Seminar Kewarganegaraan
-
Upload
rahayu-prasetyo -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
Transcript of Seminar Kewarganegaraan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
yang berjudul “Aplikasi HAM dalam Keperawatan”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari
jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.
Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan karya makalah
kami selanjutnya.
Semarang, Maret 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan
kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas. Setiap
manusia mempunyai hak asasi untuk berbuat, menyatakan pendapat, memberikan
sesuatu kepada orang lain dan menrima sesuatu dari orang lain atau lembaga
tertentu. Hak tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang. Dalam menuntut suatu hak,
tanggung jawab moral sangat diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan
yangmerupakan kontrak sosial, baik tesurat maupun yang tersirat, sehingga segala
sesuatunya dapat memberikan dampak positif.
Semakin baik kehidupan seseorang atau masyarakat, semakin perlu pula
pemahaman tentang hak-hak tersebut agar terbentuyk sikap saling menghargai
hak-hak orang lain dan tercipta kehidupan yang damai dan tentram.
Hak-hak pasien dan perawat pada prinsipnya tidak terlepas pula dengan hak-hak
manusia atau lebih dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi manusia tidak tanpa
batas dan merupakan kewajiban setiap negara/pemerintah untuk menentukan
batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi dengan
mengutamakan kepentingan umum.
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan
adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman,
efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka
masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk
mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan
etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan
kesehatan.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat
untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian
lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan
semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui hak perawat dan hak pasien
2. Mengetahui dampak yang akan terjadi jika hak pasien tidak terpenuhi
3. Mengetahui solusi pemecahan masalah jika hak pasien tidak terpenuhi
BAB II
PEMBAHASAN
Hak Pasien adalah hak yang dimiliki pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan kesehatannya. Pada
konstitusi WHO tertulis Health is fundamental human right mengandung arti
kewajiban menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini
melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai
investasi. Dalam UUD 1945 pasal 28A yang berbunyi “Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Hal itu
mengimplementasikan disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Hak pasien menurut Undang-Undang kesehatan nomor 23/1992 dalam BAB
penjelasan dari pasal 53 ayat 2, hak pasien meliputi :
1. Hak untuk memperoleh informasi
2. Hak untuk memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedoteran
4. Hak atas pendapat kedua
Informasi yang berhak diterima pasien antara lain informasi mengenai:
penyakit yang diderita, tindakan medik yang hendak dilakukan, informasi
obat, kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya, prognosanya, serta perkiraan biaya pengobatan.
Hak memberikan persetujuan maksudnya bahwa pasien berhak memberikan
ijin ataupun menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. Pasien juga berhak mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri setelah memperoleh
informasi yang jelas mengenai penyakitnya.
Rahasia kedokteran bisa berupa kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya, dan privasinya. Sedangkan hak mendapatkan second
opinion (pendapat kedua) memberikan kebebasan kepada pasien untuk
berkonsultasi kepada dokter atau tenaga kesehatan kompeten lainnya.
Apabila pasien mendapatkan obat untuk proses terapinya, maka mereka juga
berkedudukan sebagai konsumen obat yang mendapatkan hak-haknya menurut
Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Hak konsumen menurut pasal 5
UU Perlindungan Konsumen adalah:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa, serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta
jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, serta tidak
diskriminatif
8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya.
Pasien yang datang ke apotek untuk membeli obat atau menebus resep, dengan
demikian memiliki hak-haknya secara hukum baik sebagai pasien maupun
sebagai konsumen. Olehkarena itu sudah menjadi kewajiban dari farmasis di
apotek untuk dapat memenuhinya, sebagaimana telah diatur dalam Undang-
Undang Kesehatan no 23/1992, yang menyatakan bahwa “Tenaga kesehatan
dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien”.
KASUS
Seorang ibu datang ke klinik bersama seorang pemuda yang berwajah tirus. Jaket
tebalnya terlihat seperti membenamkan badannya yang kurus. Wajah si ibu
tampak seperti orang yang kebingungan. Sedangkan pemuda yang selalu berada di
sisi ibu tadi tampak memandang sekeliling dengan tatapan mata yang kosong.
Mereka berdua terlihat kebingungan ketika memasuki klinik ini.
Melihat situasi yang sudah biasa terjadi ini, seorang perempuan muda berseragam
perawat datang menyambut dengan ramah sembari menanyakan maksud
kedatangan mereka berdua. Dengan sedikit ragu sang ibu menjelaskan tentang
kondisi anaknya, si pemuda yang sedari tadi masih menatap nanar dinding klinik
yang penuh dengan berbagai macam poster.
Sekilas tersirat rona keraguan dari tatapan mata si ibu sambil memandang dengan
tatapan penuh harap kepada perawat yang ramah tadi. Emosi tertahan yang
sebenarnya bergejolak di dalam pikirannya mengenai solusi terbaik yang bisa
diberikan kepada anaknya.
