Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016

13
ISBN 978-602-8429-72-6 Proceedings Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016 Refleksi Prestasi dan Budaya Olahraga dalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif FIK UNY, 31 Oktober 2016 Diterbitkan Oleh:

Transcript of Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016

ISBN 978-602-8429-72-6

Proceedings

Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016

Refleksi Prestasi dan Budaya Olahraga

dalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif

FIK UNY, 31 Oktober 2016

Diterbitkan Oleh:

ISBN 978-602-8429-72-6

Proceedings

Seminar Nasional Keolahragaan

dalam rangka Dies Natalis Ke-65 Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Yogyakarta Refleksi Prestasi dan Budaya Olahraga dalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif

Penerbit: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Tim Seleksi Naskah: Dr. Or. Mansur. M.S. Dr. Guntur, M.Pd. Dr. Subagyo, M.Pd. Dr. dr. BM. Wara Kushartanti, M.S. Dr. Ali Satia Graha, M.Kes., AIFO. Dr. Sigit Nugroho, M.Or. Dr. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Dr. Abdul Alim, M.Or. Caly Setiawan, Ph.D.

Editor: Subagyo Irianto, M.Pd. Saryono, M.Or. Sulistiyono, M.Pd.

Editor Pelaksana: dr. M. Ikhwan Zein, Sp.

KO. Nur Sita Utami, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Desain Sampul: Sugeng Setia Nugroho, A.Md.

Sekretariat: Humas Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta 55281

Jl. Kolombo No. 1 Karangmalang, Yogyakarta. Telp./Fax. (0274) 550826, 513092 E-mail: [email protected]

Tulisan yang dimuat di Proceedings belum tentu merupakan

cerminan sikap dan atau pendapat Penyunting Pelaksana,

Penyunting, dan Penyunting Ahli. Tanggung jawab terhadap

isi dan atau akibat dari tulisan, tetap terletak pada penulis.

ISBN 978-602-8429-72-6

Proceedings

Seminar Nasional KEOlahragaAN 2016

Refleksi Prestasi dan Budaya Olahraga

dalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang Inovatif

FIK UNY, 31 Oktober 2016

Diterbitkan Oleh:

KATA PENGANTAR

Prosiding ini disusun berdasarkan hasil SEMINAR NASIONAL KEOLAHRAGAAN Tahun 2016 yang

bertemakan “Refleksi Prestasi dan Budaya Olahraga dalam Perspektif Ilmu Keolahragaan yang

Inovatif”. Penyelengaraan seminar tersebut dimaksudkan untuk mempublikasikan hasil penelitian dan

karya ilmiah dalam bidang keolahragaan serta merefleksikan berbagai hal dan isu-isu terkait dengan

prestasi olahraga dan budaya olahraga dalam perspektif ilmu keolahragaan yang inovatif.

Kegiatan Seminar Nasional diikuti peserta yang terdiri atas pakar, peneliti, akademisi dan

praktisi dalam bidang keolahragaan di Indonesia.

Ucapan terima kasih kami disampaikan kepada pimpinan Universitas Negeri Yogyakarta dan

Panitia Dies Natalis Ke-65 FIK UNY yang telah memberikan kesempatan terselenggarkannya

Seminar Nasional Keolahragaan pada tanggal 31 Oktober 2016 di FIK UNY.

Selanjutnya kepada para presenter dan editor serta pelaksana seminar Nasional ini

disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas jerih payahnya sehingga seminar

dapat berlangsung dengan baik sampai tersusunnya prosiding ini.

Akhir kata, semoga prosiding ini bermanfaat khususnya dalam bidang keolahragaan serta

memberikan rekomendasi pemikiran ilmiah dalam bidang keolahragaan di Indonesia.

