Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa

31
SEKOLAH PEMIKIRAN PENDIRI BANGSA (TOKOH) MEGAWATI INSTITUTE Latar Belakang Perjalanan sebuah bangsa bisa diukur dari sejauh mana kemampuan generasi penerusnya menghargai pahlawannya. Menghargai pahlawan tak cukup dengan mengenal namanya sepintas lalu, melainkan mampu secara utuh memahami sendi-sendi pemikirannya dan meneladaninya demi kemaslahatan bangsa ke depan. Dewasa ini, banyak generasi bangsa yang jauh dari akar sejarah kebangsaannya, warisan perjuangan, dan pemikiran para bapak bangsa, seperti demokrasi pancasila, pendidikan (terutama pendidikan budi pekerti), penegakan hukum, penghargaan hak asasi manusia (yang tercantum dalam alenia 4 batang tubuh UUD ‘45), dan sebagainya. Mereka lebih memuja pemikiran Barat—dengan hanya mengadopsi gaya hidup semata—dan melupakan kemuliaan serta marwah pemikiran para tokoh bangsa yang memberi fondasi berdirinya negara dan bangsa ini. Bahkan, mereka mungkin saja lebih mengenal para tokoh yang berasal dari Barat daripada para tokoh bangsa. Padahal warisan dalam bentuk gagasan besar dari para tokoh bangsa sesunggunya masih sangat relevan untukdijandikan sebagai panduan dasar dalam mempertahankan, menjaga, membangun dan mengembangkan kebudayaan dan perdaban bangsa. Gagasan besar dari pendiri bangsa yang visioner seperti gagasan Bung Karno tentang internasionalisme dan kemanusiaan dapat dijadikan dasar dalam

description

Pemikir Bangsa

Transcript of Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa

Dilema Perempuan dalam Politik

SEKOLAH PEMIKIRAN PENDIRI BANGSA (TOKOH)MEGAWATI INSTITUTE

Latar BelakangPerjalanan sebuah bangsa bisa diukur dari sejauh mana kemampuan generasi penerusnya menghargai pahlawannya. Menghargai pahlawan tak cukup dengan mengenal namanya sepintas lalu, melainkan mampu secara utuh memahami sendi-sendi pemikirannya dan meneladaninya demi kemaslahatan bangsa ke depan. Dewasa ini, banyak generasi bangsa yang jauh dari akar sejarah kebangsaannya, warisan perjuangan, dan pemikiran para bapak bangsa, seperti demokrasi pancasila, pendidikan (terutama pendidikan budi pekerti), penegakan hukum, penghargaan hak asasi manusia (yang tercantum dalam alenia 4 batang tubuh UUD 45), dan sebagainya. Mereka lebih memuja pemikiran Baratdengan hanya mengadopsi gaya hidup sematadan melupakan kemuliaan serta marwah pemikiran para tokoh bangsa yang memberi fondasi berdirinya negara dan bangsa ini. Bahkan, mereka mungkin saja lebih mengenal para tokoh yang berasal dari Barat daripada para tokoh bangsa.Padahal warisan dalam bentuk gagasan besar dari para tokoh bangsa sesunggunya masih sangat relevan untukdijandikan sebagai panduan dasar dalam mempertahankan, menjaga, membangun dan mengembangkan kebudayaan dan perdaban bangsa. Gagasan besar dari pendiri bangsa yang visioner seperti gagasan Bung Karno tentang internasionalisme dan kemanusiaan dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan hubungan internasional dalam era globalisasi sekarang ini.

