.. SEKRJf JA 'DQc'rrD i.:J - I 190 !;· ~: ~·, )'YAr· Jahln...
Transcript of .. SEKRJf JA 'DQc'rrD i.:J - I 190 !;· ~: ~·, )'YAr· Jahln...
.. ~ .. .
'DQc'rrD 190 .. 1. i.:J - I I
SEKRJf 6 . JA 1~ J!NDEAAL DEW A.N PERWAKIL; !;· ~: ~·, « )'YA"r· REPU8UK INDONESIA
Nomor Sif ot Derojot Lampirnn Beriho'l·
Jahln Jender ·. &ubroto ·Juart• 10270 I -
~ RU.01/1113/DPR-RI/1990. Pen ting
: Segern I ( sotu)
: Penyampoinn JawnbCTn Pemerint:Jh.
Jakarta, 10 Moret 1990
KE PAD A
YTH. BAPAK/IBU ANGGOTA DPR - RI
di JAKARTA
Bersnmo ini komi snmpoikon dengon hormot Jowobnn Pemerintoh cq Menteri Pendidikon don Kebudoyoon R.I. otos Pemondangon Umum poro Anggotn mengenoi :
----- Roncungon Undang-undong tentnng Wojib Seroh Simpon
Koryo Cetok don Knrya Rekom, ---------------------
yang disampoikon dolom Ropnt Poripurno Terbuko DPR-RI (Pembicoroon Tk.II/Jciwobon Pemerintoh) podo hori Sobtu, 10 Moret 1990, u,ntuk dipergunokon seperlunyo.
Demikion untuk menjodikon perikso.
o.n. SEKRETARIS JENDERAL. L.AKHAR KE~ALA BIRO PERSIDANGAN,
~:::_~1 'uc,,, ,_:_ __ TEMBUSAN : . DRS. f:5t.JbUNG .. K-PJ1ALUD_I_N_
1 • Yth. 2. Yth. 3. Yth. 4. Yth.
5. Sdr.
Bopak PIMPINAN DPR-RI.. Bopok SEK.JEN DPR-RI. Bopok WASEKJEN DPR-RI. Sdr. KAROPIM, RAROHUMAS, DAN KAROMIN SETJEN DPR-RI~ KABAGSET/KABAG ~ KOMISI IX, J?ANSUS,RISALAH,HUMAS,~UKUM, DOKUMENTASI, DAN KA.UNIT PERPUSTPJ<AAN.
NIP.210000422
~ ' \
'
JAWABAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA ATAS
PEMANDANGAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERKENAAN DENGAN
RANCANGAN UNDANG UNDANG TENTANG WAJIB SERAH SIMPAN KARVA CETAK DAN KARVA REKAM
oleh Fuad Hassan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Disampaikan Di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Tanggal 10 Maret 1990
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAVAAN
1990
. '
Jawaban Pemerintah Republik Indonesia
at as
Pemandangan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
berkenaan dengan
Rancangan Undang Undang tentang Wajib Serah Simpon
Karyo Cetak don Karya Rekam
oleh
Fuad Hassan Menteri pendidikan don Kebudayoan
Republik Indonesia
Jakarta, 10 Maret 1990
Saudora Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang soya hormati,
Para undangan don hadirin yang terhormat,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji don syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang atas rahmot don karunia-Nya memungkinkan kita
berkumpul lagi pada hari ini untuk melanjutkan tugas kita bersama
membahas Rancangan Undang-Undang tentang Wajib Serah Simpan Karya
Cetak don Karya Rekam. Pada kesempatan ·yang baik ini soya
memperoleh kehormatan untuk menyampaikan jawaban Pemerintah atas
pendapat keempat fraksi dalam Dewan Perwakilan Rakyat yang
terhormat, yang disampaikan melalui juru bicara masing-masing
berkenaan dengan Rancangan Undang-Undang tersebut.
