UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR...

127
UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah) FEBRI DJATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Transcript of UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR...

Page 1: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA

MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan

Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)

FEBRI DJATMIKO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 2: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

ABSTRACT

FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on Household Level by Health Promotion Strategy (Case Study: Desa Siaga Development in Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah), lectured by SAHARUDIN as The Chairman of Teaching Assistant Commission and IRAWAN SOEHARTONO as member of Teaching Assistant Commission.

Realizing vision “Healthy Indonesia 2010”, the national development health

acquainted has been declared. Accordingly, health promotion attempt was needed to carry out the health development. Attaining clean and healthy way of behaving, National health promotion vision has been declared that was “clean and healthy way of behaving 2010”. Health promotion implementation was sustained by three strategies: community empowerment, situation service and advocating. Particularly, The Health Service has appplied the strategy. However, statistic has shown that in 2006, only 42,85 % of healthy household in Kabupaten Pemalang and 20 % of them in Desa Jebed Selatan. Both were far from target of 65% of healthy household.

The research objective was to evaluate health promotion strategy implementation based on implementation site in Desa Jebed Selatan, to learn identified problem within the evaluation of health promotion strategy implementation based on the implementation site in Desa Jebed Selatan and to assemble participative design of health promotion strategy to interfere the identified problem in the evaluation of health promotion strategy implementation. Therefore, PHBS Strata on household level in Desa Jebed Selatan would have improved.

The research method used qualitative method. The data collecting used indeep interview, archive study and Focus Group Discussion (FGD). The problems were identified with descriptive analysis. The problem priority, the design staregy and the program were used within PRECEDE-PROCEED framework. The program assemble were conducted in FGD forum jointly with the village figures, religious figure, village midwives and health cadets. The program were the participative training program and integrated health education to improve PHBS strata in household level in Desa Jebed Selatan

The result has shown that the problems that arised in the implementation of health promotion strategy are the low level of the awarness and affirmness of the housewives, farmer and farm labor about health; the minimum level of health facility; the lack of creativity and innovation of Puskesmas officers; the lack of care and responsibility of Puskesmas officers, village midwives and health cadet of periodical supervision to villager house; and no monitoring and supervision by Puskesmas officer after training and supervision.

Page 3: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

ABSTRAK

FEBRI DJATMIKO, Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah). Dibimbing oleh SAHARUDIN sebagai Ketua Komisi Pembimbing, IRAWAN SOEHARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Dalam mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010” telah ditetapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010”. Dalam implementasinya Promosi Kesehatan didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi. Secara umum Dinas Kesehatan Kab. Pemalang telah menerapkan strategi tersebut, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh rumah tangga sehat di Kab. Pemalang tahun 2006 hanya 42,85 % dan di Desa Jebed Selatan hanya 20 % kedua capaian tersebut masih jauh dari yang ditargetkan yaitu 65 %. Tujuan kajian ini untuk mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan, mengkaji masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan serta menyusun rancangan strategi promosi kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan. Hasil kajian menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada implementasi strategi promosi kesehatan adalah masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan, masih rendah tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan, minimnya sarana dan prasarana kesehatan, masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas, kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga dan tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, studi arsip dan FGD. Permasalahan diidentifikasi dengan analisis deskriptif. Dalam menentukan prioritas masalah dan rancangan strategi dan program digunakan kerangka kerja PRECEDE-PROCEED. Penyusunan program dilaksanakan bersama tokoh masyarakat, tokoh agama, bidan desa dan kader kesehatan dalam forum FGD. Penyusunan program ditujukan untuk meningkatkan strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan. Program tersebut adalah Program Pelatihan Partisipatif dan Program Pendidikan Kesehatan Terpadu.

Page 4: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

RINGKASAN

FEBRI DJATMIKO, Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah). Dibimbing oleh SAHARUDIN dan IRAWAN SOEHARTONO. Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi Paradigma Sehat. Berdasarkan Paradigma Sehat tersebut maka Departemen Kesehatan telah menetapkan visi “Indonesia Sehat 2010”, Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010”. Jadi dapat dikatakan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah produk dari Promosi Kesehatan. PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan PHBS. Dalam implementasinya Promosi Kesehatan didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi. Secara umum Dinas Kesehatan Kab. Pemalang telah menerapkan strategi tersebut, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh rumah tangga sehat di Kab. Pemalang tahun 2006 hanya 42,85 % dan capaian rumah tangga sehat di Desa Jebed Selatan hanya 20 %. Kedua capaian tersebut masih jauh dari yang ditargetkan yaitu 65 %. Berpedoman dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa implementasi program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang belum dilaksanakan secara optimal sehingga hasilnya belum bisa mewujudkan PHBS tingkat rumah tangga sebagai cerminan dari rumah tangga sehat. Data dari Puskesmas Jebed bahwa di Desa Jebed Selatan sepanjang tahun 2007, jumlah Ibu Hamil yang meninggal sebanyak tiga orang, jumlah bayi yang meninggal sebanyak 10 orang, jumlah balita yang meninggal dua orang dan jumlah bayi yang lahir mati sebanyak empat orang. Dengan jumlah kematian ibu hamil dan kematian bayi yang tidak sedikit menandakan bahwa masih minimnya pengetahuan masyarakat Desa Jebed Selatan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Selain itu, di Desa Jebed Selatan dari 64 bayi (0-6 Bulan) yang diberi ASI Eksklusif oleh ibunya hanya tiga bayi atau 4,7 % dan kunjungan ibu hamil ke institusi kesehatan dari 148 ibu hamil hanya 67 ibu hamil yang melakukan kunjungan atau 45,27 % (Profil Puskesmas Jebed, 2006). Berawal dari kurang optimalnya penerapan Strategi Promosi Kesehatan tersebut, Pengkaji merasa sangat perlu untuk mengevaluasi Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan sehingga nantinya dapat melahirkan strategi dan program Promosi Kesehatan yang tepat untuk kondisi masyarakat Desa Jebed Selatan. Tujuan dari kajian ini adalah mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan yang dijalankan di Desa Jebed Selatan dan mengkaji masalah-masalah dalam implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan dan mengkaji kondisi PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan serta menyusun rancangan strategi Promosi Kesehatan yang efektif untuk kondisi Desa

Page 5: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

Jebed Selatan secara partisipatif dalam upaya meningkatkan strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, studi arsip dan FGD. Permasalahan diidentifikasi dengan analisis deskriptif. Dalam menentukan prioritas masalah dan rancangan strategi dan program digunakan kerangka kerja PRECEDE-PROCEED. Penyusunan program dilaksanakan bersama tokoh masyarakat, tokoh agama, bidan desa dan kader kesehatan dalam forum FGD. Hasil kajian menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada implementasi strategi promosi kesehatan adalah masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan, masih rendah tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan, minimnya sarana dan prasarana kesehatan, masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas, kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga dan tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi. Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat dibutuhkan dengan tujuan supaya menghasilkan program yang dapat mengintervensi masalah kesehatan pada PHBS di tingkat rumah tangga, sesuai kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan (sustainable). Di samping itu, dengan melibatkan peserta FGD maka akan menciptakan rasa memiliki sehingga timbul rasa tanggung jawab dan komitmen. Dalam forum FGD tersebut telah dirumuskan prioritas masalah antara lain Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab, Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas serta Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan. Dari prioritas masalah tersebut, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut Sasaran Primer adalah Ibu rumah tangga, Sasaran Sekunder adalah Anggota Keluarga (Ayah dan Anak) dan Sasaran Tersier adalah Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan. Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai dalam Program Promosi Kesehatan adalah Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan. Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan Program Promosi Kesehatan, antara lain Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan Terpadu Berbasis Keluarga.

Page 6: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA

MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan

Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)

FEBRI DJATMIKO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 7: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juli 2008

FEBRI DJATMIKO

NRP I354060235

Page 8: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Ir. Said Rusli, M.A

Page 9: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yag wajar IPB. Dilarang mengummkan dan memperbanyak sebagaian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 10: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya Penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengembangan Masyarakat. kajian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dengan judul Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat adalah “Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga Di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)”. Berkenaan dengan penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat tersebut Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Saharudin, MS dan Prof. Dr. H. Irawan Soehartono, M.S.W selaku

Komisi Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan kajian ini.

2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat IPB-STKS dan para Staf Pengajar pada Program Studi Pengembangan Masyarakat IPPB-STKS.

3. Dr. Marjuki, M.Sc. selaku Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, Kepala BPS Kabupaten Pemalang, Kepala Desa Jebed Selatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Bidan Desa, Kader Kesehatan dan masyarakat Desa Jebed Selatan yang telah memberikan bantuan dan informasi sebagai bahan kajian.

5. Isteri dan anakku tercinta serta orang tuaku yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada Penulis.

6. Para pihak yang tidak dapat Kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan kajian ini.

Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi para pihak yang akan meneliti lebih lanjut.

Bogor, Juli 2008

Penulis

Page 11: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 2 Februari 1981 dari pasangan Bapak Suhartono dan Ibu Endang L. Setyowati (Alm) sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SD PIUS Kabupaten Pemalang pada tahun 1993, SMP PIUS Kabupaten Pemalang pada tahun 1996, SMA Negeri I Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 1999, dan STPDN Jatinangor pada tahun 2005. Sejak tahun 2005 Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pemalang. Pada bulan Agustus 2006 Penulis mendapatkan beasisiswa dari Departemen Sosial Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan S2 Program Studi Pengembangan Masyarakat, kerjasama IPB-STKS. Tahun 2006 Penulis menikah dengan Dewi Novitasari. Dari pernikahan ini Penulis dikaruniai satu orang anak, yang bernama Rajendra Aryasuta Putra Djatmiko, lahir pada tanggal 15 Oktober 2007.

Page 12: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian .................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Kajian ................................................................................ 5

1.3.2 Manfaat Kajian .............................................................................. 6

1.4 Keaslian Kajian ...................................................................................... 6

II. TINJAUAN TEORITIS

2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) ................................................. 7

2.1.1 Strategi Promosi Kesehatan ........................................................... 8

2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ............................................... 9

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .............................................. 11

2.2.1 Sasaran PHBS Tingkat Rumah Tangga ........................................ 12

2.2.2 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga ................................... 13

2.3 Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................... 14

2.3.1 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ......................... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 16

III. METODE KAJIAN

3.1 Batas – Batas Kajian .............................................................................. 20

3.2 Tempat dan Waktu Kajian ..................................................................... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 21

3.3.1 Sumber Data .................................................................................. 21

Page 13: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

3.3.2 Teknik Pemilihan Responden ....................................................... 23

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 23

3.3.4 Teknik Pengolahan Data ............................................................... 26

3.3.5 Rancangan Perumusan Strategi dan Program ............................... 26

IV. PETA SOSIAL DESA JEBED SELATAN

4.1 Lokasi ..................................................................................................... 27

4.2 Struktur Kependudukan .......................................................................... 30

4.2.1 Proporsi Penduduk Umur Muda dan Umur Tua ........................... 32

4.2.2 Rasio Jenis Kelamin (RJK) ........................................................... 32

4.2.3 Rasio Beban Tanggungan (RBT) .................................................. 33

4.2.4 Kepadatan Penduduk ..................................................................... 33

4.2.5 Pendidikan ..................................................................................... 33

4.2.6 Angkatan Kerja ............................................................................. 34

4.3 Aspek Perekonomian ............................................................................. 35

4.4 Struktur Komunitas ................................................................................ 36

4.5 Organisasi dan Kelembagaan ................................................................. 38

4.6 Sumberdaya Lokal ................................................................................. 40

4.7 Masalah Sosial ....................................................................................... 42

4.8 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga ............................................ 43

4.9 Ikhtisar ................................................................................................... 48

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan ........................................... 50

5.2 Implementasi Strategi Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang ..... 53

5.3 Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang ....... 56

5.4 Ikhtisar ................................................................................................... 57

VI. EVALUASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN TEMPAT PELAKSANAAN DI DESA JEBED SELATAN

6.1 Tahap Input ............................................................................................ 59

6.2 Tahap Proses .......................................................................................... 59

Page 14: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

6.2.1 Evaluasi Berdasarkan Tanggapan Pelaksana Program ................ 59

6.2.2 Evaluasi Berdasarkan Tanggapan Responden ............................. 67

6.3 Tahap Output .......................................................................................... 79

6.3.1 Sikap dan Perilaku Masyarakat Desa Jebed Selatan Berdasarkan

Tanggapan dari Petugas Puskesmas Jebed ................................... 79

6.3.2 Sikap dan Perilaku Petugas Puskesmas Jebed Berdasarkan

Tanggapan dari Masyarakat Desa Jebed Selatan ......................... 80

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

7.1 Perencanaan Promosi Kesehatan ............................................................ 83

7.1.1 Fase Diagnosis Sosial .................................................................... 85

7.1.2 Fase Diagnosis Epidemiologi ........................................................ 87

7.1.3 Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan ..................................... 88

7.1.4 Fase Diagnosis Pendidikan dan Organisasional ............................ 89

7.1.5 Fase Diagnosis Administratif dan Kebijakan ................................ 89

7.2 Rancangan Strategi dan Program Promosi Kesehatan ........................... 90

7.2.1 Program Pelatihan Partisipatif ....................................................... 93

7.2.2 Program Pendidikan Kesehatan Terpadu ....................................... 93

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8.1 Kesimpulan ............................................................................................ 96

8.2 Rekomendasi .......................................................................................... 98

8.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang ......................................... 98

8.2.2 Pelaksana Program Promosi Kesehatan ........................................ 99

Page 15: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jadual Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat Tahun 2007 .... 21

2 Kelengkapan Data .................................................................................. 22

3 Teknik Pengumpulan Data dan Tujuan .................................................. 25

4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Desa Jebed Selatan Tahun 2006 ..................................... 31

5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jebed Selatan ............................. 34

6 Data Angkatan Kerja Dirinci Menurut Umur Tahun 2006 .................... 34

7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa Jebed Selatan Tahun 2006 ............................................................. 35

8 Pencapaian Program Promosi Kesehatan Kabupaten Pemalang

Tahun 2006 ............................................................................................ 57

9 Komposisi Mata Pencaharian Responden .............................................. 68

10 Karakteristik Masyarakat Desa Jebed Selatan ....................................... 85

11 Diagnosis Epidemiologi Promosi Kesehatan ........................................ 87

12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan

di Desa Jebed Selatan ............................................................................. 92

Page 16: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Hubungan Promosi Kesehatan, Tempat Pelaksanaan dengan

Determinan Perilaku ............................................................................... 11

2 Proses Pemberdayaan dalam Kesehatan ................................................ 16

3 Kerangka Pemikiran Peningkatan Strata PHBS Tingkat

Rumah Tangga ....................................................................................... 19

4 Diagram Penggunaan Lahan di Desa Jebed Selatan .............................. 27

5 Diagram Jumlah Kepala Keluarga di Setiap Dusun ............................... 28

6 Piramida Penduduk Desa Jebed Selatan Tahun 2006 ............................ 31

7 Jumlah Keluarga Miskin Tiap Dusun .................................................... 42

8 Hasil Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan

Berdasarkan Urutan Masalah ................................................................. 47

9 Pencapaian Rumah Tangga Sehat di Desa Jebed Selatan ...................... 48

10 Komposisi Jumlah Tingkat Pendidikan Anggota Responden ................ 73

11 Kerangka PRECEDE-PROCEED .......................................................... 84

Page 17: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta Jebed Selatan .................................................................................. 104

2 Instrumen Wawancara Mendalam

(Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) ............................................... 105

3 Instrumen Wawancara Mendalam (Bidan Desa) ................................... 106

4 Instrumen Wawancara Mendalam (Kepala Desa) .................................. 107

5 Instrumen Wawancara Mendalam (Responden) .................................... 108

Page 18: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi sehingga perlu

dijaga, dilindungi dan ditingkatkan kualitasnya. Kesehatan juga merupakan faktor

penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, secara sosial dan ekonomi.

Namun demikian, banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya

kesehatan dalam kehidupannya. Seperti contoh apabila masyarakat mengabaikan

kesehatan maka mengakibatkan mereka sakit, sehingga dampaknya membuat

mereka tidak produktif, bahkan menjadi konsumtif dan menjadi beban bagi orang

lain. Orang bijak mengatakan bahwa “Sehat memang bukan segalanya tetapi

tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti”. Menjadi suatu keharusan bagi

setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk mengenali, melindungi,

memelihara dan meningkatkan kesehatan demi terwujudnya kemandirian

masyarakat terhadap kesehatan.

Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan

Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi Paradigma Sehat.

Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan

kesehatan yang bersifat holistik dengan melihat masalah kesehatan yang

dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih

diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. Secara

makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan

kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI 2006).

Berdasarkan Paradigma Sehat tersebut maka Departemen Kesehatan telah

menetapkan visi “Indonesia Sehat 2010”, dimana ada tiga pilar yang perlu

mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan

pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Bentuk konkrit dari

perilaku sehat yaitu perilaku proaktif dalam memelihara, meningkatkan kesehatan

dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya

kesehatan.

Page 19: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

2

Dalam mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010” telah ditetapkan misi

pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan

kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara

dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dan

memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya. (Depkes RI 2006)

Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan tersebut diperlukan

pendekatan Promosi Kesehatan, hal ini disebabkan pendekatan Promosi

Kesehatan lebih berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat dalam

mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui peningkatan, pemeliharaan

dan perlindungan kesehatannya.

Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan didefinisikan bahwa Promosi

Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan

meningkatkan kesehatannya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2005). Proses

pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.

Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok

potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses

pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai sosial budaya setempat, artinya sesuai

dengan keadaan, permasalahan dan potensi setempat. Proses pembelajaran

tersebut juga di sertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun non fisik, termasuk kebijakan dan peraturan perundangan agar lebih

responsif terhadap kesehatan.

Untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat melalui Kebijakan

Nasional Promosi Kesehatan Depkes telah menetapkan Visi Nasional Promosi

Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES

/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010). Jadi

dapat dikatakan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah produk

dari Promosi Kesehatan.

PHBS sendiri adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakatnya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2006). PHBS dapat

Page 20: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

3

dilaksanakan di berbagai tingkat, seperti tingkat rumah tangga, institusi

pendidikan, institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas dan praktek

dokter), tempat umum (pasar, stasiun dan terminal) dan tempat kerja (pabrik).

PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan PHBS, untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi

diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan

masyarakat (Dinkes. Prov. Jawa Tengah 2006).

Dalam era otonomi daerah, visi “Indonesia Sehat 2010” akan dapat terwujud

apabila telah tercapainya secara keseluruhan “Kabupaten/ Kota Sehat” yang

diawali dari basisnya yaitu “Desa Siaga”. Pemerintah melalui Departemen

Kesehatan RI telah menyiapkan Grand Strategy yang salah satunya adalah

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melalui Pengembangan Desa

Siaga. Desa Siaga sendiri adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau

kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan

mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawat daruratan kesehatan) secara

mandiri (Dinkes. Kab. Pemalang 2006). Dalam Pengembangan Desa Siaga, upaya

peningkatan strata PHBS telah dijadikan sebagai indikator outcome sehingga

kajian upaya peningkatan strata PHBS masih dalam kerangka kegiatan

Pengembangan Desa Siaga.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana telah disebutkan di awal bahwa promosi kesehatan adalah

proses pemberdayaan masyarakat, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat

dijadikan sebagai ujung tombak dari implementasi promosi kesehatan yang

didukung oleh upaya bina suasana dan advokasi. Secara umum, Dinas Kesehatan

Kabupaten Pemalang sebagai penanggung jawab program Promosi Kesehatan

sudah menerapkan strategi yang ada dalam Promosi Kesehatan, yaitu strategi

Pemberdayaan Masyarakat1, Bina Suasana2 dan Advokasi3. Hanya saja dari data

1 Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan adalah

mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

Page 21: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

4

yang diperoleh, menyatakan bahwa capaian strata PHBS tingkat Rumah Tangga di

Kabupaten Pemalang tahun 2006 sebesar 42,85 % dan masuk dalam kategori

Strata Sehat Madya (Dinas Kesehatan Kab. Pemalang 2006). Capaian rumah

tangga sehat tersebut masih di bawah target Standar Pelayanan Minimum Bidang

Kesehatan (SPM-BK) Kabupaten Pemalang sebesar 65 %. Capaian strata PHBS

tingkat Rumah Tangga yang masih di bawah target tersebut berdampak pada

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pemalang yang tergolong sangat

tinggi yaitu 178 per 1000 kelahiran hidup. Capaian dan angka tersebut sangat

terkait dengan tingkat kesehatan masyarakat Kabupaten Pemalang dan terkait juga

dengan implementasi program Promosi Kesehatan. Capaian strata PHBS tingkat

Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan berdasarkan hasil Peta PHBS pada Peta

Sosial hanya 20 % dan hanya masuk dalam kategori Strata Sehat Pratama.

Capaian tersebut masih sangat jauh dari target SPM-BK (65 %) dan capaian

rumah tangga sehat Kabupaten Pemalang (42,85 %).

Data dari Puskesmas Jebed bahwa di Desa Jebed Selatan sepanjang tahun 2007,

jumlah Ibu Hamil yang meninggal sebanyak tiga orang, jumlah bayi yang

meninggal sebanyak 10 orang, jumlah balita yang meninggal dua orang dan

jumlah bayi yang lahir mati sebanyak empat orang. Dengan jumlah kematian ibu

hamil dan kematian bayi yang tidak sedikit menandakan bahwa masih minimnya

pengetahuan masyarakat Desa Jebed Selatan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA). Selain itu, di Desa Jebed Selatan dari 64 bayi (0-6 Bulan) yang diberi ASI

Eksklusif oleh ibunya hanya tiga bayi atau 4,7 % dan kunjungan ibu hamil ke

institusi kesehatan dari 148 ibu hamil hanya 67 ibu hamil yang melakukan

kunjungan atau 45,27 % (Profil Puskesmas Jebed 2006).

Berpedoman dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada masalah dalam

PHBS di masyarakat Desa Jebed Selatan terutama pada ibu rumah tangga. Karena 2 Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar

masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.

3 Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau

penentu kebijakan di berbagai sektor dan diberbagai tingkatan sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lain sebagainya.

Page 22: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

5

PHBS adalah produk dari Promosi Kesehatan, maka perlu untuk mengetahui

bagaimana strategi Promosi Kesehatan telah diterapkan di Kabupaten Pemalang

maupun di Desa Jebed Selatan

Berdasarkan penjelasan di atas, Pengkaji berupaya untuk mengevaluasi

penerapan Strategi Promosi Kesehatan sehingga nantinya dapat merancang

Strategi dan Program Promosi Kesehatan yang tepat untuk kondisi masyarakat

Desa Jebed Selatan. Dari evaluasi tersebut diharapkan strategi dan program yang

baru mampu meningkatkan strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed

Selatan.

Berdasarkan gambaran diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana strategi Promosi Kesehatan dilaksanakan di Desa Jebed Selatan ?

2. Mengapa strategi tersebut belum berhasil meningkatkan strata PHBS tingkat

rumah tangga di Desa Jebed Selatan ?

3. Bagaimana strategi dan program Promosi Kesehatan yang dapat

mengintervensi masalah PHBS di Desa Jebed Selatan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian

1.3.1 Tujuan Kajian

a. Untuk mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan

tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan.

b. Untuk mengkaji masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi

implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di

Desa Jebed Selatan.

c. Untuk menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara

partisipatif untuk mengintervensi masalah yang telah teridentifikasi dalam

evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat

pelaksanaan guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa

Jebed Selatan.

Page 23: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

6

1.3.2 Manfaat Kajian

Manfaat dalam kajian ini dapat ditinjau dalam perspektif praktis, strategis

dan akademis, yaitu :

a. Manfaat praktis, memberikan masukan tentang kebijakan dan program yang

aspiratif dan partisipatif bagi : Departemen Sosial, Departemen Kesehatan,

Bappeda, Pemerintah Kabupaten Pemalang serta instansi terkait dan lembaga

swadaya masyarakat.

b. Manfaat strategis, diharapkan dapat memberikan kontribusi atas penyusunan

strategi pemberdayaan masyarakat melalui promosi kesehatan sebagai wujud

pengembangan masyarakat (community development) dengan memanfaatkan

potensi lokal dan kelembagaan lokal.

c. Manfaat akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi tentang praktek

pengembangan masyarakat dan pengorganisasian masyarakat pada sektor

kesehatan yang tumbuh secara partisipatif.