Selain itu, dengan mengamati kondisi saat ini yang begitu memprihatinkan, warisan perjuangan para tokoh bangsa (pemikir bangsa di berbagai bidang) seakan-akan tidak dijaga dan dihargai. Bahkan, mereka nyaris tidak lagi menjadi soko guru (pilar-pilar penting) bangsa. Karena itu, generasi bangsa tidak bisa meresapi semangat perjuangan mereka. Sehingga, Indonesia akan berada jauh dari tempat yang dicita-citakan. Karenanya, sebagai bagian dari penggerak kebangkitan bangsa, Megawati Institute terpanggil untuk menjaga warisan para pendiri bangsa dan mendistribusikannya kepada generasi muda. Dalam konteks itulah, Megawati Institute sebagai sebuah lembaga think tank yang fokus pada ideologi kerja (working ideology) Pancasila 1 Juni 1945 berkehendak untuk mentransformasikan gagasan-gagasan para tokoh bangsa yang telah membangun fondasi kemerdekaan, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, dan lain-lain. Dengan membumikan visi Pancasila 1 juni 1945 sebagai ideologi bangsa dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat Indonesia, MI harus menyegarkan kembali semangat perjuangan mereka kepada generasi bangsa saat ini.Tujuan

Adapun tujuan dari Sekolah Pemikiran tokoh ini adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan pengetahuan, kesadaran, kecintaan, dan kebanggaan akan perjuangan serta karya besar pemikiran para tokoh bangsa2. Mengembangkan strategi, metodologi dalam memadukan antara teori/pemikiran dan praktek/tindakan agar dapat dijalankan sesuai dengan posisi peran dan bidang tugas masing-masing. 3. Mampu menyebarluaskan gagasan dan pemikiran ke tengah-tengah masyarakat dalam berkontribusi terhadap lingkungan sosial politik masing-masingNAMA-NAMA TOKOH YANG AKAN DIPELAJARI

1. Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Blora, 1880-1918).Ia adalah seorang tokoh pers dan kebangkitan nasional Indonesia. Ia dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S. (Tirto Adhi Soerjo).Gerakan kebangsaannya adalah melalui jurnalisme dan media. Pemikiran Tirto yg utama adalah kaum bumiputera harus meninggalkan faham feodalisme dan memeluk faham kemajuan atau modernitas. Selain itu juga keharusan kaum bumiputera untuk berserikat dan berorganisasi untuk memperjuangkan nasibnya. Idenya tentang pentingnya pers juga mengajak kaum terdidik agar sadar akan nasib kaum rakyat jelata, dan kesengsaraan rakyat harus dikhabar. Dialah yang pertama mengawali pemakaian bahasa Indonesia untuk media di Indonesia. Ini diperkuat oleh Takashi Shiraishi lewat buku Zaman Bergerak yang menyebut Tirto Adhi Soerjo sebagai orang bumiputra pertama yang menggerakkan bangsa melalui bahasanya lewat Medan Prijaji.

Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.

Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918.Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula.

Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006.

Tirto juga memegang peranan pula dalam pembentukan Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi, yang merupakan asal mula Sarikat Islam yang kemudian berkembang ke seluruh Indonesia. Anggaran Dasar Sarikat Islam yang pertama mendapat persetujuan Tirto Adhi Soerjo sebagai ketua Sarikat Islam di Bogor dan sebagai redaktur surat kabar Medan Prijaji di Bandung.

2. R.A. KARTINI(Jawa Tengah, 21 April 1879-Jawa Tengah, 17 September 1904).

Ia juga disebut Raden Ayu Kartini. Ia adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.Setelah ia wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.

Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini (baca: Wikipedia).3. Raden Hadji Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto (Jawa Timur, 6 Agustus 1882-Yogyakarta, 17 Desember 1934). (Ia adalah akar dari pemikiran emansipasi kebangsaan Indonesia, guru dari para pemimpin bangsa ini, dan pemimpin Syarikat Islam)

Perjuangan dan semangat pengorbanannya dalam mencetak para pemimpin layak dijadikan inspirasi bagi kita semua. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai tiga murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu MUSO yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. Ketiga muridnya tersebut memainkan peranan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.Rakyat yang tertindas oleh penjajah kolonial Belanda secara ekonomi dan politik telah mengusik pemikiran dan hatinya. Pada tanggal 14-24 Juni 1916 diadakanlah Kongres Nasional pertama di Bandung. Di dalam kongres tersebut ia mengupas tentang pembentukan bangsa dan pemerintahan sendiri, sebuah langkah yang sangat berani saat itu karena bagi rakyat pribumi kemerdekaan adalah hal yang tabu untuk disampaikan; suatu langkah politik yang benar-benar berani. Ia membangun opini rakyat yang belum mengerti politik untuk berpihak terhadap perjuangannya, yaitu menuntut Indonesia merdeka.

