Seminar Dr Kin
description
Transcript of Seminar Dr Kin
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Gangguan skizoafektif, seperti terminologi bahasanya adalah gangguan yang mempunyai
dua sisi yaitu gejala skizofrenia dan gejala afektif atau mood. Gangguan skizoafektif didiagnosa
jika pada pasien yang terdapat satu dari beberapa kategori berikut ini : pasien skizofrenia yang
memiliki gejala mood, pasien dengan gangguan yang merupakan kesinambungan antara
skizofrenia dan gangguan mood, dan pasien dengan beberapa kombinasi kategori di atas. (6)
Gangguan skizoafektif merupakan salah satu psikosa fungsional dimana selain gejala –
gejala skizofrenia yang muncul didapatkan juga gejala depresi ( skizodepresi ) atau gejala –
gejala maniak ( skizomaniak ). Gangguan skizoafektif cenderung sembuh tanpa gejala sisa, tetapi
mungkin juga timbul serangan lagi. (6)
Dalam PPDGJ III gangguan skizoafektif ini di klasifikasikan sebagai gangguan
skizofreniform ( episode skizofrenik akut ) atau depresi berat atau gangguan bipolar dengan ciri
– ciri psikotik yang tak serasi dengan afek atau skizofrenia yang bertumpang tindih dengan
gangguan afektif khas. Dalam PPDGJ III dikatakan tipe ini tidak ada kriteria diagnostik dan
kategori ini disediakan bagi kondisi – kondisi yang sukar dilakukan diagnosis banding secara
pasti antara gangguan afektif berat dengan kelompok skizofrenia atau dengan gangguan
skizofreniform. (2)
Sedangkan pada PPDGJ III gangguan skizoafektif ini berdiri sendiri dan sudah
mempunyai kriteria untuk menegakkan diagnostik ( F 25 ). (2)
1
II. DEFINISI
Gangguan skizoafektif adalah gangguan episodik dengan gejala afektif dan skizofrenia
yang menonjol sehingga episode penyakit tidak memnuhi kriteria diagnosi untuk skizofrenia atau
episodik manik atau afektif. Tipe manik, depresif dan campuran dapat dibedakan bergantung
pada gambaran unsur – unsur afektif yang menonjol. (1)
Berdasarkan Mental Health America Schizoaffective disorder tampak seperti campuran
dari 2 macam penyakit utama yang umumnya muncul dari keluarga, melibatkan mekanisme,
neurotransmiter dalam otak, berkembang dengan berbagai cara dan memiliki respon terhadap
pengobatan : gangguan afek / nada perasaan dan skizofrenia. (1)
Gangguan afek atau nada perasaan termasuk didalamnya adalah afek yang sangat buruk
ataupun sangat baik dengan kesulitan tidur, perubahan psikomotor dan kemauan, gangguan
konsentrasi dan penurunan efektivitas kerja sehari-hari. (1)
III. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada studi epidemiologi terhadap insidens dan prevalensi gangguan skizoafektif
dalam populasi umum. Angka prevalensi pada pasien yang didiagnosis oleh psikiatri berkisar 2%
hingga 29%. Beberapa bukti mendukung adanya peningkatan prevalensi skizoafektif pada
perempuan. Perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi terhadap skizofrenia tipe depresif
dibandingkan pria. (4)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ETIOLOGI
Etiologi yang jelas dari skizoafektif sampai saat ini masih belum diketahui. Penilitian
ditunjukkan untuk mencari etiologi dengan mempelajari riwayat keluarga, penanda biologis,
respon terapi jangka pendek, dan hasil jangka panjang. Sebagian besar penelitian memandang
pasien dengan skizoafektif berada dalam grup yang homogen tetapi penelitian saat ini memeriksa
gangguan afektif dan skizoafektif secara terpisah.(4)
Tetapi ada empat model konseptal yang telah diajukan, yaitu : (4)
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau tipe gangguan
mood,
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan
gangguan mood,
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe
yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun gangguan mood,
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif ialah kelompok gangguan
yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan pertama.