1.4 Keaslian Kajian

Menurut Pengkaji bahwa kajian Evaluasi Strategi Promosi Kesehatan dalam

meningkatkan PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan Kabupaten

Pemalang belum pernah dilaksanakan oleh peneliti lain.

Adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah : Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat rumah tangga di

Lokasi Proyek KKG Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004 (Hasibuan 2004).

Antara kedua penelitian ini terdapat perbedaan yang mendasar apabila dilihat dari

tujuannya, yaitu Hasibuan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

PHBS tingkat rumah tangga, sedangkan Pengkaji ingin mengevaluasi Strategi

Promosi Kesehatan dan mengidentifikasi masalah PHBS tingkat rumah tangga

yang ada di Desa Jebed Selatan serta menyusun rancangan strategi dan program

yang efektif untuk mengintervensi masalah PHBS guna meningkatkan strata

PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan.

Page 24: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

II. TINJAUAN TEORITIS

2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam

Notoatmodjo, 2007). Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan

masyarakat, intervensi yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui

Promosi Kesehatan.

Pengertian Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pusat Promkes

Depkes RI ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar masyarakat dapat

menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dengan

didukung oleh kebijakan publik yang responsif kesehatan. Dari konsep Promosi

Kesehatan diatas, individu dan masyarakat bukanlah objek yang pasif (sasaran),

melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga dalam proses pembelajaran tersebut

peran pemberdayaan masyarakat sangat tepat untuk diterapkan demi terwujudnya

perilaku masyarakat yang mencerninkan PHBS.

Promosi Kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan,

maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor – faktor yang menentukan perilaku

tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan Promosi Kesehatan harus disesuaikan

dengan faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri. Menurut Green (1980),

perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors).

Faktor – faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu

dan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors).

Faktor pemungkin atau pendukung terwujudnya perilaku adalah ketersediaan

sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya

ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain

Page 25: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

8

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas,

Posyandu, Dokter atau Bidan.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors).

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga) dan petugas kesehatan. Selain itu undang-undang, peraturan-

peraturan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarakan atau ditetapkan dari pusat

maupun pemerintah daerah yang responsif terhadap kesehatan juga dapat

memperkuat terwujudnya perilaku hidup sehat di masyarakat.

2.1.1 Strategi Promosi Kesehatan

Berdasarkan Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, strategi tersebut, antara

lain : Advokasi (Advocacy), Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat

(Empowerment). Secara garis besar Strategi Promosi Kesehatan, sebagai berikut :

1. Advokasi (advocacy).

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain

tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam

konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat

keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan di berbagai tingkatan

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita

inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan

daerah dan lain sebagainya.

2. Bina Suasana

Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program

kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap

program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif

terhadap kesehatan.

3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama

pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Page 26: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

9

2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa cakupan promosi kesehatan, baik

sebagai ilmu maupun sebagai seni sangat luas. Ruang lingkup tersebut dibatasi

berdasarkan dua dimensi, yakni :

1) Ruang Lingkup Promosi Kesehatan berdasarkan aspek kesehatan.

Secara garis besar bahwa kesehatan masyarakat mencakup empat aspek

pokok, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang kemudian

dibagi lagi menjadi dua aspek, yakni :

a) Aspek promotif dan preventif (pencegahan).

Sasaran pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang sehat dan

kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (kelompok ibu hamil dan

kelompok perokok), agar kelompok ini tidak menjadi jatuh sakit atau tetap

sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya.

b) Aspek kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif.

Sedangkan sasaran pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang sakit

dan kelompok pasien yang baru sembuh (masa recovery) dari suatu

penyakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih

kesehatannya.

2) Ruang Lingkup Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan.

a) Promosi kesehatan pada tingkat keluarga (rumah tangga),

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai tempat

pendidikan pertama kali oleh anak, maka promosi kesehatan sangat

penting dalam menumbuhkan perilaku sehat. Sasaran intervensi adalah

ibu, karena ibu sangat berperan dalam keluarga untuk meletakkan dasar

perilaku sehat bagi seorang anak. Secara garis besar sasaran Promosi

Kesehatan pada tingkat rumah tangga, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Ibu rumah tangga dan anggota keluarga

Sasaran Sekunder : Kepala keluarga dan kel yang berpengaruh

Sasaran Tersier : Kader kesehatan, anggota TP-PKK tingkat Desa,

Toma, Toga dan LSM.

Page 27: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

10

b) Promosi kesehatan pada institusi pendidikan (sekolah),

Sekolah sebagai perpanjangan tangan dari keluarga yang artinya sekolah

sebagai tempat lanjutan dalam meletakkan dasar perilaku bagi anak

termasuk perilaku kesehatan dan peran guru di sekolah sangat penting

dalam memberikan pengetahuan kesehatan sehingga guru perlu diberikan

pelatihan-pelatihan tentang kesehatan sehingga dapat menerapkannya

kepada anak muridnya. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan

pada institusi pendidikan (sekolah), sebagai berikut :

Sasaran Primer : Siswa-siswi

Sasaran Sekunder : Guru

Sasaran Tersier : Kepala Sekolah

c) Promosi kesehatan pada tempat kerja,

Tempat kerja sebagai tempat dimana orang mencari nafkah untuk

kehidupan keluarganya, sehingga promosi kesehatan di tempat kerja harus

dilakukan dengan menyediakan unit K3 (Keselamatan dan Kesehatan

Kerja). Tujuan diselenggarakannya Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

adalah untuk memberdayakan karyawan di tempat kerja untuk mengenali

masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi, memelihara,

melindungi dan meningkatkan kesehatannya sendiri dan juga memelihara

dan meningkatkan tempat kerja yang sehat. Secara garis besar sasaran

Promosi Kesehatan pada tempat kerja, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Seluruh karyawan

Sasaran Sekunder : Organisasi Pekerja (SPSI)

Sasaran Tersier : Pimpinan Perusahaan

d) Promosi kesehatan pada tempat umum,

Di tempat umum perlu dilakukan promosi kesehatan dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung perilaku sehat, seperti tempat sampah,

tempat cuci tangan dan pemasangan poster atau leaflet. Secara garis besar

sasaran Promosi Kesehatan pada tempat umum, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Pengunjung dan pengguna jasa

Sasaran Sekunder : Pengelola fasilitas umum

Sasaran Tersier : Kepala Daerah

Page 28: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

11

e) Promosi kesehatan tingkat institusi pelayanan kesehatan,

Tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan

tempat praktek dokter) adalah tempat yang strategis untuk promosi

kesehatan dengan tujuan supaya masyarakat yang sakit akan lebih peka

terhadap kesehatan. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada

institusi pelayanan kesehatan, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Petugas Kesehatan

Sasaran Sekunder : Organisasi Profesi Kesehatan

Sasaran Tersier : Kepala Dinas Kesehatan/ Direktur Rumah Sakit

Gambar 1 Hubungan Promosi Kesehatan, Tempat Pelaksanaan dengan Determinan Perilaku

2.2 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Kebijakan “Indonesia Sehat 2010” menetapkan tiga pilar utama yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan

merata. Untuk mendukung pencapaian Visi “Indonesia Sehat 2010” dalam

mewujudkan perilaku sehat maka Kebijakan Nasional Promosi kesehatan telah

menetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat 2010” (PHBS 2010).

Promosi Kesehatan

Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin

Faktor Penguat

Institusi Pendidikan Rumah Tangga Tempat Kerja Tempat Umum Institusi

Kesehatan

Perilaku

Sumber : Diolah dari Notoatmodjo, 2007

Page 29: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

12

PHBS sendiri adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakatnya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2006). Merujuk

definisi tersebut dan visi Nasional Promosi Kesehatan maka dapat dikatakan

bahwa PHBS adalah produk dan hasil akhir (goals) dari Promosi Kesehatan.

PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS), untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah

resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta

berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinkes. Prov. Jawa Tengah

2006).

2.2.1 Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tingkat Rumah

Tangga

Sasaran PHBS tingkat rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara

keseluruhan dan terbagi dalam :

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan diubah perilakunya atau

anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah)

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang

bermasalah misalnya, Kepala Keluarga, Ibu, Orang Tua, Kader Kesehatan/

Ibu-Ibu TP-PKK, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Petugas Kesehatan dan

lintas sektor terkait.

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala

Puskesmas, dll.

Pengkaji lebih menitik beratkan pada peningkatan strata PHBS tingkat rumah

tangga, dikarenakan hanya PHBS tingkat rumah tangga yang mempunyai daya

Page 30: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

13

ungkit paling besar dalam membudayakan individu, keluarga dan masyarakat

untuk hidup sehat.

Kenapa harus tingkat rumah tangga ? Hal tersebut dikarenakan keluarga adalah

unit terkecil masyarakat. untuk mencapai perilaku sehat di masyarakat, maka

harus dimulai masing-masing di tingkat rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa

keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai bagian dari anggota

masyarakat. Bila persemaian tersebut hasilnya jelek maka akan berpengaruh pada

masyarakat. Sasaran utama Promosi Kesehatan dalam terciptanya Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat di tingkat rumah tangga adalah orang tua terutama ibu rumah

tangga, karena ibu rumah tangga sangat berperan dalam peletakan dasar (pondasi)

perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak dari lahir.

2.2.2 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga

Untuk mengetahui kondisi strata PHBS tingkat rumah tangga, maka langkah

pada tahap ini adalah melakukan Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan

16 indikator, sebagai berikut :

a) Indikator Perilaku , yang terdiri :

1. Tidak merokok

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

3. ASI Eksklusif

4. Tidak mengkonsumsi miras/ narkoba

5. Penimbangan balita

6. Gizi Keluarga

7. Kepesertaan Askes/ JPK

8. Mencuci tangan pakai sabun

9. Menggosok gigi sebelum tidur

10. Olah Raga teratur

11. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

b) Indikator Lingkungan, yang terdiri :

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

Page 31: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

14

4. Kepadatan penghuni

5. Lantai rumah

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan upaya mentransformasikan kesadaran

masyarakat, sehingga masyarakat mau dan mampu mengambil bagian secara aktif

untuk mendorong terjadinya perubahan. Pemberdayaan harus didasarkan pada

prinsip keberpihakan kepada masyarakat marjinal, karena mereka berada di

lapisan sosial paling bawah, sehingga memiliki posisi yang mampu memecahkan

masalah untuk merubah posisi mereka.

Bank Dunia memberikan definisi pemberdayaan sebagai “the process of

increasing the capacity of individuals or groups to make choices and to transform

those choices into desired actions and outcomes” (http://web.worldbank.org).

Dengan kata lain, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses peningkatan

kapasitas individual atau kelompok untuk membuat pilihan-pilihan dan untuk

melaksanakan pilihan-pilihan tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan dan hasil yang

diharapkan.

Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata

“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa),

kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. Segala potensi yang dimiliki oleh

pihak yang kurang berdaya itu ditumbuhkan, diaktifkan, dikembangkan sehingga

mereka memiliki kekuatan untuk membangun dirinya. Pemberdayaan masyarakat

dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu

sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya.

MacArdle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan

keputusan oleh orang-orang secara konsekuen melaksanakan keputusan itu.

Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui

kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan

melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta

sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan

dari hubungan eksternal.

Page 32: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

15

Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis

pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau

kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai

sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau

proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya

kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian

pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada

hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau

memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat

lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan

potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif

pemecahannya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki

secara mandiri.

2.3.1 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Kesehatan adalah hak setiap orang; oleh karena itu, baik individu, kelompok

maupun masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi

kesehatan dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala ancaman penyakit

dan masalah kesehatan lainnya. Sebagai wujud dari kewajiban dan tanggung

jawab dalam memelihara dan melindungi kesehatannya, individu dan masyarakat

harus mempunyai kemampuan yang disebut dengan kemandirian (self reliance).

Dengan perkataan lain, masyarakat yang berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan

masyarakat adalah masyarakat yang mandiri dalam mengenali, melindungi,

memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri dan keluarganya.

Konsep Pemberdayaan di bidang Kesehatan mengemuka sejak

dicanangkannya Strategi Global WHO tahun 1984, yang ditindak lanjuti dengan

rencana aksi dalam Piagam Ottawa tahun 1986. Setelah itu kemudian para peneliti

kesehatan mengadopsi konsep pemberdayaan tersebut ke dalam Promosi

Kesehatan, antara lain :

1. Wallerstein (1992) dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa

pemberdayaan diadopsi ke dalam promosi kesehatan sebagai upaya untuk

Page 33: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

16

meningkatkan efektivitas program dan menjaga kelestarian (sustainability)

program.

2. Deklarasi Jakarta (1997), berbunyi bahwa keberdayaan dari individu-individu

sebagai tujuan dari promosi kesehatan. Sedangkan promosi kesehatan adalah

upaya meningkatkan kemampuan individu untuk mengontrol tingkah laku/

perilaku dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Jadi disini

pemberdayaan dapat dilihat sebagai upaya promosi kesehatan.

3. Nutbeam (1998) dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa

pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

merupakan strategi utama Promosi Kesehatan. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa masyarakat sebagai sasaran primer Promosi Kesehatan harus

diberdayakan agar mereka mau dan mampu mengenali, menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Proses pemberdayaan tersebut seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Proses Pemberdayaan dalam Kesehatan

Sumber : Notoatmodjo, 2007

2.4 Kerangka Pemikiran

Promosi Kesehatan adalah suatu pendekatan yang kegiatannya beroerientasi

pada perilaku dan tidak bisa lepas dari ruang lingkupnya, yaitu tempat

pelaksanaannya (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat

Informasi Kesehatan

Kesadaran Kesehatan

Pengetahuan Kesehatan

Dana & Daya Lain

Sarana & Pasarana

Kemauan Kesehatan

Berdaya dalam

Kesehatan

Page 34: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

17

kerja dan tempat umum). Implementasi Promosi Kesehatan di lima tempat

pelaksanaan tersebut dipengaruhi oleh penerapan Strategi Promosi Kesehatan

(advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Seperti yang telah

dijelaskan pada BAB Pendahuluan bahwa PHBS adalah produk dari Promosi

Kesehatan dan kenyataannya capaian PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed

Selatan masih jauh dari capaian di Kabupaten Pemalang dan SPM-BK.

Berdasarkan hasil Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial telah

teridentifikasi bahwa capaiannya pada Strata Sehat Pratama, dalam klasifikasinya

strata tersebut tergolong strata yang paling rendah. Hal tersebut dikarenakan

masih dominannya masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Berdasarkan penjelasan tersebut, Pengkaji merasa sangat perlu untuk

mengevaluasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya

(rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja dan tempat

umum).

Dalam mengevaluasi Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat

pelaksanaan tersebut dilakukan dengan menggunakan pemikiran Green (1980).

Promosi Kesehatan sebagai pendekatan terhadap perilaku kesehatan, maka

kegiatannya tidak lepas dari faktor-faktor yang menentukan sikap dan perilaku

tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan Promosi Kesehatan harus disesuaikan

dengan faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku itu sendiri. Menurut Green

(1980), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan,

yakni :

1. Faktor Pemudah (predisposing factors).

Faktor – faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu

dan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors).

Faktor pemungkin atau pendukung terwujudnya perilaku adalah ketersediaan

sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya

ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain

Page 35: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

18

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas,

Posyandu, Dokter atau Bidan.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors).

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga) dan petugas kesehatan. Selain itu kebijakan-kebijakan yang

dikeluarakan atau ditetapkan dari pusat maupun pemerintah daerah yang

responsif terhadap kesehatan juga dapat memperkuat terwujudnya perilaku

hidup sehat di masyarakat.

Page 36: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

19

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Peningkatan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tingkat Rumah Tangga

Implementasi Strategi Promkes 1 Advokasi 2 Bina Suasana 3 Pemberdayaan

Tempat Pelaksanaan Promkes 1 Sekolah 2 Institusi Kesehatan 3 Tempat Kerja 4 Tempat Umum 5 Rumah Tangga

Strata PHBS tingkat Rumah Tangga Desa Jebed Selatan

Strata Sehat Pratama*

Masalah Perilaku Kesehatan di Desa Jebed Selatan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Evaluasi Implementasi Strategi Promkes pada lima tempat pelaksanaan

di Desa Jebed Selatan

Perumusan Strategi & Program Promkes yang sesuai dengan kondisi

Desa Jebed Selatan

Peningkatan Strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan

KONSEP GREEN (1980)

1 Faktor Pemudah 2 Faktor Pemungkin 3 Faktor Penguat

Obyektif mikro (Sikap & Perilaku)

Keterangan : : Mempengaruhi

: Menggunakan : Hasil Peta Sosial * : Strata paling rendah

Page 37: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

III. METODE KAJIAN

3.1 Batas – Batas Kajian

Kajian ini merupakan kajian kualitatif dengan metode kajian komunitas

evaluasi formatif eksplanatif, yaitu menjelaskan permasalahan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat Desa Jebed Selatan pada tingkat rumah

tangga sehingga nantinya mampu merumuskan strategi dan program Promosi

Kesehatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Desa Jebed Selatan dan dengan

melibatkan peran serta masyarakat Desa Jebed Selatan. Pendekatan yang

digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan obyektif-mikro, yaitu upaya

memahami sikap dan perilaku kesehatan dari masyarakat Desa Jebed Selatan.

Upaya-upaya yang berkaitan dengan masalah yang dipertanyakan dalam kajian

dengan menggunakan strategi studi kasus. Menurut Yin (2002) bahwa

penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan berupa

“bagaimana atau “mengapa” dan diarahkan serangkaian peristiwa kontemporer,

dimana penelitinya hanya memiliki peluang yang kecil atau tak mempunyai

peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Kajian

Lokasi kajian berada di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten

Pemalang dengan objek kajian adalah masyarakat Desa Jebed Selatan. Kajian

dilakukan melalui delapan tahap yaitu pemetaan sosial (PL I) dilaksanakan pada

tanggal 26 Desember 2006 sampai dengan tanggal 23 Januari 2007, evaluasi

program pengembangan masyarakat (PL II) yang dilaksanakan pada tanggal 16

April – 8 Mei 2007, penyusunan proposal/ rencana kerja kajian dilaksanakan pada

tanggal 27 Juni – 26 Juli 2007, kolokium dilaksanakan pada tanggal 27 – 28 Juli

2007, penyempurnaan proposal kajian sampai dengan 31 Agustus 2007, kerja

lapangan sampai penulisan laporan dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai

dengan bulan Desember 2007. Jadual pelaksanaan kajian seperti ditunjukkan pada

Tabel 1.

Page 38: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

21

Tabel 1 Jadual Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat Tahun 2007

No Kegiatan Th.

2006 Tahun 2007

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Pemetaan Sosial (PL I)

2 Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat (PL II)

3 Penyusunan Proposal Kajian

4 Kolokium 5 Perbaikan Proposal Kajian

6 Kerja Lapangan/ Pengumpulan data

7 Pengolahan dan Analisis Data

8 Penulisan Laporan Sumber : Pengkaji, 2007

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Sumber Data

Data adalah informasi yang sahih, terpercaya dan dibutuhkan untuk

keperluan analisis dalam kajian. Data yang dipergunakan dalam kajian lapangan

menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang bersumber dari

responden yaitu tokoh formal seperti Kepala Desa Jebed Selatan dan

perangkatnya (staf desa, ketua RW dan RT), Bidan Desa, Kepala Puskesmas

Jebed dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang. Tokoh informal yang

dijadikan responden adalah Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader Kesehatan

dan masyarakat Desa Jebed Selatan. Sedangkan data sekunder ialah data yang

diperoleh dari data statistik, literatur dan laporan atau publikasi yang diperoleh

dari instansi-instansi terkait, seperti Profil Kesehatan Indonesia, Provinsi,

Kabupaten dan Puskesmas serta data pendukung yang ada di desa, seperti : Data

Monografi Desa, Data Perkembangan Desa, Daftar Isian Potensi Desa, laporan

tahunan dan dokumen lain yang diperlukan dalam kajian ini.

Data dan teknik pengumpulannya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Page 39: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

22

Tabel 2 Kelengkapan Data

No.

Tujuan Kajian Jenis Data Sumber Data Teknik

Pengumpulan Data

1 Mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan

1. Strategi Promosi Kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat)

2. Implementasi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan (rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat umum dan tempat pelayanan kesehatan)

3. Analisa Konsep Green (faktor pemudah, pemungkin dan penguat)

1. Responden (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang dan masyarakat Desa Jebed Selatan)

2. Data sekunder (dokumen-dokumen)

1. Wawancara mendalam

2. Studi dokumen/ arsip

2 Mengkaji masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan

1. Masalah yang telah teridentifikasi pada evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan

2. Tanggapan dari masyarakat terhadap implementasi Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan

3. Analisa Konsep Green (faktor pemudah, pemungkin dan penguat

Responden (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang dan masyarakat Desa Jebed Selatan)

1. Wawancara mendalam

3 Menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan

1. Perencanaan Promosi Kesehatan dengan kerangka kerja PRECEDE-PROCEED

1.Bidan Desa (DKK)

2.Tokoh Agama 3.Tokoh

Masyarakat 4.Kader Kesehatan

1. FGD

Sumber : Pengkaji, 2007

Page 40: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

23

3.3.2 Teknik Pemilihan Responden

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa kajian ini adalah kajian

kualitatif dan dalam pemilihan responden, Pengkaji menggunakan sampel

bertujuan (purposive sampling), responden dipilih dengan tujuan menjaring

sebanyak mungkin informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi strategi

Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya (rumah tangga, tempat

kerja, tempat umum, sekolah dan institusi pelayanan kesehatan).

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif diambil dengan maksud yang

memiliki pengetahuan cukup serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya

tentang objek penelitian. Dalam memperoleh data yang diperlukan dalam kajian

ini, maka ada beberapa teknik yang dilakukan oleh Pengkaji, antara lain :

a. Wawancara Mendalam.

Teknik ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang terkait dengan

permasalahan kajian melalui kegiatan temu muka yang dilakukan Pengkaji

dengan responden. Pertanyaan yang diajukan tidak berdasarkan struktur

tertentu tetapi terpusat pada satu pokok tertentu. Untuk mempermudahnya

Pengkaji juga membuat pedoman wawancara. Wawancara mendalam

dilakukan dengan tujuan untuk menjaring dan menggali informasi yang

berkaitan dengan evaluasi penerapan strategi Promosi Kesehatan berdasarkan

tempat pelaksanaannya (rumah tangga, tempat kerja, tempat umum, sekolah

dan institusi pelayanan kesehatan).

Dalam kajian ini teknik wawancara ditujukan kepada :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang atau bidang yang

menguasai dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Promosi

Kesehatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan dari

wawancara mendalam tersebut guna menjaring dan menggali informasi

tentang implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat

pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Selain itu juga

menggali kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pengambil kebijakan

Page 41: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

24

(eksekutif dan legislatif) kaitannya dengan kesehatan. Instrumen

wawancara seperti ditunjukkan pada Lampiran 2.

2. Bidan Desa, dengan tujuan untuk mengetahui informasi dari implementasi

strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya di Desa

Jebed Selatan. Instrumen wawancara seperti ditunjukkan pada Lampiran 3.

3. Kepala Desa, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi perilaku

masyarakatnya apakah sudah mencerminkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) dan mengetahui sarana dan prasarana kesehatan yang ada di

desanya. Instrumen wawancara seperti ditunjukkan pada Lampiran 4.

4. Anggota Keluarga (ayah, ibu dan anak) yang dijadikan sebagai responden,

tujuannya untuk menggali informasi dari anggota keluarga berkaitan

dengan dampak atau pengaruh dari implementasi strategi Promosi

Kesehatan yang dilaksanakan di tingkat rumah tangga, sekolah, tempat

kerja, tempat umum dan tempat pelaksanaan kesehatan. Instrumen

wawancara tersebut seperti ditunjukkan pada Lampiran 5.

5. Perwakilan masyarakat (tokoh agama dan tokoh masyarakat) Desa Jebed

Selatan, yang dijumpai dengan suasana informal. Tujuan dari wawancara

tersebut adalah menggali sikap dan perilaku kesehatan dari masyarakat

langsung. Instrumen wawancara tidak terstruktur karena menyesuaikan

dengan situasi yang ada.

b. Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi

dan pengalaman di antara para peserta diskusi dalam satu kelompok. Tujuan

sesungguhnya dari FGD ini adalah untuk menggali gagasan, merumuskan

prioritas masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah yang efektif dan

efisien. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/ FGD) dilakukan

untuk menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara

partisipatif untuk mengintervensi masalah PHBS yang telah teridentifikasi

guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan

Peserta FGD terdiri dari Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Bidan Desa dan

Kader Kesehatan. Dalam FGD ini Kades dan perangkatnya tidak dihadirkan

Page 42: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

25

dengan tujuan untuk mengeliminir intimidasi dalam mengungkapkan pendapat

dan masukan dari masyarakat langsung.

c. Studi Dokumentasi/ Studi Arsip

Studi dokumentasi, dilakukan dengan menelaah beberapa laporan, buku, arsip

dan catatan yang relevan dengan masalah kajian.