Yogyakarta, 31 Oktober 2016 Ketua Panitia

Dr. Or. Mansur, M.S. NIP. 19570519 198502 1 001

PENGARUH PELATIHAN FISIK DAN RUTINITAS DALAM BATALYON INFANTERI

TERHADAP VO2MAX DAN KADAR MDA SERUM PERSONEL KORPS RAIDER

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT

Oleh:

Kukuh Pambuka Putra

Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

Abstrak

Personel militer adalah individu yang dituntut siap secara mental dan fisik menghadapi berbagai situasi

yang memungkinkan aktifitas fisik intensitas tinggi secara tiba-tiba. Karena tuntutan fisik yang tinggi,

personel militer harus memiliki daya tahan kardiovaskuler yang baik, namun aktifitas fisik yang tinggi

dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh sehingga tercipta kondisi stres oksidatif yang berpotensi

mengakibatkan kerusakan sel. Studi ini membahas tentang pengaruh pelatihan fisik dan rutinitas

personel dalam Batalyon Infanteri (YONIF) terhadap Volume O2 Maksimum yang dapat diserap tubuh

(VO2Max) dan kadar Malondialdehyde (MDA) serum. Pemeriksaan VO2Max dilakukan dengan

membandingkan VO2Max pada siswa yang masih dalam masa awal Pendidikan Pertama (DIKMA) dan

VO2Max personel YONIF Korps Raider. Analisis MDA dilakukan berdasarkan hasil studi sebelumnya

yang membandingkan kadar MDA serum personel YONIF yang menerima suplementasi antioksidan

(K1) dan kelompok yang menerima air mineral (K0). Hasil menunjukkan VO2Max personel YONIF

(37,7 ml×kg-1

×min-1

) lebih tinggi dari VO2Max siswa DIKMA (36,5 ml×kg-1

×min-1

), namun hasil uji t

didapati p>0,05 sehingga perbedaannya tidak bermakna. MDA serum pada K1 (938,27 ng/mL) lebih

rendah dibanding K0 (965 ng/mL), namun hasil uji t didapati p>0,05 sehingga perbedaannya tidak

bermakna. Simpulan dari studi ini adalah VO2Max personel YONIF tidak berbeda bermakna dengan

VO2Max siswa DIKMA, program pelatihan dan rutinitas dalam YONIF meningkatkan antioksidan

endogen sehingga tubuh personel YONIF mampu menangkal radikal bebas dengan baik ketika dikenai

aktifitas fisik intensitas tinggi. Personel YONIF memiliki daya tahan yang baik terhadap radikal bebas

namun perlu adanya pelatihan kardiovaskuler terprogram sebelum melakukan aktifitas fisik intensitas

tinggi terjadwal.

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Militer, Stres Oksidatif, VO2Max

PENDAHULUAN

Personel militer merupakan individu yang dituntut untuk selalu siap menghadapi

kemungkinan apapun yang mengancam keamanan negara. Dalam tugasnya, personel militer tidak

pernah lepas dari aktivitas fisik hingga intensitas tinggi. Aktivitas fisik secara biologis melibatkan

banyak kerja sistem dalam tubuh manusia. Salah satu sistem yang memiliki peran sangat penting

ketika beraktivitas fisik adalah sistem kardiorespirasi yang terdiri dari sistem peredaran darah dan

sistem pernafasan. Sistem kardiorespirasi berperan penting bagi personel militer ketika melakukan

aktivitas fisik baik dalam tugas maupun latihan karena sistem kardiorespirasi menentukan transpor

oksigen yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi dalam metabolisme. Sistem kardiorespirasi

24

yang baik akan memungkinkan transpor oksigen secara optimal dalam tubuh sehingga kebutuhan

oksigen tercukupi dan tubuh dapat melakukan aktivitas fisik hingga intensitas tinggi dengan lebih

baik (Treacher & Leach, 1998). Kebugaran sistem kardiorespirasi dapat diketahui, salah satunya

dengan mengetahui kapasitas oksigen maksimum yang dapat diserap tubuh (VO2Max) (Léger,

Mercier, Gadoury, & Lambert, 1988). Semakin tinggi VO2Max seseorang maka tubuh semakin

terampil dalam menggunakan oksigen untuk melakukan metabolisme menghasilkan energi.

Personel militer memerlukan sistem kardiorespirasi yang baik dalam melakukan tugasnya, sehingga

personel militer perlu memiliki VO2Max yang tinggi. Nilai VO2Max dipengaruhi oleh aktivitas fisik

atau latihan dengan intensitas tertentu secara rutin (Lin et al., 2015; MacInnis & Gibala, 2016)

sehingga kesatuan militer seperti batalyon infanteri memerlukan program pelatihan fisik dan

rutinitas yang dapat meningkatkan atau mempertahankan tingkat VO2Max personelnya. Aktivitas

fisik meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh untuk menyediakan energi yang dibutuhkan saat

aktivitas fisik, namun selain menghasilkan energi metabolisme juga menghasilkan senyawa radikal.

