Semnas LS 2011 Makalah Fisika

download Semnas LS 2011 Makalah Fisika

of 145

Transcript of Semnas LS 2011 Makalah Fisika

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR FISIKA SISWA MENERAPKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE STAD PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

Yayuk SudarwatiSMPN 2 Gempol Pasuruan Jl. Dau Darmorejo Kepulungan Gempol

Abstrak: Banyak variable yang mempengaruhi cara belajar siswa, mencakup factor-faktor fisik dan non fisik. Oleh sebab itu metode yang diterapkan di kelas harus memperhatikan keberagaman cara belajar siswa. Salah satu indikator tercapainya kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa adalah perolehan nilai hasil belajar siswa minimal mencapai KKM. Dalam pembelajaran selama dilakukan Penelitian Tindakan Kelas materi pesawat sederhana ini diterapkan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD didukung Kecakapan guru dalam mengelola kelas menggunakan Media berupa gambar, alat praktikum, alat peraga dan power point. Hasil pembelajaran menunjukan peningkatan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Kata kunci: STAD, kualitas belajar, pesawat sederhana

Fisika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah bersama mata pelajaran sains yang lain adalah ilmu yang diharapkan dapat menciptakan siswa berilmu dan berketrampilan yang unggul. Melalui penguasaan mata pelajaran fisika baik proses, produk, maupun sikap yang baik, siswa diharapkan mampu mengembangkan ilmunya dan mampu membina kerja sama yang sinergi demi tercapainya efisiensi dan efektivitas, kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa. Memungkinkan dijaminnya kerjasama berbagai sumber daya kemampuan dalam meningkatkan pengalaman kreasi, inovasi, prestasi dan ketinggian moral siswa. Salah satu indikator tercapainya kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa adalah perolehan nilai hasil belajar siswa mencapai minimal sesuai KKM. Penunjang dari indikator di atas yaitu tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang cukup mendalam. Pembelajaran Fisika sulit dipahami siswa jika proses pembelajaran tidak didukung dengan metode yang menarik dan media yang mudah diamati. Media berupa gambar, alat praktikum, alat peraga dan power point dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan pembelajaran. Banyak variable yang mempengaruhi cara belajar seseorang, mencakup factor-faktor fisik dan non fisik. Ada anak mudah belajar melalui belajar kelompok, anak yang lain bisa belajar lebih mudah bila sendirian. Ada anak mudah belajar sambil mendengar musik, ada yang dapat berkonsentrasi hanya dalam keadaan sepi. Ada juga yang mudah belajar dengan gaya kinestetik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Berdasarkan pengamatan selama proses belajar sejak 3 bulan sebelumnya, cara belajar siswa di kelas VIII A ini beragam. Oleh sebab itu metode dan alat pembelajaran yang diterapkan di kelas harus memperhatikan keberagaman cara belajar siswa sebagai anak yang berbeda tersebut. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah cooperative learning type STAD (Standard Teams Achievement Divisions) yaitu pembelajaran yang memiliki enam fase yang membentuk fondasi untuk pengurutan pelajaran IPA, yaitu 1) Menyampaikan tujuan dan motivasi, 2) Menyajikan informasi, 3) Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar, 4)Membimbing lelompok bekerja dan belajar, 5) Evaluasi, 6) Penilaian/ pemberian penghargaan.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar (Nana, 2005 : 108). Pengertian media yang cukup luas mencakup berbagai perangsang belajar yang sering disebut sebagai audio visual aid. Media juga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Ada berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan berupa audio, visual dan audio visual antara lain film, Power Point, gambar/carta, alat peraga, alat eksperimen, buku, dan lain-lain. Dalam PTK ini peneliti menggunakan bantuan media power poin, gambar/carta, dan alat eksperimen. Gambar/carta dibuat sendiri oleh peneliti sederhana menggunakan kertas karton putih dengan pewarna krayon. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk mewujudkan suatu tingkat keberhasilan tentang suatu usaha yang telah dicapai. Dalam hal ini diperlukan pengukuran terhadap hasil belajar untuk mengetahui sudah sampai dimana suatu tujuan telah dicapai. Bloom (dalam Winkel, 1989) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam penelitian ini ranah yang diamati hanya kognitif saja. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dibagi dalam enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, prinsip, teori dan metode. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah dipelajari. Kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu dapat dilihat dari kemampuannya menyerap suatu materi kemudian mengkomunikasikannya. Aplikasi merupakan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aplikasi ini dapat diukur dari kemampuan dalam menggunakan konsep, prinsip, teori dan metode untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Analisis memberikan penekanan pada kemampuan untuk merinci sesuatu menjadi bagian-bagian dan cara mengorganisasikannya. Sintesis merupakan proses pemahaman terhadap unsur-unsur atau bagian-bagian, kemudian mengkombinasikannya dengan sesuatu cara sehingga sebelumnya yang tidak tampak akan menjadi jelas, siswa dituntut untuk memahami konsep, prinsip, teori dan hukum sehingga memberikan pemahaman baru. Evaluasi, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan-keputusan dan mempertimbangkan masalah nilai, tujuan, metode penyelesaian termasuk didalamnya pertimbangan mengenai efektifitas dan ketepatannya. Penelitian ini hanya menggunakan evaluasi ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis kualitatif dan evaluasi. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative learning type STAD dengan menggunakan media power point, gambar/carta dan alat praktikum, pada kualitas belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Gempol dalam materi Pesawat Sederhana mata pelajaran Fisika.METODE

Subjek penelitian adalah siswa di kelas VIII A SMP Negeri 2 Gempol yang berjumlah 39 siswa terdiri dari 18 laki-laki dan 21 perempuan. Diambilnya subyek ini atas dasar pertimbangan bahwa (1) subjek adalah siswa peneliti dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas sehari-hari, (2) dipilih secara acak, dengan pertimbangan dapat mewakili 6 kelas parallel yang ada di kelas VIII. Kompetensi Dasar yang dikembangkan adalah kompetensi dasar (KD) 5.4. Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pada siklus 1 : Tuas/Pengungkit, Materi pada siklus 2 : Bidang miring. Tiap siklus diterapkan tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi dan lembar evaluasi. Hasil dan Pembahasan Pada pengamatan proses pembelajaran sebelumnya diperoleh data bahwa siswa kelas VIII A SMPN 2 Gempol merupakan gabungan/oplosan dari kelas VII yang telah beberapa kali diamati dalam pelaksanaan

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 2

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) LSBS, belum dapat memanfaatkan alat praktikum secara maksimal untuk menarik kesimpulan dalam pembelajaran fisika. Hal ini terjadi mungkin karena belum ada pendukung media dalam jumlah cukup yang menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Kadang-kadang praktikum memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk itu diperlukan membuat media pendukung berupa power point dan carta dalam upaya memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Diharapkan siswa menggunakan alat praktikum dengan bekerja sama yang kompak dengan anggota kelompok, jujur dalam mengumpulkan data pengukuran dan dapat mengambil kesimpulan yang obyektif berdasarkan hasil pengamatan. Pada siklus 1 ditunjukkan gambar tuas dan jungkat- jungkit untuk menarik perhatian siswa. Selanjutnya ditunjukan berbagai benda disekitar siswa yang menggunakan prinsip tuas melalui power point. Konsep tuas dijelaskan melalui power point dengan singkat. Alat eksperimen digunakan secara kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa. Setelah data dicatat dilakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Interaksi siswa dengan siswa dirangsang untuk mendapat kesimpulan yang benar berdasarkan hasil data pengamatan. Kemampuan kognitif banyak diamati pada tahap kegiatan inti. Temuan pembelajaran pada siklus 1, siswa banyak terlibat aktif dalam belajar, interaksi siswa dengan alat praktikum mendukung penemuan kesimpulan pada penguasaan konsep yang benar, media carta sangat sesuai pada tahap motivasi dan kegiatan penutup, efektif mendukung proses pembelajaran. Namun power point perlu dipertimbangkan efetifitasnya sebab perannya dapat digantikan oleh carta. Pada siklus 2 carta tetap digunakan untuk memotivasi anak didik di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran untuk proses pengambilan kesimpulan. Perhatian guru membimbing kelompok lebih merata menjangkau siswa yang kurang aktif, pertanyaan yang sifatnya memancing siswa pada tahap apersepsi dan pada tahap diskusi lebih banyak sehingga siswa yang menjawab lebih banyak. Pemberian pujian dan penghargaan pada siswa dan kelompok yang aktif lebih banyak disampaikan sehingga siswa lebih aktif dalam diskusi kelas. Diperoleh hasil observasi refleksi pada siklus 1 bahwa model cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan media tersebut dapat mempermudah proses belajar siswa. Namun perlu ada perbaikan yang diterapkan pada tindakan siklus 2 berdasarkan saran dari nara sumber Prof. Koji Sato yang turut mengamati open class kali ini, yaitu power point tidak harus digunakan jika tidak sangat diperlukan. Carta dalam materi tuas dan bidang miring dapat digunakan maksimal dengan meningkatkan aktifitas diskusi siswa dan tanya jawab dengan guru sehingga komunikasi dalam kelas berlangsung lebih lancar. Pengukuran dilakukan jujur dan lebih teliti, siswa tidak lagi kesulitan dengan satuan dalam pengukuran selama praktikum. Perolehan data dalam kegiatan praktikum siklus 2 dapat memudahkan siswa menyusun kesimpulan dengan benar. Analisa data menunjukan adanya peningkatan hasil belajar. Rata-rata nilai tes evaluasi setelah ada tindakan naik dari 70,0 menjadi 77,5. Kemampuan proses yang diamati menunjukkan peningkatan. Skor ketercapaian tindakan aspek Ketrampilan menggunakan alat naik dari 75 % menjadi 86%. Ini berarti hampir semua siswa terlibat aktif menggunakan alat praktikum dalam belajar. Aspek kemampuan menggunakan data naik dari 69,4% menjadi 83,8%. Atas arahan guru siswa sudah terlihat aktif melakukan pengukuran dan mau menganalisa data kelompok secara bersama-sama. Aspek Kemampuan diskusi naik dari 63,9% menjadi 80,5%. Komunikasi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru berjalan lancar. Aspek kemampuan menyusun kesimpulan naik dari 69,4% menjadi 80,5%. Saling membelajarkan pada proses diskusi dapat membantu siswa membuat kesimpulan yang benar berdasarkan kegiatan praktikum. KESIMPULAN Penelitian tindakan kelas menerapkan model pembelajaran cooperative Learning tipe STAD menggunakan bantuan media carta dan alat praktikum yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Gempol Pasuruan. Kemampuan guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam mengelola kelas sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa melalui pelaksanaan RPP yang tepat. Pemilihan media dan metode yang tepat dapat meningkatkan ketrampilan proses belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 3

