Seminar Tugas Akhir Desember...
Transcript of Seminar Tugas Akhir Desember...
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
1
HIGH FREQUENCY DESICCATOR (Adi Surya Nugraha, Tri Bowo Indrarto ST. MT, Lamidi SST, MT)
Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya
Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya
ABSTRAK
High Frequency (HF) Desiccator Aaron 940 ™ atau biasa disebut Electro Surgery Unit (ESU)
berdaya rendah, menghasilkan arus frekuensi radio yang berguna untuk menghilangkan dan
menghancurkan objek jerawat atau infeksi pada kulit. Hal ini dilakukan dengan melakukan
prosedur pengeringan dan fulgurasi. Electrosurgical desiccation terjadi saat elektroda aktif
ditempatkan langsung ke permukaan objek. Fulguration terjadi ketika elektroda aktif dipegang
sedikit di atas objek.
Istilah electrosurgery (juga disebut operasi frekuensi radio) mengacu pada arus bolak-balik
frekuensi tinggi melalui jaringan untuk mendapatkan efek bedah tertentu. Dengan frekuensi diatas
300 kHz, penggunaan HF Desiccator dinilai lebih aman karena dapat menghilangkan efek faradik
dan elektrolisis yang berbahaya bila terkena pasien langsung.
Alat ini terdiri dari rangkaian pembangkit frekuensi tinggi, pengatur intensitas, transformator
pengganda tegangan dan electrode keluaran.
Kata kunci : ESU, Electrosurgical Dessication, High Frequency
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
High Frequency Desiccator Aaron 940
™ atau biasa disebut Electro Surgery Unit (ESU)
berdaya rendah, menghasilkan arus frekuensi
radio yang berguna untuk menghilangkan dan
menghancurkan objek jerawat atau infeksi pada
kulit. Hal ini dilakukan dengan melakukan
prosedur pengeringan dan fulgurasi.
Electrosurgical desiccation terjadi saat elektroda
ditempatkan langsung ke permukaan objek.
Fulguration terjadi ketika elektroda dipegang
sedikit di atas objek. Unit ini juga menyediakan
kontrol pendarahan yang cepat dan efisien dengan
koagulasi kapiler dan pembuluh darah kecil
(Balanced, Strategy and Edition, 2015).
Pesawat Electro Surgery Unit (ESU)
adalah salah satu instrument yang memegang
peranan penting dalam dunia kedokteran
khususya bedah, karena begitu banyaknya
keunggulan dan kemudahan yang dihasilkan oleh
alat ini, diantaranya adalah tidak menimbulkan
pendarahan, mengurangi kontaminasi dengan
bakteri, menutup segera jaringan yang terpotong,
serta dapat membuat rasa sakit relative lebih
rendah (Kurniawan, 2006).
Istilah electrosurgery (juga disebut
operasi frekuensi radio) mengacu pada arus
bolak-balik frekuensi tinggi melalui jaringan
untuk mendapatkan efek bedah tertentu.
Meskipun mekanisme di balik pembedahan listrik
tidak sepenuhnya dipahami, produksi panas dan
kerusakan jaringan panas bertanggung jawab atas
setidaknya sebagian besar - jika tidak semua -
efek jaringan pada bedah listrik. Berdekatan
dengan elektroda aktif, resistansi jaringan
terhadap arus arus mengubah energi listrik
menjadi panas. Satu-satunya variabel yang
menentukan efek akhir dari arus adalah
kedalaman dan laju di mana panas dihasilkan.
Elektrokoagulasi terjadi saat jaringan dipanaskan
di bawah titik didih dan mengalami denaturasi
termal. Peningkatan suhu lambat yang lambat
menyebabkan penguapan kandungan air di
jaringan koagulasi dan pengeringan jaringan,
sebuah proses yang disebut pengeringan.
Kenaikan tiba-tiba suhu jaringan di atas titik didih
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
2
menyebabkan penguapan eksplosif cepat dari
kandungan air di jaringan yang berdekatan
dengan elektroda, yang menyebabkan
fragmentasi dan pemotongan jaringan (Taheri et
al., 2014).