Sidang Dewan yang soya hormati,
Bagian akhir penjelasan Pemerintah yang disampaikan kepada
Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat tanggal 29 Januari 1990,
1
antara lain mengajak Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat agar
RUU tersebut dibahas sebelum disahkan sebagai undang-undang. Maka
Jelaslah seJak semula Pemerintah beranggapan,
Undang-Undang WaJib Serah Simpon Karya Cetak
bahwa Rancangan
don Karya Rekam
-- yang selanJutnya dalam uraian ini disebut Rancangan Undang
Undang -- merupakan sebuah naskah yang masih terbuka untuk
dibahas dan dikaJi serta disempurnakan. Jelas pula kiranya tidak
adanya maksud untuk memperlakukannya sebagai suatu dokumen yang
sudah tuntas.
Sungguh menggembirakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat yang
terhormat telah mengadakan serangkaian pertemuan don dengar
pendapat dengan pelbagai Pihak yang dipandang bersangkut-paut
dengan tuJuan don
cukuplah kiranya
penyempurnaannya.
materi Rancangan
masukan yang
Undang-Undang ini, sehingga
dapat dimanfaatkan bagi
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang soya hormati,
Kami merasa bersyukur bahwa Dewan Perwakilan Rakyat bersama
dengan Pemerintah sungguh-sungguh memahami, betapa kehadiran
suatu undang-undang yang mengatur tentang waJib serah simpan
karya cetak don karya rekam untuk keperluan pembangunan
bangsa
bangsa
terhormat
khususnya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan
sudah sangat diperlukan. Dewan Perwakilan Rakyat yang
bersama-sama dengan Pemerintah sungguh mengharapkan
agar undang-undang yang dihasilkan ini merupakan undang-undang
yang baik, yaitu undang-undang yang mencerminkan amanat para
2
perintis don pendiri negara kita, seperti yang dirumuskan dalam
Undang-Undang Oasar 1945; undang-undang yang memantulkan
aspirasi bangsa Indonesia di masakini don di masadepan; undang
undang yang memberikan Jaminan seimbang antaro kepentingan
keseJahteraan dan keamanan, serta kelanJutan kehidupan negara
don bangsa berdasarkan Pancasila don Undang-Undang Oasar 1945;
undang-undang
meningkatkan
yang dapat meningkatkan laju pembangunan
masyarakat
serta
dalam partisipasi don kreativitas
pembangunan
dihimpun don
nasional; undang-undang yang mampu mendorong
dirawatnya karya intelektual bangsa dalam wuJud
cetakan dan rekaman.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Seperti telah disampaikan dalam Penjelasan Pemerintah pada
tanggal 29 Januari 1990 usaha pengumpulan dan penvimpanan karya
cetak don karya rekam, khususnya karya rekam bagi kita bangsa
Indonesia yang merdeka, bukanlah suatu ha! yang baru. Pada tahun
1953 telah dibentuk suatu lembaga di lingkungan Oepartemen
Pendidikan dan Kebudavaan yang bernama Kantor Bibliografi
Nasional. Meskipun nama
usahanya tetap berlangsung.
sasarannva secara optimal,
lembaga ini berkali-kali berubah,
usaha tersebut tidak dapat mencapai
karena tidak ado undang-undang
dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang mendukungnya.
Lebih-lebih karena baik lembaga maupun aparat pelaksanannya belum
pula disiapkan. Kondisi dewasa ini sudah Jauh berbeda. Di bidang
pembangunan perpustakaan, dewasa ini kita berbahagia telah
memiliki sebuah Perpustakaan Nasional don Perpustakaan-
3
Perpustakaan Oaerah yang kedudukan, tugas, dan fungsinya
ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Tahun 1989. Segi fisik don mekanisme pengaturannya telah
menampung keperluan pelaksanaan undang-undang yang akan
hasilkan. Di samping itu, sejak 10 tahun terakhir ini
tel ah
No.11
mampu
kita
tel ah
dimulai usaha-usaha untuk meningkatkan kuantitas don kualitas
tenaga pengelola beserta status kedudukannya sebagai tenaga-
tenaga fungsional, sehingga dapat menJamin terlaksananya usaha
pengumpulan, perawatan, pelestarian, don pendayagunaan karya
cetak don karya rekam secara baik serta dengan cara-cara
profesional, termasuk penggunaan teknologi canggih. usaha
pendidikan don pelatihan di masa-masa mendatang akan· diteruskan
don ditingkatkan.
Atos dasar pelbagai kesiapan seperti saya uraikan tadi,
dewasa ini Pemerintah merasa sudah siap untuk mengatur masalah
pengumpulan7 pelestarian, don pendayagunaan hasil budava bangsa
berupa karya cetak don karva rekam melalui sebuah undang-undang
lengkap dengan sanksi-sanksinya. Pemerintah memandang perlu
mengenakan s~nksi-sanksi terhadap pelanggaran dalam proses
kegiatan pengumpulan, pelestarian don pendayagunaan hasil budava
bangsa tersebut demi tercapainva tuJuan don maksud dilaksanakan
nya undang-undang ini, sekaligus untuk meningkatkan rasa
tanggungjawab don disiPlin nasional bagi semua Pihak yang
terkait.
Kami menyadari bahwa semua masalah vang diajukan dalam
tan99apan Fraksi yang disampaikan kepada kami adalah masalah
masalah yang perlu diperhatikan dalam menyusun undang-undang
4
ini, don Pemerintah pun memahaminva sepenuhnya. Akan tetapi, di
antara berbagai masalah tersebut terdapat beberapa yang menurut
hemat kami bukan hal-ihwal perundang-undangan,
berkenaan dengan kebiJaksanaan, bahkan ada
melainkan lebih
yang bersifat
penilaian pelaksanaan. Maka masalah atau gagasan demikian itu
akan kami perhatikan dalam penentuan kebijaksanaan atau pembuatan
keputusan Menteri atau pejabat lain yang langsung bertanggung
jawab atas masalah yang bersangkutan.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Selanjutnya perkenankanlah saya memberi jawaban atas per
tanyaan Fraksi-Fraksi yang terhormat yang disampaikan pada Sidang
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 13 Februari 1990.
Karya cetak yang dimaksudkan dalam Rancangan undang-undang
ini adalah semua Jenis terbitan dalam bentuk apa pun yang
diperuntukkan bagi umum.
Ada beberapa aspek yang menjadi tekanan dalam pengertian ini
ialah:
1. "terbitan", adalah karya cetak yang di_terbitkan atau dalam
bahasa Inggris dikatakan published. Jadi, karya cetak dalam
pengertian ini hanya yang tergolong publicarion, yang biasanya
diterbitkan oleh penerbit untuk konsumsi masyarakat luas.
2. "dalam bentuk apa pun",
berbentuk buku,
memberi keterangan bahwa terbitan ini
majalah, surat kabar don lain-lain. dapat
Buku itu sendiri Jugo ado yang berukuran besar < o~'ers i ze-
book), ukuran biasa, don ukuran kecil/saku (packer-book).
5
3. "yang diperuntukan bagi umum", adalah keterangan untuk memberi
penekanan atau pun penegasan bahwa tujuan karya cetak atau
terbitan itu diterbitkan atau diedarkan untuk konsumsi
masvarakat umum atau khalayak yang luas.
Pada Pasal 1 butir 3 Pemerintah masih menambahkan istilah
"terbitan" dalam Rancangan Undang-Undang ini. Hal ini dim,aksudkan
untuk menonjolkan batasan atau seleksi bahwa terbitan yang
dimaksud dalam Rancangan Undang-Undang ini adalah "setiap karya
intelektual don atau artistik". Oengan demikian, karya cetak yang
wajib diserahkan untuk disimPan di Perpustakaan Nasional don
Perpustakaan Oaerah hanyalah karya yang bersifat intelektual don
atau artistik.
Jelaslah, bahwa karya tulis, skripsi, don disertasi yang
dipertanyakan Fraksi Karya Pembangunan yang terhormat atau naskah
uJian, karya tulis di sekolah-sekolah, skripsi-skripsi atau tesis
di perguruan tinggi Csejauh tidak menjadi publikasi untuk umu~),
seperti yang ditanyakan Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang
terhormat, atau Juga risalah lembaga dan "literatur kelabu" yang
ditanyakan Fraksi Persatuan Pembangunan yang terhormat, semuanya
tidak termasuk dalam pengertian karya cetak dalam Rancangan
-Undang-Undang ini, dengan kata lain tidak wajib diserahkan pada
don disimpan oleh Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Oaerah.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Yang terhormat,
Pengertian Perpustakaan Nasional don Perpustakaan Oaerah
sangat luas. Tugas Perpustakaan· Nasional don Perpustakaan oaerah
tidak hanva meliPUti hal-hal yang bertalian dengan penvimpanan
6
don pendayagunaan karva cetak dan karya rekam saJa, tetapi Juga
yang menyangkut pembinaan semua Jenis perpustakaan don upaya
untuk meningkatan kebiasaan membaca, serta pendidikan don
pelatihan tenaga.
Pengertian Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Oaerah
dalam Pasal 1 butir 7 don 8 Rancangan Undang-Undang ini dibatasi ·
hanya untuk mengakomodasikan masalah WaJib Serah Simpon Karya
Cetak dan Karya Rekam. Oleh karena itu, dalam Rancangan Undang
Undang ini Pemerintah hanya penonJolkan pengertian tentang Per
pustakaan Nasional don Perpustakaan Oaerah pada tugas yang rele
van dengan isi yang dikandung oleh Rancangan Undang-Undang. Namun
apabila ado rumusan yang dapat memperjelas pengertian Perpusta
kaan Nasional dan Perpustakaan Oaerah seperti yang dikemukakan
oleh Fraksi Karya Pembangunan tentu saJa dapat dipertimbangkan.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Tentang saran Fraksi ABRI don Fraksi Partai Oemokrasi
Indonesia sehubungan dengan konsistensi penggunaan istilah dan
untuk memperhatikan kebiasaan penyusunan undang-undang~ tentu
dapat kita bahas don pertimbangkan bersama.
Istilah "mendayagunakan" dalam butir (7) dan (8) Pasal 1 yang
ditanyakan Fraksi ABRI yang terhormat, mencakup segala kegiatan
guna menyiapkan karya cetak dan karya rekam untuk dimanfaatkan
oleh masyarakat luas sebagai sumber informasi, pengetahuan,
pendidikan, penelitian, dan kebudavaan.
Oalam Pasal 2, seperti ditanyakan Fraksi Partai Oemokrasi
Indonesia yang terhormat, dipakai kata "diterbitkan" bukan
7
"dicetak". Seperti telah dijelaskan sebelumnya kata "diterbitkan"
dalam Rancangan Undang-Undang ini mengandung arti karya cetak
yang diperuntukkan bagi umum.
Oicantumkannya istilah "untuk disimpan" dalam Pasal 2 dan 3
sebagaimana yang ditanvakan Fraksi ABRI yang terhormat adalah
semata-mata untuk melengkapi kata "wajib diserahkan", walaupun
kata ini sudah tamPil pada pasal-pasal permulaan dalam Rancangan
Undang-Undang ini.
Sidang Dewan Perwakilan yang terhormat,
Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang terhormat menyarankan
agar kata-kata "di ibu kota propinsi" dalam pasal yang soma
disesuaikan. Perlu kami jelaskan bahwa kata-kata "di ibu kota
propinsi" sengaja dilengkapkan dengan kata "yang bersangkutan"
mengingat jumlah Perpustakaan Oaerah yang berjumlah 26 buah itu
berada di 26 ibu kota propinsi.
Memang pada Pasal 2 kata yang dipakai adalah "diterbitkan"
dan bukan "dicetak". Pemerintah berpendapat bahwa dalam kaitan
penerbitan, mencetak hanya merupakan salah.satu bagian atau tahap
dalam proses penerbitan.
Sebagaimana yang ditanytikan oleh Fraksi Partai Oemokrasi
Indonesia yang terhormat, mengenai penjelasan Pasal 3 avat (1)
baris 8 don 9 tentang penggunaan kata-kata "setelah proses
rekaman selesai", memang tidak cocok apabila digunakan kata-kata
"setelah diterbitkan". Karena kata-kata "setelah diterbitkan"
hanya digunakan untuk karya- cetak, sedang untuk karya rekam sudah
8
tepat penggunaan kata-kata "setelah proses rekaman selesai" yang
maksudnya ialah "setelah diproduksi".
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Wajib menverahkan karya cetak dan karya rekam baik yang
diterbitkan/diproduksi di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh
~arga negara Indonesia di luar negeri diberi ~aktu selambat
lambatnva 3 (tiga) bulan setelah diterbitkan atau setelah proses
rekaman selesai.
