SENIN, 5 DESEMBER 2011 Lonceng Kematian di Arus Kahayan fileia menghembuskan asap rokok dan merem...

1
9 N N USA USA NTARA NTARA SENIN, 5 DESEMBER 2011 Kami hanya menjalani rute Banjarmasin- Palangkaraya satu kali dalam seminggu. Dulu, bisa 2-3 kali pelayaran.” SURYA SRIYANTI L AMUNAN Baihaki, 44, belum kelar ketika sapaan ringan mam- pir ke telinganya. Di tengah panas matahari, sejak pagi pria itu asyik dengan kesendiriannya. Duduk di der- maga, menatap langit. Sesekali ia menghembuskan asap rokok dan merem melek saat semilir angin membuainya. Tidak banyak warna dalam kehidupannya. Setiap hari Baihaki selalu datang ke Pela- buhan Rambang, di Sungai Kahayan, yang mengalir di ping gir Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Baihaki adalah seorang bu- ruh angkutan barang di pela- buhan. Ia sangat mengenal der- maga itu karena sudah belasan tahun berada di sana. “Tidak ada pekerjaan lain yang bisa saya lakukan. Dulu, sekarang, dan nanti, mungkin hanya ini yang bisa jadi andal- an menyambung hidup saya dan keluarga,” kata dia. Kini Pelabuhan Rambang ternyata tidak seramai dulu lagi. Fungsi jalur air sudah mu- lai tersisih oleh jalan darat. Menurut Baihaki, keramaian di Rambang susut drastis da- lam 5-6 tahun terakhir. “Untuk dapat penghasilan Rp50 ribu per hari saja sangat sulit. Jika satu bulan bisa dapat Rp1 juta, rasanya seperti bermimpi,” tuturnya. Padahal, ketika pelabuh- an itu berjaya karena banyak kapal berlabuh di sana, bapak dua anak itu bisa mengantongi uang Rp150 ribu sehari. “Dulu, setiap hari ada 4-5 kapal yang bersandar di Ram- bang. Kini, paling banyak ha- nya dua kapal setiap minggu,” tambah Bihan, rekan Baihaki. Kamis pekan lalu ada ak- tivitas di Pelabuhan Rambang. Dua kapal tengah menambat- kan sauh. Tapi, kehadiran dua kapal tidak cukup membuat dermaga ramai. Hanya bebe- rapa pekerja angkutan yang da- pat order. Selebihnya, dermaga itu justru diramaikan oleh para pemancing yang sedang me- ngail peruntungan. Pada era 1970 hingga 1980- an, keberadaan dan fungsi Su- ngai Kahayan sangat penting bagi Kota Palangkaraya dan sekitarnya. Kahayan menjadi pintu bagi kapal-kapal pem- bawa hasil bumi dari Pulau Jawa yang hendak masuk ke Kalimantan Tengah. Saat itu, mobilitas barang ataupun manusia ke Palang- karaya harus melewati sungai. Jalan darat belum ada. Maska- pai penerbangan pun belum melirik daerah tersebut. Satu- satunya akses ke Palangkaraya ialah melewati Sungai Kahayan melalui Banjarmasin, Kaliman- tan Selatan. Kini, setelah isolasi terbuka, jalan darat terus dibangun, ke- beradaan sungai mulai diting- galkan. Apalagi kondisi Sungai Kahayan juga mengalami pen- dangkalan akibat perusakan lingkungan, erosi, dan penam- bangan emas. “Kami hanya menjalani rute Banjarmasin-Palangkaraya satu kali dalam seminggu. Dulu, bisa 2-3 kali pelayaran,” kata Junaidi, anak buah kapal. Junaidi dan kapalnya berasal dari Banjarmasin. Ia mengaku sudah 25 tahun bekerja sebagai kru kapal yang melayari Sungai Kahayan. “Dulu, tiga kali dalam se- minggu kami bisa membawa 60 ton barang berupa sem- bako, barang kelontong, dan perabotan rumah tangga. Da- lam pelayaran balik, dari Pa- langkaraya kami membawa hasil bumi seperti rotan atau karet,” tuturnya. Susut Pelayaran di Sungai Kahayan mulai surut pada awal 90-an. Kapal motor Berkat Hanaah yang menjadi tumpuan Junaidi dan kawan-kawan tidak ba- nyak menawarkan pekerjaan. Pelayaran ke Palangkaraya hanya seminggu sekali. “Barang yang diangkut pun paling banyak hanya 30 ton. Pelanggan beralih menggu- nakan jasa angkutan truk,” keluhnya. Pemilik kapal pun harus me- mutar otak guna menghindari kerugian berkepanjangan. Rute lama Banjarmasin-Palangkara- ya tidak ditinggalkan. Namun, dari Palangkaraya kapal terus didorong meluncur ke Bahaur, pelabuhan sungai di Kabu- paten Pulang Pisau, masih di Kalimantan Tengah. “Untuk bertahan, kami harus mencari alternatif di wilayah lain. Bahaur dipilih karena dari sana kapal bisa