INTERNASIONAL - ftp.unpad.ac.id filehanan Nauru. Sementara itu, Kepolisian RI masih mengusut...

1
HUBUNGI KAMI +62 21 5812 088, Ext. 1128 Telepon : Indra Mahyudi Email : [email protected] HP : 0812 8999 517 Simin Email : [email protected] HP : 0812 9415 739 Selvy Noor Aisha Email : [email protected] HP : 0856 1444 660 Shauma Ramadhan Kamil (Ramma) Email : [email protected] HP : 0815 1160 0081 IKLAN KLASIFA RANGKAIAN ledakan yang menewaskan setidaknya 73 orang dan mencederai ratusan lainnya, di Baghdad, Kamis (22/12), merupakan ekses dari penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak. Kesimpulan itu bisa ditarik melalui tinjauan Badan Intelijen AS (CIA) beberapa waktu lalu sebelum Presiden AS Barack Obama memulangkan seluruh pasukan. Kala itu, kalangan intelijen ‘Negeri Paman Sam’ telah memperingatkan bahwa pena- rikan mundur pasukan AS dari Irak bisa memengaruhi pe- ningkatan kekerasan sektarian secara signikan. “Kejadian ini seharusnya tak menjadi kejutan bagi siapa pun,” ujar Ketua Komite In- telijen di Kongres AS, Mike Rogers. Baginya, peningkatan kekerasan sektarian ini sudah dapat diperkirakan sebelum keputusan ini dilaksanakan. “Ada banyak saran, nasihat, dan analisis yang mengatakan ini adalah ide buruk. Dan ini- lah apa yang akan terjadi jika Anda melakukannya,” tambah Rogers. Penyebab utama gelombang aksi kekerasan di Irak terjadi, menurutnya, adalah penarikan mundur pasukan AS secara mendadak. “Tanpa kehadiran pasukan pengganti di lapangan akan meninggalkan kekosong- an yang akan diisi dengan jenis masalah yang Anda lihat ini,” imbuhnya. Anggota Kongres dari Partai Republik itu kemudian meng- garisbawahi pengaruh AS telah tergerus di Irak. Imbasnya, menurut dia, Iran akan berpelu- ang memainkan peran di negeri kaya minyak itu. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, kandidat pre- siden dari Partai Republik Mitt Romney secara gamblang me- nyerang Obama atas kebijakan penarikan pasukan AS dari Irak. “Kegagalan monumen- tal,” cetusnya. Saat menanggapi laporan intelijen itu, sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney me- ngatakan rangkaian peledakan di Baghdad tidak akan meng- gagalkan ‘kemajuan lanjutan di Irak’. Secara terpisah, seorang peja- bat senior yang enggan disebut namanya menegaskan bahwa perbedaan sektarian di Irak tengah diselesaikan melalui jalur politik dan dialog damai. “Kedutaan kami (di Baghdad) juga ikut membantu meng- atasi perbedaan-perbedaan itu. Pasukan pengganti tidak akan punya peranan,” sergahnya, menangkis penilaian Mike Rogers. Lagi pula, lanjutnya, komu- nitas intelijen menilai pasukan keamanan Irak sepenuhnya mampu memberikan stabilitas internal. (*/Reuters/I-5) Bom Irak Efek dari Penarikan Pasukan DIKA KANIA KARDI T RAGEDI tenggelamnya kapal pembawa 200 imigran gelap asal Ti- mur Tengah di perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (17/12), menimbulkan perdebatan tentang kebijakan pencari suaka di Australia. Pemerintahan Perdana Men- teri Australia Julia Gillard yang beraliasi dengan Partai Buruh secara mendadak mengusulkan untuk membuka kembali pusat penahanan pencari suaka di Papua Nugini atau di Nauru, pulau kecil sekitar 4.000 km sebelah utara ‘Negeri Kangu- ru’. Hal ini ironis mengingat pemerintahan Gillard-lah yang menutup fasilitas yang dibangun di era pemerintahan Perdana Menteri (PM) John Howard. Ide pembukaan kembali fasili- tas