Salah satu mekanisme yang terjadi, aktivitas fisik melibatkan kontraksi otot rangka, mengaktifkan

NADPH oksidase (NOX) pada membran sel dan mengubah molekul oksigen menjadi oksigen

reaktif (Brandes, Weissmann, & Schröder, 2014). Oleh karena itu, semakin tinggi intensitas

aktivitas fisik, semakin besar produksi senyawa radikal dalam tubuh. Dalam tubuh sudah terdapat

antioksidan endogen, namun aktivitas fisik yang tinggi mengakibatkan produksi senyawa radikal

meningkat hingga akumulasi senyawa radikal melebihi kapasitas antioksidan yang tersedia

(Lamina, Ezema, Theresa, & Anthonia, 2013). Jika jumlah senyawa radikal semakin meningkat

maka akan menciptakan kondisi stres oksidatif, senyawa-senyawa radikal tersebut dapat

mengoksidasi dinding sel dan mengakibatkan kerusakan sel bahkan kematian sel (Halliwell, 2006).

Kerusakan sel karena senyawa radikal menghasilkan senyawa yang disebut Malondialdehyde

(MDA) (Halliwell, 1987), oleh karena itu MDA dapat dijadikan biomarker terjadinya kerusakan sel

akibat stres oksidatif (Gaweł, Wardas, Niedworok, & Wardas, 2004). Tingkat kebugaran personel

yang ditandai dengan nilai VO2Max dan ketahanan personel terhadap senyawa radikal yang

diproduksi ketika beraktivitas fisik merupakan dua hal yang dapat menunjang kinerja personel di

lapangan. Kurangnya VO2Max personel dapat mengakibatkan personel mudah kelelahan dalam

melakukan aktivitas fisik. Hal tersebut dapat menurunkan performa dan mengganggu kelancaran

latihan maupun sebuah operasi militer. Kondisi stres oksidatif yang dipicu oleh aktivitas fisik

intensitas tinggi perlu ditekan dengan adanya senyawa antioksidan. Kondisi stres oksidatif dapat

mengakibatkan kerusakan sel sehingga sel akan mengalami perubahan struktur maupun fungsi dan

secara keseluruhan dapat menurunkan performa fisik personel.

KAJIAN PUSTAKA

Sistem kardiorespirasi merupakan salah satu sistem utama penunjang kehidupan manusia.

Sistem kardiorespirasi terdiri dari sistem kardiovaskuler atau sistem peredaran darah yang meliputi

jantung dan pembuluh darah, saling mempengaruhi dengan sistem pernafasan yang meliputi paru-paru

dan saluran nafas, sehingga paru-paru, pembuluh darah dan jantung menjadi satu sistem tak terpisahkan

yaitu sistem kardiorespirasi (Sherwood, 2015). Kinerja kardiorespirasi akan meningkat ketika tubuh

melakukan aktivitas fisik. Ketika aktivitas fisik, otot-otot tubuh bekerja dan membutuhkan energi.

Energi dibentuk dari reaksi metabolisme menggunakan oksigen, sehingga peran sistem kardiorespirasi

menjadi sangat penting dalam proses suplai oksigen ke jaringan otot. Daya tahan kardiorespirasi adalah

kemampuan kerja paru dan jantung dalam mendistribusi sejumlah oksigen kepada otot yang sedang

bekerja, menyediakan oksigen untuk pembentukan energi pada otot

25

tersebut sehingga memungkinkan aktivitas dan performa dalam waktu yang lama (Foss & Keteyian,

1998). Semakin baik daya tahan kardiorespirasi seseorang, maka semakin lancar distribusi oksigen

ke seluruh tubuh dan memungkinkan performa fisik yang optimal. Daya tahan kardiorespirasi

seseorang dapat diketahui dengan mengukur nilai VO2Max. VO2Max adalah jumlah senyawa

oksigen dalam satuan mililiter yang dapat dikonsumsi tubuh per kilogram berat badan dalam satu

menit (Dlugosz et al., 2013; Léger et al., 1988). Nilai VO2Max yang tinggi memungkinkan

seseorang melakukan aktivitas fisik intensitas tinggi hingga intensitas maksimal dalam waktu yang

lebih lama tanpa mengalami gangguan atau penurunan performa fisik yang bermakna, karena tubuh

mendapat suplai oksigen yang cukup untuk melakukan tugasnya. Untuk meningkatkan VO2Max

diperlukan latihan fisik yang terprogram. Nilai VO2Max seseorang dapat ditingkatkan dengan

melakukan latihan fisik berbasis aerobik secara rutin minimal dengan intensitas moderat (Caine &

Garfinkel, 1999; Lin et al., 2015).