mengangkut hasil bumi berupa kelapa dan beras lokal,” ujar Baidi, juragan kapal. Hitung-hitungan untung yang bisa dikantongi pun ti- pis saja. Sekalipun kapasitas kapal mampu mengangkut barang seberat 60 ton, tiap kali pelayaran ternyata ha- nya membawa setengahnya. Ongkos angkut dari Bahaur ke Banjarmasin hanya bisa dipa- tok Rp150 ribu per ton, tidak bisa lebih. Nasib anak buah kapal pun tidak jauh berbeda. Untuk sekali pelayaran, mereka men- dapat bayaran Rp250 ribu per orang. Dalam satu bulan, mere- ka hanya kebagian empat kali berlayar, yang berarti mengan- tongi dana Rp1 juta. Tidak jarang, untuk menam- bah penghasilan, pekerja kapal harus merangkap menjadi bu- ruh angkut barang. Tanpa kerja sambilan, hasil yang mereka peroleh tidak mencukupi un- tuk menghidupi keluarga. Menurut Baidi, kapal barang yang melayari Sungai Kahayan dengan jurusan Palangkaraya, saat ini, tidak mencapai 10 unit. Angka itu susut banyak. Pada 80-an ada 20-30 kapal. Dalam beberapa tahun ke depan, jumlah kapal juga di- pastikan berkurang lagi. Baidi berencana mengalihkan rute pelayarannya ke Kalimantan Selatan. “Di sana lebih menjan- jikan karena angkutan barang ke pedalaman masih banyak menggunakan kapal.” Kahayan pun semakin di- tinggalkan. (N-2) [email protected] Lonceng Kematian di Arus Kahayan ---------------- Dermaga Rambang mulai ditinggalkan. Kedatangan kapal tidak seramai dulu lagi. ASAL USUL SEBAGIAN besar museum memiliki koleksi karya agung alias masterpiece yang menjadi kebanggaan untuk dipamer- kan. Salah satunya Museum Sulawesi Tengah di Kota Palu, yang memiliki lima masterpiece yang berasal dari sejumlah daerah. Salah satu kebanggaan mere- ka ialah kain tenun donggala. Itu merupakan kain tradisional khas Sulawesi Tengah yang su- dah dikenal luas masyarakat di Indonesia. Kain tenun ikat asal Kabu- paten Donggala itu pada umumnya bermotif kotak-ko- tak, yang bermakna saling me- megang keutuhan dan kebersa- maan. Ada juga motif lungsin berupa gambaran nekara yang disusun secara geometris, yang juga menggambarkan keber- samaan. Motif kain yang dibuat dari mesin tenun sederhana itu makin beragam, setelah para perajin memasukkan motif bunga mawar, bunga anyelir, buya bomba subi kumbaja, bunga subi, kombinasi bunga subi dan bomba, buya bomba, dan buya subi kumbaja. Kain tenun donggala biasa- nya digunakan pada upacara perkawinan adat atau hari-hari besar keagamaan. Asal usul benda ini sulit ditelusuri ka- rena sudah ada sejak ratusan tahun silam. Dulu, kain atau sarung dong- gala hanya boleh dikenakan pada acara perkawinan, su- natan, dan upacara adat. Motif tertentu, seperti palaekat, ha- nya boleh dikenakan raja atau kaum bangsawan. Seiring dengan perkembang- an zaman, kain tenun donggala banyak dimiliki masyarakat umum dan digunakan dalam berbagai kesempatan resmi. Untuk melestarikannya, Pe- merintah Kabupaten Donggala telah memiliki hak paten atas kain tenun donggala. Saat ini, kain donggala makin populer karena para pegawai negeri sipil di kabupaten tertua di Sulawesi Tengah itu juga diwajibkan memakainya setiap akhir pekan. Sejumlah tempat di Kabupaten Donggala yang menjadi pusat perajin tenun di antaranya berada di Desa Towale dan Watusampu di Kecamatan Banawa yang ber- jarak 40 kilometer dari Kota Palu. Sebagian besar penenun adalah ibu rumah tangga. Me- reka menggunakan alat tenun bukan mesin, yang terbuat dari kayu berukuran 2x1 meter. Selain kain tenun, para pene- nun juga menghasilkan sarung donggala dengan panjang 2 meter dan lebar 60 sentimeter. Harga kain tenun dong- gala beragam, mulai Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per lembar. Satu lembar kain biasanya dibuat dalam waktu satu sam- pai dua bulan. (HF/Ant/N-2) Kain Tenun Donggala DERMAGA SEPI: Buruh angkut tengah membawa barang yang baru diturunkan dari sebuah kapal di Dermaga Rambang, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pekan lalu. Sudah beberapa tahun terakhir, dermaga ini jarang