tersebut ditengarai sengaja dikemukakan guna membujuk Partai Konservatif agar menye- tujui rencana pertukaran peng- ungsi dengan Malaysia. Dalam kesepakatan antara Australia dan Malaysia yang ditandatangani Juli lalu, seki- tar 4.000 pengungsi yang di- tahan di Malaysia dan telah didata badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) akan direlokasi ke Australia dalam waktu empat tahun. Sebaliknya, Australia akan mengirim 800 pencari suaka ke Malaysia. Namun, kesepakatan itu kemudian dibatalkan parle- men Australia dan diperkuat putusan pengadilan tinggi pada Agustus lalu. “Kami memerlukan Malay- sia dan satu solusi lain,” ujar Menteri Imigrasi Chris Bowen. “Nauru bila berdiri sendiri akan menimbulkan biaya yang mahal, tapi Nauru yang disertai perjanjian dengan Malaysia akan menjadi bagian yang efek- tif dari solusi regional.” Sejak semula Partai Konser- vatif menentang rencana reloka- si pencari suaka ke Malaysia. “Malaysia adalah kesepakatan transaksi yang buruk,” kata pemimpin kubu oposisi Tony Abbott, kemarin. Meski begitu, Abbott mendukung rencana membuka kembali pusat pena- hanan Nauru. Sementara itu, Kepolisian RI masih mengusut jaringan yang terlibat dalam penyelun- dupan imigran gelap yang ingin menuju Australia. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution di Mabes Polri membeberkan bahwa para imigran gelap dimintai dana US$4.000-US$6.500 per orang oleh pihak penyelundup. Sebanyak 13 imigran gelap asal Timur Tengah yang dite- mukan selamat di perairan Pantai Nusa Barong, Kabupa- ten Jember, dipindahkan ke Surabaya, Jawa Timur, kemarin. Dari 13 imigran tersebut, hanya satu imigran yang memiliki paspor yakni Akbar Salamati, 34, asal Iran. “Sebanyak 12 imigran lain- nya tidak memiliki dokumen resmi. Mereka adalah imigran gelap yang berusaha mencari suaka di Pulau Christmas, Australia,” tutur Kepala Kantor Imigrasi Jember Rustham Efen- di. (Reuters/*/Ant/DK/I-5) [email protected] 14 SABTU, 24 DESEMBER 2011 I NTER NASIONAL PEMIMPIN oposisi Myan- mar, Aung San Suu Kyi, resmi mendaftarkan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), untuk turut bersaing dalam pemilihan umum (pemi- lu) Myanmar mendatang. Pendaftaran partai NLD langsung dilakukan Suu Kyi dengan didampingi Ketua NLD Tin Oo, serta anggota partai lainnya, di kantor Komisi Pemi- lihan Umum (UEC) di Naypyi- taw, Myanmar, kemarin. Pendaftaran tersebut sekali- gus menandai kembalinya pe- menang Hadiah Nobel Perda- maian tersebut ke arena politik. Suu Kyi telah memutus kan berkiprah kembali ke dunia politik di negara yang didomi- nasi militer itu pada bulan lalu. Juru bicara NLD, Nyan Win, mengatakan partainya akan berlomba meraih semua kursi kosong di pemilu mendatang. Suu Kyi, tambahnya, akan segera mengumumkan itu di daerah pemilihan yang menjadi basis utama pendukung NLD. Pemerintah Myanmar belum menetapkan tanggal resmi penyelenggaraan pemilu itu. Namun, Ketua UEC Tin Aye mengatakan pemerintah akan mengumumkan ketetapan itu tiga bulan sebelum pemilu di- gelar. Hal tersebut dimaksud- kan untuk memberikan waktu kepada para calon untuk ber- kampanye. Pembiaran partai Suu Kyi untuk kembali ke jalur politik, menurut para pengamat, ka- rena pemerintah berkuasa ingin mendapat dukungan legitimasi lebih besar baik dari dalam ne- geri maupun luar negeri. Tak pelak lagi, dengan me- lakukan reformasi secara sig- nikan, pemerintah Myanmar telah menuai