan juga menjadi kader moletan. Meski

ironis, tapi itulah kenyataan yang ada.

Tak perlu jauh-jauh mencari contoh, saya melihat diri saya

sendiri. Saya belumlah kader yang militan, mungkin bisa saja saya

termasuk ke dalam kader meletan, yang kalau diberi amanah

banyak mengeluhnya daripada melaksanakannya. Mungkin juga

saya termasuk kader moletan, yang lebih suka bogi (bobo pagi),

Page 90: Sepotong hati untukmu mahasiswa

90 | I k h w a h L i d a h

boci (bobo ciang), bore (bobo core), ketimbang ikut syuro’ dan

kegiatan-kegiatan full manfaat lainnya. Kalau diajak teman dan

mbak-mbak, selalu saja ada 1001 alasan buat nolak.

Yah mungkin saya termasuk salah satu, salah dua, bahkan

salah tiga diantaranya. Astaghfirullahal ’adzim... Tapi melalui fase-

fase inilah yang menentukan perjalanan kader dakwah kedepannya.

Akankah ia terus menerus dalam keadaan dan kefuturan seperti itu,

ataukah berpijak dari kefuturan itu untuk bertolak menjadi kader

yang militan full manfaat? Pilihan ada di tangan pribadi masing-

masing.

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila

dikatakan kepada kamu, ‘Berangkatlah (untuk

berjuang/berperang) di jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin

tinggal ditempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di

dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmaatan hidup

di dunia ini (dibandngkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah

sedikit.”(QS At Taubah: 38)

Namun untuk keluar dari lingkaran kefuturan ini tidaklah

semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus mau keluar dari

zona nyaman kita. Harus mau berkorban waktu, tenaga, pikiran,

dan sedikit harta(karena harta kita kan memang masih sedikit,

hehe....) untuk dakwah ini. Dan yang tidak kalah penting selain

motivasi dari diri sendiri yaitu kesadaran akan perannya di dalam

Page 91: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 91

jalan dakwah ini dan lingkungan yang ada di sekitarnya, segala

sesuatu yang dekat dengan kita.

Tak sedikit kita jumpai kader dakwah yang masih belum

menyadari keberadaannya dan perannya dalam jalan dakwah ini.

Ini merupakan PR kita bersama. Dan tak kalah pentingnya yaitu

lingkungan kader tersebut. Apakah berada di lingkungan yang bisa

dibilang sudah kondusif ataukah masih labil, sehingga mempersulit

kader tersebut untuk melakukan perubahan.

Dapat saya rasakan sendiri, saat saya berada di dekat orang-

orang yang cenderung statis, maka saya pun akan ikut statis.

Semisal ada kajian atau syuro (Rapat), sementara teman-teman

yang lain masih pada tidur atau mengerjakan tugas dan alasan-

alasan lain, sehingga kita yang awalnya berniat ikut syuro atau

kajian, ikut-ikutan tidak datang. Berbeda saat saya berada dekat

dengan orang-orang yang begitu bersemangat, kita pun akan

termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegitan yang bermanfaat.

Rajin syuro, ikut kajian dan berbagai kegiatan serta berbagai

organisasi yang bermanfaat.

“Seseorang itu akan mengikuti agama teman akrabnya, maka

hendaklah kalian memperhatikan dengan siapa berteman akrab.”

(HR. Abu Dawud)

Page 92: Sepotong hati untukmu mahasiswa

92 | I k h w a h L i d a h

Sebagai ADK (Aktivis Dakwah Kampus) pastinya kita

harus dapat menjadi teladan, contoh yang baik bagi teman-teman di

sekeliling kita. Meski begitu, tak ada gading yang tak retak. Tak

ada manusia dengan akhlak yang sempurna, tanpa kesalahan

sekalipun. Maka dari itu perlulah kita berkumpul dengan orang-

orang shalih yang alim. Agar kita dapat men-charge kembali

kefuturan iman kita.

Seperti yang saya alami ketika saya berada di Depag BEM

Jurusan, saat itu kader ikhwah hanya ada 1 ikhwan dan 1 akhwat.

Seiring berjalannya waktu, gugurlah yang kader ikhwan tadi.

Tinggal 1 kader akhwat yang berjuang di jurusan itu. Tentunya

saya tidak sendiri, banyak masukan dan bantuan dari mbak-mbak

senior terkait peran saya di jurusan. Namun tak dapat saya

pungkiri, dalam arus pergaulan BEM yang begitu bebas dan

longgar, sementara saya hanya sendirian, jikalau kita tidak kuat,

bukannya kita yang mewarnai mereka, namun kita yang diwarnai.

Tak jarang saya disidang mbak-mbak kalau ada

penyimpangan atau sesuatu yang kurang tepat. Dulu saya pun

sempat marah, karena merasa ini adalah hak saya, kenapa saya

harus dipantau, diawasi dan diperlakukan seperti itu. Namun

lambat laun saya menyadari bahwa itu adalah salah satu bentuk

kasih sayang mbak-mbak pada saya. Meski kadang penyampaian

yang mereka berikan membuat luka di hati dan stress di pikiran.

Page 93: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 93

Tak jarang saya menangis karena itu. Tapi kembali lagi, bahwa itu

memang seharusnya dilakukan supaya saya tidak terjatuh lebih

dalam. Kalau saja saya dibiarkan melakukan tindakan-tindakan

yang melanggar syariat, mungkin penyesalanlah yang akan saya

rasakan.

Dua tahun berorganisasi di Depag BEM cukup

mendewasakan saya dan menambah banyak pengalaman berharga,

banyak koneksi dan banyak ilmu yang didapat. Saya tak pernah

merasa rugi ikut organisasi, karena dari sana lah gudang ilmu saya.

Pun begitu dengan organisasi dakwah yang saya ikuti ini. Meski

saya tak jarang futur, tapi alhamdulillah ada banyak saudara-

saudara yang senantiasa mengingatkan dan menuntun pada jalan

kebaikan.

Pada awal berorganisasi saya merasa keberadaan saya tidak

terlalu dianggap ada, saya hanya ditempatkan pada jabatan atau

posisi yang menurut saya itu bukanlah posisi yang penting, dan

terkadang saya iri dengan teman-teman saya yang begitu menonjol

kemampuannya, sehingga sering ditempatkan pada posisi strategis.

Hingga suatu waktu, saya mendengarkan taujih dari seorang ustad

bahwasanya seperti apapun kita, ditempatkan diposisi apa, dan

sekecil serta seringan apapun tugas yang diberikan kepada kita itu

adalah amanah yang telah diberikan Allah pada kita melalui

tangan-tangan-Nya. Maka dari itu harus dilakukan dengan sepenuh

Page 94: Sepotong hati untukmu mahasiswa

94 | I k h w a h L i d a h

hati dan ikhlas demi menggapai ridha Allah SWT. Mulai saat itu

saya merasa terbuka pikiran saya, mulai meluruskan niat, dan

melakukan amanah-amanah yang diberikan kepada saya dengan

sepenuh hati.

Teringat saya dengan ungkapan Sufyan At-Tsauri, “Tidak ada

yang lebih berat bagiku melebihi beratnya mengobati niatku,

karena ia selalu berubah-ubah dalam diriku”.

Memang tiada kenikmatan hidup yang bisa kita rasakan

melainkan adanya rasa syukur dalam hati terhadap ketentuan Allah

dan selalu berbaik sangka atas setiap ketentuan-Nya. Baik itu

musibah atau nikmat. Karena kita tidak tahu, apakah yang kita

sangka nikmat tenyata cobaan yang hanya akan mendatangkan

murka dan adzab Allah, sementara yang kita rasa itu musibah

malah ladang pahala yang akan mengantarkan kita pada ridha

Allah Swt.

Dimanapun kita, dengan amanah sebesar dan sekecil apapun

itu, asal kita menjalankannya dengan sepenuh hati, diniatkan

Lillahi Ta’ala, insyaAllah akan berbuah manis nantinya. Karena

Allah telah berfirman dalam QS Muhammad (47) ayat 7 yang

artinya berbunyi, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong

(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan

kedudukanmu”.

Page 95: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 95

Teringat SMS tausiyah dari teman saya yang cukup

menggelitik namun dapat dijadikan untuk bahan perenungan :

SMS Tausiyah 1

Militansi itu,

Tidak diukur dari tebalnya jenggot dan hitamnya dahi seorang

ikhwan,

Atau dari lebarnya jilbab seorang akhwat.

Bukan pula dilihat dari banyaknya amanah yang melenngkapi

curriculum vitae-nya.

Bukan juga dirasa dari kerasnya takbir atau cemerlangnya

gagasan ketika syuro atau diskusi

Karena militansi itu hanya dapat diukur dari ketulusan dan

kejujuran dalam berjuang menjalankan amanah dakwahnya.

Ada sifat TOTALITAS dan loyalitas pada dirinya.

SMS Tausiyah 2

Saudaraku,

Kadang tanpa disadari,

Yang kita berikan di jalan dakwah ini hanyalah sisa,

Page 96: Sepotong hati untukmu mahasiswa

96 | I k h w a h L i d a h

Sisa waktu.

Sisa tenaga,

Sisa dana,

Sisa pikiran,

Bahkan sisa perasaan..

Namun kita menuntut lebih,

Islam kembali berjaya..

Sesungguhnya TIDAK!

Islam hanya akan kembali berjaya hanya dengan TOTALITAS.

JIHAD!

Tinggal kini pilihlah jalanmu!

Melebur dalam dakwah ini,

Hingga mewarnai seluruh kehidupan kita.

Atau hanya selingan , memberi hanya sisa-sisa aktivitas lain?

Ketahuilah kawan,

Dakwah tidak butuh kita,

Dia akan tetap diperjuangkan oleh mereka yg dipilih-Nya

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara

kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan

Page 97: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 97

mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan

merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap

orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang

kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada

celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-

Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas

(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Maidah 5:54)

Page 98: Sepotong hati untukmu mahasiswa

98 | I k h w a h L i d a h

Antara Rekrutmen & Dakwah

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(KH. Rahmat Abdullah)

Sebagai seorang aktivis pastinya kita tak asing lagi dengan

dua kata itu: rekrutmen dan dakwah. Sebuah kata yang sering kali

“diteriakkan” oleh para mas’ul kita. Tapi banyak juga yang hanya

tahu artinya tapi tak mengerti urgensinya. Sehingga akibatnya

banyak yang tidak tergerak untuk melakukannya. Yah, walaupun

banyak sekali para pemateri yang sudah menyampaikan hal ini

kepada kita.

Karena saya bukan orang dari jurusan Bahasa Indonesia, saya

tidak akan mengartikannya menurut kaidah bahasa. Secara

gampangnya, rekrutmen itu adalah mengajak orang sebanyak-

Page 99: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 99

banyaknya untuk melakukan apa yang kita harapkan. Contohnya,

rekrutmen untuk kerja kelompok, rekrutmen anggota, rekrutmen

JJM (Jalan-Jalan ke Mall), dll. Jadi tak hanya kebaikan saja yang

melakukan rekrutmen, tapi ‘kejahatan’pun melakukan rekrutmen.

Seperti kisah bagaimana iblis akan dikeluarkan oleh Allah dari

surga. Apa yang diminta iblis dari Allah? Mengajak manusia

sebanyak-banyaknya untuk menemani iblis di neraka. Jadi mana

yang akan kita pilih? Rekrutmen untuk menuju surga atau

rekrutmen untuk menuju neraka?

Jika memilih untuk menuju surga maka ajaklah teman-

temanmu sebanyak-banyaknya untuk membersamaimu menuju

surga. Inilah yang dimaksud dengan dakwah. Jadi sudah terlihat

kalau dakwah itu sangat dekat kaitannya dengan rekrutmen.

Karena sesungguhnya keberhasilan dakwah kita dapat dilihat dari

seberapa banyakkah rekrutmen yang sudah dilakukan?

Mungkin, akan ada yang protes “Lho, kok bisa?”. Begini,

ibaratnya sebagai seorang mahasiswa yang mengambil jurusan

tertentu, darimanakah kita bisa melihat tolok ukur

keberhasilannya? Yup! Ketika dia berhasil mengamalkan ilmunya,

apalagi berhasil mengajarkan ilmu itu untuk orang lain.

Masih mau protes? Tadi pagi saya melihat sebuah acara di

salah satu stasiun televisi swasta yang selalu menghadirkan orang-

orang berprestasi. Dan pada pagi hari tadi yang hadir adalah para

Page 100: Sepotong hati untukmu mahasiswa

100 | I k h w a h L i d a h

pembuat robot. Mereka dikatakan berhasil dalam belajar/menuntut

ilmu jika mereka berhasil membuat sebuah robot. Jadi, jika dia

belum membuat robot, maka bisa dibilang ilmu yang dia dapatkan

menjadi sia-sia.