dikunjungi kapal, karena tersisihkan oleh ramainya angkutan jalan raya. MI/SURYA SRIYANTI ANTARA P ERTAMINA kembali meraih penghargaan sebagai perusahaan kebanggaan Indonesia di bidang pertambangan dan energi untuk ketiga kalinya pada ajang Economic Challenges, “The Pride of Indonesia”. Penghargaan ini diterima Pertamina setelah Metro TV mengadakan polling sejak 10-18 November 2011 melalui twitter Metro TV dengan 1.000.100 follower. Pertamina merupakan satu dari 11 perusahaan yang mendapatkan penghargaan tersebut. Total jumlah pemilih adalah 18.014 orang, yang mayoritasnya adalah orang Indonesia. “Untuk kategori tambang dan mineral, memang Pertamina selalu meraih suara yang terbesar. Pilihan ini ditentukan sepenuhnya oleh pemirsa. Top of mind mereka tak bisa lepas dari kinerja masing-masing perusahaan. Karena itu, mengapa penghargaan ini diberikan, ya memang di mata masyarakat perusahaan itu pantas diberikan penghargaan,” kata Direktur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo, yang juga menjadi pemandu acara yang disiarkan live, pada Senin (21/11) di Gedung Metro TV, Jakarta. Kepala Multimedia Metro TV Jemmy Bagota mengatakan metode yang dilakukan dalam polling ini adalah melalui situs metrotvnews. com dengan mengisi form yang telah disediakan. Pemirsa memilih satu nama perusahaan dari 11 kategori yang ditentukan oleh panitia. Pemilih hanya bisa melakukan satu kali polling untuk satu alamat email. “Hasil polling sengaja tidak ditampilkan secara online, untuk mencegah terjadinya persaingan pencarian pendukung. Karena kalau kita tampilkan, nanti masing-masing perusahaan akan saling mencari dukungan. Ini bukan persaingan jumlah suara, tetapi murni pilihan pemirsa. Siapa perusahaan favorit pilihan mereka,” kata Jemmy. Suryo menambahkan bahwa penghargaan ini diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memang di mata masyarakat mempunyai keunggulan. “Kali ini ada empat kriteria yang kita pakai. Yaitu, perusahaan ini mampu bersaing dengan merek global, dikenal masyarakat, asli Indonesia, dan bisa tampil sebagai perusahaan internasional,” jelas Suryo. Ditanya tentang Pertamina, Suryo melihat bahwa dari waktu ke waktu Pertamina terus berupaya meningkatkan kualitasnya. Sejauh ini produk-produk Pertamina memang luarbiasa. ”Ini sejalan dengan statement Dirut Pertamina bahwa kinerja BUMN tersebut di tahun 2011 luar biasa, termasuk di industri hilirnya. Karena Pertamina terus berkembang, maka sangatlah layak menjadi perusahaan yang dibanggakan bangsa ini,” ungkapnya. Terkait dengan award yang diraih, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan bahwa pilihan 78 persen masyarakat ini hendaknya bisa lebih memicu kesadaran pekerja Pertamina untuk lebih berprestasi. “Saya rasa seluruh pekerja Pertamina harus sadar betul bahwa Pertamina adalah perusahaan harapan dalam segala hal dari segala sektor. Karena itu, seluruh SDM harus menunjukkan kualitasnya. Terlebih lagi yang berkaitan dengan harapan masyarakat kepada kita. Saling membantukah kita? Misalnya dengan orang cacat, atau dengan masyarakat di sekililing wilayah operasi kita. Itu semua agar masyarakat sekitar dapat tumbuh bersama kita,” kata Karen. Karen juga menambahkan bahwa perusahaan sebesar Pertamina harus maju dalam hal teknis dan non teknis serta terus berkembang. “Kalau semuanya bisa kita capai, saya yakin kita bisa menyejahterakan masyarakat Indonesia. Jika Pertamina makin maju, maka kepedulian kita untuk masyarakat pun makin meningkat,” ungkap Karen. Selain Pertamina, perusahaan terkemuka lainnya yang mendapatkan penghargaan sesuai kategorinya masing-masing adalah Garuda Indonesia, BNI, Matahari, Sido Muncul, Agung Podo Moro Group, Matahari, Krakatau Steel, Polytron, dan Indofood. *** Tetap Menjadi Kebanggaan Bangsa DOK PERTAMINA PENGHARGAAN METRO TV: Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan, menerima penghargaan The Pride Of Indonesia sebagai perusahaan kebanggaan Indonesia.

