SEKOUH PASCASARJANA lNSTlTUT PERTANlAN BOGOR 2006
Transcript of SEKOUH PASCASARJANA lNSTlTUT PERTANlAN BOGOR 2006
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir kajian pengembangan
masyarakat dengan judul "Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan
Ketahanan Pangan Petani Studi kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten
Nunukan Propinsi Kalimantan Timur", adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan daiam Daftar Pustaka di bagian
aM~ir tugas akhir kajian ini.
Bogor, Desember 2006
YAKS1 BELANING PRATIWI NRP. A. 154050235
ABSTRAKSI
YAKS1 BELANING PRATIWI, Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan Kecukupan Pangan Petani (Studi Kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur). Di bimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO dan SAHARUDDIN
Kabupaten Nunukan merupakan daerah perbatasan dan ~nenjadi pintu gerbang yang menghubungkan antar Negara baik dalam bidang ekonomi rnaupun sosial budaya. Mayoritas sumber mata pencaharian penduduk adalah pertanian. Sumberdaya pertanian merupakan modal sangat berharga dan dapat diandalkan untuk menopang ketahanan pangan.
Sejak tahun 2004 pemerintah mempunyai program meningkatkan kesejahteraan petani melalui program " Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)", secara umum program ini memberikan bantuan modal secara bergulir kepada kelompok.
Tujuan utama kajian ini adalah menganalisa kinerja kelompok tani, mengidentifikasi masalah yang dihadapi kelompok tani dan menyusun strategi pemberdayaan kelompok tani. Dalam kajian ini yang diteliti adalah lima kelompok di Long Midang yaitu kelompok tani Apa Kubilang, Mandiri, Masa. Tunas Muda dan Maju Jaya dijadikan unit analisa kajian dengan meode kualitatif melalui studi kasus. Data primer dan sekunder dikumpulkan. metode yang dilakukan adalah wawancara, diskusi kelompok terfokus, survei, pengamatan langsung terhadap kelompok tani dan individu rumah tangga. Data dianalisa dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Hasil kajian tnenunjukkan bahwa: I) motivasi dalam memajukan kelompok masih rendah 2) kurangnya pemahaman terhadap pentingnya kelompok 3) pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang 4) belum memanfaatkan teknologi pertanian modern 5) rendahnya sumberdaya manusia yang dimiliki 6 ) belum memahami tugas dan fungsi dalam kelompok 7) dana bergulir belum dikelola dengan baik
Permasalahan yang ada dari hasil kajian terhadap lima kelompok tani di Long Midang terhadap motivasi, keterampilan, pengetahuan dan partisipasi pengurus dan anggota kelompok menunjukkan bahwa: 1 ) kepentingan pribadi masih dominan 2) pengelolaan administrasi kelompok belum transparansi 3) anggota kurang disiplin dalam pengembalian bantuan 4) kepercayaan anggota terhadap pengurus kelompok masih kurang 5) kurang efektifnya komunikasi antar anggota 6) kelompok tani baru dibentuk karena adanya bantuan pinjaman langsung masyarakat 7) penyelenggaraan pelatihan/penyuluhan tidak disesuaikan dengan kebutuhan peserta 8) pendampingan dan monitoring terhadap kegiatan yang hanya dilakukan di atas meja tanpa ada peninjauan langsung kelapangan.
Program pemberdayaan kelompok tani disusun berdasarkan kebutuhan: I) keberlanjutan kelompok tani 2) dapat meningkatkan jejaring kelompok baih secara trrtiltal maupun horizontal dan 3) meningkatkan komunikasi antar anggota kelompok.
ABSTRAC
YAKS1 BELANING PRATIWI, Making eficient use of the group of farmers to raise adequate supply food for Farmer (Case Study in Long Midang Krayan Subdistrict Nunukan Regency East Borneo Province). Guidance by SOERYO ADlWlBOWO and SAHARUDDiN
Located in the border of Indonesia and Malaysia, Nunukan Regency linking both countries in terms of economic, social as well as cultural aspects. Agriculture is the livelihood of most of the people in rural areas of Nunukan Regency. Therefore, agriculture became the important pillar for food security for rural peoples.
Since 2004, the local government of Regency initiated the "Intensification and Extensification of Paddy Rice Field and Potato Development" (Peningkalan Produkrivi~as Padi dun Perluasan Areal Tanant dun Pengen~bangan Ubi Kayu - P3PATPU). The objective of the program is to increase the agriculture productivity by revolving agriculture fund and intensifying agriculture extension to farmer groups.
The objective of this study is, first to identity to problems and to analyze the performance of farmer groups, and, second, to develop the strategy for empowering them. Five farmer groups were observed i.e the group of Apa Kuhilang, Mandiri. Masu, Tunas Mztdn and Maju JUJJU. The primary data were collected through survey (structured interview), focus group discussion, direct observations. The secondary data collected from various local government agencies ofNunukan. Data, then. computed, analyzed, inferred, and verified.
The results show that eiyht types of problems are contributed to the performance of the farmer groups. First, individual interest of the farmer leaders is dominance. Second. weak transparency of the management of the farmer groups. Third, low sustainability of the revolving fund due to not properly managed. Fourth. low trust rise between farmer members and its leader. Fifth, low intensity of communication among farmer members in regards to agriculture intensification. Sixth, most the groups were established not because of the need of the farmers, but due to the delivery of revolving fund. Seven, agriculture extension were not design appropriate to the need and problems of the farmers. Eight, the last, technical assistance and monitoring by agriculture o f i ce of Nunukan are conducted from the office rather than in the field.
The empowerment program of the farmer groups were designed for its sustainability, improving communication among member of the group as well as increase the networks of the farmer groups to other external parties.
O Hak cipta milik Institut Pcrtanian Bogor, tahun 2006 Hak Cipta dilindungi
Dilurung mengufi/~ dun nte?npel-hanjlak lunpu izin ler1~ili.~. durj Ins~itzrf Perlanian Bogor, sebagiun aluu seluruhnya dalam
benluk apu pun, baik ceruk, fotokopi, n~icro$lm dun sebaginya
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TAN1 UNTUK MENINGKATKAN KECUKUPAN PANGAN PETANI
(STUD1 KASUS DI LONG MIDANG KECAMATAN KRAYAN KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR)
YAKS1 BELANING PRATIWI
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA iNSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2006
Judul Tugas Akhir : Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Petani (Studi Kasus di Long Midang Kecarnatan Krayan Kabupaten Nunukan Propiilsi Kalimantan Timur)
Narna : Yaksi Belaning Pratiwi NRP : A. 154050235
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Ketua
Ir. Saharuddin. MS Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Magister Profesional pengembangan Mas
Tanggal Ujian : 20 Desember 2006 'fanggal Lulus : 0 6 FEB 21
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih adalah pemberdayaan kelompok tani, dengan judul Pemberdayaan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan Kecukupan Pangan Petani, Studi Kasus di Long Midang Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. Sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasajana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kcpada Bapak Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS sebagai ketua komisi pembimbing, Bapak Ir. Saharuddin, MS sebagai anggota komisi pembimbing, Bapak Mu'man Nuryana, MSc, PhD, Bapak Drs. Tommy Narun, MSi Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Nunukan, Bapak Ir. Suwono Thalib, M.Si Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan, Bapak Servianus, S.Ip Camat Krayan yang banyak memberikan saran dan masukan. Serta Gerald, Dodo, Melda dan rekan-rekan yang banyak memberikan dikungan bagi penyelesaian tugas akhir ini.
Bogor, Desember 2006
Yaksi Belaning Pratiwi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang Jaws Timur pada tanggal 1 Agustus 1968 dari ayah Soeryadi dan ibu Suci Rahayu. Penulis mempakan putri ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 1987 penulis lulus SMA Katolik Cor Jesu Malang dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Universitas Widya Gama Malang Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Keuangan dan lulus pada taun 1992.
Tahun 1998 Penulis diangkat menjadi CPNS Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur. Tahun 1999 Penulis di n~utasi ke Kabupaten Nunukan sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bulungan. Tahun 2000 penulis diangkat sebagai Kepala Sub Bagian Mutasi dan Kepangkatan pada Bagian Kepegawaian. Tahun 2003 penulis diangakat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Tahun 2005 Penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan studi program Pascasajana pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat di Institut Perranian Bogor.
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
PEDAHULUAN
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I
Rumusan Kajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Tujuan dan Kajian ........................................................................... 4
Kagunaan Kajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
KERANGKA KAJIAN
Pemberdayaan Masyarakat .................................................................... 5
Kapital Sosial ............................................................................................ 6
Kelompok Tani Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat .............. 8
Konsep Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat ......................... 9
Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal Tanam
dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU) ......................................... 10
Kerangka Pemikiran ............................................................................... I I
METODE KAJIAN
Batas-batas Kajian ................................................................................. 14 . ..
Strategl Kaj Ian ........................................................................................... 14
Tempat dan Waktu Kajian ..................................................................... 14
Metode Pengumpulan Data .................................................................... 16
Analis8 Data ........................................................................................... 18
Penyusunan Program .......................................................................... 19
PETA SOSIAL LONG MIDANG
Lokasi ..................................................................................................... ....................................................................................... Kependudukan
Perekonomian ......................................................................................... ............................................................................... Struktur Komunitas
.................................................... Kelembagaan dan Organisasi Sosial
............................................................................. Sumber Daya Lokal
PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PAD1 DAN PERLUASAN AREAL TANAM DAN PENGEMBANGAN UBI KAYU (P3PATPU) DI LONG MIDANG
Diskripsi Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal
Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU) ............................... ............ Tujuan Program P3PATPU dalam Aspek Ekonomi dan Sosial
Pengembangan Modal Sosial .................................................................
ANALISA KELOMPOK TANI
Kapasitas Kelompok Tani
Kinerja Kelompok Tani .......................................................................... ................................ Harapan yang diinginkan anggota Kelompok Tani
PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI
Penyusunan Rencana Program .................................................................. Latar Belakang ...................................................................................... Proses Penyusunan Program ................................................................... Program Pemberdayaan Kelompok Tani ................................................ Tujuan ...................................................................................................
................................................................................................... Sasaran
Kagiatan Perencanaan Program ............................................................. .......................... Penyusunan Program Peningkatan Ekonomi Keluarga
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
........................................................................................... Kesirnpulan 73
......................................................................................... Rekornendasi 74
DAETAR PUSTAKA ................................................................................. 76
................................................................................................ LAMPIRAN 78
DAFTAR TABEL
Halaman
..................................................... 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian ......... 2 Topik. Sub Topik. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3 Kornposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................ ........................................... 4 Penggunaan Tanah di Long Midang
................... 5 Pengembalian Bantuan Pinjarnan Langsung Masyarakat ............................... 6 Tingkat Pendidikan Pengurus Kelompok Tani ................................ 7 Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani
............ 8 Kepemilikan Lahan Anggota Kelompok Tani di Long Midang ...... 9 Jumlah. Lokasi dan Alokasi Dana Kelompok Tani di Long Midang
............................ 10 Rencana Program Penguatan Struktur Kelompok ........................... 11 Rencana Program Penguatan Ekonomi Kelompok
......... 12 Rencana Program Pengembangan Kapasitas Anggota Kelompok
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran Kajian ........................................... 13 2 Piramida Penduduk Long Midang ............................................. 24 3 Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ....................... 25 4 Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani di Long Midang ............ 48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta Kabupaten Nunukan ......................................................... 78 ................................................................ 2 Peta Lokasi Kajian 79
........................................... 3 Pedoman Pengamatan Berperanserta 80 ...................................................... 4 Pedoman Pelaksanaan FGD 81
............................................................ 5 Pelaksanaan Kegiatan 82 ......................................................... 6 Wawancara Responden 85
7 Pedoman Wawancara ......................................................... 94
PENDAHULUAN
Di era reformasi, peran pemerintah telah bergeser dari fungsi sebagai
penggerak menjadi penyeimbang dan fasilitator pembangunan. Di sisi lain, peran
masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan menjadi ha1 penting untuk
mencapai keberlanjutan. Pentingnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku
utama dalam pembangunan menunjukkan pergeseran perubahan paradigma
pembangunan dari pendekatan pertumbuhan kepada pendekatan kemandirian
(Adi: 2001).
Pembangunan yang sentralistik berdampak pada ketergantungan masyarakat
yang sangat besar terhadap pemeritah. Perencanaan, pengawasaan serta
pengcndalian program-program pembangunan yang selalu ditentukan pemerintah
pusat menyebabkan masyarakat tidak dapat berpartisipasi aktif dalam peran yang
bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai
sekaligus pemelihara keberlanjutan pembangunan. lmplikasi dari ha1 ini adalah
pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah untuk merencanakan dan
melaksanakan pembangunan.
Kabupatcn Nunukan merupakan daerah perbatasan yang masih terting~al.
Daerah perbatasan merupakan prioritas pembangunan karena menjadi pintu
gerbang yang menghubungkan antar negara baik dalam bidang ekonomi maupun
dalam sosial budaya. Di Kabupaten Nunukan terdapat issu yang kompleks dan
kmsial. Issu-issu tersebut adalah: 1) kesenjangan ekonomi dengan negara
tetangga, 2) arus tenaga kerja Indonesia ilegal, 3) kerusakan hutan lindung, 4)
penggeseran patok perbatasan di wilayah Indonesia, 5 ) lemahnya sarana dan
prasarana pengawasan kepabeanan (penyelundupan kayu, ilegal logging, tenaga
kerja dan kendaraan bermotor) dan 6) lemahnya prasarana wilayah yang
mengakibatkan terisolirnya daerah-daerah perbatasan. Dalani rangka
menzantisipasi issu-issu tersebut pemerintah Kabupaten Nunukan
mengembangkan sebuah pendehatan pengembangan dengan menjadikan
Kabupaten Nunukan sebagai kawasan pengembangan ekonomi terpadu perbatasan
atau lebih dikenal dengan KAPET perbatasan.
Krisis ekonomi pada tahun 1997 membawa dampak terhadap
perekonomian, terutama pada sektor industri. Sementara sektor pertanian masih
tetap mengalami pertumbuhan positif rata-rata diatas 3 %. Sumber daya pertanian
merupakan modal yang sangat berharga dan dapat diandalkan untuk menopang
ketahanan pangan. Seringkali kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kurang
menguntungkan petani sebagai komunitas terbesar dalam negara agraris.
(Mangunwidjaja, 2005)
Kabupaten Nunukan mempunyai tujuh kecamatan, enam kecamatan yang
berbatasan dengan Sabah dan Serawak Malaysia Timur yaitu Kecamatan Nunukan
Sebatik, Lumbis, Sebuku, Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan. Mayoritas
sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Krayan adalah sektor
pertanian. Fungsi mendasar dalam sektor pertanian dalam arti luas mencakup
pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan
adalah sebagai pendukung ketahanan pangan dan penyerapan tenaga kerja.
Di Long Midang, sektor pertanian mempunyai potensi yang besar untuk
meningkatkan kecukupan pangan keluarga. Lahan pertanian masih terbuka luas
dan tingkat kesuburannya juga memungkinkan untuk pengembangan tanaman
pangan, selain itu masih kuatnya hubungan kekerabatan pada masyarakat. Namun
demikian, keterbatasan kemampuan penduduk untuk mengelola lahan pertanian
dengan teknologi pertanian, serta kurang kesungguhan pemerintah dalam
menangani sektor pertanian menyebabkan potensi tersebut belum dapat
dimanfaatkan. Hal ini terlihat dari pengelolaan pertanian yang tradisional dan
dilakukan secara turun temurun, seperti tidak melakukan pengolahan lahan,
pemupukan dan pemeliharaan tanaman, kurangnya petugas PPL pertanian yang
ditempatkan, serta kesulitan petani dalam memperoleh modal. Maka hasil-hasil
pertanian juga masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan pangan penduduk
setempat.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Pemerintah
Kabupaten Nunukan mengembangkan program Peningkatan Produktivitas Padi
dan Perluasan Areal Tanam dan Penyembangan Ubi Kayu (P3PATPU). Program
ini secara umum memberikan bantuan modal bergulir kepada kelompok tani. Di
Long Midang, terdapat lima kelompok tani yang mendapatkan bantuan modal dari
program tersebut. Kenyataannya, program ini belum dapat berfungsi secara
maksimal. Kendala yang dihadapi adalah rendahnya motivasi anggota kelompok,
kurangnya kesadoran bahwa program tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan
petani, keterbatasan informasi tentang program P3PATPU dan keterbatasan
manejemen pengelolaan kelompok, sosialisai terhadap program P3PATPU kurang
dilakukan, pendampingan terhadap kelompok tani yang masih kurang, serta
kerjasama antar instansi yang masih kurang sehingga menyebabkan program-
program pemeberdayaan masyarakat tidak saling mendukung.
Peranan kelompok tani dalam meningkatkan kecukupan pangan di Long
Midang sangat diharapkan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
keberadaan kelompok ini kurang berperan dalam meningkatkan produktivitas
padi. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji agar dapat diketahui pennasalahan dan
faktor penyebabnya. Harapannya adalah dapat disusun strategi pengembangan
kelo~npok sebagai upaya meningkatkan kecukupan pangan keluarga. Sehubungan
dengan ha1 tersebut maka kajian pengembangan masyarakat di fokuskan kepada
pemberdayaan kelompok tani yang berorientasi kepada pemberdayaan
masyarakat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang kajian
terhadap pemberdayaan kelompok tani dibatasi dengan pertanyaan kajian sebagai
berikut :
I . Bagaimana kinerja Kelompok Tani Long Midang untuk meningkatkan
kecukupan pangan keluarga ?
2. Masalah apa saja yang dihadapi kelompok tani untuk meningkatkan kecukupan
pangan keluarga ?
3. Bagimana strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan keiompok tani
di Long hlidang ?
Tujuan Kajian
Tujuan kajian ini adalah mengembangkan strategi melalui perencanaan aksi
program pemberdayaan kelompok tani, yang mencakup :
1. Menganalisa kinerja kelompok tani untuk meningkatkan kecukupan pangan
keluarga.
2. Mengidentifikasi masalah yang diliadapi kelompok tani untuk meningkatkan
kecukupan pangan keluarga.
3. Menyusun strategi pemberdayaan kelompok tani untuk meningkatkan
kecukupan pangan keluarga.
Kegunaan Kajian
Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah :
1 . Memberikan masukan tentang model pengembangan kelompok tani kepada
pemerintah desa di Long Midang dan Kantor Kecamatan Krayan.
2. Memberikan masukan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Peternakan Kabupaten Nunukan tentang model dan strategi penguatan
kelembagaan dalam masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan dalam pengembangan pembangunan masyarakat
seringkali dihubungkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja,
dan keadilan (Adimihardja, 2004). Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada
kekuatan tingkat individu dan sosial. Pemberdayaan juga diartikan sebagai
pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial,
kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang (Rappopont,l987)
dalam Suharto (2005). Dengan demikian, pemberdayaan mencakup upaya untuk
meningkatkan kemandirian, partisipasi, memperbaiki jaringan kerja, dengan
tujuan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan praktis (ekonomi) dan
menentukan pilihan (melakukan kontrol).
Pemberdayaan menunjuk pada upaya peningkatan kemampuan orang atau
kelompok yang lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar, melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sumber-sumber lain untuk mencapai kemandirian. Dengan
kemampuan dan kekuatannya mereka mampu menjangkau sumber-sumber
produksi yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang mereka inginkan.
Berdasarkan Jim Ife (1995), pemberdayaan mempunyai tujuan yaitu
menambah kekuasaan bagi yang tidak beruntung. Strategi pemberian kekuasaan
yang ada dalam pemberdayaan adalah :
1. Kekuasaan terhadap piiihan pribadi dan kesempatan untuk hidup
2. Kekuasaan terhadap kebutuhan
3. Kekuasaan terhadap pemikiran
4. Kekuasaan terhadap lembaga
5. Kekuasaan terhadap sumber
6 . Kckuasaan tcrhadap aktivitas ekonomi
7. Kekuasaan terhadap produksi
Pemberdayan mempakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat melalui partisipasi aktif atas dasar prakarsa komunitas.
Strategi pemberdayaan masyarakat secara partisipatif merupakan strategi yang
menjadi pusat perhatian dalam pembangunan karena kegagalan pembangunan
seringkali terkait dengan kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam kondisi yang
demikian itu maka upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas masyarakat
merupakan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mereka
dapat berpartisipasi aktif dalam peran yang tidak hanya terbatas sebagai penerima
manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan
pembangunan.
Dalam pemberdayan masyarakat, pendekatan kelompok merupakan
pendekatan yang lazim digunakan. Kelompok dapat berperan dalam mengontrol
suatu keputusan maupun kebijakan yang berpengaruh langsung kepada kehidupan
komunitas. Pendekatan kelompok mempunyai kelebihan antara lain dapat
mempercepat proses adopsi, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok
dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain (Vitayala 1986). Sedangkan
Soekanto (2005), mengemukakan bahwa dalam kelompok terjadi hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling
tolong-menolong berdasarkan kesamaan nasib, kepentingan, dan tujuan sehingga
hubungan antara anggota bertambah erat.
Kapital Sosial
Di dalam pembahasan tentang pemberdayaan masyarakat dikenal suatu
konsep modal sosial, yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi,
dan noma-noma yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial
dalam masyarakat.
Kapital sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil
dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world view),
kepercayaan (trust). pertukaran timbal balik (reciprocity). pertukaran ekonomi dan
informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal
dan informal (formaland informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang
melengkapi modal-modal lainnya (fjsik, manusiawi, budaya) sehingga
memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan (Colletta dan Cullen, 2000).
Pandangan tersebut memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat
dilihat dari organisasi sosial ekonomi yang dapat mewujudkan pengembangan
kapasitas lokal (locality capacity). Suatu kelompok akan menjadi modal sosial
suatu komunitas yang dapat diandalkan sebagai suatu kekuatan sosial dalam
bentuk energi yang tidak pernah habis dalam suatu komunitas (Rubin dan Rubin,
1992). Modal sosial yang merupakan suatu kesatuan sisten dalam organisasi atau
kelompok mengandung empat dimensi sebagai berikut : Pertama, interaksi
(integration) yaitu merupakan ikatan yang kuat antar anggota komunitas. Kedua,
pertalian (linkage) merupakan ikatan dengan komunitas di luar komunitas asal.
Ketiga, integrasi organisasional (organizational integrity) yang merupakan
keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya.
termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat
adalah sinergi (sinergy) yang merupakan relasi antara pemimpin dan institusi
pemerintah dengan komunitas (state community relations).
Dengan demikian modal sosial merujuk pada seperangkat norma, jaringan,
dan organisasi yang orang akan memperoleh akses pada kekuasaan (power) dan
sumber daya yang merupakan sarana yang memungkinkan pegambilan keputusan
dan formulasi kebijakan. Coleman dalam Dasgupta (2000) mengatakan bahwa
modal sosial menekankan pada adanya struktur sosial yang ada pada masyarakat
tersebut.
Coleman dalam Dasgupta (2002) membagi modal sosial menjadi tiga
bentuk yaitu modal finansial, modal fisik, dan modal manusia. Sementara
Serageldin dan Grootraert dalam Dasgupta juga menyebutkan ada tingkatan
modal sosial yaitu pertama, semua hubungan kerjasama informal dan asosiasi
horizontal. Kedua. Asosiasi-asosiasi yang bersifat hurarki yang mencakup
berbagai entitas yang berlainan. Ketiga, mencakup lingkungan sosial dan politik
\ang memungkinkan norma-norma berkembang dan membentuk struktur sosial.
Tingkatan-tingkatan modal sosial memiliki karakteristik ?ang sama
bahwa modal sosial berkaitan erat dengan wilayan ekonomi, sosjal dan politik
serta memiliki kepercayaan yang sama bahwa relasi sosial mempengaruhi dan
dipengaruhi produk-produk ekonomis. Modal sosial memfokuskan pada relasi
antar agen-agen ekonomi dan cara-cara di mana organisasi formal dan informal
tersebut dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Modal sosial mengimplikasikan
bahwa relasi-relasi dan institusi-institusi sosial memiliki pengaruh ekstemal yang
bersifat positif.
Kelompok Tani Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok dalam suatu komunitas mencerminkan adanya dinamika tindakan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Darmajanti (2004) menjelaskan bahwa
kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas merupakan
refleksi dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama,
termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga di komunitas.
Pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika dilakukan dengan
pendekatan kelompok karena dalam kelompok ada kebersamaan. kesamaan
kepcntingan serta tujuan sehingga keinginan yang diharapkan lebih cepat tercapai.
Adanya kekuatan dalam menolak keputusan serta kebijakan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat akan lebih baik jika dilakukan dalam kelompok.
Keputusan yang diambil akan lebih menyeluruh sehingga mengurangi tingkat
kesenjangan antara masyarakat dengan pengambil kebijakan. Salah satu
kelompok yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat terutama
masyarakat petani adalah kelompok tani
Kelompok diartikan sebagai suatu sistem yang diorganisasikan dari dua
orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan
beberapa fungsi, memiliki seperangkat standar hukum, peranan antara anggotanya
dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-
masing anggotanya (Mc. David dan Karari dalam Effendi, 2001). Di dalam
kelompok terjadi suatu diulogicul encounrer yang menumbuhkan dan memperkuat
kesadaran dan solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas
serazam dan mengenali kepentingan mereka bersama.
Pemahaman terhadap kelompok bila diterapkan kepada kelompok tani
memberikan pengertian bahwa kelompok tani adalah sejumlah petani yang
mempunyai kaitan antar hubungan satu dengan yang lainnya atas dasar keserasian
dan kebutuhan yang sama, terikat secara informal dalam suatu wadah kelompok.
Pemberdayaan masyarakat petani adalah dengan pendekatan kelompok tani
sebagai forum interaksi petani.
Kelompok tani merupakan wujud konkrit kelembagaan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi, distribusi
dan pcngolahan hasil. Walaupun aspek distribusi dan pengolahan hasil biasanya
dilakukan oleh pihak lain, namun untuk melnperkuat posisi tawar petani di dalatn
mengembangkan kemandirian petani maka kedua aspek tersebut selayaknya
dikelola petani dalam kelompoknya.
Dalam pemberdayaan kelompok tani kelembagaan masyarakat seperti
lembaga kemasyarakatan desa, kelembagaan pasar, kelembagaan permodalan.
maupun kelembagaan pemerintah akan berperan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. lronisnya ada beberapa variabel yang mempengaruhi
ketidakberdayaan petani sehingga menghambat produktivitas lahan penanian
yaitu keterbatasan modal, keterbatasan produksi, latar belakang pendidikan petani,
serta kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani.