Si ibu mulai cair, ketika mengawali cerita tentang anaknya yang satu bulan yang
lalu dirawat di rumah sakit. Perawat mendengarkan dengan seksama semua
penuturan ibu sembari mempersilakan ibu untuk masuk dan duduk di ruangan
konsultasi yang ukurannya tidak melebihi sebuah pos kamling. Walaupun kecil,
ruangan ini cukup nyaman dengan sebuah sofa sudut dan satu unit AC setengah
PK yang menyejukkan ruangan.
Memasuki ruangan yang nyaman tersebut, tanpa ragu si ibu segera merebahkan
diri di sofa diikuti oleh anaknya yang tirus. Dengan perasaan lebih lega, si ibu
mulai menceritakan bagaimana awal mula cerita tentang anaknya.
Ibu memulai cerita ketika anaknya yang merupakan anak kost di ibukota, mulai
merasakan panas badan yang naik turun. Kejadian tersebut telah berlangsung
selama satu minggu. Sang anak kemudian berinisiatif berobat ke dokter di rumah
sakit. Petugas kesehatan di sana memutuskan untuk merawat pemuda ini. Setelah
menjalani beberapa hari perawatan, kondisinya makin membaik. Namun dokter
yang merawat menaruh kecurigaan setelah melihat banyak sekali tattoo yang ada
di tubuh pemuda tirus tadi. Dugaan thypoid mulai mengarah kepada dugaan
AIDS.
Dengan kreatifitas yang tinggi, sang dokter memerintahkan perawat untuk
mengambil sampel darah pemuda tirus tadi dan membawa ke laboratorium di RS
tersebut untuk dilakukan pemeriksaan antibodi HIV. Tidak berselang lama,
hasilnya sudah keluar dan langsung diserahkan kepada dokter yang merawat.
Pada saat kunjungan pagi berikutnya, sang dokter mengatakan kepada pemuda
tirus yang masih dirawat di bangsal bahwa hasil tes antibodi HIV menunjukkan
hasil yang reaktif, artinya si pemuda tirus tadi terbukti positif HIV.
Pada saat diberikan informasi tersebut, ada beberapa kerabat dan teman yang
sedang datang berkunjung. Kontan mereka mengernyitkan dahi dan beberapa
saling berbisik. Sementara si pemuda sedang mengupas apel dengan sebulah pisau
dapur di tangan kanannya.
Bagaikan disambar geledek di siang bolong, wajah pemuda tirus ini langsung
pucat pasi. Hampir saja jari tangannya teriris pisau dapur yang sedianya untuk
mengupas apel. Wajahnya yang tirus menjadi bertambah pasi. Bingung, depresi,
frustasi marah dan banyak perasaan tidak nyaman bercampur menjadi satu
bergulat dalam benaknya.
Sang dokter segera bergegas meninggalkan bangsal, merasa tugasnya sebagai
penyampai berita telah selesai.Namun masalah belum selesai. Yang terjadi
sebenarnya adalah masalah baru saja dimulai.
Sang ibu segera membawa pemudanya pulang kembali ke kota kelahirannya di
Bandung. Perasaan bingung seorang ibu ketika menyaksikan bahwa anaknya yang
amat dia sayangi tervonis HIV sungguh amat memilukan. Namun ibu sadar,
bahwa penyesalan dan kesedihan yang berkepanjangan tidak akan menyelesaikan
masalah. Dengan tekad bulat, si ibu berusaha semaksimal mungkin mencari
informasi tentang tempat layanan HIV, dan sampailah ibu dan pemuda tirus tadi
ke klinik ini.
Perawat yang ramah tadi segera memanggil dokter agar dapat melakukan
konsultasi lebih lanjut. Dokter segera datang menyambut keduanya dengan sapaan
yang melegakan. Perasaan ibu dan pemuda menjadi semakin lega.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setiap manusia memiliki HAM yang sudah ada sejak dia lahir, begitu juga
seorang pasien memiliki hak yang harus dipenuhi oleh tenaga medis, salah
satunya adalah hak untuk mempertahankan hidup, hak mendapatkan kesejahteraan
diri, serta hak untuk mengemukakan pendapatnya jika terdapat keganjalan dalam
pelayanan medis. Hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia khususnya pada
pasien harus dijunjung tinggi agar kesejahteraan manusia terpenuhi.
APLIKASI HAM
DALAM ILMU KEPERAWATAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing Ns. Susana Widyaningsih S.Kep
Disusun Oleh :
1. RAHAYU RAHMAWATI
2. ARIF TRI SUBEKTI
3. FITRIANA ANDARWATI
4. RISTY ARDHILA
5. VISTA ANASARI
6. MAMRIAH DARWIS
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO