SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus ... file‘Si peniup peluit’ itu disebut ayahnya...

1
FOK NUSAN BACA B Tema Aksi S Berandal B 22 | SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus JULIAN ASSANGE, T K EPEDULIANNYA terhadap mereka yang underdog membuatnya ber- beda. “Dia selalu membela mereka yang underdog,” pa- par Brett Assange, ayah tiri Julian Assange, kepada CNN, Kamis (2/12) lalu. “Saya ingat dia membela teman se- kolahnya”. “Dia sangat marah kalau ada orang yang menindas orang lain. Karena dia memiliki sen- sibilitas bahwa setiap orang adalah sama,” lanjutnya. Assange muda tumbuh kon- stan mengikuti orang tuanya yang bekerja di bisnis teater di Australia. ‘Si peniup peluit’ itu disebut ayahnya sebagai se- orang yang sangat cerdas yang memiliki sensor benar dan salah sangat tajam. Brett Assange, yang kini ting- gal sendirian di Sydney, Aus- tralia, adalah seorang figur ayah yang pertama bagi Julian. Brett membesarkan Julian sejak ia berusia setahun dan mewa- risinya nama keluarga As- sange. “Cukup aneh karena saya selalu berpikir dia akan melaku- kan sesuatu seperti ini. Dia sangat independen. Dan bi- asanya tidak menerima jawab- an tidak.” Sementara itu, sang ibu, Christine, mengenang Julian sebagai anak yang memiliki IQ tinggi. Julian masih berusia 16 tahun saat ibunya membelikannya komputer Commodore 64 kelu- aran 1982. Saat itu, 1987, ke- nang Christine, belum ada website. Julian menyambungkan sebuah modem ke komputer dan memulai ‘perjalanan’ me- ngelilingi dunia jaringan kom- puter yang sedang tumbuh. “Ini seperti bermain catur,” kata Christine kepada majalah New Yorker menirukan ucapan Assange. “Catur itu keras ka- rena Anda seperti tidak punya pilihan saat memainkannya, tidak ada langkah acak, dan problemnya terus berkem- bang.” Sang ibu membesarkan Ju- lian tanpa dasar keagamaan. Namun, dia yakin sejak Julian masih kecil bahwa suatu saat nanti putranya akan bertahan karena memiliki keinginan kuat untuk melakukan sesuatu yang pantas. “Dia anak yang menyenang- kan, sangat sensitif, penyayang hewan, tenang, dan selera hu- mor yang tinggi,” ujarnya ke- pada harian Melbourne, Aus- tralia, Herald Sun , Rabu (8/12). Karena dikagumi Kini, di usia 39, Julian As- sange menghadapi tantang- an terbesar dalam hidup- nya. Dia ditahan di penjara Inggris atas perintah penang- kapan dari pemerintah Swedia. Dia dituduh melakukan keja- hatan seksual. Kisahnya bermula pada Rabu, 11 Agustus 2010, saat Julian tiba di Stockholm, Swe- dia. Dia diundang menjadi pembicara dalam seminar ber- tajuk Perang dan Peran Media yang diadakan Gerakan Per- saudaraan Kiri Tengah pada Jumat (13/8). Contact person-nya saat itu adalah seorang anggota partai, sebut saja namanya Sarah. Si pirang yang atraktif ini juga dikenal sebagai ‘feminis radikal’. Melawan diskriminasi laki-laki termasuk pelecehan seksual adalah salah satu yang diperjuangkannya. Sarah dan Julian belum per- nah bertemu. Tapi dalam pem- bicaraan telepon dan chatting sebelum Julian berangkat ke Stockholm, Julian setuju untuk tinggal di apartemen Sarah selama seminar. Pada Kamis (12/8) sore, Sarah pulang ke apartemennya. Mereka kemu- dian makan malam, kembali ke apartemen, dan berhubungan seks. Yang tidak mereka sadari, kondomnya rusak. Keduanya