Transcript of SENIN, 5 DESEMBER 2011 Lonceng Kematian di Arus Kahayan fileia menghembuskan asap rokok dan merem...

Page 1: SENIN, 5 DESEMBER 2011 Lonceng Kematian di Arus Kahayan fileia menghembuskan asap rokok dan merem melek saat semilir angin membuainya. Tidak banyak warna dalam kehidupannya. Setiap

9NNUSAUSANTARANTARASENIN, 5 DESEMBER 2011

Kami hanya menjalani

rute Banjarmasin-Palangkaraya satu kali dalam seminggu. Dulu, bisa 2-3 kali pelayaran.”

SURYA SRIYANTI

LAMUNAN Baihaki, 44, belum kelar ketika sapaan ringan mam-pir ke telinganya. Di

tengah panas matahari, sejak pagi pria itu asyik dengan kesendiriannya. Duduk di der-maga, menatap langit. Sesekali ia menghembuskan asap rokok dan merem melek saat semilir angin membuainya.

Tidak banyak warna dalam kehidupannya. Setiap hari Bai haki selalu datang ke Pela-buhan Rambang, di Sungai Kahayan, yang mengalir di ping gir Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Baihaki adalah seorang bu-ruh angkutan barang di pela-buhan. Ia sangat mengenal der-maga itu karena sudah belasan tahun berada di sana.

“Tidak ada pekerjaan lain yang bisa saya lakukan. Dulu, sekarang, dan nanti, mungkin hanya ini yang bisa jadi andal-an menyambung hidup saya dan keluarga,” kata dia.

Kini Pelabuhan Rambang ternyata tidak seramai dulu lagi. Fungsi jalur air sudah mu-lai tersisih oleh jalan darat.

Menurut Baihaki, keramaian di Rambang susut drastis da-lam 5-6 tahun terakhir. “Untuk dapat penghasilan Rp50 ribu per hari saja sangat sulit. Jika satu bulan bisa dapat Rp1 juta, rasanya seperti bermimpi,” tuturnya.

Padahal, ketika pelabuh-an itu berjaya karena banyak kapal berlabuh di sana, bapak dua anak itu bisa mengantongi uang Rp150 ribu sehari.

