SEMINAR - SIMsim.nilim.go.jp/GE/SEMI2/Proceedings/Makalah 9.doc · Web viewPondasi Pas. Batu Kali...

45
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 115

Transcript of SEMINAR - SIMsim.nilim.go.jp/GE/SEMI2/Proceedings/Makalah 9.doc · Web viewPondasi Pas. Batu Kali...

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut

DiKota Pantai - Semarang

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 115

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

TIPOLOGI BANGUNAN DAN KAWASAN AKIBAT PENGARUH KENAIKAN MUKA AIR LAUT

DI KOTA PANTAI - SEMARANG

Oleh:Sri Astuti, MT1

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman

AbstrakNaiknya permukaan air laut di dunia, diindikasikan dari bertambahnya volume air laut akibat pencairan es di kutub sehingga volume air di dunia meningkat. Fenomena ini dapat diamati dengan penambahan tinggi muka air laut di kawasan pantai.Namun demikian, naiknya air laut di kawasan pantai mungkin pula diakibatkan oleh adanya penurunan tanah pada satu bagian kawasan yang mengakibatkan pengaliran air ke bagian yang lebih rendah letaknya. Kondisi ini terjadi di kawasan pantai Semarang.Salah satu variable penentu besarnya kerugian akibat naiknya muka air laut adalah bentuk bangunan dan fungsi bangunan. Terdapat beragam tipe-tipe bentuk bangunan tepi air yang hadir sebagai pengaruhi dari beragam kondisi fisik, sosial, budaya, dan ekonomi. Sedangkan tipe-tipe fungsi bangunan lebih dipengaruhi oleh kebutuhan akan adanya fungsi – fungsi tersebut serta kemampuan / potensi kawasan itu sendiri sebagai kawasan pantai.Naiknya muka air laut yang terjadi di Semarang Utara secara simultan berpengaruh terhadap bentuk- bentuk bangunan maupun kawasan, demikian pula kondisi lingkungan sosial dan strata masyarakat ikut pula mempengaruhi tipe bangunan, sarana dan prasarana kawasan.

Dampak kenaikan dapat pula berupa perilaku penyesuaian atau adaptasi terhadap kenaikan muka air laut, antisipasi maupun penanganan fisik terhadap bangunan. Tipe bangunan urban dengan jenis bangunan tak bertingkat, bertingkat non panggung dan rumah susun terdapat di kelurahan Panggung Lor, Tanjung Mas dan Bandarharjo. Bentuk tersebut terdapat pada bangunan rumah maupun bangunan umum, seperti gudang, industri, pelabuhan maupun pertokoan. Ditinjau dari rentang diakronik, maka upaya mengatasi genangan air dengan memilih bentuk rumah panggung tidak ditemui di kawasan ini.

Setiap kawasan yang terendam akan mempunyai tingkat dan jenis kemampuan adaptasi yang berbeda, terhadap kondisi banjir baik yang disebabkan kenaikan muka air laut maupun oleh penurunan tanah. Sebagai bentuk adaptasi, terbentuk berbagai tipologi penanganan bangunan yang dipengaruhi oleh kemampuan finansial dan kondisi locus. Perilaku adaptasi yang dijumpai di kawasan ini antara lain adalah : menambah ketinggian muka tanah dan lantai rumah terhadap jalan, untuk mengikuti pertambahan kenaikan tinggi air, mengamankan harta benda pada tempat yang aman dari genangan air, membuat bendungan kecil agar air tidak masuk ke dalam rumah, memilih bahan furniture yang paling tahan terhadap genangan air, membiarkan semua itu terjadi karena tidak mampu berbuat apa – apa. Kelompok yang tidak mampu lagi bertahan akan meninggalkan kawasan yang terendam untuk pindah ke kawasan lain.

Ditinjau dari skala kawasan, maka hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan jenis - jenis fungsi bangunan.

Tingkat ketahanan seseorang untuk tinggal di lahan yang selalu tergenang ini, tergantung kepada beberapa faktor yaitu : kemampuan finansial, budaya dan kepercayaan yang dianutnya. Seperti terdapat pada sekelompok masyarakat yang tinggal di kelurahan Panggung Lor adalah bahwa rumah yang dibangun diatas lahan yang dialiri air dibawah permukaan tanahnya akan memberikan keberuntungan kepada penghuninya.

1 Peneliti pada Pusat Litbang Permukiman Departemen Kimpraswil, Jalan Panyawungan Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung 40008, Tlp. 022 7798393, Fax 7798392, e-mail : kapuskim@ bdg.centrin.net.id; [email protected] Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 116

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Kepercayaan ini mengakibatkan mereka beradaptasi dengan berbagai teknologi penanganan untuk tetap dapat tinggal dengan nyaman di kawasan permukiman terencana yang selalu digenangi air.

Jadi dengan demikian tipologi bentuk bangunan di daerah urban pada kawasan pantai Semarang, yang digenangi air tidak berbeda dengan bentuk – bentuk bangunan di daerah urban pada lahan kering. Untuk itu maka dalam menghitung kerugian akibat banjir maka selain tipe dan jumlah bangunan / aset, perlu pula dihitung kerugian yang berkaitan dengan adaptasi fisik, yang berkaitan dengan penanggulangan terus menerus akibat genangan air yang disebabkan oleh amblesan, khususnya bagi bangunan yang bernilai

tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.

I. PENDAHULUANI. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG1.1. LATAR BELAKANG

Naiknya permukaan air laut di dunia, dapat diindikasikan sebagai bertambahnya volume air laut

akibat pencairan es di kutub yang mengakibatkan peningkatan volume air di dunia. Fenomena ini

dapat diamati dengan penambahan tinggi muka air laut di kawasan pantai.

Namun demikian, naiknya air laut di kawasan pantai dapat pula diakibatkan oleh adanya

penurunan tanah pada satu bagian kawasan dan mengakibatkan pengaliran air ke bagian yang

letaknya lebih rendah.

Penurunan atau amblasan tanah ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan

aspek lingkungan. Hal ini dapat dijumpai pula di Semarang.

Seperti umumnya terdapat di kota – kota pantai di Indonesia, pesisir pantai Semarang memiliki

kekayaan sumber daya alam, menjadi pusat aktivitas pengembangan kegiatan, baik kegiatan

perikanan, pertanian, industri, transportasi (pelabuhan, pelayaran, kereta api, transportasi darat,

dan transportasi udara), pariwisata maupun permukiman. Efek dari tuntutan perkembangan yang

tidak memperhatikan human ecology dan etika terhadap linkungan, secara bertahap akan memberi

dampak negatif bagi kota itu sendiri. Hal ini mulai dirasakan saat ini, yaitu dengan makin

bertambah besarnya amblesan tanah pada beberapa kawasan di Semarang. Genangan air yang

ditimbulkan oleh naiknya muka air laut maupun amblesan memberikan kerugian yang tidak sedikit

bagi masyarakat.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Target akhir yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini adalah mendapatkan korelasi

antara kenaikan muka air laut setinggi 1 meter dengan kehilangan asset. Untuk menentukan

kehilangan aset akibat kenaikan air laut, dihitung dari jenis dan jumlah tipe bangunan, fungsi

bangunan dan penanganan kerusakan sarana prasaranan tertentu di kawasan urban yang

diakibatkan oleh banjir.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 117

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Untuk mencapai maksud tersebut, maka sasaran yang akan dicapai saat ini adalah menemukan

tipe - tipe bangunan yang ada, ditinjau berdasarkan ragam fungsi, ragam bentuk, penggunaan

bahan bangunan, maupun tipologi kerusakan.

1.3. LINGKUP PENELITIAN1.3. LINGKUP PENELITIAN

Lingkup penelitian ini adalah melakukan identifikasi dalam upaya mendapatkan :

- tipe bentuk bangunan di kawasan pantai Semarang Utara yang memiliki ciri – ciri kawasan

sebagai kawasan urban, dan akan tergenang air apabila air laut naik setinggi satu meter.

- Tipe penanganan yang dilakukan dalam upaya mengatasi genangan, yaitu sebagai bentuk

tingkat dan kemampuan adaptasi terhadap kenaikan muka air laut

- Tipe – tipe fungsi bangunan yang ada, khususnya sebagai kawasan tepi pantai, maupun

sebagai kawasan urban,

- Bahan bangunan yang digunakan khususnya dalam upaya mengantisipasi kondisi locus.

- Nilai atau besarnya asset fisik bangunan maupun sosial yang diakibatkan oleh kenaikan air

laut.