tetap berteman baik keesokan harinya saat seminar berlangsung hingga berakhir pada Sabtu (14/8). Di hari yang sama, di barisan de- pan tempat duduk peserta, duduk seorang perempuan berpakaian warna merah jambu berusia 20-an yang biasa di- panggil Jessica. Kepada polisi, Jessica meng- aku mengagumi Julian. Menu- rut Jessica, pendiri situs WikiLeaks itu ‘berani dan meng- agumkan’. Untuk dapat mene- mui Julian, dia bahkan sempat melamar jadi relawan, tapi di- tolak. Akhirnya, dia pun meng- hadiri seminar itu. Jessica me- motret Julian sesering mungkin dalam sesi Julian selama 90 menit itu. Pertemuan Julian dan Jessica terjadi di restoran dekat lokasi seminar berlangsung. Menurut Jessica, saat itu Julian berusaha merayunya. Rayuan aktivis asal Australia itu sepertinya ampuh hingga pada Senin (16/8), Jessica me- nelepon Julian dan mengatur pertemuan di Stockholm. Julian setuju tapi tidak punya uang untuk membeli tiket kereta. Dia juga menolak menggunakan kartu kredit karena takut dide- teksi (mungkin oleh CIA atau agensi lainnya). Jadi, Jessica pun membelikan tiket un- tuknya. Jessica mungkin sangat senang telah berhasil mengajak aktivis terkenal. Saat mereka berada di apartemen Jessica, mereka pun berhubungan seks. Berdasarkan kesaksian Jessica, Julian memakai kondom. Kee- sokan paginya, hubungan seks terulang lagi. Kali ini tanpa kondom. Kepada polisi, Jessica me- ngatakan kecewa karena Julian menolak memakai kondom saat Jessica meminta. Jessica takut tertular penyakit kelamin atau hamil. Jessica kemudian menelepon Sarah, yang dike- nalnya di seminar. Jessica menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Ju- lian, termasuk soal hubungan seks. Sarah pun mengatakan telah berhubungan juga de- ngan Julian. Sebagai hasil dari pem- bicaraan telepon itu, keduanya melaporkan Julian ke polisi. Pada Jumat (20/8), Sarah dan Jessica kemudian mengadu- kan Julian atas tuduhan keke- rasan seksual dan pemerko- saan. Awalnya Sarah yang aktivis partai mengaku menemani Jessica melapor ke kepolisian Stockholm. Namun, kemudi- an dirinya juga melaporkan Julian. Kini Julian mendekam di penjara setelah menyerah pada Senin (6/12). Hari ini isu ber- embus bahwa ia akan dibebas- kan dan tidak akan dieks-tradi- si ke Swedia. Pernah ditangkap Julian sudah mulai melaku- kan aksi peretasan sejak 1987. Bersama dua temannya sesama peretas, dia membentuk kelom- pok yang mereka namakan International Subversives. Se- bagai peretas, kelompok ini punya prinsip dalam melaku- kan aksi mereka. Yaitu, tidak merusak sistem komputer yang dimasuki dan tidak mengubah informasi di dalam sistem itu (kecuali untuk menutup jejak), dan peretasan dilakukan untuk berbagi informasi dengan orang lain. Sebagai akibat dari peretasan yang dilakukan Julian bersama kelompoknya, Kepolisian Fe- deral Australia pernah meng- geledah rumahnya di Mel- bourne pada 1991. Polisi menuduh Julian memasuki sistem Universitas Australia, perusahaan telekomunikasi Kanada, Nortel, dan organisasi lainnya dan mencuri data me- reka. Kemudian pada 1992, Julian dinyatakan bersalah atas 24 dugaan peretasan dan dilepas- kan dengan jaminan A$2.100 (sekitar Rp18,6 juta). (AP/Reu- ters/Dailymail/CNN/I-2) denny@ mediaindonesia.com Denny Parsaulian Sinaga Majalah Time menominasikan