Teknik pengumpulan data seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Teknik Pengumpulan Data dan Tujuan

Sumber : Pengkaji, 2007

No. Teknik Sumber Data Tujuan 1 Wawancara

Mendalam a. Kepala DKK/ Kabid PL/ Kasi

Penyehatan Industri dan Tempat Umum

b. Petugas Puskesmas c. Bidan Desa/ Kader Kesehatan d. Kepala Desa e. Anggota Keluarga (responden) f. Tokoh masyarakat dan tokoh

agama

a. Menjaring dan menggali informasi bagaimana penerapan strategi promosi kesehatan dan implementasi program Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya

b. Menggali kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pengambil kebijakan kaitannya dengan kesehatan

c. Menggali informasi dampak implementasi program Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan

2 Focus Group

Discussion (FGD)

a. Tokoh Masyarakat b. Tokoh Agama c. Bidan Desa d. Kader Kesehatan

Menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah PHBS yang telah teridentifikasi

3

Studi Dokumentasi/ Studi Arsip

a. Profil Kesehatan Indonesia 2005

b. Profil Kesehatan Prov. Jawa Tengah 2006

c. Profil Kesehatan Kabupaten 2007

d. Profil Kesehatan Puskesmas 2007

e. Data BPS Kec. Taman 2006 f. Daftar Monografi Desa 2006 g. Daftar Isian Desa 2006 h. Daftar Potensi Desa 2006

Menelaah beberapa laporan, buku, arsip dan catatan yang relevan dengan masalah kajian

Page 43: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

26

3.3.4 Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk

menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian lapangan. Data yang

ada tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan tabulasi. Sedangkan untuk

menganalisis dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif meliputi :

1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transfortasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan.

2. Penyajian data adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Kesimpulan adalah proses menemukan makna data yang bertujuan memahami

tafsiran dalam konteksnya dengan masalah secara keseluruhan.

3.3.6 Rancangan Perumusan Strategi dan Program

Dalam merumuskan strategi dan program dilaksanakan secara partisipatif

melalui kegiatan FGD. Dalam kegiatan FGD juga diperkenalkan kerangka kerja

PRECEDE – PROCEED oleh Pengkaji kepada Peserta FGD. Perumusan strategi

dan program Promosi Kesehatan yang sudah disepakati kemudian dilakukan

penyusunan kegiatan, jadwal, bentuk kegiatan dan bagaimana kegiatan tersebut

akan dilaksanakan oleh partisipan dan penanggung jawab. Agar tujuan strategi

dan program Promosi Kesehatan dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa

yang diinginkan, maka tujuan tersebut harus jelas tahap demi tahap dan spesifik

(Specific), sehingga mudah diukur (Measurable), dapat dicapai (Appropriate),

dapat dilaksanakan (Realistic) dan dengan batasan waktu tertentu (Time Bound).

Untuk lebih mudah dipahami disingkat SMART. Rancangan program yang

dihasilkan juga merupakan jawaban pertanyaan 5 W 1 H, yaitu :

What : Judul rancangan Program ?

Who : Siapa sasaran, pelaku dan penanggung jawab program?

Why : Mengapa program itu disusun ?

Where : Dimana lokasi program ?

When : Kapan dilaksanakan ?

How : Bagaimana cara melaksanakan program tersebut ?

Page 44: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

IV. PETA SOSIAL DESA JEBED SELATAN

4.1 Lokasi

Desa Jebed Selatan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Taman dilihat

dari topografi terletak pada ketinggian tujuh meter diatas permukaan laut (dpl).

Temperatur rata-rata 23o C dengan curah hujan rata-rata setahun 1.788 mm dan

memiliki luas wilayah 183,773 hektar yang dilalui oleh satu buah sungai yaitu

Sungai Waluh. Desa Jebed Selatan merupakan desa hasil dari pemekaran Desa

Jebed yang dibagi menjadi dua wilayah yaitu Desa Jebed Utara dan Desa Jebed

Selatan.

Penggunaan lahan di Desa Jebed Selatan antara lain digunakan untuk tanah

sawah dengan irigasi teknis sebesar 82,95 % atau 152,448 hektar. Untuk tanah

kering sebesar 6,98 % atau 12,825 hektar. Tanah milik desa yang didalamnya

berupa lapangan olah raga, kantor desa, jalan desa, jalur hijau, pekuburan dan

lahan bengkok sebesar 10 % atau 18,5 hektar. Dari data penggunaan lahan dapat

disimpulkan bahwa perekonomian Desa Jebed Selatan didukung dari sektor

pertanian. Data tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram Penggunaan Lahan di Desa Jebed Selatan

83%

7%

10%

Tanah sawah

Tanah kering

Tanah milik desa

Sumber : Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa, 2006

Secara geografis wilayah Desa Jebed Selatan berbatasan dengan beberapa

wilayah, yang meliputi :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Jebed Utara.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Penggarit.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Saradan.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kejambon.

Page 45: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

28

Berdasarkan Orbitasi, jarak Desa Jebed Selatan dengan Ibukota Kecamatan

adalah dua kilometer dengan waktu tempuh 15 menit, jarak dengan Ibukota

Kabupaten adalah delapan kilometer dengan waktu tempuh 30 menit, jarak

dengan Ibukota Propinsi 122 kilometer dengan waktu tempuh empat jam, dan

jarak dengan Ibukota Negara adalah 425 kilometer dengan waktu tempuh delapan

jam. Jarak yang harus ditempuh masyarakat Desa Jebed Selatan untuk dapat

mengakses pelayanan kesehatan di Puskesmas Jebed adalah empat kilometer dan

Rumah Sakit Pemerintah adalah enam kilometer. Dengan kondisi jarak tempuh

yang cukup jauh dan minimnya transportasi menuju kedua sarana kesehatan

tersebut dapat menjadi hambatan bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan. Jalan yang menghubungkan desa dengan pusat kota Kabupaten

Pemalang merupakan jalan kabupaten yang sudah beraspal dengan lebar jalan

sekitar tiga meter. Untuk menuju pusat kota dan Rumah Sakit Pemerintah dapat

menggunakan jasa angkutan kota yang melewati jalan tersebut. Bagi masyarakat

Jebed Selatan yang tidak memiliki kendaraan bermotor untuk menuju Kantor

Kecamatan Taman dan Puskesmas Jebed harus berputar dulu menuju kota

Pemalang.

Desa Jebed Selatan memiliki 1533 Kepala Keluarga (KK) dan wilayahnya

terbagi menjadi lima dusun, yaitu Dusun Karang Talun (122 KK), Dusun Silanjar

(250 KK), Dusun Gedugan (345 KK), Dusun Karang Sembung (398 KK) dan

Dusun Kuwungan (418 KK) selain itu Desa Jebed Selatan juga memiliki 9

(sembilan) RW dan 25 RT. Data tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Diagram Jumlah Kepala Keluarga di Setiap Dusun

345

398

418

250

Dusun Karana Talun

Dusun Silanjar

Dusun Gedugan

Dusun Karang Sembung

Dusun Kuwungan

Sumber : Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa, 2006

Untuk sarana kesehatan berupa Posyandu sudah tersebar di masing-masing dusun

(lima unit posyandu), akan tetapi lokasinya selalu berpindah-pindah dengan

bertempat di halaman salah satu warga. Kelima unit Posyandu tersebut dikelola

Page 46: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

29

oleh seorang Bidan Desa dan Ibu-Ibu TP-PKK yang merangkap sebagai kader

kesehatan. Hanya saja dari hasil pengamatan berpartisipasi, terlihat bahwa

kegiatan di posyandu tersebut sangat “ala kadarnya”, jadi anak-anak datang,

ditimbang, diberikan makanan tambahan (apabila ada) lalu pulang. Kegiatan

tersebut sangat jauh dari konsep posyandu yang sebenarnya, tidak adanya

advokasi atau saran-saran yang ditujukan kepada ibu hamil dan ibu yang anaknya

mengalami masalah dengan kesehatan atau masalah berat badan yang tidak sesuai

dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari kondisi posyandu tersebut berdampak

pada minimnya pengetahuan atau pemahaman tentang kesehatan sehingga minat

ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di posyandu menjadi berkurang.

Kondisi diatas juga diperkuat dengan masih kentalnya ”mitos ibu hamil” di

masyarakat. Dari data Puskesmas Jebed tahun 2006 dari 148 ibu bersalin di Desa

Jebed Selatan hanya 65,5 % (97 ibu bersalin) yang persalinannya ditolong oleh

Bidan Desa, sisanya dilakukan oleh Dukun Bayi. Dukun Bayi di Desa Jebed

Selatan berjumlah 4 (empat) orang dan bagi masyarakat Desa Jebed Selatan yang

penghasilannya rendah peran Dukun Bayi sangat dibutuhkan sekali dikarenakan

dana yang harus dikeluarkan untuk persalinan lebih murah jika dibandiingkan

dengan Bidan atau Dokter Spesialis.

Prasarana pendidikan formal yang ada di Desa Jebed Selatan masih berada

ditingkat TK dan SD saja, yaitu dengan jumlah satu buah gedung TK dengan

jumlah tenaga pengajar tiga orang dan dua buah gedung SD dengan tenaga

pengajar 12 orang (hanya empat orang yang asli Jebed Selatan). Untuk prasarana

pendidikan non formal seperti TPQ (Tempat Pendidikan Al Qur`an) atau

Madrasah di masing-masing dusun sudah ada dengan tenaga pengajar dua orang.

Dari jumlah penduduk Desa Jebed Selatan sebanyak 6924 orang, 99,78 %

atau sebanyak 6909 orang mayoritas memeluk agama Islam, dengan memiliki

tempat ibadah berupa Masjid sebanyak dua buah dan Mushola sebanyak 12 buah

yang terbagi di masing-masing dusun. Sedangkan yang memeluk agama Kristen

dan Katolik masing-masing sebanyak 0,02 % atau dua orang dan yang memeluk

agama Hindu hanya satu orang.

Energi penerangan bagi rumah tangga pada umumnya bersumber dari tenaga

listrik (PLN). Jumlah rumah tangga yang sudah memanfaatkan energi listrik

Page 47: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

30

sebanyak 75,46 % atau 1162 KK, sedangkan sisanya 24,54 % atau 378 KK

menggunakan lampu minyak (petromak). Air bersih penduduk Desa Jebed Selatan

yang bersumber dari sumur gali berjumlah 297 unit yang dimanfaatkan oleh ± 498

KK dan sumur pompa yang berjumlah 357 unit dimanfaatkan oleh ± 746 KK,

sehingga dalam pemenuhan air bersih Desa Jebed Selatan belum perlu

memanfaatkan air PDAM. Hal tersebut dikarenakan kualitas air masih tergolong

bagus dan Desa Jebed Selatan belum bisa mengakses air PDAM. Jadi dapat

disimpulkan, bahwa masyarakat Desa Jebed Selatan tidak mengalami kesulitan

dalam pemenuhan dan kepemilikan sarana sanitasi dasar yaitu pada persediaan air

bersih, sehingga bisa dijadikan sebagai potensi yang dimiliki masyarakat desa

dalam meningkatkan kesehatan.

4.2 Struktur Kependudukan

Data kependudukan masyarakat Desa Jebed Selatan sampai dengan akhir

tahun 2006 sebanyak 6924 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 48,84 %

atau 3382 jiwa dan perempuan sebanyak 51,16 % atau 3542 jiwa. Jumlah

penduduk terbanyak terdapat di Dusun Kuwungan yaitu sebanyak 29,46 % atau

2040 jiwa. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Page 48: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

31

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Jebed Selatan Tahun 2006.

No. Kelompok Umur

Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Persentase Total Laki-laki Perempuan

1. 0 – 4 165 208 373 5,39 2. 5 – 9 259 267 526 7,60 3. 10 – 14 289 296 585 8,45 4. 15 – 19 300 302 602 8,69 5. 20 – 24 284 290 574 8,29 6. 25 – 29 300 311 611 8,82 7. 30 – 34 280 294 574 8,29 8. 35 – 39 262 336 598 8,64 9. 40 – 44 300 292 592 8,55 10. 45 – 49 291 307 598 8,64 11. 50 – 54 376 389 765 11,05 12. 55 – 59 213 224 437 6,31 13. 60 ke atas 41 48 89 1,28

Jumlah 3382 3542 6924 100

Sumber : Data Statistik Kantor Kecamatan Taman, Desember 2006

Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka jumlah penduduk

Desa Jebed Selatan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai

berikut :

Gambar 6 Piramida Penduduk Desa Jebed Selatan Tahun 2006

-400 -300 -200 -100 0 100 200 300 400

0 – 4 5 – 9

10 – 1415 – 1920 – 2425 – 2930 – 3435 – 3940 – 4445 – 4950 – 5455 – 59

60 >

Laki-Laki Perempuan Sumber : Data Statistik Kantor Kecamatan Taman, Desember 2006

Page 49: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

32

4.2.1 Proporsi Penduduk Umur Muda dan Umur Tua

Seperti digambarkan dalam piramida penduduk Desa Jebed Selatan pada

tahun 2006 menunjukkan bahwa Desa Jebed Selatan struktur penduduknya

berumur transisi dari umur muda dan umur tua. Kondisi tersebut juga terkait

dengan Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Pemalang yang hanya 66 tahun

untuk penduduk laki-laki dan 68 tahun untuk penduduk perempuan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa struktur penduduk di Desa Jebed Selatan tidak bisa dikatakan

penduduk tua karena UHHnya tidak tergolong tinggi dan tidak bisa dikatakan

penduduk muda karena jumlah penduduk berumur di bawah 15 tahun kurang dari

40 % dari jumlah total penduduk di Desa Jebed Selatan.

Dengan struktur penduduk umur transisi menjadikan suatu tantangan ke depan

dalam menyediakan fasilitas kesehatan, terutama bagi penduduk yang berumur

diatas 56 tahun dan yang sudah lanjut usia (lansia)

4.2.2 Rasio Jenis Kelamin (RJK)

Untuk mengetahui perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan

banyaknya penduduk perempuan di Desa Jebed Selatan dapat digunakan ukuran

Rasio Jenis Kelamin (RJK). Rasio Jenis Kelamin penduduk Desa Jebed Selatan

pada akhir tahun 2006 adalah 95,4 berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 95 penduduk laki-laki. Hal ini berarti menunjukkan bahwa pertumbuhan

penduduk perempuan lebih cepat dibandingkan dengan penduduk laki-laki, selain

itu dapat juga menunjukkan terjadinya tingkat migrasi yang tinggi pada laki-laki

dibandingkan perempuan. Mayoritas kaum laki-lakinya mempunyai kebiasaan

merantau di Jakarta. Bagi ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya merantau

harus berpikir keras agar tetap eksis dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic

needs) untuk keluarganya. Hal tersebut membuat ibu rumah tangga mengabaikan

kondisi kesehatan dirinya dan anak-anaknya. Menjadi suatu tantangan di masa

depan dalam meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap dan perilaku

yang bertanggungjawab bagi keluarga dan masyarakat tentang kesehatan

reproduksi, terutama Kesehatan Ibu dan anak (KIA) sehingga dapat meningkatkan

status kesehatan dan gizi seluruh anggota keluarga (khususnya ibu dan anak).

Page 50: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

33

4.2.3 Rasio Beban Tanggungan (RBT)

Menurut Rusli (2006) besarnya Rasio Beban Tanggungan (dependency

ratio) menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan

bukan usia produktif (bukan usia kerja) terhadap jumlah penduduk usia produktif

(usia kerja). Rasio Beban Tanggungan penduduk Desa Jebed Selatan adalah 29,

yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung

29 orang penduduk yang tidak produktif. Hal ini makin memperkuat bahwa Desa

Jebed Selatan mempunyai struktur penduduk berumur transisi. Permasalahannya

adalah tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan sangat rendah

sehingga menyebabkan masih ada yang percaya “mitos” dan “mitos” tersebut

dapat menghambat sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

Dari hasil pengamatan di lapangan, “mitos” yang dapat menghambat terwujudnya

hidup sehat seperti, “mitos ibu hamil” yang tidak memperbolehkan Ibu hamil

untuk keluar dari rumah apapun kegiatannya sehingga dapat menghambat Ibu

hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke Posyandu ataupun ke Tenaga

Kesehatan (dokter kandungan atau bidan).

4.2.4 Kepadatan Penduduk

Dari luas wilayah 1,8 km2 dan jumlah penduduk yang mencapai 6924 jiwa

maka dapat terlihat kepadatan penduduk di Desa Jebed Selatan adalah 3847 jiwa/

Km2, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk Kecamatan

Taman yaitu 2526 jiwa/ Km2. Dari kepadatan penduduk diatas, isu-isu yang

menjadi tantangan di masa depan kaitannya dengan kesehatan adalah kondisi

lingkungan dan tempat tinggal (rumah) yang jauh dari sehat.

4.2.5 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan Indeks Mutu

Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia selain faktor kesehatan dan ekonomi.

Pada hakekatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan,

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu maupun

sosial. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jebed Selatan yang terbanyak

adalah SLTP. Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan pada Tabel 5.

Page 51: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

34

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jebed Selatan

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tamat SD 325 9,7 2 SLTP 1626 48,8 3 SLTA 1251 37,5 4 D-1 53 1,5 5 D-2 34 1 6 D-3 21 0,6 7 S-1 19 0,5

Jumlah 3329 100

Sumber : Daftar Potensi Desa, 2006

Dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Jebed Selatan mayoritas adalah

SLTP ke bawah, maka dapat diasumsikan bahwa masih rendahnya akses

masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga nantinya dapat

berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan.

4.2.6 Angkatan Kerja

Jumlah penduduk merupakan potensi dari jumlah angkatan kerja, tetapi tidak

semua penduduk termasuk dalam potensi angkatan kerja. Secara Internasional

dipakai usia 15-64 tahun sebagai batasan usia angkatan kerja. Data angkatan kerja

Desa Jebed Selatan dirinci menurut umur seperti ditunjukkan pada Tabel 6

Tabel 6 Data Angkatan Kerja Dirinci Menurut Umur Tahun 2006.

No. Umur Penganggur Angkatan Bekerja

Angkatan Setengah

Penganggur

Angkatan Kerja

1 15 – 19 36 242 120 362 2 20 – 24 66 200 123 323 3 25 – 29 67 329 125 454 4 30 – 34 75 556 245 801 5 35 – 39 84 225 123 348 6 40 – 44 113 153 78 231 7 45 – 49 47 151 77 228 8 50 – 54 120 150 86 236 9 55 – 60 160 116 65 181 10 60 + 195 129 55 184 Jumlah 963 2251 1097 3348

(4+5) Sumber : Data Statistik Kantor Kecamatan Taman, Desember 2006.

Page 52: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

35

Berdasarkan data angkatan kerja diatas, jumlah angka penganggur hanya

28,76 % atau 963 orang dari jumlah angka angkatan kerja. Berdasarkan jumlah

Reit Pengangguran dari 100 penduduk angkatan kerja Desa Jebed Selatan ada 29

orang yang menganggur. Walaupun Persentase penduduk yang masuk kategori

pengangguran/ tidak bekerja tergolong kecil, akan tetapi asumsi Pengkaji,

kelompok tersebut rawan terhadap masalah baik itu masalah kriminalitas ataupun

masalah kesehatan. Oleh karena itu, harus disediakan wadah kegiatan yang

nantinya dapat bermanfaat.

4.3 Aspek Perekonomian

Mata pencaharian penduduk Desa Jebed Selatan bersifat heterogen, seperti

ditunjukkan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Jebed Selatan Tahun 2006.

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase

1 Buruh Tani 804 35,72 2 Buruh Swasta/ Pabrik 331 14,70 3 Petani 456 20,26 4 Pedagang 159 7,06 5 PNS 25 1,11 6 TNI/Polri 5 0,22 7 Penjahit 8 0.36 8 Montir 2 0,08 9 Sopir 31 1,38 10 Kontraktor/ Konsultan 2 0,08 11 Tukang Kayu 102 4,53 12 Tukang Batu 292 12,97 13 Peternak 9 0,40 14 Guru Swasta 3 0,13 15 Tukang Becak 12 0,53 16 Pengrajin/ home industri 10 0,44

Jumlah 2251 100

Sumber : Daftar Potensi Desa Jebed Selatan, 2006

Melihat Tabel 7, sebenarnya mata pencahariannya bersifat heterogen, akan

tetapi melihat masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani dan petani lebih

Page 53: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

36

dominan (buruh tani sebanyak 804 orang atau sekitar 35,72 % dan petani yaitu

456 orang atau sekitar 20,26 %) menjadikan mata pencaharian tersebut lebih

bersifat homogen. Hal tersebut juga dipengaruhi ketersediaan lahan sawah (seluas

152,448 hektar atau sekitar 82,95 % dari luas wilayah desa yaitu 183,773 hektar)

yang mendominasi wilayah Desa Jebed Selatan. Dalam hal ini, kaitan mata

pencaharian dengan program Promosi Kesehatan adalah penerapan strategi

Promosi Kesehatan pada tempat kerja yang ada di Desa Jebed Selatan. Dengan

tersedianya lahan sawah yang mencapai 82,95 % dari luas wilayah desa dan

banyaknya mata pencaharian petani dan buruh tani yang ada di desa tersebut,

maka penerapan strategi Promosi Kesehatan lebih diutamakan pada tempat kerja

yang ada di sawah dan ladang.

4.4 Struktur Komunitas

Struktur sosial pada suatu komunitas dapat ditinjau dari beberapa aspek :

1. Pelapisan Sosial.

Ada dua cara terbentuknya pelapisan sosial dalam masyarakat, yaitu :

pertama, pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya dan kedua, pelapisan

sosial yang terjadi dengan sengaja, akan tetapi kedua cara tersebut terbentuk

karena untuk mengejar suatu tujuan bersama. Di Desa Jebed Selatan pelapisan

sosial penduduk dapat dilihat berdasarkan fisik, seperti : bangunan perumahan

dan jenis mata pencaharian, maupun non fisik, seperti : alasan pembentukan

kelompok (kelompok tani, kelompok pengajian, kelompok paguyuban rukun

kematian). Berikut pengkaji uraikan pelapisan sosial di Desa Jebed Selatan

berdasarkan pembentukan kelompok.

a) Kelompok Tani, kelompok ini mempunyai tempat tersendiri dalam

kegiatan kemasyarakatan, seperti ketika berembug masalah air, hasil

panen, mau membeli pupuk dan obat, mulai menggarap sawah dan

sebagainya. Kelompok ini masih sangat eksis keberadaan/ kegiatannya di

Desa Jebed Selatan, sehingga apabila mereka akan menjual padinya, para

spekulan/pembeli padi tidak mudah menentukan harga tanpa melalui

persetujuan para kelompok tani.

Page 54: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

37

b) Kelompok Pengajian, kelompok ini sangat dominan kegiatannya di

masyarakat, manakala ada kegiatan kerohanian, orang meninggal, hajatan/

selamatan orang meninggal dan kegiatan rutin yang bernuansa keagamaan

(Islam). Kelompok ini mempunyai kepengurusan di tiap dusun, sehingga

sangat mengakar program-programnya bahkan karena mayoritas dari

jumlah penduduk Desa Jebed Selatan sebanyak 6924 orang, 99,78 % atau

sebanyak 6919 orang mayoritas memeluk agama Islam maka hampir setiap

ada kegiatan dan hajatan apapun di masyarakat selalu melibatkan

kelompok ini seperti pengajian, membaca Al-Qur’an, yasinan dan tahlilan

bersama.

c) Kelompok Paguyuban Rukun Kematian, kelompok ini sangat besar

andilnya apabila ada salah satu anggota masyarakat yang meninggal.

Sebab hampir semua masyarakat Desa Jebed Selatan selalu membutuhkan

kerja sama dengan kelompok tersebut dan sudah tiap dusun sudah

mempunyai kelompok tersebut.

