sempro
description
Transcript of sempro
Redesain Pasar Kota BatuRedesign of the Market in Batu
DAA
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
lulus mata kuliah DAA
Disusun Oleh:
Setyawan Wisnu Wardana
(0910650078)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2015
1
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
Redesain Pasar Kota BatuRedesign of the Market in Batu
DAA
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
lulus mata kuliah DAA
Disusun Oleh:
Setyawan Wisnu Wardana
(0910650078)
DOSEN PEMBIMBING
M. Satya Adhitama, ST.,MScNIK : 82010706110136
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Pencipta Semesta
Alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga setelah melalui
proses yang begitu panjang dengan segala halang-rintang-nya, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah DAA dengan judul akhir Redesain Pasar Kota
Batu ini.
Karenanya kami selaku penulis dengan segala keterbatasannya ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang Tua dan Keluarga yang telah mendukung dengan begitu
sabarnya.
2. Bapak M. Satya Adhitama .ST., Msc selaku dosen pembimbing dan
guru yang telah dengan sabar membimbing memberi masukan
semangat dan dorongan, dalam menyelesaikan mata kuliah DAA ini;
3. Teman – teman yang selalu mengingatkan dan mensuport penulis
untuk menyelesaikan tulisan ini
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan
Desain ini, sehingga kritik, saran dan masukan akan sangat penulis harapkan melalui
media email [email protected]. Akhir kata, semoga tulisan ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya, dan bagi arsitektur umumnya.\
Malang, Mei 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing .......................................................... ii
Lembar Persembahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..........................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................6
1.4 Batasan Masalah ...............................................................................................7
1.5 Tujuan ...............................................................................................................7
1.6 Manfaat .............................................................................................................7
1.7 Alur Pemikiran ..................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori Pasar ……............................................................................... 10
2.1.1 Definisi Operasional ................................................................................... 10
2.1.2 Fungsi Pasar ……... ................................................................................... 10
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Pasar…………. ............................................. 10
2.1.3.1 Lokasi ...................................................................................................... 11
2.1.3.2 Pelayanan ................................................................................................. 12
BAB III. METODE KAJIAN
3.1. Metode Umum ............................................................................................. 14
3.2. Tahapan Pengumpulan Data ........................................................................ 15
3.2.1. Literatur ......................................................................................... 15
3.2.2. Survey ............................... ............................................................ 15
3.3. Tahapan Analisa ........................................................................................... 16
3.4. Tahapan Perancangan Program Ruang Pasar Burung .................................. 18
3.5. Tahapan Perancangan Lansekap Pasar Burung ............................................ 18
4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinjauan Umum Kota Batu………………………………..….…………….. 20
4.2 Tinjauan Tapak Eksisting……………………….…………………….…….. 21
4.3 Analisis Bangunan…………………………………………….……………. 22
4.4 Analisis Bangunan Dalam Tapak…………………………………………… 23
4.4.1 Tata Massa Dasar……………………………………….………….24
4.4.2 Program Tapak : Analisis& Konsep Sirkulasi, Transportasi dan
Parkir …………………………………………………………………….25
4.4.3 Program Tapak : Analisis Kawasan & Konteks Urban……………26
4.4.4 Program Tapak : Analisis Potensi & Konsep Pengolahan
Vegetasi…………………………………………………………….……27
4.4.5 Program Tapak : Analisis & Konsep Tanggap Iklim ……………..28
4.4.6 Program Tapak : Analisis & Konsep Pengelolaan Limbah………..29
4.4.7 Program Tapak : Analisis & Konsep Sistem Struktur…………….31
4.4.8 Program Tapak : Analisis & Konsep Sistem Utilitas……………...34
4.4.9 Studi Ekologi & Konsep Bangunan Hemat Energi……………......35
4.4.10 Studi Mitigasi & Konsep Ruang Tanggap Bencana……………..36
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………37
5.2 Saran …………………………………………………………………………….38
5
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi pada sebuah kota seiring dengan perkembangan
bisnis di kota tersebut. Kota Surabaya merupakan ibukota dari Propinsi Jawa
Timur yang mempunyai tingkat perekonomian cukup tinggi.
Perkembangan perekonomian Kota Surabaya saat ini semakin meningkat,
sehingga menarik para pebisnis untuk melakukan transaksi pada kota Surabaya.
Kota Surabaya merupakan pintu perdagangan internasional yang ditunjang dengan
adanya Bandar Udara Juanda yang sudah merupakan Bandara Internasional.
Surabaya saat ini dapat dikatakan sebagai kota MICE (Meeting, Incentive,
Conference and Exihibition) yang menjadi tujuan para investor untuk melakukan
kegiatan bisnis. Pertemuan-pertemuan bisnis dengan skala nasional maupun
internasional sering diadakan di Kota Surabaya.
Pebisnis cenderung mempunyai mobilitas yang tinggi dan keterbatasan
waktu. Pebisnis yang berasal dari luar Kota Surabaya pasti membutuhkan tempat
tinggal sementara untuk menyelesaikan tugasnya. Sehingga semakin dekat tempat
mereka menginap dan melaksanakan bisnis merupakan pertimbangan yang sangat
perlu diperhatikan.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan pebisnis yang mempunyai
keterbatasan waktu untuk menyelesaikan tugasnya, maka dibutuhkan fasilitas
yang mampu mengakomodasi pebisnis untuk melakukan bisnis dan menginap
sementara, yang merupakan sebuah Hotel dengan fasilitas untuk melakukan
kegiatan bisnis.
Melihat pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Surabaya 2010-2030 tentang pengembangan jasa perhotelan di kawasan pusat
bisnis. Bisnis perhotelan kian menjanjikan di kota Surabaya yang ditandai
banyaknya investor mengembangkan bisnis hotel di kota Surabaya.
Dengan melihat beberapa alasan di atas, peluang untuk membangun hotel
dengan fasilitas pendukung bisnis sangat baik. Saat ini kota Surabaya yang
merupakan pusat bisnis dan perdagangan di jawa timur memerlukan tempat
6
dimana para pebisnis dapat melakukan aktifitas bisnisnya seperti metting,
pameran, hiburan dan tempat menginap sementara.