Meski peranannya penting dalam
pembedahan, namun penelitian mengenai alat ini
masih sangatlah minim, mengingat harga spare
part yang mahal dan sulit didapat. Namun dengan
berkembangnya teknologi, biaya pembuatan alat
ini dapat ditekan menjadi lebih murah dan
sederhana. Karena itu penulis bermaksud
merancang sebuah pesawat ESU dengan
komponen yang mudah didapat di pasaran dan
diusahakan mempunyai kemampuan yang
mendekati pesawat standard yang ada di pasaran.
1.2. Batasan Masalah
1.2.1. Rangkaian Osilator standar yang dibuat
menggunakan frekuensi standar 450 kHz.
1.2.2. Bahan uji coba alat ini menggunakan sabun
dan daging.
1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Dapatkah HF Desiccator dirancang dengan
memanfaatkan komponen-komponen yang
mudah didapat di pasaran?
1.3.2. Bagaimanakah kestabilan sinyal high
frekuensi pada alat HF Desiccator pada
saat diberi beban?
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Mengambil dan mengolah data sinyal
output pada alat High Frequency
Desiccator saat sebelum dan sesudah
diberi beban.
1.4.2. Tujuan khusus
1.4.2.1. Membuat rangkaian pembangkit
frekuensi tinggi.
1.4.2.2. Membuat rangkaian penguat arus.
1.4.2.3. Merakit modul pengganda tengangan.
1.4.2.4. Membuat program kontrol keluaran.
1.4.2.5. Membuat sinyal cutting dan
coagulating.
1.4.2.6. Menganalisa akurasi sinyal dan daya.
1.5. Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan di bidang
elektromedik khususnya pada peralatan
bedah dengan membuat alat HF
Desiccator. 1.5.2 Manfaat Praktis
Alat tersebut mudah dipakai karena
bentuknya yang kecil dan dapat digunakan
untuk operasi kecil.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum HF Dessicator
High Frequency Desiccator Aaron 940 ™
atau biasa disebut Electro Surgery Unit
(ESU) berdaya rendah, menghasilkan arus
frekuensi radio yang berguna untuk
menghilangkan dan menghancurkan objek
jerawat atau infeksi jamur pada kulit.
2.2 Gambaran Umum ESU
Electrosurgery adalah penggunaan arus
bolak-balik (AC) dengan frekuensi radio
(RF) untuk menaikkan suhu intraselular
untuk mencapai penguapan atau
kombinasi pengeringan dan koagulasi
protein. Efek ini dapat dimaksudkan untuk
cutting (pemotongan) atau koagulasi
(pembekuan jaringan), yang terakhir
biasanya mencapai hemostasis, tetapi juga
untuk menutupi struktur yang
mengandung lumen, atau menghancurkan
sejumlah besar jaringan seperti neoplasma
jaringan lunak. Konsep RF electrosurgery
harus dibedakan dengan jelas dari proses
electrocautery, berasal dari kauterion
Yunani (hot iron), dimana penghancuran
atau denaturasi jaringan oleh perpindahan
panas pasif dari instrumen yang
dipanaskan. Singkatnya, RF
electrosurgery tidak bersifat cautery.
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
3
Energi listrik telah digunakan dalam
kinerja prosedur pembedahan sejak akhir
abad kesembilan belas. Namun, tidak
sampai pengenalan generator
electrosurgical pertama (atau unit
electrosurgical) (ESU) oleh Bovie seperti
yang dilaporkan pada tahun 1928 bahwa
potensi elektrosurgery RF dipopulerkan
[1]. Serupa dengan prosedur operasi atau
instrumen apa pun, listrik RF ditemukan
memiliki masalah unik yang menyebabkan
komplikasi yang tidak terduga. Sejak saat
itu, banyak yang telah belajar tentang
biofisika yang terlibat dalam penggunaan
listrik RF, dan kedua perangkat dan teknik
telah berevolusi ke titik di mana energi
dapat diterapkan dengan aman dan efektif.