2. Unsur Utama Pelapisan Sosial dan Sumber Kepemimpinan

Pelapisan sosial terjadi karena adanya penghargaan terhadap hal-hal tertentu

dalam masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu di

Desa Jebed Selatan dicirikan pada :

a) Kekayaan yang dimiliki;

b) Pekerjaan/ jabatan;

c) Pendidikan formal yang ditempuh;

d) Keaktifan dalam kegiatan keagamaan/ kemasyarakatan.

Dalam kehidupan masyarakat di Desa Jebed Selatan mereka yang menjadi

PNS/TNI/Polri, perangkat desa, orang-orang kaya dan pengurus organisasi

lokal/ kelembagaan desa serta para ustadz pengelola masjid, pada umumnya

mereka menempati lapisan paling tinggi. Kelompok ini pada umumnya

menempati level diatas maupun di depan baik dalam pengambilan kebijakan

maupun posisi duduk ketika ada pertemuan. Peran kelompok ini masih

dominan dalam berbagai kegiatan di Desa Jebed Selatan.

Berdasarkan hasil dari pengamatan dan wawancara dapat dikatakan bahwa

masyarakat Desa Jebed Selatan memberikan dukungan dan kepercayaan

Page 55: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

38

penuh bagi pemimpin yang telah memiliki kepedulian terhadap masalah-

masalah yang ada di dalam masyarakat. Kepemimpinan formal baik kepala

desa, tokoh agama, perangkat desa dan PNS masih menjadi simbol karismatik.

3. Jejaring Sosial dalam Komunitas dan diluar Komunitas.

Dalam membuat kebijakan dan program yang melibatkan berbagai pihak yang

berbeda-beda kepentingannya dan mungkin juga berbeda-beda dalam

tingkatan pengambilan keputusannya sehingga memerlukan mekanisme yang

tepat. Salah satu mekanisme yang memiliki fleksibilitas dan sekaligus

menjamin efisiensi adalah melalui pembentukan jejaring (networking) dengan

berbagai pihak. Menurut Tonny dalam Titik dan Yusman (2006), jejaring ini

kemudian dibangun berlandaskan prinsip-prinsip kesetaraan, transparansi,

kejujuran, integrasi dan dedikasi untuk mencapai tujuan bersama. Jejaring

yang terbentuk dapat bersifat horizontal maupun vertikal. Jjejaring sosial yang

bersifat horinzontal adalah hubungan kerjasama yang dilakukan dalam

komunitas, dalam hal ini adalah hubungan kerjasama antar kelompok tani dan

antar kelompok pengajian. Sedangkan jejaring sosial yang bersifat vertikal

adalah hubungan kerjasama yang dilakukan diluar komunitas, dalam hal ini

adalah hubungan kerjasama dengan pengusaha konveksi di Kabupaten

tetangga dalam membuka lapangan pekerjaan.

Dalam pelayanan masyarakat jejaring yang ada yaitu horizontal yang

terbentuk antara masyarakat dan bidan desa/ kader kesehatan.

4.5 Organisasi dan Kelembagaan

Dari hasil pantauan di lapangan dan hasil wawancara dengan tokoh salah

satu kelompok, dapat diketahui bahwa organisasi lokal di Desa Jebed Selatan

memiliki karakteristik sebagai berikut

1) Bentuk Kelembagaan Lokal

Kelembagaan yang didirikan oleh masyarakat setempat pada lingkup wilayah

tertentu (RT, RW, Dusun, kampung, desa/kelurahan) cukup bervariasi, seperti

majelis ta’lim/ kelompok pengajian/ kelompok yasinan, paguyuban warga/

kelompok dasawisma/ perkumpulan arisan, ikatan pemuda masjid,

perkumpulan kematian, kelompok kesenian, perkumpulan olah raga.

Page 56: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

39

Adapun cara pembentukan organisasi ada dua.

Pertama, berdiri secara alamiah berdasarkan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat, seperti majelis ta’lim/ kelompok pengajian/ kelompok yasinan,

kelompok dasawisma/ perkumpulan arisan, kelompok karawitan. Organisasi

ini cenderung bisa beradaptasi dengan kemampuan lokal, dengan

mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya lokal, tradisi serta

sumberdaya lokal.

Kedua, perkumpulan yang pembentukannya diprakarsai oleh pemerintah.

Organisasi ini merupakan kepanjangan tangan pemerintah kepada masyarakat,

seperti Karang Taruna, PKK dan Posyandu.

2) Kegiatan Kelembagaan Lokal

Pengamatan terhadap kegiatan kelembagaan lokal ini perlu dilakukan, dalam

upaya mengidentifikasi bidang-bidang apa saja yang telah dilaksanakan oleh

kelembagaan lokal, dan seberapa besar aktivitas di bidang kesejahteraan sosial

menjadi perhatian kelembagaan lokal. Dengan pengetahuan mengenai jenis

kegiatan, dapat diketahui besarnya kontribusi kelembagaan lokal tersebut di

bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang kesejahteraan sosial.

Kegiatan kelembagaan lokal di Desa Jebed Selatan cukup bervariasi sesuai

dengan tujuannya. Dari informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber,

kegiatan kelembagaan lokal dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok.

a) Kegiatan dalam upaya memperkuat lembaga adat/ kebudayaan, yang

meliputi mengurus tata cara pernikahan sesuai adat dan pelaksanaan

kegiatan sunatan.

Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelembagaan lokal tersebut di

atas menggambarkan, bahwa kegiatan kelembagaan lokal telah

menjangkau permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan manusia dalam

lingkup kebudayaan lokal. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk

memelihara nilai sosial budaya sebagai potensi lokal.

b) Pengembangan kegiatan olah raga dan kesenian, seperti : rebana/

qosidah, karawitan dan sepak bola.

Kesenian dan olah raga perlu dipahami sebagai bagian dari kebudayaan

bangsa. Oleh karena itu, komitmen terhadap pembangunan masyarakat

Page 57: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

40

tidak dapat mengabaikan kesenian dan olah raga yang dikembangkan oleh

masyarakat lokal.

c) Kegiatan keagamaan, seperti pengajian/ yasinan, peringatan Hari Besar

Agama, pengumpulan dan penyembelihan hewan qurban, sunatan masal,

pengelolaan Taman Pendidikan Al Qur’an dan pengurusan

kematian/jenazah.

Kegiatan keagamaan terkait dengan persoalan mental atau moral. Dari

sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi di bidang keagamaan

tersebut, menunjukkan bahwa aspek moral menjadi perhatian sebagian

besar organisasi lokal. Organisasi lokal tersebut memiliki kegiatan

keagamaan yang menjangkau berbagai kebutuhan masyarakat, baik

sebagai individu maupun kolektivitas.

d) Kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti pengrajin kue,

pertukangan, usaha menjahit dan bengkel.

Kegiatan ini menggambarkan bahwa organisasi lokal di samping

melaksanakan kegiatan di bidang sosial dan keagamaan, juga

melaksanakan kegiatan di bidang ekonomi. Dilihat dari jenis-jenis

kegiatannya, pada umumnya kegiatan ekonomis ini berpihak pada

ekonomi kerakyatan.

4.6 Sumberdaya Lokal

Menurut Rusli (1996) ada beberapa faktor penting yang sangat berhubungan

dengan daya dukung (carrying capacity), yaitu natural resources (iklim dan

lingkungan), teknologi dan organisasi/kelembagaan. Berdasarkan faktor-faktor di

atas, hubungan antara masyarakat Desa Jebed Selatan dengan lingkungannya

sangat erat. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mata pencaharian yang ada di

Desa Jebed Selatan adalah petani dan buruh tani, jadi dapat dilihat bagaimana

natural resources (iklim dan lingkungan) mampu mendukung kehidupan

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat secara terus menerus. Selain

itu pengkaji juga melihat adanya hubungan saling menguntungkan (mutualisme)

antara lingkungan dengan masyarakat, jadi dalam hal ini bukan hanya lingkungan

saja yang memberikan dukungan kepada masyarakat desa tetapi sebaliknya

Page 58: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

41

masyarakat desa juga memberikan dukungannya dengan melestarikan

lingkungannya melalui kelembagaan lokal dalam hal ini adalah kelompok tani.

Dengan kearifan lokalnya kelompok tani tersebut berusaha membatasi teknologi-

teknologi pertanian yang nantinya mempunyai dampak yang buruk bagi ketahanan

lingkungan. Sumberdaya lokal yang dimiliki oleh Desa Jebed Selatan adalah :

1) Lahan.

Lahan adalah sumberdaya yang paling dapat dikontrol oleh komunitas, selain

itu lahan juga sangat potensial untuk menggerakkan vitalitas ekonomi

komunitas. Di pedesaan lahan adalah asset produktif yang sangat penting

untuk mempertahankan mata pencaharian. Akses dalam lahan penting bagi

kesejahteraan rumah tangga, pertumbuhan ekonomi dan bagi penurunan

kemiskinan secara berkelanjutan. Desa Jebed Selatan memiliki luas wilayah

183,773 Ha sedangkan dalam penggunaan lahannya antara lain untuk tanah

sawah dengan irigasi teknis sebesar 82,95 % atau 152,448 hektar dan untuk

tanah kering sebesar 6,98 % atau 12,825 hektar. Berdasar luas penguasaan

lahan, rata-rata petani di Desa Jebed Selatan dapat digolongkan sebagai petani

lapisan menengah karena kepemilikan lahannya antara 0,25 hektar – 0,5

hektar. Tetapi bagi penduduk yang memiliki luas lahan > 1 hektar lebih

banyak mempekerjakan buruh tani.

Air juga merupakan sumberdaya lokal yang penting. Di Desa Jebed Selatan

sendiri terdapat 2 aliran sungai, yaitu sungai Elon dan sungai Songot yang

kondisinya tidak tercemar oleh limbah pabrik atau rumah tangga, hanya saja

sungai Elon kondisi airnya keruh. Aliran irigasi di Desa Jebed Selatan

memiliki 2 buah pintu air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lahan

sawah sehingga mampu menopang kehidupan para petani sawah.

2) Tenaga Kerja.

Dalam mewujudkan keberhasilan suatu pembangunan salah satu modalnya

adalah tersedianya tenaga kerja yang terampil. Bukan hanya terampil tetapi

tenaga kerja tersebut harus mempunyai kemampuan dalam pendidikan.

Permasalahannya di Desa Jebed Selatan sangat susah mendapatkan tenaga

kerja yang kualitas pendidikannya tinggi dan mempunyai ketrampilan. Hal

tersebut diperkuat dari data tingkat pendidikan, yang menyatakan bahwa

Page 59: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

42

masyarakat Desa Jebed Selatan yang masuk usia angkatan kerja (15 – 64

tahun) tingkat pendidikannya masih tergolong rendah (SLTP ke bawah).

Hambatan tersebut yang membuat sebagian besar masyarakat Desa Jebed

Selatan yang masuk usia angkatan kerja masih bertumpu pada sektor

pertanian. Mereka adalah buruh tani dan petani, yang sebagian besar

merupakan golongan tenaga kerja tak terampil atau semi terampil dalam arti

yang memiliki pendidikan rendah.

4.7 Masalah Sosial

Berdasarkan informasi dari beberapa pihak dan berdasarkan data sekunder,

dapat diperoleh adanya beberapa masalah sosial yang ada di Desa Jebed Selatan,

sebagai berikut.

1) Keluarga Miskin.

Desa Jebed Selatan mempunyai jumlah keluarga miskin berdasarkan data dari

penerima bantuan Raskin sebanyak 1482 KK yang tersebar : Dusun Karang

Talun : 108 KK, Dusun Silanjar : 244 KK, Dusun Gedugan : 329 KK, Dusun

Karang Sembung : 389 KK dan Dusun Kuwungan : 412 KK. Melihat masih

tingginya jumlah keluarga miskin di Desa Jebed Selatan, isu-isu yang dapat

diangkat adalah status kesehatan dan kondisi tempat tinggal keluarga miskin

tersebut. Data keluarga miskin seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Jumlah Keluarga Miskin Tiap Dusun

0

100

200

300

400

500

Keluarga Miskin

Dusun Karang Talun

Dusun Silanjar

Dusun Gedugan

Dusun Karang Sembung

Dusun Kuwungan

Sumber : Daftar Isian Potensi Desa, 2006.

Page 60: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

43

2) Penyandang Cacat.

Berdasarkan Daftar Isian Potensi Desa untuk penyandang cacat yang ada di

Desa Jebed Selatan, sebagai berikut :

a) cacat netra : dua orang

b) cacat rungu dan wicara : sepuluh orang

c) cacat mental : dua orang

d) lumpuh : satu orang

Berdasarkan data di atas, menjadi suatu tanggung jawab bersama untuk

memberikan perhatian khusus melalui keluarga dan masyarakat sekitar serta

memberikan wadah apresiasi tersendiri agar penyandang cacat bisa

mengekspresikan keinginannya dan mengembangkan kreativitasnya.

4.8 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga

Untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Desa Jebed Selatan

terhadap kesehatan maka diperlukan kajian PHBS di tingkat rumah tangga. Pada

pengkajian PHBS di tingkat rumah tangga dilakukan identifikasi terhadap 16

indikator tentang sikap dan perilaku kesehatan.

Dari hasil pengkajian PHBS tingkat rumah tangga didapat jumlah responden

sebanyak 50 responden. Dalam kajian ini yang dijadikan sebagai responden

adalah anggota rumah tangga/ Kepala Keluarga (KK). Jumlah responden tersebut

dipilih dengan pertimbangan dapat memberikan data yang lebih lengkap dan

valid. Dalam menentukan jumlah responden dianggap telah memadai apabila telah

sampai pada taraf redundancy (data sudah jenuh dan responden tidak bisa

memberikan informasi yang baru). Penentuan tersebut juga menjadi pertimbangan

Pengkaji, penambahan responden akan dihentikan manakala datanya sudah jenuh

dan sudah tidak variatif

Berikut hasil pengkajian PHBS tingkat rumah tangga :

1. Rumah Tangga Bebas Asap Rokok/ Tidak Merokok.

Rumah tangga bebas asap rokok didefinisikan anggota rumah tangga umur 10

tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama

anggota keluarga lainnya selama satu bulan terakhir. Berdasarkan definisi

tersebut, rumah tangga yang bebas dari asap rokok di Desa Jebed Selatan baru

Page 61: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

44

mencapai 10 % atau lima responden. Belum ada target untuk pencapaian

rumah tangga bebas asap rokok, akan tetapi bila dibandingkan dengan target

rumah tangga sehat secara nasional sebesar 65 %. Maka pencapaian rumah

tangga bebas asap rokok masih sangat rendah.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang dipersyaratkan adalah

dilakukan oleh Bidan dan Dokter Kandungan. Dari 50 responden, anggota

keluarga yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan hanya tujuh

responden atau hanya 14 %. Capaian tersebut masih di bawah target Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten Pemalang 2010

sebesar 90 %.

3. ASI Eksklusif.

ASI Eksklusif di definisikan bahwa bayi hanya diberi ASI (Air Susu Ibu) saja

sejak usia 0-6 bulan. Dari 50 responden hanya tujuh responden yang pernah

memberikan ASI kepada bayinya selama enam bulan atau hanya 14 %.

Capaian hasil tersebut masih jauh di bawah target SPM Kabupaten Pemalang

2010 sebesar 80 %.

4. Rumah Tangga Bebas Miras/ Narkoba.

Anggota keluarga yang tidak menyalahgunakan atau tidak memakai minuman

keras dan narkoba. Berdasarkan kondisi di lapangan keluarga yang bebas dari

penyalahgunaan dan pemakaian minuman keras saja sudah mencapai 92 %

atau 46 responden. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding

baik secara nasional maupun daerah.

5. Penimbangan Balita.

Balita yang ditimbang di sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu

minimal delapan kali setahun. Capaian indikator tersebut hanya 11 responden

atau 22 %. Apabila dibandingkan dengan target SPM 2010 sebesar 80 %

berarti indikator tersebut belum tercapai.

6. Gizi Keluarga

Anggota rumah tangga yang mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam

jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang. Berdasarkan hasil kajian

responden yang memenuhi syarat diatas hanya 20 responden atau 40 % saja.

Page 62: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

45

Apabila dibandingkan dengan Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) sebesar

80 %, capain tersebut belum tercapai.

7. Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

Rumah tangga yang menjadi peserta JPK (Askes, Jamsostek dan JPKMM).

Jumlah rumah tangga yang sudah menjadi peserta JPK sebanyak 30 responden

atau 60 %. Capaian tersebut sudah sesuai dengan target SPM 2010 sebesar

60%.

8. Anggota rumah tangga mencuci tangan dengan sabun.

Maksud dari indikator ini adalah anggota rumah tangga yang selalu mencuci

tangannya dengan sabun dan air sebelum makan dan setelah buang air besar.

Rumah tangga yang mempunyai kebiasaan tersebut sudah mencapai 25

responden atau 50 %. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target

pembanding baik secara nasional maupun daerah

9. Menggosok Gigi

Anggota rumah tangga yang menggosok giginya minimal dua kali sehari

sebelum tidur dan sesudah makan. Rumah tangga yang sudah mempunyai

kebiasaan tersebut mencapai 33 responden atau 66%. Untuk indikator ini tidak

terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah

10. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Anggota rumah tangga yang rutin memberantas sarang nyamuk minimal

seminggu sekali atau rumahnya bebas jentik nyamuk. Rumah tangga yang

bebas jentik nyamuk mencapai 28 responden atau sebesar 56 %. Untuk

indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional

maupun daerah

11. Jamban Sehat.

Jamban yang kondisinya selalu bersih dan rutin dibersihkan seminggu sekali

dengan buangan akhirnya menuju septitank yang selalu tertutup. Rumah

tangga yang sudah memenuhi kriteria tersebut baru mencapai 25 responden

atau sebesar 50 %. Capaian tersebut masih jauh dari target nasional 2010

sebesar 88 %.

Page 63: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

46

12. Air Bersih.

Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya

untuk kebutuhan sehari-hari (minum, masak, mandi dan mencuci). Rumah

tangga yang sudah memenuhi kriteria tersebut sudah mencapai 40 responden

atau sebesar 80 %. Capaian tersebut sudah mencapai target nasional 2010

sebesar 80 %.

13. Tempat sampah.

Capaian rumah tangga yang memiliki dan membuang sampah pada tempatnya

sebanyak 24 responden atau sebesar 48 %. Capaian tersebut masih dibawah

target nasional 2010 sebesar 85 %.

14. Kepadatan Penghuni.

Indikator ini di definisikan sebagai rumah tangga yang mempunyai luas lantai

rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi

dengan jumlah penghuni (9m2 per orang). Berdasarkan definisi tersebut

jumlah rumah tangga yang memenuhi kriteria sebanyak 37 responden atau

74%. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara

nasional maupun daerah

15. Lantai Rumah

Anggota rumah tangga yang menempati rumah dengan lantai kedap air

(plester, tegel, keramik, kayu) bukan lantai tanah. Capaian indikator tersebut

sebanyak 31 responden atau sebesar 62 %. Untuk indikator ini tidak terdapat

angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah

16. Olah raga

Anggota keluarga yang berumur 10 tahun ke atas rutin melakukan aktivitas

fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari. Capain pada

indikator ini sebanyak 39 responden atau sebesar 78%. Untuk indikator ini

tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah

Untuk lebih jelas melihat hasil pengkajian dan urutan peringkat indikator PHBS

tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.

Page 64: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

47

Gambar 8 Hasil Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan Berdasarkan Urutan Masalah

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Tidak MerokokPemberian ASI Eksklusif

Persalinan oleh NakesTimbang Balita

Pemenuhan Gizi KeluargaTempat Sampah

Jamban SehatKebiasaan Cuci Tangan

Pemberantasan sarang nyamuk JPK

Lantai RumahKebiasaan Gosok GigiKepadatan Penghuni

Olah RagaAir Bersih

Tidak Memakai Miras/ Narkoba

Capaian Indikator

Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.

Dari seluruh rumah tangga yang menjadi responden dapat menggambarkan strata

rumah tangga sehat dengan melihat hasil pengkajian PHBS tingkat rumah tangga.

Berdasarkan rumus yang sudah ditetapkan oleh Pusat Promosi Kesehatan Depkes

RI, sebagai berikut :

1. Rumah Tangga Sehat Pratama, adalah rumah tangga yang memenuhi 0-5

indikator dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini

sebesar 8 %.

2. Rumah Tangga Sehat Madya, adalah rumah tangga yang memenuhi 6-10

indikator dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini

sebesar 72 %.

3. Rumah Tangga Sehat Utama, adalah rumah tangga yang memenuhi 11-15

indikator dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini

sebesar 20 %.

4. Rumah Tangga Sehat Paripurna, adalah rumah tangga yang memenuhi secara

keseluruhan dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini

sebesar 0 %.

Page 65: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

48

Untuk mengetahui pencapaian rumah tangga sehat yang skalanya makro

(minimal Desa), maka yang dihitung adalah jumlah rumah tangga sehat utama dan

rumah tangga sehat paripurna, sehingga berdasarkan rumus tersebut maka

Pencapaian rumah tangga sehat di Desa Jebed Selatan sebesar 20 % dan

hanya masuk kategori Strata Sehat Pratama. Apabila dibandingkan dengan

target rumah tangga sehat tahun 2010 (SPM Bidang Kesehatan Kabupaten

Pemalang 2010) sebesar 65%, pencapaian rumah tangga sehat di Desa Jebed

Selatan masih jauh dari target. Diagram pencapaian rumah tangga sehat seperti

ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Pencapaian Rumah Tangga Sehat di Desa Jebed Selatan.

0

20

40

60

80

Sehat Pratama 8

Sehat Madya 72

Sehat Utama 20

Sehat Paripurna 0

Persentase Rumah Tangga Sehat

Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.

4.9 Ikhtisar Perekonomian di Desa Jebed Selatan didukung oleh sektor pertanian.

Ketersediaan lahan sawah yang mencapai 82,95 % dari luas wilayah desa tersebut

secara otomatis dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam menyerap

tenaga kerja dan sumber penghidupan masyarakat. Lahan dianggap sebagai asset

produktif yang sangat penting untuk mempertahankan mata pencaharian. Oleh

karena itu, 55,98 % (1260 jiwa) masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani dan

petani, sehingga dapat dikatakan mata pencahatian masyarakat Desa Jebed Selatan

lebih bersifat homogen.

Page 66: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

49

Hanya saja permasalahan yang muncul di Desa Jebed Selatan adalah masih

rendahnya kualitas pendidikan dan terbatasnya akses pelayanan publik (pelayanan

pendidikan dan pelayanan kesehatan).

Pernyataan tersebut dibuktikan dengan masih rendahnya kualitas pendidikan

masyarakat Desa Jebed Selatan yang sebagian besar adalah SLTP ke bawah (1951

jiwa atau 58,5 %). Keterbatasan mengakses pelayanan publik seperti pelayanan

pendidikan dan pelayanan kesehatan disebabkan oleh rendahnya tingkat

pendapatan bagi masyarakat yang mata pencahariannya sebagai buruh tani, petani,

tukang batu, tukang kayu dan tukang becak. Semakin mahalnya biaya pendidikan

menjadikan keluarga tersebut harus memprioritaskan kebutuhan pangan

dibandingkan harus mendapatkan pendidikan yang berkualitas bagi anaknya.

Untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan gratis, bagi keluarga miskin masih

menjadi kendala, dikarenakan minimnya transportasi dan jarak tempuh yang

cukup jauh (menuju Puskesmas Jebed menempuh jarak empat kilometer dan

menuju Rumah Sakit Pemerintah menempuh jarak enam kilometer).

Kondisi tersebut diatas dapat mempengaruhi sikap dan perilaku hidup sehat

di masyarakat Desa Jebed Selatan. Untuk mengetahui sikap dan perilaku hidup

sehat masyarakat Desa Jebed Selatan, maka dilakukan pengkajian PHBS Tingkat

Rumah Tangga. Dari hasil pengkajian tersebut telah teridentifikasi bahwa

mayoritas masyarakat Desa Jebed Selatan terutama ibu rumah tangga dan ibu

hamil tingkat pengetahuannya terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih

rendah.

Page 67: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan

Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau

jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di bidang kesehatan sudah

dilakukan dengan tujuan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang

kesehatan.

Upaya propaganda pada waktu itu dilakukan dalam bentuk yang sederhana

melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan poster. Juga melalui film

layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena dirasakan propaganda

kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau perbaikan perilaku

hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya pendidikan kesehatan

masyarakat (health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan

masyarakat (community development) atau upaya pengorganisasian masyarakat

(community organization).