Konsepsi Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat
World Bank memberikan pengertian ketahanan pangan (fbod security)
sebagi akses semua orang pada setiap saat terhadap pangan yang cukup. Hal ini
memberikan batasan bahwa kunci utama ketahanan pangan adalah ketersediaan
pangan sepanjang waktu. Sementara itu dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan, diartikan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutunya, aman. merata dan
terjangkau. Berdasarkan pengertian tersebut pangan bukan berarti hanya beras
atau komoditi tanaman pansan tetapi mencakup makanan dan minuman !ang
berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan, baik produk primer maupun
turunannya.
Walaupun demikian istilah pangan dalam ha1 ini adalah sebagai bahan
pangan pokok (staple food). Bahan pangan pokok yang banyak dikonsumsi
masyarakat Long Midang adalah beras. Pada kerawanan pangan sementara,
konsistensi ketahanan pangan masyarakat dapat dibedakan kerawanan pangan
secara siklikal dan secara temporer. Kerawanan pangan dalam ha1 ini melekat erat
dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan, sehingga dalam program
pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari pengembangan ekonomi masyarakat
itu sendiri.
Ekonomi Masyarakat dimaksudkan sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat baik dalam bentuk koperasi, usaha menengah, kecil
maupun gurem. Sebagai pelaku ekonomi, masyarakat menjaiankan usahanya
dalam bentuk usaha tradisional yang bersifat informal dan dalam skala usaha
kecil. Kelembagan pangan yang dibangun oleh masyarakat pada dasarnya
merupakan usaha ekonomi bersama.
Program Peningkatan Produktivitas Padi d a n Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)
Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal Tanam dan
Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU) merupakan komitmen pemerintah dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah perbatasan salah satunya dilakukan
dengan penguatan kelembagaan kelompok tani. Dewasa ini daerah perbatasan
merupakan tujuan pembangunan yang diprioritaskan, agar jarak ketertinggalan
antara daerah pantai dengan daerah pedalaman dapat dipersempit. Percepatan
pembangunan daerah perbatasan dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang
ditunjang dengan pembangunan sumber daya manusia, infrastruktural, sehingga
sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara bijaksana.
Program P3PATPU diarahkan untuk mendorong peningkatan produksi padi
dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. dengan pertimbangan lahan
untuk perluasan areal tanam masih sangat luas, banyaknya lahan tidur serta masih
kuatnya hubungan kekerabatan pada masyarakat Long Midang.
Persiapan pemberdayaan ditujukan untuk mempersiapkan kondisi yang
kondusif bagi masyarakat Long Midang untuk melakukan transformasi teknologi
dan informasi sosial yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Tahap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan antara lain :
I . Persiapan pemberdayaan yaitu pemetaan sosial, penjajakan awal, studi
kelayakan, perencanaan dan penyusunan program
2. Pelaksanaan pemberdayaan yaitu pemberdayaan sumber daya m a n u s i ~ dan
lingkungan sosial
3. Monitoring dan evaluasi
Sumber dana kegiatan program P3PATPU dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Lingkup program P3PATPU adalah pemberian
bantuan berguiir kepada kelompok tani dimana dana tersebut akan digunakan
untuk :
I . Pembelian alat-alat pertanian
2. Pembelian bibit tanaman
3. Pembelian obat-obatan hama tanaman
4. Perbaikan pematang
5. Perluasan lahan pertanian
6. Pembelian mesin giling padi
7. Pembayaran upah pekerja
Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan merupakan bagian dari strategi program pembangunan
kesejahteraan sosial. Pembanguan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak
mungkin dapat dipisahkan dari arena dan konteks di mana ia berada. Untuk
meningkatkan kelompok tani menjadi berkembang, maju atau mandiri,
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar. Di samping itu faktor dari dalam
juga sangat berpengaruh dalam pengembangan kelompok tani antara lain terdiri
dari kepengurusan/manajemen. nilai-nilai dan norma kepemimpinan. x n a
potensi dan masalah kelompok tani.
Kelompok akan baik jika dapat melaksanakan fungsi sesuai dengan tujuan
bersama. Keberfungsian kelompok dapat dilihat dari kinerja kelompok yang
mencakup kemampuan dalam penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai
tujuan, pelaksanaan kegiatan kelompok dan dukungan finansial untuk operasional
sehari-hari. Dengan demikian, kinerja kelompok tani mencakup unsur
perencanaan partisipatif, pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana bergulir.
Kelompok akan berfungsi jika didukung oleh kapasitas dan partisipasi baik
pengurus maupun anggota. Dalam kelompok tani, kapasitas pengurus mencakup
pengctahuan, keterampilan dan kematnpuan menjalin kerjasama. Eade dalam
Nasdian (2005) menyatakan bahwa bahwa pengembangan kapasitas mencakup
pengembangan pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerja
kelompok dan pengembangan jejaring. Tidak jauh berbeda, Sumpeno (2002)
mengemukakan bahwa pengembangan kapasitas mencakup peningkatan
pengetahuan dan kemampuan individu dan organisasi agar terbangun sinergi antar
pelaku kelembagaan, sehingga tujuan dapat dicapai lebih efektif dan efisien. Dari
konsepsi tersebut dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur kapasitas sang harus
dimiliki pengurus sebagai pengelola kelompok meiiputi pengetahuan dan
keterampilan dalam manajemen dan pengembangan kemampuan membangun
kerjasama baik kerjasama dalam kelompok maupun pengembangan jejaring
dengan pihak luar.
Meskipun terdapat sumberdaya berupa luas dan kesuburan lahan pertanian.
hubungan kekerabatan yang masih kuat dan dukungan keuangan dari program
P3PATPU, tetapi kelompok tani belum memanfaatkan sumberdaya tersebut untuk
peningkatan kapasitas kelompok. Hal ini mengindikasikan ada faktor-faktor yang
mempengaruhi arah perilaku pengurus dan anggota. Faktor penting yang
mempengaruhi perilaku seseorang adalah motivasi, yaitu dorongan untuk
melakukan suatu tindakan. Motivasi menurut Gray dan Starke sebagaimana
dikutip oleh Pandjaitan. dkk (2005) menunjuk pada proses sang menimbulkan
antusiasme dan kemantapan untuk melakukan tindakan tertentu. Lebih lanjut
Pandjaitan (2005) menyatakan bahwa orang akan tcrmotivasi unruk menghasilkan
a h h i t a s )ang baik jika mereka dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pribadinya. Berdasarkan pengertian itu, kebutuhan-kebutuhan pribadi dari
pengurus akan berpengaruh terhadap antusiasrne untuk melakukan perubahan
tindakan dalam rneningkatkan kinerja kelompok tani.
Keberhasilan kelompok tani dapat dilihat dari kinerja kelompok yang dapat
dicapai melalui strategi pemberdayaan yaitu dengan melakukan penguatan
kapasitas pengurus dan anggota yang dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatkan pendidikan dan keterampilan baik teknis maupun menejerial,
sehingga kebutuhan akan infonnasi serta pengetahuan yang diperlukan dalam
meningkatkan produktivitas padi dapat diperoleh.
Selain ha1 tersebut yang sangat menunjang keberhasilan sebuah kelompok
tani dalam meningkatkan produktivitas padi tersebut adalah adanya potensi lokal.
Potensi lokal ini sangat berpengaruh karena masih tersedianya lahan yang masih
luas, hubungan kekerabatan yang masih kental (masih mengadakan senguyun -
gotong royong). Dengan strategi pemberdayaan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan
kecukupan pangan keluarga. Secara lebih ringkas, alur pemikiran disajikan pada
Gambar I .
Gambar I Skema Kerangka Pemikiran Kajian
Kapasitas Kelompok Tani: Kepengurusan: - Motivasi - Pengetahuan - Keterampilan
- Anggota: - Motivasi pemberdayaan: - Partisipasi dalam - Penguatan
pengelolaan kelompok Kinerja Kecukupan pengurus
- Penguatan Kinerja anggota
Kinerja Kelompok Tani: - Perencanaan - Pelaksanaan Kegiatan - Pengeiolaan bantuan
dana bergulir
METODE KAJLAN
Batas-batas Kajian
Batas-batas kajian atau pemelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005)
terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social siluation) sampai
masyarakat luas yang paling kompleks. Adapun yang menjadi batas-batas kajian
ini adalah sekelompok masyarakat, yaitu kelompok petani yang tinggal di Long
Midang Kecamatan Krayan.
Tipe kajian ini adalah kajian terapan deskriptif, yaitu berupaya untuk memahami
ciri-ciri dan sumber-sumber masalah manusia dan masyarakat, menyumbang
kepada teori yang dapat digunakan untuk merumuskan program dan intervensi
penanganan masalah. Adapun aras kajian yang digunakan adalah obyektif mikro,
yaitu membahas tentang pola perilaku, tindakan interaksi langsung antara praktek
dan anggota komunitas dalam suatu lingkungan masyarakat dalam rangka
pemberdayaan kelompok tani.
Strategi Kajian
Strategi yang digunakan pada kajian ini adalah berupa studi kasus instrumental
yang besifat deskreptif terhadap pennasalahan kelompok tani yang tinggal di
daerah perbatasan di Long Midang Kecamatan Krayan dan upaya untuk
memberdayakan mereka. Strategi ini dipilih karena dibandingkan dengan strategi
lainnya hasilnya lebih mudah dipahami dan bersifat lebih mendalam. Kajian ini
merupakiin penelitian yang dilakukan secara partisipatif dengan metode PRA
(Participatory Rural Appraisal).
Tempat dan Waktu Kajian
Kajian pengembangan masyarakat dilakukan di Long Midang Kecamatan
Krayan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. merupakan daerah
perbatasan dengan Serawak Malaysia Timur. Alasan pemilihan komunitas
perbatasan dengan pertimbanganpertanla mempunyai komoditas unggulan kedua
merupakan kategori desa terpencil keliga lokasi merupakan daerah penerima
program P3PATPU yang sekarang telah berjalan selama dua tahun keenzpat lokasi
merupakan daerah hinterland.
Waktu kajian dilakukan secara bertahap dan telah diawali dengan pemetaan
sosial masyarakat Long Midang pada bulan Nopember 2005 dilanjutkan dengan
kegiatan evaluasi program pengembangan masyarakat yang berkenaan dengan
pemberdayaan kelompok tani pada bulan Pebruari 2006. Sedangkan kajian
mendalam tcntang pemberdayaan kelompok tani serta penyusunan program
kegiatan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2006 dengan jadwal
pelaksanaan kajian pengembangan masyarakat Long Midang Kecamatan Krayan
Kahupaten Nunukan (lihat tabel 1)
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Long Midang Kecamatan Krayan Tahun 2005 - 2006
Metode Pengumpulan Data
Dalam kajian pengembangan masyarakat yang dilakukan dilokasi Long
Midang sebagai wilayah perbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia,
penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan cara diskusi kelompok,
wawancara disamping itu dilakukan juga pengumpulan data sekunder dengan
studi dokumentasi dan observasi lokasi. Pengumpulan data dilakukan memakai
pendekatan partisipatif yaitu melibatkan responden dan informan dalam
pcngumpulan dan analisis data. Dalam pengumpulan data ini, pengkaji
berinteraksi dengan masyarakat Long Midang sehingga dapat terkumpul data
sesuai dengan kondisi nyata lapangan.
Wawancara dilakukan kepada responden, yaitu pengurus dan anggota
kelompok tani dan informan yang terdiri dari ketua adat, masyarakat bukan
anggota, Camat Krayan, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian. dan
Pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak). Peneliti
juga melakukan pengamatan berperan serta mengamati perilaku anggota
kelompok tani dalam melakukan kegiatan pertanian. Tujuannya adalah untuk
rnengetahui kapasitas kelompok dan kinerja kelompok tani.
Data yang dikumpuikan mencakup :
I . Kapasitas kelompok tani, meliputi kapasitas pengurus dan kapasitas anggota.
Kapasitas pengurus mencakup motivasi, pengetahuan dan keterampilan
pengelolaan kelompok. Kapasitas anggota, mencakup motivasi dan partisipasi
dalam pengelolaan kelompok.
2. Kinerja kelompok tani, meliputi penyusunan rencana secara partisipatif,
pelaksanaan kegiatan kelompok dan kemampuan mengelola dana bergulir.
3. Strategi pemberdayaan, mencakup penguatan kapasitas pengurus dan
penguatan kapasitas anggota. Lebih rinci, data yang dikumpulkan dan teknik
pengumpulan data tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Topik, Sub Topik, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data
Sub Topik Surnber Data Wawancara rnendalarn FGD
K a w i t a s Kapasitas Pengurus : Pengurus I I
Kinerja Kelompok Tani
Data dikumpulkan pada kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
Merumuskan stntegi pcrnberda?aan rnasyarakat
primer dikumpulkan dengan cara :
Rencana I'elaksanaan Kegiatan Pengelolaan dana bcrgulir
a. Wawancara dengan tokoh masyarakat (formal dan informal), kelompok
tani, Penyuluh Pertanian, Pimpinan proyek P3PATPU, serta beberapa
pengualan kapasitas pengurus pengualan kapasitas anggola
anggota kelompok yang mengetahui tentang stmktur kelompok, dinamika
Anggota kelompok PI'L Aparat Kecamatan Ketua adat
ekonomi dan sosial dan program-program pengembangan masyarakat.
b. Melaksanakan Focus Group Discution dari permasalahan hasil analisa
Masyarakat
Anggota kelornpok PPL Aparat Kecamatan Ketua adat
data wawancara sebelumnya dnegan anggota-anggota kelompok tani yang
d
\'
menjadi subyek penelitian. Kegiatan ini di tingkat kelompok tani
responden dan dilanjutkan di tingkat lokasi (gabungan desa).
d
c. Melaksanakan suwei terhadap 15 anggota kelompok tani dari 5 kelompok
tani yang ada di Long Midang. Hal ini dilakukan karena banyak anggota
kelompok yang tidak berada di tempat, berdasarkan kepemilikan lahan.
tingkat pendidikan. kriteria anggota kelompok. Suwei ini dilakukan untuk
mcngetahui keadaan ekonomi anggota kelompok, untuk memperoleh data
tentang h a i l panen, struktur nafkah ganda serta berapa yang dapat
disisihkan untuk dijual
d. Pengamatan lapang yang ditujukan untuk mengumpulkan datadata
lainnya antara lain potensi ekonomi, lingkungan fisik dan dinamika
kelompok tani.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisa. Data kuantitatif
(primer dan sekunder) disajikan dalam bentuk grafik, tabel. Data tersebut
selanjutnya diintreprestasikan untuk dapat menunjang dan saling melengkapi
dengan data kualitatif guna menjawab permasalahan-permasalahan dalam kajian.
Wawancara dilakukan secara terbuka, dimana para responden tahu bahwa
mereka sedang diwawancara dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu
serta sudah ditetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan
Seiuruh data primer dan sekunder beserta maknanya menurut subyek
penelitian atau informan dicatat dalam catatan lapangan. Selajutnya data disunting
untuk menentukan kelengkapan dan keabsahan data yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu melakukan kategorisasi data. Kegiatan dalam reduksi data
ini adalah pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data. Pengkaji
menyeleksi data yang telah dikumpulkan, membuat ringkasan dan
mengkategorikan data berdasarkan tujuannya. Hasil katagori data tentang
permasalahan yang dikaji diljadikan konsep awal dalam diskusi kelompok.
Selanjutnya dilakukan tukar pendapat dengan anggota kelompok tani dan
informan untuk memperoleh katagori data yang sesuai dengan kondisi nyata
kelompok.
2. Penyajian data, yaitu mengkonstmksikan data dalam bentuk namsi dan gratik
atau bagan. sehingga memudahkan dalam analisis masalah. Data yang telah
dikategorisasi bersama disajikan dalam bentuk bagan dalam diskusi kelompok.
3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan suatu pernasalahan dengan
pernasalahan lain secara kualitatif melalui diskusi, sehingga ditemukan
pernasalahan yang sesuai dengan kondisi nyata kelompok. Alur penarikan
kesimpulan dimulai dari analisis perrnasalahan dalam program P3PATPU
yang mencakup kepengurusan, motivasi anggota dan kemitraan usaha. Hasil
analisis program P3PATPU dihubungkan dengan peluang-peluang kemajuan
dan dukungan pihak luar sebagai landasan penyusunan program. Pada tahap
akhir, analisis dilakukan dengan menghubungkan program pengembangan
pemberdayaan masyarakat dengan pemberdayaan kelompok tani yang
mencakup aspek ekonomi dan sosial.
4. Verifikasi kesimpulan, yaitu pengkaji meninjau kembali kesimpulan yang
telah diperoleh, kemudian bertukar pendapat dengan anggota kelompok tani
dan informan.
Penyusunan Program
Perancangan strategi dan program dilakukan secara pertisipatif bersama
anggota kelompok tani dan masyarakat dengan menggunakan metode PRA.
Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) menurut Daniel (2005) merupakan
suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program yang operasional
dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan mobilisasikan
sumber daya manusia dan alam setempat, lembaga lokal guna mempercepat
peningkatan produktivitas pertanian, menstabilkan dan meningkatkan pendapatan
kelompok tani serta mampu pula melestarikan sumber daya setempat.
Pelaksanaan PRA di Long Midang dilakukan dengan Focus Grolrp
Discussion (FGD) yang melibatkan pengurus, anggota, pemuka adat, PPL, dan
pihak kecamatan. Program yang disusun mencakup program peningkatan
kapasitas pengurus dan program peningkatan kapasitas anggota dalam
pengelolaan kelompok tani. FGD dilakukan melalui tahapan penentuan masalah.
identifikasi sumber-sumber dan penyusunan rencana kegiatan. Secara teknis
penyusunan program ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan bahan perencanaan
Seluruh informasi hasil kajian dengan teknik-teknik partisipatif dikumpulkan
oleh peneliti dan dikaji bersama di masing-masing kelompok. lnformasi hasil
kajian yang disiapkan meliputi kapasitas pengurus dan anggota kelompok
meliputi motivasi, pengetahuan, keterampilan dan partisipasi dalam
pengelolaan kelompok.
b. Penyampaian seluruh hasil informasi
Semua hasil informasi disajikan oleh masing-masing kelompok tani dalam
bentuk rangkuman dan masaiah-masalah utama yang ditemukan dalam
kelompoknya serta potensi yang ada. Setiap penyajian didiskusikan bersama
oleh para peserta.
c. Pengorganisasian masalah
Masalah yang muncul sangat beragam topiknya. Untuk menangani masalah
yang berkaitan dengan kelembagaan pangan masyarakat maka dilakukan
seleksi dengan proses pengorganisasian masalah. Setelah penyampaian seluruh
kajian, masalah-masalah yang muncul pada masing-masing kelompok dan
individu rumahtangga petani dikumpulkan dan dikelompokkan menurut aspek
kajian. Masalah yang kurang ada kaitannya dengan pengembangan
kelembagaan diabaikan dalam kajian ini.
d. Penyusunan hubungan sebab akibat dan prioritas masalah
Setelah pengelompokan masalah, dilakukan kajian secara bersama terhadap
masalah-masalah mana yang menjadi penyebab masalah tersebut atau dari
masalah lain sehingga masyarakat dapat melihat permasalahan yang dihadapi
secara menyeluruh. Dalam penyusunan program maka disepakati beberapa
masalah yang paling utama yang meliputi kebutuhan mendesak, kepentingan
bersama, ada potensi lokal maupun lembaga. Masalah lain di luar kelompok
tetap dipertimbangkan dalam memilih prioritas.
e. Pembahasan alternatif kegiatan sesuai prioritas masalah
Berdasarkan prioritas masalah, penemuan diskusi mengembangkan gagasan
kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut selanjutnya
dipilih kagiatan yang paling mungkin dilaksanakan berdasarkan penimbangan
kebutuhan alat, keterampilan, pelatihan, pendanaan, sumberdaya yang ada,
tenaga kerja yang tersedia, waktu dan tempat.
f, Penyusunan rencana kegiatan program
Alternatif -alternatif kegiatan yang dipilih secara bersama. Rencana kegiatan
disusun dalam bentuk tabel program yang mencakup aspek-aspek masalah,
tujuan yang ingin diwujudkan bila masalah teratasi, kegiatan untuk mengatasi
masalah, pelaksana kegiatan, instansi pendukung, waktu dan tempat
pelaksanaan, mekanisme dan metode pelaksanaan serta fokus kelompok yang
dijasikan sasaran.
PETA SOSIAL LONG MIDANG
Kondisi peta sosial Long Midang menggambarkan potensi sosial ekonomi
yang dimiliki sehingga dapat digunakan untuk mendukung upaya pemberdayaan
kelompok tani. Dalam kajian ini, kondisi peta sosial dijadikan sebagai bahan
untuk menganalisis aspek-aspek kehidupan yang mempengaruhi tingkah laku
masyarakat dalam pemberdayaan kelompok tani. Aspek-aspek yang dimaksud
meliputi lokasi desa, kependudukan, perekonomian, struktur komunitas,
organisasi dan kelembagaan dan sumber daya lokal.
Lokasi
Long Midang merupakan salah satu lokasi dari 28 lokasi yang ada di
Kecamatan Krayan. Penyebutan lokasi adalah hasil dari regrouping (penataan
desa) tahun 1970, dalam upaya penataan desa-desa terpencil dan terisolasi
menjadi satu kumpulan desa. Di dalam pelaksanaan regrouping penduduk dari
kampung atau desa lama umumnya tetap menjadi satu kesatuan administrasi di
lokasi baru tersebut, tetapi ada juga yang bergabung dengan penduduk kampung
atau desa lainnya. Long Midang sebagai salah satu lokasi yang berbatasan darat
antam Indonesia dengan Serawak - Malaysia, memiliki luas wilayah 141.24 Km2.
Keadaan topografi bergelombang karena merupakan daerah perbukitan terjal yang
merupakan jalur pengunungan lban dan berada pada ketinggian 800 m - 1.500 m
di atas permukaan iaut, suhu udara berkisar antara 14O - 23O C dengan curah
hujan merata sepanjang tahun.
Batas wilayah sebelah utara adalah Serawak Malaysia, sebelah timur
berbatasan dengan Buduk Tumu, sebelah selatan berbatasan dengan Long Pasia,
dan sebelah barat berbatasan dengan Serawak Malaysia. Jarak Long Midang
dengan Ibukota Kecamatan adalah 7 km, lbukota Kabupaten 250 Km dan lbukota
Propinsi 530 Km.
Untuk mencapai Long Midang dari lbukota Kabupaten hanya dapat
dilakukan dengan jalur udara. Sedangkan untuk jalur damt sampai sekarang belum
terealisasi. Sarana transponasi ke Kecamatan Krayan dilayani oleh 3 perusahaan
penerbangan yaitu Dirgantara Air Service (DAS), Mission Avision Fellowship
(MAF) dan Borneo Air Transport (BAT), dimana setiap hari kecuali hari minggu
terdapat satu kali penerbangan dari Ibukota Kabupaten Nunukan serta dari Kota
Tarakan yang memakan waktu tempuh selama 1 sampai 1,5 jam. Sedangkan dari
lbukota Kecamatan (Long Bawan) ke Long Midang dapat dilakukan dengan jalan
kaki, ojek motor atau mobil angkutan umum. Pada musim kemarau dapat
ditempuh selama 1,5 jam sampai 2 jam, namun dalam musim penghujan hanya
dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 6 jam.
Pada saat musim hujan kondisi jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan
bemotor karena menjadi berlumpur dan licin. Hal ini sangat menyulitkan warga
yang akan menjual hasil pertanian dan industri rumah tangga, bahkan juga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dibanding daerah perbatasan lain, Long Midang
masih tergolong beruntung, karena untuk menjual hasil pertanian ke pasar Distrik
Bakalalan - Serawak hanya diperlukan waktu 4 jam berjalan kaki.
Kependudukan
Penduduk Long Midang termasuk suku Dayak Londayeh yang tersebar di
Sabah dan Sarawak. Long Midang terdiri dari 5 Desa yaitu Pa' Rupai terdiri dari
20 KK, Pa' Nado terdiri dari 17 KK, Ba' Sikor terdiri dari 22 KK, Buduk
Kinangan terdiri dari 15 KK, dan Desa Liang Tuer terdiri dari 22 KK yang dihuni
oleh 231 laki-laki dan 167 perempuan, jumlah jiwa di Lokasi Long Midang adalah
398 jiwa dengan total kepala keluarga 95 KK.
Dalam satu wilayah desa, tidak semua penduduk adalah warga dimana
mereka bertempat tinggal tetapi mereka dapat menjadi warga desa yang lain. Hal
ini disebabkan batas wilayah antara satu desa dengan desa lain tidak jelas, serta
adanya kelompok-kelompok yang berdasarkan keturunan keluarga.
Jumlah tanggungan keluarga di Long Midang termasuk kategori besar.
Rata-rata keluarga mempunyai 2 sampai 4 orang anak, dan sebagian keluarga
masih menanggung orang tua atau saudara. Jumlah Penduduk Lokasi Lon2
Midang sampai dengan bulan Oktober 2005 tercatat sebagai berikut :
a. Jumlah Kepala Keluarga : 95 KK
b. Jumlah Penduduk Laki-laki : 23 1 Jiwa
c. Jumlah Penduduk perempuan : 167 Jiwa
d. Total jumlah Penduduk : 398 Jiwa
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin digambarkan dala~n
bentuk piramida penduduk pada Garnbar 2:
Jumlah Penduduk
Ga~nbar 2 Pira~nida Penduduk Long Midang per 31 Oktober 2005
Dari Gambar 2 terlihat bahwa jurnlah usia muda (0 - 14 tahun keatas + 55
tahun keatas) adalah 190 jiwa. Kurangnya data kependudukan menyebabkan
analisa ko~nposisi penduduk sulit dilakukan, selain it11 data ~nengenai mortalitas,
fertilitas serta migrasi penduduk tidak terdapat di Puskesmas, Kantor Desa
maupun di Kantor Kecamatan. Berdasarkan bentuk piramida penduduk tersebut
dapat dijelaskan bahwa kelo~npok umur produktif yang relatif rata
menggalnbarkan ~nelilnpahnya tenaga kerja. Adapun jumlah penduduk pada usia
15 - 19 tahun menyusut. Disebabkan banyak yang melanjutkan sekolah di luar
Long Midang.