Nah, begitu juga dalam dakwah. Dakwah itu kan menyeru

atau mengajak. Jadi bisa dikatakan seseorang itu berhasil dalam

dakwah, jika dirinya telah mengajak orang lain untuk menuju

jalan-Nya.

Lalu apa yang harus dilakukan setelah melakukan rekrutmen?

Yakni menjaga keistiqomahan yang sudah direkrut. Karena sama

saja jika kita berhasil melakukan rekrutmen besar-besaran setelah

itu hilang semua. Kalau hal ini sampai terjadi, bisa mengakibatkan

efek buruk bagi yang pernah direkrut. Misalnya, munculnya image

negatif terhadap kita. Dia merasa kecewa dengan kita. Yang

awalnya begitu bersemangat mendekatinya, tapi setelah ada

“pernyataan” yang keluar dari mulutnya, dia ditinggalkan. Jadinya,

perasaan patah hati itu bisa muncul akibat kita tidak menjaga

keistiqomahannya.

Secara psikologis, orang yang pertama kali menemukan

sesuatu hal yang baru dan mengikutinya, dia akan cenderung lebih

bersemangat. Tapi semangatnya ini biasanya akan menggebu-gebu,

sehingga jika tidak segera disalurkan dengan baik, besar

kemungkinannya semangat yang dia miliki akan patah. Oleh

Page 101: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 101

karena itu, jangan sekali-kali membuat orang patah hati (Baca:

patah semangat).

Lalu, bagaimana cara menjaga keistiqomahan yang sudah

direkrut? Caranya tak lain adalah membina. Konteks membina

disini bukan berarti langsung menempatkan dia pada suatu halaqoh

dan langsung diajari tentang materi-materi seperti ma’rifatullah,

makna syahadatain, ma’rifatul rasul, dll. Tidak harus selalu seperti

itu. Akan tetapi, konsep awal bisa menyesuaikan dengan kondisi

dan situasi.

Contohnya, jika saat ini sedang beramanah di sebuah

departemen BEM Jurusan, maka ketika rapat, tawarkan dirimu

untuk membuka rapat. Lalu ketika membuka rapat, sisipkanlah

beberapa taujih. Tak usah berlama-lama, seperti halnya kultum

(Kuliah Tujuh Menit). Sebentar tapi membuat mereka tertarik

dengan apa yang disampaikan. Pada awalnya dari rapat ke rapat.

Lalu bisa jadi akan ada permintaan untuk membuat kajian untuk

internal BEM itu sendiri. Pelan-pelan, tapi pasti. Yang penting

selama itu berlangsung, usahakan senantiasa menjaga pemilihan

katanya, agar bisa diterima dengan baik dan tidak menyakitkan hati

sang pendengarnya.

Masalahnya sekarang, berani atau tidak? Mau atau tidak?

Kalau sudah tidak mau dan tidak berani, tidak akan bisa berjalan.

Apa sih yang membuat perasaan tidak berani dan tidak mau itu

Page 102: Sepotong hati untukmu mahasiswa

102 | I k h w a h L i d a h

muncul? Karena masih kecil? Atau karena merasa belum cukup

ilmu? Atau merasa gugup ketika bertemu audience? Sampai

kapankah kita akan terperangkap dengan ketidaksiapan itu?

Padahal waktu itu akan terus berjalan. Jadi bukan saatnya

terperangkap dalam keterpurukan atas ketidaksiapan, tapi saatnya

berperang melawan ketidaksiapan.

Jika tidak siap karena ilmu yang terbatas, maka saatnya

belajar dengan giat. Banyak-banyak membaca. Jika tidak siap

karena gak Pede, maka mulailah latihan ketika membuka dan

menutup acara di halaqoh kita sendiri. Latihan, latihan, dan latihan.

Akan tetapi bukan berarti ketika latihan, kita berhenti

berdakwah? Tidak! Justru sambil latihan, kita juga menerapkan apa

yang sudah kita terima. Jangan bingung-bingung mencari materi

taujih, sampaikan saja apa yang menjadi taujih di dalam

halaqohmu pada pekan itu. Pastinya juga tidak akan lupa-lupa

banget dengan apa yang disampaikan pada pertemuan halaqoh

sebelumnya. Insyaallah ingatan masih sedikit fresh.

Trus, jika itu tidak dilakukan, apa yang akan terjadi?

Pertama: Ilmu Tidak Bermanfaat

Ibarat sebuah air. Jika dibiarkan menggenang di sebuah

tempat, lama kelamaan dia akan menjadi penyakit, walaupun

air itu bersih. Akan tetapi jika dibiarkan mengalir, air yang

Page 103: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 103

kotorpun lama kelamaan akan menjadi bersih. Ilmu itu juga tak

akan ada gunanya jika disimpan untuk diri sendiri, tapi jika

disampaikan kepada orang lain maka akan lebih berguna. Coba

kalau disimpan untuk diri sendiri, ketika lupa mungkin tak ada

yang mengingatkan. Tapi jika kita menyampaikannya kepada

orang lain maka ketika kita lupa, insyaallah akan ada yang

mengingatkan. Dan bukankah sudah jelas, bahwa salah satu

amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat.

Kedua: Terhentinya Regenerasi

Jika rekrutmen itu tidak dilakukan, maka proses

regenerasi akan berhenti. Maka, kiamatpun akan segera datang.

Karena kiamat itu akan terjadi jika sudah tidak ada orang yang

beriman di bumi ini. Dan bagaimanakah kejadian kiamat sudah

Allah tunjukkan di QS At-Takwir. Jadi tidak seperti film 2012

yang endingnya ada manusia yang selamat. Tak akan mungkin

seperti itu. Saat kiamat sebenarnya, tak ada satupun manusia

yang hidup.

Ketiga: Umat Yang Sesat

Lihatlah disekeliling kita. Saat ini, fenomena hamil di luar

nikah sudah menjadi suatu hal yang dimaklumi oleh

masyarakat. Padahal dulu, jika ada orang yang hamil di luar

nikah, dia akan diusir dari kampungnya dan tak akan diterima.

Yang paling dekat dengan anak kampus adalah pacaran.

Page 104: Sepotong hati untukmu mahasiswa

104 | I k h w a h L i d a h

Lihatlah gaya pacaran teman-temanmu di kampus saat ini.

Kalau sudah pacaran seolah-olah sudah seperti suami-istri

sendiri. Dan itulah PR kita. Relakah kita orang-orang yang ada

di sekeliling kita menjadi orang-orang yang sesat seperti itu?

Segera ambillah peran untuk memperbaiki orang-orang

disekelilingmu.

Keempat: Umat Yang Lemah

Lemah disini bukan berarti lesu, loyo. Tapi lemah disini

maksudnya dalam konteks pemahaman. Pernahkah kita

bertanya pada orang-orang disekeliling kita, mereka sudah bisa

ngaji (baca Al-Qur’an) atau belum? Jika ia tidak bisa atau bisa

tapi masih banyak yang salah, tawarkan dirimu untuk

mengajari mereka. Awalnya belajar baca Al-Qur’an saja, lalu

seiring berjalannya waktu ditambah dengan pengetahuan ilmu

agama yang lain. Masih banyak orang-orang yang ada

disekeliling kita membutuhkan “rangkulan” kita. Dan, itulah

tugas kita!

Kelima: Kehilangan Eksistensi

Firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 7 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama

Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan

kedudukanmu”.

Dan sebuah kalimat “Tarbiyah bukanlah segala-galanya,

tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah”. Dengan dakwah

Page 105: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 105

kita berubah dari orang biasa menjadi luar biasa. Jika tak

bersama dakwah mungkin di kampus hanyalah mengenal

teman-teman sekelas saja. Tapi karena bersama dakwah, kita

bisa kenal dengan teman-teman jurusan lain, fakultas yang

lain, bahkan dari universitas lain. Dari sinilah terlihat

eksistensi kita. Eksistensi ini telah mengubah diri kita, yang

awalnya pendiam sekarang jadi pandai bicara, yang awalnya

tidak pede kini jadi pede, bahkan terlalu kepedean (Wah-wah,

kalo ini jangan!), yang awalnya galak kini jadi semakin sabar,

dll.

Inilah mengapa kita harus melakukan rekrutmen, dakwah, dan

membina. Tapi ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 272

yang artinya “.... akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk

(Memberi taufiq) siapa yang dikehendakinya....” Jadi, sertakanlah

Allah dalam hidupmu.

Kekuatan ruhiyah menjadi salah satu hal yang berpengaruh

dengan hasil kerja dakwah. Itulah mengapa ada mutaba’ah setiap

pekannya. Mungkin memang pada awalnya kita masih dengan

terpaksa, tapi Insyaallah lama kelamaan itu menjadi suatu amalan

yang memang kita butuhkan setiap hari. Sudah banyak terbukti di

beberapa wilayah, jika amalan ruhiyahnya bagus maka hasilnya

pun akan luar biasa. Orang yang berbicara dengan ruhiyah yang

bagus akan dapat dirasakan oleh sang mad’u (target dakwah). Tapi

Page 106: Sepotong hati untukmu mahasiswa

106 | I k h w a h L i d a h

jika orang yang berbicara ruhiyahnya sedang menurun, akan

kurang dirasakan oleh mad’unya. Karena orang yang ruhiyahnya

bagus, ada tangan-tangan Allah yang ikut campur di dalamnya.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa ditiap tepi

waktu, terlampau banyak ajakan untuk meninggalkan jalan hidup

Rasul-Mu. Dan di beberapa tepian waktu itu aku berharap tetap

istiqomah. Ya Allah kumohon jaga harapan itu sampai akhir

hayatku. Karena tak sedikit yg kehilangan sekedar rasa ‘ingin’

untuk istiqomah.

Page 107: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 107

Give Up? No Way..!

”jangan biarkan kekuatan atau kehebatan dalam diri jiwa antum

terhempas dengan kebanyakan alasan untuk tidak melakukan

sebuah kebaikan dalam Agama dan jama’ah”.

Saudaraku, apakah anda pernah melihat beberapa iklan di

TV? Saya yakin pernah. Mereka menawarkan sebuah barang

dengan kata-kata yang indah dan bahkan kata-kata optimisme.

Seperti pada iklan salah satu minuman bersuplemen, yang mana

ada seorang pekerja keras kelihatan lesu dan lemas, tapi setelah

minum minuman tersebut, dia menjadi kelihatan penuh

kegembiraan. Harapan dan semangat mereka muncul kembali.

Menjalani kehidupan juga seperti itu. Tidak perlu bersusah

hati atau putus asa, bila menghadapi kesulitan-kesulitan. Bila kita

menjalani kehidupan dengan semangat dan dengan tujuan yang

jelas, maka beban seberat apapun akan terasa ringan. Bila kita tidak

pernah membiarkan harapan dan optimis kita hilang, maka kita

Page 108: Sepotong hati untukmu mahasiswa

108 | I k h w a h L i d a h

akan selalu menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan sebuah

masalah.

Ikhwah fillah, kita harus tau bahwa disetiap kejadian yang

menurut kita nyaman belum tentu nyaman bagi Allah SWT.

Banyak kejadian-kejadian yang kadang membuat kita sebal, namun

dibalik itu sebenarnya baik buat kita. Seperti pada saat hujan

menguyur sehingga kita basah kuyup karena lupa tidak membawa

jas hujan.Ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik

matahari yang kita jumpai sepanjang hari. Atau mungkin kita

pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah

tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun ketika kita

ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan

klakson agar kita mempercepat kendaraan kita. Mengapa keadaan

seringkali tak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh,

sinis bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut

ketidakmujuran?

Para pejuang dakwah, ikhwan wa akhwat fillah. Sadari saja

bahwa dengan cara itulah alam menghibur kita. Itulah cara alam

mengajak kita tersenyum, menertawakan diri sendiri, dan bergurau

secara nyata. Kejengkelan itu muncul karena kita tak mencoba

bersahabat dengan keadaan.Kita hanya mementingkan diri sendiri.

Kita lupa bahwa jika keinginan tidak tercapai itu tidak ada gunanya

untuk disesali.

Page 109: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 109

Ikhwah fillah, semua masalah itu adalah bumbu-bumbu

kehidupan yang memang sudah melekat dalam diri kita, yang

terkadang asin, tawar atau bahkan terlalu manis. Yang perlu kita

lakukan adalahbagaimana meramu bumbu itu agar menjadi sebuah

perpaduan rasa yang meghasilkan masakan yang sedap sehingga

semua orang suka.

Sobat jangan biarkan diri dan pikiran kita menimbulkan kata

keluhan, karena itu akan menghambat kekuatan dalam diri kita.

Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kita.

Ambillah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua apa yang ada

dalam jiwa dan pikiran anda lalu temukan secercah cahaya lilin

dibalik hati nurani anda dan mulailah dengan langkah baru dengan

ucapan, Bismillahirrohmanirrohiim.