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Pembentukan kelompok kerja yang terdiri dari 4 anggota heterogen membantu siswa tertinggal bisa belajar dari teman sebayanya melaui proses diskusi. 4 aspek yang diamati meliputi ketrampilan menggunakan alat, kemampuan menggunakan data dengan jujur, kemampuan diskusi, dan kemampuan menyusun kesimpulan yang obyektif berdasarkan hasil praktikum yang teliti dan jujur dapat meningkat setelah tindakan kelas siklus 1 dan 2. Tanda-tanda yang turut tumbuh teramati dalam pembelajaran penelitian tindakan kelas kali ini adalah keberanian mengeluarkan pendapat, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sikap demokratis, sikap kerjasama dengan kelompok dalam menyelesaikan tugas selama proses pembelajaran SARAN Agar pembelajaran lebih bermakna dan mudah diingat oleh siswa, sebaiknya pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, diupayakan guru meminimalkan kegiatan ceramah dan mengoptimalkan aktifitas siswa, lebih banyak bekerja dalam proses menemukan pemahamannya Pemilihan metode dan media hendaknya disesuaikan dengan materi ajar yang akan disampaikan. Metode dan media dapat berarti maksimal meningkatkan kulitas pembelajaran jika guru terus berusaha kreatif meningkatkan kemampuan mengelola kelas sebab masalah baru terus akan dihadapi bersama pergantian siswa di kelas yang berbeda. Oleh sebab itu diperlukan kerelaan guru untuk terus belajar. DAFTAR PUSTAKADepdiknas (2003) Pedoman Khusus Pengembangan Dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Nurhadi, Burhan Yusin, Agus Gurrad Senduk (2004), Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK,

Universitas Negeri Malang. Universitas Negeri Malang (2003), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 4

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

PENGEMBANGAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS MALANG

HartatiekJurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model asesmen kinerja untuk mengukur kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Asesmen kinerja yang dikembangkan meliputi lima topik praktikum yaitu: Polarimeter, Ampermeter dan Volmeter DC, Melde dan Sonometer, Jembatan Wheatstone, serta Pemantulan dan Pembiasan. Model asesmen kinerja yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan oleh para pembimbing untuk mengases kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum sehingga kualitas penilaian praktikum FisikaDasar II dapat ditingkatkan. Pengembangan model asesmen kinerja dilakukan dengan rancangan penelitian dan pengembangan (Research and Development, R & D) yang terdiri lima tahap yakni: studi pendahuluan, penyusunan draf awal, judgment, uji coba awal dan uji coba akhir (validasi produk). Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluatif. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Fisika FMIPA UM dengan subjek uji coba mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika yang menempuh matakuliah praktikum Fisika Dasar II pada semester genap 2010/2011 terdiri dua offering yang berjumlah 61 orang. Hasil ujicoba empiris menunjukkan bahwa model asesmen kinerja yang dikembangkan telah memenuhi reliabilitas kesesuaian pengamat yang ditunjukkan dari nilai reliabilitas rata-rata sebesar 0,76 yang berada pada klasifikasi tinggi. Hal ini berarti bahwa asesmen yang dikembangkan layak (valid) digunakan untuk mengukur kinerja mahasiswa dalam melaksanakan Praktikum Fisika Dasar II.. Kata kunci: asesmen kinerja, praktikum Fisika Dasar II

Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan bagian dari sains yang selalu berkembang berdasarkan fakta dan hasil eksperimen ( Druxes, 1986). Oleh karena itu, dalam mengajarkan fisika harus memperhatikan hakekat fisika sebagai ilmu eksperimentasi. Sesuai hakekat fisika, salah satu strategi pembelajaran yang sesuai adalah berciri hands on activities ( berbasis aktivitas) yaitu berupa kegiatan praktikum di laboratorium. Di Jurusan Fisika FMIPA UM, matakuliah Fisika Dasar II sebagai matakuliah teori selalu diikuti oleh matakuliah Praktikum Fisika Dasar II sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam pelaksanaannya Praktikum Fisika Dasar II dilakukan secara terpisah dari perkuliahan teori, memiliki bobot 1 sks/2 js dimaksudkan agar mahasiswa memiliki ketrampilan laboratorium dalam bidang Fisika Dasar ( katalog FMIPA UM, 2010). Untuk menunjang kegiatan praktikum di laboratorium telah disusun buku panduan praktikum dalam bentuk modul dan format penilaian kegiatan praktik-um. Penilaian kegiatan praktikum Fisika Dasar II didasarkan pada nilai yang terdiri dari: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pelaporan dan (4) nilai tahap akhir praktikum(tes final). Penilaian tahap akhir praktikum sebagai bagian dari nilai akhir (NA) untuk menentukan kelulusan matakuliah praktikum Fisika Dasar II belum memiliki model yang jelas, sehingga dimungkinkan antar pembimbing memberikan tes dengan cara dan bobot (tingkat kesukaran) yang berbeda-beda. Berdasarkan

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 5

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) hasil pengamatan selama mebimbing praktikum Fisika Dasar II, penilaian kegiatan tahap akhir praktikum ada yang dilakukan dengan tes tulis, tanya-jawab langsung diikuti tes praktek dan ada yang tes praktek murni. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan penelitian untuk mengembangkan suatu model asesmen kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa kegiatan praktikum Fisika Dasar diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa memiliki ketrampilan laboratorium. Oleh karena itu penilaian tahap akhir kegiatan praktikum semestinya lebih ditekankan pada hasil kinerja mahasiswa (tes perbuatan) yang memiliki standar yang jelas sehingga penilaian dapat dipertanggung jawabkan.TINJAUAN PUSTAKA

Asesmen kinerja didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja mengharuskan siswa mendemonstrasikan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sede-retan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Asesmen ini berlaku bagi siswa yang bekerja secara individual maupun secara kelompok (Rahayu, S., 2002). Asesmen kinerja dikembangkan berdasarkan adanya kebutuhan untuk memperbaiki sistem evaluasi yang selama ini dilakukan. Asesmen kinerja berkaitan de-ngan berbagai tugas dan situasi dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk menun-jukkan pemahaman dan untuk menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan proses berpikirnya dalam berbagai konteks. Asesmen kinerja ini diperlukan dalam penilaian yang didasarkan pada observasi kegiatan. Asesmen kinerja mendorong terjadinya evaluasi diri dan introspeksi atas kesalahan yang diberbuat. Dalam mendisain assesmen kinerja, ada enam komponen yang perlu dipertim-bangkan (Vos, 2001) yaitu: (1) konteks asesmen dan tujuan; (2) tugas asesmen; (3) asesmen kinerja; (4) interpretasi kinerja dan evaluasi; (5) gambaran dan laporan hasil dan (6) keputusan dan tindak lanjut. Pengembangan asesmen kinerja dimulai dari mengidentifikasi bukti-bukti belajar atau indikator pencapaian hasil belajar. Indikator ini merupakan dasar untuk membuat pedoman yang dimulai dengan menggambarkan bagaimana kualitas kerja siswa akan nampak. Deskriptor kualitas kinerja harus spesifik terhadap tugas dan ditunjukkan dengan tingkat-tingkat kualitas kinerja. Asesmen kinerja terdiri dari dua bagian, yaitu tugas kinerja (performance taks) dan kriteria penskoran atau rubrik (rubric). Tugas-tugas kinerja dapat berupa proyek, pameran, portofolio, atau tugas-tugas yang mengharuskan siswa memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu bentuk yang nyata. Kriteria (rubric) merupakan panduan untuk memberi skor (pedoman penilaian). Dasar asesmen kinerja ditunjukkan melalui tugas-tugas kinerja. Tugas-tugas kinerja dipresentasikan mahasiswa sebagai bagian dari tujuan pembelajaran. Penggunaan tugas kinerja didasarkan pada model tugas kinerjaa. Model ini merupakan langkah-langkah dalam membuat tugas kinerja. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengembangkan tugas-tugas dan rubrik asesmen kinerja adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas. 2. Merancang tugas-tugas untuk asesmen kinerja yang memungkinkan mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan berfikir dan bertindak. 3. Menetapkan kriteria keberhasilan yang dijadikan tolok ukur untuk menyatakan seorang mahasiswa telah mencapai tingkat ketuntasan pengetahuan atau ketrampilan yang diharapkan (Glencoe, 1999). Tugas-tugas kinerja tidak memilki satu jawaban yang benar. Pada tugas-tugas kinerja terdapat suatu rentangan asesmen untuk memperoleh keberhasilan suatu tugas.Oleh karena itu asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu kinerja benar atau salah. Untuk menjamin reliabilitas keadilan dan kebenaran penilaian, dikembangkan kriteria atau rubrik yang digunakan sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja mahasiswa.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Rubrik menggambarkan tingkat kinerja yang menunjukkan apa yang diketahui mahasiswa dan apa yang dapat dilakukan mahasiswa. Pemberian skor dalam rubrik terdiri atas skala-skala tertentu yang mendeskripsikan kinerja tiap aspek dalam skala, yang bergradasi mutu mulai dari tingkat sempurna sampai pada tingkat tidak sempurna (jelek). Ada dua jenis pedoman penilaian yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik. Rubrik analitik memfokuskan pada kemampuan mahasiswa untuk menunjukkan kecakapannya dalam kompetensi tertentu atau materi pokok khusus. Sedangkan rubrik holistik memberikan skor tunggal dan menyeluruh untuk kinerja atau produk yang dihasilkan mahasiswa. Matakuliah Praktikum Fisika Dasar II merupakan matakuliah yang berdiri sendiri memiliki bobot 1sks/2js, biasanya disajikan secara bersamaan dengan matakuliah Fisika Dasar II pada semester II. Matakuliah ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki keterampilan laboratorium dalam bidang Fisika Dasar Pada matakuliah Praktikum Fisika Dasar II terdapat lima topik utama praktikum yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dalam satu semester yang meliputi: (1) Polarimeter, (2) Ampermeter dan Vvolmeter DC, (3) Melde dan Sonometer, (4) Jembatan Wheatstone serta (5) Pemantulan dan Pembiasan. Dengan melakukan kelima kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan laboratorium bidang Fisika Dasar yang memadai. Setiap topik praktikum memiliki tujuan masing-masing sesuai keterampilan yang ingin dilatihkan. Setelah dicermati dari tujuan yang tercantum dalam modul praktikum Fisika Dasar II terdapat 3 aspek pokok yaitu: (1) mahasiswa memperoleh penguatan konsep, (2) mahasiswa memperoleh keterampilan laboratorium (mampu menggunakan set percobaan), dan (3) mahasiswa mampu menyajikan hasil pengukuran beserta ralatnya secara benar. Kaitannya dengan penelitian ini, maka aspek kedua yang akan mendapat perhatian khusus, yakni aspek keterampilan laboratorium karena secara langsung dapat diamati menggunakan asesmen kinerja (perbuatan). Asesmen kinerja ini dirancang untuk mengukur keterampilan laboratorium mahasiswa secara individual dan menggunakan rubrik analitik kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II sehingga dihipotesiskan bahwa instrumen asesmen kinerja yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kinerja mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Fisika Dasar II.METODE PENELITIAN

Untuk mengembangkan produk, rancangan penelitian yang digunakan adalah disain penelitian dan pengembangan (Research and Development, R & D). Penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan diarahkan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluatif, yang digunakan dalam ujicoba pengembangan produk. Secara garis besar penelitian dan pengembangan terdiri dari tiga langkah (Borg, W.R & Gall, M.D. 2001) yaitu (1) studi pendahuluan meliputi studi pustaka dan survai lapangan untuk mengamati produk atau kegiatan yang ada, (2) melakukan pengembangan produk meliputi penyusunan draf model atau produk, judgment, dan ujicoba model, (3) validasi produk. Berikut model rancangan R & D yang digunakan dalam penelitian ini (Sukmadinata N.Y., 2005).