Julian Assange sebagai Person of the Year dan menyebutnya sebagai jenis baru ‘peniup peluit’ di era digital. Ini seperti bermain catur. Catur itu keras karena Anda seperti tidak punya pilihan saat memainkannya, tidak ada langkah acak, dan problemnya terus berkembang.” Christine Ibunda Julian Assange BEBASKAN ASSANGE: Sebuah post PUBLIKASI surat kabel diplomatik Amerika Serikat (AS) menyangkut negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, dinilai tidak berpengaruh terhadap kinerja kepolisian Indonesia dalam pengamanan dari teroris Imam Samudra dan Amrozi pada 2004. Kinerja kepolisian berjalan dengan bantuan fungsi intelijen dalam negeri. Tidak ada hubungannya antara yang dipublikasikan situs itu (WikiLeaks) dan tidak ada bocoran info seperti itu. Polisi bekerja dengan pola pengamanan intelijen kepolisian. Adapun prediksi adanya ancaman juga diperoleh dari fungsi intelijen itu. Boy melihat publikasi mengenai surat diplomatik AS mengenai keamanan di Indonesia belum dapat diuji kebenarannya. Selain itu, dia melihat publikasi tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja kepolisian di masa mendatang. “Semua publikasi itu harus diuji dulu akurasinya, jangan di- percaya mentah-mentah. Tidak akan berpengaruh dengan kerja kepolisian besok-besok hari.” (*/I-4) KEBERANIAN WikiLeaks memublikasikan surat kabel diplomat AS menyangkut negara-negara di dunia dinilai memiliki agenda besar. Namun, belum dapat dipastikan dalang si empunya agenda itu. Ada skenario besar di balik itu. WikiLeaks tidak mungkin be- rani melakukannya kalau tidak ada yang mendalanginya karena ini berhadapan dengan negara kuat (AS). Namun, dalangnya siapa, itu yang belum bisa diungkap. Agenda besar itu tidak hanya bertujuan mengacaukan dina- mika peta politik AS, tapi juga memancing kekisruhan negara- negara dunia terkait dengan AS. Ini jadinya seperti pisau bermata dua, dengan dua tujuan. Pertama, mengguncang kondisi perpolitikan AS, didukung dengan popularitas Obama yang makin menurun. Kedua, membuat kisruh politik negara-negara yang berhubungan de- ngan AS, terutama negara-negara muslim dan negara berkem- bang.” (*/I-4) KEMENTERIAN Luar Negeri Republik Indonesia terus mengikuti perkembangan publikasi yang dilaku- kan WikiLeaks. Hal tersebut terkait dengan publikasi WikiLeaks untuk surat kabel diplomatik Amerika Se- rikat (AS) tentang banyak negara, termasuk Indonesia. Analisis pun dilakukan untuk melihat dampak yang dapat ditimbulkan dan sejauh mana publikasi itu menimbulkan dampak. Untuk isi dari yang dipublikasikan, Kemenlu tidak akan me- ngomentarinya karena ini masalahnya AS. AS-lah yang harus menyelesaikannya. Publikasi surat kabel terkait Indonesia pun tidak akan meng- ganggu hubungan diplomatik Indonesia-AS. Hubungan kedua negara tidak akan terganggu. Kita lihat saat Presiden AS Barack Obama berkunjung, kan banyak kesepakatan atau kerja sama yang dilakukan seperti investasi, perdagangan, hubungan perekonomian, sosial dan budaya, dan lainnya. Itu tidak terganggu.” (*/I-4) Kerja Polri tidak Terpengaruh Pancing Kisruh Politik di AS Hubungan tidak Terganggu GALERI PENDAPAT Boy Rafli Amar Kabid Humas Polda Metro Jaya MI/ PANCA SYURKANI Mahfudz Siddiq Ketua Komisi I DPR Michael Teene Juru bicara Kemenlu MI/ RAMDANI DOK-DEPLU