Saya ingatkan kembali secercah pesan dari Amir Syakib

dalam pembuka tulisan ini, ”jangan biarkan kekuatan atau

kehebatan dalam diri jiwa antum terhempas dengan

kebanyakan alasan untuk tidak melakukan sebuah kebaikan

dalam Agama dan jama’ah”.

Wallahu’alam bissawab...

Page 110: Sepotong hati untukmu mahasiswa

110 | I k h w a h L i d a h

Kuliah di Jalan Cahaya

“Dakwah akan terus berjalan, dengan atau tanpa kita.

Kalau tidak bersamamu dakwah akan bersama yang lain.

Kalau tidak bersama dakwah, engkau mau bersama siapa?”

(New Quantum Tarbiyah, 136)

Seorang Ibu guru BK di sebuah SMA pernah berkata pada

salah seorang siswa laki-laki yang akan segera lulus, yang intinya,

“Saat akhir masa kelas 3 sekarang ini, kamu merasa bingung, nanti

saat lulus kuliah kamu akan jauh lebih bingung lagi”. Sebut saja

siswa tersebut bernama Ahmad.

Pada saat itu, Ahmad tidak yakin apa yang dimaksud oleh

sang guru, maklum ia belum pernah kuliah jadi tidak punya

bayangan, namun ia bepikir tentunya ada alasan kuat seorang

konselor berpengalaman berbicara seperti itu. Ketika menginjak di

bangku kuliah, Ahmad mulai memiliki gambaran jelas apa yang

dimaksud oleh Ibu guru tersebut, semakin lama semakin jelas. Ibu

guru tersebut secara tersirat ingin memberi peringatan kepada

Page 111: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 111

Ahmad agar benar-benar memaksimalkan masa-masa kuliahnya

agar kelak ketika selesai, Ahmad bisa mendapatkan apa yang ia

inginkan dengan mudah.

Namun sesungguhnya Ahmad pada saat itu masih bingung

tentang apa sih sebenarnya yang ingin ia lakukan setelah lulus

kuliah. Ia bingung bukan karena tidak punya pilihan, namun karena

terlalu banyak pilihan, bingung setelah lulus, apakah mau kerja,

meneruskan ke S2, buka usaha, menikah, dll. Pertimbangannya pun

belum berhenti sampai disitu, misal mau kerja, kerjanya dimana;

misal mau ke S2 biaya darimana; misal mau buka usaha, buka

usaha apa; dan misal mau nikah, nikah dengan siapa? (Ya sama

jodohnya lah!). Seseorang dengan gelar sarjana memang akan

mendapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat sekitar, ia

dianggap telah benar-benar matang dan sanggup memikul

tanggung jawab apapun.

Pada akhirnya Ahmad tidak mau pusing-pusing

memikirkannya, ia menyimpulkan bahwa selama ia mempunyai

IPK yang bagus ketika lulus kuliah, semuanya akan mudah dan

saat itu pula ia akan memutuskan apa yang akan ia lakukan dengan

masa depannya. Maka mulailah perjalanan Ahmad kuliah dengan

target IPK akhir yang diatas rata-rata. Ia berusaha aktif di kelas,

mencari teman-teman untuk diskusi, dan mengikuti berbagai

organisasi dan macam-macam kegiatan ekstra kampus, hal itu

Page 112: Sepotong hati untukmu mahasiswa

112 | I k h w a h L i d a h

dilakukannya untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan ilmiah

yang pada akhirnya akan berefek pada peningkatan prestasi

akademisnya.

Pada saat mencari-cari organisasi dan kegiatan ekstrakurikuler

itulah Ahmad berkenalan dengan sebuah organisasi dakwah islam,

namun ia tidak memiliki minat sedikitpun untuk mengetahui

organisasi tersebut lebih lanjut. Ia sama sekali asing dengan kata

dakwah sebab di sekolahnya dulu tidak ada organisasi semacam

itu. Ia berpikir bahwa dakwah adalah urusan para ustad yang telah

belajar bertahun-tahun di pondok pesantren. Ahmad sebenarnya

ingin segera menjauh, namun di dalam hatinya ada rasa penasaran

tentang organisasi keislaman ini, ia berpikir jika ada teman-teman

sesama mahasiswa juga yang nyaman dalam mengikuti organisasi

ini, pasti ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Pada hari itu juga

Ahmad mendaftar menjadi anggota organisasi tersebut dengan

tujuan hanya untuk menjawab rasa penasarannya dan segera

berhenti apabila semua sudah terjawab.

Namun semua pemikiran dan harapan Ahmad sedikit demi

sedikit berubah, sepertinya memang benar ketika seseorang

melakukan sedikit saja hal yang baik, maka hal itu akan

mengantarkan pada hal-hal baik yang lain, ia mulai berteman

dengan teman-teman yang sama namun berbeda yaitu sama-sama

manusia namun berbeda pola pikir dan perilaku, Ahmad mulai

Page 113: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 113

belajar hal-hal yang menentramkan hati dan mulai berubah dalam

memandang kehidupan. Ahmad yang awalnya kurang suka dalam

mengikuti kajian islam, akhirnya malah menjadikannya suatu

kebutuhan, seminggu tidak bertemu dengan pemateri maupun

teman-temannya, rasanya ada sesuatu yang hilang. Seperti

merindukan bulan di siang hari, sungguh tak sabar.

Cukup lama juga rasanya Ahmad maju-mundur, ia rupanya

belum sepenuhnya lepas dari kebiasaan-kebiasaan lamanya,

terutama ketika berkumpul bersama teman-teman dekatnya,

perkembangannya tidak semudah dan secepat harapannya. Namun

Ahmad diajari untuk yakin bahwa apabila ada seorang hamba yang

ingin mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka Allah akan

menyambutnya dengan berlari. Allah selalu mempermudah semua

hamba-Nya yang berusaha untuk mendapatkan cahaya-Nya.

Ahmad yang dulunya jika shalat fardhu telatnya satu jam, dua jam,

mulai benar-benar memperhatikan panggilan Allah ini dengan

berusaha shalat berjamaah atau tepat waktu.

Ahmad yang dulunya oleh orang tuanya kurang perhatian,

perlahan mulai mementingkan mereka. Jika orang tua Ahmad

punya banyak anak sih mungkin agak bisa diterima, lah anaknya

cuma satu, ya gak masuk akal. Ahmad pun belajar bahwa cara

berbakti kepada orang tua adalah dengan berbuat hal-hal yang baik,

melakukan amal-amal sholeh, karena perbuatan seorang anak akan

Page 114: Sepotong hati untukmu mahasiswa

114 | I k h w a h L i d a h

berimbas kepada orang tuanya juga, sehingga orang tua bisa

mendapatkan manfaatnya di dunia dan akhirat. Karena itu juga,

sebuah kedurhakaan yang paling besar adalah jika seorang anak

senang melakukan hal-hal yang tidak baik, karena orang tuanya

akan mendapat dampak negatif dari anaknya itu tidak hanya di

dunia namun juga di akhirat.

Ahmad kemudian menyadari bahwa kampus tempatnya kuliah

itu bagaikan sebuah medan magnet, di mana terjadi tarik menarik

antara magnet berkutub positif dan magnet berkutub negatif, dan

Ahmad masuk di dalamnya sebagai sebuah jarum yang siap ditarik

oleh salah satu dari kedua belah pihak, bergantung kutub mana

yang lebih kuat, atau kutub mana yang lebih dekat dengan Ahmad.

Seperti yang diketahui, ada macam-macam manusia dengan latar

belakang dan mindset yang berbeda-beda di dalam kampus. Saking

banyaknya, jadi sangat mudahnya ditemui kelompok-kelompok

yang dibentuk berdasarkan oleh persamaan-persamaan yang

dimiliki oleh setiap anggotanya dari sekelompok teman sekelas

yang kemana-mana selalu bersama hingga sebuah organisasi besar

dengan aturan yang jelas. Sedikit banyak kelompok-kelompok itu

memberikan pengaruh pada mahasiswa-mahasiswa yang

berhubungan dengannya, seperti yang dialami juga oleh Ahmad.

Oleh karenanya Ahmad ingin berusaha meningkatkan jumlah

magnet-magnet berkutub positif tersebut.

Page 115: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 115

Semakin lama Ahmad semakin sering terlibat untuk

berpartisipasi dalam kegiatan dakwah islam yang diikutinya,

sesuatu yang dirasakannya cukup rumit, karena dakwah

membuatnya berinteraksi dan bersinggungan dengan banyak hati

yang sensitif, pribadi-pribadi dengan sifat dan latar belakang yang

bermacam-macam. Seringkali ia merasa bahwa dakwah yang

dilakukannya beserta dengan teman-temannya tidak berkembang

alias jalan di tempat, namun di sisi lain ia meyakini bahwa dakwah

itu bagaikan riak air ketika kita melempar sebuah batu kedalam

sungai, gelombangnya menyebar namun kita tidak dapat melihat

langsung kapan gelombangnya sampai di tepian, begitupun

Insyaallah kinerja dakwah ini. Ahmad tidak dapat memastikan

siapa saja yang mendengar atau melihat apa yang ia sampaikan,

namun ia berharap suatu saat, entah itu dalam hitungan bulan, atau

hitungan tahun, orang-orang tersebut akan merasakan efek positif

dari apa yang disampaikan oleh Ahmad dan teman-temannya,

meskipun pada saat itu Ahmad tidak dapat melihat dan merasakan

perubahan mereka secara langsung.

Salah satu hal yang membuat Ahmad senang adalah ketika ia

dapat menyaksikan proses ketika orang-orang yang berubah dari

yang semula jauh dari Allah menjadi lebih dekat dengan-Nya.

Seperti musim kemarau yang panas tiba-tiba hilang dalam sekejap,

terhapus dengan datangnya hujan yang sejuk, yang menandakan

Page 116: Sepotong hati untukmu mahasiswa

116 | I k h w a h L i d a h

dimulainya masa yang penuh dengan keberkahan, orang-orang

yang meninggalkan kedzaliman dan melaksanakan amal shalih

untuk meraih ridha Allah, Tuhan mereka. Hal itu membuat Ahmad

ingat ketika pertama kali ia membaca beberapa ayat yang membuat

dadanya bergetar dan air matanya menetes, seakan-akan Allah

dengan lembut menyapa hamba-hamba-Nya:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan

hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah

hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al-

Fajr: 27-30).

Pada akhirnya memang semua orang akan kembali ke

asalnya, cepat atau lambat tinggal menunggu habisnya jatah waktu.

Manusia hanya bisa mengusahakan yang terbaik bagi dirinya

sambil menunggu ketentuan Allah yang akan terjadi. Dan

menjalani hidup dengan ketenangan jiwa adalah dambaan semua

orang tanpa terkecuali, sebab ketenangan jiwa itu merupakan tanda

bahwa ridha Allah menyertai mereka. Ahmad sadar bahwa ketika

Allah sudah berkenan menyertai hamba-Nya dalam setiap urusan,

maka semuanya akan menjadi lebih mudah dan lebih baik. Untuk

memperoleh hal itu Ahmad berusaha ngerutinin beberapa amal

shalih, dan sedikit demi sedikit ketenangan batin ia dapatkan,

meskipun masalah-masalah selalu ada, namun selama ada Allah

bersamanya, Ahmad tak pernah khawatir.

Page 117: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 117

Ahmad mencoba menerapkan prinsipnya itu pada

kehidupannya ketika kuliah, dan semuanya pun menjadi lebih

mudah. Misalnya pada awal kuliah dulu tiap semester ia berusaha

keras mengejar tujuannya yaitu IPS minimal 3,5 tapi nggak pernah

dapat, namun setelah ia melibatkan Allah dan mengutamakan

Allah dalam segala macam kegiatannya, meminta pertolongan

hanya pada Allah, IPS-nya menjadi jauh lebih baik dari 3,5

meskipun sesungguhnya Ahmad lebih santai dari sebelumnya.

Jika mengatur siang menjadi malam atau malam menjadi

siang sangat gampang bagi Allah SWT, tentu mengatur hati bapak

ibu dosen dalam memberi nilai yang baik, tentu akan jauh lebih

mudah bagi Allah SWT, bahkan kalau perlu sistem penilaian

kampus pun bisa diubah agar menjadi lebih menguntungkan.

Ahmad kadang merasa rugi tidak mendapatkan cahaya petunjuk ini

sesaat ketika mulai kuliah, namun segera ia ganti dengan rasa

syukurnya yang lebih besar karena ia dapat merasakan kuliah di

jalan cahaya.

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau

masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup

dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.

Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab

(batas)." (Q.S. Ali Imron: 27)

Teruslah di jalan cahaya itu..!!!