Upaya ini berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami

perkembangan lagi pada tahun 1975 an, menjadi “Penyuluhan Kesehatan”. Meski

fokus dan caranya sama, tetapi istilah “Pendidikan Kesehatan” itu berubah

menjadi “Penyuluhan Kesehatan”, karena pada waktu itu istilah “pendidikan”

khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada sekitar tahun 1995

istilah Penyuluhan Kesehatan itu berubah lagi menjadi “Promosi Kesehatan”.

Perubahan itu dilakukan selain karena hembusan perkembangan dunia (Health

promotion mulai dicetuskan di Ottawa pada tahun 1986), juga sejalan dengan

“Paradigma Sehat”, yang merupakan arah baru pembangunan kesehatan di

Indonesia. Istilah itulah yang berkembang sampai sekarang.

Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan.

Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan

“Ottawa Charter”), yang oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan sebagai:

“the process of enabling people to control over and improve their health”.

Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi : “Proses

pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

Page 68: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

51

kesehatannya”. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai dengan sekarang. (Pusat

Promosi Kesehatan Depkes 2005)

Pada 1 Maret 1999, Presiden Habibie mencanangkan : “Gerakan

Pembangunan yang Berwawasan Kesehatan”, atau dikenal dengan “Paradigma

Sehat”. Sebagai konsekuensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua

sektor harus mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus

memberi kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku

sehat. Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: “Indonesia Sehat

2010”, dengan misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan

kesehatan; (2) Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3)

Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; dan (4) Meningkatkan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya. Salah satu

pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah : perilaku sehat, disamping dua pilar

lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan

merata.

Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program

pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan

bahwa salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan

perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan

Promosi Kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis

(Renstra) Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan

merupakan program tersendiri dan diposisikan pada urutan pertama. Dengan

demikian Promosi Kesehatan (termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku

hidup sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat.

Selanjutnya Promosi Kesehatan menyusun visi, misi dan program

kegiatannya, serta sasaran atau target yang harus dapat terukur. Dalam kaitan itu

ditetapkan Visi Promosi Kesehatan yaitu : “PHBS 2010”, yang mengindikasikan

tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Misi

Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah:

1. Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat

Page 69: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

52

2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS di

masyarakat

3. Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu

kebijakan.

Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh

Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan

fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Berdasarkan visi dan misi

tersebut, maka memunculkan Strategi Promosi Kesehatan sebagai berikut :

1. Advokasi (advocacy).

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain

tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam

konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat

keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan diberbagai tingkatan

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita

inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan

daerah dan lain sebagainya.

2. Bina Suasana

Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program

kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap

program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif

terhadap kesehatan.

3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama

pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Dari visi, misi dan strategi tersebut direncanakan delapan kegiatan pokok, yaitu:

1. Upaya advokasi.

2. Pembinaan suasana.

3. Pemberdayaan masyarakat.

4. Pengembangan kemitraan.

5. Pengembangan SDM.

Page 70: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

53

6. Pengembangan Iptek Promosi Kesehatan.

7. Pengembangan media dan sarana.

8. Pengembangan infra struktur Promosi kesehatan.

Visi, misi, strategi, kegiatan pokok beserta rincian kegiatan dan tolok ukurnya

kemudian dituangkan menjadi Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 yang

kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan

di Daerah.

5.2 Implementasi Strategi Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang

Promosi Kesehatan adalah upaya yang menekankan pada proses dengan

tetap memperhatikan hasil (the process as well as content). Secara garis besar

implementasi strategi promosi kesehatan yang sedang berjalan di Kabupaten

Pemalang adalah sebagai berikut :

1. Dalam strategi advokasi, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa advokasi

dalam konteks kesehatan adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau

penentu kebijakan (eksekutif dan legislatif) sehingga para pejabat tersebut

mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Pada tingkat Pusat

dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan telah mengeluarkan beberapa

kebijakan yang menyangkut kebijakan yang berkaitan dengan “social

enforcement”, seperti kebijakan Garam Beryodium, Kawasan Tanpa Rokok,

Kabupaten/ Kota Sehat, Program Langit Biru, dll. Dalam konteks otonomi

daerah, advokasi dilakukan yang tujuannya adalah ditetapkannya kebijakan

kesehatan di Kabupaten Pemalang yang nantinya dapat digunakan sebagai

dasar atau landasan untuk memperkuat kebijakan dari pusat dan mendukung

pengembangan program Promosi Kesehatan. Saat ini Kabupaten Pemalang

telah mengeluarkan kebijakan kesehatan yang dapat mendukung dan

memperkuat kebijakan dari Pusat (Departemen Kesehatah RI) yaitu kebijakan

“Kabupaten Sehat 2010”. Kebijakan “Kabupaten Sehat 2010” yaitu dimana

masyarakat Kabupaten Pemalang hidup dalam lingkungan yang sehat,

Page 71: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

54

masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata sehingga memiliki derajat

kesehatan yang optimal.

2. Dalam strategi bina suasana atau kegiatan untuk mensosialisasikan program-

program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi

terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang

kondusif terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat membudayakan

perilaku sehat. Proses penyebaran informasi kesehatan dilakukan melalui

media televisi, radio, media cetak, pameran, penyuluhan melalui mobil-mobil

unit penyuluhan dan penyuluhan melalui kelompok dan diskusi interaktif.

Untuk Kabupaten Pemalang penerapan strategi bina suasana dapat dilihat dari

kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Pemalang, antara lain :

a) Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan

Persalinan dan Penggunaan ASI Eksklusif),

b) Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan Anak Kekurangan

Yodium),

c) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan (khususnya akses air bersih,

kepemilikan toilet/ jamban, mencuci tangan dengan sabun),

d) Penyuluhan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (khususnya

Aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan masalah merokok),

e) Penyuluhan Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA,

f) Sosialisasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin

(JPKMM),

g) Sosialisasi Pengembangan Desa Siaga.

Selain itu bertepatan dengan Hari Kesehatan pada tahun 2008 Kabupaten

Pemalang telah mengkampanyekan “Cuci Tangan dengan Sabun”.

3. Strategi Pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan adalah proses pemberian

informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti

perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut

berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu

menjadi mau (sikap/ attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan

Page 72: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

55

perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari

pemberdayaan adalah individu, keluarga serta kelompok masyarakat. Dalam

konteks otonomi, strategi pemberdayaan dilaksanakan oleh Puskesmas dan

Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Pemalang. Tugas Puskesmas dan Rumah

Sakit selain memberikan pelayanan kesehatan (kuratif) juga diberikan tugas

dalam melaksanakan pemberdayaan.

Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, Puskesmas mempunyai tanggung

jawab terhadap pemberdayaan individu, keluarga dan kelompok masyarakat.

Penerapan strategi pemberdayaan individu yang dilaksanakan oleh Puskesmas

seperti :

1. Pemberdayaan individu, dalam memperkenalkan perilaku menimbang

balita secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan

balita. Perilaku ini diperkenalkan kepada ibu yang membawa balitanya

berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan

pengobatan untuk balitanya, kemudian diberi atau disampaikan informasi

tentang manfaat menimbang balita secara berkala. Saat kunjungan tersebut

dilakukan proses pemberdayaan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh

individu tersebut.

2. Pemberdayaan keluarga, dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan

melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga. Dalam pemberdayaan

keluarga ini yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas adalah

memperkenalkan perilaku buang air besar di jamban, mengkonsumsi

garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak

mandi dan mengkonsumsi makanan berserat. Dalam kunjungan rumah

tersebut dikumpulkan semua anggota keluarga dan diberikan informasi

berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan.

3. Pemberdayaan Masyarakat, pemberdayaan terhadap masyarakat dilakukan

melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat. Salah satu

hasil dari upaya ini adalah Posyandu, Saka Bhakti Husada, Pos Kesehatan

Pesantren (poskestren), Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Dana Sehat.

Rumah sakit sebagai tempat penyelenggara pelayanan pengobatan dan

pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) merupakan unit operasional. Sebagai unit

Page 73: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

56

operasional, Rumah Sakit juga mempunyai tanggung jawab yang paling

penting yaitu pemberdayaan. Pemberdayaan tersebut ditujukan untuk pasien,

keluarga pasien dan individu yang berkunjung ke Rumah Sakit. Pemberdayaan

tersebut antara lain :

Pemberdayaan pasien, pemberdayaan disini ditujukan apabila pasien sudah

masuk masa penyembuhan, pemberdayaan diawali dengan menciptakan

kesadaran akan adanya masalah, kemudian mengembangkan pengertian dan

sikap tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tahu apa yang nantinya

harus dilakukan, serta mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang

pemanfaatan sarana kesehatan secara benar.

Pemberdayaan keluarga, ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan

kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk dukungan moral dalam proses

penyembuhan, upaya mencegah terjadinya penularan kepada orang lain dan

upaya pencegahan agar pasien tidak sakit lagi.

5.3 Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang.

Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan

sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa

mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah

untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku

individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan

frekuensi kegiatan. Oleh karena itu, ditetapkan kegiatan minimal yang harus

dilaksanakan oleh Kabupaten/ Kota. Kegiatan minimal ini tercantum dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1457/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota. Seperti

ditunjukkan pada Tabel 8 hasil kegiatan Promosi Kesehatan yang sudah dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang (selaku penanggung jawab tingkat

Kabupaten) pada tahun 2006.

Page 74: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

57

Tabel 8 Pencapaian Program Promosi Kesehatan Kabupaten Pemalang Tahun 2006.

No. Jenis Pelayanan Indikator Pelayanan Target

2004 Target 2010

Pencapaian Tahun 2006

1 Penyuluhan Perilaku Sehat Rumah Tangga Sehat 30 % 65 % 42,85 %

Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 40 % 80 % 35,87 %

Desa dengan garam yang beryodium baik 65 % 90 % 38,64 %

Keluarga sadar gizi 65 % 80 % 23,65 % Posyandu purnama 25 % 40 % 29,18 % Posyandu mandiri 1 % > 2 % 5,75 % Upaya Penyuluhan Narkoba oleh Tenaga Kesehatan

3 % 30 % 4,88 %

2 Penyelenggaraan JPKM

Cakupan penduduk yang menjadi JPK pra bayar 30 % 80 % 7,04 %

Cakupan JPK Keluarga Miskin dan masyarakat rentan

100 % 100 % 80,47 %

Sumber : SPM-BK 2006

Apabila melihat hasil Pencapaian Kinerja Promosi Kesehatan tahun 2006

dan bila dibandingkan dengan target minimal tahun 2010 (Indonesia Sehat 2010)

dapat disimpulkan bahwa kegiatan Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang

belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Sesuatu yang sangat

disayangkan dari hasil pencapaian diatas adalah adanya beberapa indikator yang

masih jauh tertinggal dari target tahun 2004.

5.4 Ikhtisar

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa program Promosi Kesehatan

dilaksanakan melalui tiga strategi, yaitu strategi advokasi, bina suasana dan

pemberdayaan masyarakat. Secara garis besar program Promosi Kesehatan telah

dilaksanakan di Kabupaten Pemalang oleh Dinas Kesehatan Kab. Pemalang.

Dalam mengimplementasikan program tersebut diterapkan juga tiga strategi

Promosi Kesehatan. Untuk strategi advokasi, Kabupaten Pemalanag telah

mengeluarkan kebijakan kesehatan yang dapat mendukung dan memperkuat

kebijakan dari Pusat (Departemen Kesehatah RI) yaitu kebijakan “Kabupaten

Sehat 2010”. Pada strategi bina suasana yang telah dilaksanakan adalah kegiatan

Page 75: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

58

Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan Persalinan

dan Penggunaan ASI Eksklusif), Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan

Anak Kekurangan Yodium), Penyuluhan Kesehatan Lingkungan (khususnya

akses air bersih, kepemilikan toilet/ jamban, mencuci tangan dengan sabun) dan

lain-lain. Sedangkan pada strategi pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan

pemberdayaan individu melalui tenaga medis kepada pasiennya, pemberdayaan

keluarga melalui perilaku buang air besar di jamban, mengkonsumsi garam

beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak mandi dan

mengkonsumsi makanan berserat dan masyarakat melalui Program Desa Siaga.

Hanya saja pencapaian indikator pelayanan program Promosi Kesehatan

tahun 2006 di Kabupaten Pemalang belum menunjukkan hasil yang memuaskan

(Tabel 8). Dari hasil capaian tersebut, Pengkaji berpendapat bahwa ada masalah

dalam implementasi program Promosi Kesehatan. Berdasarkan pendapat tersebut

maka langkah selanjutnya Pengkaji akan mengevaluasi implementasi strategi

Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan (institusi pendidikan/

sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, tempat umum dan rumah tangga) di

Kabupaten Pemalang dan di Desa Jebed Selatan.

Page 76: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

VI EVALUASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BERDASARKAN TEMPAT PELAKSANAAN

DI DESA JEBED SELATAN

6.1 Tahap Input

Pada identifikasi tahap ini yang menjadi masukan (input) adalah adanya

kebijakan :

a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/MENKES/SK/X/2004

tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/MENKES/SK/VIII/2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

c. Kebijakan “Kabupaten Pemalang Sehat 2010”

6.2 Tahap Proses

6.2.1 Evaluasi Berdasarkan Tanggapan Pelaksana Program

Belum memuaskannya capaian program Promosi Kesehatan di Kabupaten

Pemalang berdampak juga pada capaian di Desa Jebed Selatan. Oleh karena itu,

perlu adanya evaluasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan

yang ada di Desa Jebed Selatan. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

Daerah, dinyatakan bahwa penanggung jawab dan pelaksana dari semua kegiatan

Promosi Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Pada sub-bab ini di

lakukan evaluasi berdasarkan tanggapan dari pelaksana program. Responden yang

dipilih untuk wawancara mendalam adalah salah seorang pejabat eselon IV yang

berkompeten dalam program Promosi Kesehatan dan petugas Puskesmas Jebed

sebagai pelaksana program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan. Berikut

informasi yang telah teridentifikasi pada implementasi Promosi Kesehatan tingkat

Kabupaten berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan salah seorang pejabat

eselon IV di Dinas Kesehatan.

1. Faktor pemudah; dalam konteks Promosi Kesehatan, konsep Green yang

digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempermudah

terwujudnya program Promosi Kesehatan adalah :

Page 77: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

60

a) Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang Promosi Kesehatan, masih

minimnya tenaga kesehatan (segi jumlah) dan belum memenuhi syarat

(segi kualifikasi pendidikan). Bahwa untuk setingkat Dinas Kesehatan

Kabupaten dibutuhkan minimal satu orang dengan kualifikasi pendidikan

S2 Kesehatan Masyarakat spesialisasi Penyuluh Kesehatan Masyarakat

(PKM) dan minimal dua orang dari S1 Kesehatan Masyarakat dan minimal

tiga orang dari D3 Kesehatan (dari bidang promosi kesehatan). Untuk

setingkat Puskesmas dan Rumah Sakit dibutuhkan minimal satu orang dari

S1 Kesehatan Masyarakat dan minimal dua orang dari D3 Kesehatan

(bidang promosi kesehatan). Kondisinya di Kabupaten Pemalang sendiri

hanya ada satu orang dengan pendidikan S2 Kesehatan; hanya saja

jurusannya bukan Penyuluh Kesehatan Masyarakat sehingga belum tepat

apabila ditempatkan sebagai Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Sementara

dari semua PNS (10 orang) yang kualifikasi pendidikannya S1 Kesehatan

Masyarakat tidak satupun yang menjabat sebagai tenaga fungsional

Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan informasi yang didapat,

memperjelas kenapa capaian program Promosi Kesehatan belum

menggembirakan sehingga berdampak pada penyampaian pesan-pesan

kesehatan dan pada kemampuan menganalisis permasalahan yang

kaitannya dengan Promosi Kesehatan.

b) Jaringan, jaringan di bidang Promosi Kesehatan antara Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/ Kota belum menunjukkan kekuatan yang solid. Dari informasi

yang didapat, selalu ada perbedaan pemahaman dan komunikasi antara

Pusat dan Daerah. Sebagai contoh dari Pusat memberikan pedoman

pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, akan tetapi kondisi tiap daerah

berbeda-beda sehingga menyebabkan pedoman tersebut tidak bisa

diterapkan di daerah yang kemudian berdampak pada tidak berhasilnya

capaian Promosi Kesehatan. Kondisi seperti itu yang terjadi di Kabupaten

Pemalang.

2. Faktor pemungkin; dalam konteks promosi kesehatan, konsep Green yang

digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung terwujudnya

keberhasilan program Promosi Kesehatan, adalah :

Page 78: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

61

a) Sistem informasi, belum berkembangnya sistem informasi perilaku sehat

sehingga berdampak pada pelaksanaan program Promosi Kesehatan yang

sepenuhnya belum berdasarkan fakta di lapangan. Sistem informasi

tersebut dapat mendukung keberhasilan program Promosi Kesehatan

apabila ke depan dapat dikembangkan sesuai data di lapangan.

3. Faktor penguat, faktor penguat disini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh

daerah setempat. Kebijakan yang terkait dengan keberhasilan Promosi

Kesehatan adalah Struktur Organisasi Daerah. Di Kabupaten Pemalang unit

Promosi Kesehatan melekat di masing-masing Bidang (eselon III). Kebijakan

tersebut berdampak pada pelaksanaan program Promosi Kesehatan yang tidak

terintegrasikan dengan baik karena Promosi Kesehatan harus dilaksanakan

secara terpadu dan terintegrasi bukan masing-masing Bidang berjalan sendiri-

sendiri.

Berikut informasi yang telah teridentifikasi pada implementasi strategi

Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya (institusi pendidikan,

institusi kesehatan, tempat kerja, rumah tangga dan tempat umum) di Desa Jebed

Selatan dari hasil wawancara mendalam dengan petugas Puskesmas Jebed sebagai

pelaksana program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan.

1. Implementasi di Institusi Pendidikan (sekolah)

a. Strategi Advokasi

Esensi dari strategi advokasi adalah pendekatan kepada pembuat

keputusan (Kepala Sekolah) sehingga mau mendukung program kesehatan

yang kita inginkan. Dari hasil wawancara dengan staf Puskesmas Jebed

yang bertugas sebagai penyuluh kesehatan masyarakat, bahwa di Desa

Jebed Selatan hanya ada 2 (dua) buah Sekolah Dasar. Berikut faktor-faktor

yang mempengaruhi implementasi strategi advokasi di institusi pendidikan

tersebut :

a) Faktor pemudah, faktor tersebut adalah pengetahuan dan sikap dari

pembuat keputusan (Kepala Sekolah). Pengetahuan dan sikap Kepala

Sekolah tentang kesehatan sudah baik dan mereka sangat mendukung

masuknya promosi kesehatan di sekolah mereka.

Page 79: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

62

b) Faktor penguat, kebijakan dari Kepala Sekolah yang mendukung

program Promosi Kesehatan adalah dengan adanya kegiatan “Jumat

Sehat” dan “Jumat Bersih”. Jadi setiap hari Jumat kegiatan belajar

mengajar ditiadakan dan diganti dengan kegiatan senam bersama,

dilanjut membersihkan lingkungan sekolah dan kelas kemudian anak-

anak murid dikumpulkan untuk diberikan pengarahan dari petugas

Puskesmas dan diberikan makanan tambahan.

b. Strategi Bina Suasana

Kegiatan yang dilaksanakan pada strategi ini adalah untuk

mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau

menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Dalam konteks

institusi pendidikan (sekolah) tujuannya adalah supaya Guru dan anak

murid mau mempraktekkan perilaku bersih dan sehat di sekolah yang

kemudian juga dilaksanakan di rumahnya masing-masing. Pada strategi

advokasi, Kepala Sekolah telah membuat kebijakan “Jumat Sehat” dan

“Jumat Bersih” . Dalam kebijakan tersebut, petugas Puskesmas telah

melaksanakan kegiatan, antara lain :

∼ Sosialisasi “Kampanye Cuci Tangan dengan Sabun”

∼ Sosialisasi Kebersihan Gigi dan Mulut

∼ Sosialisasi Kebersihan Tangan dan Rambut

∼ Sosialisasi Sanitasi Lingkungan Sekolah

∼ Sosialisasi Makanan Bergizi

∼ Pemberian makanan tambahan (bubur, susu dan lain sebagainya)

Semua kegiatan tersebut telah dilaksanakan oleh petugas Puskesmas, akan

tetapi dari petugas Puskesmas ada hambatan yang membuat kegiatan

tersebut tidak berkelanjutan. Hambatan tersebut terletak pada:

a) Faktor pemungkin, faktor tersebut adalah sarana dan prasarana, yang

menjadi kendala dalam mewujudkan perilaku bersih dan sehat.

Kondisi tiga unit kelas dari enam unit kelas yang ada sangat

memprihatinkan. Kondisi lantainya sangat berdebu, walaupun sudah

disapu. Kondisi WC dan kamar mandi yang tidak ada airnya sehingga

Page 80: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

63

menjadi jorok dan bau, serta dana operasional yang tidak mendukung

kegiatan sosialisasi tersebut.

c. Strategi Pemberdayaan

Strategi ini adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses

membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi

tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (sikap/ attitude)

dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan

(aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu,

keluarga serta kelompok masyarakat. Yang menjadi hambatan pada

strategi ini adalah :

a) Faktor pemudah, hambatannya pada sikap pasrah (nrimo) dengan

kondisi sarana dan prasarana (kondisi unit kelas dan WC/ Kamar

mandi murid dan guru) yang sangat memprihatinkan dan tidak adanya

ide kreatif dari para guru/ Kepala Sekolah untuk memperbaiki kondisi

tersebut.

2. Implementasi di Institusi Kesehatan (Puskesmas dan Posyandu)

Secara umum, implementasi pada institusi kesehatan seperti Puskesmas tidak

mengalami kendala yang sangat berarti dan institusi kesehatan adalah tempat

yang paling efektif dalam mengkampanyekan promosi kesehatan.

Permasalahan muncul pada pelaksanaan kegiatan Posyandu.

a. Strategi Advokasi

Pada kegiatan Posyandu yang di advokasi adalah ibu rumah tangga,

dengan tujuan supaya ibu membawa anaknya dan ibu mengetahui

perkembangan anaknya. Yang menjadi hambatan dalam mengadvokasi

terletak pada faktor :

a) Faktor pemudah, kepedulian dan tingkat pengetahuan ibu dalam

membawa anaknya ke Posyandu masih rendah. Dari informasi yang

didapat bagi keluarga yang mata pencahariannya sebagai buruh tani

untuk pergi ke Posyandu menjadi kendala, karena waktu yang

bersamaan dengan rutinitas di sawah.

Page 81: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

64

b. Strategi Bina Suasana

Hambatan yang muncul dalam strategi ini adalah :

a) Faktor pemungkin, faktor tersebut adalah sarana dan prasarana. Sarana

dan prasarana juga tidak mendukung selama kegiatan Posyandu.

Lokasi Posyandu tiap bulannya harus berganti-ganti karena tidak ada

lokasi yang tetap dan permanen. Selain itu, makanan tambahan yang

diberikan kepada bayi tergantung dari dana yang terkumpul, apabila

dananya banyak diberikan bubur, bila dananya sedikit tidak diberikan

makanan tambahan.

c. Strategi Pemberdayaan

Dalam strategi ini yang menjadi kendala adalah :

a) Faktor penguat, faktor tersebut adalah pengetahuan dari kader

kesehatan sebagai pelaksana kegiatan Posyandu. Seharusnya dalam

kegiatan Posyandu ada meja ke 5 (lima) yang berfungsi untuk

memberikan penjelasan kepada ibu-ibu apabila perkembangan anaknya

tidak sesuai dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). Akan tetapi karena

keterbatasan pengetahuan kader kesehatan meja ke 5 (lima) tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Petugas Puskesmas yang seharusnya

bisa melaksanakan tugas tersebut terpaksa tidak bisa karena sibuk

dengan kegiatan imunisasi.

3. Implementasi di Tempat Kerja.

a. Strategi Advokasi

Karena 80 % wilayah Desa Jebed Selatan adalah sawah dan mata

pencaharian penduduknya mayoritas petani dan buruh tani, maka promosi

kesehatan ditujukan ke tempat kerja petani dan buruh tani. Informasi yang

didapat dari petugas Puskesmas, strategi advokasi ditujukan kepada petani

dan buruh tani. Hambatan yang terjadi pada pelaksanaan advokasi di

tempat kerja adalah :

a) Faktor pemudah, pada faktor ini adalah hambatan yang paling besar

menurut petugas Puskesmas. Hambatan tersebut adalah tingkat

pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan masih rendah

Page 82: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

65

sehingga dalam menyampaikan advokasi ini diperlukan kesabaran dan

ketekunan.

b. Strategi Bina Suasana

Kegiatan yang dilaksanakan dalam strategi ini adalah Penyuluhan Penjual

dan Petani Pestisida dalam rangka Peningkatan Pengawasan Keamanan

Pangan dan Bahan Berbahaya. Tujuan dalam penyuluhan tersebut supaya

petani mengetahui dampak dari penggunaan pestisida bagi tubuh manusia.