pujian. Washing- ton pun memberi dukungan kepada Myanmar. Bahkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton melakukan kunjungan ke negara yang se- belumnya lebih dikenal dengan nama Burma tersebut. Selama kunjungannya ke Myanmar pada awal Desember lalu, Clinton meminta pemerin- tah di bawah kekuasaan Pre- siden Thein Sein agar melak- sanakan pemilu secara bebas, adil, dan dapat dipertanggung- jawabkan di mata rakyat. Sebelumnya, partai NLD memboikot pemilihan umum tahun lalu karena peraturan ketat, di antaranya mencegah Suu Kyi menjadi kandidat. Selanjutnya, pemerintah juga menetapkan NLD sebagai par- tai terlarang. (*/AP/I-3) WACANA kudeta militer terha- dap pemerintah sipil Pakistan menimbulkan keresahan di ne- gara Asia Selatan tersebut. Ih- wal wacana itu bermula ketika Mansoor Ijaz menulis sebuah kolom dalam harian Financial Times edisi 10 Oktober lalu. Ijaz, seorang pebisnis, me- nyatakan ada seorang diplomat senior Pakistan yang mengi- rim sebuah memo ke Depar- temen Pertahanan Amerika Serikat alias Pentagon. Isinya, imbauan agar pemerintah AS tidak turut campur dalam kudeta militer beberapa hari setelah pemimpin kelompok Al-Qaeda, Osama bin Laden, tewas pada Mei lalu. Ijaz belakangan menyebut- kan secara gamblang bahwa diplomat senior Pakistan yang mengirim memo tersebut ialah Duta Besar Pakistan untuk AS, Husain Haqqani. Namun, Haqqani membantah terlibat. Be berapa saat kemudian ia mundur dari jabatannya. Skandal memogate itu praktis menghebohkan kancah politik Pakistan. “Sebuah wacana kini tengah menghantui Pakistan. Wacana perseteruan antara militer dan pemerintah yang dapat berakibat fatal,” sebut harian The News dalam editorial berjudul Point of No Return?. Surat kabar terkemuka Pakis- tan, Dawn, juga menilai wacana kudeta telah sampai ke titik ber- bahaya. “Meski pada tahap ini terlalu dini untuk mengklaim bahwa upaya penumbang- an pemerintah tengah ber- langsung, ada gunanya untuk mengingat bahwa militer telah mengambil alih kekuasaan se banyak empat kali untuk ‘menyelamatkan bangsa’,” tulis Dawn dalam editorialnya. Sejauh ini, Panglima Angkat- an Bersenjata Pakistan Jenderal Ashfaq Kayani telah memerin- tahkan penyelidikan siapa sosok di balik memo tersebut. Namun, terlepas dari hasil pe- nyelidikan, posisi Presiden Asif Ali Zardari dinilai banyak kala- ngan rentan. Zardari dianggap gagal menuntaskan sejumlah masalah, mulai bom bunuh diri hingga ekonomi domestik. (Jer/Reuters/AP/I-3) Partai Suu Kyi Resmi Ikuti Pemilu Pemerintah Pakistan Terancam Dikudeta Australia Ingin Tahan Imigran di Nauru Pemerintah Australia masih berusaha meloloskan gagasan kerja sama pertukaran pengungsi dengan Malaysia. Tanpa kehadiran pasukan pengganti di lapangan akan meninggalkan kekosongan yang akan diisi dengan jenis masalah yang Anda lihat ini.’’ Mike Rogers Ketua Komite Intelijen di Kongres AS REUTERS/STRINGER AP/KARIM KADIM REUTERS/FAISAL MAHMOOD IMIGRAN ILEGAL: Sejumlah orang naik ke atas kapal pengangkut imigran ilegal yang karam tidak jauh dari Pantai Puger, Jember, Jawa Timur, Selasa (20/12). Insiden tersebut menewaskan puluhan imigran. Adapun lebih dari 100 orang dinyatakan masih hilang. LEDAKAN BOM: Masyarakat berkumpul melihat kendaraan yang han- cur akibat ledakan bom di Baghdad, Irak, Kamis (22/12). MELAMBAI: Mantan Dubes Pakistan untuk AS, Husain Haqqani, melambaikan tangan di Islamabad, Pakistan, Kamis (22/12).