Transcript of SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus ... file‘Si peniup peluit’ itu disebut ayahnya...

FOKUSNUSANTARA

BACA BESOK!

Tema:

Aksi SadisBerandal Bermotor

22 | SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23Fokus Internasional

JULIAN ASSANGE, THE WHISTLE BLOWERKEPEDULIANNYA

terhadap mereka y a n g u n d e r d o g membuatnya ber­

beda. “Dia selalu membela mereka yang underdog,” pa­par Brett Assange, ayah tiri Julian Assange, kepada CNN, Kamis (2/12) lalu. “Saya ingat dia membela teman se­kolahnya”.

“Dia sangat marah kalau ada orang yang menindas orang lain. Karena dia memiliki sen­sibilitas bahwa setiap orang adalah sama,” lanjutnya.

Assange muda tumbuh kon­stan mengikuti orang tuanya yang bekerja di bisnis teater di Australia. ‘Si peniup peluit’ itu disebut ayahnya sebagai se­orang yang sangat cerdas yang memiliki sensor benar dan salah sangat tajam.

Brett Assange, yang kini ting­gal sendirian di Sydney, Aus­tralia, adalah seorang figur ayah yang pertama bagi Julian. Brett membesarkan Julian sejak ia berusia setahun dan mewa­risinya nama keluarga As­sange.

“Cukup aneh karena saya selalu berpikir dia akan melaku­kan sesuatu seperti ini. Dia sangat independen. Dan bi­asanya tidak menerima jawab­an tidak.”

Sementara itu, sang ibu, Christine, mengenang Julian sebagai anak yang memiliki IQ tinggi.

Julian masih berusia 16 tahun saat ibunya membelikannya komputer Commodore 64 kelu­aran 1982. Saat itu, 1987, ke­nang Christine, belum ada website.

Julian menyambungkan sebuah modem ke komputer dan memulai ‘perjalanan’ me­ngelilingi dunia jaringan kom­puter yang sedang tumbuh.

“Ini seperti bermain catur,” kata Christine kepada majalah New Yorker menirukan ucapan Assange. “Catur itu keras ka­rena Anda seperti tidak punya pilihan saat memainkannya, tidak ada langkah acak, dan problemnya terus berkem­bang.”

Sang ibu membesarkan Ju­lian tanpa dasar keagamaan. Namun, dia yakin sejak Julian masih kecil bahwa suatu saat nanti putranya akan bertahan karena memiliki keinginan kuat untuk melakukan sesuatu yang pantas.

“Dia anak yang menyenang­kan, sangat sensitif, penyayang hewan, tenang, dan selera hu­mor yang tinggi,” ujarnya ke­pada harian Melbourne, Aus­tral ia , Herald Sun , Rabu (8/12).

Karena dikagumiKini, di usia 39, Julian As­sange menghadapi tantang­

an terbesar dalam hidup­nya. Dia ditahan di

penjara Inggris atas perintah penang­

kapan dari pe merintah Swe dia. Dia ditu duh melakukan keja­hatan sek sual.

Kisahnya bermula pada Rabu, 11 Agustus 2010, saat Julian tiba di Stockholm, Swe­dia. Dia diundang menjadi pembicara dalam seminar ber­tajuk Perang dan Peran Media yang diadakan Gerakan Per­saudaraan Kiri Tengah pada Jumat (13/8).

Contact person­nya saat itu adalah seorang anggota partai, sebut saja namanya Sarah. Si pirang yang atraktif ini juga dikenal sebagai ‘ feminis radikal’. Melawan diskriminasi laki­laki termasuk pelecehan seksual adalah salah satu yang diperjuangkannya.

Sarah dan Julian belum per­nah bertemu. Tapi dalam pem­bicaraan telepon dan chatting sebelum Julian berangkat ke Stockholm, Julian setuju untuk tinggal di apartemen Sarah selama seminar. Pada Kamis (12/8) sore, Sarah pulang ke apartemennya. Mereka kemu­dian makan malam, kembali ke apartemen, dan berhubungan seks. Yang tidak mereka sadari, kondomnya rusak.

Keduanya tetap berteman baik keesokan harinya saat seminar berlangsung hingga

berakhir pada Sabtu (14/8). Di hari yang sama, di barisan de­pan tempat duduk peserta, duduk seorang perempuan berpakaian warna merah jambu berusia 20­an yang biasa di­panggil Jessica.

