Seminar Kejang Demam Selesai

59
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOR KEJANG DEMAM PADA An.D DI RUANG DAHLIA RSUD DR.H. SOEWONDO KENDAL Disusun Oleh : Dewi Syarifatul Muhammad Ali Zema Maksalmina PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN-PEKALONGAN 2014

description

Seminar Kejang Demam Selesai

Transcript of Seminar Kejang Demam Selesai

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOR

KEJANG DEMAM PADA An.D DI RUANG DAHLIA RSUD DR.H. SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :Dewi Syarifatul

Muhammad Ali

Zema MaksalminaPROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN-PEKALONGAN

2014BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu tubuh meningkat. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita demam kejang pada kenaikan suhu tertentu. Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada lepasnya muatan listrik yang berlebihan disel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak dan keadaan ini harus segera mendapatkan penanganan medis secara tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya komplikasi antara lain : Depresi pusat pernafasan, Pneumonia aspirasi, cedera fisik dan retardasi mental. Selain dampak biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam keadaan ini klien akan merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya akibat adanya kejang demam.Kejang demam menurut (Mansjoer 2007, h.434) menyebutkan bahwa kejang demam dapat di klasifiksikan menjadi dua golongan, yaitu kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau meltiple (lebih dari 1 kali kejang dala 24 jam.

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki.Di Amerika Serikat, kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Diantaranya, sekitar 70-75% hanya mengalami kejang demam sederhana, yang lainnya sekitar 20-25% mengalami kejang demam kompleks, dan sekitar 5% mengalami kejang demam simtomatik. Kejang demam tergantung pada usia, dan jarang terjadi sebelum usia 9 bulan dan setelah usia 5 tahun. Puncak terjadinya kejang demam yaitu pada usia 14 sampai 18 bulan, dan angka kejadian mencapai 3-4% anak usia dini. Di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti (Selamihardja, 2001). Di Indonesia pada tahun 2006 kejang demam termasuk sebagai lima penyakit anak terpenting di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 7,4%, meningkat pada tahun 2008 dengan kejadian kejang sebesar 22,2% (RSCM, 2008).

BAB II

KONSEP TEORIA. PENGERTIAN

Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) (Sukarmin 2009, h.53). Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ngastiyah 2005, h.165). Kejang demam merupakan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neural yang abdnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz&Sowden 2002, h.67).

Dari ketiga pengertian dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B. ETIOLOGI

Kondisi yang dapat menyebabkan kejang antara lain : infeksi yang mengenai jaringan ekstra kranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis (Sukarmin 2009, h.53).

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita kejang demam:

1. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38o C

2. Timbulnya kejang yang bersifat tonik klonik, klonik, tonik, fokal atau akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan persyarafan.

3. Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan, cahaya (penurunan kesadaran)

Kejang demam menurut Living Stone juga dapat kita jadikan pedoman untuk menentukan manifestasi kilinis kejang demam :

1. Umur anak saat kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari 15 menit

3. Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh seperti pada oto rahng saja)

4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan sistem persyarafan sebelum dan sesudah kejang tidak ada kelainan

6. Pemeriksaan elektro encephaloghrapy dalam kurun waktu satu minggu atau lebih setelah suhu normal tidak di jumpai kelainan

7. Frekuensi kejang dalam waktu satu tahun tidak lebih dari 4 kali (Sukarmin 2009, hh. 53-54 ).

D. PATOFISIOLOGI

Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.

Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan di respon hipotalamus dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot

Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan di sertai pengeluaran meediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang di duga dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.

Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan napas oleh penutupan lidah dan spasma bronkus (Sukarmin 2009, hh. 54-55 ).

E. PATHWAY

Terlampir

F. KOMPLIKASI

Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.

Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam :

a. Pneumonia aspirasi

b. Asfiksia

c. Retardasi mental

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. DarahGlukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)BUN:Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

Elektrolit:K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )Natrium ( N 135 144 meq/dl ).

b. Cairan Cerebro Spinal

Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.

c. Skull Rayi

Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

d. Tansiluminasi

Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

e. EEG

Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.

f. CT Scan

Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :1. Pemberantasan kejang secepat mungkin

Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :

Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

a. Segera diberikan diazepam intravena ( dosis rata-rata0,3 mg/kg

Atau

diazepam rectal

dosis ( 10 kg : 5 mg

bila kejang tidak berhenti

10 kg : 10 mg ( Tunggu 15 Menit).

Dapat diulang dengan cara/dosis yang sama kejang berhenti berikan dosis awal fenobarbital

dosis : neonatus:30 mg I.M

1 bulan 1 tahun:50 mg I.M

( 1 tahun:75 mg I.M

Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis pemulihan.

2. Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :

a. Semua pakaian ketat dibuka

b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambungc. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen

d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

3. Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.

Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :

a. Profilaksis intermittenUntuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan pada anak bila menderita demam lagi

b. Profilaksis jangka panjangGunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.4. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll (Ngastiyah 2005, h.168).Cara pemberian obat :a. Diazepam rektal 5 mg, atau10 mg, maksimal 2 kali, interval 5-10 menit.

b. Diazepam IV maksimal sekali pemberian 10 mg dengan kecepatan 2 mg/menit, dapat diberikan 2-3 kali dengan interval 5 menit.

c. Fenitoin IV dosis inisial maksimum adalah 1.000 mg (30 mg/kgBB). Sediaan IV diencerkan dengan 1 ml NaCL 0,9% per 10 mg. Kecepatan pemberian IV maksimum 50 mg/menit.

d. Fenobarbital IV dosis inisial maksimum 600 mg (30 mg/kgBB). Kecepatan pemberian maksium 30 mg/menit.

e. Midazolam IV bolus 0,2 mg/kgBB (perlahan), kemudian drip 0,02-0,4 mg/kg/jam. Rumatan Fenitoin dan Fenobarbital tetap diberikan. Menurut (Sukarmin 2009, hh. 56-57 ) penatalaksanaan pada pasien dengan kejang demam selama di rumah sakit dan di rumah adalah sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan di Rumah Sakit

Penatalaksanaan yang dilakukan saat pasien di Rumah Sakit antara lain:

a. Saat timbul kejang maka penderita di berikan di anak diazepam IV secara perlahan dengan panduan dosis untuk BB yang kurang dari 10 kg dosisnya 0,5-0,75 mg per kg BB, di atas 20 kg 0,5 mg per kg BB

b. Pembebasan jalan napas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring, pakaian di longgarkan dan penghisapan lendir. Bila tidak membaik dapat dilakukan intubasi endotrakel atau trakeostomi.

c. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan

d. Pemberian cairan IV untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan dalam pemberian terapi IV. Dalam pemberian terapi IV pemantauan intake dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan karena pada penderita yang beresiko terjadinya peningkatan TIK kelebihan cairan dapat memperberat penurunan kesadaran pasien

UMURBB KGKEBUTUHAN CAIRAN PER KG BB

0-3 hari3150

3-10 hari3,5125-150

3 bulan5140-160

6 bulan7135-155

9 bulan8125-145

1 tahun9120-135

2 tahun11110-120

4 tahun16100-110

6 tahun2085-100

10 tahun2870-85

14 tahun3550-60

e. Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan metode konduksi yang perpindahan panas dari derajat yang tinggi (suhu tubuh) ke benda yang mempunyai derajat lebih rendah (kain kompres)

f. Apabila terjadi peningkatan TIK maka perlu di berikan obat-obatan untuk mengurangi edeme otak seperti deksametason 0,5 sampai 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik

g. Untuk pengobatan rumatan setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian diazepam , maka perlu di berikan obat fenobarbital dengan dosis awal 30mg pada neonatus, 50mg pada anak usia 1 bulan samapai satu tahun, 75mg pada anak usia 1 tahun ke atas dengan tekhnik pemberian IM

h. Pemeriksaan leukosit, foto rontgen, pemeriksaan kultur jaringan, pemeriksaan gram bakteri serta pemeriksaan penunjang lain untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi.

2. Penatalaksanaan di Rumah

Karena penyakit kejang demam sulit di ketahui kapan munculnya, maka orang tua atau pengasuh anak perlu di beri bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain:

a. Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman seperyi di lantai yang di beri alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda berbahaya seperti gelas, pisau.

b. Posisi kepala anak hiperekstensi, pakaian di longgarkan. Kalau takut lidah anak menekuk atau tergigit mka di berikan tong spatel yang di bungkus dengan kasa atau kain, kalau tidak ada dapat di berikan sendok makan yang di balut dengan kasa atau kain bersih

c. Fentilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu di buka supaya terjadi pertukaran oksigen lingkungan.

d. Kalau anak mulutnya masih dapat di buka sebagai pertolongan awal dapat di berikan antipiretik seperti aspirin dengan dosis 60mg pertahun perkali (maksimal sehari 3 kali)

e. Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh di rumah menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) sehingga saat serangan kejang anak dapat di berikan jika tidak tersedia segera anak di bawa ke rumah sakit.BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Tempat Praktek

: Ruang Dahlia RSUD DR.H.Soewondo KendalTanggal praktek

: 31 Maret 2014 -12 April 20141. IDENTITAS DATA

Nama

: An. DAlamat

: Patebon 04/02 KendalTTL

: Kendal, 8 Januari 2009Agama

: Islam

Usia

: 4 tahunSuku bangsa

: IndonesiaNama Ayah/Ibu: Tn. KPendidikan Ayah : WirausahaPekerjaan Ayah : SMAPendidikan ibu: SMAPekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga

2. KELUHAN UTAMA

Pasien panas, suhu : 40,6 C.3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sebelum dibawa kerumah sakit pasien habis pulang dari bermain tiba-tiba pasien panas tinggi sampai mengalami kejang kurang lebih 10 menit, batuk-batuk, muntah-muntah. Akhirnya keluarganya memutuskan untuk membawa pasien di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 3 April 2014 pada pukul 08.30 didapatkan data suhu : 40,6 C, Rr : 34x/menit, Nadi : 108x/menit, kulit teraba hangat, batuk, ada bunyi ronkhi pada kedua lapang paru. Pasien dirawat diruang Dahlia HND untuk mendapatkan pengawasan oleh perawat secara berlanjut.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUDs : ibu pasien mengatakan bahwa pada waktu kecil kurang lebih pada umur 3 tahun pasien mengalami kejang-kejang untuk pertama kali selama lima menit , pasien sudah sering dirawat dirumah sakit dengan keluhan yang sama. Pasein sering diberi obat penurun panas pada saat panas meningkat. Pasien tidak pernah mengalami tindakan operasi. Pasien mendapatkan imunisasi lengkap, tidak ada riwayat elergi. Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau jatuh.5. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 1. Kemandirian dan bergaula. Menatap wajah