Sebagai dasar kebijakan dan arahan pembangunan wilayah pantai di kota Semarang, digunakan

data Rencana Perancangan dan kebijakan – kebijakan mengenai wilayah pantai Semarang Utara

antara lain:

a. RUTR wilayah pantai

b. peraturan dan kebijakan untuk wilayah pantai

b. kesesuaian rencana dan kondisi kawasan

c. trend perkembangan wilayah pantai

1.4. METODA PENGAMBILAN SAMPEL.1.4. METODA PENGAMBILAN SAMPEL.

Sebagai dasar dalam menentukan sub unit analisa untuk tipologi bangunan di kawasan pantai

Semarang adalah satuan kelurahan dengan batasan – batasan yang digunakan untuk menetapkan

batasan kawasan adalah :

- Terkena dampak kenaikan air laut sejauh 1 (satu) meter dari garis pantai,

- Merupakan daerah urban,

- Berada di tepi laut dan memiliki kawasan perairan, kawasan tepi pantai, dan kawasan

daratan, lokasi kelurahan harus terdiri atas kawasan air, tepi air dan darat, dan terkena

akibat langsung dengan kenaikan muka air laut,

- Dibatasi oleh batasan administrative yang jelas, sehingga cakupan data administratif

kelurahan dapat didata melalui monografi kelurahan.

- Kemungkinan akan mengalami tingkat kerusakan tertinggi bila air naik 1 meter,

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 118

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

- Terdapat beragam fungsi dan bentuk (tingkat heterogenitas tinggi), memiliki kekhasan atau

atau nilai – nilai spesifik.

Langkah – langkah dalam menentukan unit analisa terkecil untuk Tipologi Bangunan:

1) Langkah awal adalah mendata kondisi beberapa kawasan yang telah ditetapkan secara

geomorphologis berada pada batas 1 M diatas garis pantai.

2) Secara administratif, maka Kawasan setingkat Kecamatan dipilih sebagai unit analisa.

Untuk menetapkan pilihan unit analisa berdasarkan batasan administrative dalam tingkat

kecamatan maka dilakukan analisa kawasan yang berada di wilayah pantai dan

diperkirakan mengalami kerugian terbesar akibat banjir. Penetapan unit analisa dilakukan

dengan cara penelusuran data kawasan pinggir pantai, baik melalui data primer maupun

data sekunder.

3) Secara administratif pula, maka unit analisa terkecil dibatasi dalam skala tingkat kelurahan,

yang digunakan untuk menentukan tipologi bangunan di wilayah pantai kota Semarang.

4) Apabila selama penelusuran, ditemukan kawasan yang homogen2 maka survei detail

hanya dilakukan pada satu lokasi saja. Bila selama penelusuran ditemukan kawasan yang

heterogen maka diambil 2 kawasan yaitu kawasan yang umum terjadi dan kawasan yang

diperkirakan mengalami kerugian paling besar.

Termasuk dalam kawasan tepi laut yang terkena dampak kenaikan air laut sejauh 1 (satu) meter

dari garis pantai adalah kawasan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Barat dan Genuk.

Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara memenuhi kriteria sebagai unit

analisa kawasan pantai Semarang, karena merupakan kawasan urban, kawasan pantai yang

memiliki sifat daratan, tepian pantai dan perairan dengan batas garis contour 1M serta batas

administrasi kawasan setingkat kecamatan.

Sebagai unit analisa, Kecamatan Semarang Utara ditetapkan sebagai sample penelitian ini karena

memiliki heterogenitas yang lebih besar dibandingkan Semarang Barat.

Selain itu, di Semarang Utara terdapat aset – aset yang memberikan nilai lebih berupa kekhasan

kawasan yaitu dengan keberadaan Kota Lama Semarang, sebagai kawasan yang penting untuk

dilestarikan.

Kriteria – kriteria tersebut diatas merupakan dasar atas tingkat kerugian yang lebih besar

dibandingkan kerugian yang akan terjadi di Semarang Barat.

Untuk menetapkan kelurahan sebagai unit analisa terkecil, maka dilakukan dengan dasar

pertimbangan tipologis, berupa kondisi spesifik kelurahan. Kelurahan Panggung Lor merupakan

kawasan permukiman terencana dan tertata, sedangkan kelurahan Bandarharjo merupakan

kawasan campuran antara industri, transportasi dan kawasan permukiman padat tak terencana.

2 Misalnya : hanya terdapat tipe bangunan panggung saja, atau bangunan di atas tanah saja atau terdapat penggunaan bangunan yang homogen, misalnya perumahan nelayan saja, pergudangan saja.Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 119

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Disisi lain Kelurahan Tanjung Mas adalah kelurahan yang spesifik karena di kawasan ini terdapat

bangunan dan kawasan yang bernilai tinggi dan perlu dilestarikan.

Atas dasar pertimbangan tipologi kawasan yaitu kawasan merupakan kawasan permukiman,

kawasan transportasi laut (pelabuhan) dan transportasi darat (kereta api dan jalan raya) serta

kawasan yang spesifik (Kota Lama Semarang), maka ditetapkan Kelurahan Panggung Lor,

Kelurahan Tanjung Mas dan Kelurahan Bandarhardjo sebagai sample.

Data yang dikumpulkan di tiga keluahan ini mencakup :

a. Tipe - tipe bentuk bangunan (tunggal, gandeng, bertingkat, tak bertingkat) dan fungsi

bangunan yang ada (rumah, toko, pasar, fasilitas kawasan, fasilitas umum dan sosial,

prasarana dan sarana, dsb.)

b. komposisi jumlah dari tiap tipe bangunan.

c. permasalahan yang terjadi selama dan setelah banjir terjadi dan akibat yang terjadi pada

bangunan dan masyarakat, mencakup Jenis dan tingkat masalah akibat kenaikan muka air

laut.

d. rekaman detail kondisi satu bangunan yang dominan atau jumlahnya paling banyak, baik

dalam komposisi bentuk maupun komposisi fungsi. Rekaman ini merupakan salah satu

bangunan sample mencakup penggunaan / fungsi bangunan, dimensi bangunan dengan

denah, bahan bangunan yang digunakan, jumlah dan jenis perabot yang ada dalam

bangunan,

e. jenis kerusakan fisik yang terjadi setelah banjir, jumlah kerugian setelah banjir, perbaikan

yang perlu dilakukan, biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan, sumber biaya, bahan

bangunan yang digunakan, dan lokasi penyediaan bahan bangunan, dari bangunan

sampel tersebut diatas.

f. jenis kerugian sosial yang dialami setelah banjir, jenis dan bentuk bantuan yang

didapatkan, serta pemberi bantuan.

Dengan dasar – dasar kriteria : mengalami kerugian akibat genangan air banjir / pasang air laut

paling besar, tingkat heterogenitasnya tinggi serta memiliki asset spesifik yang tidak tergantikan,

maka Kecamatan Semarang Utara dengan kelurahan Bandarharjo, Tanjung Mas dan Panggung

Lor paling memenuhi kriteria – kriteria tersebut diatas.

1.5. METODE ANALISA1.5. METODE ANALISA

Seperti telah disebutkan dalam tujuan, maka tujuan akhir penelitian ini adalah akan mencari

korelasi antara kerugian dan penambahan kenaikan tinggi air laut, yang akan dilakukan dengan

metoda uji coba dengan menggunakan formula korelasi antara tinggi kenaikan muka air laut

terhadap besar kerugian.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 120

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Untuk mencapai hal tersebut, maka analisa yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengetahui

besarnya biaya yang dibutuhkan pada suatu lokasi tertentu untuk satu kasus tertentu. Besaran

biaya perbaikan, dalam hal ini merupakan biaya perkiraan.

Disamping itu, tahap penelitian yang dilakukan saat ini masih merupakan identifikasi akibat

kenaikan muka air laut, sekaligus untuk mengkaji data yang tersedia apakah relevan dan reliable

untuk digunakan dalam mendapatkan korelasi antara tipologi dengan besarnya kerugian akibat

banjir.

Dengan demikian, maka tipologi bangunan akan ditinjau secara umum dari telaah sinkronik pada

satu simpul masa kesejamanan dan hanya menghitung besaran harga pada suatu bentuk

penanganan tertentu pada kurun waktu saat ini. Proses pergerakan perubahan dari waktu ke

waktu yang menggambarkan morphology kawasan dan bangunan maupun sejarah

perkembangannya tidak akan dianalisa dalam penelitian ini.

Hasil analisa diharapkan dapat memperoleh temuan yang memberikan ciri spesifik suatu kawasan

dan bangunan mencakup:

- Tipologi bangunan yang ada di lokasi tersebut (berdasarkan fungsi dan bentuk bangunan,

kerusakan, sarana dan prasarana yang ada, serta factor sosial),

- Mayoritas bangunan yang ada pada lokasi tersebut.

- Detail bangunan (denah, dimensi, bahan bangunan, jenis, sumber), beserta perabot yang ada.

- Biaya pembangunan, biaya perbaikan kerusakan maupun biaya yang dibutuhkan untuk

mengatasi naiknya permukaan air yang disebabkan oleh naiknya muka air laut, maupun

amblesan tanah.

II. GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANGII. GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

2.1. LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN IKLIM2.1. LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN IKLIM

Kota Semarang terletak antara garis 6050’ – 7010’ Lintang Selatan dan garis 109050’ – 110035’

Bujur Timur, dengan luas wilayah meliputi 373,7 km2.

Berdasrkan data profil Kota Semarang,3 maka Kota Semarang termasuk kelas iklim Am menurut

pembagian iklim dari Koppen, tipe iklim A menurut pembagian Schmidt Fergusson, dan termasuk

iklim C3 menurut pembagian Oldeman.

Curah hujan tahunan sebesar 2.183 mm – 2.215 mm dengan hujan maksimum bulanan terjadi

pada bulan Desember sampai bulan Januari.

Temperatur udara berkisar antara 240 C sampai dengan 330 C dengan kelembaban udara rata –

rata bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata – rata adalah

5,9 Km/jam.

3 Profil Wilayah Pantai dan Laut Kota Semarang, Thn. 2000.Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 121

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

2.2. BATAS ADMINISTRATIF2.2. BATAS ADMINISTRATIF

Batas – batas Kota Semarang, secara administrative adalah :

- Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai 13,6 km.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal.

Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Letak kota

Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah

Barat ke Timur.

2.3. JUMLAH KECAMATAN DAN LUAS WILAYAH2.3. JUMLAH KECAMATAN DAN LUAS WILAYAH

Jumlah dan kepadatan penduduk dirinci per kecamatan kota Semarang Tahun 1998, dapat dilihat

dalam Tabel : Persentase Luas Daerah per Kecamatan4

4 Sumber : Monografi Kota Semarang 1998 : Biro Pusat Statistik Kota Semarang.Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 122

Kb. SemarangKb. Semarang

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Tabel : Persentase Luas Daerah per Kecamatan5

No. KecamatanJumlah

Penduduk(Jiwa)

Luas Wilayah

(Ha)

LuasPekarangan

(Ha)Kepadatan Kotor

(Jiwa/Ha)Kepadatan Bersih

(Jiwa/Ha)

1. Mijen 36,143 6,213,265 822,9 6,28 43,922. Gunungpati 55,079 5,399,082 1,195,9 10,47 46,063. Banyumanik 96,742 2,509,068 1,631,0 34,89 59,314. Tembalang 89,820 4,420,058 2,082,4 18,26 43,135. Pedurungan 123,089 1,984,948 1,409,5 59,41 87,336. Genuk 57,696 2,738,442 1,113,7 21,06 51,817. Smg Timur 61,256 770,255 693,6 86,03 88,328. Smg Utara 86,215 1,135,275 749,5 78,59 115,039. Smg Tengah 127,899 604,997 527,5 248,83 242,4610. Smg Selatan 79,497 848,046 492,1 134,29 161,5511. Gayamsari 78,693 636,560 495,6 149,61 158,7812. Candisari 76,402 555,312 434,5 112,36 175,8413. Gajah Mungkur 55,094 764,987 691,4 51,11 79,6814. Smg Barat 139,960 2,386,711 1,079,6 70,12 129,6415. Ngalian 79,580 3,260,584 1,656,9 20 4016, Tugu 22,907 3,133,357 355,2 7,80 64,49

Jumlah 1,266,072 37,360,947

Sampai dengan tahun 1998, Kota Semarang Berpenduduk 1.289.458 jiwa. Yang tersebar di 16

kecamatan. Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di pusat – pusat kota yaitu di Kecamatan Candi

Sari, Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Utara dan Semarang Timur. Penduduk usia

produktif (15 – 59 tahun) sebanyak 66,360%, dengan tingkat pendidikan penduduk sebagai berikut:

Tabel : Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan 1998( Jiwa ) ( % )

1 Tamat Perg. Tinggi 38.105 3,302 Tamat Akademi / D-III 42.416 3,683 Tamat SLTA 244.586 21,204 Tamat SLTP 237.064 20,555 Tamat SD 277.223 24,036 Tidak Tamat SD 104.837 9,097 Belum Tamat SD 153.177 13,288 Tidak Sekolah 54.280 4,70

Total : 100

2.4. TATA GUNA LAHAN.2.4. TATA GUNA LAHAN.

Pada akhir tahun 1998 penggunaan lahan di Kota Semarang terinci sebagai berikut:

1. Permukiman : 12.355,9643 Ha2. Pertanian lahan kering / tegalan : 6.884,3082 Ha3. Sawah : 4.360,8806 Ha4. Kebun : 5.140,2300 Ha5. Perkebunan : 873,4830 Ha6. Pertambangan terbuka : 137,3125 Ha7. Industri dan parawisata : 1.023,0321Ha8. Perhubungan : 483,1443 Ha9. Lahan berhutan : 1.377,2150 Ha

5 Sumber : Monografi Kota Semarang 1998 : Biro Pusat Statistik Kota Semarang.Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 123

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

10. Lahan Terbuka : 413,8000 Ha11. Perairan darat : 1.775,0000 Ha12. Lain-lain : 2.545,6300 Ha

Penggunaan lahan Kota Semarang mayoritas digunakan untuk permukiman yaitu 12.355,9843 Ha

(32,8%), pertanian lahan kering/tegalan 6.888,3082 Ha, kebun 5.140,2300 Ha, sawah 4.360,8806

Ha, industri dan parawisata 1.023,0321 Ha. Dari sejumlah lahan industri (750,1215 Ha) sebagian

besar berada dalam kawasan industri, kecuali terdapat di Wilayah Kecamatan Banyumanik,

terdapat beberapa kegiatan industri.

2.5. SARANA DAN PRASARANA.2.5. SARANA DAN PRASARANA.

Di bidang transportasi darat terdapat sarana kereta api (KA) dengan Stasiun Tawang Dan Stasiun

Poncol. Selain itu terdapat jalan raya: Kelas I = 125,047 km; Kelas II = 132,742 km; Kelas III =

134,668 km; Kelas IIIA = 131,108 km; Kelas IIIB = 398,515 km; Kelas IIIC = 39,822 km serta jalan

dengan klasifikasi lain = 51,076 km. Transportasi umum ditunjang pula oleh terminal besar yaitu

Terminal Terboyo. Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar 326,701 (laju pertambahan 6,20

%/tahun) dan kendaraan tidak bermotor sebanyak 345,368 buah (laju pertambahan 7,05 %/tahun).

Dibidang tarnsportasi laut terdapat Pelabuhan Laut Tanjung Mas yang berskala national dan

pelabuhan penambatan ikan sedangkan dibidang pelabuhan udara terdapat Pelabuhan Udara

Ahmad Yani.

Komunikasi dan informasipun telah merata, terlihat dari sarana dan prasarana yang tersedia,

dimana seluruh kecamatan dan pelosok desa telah terjangkau oleh pelayanan pos, baik kantor pos

pusat maupun pos keliling. Data hingga akhir tahun 1998 menggambarkan bahwa sudah terdapat

27 Sentral Telepon Otomat (STO), Wartel serta warnet yang terus berkembang sampai saat ini,

demikian pula stasiun TV daerah, 4 buah stasiun RRI dan 15 buah Stasiun Radio Swasta.

Kebutuhan energi Kota Semarang masih dapat dipenuhi oleh PLN dengan tersedianya 8 Gardu

Induk dan daya 678 MVA.

Air minum dari PDAM telah dapat melayani 50% penduduk kota melalui jaringan distribusi yang

menyebar ke seluruh wilayah perkotaan, termasuk kawasan pantai, selain itu kebutuhan air

ditangani melalui penggunaan air tanah / air sumur atau air permukaan. Air limbah dikelola baik

secara setempat dan terpusat. Sedangkan sampah kota dikelola oleh Dinas Kebersihan yang

mengenakan peraturan yang ketat terhadap kebersihan kota, sehingga kebersihan kota Semarang

sangat terjaga. Pertamanan kota ditangani oleh Dinas Pertamanan yang berfungsi untuk selalu

menjaga ruang hijau kota.

Drainase kota merupakan sarana yang harus paling diperhatikan, terutama mengingat Kota

Semarang selalu digenangi oleh Rob (akibat pasang surut air laut) dan banjir kiriman air sungai

pada musim hujan.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 124

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Air hujan ditangani melalui jaringan drainase sejak dataran tinggi hingga ke kawasan pantai, baik

dengan saluran terbuka, sungai yang dilengkapi dengan tanggul, pompa, dan folder.

Sebagai ibu kota propinsi, maka fasilitas social maupun fasilitas umum di Kota Semarang boleh

dikatakan cukup memadai, mencakup fasilitas industri konstruksi dan jasa, fasilitas perdagangan,

fasilitas ibadah, perkantoran, dan sarana-prasarana lain.