Penduduk kelompok usia 20 - 24 jumlahnya meningkat. Faktor
penyebabnya adalah lnereka yang sudah lulus sekolah maupun yang tidak
menyelesaikan pendidikannya kembali ke kampung. Penduduk Long Midang
banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, karena
keterbatasan biaya.
Jumlah penduduk kelompok umur 25 - 29 mulai menurun baik perempnan
maupun laki-laki. I-lal ini disebabkan banyak penduduk yang melakukan migrasi
ke luar, karena menikah dengan penduduk dari luar Long Midang, mencari
pekerjaan, atau bekerja di luar Long Midang. Migrasi non perlnanen umumnya
dilakukan saat menunggu lnasa panen padi, dengan motif ~nendapatkan uang tunai
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Sumber : Laporan Kependudukan Lokasi Long Midang Nopember 2005
Gambar 3 Kornposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Dari Tabel 3 dan Gambar 3 terlihat bahwa struktur penduduk berdasarkan
mata pencaharian. Walau ada yang bekerja sebagai Pegawai Negeri SipilIABRI
dan lainnya, natnun dapal dikatakan hampir selnua penduduk juga melakukan
kegiatan pertanian. Dari jumlah penduduk 398 orang yang memiliki mata
pencaharian sejumlah 146 orang. Penduduk yang sepenuhnya sebagai petani
Jumlah 120 -
100 -
80 -
60 -
40 -
20 -
0 7 Jenls Pekerjailn
PNSirNl 'Paw Dagang I'emak Laln-la~n
7
r---l n I
mencapai 97 orang atau 66.44 persen. Sedangkan sebanyak 33.56 persen lainnya
mernpunyai sumber penghasilan lain yaitu sebagai pedagang, peternak, membuka
bengkel dan sopir mobil angkutan umum.
Produktivitas padi relatif rendah dan beduktuasi karena ada beberapa
sebab yaitu luas sawah tidak konstan yang sangat trergantung dari penyediaan
bibit dari hasil panen tahun sebelumnya, dan petani hanya memanfaatkan tanah
rawa untuk dijadikan sawah tanpa menggunakan teknologi pertanian. Sehingga
produktivitas padi hanya mencapai 3 samapi 4 ton perhektar pertahun. Upaya
warga untuk meningkatkan produktivitas padi dilakukan dengan membentuk
kelompok-kelompok tani.
Perekonornian
Perekonomian di Long Midang masih tergolong tradisional karena masih
menggunakan cara barter. Belum ada organisasi yang mengatur masalah distribusi
atau pemasaran. Demikian pula belum ada pasar desa sebagai media transaksi
beras adan dan garani gunung. Produksi garam gunung dilakukan ketika
menunggu masa panen. Hasil panen pad; pada tahun 2005 meningkatan dari 3.2
tonha pada tahun 2004 menjadi 3.8 tonlha. Peningkatan produksi padi disebabkan
oleh pembukaan lahan baru serta adanya program pemerintah bempa bantuan
bergulir untuk meningkatkan produktivitas padi.
Hasil pertanian d i Long Midang masih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan pangan keluarga. Namun demikian, apabila mereka memerlukan uang
tunai atau memenuhi kebutuhan lain mereka menukar padi dengan barang
kebutuhan sehari-hari atau bahan bangunan, d i Sub Distrik Bakalalan. Selain
sebagai petani sawah, penduduk Long Midang juga memanfaatkan hasil hutan
non kayu, berburu, menambang garam serta beternak kerbau dan babi. Selama ini
penduduk Long Midang mencoba untuk beternak unggas tetapi tidak pemah
berhasil. Dalam mengisi waktu luang untuk menambah pendapatan keluarga
sebagian masyarakat membuat hasil kerajinan.
Sistem pertanian di Long Midang tidak seperti yang umumnya dijumpai di
Kalimantan yaitu sistem pertanian ladang berpindah, melainkan mempakan sistem
pertanian menetap seperti di Jawa dan Bali. Pertanian di Long Midang tidak
menggunakan irigasiltadah hujan, tetapi memanfaatkan tanah rawa. Masa tanam
bulan Juli sampai Januari (6 bulan). Setelah panen sawah digunakan sebagai
kolam ikan.
Alat-alat tradisional masih tetap digunakan misalnya parang, cangkul,
sedangkan dalam ha1 pemanfaatan teknologi pertanian belum dilakukan. Mereka
menggunakan chainsaw untuk menebang kayu sebagai bahan bakar dan
bangunan.
Sistem pengupahan tenaga kerja untuk mengerjakan sawah dibayar dengan
uang tunai atau padi. Pengupahan dihitung berdasarkan luas lahan yang
dikerjakan. Sistem tata niaga perdagangan hasil pertanian di Long Midang sangat
sederhana. Petani bertransaksi dengan melakukan pertukaran langsung atau barrer
dengan pedagang yang ada di pasar Sub Distrik Bakalalan. Hal ini dilakukan
karena jarak ke Distrik Bakalalan lebih dekat di banding ke lbukota Kecamatan.
Pendapatan penduduk Long Midang termasuk tinggi karena setiap kali
membawa hasil pertanian untuk dijual di 'pasar' Distrik Bakalalan akan
diperhitungkan dengan Ringgit Malaysia (RM). Untuk 1 kaieng beras adan (12,5
- 15 kg) seharga Rp. 150.000ikaleng - Rp. 200.000ikaleng. Tingginya harga jual
dikarenakan adanya perbedaan musim. Semakin mendekati musim tanam periode
berikutnya semakin mahal harga jual komoditas tersebut. Sedangkan jika
langsung menjual ke Brunai Darussalam harga yang diperolehnya jauh lebih
tinggi yaitu Rp. 40.000kg - Rp 60.000ikg. Biaya angkut dari Bakalalan ke Brunai
Darussalam adalah I 1 RM ( I RM = Rp.2300,-).
Struktur komunitas
Struktur komunitas sosial masyarakat dapat dapat dilihat dari pelapisan
sosial. Pelapisan sosial di Long Midang didasarkan pada keturunan dan kekayaan.
Warga yang dihormati di dalam masyarakat adalah yang masih mempunyai garis
turunan bangsawan dan orang kaya (Luticlok) dan bukan turunan budak
(Demul~mn). Walaupun seorang Drn11111rn tergolong kaya dan berpendidikan tinggi
namun mereka tetap tidak setara dengan golongan Llmnduk. Pada masyarakat Long
Midang tingkat pendidikan serta kekayaan tidak berpengaruh pada kedudukan
seseorang. Hal ini tampak ketika terjadi ikatan perkawinan. Punrr (denda atau mas
kawin) yang dibayar akan tinggi jika perkawinan tersebut dilakukan antara
Demulun dengan Lundok.
Masyarakat Long Midang membentuk berbagai lembaga sosial berdasarkan
pada kesamaan agama, profesi, pendidikan, kekayaan serta kesamaan sukulras,
serta rasa senasib sebagai warga pendatang (penduduk hasil regrouping).
Penduduk asli Long Midang adalah di Desa Pa' Nado dan Buduk Kinangan.
Kedua desa tersebut tidak mau membentuk kelompok dengan warga desa-desa
yang lain. Sedang warga desa Liang Tuer, Pa'Rupai dan Ba' Sikor mereka dapat
lnenjadi satu kelompok.
Pemilihan kepala desa di Long Midang didasarkan dengan suara terbanyak,
sedangkan yang menjadi pemimpin informal adalah tokoh adat. Tokoh adat
ditentukan oleh garis keturunan.
Secara umum masyarakat Long Midang tunduk terhadap pemimpin baik
formal maupun informal. Hal ini terlihat dari kepatuhan terhadap peraturan-
peraturan yang dibuat oleh pemimpin. Keputusan diserahkan kepada pemimpin
jika warga percaya bahwa pemimpin mereka pantas dipatuhi. Kepercayaan yang
diberikan warga cukup besar, tetapi dapat terjadi mereka tidak lagi mengindahkan
peraturan jika pemimpin atau keluarga yang semula dihormati dan menjadi
panutan telah mengecewakan.
Kelembagaan dan Organisasi Sosial
Masyarakat desa biasanya ditandai dengan pemilikan ikatan kesamaan
batin yang kuat. Tetapi dalam kenyataan di Long Midang keeratan ini hanya ada
pada desa-desa asal bukan oleh seluruh masyarakat.
Di Lokasi Long Midang belum dibentuk lembaga formal baik Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) maupun Badan Permusyawarahan Desa (BPD)
PKK. Koperasi atau lembaga-lembaga masyarakat lainnya. Lembaga yang ada
h a q a bempa kelompok-kelompok kecil >ang dibentuk karena adanya kesamaan
latar belakang dan kepentingan, seperti lembaga keagamaan serta lembaga adat
dan kelompok tani. Lembaga adat mengatur hukum adaf hutan ulayat, tanah
ulayat dan adat serta yang berhubungan dengan perilaku masyarakat setempat.
Selama ini di Long Midang lembaga adat masih sangat berpengaruh dengan
kehidupan masyarakat baik itu karena penetapan puruf (denda), pengaturan
perkawinan antara golongan, pengaturan penggunakan tanah ulayat dan adat dan
pemanfaatan hutan ulayat.
Secara konseptual dikatakan bahwa keiembagaan sosial adalah tata
abstraksi yang lebih tinggi dari kelompok organisasi dan sistem sosial,
Koentjaraningrat (1964) mengistilahkan kelembagaan sosial sebagai pranata
sosial yang merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan kompleks-kompleks khusus
dalam kehidupan masyarakat. Kelembagaan yang ada di Long Midang masih
berdasarkan pada kekerabatan, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1 . Kehidupan pedesaan masih erat dengan alam dan mata pencahariannya masih
tergantung dari alam dan terikat dengan alam.
2. Umumnya segenap anggota keluarga mengambil bagian dalam kegiatan
penanian, walaupun kesempatan kerja diluar menjanjikan tetapi ketika maw.
panen tiba mereka akan kembali untuk melaksanakan kegiatan pertanian.
Sumber Daya Lokal
Luas Long Midang adalah 141.24 Km, yang merupakan tanah ulayat warga
suku Dayak Lundayeh. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten ~ u n u k a n ' Long
Midang ditetapkan sebagai tanah ulayat suku Dayak Lundayeh. Tanah ulayat
adalah sebidang tanah yang berada dalam lingkup hak ulayat dalam suatu
masyarakat hukum adat tertentu.
Lokasi pemukiman, persawahan serta lahan pengembalaan telah ditentukan
secara adat yang diatur di dalam hukum adat. Hukum adat merupakan aturan yang
ditetapkan oleh lembaga adat. Hutan disekitar pemukiman juga sebagai hutan
ulayat. yang dapat dimanfaatkan bersama. flutan ulayat mempakan kawasan hutan
yang berada dalam lingkup hak ulayat dalam satu masyarakat hukum adat
tertentu. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dilakukan masyarakat untuk
menambah penghasilan keluarga, sedangkan kayu dijadikan papan yang
dimanfaatkan untuk membuat pemukiman dan perbaikan jembatan.
Status lahan sawah merupakan kepemilikan yang berdasarkan warisan turun
temurun. Sedangkan untuk tanah kering maupun lahan pemukiman mempakan
common property lokasi pemukiman tidak tersebar tetapi merupakan suatu
kelompok. Biasanya dalam satu kelompok pemukiman masih satu keluarga.
Perluasan lahan pertanian yang dilakukan tetap memperhatikan kelestarian
alam. Hutan di sekitar Long Midang termasuk hutan ulayat tidak di rusak. Karena
lokasi pemanfaatan lahan telah diatur oleh tetua adat suku Dayak Lundayeh.
Perluasan atau pembukaan lahan baru dapat dilakukan dengan menggunakan
tanah ulayat dan selalu ada musyawarah baik dengan pemuka masyarakat Long
Midang maupun dengan ketua adat besar suku Dayak Lundayeh. Begitu juga
dengan penggunaan hasil hutan. Penebangan kayu yang digunakan untuk kayu
bakar hanya jenis kayu tertentu. Kayu yang ditebang memperhatikan umur dan
besarnya lingkaran kayu dan hanya digunakan untuk membangun rumah dan
perbaikan jembatan, bukan sebagai barang komoditi untuk dijual. Hal ini seperti
yang disampaikan oleh Kepala Adat Besar suku Dayak Lundayeh (Bapak Yagung
Bangau) sebagai beriku :
Lokasi disini kami sebur sebagai ranall lun bukan lun bak karena kumi disini bersmvah bukan berladang. Dan ha1 ini sudah ka111i lakukan sejak nenek moyung. Kami juga ridak sembarang menebang pohon upulagi mentbuka lalzan smvah seperti dorang, karena semua harus nzemakai aturan
Perilaku masyarakat di Long Midang memperhatikan keseimbangan alam.
Dalam berinteraksi dengan alam, norma-norma adat (kearifan lokal) yang
berkembang secara turun temurun. Beberapa ketentuan yang ditaati dalam ha1
membuka hutan untuk bersawah dan menebang pohon. Lembaga adat masih
mempunyai kekuatan yang dipatuhi oleh warga masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pertanian serta pemanfaatan hasil hutan non kayu.
Pemanfaatan dan penguasaan lahan di Long Midang tidak boleh
bertentangan dengan hukum adat suku Dayak Lundayeh. Tanah di Long Midang
' l'eraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 04Tahun 2004 tenlang Hak Ulayat Masyarakat
tidak dapat diperjualbelikan atau dipergunakan diluar ketentuan yang telah
disepakati. Lahan ~emukiman tidak boleh digunakan untuk lahan pengembalaan
binatang ternak atau digunakan sebagai lahan pertanian. Sumberdaya alam yang
melimpah berupa lahan persawahan maupun lahan kering yang luas dapat
digunakan oleh seluruh warga untuk pencetakan sawah baru maupun pembuatan
kebun, atau tempat pengembalaan binatang ternak. Secara lebih rinci, penggunaan
lahan di Long Midang tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 : Penggunaan Tanah Long Midang
hukurn adat Lundayeh Kabupaten Nunukan.
I (%) 12.1 1 0.90
32.05 9.09
No 1 2 3 4 - 5 / Lainnya 64,76 1 45.85
PenggunaanTanah Pemukiman Jalan Sawah dan Ladang Bangunan umum
1 Total 141.24 1 100% Sumber: Kantor Kecamatan Krayan Tahun 2005
Luas 16,64
1,27 45,72 12,85
PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PAD1 DAN PERLUASAN AREAL TANAM DAN PENGEMBANGAN UBI
KAYU (P3PATPU) DI LONG MIDANG
Salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan program pengembangan
masyarakat adalah melakukan evaluasi program. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah program yang dilakukan berhasil atau gaga!, mencapai sasaran
atau tidak, sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau tidak, mampu memberikan
manfaat atau tidak. Evaluasi program bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor
yang mendorong tercapainya keberhasilan dan kendala yang menghambat
pelaksanaannya, sehingga hasil evaluasi dapat menjadi masukan bagi pelaksanaan
program.
Deskripsi Prograni Peningkatan Produktivitas Padi dan
Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU)
Program P3PATPU merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan
ketahanan pangan. Penyelenggaraan program di Kabupaten Nunukan adalah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan di bawah Sub Dinas Bina
Produksi dan Perlindungan Tanaman Pangan. Kegiatan ini dimulai akhir tahun
2004. Program ini dapat dibedakan tanaman ubi kayu hanya Kecamatan Nunukan
dan Sebuku sedangkan peningkatan produktivitas padi dan perluasan areal tanarn
padi untuk Kecamatan Krayan.
Kegiatan meningkatkan produktivitas padi melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian dipilih dengan pertimbangan bahwa masih tersedia lahan
tidur yang belum dimanfaatkan. Pembukaan lahan persawahan yang baru dapat
meningkatkan hasil produksi padi sehingga dapat meningkatkan ketahanan
pangan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Nunukan mengupayakan agar ketahanan pangan di
Kecamatan Krayan meningkat karena wilayah ini merupakan daerah yang masih
rerisolir. Transportasi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat udara.
Hal ini menyebabkan harga barang atau kebutuhan sangat tinggi. Kebutuhan
masyarakat Long Midang sering kali hams dipenuhi dari Malaysia karena harga
iebih murah. Pengembangan tanaman ubi kayu tidak dilakukan di Kecamatan
Krayan, karena ubi kayu bukan sebagai makanan pokok masyarakat suku Dayak
Lundayeh. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Subandi (Kepala Sub Dinas
Bina Produksi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten
Nunukan) yang mengatakan:
Ubi kuyu tidak dianjurkan di fanan1 di Krayan karena ubi kayu bukan n~akanan pokok masyarakaf sana. Ubi kuyu sebagai pemenuhan pangan allernatif bagi ma~yarakaf Kecamafan Sebuku ha[ ini karena makanan pokok penduduk Sebuku ferutama suka Dayak Tenggalan- Sen~antalun adalah ' iloi' yang dibuaf dari ubi kayu, selain itu ubi kayu nierupakan bagian penling dari upacara adaf, yuiru upacara kema~ian.
Program P3PATPU merupakan upaya pemerintah Kabupaten Nunukan
untuk meningkatkan produktivitas padi melalui pemberian bantuan permodalan
secara bergulir. Bantuan permodalan diberikan kepada kelompok-kelompok tani
di Kecamatan Krayan. Pendekatan yang digunakan adalah Bantuan Pinjaman
Langsung Masyarakat (BPLM).
Dari 22 kelompok tani di Kecamatan Krayan yang memperoleh BPLM
terdapat 5 kelompok tani yang berlokasi di Long Midang. Secara umum kegiatan
ini didampingi oleh PPL pertanian dalam penyusunan rencana usulan kelompok.
Syarat diberikannya dana bantuan yang diberikan oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Peternakan diharuskan untuk membentuk kelompok yang setiap
kelompok berjumlah 10 orang. Dalam ha1 ini setiap kelompok memperoleh dana
bantuan sebesar Rp.20.000.000 yang penggunaannya disesuaikan dengan usulan
rencana kelompok.
Kelompok tani yang disetujui untuk memperoleh BPLM diwajibkan
membuka rekening dan mengajukan pennohonan kepada pimpinan proyek untuk
menyalurkan dana pada rekening kelompok tani dan dilengkapi dengan beberapa
persyaratan yang ditentukan. Setiap bulan kelompok tani harus membuat laporan
tentang penerimaan dan pengeluaran bantuan. Pengembalian dana BPLM.
dilakukan dalam waktu tiga tahun yang pembayarannnya telah ditentukan yaitu
setahun sekali setiap kali panen. Selain diberikan bantuan berupa modal kelompok
tani juga diberikan pembinaan tentang pengembangan kemitraan, pemupukan
organik yang seimbang. pertanian organik yang diikuti oleh penvakilan dari
anggota kelompok tani.
Dalam pelaksanaan dilapangan, bantuan permodalan pada kelompok-
kelompok tani tidak dilakukan sesuai dengan usulan kelompok yang diajukan.
Penggunaan dana oleh kelompok dilakukan berdasarkan kesepakatan kelompok,
sehingga pengembalian dana pinjaman tidak sesuai dengan perjanjian dengan
pihak pemberi bantuan. Sampai saat ini ada kelompok tani yang masih belum
mengembalikan dana sesuai dengan ketentuan seperti terlihat dari Tabel 5.
Tabel 5 pengembalian bantuan pinjaman langsung masyarakat
Nama Kelompok
Sehubungan program tersebut baru dilakukan pada musim tanam tahun
2005 maka pengembalian dana bantuan tersebut baru dilakukan satu kali
angsuran.
Setiap tahun, kelompok tani mengembalikan dana pinjaman sebesar Rp.
6.500.000 sampai Rp.7.000.000. Dari lima kelompok, hanya dua kelompok tani
yang mengembalikan dana bantuan sesuai dengan kesepakatan yaitu kelompok
tani Maju Jaya dan Mandiri yang berlokasi di desa Pa'Rupai dan Buduk
Kinangan. Kelompok tani lain belum dapat memenuhi plafon pengembalian
bantuan dana sesuai kesepakatan yang telah ditetapkan.
Bahwa dengan bantuan BPLM, anggota kelompok tani dapat meningkatkan
produktivirtas padi dengan memperluas areal tanam. Perluasan areal tanam
berpengaruh terhadap peningkatan hasil panen gabah. sehingga melebihi
kebutuhan keluarga. Peningkatan produktivitas padi berdampak pada kemampuan
anggota kelompok tani dalam mengembalikan pinjaman. Pengembalian pinjaman
oleh anggota kelompok dapat b e ~ p a uang tunai atau padi. senilai besamya
Masa
Mandiri
Apa Kubilang
Tunas Muda
Maju Jaya
Peruntukan Dana
Besar Angsuran
%
I'adi sawah
Padi sawah
Mesin giling padi
Padi sawah
Padi sawah
20.000.000
20.000.000
20.000.000
20.000.000
20.000.000
4.650.000
6.500.0W
5.250.000
3.000.000
7.000.000
- - - - -
- 23.25
32.5
26.25
15
35
Tinjauan Program P3PATPU dalam Aspek Ekonomi dan Sosial
Pembangunan Ekonomi Masyarakat
Pengembangan ekonomi dilakukan melalui perluasan areal persawahan
dengan harapan dapat meningkatkan hasil produksi padi, sehingga dapat
memelihara ketahanan pangan masyarakat setempat dan dapat dipasarkan di
Negara Malaysia. Perkembangan perekonomian ini memerlukan kerjasama baik
dalam bidang peraturan, kebijakan, ekonomi, sosial, serta hubungan kemitraan
antara pemerintah lokal dengan masyarakat, sehingga mereka dapat menciptakan
daya saing baik kompetitif niaupun komparatif atas potensi ekonomi lokal
tersebut.
Dalam mengembangkan pembangunan ekonomi lokal, pemerintah bukan
saja harus memperhatikan potensi yang ada di daerah, tetapi juga mencakup upaya
memberdayakan masyarakat setempat. Pertumbuhan ekonomi lokal juga harus
memperhatikan aspek lingkungan, serta dapat meningkatkan daya saing dan
menumbuhkan partisipasi masyarakat.
P3PATPU di Kecamatan Krayan merupakan program strategis bagi
pengembangan ekonomi masyarakat. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi masyarakat, bantuan dana bergulir untuk peningkatan produktivitas padi
dan perluasan areal tanam memberikan dukungan bagi keberlanjutan usaha tani.
Melalui program ini, petani dapat memperoleh modal dan informasi tentang
pengembangan usaha tani dalam rangka meningkatkan produktivitas padi.
Sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan tujuan pembangunan Kabupaten Nunukan.
Hambatan dalam pelaksanaan program P3PATPU adalah:
a. Kelompok tani yang ada di Long Midang merupakan bentukan Pemerintah.
Hal ini terjadi karena dana BPLM dapat dicairkan jika sudah terbentuk
kelompok tani dalam satu desa.
b. Kelompok tani selama ini belum dapat memanfaatkan potensi yang ada secara
bijaksana karena keterbatasan dalam pengetahuan, teknologi pertanian.
informasi dan belum adanya jaringan.
c. PPL sebagai pendamping kelompok tani kurang optimal dalam melaksanakan
tugas.
d. Monitoring yang dilakukan pemerintah hanya merupakan formalitas.
e. Adanya kendala transportasi yang sulit dan mahal, sehingga menghambat
dalam pemasaran hasil produksi.
f. Belum ada lembaga ekonomi lokal yang menangani perdagangan di daerah
perbatasan, sehingga masyarakat mengalami kesulitan dalam memasarkan
hasil produksi dan berakibat pada rendahnya tingkat penghasilan.
Pengembangan Modal Sosial
Modal Sosial menurut Fukuyama (2000) diartikan sebagai seperangkat
nilai - nilai internal atau norma-norma yang disebarkan d i antara anggota-anggota
suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan
yang lainnya. la menambahkan bahwa prasarat penting untuk munculnya modal
sosial adalah adanya kepercayaan, kejujuran dan timbal baik.
Selanjutnya Fukuyama juga mengatakan bahwa Modal sosial itu sendiri
memiliki empat dimensi sosial, pertanla, adanya ikatan yang kuat antara anggota
keluarga dan keluarga dengan tetangga sekitarnya yang didasari ikatan-ikatan
kekerabatan, etnik, dan agama, k d u a adanya pertalian yaitu ikatan dengan
komunitas lain di luar komunitas asal seperti terbentuknya jejaring atau asosiasi-
asosiasi, ketiga adanya integritas organisasional yaitu keefektifan dan kemampuan
institusi negara yang menjalankan fungsinya termasuk menciptakan kepastian
hukum dan menegakkan peraturan, keen~pat adanya sinergi yaitu relasi antar
pemimpin dan institusi pe~nerintahan dengan komunitas.
Berdasarkan petunjuk teknis yang ada bahwa petani penerima dana BPLM
harus tergabung dalam wadah kelompok tani. Hal ini menuntut patisipasi petani
dalam kegiatan kelompok, patuh dengan aturan kelompok, berusaha bekerjasama
mengembangkan usahataninya dalam kelompok. Partisipasi anggota dalam
kelompok hanya tampak dalam proses perencanaan kegiatan kelompok. karena
adanya tujuan untuk mendapatkan dana BP1.M.
D i Long Midang dari 95 KK. yang mendapat bantuan adalah 50 KK yang
terbagi dalam 5 kelompok tani. Besarnya dana BPLM yang disalurkan pada
anggota kelompok rani tergantung dari kesepakatan kelompok. Besarnya dana
yang disalurkan kepada anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini
dikarenakan ada anggota kelompok yang takut tidak dapat mengembalikan dana
pinjaman. Tetapi ada juga anggota kelompok yang sampai saat penelitian
berlangsung belum memerlukan dana bantuan tersebut.
Dalam kaitannya dengan kelompok tani Long Midang, keberadaan modal
sosial dapat dilihat dari:
1. Adanya aturan yang mengikat serta terbentuknya jaringan antara anggota
kelompok dengan warga masyarakat sehingga dapat mengembangkan
produktivitas padi dengan baik.
2. Di dalam pelaksanaan program P3PATPU anggota kelompok tani mempunyai
kerjasama yang baik, berinteraksi, berdasarkan kepercayaan.
3. Program P3PATPU merupakan program pengembangan ekonomi produktif
untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Kegiatan ini dapat menjembatani
antara keinginan atau kebutuhan warga dengan program-program pemerintah
sehingga dapat mengembangkan jejaring yang bersifat vertikal, yaitu
kolaborasi antara masyarakat dengan pemerintah.