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 7

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

Uji Coba e

Gambar 1. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Secara rinci penelitian ini dilakukan dalam 5 tahap yaitu: Tahap 1 (Studi pendahuluan) Pada tahap ini dilakukan kegiatan berupa pemilihan materi praktikum. Materi praktikum yang dipilih adalah materi praktikum Fisika Dasar II yang meliputi lima topik praktikum: Polarimeter, Ampermeter dan Voltmeter DC, Melde dan Sonometer, Jembatan wheatstone dan Pemantulan dan Pembiasan. Pemilihan materi diperlukan sebagai acuan untuk penyusunan asesesmen kinerja dan pedoman asesmen. Tahap 2 (Penyusunan draft produk) Pada tahap ini disusun draf model asesmen kinerja melaksanakan praktium Fisika Dasar II yang dilaksanakan dalam tiga kegiatan yaitu: penyusunan rumusan tujuan asesmen, penyusunan pedoman asesmen dan penyusunan kriteria asesmen. Rumusan tujuan asesmen didasarkan pada tujuan praktikum Fisika Dasar II. Untuk masing-masing materi tercantum dalam setiap modul praktikum Fisika Dasar II. Pedoman dan kriteria asesmen disusun berdasarkan indikator yang muncul sesuai dengan tujuan asesmen. Pedoman asesmen menggunakan kriteria 0, 1 dan 2. Skala 0 menunjukkan bahwa deskriptor tidak muncul/muncul salah, skala 1 menunjukkan bahwa deskriptor muncul kurang sempurna dan skala 2 menunjukkan bahwa deskriptor muncul benar/sempurna. Setiap deskriptor yang muncul akan dijumlahkan dan diwujudkan dalam bentuk skor. Kriteria skor didasarkan pada buku pedoman penilaian di UM. Tahap 3 (Judgment) Pada tahap ini dilakukan judgment terhadap model yang telah disusun. Judgment ini merupakan kegiatan asesmen terhadap model yang telah disusun. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan validitas teoritis instrumen. Judgment dilakukan oleh 2 orang pakar pendidikan yang memiliki kompetensi menilai model asesmen kinerja yang dikembangkan. Judgment ini dilakukan sebelum ujicoba empiris. Berdasarkan hasil judgment dilakukan revisi untuk menyem-purnakan model asesmen kinerja yang dikembangkan. Tahap 4 Ujicoba Produk (awal) Pada tahap ini dilakukan ujicoba asesmen kinerja. Ujicoba produk dilakukan pada mahasiswa prodi pendidikan fisika off M Jurusan Fisika FMIPA UM yang mengikuti perkuliahan praktikum Fisika Dasar II. Ujicoba awal ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas isi terutama dari segi bahasa dan urutan kegiaatan yang diamati, oleh pembimbing praktikum. Ujicoba dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Setiap pembimbing membawa asesmen kinerja untuk topik yang sesuai dengan bimbingannya (termasuk tim peneliti). 2. Setiap pembimbing melakukan bimbingan kepada mahasiswa dengan benar.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 8

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) 3. Mahasiswa secara berkelompok bekerja bersama untuk memperoleh data, pada saat ini dilakukan asesmen kinerja oleh pembimbing menggunakan asesmen yang telah disusun untuk mengetahui kejelasan bahasa dan urutan kegiatan yang diamati. 4. Pada akhir praktikum dilakukan diskusi dengan semua pembimbing untuk memperoleh masukan terhadap instrumen asesmen kinerja. 5. Melakukan revisi dengan anggota peneliti terhadap masukan yang diperoleh. Tahap 5 Pengujian Produk (Ujicoba empiris) Pada tahap ini dilakukan ujicoba empiris terhadap produk yang telah disempurnakan. Pengujian produk dilakukan pada mahasiswa prodi Pendidikan Fisika off C. Pada penelitian ini pengujian produk dilakukan pada saat tes final praktikum (tes perbuatan). Secara teknis praktek asesmen dilakukan dengan cara berikut. 1. Pada setiap modul praktikum ada 3 pengamat yang akan melaksanakan asesmen kinerja pada setiap mahasiswa (individual). 2. Setiap mahasiswa diberi tugas kinerja sebagai bentuk dari tes kinerja dengan bobot yang sama. Tugas kinerja untuk setiap modul praktikum berisi 4 komponen pokok yaitu :(1) perintah menyusun/merangkai set percobaan, (2) mengambil 2 atau 3 data percobaan dan menampilkan data pada tabel pengamatan dilengkapi dengan satuan dan nst alat ukur, (3) melakukan analisis data dan, (4) menuliskan hasil ukur beserta ralatnya. 3. Secara bersamaan 3 pengamat mengamati kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum dan berpedoman pada rubrik asesmen kinerja yang telah disusun. 4. Setiap pengamat memberikan skor pada lembar asesmen sebagai wujud kinerja yang dicapai mahasiswa. Selanjutnya skor dari 3 pengamat diuji reliabelitasnya untuk mengetahui kesesuaian hasil pengamatan. Sebagai subjek penelitian adalah mahasiswa prodi pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA UM yang menempuh matakuliah praktikum Fisika Dasar II pada semester genap tahun 2010/2011, sebanyak 2 offering M (30 orang) dan C (31 orang). Data dalam penelitian ini berupa skor kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum. Data ini dapat diperoleh melalui asesmen kinerja yang telah dibuat. Data diperoleh dengan cara tes perbuatan melalui langkah-langkah: 1. Menyebarkan asesmen kinerja yang telah divalidasi kepada pembimbing praktikum Fisika Dasar II. 2. Pembimbing melakukan penilaian menggunakan asesmen kinerja berdasarkan pedoman dan kriteria asesmen kepada semua mahasiswa yang mengikuti praktikum Fisika Dasar II, secara individual. 3. Setiap mahasiswa akan dinilai oleh 3 orang pengamat. Pengamat terdiri dari 2 orang mahasiswa asisten yang telah lulus matakuliah asistensi, diambil mahasiswa yang sudah senior dan 1 orang dosen pembimbing matakuliah praktikum Fisika Dasar II. 4. Pembimbing (pengamat) melakukan penskoran berdasarkan kriteria asesmen dengan menggunakan rumus: (skor yang diperoleh/skor maksimum) x 100 Untuk mengetahui kesesuaian skor dari 3 pengamat digunakan persamaan yang direkomendasikan oleh Djaali dan Muljono, P. (2008), yaitu:

r

RJK b RJKe RJK b

r = reliabilitas kesesuaian pengamat Klasifikasi reliabilitas kesesuaian pengamat mengikuti persyaratan: Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 9

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) reliabilitas tinggi jika nilai r 0,7 reliabilitas sedang jika nilai r antara 0,3 sampai dengan 0,7 reliabilitas rendah jika nilai r 0,3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum disusun draft model asesmen dilakukan kajian yang mendalam tentang materi yang digunakan dalam penelitian. Hasil kajian menetapkan lima topik yaitu: Polarimeter, Ampermeter dan Voltmeter DC, Melde dan Sonometer, Jembatan wheatstone, Pemantulan dan Pembiasan. Pemilihan dan identifikasi materi diperlukan sebagai acuan dalam penyusunan rumusan tujuan asesmen dan pedoman asesmen. Rumusan tujuan asessmen disajikan pada Lampiran1. Pedoman asesmen rubrik, yaitu pedoman pelaksanaan asesmen menggu-nakan sejumlah kriteria tertentu. Pada penelitian ini menggunakan rubrik dengan skala penilaian 0, 1 dan 2. Skala 0 menunjukkan indikator tidak muncul/ muncul salah. Skala 1 menunjukkan indikator muncul kurang sempurna. Skala 2 menunjukkan indikator muncul benar/sempurna. Setiap indikator yang muncul akan dijumlahkan dan diberi skor. Berdasarkan tujuan dan kriteria asesmen disusunlah indikator yang tertuang pada asesmen kinerja. Pada tahap judgment terhadap model asesmen yang telah disusun, dilakukan untuk meningkatkan validitas instrument. Hasil judgment memperoleh masukan tentang kejelasan bahasa, urutan kegiatan, dan kriteria asesmen. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap model asesmen kinerja. Ujicoba awal dilakukan pada 30 mahasiswa prodi pendidikan fisika off M yang sedang mengikuti perkuliahan praktikum Fisika Dasar II. Ujicoba dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kinerja mahasiswa saat melaksa-nakan praktikum. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa asesmen kinerja dengan skala 5 secara praktek sulit dilakukan. Pembimbing sulit membedakan antara kemampuan skala 1 dan skala 2, dan seterusnya sampai skala 5. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap pedoman dan kriteria asesmen. Untuk memudahkan dalam membedakan kemampuan antar skala, kriteria asesmen diubah hanya dengan skala 3 yaitu 2, 1, dan 0. Skala 2 menunjukkan indikator muncul benar , skala 1 menunjukkan indikator muncul kurang sempurna dan skala 0 menunjukkan indikator tidak muncul/muncul salah. Dengan skala ini diharapkan efek subjektivitas penilai dapat diminimalkan. Akibat dari penetapan skala 3 ini, maka rumusan indikator pada asesmen kinerja juga mengalami revisi. Ujicoba akhir (empiris) dilakukan pada 30 mahasiswa prodi pendidikan fisika yang sedang mengikuti perkuliahan praktikum Fisika Dasar II ( 0ff C). Ujicoba empiris ini dilakukan pada saat tes final praktikum. Sebelum ujicoba dilakukan, mahasiswa diberitahu bahwa tes praktikum dalam bentuk asesmen terhadap kinerja mahasiswa dalam melaksanakan praktikum yang dilakukan secara individu. Ujicoba empiris ini dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas kesesuaian pengamat. Hasil ujicoba empiris terhadap asesmen kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Data Hasil Uji Reliabilitas Asesmen Kinerja Praktikum Fisika Dasar IINo. 1 2 Topik Praktikum Polarimeter Ampermeter-Voltmeter DC A. Ampermeter B. Voltmeter Melded dan Sonometer A. Melde B. Sonometer Jembatan Wheatstone Pemantulan dan Pembiasan A. Pemantulan B. Pembiasan r rata-rata r 0,72 0,85 0,81 0,70 0,65 0,70 0,90 0,72 0,76 Klasifikasi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