Pertimbangan atau kriteria penentuan "selambat-lambatnya 3
bulan" yang ditanvakan Fraksi Persatuan Pembangunan, Fraksi
Partai Oemokrasi Indonesia dan Fraksi ABRI vang terhormat,
didasarkan pada keadaan wilayah Republik Indonesia yang sangat
luas, terdiri dari ribuan pulau dan dengan kondisi yang sangat
bervariasi.
Oemikian pula untuk pengiriman t~rbitan dari luar negeri
perlu diberi kesempatan yang cukup agar sampai pada Perpustakaan
Nasional di Indonesia pada waktunya.
Fraksi Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Oemokrasi
Indonesia, dan Fraksi ABRI yang terhormat menanvakan perihal
"badan lain" sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 3 Ayat (2) dan
(3) serta Pasal 8 Ayat (2).
Oalam hubungan ini perlu dijelaskan, bahwa pada prinsipnya.
penvimpanan karya cetak dan karva rekam dilakukan oleh
Perpustakaan Nasional; tetapi karena sifat khusus dari karya
9
rekam film (terutama film cerita) yang memerlukan perangkat dan
kondisi penvimpanan yang khusus pula, Pemerintah masih perlu
mencantumkan peluang dalam bentuk badan lain sebagai alternatif
penyimpanan karya
Nasional. Masalah
rekam tersebut di samping Perpustakaan
ini perlu dikaJi lebih lanJut don kelak
dimantapkan lagi dalam pr~ses penyusunan Peraturan Pemerintah.
Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang terhormat mengusulkan
mengubah kata-kata "selambat-lambatnya 3 bulan setelah proses
perekaman selesai" pada Pasal 4 baris 5 dan 6 dengan kata-kata
"setelah rekaman dipasarkan". Istilah "dipasarkan" memang
sengaJa tidak dipakai. Istilah ini biasa dipakai dalam dunia
bisnis, sedangkan
rekam ini tidak
perdagangan.
kegiatan serah simpan karya cetak don karya
at au dikaitkan dengan up a ya komersial
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Menurut hemat kami bunvi Posa! 5 Rancangan Undang Undang ini
sud ah cukup Jelas dan lengkap. Namun usu! Fraksi Karya
Pembangunan dan Fraksi ABRI yang terhormat untuk menambah
keterangan pada Pasal 5 ini, sepanJang hal ini akan lebih
memp.er Jelas dan melengkapi arti pasal tersebut, pada prinsipnya
Pemerintah dapat mempertimbangkannva.
Oalam menanggapi komentar Fraksi ABRI yang terhormat, bahwa
bunvi Posa! 5 seakan-akan sama dengan yang tertulis dalam
konsiderans, perlu kami Jelaskan bahwa uraian pada konsiderans
terutama mengemukakan seJauh mana pentingnya karya cetak don
karya rekam dihubungkan dengan pembangunan pad a umumnva,
10
sedangkan pada Pasal 5 lebih ditekankan pada ruang lingkup tujuan
serah simpan karya cetak dan karva rekam tersebut.
Sehubungan dengan Posa! 6 Avat (1) dan (2), Fraksi Karya
Pembangunan yang terhormat menyarankan agar setelah kata
"setiap orang" dituliskan saja langsung kata "persekutuan, badan
usaha, baik milik negara maupun swasta" sehingga tidak lagi
diperlukan penjelasan. Oalam hal ini Pemerintah lebih cenderung
untuk menempatkan kata-kata tersebut dalam bab penjelasan saJa,
sekalipun saran itu dapat kita bahas kemudian.
Tentang pertanvaan Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang
terhormat mengenai ketentuan Pasal 6 ayat 1 tentang "lebih dari
10 (sepuluh) buah setiap judul" perlu kami jelaskan bahwa
ketentuan ini sudah diperhitungkan dengan cermat don dianggap
tidak memberatkan bagi pengusaha importir yang memasukan karva
karya tersebut ke Indonesia. Pemerintah memandang tidak per~~
untuk memperoleh karya tersebut dengan cara membeli. Mengenai
hal-hal yang menyangkut pemberian kemudahan-kemudahan bagi
pengimportnva dapat kita bicarakan bersoma 'don dapot diatur kelak
dalam peraturan pelaksanaan.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Saran Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia agar Pemerintah
memberi ganti rugi terhadap film cerita yang horganya mahal,
Pemerintah berpendapat bahwo upava Pemerintah untuk menyimpan
dan mempromosikan karya tersebut kiranva cukup seimbang
imbalan.
