Sekapur Pdkpp.go.id/wp-content/uploads/2019/01/nl_april_2017.pdfDEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA...

16

Transcript of Sekapur Pdkpp.go.id/wp-content/uploads/2019/01/nl_april_2017.pdfDEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA...

Sekapur Sirih

2 NewsletterDKPP | APRIL 2017

Susunan RedaksiPenerbit DKPP RI

Pengarah Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H

Dr. Nur Hidayat Sardini, S.Sos, M.Si Saut Hamonangan Sirait, M.Th

Prof. Dr. Anna Erliyana, S.H, M.H Dr. Valina Singka Subekti, M.Si

Ida Budhiati, SH, MH.Endang Wihdatiningtyas, S.H

Penanggung JawabGunawan Suswantoro, SH, M.Si

RedakturAhmad Khumaidi, SH, MH

EditorYusuf Hds, S.Si, MA

Dini Yamashita S.Pi, MT Dr. Osbin Samosir

SekretariatUmi Nazifah

Rahman Yasin Diah Widyawati

Prasetya Agung Nugroho Nur Khotimah

Fotografer Irmawanti

Arif SyarwaniTeten Jamaludin

Desain Grafis/LayoutSandhi Setiawan

Pembuat ArtikelTim Humas DKPP Alamat Redaksi

Jalan M.H Thamrin No. 14 Lt. 5 Jakarta Pusat, 10350.

Telp./Fax (021) 31922450

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILUDKPP

Warta DKPPAnggota Baru KPU dan Bawaslu Berkenalan dengan DKPP

Pentingnya Pencegahan Persoalan Etika dalam Penyelenggaraan Pemilu

hlm. 3-4

Kupas Tuntas Rotasi Kepemimpinan, Cermin Kesinambungan Sebuah Institusi

hlm. 5-7

Berita SidangDKPP Gelar Sidang Kode Etik Untuk Pertama Kalinya di Yogyakarta

hlm. 8

Kolom AnggotaPerkiraan pelaksanaan “perkawinan Pemilu tahun 2019”, atau “Pemilu Lima Kotak Suara Pemilu tahun 2019”

hlm. 9

Ketok PaluKetua KPU DKI Jakarta Mendapatkan Sanksi Peringatan

hlm. 10

DKPP UpdateEtika Sebagai Solusi Permasalahan Bangsa

hlm. 11

Kuliah EtikaInstitusionalisasi Kaida Etika Konstitusi Dalam Praktik Penegakan Kode Etik

hlm. 12-13

Sisi LainKuasa Khusus Pengadu Minta Majelis Hakim Klarifikasi Legalitas Sidang

hlm. 14

Info PustakaKomunikasi Politik Mempertahankan Integritas Akademisi, Politikus, dan Negarawan

hlm. 15

Parade Fotohlm. 16

Daftar Isi

Newsletter DKPP dapat di download melalui website www.dkpp.go.id

Pergantian estafet kepemimpinan merupakan suatu proses yang wajar dalam suatu organisasi, baik di eselon puncak, tengah, maupun

rendah. Bagi organisasi, pergantian terse-but merupakan cermin kesinambungan dalam membangun tradisi estafet sebagai syarat penting kemajuan. Diharapkan pergantian ini mempunyai dampak ter- hadap keseluruhan proses organisasi menuju ke arah tercapainya tujuan orga- nisasi. Dampak yang paling tampak bah-wa setiap pergantian kepemimpinan akan membawa perubahan bagi organisasi, khususnya budaya dan ‘warna’ organisasi sesuai dengan karakter pemimpinan yang baru.

Perubahan-perubahan dapat menuju kearah yang lebih baik, menurun atau mungkin akan tetap. Kepemimpinan yang baik akan membawa organisasi ke arah yang positif dan memiliki budaya organisasi yang kuat. Selain itu kemam-puan manajerial yang baik dari pemimpin juga akan mampu mengembangkan budaya organisasi sesuai dengan visi yang diharapkan. Melalui visi yang kuat, maka seluruh elemen pendukung juga akan

terdorong untuk lebih berprestasi secara bersama-sama, selalu berbuat dan ber-pikir inovatif sehingga keberlangsungan organisasi juga akan lebih baik lagi.

Bawaslu RI sebagai sebuah lembaga penyelenggara pemilu juga harus melalui estafet kepemimpinan. Pimpinan periode 2012-2017 yang telah habis masa tugasn-ya digantikan dengan pemimpin baru yang akan memimpin periode berikutnya 2017-2022. Pergantian ini diiringi dengan sederet prestasi dan keberhasilan yang telah dicapai Bawaslu periode 2012-2017.

Tantangan yang dihadapi Bawaslu dan KPU periode 2017-2022 tidaklah mudah karena akan dibayangi sosok dan kinerja penyelenggara sebelumnya. Penyeleng-gara baru pastinya harus meneruskan dan meningkatkan prestasi yang telah ditorehkan penyelenggara sebelumnya. Untuk KPU yakni transparansi, indepen-densi, dan komunikasi publik. Sedangkan Bawaslu harus semaksimal mungkin meningkatkan penegakan hukum Pemilu serta pencegahan pelanggaran Pemilu. Jangan lupa penyelenggara Pemilu harus dapat beradaptasi dengan undang- undang Pemilu yang baru kemudian men-gaplikasikan ke dalam peraturan KPU. Bawaslu bahkan akan mulai melakukan rekrutmen anggota Bawaslu provinsi pada Agustus 2017.

Pengalaman Pimpinan Bawaslu perio-de 2017-2022 dalam dunia kepemiluan, baik penyelenggara di tingkat pusat mau-pun daerah, semoga dapat menjadi mo-dal untuk menghadapi sejumlah tantang- an yang akan dihadapi kedepannya. g

Estafet Kepemimpinan Penyelenggara Pemilu

Warta DKPP

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 3

Anggota Baru KPU dan Bawaslu Berkenalan dengan DKPP

Rapat paripurna DPR pada Kamis (6/4) telah menyetujui nama- nama Anggota KPU dan Bawaslu yang terpilih lewat uji

kelayakan (fit and proper test) di Komisi II. Ada tujuh orang untuk KPU dan lima orang untuk Bawaslu. Seusai meng-hadiri rapat paripurna DPR, mereka diundang ke kantor Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) di Jalan Thamrin 14, Jakarta.

Tampak hadir dalam pertemuan ter- sebut Ketua DKPP Prof. Jimly Asshid-diqie serta Anggota yaitu Prof. Anna Erliyana, Dr. Nur Hidayat Sardini, Dr. Valina Singka Subekti, dan Saut Hamonangan Sirait. Hadir pula para komisioner KPU dan Bawaslu lama seperti Sigit Pamungkas dan Ida Bud-hiati (KPU) serta Prof. Muhammad, Nelson Simanjuntak, dan Endang Wih-datiningtyas (Bawaslu).

Anggota KPU baru yang hadir adalah Pramono Ubaid Tanthowi, Wahyu Se-tiawan, dan Ilham Saputra. Sedangkan Anggota Bawaslu baru yang hadir ada-lah Ratna Dewi Pettalolo, Mochammad Afifuddin, Rahmad Bagja, Fritz Edward Siregar, dan Abhan.

Ketua DKPP Prof. Jimly dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada para anggota KPU dan Bawaslu yang telah terpilih. Dia menyampaikan, pertemuan antara DKPP bersama Anggota KPU dan Bawaslu lama den-gan Anggota KPU dan Bawaslu baru pertama-tama tujuannya untuk saling mengenal. Di samping itu, Prof Jimly

DK

PP

/ SA

ND

HI

menginginkan antara yang lama dan baru harus ada kesinambungan.

“Saya kira yang terpilih ini semua ba-

gus. Apalagi di KPU ada dua petahana,” ungkap Prof. Jimly.

Prof. Jimly juga menyinggung soal

keanggotaan DKPP dari dua lembaga itu atau biasa disebut dengan anggota DKPP ex officio. Saat ini dua ex officio dari KPU adalah Ida Budhiati dan dari Bawaslu Endang Wihdatiningtyas. Kedua nama tersebut tidak lolos dalam seleksi KPU dan Bawaslu. Per 12 April 2017 masa jabatan mereka telah habis.