ANALISA KELOMPOK TAN1
Untuk meminimalisasi kekeliruan dalam menganalisis kelembagaan pada
kelompok tani, diperlukan data dan informasi secara lengkap. Adapun data dan
informasi yang diperlukan mengenai manfaat kelompok tani, masalah yang
dialami, harapan yang diinginkan, serta faktor pendukung dan penghambat
perkembangan kelompok tani. Dalam memperoleh data dan informasi tersebut
dilakukan melalui wawancara terhadap anggota kelompok tani, masyarakat bukan
anggota kelompok tani, serta pihak luar yang terkait serta melalui observasi
lapangan, dokumentasi, serta diskusi-diskusi tentang keberadaan kelompok tani.
Kapasitas Kelornpok Tani
Kapasitas Pen, ourus
Motivasi. Hampir semua pengurus di lima kelompok tani Long Midang
kurang memiliki motivasi untuk melakukan perubahan dalam mengembangkan
kelompok dan kemampuan anggota. Mereka lebih banyak mengurusi
pengembalian pinjaman saja, sementara konhibusi kelompok terhadap upaya
pengembangan kemarnpuan anggota diabaikan. Hal ini tampak dari ketidak
aktifan pengurus untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kelompok dan
kegiatan lain yang berorientasi pada pengembangan pertanian.
Kurangnya motivasi pengurus dalam memajukan kelompok tani merupakan
sikap kengganan terhadap kelompok. Sebelum terbentuk kelompok tani yang
disebabkan karena adanya program P3PATPU ini, mereka telah membentuk
kelompok. Sebutan kelompok tersebut adalah kelompok gotong royong
(senguyun). Pernbentukan kelompok senguyun, adanya hubungan kekeluargaan
dan kecocokan antara satu dengan lainnya. Anggota kelompok senguyun tidak
terbatas pada warga satu desa tetapi terdiri dari beberapa desa.
Pada awalnya kelompok senguyun beranggotakan antara 2 sampai 3
keluarga. Saat penelitian dilakukan jumlah anggota kelompok tersebut antara 7
sampai 10 keluarga. Kelompok .senp)vn merupakan kelompok yang dinarnis.
karena setiap tahun baik jumlah maupun keluarga yang menjadi anggota dapat
berubah. Tidak ada peraturan yang mengikat.
Dalam mengerjakan sawah dilakukan secara bergiliran, sesuai dengan
kesepakatan dalam kelompok, demikian juga dalam soal pemberian upah.
Anggota kelompok senguyun tetap menerima upah dari sawah yang mereka
kerjakan. Pengupahan dilakukan dalam bentuk gabah. Ketua kelompok senguyun
dipilih karena kemampuan serta disukai oieh seluruh anggota.
Pengurus kelompok tani jarang menyampaikan infonasi yang diperoleh
dari hasil pertemuan pengurus dengan petugas PPL pertanian di Kecamatan.
lnformasi hanya disampaikan apabila ada anggota kelompok yang bertanya.
lnisiatif untuk mengembangkan kegiatan kurang. Mereka selalu menunggu
petunjuk dan menyerahkan penasalahan kepada Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) pertanian. Kurangnya motivasi ini seperti dijelaskan oleh Sdr Bangau Saiud
anggota kelompok tani Mandiri yang mengatakan:
.......... ya kalau dibilang pengurus ridak aktcliftidak juga, tefapi jarang sckali ketua kelornpok menyarnpaikan haril yang di dapar dari kecamaran. Kanii dikelonlpok ridak pedrdli, yang penling bag; saya. bagaimana caranya kami bisa mengembalikan pinjaman . Malu kami kalau ridak bisa repat wakru apalagi dengan bapak PPL .......
Hal senada juga disampaikan oleh Jonfred pengurus kelompok tani Masa:
Pengurus kelompok kami ridak pedtrli dengan kelonlpok, laporan penggunaan d m ~idak kami kerahui, Cuma ditekankan masalal~ pengembalian dana. Bagaiman cara anggota kelontpok rnengembalikan dana pengurus fidak mau tau. Pengurus sibttk dengan bisnisnya sendiri. Kalau begini lebih baik kami tidak menrbenruk kelortipok karena sama saja.
Perkembangan kelompok terkait dengan kuranganya motivasi pengurus
untuk memajukan kelompoknya. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa
beberapa pengurus kelompok sibuk dengan kepentingan sendiri. Hal ini seperti
dilakukan oleh ketua kelompok Tani Masa desa Pa' Nado pada saat penelitian
berlangsung Sdr Petrianus P dan ketua kelompok tani Apa Kubilang desa Ba'
Sikor sdr Martin Palung masih berada di Serawak - Malaysia untuk bekerja di
perkebunan kelapa sawit. Sedangkan sekenaris kelompok tani Tunas Muda dcsa
Liang Tuer Sdr. Paru Apung dan beberapa orang kehutan mencari kayu gaharu.
Mencari kayu gaharu antara 2 sampai 3 bulan bahkan lebih karena untuk saat
sekarang memperoleh kayu gaharu sangat sulit. Akibatnya, intensitas pertemuan
kelompok dan komunikasi antara pengurus dan anggota kelompok belum dapat
terjalin dengan baik.
Ketua kelompok tani Maju Jaya setelah selesai tugasnya sebagai kepala
sekolah di SD lnpres Long Midang, langsung ke sawah dan sering bertemu
dengan beberapa anggota kelompok yang ~nembersihkan pematang. Pertemuan
informal tersebut banyak mengungkapkan harapan serta kendala di dalam
kelompok maupun aktivitas sehari-hari seperti mengeluhkan petugas PPL
pertanian yang hanya melakukan penyuluhan di Kecamatan, binatang ternak (sapi
dan kerbau) yang dibiarkan terlepas tidak dikandangkan, anak-anak babi yang
yang merusak tanaman di halaman. Seperti yang disampikan oleh ketua kelompok
tani Maju Jaya Sdr. Hendrik Balang :
Sebagai ke~zra kelon~pok Ian; soya r~~en~pzmnya; kewajiban yang tidak kecil, b~rkan suju saya hams n~errienul~i tanggung jmvab dalan~ pengenibalian bantuan dona tetapi juga terl~adap kebutuhan, harapan serta keinginan anggota. Bahkan sering ka/i sayajuga menyelesaihwn konyik yang terjudi antara anggota r~~aupur~ konflik dengan anggotu kelornpok tani yang lain.
Kebutuhan kelompok tani tidak sama satu dengan yang lain. Keberagaman
kebutuhan kelompok tergantung permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.
Kelompok tani Masa dan Mandiri lebih membutuhkan penyuluhan dari PPL
pertanian yang langsung dilaksanakan di Long Midang. Sementara sebagian besar
anggota kelornpok tani Apa Kubilang. menginginkan transparansi dalam
pengelolaan keuangan kelompok. Pada kelompok Apa Kubilang menyatakan
bahwa pertemuan kelompok untuk penyampaian informasi setelah adanya
pelatihanlpenyuluhan yang dilakukan di kecamatan merupakan kebutuhan
penting.
Semua kelompok tani yang ada di Long Midang mempermasalahkan
pengelolaan lumbung desa yang tidak jelas pemanfaatannya. Di Long Midang
sampai saat in i belum memiliki lumbung desa untuk sementara lumbung yang
digunakan adalah lumbung-lumbung gereja. Penggunaan lumbung gereja. yang
tidak dilengkapi pencatatan yang benar sering kali bercampur dengan gabah
jemaat gereja. Hal ini sering menjadi konflik antara pihak jemaat gereja dengan
kelompok tani yang bukan jemaat gereja tersebut.
Pengetahuan. Tingkat pendidikan formal pengurus kelompok beragam.
Rata-rata mereka telah menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah, seperti
ketua kelompok tani Maju Jaya dan Tunas Muda berpendidikan sarjana, ketua
kelompok Masa hanya sampai jenjang SLTP. Tingkat pendidikan pengurus secara
lebih rinci disajikan padaTabel 6
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pengurus Kelompok Tani
Pengetahuan tentang keorganisasian pada setiap kelompok hampir sama.
Mereka kurang memahami bagaimana mengembangkan dinamika kegiatan
organisasi sehingga dapat berkembang untuk memenuhi kebutuhan anggota-
anggotanya. Hal ini terlihat dari pemyataan dari hampir semua pengurus
kelompok tani Long Midang yang mengemukakan bahwa ketua kelompok hanya
bertugas mengatur, bendahara hanya mengurus keuangan, sekertaris hanya
mencatat kalau ada pertemuan dengan PPL pertanian maupun pertemuan dengan
anggota kelompok. Sementara anggota hanya mendengar atau menyetujui apa
yang di sampaikan oleh Ketua kelompok. Karena ketidaktauan pengurus
kelompok dalam mengelola kelompok maka menyebabkan kelompok tersebut
menjadi tidak berkembang.
Narna Kelornpok
Masa
Mandiri
Pengurus kelompok
Ketua Seketaris
Jenjang pendidikan SD I SLTP
d I d
Selrretaris
Bandahara
Ketua
SLTA I Sarjana
1 d d
Administrasi kelompok tidak dilakukan dengan baik, seperti kelompok tani
Apa Kubilang pencatatan penerimaan pendapatan dari penggilingan padi tidak
dibedakan dari anggota maupun yang bukan dari anggota, tidak dicatat berapa
kaleng setiap orang menggilingkan padi, karena ha1 ini berhubungan dengan
penerirnaan hasil dari usaha bersama kelompok tani Apa Kubilang. Yang lebih
parah hasil dari penggilingan padi dirninta oleh ketua kelompok dengan alasan
lebih aman.
Kejadian seperti ini menandakan bahwa pengetahuan tentang tugas dan
fungsi pengurus kelompok masih kurang, dengan melihat kepercayaan antar
pengurus tidak terjalin dengan baik. Yang menjalankan penggilingan padi juga
adalah keluarga dari ketua kelompok yang bukan sebagai anggota kelompok.
Karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pengurus kelompok tentang
organisasi menyebabkan pengurus dan anggota jarang dilibatkan dalam aktivitas
kelompok. Hal ini disampikan oleh Sdr. Hendri Dukung sekretaris kelompok tani
Apa Kubilang :
Kefua kanti fidak baik, seperfinya penggilangan pad; yang kanli usaltakan mendopar banfuan dari petnerinfah adalaJz ntilik pribadinya. Kami fidak pernah diberi fau berapa banyak hasil yang diperoleh dari penggilingan pad;, kunci fenzpaf penggilngan padi dia yang pegatlg, adik isfrinya yang jalankan. Sedangkan dia bukan anggora kelompok. Apa gunanya ada kami ...... fidak betul seperfi ifu. Kami fidak berani lrnfuk bicara ........ fapi biarlah yang penfing pinjaman kelontpok kami bisa lunas.
Pengetahuan pengurus tentang peningkatan produktivitas padi lebih baik
karena mereka sering mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas teknis serta
penyuluhan yang dilakukan oleh PPL pertanian yang dilaksanakan di kantor
kecamatan. Anggota jarang dilibatkan atau diikutsertakan dalam
pelatihanJpenyuluhan di kecamatan.
Keterarnpilan. Keterampilan yang dimiliki oleh pengurus kelompok sampai
saat ini belum menunjukan ha1 yang lebih nyata, karena keterampilan yang
dimiliki untuk pengelolaan kelompok sangat kurang. Masih diperlukan pelatihan
tentans pengelolaan administrasi serta pengelolaan teknis dilapangan dalam ha1
peningkatan produktivitas padi. Keterampilan yang dimiliki pengurus diperoleh
dari warisan turun temurun, saat ini pengolahan sawah tidak banyak memerlukan
keterampilan.
Latihan keterampilan dalam pengelolaan administrasi kelompok sampai saat
ini belum pernah dilaksanakan oleh dinas teknis, sehingga pembuatan laporan
keuangan kelompok dilakukan secara sederhana. Untuk pembuatan laporan
keuangan dan laporan bulanan kelompok agar lebih baik pengurus kelompok
sering meminta bantuan kepada guru S D Inpres Long Midang atau Pendeta.
Pendeta, guru-guru SD serta paramedis di Puskesmas Pembantu sering
membantu kelompok tani dalam pembuatan kclengkapan administrasi kelompok
serta membantu memimpin pertemuan formal. Bantuan berupa teknik administrasi
kelompok sangat diperlukan, karena jika menunggu perugas PPL pertanian belum
tentu dalam satu sampai dua bulan ke Long Midang. Alasan yang dikemukakan
PPL pertanian adalah jarak yang cukup jauh serta tidak ada kendaraan dinas
untuk menuju ke lokasi, waktu yang tidak tepat sehingga sering terjadi anggota
dan pengurus kelompok tidak berada di tempat. Disebabkan belum adanya
kesepakatan dalam penentuan jadwal antara PPL pertanian dengan kelompok tani
Keterampilan dalam mengolah sawah mereka peroleh baik dari PPL
pertanian maupun warisan turun temurun, seperti dalam penanaman, penyemaian
bibit, penyimpanan benih, pengambilan benih banyak yang menerapkan warisan
dari nenek moyang. Penanaman padi di sawah tidak disertai dengan perawatan
yang seharusnya agar hasil dapat meningkat. Hal ini seperti yang disampikan oleh
Sdr Yeremia
Sejak lama kan~i berfani seperti ini sejak nenek-nenek kmni, unfuk fahun ini sawah knmi ada 5 petak hasil yang knmi peroleh cukup saja unfuk kami makan dun sedikit untuk anak saya sckolah. ........ yah kalau saya pikir tidak perlu lag; ada penyuluhan perfanian kepada kami. Petani disini tidak perlu n~emakai pupuk yang seperfi dilain tempaf..
Keterampilan baik manajerial serta teknis sangat diperlukan agar kelompok
tani dapat meningkatkan produktivitas padi serta dapat membuat kelompok tani
menjadi salah satu sarana dalam memenuhi kecukupan pangan keluarga. Scperti
yang disampaikan oleh ketua kelompok tani Maju Jaya Sdr. Hendrik Balang :
Sma ruya peningkafan keterampilan unfuk kami balk untzrk pengelolaan adminisfrasi dun teknikpertanian yang baik sangar kami
perlz~hzn. Karena bagaimana kanji bisa rnenzberikan contoh yang baik bagi anggota kami jika kanii sendiri tidak tau apa-apa tentang peningkalan izasil serta pengelolaan adrninistrasi bagi kelompok karni.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan Kabupaten Nunukan
tidak pernah mengadakan pelatihan/penyuluhan baik dalam teknik maupun
manajerial terhadap pengelolaan kelompok tani. Pemerintah hanya memberikan
bantuan dana bergulir dan menyerahkan pengelolaannya kepada kelompok tanpa
dilakukan penyiapan kelompok untuk mengembangkan hasil produksi sesuai
dengan tujuan program P3PATPU. Hal ini seperti dijelaskan oleh Ketua
Kelompok Tani Mandiri Ibu Berthy HR
Selunza ini pemerintal7 tidak pernah niemberikan pelatihan tenlung pengolal~an niodal yang diherikan kepada kelon~pok kanli. Menfang dalarn rencana usulan kelonrpok yang telah karni bua~ dengan bantuan petugas PPL katni nzengajukan ztntuk tananzan padi. Setelah dona kami terin~a tidak ada pertanyaan dari bapak yang di kabupuren. Untuk apa kami buat nrodal ini nzerehz tidak tau
Kapasitas Anggota
Motivasi. Tidak semua anggota kelompok tani mempunyai motivasi yang
,Sb sama. Motivasi anggota dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta pengetahuan
yang dimiliki masing-masing individu. Motivasi pembentukan kelompok ada
berbagai alasan antara lain karena ada yang hanya menginginkan bantuan modal
untuk biaya anak masuk sekolah, ada yang benar-benar untuk peningkatan
produktivitas padi pada musim tanam berikutnya sehingga adanya rasa aman
terhadap pemenuhan kecukupan pangan keluarga, serta ada yang ingin menjual
sebagian hasilnya untuk memperoleh uang tunai. Motivasi kelompok sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kelompok tani. Berkembang atau tidaknya
kelompok tani bukan saja motivasi pengurus tetapi juga motivasi anggota
kelompok.
Semua kelompok tani dibentuk setelah ada program P3PATPU dari
pemerintah Kabupaten Nunukan. Pada awalnya, anggota bergabung atau
membentuk kelompok lebih disebabkan untuk memperoleh bantuan bergulir dari
pemerintah. Kegiatan-kegiatan kelornpok tidak tampak. Ikatan rnereka sebazai
satu kelompok hanya didasarkan pada pengelolaan bantuan pemerintah. Hal ini
menyebabkan kemauan untuk memajukan kelompok sebagai wahana untuk
mengembangkan anggota-anggotanya tidak mencapai sasaran. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Bapak Manis anggota kelompok tani Mandiri yang
mengatakan:
Kan~i menjadi anggota kelompok biar memperoleh bantuan pemerintah. Kalau tidak membentuk kelompok bantuan tidak ttmrun, sedangkan bantuan itzr sangat kami perlukan. Kalau bisa kumi harap kelonpok tani kami tidak sampai disini n~aksudnya banluan sudalz diterima tapi kelompok tani kami tetap maju. Sepertinya sulit karena kesibukan masing-musing .............
Pemyataan lain juga diungkapkan oleh bendahara kelompok tani Maju Jaya Ibu D o m a Kisu yang mengatakan:
Kegiatan kelompok tidak ada. Pertemuan-pertemuan lidak pernah dilakukan. Hanya pernah sekali waktu pembagian bantuan. Di sitrr disarnpaikun kapan ban~lran hams dibayarkan dun dulanl benr~rk apa bantuan tersebut dikenrbalikan.
Motivasi untuk mengadakan perubahan bagi peningkatan kesejahteraan
anggota atau memajukan kehidupan masyarakat masih kurang. Dalam aspek
pengolahan lahan pertanian, anggota kelompok belum berusaha untuk
mengembangkan cara-cara bertani dan melakukan intensifikasi, misalnya dengan
pengolahan tanah, pengaturan pengairan, pemupukan dan pemeliharaan tanaman
secara baik. Pola tanam yang mereka lakukan tidak pernah berubah dari waktu ke
waktu secara turun temurun. Untuk meningkatkan hasil produktivitas padi,
mereka lebih memilih membuka lahan baru yang masih cukup kandungan unsur
hara. Hal ini seperti di jelaskan oleh Sdr. Bendahara anggota Kelompok Tani
Maju Jaya yang mengatakan:
Kalau di sini mau menanum pad; tinggal menanam saja di smvah. Pengairan tidak perlu lag; karena air selalu ada di smvah. Pupuk juga tidak diberi karena tidak dipupuk juga tetap tumbuh. Sehabis panen, smvah dibiarkan saja tergenang air dun untuk kubangan kerbau atau kolam ikan. Kalau nlenjelang nzusinz kemarau baru kanli nzenananr padi.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa motivasi untuk mengadakan
perubahan dalam pola tanam masih kurang. Mereka lebih mengandalkan kondisi
alam yang subur dan tidak bcrusaha untuk mcngcmbangkan cara-cara baru dalam
pertanian. Pertanian yang dilakukan anggota kelompok tani di Long Midang
masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Mereka kurang motivasi
untuk menggunakan metode yang baru, sehingga dapat meningkatkan hasil
pertanian.
Dalam penyediaan sarana dan prasarana umum dalam kehidupan sehari-hari,
anggota kelompok atau masyarakat selalu mengharap bantuan dari pemerintah.
Masyarakat tidak berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri, misalnya
pengadaan penerangan di waktu malam, mereka menunggu pemerintah dengan
anggapan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan solarcell. Sebenarnya
melalui kelompok warga dapat mengusahakan sendiri penerangan untuk malam
hari, karena ada salah satu anggota kelompok yang memiliki mesin genset. Untuk
penerangan setiap rumah, anggota dapat mengusahakan bahan bakar secara
bersama-sama.
Anggota kelompok tani selain mengerjakan sawah mereka juga menambang
garam, sehingga ketika masa menunggu panen sebagaian anggota kelompk tani
tidak berada di rumah. Keluarga anggota kelompok berpindah tempat tinggal
dimana lokasi sumur garam berada. Untuk mencapai sumur garam diperlukan
waktu berjalan kaki selama 10 jam, sedangkan lama waktu memasak selama 24
jam terus menerus. Proses pememasakan garam dilakukan bergantian dengan
anggota keluarga yang lain. Hasil yang diperoleh dari penjualan garam sangat
membantu perekonomian keluarga. Tetapi tidak semua anggota kelompok tani
mempunyai usaha penambangan garam. Satu sumur garam diusahakan oleh 4
sampai 5 keluarga. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Rismogen :
Selama wakfu menunggu panen, katni satu keluarga ke sumur garant, kecuali anak kami yang masih sekolah kelas 3 dun 5 SD kami tilipkan sama neneknya. ........ Lumanyan pengha.~ilan kami dengan adanya suritur garar, fidak terlolu susah-susah, Kanti disana mcmbuat pondok-pondok dari kajang (sebangsa daun pandan yang besar). Untuk kami tidur. Smvall kami biarkan begitu saja, kadang-kadang bapaknya rnelihat sambil membersihkan pemofang. Kanti akan kembali kalau sudah waktu panen.
Hal senada juga disampaikan oleh lbu Ruth Palung:
............... kegiaran kelontpok tani ............... hiarkan saja begirtr, kun masilt adu angpra luinnya. Sudah ado pengunrsnya. s q a kutr a n g p ~ a mau diapakan krlontpok kanti ik111 saljo. Sekurcrng .sqa lehih baik kc sumur garant. S p a pulang hari sahtu, karena n~inggu ikrrr kebaklian, Senin saya kembali ke surnur.
Jarak rumah soya denpn sumur tidak ferlalu jauh, fapi tefap saja saya dun anak saya tidur disona. Anak saya yang hlas 6 SD saya ringgal di rumah.
Sebagian anggota kelompok-kelompok tani sudah memiliki keterampilan
yang diperoleh secara turun temurun. Untuk meningkatkan kualitas serta
keragaman produk kerajinan World Wide Fund for Nature (WWF)' memfasilitasi
anggota kelompok untuk mengikuti pelatihan. Produk kerajinan yang dihasilkan
kelompok tani tersebut dipasarkan baik secara individu maupun melalui WWF
bahkan diikutsertakan dalam pameran-pameran. Tujuan WWF memfasilitasi
peiatihan ini agar anggota kelompok tani dapat meningkatkan pendapatan
keluarga.
Partisipasi dalam pengelolaan kelompok. Berdasarkan tingkat pendidikan
anggota masing-masing kelompok tani di Long Midang masih rendah. Sebagian
besar anggota menempuh jenjang pendidikan hanya sampai tingkat dasar dan
menengah (SD dan SLTP). Secara lebih jelas, tingkat pendidikan anggota
kelompok tani tersaji pada Tabel 7 dan Gambar 5.
Tabel 7 Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Tani Long Midang
I Pa' Nado I Masa 1 loorang ( 5 1 3 1 2 1 -
Nama Desa
. WWF adalah organisasi internasional non protit yang bergerak di bidang konservasi alam terbuka.
Nama Kelompok
Buduk Kinangan Ba' Sikor Liang Tuer Pa' Rupai
Jumlah Anggota
Tamat
Mandiri Apa Kubilang Tunas Muda Maju Jaya
10 Orang 10 Orang 10 Orang 10 Orang
3 2 4 3
4 5 3 4
2 3 2 I
1 - 1 2
M s a Wndiri Apa Kubilang Tunas Mda k j u Jaya
Pada Tabel 7 dan Gambar 5 terlihat bahwa tingkat pendidikan SD dan
SLTP merupakan jenjang pendidikan yang banyak diternpuh oleh anggota
masing-masing kelompok tani. Dengan tingkat pendidikan anggota kelompok tani
yang masih rendah, sehingga pola kehidupan sehari-hari baik dala~n aspek sosial
maupun ekonomi masih tradisional. Dalam kehidupan sehari-hari seperti interaksi
antar anggota atau dengan masyarakat, mereka masih memegang teguh nilai-nilai
dan norma-norma yang telah menjadi tradisi turun temurun. Dalarn hubungan
sosial, masih berorientasi vertikal. Mereka cenderung menurut pada inisiatif
pemimpin.
Tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kedudukan dalam
masyarakat. Kedudukan seseorang dalam masyarakat lebih ditentukan oleh garis
keturunan3. Tetapi dalam pemilihan pernirnpin atau pengurus kelompok tani
melihat pendidikan serta kecakapan atau kemampuan bukan kekayaan atau garis
keturunan.
Keaktifan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok agar kelompok terus
berlanjut sangat diperlukan. Anggota kelornpok tani dapat rnembantu pengurus
kelornpok dala~n pembuatan laporan bulanan mengenai kegiatan kelompok.
Memberikan masukan baik pengeloiaan adrninistrasi maupun teknik pertanian,
anggota kelompok bersedia untuk mengikuti pelatihan serta penyuluhan yang
dilakukan oleh dinas teknis. Dalam kenyataan anggota kelornpok sering tidak
"erdasar sejarah turunan masyarakat Suku Dayak Lundayeh, terdapat dua garis turunan yaitu garis turunan Demulun dan kelas masyarakat Lundok. Pemimpin dalam masyarakat adalah kelas masyarakat Lundok.
bersedia mengikuti pelatihanJpenyuluhan karena menyangkut biaya atau
pendanaan dari dan ke tempat pelatihan/penyuluhan.
Seperti yang disampikan oleh Sdr. Heberly anggota kelompok tani Masa :
....... kami kepingin untuk mengikuti pelatil1an atau penyuluhan tetapi semua itu h a m kanli tanggung sendiri, sedangkan biaya kereta dari Long Midang ke Long Bmvan mahal, un~uk rnakan saja k m ~ i susal~ apa lagi untuk kc Long Bmvan. Lebil~ baik kami menunggu hasilnya nanti dari ketua karrli. Biasanya ada bantuan ketua kelornpok tetapi tetap saja fidak cukup, lebih baik lvaktunya saya gunakan untuk rnetybla ikan ......