Namun, untuk melakukannya, perlu bagi
ahli bedah untuk memiliki pemahaman
tentang dasar-dasar arus bolak-balik RF,
dan dampak listrik RF pada jaringan, dan
mekanisme di mana hasil buruk dapat
terjadi.
(Munro, 2012)
Pisau bedah listrik adalah suatu alat
bantu yang digunakan oleh para ahli bedah
dalam melakukan operasi baik secara
cutting (pemotongan) maupun coagulating
(penghentian aliran darah) pada tubuh
pasien dengan menggunakan arus pada
listrik frekuensi 300 kHz – 700 kHz yang
dilewatkan ke tubuh pasien dengan
menggunakan elektroda. (Departemen
Kesehatan, 2002).
Apabila dibandingkan dengan
menggunakan pisau bedah konvensional,
maka pembedahan dengan memanfaatkan
frekuensi tinggi mempunyai keuntungan
dan kerugian sebagai berikut:
Keuntungan :
1. Mengurangi pendarahan.
2. Mengurangi kontaminasi bakteri.
3. Rasa sakit relatif rendah.
4. Menutup segera jaringan-jaringan
otot yang terpotong.
Kerugiannya :
1. Penyembuhan luka lebih lama karena
terbakar.
2. Sel-sel disekitar pembedahan ikut
mati.
3. Dapat menimbulkan bahaya
kebakaran dan ledakan yang disebabkan
oleh adanya loncatan bunga api pada
waktu pembedahan. Hal ini dikarenakan
dalam ruang bedah dipakai gas-gas yang
mudah terbakar.
(Sunardi et al., 2011)
2.3 Efek Arus Listrik Pada Jaringan Biologi
Apabila arus listrik dialirkan ke dalam
jaringan biologis, akan terjadi efek-efek
sebagai berikut:
1. Efek Thermal (Panas)
Arus listrik dengan frekuensi tinggi
(>300 KHz) dapat menimbulkan efek
panas pada jaringan tubuh tanpa
menimbulkan efek elektrolit dan faradik.
Berikut adalah rentang efek panas dan
akibatnya pada jaringan tubuh:
Tabel 2.1 Rentang efek panas dan
akibatnya pada jaringan tubuh
Arus listrik yang dialirkan ke dalam
jaringan tubuh, menimbulkan efek panas,
dan efek panas tersebut tergantung pada
tahanan spesifik dari jaringan dan juga
tingkat kepadatan arus serta lamanya
aplikasi.
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
4
2. Efek Faradik
Efek yang timbul jika suatu jaringan
pada tubuh diberikan arus dengan
frekuensi tertentu maka secara refleks
jaringan (otot) akan bergerak karena
adanya rangsangan. Dalam
pembedahan dengan menggunakan
arus berfrekuensi tinggi, efek faradik
sangat tidak diinginkan untuk terjadi.
Penyebab terjadinya efek faradik
adalah jika menggunakan arus listrik
dengan rentang frekuensi antara 1-
100 KHz, kemudian jika
menggunakan frekuensi diatas 100
KHz, efek faradik akan mulai
menurun. Sampai pada frekuensi
diatas 300 KHz efek faradik dapat
diabaikan.
3. Efek Elektrolisis
Arus listrik akan mengakibatkan
pertukaran ion-ion yang terjadi di
jaringan biologis dengan arus searah ion-
ion positif akan tertarik ke kutub negatif
dan ion negatif akan tertarik ke kutub
positif. Apabila konsentrasinya
ditingkatkan sampai pada satu titik
tertentu akan menyebabkan kerusakan
elektrolit pada jaringan, namun pada saat
penggunaan arus AC berfrekuensi tinggi
arah pergerakan ion-ion akan berbalik
berulang-ulang sesuai frekuensi arus,
sehingga ion-ion akan berosilasi secara
tidak nyata.