Sementara, masa jabatan DKPP baru berakhir pada 12 Juni 2017, atau masih ada waktu dua bulan. Secara hukum, masa jabatan kedua nama itu di DKPP sebenarnya masih dua bulan. Akan tetapi, Prof. Jimly, melihat tidak baik kesannya kalau keduanya bertahan di DKPP.

“Ini soal sepele, tapi bisa berakibat serius. Kalau misalnya ada putusan DKPP setelah 12 April tetapi masih ada tanda tangan Bu Ida atau Bu Endang, padahal mereka sudah tidak di KPU dan Bawaslu, nanti ada yang bilang tidak sah. Begitu juga, kalau kami tinggal berlima, kalau ada satu saja yang tidak ikut rapat, tidak akan kuorum,” terang Prof Jimly.

Untuk itu, dia meminta secepatnya setelah anggota KPU dan Bawaslu baru dilantik segera menunjuk perwakilan di DKPP. Persoalan ini baru pertama kali terjadi, karena sebelumnya belum pernah ada contoh yang sama terkait mekanisme pergantian anggota KPU dan Bawaslu di DKPP setelah masa jabatan berakhir.

“Saya juga akan membuat surat ke Presiden. Intinya jangan sampai ada kekosongan,” tutur dia. g

Arif Syarwani

Ketua DKPP Prof. Jimly Asshiddiqie meminta secepatnya setelah anggota KPU

dan Bawaslu baru dilantik segera menunjuk

perwakilan di DKPP. Persoalan ini

baru pertama kali terjadi, karena sebelumnya belum pernah ada contoh yang sama terkait mekanisme

pergantian anggota KPU dan Bawaslu di DKPP setelah masa jabatan

berakhir

Warta DKPP

4 NewsletterDKPP | APRIL 2017

Kita ingin pemilu menghasilkan

pejabat-pejabat publik yang bisa diandalkan.

Jadi, penyelenggaraan pemilu

tak boleh lepas dari etika

Pentingnya Pencegahan Persoalan Etika dalam Penyelenggaraan Pemilu

Ketua DKPP Prof. Jimly Asshidiqie menjadi keynote speech dalam kegiatan Semi- nar Nasional XXVII AIPI (Asosi-

asi Ilmu Politik Indonesia) dengan tema “Pemilu Serentak 2019” yang bertem-pat di Universitas Gajah Mada, Yogya-karta, Kamis (27/4). Kegiatan yang di- prakarsai oleh AIPI bekerjasama deng-an Dewan Kohormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL UGM) dihadiri kurang lebih seratus orang yang ter-diri dari anggota dan pengurus AIPI, anggota legislatif, mahasiswa, dosen, dan para praktisi politik serta elemen- elemen lainnya.

Ketua DKPP menyatakan bahwa kualitas penyelenggaraan pemilu harus ditingkatkan, salah satunya melalui penguatan etika. Dirinya mengingat- kan bahwa pencegahan persoalan eti- ka dalam konteks penyelenggaraan pemilu sangat penting. Penyeleng-garaan pemilu akan berfungsi efektif apabila tidak hanya mengandalkan peraturan hukum (rule of law) tetapi juga peraturan etika (rule of ethics), sehingga menimbulkan integritas, agar demokrasi tidak sekedar formalistik dan prosedural.

“Dari pengalaman selama ini, sum- ber persoalan etika bukan hanya ber-asal dari penyelenggara pemilu saja, tetapi lebih banyak dari peserta pemilu, yaitu partai politik dan kandidat,” ung-kap Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia itu.

DK

PP

/ SA

ND

HI

Jadi, tidak hanya etika penyeleng-gara pemilu, tetapi juga etika peserta pemilu. Ia menilai DKPP butuh ditrans- formasi menjadi Dewan Etik Penyeleng-garaan Umum (DEPU).

“Bukan hanya etika penyelenggara pemilu yang harus dijaga, tapi juga etika peserta pemilu karena ini sumbermasalahnya. Kita ingin pemilu meng-hasilkan pejabat-pejabat publik yang bisa diandalkan. Jadi, penyelenggaraan pemilu tak boleh lepas dari etika,”

Ketua DKPP Prof. Jimly Asshidiqie menjadi keynote speech dalam kegiatan Seminar Nasional XXVII AIPI di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

pungkas Ketua ICMI periode 2015-2020.Selain itu, Ketua DKPP juga meng-

usulkan supaya pelanggaran etik oleh peserta pemilu harus diberikan sanksi tegas, misalnya sanksi diskualifikasi. Menurutnya sanksi seperti itu lebih ditakuti dari pada sanksi hukum yang berupa hukuman penjara.

“Hukum itu tidak mungkin bisa tegak kalau kehidupan bersama kita tidak beretika. Seperti etika politik, etika pemilu, harus jadi pegangan untuk menjamin terciptanya pemilu yang berintegritas,” tutupnya.

Seminar Nasional ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum AIPI Alfitra Salam, dilanjutkan perwakilan UGM yang diwakili Dekan FISIPOL UGM Wawan Mas’udi, dan resmi dibuka dengan pemukulan gong oleh GubernurD.I Yogyakarta Sri Sultan Hamengku-buwono X. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo sebagai keynote speech meng-awali pembahasan pemilu serentak 2019 dan dilanjutkan oleh Ketua DKPP Prof. Jimly Asshiddiqie.

Tampak hadir narasumber utama lainnya seperti Pengurus Pusat AIPI Prof. Syamsudin Haris, Anggota DKPP RI Dr. Nur Hidayat Sardini, Komisioner KPU RI Hasyim Asy’ari, Ketua Pansus RUU Pemilu Lukman Edy, dan Man- tan Ketua Bawaslu RI Bambang Eka C.W. g

Sandhi Setiawan

Kupas Tuntas

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 5

Rotasi Kepemimpinan, Cermin Kesinambungan Sebuah Institusi

Presiden Joko Widodo telah me- lantik tujuh orang komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan lima orang anggota Badan

Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Istana Negara, Selasa (11/4/2017). Tujuh komi-sioner KPU adalah Ilham Saputra, Evi Novida Ginting Manik, Wahyu Setia- wan, Pramono Ubaid Tanthowi, Hasyim Asy’ari, Arief Budiman dan Viryan. Me- reka dilantik berdasarkan Surat Kepu-tusan Presiden Nomor 43 Tahun 2017. Sedangkan, lima anggota Bawaslu ada-lah Ratna Dewi Pettalolo, Mochammad Afifudin, Rahmat Bagja, M. Abhan dan Fritz Edward Siregar. Mereka dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2017.

Sekretaris Jenderal Bawaslu meng-gelar acara Pisah Sambut Pimpinan Bawaslu Periode 2012-2017 dan Pim-pinan Bawaslu Periode 2017-2022 deng-an Sekretariat Jenderal Bawaslu RI, Rabu (12/4) di halaman parkir Gedung Bawaslu. Selain pimpinan Bawaslu dari dua periode tersebut, hadir juga ketua DKPP Prof. Jimly Asshiddiqie dan ang- gota Dr. Nur Hidayat Sardini, anggota Bawaslu provinsi se-Indonesia, serta jajaran pejabat dan staf di lingkungan sekretariat jenderal Bawaslu dan DKPP.

Menurut Ketua DKPP acara yang digelar Bawaslu ini merupakan cermin dari kesinambungan sebuah institusi dalam membangun tradisi estafet se- bagai syarat penting kemajuan pe-radaban bangsa. “Tak usah mengejar jabatan, yang penting memberi man-

faat sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara,” kata Prof. Jimly.

“Masih tidak ada tradisi budaya estafet kepemimpinan dalam institusi, ada tapi rendah. Pejabat baru membuat kebijakan baru, mendefinisikan per- aturan baru. Pejabat harus bisa me- misahkan mana urusan pribadi, mana urusan kantor. Yang sering kali terjadi

DK

PP

/TE

TEN

adalah campur aduk,” lanjut dia lagi.Di akhir sambutannya Ketua DKPP

berpesan kepada semua agar ikut bang-ga dan mensyukuri atas prestasi yang telah dicapai oleh Bawaslu periode yang sebelumnya dan tetap menjaga kultur kesinambungan jangan sampai putus.