Penyuluhan tersebut sudah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Pemalang pada tahun 2007, akan tetapi yang menjadi kendala adalah tidak

adanya pengawasan. Hal tersebut juga diakui oleh petugas Puskesmas,

yang mengatakan bahwa dari Dinas tidak memberikan arahan supaya

dilakukan pengawasan kepada para petani tersebut. Menurut Pengkaji

masalah yang muncul terletak pada faktor penguat, yaitu tidak adanya

komitmen dari pemberi penyuluhan dalam melakukan pengawasan.

c. Strategi Pemberdayaan

Dalam memberdayakan para petani agar dapat mewujudkan perilaku

bersih dan sehat membutuhkan kesabaran dan keuletan, hal tersebut

dikarenakan :

a) Faktor pemudah, rendahnya tingkat pendidikan para petani dan buruh

tani yang membuat mereka susah memahami apa yang telah

disampaikan oleh petugas kesehatan

b) Faktor pemungkin, minimnya sarana dan prasarana dalam

memberdayakan para petani dan buruh tani, selain itu mencari waktu

para petani dan buruh tani yang sangat susah.

4. Implementasi di Rumah Tangga

a. Strategi Advokasi

Strategi advokasi yang dilakukan pada tingkat rumah tangga ditujukan

kepada orang tua (Ayah dan Ibu). Kendala dalam mengadvokasi terletak

pada :

a) Faktor pemudah, pada Peta Sosial telah dijelaskan bahwa tingkat

pendidikan masyarakat di Desa Jebed Selatan yang terbanyak adalah

Page 83: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

66

SLTP ke bawah (58,5 %), sehingga memerlukan kesabaran dan

ketekunan dari petugas Puskesmas dalam mengadvokasi mereka.

b) Faktor pemungkin, faktor yang menghambat adalah sarana dan

prasarana sanitasi dasar (jamban dan SPAL) di dalam rumah tangga.

Untuk air bersih tidak menjadi kendala akan tetapi yang menjadi

kendala adalah jamban dan SPALnya. Tidak adanya jamban yang

sehat dan saluran pembuangan air limbah menjadi hambatan tersendiri

dalam mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Strategi Bina Suasana

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada strategi bina suasana

adalah :

∼ Penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak (Khususnya Pertolongan

Persalinan dan Penggunaan ASI Eksklusif)

∼ Penyuluhan Sanitasi (Sanitasi jamban, air bersih dan SPAL)

∼ Penyuluhan “Mencuci tangan dengan sabun”

∼ Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan Anak Kekurangan

Yodium)

∼ Sosialisasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin

(JPKMM)

∼ Sosialisasi Pengembangan Desa Siaga.

Hambatan yang muncul adalah waktu penyuluhan yang bersamaan dengan

rutinitas ibu rumah tangga ketika membantu suaminya bekerja di sawah

dan tingkat pemahaman masyarakat dalam menerima informasi yang telah

diberikan.

c. Strategi Pemberdayaan

Pada strategi ini yang menjadi kendala bagi petugas Puskesmas adalah

jumlah tenaga Puskesmas yang sedikit sedangkan wilayah kerjanya sangat

banyak dan luas. Sebagai informasi bahwa Puskesmas Jebed wilayah

kerjanya mencapai 5 (lima) desa dan jumlah petugasnya yang memenuhi

kriteria hanya 1 (satu). Faktor dana operasional juga menjadi kendala bagi

petugas Puskesmas dikarenakan jarak desanya saling berjauhan dengan

letak Puskesmas. Dua hambatan tersebut yang membuat petugas

Page 84: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

67

Puskesmas tidak bisa melaksanakan program Promosi Kesehatan dengan

maksimal.

5. Implementasi di Tempat Umum

Tempat umum disini adalah pasar, terminal dan stasiun. Desa Jebed Selatan

sendiri tidak memiliki tempat umum yang disebutkan diatas, oleh karena itu

tidak ada implementasi program Promosi Kesehatan di tempat pelaksanaan

tersebut.

6.2.2 Evaluasi Berdasarkan Tanggapan Responden

Selain tanggapan dari petugas Puskesmas Jebed, dalam mengevaluasi

implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan diperlukan

juga tanggapan dari masyarakat Desa Jebed Selatan, maka perlu memilih

responden untuk dilakukan wawancara mendalam. Responden yang terpilih sama

dengan responden pada pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dalam Peta Sosial

(PL I).

Dari hasil wawancara mendalam tersebut, ternyata baik buruknya implementasi

strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan mempunyai pengaruh

yang besar terhadap terwujudnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

tingkat rumah tangga. Untuk lebih jelasnya, hasil wawancara mendalam dapat

dilihat sebagai berikut :

1. Implementasi di Tempat Kerja

Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari Pembangunan Nasional yang

bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang termasuk masyarakat pekerja (formal dan informal) agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dengan pertimbangan

seorang pekerja yang sehat dan produktif dapat meningkatkan ekonomi keluarga

sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Berbicara tentang tempat kerja berarti berbicara juga tentang mata pencaharian.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa Desa Jebed Selatan mayoritas

penduduk mata pencahariannya adalah buruh tani dan petani. Dari 50 responden

yang mata pencahariannya sebagai buruh tani dan petani sebesar 60 % atau 30

responden. Untuk lebih rinci seperti ditunjukkan pada Tabel 9.

Page 85: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

68

Tabel 9 Komposisi Mata Pencaharian Responden

No. Mata Pencaharian Jumlah Responden Persentase

1 Buruh Tani 26 52 % 2 Petani 4 8 % 3 Kepala Dusun 5 10 % 4 Tukang Kayu 6 12 % 5 Buruh Pabrik 9 18 %

Jumlah 50 100 %

Sumber : Pengkaji, diolah, 2008

Dari hasil wawancara di lapangan, responden yang mata pencahariannya

sebagai petani tergolong sebagai petani yang mempunyai lahan dan lahan tersebut

digarap sendiri. Rata-rata lahan yang dimiliki dari empat petani adalah seperempat

hektar. Berbicara tentang sektor pertanian, sudah pasti berbicara juga tentang

penggunaan pestisida. Tingkat kesehatan petani sangat dipengaruhi oleh dampak

dari penggunaan pestisida tersebut. Sangat perlu untuk mengkaji tingkat

pemahaman petani terhadap pestisida sampai dampak terburuk apabila tubuh

manusia terkontaminasi oleh pestisida. Dari hasil wawancara mendalam dengan

Kepala Keluarga yang bekerja sebagai petani, 83,3 % atau 25 responden sudah

memahami prosedur pemakaian pestisida mulai dari memberikan takaran sampai

dengan penyemprotan dan sisanya 16,7 % atau 5 (lima) responden lebih baik

menyewa orang lain untuk melakukan penakaran sampai penyemprotan. Alasan

kelima responden tersebut sangat bervariasi, mulai dari takut salah dalam

memberikan takaran, takut akan bahaya pestisida, lebih murah menyewa orang

lain sampai tidak mempunyai alat penyemprot. Kutipan hasil wawancara kepada

Bapak Trs., adalah berikut ini :

“Kulo sampun 15 tahun bertani, tapi ngantos sakniki kulo mboten nate nyemprot hama tiyambak, kulo luwih becik nyemo tiyang, masalahe luwih murah daripada kulo tumbas alat semprote tur kulo wedi mbokan salah nakar” (“Saya sudah 15 tahun bertani, tetapi sampai dengan sekarang saya tidak pernah melakukan penyemprotan hama sendiri, saya lebih baik menyewa orang lain karena lebih murah daripada saya harus membeli alat semprot sendiri dan saya takut barangkali salah melakukan penakaran”)

Page 86: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

69

Ironisnya dari 25 responden yang sudah melakukan prosedur dengan benar, hanya

20 % atau 5 (lima) responden yang menggunakan sarung tangan dan masker

dalam melakukan penyemprotan dan sisanya 20 responden melakukan dengan

telanjang tangan dan hidung.

Dampak yang dapat terjadi apabila dalam melakukan penyemprotan tidak

menggunakan sarung tangan dan masker bisa terjadi keracunan pestisida. Karena

jalan masuk pestisida bisa melalui kulit/ mata (dermal) dan pernafasan (inhalasi)

yang dapat merusak hidung dan tenggorokan. Dampak terberat dari keracunan

pestisida adalah gangguan reproduksi, kanker, kerusakan syaraf sampai dengan

perubahan genetik. (Pusat Promkes Depkes RI 2005).

Pada tahun 2007, Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang pernah

menyelenggarakan Penyuluhan Penjual dan Petani Pestisida dalam rangka

Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.

Penyuluhan yang diselenggarakan di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten

Pemalang dihadiri oleh perwakilan kelompok tani di Kecamatan Pemalang,

Taman dan Petarukan. Dari Desa Jebed Selatan diwakili lima orang (Ketua

Kelompok Tani). Dari hasil penyuluhan tersebut kemudian diinformasikan kepada

petani lainnya. Hanya saja tidak adanya pengawasan atau monitoring dari pihak

Dinas Kesehatan (minimal petugas dari Puskesmas Jebed) sehingga membuat para

petani di Desa Jebed Selatan menjadi apatis. Bahkan dari hasil wawancara dengan

responden di dapat informasi bahwa selama ini mereka tidak pernah mendapatkan

keluhan apapun dari penggunaan pestisida tersebut. Hampir semua responden

yang bekerja sebagai petani menjawab hal yang sama. Seperti kutipan wawancara

dengan Bpk Rtm. yang secara kebetulan menjadi Ketua Kelompok Tani, berikut

ini :

“Selama ini teman-teman sudah menjadi masa bodoh terhadap dampak pestisida bagi kesehatannya, bahkan mereka merasa sehat-sehat saja. Saya sendiri sudah selalu mengatakan bahwa dampak tersebut tidak dirasakan sekarang tetapi akan dirasakan beberapa tahun kemudian. Jadi memang secara keseluruhan teman-teman yang bekerja sebagai petani masih rendah sekali pengetahuannya terhadap dampak dari pestisida, terutama tentang kesehatan. Saya berharap pihak Dinas Kesehatan dapat menindak lanjuti hasil dari penyuluhan tersebut yaitu dengan melakukan pengawasan, mungkin bisa melalui petugas Puskesmas, jangan hanya penyuluhan saja dan setelah itu selesai. Mungkin bisa dengan melakukan kerjasama antar Dinas, yaitu antara

Page 87: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

70

Dinas Pertanian dan Dinas Kesehatan sehingga Bapak-Bapak dari penyuluh pertanian juga bisa melakukan pengawasan.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dengan rendahnya

pengetahuan petani akan bahaya pestisida bagi tubuh manusia dan tidak adanya

pengawasan atau monitoring dari Dinas Kesehatan, sangat berpengaruh terhadap

perilaku hidup sehat seorang petani.

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh responden yang bekerja sebagai

buruh kayu. Perilaku hidup sehat tidak bisa terwujud karena rendahnya

pengetahuan buruh kayu akan dampak dari serbuk kayu dan bisingnya alat

pemotong kayu, padahal dampaknya sangat membahayakan fungsi paru-paru dan

mengakibatkan gangguan pendengaran bagi buruh kayu. Hal tersebut disebabkan

belum adanya sosialisasi yang sengaja diberikan oleh petugas Puskesmas tentang

gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh serbuk kayu dan bisingnya alat

pemotong kayu.

Dari hasil wawancara dengan responden yang bekerja sebagai buruh kayu yang

berjumlah enam orang dapat diketahui informasi bahwa jawaban dari responden

semuanya sama, yaitu belum pernah ada petugas Puskesmas yang secara sengaja

memberikan sosialisasi tentang dampak dari serbuk kayu dan bisingnya alat

pemotong kayu bagi kesehatan buruh kayu. Hanya saja secara tidak sengaja dari

petugas Puskesmas memberikan anjuran untuk memakai masker dan penutup

hidung ketika bekerja tetapi tidak memberikan penjelasan lebih dalam apa yang

terjadi nantinya. Ketidaksengajaan tersebut terjadi ketika tempat responden

bekerja sedang dilakukan peninjauan oleh tim dari Kabupaten terkait pengajuan

Ijin Gangguan (HO) dan petugas Puskesmas masuk dalam anggota tim tersebut.

Yang disesalkan oleh responden adalah tidak adanya penjelasan informasi yang

lebih mendalam tentang dampak yang ditimbulkan, seolah-olah anjuran tersebut

hanya formalitas saja ketika dilakukan peninjauan.

Penyesalan responden dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan Bpk Whn

berikut ini :

“Sakderenge saking petugas Puskesmas mboten nate ngaturi sosialisasi Pak ? Nanging kulo nate ditegur petugas Puskesmas amargo mboten ngangge masker kaleh tutupe kuping. Pas kulo ditegur kebetulan enten peninjauan masalah Ijin Gangguan. Mungkin nek mboten enten

Page 88: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

71

peninjauan, kulo mboten ditegur ? terus ngantos sakniki kulo mboten ngertos dampake lan kulo mboten enten masalah kaleh kesehatan kulo ?”

(“Sebelumnya dari petugas Puskesmas belum pernah memberikan sosialisasi Pak ? Tapi saya pernah ditegur petugas Puskesmas karena tidak memakai masker dan tutup telinga. Ketika saya ditegur kebetulan ada peninjauan masalah Ijin Gangguan. Mungkin kalau tidak ada peninjauan, saya tidak ditegur ? terus sampai sekarang saya juga belum tahu dampaknya dan saya juga tidak ada masalah dengan kesehatan saya ?”)

Apabila menengok peristiwa-peristiwa di Indonesia terkait K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja), bahwa buruh sama sekali tidak mempunyai kekuatan di

hadapan pihak perusahaan. Posisi buruh selalu saja sebagai korban, mulai dari

pembayaran honor yang terlambat, PHK sampai dengan kecelakaan kerja. Hal

tersebut juga dirasakan oleh sembilan responden yang bekerja sebagai buruh

pabrik tekstil. Dari hasil wawancara dengan responden di dapat informasi bahwa

tidak adanya pengawasan (monitoring dan evaluasi) dari Dinas terkait (Dinas

Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan) setelah

memberikan penyuluhan tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan

tidak adanya komitmen dari pihak perusahaan tentang pelaksanaan K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

Terkait pemberian penyuluhan tentang K3, dari sembilan responden memberikan

jawaban yang sama bahwa penyuluhan pernah dilaksanakan di tempat kerja

mereka bahkan pernah juga ada mahasiswa yang melakukan penelitian tentang K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja); hanya saja tidak ada tindak lanjut dari pihak

perusahaan. Berdasarkan informasi yang diterima dari responden, penyuluhan

tersebut hanya sebatas formalitas saja. Hal tersebut dikarenakan tidak ada upaya

pengawasan dari Dinas terkait. Ekploitasi tenaga masih saja dirasakan oleh buruh

pabrik, dengan posisi berdiri buruh pabrik harus bekerja selama delapan jam dan

waktu istirahat hanya setengah jam dengan makanan seadanya tanpa suplemen

tambahan. Tidak adanya upaya promotif dan upaya preventif yang dilakukan oleh

poliklinik pabrik, yang dilakukan masih saja upaya kuratif (mengobati) yaitu

apabila ada buruh yang pingsan atau pusing kepalanya hanya diberikan obat dan

istirahat sebentar lalu bekerja lagi. Dengan kondisi seperti itu, seolah-olah dari

pihak perusahaan tidak menanggapi anjuran yang diberikan oleh Dinas terkait,

Page 89: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

72

yaitu mulai memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna (promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif).

Berikut kutipan wawancara dari salah satu responden (Bpk. Wwn) :

“Kalo berbicara tentang K3 buruh selalu menjadi sasaran utama tetapi dari pihak perusahaan sama sekali tidak ada perhatian, contoh waktu istirahat hanya diberikan setengah jam, padahal kita harus berdiri selama 12 jam terus kita juga tidak diberi alat pelindung telinga padahal kondisi pabrik sangat bising dan tidak adanya makanan tambahan atau suplemen untuk buruh. Poster tentang K3 hanya sebagai penghias aja Pak ?”

Dari implementasi Promosi Kesehatan di tempat kerja dapat disimpulkan

bahwa penyuluhan tentang Promosi Kesehatan seperti dampak pestisida, dampak

serbuk kayu dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pernah dilakukan. Akan

tetapi tidak ada upaya pengawasan melalui monitoring dan evaluasi dari Dinas

terkait sehingga pola kerja lama yang tidak memperhatikan aspek kesehatan bisa

dilakukan kembali. Kondisi seperti itu seharusnya tidak terjadi karena nantinya

akan menghambat perwujudan perilaku sehat sehingga bisa berdampak negatif

pada perwujudan perilaku sehat di tingkat rumah tangga. Apabila seorang Kepala

Keluarga tidak mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan selama bekerja dan

ketika kembali ke rumah tidak ada manfaat yang bisa diberikan atau di

informasikan kepada isteri dan anak-anaknya, sehingga tidak ada pengaruh yang

besar dari implementasi Promosi Kesehatan di tempat kerja terhadap Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tingkat rumah tangga.

2. Implementasi di Institusi Pendidikan (Sekolah)

Pada dasarnya kesehatan itu dibentuk dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam kehidupan sehari-hari tersebut dihabiskan waktunya di dalam rumah (bagi

keluarga), di sekolah (bagi anak sekolah) dan di tempat kerja (bagi orang dewasa).

Perlu adanya upaya kesehatan sekolah. Upaya kesehatan sekolah merupakan

kombinasi dari pendidikan dan kesehatan yang tujuannya untuk menumbuhkan

dan membentuk perilaku hidup sehat di tingkat sekolah.

Promosi Kesehatan di sekolah pada prinsipnya untuk menciptakan sekolah

sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya.

Page 90: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

73

Dari 50 responden dalam hal ini adalah Kepala Keluarga (KK), ada 44 %

atau 22 KK yang anggota keluarganya tidak bisa diwawancara dikarenakan

anaknya sudah bekerja, tidak menamatkan sekolahnya dan memang tidak

bersekolah karena faktor biaya. Sedangkan 56 % atau 28 KK yang bisa di

wawancara karena anaknya masih sekolah. Jumlah responden yang anaknya

masih sekolah seperti ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Komposisi Jumlah Tingkat Pendidikan Anggota Responden

12

9

7

SD SLTP SLTA

Sumber : Pengkaji, hasil wawancara, 2008.

Dari hasil wawancara dengan responden dapat diinformasikan bahwa secara

umum kondisi kebersihan lingkungan sekolah (SD, SLTP maupun SLTA) sudah

baik. Hanya saja untuk tingkat SD masih ada beberapa keluhan dari responden

bahwa kondisi kelas yang sangat berdebu dan banyak nyamuknya. Yang cukup

membanggakan bahwa untuk tingkat SD, semua gurunya sangat aktif

menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi para murid, seperti mengajari wajib cuci

tangan sebelum makan, mengajari cara gosok gigi yang benar dan setiap

seminggu sekali memeriksa kebersihan kuku, gigi, rambut, telinga dan hidung.

Hal tersebut dikarenakan Guru SD yang ada di Desa Jebed Selatan sudah pernah

diberikan pelatihan dari petugas Puskesmas Jebed tentang pendidikan kesehatan.

Berkaitan dengan kondisi sebagian kelas yang lantainya tidak bertegel sehingga

sangat berdebu, memang diakui oleh salah satu responden yang kebetulan

mengajar di SD tersebut (ibu Rtn), seperti kutipan wawancara berikut ini :

“Kami guru di SD X memang menyadari dan mengakui sebagian kondisi kelas sangat memprihatinkan, tetapi mau bagaimana lagi Pak ? Kita harus menunggu anggaran tahun 2009 untuk bisa merehab lantai tersebut untuk dikeramik. Oleh karena itu Kami bersepakat untuk memberikan pendidikan kesehatan dahulu agar para murid dapat

Page 91: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

74

melakukannya di rumah atau bahkan bisa mengajari Bapak dan Ibunya hehehe.....”

Kondisi sebaliknya dirasakan oleh responden yang menduduki tingkat SLTP dan

SLTA. Menurut mereka pendidikan kesehatan sangat jarang diberikan oleh para

Guru, seperti kutipan wawancara berikut ini dengan Sdr. Dd :

“Di tempat saya sekolah (SMU X) memang tidak pernah ada guru yang memberikan arahan tentang kesehatan, palingan hanya guru BP yang selalu menegur apabila rambut saya sudah panjang dan menegur teman-teman yang ketahuan merokok tanpa memberikan pengetahuan tentang dampak dari merokok ? Kebetulan di sekolah ada UKS tapi fungsinya hanya untuk tempat membolos karena yang menjaga bukan guru BP dan tidak ada dokter jaga melainkan yang menjaga hanya seorang tenaga kontrak saja”

Tanggapan dari Sdr. Dd. di atas sangat bertolak belakang dengan situasi yang

dialami oleh Sdri. Stw yang sekolahnya (SLTA) termasuk sekolah unggulan di

Kabupaten Pemalang yang mengatakan bahwa :

“Kebetulan baru bulan lalu ada apel siaga anti narkoba dari Badan Narkotika Kabupaten, yang Inspektur Upacara adalah Bapak Wakil Bupati Kabupaten Pemalang selaku Ketua BNK Pemalang. Jadi tujuannya supaya anak sekolah jangan sampai menggunakan narkoba sekalipun hanya coba-coba karena nantinya akan berhadapan dengan hukum dan kematian. Setelah ada apel siaga tersebut di setiap kelas telah ditempel poster yang isinya bahaya narkoba dari jenisnya sampai akibatnya. Untuk UKS memang di jaga oleh dokter jaga tapi seminggu sekali pas hari Sabtu. Dokter jaga tersebut memang memberikan waktu untuk konseling tetapi waktunya sangat terbatas karena berbenturan dengan jam pelajaran. Selain itu yang sangat disesalkan ada beberapa Guru laki-laki tidak bisa dijadikan contoh karena merokok di depan murid-muridnya pada waktu mengajar”

Menurut Pengkaji kondisi yang berbeda tersebut lebih disebabkan oleh status dan

kualitas sekolah itu sendiri, yang satu sekolah swasta dan yang satunya sekolah

negeri yang bertaraf Internasional. Tetapi semua dikembalikan oleh kreativitas

dan inovasi dari petugas Puskesmas yang wilayahnya mempunyai institusi

pendidikan (sekolah). Seperti yang terjadi di Puskesmas X yang telah

menempatkan dokter PTT di sekolah-sekolah yang masuk wilayah kerja secara

bergantian.

Page 92: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

75

Dari hasil wawancara terkait implementasi Promosi Kesehatan di sekolah,

dapat disimpulkan bahwa sudah ada upaya dari petugas Puskesmas dalam

memberikan pelatihan kepada Guru SD di Desa Jebed Selatan dalam menjalankan

Promosi Kesehatan di sekolahnya masing-masing. Selain itu juga ada upaya dari

Badan Narkotika Kabupaten Pemalang dengan memberikan penjelasan kepada

anak sekolah tentang bahaya narkoba di sekolah. Hanya saja kegiatan tersebut

belum bisa menjangkau sekolah (negeri dan swasta) di Kabupaten Pemalang

secara keseluruhan. Karena Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam

implementasi Promosi Kesehatan di sekolah, maka perlu ada komitmen dan

motivasi dari Guru dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada murid-

muridnya dan sekaligus menjadi perilaku contoh bagi murid-muridnya dalam hal

kesehatan (seperti tidak merokok dan berpakaian bersih rapi).

3. Implementasi di Tempat Umum

Secara umum yang dimaksud dengan tempat umum adalah tempat dimana

orang-orang berkumpul pada waktu tertentu, seperti terminal, stasiun, pasar atau

pusat perbelanjaan. Akan tetapi, untuk wilayah Desa Jebed Selatan tidak

mempunyai fasilitas tempat umum tersebut, sehingga pertanyaan ditujukan ketika

responden sedang memanfaatkan fasilitas tempat umum tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara, hampir sebagian besar responden berpendapat

negatif dengan kondisi tempat-tempat umum yang selama ini selalu dimanfaatkan.

