SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR...

89
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh Babay Pujiyati NIM: 103022027503 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H

Transcript of SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR...

Page 1: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Babay Pujiyati

NIM: 103022027503

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H

Page 2: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 Juli 2009

Babay Pujiyati

Page 3: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

iii

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Babay Pujiyati

NIM: 103022027503

Di bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Didin Saefuddin, MA.

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H

Page 4: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK

PESANTREN AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007)” telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 21 Juli 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) pada Jurusan Sejarah Peradaban

Islam.

Jakarta, 21 Juli 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Usep Abdul Matin, S.Ag., MA.

NIP: 1959 1222 199103 1 003 NIP: 150 288 304

Anggota,

Prof. Dr. H. Didin Saefuddin, MA. Drs. Tarmizi Idris, MA. NIP: 1961 1025 199403 1 001 NIP: 1960 1212 199003 1 003

Page 5: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

v

ABSTRAK

Babay Pujiyati

Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon (1973-2007)

Pondok pesantren adalah tempat belajar-mengajar, penyebaran/penyiaran ajaran dan pengetahuan agama Islam dan merupakan sebuah sistem pendidikan

keagamaan yang memikul tanggung jawab bagi para muridnya (santri). Secara umum, pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagai lembaga

pendidikan dan penyiaran agama Islam, untuk membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya ajaran-ajaran agama Islam, untuk

memajukan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan luas dan juga untuk

melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan diajarkan serta

disebarkan lagi oleh generasi berikutnya. Disamping itu pesantren juga sebagai

lembaga yang berfungsi sebagai tempat berinteraksi dan bersosial.

Pondok pesantren di Indonesia sudah ada lama sejak jaman sebelum masa

penjajahan. Pada masa perkembangan Islam di Indonesia, pesantren menjadi basis

sentral dalam penyebaran agama Islam di Nusantara dan menjadi pusat massa

yang bergerak menantang penjajahan pada masa pra-kemerdekaan. Akan tetapi

esensi dari berdirinya pesantren adalah sebagai sebuah lembaga yang berorientasi

pada pendidikan dan pengajaran agama Islam, bukan lembaga pergerakan sosial

dan politik.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, jumlah pondok pesantren di

Indonesia tidak terhitung banyaknya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Salah satu pondok pesantren yang ada di Indonesia adalah pondok pesantren Al-

Qur’an Al-Furqon yang terletak di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Dimana sebelum berdirinya pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon ini, masyarakat

sekitar berada dalam keterbelakangan ilmu pengetahuan tentang agama Islam dan hanya mengenal Islam dari pengakuan atau atas dasar agama keturunan. Dengan

berdirinya pondok pesantren oleh K.H. Abdurrahman, mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat, bukan hanya telah menghidupkan

keagamaannya saja, tetapi juga turut membantu pendidikan kepada masyarakat

khususnya baca tulis Al-Quran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan peranan

pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon dalam bidang pendidikan, dakwah dan

sosial. Untuk menjawab persoalan yang diketengahkan dan mewujudkan tujuan

yang diinginkan, dalam penelitiannya, penulis menggunakan metode kepustakaan

(library research) dan juga riset lapangan (field research) dengan melakukan

observasi langsung ke lokasi dan wawancara (interview) langsung kepada sumber-

sumbernya .

Setelah dilakukan kajian dan penelitian dengan menggunakan metode

tersebut, diketahui bahwa, perkembangan pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

dari segi kuantitas telah mempunyai beberapa cabang yang tersebar di berbagai

tempat dengan fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan dari segi kualitas, pesantren ini terus berusaha meningkatkan mutunya, terbukti dengan

prestasi-prestasi yang telah diraih baik oleh santri yang masih aktif maupun

Page 6: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

vi

alumninya. Peran pesantren Al-Furqon dalam bidang pendidikan yaitu

memberantas kebodohan dari segi pengetahuan agama khususnya dalam

pembelajaran Al-Qur’an. Dalam bidang dakwah, pesantren ini berperan dalam

penyebaran agama Islam dengan melakukan pengajian rutin serta membentuk majlis-majlis taklim. Sedangkan dalam bidang sosial keagamaan, pesantren Al-

Furqon senantiasa meningkatkan Ukhuwah Islamiah dengan terus melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang berbau keagamaan, seperti pemotongan hewan

kurban yang dilakukan setiap tahun, serta bakti sosial dan kemasyarakatan.

Page 7: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

vii

KATA PENGANTAR

��� ا ا���� ا�����

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

kebesaran dan karunia-Nya yang telah menciptakan bumi dan alam semesta

beserta seluruh isinya. Berkah dan hidayah-Nya pula telah membukakan pintu hati

dan pikiran penulis sehingga dapat merampungkan skripsi ini.

Shalawat beserta salam penulis haturkan ke pangkuan Nabi Muhammad

saw, yang telah menunjukkan semua umatnya kepada jalan yang lurus. Demikian

juga penulis haturkan ke hadapan keluarga, sahabat, serta para tabi’in yang

senantiasa meneruskan perjuangan beliau

Skripsi ini mengambil judul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren

Al-Qur’an Al-Furqon (1973-2007)”. Makalah hasil penelitian ini merupakan

salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Humaniora di Jurusan Sejarah

Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Kemudian, seiring dengan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik

bantuan moril maupun materiil, demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Abd. Chair, MA.selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyetujui skripsi

ini.

Page 8: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

viii

2. Bapak Drs. H. Ma’ruf Misbah, MA. Selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban

Islam yang telah banyak membantu memproses demi terlaksananya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Usep Abdul Matin, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Sejarah

Peradaban Islam.

4. Bapak Prof. Dr. Didin Saefuddin, MA. selaku Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu dengan sabar untuk memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis selama proses penulisan Skripsi.

5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Adab dan Humaniora, dan juga

pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penulis untuk

mendapatkan buku-buku yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Ustadzah Hj. Siti Jubaedah selaku pimpinan pondok pesantren Al-Qur’an

Al-Furqon I Cilendek, Bapak H. Dadun Abdurachim, S.Pdi. selaku pengasuh

pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon Pusat Cimulang, demikian juga para

ustadz dan ustadzah, para santri yang walaupun sedikit tapi tetap semangat

untuk menuntut ilmu yang telah menerima kehadiran penulis dengan hati yang

tulus dan ikhlas, menyediakan ruang, waktu dan kesempatan selama proses

penulisan Skripsi ini.

7. Mama dan Bapak, kakak-kakak penulis (A Arifin-Teh Maryati, A Denie-Teh

Ida, A Andri-Teh Lies) and my funny nephews (Teh Wanda, De Dinda, Kakak

Aby, Kakak Vito, De Ezra dan Aa Adhwa), kel. Besar H. Ridin, Kel. Besar H.

Page 9: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

ix

Muin dan seluruh pihak keluarga atas doa dan dorongannya, baik moril

maupun materiil.

8. Teman-teman SPI 2003. Sulis, Yastri, Riza, Nuur Hairry, Robiatul Adawiyah,

Nurjanah, Nuril, Shinta, & Alm. Ulisah (semoga Allah memberikan ruang di

sisi-Nya), Dody, Robby, Imam, Awal, Agus, Hamid, dan teman-teman lainnya

(I’m sorry, if you can’t found your name here) yang telah banyak memberikan

motivasi, kritik dan sarannya kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Tidak lupa juga, Abdul Mujib, Erlangga, Acep Herza, Anugrah, Dewi, Novi

dan teman-teman PMII yang sepenanggung seperjuangan you are the best.

9. Komunitas rumahku, Arrum, Lia, Sari dan your childs, Rohim, Rohmat, serta

teman-teman lain dari Aliyah sampai sekarang yang selalu memberikan

semangat dan masukan selama berteman dengan penulis.

Demikian ucapan terima kasih penulis, semoga amal baik bapak-ibu,

saudara-saudari, dan teman-teman yang telah penulis sebutkan di atas di terima

oleh Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

semua pihak yang memerlukannya. Amien ya rabbal ‘alaimin.

Jakarta, 06 Juli 2009

Penulis

Page 10: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAN ................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv

ABSTRAK........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7

D. Tujuan Penelitian........................................................................ 8

E. Metode Penelitian ...................................................................... 9

F. Survey Pustaka ........................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II SELAYANG PANDANG KABUPATEN BOGOR ....................... 13

A. Sejarah Ringkas Kabupaten Bogor.............................................. 13

B. Gambaran Umum Kabupaten Bogor ........................................... 16

C. Kondisi Sosial-Budaya ............................................................... 22

D. Kondisi Keagamaan Kabupaten Bogor........................................ 24

Page 11: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xi

BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

AL-QUR’AN AL-FURQON ……………………………………... 27

A. Latar Belakang dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren

Al-Qur'an Al-Furqon …………………………………………… 33

1. Latar Belakang ……………………………………………... 33

2. Tujuan ……………………………………………………… 36

B. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon ……… 38

C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon ….. 40

BAB IV PERANAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN

AL-FURQON ................................................................................ 46

A. Bidang Pendidikan...................................................................... 48

B. Bidang Dakwah ......................................................................... 51

C. Bidang Sosial.............................................................................. 55

BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59

LAMPIRAN ..................................................................................................... 62

Page 12: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Dengan membicarakan

pendidikan pondok pesantren, kita dapat mengetahui peran, fungsi dan

kontribusi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah

Islam dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.

Pesantren sebagai lembaga pergulatan spiritual, pendidikan dan

sosialisasi yang sudah tua dan sangat heterogen merupakan pusat perubahan di

bidang pendidikan, politik, budaya, sosial dan keagamaan. Pesantren yang

sudah terdapat sebelum masa penjajahan menunjukkan adanya pengaruh

agama sebelum Islam. Oleh sebab itu pesantren dapat dipandang sebagai

bentuk pendidikan yang ortodoks ataupun yang progresif dan dapat disamakan

dengan pusat-pusat pendidikan serupa dalam lingkungan “Agama Jawa” yang

telah memiliki tradisi suasana budaya Hindu dan Budha.1

Meskipun sejak abad ke-17, pesantren di Jawa menjadi pusat-pusat

pengganti otoritas gaya hidup keraton. Keraton menekankan gaya hidup

berdasarkan nilai-nilai Jawa kuno yang halus, sedangkan pesantren

1 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial (Jakarta: P3M, 1986), h. 2.

Page 13: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xiii

menekankan perilaku kesalehan dan kehidupan akhirat. Namun masing-

masing pihak biasanya mengakui legitimasi dan peran sosial pihak lain.2

Pada mulanya banyak pesantren dibangun sebagai pusat reproduksi

spiritual, yakni tumbuh berdasarkan sistem-sistem nilai yang bersifat Jawa,

tapi para pendukungnya tidak hanya menanggulangi isi pendidikan agama

saja. Pesantren bersama-sama dengan para muridnya mencoba melaksanakan

gaya hidup yang menghubungkan kerja dan pendidikan serta membina

lingkungan desa berdasarkan struktur budaya dan sosial. Karena itu pesantren

mampu menyesuaikan diri dengan bentuk masyarakat yang amat berbeda

maupun dengan kegiatan-kegiatan individu yang beraneka ragam. Akhirnya

pesantrenlah yang hampir semata-mata merupakan basis terbuka bagi

penduduk desa demi terlaksananya swadaya dalam bidang sosial, budaya dan

perekonomian.3

Pesantren-pesantren sebagai pusat sosial dan budaya serta organisasi-

organisasi basis dari wujud kepribadian pimpinan non-formal di daerah

transformasi pendidikan Islam yang di dalamnya termasuk pesantren, bermula

dari perluasan kesempatan belajar bagi penduduk pribumi yang terjadi pada

akhir abad ke-19 M. Pada waktu itu, pemerintah Hindia-Belanda memberikan

fasilitas pendidikan dengan sistem perjenjangan. Selain sistem perjenjangan

itu, Belanda juga mengenalkan sistem sekolah yang sekarang disebut berbasis

kompetensi. Tetapi sekolah-sekolah desa tersebut, setidak-tidaknya dalam

perkembangan awalnya, cukup mengecewakan. Bagi pemerintah Belanda,

2 Ibid.

3 Ibid.

Page 14: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xiv

sekolah desa ini tidak berhasil mencapai tujuan seperti yang diharapkan,

karena tingkat putus sekolah yang tinggi dan mutu pengajaran yang amat

rendah. Di sisi lain, kalangan pribumi, khususnya di Jawa terdapat resistensi

yang sangat kuat terhadap sekolah-sekolah tersebut, yang mereka pandang

sebagai bagian integral dari rencana pemerintah kolonial Belanda untuk

“membelandakan” anak-anak mereka.4

Pada tahun 1882, pemerintah Belanda mendirikan Pengadilan Agama

yang bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan

pesantren yang disebut Priesterraden. Tidak begitu lama setelah itu,

dikeluarkan Ordonansi tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru

agama yang akan mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat.

Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat pada tahun 1925 yang membatasi siapa

yang boleh memberikan pelajaran mengaji. Peraturan tersebut mungkin

disebabkan oleh adanya gerakan organisasi pendidikan Islam yang sudah

mulai tampak tumbuh dan berkembang5. Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan

dikeluarkan yang dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah

yang tidak ada izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh

pemerintah yang disebut Ordonansi Sekolah Liar (Wilde School Ordonantie)6.

4 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan pendidikan Pesantren (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 5-7.

5 Muchtarom Zuhairin, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 147.

6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 1997), h. 253.

Page 15: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xv

Jika kita melihat peraturan-peraturan pemerintah Belanda yang sedemikian

ketat dan keras mengenai pengawasan, tekanan dan pemberantasan aktifitas

madrasah dan pondok pesantren di Indonesia, maka seolah-olah dalam waktu

yang tidak lama, pendidikan Islam akan menjadi lumpuh atau porak poranda.

Akan tetapi apa yang dapat disaksikan dalam sejarah adalah keadaan yang

sebaliknya. Masyarakat Islam di Indonesia pada zaman itu laksana air hujan

atau air bah yang sulit dibendung. Dibendung di sini meluap di sana.

Kemudian pada awal penjajahan Jepang, pesantren berkonfrontasi

dengan imperialis baru ini lantaran penolakan Kyai Hasyim Asy’ari –

kemudian diikuti kyai-kyai pesantren lainnya – terhadap Saikere yaitu

penghormatan terhadap kaisar Jepang Tenno Haika sebagai keturunan dewa

Amaterasu dengan cara membungkukkan badan 90 derajat menghadap Tokyo

setiap pagi pukul 07.00, sehingga mereka ditangkap dan dipenjara di Jepang.

Ribuan santri dan kyai berdemonstrasi mendatangi penjara, kemudian

membangkitkan dunia pesantren untuk memulai gerakan bawah tanah

menentang Jepang.7

Demonstrasi yang digelar tersebut menyadarkan pemerintah Jepang

betapa besar pengaruh Kyai Tebuireng yang menjadi referensi keagamaan

seluruh kyai Jawa dan Madura itu. Lagi pula Jepang memandang bahwa

tindakan tersebut bukan saja tidak menguntungkan, tetapi merupakan

kesalahan fatal terutama dalam upaya rekrutmen kekuatan militer menghadapi

7 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transfortasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Intitusi (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 12.

Page 16: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xvi

tentara sekutu. Kyai Hasyim pun akhirnya dibebaskan dari penjara. Sejak saat

itu Jepang tidak pernah mengganggu kyai dan pesantrennya. Bahkan Jepang

memberikan preferensi8 kepada pemimpin Islam atau kyai pesantren, seperti

dibentuknya Kantor Urusan Agama Indonesia, Masyumi dan Hizbullah. Maka

pesantren dan madrasah masih bisa mengoperasikan kegiatan belajar-

mengajarnya secara lebih wajar dibanding kegiatan belajar lembaga

pendidikan umum lainnya.9

Pada mulanya, keberadaan pesantren sebetulnya tidak direncanakan

sebagai lembaga pendidikan yang mengambil batas tegas untuk secara

permanen hadir di tengah warga desa dan meninggalkan komunitas yang

berada di perkotaan. Namun, ketika kaum kolonial menguasai sejumlah daerah

di beberapa wilayah Nusantara, memaksa para kyai pengasuh yang jauh dari

keramaian kota dan menjauh dari intaian penjajah.

Pesentren-pesantren sebagai pusat sosial dan budaya serta organisasi-

organisasi basis dari wujud kepribadian pimpinan non-formal di daerah adalah

amat berpengaruh terhadap pembentukan cara hidup di desa-desa.

Pengambilan peranan ganda – sebagai lembaga pendidikan dan arena

perjuangan atau jihad fisabilillah – dari pesantren itu kemudian melahirkan

pola hubungan sosial antara pesantren dan desa yang demikian menyatu.

8 Preferensi merupakan kecenderungan untuk memilih sesuatu yang memang sesuai.

9 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transfortasi, h. 13

Page 17: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xvii

Sesudah masa kemerdekaan, ternyata keberadaan dan perkembangan

pesantren tetap tidak bisa meninggalkan basis lamanya di pedesaan.10

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tetap istiqomah dan

konsisten melakukan perannya sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama

(tafaqquh fi al-din) dan lembaga dakwah Islamiyah serta ikut mencerdaskan

bangsa telah diakui oleh masyarakat. Walaupun pesantren-pesantren sudah

banyak yang mengadakan perubahan-perubahan yang mendasar sebagai

jawaban positif atas perkembangan zaman namun perubahan tersebut masih

sangat terbatas.11

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengangkat sebuah

pesantren untuk dijadikan bahan penulisan skripsi. Pesantren tersebut yaitu

Pondok Pesantren Al-Quran Al-Furqon terletak di Kabupaten Bogor, tepatnya

di desa Cilendek. Pesantren ini adalah pesantren salafiyah yang didirikan oleh

K.H. Abdurrahman (biasa dipanggil Bapa atau Aba oleh santri dan masyarakat

setempat) pada tahun 1973. Sesuai dengan namanya yaitu Pondok Pesantren

Al-Qur’an Al-Furqon, pesantren ini mengkhususkan dirinya sebagai pesantren

dengan sistem pendidikan Al-Qur’an yang banyak mencetak para qori dan

qori’ah.

10

Manfred Ziemek, Pesantren, h. 56.

11 Abdullah Syukri, Gontor dan Pembaharuan pendidikan Pesantren, h. x.

Page 18: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xviii

B. Identifikasi Masalah

Dari judul yang penulis angkat, yaitu “Sejarah Perkembangan Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon (1973-2007)”, penulis dapat mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan tersebut sebagai berikut:

1. Sejarah perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon.

2. Pesantren sebagai lembaga pendidikan.

3. Pesantren dan masyarakat pedesaan.

4. Sejarah perekonomian pesantren.

5. Peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyaknya permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas,

untuk memperjelas dan membatasi masalah yang terlalu luas maka penulis

memberikan batasan-batasan masalah yang akan dibahas. Oleh karena itu,

penulis memberikan batasan kepada hal-hal yang berkaitan seputar sejarah

berdiri, perkembangan dan peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon.

2. Perumusan Masalah

Dengan batasan masalah di atas itulah kemudian penulis membuat

rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Page 19: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xix

• Bagaimanakah sejarah perkembangan serta peranan Pondok Pesantren

Al-Qur’an Al-Furqon dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial

budaya?

D. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian ini

yang terbagi dalam dua tujuan besar, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis.

1. Tujuan Akademis, yang meliputi:

a. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon.

b. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon.

c. Untuk mengetahui peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial budaya.

2. Tujuan Praktis, yang meliputi:

a. Sebagai syarat utama untuk mendapat gelar Strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk memperkenalkan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

kepada masyarakat luas.

c. Sebagai tambahan wawasan sejarah pesantren di Indonesia.

Page 20: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xx

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif

dengan menggunakan pendekatan sejarah dan pendekatan ilmu lainnya seperti

sosiologi keagamaan. Adapun dalam rangka mengumpulkan data untuk

menunjang penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

yang bersifat historis dengan tujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau

secara sistematik dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,

memverifikasi, serta mensintesis bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta

dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Untuk itu penulis dalam melakukan

penelitian ini menggunakan suatu alat pengumpulan data penelitian berupa:

1. Library Research

Yaitu mengumpulkan data teoritis yang bersumber dari bahan-

bahan kepustakaan yang ditulis para ilmuan yang ada hubungannya

dengan judul skripsi ini. Bahan pustaka menjadi sumber primer dan

sekunder berdasarkan otensitas dengan obyek pokok bahasan.

2. Field Research

Yaitu riset lapangan dengan mengadakan kunjungan langsung ke

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon. Sebagai obyek penelitian yang

berlokasi di daerah Bogor Barat tepatnya di Desa Cilendek Barat dengan

melakukan:

a. Deep Interview

Yaitu mengadakan interview (tanya jawab) dengan orang-orang yang

bersangkutan dengan hal ini yaitu: pimpinan pondok pesantren,

Page 21: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxi

pengurus, keluarga, guru, alumni pondok yang sekarang sudah cukup

berhasil membangun sebuah pondok atau menjadi tokoh agama dan

pejabat pemerintah daerah yang berkaitan dengan masalah yang akan

ditulis.

b. Observasi

Yaitu dengan melihat dan mengamati secara langsung keadaan sarana

pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren

tersebut.

Teknis penulisan yang dipakai penulis mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Jakarta Tahun 2007.

F. Survey Pustaka

Penulis telah melakukan survey pustaka ke beberapa literatur,

khususnya yang ada di lingkungan UIN Jakarta, penulis tidak menemukan

satu pun tulisan yang mengangkat pondok pesantren Al-Qur’an “Al-Furqon”

Kabupaten Bogor. Jadi boleh dikatakan tulisan ini adalah tulisan yang pertama

dan sumbangan penulis mengenai pesantren ini untuk daerah Kabupaten

Bogor.

Namun, literatur mengenai pesantren secara umum cukup banyak di

antaranya, yaitu:

Buku pertama, Budaya Damai Komunitas Pesantren, yang ditulis oleh

beberapa penulis di antaranya Badrus Sholeh dan kawan-kawan. Buku ini

mendasarkan kajiannya pada pilihan pendekatan studi lebih ke metode

Page 22: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxii

kualitatif. Buku ini membahas kondisi pesantren yang telah menjadi basis

pengembangan pendidikan Islam selama beradab-abad seolah tersapu oleh

derasnya penetrasi ekspresi global atas Islam Indonesia, yang dinilai semakin

radikal dan bahkan dituduh sebagai basis berkembangnya organisasi atau

gerakan terorisme di Asia Tenggara. Dan masih banyak lagi buku-buku yang

ada relevansi dengan pesantren seperti: Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret

Perjalanan, karya Nurcholish Madjid. Modernisasi Pesantren: Kritik

Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Tradisional Islam, karya Yasmadi.

Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, karya Zamakhsari

Dhofier, dan lain-lain.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab

berisi beberapa sub-bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan meliputi beberapa sub-bab, yaitu latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan terakhir

sistematika penulisan.

BAB II : Berisi selayang pandang Kabupaten Bogor, yang meliputi sejarah

ringkas Kabupaten Bogor, gambaran umum Kabupaten Bogor, dan

kondisi sosial-budaya serta keagamaan Kabupaten Bogor.

Page 23: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxiii

BAB III : Memuat tiga sub-bab yang berisi tentang sejarah perkembangan

pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon yang membahas sekilas

sejarah berdiri dan pendiri pondok pesantren serta latar belakang

dan tujuan berdirinya, perkembangan pondok pesantren Al-Qur’an

Al-Furqon sejak awal berdiri sampai sekarang, dan sistem

pendidikan pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon.

BAB IV : Berisi tentang peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

yang meliputi peranan di bidang pendidikan, di bidang dakwah dan

peranan di bidang sosial.

BAB V : Berisi kesimpulan, yang kemudian dilanjutkan dengan daftar

pustaka dan lampiran.

Page 24: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxiv

BAB II

SELAYANG PANDANG KABUPATEN BOGOR

E. Sejarah Ringkas Kabupaten Bogor

Pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari

sembilan kelompok pemukiman digabungkan oleh Gubernur Baron Van Inhof

menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pada waktu itu Bupati

Demang Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan

kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan dari

Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalibaru/Kalimulya.

Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan di sekitar pusat

pemerintahan, namun pada tahun 1754 pusat pemerintahannya terletak di

Tanah Baru kemudian dipindahkan ke Sukahati (Kampung Empang

sekarang).12

Terdapat berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri.

Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata Baghar

atau Baqar yang berarti sapi dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi

di Kebun Raya Bogor. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor

berasal dari kata Bokor yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Pendapat

di atas memiliki dasar dan alasan tersendiri diyakini kebenarannya oleh setiap

ahlinya. Namun berdasarkan catatan sejarah bahwa pada tanggal 7 April 1752

12 www.bogorkab.go.id

Page 25: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxv

telah muncul kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd Van de

Negorij Bogor, yang berarti kepala kampung Bogor. Pada dokumen tersebut

diketahui juga bahwa kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya

itu sendiri mulai dibangun pada tahun 1817.13

Perjalanan sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat

dengan zaman kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut. Pada

empat abad sebelumnya, Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang

mengawali zaman kerajaan Pajajaran, raja tersebut terkenal dengan “ajaran

dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan”. Sejak saat

itu secara berturut-turut tercatat dalam sejarah adanya kerajaan-kerajaan yang

pernah berkuasa di wilayah tersebut, yaitu:14

1. Kerajaan Taruma Negara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak

tahun 358 sampai dengan tahun 669.

2. Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun

852.

3. Kerajaan Sunda, diperintah oleh 28 raja. Bertahta sejak tahun 669 sampai

dengan tahun 1333. Kemudian dilanjutkan Kerajaan Kawali yang

diperintah oleh 6 orang raja berlangsung sejak tahun 1333 hingga 1482.

4. Kerajaan Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579.

Pelantikan raja yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu

perhatian khusus. Pada waktu itu terkenal dengan upacara Kuwedabhakti,

13

Profil Kabupaten Bogor ( Bogor: Bagian Humas Setda Kabupaten Bogor, 2007), h. 3.

14 www.bogorkab.go.id

Page 26: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxvi

dilangsungkan tanggal 3 Juni 1482. Tanggal itulah kiranya yang kemudian

ditetapkan sebagai hari Jadi Bogor yang secara resmi dikukuhkan melalui

sidang pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor pada tanggal 26

Mei 1972.

Pada tahun 1975, Pemerintah Pusat (dalam hal ini Menteri Dalam

Negeri) menginstruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat

Pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari Pusat

Pemerintahan Kotamadya Bogor. Atas dasar tersebut, pemerintah daerah

Tingkat II Bogor mengadakan penelitian dibeberapa wilayah Kabupaten

Daerah Tingkat II Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan

sebagai pusat pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya

adalah wilayah Kecamatan Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan

Kecamatan Cibinong (Desa Tengah).

Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang diajukan ke

pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah

Rancamaya wilayah Kecamatan Ciawi. Akan tetapi pemerintah Pusat menilai

bahwa Rancamaya masih relatif dekat letaknya dengan pusat pemerintahan

Kotamadya Bogor dan dikhawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan

dan pengembangan wilayah Kotamadya Bogor. Oleh karena itu atas petunjuk

pemerintah Pusat agar pemerintah daerah Tingkat II Bogor mengambil salah

satu alternatif wilayah dari hasil penelitian lainnya.15

15 Ibid.

Page 27: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxvii

Dalam sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tahun

1980, ditetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor

terletak di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Penetapan calon ibu kota ini

diusulkan kembali ke pemerintah Pusat dan mendapat persetujuan serta

dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, yang

menegaskan bahwa ibu kota pusat-pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II

Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Sejak saat itu

dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu kota

Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan pada tanggal 5 Oktober 1985

dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II

Bogor pada saat itu.16

F. Gambaran Umum Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan

langsung dengan ibu kota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar

299.019.06 Ha terletak antara 6019-6047 Lintang selatan dan 106021'-1070103'

Bujur Timur.

Wilayah ini berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi, Kota Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Propinsi Banten)

Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tengerang

Sebelah Timur : Kabupaten Karawang

16Profile Kabupaten Bogor, h. 3.

Page 28: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxviii

Sebelah Timur Laut : Kabupaten Purwakarta

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur

Sebelah Tengah : Kotamadya Bogor

Sebagai kota penyangga bagi DKI Jakarta, berupa pengembangan

pemukiman perkotaan sebagai bagian dalam sistem Metropolitan

Jabodetabek. Konservasi berkenaan dengan posisi geografis di bagian hulu

dalam tata air untuk Metropolitan Jabodetabek. Pengembangan pertanian,

khususnya holti-kultura. Jumlah penduduk yang besar seringkali menjadi

beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu,

untuk menunjang keberhasilan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Bogor

harus secara terus-menerus melakukan upaya pengendalian jumlah penduduk,

dengan menciptakan tatanan keluarga kecil sehat dan berkualitas sebagai

upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke depan.

Sumber: BAPPEDA Kab. Bogor

Page 29: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxix

Makna motif dan lambang daerah Kabupaten Bogor

1. Bagian inti :

a. Kujang, jenis senjata tradisional masyarakat Sunda yang identik

dengan keberanian dan keagungan Sunda di masa lampau. Kujang

melambangkan keperwiraan yang berarti gambaran masyarakat Bogor

yang memiliki sifat tak gentar dalam menegakkan kebenaran.

b. Pakujajar, merupakan lambang keteguhan yang selalu menjadi gema

tradisi bagi kerajaan Pajajaran yang pernah berpusat di Bogor.

Pakujajar ini melambangkan keteguhan dalam mempertahankan

tradisi dengan segala kepribadiannya dan nilai-nilai positif sebagai

wujud nyata melestarikan budaya bangsa.

c. Harupat yang berarti sagar/ruyung, sebagai gagang (perah) kujang

merupakan perlambang keterikatan Kabupaten Bogor dengan sejarah

asal-usul nama Bogor yang berarti Kawung. Harupat juga bermakna

sesuatu yang kuat, kokoh, simbol kekokohan masyarakat Bogor dalam

mempertahankan jati diri.

Page 30: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxx

d. Anda (telur), yang di dalamnya terdapat Kujang, harupat, pakujajar

dan warna putih melambangkan awal atau inti kehidupan yang

ditandai oleh kesucian.

2. Bagian tengah:

a. Puncak Sunung (Meru), pada bagian tengah menunjukkan Gunung

Salak dan Gunung Pangrango yang secara geografis keduanya

merupakan patok/batas wilayah Kabupaten Bogor di sebelah selatan.

Puncak Gunung melambangkan tujuan atau cita-cita yang tinggi. Dua

puncak gunung yang berbeda tingginya menggambarkan anak tangga

menuju tujuan atau cita-cita.

b. Aliran Sungai, dua aliran sungai yang mengapit anda (telur)

melambangkan Sungai Ciliwung dan Cisadane mengapit Bogor.

Aliran sungai mempunyai makna filosofis yang melambangkan

kesuburan. Sungai Ciliwung dan Cisadane memiliki arti yang strategis

bagi pembangunan pertanian di Kabupaten Bogor.

c. Segitiga sama sisi, membingkai gunung dan sungai yang menjadi

sumber kehidupan bagi masyarakat, bermakna keutamaan.

Melambangkan bahwa kesuburan dan kekayaan alam harus diolah dan

dimanfaatkan dengan landasan nilai-nilai keutamaan agar memperoleh

kemaslahatan.

3. Bagian luar:

Lingkaran, melambangkan kesempurnaan. Artinya perjuangan hidup

haruslah ditujukan kearah kesempurnaan lahir dan bathin tanpa cacat

Page 31: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxi

seperti lingkaran penuh yang merupakan proyeksi sebuah pola bumi

tempat hidup manusia.

4. Makna warna:

a. Hitam dan putih, keduanya melambangkan perjuangan hidup; Putih

melambangkan kesucian, kebenaran dan kebersihan sedangkan hitam

melambangkan kebathilan atau kesuraman.

b. Kuning, merupakan warna emas, melambangkan kejayaan dan

kebesaran.

c. Hijau, digunakan sebagai warna dasar mengandung makna kesuburan.

Bagi orang Sunda, hijau berarti subur.

d. Biru, merupakan warna yang menimbulkan kesan keindahan, Seperti

laut biru, gunung yang membiru. Karena itu biru melambangkan

keindahan. Lambang ini bermakna bahwa Bogor sebagai daerah wisata

alam memiliki keindahan alam yang mempesona.

5. Perisai:

a. Tiga sudut dalam perisai melambangkan tiga komponen yang

menentukan kesejahteraan umat di suatu kawasan/Negara yang disebut

dengan "Trinangtung di Bumi" yaitu masyarakat, ulama, cendikiawan

dan pemerintahan (Umaro).

b. Tiga garis sisi membentuk perisai, melambangkan tiga hal yaitu iman,

ilmu dan amal yang merupakan benteng kehidupan umat.

c. Perisai yang bertuliskan motto juang "TEGAR BERIMAN" pada

bagian bawahnya melambangkan tameng dan benteng yang mampu

Page 32: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxii

menjamin keamanan, ketentraman dan kenyamanan hidup lahir dan

bathin berupa keimanan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

6. Arti rangkaian kata:

a. Prayoga Tohaga Sayaga, Prayoga berarti Utama, Tohaga berarti

Kokoh dan kuat, Sayaga berarti sedia, siap siaga. Prayoga Tohaga

Sayaga mengandung makna pendirian dan perjuangan masya-rakat

Kabupaten Bogor hendaknya selalu mengutamakan kekokohan, kuat

pada pendirian dan perjuangannya serta selalu siap siaga menghadapi

berbagai tantangan dalam mencapai cita-cita, mewujudkan masyarakat

adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

b. Kuta Udaya Wangsa, Kuta berarti Kota, Udaya berarti fajar,

Kebangkitan atau pembangkit, Wangsa berarti bangsa atau suku bangsa.

Ketiga kata tersebut mengandung makna bahwa Kabupaten Bogor

dengan dukungan masyarakatnya hendaklah menjadi pembangkit dan

pusat kebangkitan bagi perjuangan pembangunan untuk memperoleh

kemajuan dan kemakmuran bangsa.

c. Tegar Beriman, Akronim dari Tertib, Segar, Bersih, Indah, Mandiri,

Aman dan Nyaman. Tegar Beriman menggambarkan kondisi

masyarakat dan lingkungan alam daerah yang terbentuk oleh perilaku

dan usaha masyarakatnya dengan landasan iman yang kokoh. Hal ini

juga merupakan perwujudan dari Prayoga Tohaga sayaga dan Kuta

Udaya Wangsa. TEGAR BERIMAN merupakan motto juang

Page 33: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxiii

Kabupaten Bogor yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 2 tahun 1995.

G. Kondisi Sosial-Budaya

Potensi kekayaan seni budaya, keramahan dan sopan santun

penduduknya serta kesejukan udaranya merupakan kebanggaan dan

keistimewaan yang membedakan Kabupaten Bogor dengan daerah lainnya di

Indonesia. Keragaman seni budaya dan pariwisata sebagai potensi daerah

merupakan kekayaan yang terus dilestarikan. Dimana nilai-nilai budaya yang

ada dilihat sebagai bagian dari masa depan dan dikembangkan secara kreatif.

Meski masyarakatnya telah banyak mengalami pergeseran namun adat

istiadat serta kebudayaan asli daerah yang merupakan warisan leluhur tetap

dilestarikan.17

Cepatnya laju imigrasi dari berbagai daerah, pertemuan antara

masyarakat dan pendatang yang berbeda budaya ras dan suku bangsa tidak

lagi dapat dihindarkan. Namun dengan kearifan sikap hal tersebut tidak

menjadi perpecahan dan kerancuan budaya.18

Kabupaten Bogor merupakan tempat dimana budaya Sunda masih

tetap terpelihara, sehingga selalu menarik untuk digali dan dicermati sebagai

perekat persatuan dan kesatuan dimasyarakat. Seni budaya yang merupakan

17

Profile Kabupaten Bogor, h. 20.

18 Ibid.

Page 34: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxiv

potensi yang berpengaruh bagi pengembangan sektor kepariwisataan antara

lain: angklun, silat cimande, debus, wayang golek dan sebagainya.

Kerukunan antar umat beragama diupayakan agar senantiasa terbina

dengan baik demi terlaksananya kesinambungan pembangunan dan kokohnya

persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini juga merupakan usaha membentengi

diri terhadap dampak negatif modernisasi dan globalisasi.19

Untuk mendukung hal tersebut Pemerintah senantiasa berusaha

memfasilitasi kebutuhan pembangunan sarana peribadatan dan senantiasa

menjalin kerjasama dengan para ulama, tokoh agama untuk meningkatkan

harmonisasi dan kerukunan hidup sesama umat beragama.20

Seni dan Budaya

Seni tradisional yang terdapat di Kabupaten Bogor:

No Seni Tradisional Lokasi

1 Pedalangan Kec. Ciampea, Cibungbulang, Nanggung, Cigudeg,

Ciriu, Jonggol, Parung

2 Topeng Cikuda Kec. Gunungsindur

3 Reog Kec. Gunungsindur, Leuwiliang, Gunung Putri, Cariu,

Ciomas, Cijeruk, Cibungbulang, Nanggung, Cigudeg

4 Calung Kec. Cibinong, Ciomas, Cibungbulang, Gunung Putri,

Cariu, Klapanunggal, Rumpin, Parung, Cisarua,

Nanggung, Sukaraja, Ciawi, Babakan Madang.

5 Gondang Kec. Cibinong, Pamijahan

6 Kliningan Kec. Cariu, Ciampea, Nanggung, Cigudeg, Jonggol,

Parung, Cibinong.

