Peran Aktor Non-State dalam Implementasi...

22
Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus Chevron Nigeria Limited di Delta Niger Tahun 2005-2011 GUMILAR RAHADHYAN PRASETYA 070912026 ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan peran aktor non-state dalam usahanya mengimplementasikan peacebuilding di suatu kawasan yang memiliki ekskalasi konflik yang tinggi. Chevron Nigeria Limited (CNL) merupakan salah satu aktor non-state yang terkategori dalam golongan multinational corporations dan menjalankan usaha peacebuilding di Delta Niger. Konflik yang terjadi di wilayah ini merupakan bentuk dari model konflik laten yang disebabkan oleh terjadinya disparitas pengelolaan sumber daya alam berupa gas dan minyak bumi. Hingga pada akhir konflik yang tersebut diperoleh kesepakatan antara pihak-pihak terkait untuk mewujudkan perdamaian. Dalam usaha penciptaan dan membangun perdamaian tersebut ternyata aktor yang berperan tidak hanya aktor state saja namun juga banyak dipengaruhi oleh aktor non-state. CNL sebagai aktor non-state mampu menciptakan stabilitas kawasan pasca konflik berkepanjangan yang terjadi. Stabilitas dapat terlihat dari reaksi dan respon positif dari aktor-aktor lain terkait usaha peacebuilding yang dilakukan. Dalam melakukan usaha penciptaan dan membangun perdamaian di Delta Niger, CNL berjalan dengan kaidah corporate social responsibility (CSR) yakni sebagai bentuk tanggung jawab sosial di tempatnya melakukan eksplorasi guna kepentingan perusahaan tersebut. Dalam menjelaskan fenomena ini peneliti menggunakan teori “peran multinational corporation dalam peacebuilding”, “relasi peacebuilding dan CSR”, dan konsep “stabilitas kawasan”. Kata-kata kunci: peacebuilding, corporate social responsibility, multinational corporation.

Transcript of Peran Aktor Non-State dalam Implementasi...

Page 1: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding:

Studi Kasus Chevron Nigeria Limited di Delta Niger Tahun

2005-2011

GUMILAR RAHADHYAN PRASETYA

070912026

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan peran aktor non-state dalam usahanyamengimplementasikan peacebuilding di suatu kawasan yang memilikiekskalasi konflik yang tinggi. Chevron Nigeria Limited (CNL) merupakansalah satu aktor non-state yang terkategori dalam golongan multinationalcorporations dan menjalankan usaha peacebuilding di Delta Niger.Konflik yang terjadi di wilayah ini merupakan bentuk dari model konfliklaten yang disebabkan oleh terjadinya disparitas pengelolaan sumber dayaalam berupa gas dan minyak bumi. Hingga pada akhir konflik yangtersebut diperoleh kesepakatan antara pihak-pihak terkait untukmewujudkan perdamaian. Dalam usaha penciptaan dan membangunperdamaian tersebut ternyata aktor yang berperan tidak hanya aktor statesaja namun juga banyak dipengaruhi oleh aktor non-state. CNL sebagaiaktor non-state mampu menciptakan stabilitas kawasan pasca konflikberkepanjangan yang terjadi. Stabilitas dapat terlihat dari reaksi danrespon positif dari aktor-aktor lain terkait usaha peacebuilding yangdilakukan. Dalam melakukan usaha penciptaan dan membangunperdamaian di Delta Niger, CNL berjalan dengan kaidah corporate socialresponsibility (CSR) yakni sebagai bentuk tanggung jawab sosial ditempatnya melakukan eksplorasi guna kepentingan perusahaan tersebut.Dalam menjelaskan fenomena ini peneliti menggunakan teori “peranmultinational corporation dalam peacebuilding”, “relasi peacebuildingdan CSR”, dan konsep “stabilitas kawasan”.

Kata-kata kunci: peacebuilding, corporate social responsibility,multinational corporation.

Page 2: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Pendahuluan

Delta Nigeria atau yang lebih dikenal dengan Delta Nigermerupakan wilayah delta dari sungai Niger di Nigeria. Layaknya kondisikawasan delta atau muara sungai yang memiliki karakteristik banyak anaksungai dan sungai sehingga proses transportasi banyak dilakukan denganperahu maupun speedboat. Wilayah ini menjadi spesial bila dilihat darisudut pandang kandungan kekayaan alam yang terkandung yakni, minyakdan gas bumi yang berlimpah. Data menunjukkan bahwa wilayah DeltaNiger adalah bagian dari Negara Nigeria yang merupakan negara denganperingkat keenam sebagai produsen gas dan minyak bumi terbesar didunia serta menduduki peringkat pertama terbesar di benua Afrika yangmana hampir 90% hasil eksploitasinya diekspor ke pasar internasional(Ejibunu, 2007:5-8). Kekayaan akan minyak dan gas bumi tersebutharusnya dapat memberikan kemakmuran bagi penduduk lokal sebagai“pemilik” kawasan tersebut. Namun data menunjukkan bahwa 70% dari30 juta penduduk kawasan Delta Niger ini hidup dalam kemiskinan(Chevron, 2012). Kondisi inilah biasa dikenal dengan paradoks of plenty,oleh karena itu konflik perebutan hak eksploitasi menjadi kenyataan yangtidak dapat dihindari. Paradoks of pleanty adalah suatu kondisi wilayahyang memiliki banyak kandungan sumber daya alam namun penduduklokal justru hidup dibawah garis kemiskinan karena distribusi danpengelolaan sumber daya yang tidak merata. Kondisi ini kerap kali dialamioleh negara berkembang yang belum dapat mengolah sumber dayanyasendiri sehingga melibatkan pihak swasta atau privat dalampengelolaannya. Hal ini menjadi sebuah paradoks karena seharusnyadengan sumber daya yang ada bila dikelola secara baik akan dapatmenjadi keuntungan bagi sekitarnya, bukan malah menjadi sumber daripermasalahan stabilitas yang terjadi (Skjærseth, 2004:4). Pada awal tahun1990-an, ekskalasi konflik semakin meningkat ditandai dengan terjadinyakonflik kekerasan dan perusakan infrastruktur yang dilakukan olehmilitan terhadap fasilitas milik pemerintah dan perusahaan minyakmultinasional yang berproduksi di wilayah tersebut (Francis, 2008:5).

Secara lebih spesifik, akar penyebab kemunculan konflik tersebutadalah disparitas ekonomi yang tidak dapat diatasi oleh masing-masingaktor/stakeholder terkait, yang dalam hal ini adalah negara danperusahaan minyak multinasional yakni, Chevron Nigeria Limited (CNL)yang berasal dari Amerika Serikat. Secara kuantitas produksi, CNLmenduduki posisi kedua terbesar di kawasan Delta Niger dan telahmelakukan kegiatan eksplorasi sejak tahun 1961 (Chevron, 2012).Berdasarkan fakta tersebut, maka ditarik sebuah pandangan umum bahwakonflik terjadi karena terdapat ketidaksetaraan antara lamanya durasi dankuantitas jumlah sumber daya alam yang telah eksploitasi dengan timbalbalik tanggung jawab sosial yang seharusnya dilakukan perusahaantersebut terhadap masyarakat sekitar. Trend dari aktivitas tanggung jawabsosial oleh perusahaan di wilayah Delta Niger ini baru dilaksanakan pada

Page 3: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

akhir tahun 1990an (Eweje, 2006:96-97). Lambatnya kesadaran MultiNational Corporation (MNC) yakni, CNL dalam memberikan suatutanggung jawab sosial-ekonomi terhadap keadaan sekitar semakinmenguatkan alasan munculnya konflik horizontal tersebut.