Transcript of INTERNASIONAL - ftp.unpad.ac.id filehanan Nauru. Sementara itu, Kepolisian RI masih mengusut...

HUBUNGI KAMI

+62 21 5812 088, Ext. 1128

Telepon :

Indra Mahyudi

Email : [email protected]

HP : 0812 8999 517

Simin

Email : [email protected]

HP : 0812 9415 739

Selvy Noor Aisha

Email : [email protected]

HP : 0856 1444 660

Shauma Ramadhan Kamil (Ramma)

Email : [email protected]

HP : 0815 1160 0081

IKLAN KLASIFA

RANGKAIAN ledakan yang me newaskan setidaknya 73 orang dan mencederai ratusan lainnya, di Baghdad, Kamis (22/12), merupakan ekses dari penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak.

Kesimpulan itu bisa ditarik melalui tinjauan Badan Intelijen AS (CIA) beberapa waktu lalu sebelum Presiden AS Barack Obama memulangkan seluruh pasukan.

Kala itu, kalangan intelijen ‘Negeri Paman Sam’ telah memperingatkan bahwa pena-rikan mundur pasukan AS dari Irak bisa memengaruhi pe-ning katan kekerasan sektarian secara signifi kan.

“Kejadian ini seharusnya tak menjadi kejutan bagi siapa pun,” ujar Ketua Komite In-telijen di Kongres AS, Mike Rogers. Baginya, peningkatan kekerasan sektarian ini sudah

dapat diperkirakan sebelum keputusan ini dilaksanakan.

“Ada banyak saran, nasihat, dan analisis yang mengatakan ini adalah ide buruk. Dan ini-lah apa yang akan terjadi jika Anda melakukannya,” tambah Rogers.

Penyebab utama gelombang aksi kekerasan di Irak terjadi, menurutnya, adalah penarikan mundur pasukan AS secara mendadak. “Tanpa kehadiran pasukan pengganti di lapangan akan meninggalkan kekosong-an yang akan diisi dengan jenis masalah yang Anda lihat ini,” imbuhnya.

Anggota Kongres dari Partai Republik itu kemudian meng-garisbawahi pengaruh AS telah tergerus di Irak. Imbasnya,

menurut dia, Iran akan berpelu-ang memainkan peran di negeri kaya minyak itu.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, kandidat pre-siden dari Partai Republik Mitt Romney secara gamblang me-nyerang Obama atas kebijakan penarikan pasukan AS dari Irak. “Kegagalan monumen-tal,” cetusnya.

Saat menanggapi laporan intelijen itu, sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney me-ngatakan rangkaian peledakan di Baghdad tidak akan meng-gagalkan ‘kemajuan lanjutan di Irak’.

Secara terpisah, seorang peja-bat senior yang enggan disebut namanya menegaskan bahwa perbedaan sektarian di Irak tengah diselesaikan melalui jalur politik dan dialog damai. “Kedutaan kami (di Baghdad) juga ikut membantu meng-atasi perbedaan-perbedaan itu. Pasukan pengganti tidak akan punya peranan,” sergahnya, menangkis penilaian Mike Rogers.

Lagi pula, lanjutnya, komu-nitas intelijen menilai pasukan keamanan Irak sepenuhnya mampu memberikan stabilitas internal. (*/Reuters/I-5)

Bom IrakEfek dariPenarikanPasukan

DIKA KANIA KARDI

TRAGEDI tenggelamnya kapal pembawa 200 imigran gelap asal Ti-mur Tengah di per air an

Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (17/12), menim bul kan perdebatan tentang kebijakan pencari suaka di Australia.

Pemerintahan Perdana Men-teri Australia Julia Gillard yang berafi liasi dengan Partai Buruh secara mendadak mengusulkan untuk membuka kembali pusat penahanan pencari suaka di

Papua Nugini atau di Nauru, pulau kecil sekitar 4.000 km sebelah utara ‘Negeri Kangu-ru’. Hal ini ironis mengingat pemerintahan Gillard-lah yang menutup fasilitas yang dibangun di era pemerintahan Perdana Menteri (PM) John Howard.

Ide pembukaan kembali fasili-tas tersebut ditengarai sengaja dikemukakan guna membujuk Partai Konservatif agar menye-tujui rencana pertukaran peng-ungsi dengan Malaysia.