Pelatihan/penyuluhan yang dilaksanakan di ibukota kecamatan membuat
anggota kelompok tani Long Midang enggan mengikuti. Jarak yang ditempuh
jauh, jalan tanah antara Long Midang dengan Long Bawan berdebu jika musi~n
kemarau dan berlumpur jika musim hujan. Biaya untuk ke Long Bawan sangat
mahal pergi pulang dibutuhkan dana sebesar Rp. 60.000 hanya untuk transportasi.
Kalaupun ada bantuan dari kelompok atau dari pihak penyelenggara (kadang-
kadang) tetapi tetap tidak cukup. Belum lagi biaya lain-lain makan, rokok, kopi.
Karena dari Long Bawan ke Long Midang harus menunggu mobil penumpang.
Selama waktu menunggu tersebut mereka duduk-duduk di warung kopi untuk
mengobrol.
Seperti yang disampaikan oleh Sdr. Martinus:
Untuk ke Bawan tidak cukup Rp.lOO.OOO, berapa s a j a bantuan kelornpok paling hanya cukup unttrk rokok. Sedarlgkan sarnbil rnenunggu kPrefa datang kanli juga nrerokok, ngopi Belunl lag; titipan istri sama anak Payah ........ Iebih baik pengurus saja yang kc sana uang dorang banyak Tidak seprti kanri-knn~i.
Selain alasan mengenai biaya yang diperlukan banyak anggota kelompok
rani takut ditanya oleh anggota kelompok yang lain atau pengurus hasil dari
pelatihanlpenyuluhan. Karena selama mengikuti pelatihanlpenyuluhan banyak
peserta yang tidak mendengarkan, mengantuk atau bahkan keluar untuk merokok.
Mereka melakukan itu karena bosan dan mengantuk bahkan tidak mengerti apa
yang disampaikan oleh penyaji.
Kebosanan anggota dalam mengikuti pelatihanlpenyuluhan terjadi karena
materi gang disampaikan tidak dipahami scrta sulit untuk dilaksanakan di lokasi.
Metode yang digunakan tidak partisipatit peserta hanya mendengarkan
Pertanyaan hanya diberikan di akhir sesi materi. Selain itu pelaksanaan pertemuan
di dalam ruangan yang tidak memenuhi syarat. Seperti yang disampaikan oleh
anggota kelompok tani Maju Jaya Sdr. Billy Kapung :
Bapak-bapaknya tidak memberi kami berfanya wakru niateri diberikan. Kami hanya dzldztk mendengar. Sebenarnya saya mau usul agar kami dibolehkan merokok, atau tempat pcrtettiuan di pindal~ kc depan yang ada anginnya. Di dalam sana sangat panas, saya dengan teman-teman ngatuk, bosun ..............
Kinerja Kelompok Tani
Perencanaan
Perencanaan merupakan aspek penting dalam organisasi. Perencanaan
merupakan proses penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan. Agar
tujuan dan aktivitasnya dapat memenuhi aspirasi anggota, perencanaan yang
disusun harus partisipatif. Secara faktual. perencanaan partisipatif pada kelompok
tani di Long Midang tidak dilakukan di semua kelompok.
Kelompok tani selama ini tidak pernah melakukan perencanaan secara
baik. Dalam kegiatan kelompok seperti pertemuan rutin kelompok dengan PPL
pertanian tidak membuat skedul siapa yang akan diikut sertakan, sehingga ketua
kelompok hanya menunjuk secara langsung. Demikian juga ketika Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan mengadakan pelatihan pertanian yang
wajib diikuti oleh masing-masing 3 anggota kelompok yang dilaksanakan di Long
Bawan. Ketua kelompok menunjuk peserta berdasarkan kedekatan dengan unsur
pengurus atau masih ada garis keturunan keluarga.
Keputusan yang diambil dalam kelompok semua berasal dari Ketua, baik
dalam pengiriman peserta untuk mengikuti penyuluhan, pelatihan, pengelolaan
keuangan kelompok, pembuatan laporan bulanan semua dilakukan oleh keputusan
ketua. Dalam kegiatan sehari-hari dalam pengelolaan keuangan semua dipegang
oleh Ketua seperti pada kelompok tani Mandiri mulai pencairan dana dari
rekening sampai pada anggsuran pertama semua dilakukan oleh ketua kelompok.
anggota hanya mendengar laporan Ketua.
Pelaksanaan Kegiatan
Dalam kegiatan pertanian, pertanian yang dilakukan juga masih tradisional.
Pengolahan lahan, pola tanam dan pemeliharaan tanaman padi tidak dilakukan
secara baik. Lahan diolah secara sederhana. Mereka menanam pada lahan tanpa
diolah terlebih dahulu misalnya dengan dicangkul atau dibajak. Pengaturan
pengairan padi juga tidak dilakukan. Air selalu dibiarkan tergenang sepanjang
tahun di persawahan. Pemberian pupuk juga tidak dilakukan. Pertanian di Long
Midang juga masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konsumsi sendiri.
I-lasil pertanian baru dijual apabila teiah mencukupi kebutuhan pangan keluarga
dalam setahun. Tetapi sering kali hasil pertanian tersebut dijual kerana untuk
memenuhi kebutuhan akan uang tunai.
Kondisi tanah di Long Midang tidak memungkinkan untuk melakukan
penanamanan padi dua kali setahun. Tingkat kesuburan tanah yang tidak
mendukung dan adanya pengaruh musim. Lahan yang digunakan adalah tanah
rawa dan hanya bisa ditanamin saat musim kemarau.
Berdasarkan kepemilikan lahan. rata-rata anggota kelompok tani memiliki
lahan antara satu sampai 3 sampai 7 petak4. Secara lebih jelas, kepemilikan lahan
anggota kelompok tani disajikan pada Tabel 8
Tabel 8 Kepemilikan Lahan Anggota kelompok Tani di Long Midang.
Dari Tabel 8 terlihat bahwa kepemilikan lahan yang paling banyak antara
1 . I - 1.5 ha. Kepemilikan lahan yang lebih dari 2 ha biasanya dimiliki oleh petani
kaya yaitu sebanyak 7 orang. Petani kaya dapat mengupah pekerja lebih banyak.
serta menyediakan bibit lebih banyak. Upaya intcnsifikasi pertanian tidak
.' Satu petal; adalah lahan seluas kumng lebih 3W0 m'atau O,3 hektar.
dilakukan. Hal ini sepeni dijeiaskan oleh Bapak Hendru Apung (ketua kelompok
tani Tunas Muda) yang mengatakan:
Paling banyak kumi memperoleh padi 150 kaleng setiap petak itupun kalo ditanam di laltan ban. Kanti tidak tau bagimana bisa Iebih baik, karena kami juga harm memba)'ar upah pekerja dengan gobait, n~enlenuhi kcbutuhan seko/a/t, untuk mnakan. DimmaI~ sqva masih ado keluarga istri yang lumpuh. Senlua itu menjadi tanggung jmvab saya
Kepemilikan lahan di Long Midang biasanya dari warisan turun temurun,
sedangkan bagi masyarakat pendatang mereka hams membuka lahan sendiri tanpa
membeli dengan ijin dari ketua adat besar dan ketua adat desa suku Dayak
Lundayeh. Pembukaan lahan baru tetap dilakukan di sekitar perkampungan.
Masyarakat yang membuka lahan baru mematuhi lokasi yang memang telah
ditetapkan sebagai lahan persawahan. Lahan tersebut merupakan tanah adat. Pada
masa panen pemilik lahan diwajibkan menyerahkan sepuluh kaleng padi setiap
petak ke lumbung desa. Cara penduduk memperoleh lahan dijelaskan oleh Ketua
Adat Besar Suku Dayak Lundayeh (Bapak Yagung Bangau) yang
mengungkapkan :
Masyarakat Long Midang fidak membeli lahan persmvohan, karena niasih Iuasnya tanah yang kami rrriliki. Kebanyukan kami disini memperoleh dari warisan nenek-nenek kanti dulu, baik itu Iahan smvah maupun kebun. .......... bagi n8arga yang akan membuka lahan smvah baru memang sudah kami siapkan. Bukan karni memakai hutan, tetupi komi ela ah tctapkan tanal~ u lqa f yang nremang k/~lr.strs digunakan unfuk persawahan. Letaknya fidak jauh dari pemukiman. Warga yang mempunyai lahan ~vajib menyetorkan husil panen sebanyak 10 kaleng gabah seiiap petaknya untuk lumbung desa yang digunakan untuk keperluan bersama
Penyetoran hasil panen padi ke lumbung desa dilakukan untuk membantu
warga yang membutuhkan. Hal ini biasanya terjadi saat menunggu waktu tanam
berikutnya. Kekurangan pangan bagi warga yang rnempunyai lahan sempit
terutama bagi petani yang mempunyai lahan antara 0.5 - I ha. Kebutuhan akan
uang tunai serta tanggungan dalam keluarga yang menyebabkan mereka menjual
padi. Tidak semua anggota kelompok tani di Long Midang adalah petani.
Sebagian dari mereka adalah tenaga honorer. PNS/ABRI maupun Pendeta. Dari
50 anggota kelompok tani ada I:! orang yang bukan petani. Benani merupakan
strategi natkah ganda sebagai subsisten untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini
seperti di sampaikan oleh pengurus kelompok tani Mandiri Sdr. Yuni Sere yang
mengatakan bahwa :
Walaupun saya pegawai kalau soya fidak berfani, kami sekelzrorga mau makan apa, gaji pegmvai ridak cukup untuk biaya hidup dun biaya pendidikan anak, apa lagi anak saya 4 orang yang semuonya masill membufuhkan biaya, rapi saya bersyukur masill ada banruan bergulir yang diberiknn kepada kelompok kami sehingga dapar membantu saya untuk mengupah pekerja dalam menanant dun nzenzbersihknn pemaiang, kurena kalau saya sendiri dun isrri tidak akan songgup
Bertani bukan sebagai mata pencaharian pokok bagi 12 orang anggota
kelompok tani tersebut, tetapi merupakan sumber pengahasilan yang utama dan
dianggap penting. Hal ini terlihat pada waktu musim panen, murid-murid kelas 6
dan 5 diliburkan untuk untuk membantu guru-guru maupun orang tua yang
mempunyai lahan sawah. Selain bersawah sebagain penduduk juga memanfaatkan
waktunya untuk membuat garam, membuat kerajinan tangan, berburu atau bahkan
mencari kerja diperkebunan di Serawak. Mereka lakukan karena jangka waktu
dari menanam sampai panen berikutnya adalah 6 - 7 bulan.
Pengetahuan baik pengurus dan anggota terhadap teknik-teknik pertanian
yang baik masih kurang. Hal ini tampak dari mereka hanya melakukan pola tanam
padi secara tradisional sebagaimana telah dilakukan oleh masyarakat secara turun
temurun. Teknik-teknik pertanian modem, seperti pengolahan lahan. pengaturan
pola tanam, pengairan, pemupukan dan pemeliharaan tanaman tidak dilakukan
dengan baik. Pemeliharaan hanya dilakukan dengan membersihkan pematang agar
rumput tidak menjulur ke padi dan mencegah serangan hama (tikus). Untuk
mencegah gangguan binatang terutama sapi dibiarkan berkeliaran (tidak
dikandangkan), lahan sawah dipagari secara berkeliling. Kerbau-kerbau digiring
ke hutan yang agak jauh dari pemukiman. Kurangnya pengetahuan tentang teknik-
teknik pertanian dijelaskan oleh pernyataan bendahara kelompok tani Tunas
Muda Sdr. Laden Mering yang mengatakan:
Selama ini kami berfani begini-begin; saja. Nenek-nenek karni relah melakukannya don ha~ilnvapun cukup unruk di nrakun. Kalau bagaimarm Cora herfan; Fang boik kanri kurang puhum. Sclohrd kurni menanam padi y o begin; saja.
Pengelolaan Dana Bergulir
Di Lokasi Long Midang terdapat lima kelompok tani. Anggota kelompok
terdiri dari 10. Anggota kelompok tani merupakan warga desa yang menjadi
kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga tanpa memperhatikan tingkat
pendidikan, jenis kelamin serta usia. Pembentukan kelompok ini didasarkan pada
minat anggota untuk meningkatkan pendapatan, kedekatan tempat tinggal serta
kekerabatan yang masih sangat kental.
Setiap kelompok memperoleh bantuan dana bergulir sebesar Rp
20.000.000, 00. Dana tersebut diperuntukkan bagi peningkatan produksi pertanian
baik melalui intensifikasi maupun ekestensifikasi. Dana bantuan harus
dikembalikan dalam jangka 3 tahun. Lebih rinci, kelompok tani, lokasi dan
alokasi dana disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah, Lokasi dan Alokasi Dana Kelompok Tani di Long Midang
- ,, + ,
r d u r h a n kchutuha. n n n 1 Uud~l. htnangnn I'adi sawah L)itugi rn13 antar anaiuow 1 h ' Sikor h l w n g~ling padi l>ikcl<~la kelompok untuk usllha
Nama Kelompok
Dana bantuan dikelola oleh kelompok. Tidak seluruh dana untuk
Masa I I'a' Nado I Padi sawah I Dikrikan kepada angpota
LokasilDesa
Tunas Muda
Maju Java
keperluan anggota tetapi juga disisihkan untuk keperluan administrasi kelompok
dan bantuan biaya ke kecamatan. Setiap anggota memperoleh dana sesuai dengan
Peruntukan Dana
I.iang Tuer
Pa' Rupai
kesepakatan yang dibuat kelompok. Untuk menyalurkan bantuan ke anggota
Sistem Penggunaan Bantuan
kelompok baik itu bantuan alat maupun bantuan berupa uang yang akan
Padi sawah
Padi sawah
digunakan meningkatkan produktivitas pertanian, mereka melakukan secara
musyawarah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang anggota
bersama I l ikr ikan kepada anggota berdasarkan kebutuhan Dibagi ram antar anggota
kelompok tani Tunas Muda yaitu Sdr. Yaheskel :
PNji Tuhan ....... adanya hantuon ke kelontpok kami sangat rnemhantu. r i ~ r z ~ a n ~ a .xnu h n a darimana s q a dapor ~ a n g unrzik m~.nrheli hihir i)l~lii lilrrtrrrk rcllltm in;. hihir yung sqsa ptmnJ.u tidak cukup. Srn~~oh . I Y I I I ~
.vutw huur unfuk ru/]un uguk luas duriyang kcmarin.
Pengembalian pinjaman dapat bempa uang atau padi dan dibayarkan pada
musim panen. Anggota kelompok yang memperoleh dana bantuan digunkanan
untuk pembelian alat-alat pertanian, pembelian bibit tanaman, pembelian obat-
obatan hama tanaman, perbaikan pematang, perluasan lahan pertanian dan
pembayaran upah pekerja. Penggunaan dana yang berbeda, hanya dilakukan oleh
kelompok tani Apa Kubilang dari Desa Ba' Sikor. Pada kelompok ini, dana
bergulir digunakan untuk modal usaha penggilingan padi sebagi miliki bersama.
Baik masyarakat atau anggota kelompok membayar apabila menggilingkan padi
di penggilingan kelompok.
Penggilingan padi dikelola bersama oleh kelompok. Pemerintah hanya
membuatkan rumah penggilingannya. Pembangunan tempat penggilingan padi
sangat bermanfaat karena masyarakat tidak perlu ke Long Bawan yang letaknya
relatif jauh. Demikian yang disampaikan oleh anggota kelompok tani Masa, lbu
Ruth Palung sebagai berikut :
Kanri senang sudah ada selep padi di sini, kalo dullt saya hams ke Bmran unruk nyelepkan, sudalr padi yang kami tidak banyak biayanya besar. Kerera unruk ke Bmvan pulang bolik Rp. 30.000.- biaya selep perkalengnya Rp. 5.000,- berapa yang kami dapar biaya begiru besar.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Heberly anggota kelompok tani
Masa sebagai berikut :
Dulu h m i selalu nit@ dengan kerera y c q niau kc Bmvcm, ongkosnya nral~al kadang kami Iilip I0 kaleng padi yang sanipai !e kan~i biasanya cuma ernpat kaleng beras kadang Citma liga kaleng, herar berapa yang harus kami makan.
Tetapi setelah mesin giling padi ada di Long Midang masyarakat lebih
leluasa untuk mengatur penggilangan padi tersebut. Kerusakan yang terjadi dan
pemakaian bahan bakar ditanggung kelompok. Bahan bakar di datangkan dari
Distrik Bakalalan.
Pola pengembalian dana bergulir yang diberikan kepada kelompok tani
dilakukan secara teratur dengan cara mencicil selama tiga tahun. Besarnya
angsuran ditentukan dengan kcsepakatan kelompok. Setelah pinjaman terlunasi,
dana tersebut akan digulirkan kepada kelornpok lain atau kclompok baru.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak anggora yang tidak
melakukan angsuran pinjaman. Dari 50 anggota (lima kelompok tani), terdapat 27
orang yang belum mengembalikan pinjaman sesuai dengan ketentuan.
Upaya rnengatasi kemacetan pengembalian pinjaman dari pemerintah baik
oleh PPL pertanian maupun pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Peternakan Kabupaten Nunukan hanya dilakukan dengan menekan ketua
kelompok agar anggota-anggotanya segera melakukan pembayaran dengan tertib.
Seperti disampaikan oleh Sdr. Lafudi sebagai tenaga PPL pertanian di Kecamatan
Krayan adalah :
Kanli soma sekuli lepas tangan jiku ado konflik di kelornpok, biar saja kelotnpok yang nlenyelesaiknn. Sedangknn disini hanya ~~enrbantu penlbuaian proposal dalam pengajuan bantuan kc Kabupaien, selain iiu kunti hanya mernbantu petani jika ada kenda/a mengenai ina.~a/a/r pertanian bukan ntasalah orpnisa.si atau dana. Dari Program .sat?lpoi pelaksanaon kumi har~yu n~ernoniror pelaksanaannya serta peningka~an hasil produksinya saja.
Harapan Yang Diinginkan Anggota kelompok tani
Keberadaan Kelompok tani bagi petani Long Midang telah menjadi sarana
dalam upaya peningkatan pendapatan bagi keluarga petani tersebut. Di samping
itu bertujuan untuk menciptakan keharmonisan hubungan sosial kemasyarakatan
antar warga, sebagai wadah upaya penyelesaian masalah sosial yang dirasakan,
untuk upaya pengembangan diri serta sebagai wadah berbagai pengalaman di
antara anggotanya. Melalui kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan
kapasitas individu yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan berpikir para
anggotanya, meningkatkan kapasitas kelembagaan, yaitu mernbangun
kelembagaan kelompok tani mengenai pembenahan fungsi kepengurusan,
menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kegotong royongan, serta membangun
norma-norma atau aturan-aturan dalam usaha secara kelompok, karena dalam
kegiatan kelompok tani di samping dituntut bekerja untuk ekonomis produktif
juga dituntut suatu kemampuan manajerial dalam mengelola usaha yang sedang
dijalankan. Dalam kaitan ini dapat berupa menggali dan memanfaatkan sumber-
sumber yang tersedia di linghungan untuk keberhasilan kelornpoknya. Selain itu
juga diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap-sikap berorganisasi dan
pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan
kesetiakawanan sosiai, baik di antara anggota maupun kepada masyarakat secara
luas. Di samping itu meningkatnya kapasitas pengembangan jaringan seperti
pengembangan permodalan, pemasaran, serta program pendampingan.
Pada umumnya dari kelima kelompok tani yang ada di Long Midang
memiliki harapan yang sama yaitu meningkatkan produktivitas pertanian,
sehingga dapat memperbaiki taraf hidup mereka dengan meningkatkan
pendapatan keluarga. Harapan-harapan ini muncul tentunya disebabkan oleh
adanya permasalahan yang mereka hadapi. Menurut Bapak Sigar Acang salah satu
anggota kelompok tani tersebut mengatakan :
..... untuk sekarang ini keadaan anggota kelompok yang helimni dapa! berkejasoma dengan haik dun kurang konpak sehingga menghambat pengenzhalian pinjaman modal. Oleh karena itu harapan kanri sehagai anggota kelompok rani agar ada pe~ugas pemhina alau pendunping pertanian sehingga kelonipok tan; dapal terarah dun herken~hung .....
PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TAN1
Penyusunan Rencana Program
Latar Belakang
Hasil kajian menunjukan bahwa kelompok tani di Long Midang dalam
kehidupan sehari-hari menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan
motivasi pengurus dan anggota, kurang pengetahuan dan keterampilan dalam
teknologi pertanian, ketidakdisiplinan anggota dalam pengembalian dana, tidak
ada pembinaan dari pemerintah baik teknik maupun manajerial, sulitnya
pemasaran serta kurangnya komitmen bersama terhadap kesepakatan yang telah
dibuat.
Penduduk Long Midang mayoritas bermatapencaharian pada sektor
pertanian dan mempunyai potensi dalam sumberdaya manusia yang cukup untuk
kecukupan pangan di Kecamatan Krayan. Lahan yang masih luas dan kesuburan
tanah dapat dijadikan aset yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
ekonomi warga.
Kelembagaan yang ada di Long Midang selain kelembagaan adat,
kelembagaan agama serta kelembagaan ekonomi yaitu adanya kelompok-
kelompok tani. Walaupun dalam aktivitas kelompok memiliki dinamika yang
sangat beragam, namun kelembagaan kelompok tani diharapkan memiliki peran
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok dan anggotanya.
Sumberdaya lokal yang mendukung pengembangan kelompok tani dalam
upaya menguatkan katahanan pangan. Potensi alam yang mencakup pada lahan
yang masih luas, kesuburan tanah, serta sumber bahan pangan seperti tanaman,
temak dan ikan dapat dimanfaatkan secara bijaksana, peraturan pemerintah yang
mendukung terhadap berkembanganya kelompok tani sehingga lebih mandiri
dapat menguatkan kelompok tani yang ada.
Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Long Midang disebabkan
oleh faktor internal maupun faktor ekstemal mencakup permasalahan sumber da?a
manusia keterbatasan akses informasi dan pemasaran serta kurangnya perhatian
pemerintah dan peraturan daerah yang selama ini masih belum ada untuk
memberdayakan kelompok tani. Oleh karena itu upaya pemberdayaan kelompok
tani di Long Midang harus mencakup peningkatan kemampuan kelompok tani
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan anggota serta pemberian
akses untuk menjangkau sumber-sumber yang dapat mendukung peningkatan
ekonomi anggota kelompok.
Proses Penyusunan Rencana Program
Penyusunan rencana program pemberdayaan kelompok tani dilaksanakan
dengan diskusi kelompok yang dihadiri oleh pengurus dan anggota kelompok tani
yang menerima bantuan, Kepala Desa, Sekretaris Desa, petugas PPL pertanian
serta Sekretaris Kecamatan. Sebelurn melakukan diskusi pengkaji menyampaikan
pernasalahan berdasarkan hasil kajian. Diskusi melibatkan lima kelompok tani
yang ada di Long Midang. Sebelum diskusi secara bersama melibatkan lima
kelompok. pada masing-masing kelompok dilakukan diskusi untuk melakukan
kategorisasi masalah pada masing-masing kelornpok tani. Hasil dari diskusi
tersebut digunakan sebagai bahan dalam diskusi bersama.
I-lasil diskusi tentang pernberdayaan kelompok tani dapat dilakukan dengan
startegi yaitu :
Program Pemberdayaan Kelompok Tani
Tujuan
Tujuan program pemberdayaan kelornpok tani adalah untuk meningkatkan
struktur kelompok yang dibangun masayarakat, dalam rangka meningkatkan
ekonomi anggota kelompok tani. Struktur kelompok yang kuat akan dapat
menjamin kemampuan kelompok dalam menghadapi faktor-faktor internal dan
eksternal. Secara internal kelompok harus mempunyai kematangan norna-noma
dan aturan yang berlaku di dalam kelompok serta juga hams mcmpunyai
hubungan baik antara anggota dengan kelompok yang lain.Adapun rencana
kegiaran dalam rnenguatkan kelompok tani dengan :
I . Pelatihan teknis dan manajemen bagi kelompok tani
2. Pelatihan kepemimpinan bagi pengurus kelompok
3. Pengembangan jejeraing kelompok secara horizontal dan vertikal
4. Mengadakan kunjungan ke kelompok tani yang sudah berhasil
5. Mengadakan dialog dengan pihak pemerintah yaitu Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Peternakan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Usaha Kecil
Menengah, Bagian Ekonomi
6. Melakukan pendampingan yang lebih intensif oleh PPL pertanian,
Perindagkop dan UKM dan Bagian Ekonomi sehingga dapat diketahui kendala
yang ada pada kelompok tani serta kondisi yang sebenarnya.
Sasaran
Sasaran program pemberdayaan kelembagaan ekonomi adalah kelompok
tani di Long Midang khususnya dan Kecamatan Krayan pada umumnya
Kegiatan Perencanaan Program
Kegiatan perencanaan program dilakukan dengan langkah - langkah
menganalisa masalah, kebutuhan dan potensi. Kegiatan ini dilakukan selain
melalui wa\\,ancara, pengamatan peranserta, Focus Group Discussion (FGD)
terutama untuk mengklasifikasi pernyataan yang pernah dikemukakan oleh
anggota kelompok. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dipakai
dalam kajian ini adalah FGD yang dilakukan dengan warga penerima bantuan,
Kepala Desa atau Sekretaris Desa, Sekretaris Kecamatan, petugas PPL pertanian.
Pertemuan dilakukan di rumah Kepala Desa.
Penyusunan Program Peningkatan Ekonomi Keluarga
Dengan pennasalahan-penasalahan yang ada di kelompok tani di Long Midang,
maka dipilih alternatif kegiatan untuk mengatasi pennasalahan tersebut. Pemilihan
alternatif pemecahan pennasalahan dilakukan secara bersama-sama dengan
kelompok tani. PPL pertanian. Ketua adat dan Sekretaris Kecamatan dalam suatu
diskusi yang terfokus. Hasil diskusi lentang penetapan rencana kegiatan tersebut
dikategorikan dalam tiga strategi peningkatan produktivitas padi yang tujuan
akhirnya adalah peningkatan kecukupan pangan keluarga, yaitu :
1. Penguatan struktur kelompok tani dengan kegiatan meliputi pelatihan
manejemen bagi anggota kelompok tani, pelatihan kepemimpinan bagi
pengurus kelompok tani, penguatan jejaring kelompok secara vertikal dan
horizontal, mengadakan kunjungan, mengadakan dialog, pendampingan
kepada kelompok, mengadakan pertemuan kelompok yang dilakukan secara
partisipatif, pembuatan laporan kegiatan kelompok secara transparansi serta
adanya penyuiuhan pertanian yang partisipatif.