Ekskalasi konflik yang terjadi mengalami fase naik dan turun,diawali dengan perlawanan fisik yang dilakukan oleh Isaac Boro padatahun 1966. Tujuan dari gerakan perlawanan tersebut untuk mendapatkanhak kewenangan penuh atas eksploitasi sumber daya alam denganmendirikan Republik Delta Niger (Thovoethin & Yusuf, 2010). Padadekade 1990an gerakan perlawanan justru semakin gencar, salah satumilitan yang berpengaruh adalah Movement for the Survival of OgoniPeople (MOSOP), dipimpin oleh Ken Saro-Wiwa (Obi, 2009:104). MOSOPmenjadi militan yang berpengaruh karena memberikan bentukperlawanan lewat non-violance action pertama dan menggunakandiplomasi grassroot guna mendapatkan kesetaraan komunitas lokal dalampengelolaan sumber daya yang ada di kawasan tersebut (Ejibunu,2007:10). Hingga memasuki awal abad ke-20 ini gerakan perlawananmasih gencar dilakukan, baik secara non-violence maupun violence actiondengan tujuan yang sama juga yakni menghapus disparitas hak ataspengelolaan sumber daya di Delta Niger. Hingga pada tahun 2005,dinamika ekskalasi konflik mulai menunjukkan penurunan, hal tersebutditandai dengan munculnya gagasan ide resolusi konflik lewatmemorandum perdamaian yang dibentuk oleh beberapa aktor yangberkepentingan (Obi, 2009:123). Aktualisasi dari proses resolusi konfliktersebut ditandai dengan pembuatan perjanjian formal yang fokus padaaspek pembangunan dan perdamaian antara perusahaan minyak,pemerintah dan masyarakat lokal di kawasan Delta Niger, yakni GlobalMemorandum of Understanding (GMOU) (NIDPRODEV, n.d.). Secarakeseluruhan tujuan yang ingin dicapai dari perumusan GMOU ini adalahmerumuskan suatu code of conduct dari setiap tindakan, program, danpendanaan guna terciptanya kondisi yang lebih stabil dan damai di DeltaNiger (Hoben, 2012:4-5). Dari fakta dan data tersebut maka penulismemfokuskan penelitian pada dampak yang ditimbulkan dari perananCNL dalam proses peacebuilding yang berlangsung pada tahun 2005hingga tahun 2011.

Hubungan Multinational Corporation dan Peacebuilding

Globalisasi telah memberi posibilitas dan ruang bagi perusahaanmultinasional (Multinational Corporations/MNC) untuk menjadi aktorpolitik serta negosiasi yang kuat dalam konstelasi hubungan internasional(Peacebuilding Initiatives, 2008). Sehingga MNC mau tidak mau harusmengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam isu-isu lingkungan,sosial, hak asasi manusia, dan konflik yang terjadi di dalam suatu negara(Natalie & Tyler, 2005:1-2). R. Edward Freeman menjelaskan bahwa MNCdi era kekinian tidak boleh hanya fokus pada pencarian keuntungan saja

Page 4: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

namun perlu membangun relasi kerjasama yang baik dengan komunitaslokal (O’Brien, 2010:9). Urgensi dari aktor privat dalam hal ini menjadivital, karena selain dapat menciptakan hubungan yang harmonis denganaktor negara, mereka juga berperan menciptakan keharmonisan denganlocal community yang bersentuhan langsung dengan proses bisnis dilapangan, terlebih pada wilayah yang cenderung tidak stabil secara sosialekonomi. Tanggung jawab yang dilakukan MNC atau perusahaan tersebuttertuang dalam suatu konsep tanggung jawab sosial perusahaan(Corporate Social Responsibility/CSR). CSR yang dijalankan disuatuwilayah akan berbeda dengan wilayah lain tergantung kebutuhan darimasing-masing wilayah (Rettberg, 2010:13-14). Pada wilayah yangmemiliki kondisi yang tidak stabil akibat konflik maka program CSR yangdijalankan akan berbeda dengan wilayah yang relatif tanpa konflik. JaneNelson mengklasifikasikan dari model peran dari MNC dalam prosespeacebuilding dan resolusi konflik pada kawasan tempatnya beroperasi.Menurutnya, peran dari MNC dapat diklasifikasikan menjadi tigatingkatan yakni complience, risk minimisation, dan value creation(Nelson, 2000:29).

Bagan Piramida Konsep Peran MNC dalam Peacebuiding danResolusi Konflik

(Nelson, 2000:28)

Relasi antara CSR dan peacebuilding menjadi terbentukberdasarkan kesamaan visi kedua konsep tersebut pada aspek socialconcern dan fokus framework pada revitalisasi secara fisik maupun non-fisik (O’Brien, 2010:16-17). Selain itu, asumsi bahwa program CSR dapatberelasi dengan peacebuilding juga didasarkan pada kemiripan latarbelakang yang mendasar keduanya lewat pendekatan conflict-sensitive,

Page 5: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

yakni perusahaan yang menjalankan program CSR tersebut semakin pekaterhadap kondisi stabilitas kawasan bisnis, investasi sosial, dan policydialogue. Latar belakang keterkaitan hubungan antara program CSR danpeacebuilding didasarkan pada kepedulian dari satu aktor karena potensiyang merugikan apabila konflik muncul atau kembali muncul kepermukaan (Kanagaretnam, 2005:3). Dalam proses pengimplementasiankedua konsep tersebut, biasanya terfokus pada pembangunan tiga aspekbesar, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan (Natalie, 2005:5).

Tabea O’Brien terdapat empat dimensi yang menjadi fokus programCSR dalam implementasi peacebuilding yakni, pembangunan sosialekonomi (socio-economic development), actor engagement, localcapacity building, dan perbaikan sektor lingkungan (O’Brien, 2010:18-19). Dalam pembangunan sosial ekonomi, CSR dapat berperan sebagaipenyandang dana maupun eksekutor langsung dalam pembangunansecara fisik seperti, pembangunan infrastuktur dan lingkungan (Oetzel,2007:343-344). Melalui keempat hal itu, tujuan akhir dari prosespeacebuilding yakni stabilitas dan perdamaian kawasan yangberkelanjutan akan tercapai. Development Assistance Commiteemenjelaskan stabilitas kawasan yang seharusnya dicapai pada prosespeacebuilding dalam lima indikator, yakni: (1) Peningkatan legitimasi danpolitical settlements; (2) Penegakan dan penguatan keamanan kawasan;(3) Penegakan keadilan dan hukum; (4) Peningkatan pertumbuhanekonomi; (5) Kondisi sosial masyarakat yang kondusif. Kelima kondisi iniyang menggambarkan kondisi stabil yang ingin menjadi tujuan daripeacebuilding (Development Assistance Committee, 2012:1).

CNL dan Peacebuilding

Peran dan kontribusi CNL dalam peacebuilding terimplimentasimelalui GMOU yang merupakan bentuk tanggung jawab sosial denganmenggunakan pendekatan community engagement. Pendekatan tersebutterfokus pada perluasan peran dan tanggung jawab dari komunitas lokaldalam menggagas dan mengatur jalannya suatu project di suatu wilayahtertentu atau dengan kata lain menggunakan metode bottom up padaimplementasi peacebuilding (Chevron Nigeria Limited, 2011:7).Pendekatan tersebut digunakan oleh CNL dengan pertimbangan bahwametode bottom up akan lebih mampu menjelaskan kebutuhan danhambatan yang secara nyata terjadi di masyarakat lokal, sehingga terciptasebuah action plan yang efektif dan efisien. Selain itu, penggunaan metodeini dilatarbelakangi oleh kegagalan metode top down yang sebelumnyapernah dilakukan dalam implementasi peacebuilding di Delta Niger(Consesus Building Institute, 2008:6-7). GMOU merumuskan limatahapan yang harus dan akan dilakukan oleh CNL dalam usahamemberdayakan komunitas lokal sebagai proses peacebuilding (ConsesusBuilding Institute, 2012:4-5), yaitu :

Page 6: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Pertama, CNL perlu mereduksi dan mengeliminasi gangguan yangmampu menciptakan instabilitas maupun peningkatan ekskalasikonflik di kawasan Delta Niger.

