SELASA, 3 MEI 2011 Mengusut Pesut di Air Selasih fileyakni kondisi antara pasang dan surut. Pada...

1
9 N N USANTARA USANTARA SELASA, 3 MEI 2011 ARIES MUNANDAR S YAHIR Syah terkesima menyaksikan seka- wanan pesut (Orcaella brevirostris ) tiba-tiba muncul dari permukaan air. Ia nyaris tidak percaya dengan atraksi yang baru disaksikan- nya dari atas sebuah bagan tersebut. Kawanan pesut ini terus ber- manuver hingga mendekati dan beberapa kali mengitari bagan di perairan Selasih, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, terse- but. Adegan yang berlangsung sekitar 1 jam itu kemudian direkam Syahir melalui kamera di telepon selulernya. Pria yang akrab disapa Jim- my ini sudah beberapa hari berada di Batu Ampar, tapi bukan untuk memantau po- pulasi pesut. Ia bersama tiga rekannya tengah menyurvei kondisi mangrove di sekitar perairan tersebut. “Pemantauan pesut tidak ada dalam agenda survei sehingga kemunculan mereka betul-betul menjadi kejutan bagi kami,” ujar Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kali- mantan Barat ini. Kemunculan empat ekor pesut pada akhir pekan di penghujung April tersebut memang cukup mengejutkan. Sebab, selama ini belum pernah ada laporan mengenai habitat mamalia tersebut di Kaliman- tan Barat. Rekaman Jimmy kemudian dikirim ke kantor WWF-In- donesia di Jakarta. Tujuannya, agar temuan itu bisa ditindak- lanjuti dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait, mengingat pesut termasuk satwa langka dan dilindungi. “Temuan ini sangat feno- menal karena spesies ini sudah tinggal sedikit di dunia,” kata Koordinator Program Kawasan Perairan Tawar WWF-Indone- sia Tri Agung Rooswiadji. Familier Pesut sering juga disebut se- bagai lumba-lumba air tawar. Perbedaan mencolok antara pesut dan lumba-lumba laut, selain habitat, terlihat pada bentuk kepala dan mulut. Pesut berkepala bulat dan memiliki moncong lebih pendek daripa- da lumba-lumba laut. Habitat alam satwa ini di dunia sebelumnya dilaporkan hanya terdapat di Sungai Irra- wady dan Sungai Mekong di Indochina, serta Sungai Ma- hakam di Kalimantan Timur. Populasi pesut di Sungai Irrawady dan Sungai Mekong dikabarkan sudah punah. Adapun habitat pesut di Kali- mantan Timur semakin terge- rus akibat eksploitasi alam dan pencemaran. Survei terakhir yang dilaku- kan Yayasan Konservasi Rasi menyebutkan populasi pesut di Sungai Mahakam hanya sekitar 87 ekor pada 2007. Kondisi itu mengakibatkan fauna tersebut dikategorikan sebagai satwa terancam punah. Populasi pesut di sekitar perairan Selasih ternyata su- dah lama diketahui nelayan setempat. Mereka bahkan su- dah cukup akrab dengan pesut kendati keberadaan mamalia tersebut selama ini belum per- nah dipublikasikan. “Kami biasa menyebutnya lumba-lumba idong (hidung) pesek. Mereka sering muncul lebih dari satu,” kata Musju- ding, 42, warga setempat. Kawanan pesut sering kali muncul pada saat air konda, yakni kondisi antara pasang dan surut. Pada kondisi itu permukaan air cukup tenang dan dalam sehingga pesut be- bas bermain dan bermanuver. Selain itu, udang dan ikan kecil yang menjadi pakan mereka cukup berlimpah pada musim air konda. Keberadaan pesut di Muara Padang Tikar ini relatif aman dari ancaman perburuan. Na- mun, warga beberapa kali me- nemukan satwa itu mati akibat tersabet baling-baling kapal. “Seingat saya, sudah ada dua yang mati gara-gara terkena kipas (baling-baling) kapal,” ujar Musjuding. Tergantung mangrove Pesut memiliki peran penting dalam ekosistem air tawar. Me- reka menjadi bagian utama dari rantai makanan dan salah satu indikator kualitas air. Penu- runan populasi sehingga satwa ini terancam punah menjadi indikator bahwa habitat alam mereka telah tercemar. Adapun kehidupan spesies ini sangat bergantung pada kondisi mangrove. Kawasan hutan pantai ini menjadi habi- tat dan tempat berkembang biak udang serta ikan kecil yang menjadi pakan pesut. “Pemerintah setempat perlu memproteksi kawasan mang- rove di sekitar perairan Selasih untuk menyelamatkan pesut dari ancaman kepunahan,” tegas Tri. Kondisi mangrove di Ke- camatan Batu Ampar cukup mengkhawatirkan. Aktivitas pembabatan kayu untuk pem- buatan arang mengakibatkan beberapa lokasi di kawasan tersebut mengalami abrasi dan degrasi yang cukup serius. Selain menjaga hutan mang- rove, kawasan ini juga harus steril dari aktivitas lalu lintas kapal dan perahu bermesin. Di samping menimbulkan kebi- singan dan polusi, keberadaan kapal dan perahu bermesin dapat mengancam