3

4 5

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 10

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Dari Tabel 1 tampak bahwa reliabilitas rata-rata untuk perangkat asesmen kinerja praktikum Fisika Dasar II ada pada klasifikasi tinggi dengan nilai 0,76. Hal ini berarti bahwa terdapat kesesuaian antar pengamat terhadap hasil kinerja yang diamati, dengan kata lain perangkat asesmen kinerja yang dikembangkan layak/valid untuk mengukur kinerja mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. Salah satu contoh analisis reliabilitas disajikan pada Lampiran 2 Berdasarkan hasil judgment dan ujicoba, model yang dikembangkan me-ngalami beberapa kali revisi dan penyempurnaan, terutama dalam hal bahasa, tulisan, kejelasan maksud dan tujuan setiap indikator yang dikembangkan. Revisi dan penyempurnaan diperlukan untuk memperjelas maksud dan tujuan setiap kata dan kalimat pada setiap indikator. Selain itu, agar tidak terjadi interpretasi ganda atau kesalahan interpretasi dari pihak pengamat. Revisi dan penyempurnaan dila-kukan secara berkesinambungan dan bertahap sesuai setiap kondisi dan masukan yang diperoleh selama model diujicobakan. Berdasarkan hasil analisis data dan masukan-masukan, revisi dan penyem-purnaan model asesmen terjadi pada hampir semua topik praktikum khususnya pada tujuan, pedoman dan kriteria asesmen dan rumusan indikator . Model rubrik analitik mengalami perubahan berdasarkan masukan dari ujiciba awal dari skala 5 menjadi skala 3. Pada skala 5 pengamat merasakan kesulitan untuk membedakan kemampuan untuk masing-masing skala. Dipilih skala 3 dengan penilaian lebih sederhana yakni indikator muncul benar di ceklis angka 2, indikator muncul kurang sempurna diceklis skala 1, dan indikator tidak muncul/muncul salah di ceklis skala 0. Selain itu, revisi dan penyempurnaan lebih banyak dilakukan pada kejelasan tulisan serta kalimat pada setiap indikator. Kemajuan model yang dikembangkan diperoleh selama pengamatan ter-hadap pelaksanaan praktikum pada ujicoba akhir. Berbagai masukan diperoleh dari tim peneliti maupun mahasiswa pembimbing praktikum. Berdasarkan masukan-masukan tersebut, model mengalami beberapa kali revisi dan penyempurnaan untuk memperbaiki setiap kemungkinan kekeliruan yang terjadi. Salah satu model assesmen yang telah mengalami validasi disajikan pada Lampiran 3. Kejelian setiap pengamat terhadap kinerja mahasiswa pada setiap kegiatan praktikum akan sangat menentukan ketepatan penilaian. Dengan skala 3 (0,1 dan 2) ternyata sangat memudahkan bagi pengamat untuk menilai kinerja mahasiswa sehingga diharapkan model asesmen yang disusun dapat digunakan bagi semua pembimbing sebagai standar untuk menilai kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum Fisika Dasar II.KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melalui proses penelitian dan pengembangan, akhirnya dapat dikembangkan model asesmen kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Model asesmen ini berisi rumusan tujuan asesmen, identitas mahasiswa, tugas asesmen, pedoman dan kriteria asesmen serta pedoman penskoran untuk menilai kemampuan mahasiswa melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. Model asesmen kinerja (instrumen) yang dikembangkan layak/valid digunakan untuk mengasses kamampuan mahasiswa melaksanakan praktikum Fisika Dasar II karena model ini sudah diujicobakan dan sudah mengalami penyempurnaan. Ketersediaan model asesmen kinerja ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penilaian praktikum Fisika Dasar II. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Perolehan dari peneli-tian ini berupa model asesmen kinerja. Model ini dapat disempurnakan lebih lanjut melalui pengujian yang lebih teliti dengan menggunakan subjek yang lebih luas. Pengembangan model asesmen semacam ini masih dimungkinkan untuk praktikum yang lain seperti Eldas I, Eldas II, gelombang dan optik, listrik-magnet.DAFTAR RUJUKAN Druxes, Herbert. Et. Al. 1986. Kompendium Didaktik Fisika, Bandung: CV Remaja Karya.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 11

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)Djaali dan Muljono, P. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo. Graffin, P. Dan Nix, P. 1991. Educational Assessment And Reporting, Sidney: Harcourt Brace Publiser. Glencoe. 1999.Alternate Assessment in The Classrom. New York: Mc. Graw-Hill Rahayu, S. 2002. Assmen Performansi Sebagai Kebutuhan Nyata Dalam Pembelajaran Kimia, Makalah Natinal Science Education Seminar, FMIPA-UM, 5 Agustus 2002. Sukmadinata, N. Y., 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Program. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya Vos, B.E. 2001. Alternative Assessment in K-12 Science Education (http://www.enc.org/professional/research/journal/science/documents, diakses 12 Januari 2008. ........Katalog FMIPA UM Tahun 2010

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 12

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU-GURU FISIKA MADRASAH TSANAWIYAH DI KOTA MALANG MELALUI WORKSHOP LESSON STUDY

Yudyanto Dwi Haryoto Hartatiek Sugiyanto

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Makalah ini berisi hasil kegiatan workshop lesson study bagi guru-guru Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan para guru Fisika Madrasah Tsanawiyah tentang Lesson Study. Selama ini, kegiatan Lesson Study sering dilakukan bekerja sama dengan Diknas, sedangkan dengan Depag jarang sekali dilakukan. Sebagai upaya untuk memperluas sasaran Lesson Study khususnya di Kota Malang, maka dipilihlah guru-guru Fisika Madrasah Tsanawiyah sebagai khalayak sasaran.Kegiatan workshop ini diikuti oleh 20 orang guru Fisika/IPA dari 10 Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta yang ada di Kota Malang. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi 3 tahap yakni: pelatihan, pendampingan dan simulasi. Pada tahap pelatihan para guru dibekali materi tentang: lsson study yang mencakup: apa lesson study, mengapa lesson study dan langkah-langkah lesson study. Pada tahap pendampingan para guru dibimbing merencanakan pembelajaran dalam bentuk RPP sebagai langkah Plan. Pada tahap simulasai, dipilih satu guru peserta sebagai guru model, tiga guru sebagai observer, dan guru yang lain sebagai siswa sebagai langkah Do, See dan diakhiri dengan refleksi. Metode evaluasi dilakukan dengan cara memberikan assesmen tentang materi lesson study dan respon peserta terhadap pelaksanaan workshop yang diberikan pada akhir kegiataan. Krieria keberhasilan apabila peserta memahami materi tentang lesson study minimal 75% dinyatakan tuntas. Hasil dari kegiatan workshop ini adalah: (1) peserta memahami materi lesson study dengan rata-rata ketuntasan 86,6 %, (2) peserta dapat merancang pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk RPP sebagai langkah Plan, (3) peserta dapat melakukan open-class dan melakukan observasi, sebagai langkah Do dan See, (4) peserta dapat melakukan refleksi menggunakan lembar observasi. Selain itu respon peserta terhadap materi tentang lesson study direspon positif oleh 91,7% ( 58,3 menyatakan baik dan 33,4 menyatakan sangat baik) sedangkan pelaksanaan kegiatan direspon positif oleh peserta sebanyak 91,7% ( 41,7% menyatakan baik dan 50% sangat baik). Kegiatan workshop ini sangat baik apabila dilanjutkan dengan implementasi di kelas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah masing-masing. Kata kunci: profesionalisme, guru Fisika Madrasah Tsanawiyah, lesson study

Di kota Malang ada 26 Madrasah Tsanawiyah yang terdiri 2 Negeri dan 24 swasta yang perlu dikembangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kemampuan (profesinalisme) pengajarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan yang melibatkan guru-guru di bawah naungan Depag jarang sekali dilakukan. Keadaan lain yang mendukung kegiatan penerapan Iptek ini adalah; (1) pada umumnya letak sekolah dekat dengan kampus UM sehingga hemat waktu dan biaya; (2) pada umumnya guru-guru Madrasyah banyak yang tidak tahu tentang Lesson-Study; (3) jumlah guru memadai, tetapi kualitasnya perlu ditingkatkan (hasil observasi). Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 13