Sementara itu Prof. Muhammad dalam sambutannya menyampaikan

Masih ada cita-cita

yang belum terwujud

yakni membangun Graha Pemilu,

mudah-mudahan Graha pemilu ini dapat terwujud

dalam periode ini

empat hal yang telah dicapai dalam masa kepemimpinan Bawaslu Periode 2012-2017. Pertama, Bawaslu periode 2012-2017 telah melahirkan 34 Bawaslu provinsi di seluruh Indonesia. Kedua, di era Bawaslu periode 2012-2017 pula tiga unsur penyelenggara Pemilu, yakni KPU, Bawaslu dan DKPP.

Ketiga, Bawaslu periode 2012-2017 mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI, me- nerima penghargaan LAKIB peringkat B kemudian membuat IKP (Indeks Kerawanan Pemilu) yang berbasis penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Dan keempat, Sekretaris Jenderal Bawaslu pertama lahir saat Bawaslu periode 2012-2017 ini.

“Bawaslu periode pak NHS (Nur Hidayat Sardini-red) adalah yang paling monumental, beliau adalah Ketua Bawaslu pertama. Pionir, Guru sekaligus teman diskusi. Kami-kami inilah pengganti ketua Bawaslu selanjutnya,” kata Muhammad.

“Masih ada cita-cita yang belum terwujud yakni membangun Graha Pemilu, mudah-mudahan Graha pemilu ini dapat terwujud dalam periode ini,” sambungnya.

Muhammad juga memberikan apre-siasi kepada Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro. Menurut dia, Sekjen Bawaslu pertama ini adalah orang yang terlibat langsung dalam pembahasan dan penyusunan UU Pemilu. “Beliau hafal pasal demi pasal , kata per kata

Kupas Tuntas

6 NewsletterDKPP | APRIL 2017

kompleksitas permasalahannya. Ang- gota yang baru dilantik ini mulai ber-tugas pada 13 April 2017, mereka hanya punya waktu tujuh hari saja untuk ber- adaptasi. Belajar dari pengalaman Pilkada DKI Jakarta putaran pertama, DKPP mengusulkan untuk memberikan ruangan kepada kedua pasangan calon di kantor KPU DKI. Ini bertujuan agar komunikasi dapat berjalan dengan baik antara penyelenggara dengan peserta.

Tantangan selanjutnya adalah tahun 2018 akan diselenggarakan Pilkada Serentak di 171 daerah pemilihan dan 17 provinsi. Ada Pemilihan Gubernur di provinsi-provinsi besar di mana partai politik pasti memiliki kepentingan politik yang besar. Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018 akan jadi baro-meter kinerja KPU dan Bawaslu RI menuju 2019 karena Tahapan Pemilu Serentak 2019 yang menggabungkan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) yang tahap-annya akan dimulai sejak Oktober 2017.

Kemudian bayang-bayang sosok dan kinerja penyelenggara sebelumnya. Penyelenggara baru pastinya harus meneruskan dan meningkatkan pres- tasi yang telah ditorehkan penyeleng-gara sebelumnya. Untuk KPU yakni transparansi, independensi, dan komunikasi publik. Sedangkan untuk Bawaslu harus semaksimal mungkin meningkatkan penegakan hukum Pemilu serta pencegahan pelanggaran Pemilu. Jangan lupa penyelenggara Pemilu harus dapat beradaptasi dengan undang-undang Pemilu yang baru ke-mudian mengaplikasikan ke dalam peraturan KPU. Bawaslu bahkan akan mulai melakukan rekrutmen anggota Bawaslu provinsi pada Agustus 2017. D

KP

P/ I

RM

AWA

NTI

dalam UU Pemilu. Selain itu di bawah kepemimpinan pak Sekjen sinergi ko-munikasi dengan sekretariat sebagai supporting unit dapat menghadirkan suasana ‘sorga’ di Bawaslu. Suasana yang akomodatif, responsif dan biro- krasi yang melayani dengan mem-bangun suasana seperti keluarga yang saling menghargai,” urainya.

Menurut Guru Besar Ilmu Politik Univeritas Hasanuddin, Makassar ini lebih baik menjadi pemimpin yang baik dan jangan mengharap menjadi peja-bat. Pemimpin lebih bersahaja dan menyelamatkan. Dia berpesan agar Bawaslu terus mengembangkan sinergi yang harmonis antara sekretariat deng- an komisioner. Khusus kepada Sekjen Muhammad menitipkan staf non-PNS sebagai salah satu unit yang men-dukung kinerja lembaga. Diakhir sam- butannya Prof. Muhammad menyam-paikan rasa terima kasih yang tulus dari dalam hari kepada Bawaslu di seluruh Indonesia, Panwaslu kab/kota, Panwascam dan PPL.

Dijumpai di tempat yang berbeda Anggota DKPP, Saut H. Sirait menegas- kan bahwa Komisioner KPU dan Bawaslu RI periode 2017-2022 bukan- lah orang baru dalam dunia ke-Pemilu- an. Mereka pernah terlibat langsung sebagai penyelenggara baik di tingkat pusat maupun di daerah. Meskipun demikian, tantangan yang akan di-hadapi mereka ke depan akan lebih besar. Namun demikian mereka (Bawaslu & KPU-red) dihadapkan dengan sejumlah tantangan.

Tantangan berat pertama adalah Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang diselenggarakan pada 19 April 2017. Pilkada ini paling menyita per-hatian masyarakat dengan segala

Kami sepakat mau mengembangkan

perkumpulan sekolah pemilu.

Lembaga ini kegiatannya di antaranya

akan memberikan pembinaan kepada

penyelenggara Pemilu, bikin sertifikasi, dan

training-training

Kupas Tuntas

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 7

Penyelenggara berkejaran dengan waktu.

“Dan yang paling berat karena sistem Pemilunya serentak. Serentak pasti lebih rumit-lah. Pileg dan Pilpresjadi satu. Apalagi Pilkada juga disatu-kan. Persoalan besar dalam Pemilu adalah tentang Daftar Pemilih Tetap (DPT). Ini harus menjadi fokus. Se- lanjutnya bagaimana menjaga hubung-an baik dan kerja sama dengan peme- rintah dan DPR namun tetap dalam koridor menjaga independensi dan kemandirian KPU. Komunikasi dan minta masukan dari DPR dan Peme-rintah itu perlu, namun dalam mengam-bil keputusan, KPU tetap tidak boleh diintervensi”, terang Saut.

Saut memberikan saran kepada penyelenggara Pemilu periode 2017-2022 untuk membangun hubungan psikologis untuk mengurangi tensi-tensi emosi pada Pileg dan Pilpres ke depan. Dengan terjalinnya hubungan psikologis yang baik, hal ini akan mem- bawa pada suasana damai dalam masyarakat dan dapat mengurai hal-hal yang mendatangkan ketegangan. Sikap dari penyelenggara akan benar-benar diuji. Tidak hanya terkait apakah mereka berpihak atau tidak. Namun bagaimana mereka memulai keindahan relasi, baik di internal maupun ke Komisi II, kepada partai-partai, serta masyarakat yang aktif sebagai pegiat Pemilu. DKPP juga mengusulkan bagai-mana mengelola, memperbaiki dan mereformasikan partai politik. Ada regulasi yang mengatur etika partai politik dan pasangan calon sebagai peserta Pemilu.

“Bukan hanya etika penyelenggara, tetapi etika peserta dan etika calon harus disusun juga. Yang berintegritas itu bukan hanya penyelenggara. Karena, semua etika penyelenggara, polanya itu atau selalu berkaitan deng- an etika peserta dan etika calon. Apa-lagi kalau urusuan suap-menyuap,” kata Saut.

Beberapa hari usai pisah sambut atau tepatnya Jumat (21/4), DKPP menginisiasi pertemuan antara KPU dan Bawaslu purna tugas dan KPU Bawaslu periode 2017 - 2022 serta DKPP. Pertemuan dilakukan di ruang sidang DKPP, Gedung Bawaslu lantai 5, Jakarta. Selain para anggota KPU dan Bawaslu periode 2012-2017, pertemuan ini juga dihadiri oleh anggota KPU dan Bawaslu yang baru terpilih. Pertemuan dipimpin langsung oleh Ketua DKPP Prof. Jimly Asshiddiqie didampingi Ketua KPU Arif Budiman dan Ketua Bawaslu Abhan.