Page 118: Sepotong hati untukmu mahasiswa

118 | I k h w a h L i d a h

Page 119: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 119

BAB V

Menjalin Ukhuwah

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu

bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah

hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah

terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

(Al-Hujuraat [49]: 10)

Page 120: Sepotong hati untukmu mahasiswa

120 | I k h w a h L i d a h

Page 121: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 121

Indahnya Ukhuwah

“…jika tetes-tetes itu digabung menjadi satu, dia akan menjadi

arus.

Dan itulah yang diperlukan dalam dakwah.

Begitu dia menjadi arus, dia akan menghanyutkan.

Begitulah amal ukhuwah. Seperti menggabungkan huruf yang

terpisah-pisah agar menjadi satu dan bisa terbaca.”

(Anis Matta, Demi Hidup Lebih Baik)

Terjalinnya ukhuwah menjadikan kita memiliki banyak

saudara. Seperti kata pepatah, “Sedikit demi sedikit lama-lama

menjadi bukit.” Tidak sedikit diantara kita yang memiliki banyak

teman ketika kita berada di lingkungan yang baru. Bemula ketika

menjadi seorang pendatang, kita berlaku seolah-olah seperti anak

santun dan salih. Akan tetapi lama-kelamaan mereka pun tahu

watak, perilaku dan kebiasaan kita. Di saat itu lah kita mulai diuji

kesetiaan dan rasa saling menghargai diantara saudara-saudara kita,

yang semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing.

Page 122: Sepotong hati untukmu mahasiswa

122 | I k h w a h L i d a h

Tidak jarang diantara kita terkadang saling berbeda pendapat,

bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing hingga tidak ada

yang mau mengalah. Dalam kebersamaan itu kita mulai belajar

untuk menjalin ukhuwah: bagaimana kita bisa menerima

kekurangan orang lain, bagaimana kita bisa menerima dan

mengubah lebih baik disaat nasehat dari saudara kita datang,

bagaimana kita bisa berbagi dalam material maupun non material,

bagaimana kita menolong saudara kita di kala dia membutuhkan

bantuan kita, dan bagaimana kita bisa belajar bersama. Di situlah

kita akan tahu makna ukhuwah itu sendiri, persaudaraan dengan

sesama muslim dan mukmin bersatu.

Alangkah indahnya kebersamaan dalam menapaki jalan

dakwah ini. Alangkah indahnya bila kita bisa saling berbagi, saling

memberi, saling menyanyangi, saling menghargai, saling

menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Alangkah indahnya bila

kita bisa saling memotivasi untuk bersama-sama berjuang

menegakkan agama Allah.

Ukhuwah adalah sebuah kenyataan naluriyah setiap insan

yang saling membutuhkan orang lain. Tidak pandang etnis,

budaya, letak geografis maupun yang lain. Hanya satu yang

membatasi kita yakni adanya perbedaan aqidah. Ketika kita dalam

satu aqidah, kita bersaudara karena Allah. Ketika aqidah Islam kita

terpelihara maka ukhuwah akan terbentuk. Tumbuh dan

Page 123: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 123

berkembangnya perasaan cinta dan kasih sayang di hati antar

saudara seiman itu adalah karunia Allah yang telah berkenan

mengikat hati orang-orang yang beriman dalam sebuah jalinan

ukhuwah.

Ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah yang riwayatkan

oleh Imam Bukhari dari abu Hurairah. Ada salah seorang sahabat

Anshar berkata kepada Nabi, “Ya Rasulullah, bagikan kebun kami

dengan Muhajirin.”

“Tidak, aku tidak akan membagikan dengan mereka,” jawab

Nabi.

“Kalau demikian, bantulah kami dalam bekerja agar kami

dapat membantu mereka dalam membagi hasilnya,” ungkap

sahabat Anshar.

“Saudara kamu muhajirin itu adalah yang keluar ke tempatmu

dengan membawa harta dan keluarganya,” jawab Nabi SAW.

“Kami akan membagikan kepada mereka kebun kami,” jawab

orang Anshar.

Rasulullah bertanya lagi, “Apa selain itu?”

Kayaknya, sahabat Anshar itu belum memahami perkataan

Nabi. Maka ia bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang Engkau

maksudkan?”

Page 124: Sepotong hati untukmu mahasiswa

124 | I k h w a h L i d a h

“Mereka itu datang dari Mekah dan mereka tidak bisa

bercocok tanam sepertimu, karena itu bertanamlah kamu dan

berikan kepada kaum Muhajirin sebagian hasilnya,” demikian

penjelasan Nabi SAW.

Seketika itu mereka berseru, “Kami rela dengan keputusan

Nabi.”

Dari kisah tersebut sebuah contoh bagaimana itu ukhuwah itu

terjalin dalam kehidupan para penggerak dakwah Islam dengan

diwarnai dengan kasih sayang karena Allah. Dengan ukhuwah

yang terjalin indah mereka saling melakukan kebaikan. Karena

melakuakn kebaikan dengan saudara kita merupakan salah satu

ladang amal kita untuk ber fastabiqul khoirot untuk senantiasa

bersyukur terhadap apa yang yang telah dilakukan untuk mengapai

ridho Allah. Hingga Allah membalasnya kebaikan di dunia atau di

akhirat.

Ingatlah wahai saudariku, ukhuwah itu terjalin di kala kita

mampu dan mau untuk saling nasehat menasehati serta menerima

hingga ukhuwah itu bisa beriringan dengan melakukan amal

sholih.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan

Page 125: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 125

nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr

[103]: 1-3)

Inilah senjata ampuh untuk meniti jalan dakwah. Selain itu,

firman Allah itu juga sebagai alarm diri kita untuk untuk

menjadikan ukhuwah ini lebih indah dan bermakna dalam sejarah

hidup kita. Karena disinilah Alloh telah memberikan kesempatan

bagi kita untuk mengenal arti hidup.

Jagalah ukhuwah, jadikan hal yang positif dari ukhuwah itu,

sehingga output yang dihasilkan pun akan positif. Ayo jalinkan

ukhuwah, eratkan ukhuwah, hingga satukan ukhuwah dalam satu

iman dan Islam.

Page 126: Sepotong hati untukmu mahasiswa

126 | I k h w a h L i d a h

Kakak, Ajak Aku Terbang Bersamamu…

Bismillah...

Sedikit cerita. Semoga dia tak membacanya, sebab... dia pasti akan

sedih, karena menyadari betapa cepat waktu berlalu...

Dia adalah kakakku, dalam dekapan ukhuwah. Saudara yang

baru ku kenal ketika kami sama-sama berada dalam satu atap di

awal Semester. Kakak angkatan yang terpaut jauh 4 tahun di

atasku. Dia juga bukan asli Orang Jawa. Dan, sebentar lagi dia

akan pulang ke rumahnya yang jauh di sana –karena skripsinya

sudah selesai–. Sedih? Pasti. Hanya satu semester, kami merajut

ukhuwah di dalam satu rumah. Waktu yang terlalu singkat untuk

merangkai kenangan bersamanya. Seperti lagunya ST 12,

“Satu jam saja, ku telah bisa, cintai kamu, kamu, kamu di

hatiku

Namun bagiku, melupakanmu, butuh waktuku seumur

hidup....”

*Lagunya sedikit gak syar’ie :-)

Page 127: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 127

Kuingat, selepas tiap ku pulang kuliah, dia selalu bertanya,

‘dapat tugas dek?,’ atau ‘kuliah apa dek?’. Sebuah pertanyaan

sapaan yang selalu diutarakannya untuk menyapaku. Begitulah,

pertanyaan yang kini tak ada lagi yang bertanya begitu padaku

selepas kuliah. Dialah yang mengajariku akan indahnya mengkaji

ilmu, memperbaiki diri dan merajut ukhuwah dalam barisan

Tarbiyah. Ah, aku rindu.

Banyak kenangan manis yang membekas dalam ingatan. Dia

juga yang mengenalkanku pada “dunia” ini, pada lagu-lagu haroki

dan aksi-aksi beserta seluruh jajarannya. Izinkan kali ini aku

berbagi cerita tentangnya, di suatu hari... My Beloved Sister.

Suatu pagi, dikala itu (3 tahun silam) kulangkahkan kaki

menuju kampus hijauku sambil memburu waktu karena jam sudah

menunjukkan angka tujuh (dulu masih terlalu takut untuk

terlambat). Di tengah ketergesaan, Allah sungguh telah

mengirimkan seseorang untuk menolongku. Tiba-tiba dia, kakakku

sudah berada di depanku dengan sepeda ontelnya.

“Alhamdulillah…” tanpa basa-basi dan tanpa ada tawaran

langsung saja kududuk di belakangnya.

Di perjalanan, aku banyak bercerita tentang ini-itu. Sudah 2

hari ini dia mabit dan tak berjumpa denganku. Dan dia, entah

mengapa, diam saja. Tak seperti biasanya –biasanya dia selalu

Page 128: Sepotong hati untukmu mahasiswa

128 | I k h w a h L i d a h

bertanya tentang perkembanganku–. Aku terus bercerita, sampai

akhirnya dia angkat suara,

“Dek, ana ingin terbang ke sana, tinggiiii sekali!”

Aku menghentikan ‘ocehan’-ku. Terbang? Kesana? Batinku

heran. Kok gak nyambung sama yang kuceritakan ya?

Kudongakkan kepala, memandang langit biru yang kala itu dihuni

oleh gerombolan awan putih dengan mentari yang tersenyum

sangat hangat seolah menyapaku, "selamat pagi"…

Ah, cerah sekali hari ini! Subhaanallaah…

“Aku juga ingin terbang mbak.” sambungku. “Aku ingin

rekreasi ke syurga.” Kali ini kuungkapkan dengan sepenuh hati.

Entah mengapa, akhir-akhir ini (Dikala itu) indahnya syurga

memang menggelayuti pikiranku. Kapan ya mbak, aku akan

rekreasi ke sana? Ah, semoga.

“Kadang, hidup itu kalau dirasa, melelahkan ya mbak” kataku

lagi.

Tak ada respon. Sunyi, hanya deru bunyi ringkikan ayunan

sepeda dan bunyi bel yang otomatis berdering ketika jalan sungguh

tak rata. “Mbak merasa lelah ya?” kututup monologku dengan

kalimat tanya.

“Sudah sampe dek.” katanya datar.

Page 129: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 129

“Oh, iya.” Aku segera turun. Kutatap wajahnya, mencoba

mencari jawaban itu di matanya. Namun, kosong. Tak kutemukan

apapun di sana. Hanya sorot matanya yang menerawang

jauuuuuh… Entah ke mana.

“Jazaakillah mbakku atas ‘ojek’ gratisnya. Hehe.” kataku

sambil tersenyum.

“Waiyyaki,” balasnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

“Assalaamualaikum”. Segera ia membelokkan ontelnya dan

melesat meninggalkanku yang masih diam terpaku.

Kulihat sosoknya yang semakin jauh, jauh, lalu hilang di

persimpangan. Kami memang beda angkatan, meskipun

sebenarnya kami adalah satu jurusan. Ada apa denganmu, kakak?

Segera aku tersadar, aku belum membalas salamnya,

“Waalaikumsalaam Warahmatullaah Wabarakaatuh. Semoga Allah

selalu memberkahimu, hari ini, dan di sisa usiamu,” doaku

untuknya. Astaghfirullah!…. telaaaaaaaatttt!!!

Saat kuliah, konsentrasiku pecah. Kalimat singkatnya tadi

pagi masih terngiang-ngiang di telinga. “Dek, ana ingin terbang ke

sana, tinggiiii sekali!” Apa maksudnya? Apa dia benar-benar lelah?

Ya, mungkin. Aku tahu akhir-akhir ini dia sibuk dengan skripsinya

yang baru selesai dan urusan-urusan lain yang tak kalah

menyibukkan. Apalagi sekarang sedang musim-musimnya ganti

Page 130: Sepotong hati untukmu mahasiswa

130 | I k h w a h L i d a h

kepengurusan. Ditambah aktivitas dakwah yang gak ada

musimnya, karena dakwah akan terus berjalan sepanjang musim.

Intinya, dia sangat sibuk saat ini.

Aku pun sama sibuknya denganmu mbak. Dan tidak hanya

kita berdua, masih banyak “pejuang-pejuang” lain yang juga

merasakan hal yang sama, bahkan lebih sibuk dari mbak. Atau

mungkin, kau sedang dilanda masalah yang cukup berat hingga kau

benar-benar merasa letih dan penat? Atau mungkin karena

kegalauan hatimu yang masih terlalu berat untuk meninggalkan

Surabaya kala itu? Seharusnya kesibukan tak cukup menjadi alasan

untuk tidak meluangkan waktu bersama saudara dan adik-adiknya.

Ah, ke mana saja aku selama ini?