2. Penguatan ekonomi kelompok dengan kegiahn pokok penguatan modal
kelompok pola bergulir, memberikan kemudahan dalam syarat krdit pada
lembaga keuangan, meningkatkan peranan PPL dalam penyuluhan pertanian
dan meningkatkan intensitas pendampingan kepada kelompok tani
3. Penguatan kapasitas anggota kelompok dengan kegiatan pokok pelatihan
teknologi pertanian, pelartihan manejemen dan pelatihan teknis pasca panen.
Penguatan S t ruk tur Kelompok Tani
Program ini bertujuan untuk memperkuat struktur kelompok tani yang dibentuk
oleh masyarakat. Hal ini disusun sebagai upaya untuk memperbaiki tatanan
kelompok tani sehingga dapat memperkuat kecukupan pangan keluarga. Pada
umumnya kelompok yang memiliki struktur yang kuat akan mampu
mengembangkan aktivitasnya. Adapun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
sebagai implementasi dari penguatan struktur kelompok tani dijabarkan pada tabel
10
I . Pelatillan Teknis Manajemen dan Kepemimpinan pengurus dan anggota
Kelompok Tan i
Kegiatan ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kapasitas
kelompok khususnya pengurus kelompok dalam mengelola kelompoknya
secara berkelanjutan sehingga mampu mengarahkan anggota kelompoknya
untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan yang diharapkan bersama.
Selain itu kegiatan ini diharapkan mampu mengoptirnalkan pemanfaatan
sumberdaya kelompok sehingga dapat memperkuat struktur kelompok dalam
mengatasi pernasalahan-pernasalahan internal.
Pelaksana kegiatan adalah kelompok tani yang didukung oleh Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan (Dispertanak) sekaligus sebagai
nara sumber dalam pelatihan ini. Materi pelatihan disesuaikan dengan tingkat
pengalaman organisasi masing-masing peserta dengan prioritas kelompok tani.
Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Maret dengan asumsi aktivitas
pertanian telah selesai, dengan metode ceramah, tanya jawab, praktek
bertempat di Kantor Kecamatan Krayan. Sumber dana dari APBD.
2. Pengembangan Jejaring Anggota Kelompok Secara Vertikal dan
Horizontal
Kegiatan ini memiliki tujuan yang hampir sama dengan kegiatan pertama
yakni memperkuat kapasitas kelompok hanya saja arah penguatannya agar
kelompok mampu mengoptimalkan sumberdaya ekstemal yaitu kelompok
lokal yang mendukung baik secara horizontal yakni kelompok tani lainnya,
dan secara vertikal yaitu kelembagaan yang arasnya lebih tinggi yaitu
pemerintah. Melalui jaringan yang kuat antara kelompok tani yang ada dan
dukungan dari pemerintah diharapkan mampu mempertahankan
keberlangsungan usahanya sehingga mampu meningkatkan pendapatan
anggota.
Pelaksana kegiatan adalah kelompok tani yang didukung oleh Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan (Dispertanak), Dinas
Perindushian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Perindagkop dan UKM), Bagian Ekonomi, pihak swasta lokal dan lembaga
keuangan.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah selama proses produksi yaitu bulan
Januari sampai Desember.
3. Mengadakan kunjungan lapangan
Kunjungan gang dilakukan oleh kelompok mi agar kelompok tani
mempunyai motivasi dalam meingkatkan produktivitas lahan pertanian.
Kunjungan tersebut dapat dilakukan dengan melihat dan mempelajari
keberhasilan manajemen kelompok tani, mengetahui penggunaan teknologi
pertanian yang digabungkan dengan cara pertanian tradisonal, sehingga dapat
tercapai tujuan kelompok.
Kelompok tani dapat melakukan magang atau belajar pada kelompok tani
yang sudah maju dengan kondisi alam, sosiobudaya yang sama.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah bulan Januari sampai Desember.
4. Mengadakan Dialog
Dialog yang dilakukan kelompok tani bukan saja dengan mengadakan
dialog dengan pihak pemerintah tetapi dengan stakeholder yang lain yaitu
dengan lembaga keuangan dan pihak swasta.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
baik manusia atau alam, sehingga dapat mengoptimalkan produktivitas lahan
pertanian. Peningkatan produktivitas berdampak pada peningkatan
pendapatan, sehingga dapat rneningkatkan kecukupan pangan keluarga.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara mtin bulan Januari
sampai bulan Desember.
Pelaksana kegiatan adalah kelompok tani yang didukung oleh Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan (Dispertanak), Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Perindagkop dan UKM), Bagian Ekonomi, pihak swasta lokal dan lembaga
keuangan.
5. Pertemuan Rutin Kelompok Secara Mandiri dan Pendampingan
Kegiatan ini merupakan upaya memperkuat kelompok dalam
mengembangakan norma-norma dalam kelompok serta membangun
kepercayaan dan kerjasama anggota dalam aktivitas kelompoknya sekaligus
menjadi kontrol sosial dalam aktivitas kelompok. Proses pematangan norma-
norrna menjadi pcnting agar kelompok mampu mengatasi gangguan faktor-
faktor ekstemal yang kurang baik dan memanfaatkan kondisi ekstemal !ang
ada.
Pelaksanaan kegiatan ini adalah semua anggota kelompok tani.
Kegiatan ini difasilitasi oleh PPL, Dispertanak.
Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari sampai Desember,
tanggal dan waktu serta tempat berdasarkan kesepakatan. Pertemuan rutin
anggota kelompok biasanya dilakukan bergiliran di rumah anggota.
Tabel 10 Rencana program penguatan s t r u k t u r k e l o m p o k disusun dari hasil studi tahun 2006
f Masalah I Tuiuan Kegiatan 1 Pelaksana 1 lntansi 1 Waktu & I MekanismelMetode I Prioritas I ( Pendukung I Tempat I I Kelompok
l ernahnvn I Meninckatkan I Pelatihan I K e l o m ~ o k Tani I Dispertanak 1 Bulan Maret 11. Peserta pelatihan diutamakan kepada I Lima ( 5 ) . . - - . . . . . , - - I SDM I'cngurus manajemen PPL Tempat di anggota'kelompok tani terdiri d&i ~ e l o m p b k
kelomook Dispertanak Kantor Ketua, Sekretaris, Bendahara dan 1 Tani yang I Pelatihan Kepemimpinan
Pendampingan
Penguatan jejaring
Mengadakan kunjungan
Mengadakan dialog
Pendampingan
2. Lemahnya kelompok dalam jejaring
Kelompok tani PPL Disperindagkop Pemerintahan Desa
Mempcrkuat jejaring kelenlktpnan secar:~ horiz.o~~t:~l d:ln vertikal
Dispertanak PPL Disperindagkop Bagian Ekonomi Lembaga Keuanga Swasta Lokal
Kecamatan Krayan
Bulan Januari - Desember
anggota . ldentifikasi kebutuhan latihan bani
peserta sesuai tingkat kemampuai . Materi disusun oleh Dispertanak
sesuai hasil identifikasi kebutuhan latihan
. Metode yang digitnakan cermah, diskusi dan praktek
. Evaluasi kegiatan dilakukan oleh semua pelatih dan peserta dengan indikator yang ditetapkan
. Peserta musyawarah di tingkat desa adalah seluruh warga masyarakat
. Pembentukan jaringan yang dilakukan dengan pihak pemerintah tnaupun, lembaga keuangan, dan pihak swasta lokal maupun dari luar
. Kunjungan ke daerah atau kelompok tani lain yang dilakukan agar memotivasi kelo~npok tani.
. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan kelompok rani
ada di Long Midang
Lima (5) Kelompok Tani yang ada di Long Midang
pengurus
Prioritas Kelompok Anggota 5 kelompok tani Long Midang
4. Masih lemahnya kepercayaan terhadap
Pembuatan laporan secara rutin dan trans~aransi
Mcmh;rngun kepercayaan dan kerjasalna
Pendampingan
lntansi Pendukung
Dispertanak
Waktu R: 'Tempat
Januari - Desember Tempat dimasing- masing -
pengelolalaan kelompok lnaupun usaha tani
3. Pengembangan norma-norma baru dilakukan secara bertahap agar kelo~npok lnenjadi terbiasa dan menerima inforlnasi baru
4. Proses pelnbelajaran sekolah lapangan cocok diterapkan dalam pematangan norma
5. Metode pelembagaan dilakukan dengan pendampingan, penyuluhan dan konsultasi
6. Kelompok menyllsun laporan secara berkala untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi
'7. Monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan secara berkala dengan melibatkan petani sebagai pelaksana
MekanismelMetode
1 . Norma-nortna yang ada di susun bersama oleh kelompok dalam musyawarah dalam kelompok
2. Kelompok melakukan identifikasi nornia-norma yanx ada baik dalam
Pelaksana
PPL Kelompok tani
Kegiatan
Pertemuan rutin
Masalali
5. Lemahnya norma- norma dan aturan
Tuitran
Menpcliibang kan norma- norm;\ dan aturali
Program Penguatan Ekonomi Kelompok
Program ini memapakn strategi kedua setelah memperkuat struktur
kelompok tani, sehingga penguatan ekonomi sangat baik dilakukan terhadap
kelompok-kelompok yang telah memiliki kekuatan dari aspek sbuktur. Program
ini bertujuan memperkuat kecukupan pangan kelompok, adapun rencana kegiatan
yang dilakukan sebagai implementasi dari penguatan ekonomi kelompok adalah
sebagaimana diuraikan dalam tabel 11
1. Penguatan Modal Usaha Kelompok dengan Pola Bergulir
Kegiatan ini merupakan proses transfer sumberdaya modal usaha yang
sangat dibutuhkan oleh kelompok untuk meningkatkan produktivitas pertanian
agar memiliki ketahanan pangan sehingga dapat meningkatkan ekonomi
keluarga. Dengan dukungan struktur kelompok yang kuat kelompok
diharapkan memiliki kemampuan untuk akses terhadap permodalan dalam
pen ingkatan produktivitas pertanian.
Pelaksanaan kegiatan ini adalah 5 kelompok tani di Long Midang.
Penyaluran dana dilakukan pada awal musim tanam untuk proses produksi.
Instansi pendukung adalah Dispertanak, Dinas Perikanan dan Keiautan,
Disperindagkop dan UKM dan Bagian Ekonomi Sekretariat dan BRI dengan
memberikan fasilitasi dalam ha1 pendampingan dan pembinaan. Pola umum
peningkatan produktivitas pertanian, perikanan darat
Modal diberikan dalam bentuk uang tunai melalui rekening kelompok
tani untuk dijadikan modal peningkatakan produktivitas hasil pertanian.
Penggunaan dana berdasarkan kesepakatan kelompok yang dituangkan dalan
Rencana Usulan Kelompok. Pendampingan diperlukan untuk proses-proses
yang masih sulit dilakukan kelompok, mulai perencanaan, pemanfaatan dan
penggulirannya. Pelaporan kegiatan diperlukan secara berkala untuk menjamin
transparansi dan akuntabilitas dari aktivitas usahanya.
Sumber dana berasal dari APBD. diharapkan dari kegiatan ini
produkstivitas pertanian dapa~ meningkat dengan kemandirian modal kepada
kelompok tani setempat.
2. Peningkatan ketahanan pangan
Kegiatan ini mempakan upaya peningkatan ketahanan pangan keluarga,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok. Pengolahan
lahan pertanian diupayakan melalui intensitikasi dan ekstensifikasi pertanian.
Diharapkan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dapat
meningkatkan h a i l produktivitas pertanian. Peningkatan hasil produksi
pertanian tersebut dapat mencukupi kebutuhan pangan dalam satu tahun, serta
dapat memenuhi kebutuhan uang tunai bagi anggota kelompok.
Pelaksanaan kegiatan ini adalah 5 kelompok tani di Long Midang.
Dilakukan secara mandiri oleh anggota kelompok. Penyerahan hasil panen dan
disimpan dilumbung desa dapat menjadi cadangan bagi anggota yang
kekuarang pangan. Pola aturan pemakaian lumbung desa diserahkan kepada
kesepakatan kelompok, dan anggota berperan dalam pengambilan keputusan.
Terlihat pada tabel I I .
Tabel I I Rencana program penguatan ekonomi kelompok
belum mampu mengelola modal dengan baik
. Kelompok belum dapat memperkuat kecukupan pangan untuk keluarga
/K$I~:~,,,I, Kegiatan
dengan pola bergulir
Kemudahan dalam pinjaman
Mcningkatkan produktivitas lahan pcrtanian
I
Meningkatkan peranan PPL
Meningkatkan intensitas pendarnpingan kelo~npok
Pelaksana I lnstansi Pendukun
Midang
Tempat I Januari - I I . Modal usaha diberikan dalam
Musirn tanaln Bulan Juni - Januari
melalui rekening kelompok 2. Jenis penggunaan modal sesuai
dengan musyawarah anggota kelompok yang disusun dalam Rencana Usaha Kelompok
3. Pendampingan diperlukan dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengguliran dana
4. Persyaratan kredit mudah dipenuhi oleh kelompok tani
5. Kelompok dapat mengakumulasi modal secara swadaya dan didukung bantuan modal pemerintah
6. Pengelolaan lumbung desa dengan kesepakatan bersama
7. Atciran pengelolaan administrasi diserahkan kepada kelompok
8. Pelaporan dibuat secara berkala menjaga akuntabilitas dan transparansi
Fokus Kelompok Anggota 5 kelompok tani Long Midang
Program Pengembangan Kapasitas Anggota Kelompok
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petani dalam mengolah usaha tani secara produktif sebagi unit ekonomi keluarga
yang mengguntungkan. Program ini merupakan upaya untuk meningkatkan
kapasitas sumberdaya petani, melalui perubahan sikap dan perilaku petani
sehingga mampu mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara lebih efektif
dan efisien. Disamping program ini juga sebagai upaya melembagakan norma-
norma dan aturan dalam berusaha tani kepada para petani. Sebagai implementasi
dari program ini disusun rencana kegiatan sebagaimana yang dijabarkan dalam
tabel 12
I . Pelatihan Teknologi Produksi
Kegiatan ini bertu,juan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan anggota kelompok dalam masalah-masalah teknis produksi yang
sering menjadi penyebab rendah produktivitas pertanian setiap petaknya.
Penguasaan teknologi produksi yang sederhana yang dimiliki petani perlu
dikembangkan ke arah yang lebih baik sehingga petani mampu
mengalokasikan sumberdaya secata efektif dan etisien.
Pelaksana kegiatan adalah PPL pertanian dan pengurus kelompok tani
yang didukung oleh tokoh informal warga. Petani sebagai peserta diambil dari
masing-masing kelompok dengan mempertimbangkan kemampuan untuk
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan kepada petani lainnya,
dengan prioritas kelompok. lnstansi pendukung adalah Dispertanak, Dinas
Perikanan dan kelautan serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan sekaligus
sebagai nara sumber dalam materi teknis produksi.
Petani diberi peluang untuk mengembangkan materi dari kegiatan
pelatihan secara mandiri sehingga perlu didukung dengan bantuan penyediaan
sarana yang akan dikembangkan. Materi pelatihan disusun oleh pelaksana
kegiatan dibantu oleh PPL pertanian untuk identifikasi kebutuhan latihannya
sehingga materi benar-benar dibutuhkan oleh petani dan sesuai dengan
spesifik lokasi. Pelaksana kegiatan secara konsisten mengadakan evaluasi
bersama partisipan secara berkala dalam proses perlembagaan program.
Pemantauan dan pengawasan setiap kegiatan dilaksanakan secara berkala
sampai batas waktu yang telah ditentukan b e m a . Evaluasi kegiatan
dilaksanakan secara berkala oleh sebuah tim dari penvakilan siakeholders.
2. Pelatihan Teknis Pengelolaan Pasca Panen
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dan keluarganya dalam menangani hasil usaha tani
sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil yang memiliki nilai
jual yang lebih baik. Kegiatan ini juga diharapkan mampu menguatkan
ketahanan pangan keluarga.
Pelaksana kegiatan adalah kelompok tani dengan mengambil peserta
individu petani atau pengelola penggilingan padi. lnstansi pendukung adalah
Dispertanak, Disperidagkop dan UKM. Waktu pelaksanaan pada saat
menjelang musim panen antara bulan Nopember - Januari.
Metode pembelajaran ditekankan pada praktek langsung serta
demonstmi cara dan demontrasi h a i l dengan menggunakan saratia dan
prasarana yang sesuai dengan kondisi setempat. Materi pelatihan disusun oleh
pelaksana kegiatan dibantu oleh PPL pertanian untuk identifikasi kebutuhan
palatihannya.
Tabel 12 Rencana program pengembangan kapasi tas surnberdaya anggota kelompok
I -- -
Masalah I I I 1 Kegiatan I Pelaksana ( Instansi / Waktu & 'Tempat / MekanismeIMetode
. Rendahnya SDM anggota
!. Rendahnya kualitas gabah yang dihasilkan
Meni~~ykatkan pengctnhuan dan keterarnpilan anggota kelompok tani dalam mengalasi masillaI1- masalall oroduksi
manajemen kelompok
Pelatihan Teknologi Pertanian
Meningkatkan penyctahuan dan keterarnpilan pctatli dalarn ~ncnil~lgani hasil psnen sehingga nicninykatkan kualitas dan nilai jual
PPL Pengurus Anggota kelompok tani tokoh informal
Pendukung Dispertanak, Perikanan dan Dishutbun sekaligus nara sumber
Januari - Desernber
Pelatihan Teknis dan pengolahan pasca panen
dalam proses pelembagaan
Januari - Deseniber
I . Metode yang digunakan dalam praktek langsung, demonstrasi cara atau hasil, dapat juga magang di luar daerah
2. Bagi pengelola penggilingan diharapkan mampu rnengoperasionalkan mesinnya dengan baik
3. Materi pelatihan disusun berdasarkan kebutuhan petani
4. Tindak lanjut setiap kegiatan perlu dipantau dengan baik
I . Petani diberikan peluang untuk mengembangkan materi pelatihan produksi secara mandiri didukung dengan bantuan penyediaan sarana yang akan dikembangkan
2. Materi disesuaikan dengan kebutuhan petani sesuai dengan spesifik lokasi
3. Pelaksana kegiatan secara konsisten mengadakan evaluasi bersama partisipan secara berkala
Kelompok tani dan pengelola penggilingan padi
Fokus
kelompok
Dispertanak, Disperindagkop dan UKM
tani L& Midang
Anggota 5 kelompok tani Long Midang
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kesimpulan
I . Kelompok tani sebagai salah satu bentuk konkrit infrastruktur kelembagaan
ekonomi di Long Midang yang bergerak pada peningkatan produktivitas lahan
pertanian. Hal ini sesuai dengan orientasi usaha petani untuk memberikan
kecukupan pangan keluarga.
2. Kelompok tani sebagai lembaga ekonomi dapat dijadikan modal sosial
pembangunan dalam peningkatan ekonomi masyarakat desa. Hal ini berkaitan
erat dengan kegiatan kelompok tani yang bergerak dalam lapangan ekonotni
yakni pemenuhan kecukupan pangan keluarga.
3. Berdasarkan sejarah kelompok, keanggotaan, kegiatan kelompok terbentuknya
karena adanya kesamaan kebutuhan dan tujuan. Sebelum kelompok tani
terbentuk mereka telah membentuk kelompok senguyun. Selanjutnya setiap
kelompok mempunyai dinamika kelompok yang berbeda.
4. Berdasarkan analisa terhadap motivasi pengurus kelompok, ketua kelompok
tani Maju Jaya sering berkomunikasi. mempunyai pola hubungan yang erat
serta pimpinan yang bertanggung jawab dalam perkembangan kelompok. Pada
kelompok tani Apa Kubilang dan Mandiri belum adanya pembagian tugas
yang jelas serta belum memahami tata laksana organisasi kelompok. Untuk
kelompok tani Masa dan Tunas Muda keputusan yang dibuat masih dibuat
oleh Ketua.
5. Secara kultural masing-masing kelompok menunjukkan perkembangan yang
relatif sama, yaitu adanya kepatuhan, kepercayaan (trust) terhadap kelompok.
Kepercayaan terhadap Ketua dalam menyelesaikan kewajiban kelompok
terhadap pemerintah.
6 . Teknologi pertanian dalam meningkatkan produktivitas pertanian relatif
sederhana yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan dan pengalaman yang
dimiliki individu.
7. Secara umum kelompok tani belum melakukan akumulasi modal dalam
kelompok. tetapi dengan adanya nafltah ganda ?an% dilakukan oleh anggota
kelompok memberikan kekuatan bagi rumah tansga petani dalam
mempertahankan kehidupannya.
8. Berdasarkan harapan dan kendala yang dimiliki masing-masing kelompok
tani, maka pemberdayaan kelompok tani meliputi aspek penguatan kapasitas
pengurus (motivasi, pengetahuan dan ketrampilan) dan kapasitas anggota
(motivasi dan partisipasi pengelolaan kelompok), serta kinerja kelompok baik
dalam ha1 perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan bantuan dana
bergulir dengan ditunjang adanya potensi lokal.
Rekornendasi Kebijakan
Pemerintah Daerah
Berdasarkan kajian terhadap kelembagaan kelompok tani di Long
Midang dan program pengembangan yang disusun. lnaka ada beberapa
rekomendasi yang perlu seyera dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Nunukan untuk implementasi program dalam memantapkan ketahanan pangan
masyrakat Long Midang. antara lain :
1. Adanya komitmen yang kuat dan tekad dari Pemerintah Daerah untuk
menjadikan Long Midang sebagai daerah yang mempunyai surplus hasil
pertanian khususnya beras, dengan menempatkan program-program
pengembangan penanian pada skala prioritas serta tersedianya anggaran yang
memadai.
2. Segera menyusun kebijakan daerah dalam mendukung ketahanan pangan serta
dapat meningkatkan ekonomi daerah perbatasan dengan menekankan pada
kelembagaan ekonomi yang selama ini telah ada dan berkembang dalam
masyarakat.
3. Memberikan peluang yang proporsional bagi kelembagaan ekonomi yang
telah terbentuk dalam masyarakat dengan meningkatkan kualitas serta
kuantitas infrastruktur penunjang aktivitas kelembagaan ekonomi, baik secara
formal maupun informal dalam meningkatkan sumberdaya manusia.
4. Mengembangkan berbagai lembaga pendukung produksi dan distribusi
penanian. lerutama kelembagaan pembia?aan. vnelitian. penyuluhan dan
pendidikan dengan tetap memperhatikan aspek sosial budaya setempat.
5 . Men'gembangkan dan meningkatkan kapasitas dan peran kelembagaan dunia
usaha (swasta) lokal agar tercipta sistem ekonomi lokal yang mampu
berkembang secara mandiri dan berkelanjutan sehingga mampu menjalin
hubungan dengan kelembagaan ekonomi masyarakat.
6 . Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program pengembangan masyarakat
khususnya yang terkait dengan perkembangan kelembagaan ekonomi
masyarakat secara berjenjang dari tingkat yang paling bawah (rumah tangga)
petani dan dilaksanakan secara berkala dalam rangka memperbaiki kinerja
program yang ada secara berkesinambungan.
Pemerintah Desa
Berdasarkan kajian yang direkomendasikan Pemerintah Desa, antara lain
sebagai berikut :
I . Agar segera menyusun program desa secara mandiri dengan memperhatikan
sektor pertanian sebagai prioritas utama pembangunan tennasuk penyusunan
peraturan- peraturan desa yang lebih berpihak kepada masyarakat.
2. Mengembangkan jaringan infonnasi melalui kerjasama dengan instansi
pemerintah daerah termasuk keterlibatan pemimpin kelompok tani dalam
peningkatkan produktivitas pertanian yang berdampak pada penguatan
ketahanan pangan keluarga.
3, Memfasilitasi dan mendorong proses revitalisasi kelembagaan - lokal.
khususnya yang bersifat positif dan telah terbukti banyak memberikan
manfaat terhadap peningkatkan produktivitas pertanian sebagai upaya
penguatan ketahanan pangan keluarga.
4. Meningkatkan kapasitas organisasi pemerintah desa agar mampu menjalankan
peran serta tugas pokok dan fungsi selaku aparat peiaksanan pemerintah dan
pelayanan kepada masyarakat serta fasilitator pembangunan di tingkat desa.
Adi, Isbandi Rukmihto, 2001, Pemberda)~aar7, Pengembangan Masyarakat dun It7tervensi Komztnilas : Penga17tar pada Pemikiran dun Pendekalan Praktis, Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI
Daniel, Moehar, dkk, 2005, Participatory Rzrral Appraisal (PRA) Pendekatan Efektij' Mendukung Perlerupan Penyuluhun Partisipatifdulam Upa)~a Percepatan Pm7bung~nm~ Pertanian, Medan, Bumi Aksara
Darmajanti, 2004, Kchidupan Berorgur7isasi sebai Modaf Sosial Konrunitas, Jakarta, Artikel Jumal Masyrakat No. 11
Effendi. M, 2001, Hubungun Dinamika Kelompok Tani Terhadap Penerapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah (TSDR) di Wilayah Kerja BPP Teritip Kota Balikpapar7. Tesisi Program Pasca Sajana IPB Bogor
Hidayat Herman, dkk, 2005, Dari Enlikong Sampai Nunukan (Dinamika Daerah Perhalasun Kalimanta17 Tirnur - Malaj~sia Tinfur, Sera~~ak - Sabah), Penyunting Riwanto Tirto.sudartno dun John Ifabu, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan
Irawan Suhartono. Majuki. Edi Suharto, 2005, Kebijukan dun per en can^^ Sosia!. Bogor. IPB
Jim Ife, 1995, Pengembangan Masyarakur. dialih bahasakan Aribowo. Nenden Rainv Sundari, Otto Johan Ismael ; 47-52
Koentjaraningrat. 1997. Kebuduyaan, Menta1ita.s dun Pembangunun. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Mangunwidjaja D, Sailah 1. 2005. Penguntar Teknologi Perluniun. Jakarta, Penebar Swadaya.
Mubyarto. 2002, Dalant Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Dalum Kencuh Globali.sasi, Prosiding Pendafantan Ekonomi Rakyut, Januari - Juli 2002, Jakarta, Sains
Nasdian, Tonny Fredian, Bambang Sulistyo Utomo, 2005, Modul Pengembangan Kelembagaan dun Modal Sosial, Bogor Departemen Ilmu-Ilmu Sosial ekonomi, Institut Pertanian Bogor
Pandjaitan, K. Nurmala, 2005, Perilaku Manusia Dalanz Lingkungan Sosial, Departemen Iimu-Ilmu Sosial ekonomi, Institut Pertanian Bogor, Bogor Suharto, Edi, 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung, Refika Aditama
Rintuh C, Miar M.S. 2005 Kelembagarm dun Ekonomi Rakyut. Edisi pertama. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.
Rubin, Herbert dan Irene S. Rubin, 1992, Commicniry Orgatrizing and Deve/opmenl. Mac Millan Publishing Company. New York.
Santoso. Slamet 1983. Dincrmiku Kelompok. Surabaya. Bumi Aksara Soekanto. Swjono. 2005. So.siologi Sttulrt P L ' I I ~ ~ I I I I O ~ . Jakarta. I'T Ra.ja Grafindo
Persada
Suharto, Edi, 2005, Analisa Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kuantiiaiij; Bandung, Alfabeta Sumpeno, 2002, Capacily Building. Persiapan dun Perencanaan, Jakarta Chatholic
Relief Sevice. Vitayala, Aid& 1986, Menggerakkan Masyaraat Lewat Penyuluhan, LPPM, Institut
Pertanian Bogor Wasistiono S, Tahir I. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung : CV. Fokus
Media. Yuslnan Saukat dan Sutara Hendrakusumaatmadja, 2005, Pengembangan Ekonomi
Berbasis Lokal, Bogor, IPB ............................. 2002, Tekanan Pendzidtik, Degradasi Lingktmgan dun Ketahanan
Pangan, Bogor, Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian lnstitut Pertanian Bogor
LAMPIRAN 2
Peta Lokasi Kajian
Keterangan :
n : Gunung
t : Gereja
b : Sekolah
@ : Penggilingan padi
: Sungai V V V V V :Sawah
a : Jembatan f- . Jalan utama (tanah) a f- .
/ : Jalan desa
: Puskesmas E3 : Pos penjaga
LAMPIRAN 3 Pedoman Untuk Pengamatan Berperan Serta
1 . Mengamati perilaku anggota rumah tangga responden dalam kegiatan mengolah lahan pertanian
2. Mengamati perilaku anggota mmah tangga responden dalam kegiatan pola hubungan kekerabatan
3. Mengamati perilaku anggota mmah tangga responden daldm kegiatan keseharian 4. Mengamati perilaku anggota rurnah tangga responden dalam kegiatan memelihara
binatang ternak (sapi, kerbau dan babi) 5. Mengamati perilaku anggota mmah tangga responden dalam kegiatan pola naflcah
ganda 6. Mengamati perilaku anggota rumah tangga responden dalam kegiatan ekonomi
LAMPIRAN 4 Pedoman Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
Tema FGD : Manfaat dan Pengaruh program P3PATPU terhadap Masyarakat (kelompok tani) di Long Midang
Peserta : 1. Warga masyarakat yang memperoleh bantuan modal BLM 2. Kepala Adat 3. Kepala Desa 4. PPL pettanian 5. Sekretaris Kecamatan
Pertanyaan Diskusi : Perkenalan singkat tentang program P3PATPU, Evaluasi serta tujuan evaluasi dan tujuan FGD
PERTANYAAN PENDAHULUAN : Sebutkan nama, dari kelompok dan desa
MODERATOR MENGUNGKAPKAN PROGRAM P3PATPU (PEMBENTUKAN KELUMPOK) YANG ADA DI LONG MIDANG
1. Apakah dalam perencanaan program P3PATPU diikutsertakan ? 2. Apakah dalam pelaksanaan program P3PATPU ikut secara aktif? 3. Apakah bantuan modal dari program P3PATPU bermanfaat ?
(peningkatan produktivitas lahan, pemenuhan kebutuhan modal, pemenuhan kckii-rihan bibit, obat-obatan, alat-alat pertanian, pelatihan keterampilan)
4. Siapa saja yang memperoleh bantuan modal tersebut ? 5. Berapa kelompok yang telah dibentuk pada setiap desa ? 6. Berapa anggota setiap kelompok ? 7. Kapan bantuan modal BPLM dapat dicairkan dan dapat diterima oleh anggota
kelompok tani ? 8. Apakah pencairan dana tepat waktu dengan kebutuhan kelompok tani ? 9. Bagaimana cam memanfaatkan bantuan tersebut ? Dan mengapa ? 10. Apakah akibat atau pengaruh bantuan modal dari program P3PATPU ? 11. Siapa saja yang merasakan akibat dari bantuan modal tersebut ? 12. Apa yang akan dilakukan kelompok penerima bantuan setelah masa
pengembalian selesai ? 13. Bagaimana kelompok dapat melanjutkan program kelompok ? Bagaimana
caranya ? 14. Bagaimana cam pemilihan dari ketua kelompok ? 15. Bagaimana anggota kelompk dapat menyampaikan kebutuhan. keinginan dan
harapan setiap individu dalarn kelompok ? 16. Bagaimana anggota kelompok dapat mengetahui kineja pengurus kelompk ?
LAMPIRAN 5 Pelaksanaan Kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
Peserta Warga penerima bantuan BLM Sekretaris Kecamatan Ketua Adat
e Kepala Desa Petugas PPL pertanian
Sebelun~ mulai kegiatan diskusi kelompok peneliti memperkenalkan diri dan tnenjelaskan pelaksanaan program P3PATPU di Long Midang. Mengkaji pengaruh program terhadap kecukupan pangan keluarga dan kelompok tani serta mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Pada kesempatan tersebut pengkaji rnembagikan foto copy pedoman pelaksanaan diskusi, pulpen serta kertas. Hal ini dilakukan agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar. Untuk membantu kegiatan diskusi peneliti dibantu sebagai notulis. Kegiatan diskusi langsung dipimpin oleh peneliti yang dibantu oleh sekretaris camat.
Perencanaan Program Dalam perencanaan program masyarakat sama seklai tidak dilibatkan, program tersebut langsung ada dan digulirkan kepada masyarakat. Masyarakat pernah mengusulkan program lewat DRUK (Daftar Rencana Usulan Kegiatan) Kecamatan ke Kabupaten untuk peningkatan produktivitas lahan pertanian yaitu pembuatan saluran irigasi dan pengadaan bibit padi tetapi sampai berakhimya tahun anggaran belum pernah terealisasi.
Pelaksanaan Program Dalam pelaksanaan program P3PATPU masyarakat tumt serta dimana mereka mendapat modal bergulir BLM. Membentukan kelompok tani dengan pemilihan kelengkapan pengurus, pembuatan Rencana Usulan Kelompok (RUK) yang tetap dibantu oleh petugas PPL pertanian, membuka rekening kelompok, sehingga bantuan modal tersebut dapat dicairkan oleh kelompok dan selanjutnya dapat digunakan oleh anggota kelompok.
Manfaat bantuan modal dalam ha1 peningkatan produktivitas padi Bantuan modal sebesar Rp. 20.000.000 tersebut di dalam kelompok digunakan dengan pembagian sebagai berikut 10 % dana bantuan tersebut tetap tersimpan di dalam rekening kelompok yaitu sebesar Rp. 2.000.000, 10 % digunakan untuk biaya administrasi dan bantuan bagi anggotz kelompok yang n?engik?l!i pe!~?!ih~ 8!1_?1 pertemuan di ibu kota kecamatan sebesar Rp. 2.000.000. Sisanya yaitu sebesar Rp 16.000.000 digunkan untuk keperluan anggota. untuk pembelian alat pertanian, pembelian bibit tanaman. pembclian obat-obatan, perbaikan pematang. pembayaran upah pekerja, pembelian mesin giling padi
Yang memperoleh bantuan modal Bantuan modal tersebut diberikan kepada kelompok-kelompok tani, di setiap desa hanya dibentuk 1 kelompok tani.
Jumlah anggota setiap kelompok Setiap kelompok betjumlah 10 orang yang terdiri warga desa tersebut.
Bantuan modal BPLM dicairkan Bantuan dana BPLM dicairkan dari KPKN Samarinda ke rekening kelompok tani pada bulan Agustus 2005. Agustus 2005. Pencairan oleh kelompok tani pada bulan Oktober 2005 karena kelompok tani harus membuat kelengkapan yang telah ditentukan oleh pimpinan proyek berdasarkan juklak dan juknis proyek.
Ketidak tepatan pencairan dana Pencairan dana sebaiknya dilakukan pada bulan juni atau juli karena sangat diperlukan petani untuk membiayai tanam.
Cara memanfaatkan bantuan tersebut Sebenamya bantuan modal BPLM terseb-! digo-okz un!& mrcingk?!k?.r produktivitas padi. tetapi berhubung dana tersebut sampai di kelompok pada bulan Oktober dimana kegiatan tanam padi telah berakhir, maka bantuan tersebut digunakan untuk keperluan sekolah dan keperluan lain yang tidak ada hubungan dengan peningkatan produktivitas padi.
Akibat atau pengaruh bantuan modal dari program P3PATPU Bantuan yang diberikan dapat memberikan tambahan uang tunai bagi rumah tangga kelompok. Kesulitan yang selama ini dialami oleh petani dapat diatasi. Dibukanya lahan pertanian yang baru.
Siapa yang dlerasakan akibat dari bantuan modal tersebut Bantuan ini dirasakan manfaatnya oleh semua anggofa kelompok yaitu sebanyak 5 kelompok tani atau 50 orang anggota 1 kepala keluarga
Kelanjutan kelompok penerima bantuan setelah masa pengembalian selesai Diharapkan 5 kelompok tani di Long Midang yang menerima bantuan dapat mengembangkan kelompoknya sehingga dapat memberikan contoh untuk kelompok yang barn terbentuk. Bukan karena adanya bantuan dari pemerintah saja, tetapi dapat meningkatkan pendapatan mmah tangga petani.
Cara kelompok melanjutkan program kelompok Kr!~mpok dapat me!anjutkan program kelompok dengan mclakukan pertaniuan secara partisipatif dengan anggotanya dan dapat memberikan manfiat bagi anggota kelompoknya.
Cara pemilihan ketua ketompok Pernilihan ketua kelornpok dilakukan dengan suara terbanyal; mernpunyai pengetahuan yang lebih baik.
Cara anggota kelompok dapat menyampaikan kebutuhan, keinginan dan harapan setiap individu Keinginan, kebutuhan dan harapan dapat dilakukan oleh anggota kelornpok dalam pertemuan formal rnaupun informal.
Cara anggota kelompok dapat mengetahui kinerja pengurus kelompok Diketahui dengan mernperhatikan bagaimana pengurus memperlakukan anggota atau pengurus yang lain. (unsur kekerabatan dan kedekatan)
LAMPIRAN 6
lnforman : Yagung Bagau Status : Kepala Adat Besar Suku Lundayeh HariiTgl : Kamisl15 Juni 2006 Pukul : 10"" - 1 loo Wita Tempat : Rumah Yagung Bagau Pewawancara : Yaksi Belaning Pratiwi
Yagung Bagau lahir pada tahun 195 1 di Desa Pa' Rupai dan pada saat wawancara telah berumur 55 tahun. Yagung Bagau tinggal di Long Bawan, dan diangkat sebagai kepala adat besar suku Dayak Lundayeh. Berdasarkan keterangan dari Yagung Bagau Kecamatan Krayan dibedakan menjadai dua daerah yaitu Tana Lun (Tanah kering - berladang) dan Lun Bak (tanah basah - sawah).
Tahun 1970 sld 1972 (Bp. Philipus Gaing - Camat Krayan), desa-desa di Kecamatan Krayan digabungkan sesuai dengan kebijakan pemerintah. Setelah terjadi regrouping banyak penduduk yang keluar dari Kecamatan Krayan. Mereka banyak yang menetap di Tarakan, Bulungan, Malinau, Nunukan bahkan ke Malaysia. Dari 89 desa yang ada di Kecamatan Krayan, hanya sat3 lokasi yang melakukan dengan suka rela atau atas insiatif dari warga sendiri yaitu Lokasi Berian Baru (terdiri dari 7 desa)
Pemimpin formal dan informal mempunyai pengaruh yang kuat pada kehidupan masyarakat. Di Long Midang terdapat 5 desa yaitu Desa Pa' Nado, Buduk Kinangan, Liang Tuer, Pa' Rupai dan Ba' Sikor. Desa asli lokasi Long Midang adalah Desa Pa' Nado dan Buduk Kinangan. Regrouping desa tidak dapat dikatakan berhasil, dilihat dari kesiapan dan kerelaan warga. Sebagian warga tetap mematuhi program pemerintah untuk pindah ke lokasi baru. Sedangkan kehidupan perekonomian tetap dilakukan di desa asal. Mereka mempunyai harapan suatu saat dapat kembali ke desa asal.
Ketidakberhasilan waktu itu karena sosialisasi yang dilakukan pemerintah tidak melibatkan selumh warga, pemerintah tidak menyediakan lahan pertanian atau berladang, sedangkan mata pencaharian masyarakat adalah petani.
Alasan Penduduk untuk tidak ~nenyetujui adanya regrouping karena :
1. Kebun dan sawah mereka di desa asal 2. Binatang temak masih d desa asal 3. Banyak penduduk yang berpindah ke daerah lain 4. Adanya alasan historis dalam pembentukan desa 5. Janji Pemerintah yang tidak pemah ditepati
Sedangkan alasan pemerintah \vaktu itu mengadakan regrouping adalah : I . Memudahkan pembinaan kepada masyarakat 2. Lokasi yang tersebar dan terpencil 3. Sulit tansportasi dan komunikasi
4. Pemerintah akan meningkatan pelayanan terhadap kesehatan, pendidikan, dan adminishasi kependudukan
5. Penyedian sarana dan prasaran transportasi
Penduduk desa h a i l regrouping tetap membawa nama desa masing-masing dengan alasan bahwa :
I . Banyak warga desa yang merantau ke daerah lain, sehingga jika mereka pulang tetap bisa menemukan desanya, walaupun sudah pindah tempat.
2. Masyarakat masih mempunyai harapan, suatu saat mereka dapat kembali ke desa asal.
3. Adanya sejarah dari desa yang bersangkutan.
Banyak tetua-tetua desa yang tidak percaya dengan janji pemerintah dan pada kenyataan terbukti. Seperti penerangan, prasaran dan sarana transportasi. Karena dari tahun 1972 sampai dengan tahun 1997 hubungan dari Long Midang ke lbu kota kecamatan hanya dilakukan dengan berjalan kaki yang dilakukan lewat pematang sawah. Baru tahun 1998 baru di buka akses jalan, yang sampai saat ini masih taraf pengerasan. Sedangkan untuk penerangan dengan listrik sampai sekarang masih belum terpenuhi sepenuhnya (barn pada taraf pemasangan kabel listrik).
Batas wilayah baru ditetapkan oleh Camat MF Simamora tahun 1988 sampai dengan tahun 1996. Batas-batas wilayah ditetapkan melalui patok-patok batas. Sayangnya oleh camat pengganti tidak diperhatikan dan hasilnya sampai sekarang batas-batas antar desa semakin tidak jelas.
Untuk lokasi Long Midang kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk selempat adalah bertani sawah yang hasilnya mereka jual di serawak (Bakalalan - Lawas) yaitu berupa padi, hasil temak dan garam. Pada masa menunggu panen padi sawah, mayoritas warga di Lokasi Long Midang yaitu Desa Pa'Nado dan Buduk Kinangan mengusahakan garam gunung. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh para wanitalibu sedangkan pria hanya bertugas mengambil kayu di hutan, setelah tugas selesai mereka (kaum Bapak) pergi ke warung kopi atau tidur. Sedangkan yang memasak garam, membersihkan sawah dari tanaman pengganggu di lakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Selain mengusahakan sumur garam banyak laki-laki yang merantau ke Malaysia (perkebunan)
Di Long Midang belum ada SLTP dan SLTA. SLTP dan SLTA baik swasta maupun Negeri hanya terdapat di Ibukota kecamatan. Sebagai Ketua Adat saya ~nertrpunyai harapan agar kaunl muda yang itieranlau dun kurang berhasil dalam nrerrrperoleh pekerjaaan kenrbali ke Krayan, sebenarnya rtrasilr banyak pekerjaan di Kryvan.
Mengenai transponasi menurut Yagung Bagau. tahun 2000 kendaraan roda dua yang ada di Long Midang hanya 1 buah tetapi sekarang sudah menjadi 7 buah. sedangkan kendaraan roda empat sudah berjumlah 5 buah. Semua kendaraan
tersebut di beli dari Malaysia. Sebagian besar kendaraan bermotor tidak dilengkapi dengan surat-surat resmi.
Selain transportasi daraf kendala lain adalah transportasi udara yang merupakan satu-satunya penghubung dengan daerah luar. Selama ini pesawat akan terbang atau mendarat jika cuaca sangat mendukung. Jika cuaca mendung dan berangin pesawat tidak terbang baik dari Nunukan maupun Tarakan. Jika pesawat sudah terlanjur ada di Krayan tetap akan menunggu cuaca bagus. Sering kali pesawat batal terbang.
Kondisi perekonomian di Long Midang lebih baik dibanding dengan daerah perbatasan yang lain. Hasil panen selain padi Adan, beras merah maupun beras hitam masih dapat diperoleh pada tahun ini. Kendala dari musim panen adalah belum adanya lumbung desa untuk setiap lokasi. Saya metnpunyai kcinginan untuk dapat metttbangun lumbung desa di setiap lokasi, baik dilak~rkan secara senguyun atau dari banttran pemerintah. Yang sudalr h i bangun adalah di Lokasi Long Layu. Masyarakat sangat mefnbutuhkan lumbung, saat ini masih ti~enggunakan lu~nbung gereja.
Manfaat lumbung basi masyarkat : 1 . Ada perasaan tenang 2. Kcbutuhan beras dapat terpenuhi 3. Digunakan untuk keperluan warga 4. Penggunaan beras dilumbung akan diganti saat panen berikutnya 5 Setiap pemilik lahan menyerahkan 10 kaleng 6 . Bukan karena terpaksa dari warga
Mengenai kepemilikan tanah untuk suku Daya Lundayeh di Kecamatan Krayan sudah ditetapkan hak ulayat.Dalam ha1 ini ditetapkan juga tentang tanah ulayat, tanah adat sampai hukum adat yang sudah diatur oleh. Pemerintah Kabupaten dengan dikeluarkan tentang penguasaan hak ulayat suku dayak Lundayeh. Penguasaan tanah adat masih dibicarakan dengan tetua-tetua adat desa. Karena tanah adat dapat dijaikan hak milik perorangan. Sedangkan sampai saat ini masih belum dapat diputuskan kepemilikan tanah di Kecamatan Krayan.
lnforman : Hendru Apung Status : Warga Desa Liang Tuer Hariflgl : Selasa / 20 Juni 2006 Pukul : 120° - 13'" Wita Tempat : Rumah Hendru Apung Pewaawancara: Yaksi Belaning Pratiwi
tlendru Apung lahir 45 tahun yang lalu. Mempunyai satu istri dan lima anak. Pekerjaan Hendru Apung selain sebagai ketua kelompok tani Tunas Muda juga sebagai guru kontrak di SMP Swasta Liang Butan. Llahan yang dikerjakan untuk tahun ini sebanyak 6 petak untuk padi serta satu petak kebun sayur.
Sawah dan kebun di Long Midang dipagar keliling trntuk menghindari gangguan binatang temak. Luasnya sawah yang dikerjakan tergantung dari kesanggupan dalam pengupahan tenaga kerja dan penyediaan bibit padi. Dalam aktivitas pertanian penduduk di Lokasi Long Midang tidak lagi dilakukan secara senguyun tetapi sudah mengenal sistem upah. Pengupahan dilakukan dalam sistem harian. Upah untuk membersihkan lahan Rp 25.000,- per hari, sedangkan untuk menanam dan memotong padi upah pekerja dibayarkan per gantang atau perkaleng gabah Upah pekerja untuk satu petak sawah antara 7 sampai 10 kaleng (satu kaleng Rp.3.000) Kegiatan gotong royong dilakukan warga jika ada hubungannya dengan gereja saja (tanpa menuntut upah). Sedangkan kegiatan yang lain mereka akan memakai sistem upah.
Peningkatan hasil panen masih dikarenakan adanya perluasan lahan. Tahun ini hasil bersih panen padi (setelah dipotong dengan upah pekerja) hanya 150 kaleng per petak (hasil panen .t 900 kaleng). Tahun lalu masih ada sisa untuk di jual ke Serawak. Mengenai luas sawah perkeluarga bervariasi tergantung dari kemampuan untuk membayar upah, penyediaan bibit serta tempat penyimpanan. Untuk kelompok kami belum ada yang mencapai 2 ha lebih.
Sebagai ketua kelompok kurang memahami tugas dan fungsi sebagai ketua kelompok. Masih belum tau apa yang dilakukan untuk kelompok (anggota). Yang menjadi beban selama ini bagaimana anggota kelompok dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Banyak kendalanya, di Long Midang tidak pemah terjadi gagal panen. Hasil panen padi yang tidak banyak, wajib mengisi lumbung desa sebanyak 10 kaleng per petak dan wajib mengisi lumbung gereja sebanyak 10 % dari hasil panen. Kebersamaan di Long midang sangat kurang. Sehingga masih menurut Hendru Apung desa-desa di sini kotor, tidak teratur. Jauh berbeda dengan di Bakalala.
Dalam menunggu masa panen, saya, istri dan dibantu oleh adik istri mengusahakan sumur garam yang letaknya lumanyan jauh dari rumah (antara 5 - 7 jam berjalan kaki). Sumur garam di kelola oleh 5 keluarga ).ang dilakukan secara bergilir (sesuai jadwal yang ditentukan oleh kelompok dalam satu sumur)
Dari membersihkan lahan sampai musim potong padi, perempuan yang paling banyak beraktivitas. Sebagian laki-laki hanya mengambil kayu setelah itu mereka paling banyak di warung kopi. Pada waktu panen laki-laki diikutsertakan karena diperlukan untuk mengangkut padi dari sawah ke lumbung
Wawancara diakhiri ketika Hendru Apung di jemput kelompoknya untuk membuat bak air bersih yang nantinya dialirkan ke rumah-rumah penduduk. Dalam masalah pengadaan air bersih setiap desa mengusahakan sendiri. Dalam pembuatan bak air setiap tenaga kerja diupah sebesar Rp. 15.000,- perhari. Bahan- bahan bangunan diperoleh dari distrik Bakalalan.
Infornlan : Hendrik Balang Status : Warga Desa Pa' Rupai HariKgl : Sabtu / 24 Juni 2006 Pukul : 13"" - 14"' Wita Tempat : Sawah Pewawancara : Yaksi Belaning Pratiwi
Hendrik Balang saat diwawancara berusia 43 tahun, pekerjaan selain bertani adalah Kepala Sekolah Dasar. Hendrik Balang bukan warga asli desa Long Midang tetapi dari Desa Long Layu'. Hendrik Balang lahir di Long Layu' tetap sejak SLTP merantau ke Kabupaten Bulungan. Baru kembali ketika sudah lulus menjadi sarjana pendidikan. Diterima menjadi PNS dan ditempatkan di Long Layu' setelah itu dimutasi di Long Midang. Dari hasil perkawinan Hendrik Balang mempunyai 3 orang anak. 2 orang sedang melanjutkan di PTN di Samarinda sedangkan yang bungsu masih kelas 5 SD. Wawancara rencana akan dilakukan di sekolah tetapi berhubung Hendrik Balang selalu ke sawah setelah mengajar maka saya juga ikut kesawah.
Sebagai PNS pekerjaan yang pokok adalah mengajar, sedangkan pertanian tetap menjadi penopang ekonomi keluarga yang utama. Menurut I-lendrik Balang kalau hanya mengharapkan gaji PNS hanya cukup untuk biaya sekolah satu orang anak saja. Biaya hidup di Long Midang sangat tinggi. Untungnya masih ada barang kebutuhan pokok yang bersubsidi. Lokasi sawah tidak terlalau jauh dari rumah, jalan pematang juga lebar dan bersih. Hendrik Balang mempunyai sawah sebanyak 7 petak. Untr~k tahun ini panen padi lumanyan ada sekitar I75 kaleng per petak. Pengerjaan sawah dilakukan secara senguyun. Pengupahan pekerja dilakukan dengan menggunakan gabah. Pengupahan dihitung berapa kaleng padi yang diperoleh setiap orang. Harga beras saat musim panen sangat rehdah, sehingga jarang petani yang menjual hasil panennya saat musim panen. Hanya yang sangat membutuhkan uang tunai saja yang melakukan ha1 tersebut. Menurut Hendrik Balang saat musim panen harga beras perkalengnya hanya Rp.lOO.OOO. (I kaleng 15 Kg sehingga harga per satu kilo hanya Rp. 6.500) sedangkan jika 2 - 3 bulan setelah panen harga perkaleng mencapai Rp. 150.000 - Rp. 200.000. Selain membentuk kelompok tani resmi warga Long Midang juga membentuk kelompok senguyun dalam mengerjakan sawah..
Disekitar lahan persawahan terdapat beberapa rumah, yang dikira peneliti adalah rumah untuk tempat tinggal selama menjaga sawah, tetapi ternyata adalah lumbung-lumbung padi milik perseorangan. Selama melakukan wawancara Hendrik Balang masih melakukan pekerjaan membersihkan pematang.
Untuk mengolala lahan persawahan dibantu dengan istri dan saudara (adik istri). Saat musim panen Hendrik Balang sering minta bantuan murid kelas 6 dan 5 unttlk memotong padi. Masa panen adalah masa libur sekolah diluar kurikulurn resmi. Dana BLM yang diterima kelompok dapat lebih bergunajika dana tersebut dapat cair menjelang musim tanam. sehingza dapat digunakan secara maksimal dalam meningkatkan usaha pertanian. Dana BLM sebesar Rp. 20.000.000 perkelompok untuk ukuran Krayan masih kurang memadai. Harga barang jika
dibeli di Krayan harganya 10 x lipat dibanding dengan harga di Nunukan. Sedangkan jika di beli di Nunukan kena ongkos angkut pesawat. Per kilo ongkosnya adalah Rp. 1 1.500. Belum lagi waktu yang dibutuhkan lumanyan lama. Jika pesawat sudah over bagasi, maka barang yang tidak seberapa penting menurut petugas bandara akan ditinggal. Menunggu penerbangan berikutnya.
