SELASA, 20 DESEMBER 2011 DINAMIKA Pemerintah Pingpong RUU … fileRUU Rahasia Negara adalah bukti...

1
KEKUASAAN masih men- jadi ancaman utama bagi kebebasan pers, bukan pemi- lik media. Pasalnya, media massa hingga saat ini masih menjadi ruang kritik sosial yang tidak dapat dengan mu- dah diintervensi oleh pemilik media. “Saya tidak terlalu khawatir pemilik media mengancam kebebasan pers. Saya justru khawatir ancaman terhadap kebebasan pers masih datang dari kekuasaan,” kata Direktur Program Imparsial Al Araf da- lam seminar bertajuk Media dan Pembangunan Demokrasi di Indonesia yang digelar di Fakultas Ilmu Budaya Univer- sitas Indonesia Depok, Jawa Barat, kemarin. Menurut Al Araf, kekuasaan sering kali menggembar-gem- borkan kebebasan pers sudah kebablasan. Kekuasaan, sambung dia, kemudian menjadikan hal itu sebagai alasan untuk membuat regulasi yang membatasi kebe- basan pers. “RUU Intelijen dan RUU Rahasia Negara adalah bukti keinginan kekuasaan untuk membatasi kebebasan pers,” tegasnya. Ia mengakui, pemilik me- dia, terutama yang punya aliasi politik, kadang meng- gunakan medianya untuk kepentingannya pribadi. Na- mun, menurutnya, porsinya sangat kecil. “Sebagian besar ruang di me- dia sesungguhnya digunakan untuk kritik sosial dan untuk membangun wacana, dialog, dan debat publik,” katanya. Dalam menanggapi hal itu, Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kan- song, yang juga menjadi pembi- cara dalam seminar itu, menga- takan persoalan sesungguhnya bukanlah apakah media boleh beraliasi secara politik atau tidak. “Dalam perspektif posmo- dernis, media punya logika sendiri. Jadi, persoalannya bukanlah apakah media boleh atau tidak boleh beraliasi se- cara politik, melainkan logika macam apakah yang mendasari aliasi politik itu. Jika menurut logika audiens, logika media itu tidak pas, ya silakan matikan televisi atau pindah ke saluran lain, silakan berhenti mem- baca koran. Toh, sekarang ini audiens punya banyak pilihan media,” ujarnya. (KG/P-2) MEDIA DAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI: Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong (kiri) bersama Manajer Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FIB UI Lily Tjahjandari dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane (kanan) menjadi pembicara dalam seminar di Kampus UI Depok, Jawa Barat, kemarin. Seminar bertajuk Media dan Pembangunan Demokrasi di Indonesia. Lihat saja, RUU Intelijen dan RUU Rahasia Negara adalah bukti keinginan kekuasaan untuk membatasi kebebasan pers.” Al Araf Direktur Program Imparsial 4 SELASA, 20 DESEMBER 2011 P OLKAM PASUKAN PERDAMAIAN: Helikopter menembakkan bahan peledak dalam peresmian Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Bogor, Jawa Barat, kemarin. SEBUAH peristiwa konyol dan cukup memalukan pernah dirasakan pasukan perdamaian Indonesia saat dikirim ke daerah konik di luar negeri. Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono, kemarin, mengung- kapkan sejumlah perwira TNI dan Polri suatu ketika terpaksa dipulangkan kembali ke Tanah Air saat menjadi pasukan per- damaian berada di negara bekas Yugoslavia. Pasalnya, mereka tidak bisa berbahasa Inggris! “Jumlah perwira Indonesia yang tidak mengetahui pengeta- huan peace keeping ada 3% sam- pai 5%. TNI dan Polri, perwira, dan bintara harus dipulangkan karena tidak lulus mengemudi dan bahasa Inggris,” kata Pre- siden saat meresmikan Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan (Fas- diklat) Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Hambalang, Bo- gor, Jawa Barat, kemarin. Padahal, sambung Presiden, kala itu Indonesia mengirim 150 perwira. Pemulangan itu tentu menjadi pengalaman memalu- kan bagi Indonesia. Terlebih, Indonesia dikenal aktif ikut serta dalam misi pa- sukan perdamaian. Tidak cuma ke bekas negara Yugoslavia, Indonesia juga mengirim pasu- kan perdamaian