2.6. RONA FISIK KOTA DAN KAWASAN PANTAI2.6. RONA FISIK KOTA DAN KAWASAN PANTAI

2.6.1. Topografi.

Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan laut,

dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dengan kemiringan

lahan berkisar antara 0% – 45%.

Wilayah pantai Kota Semarang merupakan dataran rendah dengan kemiringan 0 – 2%, terdapat

empat karateristik pantai yang dijumpai, yaitu: (1) berelief rendah dengan garis pantai pasir pantai,

(2) berelief rendah tersusun endapan aluvium dan kombinasi paparan lumpur dan hutan bakau, (3)

berelief rendah tersusun oleh endapan aluvium dan berupa endapan lumpur, (4) kawasan

pelabuhan atau daerah rekreasi.

2.6.2. Geologi.

Struktur geologi yang

berkembang di daerah Semarang

berupa perlipatan dan patahan /

sesar. Struktur antiklin dan sinklin

umumnya berarah Barat Laut –

Tenggara. Struktur sesar yang

dijumpai berupa sesar normal,

sesar naik dan sesar geser.

Sesar naik umumnya berarah

Barat Laut – Tenggara,

sedangkan sesar geser berarah

Utara – Selatan. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung,

yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini

merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya

mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.

Kawasan pesisir/pantai Semarang merupakan dataran aluvial, yang terdiri atas endapan aluvial

pasir dan lempung yang menghampar dari Barat ke Timur, meluas di ujung Barat dan menyempit

ke arah Timur Wilayah Kota Semarang.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 125

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Berdasarkan jenis tanahnya, Wilayah Kota Semarang mempunyai jenis tanah yang bervariasi pada

tiap wilayah kecamatan yang ada, yaitu:

1. Tanah Aluvial Hidromorf, Grumusol Kelabu Tua, Latosol Coklat Tua, dan Regosol Kelabu Tua

terdapat di Tugu, Semarang Utara, Genuk, Gunungpati, dan Mijen, dengan jenis tanaman

berupa tanaman tahunan, holtikultura dan padi.

2. Tanah Mediteran Coklat Tua terdapat di daerah Tugu, Semarang Selatan, Gunungpati dan

Semarang Timur (30%), dengan jenis tanaman yang sesuai berupa tanaman tahunan /keras,

holtikultura dan palawija.

3. Tanah Laktosol Coklat Tua Kemerahan terdapat di daerah Mijen dan Gunungpati (26%),

dengan jenis tanaman tahunan, holtikultura dan padi.

Tanah Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat Kekelabuan terdapat di daerah Genuk, Semarang

Tengah dan Semarang Barat pada dataran rendah (22%), dengan jenis tanaman tahunan tidak

produktif. Wilayah pantai Kota Semarang merupakan bagian dari delta Kali Bodri, Kali Kuto dan

Kali Semarang yang mengalami proses akrasi dan abrasi. Penambangahan lahan di Tanjung

Korowelang hingga muara sungai Sampir, sejak tahun 1946 – 1978 tercatat mencapai 1,8 km atau

rata-rata 50 m/tahun.

Secara fisiografi kawasan pantai Semarang termasuk ke dalam Zona Dataran Pantai Utara, yang

merupakan Endapan Aluvium (Qa), terdiri dari material berukuran lempung sampai dengan

bongkah. Sedangkan yang berukuran halus merupan penyusun utama daerah, yang pada

perkembangannya membentuk morfologi delta Kali Garang di bagian Utara daerah Semarang.

2.6.3. Geomorfologi

Secara Geomorfologi, Kota Semarang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu:

Daerah Rendah (Low Land Area). Dataran Tinggi (High Land Area), dan Dataran Antara (Plateau

dan Perbukitan). Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar 2,5 km

– 10 km, dengan ketinggian tempat 10 m di atas permukaan air laut. Daerah ini membentuk

kawasan luapan banjir pada sisi sungai dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau

dan lempung. Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk delta berupa pasir,

lanau dan lempung. Akibat gelombang dan pasang surut air laut, maka endapan tersebut

menyebar ke arah Timur Laut dan Barat Daya, dan membuat garis pantai semakin maju.

Daerah Dataran Tinggi merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu di

Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus

kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat erosi yang tinggi

dan luas.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 126

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Daerah antara, terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah antara ini,

umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang hingga terjal, dan

dibeberapa tempat dijumpai perbukitan yang berbentuk plateau.

Secara geomorfologis kawasan pantai Kota Semarang merupakan pantai berelief rendah yang

tersusun oleh endapan aluvium pantai marin dan rawa. Karakteristik garis pantai merupakan pantai

dataran lumpur, pantai berpasir dan pantai berbatuan yang terbentuk baik secara alamiah, maupun

akibat adanya interaksi dengan manusia. Sebagai dataran rendah yang secara alami selalu

menerima material-material endapan hasil kiriman dari erosi maka akan timbul gejala pencairan

tanah yang dapat menyebabkan pemadatan dan amblesan pada permukaan tanah.

Amblesan yang terjadi dapat dilihat dari data pasang surut yang dilaksanakan oleh PT Pelabuhan

III dari waktu ke waktu, dimana lokasi pengamatan pasang surut terletak di dalam pelabuhan.

Untuk mengakurasikan data, maka data tersebut perlu dikalibrasi dengan keberadaan patok

referensi. Berdasarkan pengamatan, maka telah ditetapkan patok BM, yang terdapat di kota Atas,

sekitar Hotel Siranda. Patok ini akan dijadikan sebagai referensi pasang surut dan juga referensi

pembangunan fisik kota Semarang. Hasil analisis adalah sebagai berikut :

Tabel : Hasil Pengamatan pasang Surut tahun 1998, 1999, 20006

Nama Elevasi Pengamatan November 1998 (cm)

Pengamatan December 1999

(cm)Pengamatan

November 2000 (cm)

HHWL 126,4 155,43 145,07HWL 120,0 143,37 141,43MSL 60,0 83,37 81,63LWS 0,0 23,37 21,63LLWS 6,4 13,8 15,47

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun terjadi

perubahan elevasi MSL sebesar 23,37 cm antara tahun 1998 dan 1999. Kemudian terjadi

penurunan kecil yaitu 1,94 cm. Kondisi ini diduga karena pengaruh penurunan tanah di lokasi

pengamatan, kemudian antara tahun 1999 dan 2000, efek penurunan tanah ini diantisipasi dengan

BM baru, dengan pondasi berkedalaman 100M

2.7. HIDROLOGI2.7. HIDROLOGI

2.7.1. Air Permukaan.

Air permukaan pada umumnya berupa sungai yang mengalir sepanjang tahun maupun sungai

yang ada akibat musim hujan. Sungai-sungai yang terdapat di Kota Semarang antara lain: Kali

Beringin, Kali Garang, Kali Babon, Kali Semarang, Sungai Banjir Kanak Barat, Sungai Banjir Kanal

Timur, Kali Kreo, Kali Kripik, Kali Pengkol, Kali Watu Kodok, Kali Silandak, dan lain-lain. Kondisi air

permukaan adalah sebagai berikut :

6)Sumber Pelindo III dalam PROVIL WILAYAH PANTAI DAN LAUT KOTA SEMARANG, 2000Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 127

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Tabel. Kondisi Air Permukaan Di Kota Semarang.

No KecamatanDaerah Pengaliran

Sungai ( DPS )Debit ( M3/dt )

Tingkat PolusiMaks Min Rata-rata1. Semarang Utara K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 Sedang2. Semarang Selatan K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 Berat3. Semarang Barat. K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 Sedang4. Semarang Timur K. Babon – B. Kanal Tmr 102,24 0,008 2,42 Berat5. Semarang Tengah K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 Sedang6. Genuk K. Babon – B. Kanal Tmr 102,24 0,008 2,42 Sangat Berat7. Gunungpati K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 Ringan8. Banyumanik K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 Sedang9. Tembalang K. Babon – B. Kanal Tmr 102,24 0,008 2,42 Sedang10 Pedurungan K. Babon – B. Kanal Tmr 102,24 0,008 2,42 Ringan11 Gayamsari K. Babon – B. Kanal Tmr 102,24 0,008 2,42 Berat12 Candisari K. Babon – B. Kanal Tmr 102,24 0,008 2,42 Berat13 Gajah Mungkir K. Garang – B. Kanal Brt 98,86 1,06 8,36 -14 Mijen S. Silandak – K. Beringin - - - Ringan15 Ngaliyan S. Silandak – K. Beringin - - - Ringan16 Tugu S. Silandak – K. Beringin - - - Ringan

Sumber: Master Plan On Water Resources Development (JICA – Puslit LH UNDIP)

2.7.2. Air Tanah.

Dilihat dari segi hidrogeologi, Kota Semarang terdiri atas: Akifer Dangkal (besifat tidak tertekan)

dengan kedalaman 10m – 40m dan debit optimum berkisar antara 0,07 – 1,3 L/dt; Akifer Dalam

(bersifat tertekan) dengan kedalaman 40m – 150m dan debit optimum berkisar antara 0,6 – 74

L/dt. Kebutuhan air tanah untuk air bersih dan keperluan lainnya, terus meningkat dari tahun ke

tahun, sebagai contoh pada tahun 1990, jumlah pengambilan air tanah 0,427 x 106 M3/tahun, dan

pada tahun 1998 sebesar 35,639 x 106 M3/tahun (Dit. Geologi Dan Tata Lingkungan).

Berdasarkan hasil penelitian Tim Fakultas Pertanian UGM Tahun1997 dapat diketahui kualitas air

tanah sebagai berikut :

- Daerah Bandarharjo, kegaraman tanah sangat tinggi dengan kisaran antara 0,6–1,6

S, Cl- tinggi, pH netral.

- Daerah Mangunharjo kegaraman tanah sangat tinggi dengan kisaran antara 0,15–3,63

S pH agak asam.

- Daerah Trimulyo kegaraman tanah cukup tinggi dengan kisaran antara 0,2 – 2,0 S,

Cl- sangat tinggi, pH netral.

2.8. RONA BIOLOGI LINGKUNGAN2.8. RONA BIOLOGI LINGKUNGAN

2.8.1. Vegetasi Pantai.

Vegetasi pantai Kota Semarang saat ini makin berkurang baik jenis maupun jumlahnya, dimana

saat ini hanya berupa tanaman penyangga (bakau jenis api-api) dan tanaman liar (Ludwigia,

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 128

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Krokot, Blumea, rumput cynodon dan rumput paspalum. Tumbuhan peneduh seperti Angsana dan

Waru mulai banyak di tanam di kawasan pantai Kota Semarang, sedangkan tanaman padi terdapat

disekitar areal pertambakan.

2.8.2. Fauna

Berdasarkan pengamatan dan informasi dari masyarakat sudah jarang ditemukan satwa liar.

Beberapa jenis burung yang masih ditemukan adalah Kuntul, Sriti, burung Gerja, dan Kutilang dan

beberapa jenis serangga yang banyak ditemukan adalah Kupu-kupu, capung, belalang, semut dan

lalat.

2.9. RONA FISIK LINGKUNGAN PANTAI2.9. RONA FISIK LINGKUNGAN PANTAI

2.9.1. Banjir / Genangan air

Secara umum banjir dan genangan air di Wilayah Kota Semarang dapat diklasifikasikan sebagai

banjir kiriman, banjir local dan banjir pasang. Banjir makin diperbesar akibat adanya penggunaan

lahan dengan memperbesar land cover.

2.9.2. Intrusi air laut

Berdasarkan hasil “Studi Evaluasi Instrusi Air Laut di Daerah Kota Semarang Tahun 1997’,

diketahui bahwa pada kedalam tanah 5 m telah banyak tempat di daerah pantai Kota Semarang

air tanahnya asin hingga payau. Penyebaran intrusi air laut pada berbagai ke dalaman di sekitar

pantai Kota Semarang dapat dilihat pada gambar berikut.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 129

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

2.9.3. Abrasi dan akrasi.

Abrasi di Kelurahan Mangunharjo bertaraf berat, hal ini terkait dengan jenis tanah yang tidak

dispers, yang selalu terendam air, sehingga struktur tanah tidak terbentuk. Proses abrasi terjadi juga di daerah sekitar pantai Tanah Mas.

Akrasi yang terjadi dapat dilihat di bagian Timur kawasan pantai Kota Semarang. Secara umum

diketahui bahwa pantai Kota Semarang telah mengalami pertumbuhan yang cukup besar mulai

tahun 1847 – 1991. Pertumbuhan pantai yang tercatat antara tahun 1847 – 1991 sebesar 581 m,

sedangkan antara tahun 1940 – 1991 terjadi penambahan lagi sebesar 303 m.

2.9.4. Sedimentasi

Menurut hasil penelitian SSUDP tahun 1997, ternyata sekitar 39% dari luasan wilayah Kota

Semarang berpotensi menimbulkan erosi dari kelas paling ringan (5 m3/Ha/th) hingga kelas erosi

yang paling berat (400 m3/Ha/th). Akibat erosi di bagian atas tersebut menyebabkan sedimentasi

di wilayah pantai Kota Semarang. Dampak langsung dari hal ini adalah gangguan terhadap fungsi

pelabuhan, pendangkalan alur sungai serta memperpanjang waktu genangan banjir.

2.9.5. Amblesan Tanah (Land Subsidence)

Dari hasil penyelidikan Dit. GTL dapat diketahui bahwa amblesan yang terjadi berkisar antara 0,02

0,25 m/th. Secara umum wilayah pantai Kota Semarang dapat dikelompokkan menjadi 4(empat)

zona amblesan tanah, yaitu:

- Zona amblesan 0,2 m/th

- Zona amblesan 0,15 – 0,20 m/th

- Zona amblesan 0,10 – 0,15 m/th

- Zona amblesan 0,05 – 0,10 m/th

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 130

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Amblesan yang cukup besar terjadi di sekitar Pelabuhan Tanjung Mas, Pondok Hasanudin hingga

Stasiun Tawang, yaitu sebesar 0,2 m/th.

Gambar : Amblesan kota pantai Semarang.

IV. PEMBAHASANIV. PEMBAHASAN

4.1. DASAR - DASAR PENETAPAN PENGUMPULAN DATA.4.1. DASAR - DASAR PENETAPAN PENGUMPULAN DATA.

Metode Perhitungan sebagai dasar untuk memperoleh hasil kerugian akibat kenaikan muka air laut

setinggi 1 meter adalah suatu besaran kerugian baik disebabkankan oleh kerusakan bangunan

maupun oleh kerugian sosial yang digambarkan dalam satuan biaya, pada setiap pertambahan

kenaikan air laut.

Untuk mendapatkan besaran kerugian fisik, maka sasaran yang akan dicapai saat ini adalah

dengan melakukan identifikasi tipologi bangunan di kawasan pantai dan besaran kerugian yang

ada di kawasan.

4.1.1. Identifikasi tipologi bangunan

Istilah tipologi secara bebas dapat diartikan sebagai telaah suatu kawasan berdasarkan tipe atau

jenis - jenisnya. Istilah tipologi pada tingkat mikro, digunakan untuk menggambarkan tipe

bangunan pada kawasan pantai secara spesifik, yang dalam penelitian ini akan dikelompokkan ke

dalam tipe atau jenis berdasarkan :

- bentuk bangunannya,

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 131

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

- tipe atau jenis berdasarkan fungsinya,

- pengelompokkan tipe atau jenis kerusakan.

- jenis permasalahan akibat kenaikan muka air laut

- kemampuan adaptasi terhadap kenaikan muka air laut

- kehilangan aset

4.1.2. Batasan - batasan pengumpulan data.

Batasan pengumpulan data mencakup :

1. Jumlah kepala keluarga dilakukan untuk menghitung perkiraan atau untuk

menggambarkan jumlah bangunan yang ada di kawasan, tidak dapat selau tepat

menggambarkan jumlah hunian, karena masih terdapat hunian yang dihuni oleh beberapa

keluarga terutama di kawasan Bandarharjo.

2. Tingkat kerusakan tertinggi, diperkirakan berdasarkan kerusakan atau kehilangan aset

yang dinilai berdasarkan fungsi, bentuk fisik dan factor sosial. Perkiraan ini masih bersifat

sangat “kasar”, karena hanya menilai kemungkinan kalau air naik, maka bangunan ini akan

hilang, terendam dsb. Dalam kasus Semarang, maka untuk menentukan kerugian terbesar

ditetapkan berdasarkan luas kawasan terbesar serta fungsi bangunan yang ada.

3. Unit analisa berada dalam lokasi yang berhubungan langsung dengan kenaikan muka air

laut. Kriteria ini mudah dipenuhi, dan sangat bermanfaat dalam menentukan suatu

kawasan yang akan dipilih.

4. Memiliki kekhasan dan terletak di daerah Urban / perkotaan. Sama seperti point 3, maka

kriteria ini sangat feasible untuk menetapkan lokasi terpilih.

5. Apabila tipe bangunan pada setiap unit analisa adalah homogen, maka diambil satu unit

analisa, sedangkan apabila setiap unit analisa heterogen, maka diambil dua unit analisa

yang mempunyai kekhususan.

Batasan ini agak sulit dipenuhi dalam suatu tingkat administratif setingkat kelurahan,

karena di daerah urban, batas administratif setingkat kelurahan cenderung akan bersifat

kawasan heterogen.

4.1.3. UNIT ANALISA untuk TIPOLOGI BANGUNAN

a. Untuk menganalisa kawasan ditetapkan unit analisa terkecil dalam batas administrasi

tingkat kelurahan.

b. Unit analisa yang dipilih ditentukan berdasarkan tingkat homogenitas tipe bangunan.

c. Apabila tipe bangunan relatif heterogen, maka diambil dua unit analisa yang mempunyai

kekhususan.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 132

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

d. Mengumpulkan data permasalahan yang terjadi (baik fisik maupun sosial) untuk setiap unit

analisa.

e. Data tipologi bangunan untuk setiap lokasi ditetapkan berdasarkan : fungsi bangunan,

bentuk bangunan, sarana dan prasarana yang ada, kondisi sosial masyarakatnya.

f. Detail bangunan dipilih berdasarkan komposisi tipe bangunan terbanyak mencakup

keterangan tentang :

a. denah

b. dimensi

c. kebutuhan bahan bangunan

d. jenis perabot

e. jenis bahan bangunan

f. sumber bahan bangunan

g. biaya

h. jenis kerugian

g. Dari detail yang diperoleh, dihitung jumlah kerugian yang mungkin terjadi (dalam Rp)

h. Dan mengumpulkan data tentang permasalahan sosial yang terjadi pada bangunan

tersebut.

Data – data tersebut didapat melalui observasi lapangan.

4.1.4. Pengisian daftar Pertanyaan.

Sebagai sampel didapatkan data sebagai berikut :

1. Pengelompokan Bangunan.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 133

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gambar : Pengelompokan massa bangunan di kelurahan Panggung Lor adalah membentuk pola grid Gambar : Pengelompokan massa bangunan di kelurahan Panggung Lor adalah membentuk pola grid beraturan.beraturan.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 134

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 135

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

2. Pengisian daftar pertanyaan

Bangunan Tempat Tinggal, Sarana dan Prasarana Dalam Satu Kecamatan. Nama Lokasi : Panggung Lor, Tanjung Mas, Bandarharjo

No

Karakteristik

Fungsi

Lokasi BentukUmur

bangunan(thn)

Struktur bangunan Kosntruksi bangunan Bahan bangunan

Darat AirMengapung Panggung Bertingkat

Beton

Baja

Kayu Permanen Semi

permanenNon

permanen Pondasi Dinding Atap

Perahu Tambat Ya Tdk Ya Tdk

TEMPAT TINGGAL

1. Rumah tunggal Ada - - - - tdk ADA ADA

Rata – rata 27 tahun

ADA ADA ADA ADA ADA ADA Batu kali Bata Genteng

2. Rumah gandeng Ada - - - - Tdk ADA ADA3. Rumah deret ada - - - - Tdk ADA ADA4. Rumah susun ADA - - - - Tdk ADA ADA5. Rumah toko ADA - - - - Tdk ADA ADA6. Rumah kantor ADA - - - - Tdk ADA ADA7. Rumah industri ADA - - - - Tdk ADA ADA

SARANA8. Bioskop ADA - - - - Tdk ADA ADA - ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA9. Tempat

RekreasiADA - - - - Tdk ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA

10. Ruang Terbuka ADA - - - - Tdk ADA ADA - - - - - - ADA - - -11. Hotel/Penginapan ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 – 1

abadADA ADA ADA ADA ADA - ADA ADA ADA

12. Toko ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 – 1 abad

ADA ADA ADA ADA ADA - ADA ADA ADA

13. Warung ADA - - - - Tdk ADA ADA - ADA - ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA14. Pasar Tradisional - - - - - Tdk ADA ADA 10 – 1

abadADA - ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA

15. Pasar Swalayan ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 - 20 ADA ADA ADA ADA ADA - ADA ADA ADA16. Supermarket - - - - - Tdk ADA ADA - ADA ADA ADA ADA ADA - ADA ADA ADA17. Salon

kecantikanADA - - - - Tdk ADA ADA 10 - 20 ADA - ADA ADA ADA - ADA ADA ADA

18. Bengkel ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 – 20 ADA - ADA ADA ADA - ADA ADA ADA19. Apotek ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 – 20 ADA - ADA ADA ADA - ADA ADA ADA20. Praktek Dokter ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 – 20 ADA - ADA ADA ADA - ADA ADA ADA21. Puskesmas ADA - - - - Tdk ADA ADA 10 – 20 ADA - ADA ADA ADA ADA ADA ADA ADA

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 136

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

NoKarakteristik

Fungsi

Lokasi BentukUmur

bangunan(thn)

Struktur bangunan Kosntruksi bangunan Bahan bangunan

Darat AirMengapung Panggung Bertingkat Be

tonBaja

Kayu

Permanen

Semi permanen

Non permanen Pondasi Din

dingA

tapPerahu Tambat Ada Tdk Ada Tdk22. Pelabuhan ADA - - - - - - - >50 ya ya ya ya - - beton bata genteng23. Tempat

Pelelangan ikan

ADA - - - - - - -

24. Terminal Peti Kemas

ADA - - - - - - - >50 ya ya ya ya - - beton bata Genteng

25. Gudang ADA - - - - - ya ya >30 ya ya ya ya - - beton bata Genteng26. Terminal Bus Tdk - - - - - - - - - - - - - - - - -27. Stasiun KA ADA - - - - - tdk ya >100 ya ya ya ya - - beton bata Genteng28. Tempat

ibadahADA - - - - - Ya - >30 ya Ya Ya Ya Ya -

29. Sekolah ADA - - - - - Ya - > 50 Ya Ya Ya Ya Ya -30. Wartel ADA - - - - - Ya - - Ya - Ya Ya Ya -31. MCK Umum ADA - - - - - - - - Ya - - - - -32. Pemakaman ADA - - - - - Tdk - - - - - - - -33. TPS ADA - - - - - Tdk - - - - - - - -34. TPA ADA - - - - - Tdk - - - - - - - -35. Insite Solid

wasteADA - - - - - Tdk - - - - - - - -

No KarakteristikFungsi

Ada Tdk Sumber Kapasitas Areal Pelayanan Panjang (M) Lebar(M) Keterangan

PRASARANA22. Listrik ADA PLN - - - -23. Telepon ADA TELKOM - - - -24. Gas ADA LPG - - - -25. Air bersih ADA PDAM - - - -26. Air limbah ADA PDAM - - - -27. Drainase ADA PEMDA - - - -28. Jalan lingkungan ADA PEMDA - - - -29. Jalan setapak ADA MASYARAKAT - - - -30.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 137

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

3. Kerusakan Yang Pernah Terjadi

No.Karakteristik

FungsiJenis kerusakan

fisikJumlah

kerugian(Rp)

Perbaikan yang telah dilakukan

Biaya untuk perbaikan

(Rp)Sumber dana

Bahan Bangunan

(yang digunakan)

Tempat mendapatkan bahan bangunan Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10TEMPAT TINGGAL

1. Rumah tunggal Dinding, peninggian bangunan

5-50jt Meninggikan lantaiMeninggikan jalan

5 jtsetiap kali banjir

Swadaya masyarakatpemerintah

setempat Sekitar kawasan

2. Rumah gandeng idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem3. Rumah deret Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem4. Rumah susun Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem5. Rumah toko Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem6. Rumah kantor Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem7. Rumah industri Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

SARANA8. Bioskop Belum ada data Belum ada

dataBelum ada data Belum ada data Belum ada data Belum ada

dataBelum ada data

9. Tempat Rekreasi Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem10. Ruang Terbuka Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem11. Hotel/Penginapan idem idem idem idem idem idem idem12. Toko Idem Idem Idem Idem Idem idem Idem13. Warung Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem14. Pasar Tradisional Idem Idem Idem idem Idem Idem Idem15. Pasar Swalayan idem Idem Idem idem Idem idem Idem16. Supermarket Idem Idem Idem idem Idem Idem Idem17. Salon kecantikan Idem Idem Idem Idem Idem idem Idem18. Bengkel Idem Idem Idem Idem Idem idem Idem19. Apotek Idem Idem idem idem Idem Idem Idem20. Praktek Dokter Idem Idem Idem idem Idem idem Idem21. Puskesmas Idem idem Idem idem idem Idem idem22. Pelabuhan Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem23. Tempat Pelelangan

ikanIdem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

24. Terminal Peti Kemas

Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

25. Gudang Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem26. Terminal Bus Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 138

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

27. Stasiun KA Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem28. Tempat ibadah Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem 29. Sekolah Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem30. Wartel Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

No.Karakteristik

FungsiJenis kerusakan

fisikJumlah

kerugian(Rp)

Perbaikan yang telah dilakukan

Biaya untuk perbaikan

(Rp)Sumber dana

Bahan Bangunan

(yang digunakan)

Tempat mendapatkan bahan bangunan Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1031. MCK Umum Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem32. Pemakaman Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem33. TPS Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem34. TPA Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem35. Insite Solid waste Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

PRASARANA36. Listrik Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem37. Telepon Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem38. Gas Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem39. Air bersih Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem40. Air limbah Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem41. Drainase Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem42. Jalan lingkungan Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem43. Jalan setapak Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem

Data – data diatas hanya menggambarkan secara umum kondisi kawasan. Apabila akan dihitung secara mendetail, maka data harus dikumpulkan secara

terinci dan membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup. Hal ini disebabkan karena data detail dari setiap kelurahan, tidak mencakup besarnya dana yang

digunakan dalam membangun maupun melakukan rehabilitasi.

Pada dasarnya data ini akan mudah diperoleh, bila setiap perbaikan maupun renovasi terekam secara detail di tingkat kelurahan, sesuai dengan perda yang

mensyaratan adanya ijin baik pada pembangunan maupun renovasi bangunan.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 139

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

4. Pola Pengelompokkan Bangunan

Tempat Tinggal

No. Tempat TinggalLokasi Bentuk Jumlah

lantaiDarat Air Mengapung Panggung Non Panggung

1 Panggung Lor Darat - - - Non panggung 1-32 Tanjung Mas Darat - - - Non panggung 1-33 Bandarharjo Darat - - - Non panggung 1-3

4.2. ANALISA TIPE KAWASAN KOTA PANTAI4.2. ANALISA TIPE KAWASAN KOTA PANTAI

Luas wilayah kelurahan Tanjung Mas, Panggung Lor dan Bandarharjo merupakan kawasan terluas

dibandingkan kelurahan lain. Dari data administratif terlihat bahwa umumnya kepemilikan lahan,

adalah tanah negara, kecuali di kelurahan Panggung Lor.

LUAS WILAYAH KELURAHAN TANJUNG MAS, PANGGUNG LOR DAN BANDARHARJO

NO. KELURAHANBatas Kelurahan LUAS

(HA)SERTFIKASI

Utara Selatan Barat Timur BELUM SERTIFIKAT SERTIFIKAT

1. Panggung Lor Laut Jawa

Kel. Panggung Kidul

Sungai Banjir Kanal Barat

Kel. Kuningan 123,470 - 123 Ha (4516

bh)

2. Bandarharjo Laut Jawa

Kel. Purwodinatan

Kel. Kuningan

Kel.Tanjung Mas

342.675 (256 tnh kering, 86,75 tnh basah)

- -

3. Tanjung Mas Laut Jawa

Kel. Purwodinatan

Kel. Bandarharjo

Kel. Kemijen 323,782 209 Ha -

NO. KELURAHANKETINGGIANTANAH DR

MUKA AIR LAUTSUHU UDARA DATA

TAHUN

1. Panggung Lor 1.0 M 29o C Juli – Des 2000

2. Bandarharjo 1.0 M – 2.0 M36o C – 350 C Juli – Des 199932o C – 35o C Jan – Juni 200035o C – 300 C Des 2000

3. Tanjung Mas 0,5 M 36o C Jan - Juni 1999

No. KelurahanPENDUDUK Jumlah DATA

TAHUN KK

PDDK

PDDK PRIA

PDDK WNT RT RW

1. Panggung Lor 3360 14240 6900 7340 124 14 Juli – Des 2000

2. Bandarharjo4311 18616 9236 9380 80 11 Juli – Des 19994300 18681 9275 9406 90 12 Jan – Juni 20004228 18779 9321 9458 80 11 Des 2000

3. Tanjung Mas 5735 27970 12993 14967 125 16 Jan - Juni 1999

Tipologi kawasan Kelurahan Panggung Lor mayoritas merupakan suatu kawasan permukiman

teratur dengan pola grid. Berbeda halnya dengan kelurahan Bandarhardjo cenderung merupakan

uatu kawasan permukiman yang tumbuh tanpa rencana. Sedangkan kawasan kelurahan Tanjung

Mas lebih didominasi oleh kegiatan transportasi, industri dan usaha seperti terlihat dalam tabel

berikut :

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 141

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Tata Guna Lahan & Ketinggian lahan

No. Kelurahan

Tinggi Muka Tanah

Dari permukaan Laut(M)

Luas lahan(HA)

Jumlah penduduk

(org)Tata guna lahan Jumlah

RumahKepadatan penduduk

1. Panggung Lor 1.00 123.470 14.240 Perumahan 5000

2. Bandarhardjo 1.00 – 2.00 342.675 18.681 Perumahan, pariwisata, 190org/Km2

3. Tanjung Mas 0.5 323.782 27.960

Perumahan, Industri, Pariwisata, Peternakan, Perikanan, Perdagangan/Jasa.

4.2.1. Kepadatan Bangunan

Kapadatan bangunan di ketiga kawasan ini relatif rendah, yaitu KDB = 50%. Bahkan di Kelurahan

Tanjung Mas sebagai kawasan pelabuhan dan stasiun memiliki kepadatan khusus.

4.2.2. Adaptasi penanganan genangan air di kawasan Panggung Lor.

Penghuni kawasan ini terdiri dari masyarakat dengan strata menengah keatas, oleh karena itu,

mereka mampu menangani sendiri kawasannya agar tetap nyaman dihuni. Hanya 15% tergolong

ke dalam strata menengah kebawah, hal inipun disebabkan karena telah lanjut usia.

Mereka cenderung tetap bertahan di kawasan ini atas dasar budaya dan kepercayaan mayoritas

penduduk yang mayoritas adalah warga negara Indonesia keturunan Cina.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 142

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Penangana terhadap genangan air laut diatasi dengan system drainase kawasan dengan

mengandalkan pompa – pompa. Pompa – pompa dibangun secara swadaya, dimana masyarakat

membiayai pembangunan awal dan retribusi pengoperasian.

Biaya operasional pompa air genangan saat ini

adalah Rp.7500,- setiap rumah dan akan

segera naik menjadi Rp.15.000,- per bulan.

Biaya kerugian akibat banjir di kawasan ini

diperkirakan sebesar 5 juta setiap kali banjir.7

Perumahan yang terkena genangan air

mencapai 50% dari seluruh luas kelurahan.

Penanganan Kawasan juga dilakukan dengan

meninggikan jalan, dan pavingisasi jalan oleh masyarakat maupun PD Tanah Mas, sebagai

developer kawasan ini. Kantor kelurahanpun telah ditinggikan lantainya yaitu 1.25 M diatas muka

jalan.

4.3. SAMPEL : KASUS RUMAH TINGGAL4.3. SAMPEL : KASUS RUMAH TINGGAL

- Bangunan ini diambil sebagai kasus untuk mendapatkan detail kondisi satu bangunan

yang dominan jumlahnya, dipilih satu rumah tinggal tipe kecil (72M2). Bangunan ini

merupakan bangunan hunian, dianggap paling cocok untuk contoh karena bentuk

bangunan mewakili tipe bentuk rumah yang ada di kawasan permukiman ini. Fungsi

hunian mendominasi bangunan di kawasan ini, dibandingkan dengan fungsi – fungsi

bangunan yang lain.

- Fungsi bangunan adalah fungsi hunian saja. Umur bangunan 16 tahun. Semenjak

dibangun telah dua kali melakukan peninggian bangunan akibat banjir yaitu pada tahun

1990 setinggi 50 cm dan pada tahun 1995 setinggi 50 cm pula. Tinggi bangunan saat ini =

2.00M yang semula adalah 3.00M

7 Sumber wawancara dengan ibu lurah Panggung Lor (Ny. HJ. Munirah Suharto)Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 143

Luas lahan = 10 x 14 M.Luas bangunan = 6 x 12 M.Tinggi plafond (awal) = 3 M,Setelah dua kali peninggian lantai, maka tinggi plafond tinggal 2.00M

Kebutuhan dana untuk meninggikan bangunan setinggi 1.00M, diperkirakan Rp.50.000.000. terdiri dari kebutuhan :- peninggian / pengurugan tanah- perbaikan & perombakan struktur bangunan- kebutuhan bahan bangunan- ongkos tukang

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

- Kondisi bangunan merupakan bangunan permanen, dengan dinding pasangan bata, atap

genteng, pondasi batu kali. Bentuk bangunan tunggal, tidak bertingkat.

- Bahan bangunan dan tingkat kerusakan :

No. Komponen Bahan yang digunakan

Asal bahan bangunan

Tingkat kerusakan KeteranganBerat Sedang Ringan1. Pondasi Pas. Batu Kali Sekitar

perumahanBerat - - Penurunan tidak merata

2. Lantai

Tanah Padat (halaman)

idem

Berat - -Setiap 5 tahun

ditinggikanPlester Semen (teras)

Berat - -

Keramik (dalam) Berat - -3. Dinding Pasangan Bata idem - Sedang -4. Kusen, dll kayu idem Berat - - Setiap 5 tahu kayu

diganti karena rusak5. Atap Genteng idem

- Cara penanggulangan secara material, sumber dana pembangunan adalah anak dan

keluarga yang besarnya adalah 5 juta, untuk menanggulangi kenaikan bangunan setinggi

50 cm dengan luas diperkirakan = 100M2 pada tahun 1995 (cat: upah tenaga saat itu =

Rp.7500 – Rp10.000,-)

- Jumlah dan jenis perabot yang dimiliki : mencakup meubelair (meja kursi tamu, tempat

tidur kayu, meja kursi makan, lemari pakaian dan dipan kayu). Sedangkan peralatan

rumah tangga yang dimiliki adalah : televisi, kipas angin, telpon, mesin jahit, CD, radio,

lemari dapur.

- Prasarana di sekitar lokasi contoh :

o Bahan Utama Prasarana Jalan :

paving blok : panjang 10M, lebar 5.00M (biaya swadaya, dimana setiap penghuni dikenai biaya Rp.180.000,-)

sirtu : panjang 10M. lebar 4.00M

o Drainase :

Tanah stabilisasi : Panjang 10M, lebar 1,5 0M

Pompa drainasi : 10 buah

o Septik tank

Prediksi kerusakan naiknya air laut mengakibatkan limbah naik keatas. Dikuras setiap 2 tahun, pernah ditinggikan setinggi 2.00M

o Jaringan Air Bersih

Pipa besi : Prediksi kerusakan, pipa berkarat, akan diganti dengan pipa pvc

o Penanganan Sampah :

TPA, TPS, : pasangan bata : dengan beca sampah, sampah diambil setiap hari

- Interior rumah

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 144

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

4.4. PERUBAHAN4.4. PERUBAHAN

Perubahan pada bangunan – bangunan di kawasan ini, dapat dikategorikan berdasarkan

perubahan yang dimaksudkan untuk mengatasi naiknya air, serta perubahan dengan maksud

perluasan dan renovasi bentuk.

Perubahan yang dilakukan atas dasar menanggulangi masalah air banjir, pada umumnya adalah

dengan menaikkan tinggi muka lantai rumah, membuat bendung penahan, atau meninggikan tinggi

muka lantai halaman.

Masyarakat yang tidak mampu meninggikan lahan

atau meninggikan lantai bangunan, untuk mengejar ketinggian muka air laut pada akhirnya akan

meninggalkan kawasan, hal ini terdapat di kelurahan Tanjung Mas maupun Panggung Lor

4.5. TIPE BANGUNAN KOTA PANTAI4.5. TIPE BANGUNAN KOTA PANTAI

Tipe bangunan kota pantai di daerah urban di Semarang, adalah tipe town house atau rumah kota.

Ditinjau dari bahan bangunan yang digunakan, maka pada umumnya menggunakan bahan

bangunan sebagai berikut :

1. Dinding : tembok dari susunan bata merah

2. Atap : genteng

3. Lantai rumah : lapisan semen, ubin, tegel, keramik

4. Jenis pondasi : pasangan batu kali, beton

5. Kerangka atap : kayu / papan, beton

6. Kolom : Kayu, bambu, pasangan bata, beto, besi, bajaTipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 145

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

V. KESIMPULAN DAN SARANV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN TIPOLOGI BANGUNAN5.1. KESIMPULAN TIPOLOGI BANGUNAN

5.1.1. Tipe – tipe Bangunan Perkotaan.

Berdasarkan bentuk, maka tipe bangunan di kawasan pantai Semarang adalah tipe bangunan

tunggal, yang akhirnya berkembang menjadi rumah deret, baik bertingkat maupun tak bertingkat,

namun semuanya merupakan bangunan hunian yang langsung berada diatas tanah (landed

houses).

Jumlah setiap tipe bangunan yang ada disuatu kawasan permukiman dapat diperoleh jumlahnya

berdasarkan jumlah jenis dan fungsi yang ada seperti : bangunan rumah, toko, pasar, fasilitas

kawasan, fasilitas umum dan fasilitas social, prasarana dan sarana, dsb. Luasan setiap bangunan,

harus diobservasi kasus per kasus.

Data komposisi jumlah bangunan berdasarkan fungsi dapat diperoleh, namun komposisi

berdasarkan tipologi bentuk, hanya dapat diperoleh pada kawasan terencana.

Pada dasarnya data yang diperoleh tidak langsung dapat digunakan untuk menjawab kebutuhan

data untuk menghitung besarnya kerugian.

5.1.2. Tipe - tipe adaptasi terhadap kenaikan muka air laut

5.1.2.1. Penanganan bangunan

Adaptasi penanganan bangunan, antara lain dilakukan dengan meninggikan lantai, disamping

beberapa kondisi lain, seperti membuat bendungan dan meninggikan jalan.

5.1.2.2. Perilaku sebagai bentuk adaptasi

Menghadapi masalah yang terjadi selama dan setelah banjir terjadi nampak sudah menjadi hal

yang biasa, akibatnya bangunan selalu berupaya untuk meninggikan tanah dan amblesan tanah

makin bertambah akibat bangunan dibangun tanpa mengindahkan ketentuan.

Bentuk – bentuk kerusakan kawasan akibat banjir.

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 146

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Di

Perumahan Tawang Mas, di kelurahan Panggung Lor, hanya 50% dari penduduk kawasan yang

mampu meninggikan bangunannya. Namun demikian kegiatan meninggikan lantai bangunan

dilakukan secara rutin, dimana penurunan tanah diperkirakan antara 7 – 10 cm setiap 5 tahun.

Pada umumnya, mereka yang tidak mampu meninggikan bangunan, cenderung pindah atau

meninggalkan kawasan ini, bila dirasakan terlalu berat biaya hidup yang ditanggungnya.

5.1.3. Tipologi fungsi bangunan.

Fungsi bangunan yang merupakan kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang ada di

kelurahan Panggung Lor, Tawang Mas dan Bandarharjo, memberikan ciri khusus kawasan tepi

pantai yaitu dengan adanya fasilitas pelabuhan, tempat pelelangan ikan, terminal peti kemas, dan

pergudangan. Sarana dan prasarana lain, merupakan fasilitas umum yaitu rumah ibadat (gereja,

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 147

Bangunan Asli, lantai terendam air

Menaikkan tinggi permukaan lantai dan membuat bendungan

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

mesjid), stasiun KA, sekolah, wartel, MCK Umum, pemakaman, TPS, TPA, poliklinik, toko (bahan

bangunan, perlengkapan rumah tangga, dll) serta warung dan pasar.

5.1.4. Dampak Penyakit

Ketidak mampuan adaptasi lingkungan, dapat dilihat dari munculnya berbagai penyakit yang

diakibatkan oleh genangan air antara lain adalah, gatal – gatal yang ditimbulkan akibat kutu air.

5.1.5. Tipologi Kerusakan

Kerusakan dapat diamati secara umum sebagai dampak dari Kenaikan Muka air laut di Semarang

yang menunjukkan adanya tipe – tipe spesifik. Tipe – tipe ini dikelompokkan ke dalam tipe

berdasarkan :

fungsi bangunan,

fungsi kawasan,

bentuk kawasan,

bentuk bangunan,

penanganan akibat banjir di kawasan,

penanganan akibat banjir di rumah atau bangunan yang ditempati.

No.

PENINGKATAN Muka air Laut

TIPOLOGIkerusakan

Dampak fisik

1. Bentuk Bangunan Perubahan komposisi bentuk bangunan menjadi tidak proposional.

2. Fungsi Bangunan Tidak dapat dimanfaatkan karena terendam / rusak3. Antisipasi Penanganan Memperbaiki secara terus menerus4. Bentuk Kerusakan Plesteran Terkelupas

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 148

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kota Semarang, Data kondisi fisik lingkunganPemda Kota Semarang, Rancangan RTBL Kota LamaPemerintah Kota Semarang, Badan Perencana Pembangunan Daerah, PROFIL WILAYAH

PANTAI DAN LAUT KOTA SEMARANG, Proyek Perencanaan Wilayah Pantai Terpadu dan Penyusunan NSAD, Tahun 2000

Pemerintah Kota Semarang, RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Bagian Wilayah Kota III (BWK III) – Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara – Tahun 1995 - 2005

Pemerintah Kota Semarang Monografi Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Juli – Desember 1999

Pemerintah Kota Semarang Monografi Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Januari – Juni 2000

Pemerintah Kota Semarang Monografi Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Juli – Desember 2000

Pemerintah Kota Semarang Monografi Kelurahan Panggung Lor, Semarang Utara Semester II Juli – Desember 2000

Pemerintah Kota Semarang Monografi Kelurahan Tanjung Mas Semarang Utara Semester I Januari – Juni 1999

Peta homogenitas dan heterogenitas lingkungan.Sumber dana pendukung untuk perbaikan, LSM, Pemda

Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai - Semarang halaman - 149