1.2 Identifikasi Masalah
Kota Surabaya merupakan kota yang berkembang di sector bisnis yang
membutuhkan tempat dimana para pengusaha dari luar kota untuk tinggal dan
tempat melakukan aktifitas bisnis.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana merancang sebuah Hotel yang dapat mewadahi aktifitas bisnis
seperti metting, pameran, hiburan, dan tempat menginap sementara
1.4 Batasan masalah
1.4.1 Ruang Lingkup Substansial
Pembahasan dari Laporan ini dititikberatkan pada ilmu
arsitektur dalam perancangan hotel bisnis dengan fasilitas yang
berada di dalamnya, sedangkan hal-hal yang di luar factor
perancangan akan dibatasi atau tidak dibahas secara mendalam
1.4.2 Ruang Lingkup Spasial
Secara spasial, lokasi perancangan Hotel bisnis ini
termasuk di daerah bisnis kota Surabaya dan sesuai dengan
Peraturan Daerah Kota Surabaya.
1.5 Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah memperoleh Landasan Perancangan
Tugas Akhir yang jelas dan layak, dengan konsep dan desain sesuai dengan
judul yang diajukan.
1.6 Manfaat
1.3.1 Subyektif
Untuk memenuhi persyaratan lulus program s1 Universitas
Arsitektur Brawijaya Malang.
7
1.3.2 Obyektif
Dapat bermanfaat sebagi tambahan pengetahuan dan
referensi bagi mahasiswa maupun orang lain yang akan
merencanakan bangunan hotel bisnis.
1.7 Metode Pembahasan
Pembahasan menggunakan metode deskriptif. Yaitu dengan menggunakan
pendekatan perencanaan melalui pengumpulan data untuk perencanaan dan
perancangan Hotel Bisnis di Kota Surabaya.
Data yang di dapat terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Data Primer
Data primer didapat melalui:
- Survey lapangan
Survey dilakukan dengan cara pengamatan langsung di
lokasi atau tapak perencanaan Hotel Bisnis di Surabaya.
- Dokumentasi Lapangan
Dokumentasi dilakukan dengan merekam gambar lokasi
yang akan dijadikan Hotel Bisnis.
b. Data Sekunder
Studi literature melalui buku dan sumber-sumber tertulis lain
yang berhubungan dengan Hotel Bisnis
1.7 Sistematika Pembahasan
Secara garis besar, penulisan Hotel Bisni di Kota Surabaya ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang
lingkup, metode pembahasan dan sistematika pembahasan yang
menunjukan permasalahan secara garis besar serta alur piker dalam
menyusun perancangan Hotel Bisnis di Kota Surabaya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
Membahas tentang literature tinjauan umum hotel, tipe hotel, dan tinjauan
hotel bisnis. Serta studi banding
BAB III DATA
Membahas tentang gambaran umum Kota Surabaya Berupa data – data
fisik dan nonfisik Kota Surabaya, potensi dan kebijakan tata ruang Kota
Surabaya.
BAB IV
BAB III DATA
Membahas gambaran umum Kota Surabaya berupa data-data fisik dan
nonfisik Kota Surabaya, potensi dan kebijakan tata ruang Kota Surabaya
BAB IV
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Hotel
2.1.1 Defisnisi Hotel
Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang menggunakan
sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan,
penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum
yang dikelola secara komersil. (Keputusan Mentri Parpostel no Km
94/HK103/MPPT 1987).
2.1.2 Pengertian Hotel Bisnis
Menurut Hughes and Kapoor menyatakan : Bussiness is the
organized effortof individuals to produce and self for a profit, the goods
and services that satisfysocietys needs. The general term business refres to
all such efforts within a society or within an industry. Yang artinya suatu
kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan
menjual barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hotel Bisnis
adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana,
fasilitas pelengkap lainnya serta jasa bagi umum yang dapat mendukung
dan memperlancarkegiatan bisnis para tamu (seperti meeting room,
bussines centre, exhibirion room, dan sebagainya), yang dikelola secara
komersil serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Fasilitas yang disediakan Hotel Bisnis harus mendukung untuk
kegiatan bisnis terutama untuk Meeting, Incentive, Convention, dan
Exhibittion (MICE). Fasilitas yang tersedia antara lain ballroom, baquet
room, dan business center dengan fasilitas pendukung lainnya seperti
restoran, bar & café, pusat kebugaran, spa, kolam renang dan sebagainya.10
2.1.3 Klasifikasi Hotel
Hotel dapat diklasifikasikan menurut bintang yang ditentukan oleh
Dinas Pariwisata Daerah (Diperda) sesuai persyaratan fasilitas yang
terdapat dalam hotel setiap tiga tahun sekali dalam bentuk sertifikat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. KM
3/kw. 001/MKP 02, hotel dikelompokkan dalam 5 golongan kelas
(bintang) berdasarkan kelengkapan fasilitas dan kondisi bangunan,
perlengkapan dan pengelolaan, serta mutu pelayanan. Kategori hotel
dibagi menjadi :
- Hotel melati 1
- Hotel melati 2
- Hotel bintang 3
- Hotel bintang 4
- Hotel bintang 5
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh
peraturan pemerintah dan menurut Dirjen pariwisata dengan SK: Kep-
22/U/VI/78. Untuk mengklasifikasikan sebuah hotel, dapat ditinjau dari
beberapa factor yang satu sama lainnya ada kaitannya. Berikut adalah table
pembagian hotel menurut Keputusan Direktur Jendral Pariwisata (1988)
dan berdasrakan fasilitas dan jumlah kamar hotel dalam Bernadete Monica
(2012) :
11
2.1.4 Pembagian Area Hotel
Secara fungsional, hotel dapat dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu area
tamu, area public, bagian administrasi (front of the house), dan back of the house
dikutip dari The Architects Handbook oleh Quentin Pickard (Quentin P., 2002).