Tampak hadir komisioner KPU purna tugas yakni Juri Ardiantoro, Hadar NafisGumay, Sigit Pamungkas, Ida Budhiati, dan Ferry Kurnia Rizkiyansyah. Sedang- kan dari Bawaslu lama yang hadir ada-lah Muhammad, Nelson Simanjuntak, Nasrullah, Daniel Zuchron, dan Endang Wihdatiningtyas.

Ketua DKPP Prof. Jimly dalam ke- terangan persnya mengatakan, per- temuan ini dimaksudkan untuk men-jaga silaturahmi para penyelenggara Pemilu baik yang sudah selesai masa baktinya maupun yang masih men-jabat. Kepada yang purna tugas, Prof. Jimly berharap mereka tetap berkomit- men untuk terlibat dalam kepemiluan.

“Pada intinya yang purna tugas tetap kita minta untuk memikirkan bagaimana sistem kepemiluan kita. Dan Alhamdulillah mereka antusias sekali,” ungkap Prof Jimly.

Prof. Jimly menambahkan, para mantan penyelenggara Pemilu tersebut memiliki banyak pengalaman dalam kepemiluan. Sangat disayangkan jika pengalaman itu tidak dikembangkan dan ditularkan kepada masyarakat. Hasil pertemuan, menurutnya, telah disepakati akan dibentuk sebuah lem-baga yang memiliki concern kepada dunia kepemiluan.

“Kami sepakat mau mengembang-kan perkumpulan sekolah pemilu. Lembaga ini kegiatannya di antaranya akan memberikan pembinaan kepada penyelenggara Pemilu, bikin sertifikasi, dan training-training,” terang dia.

Pembentukan lembaga tersebut, terang Prof Jimly, dilatarbelakangi oleh banyaknya jumlah penyelenggara Pemilu di Indonesia. Pada Pemilu 2019 nanti diperkirakan jumlah penyeleng-gara Pemilu bisa mencapai lebih dari 5 juta orang mulai dari pusat sampai tingkat TPS. Oleh karena itu, lembaga ini jauh-jauh hari akan mempersiapkan orang-orangnya.

“Saat ini prioritas penyelenggaranya dulu. Kalau ada dananya partai juga akan kita training. Fokusnya penyeleng-gara yang jumlahnya banyak itu. Khu-susnya penyelenggara tingkat kabupa- ten dan kecamatan ke bawah. Sumber masalahnya selama ini dari situ, dari kecamatan ke bawah,” pungkas Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Jakarta tersebut. g

Diah Widyawati

Berita Sidang

8 NewsletterDKPP | APRIL 2017

DKPP Gelar Sidang Kode Etik Untuk Pertama Kalinya di Yogyakarta

Agus Muhammad Yasin, Pilkeska Hi-ranurpika, dan Iwan Ferdian Susanto

selaku Ketua dan Anggota Panwas Kota Yogyakarta mengadukan beberapa Ket-ua PPK di Kota Yogyakarta terkait pelaksanaan Pilkada Kota Yogyakarta. Mereka yang diadukan yaitu Ketua PPK Danurejan, Ari Nupikso-jati; Ketua PPK Umbulharjo, Suwendro dan Ketua PPK Gondokusuman, Setia Edi Ariwijaya.

Dalam persidangan yang digelar di Kantor Bawaslu Provinsi Yogyakarta, Ari Nupiksojati diduga melang-gar asas transparansi dan akuntabilitas penyelenggara Pemilu karena tidak menindaklanjuti Rekomendasi Panwas-cam Danurejan pada saat Pleno Reka-pitulasi Perolehan Suara di Kecamatan Danurejan. Pokok aduan yang sama juga ditujukan kepada Suwendro dan Setia Edi Ariwijaya. Perbedaannya pada lokasi kejadian, dimana untuk Teradu Suwendro di Kecamatan Umbulharjo dan Teradu Setia Edi Ariwijaya di Keca-matan Gondokusuman.

Dalil yang dituduhkan para Penga-du dibantah dengan jelas oleh para Teradu. Dalam sidang pemeriksaan Ari menjelaskan jika telah menindaklanjuti Rekomendasi Panwascam Danurejan sesuai dengan ketentuan peraturan. Selain itu juga dijelaskan proses reka-pitulasi suara pada tingkat Kecamatan Danurejan telah dilaksanakan dengan transparan dan akuntabel. Bantahan tersebut juga disertai dengan salinan Formulir Model DA2-KWK Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta.

Bantahan juga disampaikan oleh Suwendro. Dia menjelaskan jika telah menjelaskan Rekomendasi Panwascam Umbulharjo dengan membuka surat su-ara tidak sah untuk Kelurahan Mujamu-ju dan kelurahan Tahunan. Suwendro menyampaikan jika pembukaan surat suara tidak sah di kedua kecamatan itu merupakan permintaan saksi paslon no-mor urut 1 dan tidak disetujui oleh saksi paslon nomor urut 2. Namun atas per-timbangan panwas, akhirnya disepakati untuk Kelurahan Mujamuju surat suara dapat dibuka dengan sampling setiap 15 surat suara diambil satu surat suara saja. Sedangkan untuk Kelurahan Tahu-nan, diambil contoh surat suara tidak sah sebanyak 38 lembar.

“PPK Umbulharjo sudah membuka surat suara tidak sah untuk Kelurahan Mujamuju dan Tahunan, bahkan ketua Panwascam Umbulharjo meminta pros-es rekapitulasi dilanjutkan tanpa perlu lagi membuka membuka surat suara tidak sah dengan bukti form model DA2-KWK,” terang Suwendro.

Sama seperti dua teradu lainnya, Setia Edi Ariwijaya juga membantah dalil aduan yang disampaikan Pengadu. Dirinya selaku Ketua PPK Gondokusu-man telah menindaklanjuti Rekomen-dasi Panwascam Gondokusuman. “PPK Gondokusuman telah menindaklanjuti saran Panwascam Gondokusuman untuk tidak membuka surat suara tidak sah di TPS 4 Kotabaru dengan mengacu

Ketua PPK Danurejandiduga melanggar

asas transparansi dan akuntabilitas

penyelenggara Pemilu karena tidak

menindaklanjuti Rekomendasi Panwascam Danurejan

pada saat Pleno Rekapitulasi Perolehan

Suara di Kecamatan Danureja

DK

PP

/ PR

AS

ETY

A

pada PKPU Nomor 15 Tahun 2016 Pasal 20,” jelas Setia Edi.

Ditambahkan Setia Edi, permasala-han untuk Kecamatan Gondokusuman terjadi saat proses rekapitulasi TPS 4 Kotabaru. Saksi paslon nomor urut 1 meminta pembukaan surat suara tidak sah untuk TPS 4 karena didapat informasi dari saksi paslon nomor urut 1 di tingkat TPS, ada surat suara tidak sah yang disebabkan coblosan yang terlalu besar sehingga harus dihitung ulang. Namun permintaan ini ditolak saksi paslon nomor urut 2 karena tidak ada perbedaan dan selisih hasil di TPS 4 maupun perbedaan di Form C1-KWK.

Kejadian pada rekapitulasi untuk TPS 4 Kotabaru berujung pada perdebatan apakah surat suara tidak perlu dibuka atau tidak. Sehingga untuk menenga-hinya PPK meminta rekomendasi Pan-wascam Gondokusuman, Heri Sugianto, yang hadir dalam Pleno Penghitungan Suara tingkat Kecamatan Gondokusu-man. “Secara lisan rekomendasi dari Sdr. Heri Sugianto mempersilakan PPK melakukan usaha yang terbaik dengan dasar kearifan lokal,” ujar Setia Edi.

