Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan...

62
35 BAB IV SELF EFFICACY DARI AKTOR-AKTOR ORGANISASI DALAM KESIAPAN IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL PP NO. 71 TAHUN 2010 Deskripsi dan Analisis Kondisi 4.1 Sumber Daya Manusia 4.1.1 Persepsi Narasumber Terkait Akuntansi Berbasis Akrual Persepsi narasumber dalam penelitian ini lebih menekankan pada pemahaman narasumber mengenai akuntansi berbasis akrual. Adapun narasumber yang diwawancarai terkait pemahaman mereka terkait akuntansi berbasis akrual berjumlah 13 orang (6 orang dari BPKAD dan 7 orang PPK SKPD). Kepala Badan BPKAD, Bapak Orideko I. Burdam (wawancara pada tanggal 05 April 2014) mengungkapkan bahwa sistem akuntansi akrual merupakan program pemerintah, namun tidak menjelaskan secara detail program seperti apa sistem akuntansi berbasis akrual tersebut : Menurut saya sistem akutansi yang berbasis (akrual), saya kira itu ya program pemerintah yang harus kita terapkan, apapun resiko kita harus banyak belajar dan mengikuti pelatihan untuk bisa dapat menerapkan itu.Kepala Sub. Bidang Verifikasi BPKAD, Bapak Abu Bakar Saka (wawancara pada tanggal 07 April 2014) berpendapat bahwa akuntansi akrual berkaitan dengan pengakuan pada belanja: Ya kalo pemahaman saya kan apa namanya, yang lama kan (SAP PP 24/2005) hanya seputar hanya mengatur tentang contohnya. apanya macam belanja gitukan, jadikan yang lama kan dia mengakui kita, kalo kita sudah belanja berarti dia mengakui sebagai belanja tapi kalo yang baru (SAP PP 71/2010) itu kan ketika belum dipertanggungjawabkan, berarti dia belum mengakui sebagai belanja

Transcript of Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan...

Page 1: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

35

BAB IV

SELF EFFICACY DARI AKTOR-AKTOR ORGANISASI DALAM

KESIAPAN IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL

PP NO. 71 TAHUN 2010

Deskripsi dan Analisis Kondisi

4.1 Sumber Daya Manusia

4.1.1 Persepsi Narasumber Terkait Akuntansi Berbasis Akrual

Persepsi narasumber dalam penelitian ini lebih menekankan pada

pemahaman narasumber mengenai akuntansi berbasis akrual. Adapun

narasumber yang diwawancarai terkait pemahaman mereka terkait akuntansi

berbasis akrual berjumlah 13 orang (6 orang dari BPKAD dan 7 orang PPK

SKPD).

Kepala Badan BPKAD, Bapak Orideko I. Burdam (wawancara pada

tanggal 05 April 2014) mengungkapkan bahwa sistem akuntansi akrual

merupakan program pemerintah, namun tidak menjelaskan secara detail

program seperti apa sistem akuntansi berbasis akrual tersebut :

“Menurut saya sistem akutansi yang berbasis (akrual), saya kira itu ya

program pemerintah yang harus kita terapkan, apapun resiko kita

harus banyak belajar dan mengikuti pelatihan untuk bisa dapat

menerapkan itu.”

Kepala Sub. Bidang Verifikasi BPKAD, Bapak Abu Bakar Saka

(wawancara pada tanggal 07 April 2014) berpendapat bahwa akuntansi

akrual berkaitan dengan pengakuan pada belanja:

“Ya kalo pemahaman saya kan apa namanya, yang lama kan (SAP PP

24/2005) hanya seputar hanya mengatur tentang contohnya. apanya

macam belanja gitukan, jadikan yang lama kan dia mengakui kita,

kalo kita sudah belanja berarti dia mengakui sebagai belanja tapi kalo

yang baru (SAP PP 71/2010) itu kan ketika belum

dipertanggungjawabkan, berarti dia belum mengakui sebagai belanja

Page 2: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

36

gitukan, tapi kalo sudah di ini dipertanggungjawabkan baru diakui

sebagai belanja gitu.”

Sistem akuntansi berbasis akrual dalam pemerintahan tidak hanya terkait

pembelanjaan APBN/APBD namun berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010

dalam pelaksanaan laporan finansial yaitu terkait dengan pengakuan

pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran

yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan pengakuan pendapatan, belanja

dan pembiayaan . Perbedaan yang mendasar terkait antara SAP lama (PP 24

Tahun 2005) dengan SAP yang baru (PP 71 Tahun 2010) pada awal transaksi

sebelum dicatat yaitu pengakuan dan belanja, selain itu perbedaan format

laporan antara jenis dan komponen laporan keuangan dan hal yang perlu

diperhatikan adalah penerapan konsep pengakuan, pengukuran, pelaporan

dan pengungkapan.

Bapak Abu juga menambahkan SAP berbasis akrual lebih mengarah

pemerintah ke sistem akuntansi perusahaan atau swasta

“Trus yang kedua kupikir mungkin baru..yang lama itu kan masih

bersifat pemerintahan, kalo yang baru harus masuk ke yang seperti di

sistem perusahaan gitu kan dia sudah mulai mengarah kesana gitu

seperti itu, mungkinkan yang baru lebih jelas lagi begitu”.

Berdasarkan pendapat diatas, hal ini sesuai dengan makna yang

ditekankan dalam NPM (New Public Management) dalam Ouda (2010) yang

memperkenalkan akuntansi akrual sebagai bentuk teknik manajemen sektor

privat atau sawsta serta sebagai aplikasi prilaku pasar bebas.

Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi Sekertariat Daerah, Bapak

Syamsudin Samuel Imanohos (wawancara pada tanggal 07 April 2014)

berpendapat bahwa akuntansi akrual hanya terkait pada pengakuan

pendapatan namun tidak berpengaruh terhadap belanja APBD:

“…kalo berbasis akrual khususnya kalo untuk masalah belanja saya

pikir tidak ada pengaruhnya, cuman untuk pendapatan itu akrual

Page 3: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

37

sangat-sangat berpengaruh karena kita mengakui pendapatan masih

berupa ketika belum menerima uang, tapi itu sudah kita akui karena

ada perjanjian, itu khusus pendapatan yang akrual itu sangat

berpengaruh tapi kalo masalah belanja saya pikir itu tidak terlalu

berpengaruh.”

Pengakuan (recognation) pendapatan dan belanja dalam akuntansi

berbasis akrual tidak melihat waktu kas itu diterima atau dibayarkan (KSAP,

2006), artinya tidak hanya pendapatan saja berpengaruh dalam hal

pengakuan didalam keterikatan kontrak, namun belanja juga sangat

bepengaruh dan sudah diakui sebagai beban atau biaya meskipun belum

dibayarkan dan dianggap sebagai hutang.

Kepala Sub Bagian keuangan dan Perlengkapan Bappeda, Bapak

Rachmat M. Nurjayamika (wawancara pada tanggal 08 April 2014)

mengatakan bahwa akuntansi berbasis akrual merupakan SAP yang mengacu

pada pelaporan yang dibuat oleh unit akuntansi SKPD:

“Pemahaman saya bahwa sekarang, karena keluar SAP yang berbasis

akrual itu berarti kalo di SKPD, itu berartikan kita seharusnya SKPD

sebagai unit akuntansi. Sehingga pelaporan keuangan ya harusnya

mengacu kepada kita yang buat, bukan selama ini yang terjadi itu kan

selalu dari badan keuangan yang buat (BPKAD), jadi seolah-olah data

yang di SKPD itu tidak terlalu dipercayai dibandingkan data yang

mereka harus buat, seharusnya itu kan menurut pemahaman saya

mengenai ini bahwa SKPDnya yang sekarang dijadikan basis

akuntansi, jadi seharusnya akuntansinya sistem pencatatannya harus

ada di SKPD dibandingkan (SAP) yang lama toh.”

Berdasarkan PP 71 Tahun 2010, setiap entitas pelaporan (didalam

penelitian ini adalah pemkab) wajib melaporkan upaya-upaya dan hasil

pencapaian. SKPKD yaitu BPKAD dan SKPD harus bersinergi untuk

menghasilkan pelaporan sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab masing-

masing entitas.

Page 4: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

38

Pertanggungjawaban di SKPD khususnya PPK SKPD melaksanakan

akuntansi SKPD dan menyusun laporan keuangan SKPD. Sedangkan di

SKPKD melakukan pengendalian pelaksanaan APBD yang dilaksanakan

oleh SKPD dan menyusun laporan keuangan konsolidasi dari laporan

keuangan SKPD menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Namun pemahaman dari narasumber tidak berkaitan dengan konsep tentang

akuntansi berbasis akrual namun lebih mengarah ke teknis pelaksanaan yang

dilakukan oleh entitas.

Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata (wawancara pada tanggal 14 April 2014), Bapak Abdul Latif

Soltif mengatakan akuntansi akrual berkaitan dengan perbedaan antara yang

lama (PP 24 Tahun 2005) dengan yang baru (PP 71 Tahun 2010):

“Ya dia perbedaannya mungkin hanya dari apa namanya, dari bagan-

bagan (akuntansi) ini aja, dari format apa namanya ini (SAP), apa dia

rumus-rumus perhitungannya ini ya beda, dia ada beda sedikit dengan

yang lama.”

Perbedaan mendasar SAP baru dan lama sudah dijelaskan sebelumnya,

pokok-pokok perbedaan akuntansi pemerintah kas menuju akrual dan akrual

sangat banyak, mulai dari pokok-pokok perbedaan kerangka konseptual,

hingga pokok-pokok perbedaan PSAP lama dan baru dari PSAP 01 sampai

dengan PSAP 11. Narasumber tidak menunjukan konsep secara jelas terkait

akuntansi berbasis akrual dan tidak menjelaskan apa saja yang menjadi

pembeda antara PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 tahun 2010.

Perbedaan antara akuntansi berbasis akrual dan akuntansi berbasis kas

menurut Ibu Rahayu selaku Kepala Sub. Bidang Pelaporan Keuangan

BPKAD (wawancara pada tanggal 07 April 2014) perbedaan antara

akuntansi berbasis kas dan akuntansi berbasis akrual ada pada pengakuan

seperti yang ia contohkan pada penerimaan secara kas dan piutang:

Page 5: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

39

“Jadi saya hanya gambarannya hanya sedikit-sedikit saja yang saya

tau kas basic dan akrual itu, saya sampel kan misalnya seperti

penerimaan, pada saat penerimaan itu diakui sepuluh persen, pada

saat tidak tertagih misalnya sepu..eh..lima persen yang tertagih maka

lima persen yang tidak tertagih secara otomatis diakui secara

keseluruhan. Kalo misalnya kas basic, yang diterima secara kas saja

yang diakui itu saja gambaran yang saya tau antara akrual dan kas

basic bedanya.”

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa pada dasarnya akuntansi berbasis

akrual transaksi ekonomi dicatat, disajikan tanpa melihat waktu kas atau

setara kas itu diterima atau dibayarkan. Berdasarkan contoh transaksi yang

menjadi pembeda antara basis kas dan akrual yang diungkapkan narasumber

sudah sesuai dengan konsep dasar sistem akuntansi berbasis akrual.

Hal ini juga diungkapkan secara teknis oleh Bapak Amril Laude selaku

Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan Inspektorat (wawancara pada tanggal 10

April 2014) akuntansi berbasis akrual terkait pengakuan dan pencatatan:

“Sejauh ini sebenarnya saya kan masih baru, tapi sejauh pemahaman

saya menyangkut itu berupa akuntansi berbasis akrual diterapkan kalo

tidak salah, wajib oleh seluruh Pemda, dua ribu lima belas ya

diterapkan toh? ya jadi sejauh pemahaman saya kalo misalnya sistem

akuntansi berbasis akrual pencatatannya diakui setelah terjadi apa

namanya seratus persen. Misalnya pekerjaan fisik proyek

bangunannya seratus persen walaupun pencairan SP2Dnya belum

keluar tapi sudah diakui sebagai pengeluaran atau belanja modal.”

Berdasarkan pemahaman kedua narasumber akuntansi akrual berkaitan

dengan pengakuan pendapatan dan belanja tanpa melihat kas atau setara kas

diterima atau dibayarkan. Menurut Ouda ada 3 bentuk pilihan transisi ke

akuntansi akrual yaitu:

1. Hanya pelaporan yang bersifat akrual

2. Merubah pencatatan sampai dengan pelaporan akuntansi ke akuntansi

berbasis akrual

Page 6: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

40

3. Merubah pengelolaan keuangan secara keseluruhan (termasuk

anggaran) ke akrual basis

Berdasarkan pendapat kedua narasumber bentuk transisi akuntansi

akrual ada pada bentuk pilihan yang kedua.

Dari hasil wawancara, sebagian besar narasumber kurang memahami

dasar sistem akuntansi berbasis akrual. Ada 5 (lima) narasumber belum

mempunyai pemahaman yang benar terkait akuntansi berbasis akrual. Ada 6

(enam) narasumber belum mempunyai pemahaman terkait akuntansi berbasis

akrual, sedangkan sisanya 2 narasumber sudah punya pemahaman mengenai

akuntansi berbasis akrual.

Kriteria pemahaman akuntansi berbasis akrual yaitu: Pertama,

narasumber dapat memahami akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis

akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat,

disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinnya transaksi tersebut

tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan

(KSAP , 2006). Kedua, narasumber memahami perbedaan antara akuntansi

berbasis akrual dengan akuntansi berbasis kas Perbedaan keduanya yang

terjadi adalah pada saat pengakuan (recognation) baik diterima atau

dibayarkan (Connolly dan Hyndman, 2006). Ketiga, narasumber memahami

SAP berbasis akrual berdasarkan PP No.71 Tahun 2010 adalah SAP yang

mengakui pendapatan, beban, aset dan utang, dan ekuitas dalam laporan

finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan

pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang

ditetapkan APBN/APBD. Narasumber dapat dianggap punya pemahaman

yang benar apabila salah satu kriteria ini dapat dijelaskan dengan baik.

Sistem akuntansi berbasis akrual belum banyak dikenal di pemerintahan

Indonesia. Kebanyakan narasumber belum menyadari betapa pentingnya

pergantian standar akuntansi pemerintah. Mereka beranggapan bahwa sistem

Page 7: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

41

akuntansi berbasis akrual merupakan sesuatu hal yang baru di pemerintahan.

Akuntansi berbasis akrual yang diimplementasikan ke sektor publik

merupakan program pemerintah dalam rangka mereformasi keuangan

negara.

Banyaknya narasumber belum mempunyai pemahaman tentang

akuntansi berbasis akrual disebabkan mereka tidak mempunyai pendidikan

formal akuntansi, sehingga orang akan cenderung menghindari sesuatu hal

diluar batas kemampuan mereka, artinya karena keterbatasan pengetahuan

tentang akuntansi berbasis akrual narasumber kesulitan untuk memberikan

jawaban yang diharapkan oleh peneliti. Sehingga penilaian magnitude dari

narasumber itu sangat rendah. Tidak memiliki pengalaman bekerja didalam

perusahaan sehingga tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang

akuntansi berbasis akrual menyebabkan kurangnya keyakinan diri

narasumber terhadap apa yang diungkapkan dan narasumber tidak mampu

memberikan jawaban yang diharapkan oleh peneliti, sehingga penilaian

generality bernilai sangat rendah. Narasumber kurang pendalaman tentang

akuntansi berbasis akrual akan menyebabkan berkurang tingkat harapan

untuk melaksanakan implementasi SAP berbasis akrual dengan baik,

sehingga penilaian strenght sangat rendah.

4.1.2 Ketersediaan SDM Aparatur Berlatar Belakang Pendidikan

Akuntansi

Keterkaitan dengan pegawai tingkat pendidikan pegawai menurut

Hepworth (2003), agar dapat mengimplementasikan dan mengoperasikan

akuntansi berbasis akrual, pemerintah harus mempunyai tenaga staf

akuntansi dari profesi akuntansi (accountancy profession). Berbagai literatur

(Ouda, 2004; OECD, 2003; Vanieris et al., 2003) dalam Eriotis et al (2011)

menyarankan perlunya memberikan perhatian pada tingkat pendidikan

Page 8: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

42

pegawai, karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi para pegawai

mempunyai ekpektasi yang besar untuk menggunakan dan mendapatkan

manfaat dari teknik akuntansi yang baru serta mendorong pemerintah untuk

mengimplementasikannya.

Ketersediaan SDM aparatur dalam penelitian ini lebih ditekankan pada

jumlah dan tingkat pendidikan pegawai bagian keuangan berlatar belakang

akuntansi maupun keuangan di BPKAD maupun SKPD, baik itu staf

akuntansi maupun kasubbag keuangan. Jumlah narasumber yang

diwawancarai terkait ketersediaan SDM berlatar belakang akuntansi dan

keuangan ada 10 orang (3 orang dari BPKAD dan 7 orang dari PPK SKPD)

Kepala Badan BPKAD, Bapak Orideko I. Burdam (wawancara pada

tanggal 05 April 2014) mengungkapkan bahwa jumlah SDM aparatur di

BPKAD kebanyakan bukan berlatar belakang akuntansi:

Ibu Zahara selaku Kepala Bagian Akuntansi BPKAD (wawancara pada

tanggal 03 April 2014) mengatakan bahwa di Bagian akuntansi BPKAD

untuk kepala seksi sebagian besar level pendidikannya sarjana akuntansi,

hanya kebutuhan staf yang berlatar belakang akuntansi masih yang masih

kurang:

“Kalau beberapa sudah akuntansi, seperti kepala seksinya itu

semuanya S1 akuntansi cuman satunya kemaren dari D3 akuntansi..

Untuk kepala seksinya pas, Cuma staf-stafnya dibawah seksi-seksi ini

yang masih kurang.”

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, SKPKD (dalam

penelitian ini mengacu pada BPKAD Pemkab Raja Ampat) merupakan

pusat pengelolaan keuangan daerah untuk melaksanakan kegiatan seperti

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban

dan pengawasan keuangan daerah. Artinya orang yang melaksanakan

kegiatan yang disebutkan adalah orang yang kompeten dalam keuangan.

Page 9: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

43

Orang-orang yang kompeten dibidang keuangan adalah latar belakang

pendidikannya berasal dari sarjana akuntansi dan keuangan. sehingga

BPKAD seharusnya perlu diisi oleh pegawai yang berlatar belakang

akuntansi.

Bapak Fiktor Mayor selaku Sekretaris BPKAD (wawancara pada

tanggal 09 April 2014) mengatakan bahwa BPKAD masih memerlukan

tenaga yang berlatar belakang akuntansi karena selama ini penambahan

pegawai diperbantukan diambil dari distrik-distrik.

BPKAD masih membutuhkan tenaga berkualifikasi akuntansi untuk

ditempatkan di level staf. Di SKPD juga dibutuhkan tenaga akuntansi

untukditempatkan di bagian fungsi tata usaha keuangan SKPD. Berdasarkan

pendapat dari narasumber PPK SKPD, di beberapa SKPD-SKPD tenaga

akuntansi yang belum terpenihui seperti yang diungkapkan Bapak

Syamsudin Samuel Imanohos selaku Kepala Sub Bagian Verifikasi dan

Akuntansi Sekertariat Daerah (wawancara pada tanggal 07 April 2014)

pegawai yang di bagian keuangan Sekda berlatar belakang akuntansi sudah

mencukupi, senada dengan apa yang diungkapkan Bapak Syamsudin, Kepala

Sub Bagian keuangan dan Perlengkapan Dinas Pendapatan Daerah, Ibu

Jumyati Kapitan Laut (wawancara pada tanggal 08 April 2014) kebutuhan

staf yang berlatar belakang akuntansi di bagian keuangan Dinas Pendapatan

sudah terpenuhi:

“Sudah memenuhi, sebenarnya sih kalo mau ditambah justru lebih

bagus untuk peningkatan SDM.”

Tidak semua SKPD terpenuhi kebutuhan tenaga akuntansi, masih

banyak SKPD yang membutuhkan tenaga akuntansi untuk ditempatkan di

bagian keuangan. Berdasarkan kondisi dilapangan di Pemkab Raja Ampat

untuk penempatan jabatan tidak diharus berdasarkan kualifikasi pendidikan

yang dimiliki, karena keterbatasan SDM ada yang terjun ke bidang keuangan

Page 10: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

44

meskipun bukan berlatarbelakang akuntansi seperti yang diungkapkan

Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas Pemberdayaan

Perempuan dan KB, Ibu Fransiska Berselina Msen (wawancara pada tanggal

16 April 2014):

“Perlu juga, ya kalo kita masih perlu untuk itu bendahara penerima,

bendahara aset itu, kita yang ada juga bendahara pengeluaran dengan

ini maksudnya jabatannya sudah diisi orangnya ada cuma untuk

meningkatkan pemahaman itu yang masih kurang. perlu belajar lagi

ya itu sangat perlu (berpendidikan akuntansi) kita saja bidang

perikanan bisa terjun ke akuntansi keuangan.”

Tenaga akuntansi tidak hanya dibutuhkan di BPKAD saja, akan tetapi

setiap fungsi keuangan di SKPD juga harus memiliki tenaga akuntansi yang

kompeten dibidangnya. Berdasarkan pendapat dari narasumber dapat

disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga akuntansi masih tidak merata di Raja

Ampat dan masih dibutuhkan tenaga akuntansi yang sesuai dengan

kualifikasinya (qualified accountants). 8 (Delapan) narasumber yang baik

dari BPKAD maupun SKPD menyatakan bahwa kebutuhan akan tenaga

akuntansi masih sangat diperlukan karena minimnya SDM akuntansi di Raja

Ampat sehingga pegawai-pegawai non keuangan menempati posisi di

keuangan atau tidak sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki. Sisanya 2(dua)

narasumber berpendapat bahwa SKPD mereka untuk tenaga akuntansi sudah

terpenuhi. Dalam penelitian ini tidak semua SKPD diambil sebagai

narasumber, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa SKPD

lainnya bisa saja kebutuhan tenaga akuntansinya terpenuhi.

Di BPKAD sendiri pada tiap-tiap bidang untuk level jabatan staf masih

membutuhkan pegawai yang berlatar belakang akuntansi, karena baik honor

maupun tenaga pegawai yang diperbantukan dari distrik bukan berlatar

belakang akuntansi. Sedangkan di beberapa SKPD pada bagian keuangan

masih sangat dibutuhkan pegawai yang berlatar belakang akuntansi karena

Page 11: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

45

posisi jabatan baik kepala seksi maupun stafnya hampir keseluruhan bukan

berlatar belakang akuntansi seperti kasusnya di Inspektorat seperti yang di

ungkapkan Bapak Amril Laude selaku Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan

Inspektorat (wawancara pada tanggal 10 April 2014):

“Jadi kalo menurut saya penambahan aparat pengawas khususnya

inspektorat ya, jadi kita dalam rangka pengawasan masih kurang

aparatur, jumlah pegawainya kita saja baru duapuluh empat. Jadi

dibidang-bidang atau disini disebut dengan inspektorat pembantu

wilayah itu semuanya kepala, kepala seksi dan kepala bidang staf-

stafnya itu belum ada, karena kita memang kekurangan aparat.”

Menurut Simanjuntak (2010), untuk menerapkan akuntansi berbasis

akrual, Pemerintah sangat membutuhkan SDM yang mampu menguasai

akuntansi sektor publik. Orang ahli (expert) dalam standar akuntansi adalah

profesi akuntansi dan juga sudah terlatih dalam manajemen keuangan sektor

privat, apabila pemerintah jarang berhubungan dengan profesi akuntansi dan

jumlah tenaga akuntan yang sedikit akan sangat sulit memberikan keputusan

yang tepat dalam mengaplikasikan akuntansi berbasis akrual (Hepworth,

2003) .

Akuntansi berbasis akrual diadopsi dari standar akuntansi sektor privat

dan di aplikasikan ke sektor publik, sehingga akuntansi berbasis akrual

berbeda dengan akuntansi di pemerintahan. Pegawai pemerintah yang bukan

berlatar belakang akuntansi pada umumnya tidak mempunyai kemampuan di

bidang akuntansi dan tidak mempunyai pengalaman di bidang manajemen

keuangan sektor swasta. Akuntansi berbasis akrual untuk sektor publik hanya

bisa didapatkan melalui pendidikan dan pelatihan dari profesi akuntansi

maupun institusi lainnya seperti lembaga pendidikan dan perguruan tinggi.

Terbatasnya SDM aparatur berlatar belakang akuntansi di Pemkab Raja

Ampat bisa disebabkan karena: Pertama, permintaan kebutuhan jumlah

pegawai yang berpendidikan akuntansi untuk mengisi formasi bagian

Page 12: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

46

keuangan belum tersalurkan ke pemerintah pusat karena budaya politik yang

menekankan pada permintaan “putra daerah” atau “penduduk lokal”. Kedua,

minimnya jumlah SDM Papua yang berpendidikan akuntansi untuk bekerja

di pemerintahan. Minimnya tenaga akuntansi memicu inkompetensi pada

bidang keuangan, pemerintah daerah kesulitan untuk mencari tenaga

akuntansi dari penduduk lokal sehingga memicu penempatan jabatan tidak

sesuai kompetensi berbasis pendidikan di bidangnya, sehingga penilaian

secara magnitude terhadap ketersediaan SDM rendah. Akibat inkompetensi

inilah akan mengurangi keyakinan diri bahwa pemkab dapat melaksanakan

implementasi SAP berbasis akrual dengan baik dan belum ada pemecahan

masalah terkait minimnya tenaga akuntansi, sehingga penilaian generality

rendah. Keterbatasan tenaga akuntansi dan inkompetensi di bidang keuangan

akan menyebabkan turunnya tingkat ekspektasi agar pelaksanaan

implementasi SAP berbasis akrual berjalan dengan baik, sehingga penilaian

strenght rendah.

4.1.3 Pendidikan dan Pelatihan Teknis Terkait Implementasi SAP

berbasis akrual

Pemberian pelatihan dilaksanakan untuk membimbing manajemen

organisasi menengah kebawah agar dapat menggunakan inovasi dengan

baik(Vrakking, 1995). Pelatihan juga akan lebih berguna untuk membangun

pemahaman yang lebih baik tentang pekerjaan karyawan, dimana posisi

personil ditempatkan (Pabedinskaite, 2010).

Pendidikan maupun pelatihan teknis implementasi SAP berbasis akrual

ditekankan pada Kasubbag Keuangan selaku Pejabat Penatausahaan

Keuangan maupun staf bagian keuangan di setiap SKPD lingkungan Pemkab

Raja Ampat. Narasumber yang diwawancarai berjumlah 10 Orang (3 orang

dari BPKAD dan 7 orang dari PPK SKPD).

Page 13: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

47

Berdasarkan informasi yang diberikan narasumber, pelatihan teknis

akuntansi berbasis akrual belum dilaksanakan di Pemkab Raja Ampat.

Kepala Bidang Akuntansi BPKAD, Ibu Zahara (wawancara pada tanggal 03

April 2014) mengatakan pelatihan teknis terkait SAP berbasis akrual (PP

71/2010) belum dilaksanakan:

“Belum, rencana bulan Juni ini (2014), kita (BPKAD) kan disini

sebenarnya hanya menghimpun sebenarnya lebih teknis kan itu di

SKPD-SKPDnya”

Pelatihan teknis akuntansi berbasis akrual harus dilakukan secara

menyeluruh ke setiap SKPD di Pemkab Raja Ampat. Namun ada juga

pegawai yang sudah mendapatkan pelatihan teknis akuntansi berbasis akrual

seperti yang di ungkapkan Kepala Sub. Bidang Pelaporan Keuangan

BPKAD, Ibu Rahayu (wawancara pada tanggal 07 April 2014) bahwa ia

pernah mengikuti kursus keuangan daerah untuk akuntansi berbasis akrual

secara perorangan:

“Kalo untuk pemkab sendiri belum, untuk secara keseluruhan per SKPD

belum, kalo saya sendiri saya sudah pernah, dan itu tahun kemaren.

Kursus keuangan daerah waktu itu di Unhas tahun dua ribu tiga belas

sekitar bulan enam, itu menyangkut akrual”

Pemkab Raja Ampat tidak mewajibkan untuk menunggu adanya

pelatihan teknis secara resmi, namun pembelajaran tentang akuntansi

berbasis akrual bisa dilakukan melalui izin belajar atau tugas belajar, bisa

juga dilakukan belajar sendiri melalui buku maupun media lainnya seperti

yang diungkapkan Bapak Rachmat M. Nurjayamika selaku Kepala Sub

Bidang Keuangan dan Perlengkapan Bappeda (wawancara pada tanggal 08

April 2014):

“Kalo untuk SAP belum ya, khusus untuk ini ya, untuk pelatihan

mengenai ini (PP 71/2010) ya kalo dikita, rata-rata kita belajarnya

otodidak aja, begitu kita dengar kita harus mencari informasi diluar

Page 14: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

48

sesuai dengan kita punya tugas, kita lalu cari mungkin ada aturannya,

lalu kita coba-coba belajar untuk itu.”

Lain halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bagian

Keuangan dan Perlengkapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak

Abdul Latif Soltif (wawancara pada tanggal 14 April 2014) Pemkab Raja

Ampat pernah mengadakan kegiatan pelatihan keuangan berbasis akrual

pelaksanaan kegiatan berada diluar Pemkab di tahun 2013 :

“Pemkab belum, oo Pemkab sudah pernah adakan, tapi adakan tapi

berasal dari luar seperti dasar-dasar akuntansi penyusunan laporan

tahunan SKPD, ya berbasis akrual, desember eh oktober tahun dua

ribu tiga belas kemaren, berdua dengan Kasubag Umum.”

Pemkab Raja Ampat belum pernah mengadakan pelatihan teknis

akuntansi berbasis akrual secara menyeluruh SKPD dan belum ada informasi

secara resmi terkait pelaksanaan pelatihan teknis akuntansi berbasis akrual di

Raja Ampat. Semua narasumber mengungkapkan bahwa pelaksanaan diklat

teknis SAP berbasis akrual belum dilakukan di Raja Ampat. Ada 8 (tujuh)

narasumber yang menyatakan bahwa mereka belum mendapatkan pelatihan

teknis, sisanya 2 (dua) orang narasumber beranggapan bahwa mereka sudah

pernah mengikuti pelatihan teknis akuntansi berbasis akrual dari luar.

Implementasi SAP berbasis akrual memerlukan diklat teknis, karena

pegawai keuangan harus mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam

pengelolaan keuangan berbasis akrual. Penyelenggaraan pelatihan maupun

pendidikan teknis SAP berbasis akrual yang diakui secara resmi adalah

KSAP, Kemendagri, Kemenkeu, BPKP maupun badan swasta yang

diberikan kewenangan untuk mengadakan pendidikan, pelatihan maupun

bimbingan teknis. Pelatihan teknis akuntansi berbasis menurut Hepworth

(2003) harus ada kemauan dari pengelola keuangan untuk mengikuti

program berupa pendidikan dan pelatihan secara komprehensif yang

dilaksanakan oleh badan profesi akuntansi maupun institusi lainnya.

Page 15: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

49

Dengan bertambahnya format laporan akan membawa dampak bagi para

pengelola keuangan pemda dalam menyusun laporan keuangan berbasis

akrual, sehingga selain diperlukan pegawai yang mempunyai kapasitas

tenaga akuntansi juga diperlukan pendidikan maupun pelatihan (diklat)

teknis untuk pengelolaan keuangan. Sedangkan setengah tahun waktu yang

berjalan belum ada pelaksanaan pelatihan teknis. Dengan kondisi seperti ini,

dampaknya bagi pemerintah kabupaten Raja Ampat adalah keterbatasan

waktu untuk bisa memperkenalkan dan melaksanakan implementasi SAP

berbasis akrual di tahun 2015 mendatang.

Belum adanya pelatihan teknis akuntansi berbasis akrual secara

menyeluruh di Pemkab Raja Ampat akibat terlambatnya informasi

menyebabkan pemkab kesulitan mengatur jadwal karena keterbatasan waktu

dalam memperkenalkan akuntansi berbasis akrual dan akan mengakibatkan

pelaksanaan implementasi tidak akan berjalan efektif, sehingga penilaian

magnitude adalah sangat rendah. Belum adanya pelatihan pelatihan teknis

akibat keterlambatan informasi akan mengurangi tingkat keyakinan pemkab

dalam melaksanakan implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian

generality adalah sangat rendah. Belum adanya kegiatan pelatihan teknis

akibat keterlambatan informasi sehingga harapan untuk melaksanakan

implementasi dengan baik berkurang, sehingga penilaian strenght adalah

sangat rendah.

4.1.4 Ketrampilan Pengelola Keuangan Daerah BPKAD dan SKPD

Dalam Menyusun Laporan Keuangan

Ketrampilan pengelolaan keuangan sangat dibutuhkan dalam

implementasi akuntansi berbasis akrual. Pengelola keuangan harus

mempunyai kompetensi profesional seperti pengetahuan, pengalaman,

metode, dana, teknologi (Pabedinskaite, 2010) sehingga dapat mengelola

Page 16: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

50

keuangan dengan baik. Hepworth (2003) berpendapat bahwa setiap

pengelola keuangan harus mempunyai kapasitas dan kompetensi untuk

menguasai standar akuntansi. Sehingga bisa dikatakan untuk melaksanakan

implementasi berbasis akrual dibutuhkan ketrampilan dari pengelola

keuangan berupa pengetahuan, pengalaman dan kompetensi profesional

lainnya.

Laporan keuangan sangat penting untuk melihat informasi yang

menggambarkan kinerja pemerintah selama satu periode, nantinya digunakan

untuk pembuatan APBD selanjutnya. Penyusunan laporan keuangan daerah

format standar akuntansi terdiri dari: LRA, Neraca, Laporan Arus Kas dan

CALK. Oleh karena itu, pengelola keuangan baik pejabat BPKAD maupun

PPK SKPD harus mempunyai kompetensi profesional dan mampu

menguasai standar. Adapun narasumber yang diwawancarai berjumlah 10

orang (3 orang dari BPKAD dan 7 orang dari PPK SKPD).

Kepala Bagian Akuntansi BPKAD, Ibu Zahara (wawancara pada tanggal

03 April 2014) secara spesifik mengatakan ada tiga seksi di bagian akuntansi

yaitu sie. verifikasi, sie. penyusunan laporan keuangan dan sie. akuntansi dan

keuangan, sehingga tidak semua memahami penyusunan laporan keuangan:

“Ada yang sebagian sudah paham ada yang belum, disinikan (bagian

Akuntansi BPKAD) kita tiga bidang eh, tiga seksi: seksi verifikasi,

seksi penyusunan laporan (keuangan), sama seksi akuntansi jadi tidak

semua itu memahami penyusunan laporan itu, cuma tahap-tahap itu

kan masing-masing sesuai dengan seksi-seksinya seperti verifikasi,

akuntansi, penyusunan laporan (keuangan).”

Penyusunan laporan keuangan berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun

2006 di pegang oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yaitu kepala

SKPKD atau kepala badan BPKAD yang bertanggung jawab menyusun

laporan keuangan pemerintah daerah dibantu oleh bidang akuntansi. Di

setiap daerah struktur organisasi pemerintahan berbeda-beda, didalam

Page 17: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

51

Pemkab Raja Ampat, bidang atau seksi penyusun laporan berada dibawah

bidang akuntansi. Untuk melaksanakan pelaporan keuangan daerah menjadi

tanggung jawab seksi pelaporan keuangan.

Kepala Sub. Bidang Pelaporan Keuangan BPKAD, Ibu Rahayu

(wawancara pada tanggal 07 April 2014) berpendapat bahwa para staf

mempunyai semangat untuk menyusun laporan keuangan, karena sudah

diperlengkapi dengan studi banding ke daerah lain, sehingga membantu

mereka menyusun LKPD:

“Kalo semangatnya di kita ada pak, kita kalo dikasih pelatihan dikasih

sosialisasi jadi kita punya semangat untuk membuat LKPD itu ada dan

kita sudah tergambar kita pernah studi banding ke daerah lain dan

kita akui punya semangat untuk itu (menyusun LKPD) betul-betul..

Ibu Rahayu juga menambahkan untuk menyusun laporan keuangan perlu

dibentuk suatu tim yang memahami kebijakan akuntansi yang berlaku:

“Kan penyusunan LKPD nda mungkin menyusun sendiri-sendiri,

otomatis harus menggunakan Tim. Jadi pada saat penyusunan LKPD

itu biasanya kita menunjuk orang-orang yang sudah mengerti betul

tentang kebijakan akuntansi yang berlaku, penggunaannya

bagaimana, jadi kalo misalnya masalah kemauan dengan ini semua

ada, kita kemauan itu besar sekali, kita tau posisi kita disini.”

Berdasarkan apa yang diungkapkan narasumber bahwa penyusunan

laporan keuangan harus dibentuk suatu tim akan memunculkan suatu

pertanyaan apa peran atau tupoksi dari seksi penyusun laporan sehingga

dibentuk suatu tim untuk menyusun laporan keuangan.

Menurut Ibu Zahara (wawancara kedua pada tanggal 23 April 2014)

proses penyusunan laporan keuangan di BPKAD Raja Ampat digambarkan

sebagai berikut:

1. Laporan pertanggungjawaban keuangan tiap SKPD dikumpulkan ke

bidang akuntansi, lalu dilakukan pemeriksaan dan rekonsiliasi bank.

Setelah itu, dilakukan pencocokan dengan data keuangan di SKPD,

Page 18: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

52

apabila ada kesalahan pencatatan biasanya berkaitan dengan UP (Uang

Persediaan)/GU (Ganti Uang)/TU (Tambah Uang). Masalah yang sering

terjadi ketika sudah dilakukan penginputan di SKPD ternyata belum

disetor oleh bendahara SKPD, sehingga dilakukan pencocokan ulang.

Apabila sudah cocok, lalu laporan tersebut dihimpun (konsolidasi)

ditambah dengan laporan dari aset menjadi laporan keuangan berbentuk

draft yang disusun oleh tim bidang akuntansi.

2. Draft laporan keuangan di reviu oleh Badan Inspektorat. Proses reviu ini

berlangsung kurang lebih sepuluh hari. Apabila ada kesalahan maka

dilaporkan kembali ke BPKAD, apabila tidak kesalahan draft dan reviu

disusun menjadi laporan keuangan yang belum diaudit, kemudian

diserahkan ke BPK pada akhir maret dan selambat-lambatnya 3 bulan

berikutnya yaitu di bulan Juni.

3. Laporan keuangan yang sudah diaudit itu kemudian dimasukan dalam

peraturan daerah Raja Ampat sedangkan rincian dari laporan keuangan

dijadikan peraturan bupati Raja Ampat.

Berdasarkan gambaran tentang proses penyusunan LKPD dari Ibu

Zahara sesuai dengan apa yang di katakan Hepworth (2003) bahwa, laporan

keuangan tahunan pemerintah yang telah di audit dari setiap instansi yang

harus diserahkan ke legislatif dan diperiksa kembali dengan cermat dan

dirinci kembali agar bisa dilakukan pengambilan keputusan secara tepat.

Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan Inspektorat, Bapak Amril Laude

(wawancara pada tanggal 10 April 2014) berpendapat bahwa kebanyakan

staf bukan berlatar belakang akuntansi sehingga, di Inspektorat hanya

sebagian saja bidang keuangan yang mampu menyusun laporan keuangan:

“Kalo saya pribadi, mungkin SDMnya inspektorat ini kebanyakan

basicnya bukan akuntansi jadi banyak yang dari sosial, jadi

Page 19: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

53

pemahaman menyusun laporan keuangan cuman mungkin yah kira-

kira sekitar lima puluh persen lah”

Peran dari Inspektorat selaku badan pengawas pemerintah daerah sangat

penting apalagi menyangkut penyusunan laporan keuangan, para aparatur

pengawas harus memahami peran dan fungsi akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan, apabila pengendalian internal terhadap pengelolaan

keuangan bisa dilakukan secara efektif.

Ibu Fransiska Berselina Msen selaku Kasubbag Keuangan dan

Perlengkapan Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB (wawancara pada

tanggal 16 April 2014) mengatakan bahwa bagian keuangan SKPD sudah

bisa menyusun Laporan Keuangan. Beliau juga menjelaskan gambaran

proses penyusunan laporan keuangan di SKPD melalui beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. SKPD menerima DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), dan

permintaan DPA kemudian di proses di BPKAD lalu dibuatlah SPD

(Surat Penyediaan Dana), kemudian SKPD membuat SPP (Surat

Permintaan Pembayaran), setelah itu PPK SKPD menerbitkan SPM

(Surat Perintah Membayar) UP/TU/GU untuk di proses kembali ke

BPKAD, setelah nilai SPM disetujui, BPKAD kemudian membuat

SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana).

2. Kedua, SKPD membuat SPJ (Surat Pertanggungjawaban) penggunaan

anggaran perbulan, dimana untuk koordinasikan dengan BPKAD,

sampai dengan akhir tahun SPJ itu direkap dan kasubag keuangan

SKPD membuat laporan keuangan (CALK, Jurnal Penerimaan dengan

Pengeluaran, Rekapitulasi SPJ, Neraca, LRA, aset terakhir. Biasanya

LK dibuat per semester dari Januari s/d Juni semester dan berikutnya

Juli s/d Desember) diserahkan ke BPKAD.

Page 20: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

54

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, PPK SKPD mempunyai

peran penting dalam fungsi tata usaha keuangan antara lain melaksanakan

akuntansi SKPD dan menyiapkan laporan keuangan SKPD. Sehingga

berdasarkan pemahaman narasumber diatas sesuai dengan peraturan

pengelolaan keuangan daerah yang berlaku.

Berdasarkan wawancara, hampir semua narasumber berpendapat bahwa

mereka dapat menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan

pada tahun 2014 dilakukan tanpa pendampingan dari BPKP dan proses

penyusunan laporan keuangan baik di BPKAD maupun SKPD sudah

mempunyai prosedur operasional standar pengelolaan keuangan daerah.

Di BPKAD tidak berjalannya peran dari seksi penyusun laporan

keuangan sehingga dibentuk sebuah tim penyusun laporan keuangan,

kurangnya peran dan tanggung jawab dari seksi penyusun laporan keuangan

dan adanya studi banding ke pemda lain menunjukan Pemkab Raja Ampat

masih harus membenahi dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

Sedangkan di SKPD masih terjadi masalah teknis seperti selisih nilai, adanya

pergantian posisi jabatan yang menyebabkan sulitnya mendapatkan

informasi dari pejabat yang terdahulu, selain itu adanya para pegawai bukan

berlatar akuntansi yang menyebabkan kurang atau terlambatnya pemahaman

staf dalam penyusunan laporan keuangan. Untuk itu diperlukan sosialisasi

maupun memperbanyak pelatihan menjadi tolak ukur staf agar dapat

menyusun keuangan dengan baik.

Menurut Klein dan Sora (1996) salah satu kemajuan dalam iklim

implementasi yang kuat adalah perlunya ketrampilan pegawai dalam

menggunakan inovasi. Pabedinskaite (2010) mengatakan bahwa faktor utama

kesuksesan suatu implementasi dilihat dari pengetahuan, workmanship,

kecakapan maupun keahlian seorang manajer. Pengelola keuangan bukan

hanya mampu mengelola keuangan dengan baik namun juga peka terhadap

Page 21: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

55

permasalahan di sekitarnya sehingga masalah sekecil apapun bisa teratasi.

Para pegawai BPKAD dan penatausahaan keuangan SKPD Pemkab Raja

Ampat belum menguasai teknik penyusunan laporan keuangan berbasis

akrual oleh karena itu, salah satu upaya yang bisa diberikan adalah

memberikan pelatihan berupa bimbingan teknis pengelolaan keuangan

daerah untuk meningkatkan ketrampilan pengelola keuangan.

Kemampuan menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan peran dan

tanggung jawab suatu bidang, namun dilaksanakan secara kolektif tim,

melaksanakan studi banding ke luar daerah, kendala-kendala teknis yang

terjadi di SKPD menunjukan bahwa pemkab masih perlu melakukan

pembenahan dalam pengelolaan keuangan daerah. Perlunya pembenahan

pengelolaan keuangan daerah pemkab akan semakin menjadi tidak mudah

dalam pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual. Ditambah dengan

pemkab masih belum menguasai teknik penyusunan laporan keuangan

berbasis akrual, sehingga penilaian magnitude rendah. Masih diperlukan

pembenahan pengelolaan keuangan dan belum adanya penguasaan teknik

penyusunan laporan keuangan berbasis akrual akan menyebabkan

berkurangnya tingkat keyakinan diri atas apa yang dilakukan maupun apa

yang ingin dicapai dalam pelaksanaan impelementasi SAP berbasis akrual,

sehingga penilaian generality rendah. Kurangnya pengetahuan tentang teknik

akuntansi berbasis akrual akan menyebabkan kurangnya tingkat ekspektasi

dalam pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian

strenght rendah.

Faktor pertama yakni SDM pada Pemkab Raja Ampat menunjukan bahwa:

a. Pemahaman terkait akuntansi berbasis akrual belum ada.

b. Ketersediaan tenaga kerja berkualifikasi akuntansi dan keuangan sangat

minim.

c. Penyelenggaraan pelatihan SAP berbasis akrual masih belum ada.

Page 22: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

56

d. Pegawai keuangan hanya terampil mengelola keuangan berbasis kas

namun belum mempunyai ketrampilan mengelola keuangan berbasis

akrual.

Sehingga penilaian efficacy aktor-aktor organisasi terhadap faktor SDM

sangat rendah.

4.2 Komitmen Organisasi

4.2.1 Sosialisasi SAP Berbasis Akrual (PP No. 71 Tahun 2010)

Salah satu faktor kunci untuk melakukan perubahan, perlu mendapat

dukungan dari manajemen pusat, manajemen lini, pemimpin dan anggota

organisasi lainnya (Vrakking, 1995; Weiner, 2009; Pabedinskaite, 2010;

Shirouyehzad, et.al, 2011). Salah satu wujud dukungan yang harus dilakukan

oleh pemerintah dalam rangka memperkenalkan akuntansi berbasis akrual

adalah melakukan sosialisasi. Sosialisasi serta implementasi SAP ini harus

mendapat dukungan dari pimpinan daerah. Dengan adanya PP No. 71 Tahun

2010 dan terbitnya Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP

Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah, maka pelaksanaan implementasi SAP

berbasis akrual sudah dapat disosialisasikan ke setiap daerah.

Paparan sosialisasi akuntansi berbasis akrual yang dilakukan

Kemendagri pada bulan Maret 2014 terkait Permendagri No. 64 Tahun 2013

antara lain: (1) akuntansi aset tetap, (2) akuntansi persediaan, (3) aset

lainnya, (4) beban dan belanja, (5) dana cadangan, (6) gambaran umum

modul SAP berbasis akrual, (7) investasi jangka pendek, (8) kas dan setara

kas, (9) kewajiban, konsolidasi laporan keuangan, (10) koreksi kesalahan,

(11) pembiayaan, (12) pendapatan, (13) penyusutan aset tetap, (14) piutang,

(15) transfer, (16) konsep dan siklus akuntansi. (sumber:

http://keuda.kemendagri.go.id/pages/view/20-modul-penerapan-akuntansi-

berbasis-akrual, 17 Juni 2014)

Page 23: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

57

Narasumber yang diwawancarai terkait sosialisasi berbasis akrual

berjumlah 10 orang (3 orang dari BPKAD dan 7 orang dari PPK SKPD).

Bapak Orideko I. Burdam selaku Kepala Badan BPKAD (wawancara pada

tanggal 05 April 2014) mengatakan bahwa sosialisasi telah dilakukan 1 kali

oleh BPKP, Pemkab Raja Ampat masih membutuhkan kerjasama pihak-

pihak terkait seperti BPKP, Depdagri atau Depkeu untuk menyelenggarakan

sosialisasi:

“Baru satu kali, baru mulai kemaren sosialisasi yang dilakukan oleh

BPKP, pada waktu ikut sosialisasi yang kemaren dua orang. Belum

ada (sosialisasi PP terbaru di Pemkab Raja Ampat), mungkin kita

mulai selenggarakan yang baru ini (PP 71/2010) sosialisasinya di

tahun dua ribu empatbelas ini, karena tahun ini baru kita antisipasi

kedepan, belum tau (kapan) karena kita masih bekerjasama dengan

pihak-pihak yang terkait, seperti BPKP atau Depdagri atau

Departemen Keuangan atau pihak lain yang sah.”

Dalam memperkenalkan akuntansi berbasis akrual, sosialisasi

diselenggarakan oleh badan pemerintah seperti KSAP, BPK, Depkeu,

Depdagri, BPKP dan badan lain yang dipercaya untuk

menyelenggarakannya. Sejak tahun 2010 KSAP sudah melakukan sosialisasi

SAP berbasis akrual ke sejumlah pemerintah daerah sebagai pilot project

dengan time frame medium antara 4 – 6 tahun. Kabupaten Raja Ampat

merupakan salah satu wilayah timur Papua yang belum mendapat informasi

tersebut sejak saat itu. Beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 2014

sosialisasi mulai gencar dilakukan ke sejumlah daerah termasuk bagian

wilayah timur Indonesia yaitu Papua. Pemerintah terkesan terlambat dalam

menyampaikan informasi Akuntansi Akrual ke wilayah Indonesia timur

sehingga follow up dari pemerintah daerah belum dilaksanakan.

Sama seperti yang diungkapkan Kepala Badan BPKAD, Bapak Fiktor

Mayor selaku Sekretaris BPKAD (wawancara pada tanggal 09 April 2014)

Page 24: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

58

sosialisasi SAP berbasis akrual di Raja Ampat belum dilaksanakan, hanya

ada undangan sosialisasi dari Depdagri ke seluruh pemda:

“ Untuk seluruh SKPD belum, di Raja Ampat belum ada hanya

dilaksanakan Depdagri di Jakarta itu saja, memang ada undangan

untuk pergi tapi untuk di Raja Ampat sendiri belum ada.”

Sosialisasi SAP berbasis akrual dari BPKP mau pun dari Depdagri telah

diselenggarakan dengan mengundang sejumlah daerah termasuk salah

satunya adalah Pemkab Raja Ampat. Namun, pemkab masih belum

melaksanakan sosialisasi ke SKPD-SKPD sehingga implementasi SAP

berbasis akrual belum bisa dilaksanakan artinya belum ada perencanaan

strategis yang mendukung implementasi.

Narasumber dari PPK SKPD juga mengungkapkan bahwa sosialisasi

SAP berbasis akrual belum dilaksanakan. Bapak Syamsudin Samuel

Imanohos selaku Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi Sekertariat

Daerah (wawancara pada tanggal 07 April 2014) mengatakan baru Pemda

Manokwari yang mendapat sosialisasi SAP berbasis akrual:

“Sosialisasi pak, iya sosialisasi, itu belum, itu kemaren dari

manokwari baru dapat sosialisasi, jadi kami masih memakai yang

lama (PP 24/2005). Yang kemaren itu mereka baru pada,

sosialisasinya baru sampai pada tahap penyusunan anggaran

akuntansinya belum sampai tahap penyusunan laporan, penyusunan

anggaran berbasis akrual belum sampai penyusunan

laporannya…Rata-rata di Papua terlambat sebenarnya terlambat

informasi.”

Sosialisasi SAP berbasis akrual dari Kemendagri tentang komponen-

komponen laporan keuangan berbasis akrual, sedangkan sosialisasi di

Manokwari yang dilakukan oleh BPKP tentang penyusunan anggaran

berbasis akrual. Dari sosialisasi SAP berbasis akrual yang dilaksanakan oleh

kedua lembaga pemerintah tersebut maka pemkab sudah seharusnya

melakukan sosialisasi ke dalam atau ke setiap SKPD-SKPD namun belum

Page 25: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

59

ada upaya yang nyata dilakukan pemerintah agar mempercepat mekanisme

kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan implementasi.

Dari pendapat semua narasumber, sosialisasi SAP berbasis akrual belum

dilaksanakan di lingkungan Pemkab Raja Ampat. Dalam masa transisi

memperkenalkan akuntansi berbasis akrual menurut Ouda (2010), tidak

hanya membutuhkan kondisi yang tepat namun juga lebih banyak dorongan

serta upaya yang dilakukan dalam merubah budaya utama, administratif dan

teknik akuntansi.

Sosialisasi sebagai salah satu bentuk upaya pemerintah dalam

memperkenalkan akuntansi berbasis akrual sehingga tindakan praktis lainnya

seperti biaya-biaya seperti pengadaan barang (hardware), software, pelatihan

dan kegiatan lainnya bisa terukur dan dikendalikan dengan baik. Namun

belum ada upaya dari pelaksanaan sosialisasi SAP berbasis akrual di

lingkungan Pemkab Raja Ampat, menyebabkan pemkab belum mempunyai

gambaran seperti apa pelaksanaan implementasi. Belum ada upaya kongkrit

(action plan) untuk melakukan perencanaan strategis implementasi SAP

berbasis akrual dan kegiatan sosialisasi yang seharus sebagai langkah awal

memperkenalkan sistem akuntansi pemerintah yang terbaru belum dianggap

sebagai isu utama kegiatan pemkab.

Belum ada upaya sosialisasi SAP berbasis akrual akan menyebabkan

pemkab sulit untuk memberikan gambaran seperti apa pelaksanaan

implementasinya dan menetukan perencanaan strategis terkait pelaksanaan

implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian magnitude adalah

sangat rendah. Belum adanya upaya kongkrit sosialisasi SAP berbasis akrual

di pemkab akan menyebabkan berkurangnya tingkat keyakinan pemkab

dalam pelaksanaan SAP berbasis akrual, sehingga generality sangat rendah.

Pengetahuan tentang akuntansi berbasis akrual tidak akan didapat tanpa

adanya upaya kongkrit sosialisasi SAP berbasis akrual dan akan mengurangi

Page 26: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

60

tingkat ekspektasi dalam pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual,

sehingga penilaian strenght sangat rendah.

4.2.2 Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku

Kebijakan dan prosedur akuntansi merupakan isu-isu akuntansi yang

masuk dalam agenda politik (Ouda, 2010). Menurut Ouda, keberadaan

inovasi akuntansi pemerintah adalah suatu isu yang harus dikomunikasikan

ke kelompok yang berbeda seperti lembaga legislatif. Kelompok ini dapat

mempengaruhi keputusan melakukan reformasi dan masuk dalam agenda

politik dan mendapat perhatian besar dari para politisi. Pemimpin daerah

beserta DPRD merupakan aktor sangat berperan penting untuk membawa

inovasi akuntansi untuk dijadikan peraturan daerah (legal provision).

Peraturan daerah yang berlaku dalam penelitian ini terkait dengan ada

atau tidaknya kebijakan pemerintah dalam pengelolaan keuangan berbasis

akrualyang sudah ditetapkan berdasarkan persetujuan DPR. Dokumen legal

berupa peraturan daerah maupun peraturan bupati yang mengatur

pengelolaan keuangan daerah berdasarkan SAP berbasis akrual.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara pasal 32 menyatakan bahwa bentuk dan isi laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai

dengan standar akuntansi pemerintah yaitu SAP. Permendagri No.13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (telah di rubah dengan

Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan perubahan kedua dalam Permendagri

No. 21 Tahun 2011) masih digunakan kebanyakan pemerintah daerah dalam

mengelola keuangan. Namun, format penyusunan laporan keuangan LRA

Permendagri No. 13 Tahun 2006 berbeda dangan format LRA Standar

Akuntansi Pemerintah kas menuju akrual PP No. 24 Tahun 2005, karena ada

beberapa pos-pos dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 perlu dikonversi

ke PP No. 24 Tahun 2005. Acuan dari Permendagri No. 13 Tahun 2006

Page 27: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

61

diturunkan menjadi Peraturan Daerah tentang dasar-dasar pengelolaan

keuangan daerah dan diturunkan ke dalam bentuk petunjuk pelaksanaan

sistem dan prosedur pengelolaan keuangan ada pada Peraturan Bupati.

Narasumber yang diwawancarai berjumlah 12 orang (5 orang dari

BPKAD dan 7 orang dari PPK SKPD). Menurut Kepala Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Raja Ampat, Bapak Orideko I. Burdam

(wawancara pada tanggal 05 April 2014) mereka punya acuan penyusunan

laporan keuangan di Pemkab Raja Ampat antara lain UU No. 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara, PP No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah, Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Perda No. 3 Thn 2010 dan

Peraturan Bupati:

“Untuk penyusunan laporan (keuangan) kita punya dasar acuan

seperti permendagri tiga belas dengan perubahannya, terus peraturan

pemerintah nomor lima puluh empat itu, terus undang-undang nomor

satu tahun dua ribu empat ya? empat atau lima, terus ada beberapa

hal yang menyangkut.. itu kami pakai. Perda juga, perda nomor tiga

pengelola keuangan tahun dua ribu sepuluh, diikuti dengan peraturan

bupati juga, kita juga punya sisdur pengelola keuangan, sisdur

mengenai masing-masing bidang, itu juga.”

Bapak Fiktor Mayor selaku Sekretaris BPKAD (wawancara pada

tanggal 09 April 2014) meskipun tidak secara spesifik menjelaskan peraturan

apa saja dan nomor berapa yang berlaku, ia mengatakan bahwa Pemkab Raja

Ampat berpatokan pada Peraturan Pemerintah yang mengatur laporan

keuangan pemerintah daerah dan ada Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah:

“Ada dasar kan peraturan pemerintah tentang laporan keuangan

pemerintahan, kemudian ada peraturan mengenai sistim akuntansi

pemerintah daerah, ya kita berpatokan pada acuan seperti

itu..peraturan itu.”

Page 28: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

62

Menurut Kepala Bidang Akuntansi BPKAD, Ibu Zahara (wawancara

pada tanggal 03 April 2014), penyusunan laporan Pemkab Raja Ampat

mengacu pada sistem prosedur akuntansi dan perda tentang sistem

pengelolaan keuangan daerah:

“Ada, acuannya ya sisdur (sistem dan prosedur) itu, mengacunya

Perda, sistem pengelolaan keuangan daerah terus sisdur akuntansinya

semua ada”

Menurut Kepala Sub Bidang Pelaporan Keuangan BPKAD, Ibu Rahayu

(wawancara pada tanggal 07 April 2014) penyusunan laporan keuangan

mengacu pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan PP No. 24 Tahun 2005:

“Permendagri tiga belas, SAP PP dua empat dua ribu lima”

Senada dengan ibu Rahayu, Kepala Sub Bidang Verifikasi BPKAD,

Bapak Abu Bakar Saka (wawancara pada tanggal 07 April 2014)

mengatakan acuan Pemkab Raja Ampat adalah Permendagri No. 13 Tahun

2006, Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati:

“Ya dasar acuannya kita menyusun LKPD itu kembali kepada

peraturan permen (Permendagri) tiga belas itu tentang keuangan, trus

tentang sisdur dengan tata pelaporan keuangan yang ada di kabupaten

gitu kan ada sistus dengan peraturan bupati terus dengan perda ada

dasar-daar yang kita ambil semua masukan disitu gitu.”

Dari narasumber PPK SKPD mempunyai versi yang berbeda, seperti

Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi Sekretariat Daerah, Bapak

Syamsudin Samuel Imanohos (wawancara pada tanggal 07 April 2014)

mengatakan bahwa acuan Sekda pada Permendagri No. 59 Tahun 2007:

“Ya sebenarnya, Permendagri lima sembilan “

Menurut Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bappeda,

Bapak Rachmat M. Nurjayamika (wawancara pada tanggal 08 April 2014)

acuan penyusunan laporan keuangan dengan PP No. 58 Tahun 2005 (bukan

Page 29: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

63

Permendagri 58) tentang pengelolaan keuangan daerah, Permendagri No. 13

Tahun 2006, Permendagri No. 64 Tahun 2013, PP No. 71 Tahun 2010:

“Pertama kita mengacu kalau dalam apa, kitakan sistimatikanya kan

mulai dari apa namanya laporan keuangan sesuai dengan tata cara

yang diajarkan oleh permendagri pertama kan? dari situ kita

aplikasikan pindahkan ke laporan keuangan, pertama dari

bendaharawan itukan dari permendagri, permen 58 kalo saya ga salah

dia punya sistematika pelaporan dari keuangan lalu kita aplikasikan

itu yaitu kita mengacu juga ke permendagri 13 sama yang terakhir

permendagri 64 (2013) selain itu pak menyangkut SAP PP 71/2010 itu

otodidak kita asal baca dan kita juga tidak ini, kita baca tapi

pelaksanaan teknisnya kita tidak begitu menguasai.”

Bapak Amril Laude selaku Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan

Inspektorat (wawancara pada tanggal 10 April 2014) berpendapat

penyusunan laporan berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005:

“Ya, untuk sementara ini acuannya masih pake PP dua empat tahun

dua ribu lima itu tentang SAP.”

Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas Pendapatan

Daerah, Ibu Jumyati Kapitan Laut (wawancara pada tanggal 08 April 2014)

penyusunan laporan keuangan Pemkab Raja Ampat yaitu PP No. 24 Tahun

2005:

“Itu ada, dasar acuannya itu ada, dari SAP yang lama (PP 24/2005),

kemudian dari panduan-panduan, kemudian acuannya dari

permintaan BPK tentang laporan keuangan itu yang kita pakai.

Karena setiap tahun itu saya kira tidak berubah untuk penyusunan

laporan keuangannya sendiri.”

Menurut Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Abdul, Bapak Abdul Latif Soltif (wawancara

pada tanggal 14 April 2014) acuan penyusunan laporan keuangan adalah

Permendagri No. 13 Tahun 2006:

“Dasar acuan dari permen tiga belas itu dari keuangan itu

keseluruhan, sama semua”

Page 30: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

64

Menurut Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Badan

Pemberdayaan Perempuan dan KB, Ibu Fransiska Berselina Msen

(wawancara pada tanggal 16 April 2014) penyusunan laporan keuangan

berdasarkan RKA dan DIPA:

“Ada dari RKA trus dari DIPA, realisasi toh?neraca juga ada dan kita

minta petunjuk BPKAD iya cara menyusunnya bagaimana sampai

realisasinya jadi datanya harus dicocokan sama dengan BPKAD,

dengan sistem (SIMDA)..”

Menurut Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas

Pekerjaan Umum, Ibu Sriyanti (wawancara pada tanggal 16 April 2014)

acuan penyusunan laporan keuangan yaitu SP2D dan DPA SKPD:

“Biasanyanya kan, berdasarkan SP2D trus dilihat dengan DPA SKPD

ya itu.”

Berdasarkan pendapat para narasumber, bisa disimpulkan bahwa dasar

penyusunan laporan keuangan pemda sebelum menerapkan standar akuntansi

pemerintah berbasis akrual mengacu ke berbagai peraturan tentang

pengelolaan keuangan daerah. Banyaknya acuan akan menimbulkan

pemahaman yang berbeda terkait peraturan mana yang menjadi pedoman

utama penyusunan laporan keuangan.

Menurut ketetapan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

dijelaskan bahwa penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepala negara maupun kepala daerah disusun

berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menurut ketentuan aturan

yang berlaku. Sehingga bisa dikatakan bahwa ketetapan yang memuat SAP

ada didalam Peraturan Pemerintah yaitu PP No. 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah. Masih ada perbedaan pemahaman terkait

dasar penyusunan laporan keuangan, karena sebagian besar pemerintah

Page 31: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

65

daerah masih berpatokan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 dari

pengelolaan keuangan hingga penyusunan laporan keuangan.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan aturan untuk pengelolaan

keuangan daerah secara keseluruhan yang mempunyai petunjuk teknis

(juknis) secara terperinci terkait pengelolaan keuangan, sedangkan SAP lebih

banyak mengatur rincian penyajian laporan keuangan. Bisa dipahami bahwa

pemda masih berkiblat ke Kemendagri sebagai atasan mereka sehingga

aturan secara administratif lebih cenderung ke permendagri, namun apabila

dilihat secara hierarki Peraturan Pemerintah (PP) posisinya berada diatas

Permendagri. Permendagri No. 13 Tahun 2006 pasal 296 ayat 4 menyatakan

bahwa laporan keuangan daerah disusun dan disajikan sesuai dengan PP

yang mengatur tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Sehingga bisa

dikatakan Permendagri No.13 Tahun 2006 mengatur penjelasan teknis

pelaksanaan SAP yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah, harus ada

pemisahan yang jelas antara pedoman pengelolaan keuangan daerah dengan

penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah.

Dengan adanya PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis akrual dan

penerapan standar akuntansi berbasis akrual dalam Permendagri No. 64

Tahun 2013 sudah ditetapkan maka perlu adanya kebijakan akuntansi

pemerintah daerah sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan

laporan keuangan berbasis akrual. Oleh karena penerapan akuntansi berbasis

akrual ini tidak hanya semata pada penyusunan dan penyajian laporan

keuangan namun proses secara keseluruhan (whole process) pengelolaan

keuangan sampai perubahan budaya, pemda harus mempunyai kajian tentang

pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah berbasis akrual dan sistem dan

prosedur pengelolaan keuangan daerah berbasis akrual.

Terkait dengan tujuan perda tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan

daerah adalah dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang efektif,

Page 32: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

66

efisien, transparan dan bertanggungjawab. Berdasarkan wawancara dengan

Kepala Sub Bidang Pelaporan Keuangan BPKAD Ibu Rahayu (wawancara

pada tanggal 07 April 2014), di Pemkab Raja Ampat belum ada ketentuan

pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan daerah

terkait SAP berbasis akrual PP No. 71 Tahun 2010. Menurut Ibu Rahayu,

Perda yang digunakan untuk mengatur pengelolaan keuangan daerah adalah

Perda Kabupaten Raja Ampat No. 06 Tahun 2010:

“Peraturan daerah menyangkut pokok-pokok pengelolaan keuangan

daerah tercantum dalam Peraturan daerah Kabupaten Raja Ampat

nomor enam tahun dua ribu sepuluh tentang pokok-pokok pengelolaan

keuangan.”

Terkait dengan sistem dan prosedur (sisdur) pengelolaan keuangan

daerah biasanya terdiri dari penyusunan rancangan APBD, perubahan

APBD, DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) SKPD serta sisdur

akuntansi pemda yang diatur dalam Peraturan Bupati. Berdasarkan pendapat

dari Kepala Sub Bidang Pelaporan Keuangan BPKAD, Ibu Rahayu

(wawancara pada tanggal 07 April 2014) sistem dan prosedur pengelolaan

keuangan daerah berbasis akrual belum ada. Peraturan Bupati yang

digunakan adalah Perbup Raja Ampat No. 10 Tahun 2010:

“Trus peraturan Bupati Raja Ampat nomor sepuluh tahun dua ribu

sepuluh tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat.”

Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa adanya pemahaman

yang berbeda terkait penyusunan laporan keuangan. Belum ada pemisahan

yang jelas antara pengelolaan keuangan keuangan daerah dengan dasar

penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah. Pemkab Raja Ampat

belum menyesuaikan regulasi yang ada di daerah dengan peraturan terkait

akuntansi berbasis akrual yaitu PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No.

64 Tahun 2013.

Page 33: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

67

Pemahaman yang bias tentang acuan dasar penyusunan laporan

keuangan dan belum ada peraturan daerah yang mendukung penerapan SAP

berbasis akrual akan mengurangi dampak positif dan mempersulit Pemkab

Raja Ampat dalam pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual, sehingga

penilaian magnitude adalah sangat rendah. Pemahaman yang bias tentang

acuan dasar penyusunan laporan keuangan dan belum adanya peraturan

daerah maupun peraturan bupati yang mendukung untuk penerapan SAP

berbasis akrual akan mengurangi tingkat keyakinan yang dimiliki pemkab

dalam pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian

generality adalah sangat rendah. Pemahaman yang bias tentang acuan dasar

penyusunan laporan keuangan dan belum adanya peraturan daerah dan

peraturan bupati yang mendukung penerapan SAP berbasis akrual akan

mengurangi tingkat harapan dalam pelaksanaan implementasi SAP berbasis

akrual, sehingga penilaian strenght adalah sangat rendah.

Faktor kedua, yakni Komitmen menunjukan bahwa Pemkab Raja Ampat

belum melaksanakan sosialisasi SAP berbasis akrual di Pemkab Raja Ampat.

Pemkab Raja Ampat belum mempunyai regulasi yang mendukung

penerapan SAP berbasis akrual. Sehingga, penilaian efficacy aktor-aktor

organisasi terhadap faktor komitmen adalah sangat rendah.

4.3 IT dan Perangkat Pendukung

Dalam tahap transisi, IT harus harus dipelajari sebelum melakukan

implementasi (Shirouyehzad, et.al 2011), untuk memperkenalkan

implementasi perlu ada kapasitas IT (Hepworth, 2003). Kualitas IT sangat

dibutuhkan untuk mendukung dan memfasilitasi implementasi akuntansi

berbasis akrual (Eriotis, et al, 2011). Peran teknologi informasi sangat

diperlukan dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah, apalagi dengan

era informasi sekarang yang serba cepat dan instant. Teknologi sistem

Page 34: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

68

informasi yang dibutuhkan pemerintah daerah adalah sistem informasi yang

mengatur tentang keuangan daerah.

Aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) merupakan

salah satu sistem informasi keuangan daerah yang dibuat oleh jasa

pengembang BPKP selaku mitra pemda. Tujuan pengembangan Program

Aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) adalah:

a. Menyediakan database mengenai kondisi di daerah terpadu baik dari

aspek keuangan, aset daerah, kepegawaian/ aparatur daerah maupun

pelayanan publik yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja instansi

pemerintah daerah.

b. Menghasilkan informasi yang komprehensif tepat dan akurat kepada

manajemen pemerintah daerah. Informasi ini digunakan sebagai bahan

mengambil keputusan.

c. Mempersiapkan aparat daerah untuk mencapai tingkat penguasaan dan

pendayagunaan teknologi informasi yang lebih baik.

d. Memperkuat basis pemerintah dalam pelaksanaan ototnomi daerah.

(Sumber: http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp, 19

Juni 2014)

Aplikasi SIMDA (software) yang mengatur pengelolaan keuangan mulai

dari BPKAD hingga ke setiap SKPD. Aplikasi keuangan SIMDA di BPKAD

di gunakan di tiap bidang baik di bidang akuntansi, bidang anggaran,

perbendaharaan maupun aset daerah.

Di SKPD, untuk mengakses aplikasi keuangan SIMDA hanya Kepala

Sub Bidang Keuangan yang mempunyai jabatan fungsional sebagai PPK

(Pejabat Penatausahaan Keuangan) beserta Bendahara SKPD. SIMDA

dikoneksikan melalui sistim jaringan nirkabel (wireless) langsungdari SKPD

ke BPKAD. Selain itu pemda juga diperlengkapi dengan fasilitas pendukung

Page 35: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

69

(Hardware) seperti komputer, laptop, printer untuk membantu pekerjaan

mereka.

Narasumber yang diwawancarai berjumlah 10 orang (3 orang dari

BPKAD dan 7 orang dari PPK SKPD). Aplikasi IT yaitu SIMDA

memerlukan operator yang menjalankan dan memastikan kelancaran

penggunaan sistem hingga melakukan perbaikan sistem dan jaringan.

Pemkab Raja Ampat kekurangan tenaga SDM sebaga operator IT, Kepala

Badan BPKAD, Bapak Orideko I. Burdam (wawancara pada tanggal 05

April 2014) mengungkapkan bahwa:

“Nah sistem (SiKPD) itu sangat sangat membantu pak, cuman

(tenaga) untuk IT kita belum ada, tapi kita sangat mengharapkan juga

karena hal itu sangat-sangat membantu, sangat mendukung itu, cuman

untuk tenaga kita sementara ini kita belum ada, kita lagi mencari-cari

ini, sapa tau ada ya kita mau mungkin diikat kontrak seperti itu kita

berikan honor”

Senada dengan apa yang diungkapkan Bapak Orideko, Kepala Sub

Bagian Verifikasi dan Akuntansi, Bapak Syamsudin Samuel Imanohos

(wawancara pada tanggal 07 April 2014) mengungkapkan bahwa Pemkab

Raja Ampat membutuhkan membutuhan SDM yang mempunyai kemampuan

IT untuk memperbaiki gangguan jaringan:

“Ada, sudah ada, cuman sumber daya manusia kita yang kurang,

bukan sumber daya manusia mengenai akuntanisnya pak, tapi

mengenai aplikasinya (SDM di IT) itu saja, jadi kadang-kadang

sistemn error ya kita duduk diam aja, karena mau bikin apa, waktu itu

saya sarankan supaya setiap SKPD ini harus ada orang IT artinya

bahasa aplikasinya admin itu, harus setiap SKPD satu, tapi tidak

ditanggapi. Akhirnya kita semua bergantung ke badan (BPKAD) ada

cuman ada satu ya (tenaga admin), kalo tidak ya habis kita, ini sistem

kalo lagi pada hujan sering error karena kita wireless ini. Sangat

sudah (memadai), bendahara pembantu saja semua saya kasihkan

komputer semua lengkap ini sudah teraplikasi semua, cuman beberapa

belum ada yang memahami tapi sudah belajar gitu.”

Page 36: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

70

Peran operator IT sangat dibutuhkan untuk memastikan pengoperasian

SiSKPD berjalan dengan baik serta memperbaiki jaringan, apabila ada

masalah yang tidak bisa diselesaikan staf operator maka perlu melakukan

kontak dengan tim jasa pengembang. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

tenaga-tenaga IT untuk membantu pemkab mempermudah informasi dalam

pengelolaan keuangan.

Terkait dengan penggunaan SIMDA, Kepala Sub Bagian Keuangan dan

Perlengkapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Abdul, Bapak Abdul Latif

Soltif (wawancara pada tanggal 14 April 2014) mengungkapkan bahwa

adanya kendala yang sering terjadi kesalahan dalam penginputan:

” Sebenarnya mendukung pak, cuman kalo kendala di SIMDA ini

cuman kadang ya itu mungkin karena entah ada yang tidak input atau

sudah di input tapi kok bisa ga muncul jadi kadang saya bikin manual

itu ga konek, jadi saya dengan bendahara konek sama SIMDA ga

konek, makanya kita print lagi dengan SIMDA kok bisa beda dengan

bendahara sedang kami bahas untuk semua tapi memang sebenarnya

SIMDA sudah bagus. (Hanya) kesalahan penginputan.”

Kesalahan penginputan yang sering terjadi sebenarnya dikarenakan

ketidakmampuan SDM dalam mengaplikasikan suatu sistem dengan benar,

meskipun didalam aplikasi suatu sistem itu ada jurnal koreksi untuk

mengkoreksi data yang salah, namun akibat kurang diberdayakan para

pegawai keuangan akan menyebabkan kesalahan yang berulang-ulang atau

menjadi „lingkaran setan‟, oleh karena itu sangat dibutuhkan pelatihan yang

komprehensif untuk mengaplikasikan dan mendukung suatu sistem.

Selain adanya kesalahan-kesalahan dalam penginputan masih ada SKPD

kurang memanfaatkan teknologi informasi dalam membantu pekerjaan

mereka, masih ada yang melakukan prosedur akuntansi secara manual seperti

yang diungkapkan Ibu Fransiska Berselina Msen selaku Kepala Sub Bagian

Keuangan dan Perlengkapan Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB,

(wawancara pada tanggal 16 April 2014):

Page 37: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

71

“Tidak, manual (Laporan keuangan), sementara kita belajarnya

bertahap, mungkin di BPKAD sudah dengan SIMDA tapi kita di SKPD

masih manual”

Ibu Fransiska menambahkan bahwa mereka dilatih untuk menginput secara

manual:

“ Ya, kita dilatih untuk bisa menginput data secara manual ya setelah

itu nanti kita BPKAD bidang akuntansi disana disesuaikan cocok tidak

dengan yang diinput melalui SIMDA jadi ada sedikit selisih nilai kita

tau ini dimana kekurangannya.”

Hal ini juga diungkapakan oleh Kepala Sub Bagian Keuangan dan

Perlengkapan Dinas Pekerjaan Umum, Ibu Sriyanti (wawancara pada

tanggal 16 April 2014):

“Cukup sih bantu, membantu sekali, (cuma) jaringan sering rusak,

lelet, lama. Mempengaruhi kadang-kadang kan kita keatas lagi kan,

tapi tidak terlalu signifikanlah mempengaruhinya bisalah kita

sesuaikan toh. Cuma..paling data-data yang itu toh SP2D SPP

SPMnya. LK untuk sampai sekarang ini masih manual, nanti kita buat

disini rekapnya dari keuangan kan, (tidak memakai SIMDA) laporan

keuangannya. Tapi kalo untuk LRA itu SIMDA bisa terbaca, register

SP2D ya itu terbaca di SIMDA, kadang-kadang kan kalo kita ikut

SIMDA mereka kan belum terinput semua, kita pakai manual biasa

berdasarkan SP2D yang masuk biasanya (Laporan Keuangan untuk

PU) Laporan Realisasi Anggaran”

Ketentuan bahwa penginputan secara manual bukan berarti hal ini

disalahkan, berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 pasal 232 (3)

menyatakan bahwa serangkaian prosedur dari mulai proses pengumpulan

data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dapat

dilakukan dengan cara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Peraturan tidak melarang pemerintah untuk melaksanakan prosedur

akuntansi secara manual, akan tetapi kurangnya pemanfaatan terhadap

perkembangan teknologi akan menyebabkan fungsi dari IT untuk membantu

pengelolaan keuangan daerah menjadi tidak berguna dan tidak bermanfaat.

Page 38: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

72

Jika dikaitkan dengan operator SIMDA, di Pemkab Raja Ampat hanya

satu orang pegawai staf admin operator SIMDA yaitu Bapak Polce Muradji.

Pekerjaan utamanya adalah selaku staf bidang penyusunan APBD di

BPKAD. Menurut Bapak Polce Muradji (wawancara pada tanggal 23 April

2014) terkait masalah hambatan dalam koneksi jaringan nirkabel di

lingkungan BPKAD karena gangguan cuaca dan perbedaan tegangan listrik

di beberapa SKPD:

“Oh iya gini, untuk masalah kendala jaringan yang tidak konek saya

pikir itu lumrah, lumrah terjadi pada jaringan nirkabel, yang artinya

menggunakan wifi itu lumrah semuanya di Indonesia pun akan terjadi,

diluar (luar negeri) pun terjadi gitu lo, karena gini kelemahannya

wireless itu kan satu gangguan cuaca ya kan?gangguan tegangan,

listrik, tegangan sama cuaca. Yang dimaksud dengan cuaca gini nih,

bukan bahwa hujan baru dia (sinyalnya) lemah gitu kan, kalo wireless-

wireless sekarang tidak berpengaruh terhadap cuaca seperti hujan

terus dia signalnya lemah enggak. Angin, ini cuaca, angin itu kalo

disini terlalu kencang itu dia bisa membelokan apa namanya antena

yang kita sudah pasang walaupun kita sudah patenkan dia gitu lo itu,

gitu. Yang lainkan contoh liat aja di kepegawaian, dia antena driftnya

menghadap kehutan bukan kesini, nah itu karena angin kan. Trusnya

listrik listrik disinikan tidak (beres).ada dinas yang tegangannya itu

dia keluar cuma dua ratus sepuluh (watt),ada yang sampai dua ratus

tiga puluh (watt) nah itu. Itu mengganggu, mengganggu tegangan kan

sewaktu dia mengganggu tegangan, dia otomatis akan mengganggu

POE (Power Over Ethernet), yang ada, POE akan mengganggu signal

gitu, itu yang biasa terjadi.“

Bapak Polce juga menambahkan bahwa hambatan biasanya karena

aplikasi SIMDA tidak dapat diakses SKPD sehingga mereka harus

menghubungi pusat:

“Ya, ada sih banyak gini kalo hambatan saya itu agak susahnya itu

bukan masalah untuk dia punya aplikasi atau dia punya

jaringannya,..kita pengen mengaplikasikan tetapi tidak bisa terbuka

terkadang itu kita harus kontek lagi pusat begitu.”

Page 39: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

73

Hambatan lainnya menurut Bapak Polce disebabkan kesalahan

pempostingan atau salah penginputan yang dilakukan oleh bendahara SKPD:

“nah terus keduanya lagi masalah hambatannya itu bila si Bendahara,

bendahara melakukan kesalahan didalam pembelanjaan pengambilan

pos salah, mereka itu tidak memberitahu. Tetapi uangnya memang

keluar sama hanya kurang pengawasan (dari PPK SKPD)”

Terkait perlunya tenaga IT yang ditempatkan di setiap SKPD menurut

Bapak Polce hal itu tidak perlu dan tidak efektif, tetapi tidak menutup adanya

kebutuhan tenaga IT namun harus ditempatkan di BPKAD menjadi satu tim

admin:

“Tidak, kalo disinikan kebetulan masih saya sendiri, kalo saya sih ga

perlu untuk sampai kita buat satu admin disetiap dinas..yang lebih

efektif itu itu jadi gini di keuangan sendiri itu punya kelompok IT

disebut admin-admin kecil ini diketuai oleh satu admin nah..kita

bentuk empat sampai lima orang kan ga selalu di dinas itu ada

masalah ya kan nah nanti kita bagi tugas saja bila ada masalah di

dinas-dinas.”

Berdasarkan pendapat semua narasumber, sistem aplikasi SIMDA

(software) sebagai sistem informasi keuangan daerah berbasis IT cukup

membantu dalam pengelolaan keuangan di lingkungan Pemkab Raja Ampat

dan fasilitas seperti sarana pendukung (hardware) seperti komputer, laptop,

printer dan sangat memadai. Selain berdasarkan hal tersebut, sebanyak 2

(dua) orang narasumber mengungkapkan Pemkab Raja Ampat masih

membutuhkan tenaga-tenaga IT. Selain itu 3 (tiga) narasumber lainnya

mengungkapkan bahwa meski didukung IT namun dalam penyusunan

laporan keuangan, penginputan dan penyusunan masih dilakukan dengan

cara manual serta adanya kesalahan penginputan. 5 (Lima) narasumber

mengatakan SIMDA sangat membantu dalam pengelolaan keuangan.

Permasalahan yang terjadi sistem berbasis IT ini adalah kurangnya

pemanfaatan penggunaan teknologi informasi untuk penyusunan laporan

Page 40: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

74

keuangan, pemkab tidak didukung oleh kemampuan SDM aparatur untuk

menguasai dan menggunakan aplikasi sistem berbasis IT dengan baik

seringnya terjadi kesalahan penginputan. Selain itu, pemerintah juga masih

kekurangan SDM memiliki kapasitas dibidang IT untuk menambah

kekurangan personil tenaga admin di Pemkab Raja Ampat.

Aplikasi keuangan SIMDA di Raja Ampat masih berdasarkan sistem

akuntansi kas menuju akrual (PP 24/2005) atau versi 2.1 (adapun versi

SIMDA yang berbasis akrual versi 3.0 yang akan disosialisasikan BPKP),

namun kendala yang berkaitan dengan IT Pemkab Raja Ampat harus segera

dibenahi jika tidak akan menghambat implementasi sistem akuntansi

berbasis akrual, karena perubahan modifikasi SIMDA berbasis akrual masih

dalam tahap ujicoba di BPKP sebelum diperkenalkan ke pemda-pemda.

BPKP telah melakukan workshop pada bulan april 2014 terkait Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah dan Program Aplikasi SIMDA keuangan

berbasis akrual.

(sumber: http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp, 19 Juni

2014)

IT dan fasilitas pendukung sudah memadai di Pemkab Raja Ampat,

meskipun kendala yang dihadapi adalah di SDM aparatur sebagai pengguna

dan pemberi informasi adalah penginputan dan penyusunan laporan

keuangan masih secara manual karena kurangnya pemanfaatan teknologi

informasi, minimnya pemahaman sistem informasi akuntansi dan

penguasaan dalam mengaplikasi sistem yang mengakibatkan kesalahan

penginputan, kurangnya tenaga IT bagi Pemkab Raja Ampat. Dengan adanya

IT dan fasilitas pendukung IT maka akan mempermudah Pemkab Raja

Ampat dalam melaksanakan implementasi SAP berbasis akrual karena

SIMDA telah terintegrasi dengan sistem akuntansi berbasis akrual, sehingga

penilaian magnitude tinggi. Dengan adanya IT dan fasilitas pendukung IT,

Page 41: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

75

maka Pemkab Raja Ampat memiliki keyakinan dapat melaksanakan

implementasi SAP berbasis akrual dengan baik namun penginputan dan

penyusunan laporan keuangan masih secara manual, sehingga penilaian

generality rendah. Dengan adanya IT dan fasilitas pendukung IT maka akan

meningkatkan ekspektasi Pemkab Raja Ampat dalam melaksanakan

implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian strenght tinggi.

Faktor ketiga yakni IT dan Perangkat Pendukung menunjukan bahwa

pada Pemkab Raja Ampat, sistem informasi akuntansi sudah di dukung oleh

sistem berbasis IT, fasilitas pendukung hardware dan software sudah

tersedia meskipun penginputan dan penyusunan laporan keuangan masih

secara manual. Sehingga, penilaian efficacy aktor-aktor organisasi terhadap

IT dan perangkat pendukung tinggi.

4.4 Komunikasi

Komunikasi merupakan nilai organisasi dimana anggota saling

berhubungan dan bekerja sama (Klein dan Sorra, 1996). Menurut

Pabedinskaite (2010) dengan lebih banyak bekerjasama dan berkomunikasi

secara terbuka akan mempengaruhi kesuksesan implementasi.

Faktor komunikasi dalam penelitian ini lebih ditekankan pada

komunikasi internal koordinasi Badan Pengelola Keuangan BPKAD Raja

Ampat dengan PPK dan Bendahara SKPD dalam penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan SKPD. Berdasarkan Permendagri No. 13

Tahun 2006, bendahara pengeluaran secara administratif wajib

mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan, ganti uang

persediaan dan tambahan uang persediaan paling lambat tanggal 10 bulan

bulan berikutnya.. Sedangkan tugas dari PPK SKPD adalah meneliti

kelengkapan dan memverifikasi yang diajukan bendahara sesuai dengan

peraturan yang berlaku

Page 42: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

76

Karena pertanggungjawaban laporan keuangan harus diserahkan tepat

waktu dan benar merupakan wujud komitmen yang harus dilaksanakan oleh

setiap pemda. Faktor keterlambatan penyampaian laporan akan menjadi

penyebab permasalahan yang sering terjadi, untuk itu bagaimana

menciptakan hubungan yang baik dan menghasilkan sinergi antara

manajemen pusat pengelolaan keuangan (BPKAD) dengan manjemen lini

(penatausahaan keuangan SKPD).

Narasumber yang diwawancarai terkait faktor komunikasi berjumlah 7

orang (3 orang dari BPKAD dan 4 dari orang dari PPK SKPD). BPKAD

selaku pusat informasi baik dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

pengelolaan keuangan bagi SKPD untuk melaksanakan anggaran, seperti

yang diungkapkan Kepala Sub Bidang Verifikasi BPKAD, Bapak Abu Bakar

Saka (wawancara pada tanggal 07 April 2014):

“kita di BPKAD sebagai contoh untuk ke dinas (SKPD) yang lain

jangan sampai karena kita sebagai akuntansi trus BPKAD, aturan

tentang ini kan kita yang tau dulu setelah itu kita implementasikan

kepada dinas gitu k,n dan kita disinikan sebagai tempat bertanya gitu

kan dari teman-teman dinas (SKPD).”

SKPD sebagai pelaksana anggaran, terkait pertanggungjawaban

keuangan ada pada fungsi tata usaha keuangan yang di jabat Pejabat

Penatausahaan Keuangan SKPD yang fungsinya seperti yang diungkapkan

oleh Bapak Amril Laude selaku Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan

Inspektorat, (wawancara pada tanggal 10 April 2014):

“Pejabat penatausahaan mempunyai fungsi yang sangat vital dia yang

penyaring pertama atau memverifikasi setiap pengeluaran yang terjadi

di SKPD sebelum disampaikan ke PPKD selaku BUD ya. Menurut

saya PPK sangat penting dalam memverifikasi pertanggungjawabanya

bendahara pengeluaran di setiap SKPD.”

Page 43: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

77

Menurut Bapak Fiktor Mayor selaku Sekretaris BPKAD (wawancara

pada tanggal 09 April 2014) mengatakan bahwa, adanya penyampaian

laporan keuangan daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban ke DPRD

tergantung dari penyampaian laporan keuangan dari SKPD dan BPKAD

akan berperan aktif dalam membantu SKPD untuk memberikan laporannya:

“Kalo keterlambatan sih tidak, kita sudah sesuai dengan prosedur,

jadwal dan ketentuan yang berlaku. Misalnya untuk ke Dewan

(DPRD), tapi masalahnya bukan dari BPKAD itu hambatan yang kita

hadapi itu dari SKPD, karena laporannya ini kan kita tergantung dari

laporan yang ada di SKPD. Jadi apabila terlambat sedikit nah itu

memang terlambat, tapi sampai saat ini kita tidak pernah terlambat

karena kita pro aktif terus supaya SKPD tetap memberikan laporan-

laporan itu.”

Laporan keuangan pemerintah daerah atau LKPD merupakan laporan

konsolidasi dari laporan keuangan yang disampaikan tiap SKPD, apabila

keterlambatan laporan keuangan SKPD, maka LKPD belum bisa disusun

oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) di BPKAD, oleh karena

itu perlu ada koordinasi yang baik antara BPKAD dan SKPD.

Seiring dengan proses penyampaian laporan keuangan munculnya

permasalahan yang sering terjadi yaitu hubungan SKPKD dengan SKPD

seperti kesalahan dalam penginputan seperti yang diungkapkan Kepala Sub

Bidang Pelaporan Keuangan BPKAD, Ibu Rahayu (wawancara pada tanggal

07 April 2014):

“Miscommunication bisa jadi, antara satu dengan yang lain mungkin,

trus kurangnya informasi ke kita karena kondisi daerah mungkin seperti

itu. Itu saja kayaknya yang kendala, kayak miscommunication. Trus

human error mungkin manusia kan tidak mungkin bekerja yang

menginput kan namanya manusia artinya punya salah punya apa,

kadang kalo ini, kalo misalnya terjadi apa-apa juga kita kan disini

sering o ini salah maka dikasih masuk kesini oo iya.”

Kesalahan penginputan merupakan kesalahan teknis yang sering terjadi,

sehingga dapat menyebabkan perbedaan pendapat antara SKPKD dan SKPD

Page 44: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

78

seperti yang di sampaikan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

Bappeda, Bapak Rachmat M. Nurjayamika (wawancara pada tanggal 08

April 2014):

“Kalo di SKPD itu begini pak, kalo kita mau asal print karena kita

sudah dilengkapi dengan SIMDA senjata kita, asal print barang jadi

itu ga lama kan pak, asal print barang jadi kok SIMDA sudah ngatur

sendiri, tetapi keterlambatan itu karena begini ada beberapa hal yang

saya bilang begitu, bapak berkoordinasi dengan si A ini menurut

bapak begini, tetapi menurut sana (BPKAD) tidak, harusnya

melakukan ini tetapi disana tidak begini, kalo cuman bikin asal-asalan

asal jadi ya saya rasa semua bisa karena itu barang tinggal kopi paste

saja, apalagi ada SIMDA, ada miskomunikasi menurut saya, biasanya

terjadi miskomunikasi antara SKPD dengan badan pengelolaan

keuangan karena terus terang aja kiblatnya semua di daerah mungkin

dimana-mana berkiblat di badan pengelolaan keuangan bahkan

aturan pun kadang kita ikuti aja mereka bilang, jika tidak ikuti uang

tidak keluar kan?gitu.”

Terkait koordinasi dengan BPKAD Bapak Rachmat menambahkan:

“Sekarang ini terus terang aja pak kita hanya dipanggil untuk rapat-

rapat saja, kita dipanggil pun kita diminta kita kasih laporan kesana,

tapi toh juga laporan kita tidak bisa dijadikan dasar jadi hanya asal

panggil aja, maunya saya mari kita bicara, tapi kita ya bikin laporan

itu kalaupun salah kalian benarkan (perbaiki), seharunya kalau salah

mari kita bicarakan bersama-sama kesalahanya ada dimana kan

begitu, jadi perannya PPK SKPD disini nyaris tidak ada.”

Selain itu, kendala dalam menyusun laporan keuangan adalah

keterlambatan dalam pertanggungjawaban penggunan dana, Kepala Sub

Bagian Verifikasi dan Akuntansi Sekretariat Daerah Bapak Syamsudin

Samuel Imanohos (wawancara pada tanggal 07 April 2014) mengungkapkan

bahwa:

“Sebenarnya masalah pokok LK ini pak di SPJ, hampir semua

masalah pemerintahan di Papua ini masalah SPJ, jadi kalo SPJ beres

berarti LK juga cepat. Jadi SPJ aja, kalo LK itu kan kita tinggal

rangkum SPJ kita sudah susun LK, kadang-kadang kan aturan bilang

tanggal 10 Januari SPJ itu sampai 31 Januari SPJ belum masuk itu

Page 45: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

79

yang menghambat kita membuat LK disitu. Trus Badan Pengelola

Keuangan itu selaku koordinator harus bekerja keras.”

Bapak Syamsudin juga mengatakan bahwa peran PPK SKPD belum

maksimal disebabkan karena kurangnya koordinasi BPKAD dalam

pemberian kewenangan PPK SKPD, dan belum kompetennya penatausahaan

keuangan SKPD dalam pengelolaan keuangan serta penempatan pegawai

SKPD di Raja Ampat tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan:

“Masalah sampai sekarang koordinasi yang kurang. Saya pikir

dengan Permendagri 13 dengan penyempurnaan no 59 sebenarnya

desentralisasi pengelolaan keuangan sudah dikasih ke SKPD cuman

kadang-kadang PPK SKPD tidak diberdayakan dalam arti

kewenangannya dikasih anggarannya juga harus dikasih biar mereka

bisa sinkronkan bisa kerja, sebenarnya disana (BPKAD) kan tinggal

rekap itu kalo mau jujur tergantung di SKPD ini, kalo SKPD ini bagus

otomatis mereka cepat, nah rata-rata kelemahan kita tu disitu, rata-

rata di SKPD di Raja Ampat ini ada yang tidak sesuai dengan latar

belakang pendidikan makanya bingung gitu apalagi mau menyusun LK

pak, liat SPJ saja belum mengerti”

Kendala lainnya adalah perbedaan jadwal kegiatan keuangan BPKAD

dan kegiatan penggunaan dana SKPD serta masalah administrasi yang

tertunda disebabkan petugas di BPKAD dinas luar. Kepala Sub Bagian

Keuangan dan Perlengkapan Dinas Pendapatan Daerah, Ibu Jumyati Kapitan

Laut (wawancara pada tanggal 08 April 2014) mengakui bahwa

keterlambatan penyampaian pertanggungjawaban laporan keuangan SKPD

dikarenakan:

“Biasanya kendalanya itu di kegiatan. Kayak soal kelola ya, biasa itu

kita kan daerah kepulauan toh kan tidak mungkin mau sesuaikan

kegiatan itu dengan jadwal keuangan, jadi kita harus tunggu sampai

semua kegiatan direkap jadi satu, itu kadang terbengkalai dengan

waktu. Memang kalo pemasukan laporan seperti batas waktu yang

harus ditentukan kita harus masukan laporan keuangan kadang-

kadang memang terlambat tidak tepat waktu seperti itu.. Kadang-

kadang setelah laporan penyusunan keuangan jadi ketika sampai di

Page 46: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

80

BPKAD inikan langsung ke bagian verifikasi dulu seperti ibu

Kasubbag bilang, kalo disana orangnya ada, kan disana sudah dibagi-

bagi misalnya kalo pegawainya itu tidak ada maka kita harus tunggu

lagi, apalagi kalo keluar daerah, keluar daerah kan minimal lima hari

perjalanan harus tunggu lagi. Belum lagi kalo kita punya berkas

lengkap mereka periksa mungkin ada yang tercecer mereka (BPKAD)

salahkan kita lagi, kita lagi yang cari akhirnya banyak waktu yang

terbuang.”

Ketika penyampaian laporan pertanggungjawaban SKPD disampaikan

ke BPKAD yang terjadi adalah komunikasi satu arah, artinya BPKAD

merupakan pusat informasi bagi SKPD memberikan komando namun tidak

memberikan feedback sehingga BPKAD menjadi kurang peka dalam

memahami apa yang dibutuhkan oleh SKPD. Kesalahan teknis seperti

kesalahan penginputan diperbaiki sendiri oleh pihak pengelola keuangan

tanpa didiskusikan kepada SKPD, kesalahan-kesalahan teknis ini

menunjukan kurang kompetennya tenaga keuangan di SKPD dibidang

akuntansi dan penempatan tenaga berlatar belakang non keuangan yang

kurang tepat dalam melaksanakan tata usaha keuangan SKPD. Sehingga

yang terjadi adalah BPKAD tidak memberikan kewenangan sepenuhnya

kepada SKPD untuk melaksanakan penggunaan dana.

Selain itu, kurangnya management control terhadap kegiatan

pengelolaan keuangan di BPKAD tidak sejalan kegiatan pelaksanaan

penggunaan dana SKPD menyebabkan terbenturnya masalah waktu serta

administrasi yang berimbas pada keterlambatan laporan pertanggungjawaban

SKPD.

Hambatan ini menunjukan kepada pusat pengelola keuangan, bahwa

pada manajemen lini tidak mempunyai kemampuan pengelolaan keuangan

yang memadai. Meskipun demikian dibutuhkan kepercayaan dari BPKAD

selaku pusat pengelola keuangan pemerintah harus memberikan kesempatan

Page 47: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

81

pada penatausahaan keuangan SKPD untuk sebebasnya mengembangkan diri

dan mendapat manfaat yang lebih dari informasi yang diberikan BPKAD.

Manajer lini atau manajer keuangan sektor publik di setiap instansi harus

ikut bertanggungjawab membangun kerangka pengendalian keuangan

internal, karena tidak serta merta pusat pengelola keuangan di pemerintah

mengambil tanggung jawab secara penuh fungsi pengendalian internal

(Hepworth, 2003). Menurut Hepworth, biasanya pusat pengelola keuangan

pemerintah khususnya pada negara transisi atau negara berkembang,

mempunyai kecenderungan tidak mempercayai manajer lini, hal ini

dikarenakan:

1. Pusat pengelolaan keuangan pemerintah takut manajemen lini tidak bisa

mengatur pengendalian finansial atau masalah integritas dalam proses

administrasi (sebagai bentuk respon atas tingginya tingkat

penyalahgunaan keuangan maupun korupsi).

2. Lack of management information bagi manajemen lini, karena semua

informasi ada pada pusat pengelola keuangan pemerintah.

Komunikasi yang bersifat satu arah menyebabkan BPKAD menjadi

kurang peka terhadap apa yang dibutuhkan SKPD, serta tidak diberikan

kewenangan sepenuhnya dalam pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran

karena belum memadai kemampuan tenaga keuangan SKPD yang bisa saja

disebabkan oleh latar belakang non keuangan dan belum adanya

management control agar kegiatan BPKAD sejalan dengan kegiatan SKPD,

tidak akan membawa dampak positif bagi pemkab dalam melaksanakan

implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian magnitude rendah.

Kurangnya kepercayaan BPKAD dalam wewenang pengendalian manajemen

keuangan terhadap SKPD menunjukan koordinasi antara BPKAD dan

SKPD kurang berjalan dengan baik akan akan mengurangi tingkat keyakinan

untuk melaksanakan implementasi SAP berbasis akrual, sehingga penilaian

Page 48: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

82

generality rendah. Komunikasi satu arah dan kurangnya pengendalian

manajemen menunjukan koordinasi antara BPKAD dan SKPD kurang

berjalan baik karena tidak semua SKPD dapat menyampaikan

pertanggungjawaban keuangan dengan baik, sehingga akan mengurangi

tingkat ekspektasi pemkab dalam melaksanakan implementasi SAP berbasis

akrual, sehingga penilaian strenght rendah.

Faktor keempat yakni Komunikasi pada Pemkab Raja Ampat

menunjukan bahwa koordinasi antara BPKAD dan Pejabat Penatausahaan

Keuangan SKPD dalam bentuk pertanggungjawaban laporan keuangan

masih kurang. Sehingga, penilaian efficacy terhadap faktor komunikasi

rendah.

4.5 Jasa Konsultan

Organisasi memerlukan jasa konsultan yang dapat merekomendasikan

sistem apa yang cocok dengan organisasi (Pabedinskaite, 2010). Konsultan

manajemen dibutuhkan, karena pihak ini mempunyai spesialisasi

pengetahuan dan sangat berpengalaman dibidangnya untuk tenaga pembantu

teknis implementasi (Eriotis, et al 2011).

Narasumber yang diwawancarai dari BPKAD berjumlah 6 orang.

Menurut Bapak Esau Paradjal selaku Kasubbid Penyusun Anggaran BPKAD

(wawancara pada tanggal 24 April 2014) mengatakan kehadiran Sistem

informasi akuntansi berbasis IT melalui jasa konsultan BPKP sangat

membantu dalam pengelolaan keuangan daerah:

“Ya artinya kita di papua ini kan hidup dibawah aturan otonomi

sepanjang itu kami mampu untuk terapkan tetapi kehadiran teman-

teman kehadiran SIMDA lewat BPKP ini sangat membantu katakan

aturannya kami harus terapkan itu prinsipnya tetap kami terapkan

karena dia berlaku untuk seluruh indonesia termasuk kami di Raja

Ampat.”

Page 49: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

83

Bapak Orideko I. Burdam selaku Kepala Badan BPKAD (wawancara

pada tanggal 05 April 2014) seperti yang dikatakan sebelumnya terkait

sosialisasi, beliau mengatakan bahwa bahwa pengelolaan keuangan Pemkab

Raja Ampat dilakukan secara mandiri tanpa pendampingan BPKP:

“…tadinya kan kita pakai pendamping (BPKP) selama ditahun ini

(2014) kita fokuskan mereka (para staf) bekerja dan mulai belajar

menyusun sendiri.”

Hal yang sama dikatakan oleh Bapak Fiktor Mayor Sekretaris BPKAD

(wawancara pada tanggal 09 April 2014) seperti yang dikatakan sebelumnya

tentang penyusunan laporan keuangan, Pemkab dapat secara mandiri

menyusun LKPD tanpa pendampingan BPKP:

“Sudah bisa sekarang usahakan untuk menyusun itu sendiri laporan

keuangan tidak pernah didampingi lagi, biasanya didampingi oleh

BPKP tapi sekarang penyusunan LKPD itu kita sendiri”

Menurut Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bappeda,

Bapak Rachmat M. Nurjayamika (wawancara pada tanggal 08 April 2014)

Pemkab Raja Ampat tetap memerlukan jasa konsultan karena yang

dibutuhkan adalah keahlian mereka, namun perlu konsultan berperan aktif

saling berkoordinasi dengan SKPD dan BPKAD:

“Tergantung pak, kalo kita (Pemkab Raja Ampat) begini ya, dulu

seingat saya bukan dari Bappedanya tapi badan pengelolaan

keuangannya (BPKAD) itu mendatangkan konsultan dan itu akhirnya

kita jadikan dasar perhitungan aset awal, artinya aset-aset yang

sebelumnya pernah dicatat kadang-kadang meleset dengan

perhitungan mereka nah sekarang bagaimana lah barangnya ada

ternyata tidak ada, terus yang barang yang tidak ada menjadi ada,

nah sekarang, sedangkan (aset-aset) itu dibuat dengan uang yang

banyak dari ini..nah itulah kalo saya bilang artinya kalaupun kita

seharusnya memerlukan tenaga dari luar bantuan memang kita

perlukan karena keahlian mereka harusnya kita perlukan, tetapi

harusnya tidak berjalan sendirian tapi harus berkoordinasi dengan

satuan kerja sendiri jangan kita kerjasama tapi taunya cuman

nongkrong di BPKAD saja.”

Page 50: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

84

Berdasarkan pendapat dari narasumber, pengelolaan keuangan

sepenuhnya berada ditangan Pemkab Raja Ampat dan proses yang berjalan

pemkab harus menyusun laporan keuangan secara mandiri. Berdasarkan

informasi yang didapat dari BPKP perwakilan Manokwari bahwa, BPKP

telah bermitra dengan Pemkab Raja Ampat sejak tahun 2007 s/d 2013. BPKP

dilibatkan secara langsung membantu pengelolaan keuangan pemerintah

daerah dengan menempatkan beberapa personilnya pada bagian keuangan di

lingkungan Pemkab Raja Ampat. Pada tahun 2014, kebijakan dalam

penyusunan LKPD TA 2013 tidak lagi melibatkan BPKP secara langsung

dalam pengelolaan keuangan melainkan hanya membantu sebatas layanan

jasa dan konsultasi sistem informasi keuangan daerah yaitu aplikasi Simda.

Berdasarkan informasi tambahan yang peneliti dapat dari BPKP

perwakilan Papua Barat, sosialisasi terkait PP No.71/2010 belum pernah

dilakukan oleh BPKP. Sosialisasi yang dilakukan adalah terbitnya

Permendagri No. 64/2013 tentang penerapan akuntansi berbasis akrual di

pemda. Pelaksanaannya sosialisasi jatuh pada bulan Desember 2013 dan

pada saat itu BPKP mengundang 2 orang perwakilan dari BPKAD Raja

Ampat, yang hadir mewakili saat itu adalah Sekretaris BPKAD dan Kepala

Sub Bidang Akuntansi dan Keuangan.

BPKAD sendiri belum melaksanakan sosialisasi SAP berbasis akrual

dan tidak dapat mengimplementasikannya di tahun 2014, dikarenakan

menurut Bapak Fiktor Mayor akibat padatnya kegiatan di lingkungan

Pemkab Raja Ampat seperti MTQ se-Papua Barat, HUT Pemkab, persiapan

kegiatan Sail Raja Ampat 2014:

Belom ada, tapi kita dari BPKAD satu waktu karena waktu kesibukan

dan banyak tamu dan kegiatan-kegiatan besar (MTQ se-Papua

Barat, HUT Pemkab, persiapan kegiatan Sail Raja Ampat 2014),

padahal kita merencanakan bahwa Depdagri akan datang sosialisasi

itu PP 71 tentang akuntansi berbasis akrual.

Page 51: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

85

Ibu Zahara selaku Kabid Akuntansi BPKAD (wawancara pada tanggal

03 April 2014) juga menambahkan selain padatnya kegiatan di lingkungan

Pemkab Raja Ampat, BPKAD disibukkan oleh proses penyusunan LK TA

2013 belum di audit yang sempat tertunda:

“Tahun ini harus sudah dipakai (implementasi PP 71/2010)

sebenarnya, cuman kami di akuntansi kebetulan masih sibuk dengan

yang penyusunan laporan keuangan tahun dua ribu tiga belas,

harusnya tahun ini sudah di pakai, sudah diwajibkan pakai.”

Kebijakan pemkab untuk melaksanakan kemandirian dalam pengelolaan

keuangan daerah sangat berkebalikan dengan implementasi perubahan SAP

yang membutuhkan tuntunan maupun keterlibatan konsultan seperti BPKP

atau jasa konsultan lainnya. Pemkab Raja Ampat perlu berkoordinasi dengan

konsultan. Jasa konsultan seperti BPKP sangat diperlukan agar implementasi

SAP berbasis akrual terarah dan dapat berjalan dengan baik.

Dampak kemandirian dalam pengelolaan keuangan ini adalah timbulnya

resistensi, karena pemkab sudah terbiasa dengan aturan yang lama. Selain

itu, keterlambatan penyusunan laporan keuangan TA 2013 apabila tidak

dapat diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, akan

berimplikasi di tahun 2015 Pemkab kemungkinan tidak dapat

mengimplementasi akuntansi berbasis akrual atau mengalami penundaan

pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual.

Jasa dari BPKP hanya sebatas jasa pengembang aplikasi SIMDA,

artinya pihak BPKP tidak dilibatkan lagi untuk membimbing Pemkab Raja

Ampat mengelola keuangan daerah. Namun permasalahan yang terjadi, saat

pemkab mulai belajar menjalankan kemandirian, pemerintah menghadapi

permasalahan terhambatnya penyusunan laporan keuangan daerah.

Akibatnya sosialisasi maupun pelatihan teknis terkait SAP berbasis akrual

belum dapat dilaksanakan. Apabila pelaksanaan implementasi SAP

Page 52: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

86

dilakukan akan beresiko reform of fatigue yaitu hilangnya sense of urgent

dan rasa antusiasme Pemkab Raja Ampat akan merasa lelah dengan

perubahan-perubahan yang terjadi tanpa merasakan manfaatnya, sehingga

penilaian magnitude adalah sangat rendah. BPKP tidak terlibat dalam

pengelolaan keuangan sebagai tenaga pendamping dan timbulnya reform of

fatigue akan mengurangi tingkat keyakinan dari Pemkab Raja Ampat dalam

melaksanakan implementasi SAP berbasis akrual sehingga penilaian

generality adalah sangat rendah. Tanpa adanya keterlibatan BPKP dalam

pengelolaan keuangan karena tidak memadainya kemampuan penatausahaan

keuangan SKPD dalam mengelola keuangan akan mengurangi ekspektasi

dari Pemkab Raja Ampat dalam melaksanakan implementasi SAP berbasis

akrual, sehingga penilaian strenght adalah sangat rendah.

Faktor kelima yakni Jasa Konsultan menunjukan bahwa Pemkab Raja

Ampat tidak melibatkan BPKP dalam pengelolaan keuangan dan untuk

menghindari timbulnya reform of fatigue, pemkab membutuhkan jasa BPKP

dalam penerapan implementasi SAP berbasis akrual. Sehingga, penilaian

efficacy aktor-aktor organisasi terhadap faktor jasa konsultan sangat rendah.

4.6 Penghargaan dan Sanksi

Pelaksanaan implementasi perlu pemberian insentif apabila

melaksanakan inovasi dan disinsentif apabila menghindari inovasi (Klein dan

Sorra, 1996). Dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan di

setiap SKPD perlu diberi penghargaan dan sanksi untuk memanfaat kan

sumber daya baik manusia maupun finansial tergantung dari kebijakan

masing-masing pemda. Perbaikan maupun penurunan opini dari BPK bisa

memberikan tolak ukur bagi pemda harus dapat memberikan penghargaan

maupun sanksi kepada SKPD-SKPD atas kinerja keuangan mereka.

Pemerintah harus mempunyai kapasitas memberi penghargaan dan sanksi

Page 53: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

87

secara finansial agar penggunaan sumber daya dilakukan secara efisien

dalam menjalankan praktik pengelolaan keuangan sehari-hari (Hepworth,

2003). Narasumber yang diwawancarai berjumlah 10 orang (3 dari BPKAD

dan 7 dari PPK SKPD).

4.6.1 Penghargaan (Pemberian Insentif)

Pemkab Raja Ampat perlu memberi penghargaan berupa insentif bagi

setiap SKPD (khususnya bidang keuangan) yang melaporkan laporan

keuangan yang terbaik. Kriteria beban kerja laporan secara tepat waktu dan

kualitas laporan merupakan ukuran yang digunakan dalam memberikan

insentif berupa uang atau benda seperti yang diungkapkan Kepala Badan

BPKAD Bapak Orideko I. Burdam (wawancara pada tanggal 05 April 2014)

terkait pemberian insentif dilakukan BPKAD dalam pelaksanaan SAP

berbasis akrual, tujuannya untuk memacu kinerja SKPD dalam menyusun

laporan keuangan lebih baik lagi:

“Waktu itu perlu, saya kasih contoh saja untuk tahun 2013 laporan

keuangan itu siapa yang nyusun (laporan keuangan) sesuai dengan

mekanisme, tepat waktu, kita sediakan kita kasih reward, bahkan

siapa tadi yang saya sampaikan administrasi yang baik, dia ikut

mekanisme tahapan-tahapan itu sampai ini kita kasih reward yaitu

untuk (TA) 2013 ini saya kasih perangsang kepada SKPD satu unit

mobil, biar merangsang mereka untuk mereka bisa menyusun

laporan (keuangan) mereka bisa menata pengelola keuangannya

dengan baik, jadi administrasinya kita liat semua terbaik disitu, ya

itu sebagai pancingan kedepannya semua SKPD berlomba-lomba

dan bisa menertibkan pengelolaan keuangannya.”

Kebijakan pemberian insentif telah dilakukan BPKAD berguna

memberikan rangsangan agar penatausahaan SKPD semakin baik,

Sedangkan dampaknya di SKPD adalah penyemangat kerja seperti yang

diungkapkan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas

Page 54: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

88

Pendapatan Daerah, Ibu Jumyati Kapitan Laut (wawancara pada tanggal 08

April 2014):

“Kalo kami di SKPD dibatasi hanya untuk kerja saja, itu urusan

BPKAD cuman kita mungkin, ada insentif untuk penyemangat kerja

begitu.”

Pemberian insentif seperti apa yang diungkapkan Kepala Sub Bagian

Keuangan dan Perlengkapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bapak Abdul

Latif Soltif (wawancara pada tanggal 14 April 2014) apabila berdasarkan

mekanisme dan kriteria yang ditetapkan oleh BPKAD akan diberikan

insentif yang masuk dalam DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran),

sedangkan pemberian juara yang terbaik itu berdasarkan penilaian

Inspektorat:

“Kemaren-kemarenkan bonus, yang juara satu ya mungkin dikasih

bonus honor begitu apa tunjangankah yang juara saja per SKPD

yang bagian keuangan aja sih kan semua pada terlibat ada

bendahara gaji, bendahara penerimaan, pengeluaran sama barang.

nah itu sudah masuk di DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), di

semua SKPD ada tapi kalo untuk juara-juara ini pas pemeriksaan

dari inspektorat, nah itu yang juara dikasih bonus dari sana,

penilaian dari inspektorat”

Hal ini juga diungkapkan Ibu Sri Yanti selaku Kepala Sub Bagian

Keuangan dan Perlengkapan Dinas Pekerjaan Umum(wawancara pada

tanggal 16 April 2014) pemberian penilaian juara terbaik langsung diberikan

oleh kepala daerah berdasarkan penilaian BPK maupun Inspektorat:

“Sampai sekarang sih belum Cuma kalo pada saat ulang tahun

marinda (Ulang tahun Raja ampat) kita dua kali berturut-turut dapat

juara, pertama waktu 2011 juara tiga kemarin eh 2012 juara tiga,

laporan 2013 untuk 2012 kemaren juara satu. Insentif tapi bukan

dari keuangan, bukan dari keuangan tapi dari Bupati langsung. Jadi

inspektorat yang periksa, mereka yang menentukan dikasih

tembusannya ke bupati, kalo untuk dari keuangan ditahun ini

kayaknya itu tapi belum, itu berdasarkan penilaian langsung dari

BPK.”

Page 55: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

89

Penilaian juara terbaik dinilai oleh inspektorat seperti yang dikatakan

oleh Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan Inspektorat Bapak Amril Laude

(wawancara pada tanggal 10 April 2014) pemberian insentif sudah berjalan

sejak tahun 2012 diberikan kepada tiga SKPD dengan laporan keuangan

terbaik:

“Untuk Pemda Raja Ampat sendiri itu sudah pemberian reward

sudah berjalan sejak tahun dua ribu dua belas kemaren, jadi setiap

SKPD dinilai tiga SKPD terbaik dalam laporan keuangan yang nanti

diberikan berupa insentif begitu kepada mereka, supaya ada motivasi

dari SKPD lain.”

Berdasarkan pendapat narasumber, pemberian penghargaan di Pemkab

Raja ada 2 bentuk yaitu: Pertama, pemberian insentif dilakukan oleh

BPKAD kepada setiap SKPD yang menyampaikan laporan

pertanggungjawaban keuangan tepat waktu dan sesuai dengan mekanisme

maupun kriteria yang ditetapkan oleh BPKAD. Kedua, pemberian bonus

juara penilaian terbaik berdasarkan pemeriksaan dari Inspektorat dan BPK

yang diambil adalah 3 (tiga) laporan keuangan SKPD terbaik.

4.6.2 Sanksi (Disinsentif)

Pemberian sanksi juga diberikan apabila mengalami keterlambatan

dengan ditekan melalui teguran dan menahan insentif SKPD. Apabila

Pemkab Raja Ampat sudah menerapkan pemberian insentif maupun

disinsentif pada pengelolaan keuangan sebelumnya, maka pada pelaksanaan

implementasi SAP berbasis akrual perlu diajukan kembali usulan kegiatan

tersebut.

Kepala Badan BPKAD Bapak Orideko I. Burdam (wawancara pada

tanggal 05 April 2014) mengungkapkan adanya kemungkinan sanksi yang

Page 56: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

90

diberikan berupa pemotongan dana operasional SKPD sebesar lima belas

persen jika tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan:

“Ada sanksi juga, jadi sanksinya itu mungkin pengurangan dia punya

operasional atau penatausahaan lima belas persen, yang tidak masuk

kriteria-kriteria, tidak memenuhi syarat ya tetap akan dikenakan

sanksi.”

Apa yang diungkapkan oleh Bapak Ori senada dengan apa yang

diungkapkan Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi Sekretariat

Daerah Bapak Syamsudin Samuel Imanohos (wawancara pada tanggal 07

April 2014), sanksi yang diberikan berupa pengurangan dana SKPD:

“Ada sanksi biasanya berupa pengurangan dana di SKPD itu ada”

Berbeda dari pendapat Bapak Ori dan Bapak Syamsudin, Ibu Zahara

(wawancara pada tanggal 03 April 2014) mengatakan tidak sanksi yang

memberatkan apabila keterlambatan mengumpulkan laporan keuangan,

sanksi yang diberikan hanya berupa teguran:

“Sanksinya itu pak, kalau laporannya tidak masuk, terlambat maka

reward itu tidak akan didapat dan sanksi berupa teguran, cuman kalo

sanksi-sanksi yang berat itu belum ada seperti pemotongan apa segala

macam itu tidak ada.”

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Zahara, Kepala Sub

Bagian Keuangan dan Perlengkapan Badan Pemberdayaan Perempuan dan

KB Ibu Fransiska Berselina Msen (wawancara pada tanggal 16 April 2014)

bahwa insentif dibayar tetapi Ibu Fransiska menambahkan bahwa uang

persediaan (UP) akan ditahan :

“UP (Uang Persediaan) nya ditahan, terus insentifnya tidak

dibayar, sampai menyelesaikan (laporan).”

Page 57: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

91

Terkait dengan sanksi, menurut Kepala Sub Bidang Verifikasi BPKAD,

Bapak Abu Bakar Saka (wawancara pada tanggal 07 April 2014, hal ini

tergantung dari pimpinan daerah:

“Ya saya pikir itu kan kembali kepada pimpinan daerah gitu kan, kalo

memang melihat bagaimana situasi dan kondisi yang ada ya itulah

kembali ke pimpinan daerah gitu.”

Plt. Kepala Sub Bagian Keuangan Inspektorat Bapak Amril Laude

(wawancara pada tanggal 10 April 2014) menambahkan ada sanksi diberikan

dalam pelanggaran pengelolaan keuangan daerah adalah jika ada temuan

BPK, maka SKPD harus menindaklanjuti temuan BPK:

“Sanksi mengenai pelanggaran pengelolaan laporan keuangan

sementara masih untuk sejauh pelimpahannya ke kejaksaan biasanya

belum, tapi hanya sebatas menindaklanjuti temuan BPK RI, jadi kalo

misalnya ada temuan dari BPK RI kemudian keluar ketinggalannya

dari BPKAD dan SKPD wajib menindaklanjuti itu setiap tahunnya.

Jadi kalo misalnya ada temuan sepuluh juta dalam tahun itu belum

bisa diselesaikan semuanya, ya bisa dicicil lima juta. Sampai intinya,

tindaklanjut dari BPK itu harus selesai.”

Sedangkan keterlambatan menurut Bapak Amril pemberian insentifnya

akan ditahan oleh BPKAD:

“Itu (keterlambatan) sejauh yang saya tau di BPKAD itu kalo

misalnya terlambat penyampaian laporan keuangan dari SKPD itu

terlambat ditahan insentifnya, setiap pejabat pengelola keuangan itu

kan ada insentif jadi misalnya penyampaian laporannya belum beres

berarti insentifnya ditahan dia (BPKAD).”

Berdasarkan pendapat dari para narasumber pemberian sanksi di

Pemkab Raja Ampat memunculkan beberapa versi atau bentuk: Pertama,

sanksi akibat keterlambatan penyampaian laporan keuangan SKPD berupa

teguran dan insentif tidak dibayar. Kedua, sanksi akibat keterlambatan

penyampaian laporan keuangan SKPD berupa insentif tidak dibayar dan

uang persediaan ditahan. Ketiga, keterlambatan penyampaian laporan

Page 58: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

92

keuangan akan dikenakan sanksi berupa insentif ditahan sampai proses

urusan keuangannya selesai. Kempat, sanksi akibat keterlambatan

penyampaian laporan keuangan SKPD berupa pemotongan dana dari

anggaran SKPD. Kelima, sanksi yang memberatkan apabila terjadi

pelanggaran pengelolaan keuangan, SKPD harus mengganti kerugian.

Berdasarkan kelima versi sanksi tersebut, ada dua sanksi yakni sanksi

keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan dan sanksi pelanggaran

dalam pengelolaan keuangan. Belum jelasnya versi mana yang dianggap

tepat terkait sanksi keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Namun

penelitian ini lebih memfokuskan perlu apa tidaknya pemberian sanksi dalam

rangka implementasi SAP berbasis akrual bukan dilihat dari pemahaman

narasumber yang berbeda-beda.

4.6.3 Pemberian Insentif dan Disinsentif dalam Pelaksanaan SAP

Berbasis Akrual

Pemberian penghargaan dan sanksi pada periode-periode sebelumnya

diserahkan kepada Pemkab Raja Ampat, ada pendapat yang berbeda dari dua

narasumber apabila dalam pelaksanaan implementasi berbasis akrual

nantinya tidak dilakukan oleh pemkab melainkan institusi diluar Pemkab

Raja Ampat seperti yang diungkapkan Bapak Esau Paradjal selaku Kasubbid

Penyusun Anggaran BPKAD (wawancara pada tanggal 24 April 2014)

berpendapat bahwa pemberian reward itu tidak ada hanya dalam bentuk

kegiatan saja, namun usulan pemberian insentif dan disinsentif terkait

akuntansi berbasis akrual diserahkan ke BPKP untuk memacu motivasi

Pemkab Raja Ampat:

“Yang lama tidak ada, cuman kan dalam bentuk kegiatan-kegiatan

aja itupun saya belum bisa pastikan mungkin nanti (untuk

implementasi SAP berbasis akrual) didalam itu ada teman-teman

Page 59: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

93

BPKP yang mampu untuk beri sesuatu yang jadi untuk motivasi

reward itu”

Berbeda dengan pendapat dari narasumber sebelumnya, menurut

pendapat dari Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bappeda,

Bapak Rachmat M. Nurjayamika (wawancara pada tanggal 08 April 2014)

bahwa pemberian insentif maupun disinsentif ke SKPD seharusnya hanya

diberikan oleh BPK atau pemerintah pusat bukan dilakukan oleh BPKAD

karena tingkat kesulitan penyusunan laporan keuangan SKPD itu berbeda:

“Bagi saya cukuplah kepada pemerintah pusat atau kepada BPK

yang merekomendasikan penilaian apa namanya suatu bonus itu dari

BPK kepada pemerintah daerah tidak perlu (BPKAD)..yang

harusnya terbaik itu Badan Pengelola Keuangan itu harusnya yang

terbaik bukan di SKPDnya kalo bicara tentang siapa yang terbaik

karena Badan Pengelola Keuangan selalu yang terbaik seharusnya

berbicara itu (pemberian insentif dari BPKAD),itu tidak terlalu

efektif karena tingkat kesulitannya berbeda dalam menyusun laporan

keuangan.”

Berdasarkan pendapat dari narasumber, sebagian besar mengatakan

bahwa pemberian penghargaan maupun sangsi sudah dilaksanakan di

lingkungan Pemkab Raja Ampat. Namun, pendapat yang berbeda-beda dari

narasumber tentang siapa yang berhak memberikan reward dan punishment

terkait adanya pelaksanaan implementasi SAP berbasis akrual, apakah

Kepala Daerah atau BPKAD atau Inspektorat atau pihak luar seperti BPK

maupun BPKP. Kebijakan terkait pemberian insentif bisa berubah dalam

penyampaian laporan keuangan tiap tahunnya. Karena tidak serta merta

kebijakan tersebut dilaksanakan tahun berikutnya.

Untuk penyampaian laporan keuangan daerah berdasarkan opini terbaik

dari BPK, pemerintah pusat memberikan apresiasi dalam bentuk

penambahan dalam dana perimbangan APBD dan disinsentif berupa

pengurangan atau penahanan dana perimbangan APBD. Pada tingkat SKPD,

Page 60: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

94

kepala daerah atau BPKAD memberikan apresiasi berupa insentif materiil

maupun non materiil, sedangkan pemberian laporan keuangan terbaik

berdasarkan pertimbangan BPK dan Inspektorat. Pemberian penghargaan

dan sanksi setiap daerah berbeda-beda tergantung kebijakan masing-masing

daerah.

Menurut Simanjuntak (2010), pemerintah dalam merencanakan SDM

dalam bidang akuntansi pemerintahan perlu memberikan sistem insentif dan

renumerasi yang memadai mencegah timbulnya praktik KKN (Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme). Guna menghindari korupsi secara sistemik menurut

Hepworth (2003), birokrasi yang ada dalam pemerintahan harus menjamin

bahwa aturan terbaru akuntansi dan anggaran berbasis akrual harus dipatuhi

dan dilaksanakan. Sanksi yang memberatkan kepada SKPD apabila kegiatan

program SKPD tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan BPKAD

berupa pemotongan dana operasional SKPD sebesar 15% (lima belas

persen). Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 tentang pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara, sanksi yang diberikan untuk mengganti

kerugian negara berupa hukuman kurungan penjara atau bisa ditambah denda

paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tergantung dari

pelanggaran yang dilakukan.

Pemberian penghargaan dan sanksi akan memberikan dampak positif

bagi Pemkab Raja Ampat dalam melaksanakan implementasi SAP berbasis

akrual, perlunya penghargaan dan sanksi dalam implementasi SAP berbasis

akrual akan mempermudah pelaksanaan implementasi, sehingga penilaian

magnitude tinggi. Pemberian bonus dan insentif telah dilakukan di Pemkab

Raja Ampat setiap tahunnya, oleh karena itu perlunya adanya penghargaan

dan sanksi dalam implementasi SAP berbasis akrual yang akan

meningkatkan keyakinan Pemkab Raja Ampat dalam melaksanakan

implementasi, sehingga penilaian generality tinggi. Aktor-aktor organisasi

Page 61: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

95

menyetujui perlu adanya penghargaan dan sanksi dalam pelaksanaan

implementasi SAP berbasis akrual yang akan meningkatkan ekspektasi

Pemkab Raja Ampat sehingga penilaian strenght tinggi. Maka disimpulkan

pada faktor keenam menunjukan bahwa adanya dukungan dari Pemkab Raja

dalam pemberian penghargaan dan sanksi dalam pelaksanaan implementasi

SAP berbasis akrual. Sehingga, penilaian efficacy aktor-aktor organisasi

terhadap penghargaan dan sanksi tinggi.

Page 62: Self Efficacy Dari Aktor-Aktor Organisasi Dalam Kesiapan ...€¦ · pendapatan, beban, aset dan ekuitas sedangkan dalam pelaksanaan anggaran yaitu terkait dengan pengakuan pengakuan

96