Kucoba merangkai pesan cinta lewat SMS untuknya,

“Rabb, kulihat letih di wajah kakakku,

sapulah dengan air syurga yang menyejukkan…

Ya Rabb, kulihat memudar senyumnya hari ini,

maka perlihatkan padanya kisah kasih penduduk syurga yang

membahagiakan

Hingga hilanglah kepenatan dalam dirinya.”

Kutunggu beberapa saat, namun tak ada tanggapan. Selesai

kuliah pun aku tak mendapatkan ucapan yang selalu ia lontarkan

padaku. Ternyata Ia sedang pergi, menemui seseorang dan akan

Page 131: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 131

bermalam disana. Selepas malam, Ba’da Isya’ kuketik lagi kata-

kata cinta selanjutnya:

“Mbak, mbak ingin terbang tinggi kesana kan? Ajak aku terbang

bersamamu ya. Malam ini, aku ingin ikut bersamamu. Tunggu aku

yaa. Aku akan mengajakmu menjelajah angkasa. Kita akan terbang

bersama, tinggi, tinggiii sekali.. hingga mencapai puncaknya. Hanya

ada aku, kau, dan Dia. Mbak, akhir-akhir ini aku sangat

merindukanNya, sejak kau mengenalkanku pada-Nya. Rinduuuu

sekali…”

Waktu berlalu. Aku tahu, dia takkan membalasnya. Tiba-tiba

kurasakan hangat di mataku. Hatiku gerimis…

Malam harinya, tepat jam 2 dini hari, ku terbangun karena ada

pesan masuk untukku, “Assalaamualaikum Adek chanyank… apa

anti dah bangun? Bersiaplah, qta akan segera terbang tinggi,

tinggiii sekali. Ambil air wudhu yaaa… Luv u.”

Tak terasa, air mata menderas. Belum sempat ku

membalasnya, langsung Hpku berdering, ada namanya dilayar.

Segera ku langsung mengangkatnya.

Dan malam itu, terasa begiiiitu indah! Kami menyelami

samudera cintaNya, hanyut dalam lautan kasih-Nya. Lalu kami

terbang tinggi menjelajah angkasa, ke ufuk nirwana. Robbi,

saksikanlah! Ada dua orang hamba yang datang menghadap-Mu,

Page 132: Sepotong hati untukmu mahasiswa

132 | I k h w a h L i d a h

mengetuk pintu maghfirah-Mu, berharap dapat berjumpa dengan-

Mu. Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Agung, bukalah pintu

Rahmat-Mu….

Keesokan harinya, dia –sahabatku, kakakku, guruku, satu

diantara “keluarga” kecilku– telah kembali dari mabitnya dan

langsung datang menemuiku sambil berkata,

“Jazaakillaah dek, sudah menemaniku terbang tinggi.”

Alhamdulillaah…Terima kasih Rabb. Kulihat senyumnya

kembali berseri… seperti pertama kita saling menyapa diawal

kuliah.

NB: Buat semua IKHWAH FILLAH di manapun antunna

berada:

Saudaraku, aku ingin kau tahu...

Ada pundak yang bisa kau jadikan sandaran kepalamu,

Ada telinga yang siap mendengar keluh kesahmu dan

menampung segala uneg-unegmu,

Ada tangan yang akan membelaimu dan menyeka bulir-bulir

air mata yang menetes di pipimu,

Ada mulut yang bisa menghiburmu, memberi senyum

manisnya untukmu, dan siap menyumbang solusi jika kau

Page 133: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 133

mau,

Ada hati yang telah memberikan cintanya untukmu,

Saudaraku, aku mencintaimu… fillah, lillah…

Kini ia telah terbang tinggi bersama asanya, di kota

seberang...

Page 134: Sepotong hati untukmu mahasiswa

134 | I k h w a h L i d a h

Tunjukkan Dirimu, Saudaraku!

“Orang-orang yang bertekad baja selalu menyebarkan kepastian,

keyakinan, kepercayaan, dan ketenangan kepada orang-orang

yang ada disekitarnya”

(Anis Matta, Delapan Mata Air Kecemerlangan)

KEGIGIHAN. Mungkin ini adalah sebuah kata yang penting

untuk di tiru. Namun yang kurang ahsan janganlah di banggakan

dan di tiru. Sebuah kritik juga tersandarkan di bahu para tentara

dakwah kampus, ketika belajar memperjuangkan sebuah manhaj

yang tak kunjung terealisasi hanya karena masalah waktu.

Menjadi ghuraba adalah suatu yang sedang kami tempuh.

Menjadi yang sedikit dan terasing. Dalam keterasingan itu, kami

tidak hanya tinggal diam menyaksikan kesemrawutan tata

pemerintahan. Namun kami mengadakan gerak nyata dalam

menggapai apa yang kami tuju, bukan hanya sebagai penilik

layaknya komentator sepak bola. Kami tak hanya menghendaki

Page 135: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 135

pandai dalam berorasi, namun juga pandai dalam berinteraksi demi

mencapai apa yang disebut ustadziyatul alam.

Ketahuilah saudaraku, kita terlahir disini, dididik dan dibina,

bukan untuk menjatuhkan pesaing, namun kita dididik menjadi

manusia yang peka terhadap keadaan, dibina akhlak kita dan diajari

bagaimana mencapai sebuah tujuan akhir yang penuh keridhoan

dari-Nya. Tak sekedar membuat konsep, tak sekedar menjadi

teknisi dan tak sekedar menjadi pemerhati. Banyak sekali

halangan, rintangan yang telah kita lalui. Dalam skala kecil, ketika

kita menduduki wajihah-wajihah di kampus, interaksinya adalah

miniatur interaksi kelak ketika kita terjun dalam organisasi yang

lebih besar lagi.

Duri-duri kecil pemecah ukhuwah bukan untuk sekedar

dihindari, namun dimusnahkan. Kalau kita berhasil

menghindarinya, tak pelak orang yang bersama kita dan ada

dibelakang kitalah yang akan terkena duri itu. Namun jika kita

mengetahui duri itu, hedaknya sesegera mungkin kita mencari cara

untuk memmusnahkannya, agar tak menghambat gerak generasi

selanjutnya. Karena generasi selanjutnya pun pastinya sudah

disediakan rintangan-rintangan sesuai dengan kemampuannya.

Jika kita mampu menyelamatkan batang mengapa harus

menunggu rantingnya patah terlebih dahulu karena jatuh tertiup

angin? Bukankah kita ada karena ukhuwah?. Jangan

Page 136: Sepotong hati untukmu mahasiswa

136 | I k h w a h L i d a h

menyalahartikan kemurnian ukhuwah, namun jangan pula

mengklaim keberadaan ukhuwah sebagai amunisi kita untuk saling

menjatuhkan atau saling meninggikan, karena kesempurnaan

hanyalah milik pencipta dan penguasa jiwa-jiwa kita, Allah Robbul

Izzati.

Teringat akan sebuah syair yang menyemai semangat dalam

jiwa-jiwa perindu kesyahidan:

Kau lelah dalam dakwah

Inilah dakwah. Dan kau lemah?

Jangan !

Bangkitlah!

Belum seluruh harta kau infaq-kan, seperti Abu Bakar.

Belum seberani Ali bin Abi Tholib yang menggantikan jasad

Rosul ketika dikejar musuh Alloh.

Belum setangkas Khalid bin Abi Walid yang senantiasa

bergegas menyambut seruan jihad dimedan laga.

Beginilah dakwah, dan kau menyerah?

Jangan!

Bangkitlah!

Page 137: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 137

Sebab perhentian kita bukan didunia, sebab istirahat kita di

jannah.

Sebab musuh-musuh Allah tak akan berhenti sampai dien ini

padam, jangan biarkan.

Sebab jika bukan engkau, siapa lagi yang akan

mengembalikan binar kejayaan islam.

Ya...inilah dakwah.

Jika kau lelah berhentilah, tetapi jangan berleha-leha.

Sebab kewajiban kita lebih banyak dari pada waktu yang

tersedia.

Sebab panji-panji itu telah tersedia dari jiwa yang setia.

Sebab engkaulah singa yang siangnya berjihad tak kenal

lelah.

Sebab engkaulah rabi yang malamnya padat dengan munajah

Sebab engkaulah Abu Bakar itu.

Engkaulah Khalid bin Walid itu.

Sebab engkaulah Shalahuddin al-Ayubi itu

Engkaulah Yahya Ayyash, Imad Aqil, Muhammad Farahat,

dan jutaan pahlawan Islam.

Jika engkau lelah dalam berdakwah, berhentilah sejenak.

Page 138: Sepotong hati untukmu mahasiswa

138 | I k h w a h L i d a h

Berhenti mencari kekuatan diri.

Berhentilah dalam menata hati dan fikiran.

Setelah kekuatan itu terhimpun, maka Bangkitlah!!

Bangkit kemedan nyata, lawan nafsumu, bakar ghirahmu.

Dan songsonglah jayanya cahaya islammu

Atau kita bersama membuatjanji, untuk berhenti dan berjalan

bersama kesyurga.

Melalui Syahid dijalanNya.

Jika tadi secara universal memandang arti sebuah

ke’ghuraba’an sebagai jalan yang sedang dilalui, maka lebih

mengerucut kepada sebuah perjuangan sekelompok anak manusia

yang belajar menata kemaslahatan ummat itu. Walau kami, masih

sebatas memberikan pelayanan kegiatan, belum sampai

memberikan pelayanan secara langsung pada masyarakat disekitar

kami. Namun, memang target kami adalah mahasiswa.

Dulu, ketika menjadi salah satu batu-bata yang ditata dan

diletakan dijajaran nama ADK yang sering menjadi pertanyaan

adalah setelah diketemukan mau dirawat yang seperti apa anak-

anak yang sudah terjaring? Karena pada nyatanya mereka yang

sudah terjaring, lama-lama menjauh dan merasa kerja kami lambat.

Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan terkesan hanya formalitas

Page 139: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 139

belaka. Lelah dalam bekerja? Bukan, lalu sia-sia dalam bekerja?

Tidak! Karena tak ada sesuatu di dunia ini yang jika dikerjakan

dengan tujuan yang mulia itu sia-sia. Ataukah kurang barokah

kerja kita? Kalau ini bisa jadi. Astaghfirullah..

Hati dan tindakan, bisa saja tidak terjalin dengan benar, maka

karenanya kebarokahan itu sulit tercipta. Jika hati dalam berjuang

sudah menghendaki akhir yang beda maka Alloh itu sesuai dengan

prasangka hambaNya. Segala amal perbuatan adalah berdasarkan

niatnya. Jika dakwah itu diniatkan demi ridho Allah semata

Insyaallah tak ada kecolongan kekuatan ataupun strategi yang

“loyo”, namun jika niatan awal sudah bukan dakwah mencari ridho

Allah (bisa berorientasi ke manusia entah pemimpin, anak buah

atau si fulan/fulanah) maka sudah dapat dipastikan konsep yang

matang, terencana dan hampir tak ada kelemahan, bisa hilang,

laksana debu yang tertiup angin.

Keikhlasan itu memang bukan hal yang mudah. Tertib

tandzim sebenarnya juga bukan sesuatu yang sulit. Ketaatan juga

bukan hal yang memalukan. Namun anehnya terkadang kebiasaan

kita mencari hal baru itu menjadikan boomerang bagi dakwah yang

kita tempuh. Maka hal yang kecil terkadang luput dari perhatian

kita. Kita disibukan melihat hal-hal yang spektakuler dalam syi’ar,

namun pembinaan juga terbatas pada yang sudah tersave saja.

Page 140: Sepotong hati untukmu mahasiswa

140 | I k h w a h L i d a h

Yang pada akhirnya kita hanya mampu memandang hasil kerja kita

diakui dan diambil orang lain.

Jika kau berteman dengan pandai besi maka baumu akan

seperti karat, namun jika kau berteman dengan penjual minyak

wangi maka kau pun akan ikut terkena wanginya. Itulah

perumpamaan yang sering kita jadikan dalil untuk berteman

dengan yang ‘save’. Jarang kita mampu meniru beberapa metode

pendekatan terhadap target dakwah yang nota bene adalah orang-

orang yang belum bisa dikategorikan ke salah satu ciri ‘tombo ati

ke-3’. Mereka hanya sebagai target dakwah saja, jika tak berhasil

maka kita ya sudah, seolah putuslah hubungan dengan mereka

begitu saja.

Jika pertemanan itu adalah sesuatu yang bisa dijadikan

sebagai alat untuk meraih mereka dan mengajak mereka ke dalam

dunia ‘putih’ mengapa kita hanya setengah-setengah? Bukankah

kita sering mendapat materi tentang sibghah? Kenapa belum

teraplikasi? Karena kita masih belum berani. Dan kemungkinan

besar, akupun bisa dikatakan seperti itu.