Responden merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi tempat umum yang

selama ini ada. Alasan yang selalu dikatakan responden adalah jorok, kotor dan

bau apabila berada di pasar dan terminal. Responden juga berpendapat

bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar bisa membuat nyaman

tempat tersebut tidak akan berhasil karena orang-orang yang berada di tempat

tersebut tidak bisa mendukung, seperti kutipan wawancara dengan Pak Krt berikut

ini :

“Saya selalu berada di terminal apabila saya berangkat kerja, saya pribadi sebenarnya merasa tidak nyaman dengan kondisi terminal yang kotor apalagi kalo musim hujan. Sebenarnya percuma saja terminal itu dibuat nyaman karena orang-orang sekitar yang tidak mendukung.”

Page 93: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

76

Apabila terminal dibandingkan dengan tempat perbelanjaan kondisinya sangat

berbeda jauh. Tetapi masih tetap saja tempat umum tersebut belum bisa

memberikan pengaruh yang besar dalam mewujudkan perilaku sehat. Sebagai

contoh di tempat perbelanjaan yang ada di Kabupaten Pemalang tidak ada poster

atau pamflet yang memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan. Berikut

kutipan tanggapan dari responden (Bpk. Znd) :

“Boro-boro terminal atau pasar mas? di Moro aja gak ada poster yang memberikan informasi tentang kesehatan.”

Melihat hasil wawancara diatas, Pengkaji menyimpulkan bahwa belum ada

pengaruh yang besar dari implementasi Promosi Kesehatan dalam mewujudkan

perilaku sehat bagi masyarakat disebabkan lingkungan sekitar belum bisa diajak

partisipasi untuk mendukung terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat. Hal

tersebut dikarenakan belum ada upaya serius dalam mempromosikan hidup bersih

dan sehat di tempat tersebut.

4. Implementasi di Institusi Kesehatan

Promosi kesehatan bukan hanya diperlukan dalam pelayanan promotif dan

preventif saja, melainkan diperlukan juga pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif

seperti rumah sakit, Puskesmas dan praktek dokter. Perbedaannya hanya terletak

pada sasarannya saja. Pada pelayanan promotif dan preventif sasarannya hanya

orang sehat, maka pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif sasaran utamanya

adalah orang sakit (pasien), orang yang sehat dan keluarga pasien.

Dilihat dari faktor psikologis, orang yang sedang sakit dan keluarganya dalam

kondisi yang tidak enak/ sakit, khawatir, cemas, bingung dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, mereka sangat memerlukan bantuan bukan saja pengobatan tetapi

bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan petunjuk dari petugas kesehatan

(perawat, bidan dan dokter) berkaitan dengan masalah atau penyakit yang mereka

alami.

Dari hasil wawancara, hampir semua responden menanggapi positif

implementasi Promosi Kesehatan di tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit,

Puskesmas dan tempat praktek dokter). Dalam kondisi sehat atau sakit, sebagai

Page 94: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

77

pasien atau penjenguk, para responden merasa mendapatkan manfaat yang lebih

dari informasi yang diberikan melalui tenaga kesehatan (perawat, bidan dan

dokter) atau bahkan melalui poster kesehatan dan audio visual (cuplikan iklan

kesehatan atau film kesehatan). Manfaat yang didapat adalah menjadi mengenal

dan mengetahui penyakit mulai dari mengenal gejala, cara penularannya,

pencegahannya sampai dengan pengobatannya. Permasalahan muncul karena

ketidaknyamanan apabila masih ada orang yang merokok di tempat pelayanan

kesehatan (rumah sakit, Puskesmas dan tempat praktek dokter) padahal sudah ada

larangan dilarang merokok.

Melihat tanggapan responden yang positif, Pengkaji menyimpulkan bahwa

implementasi Promosi Kesehatan di tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit,

Puskesmas dan tempat praktek dokter) adalah yang paling efektif dalam

memberikan informasi atau pengetahuan tentang kesehatan sehingga dapat

mewujudkan perilaku hidup sehat bagi individu dan masyarakat. Jadi menurut

Pengkaji, masyarakat harus diberikan shock therapy atau contoh terlebih dahulu

sehingga masyarakat menjadi sadar. Seperti contoh jangan hanya diberikan

penjelasan ataupun informasi melalui penyuluhan atau sosialisasi tetapi juga perlu

diperlihatkan contohnya (orang yang sudah sakit).

5. Implementasi di Rumah Tangga

Sebagaimana telah diketahui bahwa keluarga adalah tempat persemaian

manusia sebagai anggota masyarakat, bila persemaian itu jelek maka akan

berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat

yang kondusif untuk menumbuhkan perilaku sehat maka peran Promosi

Kesehatan sangat dibutuhkan. Di dalam keluarga peran seorang ibu rumah tangga

dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak sangat penting. Oleh karena itu,

sangat efektif apabila petugas Puskesmas atau bidan desa memberikan penyuluhan

kepada ibu rumah tangga tentang pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang pertanyaannya ditujukan ke ibu rumah

tangga, diperoleh informasi bahwa penyuluhan tentang pendidikan kesehatan

sudah pernah didapat dalam berbagai acara mulai dari Posyandu, arisan PKK

sampai dengan acara pengajian. Dalam acara tersebut pendidikan kesehatan

Page 95: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

78

memang sengaja diberikan kepada ibu rumah tangga dengan tujuan supaya ibu-

ibu rumah tangga dapat mempraktekkannya sendiri di rumah. Permasalahan

muncul ketika sudah berada di lingkungan rumah, dengan kegiatan rutinitas ibu

rumah tangga yang banyak mulai dari mengurus anak, suami sampai mengurus

rumah menjadikan informasi kesehatan yang diperoleh terabaikan dengan

sendirinya. Alasan kenapa ibu rumah tangga belum bisa mempraktekkan perilaku

hidup sehat karena terbentur dengan rutinitas di rumah yang sudah terlalu banyak

bahkan ada ibu rumah tangga harus membantu suaminya di sawah. Alasan

tersebut hampir 80 % dijawab oleh responden dan sisanya menjawab supaya ada

pemantauan dari petugas kesehatan, bidan atau kader kesehatan. Permintaan

dilakukannya pemantauan karena belum pernah ada petugas Puskesmas yang

memantau langsung kegiatan di rumah dan mereka berharap bukan hanya melihat

dan mendengar saja tetapi mereka ingin mempraktekkan perilaku hidup sehat

dengan adanya pendamping, seperti kutipan wawancara yang memberikan alasan

dan latar belakang pekerjaan suami yang berbeda, berikut ini :

Kutipan wawancara dari Ibu Rtnh. yang suaminya bekerja sebagai petani :

“Penyuluhan kados niku sering kulo rungoake, tapi kulo mpun katah kegiatan kulo ngurus keluarga dereng mbantu teng saben, dados bingung bade nglakokake” (“Penyuluhan seperti itu sering saya dengarkan, tetapi saya sudah banyak kegiatan untuk mengurus keluarga belum membantu di sawah, jadi bingung untuk melakukannya”)

Kutipan wawancara dari Ibu Wj. yang suaminya bekerja sebagai buruh kayu :

“Saya memang sibuk mengurus keluarga, tetapi saya ingin mempraktekkan perilaku hidup sehat itu bingung, bingungnya karena saya harus mulai dari mana ? Saya pribadi berharap selalu ada pemantauan atau pendamping agar bisa lebih mengarahkan. Karena setelah adanya pemberian informasi baru, dari petugas Puskesmas sendiri tidak ada tindak lanjutnya dengan cara memantau kerumah-rumah. Mungkin kalo langsung di datangi kita akan senang dan juga malu kalo belum dipraktekkan”

Kutipan wawancara dengan Ibu Ndrh. yang pekerjaannya sama dengan suaminya

sebagai buruh pabrik :

“Saya sudah pernah mendapatkan informasi tersebut tapi kalo melihat kondisi keluarga saya, bagaimana saya dapat mempraktekkan perilaku hidup sehat dan bagaimana saya mengajarkan ke anak-anak saya.

Page 96: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

79

Sepulang dari kerja saya pasti capek begitu pula suami saya dan bahkan ketika saya pulang anak-anak sudah berangkat sekolah. Pokoknya susah dan saya berharap ada cara lain mungkin Bapak bisa memberikan solusinya hehe...”

Dari hasil wawancara yang ditujukan ke ibu-ibu rumah tangga dapat diambil

kesimpulan bahwa secara keseluruhan upaya yang dilakukan oleh petugas

Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan sudah dapat memunculkan semangat

ibu-ibu rumah tangga untuk mempraktekkan perilaku hidup sehat. Hanya saja

permasalahan muncul disebabkan oleh kegiatan rutinitas rumah tangga dan

pekerjaan yang sudah begitu padat. Harapan mayoritas ibu-ibu rumah tangga

supaya adanya kunjungan rutin dari petugas Puskesmas atau kader kesehatan ke

setiap rumah.

6.3 Tahap Output

Setelah menggali informasi dari pelaksana program dan dari responden

terkait implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan

pada tahap proses. Langkah selanjutnya pada tahap ini adalah mengidentifikasi

sikap dan perilaku kesehatan dari petugas Puskesmas dan dari masyarakat Desa

Jebed Selatan dalam implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat

pelaksanaan.

6.3.1 Sikap dan Perilaku Masyarakat Desa Jebed Selatan Berdasarkan

Tanggapan dari Petugas Puskesmas Jebed

Masalah yang berdampak pada rendahnya sikap dan perilaku masyarakat

Desa Jebed Selatan selama implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan

tempat pelaksanaan, antara lain :

I. Implementasi pada Institusi Pendidikan (Sekolah)

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Sikap pasrah (nrimo) dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah.

b. Tidak adanya motivasi dari para guru/ Kepala Sekolah untuk memperbaiki

kondisi tersebut.

Page 97: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

80

II. Implementasi pada Institusi Kesehatan

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu dalam membawa

anaknya ke Posyandu.

III. Implementasi pada Tempat Kerja

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan

IV. Implementasi pada Rumah Tangga

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jebed Selatan (SLTP

ke bawah sebesar 58,5 %)

b. Rutinitas ibu rumah tangga ketika membantu suaminya bekerja di sawah

c. Jumlah tenaga Puskesmas yang sedikit sehingga tidak bisa menjangkau

semua rumah penduduk.

d. Minimnya dana operasional sehingga berpengaruh pada pelaksanaannya.

Selain masalah diatas, masalah sarana dan prasarana juga menjadi hambatan

masyarakat Desa Jebed Selatan dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang

mendukung terwujudnya perilaku sehat.

6.3.2 Sikap dan Perilaku Petugas Puskesmas Jebed Selatan Berdasarkan

Tanggapan dari Masyarakat Desa Jebed

Masalah yang berdampak pada rendahnya sikap dan perilaku dari Petugas

Puskesmas selama implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat

pelaksanaan, antara lain :

I. Implementasi pada Institusi Pendidikan (Sekolah)

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas dalam

memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup sehat di sekolah.

II. Implementasi pada Institusi Kesehatan

Bahwa implementasi Promosi Kesehatan di tempat pelayanan kesehatan

(rumah sakit, Puskesmas dan tempat praktek dokter) adalah yang paling

Page 98: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

81

efektif dalam memberikan informasi atau pengetahuan tentang kesehatan

sehingga dapat mewujudkan perilaku hidup sehat bagi individu dan

masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah dalam implementasi

Promosi Kesehatan pada institusi kesehatan.

III. Implementasi pada Rumah Tangga

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan

Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke

rumah warga.

IV. Implementasi pada Tempat Kerja

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari Dinas Kesehatan kepada

para petani terkait dampak pestisida.

b. Belum adanya pengawasan (monitoring dan evaluasi) dari Dinas terkait

(Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan) setelah memberikan penyuluhan tentang K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja) kepada karyawan dan pengusaha di tempat kerja

mereka.

V. Implementasi pada Tempat Umum

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

1. Belum ada upaya serius dari Dinas terkait dalam mempromosikan hidup

bersih dan sehat ditempat tersebut.

Page 99: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM

PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar

mereka dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi setempat. Sesuai

dengan kondisi setempat, dapat dijabarkan bahwa implementasi program promosi

Kesehatan harus sesuai dengan karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan.

Dari hasil evaluasi implementasi strategi promosi kesehatan di Desa Jebed

Selatan, secara garis besar masalah muncul pada PHBS tingkat rumah tangga

yaitu masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan masalah tersebut

maka Pengkaji mengambil kesimpulan bahwa ada masalah dalam implementasi

strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan. Setelah dilakuakn

evaluasi masalah yang muncul pada implementasi Promosi Kesehatan di Desa

Jebed Selatan, antara lain :

a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga

tentang kesehatan.

b. Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan

c. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan

d. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas

e. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan

Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke

rumah warga

f. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah

dilakukan penyuluhan atau sosialisasi.

Berpedoman dari masalah tersebut, maka perlu dilakukan perumusan Strategi dan

Program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi atau masalah di

masyarakat Desa Jebed Selatan melalui forum FGD.

Dalam forum FGD (focus group discussion) tersebut dilakukan proses

perencanaan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan stakeholders yang ada

di Desa Jebed Selatan. Forum tersebut dihadiri oleh stakeholders tingkat desa,

Page 100: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

83

seperti perwakilan masyarakat Desa Jebed Selatan (tokoh masyarakat dan tokoh

agama), bidan desa (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) dan kader kesehatan.

Dalam forum tersebut, setelah Pengkaji memaparkan hasil evaluasi dan

identifikasi masalah di Desa Jebed Selatan kemudian Pengkaji tawarkan ke

peserta forum untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan tersebut dimaksudkan

untuk memperoleh prioritas masalah perencanaan promosi kesehatan.

7.1 Perencanaan Promosi Kesehatan.

Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab

masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan (Notoatmodjo 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat

perencanaan promosi kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat

dibutuhkan dengan tujuan supaya menghasilkan program yang dapat

mengintervensi masalah kesehatan yang sesuai dengan kondisi yang ada, sesuai

kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan

(sustainable). Di samping itu, dengan melibatkan peserta FGD maka akan

menciptakan rasa memiliki sehingga timbul rasa tanggung jawab dan komitmen.

Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial dan

evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat kemudian

dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun Perencanaan Promosi

Kesehatan yang menggunakan kerangka kerja PRECEDE – PROCEED

(PRECEDE – PROCEED Framework)

Kerangka kerja PRECEDE – PROCEED adalah pendekatan yang digunakan

untuk kegiatan Perencanaan Promosi Kesehatan yang mengarah pada perubahan

perilaku baik individu, keluarga dan masyarakat. Pada kerangka PRECEDE

(Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and

Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas

masalah dan tujuan program. Kerangka PRECEDE terdiri dari lima fase, yaitu :

1. Fase 1 adalah Diagnosis Sosial

2. Fase 2 adalah Diagnosis Epidemiologis

3. Fase 3 adalah Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

4. Fase 4 adalah Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

Page 101: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

84

5. Fase 5 adalah Diagnosis Administrasi dan Kebijakan.

Sedangkan kerangka PROCEED terdiri dari empat fase, yaitu :

1. Fase 6 adalah Implementasi

2. Fase 7 adalah Proses Evaluasi

3. Fase 8 adalah Dampak dari Evaluasi

4. Fase 9 adalah Evaluasi Outcome

Dalam kondisi ini kerangka PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational

Construct in Educational and Environmental Development) digunakan untuk

menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi

Kerangka kerja tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Kerangka PRECEDE – PROCEED

Sumber : Notoatmodjo 2005

Lingkungan

Kualitas Hidup Sehat

Perilaku & Gaya Hidup

Reinforcing factors

Predisposing factors

Enabling factors

Pendidikan Kesehatan

Kebijakan Peraturan Organisasi

Promosi Kesehatan

Fase 6 Implementasi

Fase 7 Proses Evaluasi

Fase 8 Evaluasi Dampak

Fase 9 Evaluasi Outcome

PRECEDE

Fase 1 Diagnosis Sosial

Fase 2 Diagnosis Epidemiologis

Fase 3 Diagnosis Perilaku & Lingkungan

Fase 4 Diagnosis Pendidikan & Organisasi

Fase 5 Diagnosis Kebijakan & Administrasi

PROCEED

Page 102: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

85

7.1.1 Fase Diagnosis Sosial (Social Need Assessment)

Diagnosis sosial pada fase ini adalah proses mendapatkan karakteristik

masyarakat, persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas

hidupnya. Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk

meningkatkan kualitas hidup, sehingga melalui aspirasi tersebut dapat terwujud

partisipasi masyarakat. Pada fase diagnosis sosial ini akan merujuk dari hasil PL I

yaitu Pemetaan Sosial untuk mendapatkan karakteristik masyarakat Desa Jebed

Selatan.

Tabel 10 Karakteristik Masyarakat Desa Jebed Selatan

No. Jenis Karakteristik Data Pendukung

1 Perekonomian Sektor Pertanian Ketersediaan lahan mencapai 73,51 % dari luas wilayah desa.

2 Mata Pencaharian Mayoritas Petani dan Buruh Tani (homogen)

55,98 % atau 1260 jiwa dari 2251 jiwa mata pencaharian sebagai petani (456 jiwa) dan buruh tani (804 jiwa).

3 Tingkat Pendidikan

Masih rendah (mayoritas SLTP ke bawah)

Jumlah penduduk tamat SLTP ke bawah sebesar 58,5 % (1626 jiwa tamat SLTP dan 325 jiwa tamat SD).

4 Agama Islam 6909 jiwa (99,78 %) dari 6924 jiwa dan banyaknya organisasi lokal (majelis ta’lim/ kelompok pengajian/ yasinan, Ikatan Pemuda Masjid dan perkumpulan kematian)

5 Kepercayaan Masih percaya adanya “mitos”

Masyarakat masih mempercayai adanya “mitos” tentang kesehatan terutama “mitos ibu hamil”

6 Kesehatan Rendahnya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan rendahnya perhatian kepada lansia

Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga

Sumber : Data Pemetaan Sosial Desa Jebed Selatan, tahun 2006.

Berdasarkan hasil diagnosis karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan

diatas, dapat di simpulkan bahwa kepercayaan terhadap “mitos” masih sangat

kental di masyarakat Desa Jebed Selatan. Adanya “mitos” tersebut sangat

didukung dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. “Mitos”

Page 103: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

86

tersebut sangat berdampak pada kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA). Di kalangan masyarakat yang masih mempercayai adanya “mitos ibu

hamil”, seperti ibu hamil tidak boleh keluar rumah karena takut kandungannya

diganggu oleh mahluk halus sampai dengan “mitos makan berpantang”, yaitu ibu

hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan cumi karena takut apabila kulit anaknya

hitam padahal kandungan protein dari ikan cumi sangat tinggi yang dibutuhkan

untuk perkembangan janin. Contoh “mitos ibu hamil” tersebut ternyata

menghambat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap kesehatan, seperti

memeriksakan kehamilannya dan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Dilihat dari mata pencahariannya, masyarakat Desa Jebed Selatan tergolong

masyarakat petani dan buruh tani. Karena pendapatan yang tergolong rendah dan

belum ada penyuluhan tentang kesehatan kerja bagi petani dan buruh tani,

sehingga membuat kebutuhan akan kesehatan belum menjadi prioritas bagi

keluarga mereka. Mereka juga berpendapat bahwa untuk mendapatkan akses

kesehatan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Kondisi tersebut sangat

dirasakan ibu hamil yang kepala keluarganya bekerja sebagai buruh tani, sehingga

tidak ada jalan lain untuk memeriksakan dan melakukan persalinan oleh dukun

bayi.

Dari diagnosis diatas, peserta FGD menyimpulkan bahwa tingkat

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah yang mengakibatkan

masyarakat belum mempercayakan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah

kesehatannya. Dari sikap dan perilaku masyarakat tersebut, belum bisa

mencerminkan perilaku sehat. Berdasarkan data diatas, peserta FGD

menyimpulkan bahwa kebutuhan yang sangat mendasar di masyarakat Desa Jebed

Selatan adalah Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan

memperoleh pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan masyarakat

dapat merubah pola pikirnya dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat.

Dengan mempunyai pola pikir paradigma sehat, maka masyarakat dapat

mencegah (preventif) terjadinya penyakit dan dapat meningkatkan kesehatannya

secara mandiri tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Jadi dengan

meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan maka dengan sendirinya

sikap dan perilaku masyarakat akan lebih responsif terhadap kesehatan sehingga

Page 104: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

87

kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan terutama di

tingkat rumah tangga.

7.1.2 Fase Diagnosis Epidemiologi

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

kualitas hidup seseorang dan berdampak positif maupun negatif. Fokus pada fase

ini adalah mencari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup individu,

keluarga dan masyarakat. Pada kajian ini yang mendapatkan dampak dari masalah

tersebut adalah anggota keluarga pada tingkat rumah tangga.

Pada Tabel 11 telah ditunjukkan diagnosis masalah (hasil Peta Sosial), penyebab

masalah (hasil evaluasi strategi Promosi Kesehatan) dan kelompok yang terkena

masalah (tanggapan peserta FGD)

Tabel 11 Diagnosis Epidemiologi Promosi Kesehatan

No. Masalah (Hasil Peta Sosial)

Faktor Penyebab (Hasil Evaluasi Strategi Promosi

Kesehatan)

Kelompok yang terkena masalah

(Tanggapan peserta FGD)

1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan.

2. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan.

3. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas

4. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga

5. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi.

1. Ibu Rumah Tangga 2. Ibu Hamil 3. Bayi 4. Balita 5. Anak

Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.

Page 105: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

88

7.1.3 Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Pada fase ini tujuannya adalah mendiagnosis faktor perilaku dan faktor

lingkungan (fisik dan sosial) dari diagnosis epidemiologi (Tabel 11). Berdasarkan

pendapat dari peserta FGD dapat diidentifikasi, sebagai berikut :

1. Faktor Perilaku :

a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga

tentang kesehatan.

b. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas

c. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan

Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke

rumah warga

d. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah

dilakukan penyuluhan atau sosialisasi

2. Faktor Lingkungan :

Minimnya sarana dan prasarana kesehatan

Kemudian dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan tersebut,

langkah selanjutnya adalah dari kedua faktor tersebut dibuat urutan berdasarkan

rangking kemungkinan untuk diubah. Urutan rangking tersebut sebagai berikut :

1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA).

2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang

belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung

jawab.

3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas

4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan

Dari urutan rangking diatas, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk

rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :

Sasaran Primer : Ibu rumah tangga

Sasaran Sekunder : Anggota Keluarga (Ayah dan Anak)

Sasaran Tersier : Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan

Page 106: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

89

Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan perubahan perilaku dan lingkungan

yang ingin dicapai dalam Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

7.1.4 Fase Diagnosis Pendidikan dan Organisasional

Pada fase ini merujuk pada faktor pemudah (predisposing factors), faktor

pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).

Berdasarkan hasil analisis faktor pemudah (predisposing factors) dapat ditetapkan

tujuan pembelajaran/ pendidikan yang ingin dicapai, sebagai berikut :

1. Peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang hidup sehat terutama

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2. Anggota keluarga dapat mempraktekkan dan membudayakan hidup sehat.

Berdasarkan hasil analisis faktor pemungkin dan faktor penguat dapat ditetapkan

tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi

dan sumber daya, yaitu :

1. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan tentang pelatihan partisipatif.

2. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan agar dapat mengeluarkan

kebijakan yang responsif terhadap kesehatan terutama terhadap

pengembangan PHBS tingkat rumah tangga.

7.1.5 Fase Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Pada fase ini dilakukan analisis terhadap kebijakan, sumber daya dan

peraturan yang berlaku yang nantinya dapat memfasilitasi atau menghambat

pelaksanaan Program Promosi Kesehatan.

Pada diagnosis administratif dilakukan penilaian, sebagai berikut :

1. Sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan Program Promosi

Kesehatan adalah Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tenaga Kesehatan

Puskesmas, Bidan Desa, dan Kader Kesehatan/ Ibu-ibu TP-PKK, tetapi yang

Page 107: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

90

lebih penting adalah orang yang mempunyai komitmen untuk membuat Desa

Jebed Selatan menjadi Desa Sehat.

2. Hambatan dari pelaksana program adalah komitmen mereka terhadap

keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat

pengetahuan masyarakat yang rendah.

Pada diagnosis kebijakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi dukungan dan

hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program.

Dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di masyarakat telah diatur

oleh kebijakan Menteri Kesehatan RI dalam bentuk Keputusan Menteri, yaitu :

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/ MENKES/ SK/ X/ 2004

tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ MENKES/ SK/ VIII/ 2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/ MENKES / SK/ X/ 2004 tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)

4. Kebijakan “Kabupaten Pemalang Sehat 2010”

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) telah didukung oleh Keputusan Menteri dan pemerintah daerah.