Selaku Ketua Majelis dalam sidang ini, Anna Erliyana dengan didampingi Tim Pemeriksa Daerah (TPD) Provinsi D.I Yogyakarta. Mereka adalah Nur Azizah, Siti Ghoniyatun, Ani Rohyati dan Muhammad Najib. Hadir pula para pihak terkait yang merupakan penye-lenggara Pemilu di tingkat Kecamatan Danurejan, Umbulharjo dan Gondo-kusuman. Sidang yang dilaksanakan pada, Sabtu (22/4) tercatat dalam sejarah DKPP sebagai sidang pemerik-saan kode etik yang pertama kali bagi penyelenggara Pemilu di Provinsi D.I Yogyakarta. g

Prasetya Agung N

Kolom Anggota

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 9

DK

PP

/ SA

ND

HI

Perkiraan pelaksanaan “perkawinan Pemilu tahun 2019”, atau “Pemilu Lima Kotak Suara Pemilu tahun 2019”

Pemilu Tahun 2019 tidak akan berbeda dengan “model Pemilu Lima kotak” dalam Pemilu Lampung Tahun 2014, baik dari

relativitas ketentuan peraturan perun-dang-undangan, maupun jenis-jenis Pemilu.Pembentuk Undang-Undang (DPR dan Pemerintah) sekarang tengah membahas RUU Penyelenggaraan Pemilu, bahkan dalam hemat saya, jauh akan lebih rumit daripada Pemilu Tahun 2014 yang lampau. Peluang untuk me-nempatkan Pemilu tahun 2019 sebagai “Pemilu dengan tantangan integritas” berangkat dari asumsi apabila Sistem Pemilu adalah proporsional dengan daftar calon terbuka dan lebih-lebih penentuan melalui suara terbanyak sebagaimana Pemilu tahun 2009”, kemungkinan besar konotasi Pemilu ”brutal, masif, dan terang-terangan” untuk menggambarkan Pemilu tahun 2014, bakal terulang dalam Pemilu tahun 2019.

Perjalanan demokrasi elektoral sejak runtuhnya Orde Baru telah meng-hasilkan sebanyak 1.230 kali Pemilu. Harus diyakini bahwa tradisi demokrasi elektoral telah menemukan “form terbaiknya”. Karena tumbuh optimisme bahwa Pemilu tahun 2019 akan berjalan dengan baik, mengingat baik penye-lenggara Pemilu, pemilih, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya, telah terbiasa dengan penyelenggaraan Pemilu.Para penyelenggara Pemilu telah mahir dengan tugas, wewenang, dan kewajibannya.

Meskipun demikian, khusus untuk

Pemilu tahun 2019, ada cukup alasan bagi kita untuk khawatir, karena ter-dapatnya alasan-alasan yang sebagian di antaranya telah tergambar dalam Pemilu Lampung Tahun 2019 di atas. Alasan-alasan kekhwatiran kita ber-sumber dari sejumlah isu, yakni: Pemilu serentak “model Lampung” setidaknya sedikit memberi gambaran mengenai ”perkawainan dua Pemilu”; Pemilu tahun 2019 adalah Pemilu pengalaman baru, atau Pemilu eksperimen pertama

Perkiraan problematika Pemilu tahun 2019

tidak lagi meliputi hal-hal yang bersifat eksistensial,

namun bersifat klerikal, teknikal, dan administrasi.

dalam perkembangan demokrasi elek-toral kita; Dari sisi teknik kepemiluan, Pemilu tahun 2019 memiliki perkiraan kompleks, baik bersumber dari fak-tor-faktor objektif dan faktor-faktor subjektif kita; Ibarat sepakbola, dalam setiap Pemilu selalu terjadi pelangga-ran-pelanggaran.

Problematika teknik tersebut sejalan dengan data-data pelanggaran se-lama pelaksanaan Pemilu Legislatif secara nasional, terdapat keadaaan

yang memerlihatkan bahwa “Hari H Pemilu” memang mendorong alasan untuk kita khawatir. Perkiraan kecend-erungan Pemilu tahun 2019 terkait pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, akan didominasi oleh pelang-garan pengadaan dan distribusi suara, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perolehan suara, pen-etapan hasil rekapitulasi suara, dan hal itu semua disebabkan dari proses yang belum tuntas di TPS.

Perkiraan problematika Pemilu tahun 2019 tidak lagi meliputi hal-hal yang bersifat eksistensial, namun bersi-fat klerikal, teknikal, dan administrasi, sembari juga mewaspadai hubungan antara hal-hal tersebut yang berakibat pada pencideraan integritas Pemilu. Meskipun pengalaman baru, Indonesia pernah mempunyai pengalaman dalam menyelenggarakan Pemilu serentak, sebagaimana ditunjukkan dalam Pemilu Lampung Tahun 2014. Dari pengalaman Pemilu Lampung Tahun 2014, kita dapat memetik pelajaran bahwa gamba-ran perlunya peningkatan kapasitas, integritas, dan kemandirian penyeleng-gara Pemilu memegang peran utama. Usaha untuk meningkatkan kapasitas penyelenggara Pemilu, adalah hal yang mutlak guna mengantisipasi segala ke-mungkinan terhadap potensi ancaman integritas termasuk sistem kontrol yang ketat. Manipulasi suara bermula dari jenjang TPS, dan karena itu perhatian penyelenggara Pemilu seyogyanya dititikberatkan pada capcity building terhadap KPPS. g

Diah Widyawati

Ketok Palu

10 NewsletterDKPP | APRIL 2017

Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menjatuhkan

sanksi berupa peringatan terhadap Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno. Putusan disebut disampaikan dalam sidang dengan agenda pembacaan 9 Putusan di Ruang Sidang DKPP, Jalan MH Thamrin No. 14 pada Jumat (7/4) pukul 14.00 WIB.

Selaku ketua majelis Jimly Asshiddiqie, Nur Hi-dayat Sardini, Saut H Sirait, Ida Budhiati, Valina Singka Subekti, dan Anna Erliyana. Pengadu, Adhel Setiawan dari Sekjen Forum Silatu- rahmi Alumni HMI Lintas Generasi, Yuliana Zahara Mega dari Perkumpulan Cinta Ahok, Munathsir Mustaman, Advokat Cinta

Ketua KPU DKI Jakarta Mendapatkan Sanksi Peringatan

Tanah Air (ACTA). Sementara Teradu, selain Sumarno Teradu I yang juga ketua KPU DKI Jakarta, Anggota KPU DKI Jakarta Dahliah Umar selaku Teradu II, dan Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mi-mah Susanti, Teradu III.

Sanksi terhadap Sumarno terkait dengan pengaduan dari Perkumpulan Cinta Ahok (Perkumpulan Cinhok). Per-kumpulan Cinhok mendalilkan bahwa Teradu I sebagai penyelenggara pe- milihan kepala daerah diduga membe- rikan perlakuan yang berbeda kepada masing-masing pasangan calon Guber-nur dan Wakil Gubernur. Pada tanggal 4 Maret 2017 Teradu I menelantarkan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 dengan tidak memberikan keterangan atau kepastian kapan rapat pleno pene- tapan pasangan calon akan dimulai di Hotel Borobudur. Pada saat bersamaan Teradu I malah makan malam bersama dengan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor Urut 3 di ruang- an yang berbeda.

Dalam pertimbangan putusan yang dibacakan oleh Nur Hidayat Sardini, menjelaskan, DKPP berpendapat Ter- adu I beserta jajaran seyogianya mem-perbaiki pola kinerja dan cara komuni- kasi. Bahwa akibat peristiwa Borobu- dur, yang tersiar secara luas bukan hanya di Indonesia tapi juga ke pelbagai belahan dunia, telah menimbulkan damaging process of trust, mendegrada- si kepercayaan masyarakat terhadap

kemampuan penyelenggara pemilu di Indonesia. “DKPP berpendapat Teradu I terbukti melanggar kode etik Penye-lenggara Pemilihan Umum pasal 10 huruf b tentang memperlakukan secara sama setiap calon, peserta Pemilu, calon pemilih, dan pihak lain yang terlibat dalam proses Pemilu; dan Pasal 15 huruf a perihal menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih dan peserta sesuai dengan standar profesional administrasi penyelenggaraan Pemilu,” katanya.

Sumarno juga diadukan terkait dengan pemasangan profile picture demo 212 pada aplikasi media sosial Whatsapp, pertemuan dengan Anies Baswedan saat PSU di Kalibata, ber-sama anggota KPU DKI Jakarta serta Ketua Bawaslu DKI Jakarta menerima honor usai menjadi pemateri dalam acara sosialisasi di salah satu paslon. Terhadap dalil-dalil pengaduan terse-but, DKPP menyatakan tidak melang-gar kode etik. Hanya saja memberikan catatan kepada Teradu I untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan tu-gasnya sebagai penyelenggara pemilu.