Ketika itu pemerintah kolonial masih kuat apalagi saat itu Belanda masih menerapkan peraturan Reegerings Reglement (RR) sebuah peraturan yang berisi larangan berpolitik, berkumpul untuk membahas perjuangan kemerdekaan. Otomatis Tjokroaminoto pun harus berhadapan dengan Belanda.

Bagi Cokro, Islam adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipersatukan sebagai dasar kebangsaan yang hendak di proses menuju Indonesia. Sebuah spirit besar muncul dari diri Cokro, yakni Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Sungguh bahwa apa yang diharapkan Cokroaminoto adalah menjadikan syariah Islam sebagai solusi atas permasalahan negeri. Tokoh mercusuar syariah Islam ini wafat pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta, dan dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta. [Gus Uwik4. Tjipto Mangoenkoesoemo (Semarang, 1886-Jakarta, 8 Maret 1943).

Ia adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai Tiga Serangkai yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913, ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.

Dokter Cipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920.

Berbeda dengan kedua rekannya dalam Tiga Serangkai yang kemudian mengambil jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad. Karena sikap radikalnya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda.

Boedi Oetomo adalah organisasi yang ia dirikan. Terbentuknya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 disambut baik Cipto sebagai bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Pada kongres pertamanya di Yogyakarta, jati diri politik Cipto semakin nampak. Walaupun kongres diadakan untuk memajukan perkembangan yang serasi bagi orang Jawa, namun pada kenyataannya terjadi keretakan antara kaum konservatif dan kaum progesif yang diwakili oleh golongan muda. Keretakan ini sangat ironis mengawali suatu perpecahan ideologi yang terbuka bagi orang Jawa.

Dalam kongres yang pertama terjadi perpecahan antara Cipto dan Radjiman. Cipto menginginkan Boedi Oetomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi semua rakyat Indonesia. Organisasi ini harus menjadi pimpinan bagi rakyat dan jangan mencari hubungan dengan atasan, bupati dan pegawai tinggi lainnya. Sedangkan Radjiman ingin menjadikan Boedi Oetomo sebagai suatu gerakan kebudayaan yang bersifat Jawa (baca: Wikipedia).

5. Ki Hadjar Dewantara (Yogyakarta, 2 Mei 1889-Yogyakarta, 26 April 1959). Ia adalah seorang aktivis pergerakan Indonesia, gerakan kebangsaanya diwujudkan dalam pemberdayaan ekonomi, diantaranya adalah mendirikan Bank Bumi Putera dan Bank rakyat Indonesia. Ia juga seorang kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia sejak zaman penjajahan belanda.

Kepeduliannya yang tinggi terhadap pendidikan mendorongnya mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.

6. H. Agus Salim (Sumatera Barat,8 Oktober 1884-Jakarta, 4 November 1954). ia seorang pemimpin Gerakan kebangsaan melalui jalur diplomasi, membangun pranata kenegaraan (apa yang dibutuhkan oleh sebuah Negara yang merdeka), memberikan pemahaman pada internasional kenapa indonesia layak merdeka, ia mampu menjelaskan historisitas keindonesiaan

Karir politik Agus Salim berawal di SI, bergabung dengan HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis pada 915. Ketika kedua tokoh itu mengundurkan diri dari Volksraad sebagai wakil SI akibat kekecewaan mereka terhadap pemerintah Belanda, Agus Salim menggantikan mereka selama empat tahun (1921-1924) di lembaga itu. Tapi, sebagaimana pendahulunya, dia merasa perjuangan dari dalam tak membawa manfaat. Dia keluar dari Volksraad dan berkonsentrasi di SI.

Pada 1923, benih perpecahan mulai timbul di SI. Semaun dan kawan-kawan menghendaki SI menjadi organisasi yang condong ke kiri, sedangkan Agus Salim dan Tjokroaminoto menolaknya. Buntutnya SI terbelah dua: Semaun membentuk Sarekat Rakyat yang kemudian berubah menjadi PKI, sedangkan Agus Salim tetap bertahan di SI.