Adapun area Front of The House dan Back of The House meliputi ruang (Monica
B, 2012):
12
1. Front of the house adalah area karyawan yang berhadapan
langsung dengan tamu, yang termasuk area front of the house
adalah:
Front desk & Concierge
Area Reservasi dan kasir
Room service
Area lift
Retail
Restoran
Function room
2. Back of the house adalah area karyawan yang berada di area
servis dan terpisah dengan area tamu. Yang termasuk dalam
area Back of The House adalah:
Dapur dan gudangongkar muat
are
Area
13
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Pasar
2.1.1 Definisi Operasional
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,
mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. (Pepres RI No.112,
2007)
2.1.2 Fungsi Pasar Besar
a) Sebagai wadah atau tempat yang layak dan nyaman bagi pedagang
untuk mendatangkan dagangannya kepada calon pembeli atau
masyarakat yang membutuhkan atau yang memerlukan dagangan
tersebut.
b) Sebagai sarana penunjang kemajuan perekonomian Kota Batu
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pasar
Pasar Besar kota Batu mempunya I beberapa fungsi diantaranya Pasar
Sayur, pasar daging, pasar loak, pasar burung, pasar buah,dan pasar pagi. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dari pasar menurut Kotler (1996)
yang dibagi menjadi 3, yaitu:
2.1.3.1 Lahan
14
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No.112 Tahun 2007
mengenai Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan
Toko Modern, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembangunan
pasar, yaitu:
a) Lokasi pasar wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya.
b) Aksesibilitas wilayah yang berhubungan sebagai pencapaian
(akses) dan sebagai pertimbangan agar tidak mengganggu arus lalu
lintas.
c) Fasilitas sebagai tempat usaha pedagang, pengelola, dan fasilitas
pendukung menjadi pertimbangan untuk luasan yang akan
dibangun (diatas 5000 m2).
d) Infrastruktur (air, listrik, pengelolaan sampah, dan jalan) guna
mendukung fungsi atau aktifitas pasar.
e) Kompatibilitas, yaitu keterpaduan dan keserasian antara kawasan
dengan lingkungannya untuk menciptakan suasana lingkungan
pasar yang bersih, sehat,aman, tertib, dan nyaman.
2.1.3.2 Pelayanan
Pelayanan merupakan faktor penting di dalam sebuah pasar. Kualitas
pelayanan dapat ditinjau dari kemampuan pedagan dalam mengetahui produk, dan
cara memasarkannya (Kotler, 1996). Di dalam aktifitas pasar, kemampuan
pedagang di dalam memahami produknya merupakan faktor yang penting untuk
menjalankan fungsi pasar dengan baik. Adapun kualitas pelayanan bergantung
pada:
a) Kemampuan pedagang di dalam menjajakan barang dagangannya
b) Kemampuan pedagang dalam menjaga kualitas dagangannya
dengan baik sehingga mutu produk terjaga (Care).
c) Kemampuan pedagang di dalam menunjukkan nilai jual produk
kepada pembeli, dengan cara komunikasi yang baik dan jujur
(Communication).
15
d) Kemampuan pedagang di dalam menjaga hubungan antar sesama
penjual melalui persaingan sehat dan nuansa kekeluargaan dalam
pasar (Competition).
2.1.4 Uraian Jenis dan Fungsi Ruang pada Pasar
Berdasarkan Perda Kota Pasuruan No.10 Tahun 2006 tentang Retribusi
Pengelolaan Pasar Daerah, jenis ruang atau tempat resmi yang diperuntukkan
sebagai tempat usaha atau dagang pada pasar diklasifikasi sebagai berikut:
1. Toko adalah bangunan yang didirikan di dalam pasar yang luasnya 12
(dua belas) meter persegi atau lebih yang dilengkapi dengan instalasi
listrik dan digunakan untuk menjual barang dan lainnya untuk kebutuhan
masyarakat.
2. Kios adalah bangunan tetap di dalam pasar dengan ukuran tertentu,
berdinding tembok, berpintu, berlantai, dan dilengkapi dengan instalasi
listrik.
3. Los adalah bangunan berbentuk memanjang di dalam pasar yang beratap
tanpa dinding pemisah dan berlantai.
4. Bedak adalah bangunan yang didirikan di dalam los dengan ukuran
tertentu, berdinding, berpintu, berlantai, dan dilengkapi dengan instalasi
listik.
5. Warung adalah bangunan yang didirikan di dalam pasar yang khusus
digunakan untuk menjual makanan dan minuman dengan ukuran tertentu,
yang dilengkapi instalasi listrik, air, dan limbah.
Selain sarana tempat usaha, pasar juga dilengkapi fasilitas penunjang yang terkait
dengan aktifitas dalam pasar, yaitu:
1. Fasilitas Pengelola, yaitu tempat yang diperuntukkan bagi dinas
pengelola pasar untuk melakukan monitoring dan manajemen
kepengelolaan pasar.
2 Fasilitas Service, yaitu fasilitas yang berfungsi sebagai layanan
pendukung aktifitas dalam pasar, seperti: parkir, toilet, musholla, pos
satpam Dalam penataan pasar tidak memperkecualikan adanya
16
penambahan fasilitas lain untuk mendukung fungsi pasar selama tidak
keluar dari koridor fungsi utama pasar sebagai tempat jual-beli.
BAB 3
METODE KAJIAN
3.1. Metode Umum
Metode umum yang digunakan pada kajian ini meliputi metode penelitian
deskriptifanalitik. Metode penelitian deskriptif merupakan metode yang tertuju
pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, yang menuturkan,
menganalisa, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey, interview,
angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komparatif, studi
waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi koorperatif atau operasional
(Surakhmad, 1982).
Pelaksanaannya tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data dan
penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Ciri-
ciri metode deskriptif, antara lain:
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.
b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa (oleh karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).
Kajian yang akan dilakukan adalah menganalisis karakter ruang pada
Pasar Kota Batu sebagai pedoman dasar pada perancangan ruang yang baru
(redesign).