Kepada polisi, Jessica meng­aku mengagumi Julian. Menu­rut Jessica, pendiri situs WikiLeaks itu ‘berani dan meng­agumkan’. Untuk dapat mene­mui Julian, dia bahkan sempat melamar jadi relawan, tapi di­tolak. Akhirnya, dia pun meng­hadiri seminar itu. Jessica me­motret Julian sesering mungkin dalam sesi Julian selama 90 menit itu.

Pertemuan Julian dan Jessica terjadi di restoran dekat lokasi seminar berlangsung. Menurut Jessica, saat itu Julian berusaha merayunya.

Rayuan aktivis asal Australia itu sepertinya ampuh hingga pada Senin (16/8), Jessica me­nelepon Julian dan mengatur pertemuan di Stockholm. Julian setuju tapi tidak punya uang untuk membeli tiket kereta. Dia

juga menolak menggunakan kartu kredit karena takut dide­teksi (mungkin oleh CIA atau agensi lainnya). Jadi, Jessica pun membelikan tiket un­tuknya.

Jessica mungkin sangat senang telah berhasil mengajak aktivis terkenal. Saat mereka berada di apartemen Jessica, mereka pun berhubungan seks. Berdasarkan kesaksian Jessica, Julian memakai kondom. Kee­sokan paginya, hubungan seks terulang lagi. Kali ini tanpa kondom.

Kepada polisi, Jessica me­ngatakan kecewa karena Julian menolak memakai kondom saat Jessica meminta. Jessica takut tertular penyakit kelamin atau hamil. Jessica kemudian menelepon Sarah, yang dike­nalnya di seminar.

Jessica menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Ju­lian, termasuk soal hubungan seks. Sarah pun mengatakan telah berhubungan juga de­ngan Julian.

Sebagai hasil dari pem­bicara an telepon itu, ke duanya melaporkan Julian ke polisi. Pada Jumat (20/8), Sarah dan Jessica kemudian mengadu­kan Julian atas tuduhan keke­rasan seksual dan pemerko­saan.

Awalnya Sarah yang aktivis partai mengaku menemani Jessica melapor ke kepolisian Stockholm. Namun, kemudi­an dirinya juga melaporkan Julian.

Kini Julian mendekam di penjara setelah menyerah pada Senin (6/12). Hari ini isu ber­embus bahwa ia akan dibebas­kan dan tidak akan dieks­tradi­si ke Swedia.

Pernah ditangkapJulian sudah mulai melaku­

kan aksi peretasan sejak 1987. Bersama dua temannya sesama peretas, dia membentuk kelom­pok yang mereka namakan International Subversives. Se­bagai peretas, kelompok ini punya prinsip dalam melaku­kan aksi mereka. Yaitu, tidak merusak sistem komputer yang dimasuki dan tidak mengubah informasi di dalam sistem itu (kecuali untuk menutup jejak), dan peretasan dilakukan untuk berbagi informasi dengan orang lain.

Sebagai akibat dari peretasan yang dilakukan Julian bersama kelompoknya, Kepolisian Fe­deral Australia pernah meng­geledah rumahnya di Mel­bourne pada 1991. Polisi menuduh Julian memasuki sistem Universitas Australia, perusahaan telekomunikasi Kanada, Nortel, dan organisasi lainnya dan mencuri data me­reka.

Kemudian pada 1992, Julian dinyatakan bersalah atas 24 dugaan peretasan dan dilepas­kan dengan jaminan A$2.100 (sekitar Rp18,6 juta). (AP/Reu­ters/Dailymail/CNN/I­2)

[email protected]

Denny Parsaulian SinagaMajalah Time menominasikan Julian Assange sebagai Person of the Year dan menyebutnya sebagai jenis baru ‘peniup peluit’ di era digital.

Ini seperti bermain catur. Catur itu keras ka rena Anda seperti tidak punya pilihan saat memainkannya, tidak ada langkah acak, dan problemnya terus berkembang.”