Mudahnya kita mengatakan “Ya sudah, jangan buang energi

kalau dia tidak mau”. Padahal kita baru melakukan pendekatan satu

kali dan mengapa malah berusaha mendramatisasi: “Wah kayaknya

susah mbak/mas, anaknya. Dia itu bla…bla…bla…”, padahal kita

Page 141: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 141

mengenalnya baru sepintas saja. Kalau dikatakan tahupun hanya

saat aktivitasnya diluar.

Banyak sekali fenomena seperti itu yang dijumpai. Kita

masuk ke jajaran kebirokrasian pun, tak mampu mewarnai dengan

signifikan, karena alasan partner kerja kita yang a-z sifatnya atau

karena birokrasi itu sendiri. Malah terkadang kita yang terseret

arus. Mengerjakan kerja bidang lain dengan semangat, sementara

kerja bidang kita mendapat peringkat paling akhir atau bahkan

terkadang tak nampak.

Hidup adalah berkesenian. Seni mengolah emosi, seni

mengolah organisasi, seni membudayakan penghargaan terhadap

waktu dan seni dalam beribadah. Tak ada jaringan dalam sel

manusia yang membenci seni (bukan berarti harus menjadi

penyanyi atau pandai memainkan alat musik, karena seni tak

tebatas hanya pada definisi itu saja). Bahkan dalam dzikirpun kita

sudah menjadikan sebuah kesenian itu dalam tubuh kita. Partikel-

partikel yang tersusun manjadi lebih luwes, lentur dan fleksibel.

Kalau kita tak memiliki jiwa seni, mungkin saja usia 20 tahun

sudah mengisyaratkan kalau usianya sudah 50 tahun, saking

sepanenge (seriusnya) menjalani hidup. Ritme yang tak

dimanajemen, menjadikan nada-nada dalam diri kita mendapatkan

ketimpangan notasi.

Page 142: Sepotong hati untukmu mahasiswa

142 | I k h w a h L i d a h

Kembali pada awal pembicaraan. Jangan berjalan dengan

pandangan lurus, karena berjalan lurus bukan berarti pandangan

lurus ke depan tanpa melihat kanan kiri. Fokus memang harus,

namun juga perhatikan dan dengarkan kanan-kirimu. Saran dan

kritik yang membangun jangan disia-siakan. Dari siapapun dan

dalam bentuk apapun. Jangan menjadikan diri kita memiliki jiwa

yang tertaqlid buta. Perintah dan peringatan dari para qiyadah juga

bukan sesuatu yang menekan kreativitas kita, namun membantu

kelancaran dalam berjamaah. Masukan dari jundi juga bukan hal

yang merendahkan wibawa. Semua berjalan beriringan sesuai

dengan apa yang sudah menjadi sunatullah.

Tak ada manusia yang memiliki semua kemampuan. Ada

yang memimpin ada yang di pimpin. Ada yang menata dan ada

yang ditata. Kalau ada pembangkang, bukan berarti harus

dimusnahkan, namun bagaimana pembangkang tadi kita dudukkan,

kita nyamankan dan kita tarik kembali menjadi seseorang yang

memiliki militansi dan loyalitas yang tinggi, kalau memang kita

memiliki kacerdasan mengolah seni emosi. Manusia hanya

berikhtiar, pada Allahlah tempat kembalinya segala urusan.

Bisa dikatakan sahabat yang sebenarnya adalah pesaing kita.

Karena pesaing kita adalah orang yang mampu dan berani

mengungkapkan kekurangan kita dan mau membarikan beberapa

masukan, bukan orang yang berpura-pura membeberkan kebaikan

Page 143: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 143

yang sebenarnya semu dan bahkan tak pernah kita miliki. Walau

secara etimologi sahabat adalah orang yang dapat kita jadikan

tempat menumpahkan segala keluh kesah kita dan ia mampu

menjaga rahasia kita, namun bisa jadi pengertian sahabat itu

menjadi sesuatu yang berbeda jika kondisinya sudah seperti apa

yang menjadi preambule diatas tadi.

Astaghfirullohaladzim,

astaghfirullohaladzim,

astaghfirullohhaladzim…

Page 144: Sepotong hati untukmu mahasiswa

144 | I k h w a h L i d a h

Page 145: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 145

BAB IV

Inilah Yang Akan Menguatkan Kita

“Iman adalah sumber energi jiwa yang senantiasa

memberikan kita kekuatan untuk bergerak menyemai

kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam zaman

kehidupan, atau bergerak mencegah kejahatan,

kebatilan dan kerusakan di permukaan bumi”

(Anis Matta, Menuju Cahaya)

Page 146: Sepotong hati untukmu mahasiswa

146 | I k h w a h L i d a h

Page 147: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 147

Di Majelis Iman Ini, Kita Istirahat Sejenak...

Ikatlah hati-hati ini dengan iman

Isilah dengan ilmu dan tumbuhkan dengan cinta

Karena cinta adalah energi

Energi untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain

Yang mampu menjadi pintu bagi sejuta ilmu

Ladang sejuta hikmah, dan senyum penuh inspirasi

***

Ketika hidup menyuguhkan beragam persepsi, saat semua

orang beradu argumen, dan melempar retorika, merasa paling

benar, menutup mata dengan kacamata kefanatikan, menyumbat

telinga dengan kapas keegoisan, menolak setiap kritikan dan

menangkisnya dengan sejuta alasan, maka cobalah untuk

menghindar. Menuju kesendirian. Kesendirian yang akan

mengajakmu lebih banyak berpikir, lebih lama merenung.

Menyelam ke dalam lubuk pikiran mereka, menerka apa yang

Page 148: Sepotong hati untukmu mahasiswa

148 | I k h w a h L i d a h

mereka rasakan, menilai cara mereka berpikir, sesungguhnya tiap

orang punya cara pandang yang berbeda tentang apapun, hingga

kemudian kau akan tenggelam dalam labirin penafsiran. Sendirian.

“Tapi, nanti aku dikira pengecut.” Bukan! Kau bukan

pengecut atau pecundang yang bersembunyi di balik keapatisan.

Yang kau lakukan adalah kontemplasi, agar kau mengerti betapa

Allah Sang Penulis Skenario benar-benar punya cara sendiri dalam

mentarbiyah hamba-Nya.

Teringat ungkapan seorang ukhti, “Ukh, anti ngerasa ada

yang beda nggak sama semangat dan greget dakwah sekarang?”

Maksud pertanyaannya bukan untuk membanding-bandingkan

kerja dakwah penggerak-penggerak dahulu dengan saat ini. Dia

tahu betul, saya paling sensitif kalau sudah bicara tentang

‘perbandingan’. Karena, sesuatu itu baru boleh dibandingkan jika

memiliki dua sisi yang sama. Jika keadaannya sama, kondisinya

sama, posisinya juga sama, baru bisa dilihat perbedaannya.

Sementara, hidup itu dinamis, zaman terus berkembang, iman naik-

turun, dan hati mudah sekali terbolak-balik. Ada transformasi, ada

evolusi. Aku lebih suka menyebutnya “tantangan yang berbeda”.

Kita punya episode sendiri, sekarang adalah saat ini. "Li kulli

da’watin marhalatuha, wa likulli marhalatin muthallibatuha, wa

lukulli muthallibatin rijaluha..."

Page 149: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 149

Mari... kawan. Kita renungi sejenak. Menuju proses

perenungan yang panjang. Sebenarnya tak perlu repot untuk

mencari jawaban, tinggal berkata “Lain ladang, lain belalang. Lain

dulu, lain sekarang,” maka semuanya selesai. Tapi cobalah untuk

membongkar file-file memori, memutar kembali kaleidoskop

proses tarbiyah yang selama ini telah kita jalani.

Ya.. begitulah dakwah, kata Hasan Al-Banna, "Dakwah ini

tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap

totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup

bersama dakwah dan da'wah pun melebur dalam dirinya.

Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia

terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama

orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka

dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul

beban dakwah ini." Terlepas dari adanya peningkatan atau malah

degradasi, ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.

Apa sesungguhnya yang menjadikan perbedaan dari tiap

generasi? Cobalah kita renungkan dalam kontemplasi. Seperti

menimba air dengan ember. Mengapa bak mandi yang selalu diisi

air itu begitu terasa lama sekali penuh. bukan karena ember itu

berlubang, tapi bisa saja kita terlau sedikit mengambil air, sehingga

perjalanan ini terasa sangat melelahkan padahal yang kita hasilkan

Page 150: Sepotong hati untukmu mahasiswa

150 | I k h w a h L i d a h

tak terlalu banyak. Itulah yang kurang dalam perjalanan kita

selama ini, kurang bersyukur, dan kurang adanya evaluasi.

Mungkin juga karena kita masih terlalu banyak yang harus

diperbaiki. Ada banyak yang kekurangan yang harus kita tambah,

atau bahkan kita masih jauh dari standar iman seorang pengemban

dakwah?

Seperti dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad:

”Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-

Nya, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin adalah seperti

lebah, ia makan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik,

bila ia hinggap tidak membuat dahan patah dan rusak” (HR.

Ahmad, 6577)

Jika seorang mukmin diibaratkan seekor lebah, maka sebagai

da’i yang tugasnya menyeru, mungkin kita belum memiliki “daya

sengat” seperti yang dimiliki lebah. Sehingga yang terjadi adalah

ucapan kita tidak didengar, ajakan kita tidak direspon. Proses

tarbiyah yang kita jalani hanya sebagai ajang tatap muka dan

transfer ilmu. Tidak membekas, dan sangat berpengaruh pada

pemegang tongkat estafet dakwah selanjutnya. Maka bekal ilmu

dan iman yang kita perkuat dan semai dalam jiwa masih perlu

banyak revolusi. Kata pepatah Arab, “Faqidusy-syai’i la yu’thihi”

Page 151: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 151

(orang yang tidak memunyai sesuatu, tidak akan bisa memberikan

sesuatu itu pada orang lain).

Kurang akrab dengan Al-Quran. Mungkin juga adalah

penghambat adanya regresi dakwah dalam tiap generasi.

Terkadang kita tak menyadari betapa rindunya hati ini untuk

mendapatkan oase ruhiyah yang hadir dalam bacaan Al-Quran kita.

Kesibukan kita untuk sekadar hanya menghafalkan apa yang telah

dihafal, atau bahkan mengingat ‘sudahkan hari ini ku baca Al-

Quran?’. Itulah salah satu penyebab kelesuan dalam berwajihah,

kader yang ‘terlalu’ sibuk. Syuro yang tak kenal musim, keisbukan

mencari nafkah, aksi ‘untuk kemaslahatan ummat’ yang padat, atau

bahkan tugas kuliah yang melebihi seorang Profesor seolah

mengorbankan waktu untuk rihlah ruhiyah kita dengan hanya

sedikit Ayat yang dilantunkan. Kekeringan hati ini tanpa sadar

akan mengikis iman dan semangat dakwah kita dalam berniat dan

keistiqomahan terhadap jalan ini yang tak mudah.

“Ya Allah, jadikanlah Al-Quran sebagai hujan pertama

setelah kemarau panjang yang menimpa hatiku dan jadikanlah ia

penerang dadaku serta hilangnya kesedihanku…” (HR. Ahmad).

Kemungkinan yang lain adalah Hubbud Dunya. Rasa cinta

kepada sesuatu hingga dapat melupakan yang sesungguhnya harus

kita cinta dapat menghilangkan rasa greget dakwah ini menjadi

terlalu melankolis. Aktivis melankolis? Bukannya tak boleh. Tapi

Page 152: Sepotong hati untukmu mahasiswa

152 | I k h w a h L i d a h

jika hal tersebut membuat sedikitnya produktivitas yang dihasilkan

dalam dakwah maka hal tersebut menjadi masalah yang perlu

dihindari. Dari dulu hingga sekarang, godaan inilah yang paling

berpengaruh terhadap semangat kerja kader dakwah. Mari kita

tengok sejarah:

Godaan duniawi inilah yang membuat pasukan Islam kocar-

kacir dalam pertempuran Poiters di jantung pertahanan Perancis

tahun 732 M melawan tentara kafir di bawah pimpinan Charles

Martel. Sebuah pertempuran yang menjadi titik balik kelemahan

ummat Islam dan kejayaannya. Di Poiters, kekalahan Uhud

terulang kembali dengan sangat mengenaskan. Dua kekalahan

umat Islam di dua pertempuran agung tersebut faktornya sama:

keterpalingan pasukan Islam pada harta benda dan tidak

mengindahkan moral perjuangan. Andai pasukan Islam di bawah

pimpinan Abdurrahman Ghafaqi mampu memenangkan

pertarungan di Poiters, niscaya dominasi umat Islam di ranah

Eropa akan terus berlanjut hingga detik ini, bahkan di era yang

akan datang. Claudio Parera, sejarawan agung dan anggota dewan

akademia Perancis mengakui dengan penuh kejujuran, kekalahan

umat Islam di perang Poiters itu, tidak saja menghancurkan

dominasi mereka di ranah Eropa, namun juga menjadi petaka besar

bagi Perancis, Spanyol dan semua Negara-negara Eropa, bahkan

kerugian bagi kemanusiaan universal.