17
3.2. Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan ini merupakan tahap awal sebagai upaya pencarian karakteristik
dan informasi terkait pasar pada khususnya, untuk menunjang gagasan awal
perancangan. Tahapan ini memiliki fungsi sebagai pra-rancangan untuk
memperoleh pedoman analisa perancangan yang akan digunakan. Tahap
evaluasi ini terdiri dari beberapa tahap, yakni pengumpulan data dan analisa.
3.2.1. Literatur
Literatur yang berkaitan dengan operasional perancangan, sebagai acuan untuk
pendekatan perancangan, meliputi:
1. Tinjauan Mengenai Pasar, berupa definisi operasional, karakter pasar,
kriteria pasar, variable penunjang pasar.
2. Tinjauan Perancangan Arsitektur Lansekap, berupa penjabaran teori serta
aplikasi secara arsitektural yang berhubungan dengan perancangan pasar
Dari kajian literatur ini dapat dihasilkan variable terkait perancangan yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam proses studi banding dan survei tapak
3.2.2. Survey
Survey lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi perancangan (tapak),
yaitu berada di dalam kawasan Pasar besar Kota Batu. Lokasi ini telah ditentukan
berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Bappeda Kota Batu. Data yang
diperlukan pada kajian studi ini adalah:
a. Data fisik tapak (dimensi dan karakter kawasan)
b. Data Pedagang (jumlah pedagang dan jenis dagangan)
3.3.1. Tahap Analisa Tapak:
Adalah tahapan analisa faktor daya dukung lingkungan yang berpengaruh
secara langsung terhadap kebutuhan perancangan, yaitu:
3.3.1.1. Analisa Klimatologi
18
Penjelasan secara deskriptif karakter iklim dan cuaca di Kota
Pasuruan. Variabel analisanya yaitu letak secara geografis, suhu, curah
hujan, pengaruh dan karakter angin serta peredaran matahari pada tapak.
Hasil dari Analisa Klimatologi ini berupa arahan desain yang mampu
menangkap potensi dan kelemahan daya dukung lingkungan yang ada,
seperti Tata Massa dan Orientasi Ruang.
3.3.1.2. Analisa Bio-Fisik (Tanah, Hidrologi, Drainase)
Penjelasan secara deskriptif mengenai kondisi bio-fisik tapak,
yakni karakteristik tanah, potensi sumber air bersih, listrik, dan drainase.
Dengan mengetahui kondisi bio-fisik tapak, akan diketahui prinsip site
engineering (rekayasa tapak) yang akan diterapkan pada desain.
3.3.1.3. Analisa Sirkulasi
Penjelasan secara deskriptif mengenai karakteristik sirkulasi
kawasan untuk dijadikan pertimbangan sirkulasi dari dan menuju ke dalam
lokasi tapak baik secara makro maupun mikro.
3.4. Tahap Perancangan Program Ruang Pasar
Adalah tahapan sintesa dari hasil analisa fungsi pasar yang telah dikaji. Langkah
ini untuk mengaplikasikan pedoman rancangan ruang yang didapat dari hasil
Analisa Fungsi terhadap hasil kajian Analisa Tapak, sehingga didapatkan konsep
perancangan ruang Pasar Kota Batu sebagai berikut:
3.4.1. Tabulasi Jenis dan Besaran Ruang Pasar
Penentuan jenis dan besaran ruang yang didapat berdasarkan kajian
kebutuhan ruang dari hasil analisa jenis dan fungsi ruang.
3.4.2. Program Ruang Pasar
Setelah mendapatkan jenis dan besaran ruang, langkah berikutnya
adalah melakukan pengorganisasian ruang dalam bentuk programatik
sehingga didapatkan konfigurasi yang baik secara mikro maupun makro.
3.4.3. Desain Tata Ruang
19
Merupakan tahap perancangan dengan berpedoman dari hasil
program ruang yang kemudian diolah secara arsitektural untuk
mendapatkan hasil desain pasar baru. Langkah desain dilakukan secara
mikro-makro perancangan arsitektur sebagai berikut:
a. Desain bangunan: bentuk bangunan, sistem konstruksi yang
dipakai, serta elemen bangunan
b. Desain tata massa: pola penataan massa, aksesibilitas, dan sirkulasi
c. Site Engineering: sistem utilitas tapak berupa SPAB/SPAK, listrik,
instalasi limbah.
3.5. Tahap Perancangan
Setelah didapatkan desain tata ruang pasar secara keseluruhan, kemudian
dilakukan perancangan lansekap dengan mengkomposisikan elemen lansekap
alami buatan, sehingga terjadi keselarasan lingkungan hidup dalam suatu
ekosistem, secara fungsional berguna, secara estetis indah, dan member
kenyamanan aktivitas
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinjauan umum Kota Batu
4.1.1 Batas Wilayah Kota Batu
Kota Batu, merupakan sebuah Kota Administratif yang berada di Provinsi
Jawa Timur. Wilayah Kota Batu berdasarkan perda nomor 7 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu tahun 2010-2030 terdiri dari 3
kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Batu
2. Kecamatan Junrejo
3. Keamatan Bumiaji
21
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Batu
3
12
Secara administratif Kota Batu berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur : Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Malang
Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
Pemanfaatan Ruang
4.1.2 Kota Batu
Kota Batu, pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Malang.
Kecamatan Batu berkembang menjadi Kotatif Batu sejak tahun 1993 berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 12 tahun 1993. Kotatif Batu memiliki 3 kecamatan
yaitu Kecamatan Batu (wilayah pusat), Kecamatan Bumiaji (wilayah utara), dan 22
Kecamatan Junrejo (wilayah selatan). Perkembangan Kotatif Batu yang terus
meningkat, menjadikan status Kotatif menjadi Pemerintah Kota. Peningkatan
status ini berdasarkan UU No.11 tentang Peningkatan Status Kota Administratif
Batu yang disahkan pada tanggal 30 Juni 2001. (sumber :
http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Nomor_11_Tahun_2001 diakses
pada 20 September 2013)
Kondisi geografis Kota Batu dikelilingi oleh beberapa gunung, diantaranya
adalah Gunung Arjuno, Gunung Banyak, Gunung Welirang, Gunung Kawi,
Gunung Anjasmoro, dan Gunung Panderman. Kota Batu sendiri terletak pada
ketinggian rata-rata 871m di atas permukaan laut. Kondisi tanah yang subur juga
menjadikan Kota Batu memiliki area pertanian yang luas. Mata pencaharian
penduduk Kota Batu sebagian besar ialah bercocok tanam. Hasil perkebunan yang
paling terkenal di Kota Batu adalah buah apel, bunga, dan sayur mayur. Udara
yang sejuk dan pemandangan pegunungan dan perkebunan yang indah menjadi
potensi dan daya tarik tersendiri bagi Kota Batu.