ChristineIbunda Julian Assange

BEBASKAN ASSANGE: Sebuah poster bergambar pendiri situs WikiLeaks Julian Assange dengan mulut ditutup dipasang di pagar Kantor Kedutaan Besar Inggris di Brasil, Sabtu (11/12).

PUBLIKASI surat kabel diplomatik Amerika Se rikat (AS) menyangkut negara­negara di dunia, termasuk Indonesia, dinilai tidak berpengaruh terhadap kinerja kepolisian Indonesia dalam pengamanan dari teroris

Imam Samudra dan Amrozi pada 2004. Kinerja kepolisian berjalan de ngan bantuan fungsi intelijen dalam negeri.

Tidak ada hubungannya antara yang dipublikasikan situs itu (WikiLeaks) dan tidak ada bocoran info seperti itu. Polisi bekerja dengan pola pengamanan intelijen kepolisian. Adapun prediksi adanya ancaman juga diperoleh dari fungsi intelijen itu.

Boy melihat publikasi mengenai surat diplomatik AS mengenai keamanan di Indonesia belum dapat diuji kebenarannya. Selain itu, dia melihat publikasi tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja kepolisian di masa mendatang.

“Semua publikasi itu harus diuji dulu akurasinya, jangan di­percaya mentah­mentah. Tidak akan berpengaruh dengan kerja kepolisian besok­besok hari.” (*/I­4)

KEBERANIAN WikiLeaks memublikasikan surat kabel diplomat AS menyangkut negara­negara di dunia dinilai memiliki agenda besar. Namun, belum dapat dipastikan dalang si empunya agenda itu.

Ada skenario besar di balik itu. WikiLeaks tidak mungkin be­rani melakukannya kalau tidak ada yang mendalanginya ka rena ini berhadapan de ngan negara kuat (AS). Namun, dalangnya siapa, itu yang belum bisa diungkap.

Agenda besar itu tidak hanya bertujuan mengacaukan dina­mika peta politik AS, tapi juga memancing kekisruhan negara­negara dunia terkait dengan AS.

Ini jadinya seperti pisau bermata dua, dengan dua tujuan. Pertama, mengguncang kondisi perpolitikan AS, didukung dengan popularitas Obama yang makin menurun. Kedua, membuat kisruh politik negara­negara yang berhubungan de­ngan AS, terutama negara­negara muslim dan negara berkem­bang.” (*/I­4)

KEMENTERIAN Luar Negeri Republik Indonesia terus mengikuti perkembangan publikasi yang dilaku­kan WikiLeaks. Hal tersebut terkait dengan publikasi WikiLeaks untuk surat kabel diplomatik Amerika Se­

rikat (AS) tentang banyak negara, termasuk Indonesia.Analisis pun dilakukan untuk melihat dampak yang dapat

ditimbulkan dan sejauh mana publikasi itu menimbulkan dampak.

Untuk isi dari yang dipublikasikan, Kemenlu tidak akan me­ngomentarinya karena ini masalahnya AS. AS­lah yang harus menyelesaikannya.

Publikasi surat kabel terkait Indonesia pun tidak akan meng­ganggu hubungan diplomatik Indonesia­AS.

Hubungan kedua negara tidak akan terganggu. Kita lihat saat Presiden AS Barack Obama berkunjung, kan banyak kesepakatan atau kerja sama yang dilakukan seperti investasi, perdagangan, hubungan perekonomian, sosial dan budaya, dan lainnya. Itu tidak terganggu.” (*/I­4)

Kerja Polri tidak Terpengaruh

Pancing Kisruh Politik di AS

Hubungan tidak Terganggu

GALERI PENDAPAT

Boy Rafli AmarKabid Humas Polda Metro Jaya

mI/ PANCA SYURKANI

Mahfudz SiddiqKetua Komisi I DPR

Michael TeeneJuru bicara Kemenlu

mI/ RAmDANI

DOK-DEPLU