Walaupun banyak penilitian tentang skizoafektif, skizofrenia dan gangguan afektif adalah
dua hal yang sangat berbeda. Beberapa data mengindikasikan bahwa gangguan ini berhubungan
dengan genetika. Penelitian terhadap keluarga penderita skizoafektif mendapatkan hasil yang
tidak konsisten, peningkatan resiko skizofrenia terjadi diantara keluarga dari penderita
skizoafektif. (4)
Dengan demikian tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien
dengan gangguan skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Tidak ditemukan
diantara sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif tipe bipolar, tetapi sanak saudara
3
dengan gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi
menderita skizofrenia dari pada suatu gangguan mood. (6)
Meskipun penyebab dari gangguan skizoafektif masih belum diketahui, masih dapat
dimungkinkan bahwa penyebabnya hampir sama dengan skizofrenia. Sampai saat ini, tidak ada
faktor penanda genetika yang bisa diidentifikasi. Ada pula peran dari paparan virus selama masa
kandungan, keadaan malnutrisi atau bahkan komplikasi proses melahirkan. Masih diperlukan
banyak penelitian lebih lanjut tentang gangguan skizoafektif. (4)
4
BAB III
PEMBAHASAN
I. GAMBARAN KLINIS
Pasien dengan gangguan skizoafektif mengalami gejala-gejala seperti pada kriteria
diagnosis skizofrenia. Akan tetapi, selama perjalanan penyakit, skizofrenia tersebut muncul
bersamaan dengan episode gejala depresif atau mania. Pasien dengan keadaan ini termasuk
gangguan skizoafektif. Adanya gejala skizofrenia yang menonjol dan gangguan afek yang
menonjol secara bersamaan paling tidak 2 minggu menunjang diagnosis skizoafektif. Gejala
psikotik yang sesuai dengan skizofrenia harus ada selama paling kurang 2 minggu tanpa sindrom
mania atau depresi. (3,5)
Gejala gangguan skizoafektif meliputi : (7)
a. Perubahan psikomotor dan kemauan,
b. Percaya bahwa seseorang yang sedang berbicara di telivisi atau radio berbicara langsung
kepada atau suatu pesan rahasia muncul dari suatu obyek ( delusion of reference ),
c. Kontak yang irrasional,
d. Delusion / waham,
e. Merasa bahwa seseorang atau smua orang akan menculik ( paranoid ),
f. Kurang sadar akan kebersihan dan kerapian diri,
5
g. Kesulitan tidur,
h. Melihat atau mendengar sesuatu ( halusinasi yang paling sering mendengar suara ),
i. Kesulitan konsentrasi,
j. Afek yang buruk ataupun baik.
Berdasarkan American Mental Health, Gangguan skizoafektif bisa muncul pada seseorang
depresi berat, yaitu orang dengan gejala : (7)
1. Merasa sedih terus menerus dan lemas,
2. Kehilangan kemauan untuk melakukan kegiatan sehari-hari,
3. Sulit membuat keputusan dan sulit berkonsentrasi,
4. Makan dan tidur terlalu banyak ataupun teralalu sedikit,
5. Kadang memiliki keinginan untuk mati ataupun bunuh diri berulang kali.
Orang dengan Mania, yaitu orang dengan gejala : (7)
1. Kesulitan tidur,
2. Bicara kompulsif,
3. Agitasi dan tidak bisa di ganggu,
4. Percaya bahwa kepentingan mereka paling utama,
5. Menghambur-hamburkan uang dan berbelanja tidak karuan,
6. Berubah dari gembira menjadi mudah tersinggung,
7. Paranoid dan takut.
6
Orang dengan skizofrenia kronik : (7)
1. Apatis,
2. Tidak ada respon emosi,
3. Keterbatasan bicara,
4. Gangguan proses berfikir,
5. Halusinasi dan delusi,
6. Berprilaku aneh.
Gangguan skizoafektif, tipe bipolar, biasanya berhubungan dengan siklus mania, depresi
atau campuran yang sesuai dengan gangguan bipolar. Pasien dengan skizoafektif, tipe depresi
dapat mengalami episode depresi berat berulang seperti pada gangguan depresi berat. Akan
tetapi, tidak seperti pada gangguan depresi atau bipolar, skizoefektif terdapat gejala yang sesuai
dengan skizofrenia ketika tanpa gejala afektif yang jelas. Pada skizoafektif tipe depresi, episode
depresi dimana pasien memenuhi semua kriteria diagnosis depresi berat. (5)
II. DIAGNOSA
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan KAPLAN DAN SADOCK :
a. Periode penyakit tidak terputus berupa pada suatu waktu, episode depresif mayor, episode
manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala yang memenuhi
kriteria skizofrenia,
b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurang-
kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol,
c. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang bermakna pada
durasi total periode aktif dan residual penyakit,
d. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau keadaan kesehatan
umum.