“Dulu, setiap hari ada 4-5 kapal yang bersandar di Ram-bang. Kini, paling banyak ha-nya dua kapal setiap minggu,” tambah Bihan, rekan Baihaki.

Kamis pekan lalu ada ak-tivitas di Pelabuhan Rambang. Dua kapal tengah menambat-kan sauh. Tapi, kehadiran dua kapal tidak cukup membuat dermaga ramai. Hanya bebe-rapa pekerja angkutan yang da-pat order. Selebihnya, dermaga itu justru diramaikan oleh para pemancing yang sedang me-ngail peruntungan.

Pada era 1970 hingga 1980-an, keberadaan dan fungsi Su-ngai Kahayan sangat penting bagi Kota Palangkaraya dan sekitarnya. Kahayan menjadi pintu bagi kapal-kapal pem-bawa hasil bumi dari Pulau Jawa yang hendak masuk ke Kalimantan Tengah.

Saat itu, mobilitas barang ataupun manusia ke Palang-karaya harus melewati sungai. Jalan darat belum ada. Maska-pai penerbangan pun belum melirik daerah tersebut. Satu-satunya akses ke Palangkaraya ialah melewati Sungai Kahayan melalui Banjarmasin, Kaliman-tan Selatan.

Kini, setelah isolasi terbuka, jalan darat terus dibangun, ke-beradaan sungai mulai diting-galkan. Apalagi kondisi Sungai Kahayan juga mengalami pen-dangkalan akibat perusakan lingkungan, erosi, dan penam-bangan emas.

“Kami hanya menjalani rute Banjarmasin-Palangkaraya satu kali dalam seminggu. Dulu, bisa 2-3 kali pelayaran,” kata Junaidi, anak buah kapal.

Junaidi dan kapalnya berasal dari Banjarmasin. Ia mengaku sudah 25 tahun bekerja sebagai kru kapal yang melayari Sungai Kahayan.

“Dulu, tiga kali dalam se-minggu kami bisa membawa 60 ton barang berupa sem-bako, barang kelontong, dan perabotan rumah tangga. Da-lam pelayaran balik, dari Pa-langkaraya kami membawa hasil bumi seperti rotan atau

karet,” tuturnya.

SusutPelayaran di Sungai Kahayan

mulai surut pada awal 90-an. Kapal motor Berkat Hanafi ah yang menjadi tumpuan Ju naidi dan kawan-kawan tidak ba-nyak menawarkan pekerjaan. Pelayaran ke Palangkaraya hanya seminggu sekali.

“Barang yang diangkut pun paling banyak hanya 30 ton.

Pelanggan beralih menggu-nakan jasa angkutan truk,” keluhnya.

Pemilik kapal pun harus me-mutar otak guna menghindari kerugian berkepanjangan. Rute lama Banjarmasin-Palangkara-ya tidak ditinggalkan. Namun, dari Palangkaraya kapal terus didorong meluncur ke Bahaur, pelabuhan sungai di Kabu-paten Pulang Pisau, masih di Kalimantan Tengah.

“Untuk bertahan, kami harus mencari alternatif di wilayah lain. Bahaur dipilih karena dari sana kapal bisa mengangkut hasil bumi berupa kelapa dan beras lokal,” ujar Baidi, juragan kapal.

Hitung-hitungan untung yang bisa dikantongi pun ti-pis saja. Sekalipun kapasitas kapal mampu mengangkut barang seberat 60 ton, tiap kali pelayaran ternyata ha-nya membawa setengahnya. Ongkos angkut dari Bahaur ke Banjarmasin hanya bisa dipa-tok Rp150 ribu per ton, tidak bisa lebih.

Nasib anak buah kapal pun tidak jauh berbeda. Untuk sekali pelayaran, mereka men-dapat bayaran Rp250 ribu per orang. Dalam satu bulan, mere-ka hanya kebagian empat kali berlayar, yang berarti mengan-tongi dana Rp1 juta.

Tidak jarang, untuk menam-bah penghasilan, pekerja kapal harus merangkap menjadi bu-ruh angkut barang. Tanpa kerja sambilan, hasil yang mereka peroleh tidak mencukupi un-tuk menghidupi keluarga.