Ada pun terkait dengan honor, mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.02/2016,

DK

PP

/ TE

TEN

honor bagi eselon 2 maksimal 1 juta rupiah (per orang/jam) dan ketentuan pasal 9 huruf g Kode Etik Penyenggara Pemilu mengatur honor yang diterima para Teradu masih dalam batas ke-bolehan. Penerimaan honorarium dari pasangan calon bagi penyelenggara pemilu memang tidak dilarang. Namun dalam tindakan etis tidak hanya seka-dar berkutat pada larangan atau tidak dilarang (sense of ethics). “Di masa yang akan datang, idealnya, Penyelenggara Pemilu tidak diperkenankan menerima honor atau bayaran dari paslon/partai di luar tunjangan resmi dan perlu untuk diatur secara resmi dalam peraturan per undang-undangan,” jelas dia.

Sikap kehatian-hatian pun mesti dit-ingkatkan kepada Teradu Dahliah Umar dan Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti. Teradu II dan III tidak terbukti melanggar Kode Etik Penyelenggara Pemilu, namun perlu meningkatkan kehati-hatian dan profesionalisme di masa yang akan datang. “DKPP mere-habilitasi Teradu II Dahliah Umar selaku Anggota KPU Provinsi DKI Jakarta dan Teradu III Mimah Susanti selaku Ketua merangkap Anggota Bawaslu Provinsi DKI jakarta,” pungkas Nur Hidayat yang juga dosen di FISIP Undip itu..g

Teten Jamaludin

Di masa yang akan datang, idealnya, Penyelenggara Pemilu tidak diperkenankan menerima honor atau bayaran dari paslon/partai di luar tunjangan resmi dan perlu untuk diatur secara resmi dalam peraturan per undang-undangan

DKPP Update

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 11

Etika Sebagai Solusi Permasalahan Bangsa*** Ketika Hukum Tidak Lagi Efektif

Rabu (5/4) pukul 09.00 WIB di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, muncul gagasan besar untuk perbaikan bangsa ini. Konferen-

si Etika Nasional dalam Kehidupan Ber- bangsa dan Bernegara Prakonferensi I. Kegiatan ini terbentuk hasil jalin kerja- sama tiga lembaga: Majelis Permusya- waratan Rakyat, Komisi Yudisial, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.

Hadir dalam acara ini para ketua dari tiga lembaga tersebut. Mereka adalah Dr. (HC) Zulkifli Hasan, S.E., M.M., Prof. Dr. Aidul Fitriciada Azhari S.H., M.Hum, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, masing-masing dari MPR, KY, dan DKPP.

Saut H. Sirait, selaku penanggung jawab acara ini menjelaskan latar be- lakang kegiatan ini menurutnya, pe- laksanaan acara ini merupakan buah pemikiran sekaligus rekomendasi loka- karya yang diselenggarakan DKPP dengan sejumlah perguruan tinggi. Kemudian pihaknya menindaklanjuti gagasan tersebut. “Untuk merealisasi-kan gagasan ini, tidak bisa dikerjakan cuma satu lembaga. Sehingga kami menggandeng MPR dan KY,” jelas anggota DKPP itu.

Saut menjelaskan bahwa landasan hukum dan etika konferensi ini sangat kuat, yakni Ketetapan MPR Nomor VI tahun 2001 yang berbunyi bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Saut menambahkan bahwa pada poin c Tap MPR tersebut, etika kehidup-an berbangsa dewasa ini mengalami kemunduran yang turut menyebabkan terjadinya krisis multidimensi. Selanjut-nya, pada poin d, diperlukan adanya rumusan tentang pokok-pokok etika kehidupan berbangsa sebagai acuan dari bagian pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia dalam menyelamat-kan dan meningkatkan mutu kehidupan berbangsa.

“Pada sidang umum tahun 1996, PBB mengeluarkan resolusi dalam sidang agar seluruh negara anggota mendirikan badan etik pada setiap kantor publik. Sebagai negara anggota PBB, Indonesia terikat dengan keputus-an badan tersebut,” tutupnya.

Jimly Asshiddiqie menambahkan, telah lima tahun ia menangani pene-gakan kode etik penyelenggara Pemilu. Selama tahun itu banyak pelajaran yang bisa dijadikan hikmah. Dari pelajaran-pelajaran yang dipetik itu, sehingga

terbitlah sejumlah buku yang ia tulis. “Selama lima tahun ini sama dengan

membaca buku selama lima puluh tahunan baca buku pelajaran di perpus-takaan,” ujar dia.

Selama lima tahun itu, dia menyim-pulkan, pentingnya penegakan etika dalam kehidupan berbangsa dan ber- negara. Pendekatan hukum saat ini sudah tidak efektif lagi. Dia mencon-tohkan, semua negara mempraktikan penjara sebagai solusi dalam penegak-an hukum. Sementara praktik kejahat-

DO

K. D

KP

P

an tidak berkurang. “Penjara-penjara mengalami over capacity. Penjara bukan lagi solusi,” ujarnya.

Dia menawarkan sistem pendekatan etika yang di-install resmi dalam sistem bernegara. Tujuannya untuk menyela-matkan atau mengawal institusi publik. “Sanksi etika bukan bersifat meng-hukum melainkan mendidik,” kata guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia.

Ketua Komisi Yudisial RI Aidul Fitri-ciada Azhari dalam sambutannya pun

Sanksi etika bukan

bersifat menghukum melainkan mendidik

sependapat terhadap penegakan etika dalam kehidupan berbangsa dan ber- negara. Selama ini pendekatan hukum selalu menjadi acuan. Padahal semesti- nya instrumen sosial lebih dikedepan-kan. Dia mencontohkan best practice di China dan Singapura. “China sebelum tahun 60-an mengedapankan hukum sebagai, ternyata tidak berfungsi. Lalu setelah tahun 60-an, China mulai meng-ubah kebijakan lebih mengedapankan budaya. China menjadi negara maju. Sama seperti Singapura, mengedepan-kan budaya disiplin, Singapura menjadi negara maju. Best practice lainnya, Negara Korea Selatan dan Jepang,” katanya.

Dalam acara ini hadir sejumlah tamu undangan. Lembaga yang sudah hadir: Dewan Etik Hakim Konstitusi, Mahka-mah Kehormatan Dewan, Mahkamah Partai Golkar, Mahkamah Partai Gerin-dra, Mahkamah Partai PPP, Mahkamah Partai Hanura, Dewan Kehormatan Peradi, Komisi Kejaksaan, Komisi Yudisial, PP Muhamadiyah, PGI, KWI, WALUBI, Parisada Hindu Dharma, TRISAKTI, KPU RI, BAWASLU RI, Maje- lis Kehormatan Etika Kedokteran Indo-nesia, LIPI, dan lain-lain. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan membuka secara resmi kegiatan Kon- ferensi Etika Nasional Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Pra Konfe-rensi I. Peresmian ditandai dengan pe- mukulan gong dengan disaksikan oleh Ketua Komisi Yudisial Aidul Fitriciada Azhari dan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshiddi-qie. g

Teten Jamaludin

Kuliah Etik

12 NewsletterDKPP | APRIL 2017

Institusionalisasi Kaida Etika Konstitusi Dalam Praktik Penegakan Kode Etik

Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia

dalam masyarakat madani, kebutuhan akan praktik kegiatan berorganisasi itu menjadi keniscayaan. Karena itu, masyarakat madani semakin disadari sebagai masyarakat yang terorganisasi atau masyarakat yang berorganisasi. Sedangkan, setiap organisasi masyarakat madani tersebut diidealkan selalu memiliki naskah anggaran dasar sebagai konstitusi sosial yang mencerminkan roh atau jiwa UUD 1945.

Jika anggaran dasar semua jenis dan macam bentuk organisasi masyarakat dapat dijadikan perwujudan dari nilai-nilai etika dan hukum konstitusi yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945, maka niscaya anggaran dasar semua jenis dan bentuk organsasi yang ada dapat difungsikan sebagai sarana pemasyarakatan dan pembumian nilai-nilai kehidupan berkonstitusi dalam perikehidupan masyarakat madani yang teratur dan terorganisasi. Karena itu, sudah seharusnya, semua anggaran dasar organisasi kemasyarakatan dipahami sebagai konstitusi sosial, dan bahkan disebut saja dengan istilah konstitusi, asalkan isinya dilengkapi dengan materi yang berkaitan (i) hak-hak asasi manusia dan hak-hak asasi warga atau anggota, dan (ii) kaidah-kaidah etika konstitusi yang dapat dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk kode etik yang didukung dengan pelembangan institusi penegaknya dalam praktik. Keduanya memuat dan mengandung pelbagai nilai-nilai universal tentang kemanusiaan yang adil dan beradab yang dapat mengangkat dan menuntun warga atau anggota ke arah standar peradaban kemanusiaan universal dan kekhususan-kekhususan internal masing-masing organisasi.