antara lain ke negara-negara Timur Tengah, perbatasan Iran-Irak, Kongo, dan lainnya. Namun akibat lemahnya ke- mampuan berbahasa Inggris, sambung Presiden, Indonesia jarang mendapat posisi strategis dalam sebuah misi perdamaian. Seringnya mengirim pasukan ke misi perdamaian tidak men- jamin mendapat kepercayaan posisi strategis jika tidak fasih berbahasa Inggris. “Karena itu, di pusat pelatih- an yang baru diresmikan ini akan ada language center. Bahkan saya harap juga ada tempat latihan menembak karena kita sering menjuarai pertandingan menembak,” kata Presiden. Pusat pelatihan itu akan dibuat menjadi pusat pelatihan penjaga perdamaian bertaraf internasional. Menurut Presi- DINAMIKA Komisi Kejaksaan Terima 968 Aduan KOMISI Kejaksaan selama Maret sampai Desember 2011 meneri- ma 968 pengaduan dari masyarakat terkait dengan perilaku jaksa dan pegawai kejaksaan. “Sejak dilantik pada 10 Maret, kami telah menerima 968 surat pengaduan dari masyarakat,” kata Ketua Komisi Kejaksaan Halius Hosen dalam jumpa pers catatan akhir tahun 2011 di Jakarta, kemarin. Ia menjelaskan, dari total pengaduan, sebanyak 405 surat sudah diterbitkan rekomendasi melalui rapat pleno. Lalu, sambung dia, sebanyak 83 surat yang sudah direspons Jaksa Agung Muda Peng- awasan (JAM-Was) dan 51 surat diteruskan ke instansi terkait dan dikembalikan kepada pelapor untuk melengkapi laporan. “Laporan yang diterima antara lain tentang perbuatan peme- rasan oleh jaksa atau penuntut umum dalam tahap penyelidikan, penyidikan, penilaian, maupun eksekusi,” ujarnya. (Ant/P-1) Istri Nazaruddin Jadi Buron Prioritas ISTRI mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazarud- din, Neneng Sri Wahyuni, yang merupakan tersangka dalam kasus korupsi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) menjadi salah satu buron prioritas internasio- nal dari Indonesia. “Jadi prioritas, agar bisa langsung dideportasi,” ujar Kepala Bagian Kejahatan Internasional Polri Komisaris Besar Hasan Malik di Jakarta, kemarin. Hasan mengatakan sudah banyak laporan dari beberapa nega- ra yang melaporkan tentang Neneng. Namun, semua laporan itu masih belum membuahkan hasil. Saat ini ada tiga buron internasional yang menjadi prioritas dari Indonesia dalam perburuan Interpol, yaitu Neneng Sri Wahyuni, dan dua tersangka kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu Samadikun Hartono dan Hendra Widjaja. (*/P-1) KPK belum Berencana Tahan Wa Ode KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai intensif memerik- sa saksi-saksi terkait dengan tersangka kasus dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) yang juga anggota Badan Anggaran DPR Wa Ode Nurhayati. Akan tetapi, KPK belum berencana me- nahan Wa Ode. “Tidak harus ditahan. Perlu pengembangan bukti-bukti,” ujar Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas di Jakarta, kemarin. KPK, kemarin, meminta keterangan staf pribadi Wa Ode, Sefa Yolanda. Sefa yang didampingi penasihat hukum Wa Ode Nur Zaenab membantah telah mengantar uang Rp34 miliar dari reke- ning Wa Ode Nurhayati untuk dikembalikan kepada pengusaha. Sefa juga membantah adanya transaksi miliaran rupiah dalam rekening milik Wa Ode. Sefa mengaku sudah menjadi staf Wa Ode sebelum menjadi anggota DPR. KPK juga memeriksa Sekjen DPR Nining Indra Saleh. Ia dipang- gil untuk dimintai keterangan terkait dengan posisi Wa Ode di DPR. (*/P-1) ANTARA/JAFKHAIRI EMIR CHAIRULLAH R ANCANGAN Un- dang-Undang (RUU) tentang Desa ternya- ta masih mangkrak (tertahan) di Sekretaris Kabi- net (Seskab). Padahal, draf RUU tersebut seharusnya su- dah dikirimkan ke DPR sebe- lum rapat paripurna penutup- an masa persidangan dewan, Jumat (16/12). “Saya sudah kirimkan ke Ses- kab. Ditunggu lah,” kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi kepada wartawan di Jakarta, kemarin. Mendagri juga tidak menye- butkan kapan amanat presiden (ampres) RUU tersebut akan ditandatangani Presiden Yu- dhoyono. Informasi di Kementerian Dalam Negeri menyebutkan, rapat kabinet terbatas sudah menyetujui esensi RUU Desa. Rapat yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri terkait itu meminta Kemendagri menyem- purnakan draf RUU tersebut. “Dan penyempurnaan itu sudah kita lakukan,” ungkap sumber di Kemendagri. Ia menyebutkan, seusai pe- nyempurnaan, Kemendagri membawa draf RUU itu ke Pre- siden pada 12 Desember 2011 melalui Seskab. Namun, ternyata draf tersebut tetap belum ditan- datangani hingga masa sidang DPR berakhir. “Itu bukan domain kita lagi. Bukan kapasitas kita menyuruh Presiden,” ujar sumber tersebut. Sementara itu, Sekretaris Kabi- net Dipo Alam menyatakan RUU Desa telah disetujui rapat kabinet. Ia bahkan menyatakan draf RUU itu masih dalam tahap nalisasi oleh Kemendagri. “Kemarin sudah disetujui melalui sidang kabinet. Soal nalisasinya, silakan tanya ke Menteri Dalam Negeri,” ujar Dipo ketika dihubungi, ke- marin. Ia menyatakan, jika sudah diserahkan kepada Presiden, RUU akan segera diserahkan kepada Menteri Sekretaris Ne- gara. Namun, ia belum dapat memastikan apakah RUU terse- but sudah di tangan Menteri Sekretaris Negara. “Kalau itu, silakan langsung ke Mensesneg. Soal ampres ke beliau,” jelasnya. Sebelumnya para perangkat desa yang tergabung dalam Pa- rade Nusantara menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPR dan Istana Merdeka, Jakarta, menun- tut Presiden segera menerbitkan ampres RUU Desa agar DPR se- gera memulai pembahasan. Aksi Parade Nusantara itu dimulai sejak Kamis (8/12). Menurut Ketua Parade Nusan- tara Sudir Santoso, aksi akan berlangsung hingga ampres RUU Desa ditandatangani. Me- reka pun membangun kemah di pintu gerbang DPR. Sekretaris Kabinet Dipo Alam pada Senin (12/12) berjanji me- ngirimkan ampres RUU Desa sebelum DPR masuk masa re- ses. Dalam menanggapi belum terbitnya ampres RUU Desa, anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko (F-PDIP) mengatakan hal itu menunjukkan pemerintah beranggapan desa bukanlah isu strategis. Semestinya, dengan hampir 80% penduduk Indonesia berada di desa, sudah selayaknya pemerintah lebih memperhatikan masyarakat desa. Kendati RUU itu sudah ber- proses sejak 2007, hingga kini, atau empat tahun kemudian, pemerintah tidak kunjung meng- ajukan RUU itu ke DPR. Ada ke- san pemerintah membuat RUU tersebut mengambang. Karena itu, tidak mengheran- kan bila kelambanan pemerintah tersebut membuat berang Pa- rade Nusantara untuk kembali mendatangi Gedung DPR dan Istana Negara guna menuntut pengesahan RUU Desa menjadi undang-undang. Itu merupakan aksi kedelapan yang dilakukan organisasi perkumpulan para aparat desa tersebut sejak 2007. Jika disahkan, UU Desa akan menjadi payung hukum bagi desa untuk menyelamatkan dan mengelola perekonomian mereka. Salah satu yang diingin- kan para aparatur ialah adanya alokasi dana Rp1 miliar bagi tiap desa, dan dana tersebut akan me- reka kelola sendiri. (P-3) [email protected] MI/ADAM DWI PUTRA Menteri Dalam Negeri menyatakan RUU Desa tertahan di Sekretaris Kabinet. Sebaliknya, Seskab menyatakan RUU itu masih di tangan Mendagri. Pemerintah Pingpong RUU Desa Pasukan Perdamaian tidak Bisa Bahasa Inggris Kemarin sudah disetujui melalui sidang kabinet. Soal finalisasinya, silakan tanya ke Menteri Dalam Negeri.” Dipo Alam Sekretaris Kabinet Kekuasaan masih Ancam Kebebasan Pers den, berkaca dari pengalaman pasukan Garuda yang selalu membantu misi perdamaian dunia, Indonesia membutuhkan tempat pendidikan dan latihan yang bertaraf internasional. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang ikut mendampingi Presiden, kawasan pelatihan itu juga akan digunakan sebagai markas pasukan siaga, pusat pelatihan bencana, pusat bahasa, kampus Universitas Pertahanan, dan kegiatan militer nasional atau internasional. (Yoi/P-2)