: vb. Menggapai mainan

: vc. Mengenal orang lain

: vd. Menunjuk benda

: ve. Melepas benda

: vf. Cuci tangan

: -g. Bermain kelompok

: -h. Memerintah atau mengkritik: vi. Tersenyum pada orang lain: vj. Makan sendiri

: vk. Melambaikan tangan

: vl. Menarik celana

: vm. Latihan BAK

: vn. Pamer

: v2. Motoirk halus

a. Refleksi anak

: v

b. Mengikuti gerakan

: v

c. Memasukkan kemulut

: v

d. Menjepit benda

: v

e. Membuka buku

: v

f. Membuka baju

: -g. Tulisan cakar ayam

: v

h. Membolak balik buku

: v

i. Meniru garis horisontal

: v

j. Meniru lingkaran

: v

k. Meniru silang

: v

l. Menulis nama depan

: -m. Menghitung benda 4

: -n. Menggambarkan 6 bagian : -3. Kognitif dan bahasa

a. Rospan wajah pada wajah : v

b. Celateh

: v

c. Tertawa atau menjerit

: v

d. Memahami kata tidak

: v

e. Meyebut mama atau papa : v

f. Memahami perintah 4-6 kata : v

g. Menyebut bagian tubuh

: v

h. Menyebut idetitas lengkap : -i. Menyebut bagian tubuh

: v

j. Menanyakan arti

: v4. Motorik kasar

a. Menggangkat kepala dalam: vtengkup

b. dapat diubah dengan tegak: v

c. berguling

: v

d. duduk sendiri

: v

e. berjalan

: v

f. menendang

: v

g. melompat

: v

h. naik tangga

: v

kesimpulan perkembangan anak = perkembangan baik.6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA ( DISERTAI GENOGRAM ) Genogram :

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= Tinggal Serumah DS : ibu pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien dalam keluarganyaganya.

7. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON a. Pola persepsi kesehatan manajemen (pemeliharaan kesehatan) Ibu pasien mengatakan jika sakit pasien diperiksakan oleh keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Bidan, Puskesmas maupun ke Rumah sakit. Di rumah keluarga biasa menyediakan obat-obatan seperti obat penurun panas dan obat batuk pilek.

b. Pola metabolisme nutrisiIbu pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan nasi, sayur, buah, lauk pauk, dan sudah ada makanan pendamping, selama sakit pasien tetap makan nasi, sayur, ayam, tahu, tempe di rumah sakit.

c. Pola eliminasiIbu pasien mengatakan sebelum pasien BAB 1-2x se hari. BAK 6-7x/hari, selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna kekuningan, tidak ada lendir atau darah, BAK 4x/hari dengan warna khas urine.d. Pola aktivitas latihanIbu pasien mengatakan dalam pemenuhan kebutuhan seperti makan, minum, BAB-BAK, mandi, berpakaian pasien dibantu keluarga selama sakit pasien tampak lemah.e. Pola istirahat tidurIbu pasien mengatakan sebelum sakit passien tidur malam 10-12 jam, tidur siang 2-4 jam. selama sakit pasien tidur malam 8-10 jam tidur siang kurang lebih 2 jam. f. Pola persepsi kognitifIbu pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan pada pendengaran, penglihatan, pengecapan, pasien dapat membedakan orang yang dikenal dengan orang asing.g. Pola persepsi diriIbu pasien mengatakan pasien pengen cepat sembuh agar dapat bermain dengan teman-teman yang lain.h. Pola hubungan sosialIbu pasien mengatakan pasien suka bermain dengan keluarga, pasien sering bermain dengan teman-temannya disekolah.i. Pola seksualPasien berjenis kelamin perempuan. Genetalia pasien tidak ada kelainan.

j. Pola pemecahan masalah mengatasi strespasien diajak bermain untuk mengurangi stress akibat sakitnya.k. Sistem kepercayaan nilai-nilai

Ibu pasien mengatakan pasien dari keluarga yang beragama Islam. Keluarga pasien tidak mempercayai mitos-mitos sesuai kepercayaan orang dulu.

8. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI a. Diagnosa medik Kejang Demamb. Tindakan operasiTidak ada prosedur operasi yang harus dijalani pasien.

c. Status nutrisiA : BB = 15 Kg. panjang badan= 90 cm

B : WBC : 13,5x103, HGB : 12,3g/dL, MCV : 76,4 fL, RDW-SD : 39,1 fL.C : Turgor kulit baik.D : Pasien mendapatkan diet nasi.d. Status cairanIntake :

Pasien terpasang infuse RL 16 tpm.

Pasien mendapat terapi :Injeksi :

Cefotaxim 2x400 mg

Diazepam : 10 mg (Bila Kejang).