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Pengembangan profesi guru merupakan suatu proses pendidikan yang terencana, kolaboratif dan berkelanjutan yang bertujuan untuk membantu guru dalam (1) memperdalam materi bidang studi; (2) mengasah ketrampilan mengajar di kelas; (3) menghasilkan dan menyumbang pengetahuan baru terhadap profesi; (4) meningkatkan kemampuan memonitor belajar siswa; (5) melanjutkan studi dalam bidang ilmunya dan pendidikan pada umumnya (Glenn, 2000). Ada berbagai cara untuk membantu guru mengembangkan profesinya, salah satunya adalah lesson study. Lesson study merupakan proses pengembangan profesi guru di Jepang yang mana para guru terlibat dalam pengujian secara sistematis tentang praktek-praktek pembelajaran di kelas dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Lesson study berpotensi untuk meningkatkan pembelajaran karena dalam kegiatannya para guru bekerja secara kolaboratif (dalam satu bidang studi yang sama) dalam pembuatan perencanaan pengajaran secara rinci, mengadakan pengamatan pembelajaran di kelas, serta melakukan diskusi dan refleksi (Beauchamp dan Zoller, 2002). Di Indonesia khususnya di Jurusan Fisika FMIPA UM, kegiatan lesson study telah diterapkan dalam perkuliahan fisika dasar pada tahun 2006. Secara kolaboratif sejumlah dosen yang mengampu matakuliah yang sama membuat perencanaan pembelajaran secara rinci, mengadakan pengamatan pembelajaran di kelas, dan diakhiri diskusi dan refleksi untuk selanjutnya dilakukan revisi terhadap perencanaan tersebut untuk perbaikan. Hasil kegiatan lesson study ternyata sangat positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus profesionalisme para dosen serta yang tak kalah penting adalah sikap saling asah, asih, asuh antar sejawat. Melalui kegiatan lesson study, guru sangat diuntungkan karena memberikan kesempatan pada guru untuk memikirkan pembelajarannya sendiri yang dikaitkan dengan apa yang dilakukan guru lain, sehingga guru dapat saling membelajarkan. Menurut Herawati, S. (2005), lesson study dilakukan karena memberikan kontribusi terhadap pengembangan keprofesionalan guru dan peningkatan sistem pendidikan secara luas. Tujuan dari kegiatan workshop ini adalah: meningkatkan kualitas (pofesionalitas) para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah melalui Lesson-Study , secara rinci diungkapkan sebagai berikut. 1. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah dalam merancang pembelajaran kolaboratif (Plan) melalui lesson study. 2. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran (Do dan See) melalui lesson study 3. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah dalam melakukan refleksi pembelajaran melalui lesson study. Lesson study adalah suatu pendekatan peningkatan pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Istilah jepang untuk ini adalah jugyo-kenkyu(Yoshida, 1999 dalam Lewis, 2002). Lesson study ini mulai dipelajari di Amerika sejak dilaporkannya hasil Thir International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1996, disebutkan bahwa siswa Jepang punya rangking tinggi dalam matematika dan diduga salah satu faktor pendukungnya adalah jugyokenkyu tersebut. Lesson study atau dalam bahasa Indonesia istilahkan kaji pembelajaran adalah suatu bentuk utama pengembangan profesi yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Dalam melaksanakan lesson study, guru secara kolaboratif merumuskan tujuan pembelajaran, merancang pembelajaran, melaksanakan, mengamati, serta mendiskusikan suatu research lesson untuk kemudian disempurnakan dan bila perlu dibelajarkan lagi di kelas yang lain untuk dikaji ulang. Lewis (2002) menggambarkan daur kaji pembelajaran (lesson study cycle) seperti Gambar 1. Menurut Lewis (2002), lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan sistemik karena ada lima jalur yang dapat ditempuh lesson study yaitu; (1) membawa tujuan standar pendidikan ke alam nyata di kelas; (2) menggalakkan perbaikan dengan dasar data; (3) mentargetkan berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar; (4) menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan pembelajaran dan (5) menjujung tinggi nilai guru. Lewis (2002), mengelompokkan langkah-langkah dalam lesson study menjadi sebuah siklus yang terdiri dari 4 langkah yaitu: (1) perencanaan dan penetapan tujuan ; (2) melaksanakan research lesson (pengamatan mendalam di kelas); (3) melaksanakan diskusi hasil pengamatan dan (4) konsolidasi belajar. Masing-masing langkah diuraikan sebagai berikut. Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 14

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

Gambar 1. Daur Kaji Pembelajaran (Lewis, 2002) 1. Merencanakan dan Menetapkan Tujuan Langkah pertama ini meliputi pembentukan tim perencana, melakukan analisis/kajian materi pembelajaran dan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif untuk merealisadikan tujuan-tujuan belajar ke dalam research lesson. a. Membentuk Tim Perencana Lesson Study Kegiatan lesson study diawali dengan membentuk tim lesson study. Tim ini biasanya terdiri dari 3 sampai 6 orang guru yang berminat untuk bekerja sama meningkatkan pembelajaran mereka. Anggota tim umumnya berasal dari bidang studi yang sama. Namun dapat juga berasal dari peserta yang berminat dengan bidang studi tersebut walaupun tidak mengajarkan materi pelajaran yang sedang dikembangkan. Tugas tim adalah mengembangkan rencana pembelajaran yang terperinci untuk direalisasikan dalam research lesson. b. Melakukan Analisis/Kajian Materi Pembelajaran (kyozaikenkyu) 1) Kajian Materi Pelajaran Meningkatkan pemahaman guru terhadap materi bidang studi merupakan tujuan utama lesson study dan dapat membantu menggali materi lebih dalam. Ada tiga hal utama yang dianalisis yaitu: (i) materi pelajaran, ruang lingkup dan urutannya; (ii) status pemahaman siswa saat ini dan (iii) tujuan dan hasil belajar yang diharapkan. (i) Materi pelajaran, ruang lingkup, dan urutannya Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 15

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Untuk memulai analisis materi (kyozaikenkyu) tim dapat mengkaji standar kompetensi, buku pelajaran, manual guru yang biasanya digunakan untuk merencanakan pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa didiskusikian misalnya: Konsep-konsep apa yang akan diajarkan dalam pokok bahasan ini? Konsep mana yang akan menjadi fokus untuk menjadi research lesson ? Apa artinya konsep ini? Kapan konsep ini akan diajarkan ? Apa alasan untuk mengajarkan konsep ini pada pokok bahasan tertentu? Konsep apa yang telah dipelajari siswa yang dapat digunakan sebagai landasan untuk memahami konsep ini? Ide baru apakah yang diharapkan akan dibangun siswa dengan mengguna-kan konsep ini dimasa mendatang? Salah satu tujuan kyozaikenkyu adalah mentransformasi ruang lingkup pelajaran dan urutan penyajiannya ke dalam bentuk flow chart yang menggambarkan hubungan antara berbagai topik pelajaran dan menekankan saling keterkaitannya. Menganalisis materi pelajaran, lingkup, dan urutannya akan membantu guru untuk merencanakan pelajaran yang lebih koheren dan berfikir maju dalam konteks keseluruhan pokok bahasan, bidang studi dan kurikulum. (ii) Status pemahaman siswa saat ini Memahami pengetahuan awal siswa secara konkrit yang terkait dengan topik pelajaran yang akan digunakan dalam research lesson merupakan langkah berikutnya dalam kyozaikenkyu. Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan adalah: Pengetahuan awal atau pengalaman belajar apakah yang diperlukan siswa untuk mencapai tujuan? Kemungkinan miskonsepsi apakah yang pada umumnya dimiliki siswa pada topik ini? Bagaimana kemungkinan respon siswa ketika dihadapkan dengan pertanyaan atau pertanyaan tertentu? Selanjutnya, pengetahuan materi yang lebih baik tersebut dapat memunculkan lebih banyak ide-ide tentang apa yang dipelajari siswa. Dari pengetahuan tentang materi pelajaran dan pengetahuan tentang pemahaman siswa tersebut guru dapat membuat asumsi tentang rute belajar siswa yang bisa diikuti. Ketika pemahaman guru tentang materi pelajaran meningkat, maka guru perlu memusatkan hanya pada konsep yang paling penting untuk siswa, sehingga guru tidak kehilangan perhatian pada tujuan khusus pelajaran. (iii) Tujuan dan hasil belajar yang diharapkan Setelah mempelajari materi pelajaran dan urutannya serta mengidentifikasi status pemahaman siswa, langkah berikutnya adalah menetapkan pemahaman yang jelas terhadap tujuan dan outcome yang diharapkan dari research lesson dan juga dari pokok bahasan secara keseluruhan. Tujuan dapat diidentifikasi dengan cara menempatkan pemahaman siswa saat ini dalam lingkup dan urutan materi pelajaran. Guru mungkin bertanya, Apa yang akan kami ajarkan? Apakah hasil yang diharapkan dalam pembelajaran ini? Dengan mengidentifikasi tujuan secara jelas dan eksplisit yang sejalan dengan status pemahaman siswa, tim lesson study kemudian dapat menggunakannya untuk tujuan evaluasi. 2) Kajian Perangkat Pembelajaran (i) Perangkat pembelajaran Langkah ini meliputi menganalisis, memilih, dan memodifikasi tugas-tugas belajar atau aktivitas pembelajaran yang potensial untuk digunakan mengembangkan tugas-tugas baru. Tim perlu mengkaji apakah aktivitas dalam buku pelajaran ditinjau dari sudut siswa sebagai pebelajar, dapat mendorong belajar siswa. Proses ini menantang guru untuk mencari keterkaitan antar konsep dan mencari sumber-sumber belajar yang lain jika tugas dalam buku pelajaran tersebut kurang memadai dalm memfasilitasi belajar siswa. Biasanya kehadiran seorang ahli dalam materi bidang studi sekaligus berpengalaman dalam lesson study diperlukan di sini terutama saat-saat mengawali kegiatan lesson study. Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) (ii) Menulis rencana pembelajaran Membuat rencana pembelajaran untuk kegiatan lesson study merupakan tujuan kyozaikenkyu. Rencana pembelajaran menjabarkan tujuan dan hasil belajar yang diharapkan, rasional, langkah-langkah pembelajaran, antisipasi respon siswa, dan proses asesmen. Rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh tim guru biasanya memberikan informasi yang cukup rinci kepada peserta lesson study. 2. Melaksanakan Research Lesson dan Mengumpulkan Bukti-bukti Belajar Sekarang research lesson yang sudah direncanakan dapat diimplementasi-kan dan diamati. Guru anggota kelompok yang sudah ditunjuk dan disepakati melaksanakan tugas untuk mengajar lesson yang sudah ditetapkan, sedangkan anggota kelompok yang lain mengamati lesson tersebut. Pengamat akan mengum-pulkan data (bukti-bukti belajar) yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Untuk mendokumetasikan research lesson biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan audiotape, videotape, handycam, kamera, karya siswa dan catatan observasi naratif. Peranan pengamat selama lesson study adalah mengumpulkan data dan bukan membantu siswa. Para siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat atau para guru lain di kelas itu hanya bertugas untuk mempelajari pelajaran yang berlangsung dan bukan untuk membantu mereka. 3. Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson Research lesson yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal ini diperlukan karena hasik diskusi dan analisis tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi research lesson. Diskusi dan analisis research lesson sebaiknya memuat butir-butir: (1) refleksi instruktur, (2) latar belakang kelompok lesson study, (3) presentasi dan diskusi tentang data dari research lesson, (4) diskusi umum, (5) komentator dari luar, dan (6) ucapan terimakasih. Beberapa bagian penting dari panduan diskusi memuat hal-hal berikut. Pertama, guru yang mengajar research lesson diberi kesempatan menjadi pembicara pertama dan mempunyai kesempatan untuk mengemukakan semua kesulitan dalam pelajarannya. Kedua, sebagai aturan main, pelajaran yang disampaikan merupakan milik semua anggota kelompok lesson study, Ketiga para guru yang merencanakan itu,sebaiknya menceritakan mengapa mereka merenca-nakan itu, perbedaan antara apa yang mereka rencanakan dan apa yang sesungguhnya terjadi, serta aspek-aspek pelajaran yang mereka inginkan agar para pengmat mengevaluasinya. Keempat, diskusi berfokus pada data yang dikumpul-kan pengamat. Para pengamat membicarakan secara spesifik tentang percakapan dan karya siswa yang mereka catat. Pengamat tidak membicarakan tentang kualitas pelajaran berdasarkan kesan mereka tetapi mereka membicarakan fakta yang ditemukan. Kelima, waktu diskusi bebas terbatas Diskusi dan analisis research lesson ini dilaksanakan segera, pada hari yang sama, setelah research lesson diimplementasikan. Karena hasil diskusi ini dapat digunakan dan dipertimbangkan sebagai bahan untuk merevisi pelajaran/ pendekatan pembelajaran. 4. Merefleksikan Lesson Study dan Merencanakan Tahap-tahap Berikutnya (Konsolidasi Belajar) Dalam merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa yang masih perlu diperbaiki. Sekarang tiba saatnya untuk berfikir tentang apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study. Apaakah anggota kelompok berkeinginan untuk meningkatkan agar pelajaran ini menjadi lebih baik? Apakah anggota yang lain berkeinginan untuk menguji-cobakan pelajaran ini pada kelas mereka sendiri? Tim memutuskan perlu tidaknya pembelajaran yang telah didiskusikan hasilnya diajarkan dan diamati lagi. Jika tim merasa perlu mengajarkan kembali pelajaran tersebut, maka ttim akan mengulang kembali siklus lesson study dengan terlebih dahulu merevisi rencana pembelajaran yang ada berdasarkan informasiinformasi yang diperoleh dalam diskusi maupun saran-saran untuk meningkatkan-nya. Jika tidak perlu, maka tim akan menulis laporan yang rinci tentang apa yang telah mereka pelajari melalui proses lesson Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 17