Menurut I-lendrik Balang tingkat pendidikan anggota kelompok juga sedikit menjadi penghambat bagi pemahaman kegiatan kelompok terutama dalam proyek ini. "Saya sebagai ketua kelompok sering kali ntentberikan pemahantan teritadap anggota kelompok saya sendiri maupun anggota lain yang sering dilakukan ketika kmai sedang duduk seperti ini. Pentingnya kelotrtpok untuk ntencapai tujuan, dapat nleringanknn bebon pekerjaan (tolong menolong)" . yang Setelah agak lama hanya peneliti dengan Hendrik Balang, disawah, mulai ada yang ikut duduk- duduk bersama kami yaitu Jonfred.
Jonfred mengeluhkan sikap ketua kelompoknya yang tidak mau tau dengan keinginan serta keluhan anggota. Tidak pemah mengadakan pertemuan dengan anggota kelompok. datang jika tidak mereka aka membuat tikar serta barang-barang kerjaninan yang terbuat dari daun sier, daunnya sejenis pandan, yang merekajual di Serawak. Penduduk yang mengusahakan sumur garam paling senang jika tidak hujan karena kadar garam yang dikandung sumur tersebut tinggi sehingga cepat dalam pemasakan garam.
Informan : Mafri Kornelius Status : Sekretaris Kecamatan Krayan Haringi : Jumat / 16 Juni 2006 Pukul : 08"" - 0930 Wita Tempat : Kantor Kecamatan Krayan Pewawancara : Yaksi Belaning Pratiwi
Mafri Kornelius lahir pada tahun 1967 di Desa Long Layu. Mempunyai satu orang istri dan 3 orang anak. Tahun 2001 diangkat menjadi Sekretaris Kecamatan Krayan, dimana sebelumnya adalah Kepala Seksi Pemerintahan di Kecamatan Krayan.
Diangkat CPNS Pusat tahun 1990 dan ditempatkan di Kecamatan Krayan sampai sekarang. Sejak adanya pemekaran tahun 1999 pembangunan Kecamatan Krayan sangat bagus, baik pembangunan fisik dan SDM. Sudah banyak kemajuan. yang dapat dirasakan oleh masyarakat, antara lain pelebaran dan pengerasan jalan, pembangunan gedung sekolah, Puskesmas Pembantu, Kantor Camat, beberapa kantor desa, pipanisasi air bersih
Lokasi Long Midang merupakan 1 dari 28 lokasi yang ada di Kecamatan Krayan. Kecamatan Krayan terdiri dari 89 yang lokasinya saling berjauhan. Sampai saat ini akses jalan untuk mencapai lokasi tenentu masih menggunakan pesawat perintis. Di Kecamatan Krayan terdapat 17 lapangan terbang perintis. Kendala yang utama untuk memajukan daerah ini adalah komunikasi dan informasi yang sangat lambat di terima. Komunikasi hanya dilakukan dengan pesawat SSB (di Kantor Kecamatan, Poisek dan Koramil).
Pernbangunan di Long Midang yaitu Puskesmas Pembantu, Gedung SD, bantuan untuk perbaikan beberapa gereja, pelebaran dan pengerasan jalan. Sampai sekarang belum ada kesungguhan Pemerintah dalam meningkatkan sektor ekonomi. , karena belum ada gerakan pemerintah kearah itu. Di Long Midang belum ada pasar desa. Pemerintah Kecamatan telah mengusulkan untuk pembuatan pasar perbatasan tetapi sampai sekarang belum direalisasi. Pemerintah menjajikan tahun 2007 di bangun pasar perbatasan Pasar desa yang ada di Long bawan pernah dibangun (tahun 1997) tetapi sampai sekarang tidak dapat dimanfaatkan oleh penduduk. Pemilihan lokasi yang tidak strategis, jika musim hujan menjadi daerah langganan banjir. Pasar tersebut hanya berjalan 2 minggu setelah itu ditinggalkan
Perdagangan ada yang masih melakukan dengan cara barter. Terutama untuk daerah pedalaman. Perdagangan yang dilakukan penduduk Long Midang paling banyak dilakukan di Bakalalan atau Lawas. Jarak tempuh relatif dekat. Harga jual barang juga tinggi karena diperhitungkan dengan Ringgit Malaysia. Selain menjual padi Adan, mereka juga menjual garam dan binatang ternak. Keuntungan yang paling besar diperoleh dari penjualan kerbau. 1 ekor kerbau jika dijual di Long Bawan hanya Rp. 6.000.000 sampai Rp. 7.000.000 sedangkan jika dijual di Malaysia sampai RM 4.000 sampai RM 5.000. (1 RM = Rp. 2.500). Demikian juga dengan penjualan beras harganya jauh berbeda.
Tahun 2004 pemerintah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan) mengulirkan proyek BPLM (Bantuan Pinjaman Langsung Modal), untuk Kecamatan Krayan dana yang disalurkan adalah Rp. 440.000.000 yang digunakan untuk 22 kelompok tani. Untuk Long Midang sendiri terdapat 5 kelompok tani yang memperoleh bantuan modal tersebut.
Hasil panen padi tahun 2005 sudah ada peningkatan, ha1 ini dikarenakan pembukaan lahan baru. Pertanian di Krayan masih belum sepenuhnya menggunakan teknologi pertanian. Pertanian dengan pemanfaatan lahan basah (rawa), sedangkan untuk masyarakat disini (Long Bawan, Long Midang dan sekitarnya) belum memanfaatkan lahan kering. Jika dibandingkan dengan masyarakat di Long Layu', mereka memanfaatkan lahan basah (rawa) maupun lahan kering (untuk padi tugal). Sehingga daerah Long Layu' tidak pemah kekeurangan beras. Kelebihan beras di Long Layu' disebabkan karena penduduk jarang yang menjual padi, karena kendala transportasi.
Pembentukan kelompok terutama kelompok tani, masyarakat sebenarnya sudah membentuk kelompok sendiri. Kelompok tersebut disebut kelompok set~gzyz!~?. Anggota kelompok tidak ada batasan baik jumlah maupun lokasi tempat tinggal setiap keluarga boleh menjadi anggota. Setiap tahun anggotanya bisa berbeda. (bisa berkurang atau bertambah).
Kelompok tani yang ada sekarang haru saja dibentuk, sehingga penyesuaian anggota masih diperlukan dan masih diperlukan pendekatan yang intensif dari pendamping maupun pengurus kelomopok. Sebagai sekretaris kecamatan sering ke desa-desa untuk memlakukan pendekatan-pendekatan. Latar belakang pendidikan anggota kelompok tani yang beragam juga membuat suiitnya pemahaman terhadap dibentuknya sebuah kelompok. Pengetahuan dan keterampilan yang kurang bukan disebabkan masyarakat di Long Midang pemalas tetapi kendala komunikasi, informasi dan transportasi yang sangat sulit. lama serta mahal. Untuk tahun ini (2006) Pemerintah Kabupaten masih memberikan subsidi ongkos angkut untuk barang pokok dan subsidi penumpang.
PEDOMAN WAWANCARA
Faktor penyebab lemahnya daya saing ekonomi : 1. Mutu Produk
a. Bagiamana proses penyimpanan padi setelah dipotong b. Bagaimana pengolahan padi menjadi beras c. Alat apa yang dgunakan untuk memisahkan kulit padi d. Bagimana proses penyimpanan beras tersebut e. Siapa yang membersihkan sawah selama waktu tanam f. Siapa yang memasak garam g. Bagaimana proses memasaknya h. Bagaimana proses pengeringan i . Bagaimana proses pengepakan j. Siapa yang dapat memberikan standar mutu terhadap hasil
produksi 2. Ketepatan waktu
a. Penjualan produk tersebut dilakukan berapa kali dalam seminggu b. Berapa banyak yang sanggup dibawa untuk di jual di pasar
Bakalalan c. Masyarakat Bakalalan lebih senang jenis yang bagaimana d. Mengapa ada perbedaan wama setelah menjadi hasil akhir
3. Pengepakan a. Dalam pemasaran produk tersebut apakah dilakukan dengan
pengepakan atau tidak b. Jika tidak dengan package, lalu dilakukan dengan cara apa c. Mengapa tidak di package produk tersebut d. Dalam pengepakan bahan apa yang digunakan e. Apakah tidak dapat diganti dengan bahan lain
4. Pendidikan a. Tingkat pendidikan anggota kelompok b. Tingkat usia anggota kelompok
5. Keterampilan a. Keterampilan apa saja yang dimiliki pendudukan Long Midang
sehingga dapat meningkatkan produksi serta pemasaran hasil produksi yang nantinya akan dapat meningkatkan pendapatnnya
b. Siapa yang memberikan keterampilan tersebut, berasal dari warisan atau belajar dari pihak luar
c. Pihak-pihak mana yang sering memberikan latihan keterampilan, pihak pemerintah atau pihak lain
d. Keterampilan tersebut berupa apa e. Keterampilan apa yang selama ini dirasakan banyak sekali
manfaatnya basi kehidupan f. .4pakah semua keterampilan dapat diterapkan di Long hlidang
6. Pola migrasi a. Apa yang menyebabkan bermigrasi
b. Mana saja tujuan migrasi mereka c. Kapan mereka kembali ke Long Midang d. Migrasi mereka permanen atau musiman
7. Komposisi Penduduk a. Jumlah total penduduk b. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan c. Jumlah penduduk usia sekoiah d. Jumlah penduduk usia produktif e. Penyebaran penduduk di lokasi
8. Pengetahuan pasar a. Penjualan produk di Long Bawan dengan di Bakalalan mana yang
lebih menguntungkan b. Produk mana yang lebih disukai oleh masyarakat Bakalalan c. Penjualan tersebut diukur dengan nilai tukar mata uang siapa d. Apakah pernah dilakukan dengan cara tukar menukar barang
dengan barang e. Biasanya barang apa yang ditukar tersebut f. Mengapa barang tersebut, apakah di Long Bawan tidak tersedia
9. lnformasi pasar a. Bagaimana mengetahui harga produk di pasar b. Naik turunnya harga selama ini ditentukan oleh mutu atau juinlah
produk c. Selain pasar di Bakalalan apakah ada pasar lain yang lebih baik
10. Tehnologi pertanian a. Pengolahan sawah selama ini masih seperti yang dulu atau sudah
ada perubahan b. Apa saja hama tanaman yang sering menyerang di sini c. Dalam membasmi hama menggunakan cara apa (tikus, belalang) d. Apakah selama ini ada bantuan pemerintah dalam pengolahan
sawah I 1 . Manajemen Pemasaran
a. Siapa yang menjual hasil panen ke pasar Bakalalan b. Penjualan tersebut memang sudah ada yang memesan atau belum c. Dengan cara apa hasil produksi tersebut dibawa d. Apakah hasil tersebut dijual sendiri-sendiri e. Jika dilakukan dengan jalan kaki berapa orang tiap kali pergi f. Jika dengan kendaraan, kendaraan apa yang digunakan g. Berapa biaya untuk kesana atau sampai ke pasar Bakalalan
12. Tenaga kerja a. Dalam musim tanam dan musim panen siapa yang mengerjakannya b. Berapa banyak tenaga kerja yang digunkan c. Apakah memakai sistem upah atau tenguyun d. Dalam bentuk apa upah diberikan e. Apakah ada perbedaan cara penghitungan upah dalam musim
tanam dan musim panen 1: Dalam proses pengerjaan garam siapa saJa >ang diliharkan g. Kapan dilakukan h. Apakah sumur garam tersebut milik pribadi
i. Jika tidak siapa saja yang boleh mengerjakan sumur garam tersebut j. Apakah ada jadwal tertentu k. Apakah ada pengaruh iklim/musim
13. Berapa luas lahan yang dimiliki a. Berapa banyak bibit padi yang ditanam b. Berapa jenis padi yang ditanam c. Bibit tanaman diambil dari mana d. Bibit padi dibeli dari mana e. Berapa hasil yang diperoleh dalam musim tanam f. Apakah diiakukan dialam terbuka atau membuat pondok g. Apakah rumah produksi disetiap sumur garam selalu ada h. Untuk berapa tungku di dalam rumah produksi tersebut
Peranan Lembaga Lokal : 1. Motivasi masyarakat
a. Apakah ada keinginan masyarakat untuk membentuk suatu lembaga yang memberikan kepastian terhadap produksi, paking, pemasaran terhadap produk yang dihasilkan
b. Apakah masyarakat terutama pelaku ekonomi yang langsung berhubungan dengan produk tersebut mempunyai kepentingan yang sama dalam menjual produk tersebut ke Bakalalan
c. Apakah ada kelompok-kelompok dalam usaha pertanian atau produksi garam
d. Jika ada berapa kelompok yang terbentuk e. Setiap kelomnpok ada berapa orang atau keluarga f. Jika terjadi ketidak puasan didalam kelompok bagaimana cara
mengatasinya g. Apakah memerlukan pihak luar dalam menyelesaikan masalah
tersebut 2. Fasilitasi modal
a. Dalam menjalankan kegiatan produksi baik dalam pertanian maupun penambangan garam apakah memakai modal sendiri
b. Modal tersebut berupa saja c. Jika tidak, dari siapa modal tersebut d. Bagaimana cara memperolehnya e. Apakah diperlukan syarat-syarat tertentu f. Bagaimana memenuhi syarat-syarat tersebut g. Bagaimana cara mengontrol akan modal yang telah didapat
tersebut h. Apakah dibentuk sebuah kepengurusan i . Bagaimana cara menentukan pengurus kelompok. Berdasarkan
keluarga. teman atau karena dianggap cakap j. Selain dari pemerintah apakah ada pihak sstvasta yang memberikan
bantuan modal 3. Fasilitasi sarana dan prasarana
a. Pcmberian sarana dan prasarana ini karma permintaan masyarakat atau langsung dari pemerintah
b. Apakah masyarakat memang memerlukannya
Harapan-harapan masyarakat :
1. Kesejahteraan masyarakat a. Apa ukuran kesejahteraan di Long Midang b. Apakah fasilitas kesehatan, pendidikan memadai c. Apakah setiap keluarga telah mempunyai air bersih serta listrik d. Apakah setiap keluarga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya e. Apakah setiap keluarga dapat menyekolahkan putra-putrinya, tanpa
dibebani oleh pekerjaan di sawah maupun di sumur garam 2. Harga komoditas
a. harga komoditas siapa yang menetukan b. Apakah masyarakat selalu setuju dengan harga yang telah
ditetapkan oleh pihak pembeli c. Apakah harga komoditas tersebut tidak dapat ditentukan oleh
penjual, karena dapat dihitung biaya produksi 3. Volume perdagangan
a. Apakah volume perdagangan setiap bulan ada peningkatan b. Apa yang menyebabkan c. Bagai~nana cara mengatasi kendala di pasar d. Jika terjadi penurunan. apa yang menjadi sebabnya e. Bagaimana mencari jalan keluarnya
4. Tehnologi tepat guna a. Tehnologi yang digunakan apakah berasal dari warisan atau ada
pihak pemerintah yang memberikan 5. Skala usaha
a. Apakah tidak ada keinginan untuk meningkatkan skala produksi dari produksi rumah tangga
b. Apakah tidak ada proses produksi yang dilakukan dalam lelompok, selain pemenuhan modal
Strategi peningkatan daya saing ekonomi :
1. Analisa kebutuhan a. Kebutuhan-kebutuhan apa yang sangat dibutuhkan oleh anggota
kelompok b. Pemenuhan kebutuhan tersebut apakah sesuai dengan kondisi
setempat 2. Identifikasi sumber daya
a. Apakah anggota kelompok memanfaatkan sumber daya alam dengan baik
b. Apakah setelah sawah panen akan dibiarkan mengganggur c. Jika tidak. diusahakan dengan cara bagaiamana d. Apakah selama ini tidak gangguan dari binatang ternak e. Selama masa tanam sampai panen binatang ternak tersebut kernana
di babsa t Dalam memasak garam berapa banyak kayu yang diperlukan g. Apakah dapat segala macam kayu
h. Berapa jauh untuk mengambil kayu 3. Penyusunan program
a. Program yang selama ini adalah pro,gam pemerintah b. Apakah tidak ada program masyarakat yang diusulkan ke
pemerintah minimal pemerintah desa c. Apakah disetujui d. Alasan e. Apakah program di dalam masyarakat juga ada program yang
diusulkan oleh kaum ibu f. Apakah bapak-bapak banyak yang mendukung
4. Pelaksanaan program a. Apakah masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan b. Adakah rasa tidak senang, karena tidak sesuai dengan keinginan
kebutuhan c. Bagaimana cara mengatasinya d. Program yang diusulkan oleh kaum ibu apakah dapat dilaksanakan e. Jika tidak apa kendalanya
5. Evaluasi program a. Apakah seluruh lapisan masyarakat dilibatkan dalam mengevaluasi
program b. Mengapa hanya orang tertentu saja c. Mengapa kaum wanita jarang dilibatkan
Nama Responden Desa Usia Jenis Kelamin Status perkawinan Jumlah anak Pendidikan Pekerjaan Pokok
1 Berapa kali melakukan penjualan ke Bakalan dalam satu minggu (beras) Setiap hari tII Dua hari sekali El Tiga hari sekali L.A Lainnya (sebutkan)
2 Berapa banyak yang sangggup dibawa untuk dijual
I Kaleng
3 Kaleng L.A 5 Kaleng
Lainnya (sebutkan)
3 Berapa orang setiap pergi ke bakalalan
3 orang
4 orang
5 orang l-l 6 orang
4 Berapa kelompok yang selalau pergi
1 kelompok
2 kclompok
3 kelompok LL
5 Untuk menjual ke bakalalan alat transportasi apa yg digunakan
Jalan kaki
Ojek motor
Kerbau
Mobil angkutan
6 Berapa lama perjalanan dilakukan jika dengan jalan kaki
I - 2 j a m
2 - 3 j a m
3 - 4 j a m
Lebih 4 jam
7 Perjalanan tersebut paling sering dilakukan ketika musim
Kemarau
Hujan
Panen
Setelah panen
8 Selain beras lokal apa saja yang di jual
Barang kerajinan
Ternak
Garam
Sayuran
9 Jika ternak apa saja yang dibawa
Kerbau
Babi
Unggas - bebek
10 Dalam pertukaran barang, mata uang apa yang digunakan
Rupiah
Ringgit Malaysia
1 1 Berapa ukuran kaleng besar untuk beras
12 Berapa harga jual beras 1 kaleng di pasar Bakalalan jika di kurskan dengan nilai rupiah
13 Dari hasil penjualan tersebut, digunakan untuk apa saja (untuk saat,ini)
Biaya sekolah I-.!
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Menabung
Biaya berobat
Hanya untuk mengisi waktu El 14 Kebutuhan sehari-hari apa saja yang dibeli
Kebutuhan pokok
Kebutuhan sandang
Kebutuhan bahan bangunan
Bahan bakar
15 Untuk berobat selama in; dilakukan di mana
Puskesmas pembantu
Puskesmas kecamatan
Balai pengobatan Bakalalan
RSU Tarakan
16 Untuk masalah pendidikikan, anak-anak sekolah dimana
Long Midang
Long Bawan
Nunukan
Tarakan
17 Berapa harga jual ternak kerbau di Bakalalan
Rp 4.000.000
Rp 5.000.000
Rp 6.000.000
Rp 7.000.000
18 Jika dijuai di Long Bawan berapa harganya
Rp 120.000,-
Rp 125.000,-
Rp 140.000,-
Rp 150.000.-
19 Berapa transportasi dari Long Midang Ke Long Bawan
Rp. 30.000
20 Selain mempunyai pekerjaan pokok, kegiatan apa saja yang dilakukan selatna ini
Bertani
Berternak
Mengolah sumur garam
Berdagang
Kerja di perkebunan
Lainnya
21 Berapa luas lahan yang dikerjakan untuk tahun ini
3 petak
4 petak
5 petak
6 petak
22 Berapa luas per petaknya
.................... m 2 ( ...... x ....... )
23 Berapa hasil perpetak
.............. kaleng
24 Dari hasii tersebut berapa kaleng yang dijual
............ kaleng
25 Berapa tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan sawah
I0 orang
15 orang
20 orang
Lainnya (sebutkan)
26 Apakah tenaga kerja yang dipekerjakan berdasarkan sistem upah ?
Y a
tidak
27 Tenaga kerja dibayar dengan menggunakan apa ?
Padi
Beras
Uang
Yang lainnya (sebutkan)
28 Bagaimana dalam sistem upah untuk tenaga kerja
Harian
Mingguan
Berdasarkan luas lahan
Berdasarkan banyaknya yang ditanamldipanen
29 Bagiaman ukuran dalam pengupahan dengan padi
Perkaleng (...... kg)
I'erkilo
30 Berapa lama waktu yang diperlukan dalam menanam
7 hari
10 hari
14 hari
21 hari
Lebih dari 21 hari
3 1 Berapa upah yang dibayarkan dalam perhari
1 kaleng
1.5 kaleng
2 kaleng
2.5 kaleng
3 kaleng
32 Berapa ukuran 1 kaleng besar untuk padi yang umum digunakan
25 Kg
20 Kg
15 Kg
I0 Kg
Lainnya
33 Apakah selama ini masuk dalam kelompok tani
Y a
Tidak
34 Jika Ya .............. Setiap kelo~npok ada berapa anggota
5
10
15
20
35 Apakah anggota kelornpok mernbedakan jenis kelamin
Ya
Tidak
36 Apakah kelompok ini juga ada perhatian dari pemerintah
Ada
Tidak
37 Jika ada, dalarn bentuk
Bantuan modal
Bantuan tenaga penyuluh
Bantuan peralatan
Bantuan lainnya
38 Apa yang menjadi dasar pembentukan kelornpok
Hubungan keluarga
Hubungan ketetanggaan
Adanya kesarnaan tujuan
Karena keterpaksaanltidak ada pilihan lain
39 Berapa jumlah bantuan pemerintah untuk kelornpok
Rp. 10.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 20.000.000
Rp. 25.000.000
40 Dalam pembagian bantuan dengan kelompok bagaimana caranya
Dibagi rata dengan anggota kelompok
Dibagi berdasarkan kebutuhan
Bergilir setiap enam bulan sekali
41 Apakah selama ini sudah ada kelompok usaha lain
Sudah
Belum
42 Usaha apa saja yang dijalankan
Kerajinan anyaman
Kerajinan
43 Selain bersawah juga melakukan kegiatan mengerjakan pemasakan garam, apakah diperlukan tenaga kerja dari luar
Y a
Tidak
44 Siapa saja yang mengerjakan pembuatan garam
lstri
Suami
Suami - lstri
Pekerja
45 Berapa lama waktu pemasakan garam untuk 1 drum ?
1 x 24 jam
2 x 24 jam
oaram 46 Basaimana cam penjualan =
Dijual sendiri
Dititip di toko
Pada pengumpul
Lainnya
47 Untuk 1 drum air garam berapa kristal garam yang dihasilkan
48 Untuk pengepakan garam mana yang lebih menguntungkan
Bungkus daun n Bungkus plastik u
49 Biasanya satu bungkus garam beratnya berapa kilogram (untuk bungkus daun)
150 gram
250 gram I3 500 gram
I000 gram
50 Biasanya satu bungkus garam beratnya berapa kilogram (untuk bungkus plastik)
500 gram
I000 gram
1500 gram
5 l Berapa harga satu bungkus garam (bungkus daun)
52 Berapa harga satu bungkus garam (bungkus daun)
Up 5.000,-
u p 10.000,-
Up 15.000,-
Rp 20.000,-
53 Untuk pemasaran hasil apakah diperlukan suatu kelompok
Y a
Tidak
54 Jika ya ........... berapa orang yang bergabung
3 orang
5 orang
6 orang
10 orang
55 Apakah masih diperlukan pelatihan ketrampilan dalam proses peroduksi
Ya
Tidak
56 Selama ini apakah ada bantuan dari pihak lain .......... sebutkan
Pemerintah
LSM
Pihak lain
57 Peranan pemerintah dalam rneningkatkan prcduksi garam
Pembuatan rumah produksi
Pemberia sarana dan prasanara
Pelatihan
Pemberian modal
58 Apakah di sini tidak ada tokolwarung yang menjual kebutuhan pokok
Ada
Tidak
59 Berapa banyak tokolwamng tersebut
Satu
Dua
Tiga
Lebih dari tiga (sebutkan)
60 Apakah selama ini ada yang mengajukan usul agar penjualan tersebut di satukan agar harga dapat lebih baik
Ada El Belum ada El
61 Jika ada mengapa belum dijalankan
Tidak ada yang menggerakkan
Tidak tau caranya
62 Jika sudah berapa kelompok
2 kelompok
5 kelompok
63 Setiap kelompok ada berapa orang
5
10
15
Lainya sebutkan
64 dalam pengembangan usaha apakah masih diperlukan modal
Masih
Tidak
Kadang-kadang
65 Modal tersebut berupa apa
Uang
Barang
66 Modal tersebut didapat dari
Pemerintah
LSM
Bank
Lembaga kredit swasta
67 Pemberian dana tersebut apakah sangat membantu atau bahkan sebaliknya
Membantu
Menyusahkan
68 Apakah dalam pembagian bantuan tersebut ada yg merasa tidak adil
Ada
Tidak
69 Jika ada bagaimana cara mengatasi ha1 tersebut
Musyawarah
Secara diam-diam
Dibiarkan
70 Dalam pemberian bantuan modal apakah memang berdasarkan kebutuhan masyarakat atau langsung dari pemerintah
Ada yang langsung dari pe~nerintah
Ada yang dari masyarakat
71 Bidang kebutuhan mana saja yang selalu dipenuhi oleh pemerintah
Ekonomi
Pendidikan
Kesehatan
Sarana dan prasarana
72 Kebutuhan mana yang sebenamya sangat dibutuhkan masyarakat pada saat ini
Ekonomi
Pendidikan
Kesehatan
Sarana dan prasarana
73 Apakah kemauan pemerintah selalu merupakan keinginan dari masyarakat disini
74 Bagaimana cam menyalurkan inspirasi keinginan masyarakat kepada pemerintah
Membuat proposal kegiatan
Mendatangi pemerintah terrendah
Membentuk penvakilan
75 Apakah setiap keinginana ~nasyarat selalau dipenuhi pemerintah
Tidak
76 Dalam kegiatan ekonomi untuk daerah perbatasan, bagaimana kegiatan pemerintah
Sering
Sedang
Kurang
Tidak sama sekali