keselamatan pesut. Temuan awal populasi satwa langka di Kalimantan Barat ini masih harus ditindaklanjuti dengan berbagai survei dan penelitian. Di antaranya, survei identifikasi jenis dan jumlah serta sebaran populasi hingga tes genetika. “Untuk membuktikan apa- kah itu pesut atau lumba-lum- ba perlu analisis DNA, seperti yang dilakukan terhadap pesut mahakam,” jelas Danielle Kreb dari Yayasan Konservasi Rasi, Samarinda, pekan lalu. Peneliti pesut dan lumba- lumba ini masih meragukan spesies yang ditemukan di Kalimantan Barat itu. Ia me- ngatakan satwa tersebut ada- lah salah satu jenis lumba- lumba laut yang bermigrasi ke muara. “Jenis lumba-lumba ini da- pat hidup di air payau sehing- ga bisa bermigrasi hingga ke muara,” jelas Danielle. Jenis lumba-lumba ini, lan- jutnya, banyak dijumpai di beberapa kawasan pesisir dan muara di sepanjang Pulau Jawa, Sumatra, dan Kaliman- tan. Spesies tersebut hidup di perairan dangkal. Terlepas dari kontroversi tersebut, upaya konservasi terhadap habitat alam mereka mendesak dilakukan. Sebab, pesut maupun lumba-lumba termasuk satwa langka dan dilindungi undang-undang. Jika tidak, kerusakan eko- sistem akan semakin mem- percepat kepunahan kedua spesies tersebut dari muka bumi. (N-3) [email protected] Mengusut Pesut di Air Selasih Kawanan pesut sering kali muncul pada saat air konda, yakni kondisi antara pasang dan surut. Pada kondisi itu permukaan air cukup tenang dan dalam sehingga pesut bebas bermain dan bermanuver. ASAL USUL ANTARA/UJANG ZAELANI KESENIAN ini memadukan keterampilan silat dan kekuat- an sik. Surak ibra adalah seni asli Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sifat pertunjukan- nya tergolong kolosal, dibawa- kan puluhan orang hingga 100 pemain. Surak ibra adalah seni helaran, boboyongan, atau dibawakan dalam suatu pawai, sekaligus bisa menjadi seni teatrikal. Musik pengiringnya adalah tabuhan kendang pencak (pen- cak silat) ditambah angklung dan dog-dog. Konon, surak ibra merupa- kan cara sesepuh Cinunuk menyampaikan rasa syukur. Selain itu, kesenian ini meng- gambarkan semangat kebersa- maan, rasa persatuan dan ke- satuan antara pemerintah dan masyarakat. Surak berarti sorak-sorai dan Ibra adalah nama pencipta kesenian ini, yang sangat dike- nal sebagai pendekar silat. Dalam surak ibra, puluhan pesilat mengusung, melempar- lempar tokoh yang mereka hormati, diiringi sorak yang diteriakkan bersama. Saat per- tama kali diperkenalkan, Ibra menjadi sang tokoh yang di- usung para pesilat. Pada 1910, seni ini dikem- bangkan tokoh lain bernama Eson. Saat itu, nama Eson pun menggantikan Ibra, menjadi surak eson. Namun, setelah to- koh itu meninggal dunia, nama kesenian kembali menjadi surak ibra. Pada era yang sama, surak ibra dilestarikan Himpunan Dalem Emas, salah satu organi- sasi yang dibentuk para tokoh Cinunuk. Namun, himpunan tersebut bubar pada 1948. Pe- lestarian surak ibra pun dilan- jutkan aparat desa di Cinunuk, sampai sekarang. Dulu, surak ibra digelar se- bagai pesta para raja dan pe- mimpin di Garut. Berkembang kemudian menjadi tampilan dalam upacara hari besar, pen- tas seni, atau acara-acara khu- sus di luar ruangan. Kesenian ini dimulai dengan munculnya puluhan pemuda berpakaian silat dengan mem- bawa obor. Mereka mengam- bil formasi berbanjar sambil mempertunjukkan gerakan silat bersama. Setelah itu, puluhan pesilat lain datang, dengan iring- an tetabuhan yang dipukul berbarengan, rancak, dan kom- pak. Saat mereka membentuk formasi, seorang tokoh masuk ke tengah. Tokoh inilah yang diangkat, diboyong, dan dilem- par naik turun, dengan iringan musik yang meriah serta sorak- sorai para pesilat yang sangat meriah. Pertunjukan ini biasanya dilanjutkan dengan melakukan arak-arakan. (EM/N-2) Surak Ibra Survei terakhir yang dilakukan Yayasan Konservasi Rasi menyebutkan populasi pesut di Sungai Mahakam hanya sekitar 87 ekor pada 2007.” PESUT TELUK BALIKPAPAN: Dua pesut mahakam (Orcaella brevirostris) berenang di Teluk Balikpapan. Gambar itu diambil oleh Stanislav Lhota, ilmuwan dari Departemen Zoologi, Universitas South Bohemia, Republik Chechnya, beberapa waktu lalu. Pesut sebelumnya hanya diketahui hidup di Sungai Mahakam, Sungai Irawady, dan Sungai Mekong. FOTO-FOTO: ANTARA/STANISLAV LHOTA SATWA LANGKA: Kawanan pesut terdeteksi di perairan Selasih, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Penemuan ini cukup fenomenal karena satwa itu sangat langka dan terancam punah. WWF-INDONESIA/JIMMY