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) study dan kemudian membagikan laporan ini kepada semua anggota tim atau orang lain yang berminat. Pada umumnya lesson study menghasilkan tiga produk ilmiah yaitu: 1. Rencana Pembelajaran. Rencana pembelajaran merupakan deskripsi pelajaran dengan informasi (termasuk hand out dan bahan-bahan suplemen) yang diperlukan untuk mengajarkan pelajaran. Rencana mencakup catatan yang membantu pengajar lain untuk memahami bagaimana mengajarkan pelajaran itu, apa yang diharapkan pada siswa selama belajar dan saran-saran tentang bagaimana merespon siswa saat pembelajaran. 2. Panduan Pengamatan. Panduan menunjukkan bagaiman mengamati pem-belajaran, termasuk siapa yang mengamati dan bukti-bukti apa yang harus dikumpulkan selama pembelajaran. 3. Laporan research lesson. Laporan menyimpulkan bagaimana kinerja siswa dan mengevaluasi pembelajara berdasarakan bukti belajar siswa. Laporan mencakup rencana pembelajaran, data siswa, dan refleksi tentang apa yang telah dipelajari yaitu menjelaskan bagaimana siswa belajar topik pelajaran, bagaimana kesulitan yang dialaminya dan memberikan pemikiran yang lebih luas bagaimana siswa mempelajari materi pelajaran. Laporan juga menyarankan modifikasi lebih lanjut dari materi yang bersangkutan.METODE

Secara garis besar metode yang digunakan dalam kegiatan workshop ini meliputi 3 tahap: pelatihan, pendampingan dan simulasi. (1) Pelatihan: untuk mencapai tujuan meningkatkan pemahaman guru tentang lesson study diberikan pelatihan dengan materi tentang lesson study yang mencakup : (a) apa itu lesson study, (b) mengapa harus lesson study, (c) langkah-langkah lesson study dan diakhiri dengan tanya-jawab. (2) Pendampingan: setelah materi tentang lesson study dipahami, langkah selanjutnya adalah merancang pembelajaran secara kolaboratif (tahap Plan). Pada tahap ini peserta dibagi menjadi empat kelompok masing-masing beranggotakan 5 orang. Setiap kelompok akan berdiskusi untuk menetapkan materi apa yang dianggap sulit bagi siswa, metode pembelajaran yang sesuai untuk materi tersebut, media apa yang digunakan, menyusun LKS, dan membuat RPP. Masing-masing kelompok didampingi oleh satu orang dosen pendamping. (3) Simulasi Implementasi Lesson Study: setelah RPP kolaboratif dibuat secara kelompok, diberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk open-class (tahap Do). Dari kelompok yang open-class, dipilih salah seorang dari kelompok itu sebagai guru model, tiga orang anggota kelompok sebagai observer ditambah dua orang dosen pendamping sebagai observer (tahap See). . Sedangkan tiga kelompok lainnya sebagai siswa. Setelah open-class selesai dilanjutkan dengan refleksi. Pada tahap refleksi dilakukan diskusi antara guru model dan observer yang diatur oleh seorang moderator dan seorang notulen (diperankan oleh dosen pendamping). Pada tahap refleksi ini kesempatan pertama diberikan kepada guru model untuk merefleksi pembelajaran yang baru saja dilakukan, dilanjutkan ungkapan para observer tentang bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar. Berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan, evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan dengan cara memberikan tes dengan judul Assesmen Materi tentang lesson study. Kriteria keberhasilan ditentukan apabila peserta workshop telah memahami minimal 75% materi yang disampaikan, dianggap tuntas. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan workshop ini, pada akhir kegiatan peserta diberi angket tentang respon peserta. Kegiatan workshop ini dikatakan berhasil apabila respon positif peserta yakni yang memilih baik dan sangat baik lebih dari 75%. Model angket respon peserta disajikan pada Lampiran 2 Kegiatan workshop ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 8 Oktober 2011, bertempat di ruang seminar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Yang menjadi sasaran dalam kegiatan workshop lesson study ini adalah guru-guru fisika Madrasah Tsanawiah yang tergabung dalam KKM di Kota Malang. Berdasarkan jumlah dan lokasi Madrasah Tsanawiyah yang ada di Kota Malang, pada kegiatan workshop ini ditetapkan 10 sekolah sebagai mitra dengan setiap sekolah diambil 2 orang sehingga ada 20 (duapuluh) orang guru yang dilatih tentang lesson study. Apabila berhasil, guru memiliki potensi Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 18

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) untuk menyebarluaskan ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini kepada teman sejawat yang belum pernah mengikuti kegiatan serupa.HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pemahaman Peserta tentang Materi Lesson Study Dari hasil assesmen tentang lesson study yang diberikan kepada peserta workshop pada akhir kegiatan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 1. Pemahaman Peserta Workshop tentang Materi Lesson StudyAspek yang dinilai 1. Pemahaman pengertian lesson study 2. Pemahaman langkah-langkah pada tahap Plan 3. Pemahaman langkah-langkah pada tahap Do 4. Pemahaman langkah-langkah pada tahap See 5. Pemahaman langkah-langkah pada tahap refleksi Rata-rata Tuntas (%) 100 83 75 92 83 86,6 Tidak Tuntas (%) 0 17 25 8 17 13,4

Berdasarkan data pada Tabel 1 tampak bahwa pada semua materi tentang lesson study yakni: pengertian lesson study, langkah-langkah tahap Plan, Do, See dan refleksi dipahami secara tuntas oleh peserta dengan rata-rata ketuntasan 86.6% dan hanya 13,4% yang tidak tuntas. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan peserta telah memahami materi tentang lesson study. Sebanyak 13,4% peserta yang tidak tuntas ini mungkin disebabkan materi tentang lesson study masih baru bagi mereka, atau mungkin belum membaca secara keseluruhan materi yang disajikan. Apabila materi ini dibaca lagi dirumah atau dipelajari lagi maka mereka akan bisa mencapai ketuntasan mengingat materi ini bersifat pengetahuan prosedural. 2. Simulasi Lesson Study pada Tahap Plan Pada tahap plan, peserta workshop dibagi dalam lima kelompok masing-masing beranggotakan 4 orang. Pada tahap ini, guru melakukan diskusi untuk menetapkan materi apa yang dianggap sulit bagi siswa. Setelah materi ditetapkan, dilanjutkan mencari solusi bagaimana materi tersebut dapat diajarkan dengan mudah bagi siswa. Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan: bahan ajar, media pembelajaran, LKS, dan assesmen. Kegiatan diskusi dalam rangka membuat RPP ditunjukkan dengan foto-foto kegiatan pada tahap Plan disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan Gambar berupa foto-foto kegiatan pada tahap Plan yang disajikan pada Lampiran 3., tampak bahwa semua peserta serius dalam diskusi dalam merancang RPP. Bagi guru-guru dari MTs Swasta sangat banyak hal-hal yang diperoleh karena interaksinya dengan guru-guru dari MTs Negeri seperti metode pembelajaran, media dan LKS sehingga mereka bisa saling sharing. 3. Simulasi Lesson Study pada Tahap Do dan See Pada tahap do, ditetapkan salah satu kelompok sebagai kelompok yang akan mensimulasikan openclass/do. Salah satu anggota dari kelompok ditetapkan sebagai guru model dan 3 anggota kelompok yang lain sebagai observer (See). Sedangkan 4 kelompok lainnya sebagai siswa .Observer mengamati aktivitas belajar siswa bukan aktivitas guru mengajar. Observer mengamati kegiatan belajar siswa dipandu dengan lembar observasi. Model Lembar observasi disjikan pada Lampiran 4. RPP dari kelompok open-class yang diimplementasikan dan merupakan RPP bersama bukan RPP dari guru model. Foto-Foto kegiatan tahap Do dan See disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan Gambar berupa foto-foto kegiatan pada tahap Do dan See yang disajikan pada Lampiran 5, tampak bahwa guru model menjelaskan tentang peristiwa konveksi dengan peralatan sederhana. Siswa Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 19