7 Barongsay Kec. Citeureup, Ciampea, Jonggol, Parung, Cibinong.

19

Ibid.

20 Ibid.

Page 35: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxv

8 Cibatokan Kec. Cibungbulang.

9 Qosidah 35 Kecamatan

10 Marawis Kec. Ciawi, Cisarua

11 Degung Kec. Cisarua, Ciawi, Cibinong, Cariu, Cileungsi,

Jonggol, Gunung Putri, Cibungbulang, Leuwiliang,

Parung, Babakan madang, Citeureup, Jasinga.

12 Tari Klasik Kec. Cibinong

13 Rampak Gendang Kec. Cibinong, Dramaga.

14 Angklung Kec. Cibinong, Citeureup, Sukaraja, Ciawi

15 Pantun Beton Kec. Cariu

16 Kecapi Suling Kec. Cibinong, Ciawi, Cisarua, Parung, Cileungsi

17 Tembang Sunda

Cianjuran

Kec. Kemang, Ciawi

18 Tandjidor Kec. Kemang, Bojong Gede, Cijeruk, Citeureup,

Leuwiliang, Parung, Cibinong.

19 Jingprak Kec. Cibungbulang

20 Ajeng Kec. Cileungsi

21 Tari Jaipong Kec. Cibinong, Dramaga, cileungsi, Cariu, Jonggol,

Ciomas

22 Pencak Silat 35 Kecamatan

Sumber: Dinas Pariwisata dan Seni Budaya

H. Kondisi Keagamaan Kabupaten Bogor

Masyarakat Kabupaten Bogor, umumnya masyarakat Sunda pra

Hindu-Budha yang telah mempercayai akan adanya Tuhan yang mereka sebut

Hyang atau Sang Hyang.21

Ketika agama Hindu-Budha masuk ke daerah ini,

21

Istilah Sang Hyang merupakan tanda penghormatan dan penghargaan kepada raja-raja

yang menguasai kerajaan Sunda. Seperti Prabu Raja Ratu disebut dalam prasasti Batu Tulis

sebagai Ra Hyang Niskala Wastu Kencana, anaknyadisebut dengan nama Ra Hyang Ningrat

Kencana. Ratu Samiam juga disebut dengan nama Sang Hyang, dan lain-lain. Penggunaan istilah

atau nama Sang Hyang,Ra Hyang dapat diartikan sebagai bentuk pelegitimasian terhadap raja agar

mendapat penghormatan lebih, karena istilah Hyang dalam masyarakat Sunda adalah istilah lain

sebutan terhadap Tuhan atau kuasa (dewa-dewi),seperti Nyi Pohaci Sang Hyang Sri (Dewi Padi),

Sang Hyang Linggawisi, Sang Hyang Watangagong dan lain-lain.

Page 36: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxvi

agama yang mereka yakini tidak hilang, karena agama Hindu-Budha berbaur

dengan agama lama masyarakat Sunda. Hal ini dapat terbukti dengan posisi

Dewa-dewi Hindu-Budha berada di bawah Hyang. Dalam sanghyang

siksakanda ng karesian, menyebutkan “…mangkubumi bakti di ratu, ratu

bakti di dewata dewata bakti di hyang…”.(Mangkubumi berbakti kepada

Raja, Raja berbakti kepada Dewata, Dewata berbakti kepada Hyang).22 Dari

bukti yang ada ternyata Agama Sunda, yang percaya kepada Hyang tetap

diyakini oleh orang-orang Sunda, terutama di daerah pedalaman dan rakyat

biasa. Meskipun agama Hindu-Budha telah banyak diyakini olah para raja dan

pembesar kerajaan.

Adapun kedatangan Islam ke Bogor karena adanya hubungan

perdagangan orang-orang pribumi dengan orang-orang Muslim yang datang

dari Arab, Persia, dan India yang diperkirakan telah dimulai sejak abad ke 7

M. dengan diawali hubungan yang menguntungkan kedua belah pihak ini,

menjadikan Nusantara merupakan daerah perdagangan yang sangat ramai

dikunjungi dan menjadi pusat perdagangan, barang dagangan yang biasa

ditemui dengan mudah terutama rempah-rempah dan hasil hutan di daerah

Nusantara yang telah terkenal. Di masa selanjutnya, dengan adanya hubungan

perdagangan ini menghasilkan terbentuknya komunitas-komunitas Islam di

daerah-daerah kepulauan Nusantara.23

22

Atja dan Saleh Danasasmita, Sanghyang Siksakandang Karesian; Naskah Sunda Kuno

Tahun 1518 M (Proyek Pengembangan Pemuseuman Jawa Barat), h.22 & 28.

23 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia

(T.tp.: Menara Kudus, 2000), h. 1-2.

Page 37: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxvii

Kerukunan antar umat beragama diupayakan agar senantiasa terbina

dengan baik demi terlaksananya kesinambungan pembangunan dan kokohnya

persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini juga merupakan usaha membentengi

diri terhadap dampak negatif modernisasi dan globalisasi.24

Untuk mendukung hal tersebut Pemerintah senantiasa berusaha

memfasilitasi kebutuhan pembangunan sarana peribadatan dan senantiasa

menjalin kerjasama dengan para ulama, tokoh agama untuk meningkatkan

harmonisasi dan kerukunan hidup sesama umat beragama.

Berkenaan dengan sarana keagamaan dan jumlah pemeluk agama,

kegiatan umat beragama di Kabupaten Bogor semakin semarak dan telah

berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

penghayatan dan pengalaman ajaran agama sebagaimana tuntunan kitab suci

dan rasul-Nya. Kegiatan keagamaan itu sangat didukung pula oleh

ketersediaan sarana keagamaan, berupa Masjid sebanyak 3.412, Musholla

sebanyak 3.736, Gereja katolik sebanyak 24, gereja Protestan Sebanyak 20,

pura 8 dan vihara 20. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan agama yang

dianut terdiri dari pemeluk agama Islam sebanyak 3.253.382 jiwa, Katolik

sebanyak 24.519 jiwa, Protestan sebanyak 21.665 jiwa, Hindu sebanyak

11.932 jiwa dan pemeluk agama Budha sebanyak 21.209 jiwa.25

24

Ibid.

25 www.bogorkab.go.id

Page 38: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxviii

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

AL-QUR’AN AL-FURQON

Istilah pondok pesantren di berbagai daerah memiliki sebutan yang

beragam. Di Minangkabau misalnya, pesantren disebut surau, penyantren di

Madura, rangkang di Aceh dan Pondok di Jawa Barat.26

Namun secara definitive,

seperti diidentifikasi oleh hasil keputusan Musyawarah / Lokakarya tentang

Pengembangan Pondok Pesantren tanggal 2 sampai dengan 6 Mei 1978 di Jakarta,

pondok pesantren paling tidak memuat tiga unsur, yaitu kyai (Sunda : ajengan),

santri dengan asramanya dan masjid atau mushalla.27

Pondok pesantren terdiri dari dua rangkaian kata; pondok dan pesantren,

yang membentuk suatu pengertian. Kata pondok berasal dari bahasa Arab funduk

yang berarti rumah penginapan atau hotel.28 Menurut WJS. Poerwadarminta

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

“Pondok mengandung empat makna; 1) rumah untuk sementara

waktu, 2) rumah, 3) rumah yang agak kurang baik biasanya berdinding

bilik beratap rumbia dsb. dibuat berpetak-petak untuk tempat tinggal

(beberapa keluarga), 4) madrasah dan asrama (tempat mengaji belajar

agama Islam dsb.).29

26

Mulyanto Sumardi, Sejarah Singkat Pendidikan Islam Di Indonesia 1945-1979 (Jakarta: Dharma Bhakti, 1978), h. 38.

27 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Lembaga Islam, Pedoman

Pembinaan Pondok Pesantren (Jakarta: 1988), h. 8.

28 Ibid., h. 7.

29 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. VII (Jakarta: Balai

Pustaka, 1984), h. 955

Page 39: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xxxix

Kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan “pe” dan akhiran

“an”, yang berarti tempat tinggal santri.30

Sedangkan santri merupakan gabungan

kata sant (manusia baik) dengan kata tra (suka menolong), sehingga kata

“pesantren” berarti tempat tinggal/pendidikan manusia baik-baik.31 Namun

menurut Prof. Johns, kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru

mengaji. Sedangkan CC. Berg berpendapat, asal kata santri adalah shastri yang

dalam bahasa India bermakna ahli kitab suci agama Hindu. Shastri sendiri berasal

dari kata shastra yang berarti buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu

pengetahuan32

Soegarda Poebakawatja juga menjelaskan bahwa pesantren berasal dari

kata santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam. Dengan demikian pesantren

mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam.33

Hamdan

Rasyid mendefinisikan, pondok pesantren sebagai tempat pendidikan Islam khas

Indonesia yang tumbuh berkembang sejak masa-masa awal kedatangan Islam di

Indonesia.34

30

Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Cet. I

(Jakarta: LP3ES, 1982), h. 18.

31 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, Cet. I (Jakarta: P3M, 1986), h.

66.

32 CC. Berg, Indonesia, dalam HAR. Gibb (ed.), Whiter Islam? A Survey of Modern

Movement in the Moslem World (London: 1933), h. 257.

33 Soegarda Poebakawatja, Ensiklopedia Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976), h.

223.

34 Hamdan Rasyid, Kaderisasi Ulama Di Pesantren, dalam Dinamika Pesantren, Telaah

Kritis Terhadap Pesantren Saat ini, Saefullah Ma’shum, ed., Cet. II (Jakarta: Yayasan Islam al-

Hamidiyah, 1988), h. 76.

Page 40: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xl

Departemen Agama RI pun merumuskan pondok pesantren sebagai

berikut “The Pesantren is a system of religious education making it obligary for

their students to stay in boarding-school …” (Pesantren adalah sebuah sistem

pendidikan keagamaan yang memikul tanggung jawab bagi para muridnya untuk

bertempat tinggal di pondok …)35

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan pengertian

pondok pesantren sebagai: “Rumah sementara/asrama tempat belajar

mengajar/lembaga pendidikan, penyebaran/penyiaran agama Islam beserta seluk

beluknya.

Secara umum, pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagai

lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, untuk membentuk manusia yang

mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya ajaran-ajaran agama Islam, untuk

memajukan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan luas dan juga untuk

melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan diajarkan serta

disebarkan lagi oleh generasi berikutnya. Disamping itu pesantren juga sebagai

lembaga yang berfungsi sebagai tempat berinteraksi dan bersosial.

Dan sehubungan dengan semakin berkembangnya pesantren saat ini, maka

pondok pesantren diharapkan bisa menjadi acuan atau referensi guru bagi

pembangunan masyarakat sekitarnya, yang mampu menetapkan diri dan konsisten

dalam mata rantai keseluruhan pendidikan nasional, dalam rangka pembangunan

masyarakat seutuhnya.

35

Departemen Agama RI, The Development of Islam in Indonesia (Jakarta: Karya Uni

Press, t.t.), h. 50

Page 41: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xli

Mengenai sejarah perkembangan pondok pesantren di Indonesia, ada

beberapa pendapat yang membicarakan mengenai asal usul dan latar belakangnya.

Pertama; pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam

sendiri, yaitu tradisi tarekat.36 Pengikut tarekat selain diajarkan amalan-amalan,

juga diajarkan kitab-kitab agama Islam dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan

agama Islam. Aktivitas mereka dinamakan pegajian. Selanjutnya pengajian ini

tumbuh dan berkembang melalui lembaga pesantren.37

Kedua; pendapat yang

menyatakan bahwa kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga

pendidikan “Kuttab”.38

Dan ketiga; mulanya merupakan pengambil-alihan dari

sistem pesantren orang-orang Hindu di Nusantara pada masa pra-Islam.39

Dilihat dari aspek materi dan metode pendidikan yang diterapkan,

pesantren di Indonesia setidak-tidaknya dapat diketahui dalam bentuk salaf murni,

yaitu pesantren yang semata-mata hanya mengajarkan pengajian kitab kuning,

dengan menggunakan sistem Sorogan dan Bandungan.40

36

Istilah Tarekat diambil dari bahasa Arab Thariq, yang berarti “Jalan: Jalan kontemplatif

Islam”. Kata ini biasanya dikontraskan dengan syariat yang berorientasi kepada tindakan

kehidupan. Lihat Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Cirebon, Cet. I (Jakarta:

Logos, 2001), h. 337.

37 Abul Azis, Ensiklopedia Islam, Cet. I (Jakarta: Logos, 2001), h. 103.

38 Istilah “Kuttab” adalah lembaga pendidikan dasar yang telah muncul sejak zaman

Nabi, lihat Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, Cet. I (Bandung: Tri Geda Karya, 1993).