Dalam kesepakatan anta ra Australia dan Malaysia yang

ditandatangani Juli lalu, seki-tar 4.000 pengungsi yang di-tahan di Malaysia dan telah didata badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) akan direlokasi ke Australia dalam waktu empat tahun.

Sebaliknya, Australia akan mengirim 800 pencari suaka ke Malaysia. Namun, kesepakatan itu kemudian dibatalkan parle-men Australia dan diperkuat putusan pengadilan tinggi pada Agustus lalu.

“Kami memerlukan Malay-sia dan satu solusi lain,” ujar

Menteri Imigrasi Chris Bowen. “Nauru bila berdiri sendiri akan menimbulkan biaya yang mahal, tapi Nauru yang disertai perjanjian dengan Malaysia akan menjadi bagian yang efek-tif dari solusi regional.”

Sejak semula Partai Konser-vatif menentang rencana reloka-si pencari suaka ke Malaysia. “Malaysia adalah kesepakatan transaksi yang buruk,” kata pemimpin kubu oposisi Tony Abbott, kemarin. Meski begitu, Abbott mendukung rencana membuka kembali pusat pena-

hanan Nauru. Sementara itu, Kepolisian

RI masih mengusut jaringan yang terlibat dalam penyelun-dupan imigran gelap yang ingin menuju Australia. Kepa la Divisi Humas Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution di Mabes Polri membeberkan bahwa para imigran gelap dimintai dana US$4.000-US$6.500 per orang oleh pihak penyelundup.

Sebanyak 13 imigran gelap asal Timur Tengah yang dite-mukan selamat di perairan Pan tai Nusa Barong, Kabupa-

ten Jember, dipindahkan ke Surabaya, Jawa Timur, kemarin. Dari 13 imigran tersebut, hanya satu imigran yang memiliki paspor yakni Akbar Salamati, 34, asal Iran.

“Sebanyak 12 imigran lain-nya tidak memiliki dokumen resmi. Mereka adalah imigran gelap yang berusaha mencari suaka di Pulau Christmas, Australia,” tutur Kepala Kantor Imigrasi Jember Rustham Efen-di. (Reuters/*/Ant/DK/I-5)

[email protected]

14 SABTU, 24 DESEMBER 2011INTERNASIONAL

PEMIMPIN oposisi Myan-mar, Aung San Suu Kyi, resmi mendaftarkan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), untuk turut bersaing da lam pemilihan umum (pemi-lu) Myanmar mendatang.

Pendaftaran partai NLD lang sung dilakukan Suu Kyi dengan didampingi Ketua NLD Tin Oo, serta anggota partai lain nya, di kantor Komisi Pemi-lihan Umum (UEC) di Naypyi-taw, Myanmar, kemarin.

Pendaftaran tersebut sekali-

gus menandai kembalinya pe-me nang Hadiah Nobel Per da-maian tersebut ke arena po litik. Suu Kyi telah memutus kan berkiprah kembali ke dunia politik di negara yang didomi-nasi militer itu pada bulan lalu.

Juru bicara NLD, Nyan Win, mengatakan partainya akan berlomba meraih semua kursi kosong di pemilu mendatang. Suu Kyi, tambahnya, akan se gera mengumumkan itu di daerah pemilihan yang menjadi basis utama pendukung NLD.

Pemerintah Myanmar belum menetapkan tanggal resmi penyelenggaraan pemilu itu. Namun, Ketua UEC Tin Aye mengatakan pemerintah akan mengumumkan ketetapan itu tiga bulan sebelum pemilu di-gelar. Hal tersebut dimaksud-kan untuk memberikan waktu kepada para calon untuk ber-kampanye.

Pembiaran partai Suu Kyi untuk kembali ke jalur politik, menurut para pengamat, ka-rena pemerintah berkuasa ingin

mendapat dukungan legitimasi lebih besar baik dari dalam ne-geri maupun luar negeri.

Tak pelak lagi, dengan me-lakukan reformasi secara sig-nifi kan, pemerintah Myanmar telah menuai pujian. Washing-ton pun memberi dukungan kepada Myanmar. Bahkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton melakukan kunjungan ke negara yang se-belumnya lebih dikenal dengan nama Burma tersebut.