Page 153: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 153

Memang benar, yang menginginkan dunia (baca: cinta dunia)

bukanlah keseluruhan pasukan Islam (hanya beberapa oknum).

Akan tetapi, bukankah ini menunjukkan bahwa barisan pasukan

Islam tidak lagi satu? Bukankah ini menunjukkan bahwa tujuan

dan target mereka tidak lagi sama? Sebagian menginginkan akhirat

dan sebagian lagi menginginkan dunia? Bukankah hal ini

menunjukkan bahwa kejernihan dan kebeningan ikhlas telah

terkotori oleh polusi interest pribadi atau kelompok dan cinta

dunia?

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap

tabah, sabar, dan tsabat dalam meniti jalan Allah yang lurus. Pun,

tabah, sabar, dan tsabat dalam menghadapi godaan harta dan

‘ghanimah’ era Reformasi. Aamiin…

Akhirnya, keberhasilan dakwah bukanlah semata-mata karena

keprofesionalan kita dalam mengolah tutur kata, mengembangkan

materi dan kekreatifan kita dalam mengajak. Keberhasilan dakwah

kita dalam membentuk kepribadian orang lebih karena kekuatan

ruhiyah kita. Kekuatan yang muncul karena kuatnya tafarrugh

(mengosongkan diri) untuk beribadah kepada Alloh saja, Lillah…

Wallohu tabaaroka wa ta’aalaa a’lam..

Mari -setelah perhentian kita di majelis ini usai- kita nantikan

pintu perjuangan di hadapan kita terbuka. Pintu yang menutup kita

dalam zona aman. Rasanya sudah terlalu lama kita tinggal di

Page 154: Sepotong hati untukmu mahasiswa

154 | I k h w a h L i d a h

dalamnya. Rasa penasaran kembali menggelitik untuk bertanya,

ada apa di balik pintu itu? Akankah kita jumpai badai yang siap

menerjang? Apa ada terik matahari yang siap membakar? Petir

menyambar? Gumpalan awan hitam? Deras hujan? Angin

kencang? Pohon tumbang? Atau, sebuah taman bunga dengan

kicau burung bernyanyi riang? Atau bisa juga, pagar tinggi yang

akan kembali mengekang?

"Biarkan Allah dan Rasul-Nya saja yang menilai. Ikhlaskan

semua dan mendekatlah kepada-Nya. Agar tunduk di saat yang

lain angkuh, agar teguh di saat yang lain runtuh, agar tegar di

saat yang lain terlempar."

Kami akan tetap menanti, musim perjuangan di medan baru.

Wallohu a’lam…

Page 155: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 155

Setiap Momen dari Hidup Kita Adalah Up Grading

“Orang yang berakal mengerti bahwa dunia ini tidak diciptakan

untuk mencari kesenangan di dalamnya. Karenanya, dalam kondisi

apapun ia harus konsisten dalam menggunakan waktunya secara

tepat.”

(Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah)

Saudaraku, cobalah kembali mengingat saat-saat kita berada

dalam masa sulit yang menjadi ujian besar bagi keimanan kita.

Cobalah kembali mengingat apa yang kita rasakan ketika pada saat

itu kita memilih jalan keimanan, jalan ketaqwaan. Ada sebuah rasa

yang memenuhi dada kita yang tak dapat dijelaskan dengan kata-

kata. Sensasi iman yang kita rasakan itulah yang menjadi

upgrading bagi keimanan kita.

Cobalah kembali mengingat apa yang kita rasakan ketika kita

berbagi rezeki dengan orang lain. Subhanallah sensasi rasa itu

belum tentu bisa kita dapatkan dalam tahajud-tahajud kita tiap

malam. Belum tentu bisa kita dapatkan dalam tilawah-tilawah kita

Page 156: Sepotong hati untukmu mahasiswa

156 | I k h w a h L i d a h

tiap hari. Cobalah juga kembali mengingat apa yang kita rasakan

ketika kita mengeluarkan harta kita untuk aktivitas dakwah dan

ingatlah juga pada saat kita memutuskan bahwa jiwa dan raga kita

kita hibahkan untuk islam dan dakwah ini. Ada sebuah sensasi

keimanan yang meluap, ada sebuah energi besar yang merasuk ke

dalam dada kita yang menggelorakan iman dalam jiwa kita. Maka

tak salah bila dikatakan ”Al imaanu yaziidu bithoati wa yangkusu

bima’asi” Iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang

dengan kemaksiatan.

Saudaraku, setiap ketaatan yang kita kerjakan adalah up

grading bagi diri kita. Semakin berat ketaqwaan yang kita

laksanakan itu semakin besar pula nilai up-gradingnya bagi diri

kita. Karena itulah Allah memerintahkan kita untuk memaksakan

diri dalam mengarjakan ketaqwaan, memiliki jiddiyah dalam

melaksanakan ketaqwaan, berjihad dalam melaksanakan

ketaqwaan.

”Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan

maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di

jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika

kamu mengetahui.” (Qs. At-Taubah: 41)

Namun jangan sekali-kali kita melakukan kemaksiatan karena

setiap kemaksiatan akan menjerumuskan kita ke dalam dosa dan

Page 157: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 157

kefuturan. Bahkan dapat menjerumuskan kita dalam neraka

sebagaimana sabda Rasulullah,

جل یعمل بعمل أھل النار حتى ما ی إن أحدكم أو الر كون بینھ وبینھا فوهللا

جل غیر باع أو ذراع فیسبق علیھ الكتاب فیعمل بعمل أھل الجنة فیدخلھا وإن الر

اعین فیسبق لیعمل بعمل أھل الجنة حتى ما یكون بینھ وبینھا غیر ذراع أو ذر

علیھ الكتاب فیعمل بعمل أھل النار فیدخلھا

"... demi Allah, sungguh salah seorang diantara kalian, atau

sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-amalan

penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka

selain sehasta atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya

sehingga ia mengamalkan amalan penghuni surga sehingga ia

memasukinya. Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan

amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia

dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir

mendahuluinya sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni

neraka sehingga ia memasukinya." (HR. Bukhari)

Nah, saudaraku marilah senantiasa kita up-grade iman kita.

Page 158: Sepotong hati untukmu mahasiswa

158 | I k h w a h L i d a h

Islam Tetap di Dadaku

Perjalanan hidup yang terus bergulir terkadang seakan

melenakan kita. Membuat kita lupa akan jati diri kita yang

sebenarnya. Eksistensi seorang manusia yang jika diibaratkan

hanyalah sebiji tepung bila dibandingkan dengan pemilik hidup

dan mati. Manusia terlahir ke dunia menyandang fitrah sebagai

makhluk yang suci. Hamparan kertas kehidupanlah yang

menentukan tulisan apa yang akan menghiasinya.

Manusia hidup di dunia dengan beragam pemikiran dan

keyakinan. Membuka cakrawala baru tentang sebuah perbedaan

antara satu dengan yang lainnya. Termasuk di dalamnya adalah

agama. Suatu keyakinan yang digunakan sebagai pedoman hidup.

Hubungan batin antara manusia dengan Tuhannya. Ada bermacam-

macam keyakinan yang diyakini oleh manusia dan diterapkan

dengan cara yang berbeda-beda pula. Saya tidak akan berpanjang

lebar membahas tentang persoalan agama yang beragam. Namun

saya akan menitik beratkan pada agama yang tertera di judul

tulisan ini yakni Islam.

Page 159: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 159

Agama Islam yang dianut oleh setiap muslim didapatkan

dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang merupakan warisan, ada

yang melalui serangkaian pencarian, dan ada yang didapatkan dari

pernikahan. Hal itu tidak penting untuk dipermasalahkan. Yang

penting disini ialah sejauh mana seorang muslim mengenal

agamanya.

Seperti yang telah kita ketahui bersama. Ada lima rukun Islam

yang harus kita jalankan agar diri kita legal mendapatkan agama

Islam sebagai landasan hidup kita. Kelima rukun Islam tersebut

yakni membaca dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat fardhu,

mengeluarkan zakat, menjalankan ibadah puasa wajib di bulan

Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

Di samping kelima rukun Islam tersebut, kita juga mengenal

adanya rukun iman yang berjumlah enam. Keenam rukun iman

tersebut yakni percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat

Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada rasul-

rasul Allah, percaya kepada hari kiamat, serta percaya kepada

qadha dan qadar.

Rukun Islam dan rukun Iman tersebut bukan hanya sekadar

untuk dihafalkan, tetapi untuk diamalkan atau dipraktikkan dalam

kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai ridha Allah.

Page 160: Sepotong hati untukmu mahasiswa

160 | I k h w a h L i d a h

Terlepas dari rukun Islam dan rukun iman yang telah dibahas

sebelumnya, banyak orang yang mengaku muslim tetapi

sesungguhnya dia tidak atau belum mengenal agamanya. Agama

Islam dapat dimasuki dengan pintu syahadatain. Dua kalimat

syahadat yang manjur unktuk membuktikan bahwa kita benar-

benar dalam kondisi percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah

dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Cukup mengucapkan

dua kalimat syahadat, maka kita akan mendapatkan label sebagai

seorang muslim. Sungguh suatu syarat yang sangat mudah. Tetapi,

apa sebenarnya urgensi syahadatain sebagai penanda keislaman

kita? Pertama, syahadatain adalah pintu gerbang Islam. Ketika

seseorang telah memasuki pentu gerbangnya, berarti orang tersebut

telah resmi menjadi umat muslim, terlepas dari persoalan dia ikhlas

ataukah tidak saat mengucapkannya, itu adalah kewenangan Allah.

Kedua, syahadatain merupakan intisari ajaran Islam.

Syahadatain yang terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat rasul

sangat menentukan terhadap tatanan hidup manusia. Apabila

syahadatain tersebut diucapkannya baik, ibadah, akhlak, dan

muamalahnya juga baik. Hal itu berlaku sebaliknya. Salah satu

perwujudan dari syahadat tauhid yaitu ibadah kepada Allah dengan

ikhlas tanpa kemusyrikan sedikit pun. Sedangkan implementasi

dari syahadat rasul yaitu cara ibadah yang harus mencontoh kepada

Rasulullah SAW. dengan tidak menambah dan menguranginya.

Page 161: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 161

Ketiga, syahadatain merupakan asas perubahan. Hal ini

terbukti dari perjalanan dakwah Rasulullah SAW. yang mengawali

langkah dengan mengubah keyakinan para masyarakat jahiliyah.

Jika hati dan jiwa mereka telah bersih dan meyakini bahwa tiada

Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah,

Rasulullah SAW melanjutkan langkah berikutnya dengan

pembangunan fisik berupa masjid dan bangunan lain yang

mendukung terhadap dakwah yang diembannya. Langkah

selanjutnya yakni menghamba kepada Allah dan menebarkan

rahmat bagi seluruh alam. Terbukti dari perjalanan dakwah

Rasulullah SAW tersebut, kehidupan masyarakat muslim

pascajahiliyah menjadi sangat tenteram dan penuh dengan

kedamaian.

Keempat, syahadatain adalah inti dakwah para rasul.

Syahadatain dengan konsep yang semacam itulah yang diajarkan

oleh semua rasul dari yang pertama sampai rasul yang terakhir.

Mereka mengatakan “Sembahlah Allah dan ikuti aku”. Perbedaan

yang ada pada agama-agama samawi hanyalah aspek syariat,

karena zaman selalu berubah dan berkembang, sedangkan skidah

tidak mengalami perubahan sama sekali.

Setelah mengetahui tentang urgensi syahadatain, selanjutnya

kita harus mengenal Dzat yang tlah menciptakan kita, yakni Allah

SWT. Dzat yang gaib dan hanya melalui ayat-ayat-Nya kita dapat

Page 162: Sepotong hati untukmu mahasiswa

162 | I k h w a h L i d a h

berkenalan dengan-Nya. Ayat-ayat Allah secara global dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu ayat-ayat qauliyah

(ucapan) yang berupa firman-firman Allah dalam kitab-kitab-Nya

dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu berupa tanda-tanda

kekuasaan-Nya yang tersebar di alam semesta ini.