Tetapi dalam pelaksanaan di daerah belum mendapatkan dukungan penuh dari

kalangan legislatif dan eksikutif Kabupaten Pemalang berupa Peraturan Daerah.

7.2 Rancangan Strategi dan Program Promosi Kesehatan.

Setelah mendiagnosis kerangka PRECEDE, langkah selanjutnya peserta

FGD mulai merancang Strategi dan Program Promosi Kesehatan. Dari hasil

diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan telah didapat urutan masalah

sebagai berikut :

1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA).

2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang

belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung

jawab.

3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas

Page 108: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

91

4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan.

Tujuan dari Program Promosi Kesehatan, sebagai berikut :

1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan

Program Promosi Kesehatan, antara lain :

1. Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan

Terpadu.

Untuk lebih jelasnya kerangka logis Strategi dan Program Pemberdayaan

Masyarakat seperti ditunjukkan pada Tabel 12.

Page 109: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

92

Tabel 12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan

No. Strategi dan Program Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi

Kegiatan Pihak Terkait Sumber Dana Jadwal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dalam Program Pelatihan Partisipatif

1. Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK

1. Meningkatkan ketrampilan dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Tenaga Puskesmas 2. Bidan desa 3. Tokoh Masyarakat

dan Tokoh Agama 4. Kader Kesehatan/

ibu-ibu TP-PKK

Balai Desa Jebed Selatan

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

2. Unsur Akademisi (Universitas)

APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009

Awal bulan Juli tahun 2008 – Akhir bulan Juni tahun 2009

2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pendidikan Kesehatan Terpadu

1. Revitalisasi Posyandu 2. Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) berbasis Kesehatan

3. Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak.

1. Menghidupkan lagi fungsi Posyandu yang sesungguhnya (5 meja)

2. Memberikan pengetahuan anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain.

3. Memberikan pengetahuan kepada Ibu rumah tangga tentang arti penting Kesehatan Ibu dan Anak.

1. Kader Kesehatan dan anggota TP-PKK Desa Jebed Selatan

2. Anak-anak di bawah lima tahun (terutama bagi keluarga miskin)

3. Ibu Rumah Tangga.

Balai Desa Jebed Selatan

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

2. Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)

3. Tokoh masyarakat dan tokoh agama

4. Kader kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK

5. LSM yang concern terhadap kesehatan

1. APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009

2. Swadaya

Awal bulan Juli tahun 2008 – Akhir bulan Juni tahun 2009

Sumber : Hasil Forum FGD, 2007

Page 110: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

93

7.2.1 Program Pelatihan Partisipatif

1. Latar Belakang Program

Upaya ini lebih ditujukan kepada pelaksana program seperti Tenaga

Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, dan

Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK agar lebih terampil.

2. Kegiatan program.

Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat,

Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK

3. Sasaran : Tenaga Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat

Tokoh Agama, dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK

4. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab :

a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

b) Unsur Akademisi (Universitas)

5. Lokasi Kegiatan : Desa Jebed Selatan

6. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 – akhir bulan Juni tahun 2009.

7. Sumber Dana : APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009

8. Tujuan : meningkatkan ketrampilan pelaksana program dalam melaksanakan

Pemberdayaan Masyarakat

Strategi dan Program Promosi Kesehatan tersebut tidak berhenti pada peningkatan

strata PHBS tingkat rumah tangga saja akan tetapi tetap diupayakan untuk

mengintervensi implementasi Promosi Kesehatan di kelima tempat (institusi

pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja, rumah tangga dan tempat umum) di

Desa Jebed Selatan.

7.2.2 Program Pendidikan Kesehatan Terpadu

1. Latar Belakang Program

Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi

(attitude), melainkan harus dikerjakan/ dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari

(practice). Oleh karena itu, hakekat Promosi Kesehatan ialah upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri sesuai

dengan sosial budaya setempat. Dari hakekat tersebut, individu dan masyarakat

Page 111: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

94

bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga

dalam proses pembelajaran tersebut peran pendidikan kesehatan sangat tepat.

Pendidikan Kesehatan merupakan bentuk upaya atau kegiatan untuk menciptakan

perilaku individu dan masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya

pendidikan kesehatan berupaya agar individu dan masyarakat menyadari dan

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana

menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka. Sehingga

tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat

mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.

2. Kegiatan program.

Kegiatan dalam Program Kesehatan Terpadu, antara lain :

a) Posyandu

Walaupun kegiatan ini sudah ada sebelumnya akan tetapi kegiatannya terkesan

seadanya dan fungsi dari meja kelima tidak ada (tidak berfungsi). Oleh karena

itu dengan adanya revitalisasi dalam program dengan tujuan kelima meja

tersebut dapat berfungsi kembali.

b) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Kesehatan

Dalam forum FGD, peserta sangat mengharapkan apabila generasi muda

dalam hal ini adalah anak-anak yang masih kecil dari awal sudah diberikan

pembelajaran tentang kesehatan agar kelak dewasa anak tersebut mampu

mempraktekkan hasil pembelajaran tersebut. Mengakomodir keinginan

tersebut, kemudian diusulkan kegiatan PAUD yang berbasis kesehatan.

Konsepnya tetap tempat bermain hanya saja lebih banyak memberikan

informasi tentang kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan

anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain.

c) Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Perlunya kegiatan didasari oleh kondisi nyata masyarakat Desa Jebed Selatan

dalam memberikan ASI Eksklusif bagi anaknya dan pemberian asupan

makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna0 bagi anaknya sangat rendah. Oleh

karena itu perlunya memberikan kesadaran ibu rumah tangga melalui

pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentang arti penting ASI Eksklusif

dan gizi bagi anaknya.

Page 112: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

95

3. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab :

a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

b) Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)

c) Tokoh masyarakat dan tokoh agama

d) Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK

e) LSM yang concern terhadap kesehatan

4. Lokasi Kegiatan : Balai Desa Jebed Selatan

5. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 – akhir bulan Juni tahun 2009.

6. Sumber Dana : Dana APBD Kabupaten Pemalang tahun anggaran 2008-2009

dan swadaya.

Page 113: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8.1 Kesimpulan

Dalam mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan

tempat pelaksanaan yang dijalankan di Desa Jebed Selatan menggunakan

pemikiran Green. Berikut hasil evaluasi Strategi Promosi Kesehatan .

I. Implementasi pada Institusi Pendidikan (Sekolah)

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Sikap pasrah (nrimo) dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah.

b. Tidak adanya motivasi dari para guru/ Kepala Sekolah untuk memperbaiki

kondisi tersebut.

c. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas dalam

memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup sehat di sekolah

II. Implementasi pada Institusi Kesehatan

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu dalam

membawa anaknya ke Posyandu.

III. Implementasi pada Tempat Kerja

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan

kesehatan.

b. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan

Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke

rumah warga.

c. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari Dinas Kesehatan kepada

para petani terkait dampak pestisida.

d. Belum adanya pengawasan (monitoring dan evaluasi) dari Dinas terkait

(Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan) setelah memberikan penyuluhan tentang K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja) kepada karyawan dan pengusaha di tempat kerja

mereka.

Page 114: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

97

IV. Implementasi pada Rumah Tangga

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jebed Selatan (SLTP

ke bawah sebesar 58,5 %)

b. Rutinitas ibu rumah tangga ketika membantu suaminya bekerja di sawah

c. Jumlah tenaga Puskesmas yang sedikit sehingga tidak bisa menjangkau

semua rumah penduduk.

d. Minimnya dana operasional sehingga berpengaruh pada pelaksanaannya.

V. Implementasi pada Tempat Umum

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Belum ada upaya serius dari Dinas terkait dalam mempromosikan hidup

bersih dan sehat ditempat tersebut.

Masalah yang telah teridentifikasi antara lain :

a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga

tentang kesehatan.

b. Masih rendah tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan

c. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan

d. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas

e. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan

Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke

rumah warga

f. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah

dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi.

Berpedoman hasil evaluasi tersebut, maka perlu adanya perumusan Strategi

dan Program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Desa

Jebed Selatan melalui forum FGD. Dalam forum FGD tersebut telah dirumuskan

prioritas masalah antara lain :

1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA).

Page 115: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

98

2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang

belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung

jawab.

3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas

4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan

Dari prioritas masalah tersebut, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk

rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :

Sasaran Primer : Ibu rumah tangga

Sasaran Sekunder : Anggota Keluarga (Ayah dan Anak)

Sasaran Tersier : Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan

Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan dari Program Promosi Kesehatan,

sebagai berikut :

1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan

Program Promosi Kesehatan, antara lain :

1. Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan

Terpadu.

8.2 Rekomendasi

8.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Pemalang perlu tetap melanjutkan kebijakan yang sudah berjalan yaitu dengan

memberikan prioritas pembinaan atau penyuluhan kepada masyarakat kaitannya

dengan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Selain itu, ke depan untuk

mengimplementasikan program Promosi Kesehatan harus disesuaikan dengan

masalah atau kondisi yang ada di daerah sehingga strategi Promosi Kesehatan bisa

tepat sasaran untuk mengintervensi masalah atau kondisi daerah tersebut. Tetap

membina komunikasi yang baik dan memberikan informasi yang bermanfaat

Page 116: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

99

kepada masyarakat melalui kunjungan dari rumah ke rumah yang dilakukan oleh

Tenaga Kesehatan Puskesmas sekaligus mengkampanyekan budaya Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat di tingkat rumah tangga. Informasi budaya Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat bisa disampaikan melalui media elektronik (RSPD Suara

Widuri dan Radio swasta), media cetak (koran lokal seperti Radar Tegal atau

Suara Merdeka) maupun melalui spanduk dan pamflet.

8.2.2 Pelaksana Program Promosi Kesehatan (Tokoh Masyarakat, Tokoh

Agama, Tenaga Kesehatan Puskesmas, Bidan Desa dan Kader

Kesehatan/ Ibu-Ibu TP-PKK)

Kepada pelaksana Program Promosi Kesehatan perlu menumbuhkan

komitmen dalam mewujudkan suasana yang kondusif terhadap kesehatan

sehingga keberlanjutan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan tetap

terjaga. Pelaksana Program Promosi Kesehatan juga perlu melakukan pendekatan

personal dengan cara berkunjung ke rumah atau jemput bola dalam

mengkampanyekan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat Desa Jebed

Selatan.

Page 117: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

100

DAFTAR PUSTAKA

BUKU – BUKU

Departemen Kesehatan RI. 1999. Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2006. Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga

di Kabupaten Pemalang.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2006. Profil Kesehatan Kabupaten

Pemalang.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003. Pedoman Pembinaan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006. Pedoman Program Pembinaan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah.

DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley. 2005 (edisi ke-5), Social Work: An

Empowering profession, Boston: Pearson

Febri Djatmiko, 2006. Evaluasi Pengembangan Masyarakat. Praktek Lapangan II

di Desa Jebed Selatan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang

Febri Djatmiko, 2006. Pemetaan Sosial. Praktek Lapangan I di Desa Jebed

Selatan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang

Green, Lawrence, 1980. Health Education : A Diagnosis Approach, The Jhon

Hopkins University, Mayfield Publishing Co.

Gunardi, Sarwititi S. Agung, Ninuk Purnaningsih dan Djuara P. Lubis, 2006.

Pengantar Pengembangan Masyarakat. MPPM IPB Bogor.

Hasibuan, Hubban, 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat rumah tangga di Lokasi Proyek KKG

Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004. (Tesis) Program Pasca Sarjana,

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Magister Administrasi

Kebijakan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara,

Ife, J.W. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives,

Vision, Analysis and Practice. Longman. Australia.

Page 118: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

101

Kecamatan Taman Dalam Angka, 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pemalang, Jawa Tengah.

Levy, Paul S.,1999. Sampling of Population (Methods and Applications). John

Wiley & Sons, Inc. USA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi, Jakarta.

PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta. PT.

Rineka Cipta.

Patton, Michael Quinn, 1987. Qualitative Evaluation Methods, Sage Publications,

Beverly Hills

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2005. Kebijakan Nasional

Promosi Kesehatan

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006. Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat di Rumah Tangga.

Said Rusli, Ekawati Sri Wahyuni, Melani A. Sunito, 2006. Kependudukan. MPPM

IPB Bogor

Singarimbun, M. dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta,

LP3ES.

Sitorus & Agusta. 2006. Metodologi Kajian Komunitas, Bogor. Departemen

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 1983, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Bina

Aksara,

Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.

Yogyakarta, Gava Media.

Sumardjo dan Saharudin, 2006. Metode-Metode Partisipatif dalam

Pengembangan Masyarakat. MPPM IPB Bogor.

Suharto, Edi (2005a), Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji

Masalah dan Kebijakan Sosial, Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi (2005b) (Cetakan 1), Membangun Masyarakat Memberdayakan

Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Bandung Refika Aditama

Page 119: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

102

Suharto Edi, 2006 (Cetakan 2) Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.

Bandung, PT Refika Aditama.

The Jakarta Declaration on Health Promotion Into 21st Century, The 4th

International Conference on Health Promotion, Jakarta, 1997.

Titik Sumarti dan Yusman Syaukat, 2006. Analisis Ekonomi Lokal. MPPM IPB

Bogor.

Yin, Robert, K. 2002. Studi Kasus (Desain dan Metode). Edisi Revisi. PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta

-----------,2006. Daftar Isian Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa, Desa

Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang.

-----------,2006. Daftar Isian Potensi Desa, Desa Jebed Selatan, Kecamatan

Taman, Kabupaten Pemalang.

-----------,2006. Data Penduduk/ Angkatan Kerja/ Pengangguran, Desa Jebed

Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang.

-----------,2006. Laporan Monografi, Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman,

Kabupaten Pemalang.

UNDANG – UNDANG

Undang – Undang Dasar 1945 Amandemen

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ MENKES/ SK/ VIII/ 2005 tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/ MENKES/ SK/ VIII/ 2003 tentang

Indikator Indonesia Sehat 2010

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1457/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/ MENKES / SK/ X/ 2004 tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)

Page 120: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

103

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71/ Tahun 2004, tanggal 23 Desember

2004 tentang Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan Kabupaten Pemalang Tahun 2006.

WEB SITE

www.kompas.co.id / diakses tanggal 3 September 2007

www.koalisi.org / diakses tanggal 11 Maret 2008

www.depkes.go.id, Profil Kesehatan Indonesia, 2005/ diakses tanggal 16 Januari

2008

www.kontan-online.com/ diakses tanggal 20 Januari 2008

http://web.worldbank.org/ diakses tanggal 20 Januari 2008

MAJALAH

Media Informasi Kesehatan, 2007/ terbit Vol.1, No.17, November 2007

Page 121: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

104

Page 122: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

105

INSTRUMEN WAWANCARA MENDALAM (DINAS KESEHATAN KABUPATEN )

Nama :

NIP :

Jabatan :

Instansi :

1. Apa yang dimaksud dengan Promosi Kesehatan dan PHBS ?

2. Apakah ada keterkaitan/ hubungan antara Promosi Kesehatan dengan PHBS ?

3. Apakah Promosi Kesehatan dan PHBS merupakan kebijakan dari Pusat ?

4. Dalam mengimplementasikan Promosi Kesehatan, apa saja yang dilakukan

oleh DKK ?

5. Sudah sampai mana implementasinya ?

6. Apakah ada strategi atau cara yang khusus dalam mengimplementasikannya ?

7. Apa indikator keberhasilan dari program Promosi Kesehatan ?

8. Apa indikator keberhasilan dari PHBS sendiri ?

9. Apakah DKK dalam mengimplementasikan program Promosi Kesehatan dan

PHBS memiliki kendala atau hambatan ?

10. Intervensi apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan atau kendala

tersebut ?

11. Apakah dalam mengimplementasikan program Promosi Kesehatan dan PHBS

harus mempunyai kemampuan dan keahlian yang khusus ?

12. Dalam mengimplementasikan program Promosi Kesehatan dan PHBS

didukung oleh Pemerintah Kabupaten Pemalang ? Apabila didukung,

dukungannya dalam bentuk apa ?

13. Selain DKK, Apakah ada yang peduli akan program Promosi Kesehatan dan

PHBS ?

14. Apakah dari DPRD (legislatif) dan Pemkab (eksikutif) mendukung adanya

program ini ? Apabila ada, dukungannya dalam bentuk apa ?

Lampiran 2

Page 123: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

106

INSTRUMEN WAWANCARA MENDALAM

(BIDAN DESA)

Nama :

Jabatan :

Instansi :

1. Apakah program Promosi Kesehatan sudah diimplementasikan di Desa Jebed

Selatan ?

2. Siapa yang mengimplementasikan program tersebut ?

3. Apakah ketiga strategi Promosi Kesehatan sudah diterapkan atau dilaksanakan

di Desa Jebed Selatan ?

4. Apakah ada kendala dalam mengimplementasikan strategi tersebut ?

5. Apabila strategi tersebut sudah diterapkan, Apakah ada dampak yang

dirasakan oleh masyarakat Desa Jebed Selatan, termasuk Ibu sendiri ?

6. Bagaimana kondisi PHBS di Desa Jebed Selatan sebelum dan sesudah

penerapan strategi tersebut ?

7. Apakah Anda selaku Bidan Desa, bersama dengan kader kesehatan rutin

melakukan peninjauan ke rumah-rumah warga terkait PHBS tingkat rumah

tangga ?

8. Apakah selama ini masyarakat Desa Jebed Selatan mendukung adanya

program Promosi Kesehatan ?

Lampiran 3

Page 124: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

107

INSTRUMEN WAWANCARA MENDALAM

(KEPALA DESA)

Nama :

Jabatan :

Instansi :

1. Menurut Anda, apakah perilaku masyarakat Desa Jebed Selatan sudah

mencerminkan perilaku sehat ?

Apabila sudah, apa bentuk dan bukti nyatanya ?

2. Apakah selama ini tenaga kesehatan dari Puskesmas rutin melaksanakan

penyuluhan kesehatan bagi masyarakat kaitannya dengan PHBS ?

3. Apakah sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Jebed Selatan

mampu mewujudkan perilaku sehat bagi masyarakat ?

4. Bagaimana perhatian dari tokoh masyarakat dan tokoh agama terhadap

kesehatan di Desa Jebed Selatan ini ?

5. Menurut Bapak, Apakah penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan oleh

Puskesmas atau dari DKK mempunyai manfaat bagi masyarakat Desa Jebed

Selatan ?

6. Selama Bapak menjabat jadi Kepala Desa, ide-ide atau gagasana apa yang

Bapak lakukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat Desa Jebed

Selatan ?

Lampiran 4

Page 125: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

108

INSTRUMEN WAWANCARA MENDALAM

(RESPONDEN)

Nama Kepala Keluarga (Ayah/ Ibu) :

Pekerjaan Kepala Keluarga (Ayah/Ibu) :

Jumlah Anggota Keluarga :

Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga :

Ayah : SD SLTP SLTA Diploma Sarjana

Ibu : SD SLTP SLTA Diploma Sarjana

Anak : SD SLTP SLTA Diploma Sarjana

I. Pertanyaan ditujukan kepada Kepala Keluarga (Ayah/ Ibu) atau Anggota

Keluarga (Anak) yang sudah bekerja tentang Promosi Kesehatan di

Tempat Kerja.

1. Bagi Kepala Keluarga yang mata pencahariannya sebagai petani/ buruh tani.

a. Apakah selama ini, Anda pernah mendapatkan pernyuluhan dari petugas

Puskesmas tentang dampak dari penggunaan pestisida bagi tubuh

manusia?

b. Apabila sudah, Apakah selama ini Anda mempraktekkan cara yang sesuai

dengan prosedurnya ?

2. Bagi Kepala Keluarga yang mata pencahariannya sebagai buruh kayu.

Apakah selama ini pernah ada sosialisasi tentang dampak dari serbuk/ debu

kayu untuk paru-paru dan dampak dari kebisingan untuk telinga ? Apabila

ada, siapa yang menyelenggarakan sosialisasi tersebut ?

3. Bagi Kepala Keluarga yang mata pencahariannya sebagai buruh pabrik.

a. Apakah dari dinas terkait pernah memberikan penyuluhan tentang K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat Anda bekerja ?

b. Apakah dalam bekerja diwajibkan menggunakan masker dan penutup

telinga ?

c. Berapa jam Anda diberikan waktu untuk istirahat ? dan apakah pihak

perusahaan memberikan makanan tambahan ?

Lampiran 5

Page 126: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

109

d. Apakah ada fasilitas kesehatan (poliklinik dan tenaga kesehatan) di tempat

kerja Anda ?

e. Apakah ada poster atau pamflet yang berisi pesan-pesan K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja Anda ?

II. Pertanyaan ditujukan kepada Anggota Keluarga (Anak) yang masih

Sekolah tentang Promosi Kesehatan di Institusi Pendidikan (Sekolah)

1. Bagaimana kondisi kebersihan lingkungan sekolah Anda, seperti :

a. Kebersihan kelas ?

b. Kebersihan kamar mandi/ WC ?

c. Kebersihan kantin sekolah ?

d. Kebersihan halaman sekolah ?

2. Apakah ada poster atau pamflet yang berisi pesan-pesan kesehatan tentang

larangan dan dampak merokok, narkoba dan minuman keras di mading

(majalah dinding) sekolah/ OSIS Anda ?

3. (Tingkat SLTP dan SLTA) Apakah fungsi UKS di sekolah Anda sesuai

dengan peruntukannya ? dan apakah ada dokter jaga (dokter PTT) di sekolah

Anda yang diperbantukan dari Puskesmas ?

4. (Tingkat SD) Apakah Guru Anda setiap seminggu sekali selalu memeriksa

kebersihan kuku, gigi, rambut, telinga dan hidung ? dan apakah Guru Anda

juga pernah mengajari harus cuci tangan sebelum makan ?

5. Apakah selama ini guru/ wali kelas di sekolah Anda pernah memberikan

pesan-pesan tentang kesehatan baik pada saat mengajar maupun tidak ?

6. Apakah di sekolah Anda pernah diselenggarakan ceramah umum tentang

kesehatan ?

III. Pertanyaan ditujukan kepada seluruh Anggota Keluarga tentang

Promosi Kesehatan di Tempat Umum (Terminal, Stasiun, Pasar, Pusat

Perbelanjaan, dsb)

1. Selama Anda berada di tempat umum seperti terminal, stasiun, pasar. Apakah

Anda merasakan kenyamanan ? Alasannya apa ?

2. Selama Anda berada di tempat tersebut, apakah tersedia fasilitas yang

mendukung orang berperilaku sehat, seperti tempat sampah, ruang tunggu bagi

perokok dan non-perokok ?

Page 127: UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH … · SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008. ABSTRACT FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on

110

3. Selain fasilitas tadi, apakah ada poster yang memberikan informasi tentang

cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan ?

IV. Pertanyaan ditujukan kepada Anggota Keluarga (Ibu) tentang Promosi

Kesehatan di Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas

Praktek Dokter)

1. Selama Anda memanfaatkan pelayanan kesehatan di Institusi Pelayanan

Kesehatan, bagaimana kondisi kebersihan di tempat tersebut ?

2. Apakah selama Anda memanfaatkan pelayanan kesehatan, seorang tenaga

kesehatan (perawat, bidan dan dokter) selalu memberikan anjuran tentang

pentingnya berperilaku sehat ?

3. Menurut Anda, manfaat apa yang didapat dari anjuran tersebut ?

4. Selama Anda berada di ruang tunggu, Apakah di tempat tersebut diberikan

informasi tambahan tentang pentingnya menjaga kesehatan melalui audio

visual (TV, Tape dan poster) ?

V. Pertanyaan ditujukan kepada Kepala Keluarga (Ayah dan Ibu) tentang

Promosi Kesehatan di Rumah Tangga

1. Apakah selama ini dari pihak Puskesmas (Penyuluh Kesehatan Masyarakat

dan Sanitarian) ataupun Kader Kesehatan pernah memeriksa kondisi sanitasi

dasar (akses air bersih, jamban dan saluran pembuangan air limbah) ?

2. Apakah selama ini dari pihak Puskesmas (Penyuluh Kesehatan Masyarakat

dan Sanitarian) ataupun Kader Kesehatan pernah melakukan survey seperti

yang dilakukan Saya pada saat ini ?

3. Apakah dari pihak Puskesmas (Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan

Sanitarian) ataupun Kader Kesehatan pernah memberikan penyuluhan

langsung ke rumah Anda (dor-to-dor) ?