Menurut Baidi, kapal barang yang melayari Sungai Kahayan dengan jurusan Palangkaraya, saat ini, tidak mencapai 10 unit. Angka itu susut banyak. Pada 80-an ada 20-30 kapal.

Dalam beberapa tahun ke depan, jumlah kapal juga di-pastikan berkurang lagi. Baidi berencana mengalihkan rute pelayarannya ke Kalimantan Selatan. “Di sana lebih menjan-jikan karena angkutan barang ke pedalaman masih banyak menggunakan kapal.”

Kahayan pun semakin di-tinggalkan. (N-2)

[email protected]

Lonceng Kematian di Arus Kahayan

----------------

Dermaga Rambang mulai ditinggalkan. Kedatangan kapal tidak seramai dulu lagi.

ASAL USUL

SEBAGIAN besar museum memiliki koleksi karya agung alias masterpiece yang menjadi kebanggaan untuk dipamer-kan. Salah satunya Museum Sulawesi Tengah di Kota Palu, yang memiliki lima masterpiece yang berasal dari sejumlah daerah.

Salah satu kebanggaan mere-ka ialah kain tenun donggala. Itu merupakan kain tradisional khas Sulawesi Tengah yang su-dah dikenal luas masyarakat di Indonesia.

Kain tenun ikat asal Kabu-paten Donggala itu pada u mumnya bermotif kotak-ko-tak, yang bermakna sa ling me-megang keutuhan dan kebersa-maan. Ada juga motif lungsin berupa gambaran nekara yang disusun secara geometris, yang juga menggambarkan keber-samaan.

Motif kain yang dibuat dari mesin tenun sederhana itu makin beragam, setelah para

perajin memasukkan motif bunga mawar, bunga anyelir, buya bomba subi kumbaja, bunga subi, kombinasi bunga subi dan bomba, buya bomba, dan buya subi kumbaja.

Kain tenun donggala biasa-nya digunakan pada upacara perkawinan adat atau hari-hari besar keagamaan. Asal usul benda ini sulit ditelusuri ka-rena sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Dulu, kain atau sarung dong-gala hanya boleh dikenakan pada acara perkawinan, su-natan, dan upacara adat. Motif tertentu, seperti palaekat, ha-nya boleh dikenakan raja atau kaum bangsawan.

Seiring dengan perkembang-an zaman, kain tenun donggala banyak dimiliki masyarakat umum dan digunakan dalam berbagai kesempatan resmi. Untuk melestarikannya, Pe-merintah Kabupaten Donggala telah memiliki hak paten atas

kain tenun donggala.Saat ini, kain donggala makin

populer karena para pegawai negeri sipil di kabupaten tertua di Sulawesi Tengah itu juga diwajibkan memakainya setiap akhir pekan. Sejumlah tempat di Kabupaten Donggala yang menjadi pusat perajin tenun di antaranya berada di Desa Towale dan Watusampu di Kecamatan Banawa yang ber-jarak 40 kilometer dari Kota Palu. Sebagian besar penenun adalah ibu rumah tangga. Me-reka menggunakan alat tenun bukan mesin, yang terbuat dari kayu berukuran 2x1 meter.

Selain kain tenun, para pene-nun juga menghasilkan sarung donggala dengan panjang 2 meter dan lebar 60 sentimeter.

Harga kain tenun dong-gala beragam, mulai Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per lembar. Satu lembar kain biasanya dibuat dalam waktu satu sam-pai dua bulan. (HF/Ant/N-2)

Kain Tenun Donggala

DERMAGA SEPI: Buruh angkut tengah membawa barang yang baru diturunkan dari sebuah kapal di Dermaga Rambang, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pekan lalu. Sudah beberapa tahun terakhir, dermaga ini jarang dikunjungi kapal, karena tersisihkan oleh ramainya angkutan jalan raya.