Transcript of SELASA, 20 DESEMBER 2011 DINAMIKA Pemerintah Pingpong RUU … fileRUU Rahasia Negara adalah bukti...

KEKUASAAN masih men-jadi ancaman utama bagi kebebasan pers, bukan pemi-lik media. Pasalnya, media massa hingga saat ini masih menjadi ruang kritik sosial yang tidak dapat dengan mu-dah diintervensi oleh pemilik media.

“Saya tidak terlalu khawatir pemilik media mengancam kebebasan pers. Saya justru khawatir ancaman terhadap kebebasan pers masih datang dari kekuasaan,” kata Direktur Program Imparsial Al Araf da-lam seminar bertajuk Media dan Pembangunan Demokrasi di Indonesia yang digelar di Fakultas Ilmu Budaya Univer-sitas Indonesia Depok, Jawa Barat, kemarin.

Menurut Al Araf, kekuasaan sering kali menggembar-gem-borkan kebebasan pers sudah kebablasan.

Kekuasaan, sambung dia, kemudian menjadikan hal itu

sebagai alasan untuk membuat regulasi yang membatasi kebe-basan pers. “RUU Intelijen dan RUU Rahasia Negara adalah bukti keinginan kekuasaan untuk membatasi kebebasan pers,” tegasnya.

Ia mengakui, pemilik me-dia, terutama yang punya afi liasi politik, kadang meng-gunakan medianya untuk kepentingannya pribadi. Na-mun, menurutnya, porsinya sangat kecil.

“Sebagian besar ruang di me-

dia sesungguhnya digunakan untuk kritik sosial dan untuk membangun wacana, dialog, dan debat publik,” katanya.

Dalam menanggapi hal itu, Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kan-song, yang juga menjadi pembi-cara dalam seminar itu, menga-takan persoalan sesungguhnya bukanlah apakah media boleh berafi liasi secara politik atau tidak.

“Dalam perspektif posmo-dernis, media punya logika sendiri. Jadi, persoalannya bukanlah apakah media boleh atau tidak boleh berafi liasi se-cara politik, melainkan logika macam apakah yang mendasari afi liasi politik itu. Jika menurut logika audiens, logika media itu tidak pas, ya silakan matikan televisi atau pindah ke saluran lain, silakan berhenti mem-baca koran. Toh, sekarang ini audiens punya banyak pilihan media,” ujarnya. (KG/P-2)

MEDIA DAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI: Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong (kiri) bersama Manajer Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FIB UI Lily Tjahjandari dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane (kanan) menjadi pembicara dalam seminar di Kampus UI Depok, Jawa Barat, kemarin. Seminar bertajuk Media dan Pembangunan Demokrasi di Indonesia.

Lihat saja, RUU Intelijen dan RUU

Rahasia Negara adalah bukti keinginan kekuasaan untuk membatasi kebebasan pers.”

Al ArafDirektur Program Imparsial

4 SELASA, 20 DESEMBER 2011POLKAM

PASUKAN PERDAMAIAN: Helikopter menembakkan bahan peledak dalam peresmian Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Bogor, Jawa Barat, kemarin.

SEBUAH peristiwa konyol dan cukup memalukan pernah dirasakan pasukan perdamaian Indonesia saat dikirim ke daerah konfl ik di luar negeri.

Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono, kemarin, mengung-kapkan sejumlah perwira TNI dan Polri suatu ketika terpaksa dipulangkan kembali ke Tanah Air saat menjadi pasukan per-damaian berada di negara bekas Yugoslavia. Pasalnya, mereka tidak bisa berbahasa Inggris!

“Jumlah perwira Indonesia yang tidak mengetahui pengeta-huan peace keeping ada 3% sam-pai 5%. TNI dan Polri, perwira, dan bintara harus dipulangkan karena tidak lulus mengemudi dan bahasa Inggris,” kata Pre-siden saat meresmikan Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan (Fas-diklat) Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Hambalang, Bo-gor, Jawa Barat, kemarin.

Padahal, sambung Presiden, kala itu Indonesia mengirim 150 perwira. Pemulangan itu tentu menjadi pengalaman memalu-

kan bagi Indonesia. Terlebih, Indonesia dikenal

aktif ikut serta dalam misi pa-sukan perdamaian. Tidak cuma ke bekas negara Yugoslavia, Indonesia juga mengirim pasu-kan perdamaian antara lain ke negara-negara Timur Tengah, perbatasan Iran-Irak, Kongo, dan lainnya.