Menurut studi (Powers & Jackson, 2008), baik otot rangka yang sedang diam maupun yang

sedang berkontraksi keduanya memproduksi senyawa oksigen reaktif (ROS) dan senyawa nitrogen

reaktif (RNS) yang merupakan senyawa radikal. Senyawa radikal adalah atom, molekul atau ion

yang memiliki elektron valensi ganjil dan tidak berpasangan (Hayyan, Hashim, & AlNashef, 2016)

sehingga bersifat reaktif dan mudah mengikat molekul, atom atau ion lain yang berada didekatnya.

Molekul lain yang diikat dapat mengalami perubahan struktur maupun sifat molekul sehingga

molekul tersebut akan mengalami kerusakan serta kehilangan fungsi. Peningkatan intensitas

aktivitas fisik meningkatkan laju metabolisme pembentukan energi, namun produksi senyawa

radikal dalam tubuh juga meningkat. Peningkatan jumlah senyawa radikal dalam tubuh jika tidak

diimbangi dengan produksi senyawa antioksidan yang memadai, akan mengakibatkan kondisi stres

oksidatif, yaitu ketidakseimbangan antara jumlah senyawa radikal dengan senyawa antioksidan di

mana jumlah senyawa radikal jauh melebihi kapasitas antioksidan yang tersedia dalam tubuh.

Kondisi stres oksidatif berpotensi mengakibatkan kerusakan sel. Senyawa radikal dapat

mengoksidasi membran sel sehingga sel yang teroksidasi akan mengalami kerusakan struktur

hingga kematian sel (Grimsrud, Xie, Griffin, & Bernlohr, 2008). Hal tersebut dapat mengakibatkan

penurunan performa fisik seseorang ketika sedang melakukan aktivitas fisik intensitas tinggi.

Malondialdehyde (MDA) adalah senyawa yang dihasilkan dari proses peroksidasi lemak. Saat ini

MDA banyak dijadikan biomarker kerusakan sel akibat stres oksidatif. Menurut studi (Harjanto,

2003), hingga satu jam setelah aktivitas fisik berhenti, masih terjadi produksi MDA dalam tubuh

dan MDA dapat ditemukan dalam aliran darah, sehingga untuk mengetahui tingkat stres oksidatif

dapat dilakukan dengan memeriksa kadar MDA dalam darah hingga satu jam setelah aktivitas fisik.

Militer adalah angkatan bersenjata dari suatu negara, satuan dan organisasi pertahanan dan

penyerangan yang dibentuk oleh pemerintah suatu negara untuk mempertegas kebijakan domestik dan

luar negeri pemerintah. Dalam tugasnya, militer tidak lepas dari aktivitas perencanaan dan penerapan

ilmu-ilmu militer untuk mencapai tujuan tertentu yang disebut operasi militer (Glantz, 1991). Operasi

militer merupakan konsep dan penerapan ilmu militer untuk merencanakan manuver pasukan sesuai

ketentuan, pelatihan dan tujuan dilakukan operasi tersebut. Untuk menunjang keberhasilan sebuah

operasi militer diperlukan perencanaan yang matang dalam rencana strategi maupun kondisi fisik

personel yang akan terlibat dalam kegiatan operasi. Secara fisik, personel militer dituntut untuk mampu

bertahan dalam berbagai kondisi yang akan mempengaruhi fisiknya, termasuk adanya kemungkinan

aktivitas fisik intensitas tinggi hingga intensitas maksimal. Dalam tugas militer, personel mungkin akan

mengalami aktivitas fisik intensitas moderat hingga intensitas tinggi,

26

ditambah dengan membawa beban dari perlengkapan yang dibawa, namun waktu pemulihan yang