23
Tabel 1.3
24
Tabel 1.1Tabel 1.2
Sejak awal abad ke 10, Kota Batu telah dikenal sebagi tempat peristirahatan
bagi keluarga kerajaan. Kota Batu mulai berkembang menjadi kawasan wisata
pada abad ke 19 sejak banyak orang Belanda yang datang dan mendirikan villa di
Batu. Dengan dukungan topografi – sarana dan prasarana yang memadai
menjadikan Kota Batu sebagai salah satu tujuan untuk menghabiskan waktu libur,
sehingga Kota Batu dijuluki sebagai the real tourism city of Indonesia oleh
Bappenas.
Pemerintah Kota Batu berencana untuk menjadikan Batu sebagai Kota Wisata
dan Argropolitan. Rencana Pemerintah ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan
ekonomi penduduk dan pendapatan daerah. Dalam pengembangan Kota Batu,
Pemda memiliki misi yang difokuskan pada beberapa hal yaitu:
1. Pendayagunaan secara optimal sumber daya alam (SDA), sumber
daya manusia (SDM) dan sumber daya budaya (SDB) sebagai faktor
internal untuk menopang upaya pengembangan Kota Batu.
2. Meningkatkan Peran kota Batu sebagai kota pertanian (Agropolitan).
3. Meningkatkan posisi peran Kota Batu dari Kota Wisata menjadi
Sentra Wisata.
4. Pengembangan sektor fisik berkenaan dengan perkantoran
pemerintah, fasilitas publik, sarana dan prasarana transportasi, serta
penataan ruang secara menyeluruh.
Pengembangan penataan ruang Kota Batu nantinya diharapkan dapat mewujudkan
ruang Kota Batu yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan sebagai kota
yang berbasis agropolitan dan kota pariwisata unggulan di Jawa Timur serta Kota
Batu sebagai wilayah penopang hulu Sungai Brantas.
4.2 Kondisi Existing Tapak .
25
Sumber gambar: GoogleMap
Adapun batas – batasnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Terminal Kota Batu
Sebelah Timur : Pemukiman Penduduk
Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk
Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk
26
JatimPark 1 Lippo mall
Jatim Park 2
Jatim Park 2
Jalan menuju malang
27
Tapak
4.2.1 Kondisi Bangunan
Pasar berada tepat di depan Terminal kota Batu
Sumber ub.ac.id
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa pasar terbagi menjadi beberapa
unit. Pembagian pasar hanya dilakukan pada pedagang yang memiliki kios.
Sehingga dari pasar sayur, pasar unit I, pasar unit II, pasar unit III, dan 40pasar
unit buah seluruhnya hanya pembagian dalam bentuk pedagang yang telah
28
memiliki kios. Pedagang yang memiliki kios tersebut umumnya buka mulai pagi
jam 07.00 atau jam 08.00 WIB, hingga sore hari pada jam 16.00 atau 17.00 WIB.
Pada jam-jam tersebut, parkir kendaraan berada di wilayah area parkir dalam atau
area parkir siang hari.
4.3 . Rencana Pengmbangan/Pembangunan
Kota batu saat ini merupakan kota yang berkembang di sektor pariwisata
dan agriculture. Batu terletak di dalam Kota Batu pada wilayah bagian timur,
lebih tepatnya di Dusun Temas, Kecamatan Batu. Kota batu merupakan kota yang
berkembang pesat. Dimana dapat dilihat dari pembangunan mall dan area wisata.
Pasar sayur tradisional kota batu yang dinilai kumuh oleh pendatang/ wisatawan
diharapakan dapat dirubah menjadi pasar wisata yang bersih (D1.1).
Permasalahan yang teridentifikasi adalah bentuk kontur tapak yang turun
bertahap dan pengaturan sirkulasi yang efisien(D1.2).
29
4.4 STUDI KOMPARASI
4.4.1 New Market in Celje
Architects: Arhitektura Krušec
Location: Celje, Slovenia
Project Area: 410 sqm
Project Year: 2009
Pasar ini didesain dengan mengunakan konsep sirkulasi yang menyatu dengan sekitarnya yaitu dengan pintu masuk dan keluar pasar berada di semua sisi pasar
30
Bangunan pasar baru ini dirancang dengan kontruksi atap baja raksasa, Atap dibagi
menjadi beberapa permukaan atap yang lebih kecil, sehingga menciptakan daerah
transitif yang ditembus oleh sinar matahari, sehingga mejadi hemat energy
4.5 TATA MASSA DASAR
Massa dibagi menjadi 3 bagian fungsi utama yaitu:
1 = Terminal
2 = Pasar utama
3 = Pasar Sayur / agrobisnis
31
12 3
4.6 Analisi Tapak
4.6.1 Analisis Sirkulasi
Sirkulasi primer sebagai sirkulasi utama pejalan kaki berupa jalan linier
yang menghubungkan antar fungsi ruang dalam pasar. Penataan ruang pasar yang
berpola griddihubungkan dengan adanya jalan setapak melingkar yang
menjangkau ke semua area pasar.
Jalur awal sirkulasi berada area lobby yang terletak di dekat gerbang
masuk pasar, dan dapat diakses pula melalui jalur yang berada di dekat gerbang
keluar pasar. Sebagai sirkulasi primer, jalan setapak disediakan agar dapat
menampung sirkulasi dua arus, yakni dengan dimensi lebar jalan 4-6 meter.