39 Azis, Ensiklopedia, h.104.

40 Sorogan merupakan sistem pengajian yang dilakukan oleh santri secara perorangan.

Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membiming secara maksimal

kemampuan seorang santri. Sedangkan istilah Bendungan merupakan sistem pengajian yang

diakukan oleh santri secara bersama-sama. Biasanya dimaksudkan untuk santri-santri tingkat

menengah, tinggi. Lihat Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, h. 29-30.

Page 42: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xlii

Pada masa perkembangan Islam di Indonesia, pesantren menjadi basis

sentral dalam penyebaran agama Islam di Nusantara dan menjadi pusat massa

yang bergerak menantang penjajahan pada masa pra-kemerdekaan. Akan tetapi

esensi dari berdirinya pesantren adalah sebagai sebuah lembaga yang berorientasi

pada pendidikan dan pengajaran agama Islam, bukan lembaga pergerakan sosial

dan politik.

Sejarah mencatat bahwa, pesantren adalah benteng pertahanan terakhir

dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau basis umat Islam di negeri ini pada

era kemerdekaan, baik sebelum maupun sesudahnya. Bagaimanapun juga,

berdirinya Republik ini tidak bisa dilepaskan dari peran serta jasa ulama.41

Pondok pesantren adalah lembaga yang dapat dikatakan wujud proses

perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak

hanya identik dengan makna ke-Islaman, tetapi juga mengandung makna keaslian

Indonesia. Sebab, sebagai lembaga yang serupa, pesantren sebenarnya sudah ada

sejak masa kekuasaan Hindu-Budha, sehingga Islam tinggal meneruskan dan

mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya, ini tidak berarti

mengecilkan peranan Islam dalam mempelopori masalah pendidikan Islam di

Indonesia.42

Pada umumnya, mayoritas pondok pesantren tumbuh-berkembang

dan berasal dari lembaga-lembaga pengajian. Relasi antara pegajian dan lembaga

41

Saefullah Ma’shum, ed., Dinamika Pesantren: Telaah Kritis Keberadaan Pesantren

Saat Ini, Cet. I (Jakarta: Yayasan Islam al-Hamidiyah, 1998), h. 25.

42 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:

Paramadina, 1997), h. 3.

Page 43: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xliii

pesantren merupakan sebuah sinergi yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan

satu sama yang lain.43

Dewasa ini, pesantren terbagi kedalam dua jenis, yaitu pesantren Salaf

(masih menggunakan sistem pendidikan sederhana atau tradisional) dan pesantren

Modern (sudah mengadopsi sistem pendidikan modern/umum).44 Nurcholish

Madjid mensinyalir bahwa pesantren mengandung makna Islami sekaligus

keaslian (Indigenous) masyarakat Islam Indonesia.45

Pesantren dapat dikategorikan sebagai lembaga pendidikan “tradisional”.

Dalam batasan ini, merujuk bahwa lembaga ini telah menjadi bagian yang

mendasar dari sistem kehidupan mayoritas umat Islam Indonesia, dan telah

mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan hidup umat

Islam. Pengertian dalam arti “tradisional” disini bukan berarti tetap (stagnan)

tanpa mengalami adaptasi melainkan cara pembelajaran dan sistem pondok

pesantren.46

Uraian di atas menjelaskan bahwa pesantren telah dikenal sejak lama.

Namun demikian, pesantren baru mendapat perhatian para ahli yang mempelajari

Islam di Indonesia sejak pertengahan abad ke-19,47

itupun pada umumnya belum

merupakan deskripsi yang utuh mengenai pesantren. Terlepas dari karakteristik

43

Ibid., h. 31.

44 Azyumardi Azra, “Pesantren: Kontinuitas Dan Perubahan”, Pengantar dalam

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, h. xii.

45 Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, h. 3.

46 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Cet. I (Jakarta: INIS, 1994), h. 55.

47 Sindu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, Cet. I, (Jakarta: Rineka Cipta,

1999), h. 20.

Page 44: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xliv

dan jenis pesantren, Zamakhsyari melihat setidaknya pesantren memiliki lima

elemen dasar, yaitu kyai, masjid, santri, pondok, dan kitab Islam klasik (kitab

kuning). Sebagai elemen, itu yang membedakan sistem pendidikan pesantren

dengan lembaga pendidikan lainnya.

Pondok pesantren juga terbagi berdasarkan klasifikasi spesifikasinya,

seperti pesantren yang khusus mempelajari dan memperdalam Al-Qur’an,

pesantren yang khusus untuk mengafalkan Al-Qur’an atau yang biasa disebut

pesantren Huffadz, pesantren yang khusus untuk kelompok tarekat, dan lain-lain.

Walaupun dalam prakteknya pondok pesantren disamping kekhususannya itu

tetap mengajarkan dan menyiarkan ajaran dan pengetahuan-pengetahuan agama

yang lain, seperti ilmu Fiqih, Tasawuf, Aqidah, dan lain-lain.

Jumlah pondok pesantren di Indonesia sendiri sudah tidak terhitung lagi

jumlahnya, baik yang berbasis salafiyah maupun modern ataupun kombinasi

antara salafiyah dan modern. Di Kabupaten Bogor sendiri, jumlah pondok

pesantren yang tercatat di Direktorat Pendidikan Islam, Departemen Agama RI,

sampai saat ini mencapai 209 pondok pesantren, yang terdiri dari pondok

pesantren salafiyah dan kombinasi salafiyah dan modern.48 Dan diantara sekian

banyaknya pondok pesantren di Kabupaten Bogor, salah satunya adalah pondok

pesantren Al-Qur’an Al-Furqon yang akan penulis kaji dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

Pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon didirikan tahun 1975 oleh

almarhum K.H. Abdurrahman (yang biasa dipanggil Bapak atau Abi oleh

48 pendis.depag.go.id/kerangka/pontren.htm

Page 45: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xlv

santri dan anak-anaknya, dan selanjutnya disebut Bapak) yang terletak di

Kampung Sawah Desa Cilendek Barat Kecamatan Cilendek Barat. Pada

awalnya pondok pesantren itu bukan merupakan bangunan milik pribadi

tetapi masih tempat kontrakan yang sangat sederhana. Pada periode awal

ini, tempat belajarnya masih menyatu dengan kediaman bapak.49

Adapun berdirinya pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh

keinginan dan semangat yang kuat dari Bapak untuk mengembangkan dan

mengamalkan ilmu Al-Qur’an, karena memang pada waktu itu tidak

banyak tempat atau wadah yang mengkhususkan untuk mempelajari Al-

Qur’an dengan seni (lagu). Sementara Bapak sendiri banyak bergelut di

bidang seni baca Al-Qur’an, bahkan beliau sempat mengikuti MTQ

(Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat nasional di Palembang. Maka, atas

dorongan dan dukungan dari keluarga, dibangunlah sebuah pondok

pesantren yang diberi nama “Al-Furqon”. Nama ini diambil dari nama lain

dari Al-Qur’an yang berarti pembeda, dalam hal ini pembeda antara yang

hak dan bathil.50

Pada awal berdirinya pesantren, santri yang menuntut ilmu di sana

masih berupa “santri kalong” yakni santri yang tidak tinggal menetap di

pondok atau asrama. Pada waktu itu santrinya baru berjumlah dua orang,

namun dalam perkembangannya, beliau mempunyai gagasan bahwa santri

49 Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim selaku ketua Yayasan Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon pusat, Cimulang, Bantar Kambing, Bogor, 07 Mei 2008.

50 Ibid.

Page 46: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xlvi

yang menuntut ilmu di Al-Furqon bukan lagi sebagai santri kalong. Lepas

dari kontrakan, Bapak mulai membangun dua lokal di pinggir sungai kecil

untuk pesantren dan rumahpun masih panggung pada tahun 1978, dan

waktu itu santrinya sudah ada sepuluh orang. Tidak lama kemudian, Bapak

kembali mengikuti MTQ tingkat nasional di Semarang antara tahun 1979-

1980-an. Mulai dari sini pulalah santri sudah mulai melonjak banyak, yang

kemudian Bapak mendapat panggilan dari Bupati Bogor yang waktu itu

dijabat oleh bapak Aif Ruhdi dan memberikan bantuan dana sebesar Rp 7

juta (tujuh juta rupiah) yang pada tahun itu jumlah tersebut sudah sangat

besar-untuk membangun dua lantai yang kemudian terealisasi dengan baik

sehingga terbentuklah pesantren dari mulai jumlah santrinya 2 orang saja

hingga akhirnya sampai 200 orang pada waktu itu.

Pada tahun 1984, Bapak mengikuti MTQ di Bandung yang

kemudian mendapat juara I, waktu itu beliau berdampingan dengan KH.

Ahmad Syahid. Setelah mengikuti MTQ di Bandung itulah, Bapak sampai

mempunyai 700 santri pada tahun 1990-an.51 Karena mulai

berkembangnya pesantren, Bapak mulai memikirkan untuk pindah dan

membangun tempat yang lebih luas dan memadai, akhirnya pada tahun

1992 bapak membangun pesantren di daerah Cimulang, Bantar Kambing

Bogor yang sekarang dijadikan pusat dari pesantren Al Furqon.

Pada akhir tahun 1996 Bapak beserta keluarga pindah dari

Cilendek ke Cimulang, tetapi banyak warga yang berdatangan meminta

51 Ibid.

Page 47: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xlvii

Bapak agar tidak meninggalkan desa mereka dan kebetulan juga anaknya

yaitu KH. Ahmad Baisuni (biasa di panggil “Aa”) tidak ingin pindah dan

meninggalkan Cilendek. Akhirnya pada tahun 1997 , Aa beserta istri

diberikan kepercayaan untuk memimpin pondok pesantren Al-Furqon 1 di

Cilendek dan Bapak pindah ke Cimulang dengan anggota keluarga yang

lain dengan membawa santri yang telah dibagi menjadi dua yaitu 350

orang dibawa Bapak dan 350 orang ditinggal di Cilendek.52

Al-Furqon 1 di

tinggal Bapak-karena figur Bapak yang lebih dikenal oleh masyarakat

pada waktu itu-bukan akhir dari segalanya, walaupun pada saat itu

kondisinya sangat memprihatinkan, tetapi dengan segala keterbatasan dan

dengan doa dari orang tua serta usaha Aa dan Istri (teteh) santri mulai

banyak yang datang karena figur Bapak sudah tergantikan oleh Aa yang

memang notabene masih muda dan berprestasi yaitu juara 1 MTQ tingkat

Propinsi dan beliau merupakan pemegang Tajwid terbaik se-Kota dan se-

Kabupaten Bogor.

2. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama

maupun ilmu umum atau ilmu yang menyangkut permasalahan duniawi.

Karena hidup umat manusia di muka bumi ini adalah mengharap

kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.

52

Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Jubaedah selaku pengasuh pondok pesantren Al-

Qur’an Al Furqon 1, Cilendek Barat, Bogor, 14 Mei 2008.

Page 48: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xlviii

Tujuan pendidikan Islam sebenarnya bukan hanya membentuk

pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT saja, tetapi juga

membentuk jiwa seorang muslim yang dapat menyiarkan ajaran Islam

kepada muslim lainnya. Untuk mencapai tujuan itu, sangat dibutuhkan

suatu wadah pendidikan bagi umat muslim. Wadah ini direalisasikan demi

mendapatkan kader-kader penyebar ajaran agama Islam di masa

mendatang. Itulah sebabnya, tidak heran bahwa bila para ulama dahulu

sampai sekarang mendirikan pondok pesantren sebagai wadah pembinaan

umat Islam.

Setiap orang hidup pasti punya tujuan, begitu pula bapak, beliau

membangun pondok pesantren Al-Furqon pun mempunyai tujuan. Adapun

tujuan utamanya adalah untuk memajukan umat agar dapat baca tulis Al-

Qur'an, menghafal Al-Qur’an, mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an,

memberikan pemahaman akan isi dan kandungan Al-Qur’an dan mencetak

qori dan qori’ah yang berprestasi di masa yang akan datang serta

membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Bapak juga mempunyai

pemikiran agar setelah santri keluar dari pondok pesantren Al-Furqon

dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara mendekatkan para

santri itu sendiri dengan masyarakat.53

Di samping itu, tujuan pendidikan pondok pesantren adalah untuk

membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya

ajaran-ajaran agama Islam. Selain itu, diharapkan memiliki kemampuan

53 Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim.

Page 49: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

xlix

tinggi untuk mengadakan respon terhadap tantangan-tantangan dan

tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang lingkup dan waktu di

masyarakat.