Karier politiknya sebenarnya tidak begitu mulus. Dia pernah dicurigai rekan-rekannya sebagai mata-mata karena pernah bekerja pada pemerintah. Apalagi, dia tak pernah ditangkap dan dipenjara seperti Tjokroaminoto. Tapi, beberapa tulisan dan pidato Agus Salim yang menyinggung pemerintah mematahkan tuduhan-tuduhan itu. Bahkan dia berhasil menggantikan posisi Tjokroaminoto sebagai ketua setelah pendiri SI itu meninggal dunia pada 1934.

Selain menjadi tokoh SI, Agus Salim juga merupakan salah satu pendiri Jong Islamieten Bond. Di sini dia membuat gebrakan untuk meluluhkan doktrin keagamaan yang kaku. Dalam kongres Jong Islamieten Bond ke-2 di Yogyakarta pada 1927, Agus Salim dengan persetujuan pengurus Jong Islamieten Bond menyatukan tempat duduk perempuan dan laki-laki. Ini berbeda dari kongres dua tahun sebelumnya yang dipisahkan tabir; perempuan di belakang, laki-laki di depan. Ajaran dan semangat Islam memelopori emansipasi perempuan, ujarnya.

Agus Salim pernah menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada akhir kekuasaan Jepang. Ketika Indonesia merdeka, dia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Kepiawaiannya berdiplomasi membuat dia dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta. Sesudah pengakuan kedaulatan Agus Salim ditunjuk sebagai penasehat Menteri Luar Negeri.

Dengan badannya yang kecil, di kalangan diplomatik Agus Salim dikenal dengan julukan The Grand Old Man, sebagai bentuk pengakuan atas prestasinya di bidang diplomasi.

Sebagai pribadi yang dikenal berjiwa bebas. Dia tak pernah mau dikekang oleh batasan-batasan, bahkan dia berani mendobrak tradisi Minang yang kuat. Tegas sebagai politisi, tapi sederhana dalam sikap dan keseharian. Dia berpindah-pindah rumah kontrakan ketika di Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Di rumah sederhana itulah dia menjadi pendidik bagi anak-anaknya, kecuali si bungsu, bukan memasukkannya ke pendidikan formal. Alasannya, selama hidupnya Agus Salim mendapat segalanya dari luar sekolah. Saya telah melalui jalan berlumpur akibat pendidikan kolonial, ujarnya tentang penolakannya terhadap pendidikan formal kolonial yang juga sebagai bentuk pembangkangannya terhadap kekuasaan Belanda.7. Tan Malaka (Sumatera Barat, 19 Februari 1896-Jawa Timur, 14 April 1949). Ia adalah seorang pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin sosialis, dan pendiri Partai Murba (Musyawarah Rakyat Banyak)sebuah partai politik Indonesia yang didirikan pada 7 November 1948 oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni, dan Adam Malik. Pejuang yang militan, radikal, dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris. MADILOG (Materialisme, Dialektika, Logika) adalah salah satu karyanya.

Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.

Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin. Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.

Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.

Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner.

Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.

8. Soekarno (Jawa Timur, 6 Juni 1901-Jakarta, 21 Juni 1970). Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945-1966. Ia memiliki peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Selain itu, ia juga tokoh penggagas Pancasila. Sebab, ia yang pertama kali mencetuskan Pancasila sebagai konsep dasar negara. Ia adalah proklamator kemerdekaan Indonesia bersama Mohammad Hatta yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Yang menarik dari Soekarno adalah tiga unsur pokok pemikirannya: anti-elitisme, anti-imperialisme, dan anti-kolonialisme. Menurutnya, ketiga unsur ini identik dengan nasib rakyat (Ong Hok Ham, 2005).

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta, dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni al-Quran. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.9. Mohammad Hatta (Sumatera Barat, 12 Agustus 1902-Jakarta, 14 Maret 1980). Hatta adalah seorang pejuang, negarawan, dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Meski begitu, hal tersebut tidak merusak hubungan antara mereka. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Selain itu, bandar udara internasional Jakarta juga menggunakan namanya sebagai bentuk perhargaan atas jasa-jasanya. Hatta memiliki sikap tenang dan sangat hati-hati. Ia mungkin pemikir paling logis dan paling luas bacaannya di antara para tokoh nasionalis sebelum perang kemerdekaan (Ingleson, 2005).