tersedia sangat terbatas. Personel militer dituntut untuk dapat bertahan dalam kondisi tersebut dalam

satu waktu (Van Dijk, 2009) sehingga kondisi fisik dan kebugaran personel merupakan syarat yang

harus dipenuhi bagi personel militer dalam menjalankan tugas. Salah satu kebugaran yang harus

dipenuhi adalah kebugaran kardiorespirasi. Karena perseonel militer dituntut memiliki kebugaran

yang tinggi, diperlukan program pelatihan fisik yang mampu meningkatkan kebugaran personel

termasuk kebugaran kardiorespirasi.

Infanteri merupakan unit tempur darat yang merupakan pasukan berjalan kaki, dilengkapi

persenjataan ringan, dilatih dan dipersiapkan untuk pertempuran jarak dekat (English &

Gudmundsson, 1994). Pasukan infanteri modern pada umumnya dapat diangkut ke daerah

pertempuran menggunakan sarana transportasi militer pendukung seperti pesawat terbang, kapal

atau perahu, truk, kendaraan lapis baja, atau helikopter. Batalyon Infanteri atau YONIF merupakan

satuan dasar tempur pasukan infanteri Tentara Nasional Indonesia (TNI). Batalyon Infanteri

memiliki program pelatihan fisik dan pelatihan tempur yang menjadi rutinitas untuk memelihara

dan meningkatkan kemampuan tempur personelnya.

METODE

Metode yang digunakan dalam studi ini didasarkan pada asumsi bahwa siswa DIKMA

adalah individu yang belum mendapatkan perlakuan program pelatihan dari TNI namun telah

memenuhi standar rekrutmen TNI sehingga kondisi fisik seluruh siswa DIKMA pada awal

pendidikan dianggap sama dan homogen. Asumsi lain bahwa seluruh personel YONIF pernah

melalui tahap pendidikan pertama sebelum ditugaskan dan menjadi bagian dalam sebuah batalyon

tertentu, sehingga seluruh personel YONIF memiliki kronologi karir dan mengalami fenomena

aktivitas fisik yang relatif sama dan memungkinkan kondisi fisik yang homogen. Unit eksperimen

yang digunakan dalam studi ini adalah 22 orang siswa DIKMA TNI AL berusia 19-22 tahun (Putra

& Haridito, 2013) dan 22 orang personel YONIF Raider TNI AD (Putra & Purwanto, 2015) berusia

22-29 tahun yang semuanya dipilih secara acak. Kriteria inklusi bagi unit eksperimen siswa

DIKMA (Putra & Haridito, 2013) adalah 1) Merupakan siswa yang baru lulus seleksi penerimaan

prajurit TNI. 2) Berusia 19-22 tahun. 3) Berjenis kelamin laki-laki. 4) Tidak melakukan aktivitas

fisik intensitas tinggi tiga hari sebelum pengambilan data. Kriteria inklusi bagi unit eksperimen

personel YONIF (Putra & Purwanto, 2015) adalah 1) Berusia 22-29 tahun. 2) Berjenis kelamin laki-

laki. 3) IMT normal (18,5-25 kg/m2). 4) Tidak mengonsumsi teh atau kopi tiga hari sebelum hari

pengambilan data. 5) Tidak memiliki masalah atau gangguan saluran pencernakan. 6) Tidak

memiliki alergi terhadap bahan yang terkandung dalam teh. 7) Tidak melakukan aktivitas fisik

intensitas tinggi tiga hari sebelum pengambilan data.

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan VO2Max adalah membandingkan antara nilai

VO2Max dari 22 orang personel YONIF dengan nilai VO2Max 22 orang siswa DIKMA yang masih

dalam masa awal pendidikan. VO2Max diperiksa dengan menggunakan instrumen beep test, yaitu

tes lari bolak balik sejauh 20 meter mengikuti isyarat audio. Capaian level dan balikan yang berhasil

ditempuh kemudian dikonversi menggunakan tabel VO2Max untuk mendapatkan nilai angka

VO2Max (Leger & Lambert, 1982). Data dari masing-masing kelompok kemudian dianalisis

dengan uji t independen.