Kebaikan seseorang berbanding lurus dengan pengenalannya

terhadap Allah. Semakin seseorang mengenal Allah, maka semakin

baik atau shaleh orang tersebut, begitupun sebaliknya. Imam Ibnu

Qayyum dalam kitab Al Fawa’id mengatakan bahwa apabila

seseorang telah bertekad untuk mengenal Allah, mendekatkan diri

kepada-Nya, ia akan digoda oleh berbagai tipu daya dan

penghalang, sehingga di awal perjalanannya ia akan terhambat dan

tertipu oleh berbagai kesenangan, kekuasaan, kelezatan, pakaian,

nafsu, dan sejenisnya. Kemudian ulama yang sangat terkenal ini

kemudian berkata:

“Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang

menghalangi ma’rifatullah itu ada dua macam: Pertama, syahwat

atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit yang ada

kaitannya dengan hati, yaitu nafsu dan kesenangan. Kedua,

syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasi-

informasi dan pikiran yang menimbulkan keraguan. Apabila

seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya

untuk mengenal Tuhannya.”

Page 163: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 163

Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya tentang bukti

keberadaan Allah. Ada yang sekadar ingin tahu dan ada juga

mempergunakan pertanyaan tersebut untuk memperkuat

keyakinan. Ada lima bukti yang dapat memperkuat keyakinan

bahwa sesungguhnya Allah memang ada.

Bukti yang pertama yakni bukti fitrah. Fitrah merupakan sifat

dasar asli yang belum terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal. Di

dalam Al Quran disebutkan bahwa persaksian manusia akan

ketuhanan Allah bahkan sudah dilakukan sejak ia masih berada di

dalam sulbi orang tuanya (Al A’raf [7]: 172).

Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriayatkan oleh

Bukhari juga menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam

kondisi fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi

atau Nasrani. Kalau manusia dibiarkan dalam fitrahnya, pasti dia

akan mengakui Allah sebagai Dzat Mahahebat.

Bukti kedua yaitu bukti indrawi. Bukti yang dapat ditangkap

oleh indra kita dengan cara melihat, mendengar, merasakan,

mencium, dan menyentuhnya. Berbagai objek yang ada di

sekeliling kita telah membuktikan tentang keberadaan Allah. Ada

siang dan ada malam; ada yang lahir dan ada yang mati; ada yang

hitam dan ada yang putih. Berbagai objek di dunia ini dapat kita

amati. Mengapa kita tidak lahir sesempurna yang kita inginkan?

Page 164: Sepotong hati untukmu mahasiswa

164 | I k h w a h L i d a h

Karena ada yang menciptakan kita, yaitu Allah. Kita tidak lahir

dengan sendirinya sesuai dengan kehendak kita.

Bukti ketiga yakni bukti rasional. Bukti rasional didukung

oleh teori sebab-akibat (kausalitas) Teori ini mengatakan bahwa

apa pun yang terjadi pasi ada penyebabnya. Logika mengatakan di

sana ada penyebab pertama dan utama yang memulai sebab-sebab

akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang tidak berasal dari

sesuatu. Dia-lah Tuhan semesta alam. Dia-lah Allah Yang Maha

Esa. Terbukti dalam kitab Al Quran Surat Al-Ikhlas yang

menjelaskan tentang keesaan Allah.

Bukti keempat yaitu bukti nash. Bukti petunjuk nash (teks)

berupa firman Allah dam kitab suci-Nya. Selain itu bukti-bukti

nash juga ditemukan dalam hadits-nadits Rasulullah SAW yang

membicarakan tentang Allah. Di antaranya terdapat dalam surat

Al-Hasyr:

“Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia. Yang mengetahui

hal-hal yang gaib maupun hal-hal yang nyata. Dia Maha Pemurah

lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah, Yang Menciptakan, Yang

Mengadakan, Yang Membuat rupa, Yang Mempunyai nama-nama

yang baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di

bumi. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Al-Hasyr

[59]: 22 dan 24)

Page 165: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 165

Bukti kelima yakni bukti sejarah. Banyak peristiwa bersejarah

mulai dari Nabi Adam a.s. hingga hari ini yang menunjukkan

tentang keberadaan Allah. Banyak peninggalan-peninggalan

sejarah yang menunjukkan kejayaan bangsa di masa lampau,

namun pada waktu yang sama juga memberikan pelajaran berharga

kepada manusia yang hidup di masa kini bahwa kebesaran dan

keangkuhan mereka tidak kuasa menghadapi kekuasaan Allah;

bahwa mereka terlalu kecil untuk dibandingkan dengan

penciptanya.

Kelima bukti itulah yang dapat memperkuat dan

memperkokoh keyakinan kita terhadap Allah SWT apabila kita

memandangnya dengan arif dan bijaksana, maka akan kita

dapatkan genggaman iman yang kuat dan rengkuhan keyakinan

yang tidak akan mudah tergoyahkan.

Yakin terhadap keberadaan allah tentu saja bukanlah muara

dari segala-galanya. Maish banyak hal yang perlu kita lakukan

untuk mencapai keridhaan Allah. Untuk membuktikan keislaman

kita bukan hanya sekadar status, terlebih status KTP. Ada

pertanyaan besar yang harus kita jawab. Apa artinya saya mengaku

muslim? Jawaban dari pertanyaan itu kini menjadi tanggung jawab

kita masing-masing. Jawaban yang harus dijawab oleh hati yang

bersih dan pikiran yang jernih.

Page 166: Sepotong hati untukmu mahasiswa

166 | I k h w a h L i d a h

Seseorang yang mengaku muslim hendaknya memiliki

karakteristik yang harus dilakukan untuk menjadi seorang muslim

yang sejati. Harus ada komitmen yang dipegang sebagai wujud dari

status seornag muslim sejati.

Pertama, saya harus mengislamkan akidah saya. Komitmen

itu hendaknya dipegang dan benar-benar dijalankan. Syarat

seseornag mengaku muslim ialah akidah yang benar dan sahih.

Akidah yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.

Ia harus mengimani apa yang diimani oleh manusia pertama, oleh

para rasul, sampai kepada para ulama dan imam yang telah diakui

kesalehan, ketakwaan, dan pemahaman yang lurus mengenai

agama Allah swt.

Kedua, saya harus mengislamkan ibadah saya. Ibadah

merupakan puncak ketundukan terhadap Allah swt. yang menjadi

tangga penghubung antara makhluk dengan Sang Khaliq. Selain itu

juga menjadi penentu hubungan atau interaksi dengan sesama

hamba Allah. Logika Islam menetapkan agar kehidupan ini

seutuhnya merupakan ibadah dan ketaatan.

Untuk mengislamkan ibadah saya, maka konsekuensinya

adalah ibadah saya harus hidup dan tersambung kepada ma’bud

(Tuhan yang diibadahi), ibadah saya harus khusyuk, hati saya

harus hadir sepenuh hati ketika beribadah, saya harus rakus dalam

beribadah, saya harus memiliki keinginan yang besar untuk

Page 167: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 167

melaksanakan shalat malam sampai terbiasa, saya harus

menyediakan waktu untuk membaca dan merenungi Al-Quran, dan

doa harus menjadi tangga bagi saya untuk memohon kepada Allah

da;lam segala keadaan.

Ketiga, saya harus mengislamkan akhlak saya. Akhlak mulia

merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Sesuai dengan Hadits

riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Aku

diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Akhlak mulia merupakan bukti keimanan seseorang. Selain itu,

akhlak akan menjadi timbangan amal seorang hamba menjadi berat

pada hari kiamat.

Begitulah komitmen muslim sejati. Muslim yang seluruh

hidupnya diniatkan sebagai ibadah untuk mendapatkan ridha Allah

SWT. Semoga kita termasuk di antaranya.

Page 168: Sepotong hati untukmu mahasiswa

168 | I k h w a h L i d a h

Page 169: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 169

PROFIL PENULIS

Ikhwah Lidah adalah para ikhwah yang ada di Universitas

Negeri Surabaya kampus Lidah Wetan. Di kampusnya sana, ia

dikenal dengan Muslim Yout Club (MY Club), sebuah organisasi

kecil yang bergerak di bidang dakwah. Di facebook ia dikenal

dengan nama Klub Da’wah Kampus Unesa

Berawal dari kumpulan manusia yang ingin membuat study

club, Allah meridhoi kami untuk meresmikan MY Club sebagai

transportasi yang lebih mantab untuk mengangkut harapan-harapan

kami terhadap hijaunya kampus yang lebih bening. Hijau luar dan

dalam, sungguh menyenangkan, aduhai!.

Alkisah, MY Club berawal dari organisasi yang menamakan

dirinya dengan Fosil (Forum Silaturrahim Lidah Wetan) yang

terbentuk pada 2003. Fosil ini diprakarsai oleh para punggawanya

yakni, akh Agung, akh Trival, akh Nailul, ukh Nisa, ukh Umi dan

ikhwah lainya. Pada mulanya fosil merupakan study club yang

Page 170: Sepotong hati untukmu mahasiswa

170 | I k h w a h L i d a h

ingin menyalurkan pengetahuan lebih pada mahasiswa dalam

pengetahuan agama dan umum.

Berbagi bersama dalam event-event tertentu sehingga diharapkan

mahasiswa lebih mantab untuk melangkah di Universitas Negeri

Surabaya, serta masyarakat pada umumnya.

Dalam perjalananya, kegiatan Fosil bertempat di masjid,

joglo, gazebo dan tempat lain yang memungkinkan dijadikan ajang

berdiskusi. Lambat laun Fosil dianggap kurang efektif dan

membutuhkan suatu organisasi tertentu untuk merealisasikan

semua cita-cita itu. Akhirnya pada tahun 2005 dibentuklah MY

Club untuk mewadahi itu semua.

Di tahun pertama, masih tidak terlalu banyak kegiatan yang

bisa diusulkan dan diadakan oleh MY Club. Jumlah asrama yang

bernaung di bawahnya pun masih sangat sedikit. Di tahun 2003

jumlah asrama hanya ada satu, kemudian mengalami peningkatan

menjadi 2, dan kini terhitung di tahun 2012 ada empat asrama

akhwat (al-Banna, al-Khonsah, Nabila, dan Haqqiya) dan tiga

asrama ikhwan (al-Aqso, al-Farisi, dan Zam-zam), Alamdulillah…

Di tahun 2005 MY Club dipimpin oleh presiden pertamanya

yakni akh Agung Putu Iskandar, kemudian presiden kedua yakni

akh Trival, presiden ketiga yakni Amir Syakib, keempat akh

Wendy Anton, dan presiden kelima dan masih beramanah sampai

Page 171: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 171

tahun 2012 adalah akh Sirot Fajar, bersama seluruh staf yang

berandil di dalamnya.

Dalam perjalanannya, eratnya kekeluargaan yang mendasari

aspek sosial terbentuknya MY Club senantiasa ingin kami lekatkan

selalu, menjadi keluarga yang bersama dalam senang dan susah,

yang selalu berbagi cinta di dalam rumah hati yang selalu

melukiskan senyum dengan secangkir pemanis.

Meski penuh onak dan duri kami yakin kami ingin tetap

berdiri di bumi yang hanya Allah SWT yang punya. Bersama kita

bisa wahai kawan. Di penjuru dunia manapun, di kendaraan

apapun, di keadaan hati bagaimanapun, dan di waktu kapanpun

mari kita semangat dakwah. Allahu Akbar.

Untuk bersilaturrahim dengan kami bisa lewat facebook Klub

Da’wah Kampus atau melalui Email [email protected].

Page 172: Sepotong hati untukmu mahasiswa

172 | I k h w a h L i d a h

Daftar Penulis Ikhwah Lidah

MY Me I : Sirot Fajar

Pemuda Dewasa : Sirot Fajar

Pemuda Berkarakter : Suwandi

Mengukir Cerita Dakwah : Ardian Kenthy P

Kita dan Anak Kecil Itu : Sirot Fajar

Siapakah Hudzaifah Baru : Nailul Author

Menikmati Dakwah di Kampus : Ardian Kenthy P.

Say Yes to Dakwah : Daniatin Nisa’

Terkadang Semua Itu …. : Pifa Nuryani

Nuansa Bening ... : Indah Sulistyowati

Yang Tidak Terpengaruh : Sirot Fajar

Teruslah di Jalan Ini : Dyah Retna Sari

Antara Rekrutmen dan Dakwah : Nur Arofiah

Give up? No Way! : Amir Syakieb

Page 173: Sepotong hati untukmu mahasiswa

Sepotong Hati untukmu… | 173

Kuliah di Jalan Cahaya : Ribeh Najib M.

Indahnya Ukhuwah : Daniatin Nisa’

Kakak, Ajak Aku Terbang : Anik Andri Asnanik

Tunjukkan Dirimu Saudaraku : Indah Sulityowati

Di Majlis Iman … : Anik Andri Asnanik

Setiap Momen Dari Hidup Kita : Nailul Author

Islam di Dadaku : Nike Shinta N.

Profil Ikhwah Lidah : Muzayanah

Page 174: Sepotong hati untukmu mahasiswa

174 | I k h w a h L i d a h