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Aku kagum melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat, aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan pegiat dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.

Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, "Namaku Hindania!" begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kawin lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku, rutuk Hatta lewat Hindania.

Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan, kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.

Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio tahun 1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.

10. Sutan Syahrir (Sumatera Barat, 5 Maret 1909-Zrich, Swiss, 9 April 1966).

Syahrir adalah seorang politikus dan Perdana Menteri Indonesia yang pertama (14 November 1956-3 Juli 1947). Ia juga seorang pejuang kemerdekaan bangsa bersama Soekarno dan Mohammad Hatta. Fungsi dan jasa Syahrir adalah menjadi pemikir dan nakhoda pertama bagi Indonesia yang tenang dan harus menjawab tuntutan wajibnya: melihat jauh sekali ke depan, bahkan bagaikan melalui radar. Syahrir adalah diplomat handal. Kemampuan tersebut yang membuatnya piawai dalam berpidato di muka sidang Dewan Keamanan PBB pada 14 Agustus 1947. Berhadapan dengan para wakil bangsa-bangsa sedunia, Syahrir mampu menegaskan posisi Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban aksara yang lantas dieksploitasi kaum kolonial.

Syahrir melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam. Di sana, Syahrir mendalami sosialisme. Secara sungguh-sungguh ia berkutat dengan teori-teori sosialisme. Ia akrab dengan Salomon Tas, Ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan istrinya Maria Duchateau, yang kelak dinikahi Syahrir, meski sebentar. (Kelak Syahrir menikah kembali dengan Poppy, kakak tertua dari Soedjatmoko dan Miriam Boediardjo).

Dalam tulisan kenangannya, Salomon Tas berkisah perihal Syahrir yang mencari teman-teman radikal, berkelana kian jauh ke kiri, hingga ke kalangan anarkis yang mengharamkan segala hal berbau kapitalisme dengan bertahan hidup secara kolektif saling berbagi satu sama lain kecuali sikat gigi. Demi lebih mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Syahrir pun bekerja pada Sekretariat Federasi Buruh Transportasi Internasional.

Selain menceburkan diri dalam sosialisme, Syahrir juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yang ketika itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Di awal 1930, pemerintah Hindia Belanda kian bengis terhadap organisasi pergerakan nasional, dengan aksi razia dan memenjarakan pemimpin pergerakan di tanah air, yang berbuntut pembubaran Partai Nasional Indonesia (PNI) oleh aktivis PNI sendiri. Berita tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis PI di Belanda. Mereka selalu menyerukan agar pergerakan jangan jadi melempem lantaran pemimpinnya dipenjarakan. Seruan itu mereka sampaikan lewat tulisan. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di Daulat Rakjat, majalah milik Pendidikan Nasional Indonesia, dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik.

Pengujung tahun 1931, Syahrir meninggalkan kampusnya untuk kembali ke tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional. Syahrir segera bergabung dalam organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI Baru), yang pada Juni 1932 diketuainya. Pengalaman mencemplungkan diri dalam dunia proletar ia praktekkan di tanah air. Syahrir terjun dalam pergerakan buruh. Ia memuat banyak tulisannya tentang perburuhan dalam Daulat Rakyat. Ia juga kerap berbicara perihal pergerakan buruh dalam forum-forum politik. Mei 1933, Syahrir didaulat menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia.

Hatta kemudian kembali ke tanah air pada Agustus 1932, segera pula ia memimpin PNI Baru. Bersama Hatta, Syahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi pencetak kader-kader pergerakan. Berdasarkan analisis pemerintahan kolonial Belanda, gerakan politik Hatta dan Syahrir dalam PNI Baru justru lebih radikal dibanding Soekarno dengan PNI-nya yang mengandalkan mobilisasi massa. PNI Baru, menurut polisi kolonial, cukup sebanding dengan organisasi Barat. Meski tanpa aksi massa dan agitasi; secara cerdas, lamban namun pasti, PNI Baru mendidik kader-kader pergerakan yang siap bergerak ke arah tujuan revolusionernya.