Kedua, CNL lebih mempromosikan persatuan daripada persaingankepada masyarakat dan komunitas lokal sebagai aktivitascommunity engagement.

Ketiga, CNL akan melakukan transformasi model komunikasi gunamengatur relasinya dengan komunitas lokal dan pemerintah.

Keempat, CNL perlu melakukan pengawasan finansial secarafaktual terhadap setiap project yang telah dilakukan melaluievaluasi berkala sehingga tercipta transparansi dan goodgovernance.

Kelima, CNL akan mendorong keterlibatan dari aktor lain gunameningkatan efektifitas dan efisiensi dari proses peacebuildingyang dilakukan.

Terdapat delapan komunitas lokal yang tersebar pada lima statesyang meratifikasi GMOU tersebut. Dari setiap komunitas lokaltersebut dibentuk kepengurusan formal yang disebut RegionalDevelopment Council (RDC). Dalam sebuah RDC strukturorganisasinya terdiri dari perwakilan komunitas lokal, CNL, NGOs,dan pemerintah (Chevron Nigeria Limited, 2011:6). Gagasan awalpembentukan RDC dimunculkan oleh CNL guna menampung aspirasidari grassroot di setiap komunitas. Peran CNL terkait dengankeberadaan RDC signifikan yakni sebagai penggagas dan penyandangdana pada setiap project yang diselenggarakan. Secara keseluruhan,tugas dari RDC dimulai sejak proses perencanaan programpembangunan dan peacebuilding selama tiga tahun, memonitorpendanaan, dan mengawal proses resolusi konflik di masing-masingkawasan.

Dalam pelaksanaan harian, terdapat komite struktural yang bekerjasebagai pelaksana harian dari RDC dan biasa disebut denganEngagement Management Board (CEMB). Di dalam komite tersebutterbagi dalam beberapa komite kecil yakni Project Review Committee(PRC), Account/Audits Committee, dan Conflict Resolution Committee(Consensus Building Institute, 2012). Sistem kelembagaan danstruktur yang jelas ini dimaksudkan untuk mempermudah regulasiserta pelaksanaan pada setiap program yang dirancang (Jack, 2009:8).Berikut adalah bagan kelembagaan yang bertanggung jawab atasproses peacebuilding di Niger Delta.

Page 7: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Bagan Struktur RDC di Delta Niger

(Sumber:

http://www.cbuilding.org/sites/cbi.drupalconnect.com/files/GMOU_case_final_11.20_0.pdf)

Selain menggunakan dasar GMOU tahun 2005 sebagai guidelineproses peacebuilding di Delta Niger, CNL juga berjalan dengan berdasarpada Chevron Way dalam setiap perancangan dan implementasi sebuahprogram penunjang peacebuilding (Chevron, 2006:10). Chevron waytersebut diturunkan dalam Chevron Business Conduct & Ethics Code(BC&E Code) yang merupakan strategi global CSR dari Chevron yang jugadijadikan pertimbangan dalam penyusunan program tanggung jawabsosial perusahaan setiap cabang Chevron di dunia. Berdasarkan BC&ECode ini, CNL bekerja dengan menghormati hukum yang berlaku di suatunegara, melindungi lingkungan hidup, dan bekerja sama dengankomunitas lokal guna membentuk kerjasama strategik (Chevron NigeriaLimited, 2011:4). Dalam pendekatan ini terkandung nilai-nilai integritas,kepercayaan, keberagaman, akal budi, kerjasama, perlindungan akanmanusia dan lingkungan hidup (Chevron, 2006:3). Dalam tataranimplementasi dari kedua landasan yang digunakan tersebut, setidaknyaperanan dari CNL dapat terbagi dalam empat fokus bahasan, yaknipembangunan sosial-ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, local capacitybuilding, dan actor engagement. Pada sub bagian berikutnya akandibahas secara komprehensif dan mendetail mengenai implementasimasing-masing aspek tersebut.

Page 8: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Peran CNL dalam Proses Peacebuilding di Delta Niger Tahun2005-2011

Pembangunan sosial ekonomi dalam hal ini diklasifikasikan dalamtiga hal yakni, menyangkut kebutuhan dasar dari manusia (sandang,pangan, dan papan), kebutuhan pendidikan dan pekerjaan, sertapenciptaan lapangan kerja secara mandiri lewat usaha kecil-mengengah(Barnett, 2007:43). Pendekatan yang dilakukan MNC dalam melakukanpembangunan dan penciptaan perdamaian yang berkelanjutan telahmencapai tahap yang semakin baik sehingga telah mendapat posisi vitalsebagai inovator dalam perumusan implementasi kondisi sosial ekonomiyang lebih baik (Francis, 2011:12). Oleh karena itu, fokus CNL dalam aspekini sangat tinggi guna mewujudkan perdamaian dan pembangunanberkelanjutan di kawasan Delta Niger. Selain itu, pembangunan sosialekonomi termasuk dalam dimensi kedua dari tiga dimensi prosespeacebuilding (Barnett, 2007:40-41). CNL sendiri membagipembangunan sosial ekonomi dalam empat aspek yakni kesehatan,pembangunan fisik, pendidikan, dan pembangunan small-mediumenterprise (SME).

Program pertama yang diperbaiki dan dimulai lagi pasca GMOUdiratifikasi di tahun 2005, adalah River Boat Clinic. Inti dari programtersebut adalah CNL ingin memberikan layanan rumah sakit secara gratismelalui kapal cepat atau boat. Wilayah operasi dari boat tersebut antaraSungai Benin dan Sungai Escravos. Setidaknya keberadaan dari boat clinicini telah memberikan dampak positif pada 2500 pasien tiap bulan yangdidominasi wanita dan anak-anak yang tidak memiliki akses pada fasilitaskesehatan. Tetap dalam bidang yang sama, CNL mulai memfokuskan diridalam penanganganan virus HIV/AIDS. Lebih detail mengenai programtersebut adalah CNL ingin memberikan dampak positif terhadapkesehatan komunitas dan masyarakat yang berada di Delta Niger terlebihpada penyakit HIV/AIDS dengan pencegahan penyebaran, pengobatan,dan aksi preventif melalui penyuluhan tentang bahayanya penyakittersebut (Chevron, 2006:18). Pada tahun 2006 dan 2007, CNL melakukanperluasan fokus tidak hanya tentang HIV/AIDS saja, kali ini penyakitmalaria dan tuberculosis (TBC) juga mendapatkan perhatian khusus dariCNL (Chevron, 2007:16). Pada tahun 2008, guna meningkatkan performadibidang kesehatan, CNL bekerja sama dengan cara menginvestasikan 30juta dollar kepada Global Fund dalam melawan persebaran HIV/AIDS.Dari investasi yang telah dikucurkan oleh CNL tersebut telah berdampaklangsung pada lebih dari 50.000 wanita hamil yang positif HIV/AIDSmelalui penanganan medis (Chevron, 2009:37). Pada tahun 2010,investasi kepada Global Fund ditingkatkan hingga 55 juta dollar padafokus program yang sama (Chevron Nigeria Limited, 2011:16). Aspekberikutnya yang menjadi fokus dari CNL dalam proses pembangunankondisi sosial ekonomi adalah revitalisasi bidang materiil lewatpembangunan infrastruktur fisik seperti jalur transportasi, rumah sakit,

Page 9: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

perumahan bagi masyarakat, dan lain-lain. Dari tahun 2005 hingga 2010,setidaknya CNL telah mengucurkan bantuan hingga lebih dari 56,7 jutadollar kepada seluruh RDC terkait dengan pembangunan infrastrukturberupa jembatan penghubung, fasilitas panel solar, rumah sakit, sekolah,dan fasilitas penunjang lainnya. Pertama, pada Egbema-GbaramatuCentral Development Council (EGCDC) berhasil menyelesaikan 29 projectpembangunan infrastruktur seperti balai kota, peternakan, tambak,gedung sekolah, dan rumah sakit di wilayah Makaraba dan Kpokugbenedengan nilai proyek mencapai 6,5 juta dollar. Kedua, Itsekiri RDC berhasilmenyelesaikan 45 project berupa pembangunan perumahan, pedestrian,balai kota, serta jalan raya pada wilayahnya (Chevron Nigeria Limited,2011:7-10). Pada tahun 2010, CNL menambah alokasi dana sejumlah 10juta dollar terkait project-project baru yang digagas pada tahun tersebut(Chevron, 2011:30).

Aspek berikutnya yang menjadi perhatian dari CNL dalam prosespembangunan kondisi sosial ekonomi pasca konflik adalah pendidikan.CNL memfokuskan diri dalam membangun kultur pendidikan karenamelihat pendidikan sebagai social elevator yang secara dapat efisien danefektif meningkatkan kesejahteraan dan membangun kondisi sosialmasyarakat menjadi lebih baik (Consensus Building Institute, 2008:39).Pada tahun 2005 pasca ratifikasi GMOU, program tersebut baruterimplementasi secara lebih baik berkat kerjasamanya dengan DiscoveryChannel Global Education Partnership (DCGEP). Sejak tahun 2005, CNLmengadakan suatu kompetisi yang bernama The National ArtsCompetition (Chevron Nigeria Limited, 2011:17-18). Sesuai dengannamanya kompetisi tersebut merupakan ajang unjuk bakat dari anak-anakmuda di bidang kesenian. Peranan CNL dalam hal peningkatan levelpendidikan juga ditunjukkan lewat pemberian bantuan berupa beasiswa,pengadaan alat praktik laboratorium, dan buku-buku perpustakaan. Daritahun 2005 hingga 2010, CNL telah memberikan beasiswa kepada lebihdari 43.500 pelajar termasuk didalamnya terdapat 92 pelajar yang tidakdapat melihat (buta) dengan nilai lebih dari 6 juta USD (Chevron,2012:19). Aspek terakhir yang menjadi fokus CNL dalam pembangunankondisi sosial ekonomi di Delta Niger adalah pembangunan ekonomisecara mikro lewat rangsangan terhadap sektor small-medium enterprise(SMEs). Urgensi dari aspek ini adalah keberadaan SMEs dapatmeminimalisasi kesenjangan antar aktor dan mendukung pembangunanyang berkelanjutan (Consesus Building Institute, 2008:14-15). Hinggatahun 2010, setidaknya lebih dari 800.000 USD telah dikucurkan CNLdalam bentuk kredit lunak guna merangsang pertumbuhan SME. Selainberkontribusi lewat pemberian kredit lunak, CNL bekerja sama denganNGO Women and Youth Empowerment Foundation in Coastal RegionCommunities (CROWEF) mengadakan penyuluhan serta pelatihan yangfokus pada penumbuhan jiwa kewirausahaan bagi para wanita danpemuda di wilayah Ugborodo, Aruton, Madangho, dan Costain. Padatahun 2010, Niger Delta Partnership Initiative (NDPI) merupakan salah

Page 10: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

satu foundation yang dibuat oleh CNL melakukan kerjasama denganUnited Kingdom’s Department for International Development danGerman International Cooperation Agency (GIZ) dalam menganalisasetiap komoditas yang memiliki nilai strategis dan potensial di wilayahDelta Niger untuk dikembangkan menjadi industri kecil dan menengah(Chevron, 2012:36).

Dale Lawton menjelaskan tindakan yang dilakukan oleh CNL inimenjadi tahap awal dari peranan perusahaan multinasional terkait denganproses peacebuilding di suatu kawasan. Menurutnya, dengan menggenjotpembangunan fisik maupun non-fisik bertujuan menyiapkan fondasi yangkokoh dan menjawab permasalahan jangka panjang di kawasan DeltaNiger ini (Lawton, n.d.:12). Ditambahkan oleh Transnational Crisis Projectdalam tulisannya yang berjudul Antidote to Violence bahwa pembangunandan perbaikan kondisi sosial ekonomi merupakan fase vital yang akanberdampak pada keberhasilan dari proses peacebuilding. Padaimplementasinya memang tidak seratus persen sempurna dan selalu tepatwaktu karena hal tersebut juga bergantung pada respon dari masyarakat,pemerintah, dan aktor lain yang terkait dengan keseluruhan proses ini.Peacebuilding yang berada di Delta Niger menjadi satu proses yangkompleks karena terdapat banyak aktor yang terlibat dan banyak aspekyang harus diperhatikan guna tercipta stabilitas dan perdamaian yangberkelanjutan. Walaupun pembangunan sosial ekonomi ini merupakanaspek penting namun tidak berarti aspek lain menjadi kurang pentingkarena pada aspek ini justru belum secara efektif menjangkaupermasalahan reintegrasi dari mantan militan menjadi masyarakatsehingga dapat menghilangkan potensi munculnya konflik susulan pascaperjanjian damai yang telah dibuat (Transnational Crisis Project, 2011:15).

Berikutnya kontribusi CNL terhadap isu lingkungan yang memilikiketerkaitan langsung dengan proses ekonomi yang dia jalankan. Padatahun 2005 dan 2006, CNL memang secara spesifik belum memilikiprogram khusus menjawab tantangan di kawasan Delta Niger sehinggapada tahun tersebut program yang dijalankan masih mengikuti strategiglobal corporate responsibility (Chevron, 2007:31-32). Baru pada tahun2007, CNL merumuskan regulasi dengan tujuan untuk mengurangitingkat kebocoran gas dan minyak bumi hasil eksplorasi yang berdampakpada kerusakan lingkungan di kawasan Delta Niger. Implementasi dimulaipada tahun 2008 melalui proses converting, tujuan dari kegiatan ituadalah mengkonversi sumber daya gas alam menjadi bentuk liquid (cair)guna mereduksi kebocoran gas yang cenderung lebih berbahaya dan susahterdeteksi. Program ini dikenal dengan nama Escravos Gas-to-LiquidProject (EGLP). Berikutnya pada tahun 2009, terobosan kembalidilakukan oleh CNL dalam usahanya mengurangi dampak kerusakanlingkungan akibat proses ekplorasinya melalui Reinjection Project diwilayah Agbami (Chevron, 2010:8). Inovasi tersebut berhasilmengeliminasi kebocoran gas yang rutin terjadi pada kawasan itu.

Page 11: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Selanjutnya pada tahun 2010, CNL bekerja sama dengan LekkiConservation Foundation sebagai pihak pengelola hutan mangrovetersebut, dengan nilai kontribusi yang mencapai 400.000 USD telahberdampak positif melestarikan kondisi flora dan fauna di kawasan seluaslebih dari 100 hektar tersebut (Chevron Nigeria Limited, 2011:23). HinggaGMOU periode 2011 hingga 2015 program ini terus diekspansi dandikembangkan sehingga semakin berdampak positif bagi penduduk pesisiryang sangat bergantung dengan ekosistem pantai yang ada (Uwafiokun,2009:130). Di sisi lainnya, program ini juga berhasil menjawab kritik dariAmnesty Internasional yang beranggapan bahwa CNL masih setengah hatidalam kontribusinya menjalankan peacebuilding dengan menjalankansuatu hal yang tidak menghasilkan profit jangka pendek berupakeuntungan produksi namun akan memberikan akibat positif di masayang akan datang bagi masyarakat lokal di Delta Niger. Kiikpoye K. Aaronmenjelaskan bahwa peranan CNL dalam peacebuilding ini memang tidakdapat dipisahkan dengan aktifitas bisnis yang dilakukannya, namun bukanberarti keduanya dapat berjalan secara pararel tanpa ada satu titik temuyang bersinggungan. Dia menambahkan bahwa proses peacebuildingmemiliki tujuan akhir pada stabilitas yang berkelanjutan, sedangkanproses bisnis memiliki tujuan akhir pada profitabilitas namun tanpaadanya stabiltas maka akan sangat mustahil tercapai profitabilitas yangmaksimal terlebih pada wilayah atau sektor bisnis yang sangat rentan akankemunculan konflik (Aaron, 2012:263-269).

Peranan CNL yang terakhir terimplementasi dalam local capacitybuilding yang berada di Delta Niger ini bertujuan untuk meningkatkankapasitas dan kapabilitias dari masyarakat lokal, NGO, dan institusi lokalsehingga merangsang pembangunan yang berkelanjutan gunamenciptakan stabilitas dan perdamaian (Consesus Building Institute,2008:48). Dalam implementasinya, proses capacity building sangatterkait dengan proses actor engagement atau pelibatan dari aktor-aktorlain. Keterkaitan ini terjadi karena local capacity building sangatbergantung dengan kontibusi dan keterlibatan dari pemerintah,komunitas, NGO, serta masyarakat lokal yang menjadi sasaran utama dariproses tersebut Aaron, 2012:271). Pada tahun 2005, CNL bekerja samadengan Extractive Industries Transparancy Initiative (EITI). Keduanyaberkomitmen untuk mewujudkan transparansi dan meningkatkan kinerjadari pemerintah lokal di Delta Niger melalui penguatan pembangunan dankepemimpinan (EITI, 2010:9).

Berikutnya pada tahun 2010, CNL melalui NDPI melakukanpengembangan secara struktural terhadap proses implementasi localcapacity building di tiap RDC. Dalam hal ini, NDPI berperan sebagaipengatur dari keseluruhan proses capacity building yang sebelumnyadijalankan secara belum efisien dan terkoordinasi dengan baik (Chevron,2011:19). Dalam melakukan aktifitas sehari-hari, NDPI yang berdomisili diAmerika Serikat membentuk perwakilan langsung di Delta Niger dengan

Page 12: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

nama Partnership Initiatives in the Delta Niger (PIND) yang melakukandesign, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses capacity building yangdilakukan (Consesus Building Institute, 2012:13). Secara khusus, padatahun 2010 dan 2011, NDPI dan PIND memfokuskan pada prosespengembangan dan penguatan kapasitas lokal di bidang penciptaan SME,keterampilan kerja, dan institusi pemerintah Delta Niger (Chevron,2012:38). Guna mewujudkan pengembangan tersebut, CNL memberikanbantuan 25 juta USD dan berhasil bekerja sama dengan United StatesAgency for International Development (USAID) dalam hal pendanaanprogram dengan nilai 25 juta USD (Chevron, 2011:37). Secara praktis,pada tahun pertamanya NDPI dan PIND mampu mengucurkan danasejumlah 50 juta USD guna proses capacity building di Delta Niger.

Menurut Agneta Sundström, urgensi dari kedua proses ini akanberdampak pada keberhasilan proses peacebuilding yang digagas olehCNL. Tentunya proses peningkatan kapabilitas melalui diskusi, pelatihan,ataupun aktifitas positif lainnya memberikan dampak tidak hanya bagitiap-tiap peserta namun bagi kondisi Delta Niger secara keseluruhan(Sundström, 2009:23). Ditambahkan oleh Jane Nelson bahwa denganketerlibatan aktor lain dalam proses peacebuilding semakin terlihatmunculnya kesadaran dan collective action terhadap kesuksesan programini. CNL tidak hanya mampu membuat program-program secara mandirinamun juga berhasil melibatkan pihak lain untuk semakin berkontribusidan melihat peluang penciptaan stabilitas disana (Nelson, 2000:30).Tentunya keberhasilan ini bukan tanpa kritik atau tantangan, dalamimplementasinya terkadang muncul hambatan baik secara eksternal daninternal terkait dengan proses ini. Dalam hal ini hambatan internal lebihkepada keterlambatan dari implementasi dari tiap program, sedangkanhambatan eksternal lebih kepada reaksi atau sikap negatif dalam melihatkontribusi yang dilakukan oleh CNL (Consesus Building Institute,2011:14).

Dampak Peranan CNL dalam Proses Peacebuilding di DeltaNiger

Respon dari masyarakat dan komunitas lokal menjadi salah satuindikator penting dalam melihat keseluruhan proses peacebuilding padasuatu wilayah konflik. Respon dari aktor-aktor ini menjadi penting karenaketiganya merupakan sasaran utama dalam proses peacebuiliding,terlebih masyarakat dan komunitas lokal adalah pihak yang terkenadampak langsung dari konflik tersebut (Austin, 2012:66-67). Bila respondan reaksi dari masyarakat tidak baik, akan langsung mempengaruhikesuksesaan dan pencapaian dari keseluruhan proses yang ada (Heider,2010:6). Sejak awal ratifikasi GMOU tahun 2005, berbagai respon danreaksi muncul terkait implementasi kesepakatan damai tersebut. Namunkebanyakan reaksi yang muncul berupa pandangan pesimis akankeberlanjutan dan keberlangsungan peacebuilding di Delta Niger tersebut

Page 13: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

(Moen, 2012:52). Tentunya hal ini terjadi bukan tanpa alasan, kegagalankesepakatan damai antara CNL, komunitas lokal, pemerintah, dan NGOpada awal tahun 2000 menjadi latar belakang munculnya pesimisme ini.Kegagalan kesepakatan damai atau yang dikenal dengan Memorandum ofUnderstanding (MOU) tersebut akibat metode yang digunakan oleh CNLcenderung top down sehingga proses pengagasan dan perumusanprogram menjadi satu arah saja (Francis, 2012:61). Penggunaan metodetop down dirasa bukan solusi yang baik dalam kondisi di Delta Nigersehingga aksi yang muncul justru berupa resistensi dan penolakanterhadap program yang dijalankan pada masa itu. Respon negatif tersebuttercermin dengan kurangnya dukungan serta partisipasi terhadapprogram yang dijalankan oleh CNL terlebih di sektor pembangunan sosialekonomi dan local capacity building pada periode pertama GMOU antaratahun 2005 hingga 2008 (Obuoha, n.d.:4).

Pada periode pertama GMOU, masih sering terjadi pelanggaranterhadap implementasi kondisi damai dan stabil di lapangan. Pada tahun2006, beberapa sisa militan dari Movement for the Emancipation for theNiger Delta (MEND) kembali melakukan pengerusakan kepada fasilitasumum dan fasilitas eksplorasi milik CNL. Hal tersebut dilatarbelakangioleh rasa tidak puas akan ratifikasi GMOU yang dianggap hanyamenguntungkan pihak swasta dan pemerintah saja (Oluwaniyi, n.d.:48).Meskipun banyak mendapat tanggapan negatif bukan berarti tidak adarespon positif dan mendukung program peacebuilding yang dijalankanoleh CNL ini. Gelombang dukungan dan respon positif ini biasanyamuncul dari kalangan masyarakat yang bukan merupakan militan ataukelompok pemberontak. CBI berpendapat berdasarkan hasil survei yangdilakukan, kelompok masyarakat merasa dengan adanya program-program CNL mampu memberikan solusi akan setiap permasalahan yangmuncul. Mereka menganggap bahwa RDCs telah mampu berperan aktifsebagai jembatan penghubung antara masyarakat lokal dengan otoritasyang lebih tinggi sehingga tercipta harmoni hubungan yang positif dikawasan tersebut. Masyarakat di setiap komunitas juga secara aktifmendukung program-program dengan menjadi partisipan dan panitiapelaksana di lapangan (Consesus Building Institue, 2008:26-31).

Perubahan reaksi dan respon masyarakat ke arah yang positifsemakin jelas terlihat menjelang fase akhir GMOU periode pertama yaknimelalui kesepakatan dari masyarakat dan komunitas di delapan wilayahRDCs untuk merenegosiasi GMOU memasuki periode kedua denganjangka waktu tahun tiga tahun berikutnya (Hoben, 2012:12). Masyarakatmengganggap kontribusi CNL menjadi penting dan mampu memberikanjawaban akan ketidakstabilan kondisi di Delta Niger (Sayne, 2010:8).Merrick Hobben berpendapat bahwa respon masyarakat yang positif difase kedua berkat suksesnya sistem keterwakilan yang dibentuk oleh CNLmelalui komisi-komisi regional seperti, RDC, NDPI, dan PIND. Ketigakomisi itu mampu menjalankan perannya dan berhasil mendapatkan

Page 14: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

pengakuan dari masyarakat (Francis, 2011:69). Intensitas pengerusakandan konflik pada periode kedua secara drastis tereliminasi, hal ini terjadikarena adanya kolaborasi antar aktor sehingga stabilitas dapat perlahandiwujudkan. Perubahan respon yang paling signifikan terjadi di kawasanAgbami dan Port Harcourt. Kedua wilayah tersebut bahkan menjadikantor pusat operasionalisasi dari NDPI dan PIND (Falleti, 2012:7). Padaumumnya, GMOU periode kedua ini berhasil memberikan dampak yangsignifikan bila dilihat berdasarkan respon masyarakat dan pencapaianhasil yang diperoleh oleh CNL hingga tahun 2011.

Respon Pemerintah Nigeria menjadi indikator berikut terkaitanalisis dampak dari peranan CNL. Aspek ini menjadi vital karenabagaimanapun juga proses peacebuilding dapat berjalan secara maksimaldan efektif ketika negara ikut terjun serta mendukung secara penuhkeberlangsungan dari proses ini (Ikelegbe, 2010:11). Pemerintah Nigeriayang merupakan pemilik otoritas tertinggi di kawasan Delta Niger menjadiaktor vital dalam keberlangsungan program yang dijalankan CNL.Kebijakan pemerintah terkait proses pembangunan dan penciptaanstabilitas di Delta Niger sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2000pada masa pemerintahan Presiden Olusegun Obasanjo melaluipembentukan Niger Delta Development Commission (NDDC). Namunpada implementasinya, NDDC tidak secara efektif bekerja sebagaiproblem-solver dalam menyelesaikan permasalahan dan konflik sumberdaya alam yang terjadi disana (Sayne, 2010:11). Hal ini disebabkan olehhambatan internal seperti, kurang memadainya sumber daya manusia,kultur korupsi, dan proses perumusan kebijakan dengan metode top downdirasa kurang mampu menjawab kebutuhan dari masyarakat. Kondisi initerus berlangsung hingga ratifikasi GMOU tahun 2005 (Uwafiokun,2009:127).

Pada proses awal penggagasan GMOU tahun 2005, PemerintahNigeria merespon ide dari CNL dengan cukup baik. Hal tersebutterimplementasi melalui dukungan ratifikasi GMOU dan membantu CNLdalam usaha negosiasi terhadap komunitas lokal untuk juga meratifikasikesepakatan tersebut (Francis, 2011:73). Memasuki tahun 2007,diselenggarakan pemilihan umum presiden dan yang memenangkanadalah Umaru Musa Yar’Adua. Presiden Umaru Musa Yar’Adua dalampidato kemenangannya menyatakan bahwa dirinya berjanji untukmenyelesaikan permasalahan yang terjadi di Delta Niger danmenjadikannya salah satu dari tujuh agenda utama dalam masapemerintahannya. Pada pertengahan tahun 2007 pasca pemilihan umumdi Nigeria, pemerintah membuat sebuah rencana pembangunan jangkapanjang yang dikenal dengan Niger Delta Regional Development MasterPlan (NDRDMP). Pembuatan blueprint ini dilakukan pemerintah setelahberkaca dari roadmap yang dimiliki RDCs pasca implementasi GMOUpada tahun awal (Francis, 2011:71). Berikutnya memasuki tahun 2010,Pemerintah Nigeria kembali merespon program CNL yang terfokus pada

Page 15: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

penguatan sektor SMEs. Bentuk nyata dari respon tersebut, denganbekerja sama dalam pemberian kredit lunak dan pengembangan beberapasektor komoditas unggul di wilayah Delta Niger. Beberapa sektor yangdikembangkan adalah agrikultur, perikanan tambak, minyak kelapa sawit,dan perkebunan (Joab-Peterside, 2012:19).

Dalam aspek politik, peran CNL ditunjukkan melalui local capacitybuilding dan pelibatan aktor-aktor yang terkait guna mendukung prosespeacebuilding yang sedang berlangsung disana. Kebijakan pemerintahyang pertama kali dibuat sebagai bentuk respon terhadap kinerja CNLadalah pembentukan Nigeria Extractive Industries Transparancy Initiative(NEITI) pada tahun 2007 (NEITI, 2013). Berikutnya pada tahun 2009,pemerintah kembali mengagas program amnesti terhadap para militanpemberontak melalui proses DDR di seluruh kawasan Delta Niger.Sebenarnya program yang sama pernah dibentuk pada tahun 2004 namundalam proses dan metodenya tidak terlalu efektif sehingga ekskalasikonflik kembali meningkat. Selain itu, kebijakan amnesti pemerintah inijuga dipengaruhi oleh evaluasi dari GMOU periode pertama yangmenunjukkan terjadinya beberapa pelanggaran kesepakatan damai dibeberapa wilayah ini. Dengan metode yang baru ini, setidaknya lebih dari20.000 militan berhasil berintegrasi lagi ke dalam kelompokkomunitasnya. Program ini berlangsung dalam beberapa fase periodemulai dari tahun 2009 hingga 2011 (Joab-Peterside, 2012:19-25). Aspekberikutnya yang juga menjadi fokus penting adalah kebijakan terkait aspekrevitalisasi lingkungan hidup. Pada tahun 2007, dukungan pemerintahditunjukkan lewat pemberian ijin pembangunan pipa gas alam pada EGLPyang digagas oleh CNL guna mereduksi kebocoran gas alam di wilayahDelta Niger (Hoben, 2012:9). Sedangkan pada tahun 2009, pemerintahmenunjukkan keseriusannya terkait pengembangan aspek ini melaluipembentukan Environmental Remediation Committee sebagai regulatordan pengagas program perbaikan lingkungan hidup. Komite ini secaraaktif bekerja sama dengan PIND dalam mempromosikan pentingnyalingkungan hidup sebagai salah satu faktor yang mendorong kestabilankawasan. Salah satu implementasi dari kerja sama tersebut adalahrevitalisasi hutan mangrove di wilayah pesisir Delta Niger(Oluduro&Oluduro, 2012:8-11).

Secara keseluruhan, respon dan reaksi pemerintah terkait denganperan dari CNL dalam proses peacebuilding dapat dikatakan cukup baikterlebih pasca terpilihnya Presiden Yar’Adua pada tahun 2007. Pada masapemerintahan Presiden Olusegun Obasanjo yang juga merupakan periodeawal ratifikasi GMOU 2005, pemerintah tidak terlalu banyak meresponkegiatan yang dilakukan CNL. Latar belakang presiden yang masih darikalangan militer dan sistem pemerintahan yang belum sepenuhnyademokratis (Moen, 2012). Memasuki periode pemerintahan PresidenYar’Adua mulai terasa perubahan dalam proses pembuatan kebijakan daninovasi program sebagai bentuk nyata kolaborasi antar aktor pasca GMOU

Page 16: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

tahun 2005. Pada masa ini kebijakan banyak difokuskan padapembenahan aspek sosial, ekonomi, dan politik guna membentuk pilaryang semakin kuat dalam peacebuilding yang masih berjalan hingga saatini. Memasuki tahun 2010, terjadi peralihan kekuasaan di Nigeria kepadaPresiden Goodluck Jonathan yang sebelumnya merupakan wakil presidendi masa Yar’Adua. Pada masa ini, Presiden Goodluck Jonathan mencobamelanjutkan pencapaian dari presiden sebelumnya dalam usaha perbaikankondisi di Delta Niger. Respon dan dukungan pemerintah dari tahun ketahun semakin baik, hal ini terlihat dari suksesnya renegosiasi GMOUperiode ketiga yang dimulai pada tahun 2011 hingga 2015 (Hoben,2012:8). Hubungan aksi reaksi yang positif dengan Pemerintah Nigeria inisemakin menunjukkan signifikansi peran CNL dalam usahanyamembangun stabilitas dan perdamaian yang berkelanjutan di Delta Niger.

Kesimpulan

Buruknya pengelolaan minyak dan gas bumi di Delta Nigermeninggalkan banyak persoalan yang tidak terselesaikan hingga puluhantahun. Tiap aktor baik pemerintah, MNC, masyarakat, dan NGOs memilikikepentingan yang berbeda dalam melihat keberdaan sumber daya alamtersebut. Hal itu tidak jarang menimbulkan gesekan yang berujung padamunculnya konflik. Melihat kondisi tersebut, CNL mencoba menjawabpermasalahan dengan mengagas GMOU pada tahun 2005 yang menjadilandasan dan kontribusi pertamanya dalam implementasi prosespeacebuilding. CNL berhasil mencapai tingkatan value creation dalamsegitiga peran yang dibuat oleh Jane Nelson. Pada tingkatan ini, inistiatifyang dimunculkan oleh CNL lebih dari sekedar bentuk kepatuhan danminimalisasi resiko terhadap keadaan yang terjadi. CNL secara proaktifmengagas program-program positif terkait proses peacebuilding. Dalamimplementasinya, peran CNL ini ditunjukkan melalui program CSRperusahaan. Peran yang dilakukan CNL difokuskan pada tiga dimensi vitaldari peacebuilding yakni stabilisasi wilayah pasca konflik, pemulihan stateinstitutions, dan mengatasi permasalahan sosial-ekonomi pasca konflik.han pada ketiga dimensi peacebuilding tersebut melalui: pembangunansosial-ekonomi, perbaikan kondisi lingkungan, actor engagement, danlocal capacity building.

Dalam aspek pembangunan sosial-ekonomi, CNL terfokus dalamempat bidang utama yakni kesehatan, pendidikan, pembangunaninfrastruktur fisik, dan pengembangan SMEs. Dampak terbentuk padaaspek ini adalah peningkatan kondisi ekonomi baik secara makro maupunmikro. Selain hal itu, CNL yang setiap tahun selalu meningkatkan jumlahprogram terkait pengembangan infrastruktur fisik di Delta Niger secaratidak langsung juga berdampak pada peningkatan ekonomi makro diNigeria. Sedangkan, kenaikan ekonomi pada sektor mikro terlihat darirespon masyarakat yang mendukung program pemberdayaan SMEs yangdilakukan oleh CNL. Berikutnya pada aspek perbaikan lingkungan hidup,

Page 17: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

dampak positif terlihat dari respon positif masyarakat dalampembangunan EGLP hingga fase ketiga dan partisipasinya pada perbaikanekosistem mangrove di kawasan pesisir. Sedangkan respon pemerintahterlihat dari kolaborasinya menciptakan kebijakan yang berdampak padastabilitas lingkungan. Terakhir aspek local capacity building dan actorengagement, CNL bekerja sama dengan aktor-aktor lain gunamengembangkan sumber daya manusia di Delta Niger. Dampak dariprogram CNL pada bidang ini adalah terbentuknya pengakuan terhadapkinerja CNL dari masyarakat dan pemerintah dilihat dari respon positifyang diberikan berupa partisipasi aktif. Salah satu keberhasilan CNLterkait aspek ini adalah keberhasilannya menginspirasi PemerintahNigeria untuk membuat program amnesti tahap kedua pada tahun 2009.Hal tersebut didasarkan pada evaluasi GMOU fase pertama tahun 2008.Aspek ini cukup vital terkait dengan keberlangsungan dari programpeacebuilding di Delta Niger. Dalam peacebuilding di Delta Niger, CNLberperan sebagai pihak internal dalam konflik yang terjadi sebelumnya,sehingga dapat disebut sebagai agents of peaceful change. CNLmelakukan peacebuilding di Delta Niger guna mewujudkan stabilitas danperdamaian kawasan yang berkelanjutan sebagai usaha menjawabtantangan peranan MNC dalam proses resolusi konflik di suatu wilayah.

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti membuka ruang gunapenelitian lebih lanjut terkait dengan fokus bahasan ini. Hal menarik yangdapat menjadi tema dalam penelitian tersebut adalah signifikansikeberlanjutan proses GMOU periode ketiga yang berakhir pada tahun2015. Hal ini dapat dilakukan guna melihat efektifitas dari peran aktornon-state dalam peacebuilding di Delta Niger. Selain itu, penelitian lebihlanjut dapat juga memfokuskan pada aktor MNCs lain yang jugamelakukan usaha yang sama dengan CNL di kawasan tersebut. Topiktersebut menjadi menarik karena peneliti mencoba membandingkanperanan dari aktor yang lain sehingga dapat terlihat pihak mana yanglebih mampu memberikan perubahan pada stabilitas kawasan di DeltaNiger. Melalui penelitian-penelitian lebih lanjut akan terlihat peran dariaktor non-state dalam usaha menciptakan stabilitas bahkan menjadi agenutama peacebuilding.

Daftar Pustaka

Buku

Francis, Paul et all, Securing Development and Peace in the Niger Delta:A Social and Conflicy Analysis for Change, Washington DC:Woodrow Wilson Center, 2011.

Page 18: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Nelson, Jane. The Business of Peace : The Private Sector as a Partner inConflict Prevention and Resolution, Wales: Council on EconomicPriorities Wales, 2000.

Rettberg, Angelika. The Private Sector, Peacebuilding, and EconomicRecovery, Canada: University of Ottawa, 2010.

Official Report

Chevron Nigeria Limited, Chevron Nigeria Limited 2010 CorporateResponsibility Report: People, Partnership, Progress, Nigeria:Chevron USA Inc, 2011.http://www.chevron.com/news/publications/#b3? (diakses 16November 2012).

Chevron, Corporate Responsibility Report 2005, USA: Chevron USA Inc,2006.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2005.pdf (diakses 16 November 2012)

—, Investing in Human Energy: Corporate Responsibility Report 2006,USA: Chevron USA Inc, 2007.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2006.pdf (diakses 16 November 2012).

—, Energy Partnership: Corporate Responsibility Report 2007, USA:Chevron USA Inc, 2008.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2007.pdf (diakses 16 November 2012).

—, Developing Partnership: Corporate Responsibility Report 2008, USA:Chevron USA Inc, 2009.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2007.pdf (diakses 16 November 2012).

—, The Value of Partnership: Corporate Responsibilty Report 2009, USA:Chevron USA Inc, 2010.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2009.pdf (diakses 16 November 2012)

—, Corporate Responsibility Report 2010, USA: Chevron USA Inc, 2011.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2010.pdf (diakses 16 November 2012).

—, Corporate Responsibility Report 2011, USA: Chevron USA Inc, 2012.http://www.chevron.com/documents/pdf/corporateresponsibility/Chevron_CR_Report_2011.pdf (diakses 16 November 2012).

Page 19: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Consensus Building Institute, GMOU Participatory StakeholderEvaluation 2008, Nigeria: CBI Press, 2008.http://cbuilding.org/sites/cbi.drupalconnect.com/files/GMOU_Evaluation_ExecSummary_1.pdf (diakses 20 November 2012).

Jurnal Online

Aaron K., Kiikpoye, “New Corporate Social Responsibility Models for OilCompanies in Nigeria’s Delta Region: What Challenges forSustainability?” Progress in Development Studies (2012), 259-273.http://pdj.sagepub.com/content/12/4/259.refs.html (diakses 1Januari 2013).

Austin, Beatrix, et all, “Peace, Peacebuilding, Peacemaking”, BergoffFoundation Operation (2012), 59-65.http://www.berghoffoundation.org/images/uploads/berghof_glossary_2012_10_peace_peacebuilding_peacemaking (diakses 7 Mei2013).