Efek yang timbul karena mengalirnya
arus listrik frekuensi rendah (<5 KHz) di
dalam jaringan biologis. Hal ini dapat
terjadi karena dalam jaringan biologis,
ion-ion dari larutan elektrolit akan
bergerak menuju electrode sesuai dengan
polaritas dari ion-ion tersebut, akibatnya
akan terjadi konsentrasi dari ion-ion pada
sisi jaringan dimana elektroda-elektroda
ditempelkan pada jaringan biologis
tersebut. Akhirnya keseimbangan
elektrolit akan terganggu dan akan terjadi
kerusakan pada jaringan biologis.
(Sunardi et al., 2011)
2.1 Bentuk Gelombang Pada ESU
Bentuk pulsa pada frekuensi tinggi
Pisau bedah listrik (ESU) :
1. Bentuk Gelombang Continous
Gambar 2.2 Bentuk Gelombang
Continous
Adalah bentuk gelombang sinusoidal
yang terus-menerus dengan frekuensi
dan amplitude tetap.
2. Bentuk Gelombang Terputus
(Intermittern)
Gambar 2.5 Bentuk Gelombang
Terputus (Intermitten)
Bentuk gelombang sinusoidal yang
muncul lalu hilang (tak ada pulsa)
dengan jarak (jangka waktu) tertentu,
kemudian muncul lagi.
(Sunardi et al., 2011)
3.1 Diagram Blok
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
5
Gambar 3.1. Diagram Blok HF Dessicator
Keluaran dari power supply masuk ke blok
pembangkit frekuensi tinggi dengan
menggunakan IC 4047. Pulsa kemudian mendrive
transistor mosfet untuk mengatur arus yang
masuk ke primer trafo ferrit. Pada rangkaian
tegangan tinggi ini keluaran dari HF akan
dinaikkan tegangannya oleh trafo ferrit dengan
mode penaik tegangan (step –up) yang
mempunyai frekuensi kerja 30 kHz – 30 MHz.
Sekunder trafo ini kemudian dihubungkan ke
elektroda aktif dan elektroda netral. Energi dari
keluaran dialirkan ke obyek (pasien) melalui
elektroda aktif dan elektroda netral.
Mikrokontroller digunakan sebagai driver relay
dan pengaman pada penggunaan ESU.
3.2 Diagram Alir
Gambar 3.2. Diagram alir
Cara Kerja Diagram Alir Sistem Setelah dinyalakan alat akan melakukan
inisialisasi. Inisialisasi port dilakukan untuk
melakukan pengalamatan port-port yang akan
digunakan, misalnya P0.0-P0.6 digunakan
sebagai transfer data mikro (digital) ke seven
segment.
Cek keberadaan elektroda pasif, apakah elektroda
pasif ada? Jika tidak ada maka led elektroda pasif
on dan buzzer menyala, kemudian kembali ke
instruksi sebelumnya. Bila eletroda pasif ada,
maka melanjutkan instruksi selanjutnya, yaitu
mendeteksi elektroda aktif.
Cek keberadaan elektroda aktif, apakah elektroda
aktif ada? Jika tidak ada maka led elektroda aktif
on dan buzzer menyala, kemudian kembali ke
instruksi sebelumnya. Bila eletroda aktif ada,
maka melanjutkan instruksi selanjutnya, yaitu
mendeteksi tombol cutting.
Cek posisi tombol, apakah tombol cutting
ditekan? Jika tombol cutting ditekan, relay dan
led cutting aktif, relay coag off (interlock). Jika
tidak ditekan maka memeriksa posisi tombol
coag, apakah tombol coag ditekan? Jika tombol
coag ditekan, relay dan led coag aktif, relay
cutting off (interlock). Jika tidak maka kembali ke
perintah sebelumnya.
3.4 Jenis Penelitian Rancangan penelitian model alat ini
menggunakan metode Pre-Eksperimental
dengan jenis penelitian One Group Pre Post
Test Design Dimana penulis melakukan
pengambilan data sinyal frekuensi tinggi,
tegangan dan arus listrik pada alat sebelum
diberi perlakuan (O1) dan setelah diberi
perlakuan (O2).
01 ---------------- X ----------------- O2
X = Treatmen/perlakuan yang diberikan
penulis
O1 = Hasil ukur sebelum diberi perlakuan
O2 = Hasil ukur setelah diberi perlakuan
pemberian beban sabun / daging
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
6
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Tergantung
Sebagai variabel tergantung adalah
elektroda, dimana elektroda yang
digunakan adalah elektroda aktif dan
elektroda pasif. Untuk setiap daya yang
dikeluarkan dari elektroda aktif tidak sama.
3.5.2 Variabel Terkendali
Sebagai variabel terkendali adalah AT-
Mega8 sebagai kontrol rangkaian.
3.5.3 Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas adalah sinyal output
pada saat diberi perlakuan / beban sabun.
3.6 Operasional Variabel Dalam kegiatan operasionalnya, variabel–
variabel yang digunakan dalam pembuatan
modul, baik variabel bebas, terikat dan
kontrol memiliki fungsi-fungsi antara lain :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
3.7 Tempat dan Jadwal Penelitian
3.8.1 Tempat Penelitian Peneliti melakukan penelitian ini di
kampus Teknik Elektromedik Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya.
3.8.2 Jadwal Penelitian Peneliti menyusun jadwal kegiatan
menurut kalender akademik yang ada di
Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik
Surabaya.
4 Pengambilan Data Dan Pengujian
4.1 Hasil Pengukuran dengan sabun
Gambar 4.1 Gambar Sinyal Cut Mode tanpa beban
Gambar 4.2 Gambar Sinyal Cut Mode dengan
beban
Tabel 4.1 Tabel Pengambilan Data Arus dan
Tegangan dengan Beban SabunMode Cutting
No. Tegangan
(x 30V) Arus (mA)
1 4,55 31,31
2 4,39 40,7
3 5,18 31,17
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
7
Gambar 4.3 Gambar Sinyal Coag Mode tanpa beban
Gambar 4.4 Gambar Sinyal Coag Mode dengan
beban
Tabel 4.2 Tabel Pengambilan Data Arus dan
Tegangan dengan Beban SabunMode Coagulating
No. Tegangan
(x 30V) Arus (mA)
1 9,41 34,1
2 12,9 38,7
3 11,6 36,1
4.2 Hasil Pengukuran dengan Daging
Gambar 4.5 Gambar Sinyal Cut Mode tanpa beban
Gambar 4.6 Gambar Sinyal Cut Mode dengan
beban
Tabel 4.3 Tabel Pengambilan Data Arus dan
Tegangan dengan Beban Daging Mode Cutting
No. Tegangan
(x 30V) Arus (mA)
1 13,5 23,5
2 11,9 25,2
3 14,4 15,4
Gambar 4.7 Gambar Sinyal Coag Mode tanpa beban
Gambar 4.8 Gambar Sinyal Coag Mode dengan
beban
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
8
Tabel 4.2 Tabel Pengambilan Data Arus dan
Tegangan dengan Beban Daging Mode
Coagulating
No. Tegangan
(x 30V) Arus (mA)
1 19,1 38,0
2 20,1 34,2
3 22,3 32,8
4.3 Analisis Data
Terdapat potongan sinyal pada saat pembebanan
baik oleh sabun maupun daging. Tegangan tinggi
diperlukan untuk menembus resistansi dari
daging maupun sabun. Semakin tebal beban atau
target maka tegangan yang dibutuhkan semakin
besar karena tegangan akan termakan oleh
resistansi target atau beban. Sedangkan besarnya
arus digunakan daya untuk memotong target.
Daya dari alat berbicara mengenai hubungan
antara arus dan tegangan. Semakin besar tegangan
maka semakin kecil arus yang muncul.
Sebaliknya semakin besar arus yang mengalir
maka tegangan akan semakin kecil.
Ketika tanpa beban arus yang mengalir 0 sehingga
tegangan yang muncul adalah tegangan
maksimal. Sedangkan pada saat pembebanan,
arus yang mengalir naik sehingga ada penurunan
tegangan.