Karena takut akan potensi revolusioner PNI Baru, pada Februari 1934, pemerintah kolonial Belanda menangkap, memenjarakan, kemudian membuang Syahrir, Hatta, dan beberapa pemimpin PNI Baru ke Boven-Digoel. Hampir setahun dalam kawasan malaria di Papua itu, Hatta dan Syahrir dipindahkan ke Bandaneira untuk menjalani masa pembuangan selama enam tahun.

11. Mohammad Natsir (Sumatera Barat, 17 Juli 1908-Jakarta, 6 Februari 1993). Ia adalah perdana menteri kelima, pendiri dan pemimpin partai politik Masyumi, dan salah seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia. Natsir adalah orang yang berbicara penuh dengan sopan santun, rendah hati, dan bersuara lembut meski terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sangat bersahaja dan kadang-kadang gemar bercanda dengan siapa saja yang menjadi teman bicaranya.

Natsir dikenal sebagai salah seorang pemikir, pemimpin politik Indonesia, dan tokoh dunia Islam. Ketika ia mendaftarkan diri menjadi anggota Partai Islam Indonesia (PII) dan terpilih menjadi ketua cabang itu di Bandung pada awal tahun 1940, ia mulai melibatkan diri dalam politik. Ia aktif pula dalam kepemimpinana Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI), suatu badan federasi organisasi social dan politik Islam yang didirikan menjelang akhir penjajahan Belanda di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), ia menjadi kepala bagian Pendidikan Kotamadya Bandung merangkap sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pada masa itu pula, ia aktif dalam kepemimpinan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dibentuk atas inisiatif pemerintahan militer Jepang. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, ia tampil menjadi salah seorang politikus dan pemimpin Negara.

Karir Natsir sebagai seorang politikus tidak berjalan mulus. Oposisinya terhadap Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin dan penolakannya yang keras terhadap komunisme, menyebabkannya bergabung dengan kaum pembangkang yang awalnya digerakkan panglima-panglima militer di daerah. Oposisi ini akhirnya merebak menjadi pergolakan bersenjata setelah mereka membentuk PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) (Yusril, 1994). Natsir pun akhir menyerah dengan amnesty dari pemerintah. Meski begitu, ia tidak menyerah untuk menumbuhkan suasana kehidupan politik yang lebih baik dan demokratis sesuai dengan konstitusi.NARASUMBER: Dr. Yudi latif, JJ rizal, Airlangga Pribadi, Dr. Anhar gonggong, Prof. Dr. Taufik Abdullah, Rocki Gerung, Bonnie Tryana, Dr. Asvi Warman Adam, Dr. Baskara T. Wardaya, Prof Dr. Zulhasril Nasir, Hilmar Farid, Dr. Ahmad Suhelmi, Dr. Ignas Kleden, Peter Kasenda, Dr. Ahmad Suhelmi.METODE STUDY1. Memberikan pemahaman yang sama tentang grand theory dari studi serial pemikiran tokoh pendiri bangsa ini. Tujuannya, agar di dalam benak peserta ada persamaan pemahaman terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan pemikiran tokoh. Hal ini penting, karena sebuah pemikiran akan selalu menuju kepada ideology (gagasan utama, ekonomi, politik, kebudayaan, kebangsaan, internasionalisme, sosialisme).2. Mempelajari bagaimana sejarah lahirnya gagasan tersebut, apa hal hal yang mengilhami pemikiran para tokoh, keluarga, sekolah, organisasi, pengalaman politik, pengalaman perjuangan lainnya.3. Menggunakan tinjauan pemikiran ekonomi politik/sosiologi sebagai salah satu pisau bedah yakni dengan memperhatikan 1) aktor-aktor yang mewarnai pemikiran, 2). relasi diantara aktor dan 3). aspek-aspek struktural (kekuasaan) dan sosial kultural lainnya.4. Melihat khazanah umum/global produk pemikiran dan para pemikir itu sendiri setelah 45. Melihat berbagai bentuk respon global yang pernah dilakukan sebagai bagian dari upaya mempertahankan eksistensi nasional. SILABUS

1Filsafat Merumuskan gariS filasafat pemikiran yang dianut. Menjelaskan tokoh/filusuf nasional dan internasional, yang mempengaruhinya.