Ranitidin 3x25 mgOral :

Paracetamol 3x 30 mg Luminal : 3x30 mg Ibu pasien mengatakan pasien minum air putih 300 cc / hariOutput :

Ibu pasien mengataka passien BAB 1-2x/hari, BAK 150 cc

Kenaikan suhu

e. Obat-obatanInjeksi : Cefotaxim 2x225 mg

Diazepam : 10 mg (Bila Kejang).

Ranitidin 3x25 mg

Oral :

Paracetamol 3x 30 mg Luminal : 3x30 mg

Nebulizer (ventoline 3x 10 mg)

f. AktivitasAktivitas pasien terbatas seperti makan, minum, BAK, BAB, berpakaian dibantu oleh keluarga. Pasien selama sakit dalm aktivitas terbatas karena pasien terpasng infus, pasien sering tidur di atas tempat tidur

g. Tindakan keperawatan1) Melakukan terapi bermain dengan mewarnai gambar2) Memonitor TTV pasien3) Memonitor keadaan umum pasien4) Mengajarkan pemberian kompres hangat dan water tepid sponge

5) Memberikan penkes tentang kejang demamh. Hasil laboratoriumPemeriksaan hematologi tgl 3/4/2014 :Nilai Normal

Leukosit 13,5x 10^3/ulEritrosit 4,49x10^3/ul

Hemoglobin 12,3 g/dl

Hematokrit 34,3 %Trombosit 195x10^3 /ulEosinofil absolute 0,09 10^3/ul

Limfosit absolut 2.33 10^3/ul

Eosinofil 0,70 %Neutrofil 71.50 %MCV 76,4 fL, RDW-SD 39,1 fL.

4,0 11,0 10^3/ul

3,6 - 5,2 10^6/ul10,7 - 13,1 g/dl35 43 %150 450 x10^3 /ul0,045 - 0,44 10^3/ul0,9 - 5,2 10^3/ul2 4 %50 70 %80,0-100,0 Fl

35,0-56,0 fl

Pemeriksaan Elektrolit Darah tgl 3/4/2014:Nilai Normal

Natrium : 103,2Kalium : 2,65Calsium : 1,02 135-148 3,5-5,3

1,13-1,31

i. Hasil rontgen-

j. Data tambahan-9. PEMERIKSAAN FISIK a. TemperaturS : 40,6C

b. Denyut jantung/nadiN : 108 x/menit

c. Respiratori rate34x/menit

d. Tekanan darah-

e. Pertumbuhan BB = 15 Kg. panjang badan= 90 cm

f. Keadaan umum Keadaan umum pasien baik.g. Kepala

34 cm

h. Mata

I : Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor, reflek mata terhadap cahaya +/+, tidak ada odema periorbita.

i. Hidung

I : Lubang hidung simetris, tidak ada pembesaran polip, terdapat sekret.

P : Tidak ada benjolan abnormal.j. MulutMukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, sakit pada tenggorokan.k. Telinga

Telinga tampak bersih, tampak serumen pada telinga kanan dan kiri.

l. Tengkuk

Tidak ada kaku kuduk, tidak ada benjolan abnormal.

m. Dada

I : Bentuk dada simetris, tidak ada hiper/hipopigmentasi, konfigurasi 1: 2, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan.

n. Jantung

I: denyut ictus cordis tidak nampak

P: tidak ada pembesaran jantung, denyutan ictus cordis teraba kuat di ICS 5 midclavicula sinistra.

P: suara pekak, batas jantung jelas, tidak ada pembesaran jantung.A: Bunyi jantung I dan bunyi jantung II terdengar reguler, tidak terdengar suara jantung tambahan

o. Paru

I : Pengembangan kedua paru simetris, tidak ada jejas.

P : pengembangan kedua paru simetris

P : suara Sonor

A : Suara dasar Vesikuler, tidak terdapat suara paru tambahanp. Perut

I : perut cembung, Tidak ada pembesaran vena

A : Suara bising usus 22x/ menit

P : tidak ada asites

P : suara perkusi tympani

q. Punggung

Tidak ada dekubitusr. Genetalia

Genetalia tidak ada kelainan, pasien tidak dipasang kateter.

s. Ekstremitas

Tidak terdapat edema. Tangan kiri terpasang infus RL 16 tpm.

t. Kulit

kulit teraba hangat, tidak hiperpegmentasi.Jenis Kelamin anakRiwayat PersalinanRiwayat Imunisasi

perempuanIbu pasien mengatakan saat melahirkan anaknya (An. D) melalui persalinan normal pervaginam. Kehamilannya waktu itu sudah 40 minggu. Berat saat lahir 3000 gram.Ibu pasien mengatakan pasien mendapatkan imunisasi secara lengkap

Imunisasi yang sudah diberikan :

a. Vaksin BCG umur 1 bulan

b. Vaksin DPT umur 2,4 dan 6 bulan

c. Vaksin polio umur 0,2,4 dan 6 bulan

d. Vaksin hepatitis B umur 0,2,4 dan 6 bulan

e. Campak umur 9 bulan

B. ANALISA DATA No. TANDA DAN GEJALA PROBLEM ETIOLOGI

1

DS :

Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas Ibu pasien mengatakan di rumah mengalami kejang selama kurang lebih 10 menit.DO :

kulit kering kulit teraba hangat Suhu : 40,6 0C pasien tampak gelisah,Hipertermi

Proses Infeksi

2. DS :

Ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk tak berdahak.