Dengan demikian, setiap warga bangsa kita, baik yang hidup di desa maupun di kota, berstatus sebagai ‘warga masyarakat madani’ yang terorganisasi atau aktif berorganisasi, dan sekaligus sebagai warga negara yang aktif bernegara. Setiap warga bangsa adalah warga masyarakat madani dan warga negara Republik Indonesia yang sadar hidup bersama

Di zaman sekarang, haruslah disadari bahwa semakin tinggi tingkat peradaban masyara- kat, semakin banyak pula

warga negara yang aktif dan terlibat dalam pelbagai aneka aktifitas organi- sasi-organisasi masyarakat madani. Bahkan, semakin modern tingkat perkembangan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat kebutuhan kita akan organisasi. Berorganisasi itu menjadi sesuatu yang bersifat ‘imperative’ atau disebut oleh para sarjana dengan istilah ‘organizational imperatives’. Seperti dikemukakan oleh Alan Scheffer,

“In the landscape of today’s working world, organizations are the fundamental and defining structures within which we work, produce, and get things done. Very few people now

work outside of an organization. The pervasiveness of organizations is now so complete that we take them as a given and no longer question the rationale behind their existence”.

Di dunia kerja dewasa ini, organisasi merupakan landasan dan sekaligus menentukan struktur tempat kita bekerja, memproduksi, dan menyelesaikan segala urusan. Sekarang, hanya sedikit saja orang yang bekerja di luar kerangka organisasi. Di mana-mana orang berorgansiasi dan bekerja dalam kerangka organisasi, sehingga semua orang menerima ogranisasi sebagai suatu kenyataan yang tidak lagi dipersoalkan alasan keberadaannya. Karena itu, seriring dengan tumbuh dan berkembangnya kesadaran tentang keberadaban

“In the landscape of today’s working world,

organizations are the fundamental and defining structures within which we work, produce, and

get things done. Very few people now work outside

of an organization. The pervasiveness of organizations

is now so complete that we take them as a given and no longer question

the rationale behind their existence”.

Kuliah Etik

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 13

DK

PP

/ IR

MAW

AN

TI

dan berkonstitusi. Setiap orang haruslah akrab dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai konstitusi sosial, yang juga tercermin dalam konstitusi sosial yang mereka jadikan pegangan perilaku kemanusiaan sehari-hari dalam wadah organisasi desa, organisasi kota, dan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya. Karena itu, perspektif kita tentang konstitusi sosial ini harus benar-benar diperluas, sekaligus untuk membumikan, memasyarakatkan, dan bahkan membudayakan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai perilaku yang ideal dalam peri-kehidupan bersama sesuai dengan standar-standar peradaban kemanusiaan yang bersifat universal dengan sekaligus dipergaulkan dengan tradisi-tradisi yang bersifat khas dan lokal sebagai kearifan-kearifan budaya yang sangat kaya dan bahkan juga mengandung nilai-nilai yang bersifat universal.

Jika wawasan konstitusi sosial ini dapat dikembangkan dalam praktik, kita dapat pula memperbaiki kondisi kualitas pelembagaan organisasi-or-ganisasi yang ada dewasa ini di seluruh Indonesia. Semua organisasi yang ada, baik di lingkungan masyarakat, dunia usaha, maupun di lingkungan

penyelenggaraan kekuasaan negara dan pemerintahan memerlukan kon-solidasi dan penataan kembali sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Apalagi jika masyarakat dan bangsa kita dilihat dari perspektif pelembagaannya dalam sejarah yang dewasa ini dipopulerkan oleh para ahli sebagai ‘historical institutionalism’, maka niscaya gagasan konstitusi sosial ini akan dirasakan sangat penting dan mendesak untuk dikembangkan dalam praktik. Yang menyebabkan suatu bangsa berhasil atau gagal dalam sejarah, menurut Daron Acemoglu dan James Robinson, tidak lain adalah kualitas dan inklusifitas institusi yang berperan menggerakkan roda perubah-an dan kemajuan bangsa itu mengikuti standar-standar yang bersifat universal dan inklusif. Kualitas institusi yang dimaksud, bukan hanya institusi politik dan institusi ekonomi, tetapi juga insti-tusi masyarakat yang bergerak di luar sistem kelembagaan negara, sistem kelembagaan dunia usaha, dan institusi keluarga. Kualitas institusi politik dalam ranah negara, institusi ekonomi dalam ranah ekonomi pasar, dan institusi sosial dalam ranah masyarakat madani memerlukan standar pelembagaan nilai dan sistem norma penuntun perilaku melalui konstitusi sosial. g

Kualitas institusi politik

dalam ranah negara, institusi ekonomi

dalam ranah ekonomi pasar,

dan institusi sosial dalam ranah

masyarakat madani memerlukan standar

pelembagaan nilai dan sistem norma penuntun perilaku

melalui konstitusi sosial

Sisi Lain

Kuasa Khusus Pengadu Minta Majelis Hakim Klarifikasi Legalitas Sidang

Ada Kuasa Khu-sus Pengadu Minta Majelis Hakim Klarifika-

si Legalitas Sidang Petrus Pattyona Kuasa khusus Pengadu Yohanes Viany K. Burin, Calon Wakil Bupati Lembata dan Herman Yosef Loly Wutun meminta ketua majelis untuk mengklarifi-kasi terkait legalitas sidang kode etik yang di- gelar di kantor Bawaslu Provini Nusa Tenggara Timur, Selasa (18/4).

“Saya minta klarifikasi dari ketua majelis meng-enai sidang ini, karena walaupun sidang sudah dibuka tapi saya belum melihat suatu tanda bah- wa ini adalah sidang etik.

14 NewsletterDKPP | APRIL 2017

Saya tidak melihat apakah ada banner atau tulisan yang menyatakan bahwa ini adalah sidang dewan etik. Hal ini akan memiliki implikasi sah atau tidak-nya peradilan etik ini”, kata kuasa hukum asal Kabupaten Lembata, sebelum membacakan pokok-pokok aduannya

“Pengalaman kami di sidang DKPP,penanda persidangan etik adalah ada- nya tulisan pada banner yang menyata-kan sidang etik dalam perkara nomor sekian tapi nomornya tidak perlu di-sebutkan dan ruangan ini disterilkan menjadi ruang sidang dewan etik. Manakala saya sudah menyampaikan pokok pokok pikiran sementara penan-da legalitas sidang etik ini tidak ada maka sia-sia”, lanjut dia.

Menjawab pertanyaan Petrus, KetuaMajelis Sidang Saut H Sirait menjelas- kan. Pertama, sidang yang digelar di kantor Bawaslu Prov. NTT dengan no- mor perkara 51/DKPP-PKE-VI/2017 dan 58/DKPP-PKE-VI/2017 adalah sidang kode etik meskipun tidak ada banner. DKPP bisa meminjam ruangan Bawaslu bisa juga meminjam ruangan di ke-polisian dan kejaksaan di provinsi yang bersangkutan.

“Kalau pun ada anggaran di daerah biasanya banner mereka yang mem-buat (Bawaslu Provinsi_red) tetapi dari DKPP sendiri memang tidak ada anggaran untuk membuat banner itu, jadi inisiatif ada di Bawaslu,” jelas Saut.

Lanjut dia, Sekretariat Jenderal Bawaslu adalah Sekretariat Jenderal DKPP di UU No. 15 Tahun 2011 tentang

DK

PP

/ DIO

Penyelenggara Pemilu kata “melekat” itu terkadang sulit untuk diuraikan, ini adalah nomenklatur baru di dunia kesekretariatan. Tapi keberadaan dari realitas itu sendiri yang menunjukkan, menggambarkan pemahaman dan pengertian yang tidak terbantahkan. “Jadi meskipun tidak ada itu, saya nyatakan dengan jelas ini adalah sidang kode etik,” tegas Saut.

Kedua, jika pengalaman selama si- dang setempat di daerah, kuasa hukum di daerah lain tidak pernah memper-tanyakan tentang legalitas ini. “Ini tidak hanya satu dua kali, sudah ratusan di sini (di NTT_red ), sudah lebih dari 50 kali dengan kondisi ini sampai dan semuanya menghasilkan putusan yang diterima, diakui dan dieksekusi oleh pihak yang berwenang. Jadi dalam pen-jelasan saya, ini sidang etik, ruangan ini menjadi ruangan DKPP selama sidang belum dinyatakan berakhir atau ditutup”, sekali lagi Saut menegaskan.

Dengan pemahaman ini diharapkan sidang berjalan tertib, misalnya jangan ada yang lalu-lalang di ruangan sidang kecuali yang diijinkan. “Ya kalau foto-grafer dimaklumi, dia kadang-kadang malah harus di bawah meja untuk dapat fokus kita yang bagus. Tetapi untuk yang lain-lain supaya tetap hikmat dan terhormat,” tambah Saut.

Di akhir penjelasannya anggota KPU RI periode 2010-2012 ini memberikan apresiasi kepada masyarakat NTT yang sangat tertib, hormat, santun dan saling menghargai. Jika kuasa hukum merasa merasa ada yang ganjil DKPP

memiliki kewenangan untuk menge-luarkan pihak yang tidak tertib dari ruangan sidang.

Kuasa khusus mempertanyakan hal ini terkait Ketua dan anggota KPU Kab. Lembata harus menjalani sekaligus dua sidang dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, Selasa (18/4). Para Teradu adalah, Petrus Payong Pati, Barnabas H. Nd Marak, Gabriel Tobisona, Yusuf Maswari Paokuma, dan Carles Primus Kia. Mereka diadukan oleh Yohanes Viany K. Burin Calon Wakil Bupati Lembata dan Herman Yosef Loly Wutun yang memberi kuasa kepada Petrus Pattyona SH, MH, sebagai Pengadu I dan Viktor Mado Watun sebagai Pengadu II.

Sementara itu Pengadu II dengan perkara No. 58/DKPP-PKE-VI/2017 menuduh para Teradu meloloskan Pas- lon Petahana Pilkada Kabupaten Lem-bata Eliaser Yentji Sunur dan Thomas Ola Langoday, padahal Eliaser Yentji Sunur telah melanggar ketentuan per- aturan perundang-undangan berupa mutasi pejabat di lingkungan Pemerin-tah Kabupaten Lembata pada masa yang menurut ketentuan dilarang untuk dilakukan.

Sidang digelar di kantor Bawaslu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jl. Sam Ratulangi No. 25a Kota Kupang, mulai pukul 09.30 wita. Bertindak selaku Ketua Majelis Hakim adalah anggota DKPP, Saut H. Sirait didampingi Tim Pemeriksa Daerah (TPD) Burhanudin Gessy, Oetlief Wewo, Gassim (KPU NTT), Albert J.J Benu (Bawaslu NTT). g

Diah Widyawati

Info Pustaka

APRIL 2017 | NewsletterDKPP 15

Judul Buku : Komunikasi Politik Mempertahankan Integritas Akademisi, Politikus, dan Negarawan

Penulis : Dr. Thomas Tokan Pureklolon, M.Ph.,M.M., M.Si

Penerbit : PT. Gramedia

Cetakan : 2016

Tebal Buku : 168 halaman

Komunikasi Politik Mempertahankan Integritas Akademisi, Politikus, dan Negarawan

Thomas Tokan Pureklolon dengan karyanya yang berjudul “Komuni-kasi Politik” telah menyumbang-

kan tambahan referansi terhadap komunikasi politik bagi para politikus dan pejabat negara yang masih langka. Komunikasi penting dalam dunia politik terlebih dengan digunakannya sistem politik demokrasi yang dibarengi deng- an keterbukaan informasi. Meskipun hal tersebut masih tidak atau kurang disadari oleh para pejabat dan politikus.

Terdapat sebelas tema dalam buku ini, disusun dengan diawali penjelasan tentang hakikat komunikasi politik. Terdapat dua hal penting dalam hakikat komunikasi politik, pertama adalah varian-varian penting seperti komunika-si massa, komunikasi interpersonal, dan komunikasi organisasi. Kedua, pe- nemuan model-model komunikasi politik seperti model komunikasi politik interaksional, model komunikasi politik Aristoteles, dan model komunikasi politik Lasswell.

Buku ini juga menjelaskan hakikat komunikasi secara keseluruhan, yaitu suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan menggunakasn sim-bol-simbol yang berarti.

Tema kedua tentang pengertian dan pemahaman umum tentang komunika- si politik yang dilihat sebagai sebuah pengoperan lambang-lambang atau atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseo-rang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawa- san atau cara berfikir, serta memenga- ruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.

Tema ketiga mengenai bagaimana komunikasi politik ditata dalam sistem demokrasi. Tema yang keempat yakni mengargumentasikan komunikasi poli-

tik memegang peranan yang besar da-lam demokratisasi. Kemudian, tema ke-lima yakni peran pers dan media massa dalam komunikasi politik di Indonesia yang memiliki kaitan yang sangat erat, begitu erat hubungannya hingga ba- nyak orang berfikir bahwa pers dan media massa yang berlaku dalam suatu negara akan menentukan sistem politik negara tersebut.

Selanjutnya tema keenam, mem-bahas tentang karakter dan efektivitas komunikasi politik bahwa komunikasi politik bukan membahas suatu proses yang bersifat temporer atau situasio- nal tertentu, namun pembahasan

komunikasi politik akan menempatkan karakter sebagai identitas keilmuan baik sebagai ilmu murni yang bersifat ideal maupun berupa ilmu terapan. Kemudian untuk tema ketujuh hingga kesebelas membahas lebih spesifik ten-tang komunikasi politik dan hubungan internasional.

Buku ini mendapat tanggapan positif dari tokoh politik senior Akbar Tanjung. Melalui kata pengantar dalam buku ini disampaikan bahwa pemikiran dari pe- nulis telah mampu membuka horizon para politikus secara terang-benderang dan menawarkan pemikiran-pemikiran yang mampu mencerahkan politikus dalam kiprah politiknya. g

Irmawanti

Buku ini mendapat tanggapan positif

dari tokoh politik senior Akbar Tanjung.

Parade Foto

Sidang putusan DKPP, Kamis (6/4) yang digelar diruang sidang DKPP dengnan dipimpin langsung oleh ketua DKPP Prof Jimly Asshiddiqie dengan didampingi anggotanya Prof Anna Erliyana, Dr Valina Singka, Pdt Saut Hamonangan Sirait, Ida Budhiati, dan Endang Wihdatiningtyas.

Anggota DKPP Saut Hamonangan Sirait menjadi narasumber dalam program TVRI Realitas Politik, Selasa (11/4). Turut hadir sebagai narasumber ketua komisi II DPR RI Zainudin Amali dan Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraheni.

Ketua dan anggota DKPP, Rabu (19/4) berkunjung ke Polsek Kalideres untuk melihat sembako yang disita oleh polisi. Sembako tersebut diduga akan digunakan untuk mempengaruhi pemilih pada pilkada DKI putaran kedua.

Pemeriksaan terhadap perkara dugaan kode etik anggota KPU Kab Maluku Tengah Barat yang berlangsung di Bawaslu provinsi Maluku dengan dipimpin langsung oleh anggota DKPP Nur Hidayat Sardini, Kamis (20/4)

(ki-ka) Prof Magniz Suseno, Ferry Faturahman (moderator) dan ketua DKPP Prof Jimly Asshiddiqie dalam kegiatan Pra Kongres I Etika Berbangsa, Kamis (64) yang diselenggarakan oleh DKPP, KY dan MPR.

Pengambilan sumpah saksi pada sidang kode etik KPU dan Bawaslu Provinsi Gorontalo, Rabu (26/4) yang dipimpin oleh anggota DKPP Nur Hidayat Sardini.

FOTO: IRMAWANTI FOTO: TETEN

FOTO: IRMAWANTI

FOTO: SANDHIFOTO: TETEN

FOTO: TETEN

16 NewsletterDKPP | APRIL 2017