Analisis MDA serum didasarkan pada studi sebelumnya (Putra & Purwanto, 2015) yang

mempelajari pengaruh seduhan teh hijau terhadap stres oksidatif pada personel YONIF, yaitu dengan

27

membandingkan kadar MDA dalam serum darah pada personel YONIF yang dibagi menjadi 2

kelompok, kelompok yang memperoleh suplementasi antioksidan berupa 2 gram teh hijau yang

diseduh dalam 250 ml air mineral (seduhan teh hijau) (K1) dan kelompok kontrol (K0) yang

memperoleh 250 ml air mineral. Kedua bahan tersebut dikonsumsi 2 jam sebelum melakukan

aktivitas fisik maksimal dalam bentuk beep test. Pengambilan sampel darah dilakukan 30 menit

setelah melakukan beep test dan sampel darah kemudian diproses dengan metode sentrifugasi untuk

mendapatkan serum. Pemeriksaan MDA menggunakan pereaksi thiobarbituric acid (TBA) dengan

metode colorimetri. Kadar MDA dalam serum diperiksa menggunakan spectrophotometry dengan

panjang gelombang 532 nm (Janero, 1990). Analisis statistik yang digunakan untuk

membandingkan kadar MDA serum kedua kelompok adalah uji t independen.

HASIL

Tabel 1: Hasil Analisis VO2Max

Kelompok Rerata VO2Max Std. Error Rerata F p

DIKMA 36,568 0,6059 3,309 0,282

YONIF 37,782 0,9337

Tabel 2: Hasil Analisis MDA

Kelompok Rerata MDA Std. Error Rerata F p

K1 938,2727 33,53840 0,699 0,510

K0 965,0000 21,49841

(Putra & Purwanto, 2015)

Setelah dilakukan analisis statistik, tampak bahwa nilai F pada kedua kelompok uji VO2Max

maupun MDA lebih dari 0,05 yang berarti secara statistik varian antar kedua kelompok pada kedua

variabel uji adalah homogen. hasil pemeriksaan VO2Max menunjukkan bahwa VO2Max personel

YONIF (37,78 ml×kg-1

×min-1

) lebih tinggi dari VO2Max siswa DIKMA (36,56 ml×kg-1

×min-1

)

yang masih dalam masa awal pendidikan, namun hasil uji t independen didapati p>0,05 sehingga

perbedaan keduanya tidak bermakna. Hasil pemeriksaan Kadar MDA serum (Putra & Purwanto,

2015) pada K1 (938,27 ng/mL) lebih rendah dibandingkan dengan K0 (965 ng/mL), namun hasil uji

t independen didapati p>0,05 sehingga perbedaan keduanya tidak bermakna.

PEMBAHASAN

Hasil analisis VO2Max menunjukkan bahwa nilai VO2Max personel YONIF tidak berbeda

bermakna dengan nilai VO2Max siswa DIKMA yang masih dalam masa awal pendidikan. Hal

tersebut bisa terjadi karena program pelatihan fisik personel YONIF tidak hanya menekankan pada

daya tahan kardiorespirasi saja, namun keseluruhan aspek yang dibutuhkan dalam pertempuran

seperti kekuatan, daya ledak otot, kelincahan, dan daya tahan otot. Selain pelatihan aspek fisik dan

biomotor, batalyon infanteri juga memiliki program pelatihan tempur untuk meningkatkan keahlian

tempur personelnya seperti menembak, survival, dan beladiri. Keseluruhan pelatihan tersebut

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan personel dan menunjang berbagai misi dan operasi

militer. Daya tahan kardiorespirasi hanya merupakan bagian dari keseluruhan pelatihan militer dan

dapat dilatih secara individu ketika mempersiapkan diri untuk sebuah tugas tertentu. Berdasarkan

hasil studi MDA (Putra & Purwanto, 2015) didapati bahwa kadar MDA serum kelompok yang