5 Pembahasan
5.1 Rangkaian Osilator 4047
Gambar Error! No text of specified style in
document..1 Rangkaian Osilator 4047
Osilator frekuensi berfungsi untuk mengatur
frekuensi kerja dari rangkaian ini. Rangkaiannya
berupa IC CD4047 yang bekerja sebagai
multivibrator astabil beserta VR (Variable
Resistor) 100K dan Capasitor 0,5 nF. Frekuensi
dari IC CD4047 didapat dari rumus :
fo = 1
4.𝑅.𝐶
Jadi untuk settingan 450 kHz
45 x 104 = 1
4.𝑅.5𝑥10−10
R = 1
4𝑥45𝑥104.5𝑥10−10
R = 1
900𝑥10−6
R = 1111,11 Ω
R = 1k1 Ω
Jadi untuk settingan 60 kHz
6 x 104 = 1
4.𝑅.5𝑥10−10
R = 1
4𝑥6𝑥104.5𝑥10−10
R = 1
120𝑥10−6
R = 8333,33 Ω
R = 8k3 Ω
5.2 Rangkaian Power Transistor
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
9
Gambar Error! No text of specified style in
document..2 Rangkaian Power Transistor
Output dari IC CD4047 akan dikuatkan arusnya
menggunakan transistor MOSFET. CT primer
Transformator ferit tersambung tegangan +12 V.
Ketika Gate Mosfet mendapat input positif atau
diatas titik ambang, maka kaki Drain dan Source
akan terhubung. Arus akan mengalir dari Supply
+12 V ke lilitan primer trafo lalu Drain, Source
dan kembali ke ground. Sehingga trafo terinduksi
dan akan menghasilkan output daya pada lilitan
sekunder.
Trafo yang digunakan adalah trafo berinti ferrit.
Karena trafo berinti ferrit dapat menginduksi
frekuensi tinggi.
5.3 Minsis LD Mikro
Gambar Error! No text of specified style in
document..2 Rangkaian Minsis LD Mikro
Mikrokontroller digunakan sebagai rangkaian
kontrol dan pengaman terutama untuk
penggunaan terus menerus yang biasanya
menyebabkan transistor panas dan rusak, LD
mikro memberikan jeda untuk istirahat sejenak.
Dengan menggunakan fitur Retentive Turn On
Delay sehingga dapat menghitung total
penggunaan berulang tanpa pemrograman yang
rumit.
5.4 Software
Gambar Error! No text of specified style in
document..4 Pemrograman LD Mikro
Tabel 5.1 Tabel I/O LD Mikro
Pada kondisi awal, output YCut menyala, Ketika
ditekan tombol XTCoag, output YCoag aktif dan
menginterlock sehingga YCut mati. Ketika
XTCut ditekan maka output Ycoag akan mati dan
kembali YCut menyala. Kedua tombol ini
digunakan untuk melakukan pemilihan mode Cut
atau Koagulasi.
Xrest adalah tombol untuk mengaktifkan
elektroda. Ketika ditekan, akan mengaktifkan
output Yburn. Output Yburn diumpankan
kembali ke RTO (Retentive Turn On-delay) yang
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
10
berfungsi sebagai pengaman agar alat tidak
bekerja overtime. Cara kerjanya yaitu ketika total
waktu picuan berulang terpenuhi maka alat akan
berada dalam kondisi rest / istirahat. Output Yrest
akan aktif dan menginterlock tombol Xrest. T on
akan menunda pengaktifan tombol reset RTO.
Sehingga lama T ON adalah lama yang
dibutuhkan alat untuk mendinginkan transistor.
Dan ketika output Yburn aktif, maka output
buzzer juga ikut aktif.
6. Penutup
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan
tujuan pembuatan modul dapat disimpulkan
bahwa:
Secara menyeluruh penelitian ini Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1) Telah dibuat alat High Frequency Desiccator
dengan komponen-komponen yang mudah
didapatkan di pasaran.