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) disuruh melakukan eksperimen tentang proses konveksi yang dipandu dengan LKS. Tampak observer mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dipandu dengan lembar observasi, hal-hal yang diobservasi meliputi: apakah semua siswa telah belajar, bila ada yang belum apa penyebabnya? Bagaimana interkasi siswa-siswa, siswa-guru, siswa-media, siswa-sumber belajar. Hal ini menunjukkan bahwa peserta telah dapat memperagakan lesson study pada tahap Do dan See. 4. Simulasi Lesson-Study pada Tahap Refleksi Pada tahap refleksi, guru model, para observer duduk dengan pola melingkar saling sharing/berdiskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan oleh guru model, yang dipandu oleh seorang moderator dan seorang notulen. Moderator memberi kesempatan pertama kali pada guru model untuk mengungkapkan apakah pembelajaran yang baru dilakukan sesuai dengan RPP, kalau belum bagian mana yang kurang. Selanjutnya moderator mempersilahkan observer 1 untuk mengungkapkan hasil observasinya, dilanjutkan observer 2 dan observer 3. Hasil diskusi pada tahap refleksi disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Hasil Observasi pada Tahap RefleksiNo 1 2 3 4 Peran Moderator (Dosen) Notulen (Guru) Guru Model Obsever 1 (Guru) Hasil Observasi Memandu jalannya diskusi Mencatat hal-hal penting yang didiskusikan Waktu singkat, sebelum mengajar perlu persiapan matang Apabila siswa aktif, akan mudah dalam pembelajaran Siswa tidak konsentrasi secara maksimal, ada yang mainan Hp, ada yang mainan api Perhatian guru terus tertuju pada kelompok 1 Interaksi guru-siswa lancar Interaksi kelompok sudah muncul kerjasama antar anggota kelompok Interaksi antar kelompok belum ada Dari kesalahan, siswa bisa berhati-hati Siswa aktif bekerjasama Siswa ada yang terburu-buru LKS tidak ada gambar, ada siswa yang bingung Pertanyaan dilempar dulu ke siswa Rasa penasaran yang tinggi Melalui praktikum dapat tahu hasilnya dan evaluasi Guru sudah memberi tantangan kepada siswa Kelompok belakang ada yang kurang terlibat Kelemahan menyusun LKS Kelompok 1,saling diskusi tentang langkah kerja dalam LKS Kelompok 1, sulit mengalirkan asap kertas yang dibakar kedalam cerobong Aktivitas belajar siswa sangat tinggi Pembelajaran yang dapat dipetik, bahwa dengan alat sederhana siswa dapat melakukan praktikum yang dibuat sendiri

5

Observer 2 (Guru)

6

Observer 3 (Guru)

7

Observer 4 (Dosen)

8

Observer 5 (Dosen))

Berdasarkan gambar yang berupa foto-foto kegiatan pada tahap Do dan See yang disajikan pada Lampiran 6, tampak bahwa peserta memeragakan tahapan refleksi. Hasil refleksi disajikan pada Tabel 3, dari tabel ini tampak bahwa beberapa observer telah melakukan observasi seperti pada rambu-rambu pada lembar observasi, sedangkan satu observer masih melihat bagaimana guru mengajar. Setelah dilakukan diskusi yang dipandu oleh moderator hal ini langsung diluruskan. Guru model mendapatkan masukan berdasarkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa bersumber data pengamatan bukan opini atau pikiran observer. Guru model menjadi terbuka menanggapi masukan dari observer karena berdasarkan data pengamatan. Aktivitas inilah yang disebut komunitas belajar yang merupakan salah satu tujuan dari lesson study. Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 20

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) 5. Respon Peserta terhadap Pelaksanaan Kegiatan Workshop Lesson Study Pada akhir kegiatan workshop ini, peserta diberi angket untuk mengevaluasi kegiatan dari segi materi yang disampaikan dan pelaksanaan kegiatan. Hasil angket respon peserta disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Respon Peserta terhadap Pelaksanaan Kegiatan Workshop Lesson StudyNo 1 2 Aspek yang dinilai Materi yang disajikan Pelaksanaan kegiatan Sangat Kurang (%) 0 0 Kurang (%) 0 0 Cukup (%) 8,3 8,3 Baik (%) 58,3 41,7 Sangat Baik (%) 33,4 50

Berdasarkan data pada Tabel 3, tampak bahwa peserta merespon secara positif terhadap kegiatan workshop ini. Untuk materi direspon sebanyak 91.7% demikian juga pada pelaksanaan kegiatan juga mendapat respon sebanyak 91,7% . Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru, khususnya guru dari naungan Depag masih membutuhkan bimbingan dan tambahan pengetahuan baru. Selain itu berdasarkan angket yang disebarkan untuk menintaklanjuti kegiatan ini, guru masih memerlukan implementasi lesson study di kelas pembelajaran nyata.KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Pemahaman guru-guru fisika/IPA Madrasah Tsanawiyah di Kota Malang tentang lesson study semakin baik hal ini ditunjukkan oleh nilai ketuntasan rata-rata sebesar 86,6%. Keadaan ini diharapkan dapat memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui kegiatan lesson study. 2. Melalui lesson study para guru Madrasah Tsanawiyah secara kolaboratif dapat merancang pembelajaran yang sulit dipahami oleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk RPP 3. Melalui lesson study para guru Madrasah Tsanawiyah dapat melakukan open-class sebagai upaya meningkatkan profesionalisme (kualitas pembelajaran). 4. Melalui lesson study para guru Madrasah Tsanawiyah dapat melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan profesionalime 5. Kegiatan workshop ini direspon secara positif oleh 91,7% peserta terhadap materi maupun pelaksanaannya. Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini disarankan hal-hal berikut. 1. Untuk kegiatan pengabdian berikutnya, sebaiknya ditindaklanjuti dengan kegiatan implementasi lesson study di kelas pembelajaran nyata. 2. Melibatkan lebih banyak lagi Madrasah Tsanawiyah, sehingga penyebarluasan lesson study di Kota Malang lebih cepat mengingat manfaatnya yang baik bagi guru.DAFTAR RUJUKAN Anderson, R. D., & Helms, J. V. 2001. The ideal of standards and the reality of schools: Needed research. Journal of Research in Science Teaching, 38(1), 3-16. Anderson, R. D., & Mitchener, C. P. 1994. Research on science teacher education In D. L. Gabel (Ed), Handbook of research on science teaching and learning: A project of the National Science Teachers Association (pp. 3-44). New York: Macmillan Beauchamp, A and Zoller, K. 2002. The opportunity and challenge of lesson study. CPS Connection. Vol. 2, No. 6.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 21

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)Glenn, John. 2000. Before its Too late. A Report to the Nation from the National Commision of Mathematics and Science Teaching for the 21st Century. Washington: US Department of Education. Herawati. S., 2005. Lesson study apa dan mengapa makalah yang diseminarkan di FMIPA UM tanggal 21 Juni 2005.

Lewis, C. 2002. Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools.

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 22

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA MELALUI LESSON STUDY

SarwantoPendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS e-mail [email protected]

Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan representasi mahasiswa dan upaya untuk meningkatkannya. Hasil analisis awal (pretest) menunjukkan mahasiswa memiliki kelemahan dalam merepresentasikan gejala alam secara visual dan matematis. Selanjutnya dilakukan upaya perbaikan melalui pembelajaran dengan model CTL. Dosen pengampu mata kuliah membuat perangkat pembelajaran yang direview oleh dosen sejawat kelompok lesson study, perbaikan perangkat pembelajaran, implementasi dalam pembelajaran, pengamatan terhadap kemampuan representasi mahasiswa, refleksi dan rekomendasi untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. Hasilnya terjadi peningkatan pada kemampuan mahasiswa dalam representasi verbal, visual, dan matematis. Review dan refleksi dari dosen tim lesson study sangat membantu dosen pengampu mata kuliah untuk merancang pembelajaran yang lebih baik dari pada sebelumnya, sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih efektif. Kata kunci: representasi verbal, representasi visual, representasi matematis, contextual teaching and learning. PENDAHULUAN

Hasil survei pembelajaran IPA oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2007 menunjukkan Indonesia menempati peringkat 36 dari 48 negara yang terlibat, dengan rerata 397 dibawah rerata semua peserta sebesar 452 (timss.bc.edu/timss2007/release.html). Ini menunjukkan rendahnya kualitas pembelajar IPA di Indonesia, bahkan jauh lebih rendah dibanding Malaysia. Indikator lain yang digunakan orang untuk menunjukkan rendahnya mutu pendidikan IPA di sekolah adalah laporan United Nations Development Project (UNDP) yang mengumumkan bahwa dalam Human Development Index (HDI), Indonesia tahun 2007 menduduki peringkat ke 98 di antara berbagai negara di dunia (id.wikipedia.org/wiki/ Indeks_Pembangunan_Manusia). Rendahnya kualitas pembelajaran IPA tidak hanya ditinjau dari hasil survei aspek kognitif saja, tetapi juga diindikasikan perilaku masyarakat yang telah belajar IPA. Banyak tingkah laku anggota masyarakat yang menunjukkan seakan-akan mereka belum pernah menerima pendidikan IPA. Atau, pendidikan IPA di sekolah-sekolah di Indonesia seakan-akan tidak ada dampaknya dalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besar masyarakat Indonesia (Hinduan, 2005). Menurut Hinduan (2002) rendahnya kualitas pembelajaran IPA salah satunya disebabkan oleh kecenderungan siswa Indonesia menganggap IPA terutama fisika sebagai mata pelajaran yang sulit, sehingga mereka kurang/tidak menyukainya. Meskipun demikian ada juga siswa yang menyenangi IPA termasuk fisika, tetapi diduga proporsinya kecil. Kesulitan siswa dalam mempelajari fisika karena selama ini pengajaran fisika lebih banyak menggunakan pendekatan matematik dan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk masalah matematika (Budhy, 2004; Lindenfeld, 2002). Padahal, dalam mempelajari fisika semestinya berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari dan kemajuan iptek (Budhy, 2004). Proses pembelajaran fisika sesuai dengan Permendiknas no 22 tahun 2006 adalah inkuiri, bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 23