DO :

Klien terlihat batuk terdengar suara ronkhi pada kedua lapang dada.

RR : 34 x/mntKetidakefektifan bersihan jalan napas akumulasi sekret.

3.DS :

Ibu pasien mengatakan panas pada anaknya masih panas.DO :

S :40,6C

Leukosit : 14,2 10^3/ul kulit teraba hangat mukosa keringResiko infeksi Masuknya agen patologi (bakteri, virus) dalam tubuh.

C. MASALAH KEPERAWATAN1. Hipertermi b.d. proses infeksi.2. ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. akumulasi sekret.

3. Infeksi b.d. Masuknya agen patogen (bakteri,virus) pada tubuh.

D. PRIORITAS MASALAH 1. Hipertermi b.d. proses infeksi.2. ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. akumulasi sekret.

3. Infeksi b.d. Masuknya agen patogen (bakteri,virus) pada tubuh.

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNoDx. KeperawatanTujuan, Kriteria,EvaluasiIntervensi keperawatanRasional

KeperawatanPrf

1.Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Suhu normal (36-37,50C)2. Akral teraba hangat

Observasi tanda-tanda vital.

Berikan kompres hangat pada pasien.

Anjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang menyerap keringat Batasi aktivitas selama anak panas

Kolaborasi pemberian obat antipiretika sesuai indikasi. Menentukan intervensi selanjutnya.

Dapat menurunkan suhu tubuh.

Dapat meningkatkan proses evaporasi dan mengurangi keringat berlebih.

Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas

Dapat menurunkan suhu tubuh.Dewi,ali,

zema

2.Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. akumulasi sekret.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam infeksi dapat teratasi dengan KH :

RR normal

tidak ada ronkhi

Batuk (-)

Observasi kecepatan, irama, dan upaya pernapasan

Pantau pola pernapasan Auskultasi bunyi napas pertahankan pemberian O2

Kolaborasi pemberian obat Nebulezer sesuai indikasi. Menentukan kebutuhan O2 dalam tubuh

mengetahui kefektifan pola napas

Mengetahui bunyi tambahan pada paru memenuhi keb O2 dalam tubuh. mengencerkan sekret pada jalan napasDewi,ali,

zema

3.Resiko Infeksi b.d. Masuknya agen patogen (bakteri,virus) pada tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam infeksi dapat teratasi dengan KH

- Leukosit dalam batas normal.

- tidak ada tanda tanda infeksi.

- Suhu dalam batas normal. Kaji tanda tanda infeksi Pantau tanda-tanda vital Ajarkan tentang kompres hangat Kolaborasi pemberian antibiotik Pantau hasil laboratorium

untuk menyusun intervensi yang tepat Mengetahui keadaan umum pada pasien

Mengurangi suhu panas pada pasien mencegah terjadinya infeksi. Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan dalam pemberian terapi.

Dewi,ali,

zema

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal /jamNo. DxImplementasiResponParaf

31 Maret 2014

07.45 WIB1,2,3Mengobservasi TTV S : ibu klien mengatakan anaknya badannya panas

O : S: 40,60C, Nadi : 108 x/menit, RR: 34 x/mntDewi

Ali

Zema

07.50 WIB2Memantau pernapasannya

S : Ibu mengatakan anaknya batuk

O : klien terlihat batukDewi

Ali

Zema

07.55 WIB1,3Mengajarkan ibu pemberian kompres hangat

S :

Ibu mengatakan sudah mengerti tentang cara pemberian kompres hangat.

O :

Ibu memahami dan mampu mempraktikan cara pemberian kompres hangat

S : 39,5C

Dewi

Ali

Zema

08.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Cefotaxim 2x225 mg

Ranitidin 3x25 mg

Oral :

Paracetamol syrup 2 sdt.

Luminal 3x30 mg

S :

Ibu ps mengatakan pasien badannya masih panas

O: Pasien menangis ketika diinjeksi

Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

10.00 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

11.00 WIB1Mengajarkan pada keluarga agar pasien diberikan pakaian longgar.

S : -

O : Ibu mengenakan anaknya pakaian yang longgarDewi

Ali

Zema

11.05 WIB1,2,3Memberikan penkes tentang kejang demam dan penanganannya.S : Ibu klien memahami apa yang diterangkan.

O : ibu terlihat memperhatikan.Dewi

Ali

Zema

11.30 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.Dewi

Ali

Zema

12.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral :

Luminal 3x30 mg

S : -

O : Obat masuk melalui Oral, tidak muntah dan alergi.Dewi

Ali

Zema

13.00 WIB1,2,3Memonitor tetesan infus

S : -

O : infus lancar, terpasang infus RL 16 tpm

Dewi

Ali

Zema

13.10 WIB1Mengukur suhu tubuh

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas.