11
sebagai
MenJawab pertanyaan Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang
terhormat "mengapa yang diwaJibkan hanya karya mengenai Indonesia
saja" diJelaskan, bahwa memang sasaran Rancangan Undang-Undang
ini hanya karya orang Indonesia don tentang Indonesia saja. Kalau
karya-karya yang bukan tentang Indonesia itu diwaJibkan serah
simpan, dapat dibayangkan bahwa Jumlah koleksi kita akan menJadi
sangat besar dan akan sulit dilaksanakan sepenuhnya.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Pemerintah, sesuai dengan pemikiran Fraksi Karya Pembangunan,
soma sekali tidak bermaksud melakukan komersialisasi karya cetak
dan karya rekam yang diserahkan don disimpan di Perpustakaan
Nasional. Oicantumkannya ketegasan ini pada Pasal 7 yang
mengatur tentang karya rekam dikarenakan sifat khusus serta
bentuk karya rekam yang dapat menimbulkan kecenderungan untuk
komersialisasi.
Ten tang saran Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang
terhormat, agar Pemerintah mengatur lebih rinci kewajiban untuk
menyebarkan daftar terbitan don atau rekaman ke seluruh
Perpustakaan Oaerah lainnya, Pemerintah akan memperhatikannya.
Namun perlu dipahami bahwa sesuai dengan kebiasaan teknis
profesional yang disebarkan adalah hanya informasi tentang adanya
karya-karya tersebut, khususnya melalui Bibliografi Nasional don
Bibliografi Oaerah.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Per~anyaan Fraksi ABRI yang terhormat tentang ketentuan
saJa yang akan diatur dalam Peraturan pemerintah,
12
apa
dapat
disampaikan Jawaban bahwa sementara ini Pemerintah memikirkan
mengenai hal-hal berikut:
1. Badon penvimpan hasil rekaman.
2. Prosedur pelaksanaan waJib serah simpan karya cetak dan
karya rekam.
3. Pengelolaan karva cetak dan karva rekam.
4. Ketentuan teknis pendayagunaan.
s. Ketentuan teknis reproduksi dan konservasi.
6. Hal-ha! lain yang akan diidentifikasi kemudian.
Atas permintaan Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia dan Fraksi
Persatuan Pembangunan yang terhormat agar mekanisme pengelolaan
karya cetak don karya rekam yang tersimpan di Perpustakaan
Nasional/Perpustakaan Oaerah Jugo diJelaskan dalam Rancangan
Undang-Undang ini, Pemerintah berpendapat bahwa karena sifatnva
yang sangat teknis, hal ini lebih baik diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Adapun ketentuan dalam pengelolaan tersebut mencakup
hal berikut:
1. Setiap karva cetak dan karva rekam akan didaftarkan dalam
Buku Induk yang telah disediakan don akan diberi cap lengkap
dengan kodenva.
2. Setiap karya cetak dan karya rekam akan disimpan di ruang
khusus dengan pengaturan suhu.
3. Terhadap Koleksi ini secara periodik akan dilakukan fumigasi.
4. Untuk setiap karva akan dibuatkan kartu katalog.
5. Setiap karya cetak don karya rekam akan dimuat dalam
Bibliografi Nasional don Bibliografi Oaerah yang disebar
luaskan kepada masvarakat.
13
6. Karya yang-rusak diperbaiki don atau diJilid kembali.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Oalam menanggapi pertanyaan semua fraksi tentang ketentuan
pidana dalam Bab IV dolam proses perumusannya, Pemerintah Jugo
telah mempertimbangkannya dari segi edukatif. Perihal kemungkinan
diadakan hukuman denda sebagai alternatif hukuman badan,
Pemerintah sepenuhnya dapat memahami dan dapat kita bahas
bersama.
Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang terhormat menanyakan
mengapa unsur pengelolaan, penyimpanan, dan pendayagunaan tidak
banyak dimuat dalam Rancangan Undang-Undang ini, don mengapa
sanksi hukum bagi Pengelola tidak diatur. Fraksi Karya
Pembangunan yang terhormat Jugo menanyakan lebih gamblang lagi,
apakah sanksinya bi la Justru yang diserahi tugas
mengelola/memelihara dianggap tidak menJalankan tugas sebagaimana
mestinya, sehingga menyebabkan rusak atau bahkan hilangnya suatu
karya cetak atau karya rekam yang sudah diserahkan.