Transcript of SELASA, 3 MEI 2011 Mengusut Pesut di Air Selasih fileyakni kondisi antara pasang dan surut. Pada...

9NNUSANTARAUSANTARASELASA, 3 MEI 2011

ARIES MUNANDAR

SYAHIR Syah terkesima menyaksikan seka-wanan pesut (Orcaella brevirostris) tiba-tiba

muncul dari permukaan air. Ia nyaris tidak percaya dengan atraksi yang baru disaksikan-nya dari atas sebuah bagan tersebut.

Kawanan pesut ini terus ber-manuver hingga mendekati dan beberapa kali mengitari bagan di perairan Selasih, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, terse-but. Adegan yang berlangsung sekitar 1 jam itu kemudian direkam Syahir melalui kamera di telepon selulernya.

Pria yang akrab disapa Jim-my ini sudah beberapa hari berada di Batu Ampar, tapi bukan untuk memantau po-pulasi pesut. Ia bersama tiga rekannya tengah menyurvei kondisi mangrove di sekitar perairan tersebut.

“Pemantauan pesut tidak ada dalam agenda survei sehingga kemunculan mereka betul-betul menjadi kejutan bagi kami,” ujar Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kali-mantan Barat ini.

Kemunculan empat ekor pesut pada akhir pekan di penghujung April tersebut memang cukup mengejutkan. Sebab, selama ini belum pernah ada laporan mengenai habitat mamalia tersebut di Kaliman-tan Barat.

Rekaman Jimmy kemudian dikirim ke kantor WWF-In-donesia di Jakarta. Tujuannya, agar temuan itu bisa ditindak-lanjuti dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait, mengingat pesut termasuk satwa langka dan dilindungi.

“Temuan ini sangat feno-menal karena spesies ini sudah tinggal sedikit di dunia,” kata Koordinator Program Kawasan Perairan Tawar WWF-Indone-sia Tri Agung Rooswiadji.

FamilierPesut sering juga disebut se-

bagai lumba-lumba air tawar. Perbedaan mencolok antara pesut dan lumba-lumba laut, selain habitat, terlihat pada bentuk kepala dan mulut. Pesut berkepala bulat dan memiliki moncong lebih pendek daripa-da lumba-lumba laut.

Habitat alam satwa ini di dunia sebelumnya dilaporkan hanya terdapat di Sungai Irra-wady dan Sungai Mekong di Indochina, serta Sungai Ma-hakam di Kalimantan Timur.

Populasi pesut di Sungai Irrawady dan Sungai Mekong dikabarkan sudah punah. Adapun habitat pesut di Kali-mantan Timur semakin terge-rus akibat eksploitasi alam dan pencemaran.

Survei terakhir yang dilaku-kan Yayasan Konservasi Rasi menyebutkan populasi pesut di Sungai Mahakam hanya sekitar 87 ekor pada 2007. Kondisi itu mengakibatkan fauna tersebut dikategorikan sebagai satwa terancam punah.

Populasi pesut di sekitar perairan Selasih ternyata su-dah lama diketahui nelayan setempat. Mereka bahkan su-dah cukup akrab dengan pesut kendati keberadaan mamalia tersebut selama ini belum per-nah dipublikasikan.

“Kami biasa menyebutnya lumba-lumba idong (hidung) pesek. Mereka sering muncul lebih dari satu,” kata Musju-ding, 42, warga setempat.

Kawanan pesut sering kali

muncul pada saat air konda, yakni kondisi antara pasang dan surut. Pada kondisi itu permukaan air cukup tenang dan dalam sehingga pesut be-bas bermain dan bermanuver. Selain itu, udang dan ikan kecil yang menjadi pakan mereka cukup berlimpah pada musim air konda.

Keberadaan pesut di Muara Padang Tikar ini relatif aman dari ancaman perburuan. Na-mun, warga beberapa kali me-nemukan satwa itu mati akibat tersabet baling-baling kapal. “Seingat saya, sudah ada dua yang mati gara-gara terkena kipas (baling-baling) kapal,” ujar Musjuding.

Tergantung mangrovePesut memiliki peran penting

dalam ekosistem air tawar. Me-reka menjadi bagian utama dari rantai makanan dan salah satu indikator kualitas air. Penu-runan populasi sehingga satwa ini terancam punah menjadi indikator bahwa habitat alam mereka telah tercemar.

Adapun kehidupan spesies ini sangat bergantung pada kondisi mangrove. Kawasan hutan pantai ini menjadi habi-tat dan tempat berkembang biak udang serta ikan kecil yang menjadi pakan pesut.

“Pemerintah setempat perlu memproteksi kawasan mang-rove di sekitar perairan Selasih untuk menyelamatkan pesut dari ancaman kepunahan,” tegas Tri.

Kondisi mangrove di Ke-camatan Batu Ampar cukup mengkhawatirkan. Aktivitas pembabatan kayu untuk pem-

buatan arang mengakibatkan beberapa lokasi di kawasan tersebut mengalami abrasi dan degrasi yang cukup serius.

Selain menjaga hutan mang-rove, kawasan ini juga harus steril dari aktivitas lalu lintas kapal dan perahu bermesin. Di samping menimbulkan kebi-singan dan polusi, keberadaan kapal dan perahu bermesin dapat mengancam keselamatan pesut.

Temuan awal populasi satwa langka di Kalimantan Barat ini masih harus ditindaklanjuti dengan berbagai survei dan penelitian. Di antaranya, survei identifikasi jenis dan jumlah serta sebaran populasi hingga tes genetika.

“Untuk membuktikan apa-kah itu pesut atau lumba-lum-ba perlu analisis DNA, seperti yang dilakukan terhadap pesut mahakam,” jelas Danielle Kreb dari Yayasan Konservasi Rasi, Samarinda, pekan lalu.

Peneliti pesut dan lumba-lumba ini masih meragukan spesies yang ditemukan di Kalimantan Barat itu. Ia me-ngatakan satwa tersebut ada-lah salah satu jenis lumba-lumba laut yang bermigrasi ke muara.

“Jenis lumba-lumba ini da-pat hidup di air payau sehing-ga bisa bermigrasi hingga ke muara,” jelas Danielle.

Jenis lumba-lumba ini, lan-jutnya, banyak dijumpai di beberapa kawasan pesisir dan muara di sepanjang Pulau Jawa, Sumatra, dan Kaliman-tan. Spesies tersebut hidup di perairan dangkal.