Barnett, Michael, et all, "Peacebuilding: What Is in a Name?" GlobalGovernance 13, (2007), 35-58.http://www.gsdrc.org/go/display&type=Document&id=2933(diakses 20 Maret 2013).

Dawson, Grant, “Peacekeeping, Peacebuilding, Peacemaking: Concept,Complications, and Canada’s Role”, Parliamentary Research Branch(2004), 1-6.http://www.betterpeace.org/files/Dawson_Peacekeeping__peacebuilding_and_peacemaking17May2004.pdf (diakses 7 Mei 2013)

Ejibunu, Hasan T. “Nigeria’s Niger Delta Crisis: Root Causes ofPeacelessness” EPU Research Paper (2007), 1-41.http://epu.ac.at/fileadmin/downloads/research/rp_0707.pdf(diakses 4 Maret 2013).

Eweje, Gabriel, “The Role of MNEs in Community Development Initiativesin Developing Countries: Corporate Social Responsibility at Work inNigeria and South Africa” International Association for Bussinessand Society (2006), 93-129.http://bas.sagepub.com/content/45/2/93.refs.html (diakses 26Oktober 2012).

Falleti, Stephen, “Poverty, Peace, and Development in the Niger Delta”NDPI Forum (2012), 1-13. http://ndpifoundation.org/wp-content/uploads/Paper-presented-at-NDDF/Paper%203%20-

Page 20: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

%20Poverty,%20Peace%20and%20Development%20in%20the%20Niger%20Delta.pdf (diakses 1 Juni 2013).

Francis, Paul, “Republic of Nigeria: Niger Delta Social and ConflictAnalysis” World Bank (2008): 1-82. http://www.worldbank.org(diakses 16 November 2012).

Haider, Huma, “Community-based Approaches to Peacebuilding inConflict-affected and Fragile Contexts” GSDRC Research Service(2010), 1-42. http://www.gsdrc.org/docs/open/EIRS8.pdf (diakses24 Desember 2012).

Hoben, Merrick, et all, “Corporate and Community Engagement in theNiger Delta: Lesson Learned from Chevron Nigeria Limited’s GMOUProcess” Consensus Building Institute (2012), 1-19.http://cbuilding.org/sites/cbi.drupalconnect.com/files/GMOU_case_final_11.20_0.pdf (diakses 1 Januari 2013)

Jack, Peter O., “Niger Delta Renaissance” NITDA Nigeria (2009), 1-15.http://www.friends-partners.org/glosas/Global_University/Global%20University%20System/List%20Distributions/2009/MTI2086_06-25-09/Concept%20Note_Niger%20Delta%20Renaissance_13_06_09%20copy.pdf (diakses 1 Juni 2013).

Joab-Peterside, Sofiri, and Dough Porter, “Rethinking Conflict in the NigerDelta: Understanding Conflict: Dynamics, Justice, and Security”United States Institute of Peace (2012), 1-33.http://oldweb.geog.berkeley.edu/ProjectsResources/ND%20Website/NigerDelta/WP/Watts_26.pdf (diakses 1 Juni 2013).

Kanagaretnam, Pan, and Susan Brown, “Business, Conflict, andPeacebuilding: An Operational Framework” Pearson Keeping Center(2005), 11-44.http://peacebuildingcentre.com/pbc_documents/bus_conf_pb_frmwk.pdf (diakses 11 Maret 2013).

Lawton, Dale, “Corporate Social Responsibility and Peacebuilding” GlobalEthics Institute (n.d.), 1-13.http://www.globalethics.org/authorize/wp_peacebuilding.pdf/51/(diakses 3 Maret 2013)

Natalie, Ralph, and Conley Tyler, “Companies as Peacebuilders : EngagingCommunities Through Conflict Resolution” International ConflictResolution Center (2005), 1-14.http://www.engagingcommunities2005.org/abstracts/Ralph-Natalie-final.pdf (diakses 18 Desember 2012).

Page 21: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Obi, Cyril, “Nigeria’s Niger Delta: Understanding the Complex Drivers ofViolent Oil-related Conflict”, Africa Development, Vol. XXXIV, No. 2(2009), 103-128.www.ajol.info/index.php/ad/article/download/57373/45753(diakses pada 22 Januari 2013)

O’Brien, Tabea, “Are Businesses Able to Contribute to Peace-Building inthe Frame of Corporate Social Responsibility? – An Exemplary CaseStudy of Small and Medium-Sized Enterprises in Old Nicosia”Masterarbeit im Fach (2010), 1-58. http://www.prio.no/Global/(diakses 21 Desember 2012).

Oetzel, Jennifer, and Kathleen A. Getz, “The Role of MultinationalEnterprise in Responding to Violent Conflict: A Conceptual Modeland Framework for Reasearch” American Bussiness Law Journal(2007), 331-358.http://auapps.american.edu/~oetzelj/ABLJ,MNEsandConflict.pdf(Diakses 18 Maret 2013)

Oluduro , Olubayo, and Olubisi F. Oluduro, “Nigeria: In Search ofSustainable Peace in the Niger Delta through the AmnestyProgramme” University of Ghant (2012).http://www.ccsenet.org/journal/index.php/jsd/article/view/16726(diakses 5 Juni 2013).

Onuoha , Austin, “Non-judicial Remedies: Learning Lessons fromChevron’s GMOU Renegotiation” Africa Center on CorporateResponsibility (n.d.).www2.ohchr.org/english/issues/.../business/.../Remarks_Austin_Onuhoa.pdf (diakses 12 Mei 2013).

Sayne, Aaron, “Something or Nothing” Transnational Crisis Project(2010), 1-30. http://www.usip.org/files/Nigeria/00026419.PDF(diakses 2 Juni 2013).

—, “Antitode to Violence: Lessons for the Nigerian Federal Goverment’s”Transnational Crisis Project (2011), 3-42. http://crisisproject.org/wp-content/uploads/2011/11/Antidote-to-Violence-Niger-Delta-Report-no.1.pdf (diakses 4 April 2013).

Skjærseth, Jon Birger, et all, “Limits to Corporate Social Responsibility: Acomparative study of four major oil companies” PETROPOLResearch Journal (2004), 1-21. www.fni.no/doc&pdf/FNI-R0704.pdf (diakses 8 November 2012).

Uwafiokun, Idemudia, “Host Nation–Oil Transnational CorporationPartnerships for Poverty Reduction in the Niger Delta, Nigeria –

Page 22: Peran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuildingjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi95d2a3a6252full.pdfPeran Aktor Non-State dalam Implementasi Peacebuilding: Studi Kasus

Diagnosis and Recommendations” Exploration and Production(2009), 126-130.http://www.touchbriefings.com/pdf/3293/uwafiokun.pdf (diakses 1Juni 2013).

Tesis dan Disertasi

Moen, Siri, “Managing Political Risk: Corporate Social Responsibility as aRisk Mitigation Tool A Focus on the Niger Delta, Southern Nigeria”Master’s Thesis, University of Stellenbosch, 2012.http://scholar.sun.ac.za/bitstream/handle/10019.1/20189/moen_managing_2012.pdf?sequence (diakses 12 Mei 2013).

Sundström, Agneta, “Globalization, CSR and Business Legitimacy in LocalRelationships”, Doctoral’s Thesis, Swedish University, 2009.http://pub.epsilon.slu.se/1967/1/sundstrom_a_090326.pdf (diakses27 Maret 2013)

Sumber Internet Lainnya

Thovoethin, Paul, and Shamsudeen Yusuf, “The Nigerian State andPeacebuilding Mechanics in the Niger Delta Region” E-InternationalRelation (2010). http://www.e-ir.info/2010/ (diakses 15 Januari2013).

“About NEITI” NEITI (2013).http://neiti.org.ng/index.php?q=pages/about-neiti (diakses 7 Juni2013).

“Private Sector Development : Actors” Peacebuilding Initiatives (2008).http://peacebuildinginitiative.org/index.cfm?pageId=1767 (diakses18 Desember 2012).