Saudara Ketua don Sidang yang soya hormati,
Pengelolaan penyimpanan karya cetak don karya rekam ini
dilakukan oleh Perpustakaan Nasional don Perpustakaan Oaerah yang
keduanyo adalah lembaga pemerintah. Pada Pasal 1 butir 7 don 8
Rancangan Undang-Undang ini tugas Perpustakaan Nasional don
Perpustakaan Oaerah sudah dijelaskan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, tugas lembaga
Pemerintah beserta para peJabat dan pegawai negerinya sudah
14
\'
diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Pelanggaran
. ataupun kelalaian dalam melaksanakan tugas yang dilakukan oleh
pejabat atau pegawai sudah jelas sanksi-sanksinya sebagaimana
diatur dalam pelbagai peraturan perundangan-undangan seperti,
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-P.okok Kepegawaian,
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri SiPil, don Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980
tentang DisiPlin Pegawai Negeri SiPil. Hal-hal yang belum diatur
dalam Peraturan dan perundang-undangan yang ado akan dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah.
Atos pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan yang terhormat
tentang dasar pertimbangan adanya ketentuan Pidana, sekali lagi
dapat dijelaskan, bahwa ketentuan Pidana dicantumkan :
1 • karena masalahnya menyangkut kepentingan orang banvak,
bahkan kepentingan bangsa, maka terhadap pelanggarnva perlu
dikenakan sanksi.
2. untuk menanamkan rasa tanggung jawab don disiplin nasional.
3. agar pelanggarnva menjadi jera; dan
4. agar kewibawaan undang-undang dapat dijaga.
Atas saran Fraksi Persatuan Pembangunan yang terhormat agar
ketentuan pidana tidak ditujukan Jugo kepada yang tidak sengaJa
melanggar, hal ini kiranya tidak lazim dicantumkan dalam
perundang-undangan.
Saran Fraksi Persotuan Pembangunan yang terhormat agar
sebelum pelanggar dikenakan ancaman hukuman diberi peringatan
teguran terlebih dahulu, kiranva bukanlah suatu hal yang perlu
15
di:etur dalom-·undang-undang, tetopi seandainya Dewan ini sepakat
akan hal itu, dapatlah kita pertimbangkan untuk dicantumkan dalam
Peraturan Pemerintah.
Tentang sejauh mana langkah-langkah persiapan pembuatan
Peraturan Pemerintah sebagaimana ditanvakan oleh Fraksi ABRI yang
terhormot, dapat dikemukakan bahwa dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Oepartemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun
1990/1991 telah dimosukkan bioya yang diperlukan bagi penyusunan
Peraturan Pemerintah tersebut. Pada waktu ini jugo sedang
dilakukan kegiatan pengumpulan bahan dan identifikasi masalah
untuk keperluan penyusunan Peraturan Pemerintah itu.
Ten tang
ditanyakan
bahwa pada
karya yang dihasilkan Pemerintah sebagaimana
oleh Fraksi ABRI yang terhormat, dapat dijelaskan
prinsipnya karya termaksud termasuk dalam kategori
karya cetak don
Undang-Undang ini
karya rekam yang menjadi sasaran Rancangan
don dinyatakan dalam Bab V Paso! 13. Adapun
pelaksanaan teknis pengelolaannya akan dirinci dalam Peraturan
Pemerintah.
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Oalam menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia
dan Fraksi Persatuan Pembangunan yang terhormat sejauh mana
kesiapan Pemerintah menyongsong diberlakukannva nanti undang
undang ini dapat kami kemukakan, bahwa Pemerintah sudah cukup
merintis berbagai usaha, antara lain pengadaan gedung yang
memadai, penyiapan tenaga terampil, pengadaan
penyediaan anggaran biaya.
16
peralatan, don
Perlu dicatat, ~~ahwa tugas yang akan diberikan kepada
Pemerintah oleh undang-undang yang akan kita hasilkan bersama ini
bukanlah tugas yang baru, dan seperti telah dikemukakan
terdahulu sudah seJak lama dirintis don dipersiapkan.