MI/SURYA SRIYANTI

ANTARA

PERTAMINA kembali meraih penghargaan sebagai perusahaan kebanggaan Indonesia di bidang

pertambangan dan energi untuk ketiga kalinya pada ajang Economic Challenges, “The Pride of Indonesia”. Penghargaan ini diterima Pertamina setelah Metro TV mengadakan polling sejak 10-18 November 2011 melalui twitter Metro TV dengan 1.000.100 follower. Pertamina merupakan satu dari 11 perusahaan yang mendapatkan penghargaan tersebut. Total jumlah pemilih adalah 18.014 orang, yang mayoritasnya adalah orang Indonesia. “Untuk kategori tambang dan mineral, memang Pertamina selalu meraih suara yang terbesar. Pilihan ini ditentukan sepenuhnya oleh pemirsa. Top of mind mereka tak bisa lepas dari kinerja masing-masing perusahaan. Karena itu, mengapa penghargaan ini diberikan, ya memang di mata masyarakat perusahaan itu pantas diberikan penghargaan,” kata Direktur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo, yang juga menjadi pemandu acara yang disiarkan live, pada Senin (21/11) di Gedung Metro TV, Jakarta.

Kepala Multimedia Metro TV Jemmy Bagota mengatakan metode yang dilakukan dalam polling ini adalah melalui situs metrotvnews.com dengan mengisi form yang telah disediakan. Pemirsa memilih satu

nama perusahaan dari 11 kategori yang ditentukan oleh panitia. Pemilih hanya bisa melakukan satu kali polling untuk satu alamat email. “Hasil polling sengaja tidak ditampilkan secara online, untuk mencegah terjadinya persaingan pencarian pendukung. Karena kalau kita tampilkan, nanti masing-masing perusahaan akan saling mencari dukungan. Ini bukan persaingan jumlah suara, tetapi murni pilihan pemirsa. Siapa perusahaan favorit pilihan mereka,” kata Jemmy.

Suryo menambahkan bahwa penghargaan ini diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memang di mata masyarakat mempunyai keunggulan. “Kali ini ada empat kriteria yang kita pakai. Yaitu, perusahaan ini mampu bersaing dengan merek global, dikenal masyarakat, asli Indonesia, dan bisa tampil sebagai perusahaan internasional,” jelas Suryo. Ditanya tentang Pertamina, Suryo melihat bahwa dari waktu ke waktu Pertamina terus berupaya meningkatkan kualitasnya. Sejauh ini produk-produk Pertamina memang luarbiasa. ”Ini sejalan dengan statement Dirut Pertamina bahwa kinerja BUMN tersebut di tahun 2011 luar biasa, termasuk di industri hilirnya. Karena Pertamina terus berkembang, maka sangatlah layak menjadi perusahaan yang dibanggakan bangsa ini,” ungkapnya.

Terkait dengan award yang diraih, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan bahwa pilihan 78 persen masyarakat ini hendaknya bisa lebih memicu kesadaran pekerja Pertamina untuk lebih berprestasi. “Saya rasa seluruh pekerja Pertamina harus sadar betul bahwa Pertamina adalah perusahaan harapan dalam segala hal dari segala sektor. Karena itu, seluruh SDM harus menunjukkan kualitasnya. Terlebih lagi yang berkaitan dengan harapan masyarakat kepada kita. Saling membantukah kita? Misalnya dengan orang cacat, atau dengan masyarakat di sekililing wilayah operasi kita. Itu semua agar masyarakat sekitar dapat tumbuh bersama kita,” kata Karen.

Karen juga menambahkan bahwa perusahaan sebesar Pertamina harus maju dalam hal teknis dan non teknis serta terus berkembang. “Kalau semuanya bisa kita capai, saya yakin kita bisa menyejahterakan masyarakat Indonesia. Jika Pertamina makin maju, maka kepedulian kita untuk masyarakat pun makin meningkat,” ungkap Karen. Selain Pertamina, perusahaan terkemuka lainnya yang mendapatkan penghargaan sesuai kategorinya masing-masing adalah Garuda Indonesia, BNI, Matahari, Sido Muncul, Agung Podo Moro Group, Matahari, Krakatau Steel, Polytron, dan Indofood. ***

Tetap Menjadi Kebanggaan Bangsa

DOK PERTAMINA

PENGHARGAAN METRO TV: Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan, menerima penghargaan The Pride Of Indonesia sebagai perusahaan kebanggaan Indonesia.