7
Kriteria diagnostik pada gangguan skizoafektif berdasarkan PPDGJ III yaitu : (2)
1. Adanya gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat bersamaan, dan dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana sebagai satu konsekuensi dari ini,episode
penyakit-penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik dan
depresif.
2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala-gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda,
3. Bila seseorang pasien yang skizofrenia menunjukkan gejala yang depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik ( Depresif Pasca Skizofrenia ),
4. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik
maupun depresif ataupun campuran keduanya.
Kriteria diagnostik pada gangguan skizoafektif tipe manik (2)
a. Kategori ini digunakan untuk skizoafektif tipe manik yang tunggalmaupun untuk gangguan
berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik,
b. Afek harus meingkat secara menonjol atau peningkatan afek yang tidak begitu menonjol
dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak,
c. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikit satu atau lebih baik lagi dua gejala
skizofrenia yang khas.
Kriteria diagnostik pada gangguan skizoafektif tipe depresif (2)
a. Kategori ini harus dipakai untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal maupun
untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe
depresif,
8
b. Afek depresif harus menonjol, disertai dua gejala yang khas, baik depresif maupun kelainan
perilaku terkait tercantum dalam uraian untuk episode depresif,
c. Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada dua gejala
yang khas skizofrenia.
Kriteria diagnostik pada skizofrenia tipe campuran (2)
Gangguan dan gejala skizofrenia berada secara bersama-sama dengan gejala-gejala
afektif bipolar campuran.
Kriteria diagnostik pada gangguan skizoafektif berdasarkan DSM IV
a. Suatu episode penyakit yang tidak terputus selama suatu waktu, terdapat baik pada episode
depresi berat, episode manik untuk episode campuran dengan gejala aktif skizofrenia,
b. Selama episode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekuramg-
kurangnya 2 minggu tanpa ada gejala mood yang menonjol,
c. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna
dari lama total periode aktif dan residual penyakit,
d. Gangguan bukan karena afek fisiologis langsung dari suatu zat ( misalnya obat yang
disalahgunakan atau sesuai kondisi medis umum ).
Gangguan Psikoafektif ini ada 2 tipe :
1. Tipe Bipolar : jika gangguan termasuk episode manik atau campuran ( atau suatu manik atau
suatu episode campuran dan episode depresi berat ),
2. Tipe Depresif : jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat.
DSM IV diatas digunakan para klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita
gangguan skizoafektif tipe bipolar atau tipe depresif.9
III DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding termasuk kemungkinan gangguan afektif dan skizofrenia. Perlu
dipastikan, bahwa gangguan psikotik tidak disebabkan oleh faktor organik, semua kondisi yang
dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan moodperlu dipertimbangkan. (5)
Riwayat penyalahgunaan zat / obat mengindikasikan gangguan akibat penyalahgunaan
zat / obat. Gangguan psikotik yang disebabkan kejang lebih sering ditemukan dibandingkan
dalam populasi umum. Gangguan tersebut cenderung ditandai dengan paranoid, halusinasi dan
ideas of reference. (7)
Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP),
dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang
dengan gejala skizofrenik dangan gangguan mood yang bersama-sama. (7)
Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan
pemindaian (CT Scan) otak untuk menyingkirkan kelainan anatomis dan elektro ensefalogram
untuk memastikan setiap gangguan yang mungkin. (7)
IV PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi (1)
a. Antidepresi
Diberikan saat pasien mengalami sindroma depresi
Kontra indikasi pada pasien dengan → Penyakit Jantung Koroner, Glaukoma,
Retensi Urin, Hipertrofi
Prostat, Gangguan Fungsi Hati,
Epilepsi.
b. Antimaniak
Diberikan saat pasien mengalami sindroma mania
10
Kontra indikasi pada pasien dengan → Wanita Hamil, karena lithium bersifat
teratogenik, dan dapat
menembus plasenta dan
masuk peredaran darah janin,
khususnya mempengaruhi
kelenjar tiroid.
c. Antipsikotik
Diberikan saat pasien mengalami sondroma psikosis
Kontra indikasi pada pasien dengan → Penyakit hati, Penyakit darah,
Epilepsi, Kelainan Jantung,
Penyakit SSP, Gangguan
kesadaran disebabkan CNS
depresan.
2. Psikoterapi yang di gunakan adalah psikoterapi suportif individual atau kelompok serta
bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.
V PROGNOSIS
Dengan mempertimbangkan ketidak pastiaan perkembangan gangguan skizoafektif,
penentuan keadaan jangka panjang dan prognosis penyakit pun menjadi sulit. Berdasarkan
definisi skizoafektif, dapat diperkirakan seseorang akan mengalami perjalanan penyakit seperti
gangguan afektif, skizofrenia ataupun diantaranya. Peningkatan gejala skizofrenia dapat
diprediksi sebagai prognosis buruk. Berdasarkan penelitian, 1 tahun setelah mengalami gangguan
skizoafektif, terdapat perbedaan hasil akhir tergantung apakah gejala dominan berupa gangguan
afek ( prognosis lebih baik ) atau skizofrenia ( prognosis buruk ). (2)
11
BAB IV
RANGKUMAN
Gangguan skizoafektif, seperti terminologi bahasanya adalah gangguan yang mempunyai
dua sisi yaitu gejala skizofrenia dan gejala afektif atau mood. Gangguan skizoafektif didiagnosa
jika pada pasien yang terdapat satu dari beberapa kategori berikut ini : pasien skizofrenia yang
memiliki gejala mood, pasien dengan gangguan yang merupakan kesinambungan antara
skizofrenia dan gangguan mood, dan pasien dengan beberapa kombinasi kategori di atas.
Sedangkan skizoefektif tipe depresif adalah suatu episode yang sama terdapat gejala-gejala
skizofrenia maupun depresif yang sama-sama menonjol.
Berdasarkan Mental Health America Schizoaffective disorder :
Tampak seperti campuran dari 2 macam penyakit utama yang umumnya muncul dari
keluarga, melibatkan mekanisme, neurotransmiter dalam otak, berkembang dengan berbagai cara
dan memiliki respon terhadap pengobatan : gangguan afek / nada perasaan dan skizofrenia.
Gambaran Klinis :
Gangguan skizoafektif termasuk tanda dan gejala skizofrenia, episode manik dan
gangguan depresif. Perjalanan penyakit dapat bervariasi dan satu eksaserbasi dan remisi sampai
satu perjalanan yang memburuk.
Prognosa :
Peningkatan gejala skizofrenia dapat diprediksi sebagai prognosis buruk. Berdasarkan
penelitian, 1 tahun setelah mengalami gangguan skizoafektif, terdapat perbedaan hasil akhir
tergantung apakah gejala dominan berupa gangguan afek ( prognosis lebih baik ) atau skizofrenia
( prognosis buruk ).
Dapat di simpulkan bahwa kesulitan dalam mendiagnosa skizoafektif adalah karena sulit
membedakan antara skizoafektif dengan gangguan afektif. Skizoafektif dan gangguan afektif
sama-sama memiliki episode manik, episode depresif dan episode berulang. Hanya saja
skizoafektif harus ada gangguan skizofrenia dalam waktu yang bersamaan atau dalam satu
12
episode penyakit. Dikatakan juga bahwa skizoafektif bisa terjadi diantara episode manik dan
episode depresif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bastaman T.K dkk, 1994. Leksikon istilah kesehatan jiwa dan psikiatrik, EGC.
2. Depkes RI, 1993. PPDGJ III, ed1, Depkes.
3. Gelder M. G, et all 2003. New Oxford Textbook of Psychiatry., Oxford University
Press.
4. Kaplan. 16th. 2000 chap, Skizoafektif. Textbook of Psychiatry, 7th ed.
5. MacKay S, Purcell SD. Skizoafektif In: Goldman HH, ed. Review of General
Psychiatry.1995. Prentice Hall International Inc. 291-93.
6. Maramis W.F, 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi 8, Airlangga University
Press.
7. http://www.mentalhealthamerica.com/schizoaffective_disorder
13
14