Terlepas dari kontroversi tersebut, upaya konservasi terhadap habitat alam mereka mendesak dilakukan. Sebab, pesut maupun lumba-lumba termasuk satwa langka dan dilindungi undang-undang. Jika tidak, kerusakan eko-sistem akan semakin mem-percepat kepunahan kedua spesies tersebut dari muka bumi. (N-3)

[email protected]

Mengusut Pesut di Air SelasihKawanan pesut sering kali muncul pada saat air konda, yakni kondisi antara pasang dan surut. Pada kondisi itu permukaan air cukup tenang dan dalam sehingga pesut bebas bermain dan bermanuver.

ASAL USUL

ANTARA/UJANG ZAELANI

KESENIAN ini memadukan keterampilan silat dan kekuat-an fi sik. Surak ibra adalah seni asli Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sifat pertunjukan-nya tergolong kolosal, dibawa-kan puluhan orang hingga 100 pemain.

Surak ibra adalah seni helaran, boboyongan, atau dibawakan dalam suatu pawai, sekaligus bisa menjadi seni teatrikal. Musik pengiringnya adalah tabuhan kendang pencak (pen-cak silat) ditambah angklung dan dog-dog.

Konon, surak ibra merupa-kan cara sesepuh Cinunuk me nyampaikan rasa syukur. Se lain itu, kesenian ini meng-gambarkan semangat kebersa-maan, rasa persatuan dan ke-satuan antara pemerintah dan masyarakat.

Surak berarti sorak-sorai dan Ibra adalah nama pencipta

kese nian ini, yang sangat dike-nal sebagai pendekar silat.

Dalam surak ibra, puluhan pesilat mengusung, melempar-lempar tokoh yang mereka hormati, diiringi sorak yang diteriakkan bersama. Saat per-tama kali diperkenalkan, Ibra menjadi sang tokoh yang di-usung para pesilat.

Pada 1910, seni ini dikem-bangkan tokoh lain bernama Eson. Saat itu, nama Eson pun menggantikan Ibra, menjadi surak eson. Namun, setelah to-koh itu meninggal dunia, nama kesenian kembali menjadi surak ibra.

Pada era yang sama, surak ibra dilestarikan Himpunan Dalem Emas, salah satu organi-sasi yang dibentuk para tokoh Cinunuk. Namun, himpunan tersebut bubar pada 1948. Pe-les tarian surak ibra pun dilan-jutkan aparat desa di Cinunuk, sampai sekarang.

Dulu, surak ibra digelar se-bagai pesta para raja dan pe-mimpin di Garut. Berkembang kemudian menjadi tampilan dalam upacara hari besar, pen-tas seni, atau acara-acara khu-sus di luar ruangan.

Kesenian ini dimulai dengan munculnya puluhan pemuda berpakaian silat dengan mem-bawa obor. Mereka mengam-bil formasi berbanjar sambil mempertunjukkan gerakan silat bersama. Setelah itu, puluhan pesilat lain datang, dengan iring-an tetabuhan yang dipukul berbarengan, rancak, dan kom-pak. Saat mereka membentuk formasi, seorang tokoh masuk ke tengah. Tokoh inilah yang diangkat, diboyong, dan dilem-par naik turun, dengan iringan musik yang meriah serta sorak-sorai para pesilat yang sangat meriah. Pertunjukan ini biasanya dilanjutkan dengan melakukan arak-arakan. (EM/N-2)

Surak Ibra

Survei terakhir yang dilakukan

Yayasan Konservasi Rasi menyebutkan populasi pesut di Sungai Mahakam hanya sekitar 87 ekor pada 2007.”

PESUT TELUK BALIKPAPAN: Dua pesut mahakam (Orcaella brevirostris) berenang di Teluk Balikpapan. Gambar itu diambil oleh Stanislav Lhota, ilmuwan dari Departemen Zoologi, Universitas South Bohemia, Republik Chechnya, beberapa waktu lalu. Pesut sebelumnya hanya diketahui hidup di Sungai Mahakam, Sungai Irawady, dan Sungai Mekong.

FOTO-FOTO: ANTARA/STANISLAV LHOTA

SATWA LANGKA: Kawanan pesut terdeteksi di perairan Selasih, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Penemuan ini cukup fenomenal karena satwa itu sangat langka dan terancam punah.

WWF-INDONESIA/JIMMY