2Teori Gagasan utama yang dibangun baik dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dll. Apa hal yang baru dan bersifat alternatif dari gagasan tersebut.

3Sejarah Mempelajari latar belakang historis dari mana gagasan atau pemikiran tersebut lahir. Bagaimana proses pertarungan (kontradiksi) yang mendasari gagasan dan perubahan-perubahan situasi yang menyertainya.

4Peran Aktor Bagaimana posisi yang bersangkutan dalam ekonomi, politik dan sosial. Sangat perlu dijelaskan posisinya dalam suatu situasi penting, langkah dan tindakan apa yang diambil dalam situasi tersebut.

Relasi actorHubungan dirinya dengan actor lainnya didalam proses interaksi pemikiran. Penting dijelaskan siapa mempengaruhi siapa dan siapa yang menjadi determinan dalam perubahan yang terjadi.

Distribusi sumber-sumber Menjelaskan distribusi kekuasaan dan alat-alat kekuasaan yang menentukan produk/kebijakan yang dihasilkan.

Relasi InternasionalHubungan internasional yang membentuk pemikiran, tindakan dan pilihan-pilihan gagasan dan kebijakan.

5.Sosial KulturalMempelajari aspek Pendidikan, Lingkungan, Keluarga, adat istiadat dan Habitus(kebiasaan) lainnya yang berpengaruh kuat terhadap gagasan utama.

6.Objectif Mempelajari relevansi filsafat pemikiran dalam menganalisis kondisi obyektif saat ini dan apakah dapat menjadi alternatif bagi perubahan sosial ke arah kemajuan.

SYARAT-SYARAT PESERTA1. Memberikan karya tulis, 2 halaman A 4, mengapa mereka megikuti sekolah pemikiran tokoh ini.

2. Foto 4 X 6 berwarna, 2 lembar

3. Mengikuti aturan2 selama studi berlangsung

KETERANGAN

1. Sekolah ini tidak dipungut biaya

2. Syarat-syarat peserta dikirim paling lambat tgl 13 juni 2011, melalui email: [email protected]. Peserta harus melalui proses seleksi karya tulis. Peserta yang lolos seleksi akan diumumkan pada 17 juni 2011, melalui website Megawati insititute

4. Quota bagi mahasiswa adalah 12 peserta, dari 25 kursi peserta yang tersedia

5. Kelas diselenggarakan setiap hari rabu, 2 kali dalam sebulan, selama 6 bulan6. Kelas perdana dimulai pada minggu ketiga bulan juni 2011

7. Kelas dimulai pukl 13.00 sd 16.30

JADWAL KELAS (TENTATIVE)SEKOLAH PEMIKIRAN PENDIRI BANGSA

No.Bulan (2011)TokohNarasumber

1.20 JuniPeluncuran Sekolah sekaligus

Kelas umum pertama: (Geneologi pemikiran para pendiri bangsa)Dr. Yudi Latif

2.22 JuniTirto Adhi SoerjoHilmar Farid

3.06 JuliKartiniJJ Rizal

4.20 JuliTan MalakaBonnie Triyana

5.03 AgustusTjokroaminotoDr. Anhar Gonggong

6.18 AgustusKi Hajar DewantaraDr. Baskara T. Wardaya

7.07 SeptemberAgus SalimDr. Taufik Abdullah

8.21 SeptemberTjipto MangoenkoesoemoAirlangga Pribadi

9.05 OktoberSoekarno 1Peter Kasenda

10.19 Oktober Soekarno 2Dr. Asvi Warman Adam

11.02 NovemberM. HattaIgnaz Kleden

12.16 NovemberSutan SyahrirRocky Gerung

13.30 NovemberM. NatsirDr. Ahmad Suhelmi

14.07 DesemberKelas PenutupDr. Yudi Latif