Namun akibat lemahnya ke-mampuan berbahasa Inggris, sambung Presiden, Indonesia jarang mendapat posisi strategis dalam sebuah misi perdamaian. Seringnya mengirim pasukan ke misi perdamaian tidak men-jamin mendapat kepercayaan posisi strategis jika tidak fasih berbahasa Inggris.

“Karena itu, di pusat pelatih-an yang baru diresmikan ini akan ada language center. Bahkan saya harap juga ada tempat latihan menembak karena kita sering menjuarai pertandingan menembak,” kata Presiden.

Pusat pelatihan itu akan dibuat menjadi pusat pelatihan penjaga perdamaian bertaraf internasional. Menurut Presi-

DINAMIKA

Komisi Kejaksaan Terima 968 AduanKOMISI Kejaksaan selama Maret sampai Desember 2011 meneri-ma 968 pengaduan dari masyarakat terkait dengan perilaku jaksa dan pegawai kejaksaan. “Sejak dilantik pada 10 Maret, kami telah menerima 968 surat pengaduan dari masyarakat,” kata Ketua Komisi Kejaksaan Halius Hosen dalam jumpa pers catatan akhir tahun 2011 di Jakarta, kemarin.

Ia menjelaskan, dari total pengaduan, sebanyak 405 surat sudah diterbitkan rekomendasi melalui rapat pleno. Lalu, sambung dia, sebanyak 83 surat yang sudah direspons Jaksa Agung Muda Peng-awasan (JAM-Was) dan 51 surat diteruskan ke instansi terkait dan dikembalikan kepada pelapor untuk melengkapi laporan.

“Laporan yang diterima antara lain tentang perbuatan peme-rasan oleh jaksa atau penuntut umum dalam tahap penyelidikan, penyidikan, penilaian, maupun eksekusi,” ujarnya. (Ant/P-1)

Istri Nazaruddin Jadi Buron PrioritasISTRI mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazarud-din, Neneng Sri Wahyuni, yang merupakan tersangka dalam kasus korupsi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) menjadi salah satu buron prioritas internasio-nal dari Indonesia.

“Jadi prioritas, agar bisa langsung dideportasi,” ujar Kepala Bagian Kejahatan Internasional Polri Komisaris Besar Hasan Malik di Jakarta, kemarin.

Hasan mengatakan sudah banyak laporan dari beberapa nega-ra yang melaporkan tentang Neneng. Namun, semua laporan itu masih belum membuahkan hasil.

Saat ini ada tiga buron internasional yang menjadi prioritas dari Indonesia dalam perburuan Interpol, yaitu Neneng Sri Wahyuni, dan dua tersangka kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu Samadikun Hartono dan Hendra Widjaja. (*/P-1)

KPK belum Berencana Tahan Wa OdeKOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai intensif memerik-sa saksi-saksi terkait dengan tersangka kasus dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) yang juga anggota Badan Anggaran DPR Wa Ode Nurhayati. Akan tetapi, KPK belum berencana me-nahan Wa Ode.

“Tidak harus ditahan. Perlu pengembangan bukti-bukti,” ujar Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas di Jakarta, kemarin.

KPK, kemarin, meminta keterangan staf pribadi Wa Ode, Sefa Yolanda. Sefa yang didampingi penasihat hukum Wa Ode Nur Zaenab membantah telah mengantar uang Rp34 miliar dari reke-ning Wa Ode Nurhayati untuk dikembalikan kepada pengusaha. Sefa juga membantah adanya transaksi miliaran rupiah dalam rekening milik Wa Ode. Sefa mengaku sudah menjadi staf Wa Ode sebelum menjadi anggota DPR.

KPK juga memeriksa Sekjen DPR Nining Indra Saleh. Ia dipang-gil untuk dimintai keterangan terkait dengan posisi Wa Ode di DPR. (*/P-1)

ANTARA/JAFKHAIRI

EMIR CHAIRULLAH

RANCANGAN Un-dang-Undang (RUU) tentang Desa ternya-ta masih mangkrak

(tertahan) di Sekretaris Kabi-net (Seskab). Padahal, draf RUU tersebut seharusnya su-dah dikirimkan ke DPR sebe-lum rapat paripurna penutup-an masa persidangan dewan, Jumat (16/12).

“Saya sudah kirimkan ke Ses-kab. Ditunggu lah,” kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Mendagri juga tidak menye-butkan kapan amanat presiden (ampres) RUU tersebut akan ditandatangani Presiden Yu-dhoyono.