Adapun visi dan misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

adalah sebagai berikut:

a. Mencetak Qori dan Qori’ah yang berakhlak Qur’ani.54

b. Meningkatkan Iman dan Taqwa

c. Meningkatkan Akhlakul Karimah

d. Mempersiapkan masa depan yang Qur’ani.55

Adapun kegiatan yang diterapkan sebenarnya tidak terlepas dari

tujuan utama didirikannya Pondok Pesantren ini, yaitu mengajarkan baca

tulis dan mengenalkan lagu-lagu dalam membaca Al-Qur’an, memberikan

pemahaman kandungan Al-Qur’an, mencetak qori dan qori’ah yang

berprestasi di masa-masa yang akan datang serta membentuk insan-insan

yang bertaqwa kepada Allah SWT. Karena itu, kegiatan belajar/pengajian

yang diadakan waktunya mengiringi pelaksanaan Shalat lima waktu. Di

sela-sela kegiatan tersebut, sering diberikan nasihat-nasihat yang dikutip

dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadis sebagai media pembinaan

mental (akhlak)..

54

Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Jubaedah.

55 Ibid.

Page 50: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

l

B. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

Sejak awal berdirinya pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon sampai

sekarang, banyak perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai. Seperti

yang sudah dijelaskan di atas, pada awal berdirinya, yakni pada tahun 1973,

pesantren ini belum memiliki sarana yang memadai untuk proses belajar

mengajar. Dimulai dari sebuah rumah kontrakan, bapak menerapkan program

pendidikan pada saat itu hanya sebatas baca tulis Al-Qur'an, menghafal Al-

Qur’an dan mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an.

Perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai pondok pesantren Al-

Qur’an Al-Furqon sampai saat ini tentunya bukan hanya dari segi kualitas saja

tetapi juga dari segi kualitas.

Dari segi kuantitas, pondok pesantren Al-Furqon telah melakukan

pengembangan dengan mempunyai beberapa cabang di beberapa tempat, yang

tentunya dengan adanya cabang-cabang tersebut semakin bertambah banyak

pula jumlah santrinya. Diantara cabang-cabang pondok pesantren Al-Furqon

yang ada sampai saat ini antara lain:

1. Pondok Pesantren Al-Furqon di Cimulang Kemang Bogor yang

merupakan menjadi pusat dari semua cabang.

2. Pondok Pesantren Al-Furqon I di Cilendek Barat Bogor Barat.

3. Pondok Pesantren Al-Furqon II di Cilendek Barat Bogor Barat.

4. Pondok Pesantren Nurul Furqon di Cibinong.

5. Pondok Pesantren Al-Itsqon di Leuwiliang Bogor.

6. Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an di Cijeruk Bogor.

Page 51: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

li

7. Pondok Pesantren Hidayatul Furqon di Leuwiliang Bogor.

8. Pondok Pesantren Baitul Furqon di Bogor.

Keadaan sarana fisik pondok pesantren Al-Qur’an Al-Fuqon, baik

asrama putra dan putri, masjid, aula, sekretariat dan sebagainya, cukup

memadai walaupun kondisinya sangat sederhana.

Adapun dari segi kualitas, pondok pesanten Al-Furqon sangat

memperhatikan serta meningkatkan mutu segi materi pembelajaran, metode

pembelajaran, evaluasi sebagai barometer prestasi santri serta asatidz (guru).

Dengan pengembangan kualitas yang terus ditingkatkan oleh pondok

pesantren Al-Qur’an Al-Furqon, maka banyak kemajuan kualitas yang telah

dicapai pesantren ini. Salah satunya bisa dilihat dari prestasi-prestasi yang

telah diraih baik oleh santri maupun alumni khususnya dibidang seni

membaca Al-Qur’an (Qira’ah), antara lain:

1. Siti Azizah, finalis MTQ tingkat Nasional di Padang tahun 1985;

2. K.H. Jejen Syukrillah, juara I MTQ tingkat Internasional di Makkah, Saudi

Arabia tahun 1990;

3. K.H. Ridwan Alawi, juara II MTQ tingkat Internasional di Bangkok,

Thailand tahun 1992;

4. Hj. Titin Thoyyibah, juara I MTQ tingkat Nasional di Jambi tahun 1997;

5. Hj. Nurhidayah, juara harapan I MTQ tingkat Nasional di Bali dan juara I

MTQ RRI/TVRI di Jakarta tahun 1999;

6. Ustadz Andi Ghalib, juara I DAI TPI di Jakarta tahun 2007;

7. Dan lain-lain.

Page 52: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lii

C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

Setiap lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal

maupun pondok pesantren, tentunya memiliki sistem pendidikan dan

pengajaran tersendiri. Sistem pendidikan formal secara Nasional biasanya

sama karena ada aturan yang sentral dari pemerintah pusat. Sedangkan sistem

pendidikan pondok pesantren beserta peraturan-peraturan yang berlaku di

dalamnya walaupun ada yang sama tapi biasanya banyak pula yang berbeda

dikarenakan pengaturannya tidak terpusat seperti pendidikan nasional tetapi

dikelola sendiri-sendiri oleh masing-masing pondok pesantren.

Pondok pesanten Al-Qur’an Al-Furqon memakai sistem pendidikan

Salafi dengan menggunakan metode pengajaran yang dilaksanakan dengan

sistem Sorogan dan Bandongan.56

Dalam menggunakan kitab pelajarannya

sama dengan pesantren yang lainnya yaitu menggunakan kitab-kitab klasik.

Sistem ini lebih efektif untuk para santri yang telah mengikuti sistem

Sorogan, Bandongan dengan intensif dan lebih efisien bagi mereka yang

memiliki sarana yang diperlukan, seperti kitab-kitab yang dipelajari dan alat-

alat tulis. Kitab dipakai untuk menyimak, sedangkan alat tulis dipergunakan

untuk memberikan syarah, arti secara harfiah atau dalam bahasa Jawa

“ngafsahi”. Kebanyakan kitab-kitab klasik itu hasil karya dari ulama-ulama

56 Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti “sodoran atau yang disodorkan”.

Maksudnya suatu sistem pengajian dimana seorang santri berhadapan dengan seorang Kyai.

Kemudian Kyai memberikan tuntunan bagaimana cara membacanya, menghapalnya dan apabila telah meningkat, juga tentang terjemahan dan tafsirnya lebih mendalam. Metode ini adalah

merupakan metode yang paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada

kesempatan untuk tanya jawab secara langsung. Sedangkan yang diartikan dengan sistem

Bandongan atau Wetonan dalam sistem pengajian ini seorang Kyai membacakan dan

menerjemahkan kalimat-kalimat yang mudah diikuti oleh sebagian besar santri dan masing-masing

memegang kitabnya sendiri, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai.

Page 53: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

liii

dahulu dari berbagai disiplin ilmu yaitu kitab-kitab yang menyangkut

beberapa cabang ilmu seperti ilmu Fiqh, Tauhid, Akhlak, Tasawuf, Nahwu,

Shorof, Tafsir Hadis, dan lain-lain.

Diantara kitab-kitab yang digunakan di pondok pesantren Al-Qur’an

Al-Furqon adalah kitab Qami’u al Thughyan karangan Syaikh Zainuddin bin

Ali bin Ahmad Syafi’i al Kusyani al Malibari, yaitu kitab Tasawuf, Fiqih dan

Akhlaq, kitab Safinah al Najah, yaitu kitab Fiqih karangan Syaikh Nawawi al

Bantani, kitab Tijanu al Dariri, yaitu kitab Tauhid karangan Syaikh Ibrahim al

Bajuri, kitab Qathru al Ghaits, juga merupakan kitab tauhid karangan Syaikh

Muhammad Nawawi al Jawi, kitab Tanqih al Qaul al Hatsits, yaitu kitab

Tafsir Hadis karangan Syaikh Muhammad bin Umar an Nawawi al Bantani,

kitab Hasyiah, yaitu kitab Risalah kitab Ta’lim al Muta’allim, kitab tentang

Akhlak dan Tata Krama, karangan Syaikh Ibrahim bin Ismail, kitab Tafsir al

Qur’an al Jalalain, yaitu kitab Tafsir Al-Qur’an karangan dua Imam

Jalaluddin, yaitu Imam Jalaluddin Abdurrahman al Suyuti dan Imam

Jalaluddin al Mahalli, kitab Hidayah al Mustafid, yaitu kitab tentang

Ketetapan/Aturan Tajwid karangan syaikh Muhammad al Mahmud, kitab

Fathu al Aqfal, yaitu penjelasan kitab Fathu al Rahman dalam Tajwid Al-

Qur’an karangan Syaikh Sulaiman al Jamzuri, dan kitab Al Qira’at al ‘Asyar

al Mutawatirah, yaitu kitab tentang Metode Qira’ah karangan Syaikh

Muhammad Karim Rajih.57

57

Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim. Dan menurut data kitab-kitab

keilmuan yang dipergunakan di pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon.

Page 54: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

liv

Adapun untuk memperlancar jalannya sistem yang ditetapkan, maka

pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon membuat dan memberlakukan jadwal

aktifitas keseharian santri serta tata tertib untuk santri guna mengatur serta

mendisiplinkan santri-santri yang ada.

Berikut ini adalah aktifitas santri dalam sehari-hari;

1. 03.00-04.00 Shalat Tahajud

2. 04.00-05.00 bangun pagi dan shalat Subuh berjama’ah.

3. 05.00-selesai sorogan Al-Qur’an.

4. 06.00-selesai sekolah pagi bagi yang sekolah

5. 08.00-09.00 mengaji Murottal.

6. 09.00-10.00 mengaji Mujawwad.

7. 10.00-11.30 sekolah kejar paket B bagi yang tidak sekolah

formal di luar.

8. 11.30-12.00 makan

9. 12.00-selesai shalat Dzuhur dan sorogan Al-Qur’an.

10. 13.30-15.00 istirahat.

11. 15.00-15.30 shalat

12. 15.30-17.00 mengaji Mujawwad.

13. 17.00-selesai mandi sore dan lain-lain.

14. 18.00-selesai shalat Maghrib berjama’ah, Bandongan kajian kitab

kuning.

15. 19.30-selesai shalat Isya berjama’ah, makan malam

Page 55: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lv

16. 20.30-22.00 mengaji Mujawwad dan Tahlilan pada malam

Jum’at.

• Malam Kamis qiroatul barzanji bagi santri putra.

• Malam Jum’at, qiroatul barzanji bagi santri putri.

• Malam Sabtu, muhadharah.

• Malam Minggu, pelajaran kaligrafi.

17. 22.00-03.00 istirahat.

18. 07.00-10.00 kerja bakti pada hari minggu.

Dan berikut tata tertib yang berlaku di pondok pesantren Al-Qur’an

Al-Furqon:

1. Pakaian

a. Wajib berpakaian rapi baik di dalam asrama maupun di luar Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I.

b. Bagi santri putri dilarang keluar memakai celana panjang.

2. Kebersihan dan Ketertiban

a. Dilarang membuang sampah, meludah dan menggantungkan pakaian

melalui tralis jendela kamar.

b. Dilarang menulis, mencoret-coret dinding, lemari dan bangunan sekitar

area Pondok Pesantren.

c. Dilarang meninggalkan Pondok Pesantren tanpa izin pengasuh Pondok

Pesantren.

d. Dilarang mengadakan hubungan dengan santri Putra baik langsung

maupun tidak langsung.

Page 56: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lvi

e. Tamu pria/wali santri dilarang memasuki asrama tanpa izin pengasuh

Pondok Pesantren.

f. Agar mementingkan uang kost/ uang makan setiap bulan.

g. Wajib melaksanakan piket kebersihan/ masak sesuai jadwal.

3. Keamanan

a. Dilarang merokok, membawa minum-minuman keras serta membawa

dan mempergunakan obat-obatan terlarang.

b. Dilarang membawa/menyimpan senjata tajam, senjata api dan senjata

lain yang membahayakan.

c. Dilarang melakukan kegiatan lain yang tidak menunjang kepada

Akhlakul Karimah.

d. Dilarang pindah kamar tanpa izin pengasuh Pondok Pesantren.

e. Dilarang memasuki kamar staf penngajar/kamar lain tanpa izin.

4. Pengajian dan Pendidikan

a. Santri wajib melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah.

b. Lima belas menit sebelum masuk waktu shalat harus sudah berkumpul

di aula untuk melaksanakan tadarus Al-Qur’an.

c. Diharuskan mengerjakan shalat sunnah awwabin, tahajud, dhuha dan

shalat sunnat lainnya.

d. Diharuskan melakukan puasa sunnah senin dan kamis.

e. Sesama rekan santri harus saling menghormati, menghargai dan saling

tolong-menolong.

Page 57: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lvii

f. Santri wajib mengikuti semua kegiatan pelajaran yang telah ditentukan

oleh Pondok Pesantren kecuali dalam keadaan uzur (bagi perempuan).

5. Sanksi-sanksi

Bila santri melanggar ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam tata

tertib ini maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut:

a. Peneguran.

b. Penegasan.

c. Dikeluarkan dari Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-furqon.

Tentu saja, penerapan sanksi-sanksi tersebut disesuaikan dengan kadar

pelanggarannya

6. Moto

“ SANTRI ”

S = Sehat T = Tertib

A = Aman R = Rapi

N = Nyaman I = Indah dan Islami

Page 58: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lviii

BAB IV

PERANAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN AL-FURQON

Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Peranan pondok pesantren berarti

bagaimana suatu pondok pesantren itu memerankan sesuatu yang berarti di

masyarakat. Dalam hal ini peranan seorang kyai memang sangat berarti dan

sangat dibutuhkan karena maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu

pondok pesantren itu tergantung dari sosok kyai, karena biasanya visi dan misi

pesantren diserahkan pada proses improvisasi yang dipilih sendiri oleh seorang

kyai bersama para pembantunya.58

Ribuan pesantren yang tersebar luas di kawasan Nusantara ini telah

berhasil mengisi sebagian pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan ini

memiliki khazanah sejarah intelektual tersendiri karena sudah ada lama sebelum

lahirnya proklamasi kemerdekaan. Demikian beruratnya sehingga tiap pesantren

memiliki sifat- sifat khas tersendiri dengan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-

kekurangannya.59

Hal ini dapat tercapai dengan maksimal dan memuaskan bila dalam

penyajiannya diutamakan pemahaman, wawasan (insight), inisiatif, serta

58 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Cet. I (Jakarta:

Paramadina, 1997), h. 6.

59 M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah (Jakarta:

LP3ES, 1985), h. 26.

Page 59: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lix

kerjasama dengan mengembangkan kreatifitas. Jadi, bukan hanya prosedur

rutinitas tertentu untuk meraih hasil yang diinginkan. Hal ini mudah dimengerti

dan dipahami bila diingat tidak mungkin membicarakan masalah metode tanpa

menyentuh hal-hal yang erat hubungannya.60

Keberadaan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya

sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga penyiaran Islam. Karena

pembinaan yang dilakukan pesantren biasanya tidak hanya fokus pada santri di

lingkungan pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui dakwah atau

pengajian yang dilakukan oleh para kyai.61

Selanjutnya pondok pesantren tumbuh dan berkembang dewasa ini dengan

memadukan tiga unsur pendidikan yang amat penting, yaitu: Ibadah untuk

menanamkan iman; Tabligh untuk menyebarkan ilmu; Amal untuk mewujudkan

kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.62 Berdirinya pondok

pesantren di Nusantara menjadi pusat perhatian masyarakat dari dahulu sampai

sekarang. Itu terbukti dengan masih eksisnya pondok pesantren sampai sekarang,

bahkan jumlahnya semakin banyak. Ditilik dari sejarah pendidikan Islam

Indonesia, pesantren sebagai sistem pendidikan Islam tradisional – telah

memainkan peranan cukup penting dalam membentuk kualitas sumber daya

manusia Indonesia, terlebih sekarang setelah banyak bermunculan pesantren

60

Ibid.

61 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h.

42.

62 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi

(Jakarta: PT. Gemawindu Panca Perkasa, 2000), h. 222.

Page 60: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lx

modern, peran pesantren pun lebih komplek lagi dan beban yang dipikul pesantren

pun semakin berat. Azyumardi Azra mengatakan bahwa keterkaitan pesantren dan

komunitas lingkungannya yang dalam banyak hal terus bertahan hingga kini, pada

segi lain, justru dapat menjadi “beban” bagi pesantren itu sendiri.63

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon memiliki peranan yang sangat

penting dalam masyarakat, khususnya dalam penyebaran dan pengembangan

agama Islam. Di sini penulis ingin menguraikan peranan pondok pesantren di

bidang pendidikan, dakwah dan sosial keagamaan.

B. Peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al Furqon Di Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan pembangunan watak (character building)

manusia. Untuk menghasilkan watak manusia yang baik, mental yang kuat

dan jiwa yang kokoh, diperlukan dasar dan pondasi yang kuat dalam

pembangunan watak tersebut. Laksana membangun sebuah gedung, bila

pondasinya kuat, maka gedung itu akan berdiri kokoh. Sebaliknya, gedung

tersebut akan mudah roboh bila dibangun di atas pondasi yang rapuh.

Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam dan falsafah hidup

umat Islam, di dalamnya memuat totalitas prinsip yang berkaitan dengan

kehidupan manusia termasuk masalah pendidikan. Dan teori-teori tentang

pendidikan Islam ke sanalah harus mengacu dan berpijak.

Lembaga pendidikan pesantren di Indonesia memiliki sejarah yang

panjang seperti halnya dengan pendidikan nasional. Dilihat dari sistem

63 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, h. xxvi

Page 61: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxi

pendidikannya, pendidikan pesantren sebernarnya merupakan sub sistem dari

pendidikan nasional. Dengan membicarakan pendidikan pondok pesantren,

kita dapat mengetahui peran, fungsi dan kontribusi pondok pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam dalam mewujudkan masyarakat

madani di Indonesia.

Peranan dari pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon tentu sangat

banyak sekali. Di bidang pendidikan, tujuan awal berdirinya pesantren pun

yaitu ingin memajukan umat agar dapat baca tulis Al-Qur'an, menghafal Al-

Qur’an, mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an, memberikan pemahaman

kandungan Al-Qur’an dan mencetak qori dan qori’ah yang berprestasi di

masa yang akan datang serta membentuk manusia yang berakhlakul karimah.

Bapak juga mempunyai pemikiran agar setelah santri keluar dari pondok

pesantren Al-Furqon dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara

mendekatkan para santri itu sendiri agar dapat bersosialisasi dengan

masyarakat.64

Pada waktu diamanatkan dari Bapak ke Aa dan Teteh, pondok

pesantren bahkan semakin berkembang karena pada waktu itu jarang sekali

ada suami istri yang dua-duanya dapat muncul sebagai figur. Dalam pelajaran

kitab, Teteh yang mengajar dan banyak santri putra-putri yang berminat dan

waktu belajarnya yaitu setelah shalat maghrib. Sedangkan dalam pelajaran

yang berhubungan dengan seni membaca Al-Qur’an, Aa sendiri yang

mengajarkan dibantu oleh staf-staf kepercayaan beliau, Aa juga mengajarkan

64

Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim selaku ketua Yayasan Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon pusat, Cimulang, Bantar Kambing, Bogor, 07 Mei 2008.

Page 62: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxii

Tajwid karena ilmu tajwid terbaik se-Kota dan se-Kabupaten Bogor dimiliki

oleh Aa, jadi waktu itu pondok pesantren berkembang pesat sekali. Pada

bulan Ramadhan banyak santri kilat dari kalangan masyarakat biasa sampai

yang santri juga tetapi santri salafi kitab. Karena mereka yang awalnya hanya

belajar kitab di pesantrennya, mereka belajar tajwid dan mengajinya di

pesantren ini.65

Bahkan sekarang yang dirasakan di sisi lain, mungkin pelajaran inti

seperti mengaji kitab berkurang, karena santri yang tidak sekolah, sekarang

difokuskan kepada pelajaran sekolah dengan dipercaya langsung oleh dinas

pendidikan kota Bogor untuk mengadakan sekolah kejar paket B setingkat

dengan SMP. Yang awalnya pukul 09.00 itu belajar Mujawwad, sekarang itu

mereka dari hari Rabu sampai hari Sabtu diberikan pelajaran sekolah. Tetapi

menurut Teteh itu sangat menunjang sekali, tidak berkurang bahkan lebih

bertambah, yang awalnya mereka hanya belajar kitab, Tajwid, Murottal,

Mujawwad dan ilmu agama lainnya, sekarang mereka bertambah ilmu dengan

mengenal Bahasa Inggris, Fisika, Matematika, Biologi dan pelajaran sekolah

pada umumnya.66

Berdasarkan uraian di atas, telah terjadi perpaduan antara sistem

pendidikan tradisional dan sistem pendidikan modern antara lembaga

pendidikan pesantren salaf dengan modern walaupun baru sebatas sekolah

kejar paket B.

65

Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Jubaedah selaku pengasuh pondok pesantren Al-

Qur’an Al Furqon 1, Cilendek Barat, Bogor, 14 Mei 2008.

66 Ibid.

Page 63: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxiii

Nampaknya, pesantren ini harus banyak melakukan studi banding

dengan pondok-pondok pesantren yang sudah mapan guna memaksimalkan

sistem pendidikannya agar bisa menghasilkan alumni-alumni yang benar-

benar siap pakai dan mampu menjawab segala tantangan jaman sesuai dengan

visi, misi dan tujuan pondok pesantren tersebut.

C. Peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al Furqon Di Bidang Dakwah

Pengertian dakwah secara etimologis adalah panggilan, seruan atau

ajakan yang berasal dari kata bahasa Arab yaitu isim masdar dari kata Da’aa-

yad’u-da’wah. Sedangkan menurut istilah, dakwah yaitu setiap kegiatan yang

menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah swt

sesuai dengan garis akidah, syari’at dan akhlak Islamiyah.

M. Quraish Shihab mengatakan bahwa dakwah adalah seruan atau

ajakan menuju kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih

baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.67 Bahkan

dakwah bukan sekedar hanya peningkatan pemahaman keagamaan dalam

tingkah laku dan pandangan saja, tetapi menuju kepada pelaksanaan ajaran

Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan baik politik,

ekonomi, sosial dan budaya.

67 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), h. 194.

Page 64: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxiv

Sedangkan menurut Toha Yahya Oemar, dakwah adalah mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Allah swt untuk kemaslahatan di dunia dan di akhirat.68

Adapun tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah swt

sesuai dengan segi atau bidang masing-masing.69

Berdasarkan keterangan dan pendapat di atas, maka dakwah Islam

dapat diartikan mengajak dan menyeru umat manusia baik dengan lisan,

tulisan maupun perbuatan supaya masuk dan tetap berada di jalan Allah swt

dengan cara hikmah dan bijaksana atau dengan cara yang baik untuk

mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan Syakhshiyah,

usrah, jama’ah dan umat dalam semua segi kehidupan sehingga terwujud

Khairu Ummah.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang sudah

mengakar pada masyarakat Indonesia, tentunya memiliki peranan yang cukup

besar dalam kehidupan beragama, sebagai benteng umat dalam bidang akhlak

dan membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia, melalui media

pendidikan dan dakwah. Selain sebagai pusat pengajaran Islam, pesantren juga

sebagai pusat dakwah atau lembaga dakwah Islam. Dakwah Islam yang

dilakukan pesantren terbagi dalam dua metode, yaitu dakwah bi al-lisan dan

68

Toha Yahya Oemar, Ilmu Da’wah (Jakarta: Widjaya, 1983), h. 1.

69 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, cet. III (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1994), h. 280-281.

Page 65: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxv

dakwah bi al-hal yang merupakan perwujudan dari metode dakwah dalam al-

Qur’an surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

�� ا����� و��د��� ������ ه� �أدع إ�' س%�$ ر�"! ���� � وا��

�� س%�-. وه� أ�-� �����,ی� $0 �� �-� أ��� إن� ر��! ه� أ

Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.70

Dakwah bi al-lisan dilakukan dengan cara menyelenggarakan majlis

ta’lim, ceramah-ceramah keagamaan dan pengajaran di kelas kepada para

santri. Sedangkan dakwah bi al-hal dilakukan dengan cara kyai memberikan

contoh perbuatan atau perilaku akhlak yang mulia seperti yang dicontohkan

nabi sebagai suri tauladan yang baik atau uswatun hasanah. Tentunya obyek

dakwah tidak hanya ditujukan kepada para santri, tetapi juga masyarakat

sekitar.

Berdakwah merupakan kewajiban atas semua umat Islam, bukan

semata-mata tugas kyai saja, tetapi seluruh elemen yang ada di pesantren,

terutama apabila dakwah dilakukan kepada masyarakat, baik kyai maupun

santri harus bisa memberikan pengertian, penjelasan terhadap masalah yang

ada di masyarakat mengenai agama dan harus bisa menjadi uswatun hasanah

bagi masyarakat.