28

menerima suplementasi antioksidan berupa seduhan teh hijau dan kelompok yang menerima air

mineral tidak berbeda bermakna. Hal ini bisa disebabkan karena personel YONIF merupakan

individu terlatih yang memiliki jadwal pelatihan fisik yang rutin dan teratur. Pelatihan fisik yang

dilakukan secara rutin dapat menjadikan tubuh lebih terampil dalam memroduksi antioksidan

endogen (Azizbeigi, Stannard, Atashak, & Mosalman Haghighi, 2014), sehingga jumlah

antioksidan endogen personel YONIF cukup untuk menangkal radikal bebas yang terbentuk dari

aktivitas fisik intensitas tinggi. Oleh karena itu, untuk menjalankan tugas di lapangan tubuh

personel YONIF telah siap menghadapi kemungkinan beban aktivitas fisik hingga intensitas

maksimal tanpa mengalami penurunan performa yang disebabkan oleh stres oksidatif karena dalam

tubuh personel YONIF telah tersedia cukup antioksidan endogen, dan tubuh personel YONIF telah

terampil dalam memroduksi antioksidan endogen untuk mengimbangi senyawa radikal yang

dihasilkan ketika aktivitas fisik intensitas tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan VO2Max dan analisis kadar MDA serum pada personel

YONIF, dapat disimpulkan bahwa nilai VO2Max personel YONIF relatif sama dengan VO2Max

siswa yang baru lulus seleksi penerimaan prajurit TNI dan akan menjalani pendidikan pertama

(DIKMA). Program pelatihan fisik dan rutinitas dalam YONIF Raider mungkin tidak meningkatkan

atau mempertahankan tingkat VO2Max personel, namun dapat meningkatkan kadar antioksidan

endogen sehingga tubuh personel YONIF tahan terhadap radikal bebas dan mampu menangkal stres

oksidatif yang terjadi ketika aktivitas fisik mencapai intensitas tinggi bahkan maksimal.

SARAN

Studi ini didasarkan pada asumsi bahwa tiga matra TNI memiliki program pelatihan fisik

dalam pendidikan pertama yang relatif sama dan hampir semua batalyon infanteri korps Raider

memiliki program pelatihan fisik yang relatif sama pula. Belum jelas apakah hasil studi ini dapat

digeneralisasikan untuk batalyon infanteri korps lain dan perlu dilakukan studi lanjutan untuk

membuktikan hal tersebut. Beberapa faktor keterbatasan membuat variabel usia, tinggi badan dan

berat badan pada unit eksperimen yang digunakan dalam pemilihan personel YONIF tidak

terkontrol dan memiliki rentang yang cukup besar. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk

studi serupa yang akan dilaksanakan sehingga pada studi selanjutnya diharapkan peneliti dapat

mengontrol semua variabel yang berpengaruh terhadap hasil.

PUSTAKA

Azizbeigi, K., Stannard, S. R., Atashak, S., & Mosalman Haghighi, M. (2014). Antioxidant

enzymes and oxidative stress adaptation to exercise training: Comparison of endurance,

resistance, and concurrent training in untrained males. Journal of Exercise Science and

Fitness, 12(1), 1–6. https://doi.org/10.1016/j.jesf.2013.12.001 Brandes, R. P., Weissmann, N., & Schröder, K. (2014). Nox family NADPH oxidases: Molecular

mechanisms of activation. Free Radical Biology and Medicine, 76, 208–226.

https://doi.org/10.1016/j.freeradbiomed.2014.07.046 Caine, K. W., & Garfinkel, P. (1999). The Male Body - Buku Pintar Kesehatan Pria. Batam:

Interaksara. Dlugosz, E. M., Chappell, M. A., Meek, T. H., Szafrańska, P. A., Zub, K., Konarzewski, M., …

29

Garland, T. (2013). Phylogenetic analysis of mammalian maximal oxygen consumption during

exercise. Journal of Experimental Biology, 216(24). English, J. A., & Gudmundsson, B. I. (1994). The Military Profession series. London: Praeger

Publishers. Foss, M. L., & Keteyian, S. J. (1998). Fox’s Physiological Basis for Exercise and Sport (6th ed.).

USA: WCB/McGraw-Hill Companies.

Gaweł, S., Wardas, M., Niedworok, E., & Wardas, P. (2004). [Malondialdehyde (MDA) as a lipid

peroxidation marker]. Wiadomosci Lekarskie (Warsaw, Poland : 1960), 57(9–10), 453–5.

Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15765761 Glantz, D. M. (1991). Soviet Military Operational Art: In Pursuit of Deep Battle. London, Portland:

Frank Cass. Grimsrud, P. A., Xie, H., Griffin, T. J., & Bernlohr, D. A. (2008). Oxidative stress and covalent

modification of protein with bioactive aldehydes. The Journal of Biological Chemistry,

283(32), 21837–41. https://doi.org/10.1074/jbc.R700019200 Halliwell, B. (1987). Oxidative damage, lipid peroxidation and antioxidant protection in

chloroplasts. Chemistry and Physics of Lipids, 44(2), 327–340. https://doi.org/10.1016/0009-

3084(87)90056-9 Halliwell, B. (2006). Reactive species and antioxidants. Redox biology is a fundamental theme of

aerobic life. Plant Physiology, 141(2), 312–322. https://doi.org/10.1104/pp.106.077073 Harjanto. (2003). Petanda Biologis Yang Mempengaruhi Derajat Stres Oksidatif Pada Latihan

Olahraga Aerobic Sesaat. Program Pasca Sarjana FK Unair. Hayyan, M., Hashim, M. A., & AlNashef, I. M. (2016). Superoxide Ion: Generation and Chemical

Implications. Chemical Reviews, 116(5), 3029–3085.

https://doi.org/10.1021/acs.chemrev.5b00407

Janero, D. R. (1990). Malondialdehyde and thiobarbituric acid-reactivity as diagnostic indices of

lipid peroxidation and peroxidative tissue injury. Free Radical Biology & Medicine, 9(6), 515–

40. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2079232 Lamina, S., Ezema, C., Theresa, A., & Anthonia, E. (2013). Effects of Free Radicals and

Antioxidants on Exercise Performance. Oxidants and Antioxidants in Medical Science, 2(2),

83–91. https://doi.org/10.5455/oams.010413.rv.005 Leger, L. A., & Lambert, J. (1982). A Maximal.Multistage 20-m Shuttle Run Test to Predict VO2

max*. Eur J Appl Physiol, 49, 1–12. Retrieved from

http://www.sportexperts.org/publication/56.pdf Léger, L. A., Mercier, D., Gadoury, C., & Lambert, J. (1988). The multistage 20 metre shuttle run

test for aerobic fitness. Journal of Sports Sciences, 6(2), 93–101.

https://doi.org/10.1080/02640418808729800 Lin, X., Zhang, X., Guo, J., Roberts, C. K., McKenzie, S., Wu, W.-C., … Song, Y. (2015). Effects

of Exercise Training on Cardiorespiratory Fitness and Biomarkers of Cardiometabolic Health:

A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Journal of the

American Heart Association, 4(7), e002014. https://doi.org/10.1161/JAHA.115.002014 MacInnis, M. J., & Gibala, M. J. (2016). Physiological adaptations to interval training and the role

of exercise intensity. The Journal of Physiology. https://doi.org/10.1113/JP273196 Powers, S. K., & Jackson, M. J. (2008). Exercise-induced oxidative stress: cellular mechanisms and

impact on muscle force production. Physiological Reviews, 88(4), 1243–76.

30

https://doi.org/10.1152/physrev.00031.2007 Putra, K., & Haridito, I. (2013). Pengaruh Program Pelatihan Fisik Militer Terhadap Peningkatan

Vo2max Siswa Pendidikan Pertama Tamtama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Studi di

Puslatdiksarmil Kobangdikal Surabaya). Jurnal Kesehatan Olahraga, 1(1). Retrieved from

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-kesehatan-olahraga/article/view/1922/baca-artikel Putra, K., & Purwanto, B. (2015). Personel Militer Sebagai Individu Terlatih Tidak Membutuhkan

Suplementasi Antioksidan Tambahan. Jurnal Ilmu Kesehatan Olahraga Indonesia, 1(4). Sherwood, L. (2015). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. (D. R. Herman Octavius Ong,

Albertus Agung Mahode, Ed.) (8th ed.). Jakarta: EGC. Treacher, D. F., & Leach, R. M. (1998). Oxygen transport-1. Basic principles. BMJ (Clinical

Research Ed.), 317(7168), 1302–6. Retrieved from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9804723

Van Dijk, J. (2009). Chapter 3 – COMMON MILITARY TASK: MARCHING (RTO-TR-HFM-080).

Utrecht, NETHERLANDS. Retrieved from

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?rep=rep1&type=pdf&doi=10.1.1.214.8896

31

Diterbitkan Oleh: