SEJARAH SINGKAT

11
Kelompok : Gati Pakartiningtyas / 3415086886 Shanti Damayanti / 3415086850 Sonya Olivia Ressa / 3415086882 TUGAS EVOLUSI I NEO-DARWINISME A. SEJARAH SINGKAT Meskipun berakar dari Yunani kuno, teori evolusi pertama kali dimunculkan dan menjadi perhatian dunia ilmiah pada abad ke-19. Pandangan tentang evolusi yang paling luas dikaji dikemukakan oleh ahli biologi Prancis Jean Baptiste Lamarck, dalam bukunya Zoological Philosophy (Filsafat Ilmu Hewan) (1809). Lamarck berpendapat bahwa semua makhluk hidup dilengkapi dengan kekuatan mendasar yang mendorong mereka untuk berevolusi atau mengalami perubahan ke arah yang lebih kompleks. Dia juga berpendapat bahwa suatu organisme dapat menurunkan sifat-sifat yang diperoleh selama masa hidupnya kepada keturunannya. Sebagai contoh dari jalan pemikiran ini, Lamarck berpendapat bahwa leher panjang jerapah berevolusi ketika nenek moyang yang berleher pendek memilih untuk meraih dan memakan daun-daun pepohonan daripada rerumputan. Pandangan evolusi cetusan Lamarck ini digugurkan oleh penemuan hukum penurunan sifat genetik. Pada pertengahan abad ke-20, penemuan struktur DNA mengungkap bahwa inti dari sel makhluk hidup memiliki informasi genetik yang sangat istimewa, dan bahwa

Transcript of SEJARAH SINGKAT

Page 1: SEJARAH SINGKAT

Kelompok :

Gati Pakartiningtyas / 3415086886Shanti Damayanti / 3415086850Sonya Olivia Ressa / 3415086882

TUGAS EVOLUSI INEO-DARWINISME

A. SEJARAH SINGKAT

Meskipun berakar dari Yunani kuno, teori evolusi pertama kali dimunculkan dan

menjadi perhatian dunia ilmiah pada abad ke-19. Pandangan tentang evolusi yang

paling luas dikaji dikemukakan oleh ahli biologi Prancis Jean Baptiste Lamarck, dalam

bukunya Zoological Philosophy (Filsafat Ilmu Hewan) (1809). Lamarck berpendapat

bahwa semua makhluk hidup dilengkapi dengan kekuatan mendasar yang mendorong

mereka untuk berevolusi atau mengalami perubahan ke arah yang lebih kompleks. Dia

juga berpendapat bahwa suatu organisme dapat menurunkan sifat-sifat yang diperoleh

selama masa hidupnya kepada keturunannya. Sebagai contoh dari jalan pemikiran ini,

Lamarck berpendapat bahwa leher panjang jerapah berevolusi ketika nenek moyang

yang berleher pendek memilih untuk meraih dan memakan daun-daun pepohonan

daripada rerumputan.

Pandangan evolusi cetusan Lamarck ini digugurkan oleh penemuan hukum

penurunan sifat genetik. Pada pertengahan abad ke-20, penemuan struktur DNA

mengungkap bahwa inti dari sel makhluk hidup memiliki informasi genetik yang sangat

istimewa, dan bahwa informasi genetik ini tidak dapat diubah oleh “sifat dapatan”.

Dengan kata lain, selama hidupnya, meskipun jerapah berhasil menjadikan lehernya

beberapa sentimeter lebih panjang dengan menjulurkan lehernya ke dahan-dahan yang

lebih tinggi, sifat ini tidak akan diturunkan ke anak-anaknya. Singkatnya, pandangan

Lamarck secara sederhana telah terbantahkan oleh temuan ilmiah, dan tenggelam

dalam sejarah sebagai sebuah pendapat yang keliru.

Meskipun demikian, teori evolusi yang dirumuskan oleh seorang ilmuwan alam

yang hidup beberapa generasi setelah Lamarck terbukti lebih berpengaruh. Ilmuwan

Page 2: SEJARAH SINGKAT

alam ini adalah Charles Robert Darwin, dan teori yang ia rumuskan dikenal sebagai 

“Darwinisme”.

B. KELAHIRAN DARWINISME

Charles Darwin mendasarkan teorinya pada berbagai pengamatan yang ia lakukan

sebagai seorang naturalis muda di atas kapal H.M.S Beagle, yang berlayar pada akhir

1831 dalam perjalanan resmi lima tahun keliling dunia. Darwin muda sangat

terpengaruh oleh keanekaragaman jenis makhluk hidup yang dia amati, terutama

berbagai burung finch [burung kutilang Darwin] di kepulauan Galapagos. Perbedaan

pada paruh burung-burung ini, menurut Darwin, adalah sebagai hasil dari penyesuaian

diri terhadap lingkungan mereka yang berbeda.

Setelah pelayaran ini, Darwin mulai mengunjungi pasar-pasar hewan di Inggris. Dia

mengamati bahwa orang-orang yang memelihara sapi mendapatkan suatu keturunan

sapi baru dengan mengawinkan sapi-sapi yang memiliki perbedaan sifat. Pengalaman

ini, bersama dengan keanekaragaman jenis burung kutilang yang diamatinya di

kepulauan Galapagos, memberi andil dalam perumusan teorinya. Di tahun 1859, ia

menerbitkan pandangan-pandangannya dalam bukunya The Origin of Species [Asal

Usul Spesies]. Dalam buku ini dia berpendapat bahwa semua spesies berasal dari satu

nenek moyang, yang berevolusi dari satu jenis ke jenis lain sejalan dengan waktu

melalui perubahan-perubahan kecil.

Yang membuat Teori Darwin berbeda dari Lamarck adalah penekanannya pada

“seleksi alam”. Darwin berteori bahwa terdapat persaingan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup di alam, dan bahwa seleksi alam adalah bertahan hidupnya

spesies kuat, yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Darwin

mengambil alur berpikir sebagai berikut:

Di dalam satu spesies tertentu, terdapat variasi [keragaman] alamiah dan yang

bersifat kebetulan. Sebagai contoh sejumlah sapi lebih besar daripada yang lain,

sementara sebagian sapi memiliki warna lebih gelap. Seleksi alam memilih sifat-sifat

yang menguntungkan. Jadi, proses seleksi alam menyebabkan peningkatan gen-gen

yang menguntungkan dalam satu populasi yang menjadikan sifat-sifat populasi itu lebih

Page 3: SEJARAH SINGKAT

sesuai untuk lingkungan di sekitarnya. Seiring dengan waktu perubahan-perubahan ini

mungkin cukup berarti untuk menyebabkan munculnya spesies baru.

Darwin setidaknya sadar akan beberapa pertanyaan ini, sebagaimana dapat dilihat

dalam bab yang berjudul “Difficulties of The Theory” (Ganjalan-Ganjalan Teori Ini).

Namun, jawaban yang ia kemukakan tidak memiliki keabsahan ilmiah. H.S. Lipson, ahli

fisika Inggris, membuat catatan tentang “ganjalan” Darwin ini sebagai berikut:

Saat membaca The Origin of Species (Asal Usul Spesies), saya menemukan bahwa

Darwin sendiri merasa sangat kurang yakin daripada yang seringkali digambarkan

orang; bab yang berjudul “Difficulties of The Theory” [Ganjalan-Ganjalan Teori Ini]

misalnya, menunjukkan keraguan diri yang nyata. Sebagai seorang ahli fisika, saya

amat terganggu terutama terhadap pernyataannya tentang bagaimana mata bisa

terbentuk.

Darwin menggantungkan semua harapannya pada penelitian ilmiah yang lebih maju,

yang diharapnya mampu menghapuskan “ganjalan-ganjalan teori ini”. Akan tetapi,

berkebalikan dengan harapannya, temuan-temuan ilmiah baru yang lebih banyak

malahan semakin memperbesar ganjalan-ganjalan ini.

Masalah asal usul kehidupan

Dalam bukunya, Darwin tidak pernah menyebutkan asal usul kehidupan.

Pemahaman kuno ilmu pengetahuan pada masanya mendasarkan pada anggapan

bahwa makhluk hidup memiliki bentuk dan rancang bangun yang sangat sederhana.

Sejak abad pertengahan, spontaneous generation  (kemunculan secara kebetulan),

yakni teori yang menyatakan bahwa benda-benda tak hidup dapat berpadu untuk

membentuk makhluk hidup, telah diterima secara luas. Di masa itu dipercayai bahwa

serangga muncul menjadi ada dari sisa-sisa makanan. Lebih jauh lagi diyakini bahwa

tikus mewujud dari gandum. Sejumlah percobaan menarik dilakukan untuk

membuktikan teori ini. Sejumlah gandum diletakkan di atas potongan kain kotor, dan

dipercayai bahwa tikus akan muncul pada saatnya nanti.

Demikian juga, kenyataan bahwa belatung muncul dari daging dipercaya sebagai

bukti dari spontaneous generation [kemunculan secara kebetulan]. Namun, beberapa

waktu kemudian barulah disadari bahwa belatung tidak tiba-tiba muncul dengan

sendirinya dari daging, tetapi terbawa oleh lalat dalam bentuk larva yang tak terlihat

Page 4: SEJARAH SINGKAT

oleh mata telanjang. Bahkan pada masa ketika The Origin of Species (Asal Usul

Spesies) karya Darwin ditulis, keyakinan bahwa bakteri dapat mewujud dari benda mati

masih tersebar luas. Namun demikian, lima tahun setelah penerbitan buku Darwin,

Louis Pasteur mengumumkan hasil-hasil penelitian dan pecobaan panjangnya, yang

membuktikan kekeliruan spontaneous generation [kemunculan secara kebetulan], satu

dasar berpijak dari teori Darwin. Dalam kuliah kemenangannya di Sorbonne tahun

1864, Pasteur mengatakan, “Doktrin spontaneous generation [kemunculan secara

kebetulan] tidak akan pernah bangkit lagi dari pukulan telak mematikan dari percobaan

sederhana ini”. 

Para pendukung teori evolusi tetap menolak mengakui temuan Pasteur untuk waktu

lama. Namun, saat kemajuan ilmiah menyingkap bentuk dan rancang bangun rumit dari

sel, gagasan bahwa kehidupan dapat dengan sendirinya muncul menjadi ada secara

kebetulan tanpa disengaja, menghadapi kebuntuan yang semakin besar. Kita akan

mengkaji masalah ini secara lebih rinci dalam buku ini.

Masalah penurunan sifat (genetika)

Hal lain yang menjadi masalah bagi teori Darwin adalah penurunan sifat. Pada masa

ketika Darwin mengembangkan teorinya, pertanyaan tentang bagaimana makhluk hidup

meneruskan sifat ke keturunannya yaitu, bagaimana penurunan sifat terjadi tidaklah

dipahami sepenuhnya. Itulah mengapa keyakinan awam bahwa penurunan sifat terjadi

melalui perantaraan darah masih diterima luas.

Pengetahuan dangkal tentang penurunan sifat membawa Darwin mendasarkan

teorinya pada landasan yang sama sekali salah. Darwin beranggapan bahwa seleksi

alam merupakan “mekanisme evolusi”. Tetapi ada satu pertanyaan yang tetap tak

terjawab: Bagaimana “sifat-sifat menguntungkan” ini terpilih dan diteruskan dari satu

keturunan ke keturunan berikutnya? Pada titik ini, Darwin menganut teori Lamarck,

yaitu “penurunan sifat-sifat dapatan”. Dalam bukunya The Great Evolution Mystery

(Misteri Besar Evolusi), Gordon R. Taylor, seorang peneliti yang mendukung teori

evolusi, menggambarkan pandangannya bahwa Darwin sangat terpengaruh oleh

Lamarck

Lamarckisme dikenal sebagai penurunan sifat-sifat. Sebenarnya, Darwin sendiri

cenderung mempercayai bahwa penurunan sifat seperti itu bisa terjadi dan

Page 5: SEJARAH SINGKAT

menyebutkan laporan kejadian seseorang yang kehilangan jari-jemarinya dan

melahirkan anak tanpa jari. [Darwin], katanya, tidak mengambil satu pemikiran pun dari

Lamarck. Hal ini sangat bertolak belakang, karena Darwin berulang kali memainkan

gagasan penurunan sifat dapatan dan, jika gagasan ini begitu buruk, Darwinlah yang

seharusnya mendapatkan nama buruk daripada Lamarck. Dalam edisi tahun 1859

karyanya, Darwin mengacu pada “perubahan keadaan lingkungan luar” menyebabkan

variasi [keragaman] tetapi kemudian keadaan ini dijelaskan sebagai mengarahkan

variasi [keragaman] dan bekerjasama dengan seleksi alam dalam mengarahkannya.

Setiap tahun ia semakin mengacu kepada faktor penggunaan dan penyia-nyiaan. Pada

tahun 1868 ketika ia menerbitkan Varieties of Animals and Plants under Domestication

[Varietas Hewan dan Tumbuhan dalam Pembudidayaan] segala contoh tentang

penurunan sifat menurut Lamarck ia berikan: seperti seorang laki-laki yang terpotong

jari kelingkingnya dan semua anaknya terlahir dengan jari kelingking cacat, serta anak

laki-laki yang lahir dengan kulit khitan yang pendek sebagai akibat dari budaya

berkhitan secara turun temurun.

Namun, pernyataan Lamarck, seperti yang telah kita pahami di atas, dimentahkan

oleh hukum penurunan sifat genetik yang ditemukan oleh seorang pendeta dan ahli

tumbuhan Austria, Gregor Mendel. Karenanya, gagasan tentang “sifat-sifat yang

menguntungkan” tidak memperoleh dukungan. Hukum genetik [penurunan sifat]

menunjukkan bahwa sifat-sifat dapatan tidak diturunkan, dan bahwa penurunan sifat

terjadi berdasarkan hukum tertentu yang tidak berubah. Hukum ini mendukung

pandangan bahwa spesies atau jenis makhluk hidup tetap tidak berubah. Tak menjadi

soal, seberapa banyak sapi-sapi yang dilihat oleh Darwin di pasar ternak Inggris

menghasilkan keturunan, jenisnya sendiri tidak akan pernah berubah: sapi akan tetap

menjadi sapi.

Gregor Mendel mengumumkan hukum penurunan sifat yang ia temukan sebagai

hasil dari percobaan dan pengamatan yang panjang dalam sebuah makalah ilmiah

pada tahun 1865. Tetapi makalah ini baru menarik perhatian dunia ilmiah pada akhir

abad tersebut. Hingga awal abad ke-20, kebenaran dari hukum ini telah diterima oleh

seluruh masyarakat ilmiah. Ini merupakan kebuntuan besar bagi teori Darwin, yang

mencoba mendasarkan gagasan “sifat-sifat menguntungkan” pada teori Lamarck.

Page 6: SEJARAH SINGKAT

Di sini kita harus meluruskan kesalahpahaman umum: Mendel tidak hanya

menentang model evolusi Lamarck, tetapi juga Darwin. Sebagaimana tulisan berjudul

“Mendel’s Opposition to Evolution and Darwin” [Penentangan Mendel atas Evolusi dan

Darwin], yang diterbitkan dalam Journal of Heredity [Jurnal Hereditas], menjelaskan, “Ia

[Mendel] sangat memahami The Origin of Species [Asal Usul Spesies] dan ia

menentang teori Darwin; Darwin mendukung munculnya keturunan dengan perubahan

melalui seleksi alam, sedangkan Mendel menyokong keyakinan agama tentang

penciptaan khusus.”

Hukum yang ditemukan Mendel menempatkan Darwinisme pada keadaan yang

amat sulit. Karena alasan inilah, para ilmuwan yang mendukung Darwinisme berusaha

mengembangkan suatu rumusan evolusi lain pada perempat pertama abad ke-20.

Maka, lahirlah “neo-Darwinisme” [Darwinisme Baru].

C. UPAYA KERAS NEO-DARWINISME

Sekelompok Ilmuwan yang bersikukuh mempertemukan Darwinisme dengan ilmu

genetika, dengan segala cara, berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh

the Geological Society of America [Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] pada

tahun 1941. Setelah pembicaraan panjang, mereka setuju pada cara untuk membuat

penjelasan baru tentang Darwinisme; dan beberapa tahun setelah itu, para ahli

menghasilkan sebuah sintesis [rumusan hasil perpaduan] dari berbagai bidang mereka

menjadi sebuah teori evolusi yang telah diperbaharui.

Darwin bukanlah seseorang yang mengetahui banyak mengenai genetika. Seorang

pelopor besar dalam bidang tersebut ialah Gregor Mendel, yang bekerja sama dengan

Darwin. Sekarang teori evolusi disatukan dengan genetika Mendel menjadi

latarbelakang Darwin: inilah yang kemudian disebut dengan “neo-Darwinisme”

Para ilmuwan yang berperan serta dalam membangun teori baru ini termasuk ahli

genetika G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan Ernst Mayr

dan Julian Huxley, ahli paleontologi George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan

ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall Wright.

Untuk menyanggah fakta “stabilitas genetik” (genetic homeostasis), kelompok

ilmuwan ini menggunakan gagasan “mutasi”, yang telah diperkenalkan oleh ahli botani

Page 7: SEJARAH SINGKAT

Belanda Hugo de Vries pada awal abad ke-20. Mutasi adalah kerusakan yang terjadi,

untuk alasan yang tidak diketahui, dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk

hidup. Organisme yang mengalami mutasi memperoleh bentuk yang tidak lazim, yang

menyimpang dari informasi genetik yang mereka warisi dari induknya. Konsep “mutasi

acak” diharapkan bisa menjawab pertanyaan tentang asal usul variasi [keragaman]

menguntungkan yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi sesuai dengan teori

Darwin—sebuah kejadian yang Darwin sendiri tidak bisa menjelaskannya, tetapi hanya

mencoba menghindarinya dengan mengacu kepada teori Lamarck. Kelompok The

Geological Society of America [Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] menamai

teori baru ini, yang dirumuskan dengan menambahkan gagasan mutasi pada teori

seleksi alam Darwin, sebagai “teori evolusi sintesis” atau “sintesis modern“. Dalam

waktu singkat, teori ini menjadi dikenal dengan nama “neo-Darwinisme” dan

pendukungnya sebagai “neo-Darwinis.”

Namun terdapat sebuah masalah besar: Memang benar bahwa mutasi mengubah

informasi genetik makhluk hidup, tetapi perubahan ini selalu terjadi dengan dampak

merugikan makhluk hidup bersangkutan. Semua mutasi yang teramati menghasilkan

makhluk yang cacat, lemah, atau berpenyakit dan, kadangkala, membawa kematian

pada makhluk tersebut. Oleh karena itu, dalam upaya untuk mendapatkan contoh

“mutasi-mutasi menguntungkan” yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk

hidup, neo-Darwinis melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama puluhan

tahun, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai spesies

lainnya. Namun tak satu pun dari percobaan ini memperlihatkan mutasi yang

memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup.

Saat ini permasalahan mutasi masih menjadi kebuntuan besar bagi Darwinisme.

Meskipun teori seleksi alam menganggap mutasi sebagai satu-satunya sumber dari

“perubahan menguntungkan”, tidak ada mutasi dalam bentuk apa pun yang teramati

yang benar-benar menguntungkan (yaitu, yang memperbaiki informasi genetik). Dalam

bab selanjutnya, kita akan mengkaji permasalahan ini secara rinci.

Satu kebuntuan lain bagi neo-Darwinis datang dari catatan fosil. Bahkan pada masa

Darwin, fosil telah menjadi rintangan yang penting bagi teori ini. Sementara Darwin

sendiri mengakui tak adanya fosil “spesies peralihan”, dia juga meramalkan bahwa

Page 8: SEJARAH SINGKAT

penelitian selanjutnya akan menyediakan bukti atas bentuk peralihan yang hilang ini.

Namun, meskipun semua upaya keras para pakar fosil telah dikerahkan, catatan fosil

tetap menjadi rintangan besar bagi teori ini. Satu persatu, gagasan semacam “organ

peninggalan”, “rekapitulasi embriologi” dan “homologi” kehilangan arti pentingnya oleh

penemuan-penemuan ilmiah terbaru. Semua permasalahan ini diuraikan dengan lebih

lengkap pada bab-bab selanjutnya dari buku ini.