O : Suhu : 39,4 C

Dewi

Ali

Zema

14.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 39,2, RR 30 x/mnt, N : 86 x.mntDewi

Ali

Zema

14.20 WIB2Mempertahankan O2 S : -

O : O2 3 ltr/mntDewi

Ali

Zema

15.00 WIB1,3Mengukur suhu tubuhS : Ibu mengatakan panas anaknya naik turun

O : S : 38,1 C

Dewi

Ali

Zema

15.15 WIB1,3Melakukan kompres hangatS : ibu mengatakan anaknya badannya hangat.

O :S : 37,9 CDewi

Ali

Zema

15.25 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

16.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Ranitidin 3x25 mgS :

Ibu ps mengatakan pasien badannya masih hangat

O: Pasien menangis ketika diinjeksi

Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

16. 10 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

16.15 WIB1,2,3Memberikan obat oral :

Luminal 3x30 mg

S : -

O : Obat masuk melalui Oral, tidak muntah dan alergi.Dewi

Ali

Zema

16.20 WIB1Mengajarkan pada keluarga agar pasien diberikan pakaian longgar.

S : -

O : Ibu mengenakan anaknya pakaian yang longgarDewi

Ali

Zema

20.00 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.Dewi

Ali

Zema

20.10 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 37,3 C, RR 32 x/mnt, N : 88 x.mntDewi

Ali

Zema

20.20 WIB2Mempertahankan O2 S : -

O : O2 3 ltr/mntDewi

Ali

Zema

20.30 WIB1,3Mengukur suhu tubuhS : Ibu mengatakan panas anaknya naik turun

O : S : 38,4 C

Dewi

Ali

Zema

20.30 WIB1,3Melakukan kompres hangatS : ibu mengatakan anaknya badannya hangat.

O :S : 38 CDewi

Ali

Zema

20.35 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

23.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Ranitidin 3x25 mg

Cefotaxim 2x225 mg

S :

Ibu ps mengatakan pasien badannya masih hangat

O: Pasien menangis ketika diinjeksi

Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

23.10

WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

05.00 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.

Sekret keluar sedikit.Dewi

Ali

Zema

4 april 2014

07.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 36.8 C, RR 32 x/mnt, N : 98 x.mntDewi

Ali

Zema

07.50 WIB2Memantau pernapasannya

S : Ibu mengatakan anaknya batuk

O : klien terlihat batukDewi

Ali

Zema

08.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Cefotaxim 2x225 mg

Ranitidin 3x25 mg

Oral :

Paracetamol syrup 2 sdt.

Luminal 3x30 mg

S :

Ibu ps mengatakan pasien panasnya naik turun

O: Pasien menangis ketika diinjeksi

Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

10.00 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

10.10 WIB1Mengukur suhu tubuh

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas.

O : Suhu : 38 0 C

Dewi

Ali

Zema

10.30 WIB1Melakukan kompres hangatS : ibu mengatakan anaknya badannya hangat.

O :S : 37,5 CDewi

Ali

Zema

11.00 WIB1Mengajarkan pada keluarga agar pasien diberikan pakaian longgar.

S : -

O : Ibu mengenakan anaknya pakaian yang longgarDewi

Ali

Zema

11.30 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.Dewi

Ali

Zema

12.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral :

Luminal 3x30 mg

S : -

O : Obat masuk melalui Oral, tidak muntah dan alergi.Dewi

Ali

Zema

13.00 WIB1,2,3Memonitor tetesan infus

S : -

O : infus lancar, terpasang infus RL 16 tpm

Dewi

Ali

Zema

13.10 WIB1Mengukur suhu tubuh

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas.

O : Suhu : 37,2 C

Dewi

Ali

Zema

14.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 37,1, RR 31 x/mnt, N : 86 x.mntDewi

Ali

Zema

14.20 WIB2Mempertahankan O2 S : -

O : O2 3 ltr/mntDewi

Ali

Zema

15.00 WIB1,3Mengukur suhu tubuhS : Ibu mengatakan panas anaknya naik turun

O : S : 37,3 C

Dewi

Ali

Zema

15.25 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

16.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Ranitidin 3x25 mgS :

Ibu ps mengatakan pasien badannya masih hangat

O: Pasien menangis ketika diinjeksi

Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

16. 10 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

16.15 WIB1,2,3Memberikan obat oral :

Luminal 3x30 mg

S : -

O : Obat masuk melalui Oral, tidak muntah dan alergi.Dewi

Ali

Zema

16.20 WIB1Mengajarkan pada keluarga agar pasien diberikan pakaian longgar.

S : -

O : Ibu mengenakan anaknya pakaian yang longgarDewi

Ali

Zema

20.00 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.Dewi

Ali

Zema

20.10 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 36,9 C, RR 34 x/mnt, N : 97 x.mntDewi

Ali

Zema

20.20 WIB2Mempertahankan O2 S : -

O : O2 3 ltr/mntDewi

Ali

Zema

20.30 WIB1,3Mengukur suhu tubuhS : Ibu mengatakan panas anaknya naik turun

O : S : 36,7 CDewi

Ali

Zema

20.35 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 ccDewi

Ali

Zema

23.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Ranitidin 3x25 mg

Cefotaxim 2x225 mg

S :

Ibu mengatakan panas anaknya naik turun

O: Pasien menangis ketika diinjeksi

Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

23.10

WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

05.00 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.

5 april 2014

07.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 36.7 C, RR 33 x/mnt, N : 95 x.mntDewi

Ali

Zema

07.50 WIB2Memantau pernapasannya

S : Ibu mengatakan anaknya batuk tapi sudah berkurang

O : tidak terdengar suara ronkhiDewi

Ali

Zema

08.00 WIB1,2,3Memberikan program injeksi IV dan Oral : Cefotaxim 2x225 mg

Ranitidin 3x25 mg

Oral :

Paracetamol syrup 2 sdt.

Luminal 3x30 mg

S :

Ibu ps mengatakan pasien panasnya naik turun

O: Tidak ada tanda alergiDewi

Ali

Zema

10.00 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

zema

10.10 WIB1Mengukur suhu tubuh

S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak panas

O : Suhu : 36,9 0 C

Dewi

Ali

Zema

11.30 WIB2Memberikan terapi nebulizerS : -

O : anak terlihat menghirup uapnya.Dewi

Ali

Zema

12.00 WIB1,2,3Memberikan obat oral :

Luminal 3x30 mg

S : -

O : Obat masuk melalui Oral, tidak muntah dan alergi.Dewi

Ali

Zema

13.00 WIB1,2,3Melepas infus

S : -

O : infus di lepas

Dewi

Ali

Zema

13.10 WIB1Mengukur suhu tubuh

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas.

O : Suhu : 36,5 C

Dewi

Ali

Zema

14.00 WIB1,2,3Mengobservasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien sudah tenang

O : S : 36,4, RR 30 x/mnt, N : 99 x.mntDewi

Ali

Zema

15.00 WIB1,3Mengukur suhu tubuhS: Ibu mengatakan panas anaknya naik turun

O : S : 36,8C

Dewi

Ali

Zema

15.101,2,3Memberikan terapi bermainS : -

O : Klien terlihat senangDewi

Ali

Zema

16. 10 WIB2Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan air hangat

S : Ibu pasien mengatakan anaknya mau minum air putih

O : ibu memberikan air hangat sebanyak 10 cc

Dewi

Ali

Zema

16.15 WIB1,2,3Memberikan obat oral :

Luminal 3x30 mg

S : -

O : Obat masuk melalui Oral, tidak muntah dan alergi.Dewi

Ali

Zema

17.10 WIB1,2,3Mengevaluasi TTV pada pasien.

S : ibu pasien mengatakan pasien gelisah

O : S : 36,9 C, RR 32 x/mnt, N : 98 x.mntDewi

Ali

Zema

2. Medical Management

a. IVF, O2 Theraphy

Medical ManagementTanggal PenjelasanIndikasi dan tujuanRespon

Infus RL31/3/2014Merupakan cairan yang bersifat isotonik yang didalamnya terdapat beberapa ion elektrolit.RL digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan an elektrolit pada tubuh.Tidak ada indikasi kelebihan volume cairan.

b. Obat-obatan

Nama ObatTanggal Cara, dosis, frekuensiCara kerja obat, fungsi, klasifikasiRespon

Cefotaxim3-4-2014IV,3x225 mgCefotaxim berfungsi sebagai antibiotik.Tidak alergi

Diazepam3-3-2014IV, 10 mgDiazepam digunakan sebagai anti konvulsif yang fungsinya mencegah terjadinya kejang pada pasien.Tidak alergi

Ranitidin3-4-2014IV, 2x25 mgMenghilangkan gejala-gejala ketidakmampuan mencerna asam & rasa panas pada ulu hati, ulkus lambung jinak & ulkus duodenum, refluks esofagitis, sindroma Zollinger-Ellison, dispepsia yang menahun (kronis), mencegah perdarahan karena ulserasi akibat sters atau ulserasi peptikum, sindroma Mendelson, ulkus peptikumTidak alergi

Paracetamol3-4-2014oralParacetamol bekerja dengan menstimulus hipotalamus sebagai pengatur panas pada tubuh.Tidak alergi

Luminal3-4-2014OralLuminal adalah obat anti kejang,juga untuk insomnia nevosa, epilepsi, dan migren, Kontraindikasinya disfungsi ginjal atau hati, gangguan metabolisme porfirin. Efeksampingnya alergi dan mengantuk.

c. Diet

Jenis diettanggal Penjelasan umumIndikasi dan tujuanRespon

TKTP3-4-2014Merupakan diet dengan kandungan kalori dan protein tinggi.Memberikan sumber tenaga dalam tubuh.-

d. Aktivitas LatihanJenis latihanTanggalPenjelasan IndikasiRespon

Terpi bermain05-4-2014Terapi bermain sangat diperlukan bagi anak yang menjalani hospitalisai karena dengan terapi bermain dapat mengurangi rasa stress pada anak.Untuk mengurangi rasa jenuh pada anak.Pasien merasa senang dengan melakukan terapi bermain.

F. EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No.Tgl/ JamNo. Dx. KepPerkembanganParaf

13 April 2014

24.00 WIB1S: Ibu pasien mengatakan pasien masih panas

O: Suhu : 38 C, kulit teraba panas, bibir kering.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Kaji TTV secara rutin Berikan kompres hangat ajarkan ibu agar pasien memakai pakaian longgar. Laksanakan advis dokter dalam pemberian injeksi IV Cefotaxim 2x225 mg

Ranitidin 2x 25 mg

Laksanakan advis dokter dalam pemberian obat oral :Luminal 3x 30 mg

Paracetamol syru 2 sdt

2S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih batukO : RR 35x/mnt, Batuk (+), ronkhi (+).A: Masalah keperawatan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Pantau suhu pasien

Anjurkan ibu pasien agar pasien minum air hangat Pertahankan terapi O2 Kolaborasi pemberian nebulezer (Ventolin 1 mg) .

3S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas

O: S : 38 C, Akral teraba hangat

A: Masalah kperawatan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Panatau tanda-tanda vital Berikan kompers hangat bila panas Kolaborasi pemberian antibiotik (Cefotaxim 3x225 mg).

24 April 2014

24.00 WIB1S: Ibu pasien mengatakan pasien masih panas

O: Suhu : 37,8 C, kulit teraba panas, bibir kering.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Kaji TTV secara rutin Berikan kompres hangat ajarkan ibu agar pasien memakai pakaian longgar. Laksanakan advis dokter dalam pemberian injeksi IV Cefotaxim 2x225 mg

Ranitidin 2x 25 mg

Laksanakan advis dokter dalam pemberian obat oral :Luminal 3x 30 mg

Paracetamol syru 2 sdt

2S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk

O : RR 36 x/mnt, Batuk (+), ronkhi (+).

A: Masalah keperawatan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Pantau suhu pasien

Anjurkan ibu pasien agar pasien minum air hangat Pertahankan terapi O2 Kolaborasi pemberian nebulezer (Ventolin 1 mg) .

3S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas

O: S : 37,8 C, Akral teraba hangat

A: Masalah kperawatan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Panatau tanda-tanda vital Berikan kompers hangat bila panas Kolaborasi pemberian antibiotik (Cefotaxim 3x225 mg).

305 April 2014

24.00 WIB1S: Ibu pasien mengatakan pasien masih panas

O: Suhu : 38,5 C, kulit teraba panas, bibir kering.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Kaji TTV secara rutin Berikan kompres hangat ajarkan ibu agar pasien memakai pakaian longgar. Laksanakan advis dokter dalam pemberian injeksi IV Cefotaxim 2x225 mg

Ranitidin 2x 25 mg

Laksanakan advis dokter dalam pemberian obat oral :Luminal 3x 30 mg

Paracetamol syru 2 sdt

2S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk

O : RR 38 x/mnt, Batuk (+), ronkhi (+).

A: Masalah keperawatan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Pantau suhu pasien

Anjurkan ibu pasien agar pasien minum air hangat Pertahankan terapi O2 Kolaborasi pemberian nebulezer (Ventolin 1 mg) .

3S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas

O: S : 38,5 C, Akral teraba hangat

A: Masalah kperawatan belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi:

Panatau tanda-tanda vital Berikan kompers hangat bila panas Kolaborasi pemberian antibiotik (Cefotaxim 3x225 mg).

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan pada An.D umur 4 tahun di simpulkan bahwa An.D diagnose medis kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Kondisi yang dialami oleh An.D sangat sesuai dengan konsep teori tentang kejang demam. Penegakan diagnosa medis tersebut yaitu tentang konsep teori umur anak yang dapat mengalami kejang demam yaitu dalam rentang 6 bulan samapi 4 tahun dan An.D berumur 4 tahun artinya ada kesusaian antara konsep teori dengan kasus. Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 03 April 2014 didapatkan data suhu : 40,6 C, Rr : 34x/menit, Nadi : 108x/menit, kulit teraba hangat, batuk, ada bunyi ronkhi pada kedua lapang paru. Pemberian asuhan keperawatan pada An.D dengan kejang demam dilakukan pengkajian secara komprehensif ditemukan adanya 3 masalah keperawatan yaitu Hipertermia, Ketidakefektifan bersihan jalan napas, dan resiko infeksi.Hipertermi merupakan gangguan termoregulasi dalam tubuh yang disebabkan adanya suatu infeksi dalam tubuh yang di tandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh diaas rentang normal. Diagnosa pertama yang muncul pada an.D adalah hipotermia karena hasil dari pengkajian di dapatkan data yang mendukung dalam penegakan diagnosa tersebut yaitu : Suhu 40,6 C, kulit teraba hangat, mukosa kering.

Diagnosa keperawatan yang harus segera mendapatkan tindakan keperawatan adalah ketidakefektifan pola napas. Ketidakefektifan pola napas (Wilkinson, Judith M, 2012 h. 99) merupakan suatu keadaan dimana inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat. penetuan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas kerena adanya data hasil dari pengkajian, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang lain, adapun data yang mendukung penegakkan diagnosa tersebut adalah RR 34x/menit, ada batuk, ada ronkhi.

Diagnosa yang muncul selanjutnya adalah adanya resiko infeksi, dasar penegakan diagnosa ini adalah karena proses infeksi merupakan sebagi faktor pencetus atau provokatif dalm terjadinya kejang demam. oleh karen itu diagnosa ini perlu di tegakkan guna mencegah terjadinya infeksi dan memperburuk prognosis penyakit pada An.D.

An. D