Kelemahan jalur sirkulasi linier ini ketika terjadi kepadatan pengguna jalan,
sehingga memang sebisa mungkin disediakan luasan yang cukup, atau dengan
pengaturan pergerakan arus melalui hierarki arus jalan.
32
4.6.2 Analisis pengolahan vegetasi
Tanaman pada dasarnya adalah sebagai pencegah erosi pada tanah yang
berlereng ataupun tidak, dan juga memiliki fungsi untuk merembeskan air ke
lapisan tanah yang lebih dalam pada lapisan kedap air, beberapa tanaman
pelindung yang dipilih memiliki akar tunjang dan perakarannya berfungsi untuk
menyangga partikel tanah sehingga akan mengurangi terjadinya pergerakan pada
bidang permukaan.
Vegetasi pada bangunan pasar ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Zona 1 - Pohon: Sengon, Tanjung, Preh (ficus stricta), Asam - Semak: Teh-tehan, puring, kadaka, akalipa- Rumput
Zona 2 - Pohon: Asam Kranji, Sengon- Perdu: kaliandra, dadap- Bambu pagar
Zona 3 - Pohon: Sukun, mangga, asam- Semak: Azalea, bunga matahari, pakis, teh-tehan- Groundcover: Anthurium, keladi, begonia
4.6.3 Program tapak analisi program tanggap iklim
33
1
2
2
1
33
Bangunan pasar baru ini
dirancang dengan kontruksi
atap baja raksasa, Atap dibagi
menjadi beberapa permukaan
atap yang lebih kecil, yang
diberi bukaan dan sekat kaca
sehingga menciptakan daerah
transitif yang ditembus oleh
sinar matahari, sehingga
mejadi hemat energi
Aspek Usulan Pengaturan Alternatif Penyelesaian Matahari Massa ditata untuk
mengurangi jumlah sinar matahari yang masuk ke ruangan, namun sinar matahari pagi harus tetap optimal. Apalagi sinar matahari tidak banyak terhalang dikareakan posisi tapak serong terhadap posisi peredaran matahari.
Dengan memberi bukaan cukup dapat mengurang kebutuhan cahaya buatan, pada siang hari. Untuk melindungi paparan inar matahari langsung pada siang hari namun tidak menganggu arah pandang mata diperlukan vegetasi yang cukup tinggi.
Kebisingan Untuk mereduksi kebisingan yang bersumber dari jalan raya, maka konsentrasi penataan massa bangunan dengan zona-zona privat ada di area belakang Kebisingan tingkat rendah di dalam perencanaan tapak.
Pemberian batas2 berupa vegetasi antara bangunan untuk meminimalisir kebisingan yang dibuat oleh tiap bangunan
Angin Arus penghawaan harus memiliki distribusi yang baik keseluruh bagian bangunan. Dengan keadaan tapak suhu di , berkisaran antara 18-23OC sekitaar lokasi tergolong sejuk
Bentukam yang dibuat ramping memanjang sehingga angin dapat mengalir dengan mudah.
Air Hujan Adanya sistem drainase saluran air pada sirkulasi kendaraan didalam tapak dan sekeliling massa bangunan.
Pemberian sumur resapan pada beberapa titik dalam tapak dan talang air pada tritisan supaya air hijan tidak langsung jatuh ketanah yang menyebabkan erosi tanah. Diperlukan pengaliran air hujan di dasar tanah tidak terjadi pengeroposan pada dinding penahan. Penyebaran Vegetasi berakar kuat untuk mencegah erosi.
4.6.4 Program tapak analisis dan konsep pengolahan limbah
34
Pasar pada umumnya memiliki permasalahan terhadap lingkungan
terutama masalah kebersihan dan limbah. Untuk itu dalam Redesain Pasar Kota
Batu ini menerapkan sistem utilitas yang ramah lingkungan untuk menunjang
segala aktifitas di dalamnya.
4.6.4.1. Sistem Pengomposan
Dalam perancangan Pasar Kota Batu ini sebagian besar menggunakan
konsep pengolahan limbah dengan menggunakan bio engineering sistem
pengomposan. Sistem pengolahan limbah dengan menggunakan teknologi
pengomposan ini diterapkan pada pengolahan limbah dengan pemanfaatan
kembali kotoran burung dan sampah menjadi produk pupuk kompos, yang bisa
digunakan sebagai perawatan vegetasi pada taman.
4.8.4.2. Sistem Biopori
Sistem biopori digunakan sebagai upaya meningkatkan daya peresapanair
ke dalam tanah mengingat kondisi tanah pada tapak yang berpotensi menimbulkan
genangan dan banjir karena daya resap yang lemah. Biopori adalah lubang di
dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme di dalamnya
seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna lainya. Lubang yang
terbentuk ini akan berisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Bila lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan
sebidang tanah untuk meresapkan air akan semakin meningkat.
4.6.5 Analisis dan konsep Sistem Struktur
35
4.6.5.1. Pondasi
Pemilihan struktur yang digunakan untuk pondasi bangunan didasarkan
pada kebutuhan dan kemampuan dari bangunan itu sendiri, serta melihat
karakterisitik kondisi tanah yang ada pada tapak. Kondisi tanah yang ada pada
tapakini dibagi menjadi 4 jenis tanah utama, yaitu Andosol, Kambisol, Alluvial,
dan Latosol. Berikut penjelasan menganai karakteristik tanah yang ada.
o Andosol dengan kedalam 0 ≤ 20 cm dengan karakter yang subur, namun
gembur sehingga kurang cocok untuk pemikul beban.
o Kambisol dengan karakteristik tanah yang gembur namun cukup kuat
untuk menerima beban dengan karakter beban untuk pondasi dangkal,
dengan kedalaman 20 – 100 cm.
o Alluvial merupakan tanah yang subur yang terjadi karena proses endapan
dari banjir atau aliran sungai, dengan kedalam tanah yang sama dengan
tanah jenis andosol yaitu 0 ≤ 20 cm, cocok untuk pertanian.
o Latosol merupakan tanah yang padat dan tersusun atas batuan induk,
terlindungi oleh lapisan tanah diluarnya, dengan kedalaman tanah lebih
dari 1,5 m. Tanah jenis ini mampu memikul beban berat, karena sifat
tanahnya yang kuat dan plastis.
Dari hasil analisa keadaan eksisting di atas tanah yang dapat memikul
beban berat adalah tanah latisol, oleh karena itu pemilihan pondasi yang di
gunakan adalah pondasi tiang pancang yang mempunyai kelebihan mampu
menahan beban di tanah yang kondisinya lembek karena penampang pondasi yang
lebar. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom
atau tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras.Pondasi tapak ini dapat
dikombinasikan dengan pondasi batu belah atau kali. Pengaplikasiannya juga
dapat langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi tertentu untuk
kepentingan pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk
bangunan di tanah sempit yang akan dikembangkan ke atas.
36
Jadi dari kesimpulan diatas bangunan akan menggunakan Pondasi Tiang
Pancang
Secara terperinci, kegunaan dari pondasi tiang pancang ini meliputi beberapa hal,
yaitu diantaranya adalah :
1. Untuk membawa beban-beban konstruksi di atas permukaan tanah ke
dalam tanah melalui lapisan tanah. Dalam hal ini, trasfer gaya yang terjadi
tidak hanya menyangkut beban gaya vertikasl saja, namun juga meliputi
gaya lateral.
2. Untuk menahan gaya desakan ke atas yang sering kali menyebabkan
terjadinya kegagalan guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah di
bawah bidang batas air jenuh. Pondasi telapak dapat juga dipakai untuk
menopang kaki-kaki menara terhadap kegagalan guling, dimana gaya
momen yang dihasilkan dari beban horisontal (dalam hal ini beban angin)
dapat ditahan oleh gaya friksi tanah terhadap permukaan pondasi tiang
pancang.
3. Dapat memampatkan endapan tak berkohesi yang bebas lepas di dalam
tanah dengan melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran
dorongan saat pemancangan. Dalam pelaksanaannya, pondasi tiang
pancang tersebut dapat ditarik keluar kemudian.
4. Mengontrol penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada
pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya
tinggi.
5. Membuat tanah di bawah pondasi sebuah mesin menjadi kaku untuk
mengontrol amplitudo getaran dan frekwensi alamiah dari sistem mesin
tersebut bila dijalankan. Dalam hal ini, transfer beban dinamis akibat
getaran (vibrasi) sebuah mesin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa harus
mengubah struktur tanah, dimana tanah menjadi kaku dan teredam dari
vibrasi mesin.
37
6. Sebagai faktor keamanan tambahan di bawah tumpuan jembatan dan tiang
khususnya, jika erosi merupakan persoalan yang potensial. Dengan adanya
pondasi tiang pancang, kegagalan gelincir yang dapat disebabkan oleh
erosi dan beban horisontal akan dapat diatasi.
7. Dalam konstruksi yang didirikan pada lepas pantai, pondasi tiang pancang
digunakan untuk meneruskan beben-beban yang terjadi di atas permukaan
air pada struktur ke dalam air dan ke dalam dasar tanah yang mendasari air
tersebut. Hal ini berlaku pada pondasi tiang pancang yang ditanamkan
sebagian ke dalam tanah pada dasar air dan yang terpengaruh oleh beban
vertikal dan tekuk serta beban lateral. Dengan demikian, dengan
dipakainya pondasi tiang pancang pada suatu struktur pada lepas pantai,
selain memanfaatkan daya dukung tanah seperti pondasi pada umumnya,
juga memanfaatkan daya dukung air untuk menjaga kestabilan struktur.
4.5.6.2. Kolom
Dalam perancanaan kolom ini yaitu struktur pada beberapa bangunan yang
akan di terapkan pada bangunan ini, adalahbahan kolom baja dengan penataan
struktur menggunakan pola rigid frame, dan pengertian menurut (Pedoman Teknis
Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, dinas cipta karya 2006) dari pola
struktur rigid frame ini adalah suatu struktur yang tersusun dari anggota-anggota
yang dihubungkan dengan penghubung kaku. Dengan pengertian tersebut bahwa
pola penataan struktur rigid frame yang kaku di rasa cocok untuk di gunakan pada
bangunan yang berada di lereng gunung. Sedangkan untuk pembatas antara ruang
pada bangunan di hotel ini menggunakan dinding partisi.
4.5.6.3. Penutup Atap
38
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai
penutup atau pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga
memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan. Struktur atap beton pada
umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu :rangka baja ringan dan genteng
seng.
4.5.7 Program Tapak Analisi dan konsep Sistem utilitas
4.5.7.1 Sistem distribusi air bersihU
Untuk pendistribusian air bersih menggunakan perpaduan pelayanan
pemerintah yaitu PDAM dengan ketersediaan alam Mata air atau Sumur. Air PDAM
tersebut akan di distribusikan pada tandon utama yang berada di atas tapak lalu di
salurkan pada dua tandon yang berdekatan dengan dua bangunan area servis. Air
PDAM tersebut di butuhkan ketika sumber air sedang terjadi masalah.
Menggunakan ground water tank dan
mengandalkan system gravitasi sebagai
penyaluran air bersih dan dibantu dengan
pompa.
4.5.7.2 Sistem distribusi listrik
39
Pada saat darurat perlu dibutuhkan mesin generator cadangan sebagai alat
penyalur listrik ke seluruh unit Ruang Penerima, Pengelola dan Villa. Generator
pembangkit listrik yang disediakan hendaknya dapat menyalurkan kebutuhan
untuk: ruang pendingin pada bangunan penunjang, bangunan fasilitas dan lemari-
lemari penyimpan bahan distribusi makanan, pompa saluran pemadam kebakaran,
mesin-mesin hitung, sistem tanda bahaya kebakaran, hubungan telepon, pompa air
bersih dan air kotor.