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) aspek penting kecakapan hidup. Meskipun demikian, ditemukan banyak penyimpangan dalam implementasinya di tataran pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran fisika tidak memiliki jiwa (Budhy, 2004). Jiwa yang dimaksudkan adalah hakekat IPA yaitu proses, produk dan sikap ilmiah (NSES, 1996). Hasil penelitian Prabowo (1992) mengungkapkan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran siswa untuk menguasai konsep dan membudayakan sikap ilmiah adalah : a). kesalahan guru dalam visualisasi konsep dan kurangnya penjelasan arti fisis dari setiap perumusan matematik dalam kegiatan belajar mengajar Fisika; b). belum tersedianya media cetak tentang pokok bahasan yang diajarkan dan dibuat oleh guru; c). tidak digunakannya kerja kelompok oleh guru sebagai pengalaman belajar siswa; d). digunakannya oleh guru konstruksi soal yang memacu pada linieritas taksonomi Bloom tanpa ditunjang keterampilan proses; e). guru belum menyadari dan memberlakukan evaluasi kemajuan belajar siswa sebagai kegiatan penelitian; f). kegiatan demostrasi (peragaan) dan pemecahan masalah yang tidak memenuhi syarat yang dilakukan oleh guru dengan konsentrasi pada pemenuhan target materi; g). belum diantisipasina lingkungan belajar oleh guru dalam menentukan strategi belajar mengajar. Kelemahan tersebut sebagian besar berkaitan dengan proses pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam proses pembelajaran, misalnya media, metode, model, strategi, maupun pendekatan pembelajaran, dan salah satunya melalui penggunaan strategi representasi. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002). Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbulkan obyek atau proses (Waldrip, 2008). Representasi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain verbal, gambar, grafik dan matematik (Prain dan Waldrip, 2007). Penggunaan representasi dalam pembelajaran fisika dapat digunakan untuk meminimalisasi kesulitan siswa dalam belajar fisika (Dolin, 2002), juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA (Waldrip, 2008). Berbagai penelitian telah dilakukan pada siswa yang belajar melalui interpretasi dan membangun representasi dengan model yang berbeda, termasuk di SD (Russell dan McGuigan, 2001) dan fisika SLTA (Dolin, 2001), dengan menggunakan beberapa bentuk representasi diteliti secara mendalam, (Glynn & Takahashi, 1998), seperti penggunaan analogi dalam pembelajaran sains (Coll & Treagust, 2000) dan peran model ilmiah dalam proses pembelajaran (Treagust, Chittleborough, & Mamiala, 2002). Berbagai hasil penelitian pada mahasiswa menunjukkan bahwa umumnya mahasiswa yang performansnya bagus dalam ujian, mengalami kesulitan dalam IPA akibat ketidakmampuan memvisualisasikan struktur dan proses pada level submikroskopik dan tidak mampu menghubungkannya dengan level representasi IPA yang lain. (Devetak, 2004; Chittleborough & Tregust, 2007; Orgill, MaryKay & Sutherland, 2008;). Hasil penelitian ini juga sama dengan pengalaman empiris yang ditemukan pada mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP UNS yang menempuh mata kuliah Fisika Sekolah Menengah. Mata kuliah Fisika Sekolah Menengah merupakan matakuliah yang mendasari kemampuan mengemas Konten Fisika menjadi materi pembelajaran fisika di SMP dan SMA. Agar terjadi kesinambungan antara pengetahuan konten Fisika dan pembelajarannya (Pedagogical Content Knwoledge / PCK) (Shulman, 1986), maka mahasiswa calon guru fisika harus mampu merepresentasikan Fisika baik secara verbal, gambar, grafik dan matematik maupun penggabungan dari berbagai representasi ini (representasi jamak). Hasil study awal yang dilakukan pada bulan Agustus 2011 menunjukkan kemampuan mahasiswa merepresentasikan konten fisika lemah dalam representasi visual dan matematis. Meskipun demikian, kemampuan representasi verbal juga ada kelemahan tetapi tidak sebesar dua representasi di atas. Melalui kegiatan lesson study, pengampu mata kuliah Fisika Sekolah Menengah akan meningkatkan profesionalitasnya sehingga mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan dengan lebih baik dan kelemahaman kemampuan representasi dapat berangsur-angsur direduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil representasi mahasiswa, upaya meningkatkan kemampuan representasi mahasiswa melalui pengkajian proses pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif, dan menemukan factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan representasi mahasiswa, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan lesson study.METODE

Seminar Nasional Lesson Study 4

Fisika | 24

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development) Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pendidikan Fisika di Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNS untuk mata kuliah Fisika Sekolah Menengah I. Jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini adalah 34 orang. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Kegiatan diawali dengan analisis kemampuan representasi mahasiswa, penyusunan rencana pembelajaran dan perangkatnya yang direview oleh dosen sejawat (PLAN), Pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi oleh dosen sejawat (DO), dan refleksi kegiatan pembelajaran (SEE) untuk memperbaiki rencana pembelajaran dan perbaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif secara inferensial dengan menggunakan uji beda rerata.HASIL DAN PEMBAHASAN a. Profil Awal Kemampuan Representasi

Data awal kemampuan representasi mahasiswa sebelum diberi perlakuan diambil dengan menggunakan test konsep-konsep sederhana tentang mekanika dan gelombang. Mahasiswa diminta untuk menjawab soal pretes dengan kalimat verbal, gambar visual, dan perumusan persamaan matematis. Hasil analisis menunjukkan keadaan awal kemampuan representasi mahasiswa yang perlu ditingkatkan adalah: a). representasi verbal; yaitu kemampuan berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, isi komunikasi, dan memberikan response; b). representasi visual; yaitu kerapian menggambar, kelengkapan gambar, logis, kejelasan gambar; dan c). representasi matematis; yaitu membedakan variabel, menyatakan hubungan antar variabel, keruntutan dan kesederhanaan. Mengacu pada keadaan tersebut, disusun rencana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi mahasiswa. Pembelajaran buka kelas yang pertama direncanakan dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi gerak. Kelengkapan rencana pembelajaran terdiri dari media, lembar kerja mahasiswa dan alat evaluasi. b. Pelaksanaan Lesson Study

Lesson study pada perkuliahan kelompok kompetensi pertama (KK1) Diskusi Plan Rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan media, lembar kerja mahasiswa, dan alat evaluasi dirancang oleh dosen pengampu mata kuliah berdasarkan keadaan awal mahasiswa yang perlu diperbaiki. Produk RPP ini dipresentasikan didepan tiga orang dosen sejawat (dua orang dosen senior, satu orang dosen muda). Materi pokok RPP yang disusun adalah gerak. Dosen sejawat mereview RPP dan memberikan saran-saran perbaikan. Saran perbaikan tersebut antara lain: a). untuk gerak diperlambat, gambaran pesawat yang sedang mendarat kurang sesuai, diganti dengan gerak bola tenes yang dipukul; b). memisahkan pengamatan benda yang bergerak dan tidak bergerak dalam dua pertemuan yang berbeda; c) memperbaiki perangkat penilaian dan melengkapi dengan penilaian aspek representasi verbal, visual dan matematis. Berdasarkan hasil review ini dilakukan revisi RPP dan perangkat pendukung pembelajaran. Pelaksanaan Do Pada awal perkuliahan, mahasiswa sudah dikondisikan untuk membentuk kelompok, belajar dengan anggota kelompoknya, mempresentasikan hasil belajarnya. Sehingga saat dosen masuk kelas mahasiswa sudah siap di kelas dengan kelompoknya. Kehadiran dosen lain di kelas untuk mengamati proses perkuliahan dikondisikan agar tidak mempengaruhi konsentrasi mahasiswa. Proses pendahuluan diawali dengan menyajikan video permainan tenes. Mahasiswa diminta menganalisis gerak bola tenes sebelum dan sesudah dipukul. Video digerakkan secara perlahan-lahan, mahasiswa diminta menggambar gerak bola di lembar kerja mahasiswa, memberikan koordinat benda tiap satuan waktu, membuat hubungan antara sumbu horizontal dan vertikal, mengungkapkan hubungan gerak tersebut dalam persamaan matematis.Seminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 25

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN

(Continuing Professional Development)

Pada umumnya mahasiswa menggambar kedudukan bola tenes masih sembarang, akibatnya memiliki kesulitan saat diminta menyatakan dalam persamaan matematis. Kemampuan mengungkapkan secara verbal sudah lebih baik, ada keberanian dalam mengungkapkan analisisnya, namun masih kurang dalam menyusun kalimat secara runtut. Kegiatan Refleksi (See) Dosen sejawat yang mengamati proses pembelajaran memberikan refleksinya sebagai berikut: a). waktu untuk kegiatan awal terlalu lama (15 menit); b). keberanian mahasiswa untuk presentasi secara verbal masih perlu ditingkatkan; c). kemampuan representasi visual masih sangat lemah, mahasiswa menggambar fenomena fisis belum dengan pola pikir yang runtut; d). tidak adanya pola gambar yang runtut mengakibatkan mahasiswa kesulitan mengungkapkan secara matematis. Hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Perbaikan tersebut antara lain terletak pada manajemen waktu, pembagian kegiatan, kejelasan LKM dan perbaikan alat evaluasi. Selain itu dosen sejawat menyarankan untuk memperbaiki proses penyajian fenomena agar mudah dimengerti oleh mahasiswa pada perkuliahan berikutnya. Lesson Study pada kelompok kompetensi kedua (KK2) Diskusi Plan Materi pokok RPP yang disusun adalah tekanan. Dosen sejawat mereview RPP dan memberikan saran-saran perbaikan antara lain: a). untuk dicoba dulu demonstrasi sebelum pelaksanaan perkuliahan; b). memanaj waktu sebaik-baiknya agar tidak seperti perkuliahan tentang gerak; c) memperbaiki perangkat penilaian dan melengkapi dengan penilaian aspek representasi verbal, visual dan matematis. Berdasarkan hasil review ini dilakukan revisi RPP dan perangkat pendukung pembelajaran. Pelaksanaan Do Berbeda dengan pelaksanaan buka kelas yang pertama, buka kelas yang kedua dihadiri oleh sepuluh orang dosen pengamat. Namun mahasiswa terlihat santai dalam proses pembelajaran, ini dapat dilihat dari improvisasi mahasiswa, keberanian mahasiswa dalam memberikan komentar, tanggapan, dan presentasi. Penyajian fenomena masuknya telur ke dalam Erlenmeyer secara fisis, dapat digambar dengan baik oleh mahasiswa. Kemampuan mahasiswa menggambar suatu percobaan dalam gambar dua dimensi sudah lebih baik, namun ada 3 kelompok dari 11 kelompok menggambarnya tidak menggunakan alat gambar yang disarankan (penggaris, jangka, busur). Informasi gambar sudah lebih lengkap, dan memudahkan mahasiswa untuk membuat kesimpulan. Kemampuan matematis sudah lebih baik, karena peristiwanya lebih sedehana dibanding materi gerak. Sedangkan kemampuan representasi verbal yang berakitan dengan mengungkapkan permasalahan dengan kualitas isi komunikasi tidak ada kenaikan. Kegiatan Refleksi (See) Dosen sejawat yang mengamati proses pembelajaran memberikan refleksinya sebagai berikut: a). masih ada beberapa mahasiswa yang kesulitan menirukan kegiatan dosen pengampu, meskipun sudah dicontohkan, dan ini tidak teramati oleh dosen pengampu; b). keberanian mahasiswa untuk presentasi secara verbal masih perlu diperbaiki kualitas isinya; c). kemampuan representasi visual perlu ditingkatkan lagi dengan mendisiplinkan mahasiswa menggambar menggunakan alat gambar yang sesuai; Hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki perangkatSeminar Nasional Lesson Study 4 Fisika | 26

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4PERAN LESSON STUDY DA