Selama kunjungannya ke

Myanmar pada awal Desember lalu, Clinton meminta pemerin-tah di bawah kekuasaan Pre-siden Thein Sein agar melak-sanakan pemilu secara bebas, adil, dan dapat dipertanggung-jawabkan di mata rakyat.

Sebelumnya, partai NLD memboikot pemilihan umum tahun lalu karena peraturan ketat, di antaranya mencegah Suu Kyi menjadi kandidat. Selanjutnya, pemerintah juga menetapkan NLD sebagai par-tai terlarang. (*/AP/I-3)

WACANA kudeta militer terha-dap pemerintah sipil Pakistan menimbulkan keresahan di ne-gara Asia Selatan tersebut. Ih-wal wacana itu bermula ketika Mansoor Ijaz menulis sebuah kolom dalam harian Financial Times edisi 10 Oktober lalu.

Ijaz, seorang pebisnis, me-nyatakan ada seorang diplomat senior Pakistan yang mengi-rim sebuah memo ke Depar-temen Pertahanan Amerika Serikat alias Pentagon. Isinya, imbauan agar pemerintah AS tidak turut campur dalam kudeta militer beberapa hari setelah pemimpin kelompok Al-Qaeda, Osama bin Laden, tewas pada Mei lalu.

Ijaz belakangan menyebut-kan secara gamblang bahwa diplomat senior Pakistan yang mengirim memo tersebut ialah Duta Besar Pakistan untuk AS, Husain Haqqani. Namun, Haqqani membantah terlibat. Be berapa saat kemudian ia mundur dari jabatannya.

Skandal memogate itu praktis menghebohkan kancah politik Pakistan. “Sebuah wacana kini

tengah menghantui Pakistan. Wacana perseteruan antara militer dan pemerintah yang dapat berakibat fatal,” sebut harian The News dalam editorial berjudul Point of No Return?.

Surat kabar terkemuka Pakis-tan, Dawn, juga menilai wacana kudeta telah sampai ke titik ber-bahaya. “Meski pada tahap ini terlalu dini untuk mengklaim bahwa upaya penumbang-an pemerintah tengah ber-lang sung, ada gunanya untuk mengingat bahwa militer telah mengambil alih kekuasaan se banyak empat kali untuk ‘menyelamatkan bangsa’,” tulis Dawn dalam editorialnya.

Sejauh ini, Panglima Angkat-an Bersenjata Pakistan Jenderal Ashfaq Kayani telah memerin-tahkan penyelidikan siapa so sok di balik memo tersebut. Namun, terlepas dari hasil pe-nyelidikan, posisi Presiden Asif Ali Zardari dinilai banyak kala-ngan rentan. Zardari dianggap gagal menuntaskan sejumlah masalah, mulai bom bunuh diri hingga ekonomi domestik. (Jer/Reuters/AP/I-3)

Partai Suu Kyi Resmi Ikuti Pemilu

Pemerintah Pakistan Terancam Dikudeta

AustraliaIngin TahanImigran di NauruPemerintah Australia masih berusaha meloloskan gagasan kerja sama pertukaran pengungsi dengan Malaysia.

Tanpa kehadiran pasukan pengganti

di lapangan akan meninggalkan kekosongan yang akan diisi dengan jenis masalah yang Anda lihat ini.’’Mike RogersKetua Komite Intelijen di Kongres AS

REUTERS/STRINGER

AP/KARIM KADIM

REUTERS/FAISAL MAHMOOD

IMIGRAN ILEGAL: Sejumlah orang naik ke atas kapal

pengangkut imigran ilegal yang karam tidak jauh dari

Pantai Puger, Jember, Jawa Timur, Selasa

(20/12). Insiden tersebut menewaskan puluhan

imigran. Adapun lebih dari 100 orang dinyatakan

masih hilang.

LEDAKAN BOM: Masyarakat berkumpul melihat kendaraan yang han-cur akibat ledakan bom di Baghdad, Irak, Kamis (22/12).

MELAMBAI: Mantan Dubes Pakistan untuk AS, Husain Haqqani, melambaikan tangan di Islamabad, Pakistan, Kamis (22/12).