Analisa penyediaan tenaga listrik :
Daya listrik di pasok dari Pembangkit Listrik Negara atau PLN melalui
jaringan kabel tegangan tinggi 20.000 Volt yang kemudian di turunkan menjadi
tegangan menengah antara 1.000 – 20.000 volt dan tegangan rendah di bawah
1.000 volt oleh transformator yang di tempatkan di gardu – gardu listrik.
Di saat situasi emergency yaitu matinya aliran PLN secara mendadak juga
menjadi pertimbangan dalam perancangan ini, oleh karena itu perlu juga di
persiapkan instalasi pembangkit listrik atau generator. Dengan menggunakan
diesel yaitu silent genset dengan suara yang tidak terlalu bising serta di perlukan
UPS ( Uninteruped Power Suply ) untuk ruang komputer, telekom, pencahayaan
tangga darurat dan lain – lain.
4.5.8 Studi Mitigasi & Konsep Tanggap Bencana
a. Bencana Kebakaran ( terhadap hydrant )
Sistem penanganan kebakaran pada tapak perancangan ini menggunakan
Sprinkler pada dalam Bangunan di titik pada tiap bangunan Pasar . Pengertian dari
Sprinkler sendiri adalah sistem penyemprot air yang di aktifkan oleh sensor asap
kebakaran. Seperti pada umumnya, alat ini di letakkan berada di bawah plafon
yang menyebar di setiap bangunan fasilitas Resort. Dan pengamanan kedua yang
di gunakan adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di letakkan di luar
bangunan dengan jarak jangkauan sejauh 25 – 30 meter. Dan untuk pada tiap –
tiap 50m pada area banguan diberikan tabung pemadam kebakaran.
b. Longsoran
40
Untuk mencegah longsor pada tapak setiap kontur diberis struktur cor
dengan system pelngseng dan juga penanaman vegetasi pada area kontur untuk
meminimalisir efek dari air hujan (erosi)
BAB V
41
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Saran
Pasar merupakan salah satu jenis fungsi arsitektur yang berkaitan dengan
fungsi perdagangan namun masih belum memiliki kaidah, batasan dan kriteria
desain yangjelas seperti halnya shopping mall atau rental office yang cukup
banyak dijumpai teori, referensi, maupun kajian pustakanya. Walaupun lebih
mendekat ke arah arsitektur pasar tradisional, pasar memiliki karakter arsitektural
yang khas apabila dikaji lebih dalam lagi baik secara keruangan fisik maupun
atmosfer aktifitas di dalamnya. Keunikan tersebut diakibatkan oleh fungsinya
yang secara khusus tersegmentasi oleh barang dagangan yang diwadahinya, yaitu
sarana jual beli barang kebutuhan sehari-hari.
Karakter pasar ini dapat diketahui dengan memperhatikan tipologi karakter
ruang sekaligus mengamati berbagai perilaku dan aktifitas di dalamnya, lalu
membandingkannya dengan pasar lain, seperti yang telah dilakukan pada kajian
ini.
Dengan demikian akan diketahui karakter ruang pasar secara universal,
yang dapat digunakan sebagai standar minimal yang harus dipenuhi dalam
perancangan sebuah pasar. Proses redesain (perancangan kembali) merupakan
studi arsitektur yang kompleks dan lebih sukar dikarenakan prosesnya yang harus
mempertimbangkan parameter dari rancangan sebelumnya, pemetaan masalah,
dan penentuan solusi serta inovasi desain yang harus lebih progresif dari
sebelumnya. Demikian pula dengan proses Redesain Pasar Kota Batu yang
berusaha untuk melakukan inovasi desain pasar yang mengutamakan aspek
penzoningan dan pencapaian yang lebih efisien.
Sekali lagi, arsitektur pasar adalah bagian dari peradaban masyarakat
Indonesia yang mencitrakan hubungan jalinan antara manusia dan satwa sebagai
sesame makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Keberadaanya di tengah
perkembangan modernisasi seakan tidak pernah melunturkan sejarah dan
kenangan. Di tempat itulah mereka berinteraksi.
42
5.2 Saran
Redesain Pasar Kota Batu ini memang jauh dari kesempurnaan. Semoga
Laporan desain ini dapat membuka jalan bagi perancangan pasar lain yang berani
mengeksplorasi metode-metode perancangan baru yang lebih kontekstual,
sehingga tidak akan mengalami stagnansi ilmu. Dalam melalui proses
perancangan pasar ini, penulis menemukan beberapa kendala yang sekiranya
dapat menjadi saran bagi perancangan lebih lanjut
Saran-saran tersebut meliputi :
1. Menyelami perancangan pasar berarti juga harus menyelami karakter
ruangan nuansa di pasar besar, supaya pasar yang dirancang dapat
menangkap kebutuhan ruang dan merepresentasikan nuansa yang terjalin
di pasar
2. Pasar adalah bangunan komersil, dimana kenyamanan adalah faktor
penting yang harus dimiliki. Dalam mengekplorasi desain masih
memungkinkan banyak metode untuk diterapkan sebagai pendekatannya,
namun dengan tetap memperhatikan aspek fungsi ruang pasar.
3. Metode arsitektur bukan hanya sekedar mengimplementasikan
penzoningan pada ruang pasar semata. Metode ini menuntut kejelian
dalam menangkap informasi kebutuhan fungsi ruang untuk meningkatkan
kualitas ruang yang ada..
4. Dalam perancangan ini penulis masih merasa banyak kekurangan dalam
mengeksplorasi elemen-elemen arsitektural yang sebenarnya dapat
diaplikasikan lebih variatif. Hal ini dikarenakan pembahasan yang lebih
difokuskan terhadap metode perancangan yang sebisa mungkin
mengejawantahkan proses desain secara komprehensif, dan sistematis,
karena masih minimnya referensi mengenai metode pengaturan ruang
yang diimplementasikan pada pasar ini. Untuk itu ke depannya bagi
arsitek lain yang ingin bereksplorasi terhadap perancangan pasar,
diharapkan untuk lebih memfokuskan terhadap detail rancangan dan lebih
berani untuk bermain dengan pengalaman ruang (space experience).
43