Informasi di Kementerian Dalam Negeri menyebutkan, rapat kabinet terbatas sudah menyetujui esensi RUU Desa. Rapat yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri terkait itu meminta Kemendagri menyem-purnakan draf RUU tersebut. “Dan penyempurnaan itu sudah kita lakukan,” ungkap sumber di Kemendagri.

Ia menyebutkan, seusai pe-nyempurnaan, Kemendagri membawa draf RUU itu ke Pre-siden pada 12 Desember 2011 melalui Seskab. Namun, ternyata draf tersebut tetap belum ditan-datangani hingga masa sidang DPR berakhir.

“Itu bukan domain kita lagi. Bukan kapasitas kita menyuruh Presiden,” ujar sumber tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Kabi-net Dipo Alam menyatakan RUU Desa telah disetujui rapat kabinet. Ia bahkan menyatakan draf RUU itu masih dalam tahap fi nalisasi oleh Kemendagri.

“Kemarin sudah disetujui melalui sidang kabinet. Soal fi nalisasinya, silakan tanya ke Menteri Dalam Negeri,” ujar Dipo ketika dihubungi, ke-marin.

Ia menyatakan, jika sudah diserahkan kepada Presiden, RUU akan segera diserahkan kepada Menteri Sekretaris Ne-gara. Namun, ia belum dapat memastikan apakah RUU terse-but sudah di tangan Menteri Sekretaris Negara.

“Kalau itu, silakan langsung ke Mensesneg. Soal ampres ke beliau,” jelasnya.

Sebelumnya para perangkat desa yang tergabung dalam Pa-

rade Nusantara menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPR dan Istana Merdeka, Jakarta, menun-tut Presiden segera menerbitkan ampres RUU Desa agar DPR se-gera memulai pembahasan.

Aksi Parade Nusantara itu dimulai sejak Kamis (8/12). Menurut Ketua Parade Nusan-tara Sudir Santoso, aksi akan berlangsung hingga ampres RUU Desa ditandatangani. Me-reka pun membangun kemah di pintu gerbang DPR.

Sekretaris Kabinet Dipo Alam pada Senin (12/12) berjanji me-ngirimkan ampres RUU Desa sebelum DPR masuk masa re-ses.

Dalam menanggapi belum terbitnya ampres RUU Desa, anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko (F-PDIP) mengatakan hal itu menunjukkan pemerintah

beranggapan desa bukanlah isu strategis. Semestinya, dengan hampir 80% penduduk Indonesia berada di desa, sudah selayaknya pemerintah lebih memperhatikan masyarakat desa.

Kendati RUU itu sudah ber-proses sejak 2007, hingga kini, atau empat tahun kemudian, pemerintah tidak kunjung meng-ajukan RUU itu ke DPR. Ada ke-san pemerintah membuat RUU tersebut mengambang.

Karena itu, tidak mengheran-kan bila kelambanan pemerintah tersebut membuat berang Pa-rade Nusantara untuk kembali mendatangi Gedung DPR dan Istana Negara guna menuntut pengesahan RUU Desa menjadi undang-undang. Itu merupakan aksi kedelapan yang dilakukan organisasi perkumpulan para aparat desa tersebut sejak 2007.

Jika disahkan, UU Desa akan menjadi payung hukum bagi desa untuk menyelamatkan dan mengelola perekonomian mereka. Salah satu yang diingin-kan para aparatur ialah adanya alokasi dana Rp1 miliar bagi tiap desa, dan dana tersebut akan me-reka kelola sendiri. (P-3)

[email protected]

MI/ADAM DWI PUTRA

Menteri Dalam Negeri menyatakan RUU Desa tertahan di Sekretaris Kabinet. Sebaliknya, Seskab menyatakan RUU itu masih di tangan Mendagri.

Pemerintah Pingpong RUU Desa

Pasukan Perdamaian tidak Bisa Bahasa Inggris

Kemarin sudah disetujui melalui

sidang kabinet. Soal finalisasinya, silakan tanya ke Menteri Dalam Negeri.”

Dipo AlamSekretaris Kabinet

Kekuasaan masih Ancam Kebebasan Pers

den, berkaca dari pengalaman pasukan Garuda yang selalu membantu misi perdamaian dunia, Indonesia membutuhkan tempat pendidikan dan latihan yang bertaraf internasional.

Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang

ikut mendampingi Presiden, kawasan pelatihan itu juga akan digunakan sebagai markas pasukan siaga, pusat pelatihan bencana, pusat bahasa, kampus Universitas Pertahanan, dan kegiatan militer nasional atau internasional. (Yoi/P-2)