Sehubungan dengan pertanyaan Fraksi Partai Oemokrasi
Indonesia yang terhormat yang berkaitan dengan karya cetak yang
terlarang, hal ini tidak dinyatakan dalam teks materi Rancangan
Undang-Undang ini.
Karya cetak don karya rekam, baik yang terkena larangan
maupun yang tidak, tetap akan diserahsimpankan di Perpustakaan
Nasional, don Pemerintah akan menJamin pelestariannya. Kerugian
biaya cetak sebagai konsekuensi sesuatu karya yang terkena I
larangan tidaklah termasuk dalam lingkup Rancangan Undang-Undang
ini.
Atas pertanyaan Fraksi Partai Oemokrasi Indonesia yang
terhormat tentang Jaminan Pemerintah agar karya cetak dan karya
rekam yang telah diserahkan tidak diperbanyak untuk tuJuan-tuJuan
tertentu, kiranya dapat diatur dalam peraturan pelaksanaan.
Kami berterimakasih at as himbauan Fraksi Persatuan
Pembangunan yang terhormat agar penvimpanan dan pemeliharaan
karya cetak dan karya rekam ini mendapat perhatian yang cukup;
malahan dianJurkan agar ditangani oleh suatu lembaga yang benar-
benar profesional. Perlu kami informasikan, bahwa dalam rangka
itu Pemerintah telah dan masih melanjutkan penyiapan tenaga-
tendga terdidik dan terlatih.
17
Di samping pendidikan dan pelatihan di bidang perpustakaan
yang sudah diselenggarakan oleh lembaga pendidikan . baik
Pemerintah maupun·swasta sejak tahun 1988 masalah pelatihan
tenaga-tenaga konservasi sedang ditangani oleh sejumlah lembaga
Pemerintah dalam kerjasama dengan lembaga luar negeri. Di
samping itu, suatu tim konsultan internasional yang anggotanya
berasal dari Belanda, Australia, Inggris, Jepang, don Amerika
Serikat akan membantu pendirian sebuah pusat konservasi nasional
bahan pustaka pada Perpustakaan Nasional. Persiapan sarana,
prasarana, dan anggaran biava sedang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Kami berterima kasih kepada Fraksi Persatuan Pembangunan yang
terhormat atas hasil observasinya terhadap kondisi pelbagai
perpustakaan di daerah. Tetapi sinvalemen terhadap kurang baiknya
pemilihan lokasi Perpustakaan Oaerah kiranya perlu kami luruskanm
Lokasi gedung Perpustakaan Oaerah (Perpustakaan Wilavah) semuanva
berada di tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh
masyarakat luas.
Gedung perpustakaan Oaerah <Perpustakaan
representatif; jumlahnya 26 buah dengan luas
Wilavah) cukup
gedung rata-rata
2.000 m2. Pelavanan don pemanfaatan Perpustakaan Oaerah cukuP
baik. Perlu kami jelaskan bahwa Perpustakaan Oaerah CPerpustakaan
Wilayah) tidak soma dengan Perpustakaan Umum yang berada di
kabupaten, kecamatan, don desa. Data terinci tentang keadaan
Perpustakaan Oaerah <Perpustakaan Wilavah) kami lampirkan bersama
ini.
18
Sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat,
Beberapa permasalahan yang diaJukan dalam Pemandangan Umum
Dewan yang terhormat ini -mungkin masih ada yang belum ditanggapi
sepenuhnya. Hal ini disebabkan semata-mata agar dalam Jawaban
Pemerintah sekarang ini perhatian kita dapat diarahkan kepada
hal-hal yang pokok terlebih dahulu, sedangkan hal-hal lain yang
lebih rinci lebih baik kita bicarakan bersama dalam pembicaraan
Tingkat III yang akan datang.
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi kekuatan lahir batin
kepada kita semua dalam melanJutkan tugas kita masing-masing dan
bersama-sama dalam usaha pengembangan kebudayaan nasional di
negara kita.
Terima kasih atas perhatian Saudara Ketua, para Wakil Ketua
dan para Anggota Dewan yang terhormat.
wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Menteri Pend~kan dan Kebudayaan
//.f Aka~ Fuad Hassan
19