2) penulis masih kesulitan untuk mencapai
frekuensi 400 kHz dikarenakan driver dari
transistor untuk switching yang tidak
berfungsi dan kurangnya daya dari supply
yang dipunyai oleh penulis.
3) Terdapat potongan sinyal pada saat
pembebanan baik oleh sabun maupun daging.
4) Tegangan tinggi diperlukan untuk menembus
resistansi dari daging maupun sabun. Semakin
tebal beban atau target maka tegangan yang
dibutuhkan semakin besar karena tegangan
akan termakan oleh resistansi target atau
beban. Sedangkan besarnya arus digunakan
daya untuk memotong target.
5) Ketika tanpa beban arus yang mengalir 0
sehingga tegangan yang muncul adalah
tegangan maksimal. Sedangkan pada saat
pembebanan, arus yang mengalir naik
sehingga ada penurunan tegangan.
6.2 Saran
Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan
pada:
1. Membuat power supply yang mempunyai
daya tinggi.
2. Menggunakan driver transistor sebelum
rangkaian Final Power amplifier agar
outputan daya maupun sinyal lebih tinggi
dan stabil.
3. Memperkecil box dari alat.
4. Mencari osilator yang lebih stabil.
5. Menggunakan kontrol arduino dilengkapi
tampilan monitoring arus dan tegangan.
Daftar Pustaka
Balanced, T., Strategy, C., & Edition, T. User ’ S
Guide (2015).
Carr-Locke, D. L., & Day, J. (2011). Principles of
Electrosurgery. Successful Training in
Gastrointestinal Endoscopy, 125–134.
https://doi.org/10.1002/9781444397772.ch11
Kurniawan, S., 2006. Perancangan dan
Implementasi Mini Electro Surgery Unit Berbasis
Mikrokontroller AT89s51 (Oscillator and
Electrode Safety), Surabaya: Jurusan Teknik
Elektromedik, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Surabaya.
Low-power, C. (1999). CMOS Low-Power
Monostable/Astable Multivibrator, (3313), 897–
911.
Munro, M. G. (2012). The SAGES Manual on the
Fundamental Use of Surgical Energy (FUSE).
https://doi.org/10.1007/978-1-4614-2074-3
Putra, R. S., Hariyanto, N., & Saodah, S. (2016).
Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa
untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125
Watt. Reka Elektronika, 4(1), 1–15.
Rumah, D. I., Mohammad, S., Surabaya, S., W,
B. A., St, I. A., & Sawitri, D. (2010). Analisa
keandalan,safety dan ketidakpastian
electrosurgical unit, 1–9.
Sunardi, J., Fajri, M. S., Trikasjono, T., Bangun,
R., Bedah, P., Dengan, L., & Telah, E. S. U.
(2011). Rancang Bangun Pisau Bedah Listrik
Dengan Frekuensi 450 Khz ( Esu ), (November),
600–604.
Seminar Tugas Akhir Desember 2018
11
Taheri, A., Mansoori, P., Sandoval, L. F.,
Feldman, S. R., Pearce, D., & Williford, P. M.
(2014). Electrosurgery: Part I. Basics and
principles. Journal of the American Academy of
Dermatology.
https://doi.org/10.1016/j.jaad.2013.09.056
Together, I. (2013). An introduction to
Electrosurgery The quickest and easiest way to
test all leading electrosurgical devices.
Vilos, G. A., & Rajakumar, C. (2013).
Electrosurgical Generators and Monopolar and
Bipolar Electrosurgery. Journal of Minimally
Invasive Gynecology, 20(3), 279–287.
https://doi.org/10.1016/j.jmig.2013.02.013
VISHAY. (2011). Product Summary Symbol
Unit Test Conditions. Pulse, (V), 9.
Zuckerman, M. B. (2004). Comparative
advantages. U.S. News & World Report, 137(3),
88.
https://doi.org/10.1097/TA.0b013e3181961da2
BIODATA PENULIS
Nama : Adi Surya Nugraha
TTL : Lamongan, 04 Februari 1996
Alamat : Graha Asri Sukodono Blok AK-35,
Sidoarjo