70

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Departemen

Agama RI (Jakarta: PT. Serajaya Santra, 1988), h. 421

Page 66: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxvi

Pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon dalam usahanya untuk

meluaskan dan menyebarkan ajaran agama Islam menggunakan media

dakwah dan pengembangan ilmu Al-Qur’an sebagai sarananya. Melalui cara

ini, diharapkan dakwah yang telah dilakukan mampu memberikan dampak

positif bagi masyarakat. Jika dilihat dari metodenya, yang dilakukan

pesantren ini, nampak tidak ada yang istimewa. Namun jika dilihat dari ragam

pengajian, jumlah yang hadir serta panggilan-panggilan ceramah keluar

daerah dan motivasi masyarakat untuk belajar, ini merupakan peranan yang

sangat besar bagi pondok pesantren dalam usahanya membina umat Islam.

Sampai saat ini, Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon masih selalu

mengembangkan kegiatan dakwahnya pada Majlis Ta’lim dan pengajian

rutin. Majlis Ta’lim merupakan sarana dakwah yang paling banyak

jumlahnya di hampir setiap tempat, karena Majlis Ta’lim ini orang dapat

mengambil ilmu pengetahuan Islam secara meluas. Pada umumnya jamaah

pengajian yang aktif dalam kegiatan ini adalah para Ibu, tetapi saat ini para

remaja juga tidak mau ketinggalan dalam mengikuti pengajian.

Sambutan masyarakat terhadap pengajian ini cukup baik, Majlis

Ta’lim Al-Furqon dipimpin oleh Hj. Siti Jubaedah yang kebetulan adalah

pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon. Hal ini dapat terlihat dari

banyaknya pengunjung pengajian yang selalu aktif datang untuk mengikuti

pengajian dan diharapkan apabila mereka pulang ke rumah masing-masing

dapat melaksanakan isi kandungan pengajian yang diterima dalam beribadah

menyembah khaliknya tanpa melupakn pergaulan terhadap sesama manusia.

Page 67: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxvii

D. Peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al Furqon Bidang Sosial

Kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya

sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama

Islam.71 Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di negara kita,

hingga kini keberadaan pondok pesantren masih terus berkembang dan telah

berusaha memenuhi dirinya guna meningkatkan fungsi dan peranannya

sebagai wadah untuk membina umat Islam sekitarnya.72

Dalam usaha ini,

pondok pesantren telah melakukan segala tindakan dan aktivitas secara

intensif, sehingga pembinaan yang telah dilakukannya mencapai hasil yang

cukup memuaskan.73

Pondok Pesantren di samping memainkan peran atau fungsi

tradisionalnya, juga memainkan peran atau fungsi sosial. Dengan fungsi ini

pesantren diharapkan lebih peka terhadap persoalan-persoalan yang ada di

masyarakat. Hubungan pesantren dengan masyarakat sekelilingnya tentu

berbeda-beda, sesuai dengan fungsi dan peranan pesantren-pesantren itu

sendiri serta kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Untuk itu, Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon, dalam peranannya terhadap masyarakat telah

melakukan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan sosial-keagamaan,

yaitu:

71

Hasbullah, Kapita Selekta, h. 42

72 Ibid, h. 46.

73 Sindu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.

67.

Page 68: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxviii

1. Pemotongan Hewan Qurban

Kegiatan ini dilakukan setiap Hari Raya Idul Adha. Sebagian

masyarakat mempercayakan penyembelihan hewan qurban kepada Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon. Adapun tujuannya diharapkan agar

adanya rasa tanggung jawab dari orang-orang yang mampu untuk

mendermakan sebagian hartanya dengan membeli hewan qurban yang

selanjutnya diberikan kepada masyarakat sekitar yang lebih membutuhkan.

2. Bakti Sosial dan Kemasyarakatan

Dalam hal ini bukan saja berupa kegiatan rutin seperti pembersihan

sarana dan fasilitas umum saja, tetapi Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon juga menyalurkan zakat pada hari Raya Idul Fitri, menerima dan

menyalurkan segala macam shadaqoh kepada orang yang membutuhkan.

selain itu menerima donatur-donatur dari kalangan orang-orang yang yang

mampu berupa bantuan pakaian, sembako, dan uang bagi masyarakat

miskin, yatim piatu, dhuafa dan pendistribusian bantuan tersebut

merupakan kegiatan rutin tahunan bagi Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon kepada masyarakat sekitar.

Page 69: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxix

BAB V

KESIMPULAN

Di Indonesia banyak didirikan pondok-pondok pesantren. Hal ini

disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Dan banyak

orang tua yang mempercayakan anaknya untuk menuntut ilmu di pondok

pesantren. Salah satu tempat di Indonesia berdiri pondok pesantren yang bernama

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon. Pondok pesantren ini berdiri di Bogor,

tepatnya di Kampung Sawah Desa Cilendek Barat Kecamatan Cilendek Barat

pada tahun 1975.

Tujuan dari pondok pesantren ini untuk memajukan umat agar dapat baca

tulis Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an,

memberikan pemahaman akan isi dan kandungan Al-Qur’an, dan mencetak qori

dan qori’ah yang berprestasi di masa yang akan datang serta membentuk manusia

yang berakhlakul karimah.

Disamping itu pula setelah keluar, para santri Pondok Pesantren Al-Qur’an

Al-Furqon dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara mendekatkan para

santri itu sendiri dengan masyarakat. Adapun tujuan dari Pondok Pesantren Al-

Qur’an Al-Furqon adalah:

a. Mencetak qori dan qori’ah berakhlak mulia.

b. Meningkatkan iman dan takwa.

c. Meningkatkan akhlakul karimah.

d. Mempersipkan masa depan yang qur’ani.

Page 70: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxx

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon mempunyai peranan yang luas

dalam hal pendidikan dan sosial keagamaan.

a. Bidang Pendidikan

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon memakai sistem pendidikan

salafi dengan menggunakan metode pelajaran yang dilaksanakan dengan

sistem sorogan dan bandongan. Disamping pendidikan agama, Pondok

Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon ini juga mengajarkan pendidikan formal

seperti Bahasa Inggris, Fisika, Matematika, Biologi dan pelajaran sekolah

pada umumnya.

b. Bidang Dakwah

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon mengembangkan dakwah

pada majlis ta’lim dan pengajian rutin. Majlis ta’lim merupakan sarana

dakwah yang paling banyak jumlahnya, karena dengan dakwah orang dapat

mengambil ilmu pengetahuan Islam secara meluas.

c. Bidang Sosial

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon dalam peranannya terhadap

masyarakat telah melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan sosial

keagamaan yaitu:

a) Pemotongan hewan kurban.

b) Bakti sosial dan kemasyarakatan.

Di jaman era globalisasi sekarang ini, Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-

Furqon menginginkan para santri yang berakhlak mulia dan mencerminkan

manusia qur’ani.

Page 71: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxi

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama RI. Jakarta: PT. Serajaya Santra, 1988.

AG, Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Tri Ganda Karya, 1993.

_______. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Cirebon. Jakarta: Logos, 2001.

Aly, Djalaludin dan Abdullah. Kapasitas Selekta Pendidikan Islam. Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1998.

Anderson, Ben. Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa

1944-1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988.

Asy’ari, Zubaidi Habibullah. Moralitas Pendidikan Pesantren. Yogyakarta:

LKPSMNU DIY, 1995.

Atja dan Danasasmita, Saleh. Sanghyang Siksakandang Karesian; Naskah Sunda

Kuno Tahun 1518 M. Proyek Pengembangan Pemuseuman Jawa Barat.

Azis, Abdul. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Ictiar Van Hoeve, 1994.

Berg, CC. Indonesia, dalam HAR. Gibb, ed. Whiter Islam? A Survey of Modern

Movement in the Moslem World, London: 1933.

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Lembaga Islam. Pedoman

Pembinaan Pondok Pesantren. Jakarta: 1988.

Departemen Agama RI. The Development of Islam in Indonesia. Jakarta: Karya

Uni Press, t.t.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Dhofier, Zamaksyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES, 1982.

Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan. Yogyakarta: LkiS, 2003.

Esposito, Jhon L. Ensiklopedi Dunia Islam Modern. Bandung: MIZAN, 2001.

Galba, Sindu. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta,1995.

Page 72: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxii

Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

_______. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995.

Husni, Moch. Ensiklopedi Nasinal Indonesia, Jil. 3. Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004.

Madjid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:

Paramadina, 1997.

Ma’shum, Saefullah. ed. Dinamika Pesantren: Telaah Kritis Keberadaan

Pesantren Saat Ini. Jakarta: Yayasan Islam Al-Hamidiyah dan Yayasan

Saefuddin Zuhri, 1998.

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Rajawali Press, 1996.

Mas’ud, Abdurrahman. Dari Harmain Ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek

Pesantren. Jakarta: Kencana, 2006.

Muthohar, Ahmad. Ideologi Pendidikan Pesantren: Pesantren di Tengah Arus

Ideologi-ideologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007.

Oemar, Toha Yahya. Ilmu Da’wah. Jakarta: Widjaya, 1983.

Oetomo, Wahyu. Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa

Depan. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

pendis.depag.go.id

Poebakawatja, Soegarda. Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung,

1976.

Prasodjo, Soedjoko, dkk. Profil Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1974.

Profil Propinsi RI “Jawa Barat”. Jakarta: Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara,

1992.

Profil Kabupaten Bogor. Bogor: Bagian Humas Setda Kabupaten Bogor, 2007.

Qomar, Mujamil. Pesantren: Dari Transfortasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Intitusi. Jakarta: Erlangga, 2005.

Rahardjo, M. Dawam. Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah. Jakarta: LP3ES,1985.

Page 73: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxiii

_______. Pesantren dan Pembaharuan Sosial. Jakarta: LP3ES, 1996.

Rasyid, Hamdan. Kaderisasi Ulama Di Pesantren, dalam Dinamika Pesantren:

Telaah Kritis Terhadap Pesantren Saat ini. Saefullah Ma’shum, ed., Cet. II. Jakarta: Yayasan Islam al-Hamidiyah, 1988.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992.

Sholeh, Badrus, ed. Budaya Damai Komunitas Pesantren. Jakarta: LP3ES, 2007.

Sumardi, Mulyanto. Sejarah Singkat Pendidikan Islam Di Indonesia 1945-1979.

Jakarta: Dharma Bhakti, 1978.

Tjandrasasmita, Uka. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di

Indonesia. T.tp.: Menara Kudus, 2000.

Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren. Yogyakarta:

LkiS, 2001.

www.bogorkab.net

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1997.

Zarkasyi, A. Syukri. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Ziemek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986.

Zuhairin, Muchtarom. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Page 74: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxiv

SUMBER WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim S.Pdi. Bogor: 07 Mei 2008.

Wawancara pribadi dengan Ustadzah Hj. Siti Jubaedah AM. Bogor: 14 Mei 2008.

Wawancara pribadi dengan Ustadz A. Sulaiman. Bogor: 14 Mei 2008.

Wawancara pribadi dengan Ustadz Saefullah. Bogor: 15 Mei 2008.

Wawancara pribadi dengan Endang Ibrahim. Bogor: 15 Mei 2008.

Lampiran VIII

HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : 07 Mei 2008

Pewawancara : Babay Pujiyati

Responden : K.H. Dadun Abdurachim S.Pd.I.

Jabatan : Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

Tempat : Kampus Central Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon

Cimulang, Bantar Kambing, Kemang, Bogor.

(T) : Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon?

(J) : Awalnya KH. Abdurrahman (Bapak) hanya mengajar mengaji di sebuah

kontrakan, pada waktu itu beliau hanya mempunyai dua orang santri yang

bernama HM Buang dan Hj Masnun, keduanya berasal dari Karawang.

Kemudian tidak lama kemudian datang dua orang santri lagi yaitu M. Sutaja

dari Parung dan M. Ayyuhan dari Kayu Manis untuk belajar mengaji kepada

bapak. Setelah lepas dari kontrakan, pada tahun 1978 Bapak membangun

dua lokal di pinggir sungai kecil untuk pesantren dan rumah pun masih

panggung di Cilendek. Waktu itu kalau tidak salah bapak sudah mempunyai

10 orang santri. Alhamdulillah setelah bapak mengikuti MTQ di Semarang

(979-1980), santri sudah mulai melonjak banyak. Kemudian bapak

Page 75: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxv

menerima bantuan dari Bupati Bogor yang pada waktu itu dijabat oleh bapak

Aif Ruhdi sebesar Rp 7 juta untuk membangun dua lantai dan alhamdulillah

terealisasi dengan baik sehingga terbentuklah pesantren mulai dari 2-200

orang santri. Pada tahun !984, bapak mengikuti MTQ di Bandung yang

kemudian bapak mendapat juara I memberi dampak yang sangat baik pada

waktu itu hingga santri melonjak menjadi 700 orang. Dengan

berkembangnya pesantren, tahun 1990-an bapak mendirikan pesantren lagi

di Cimulang yang sekarang menjadi central dari semua cabang, kemudian

menyerahkan pesantren yang di Cilendek kepada anak dan menantunya

yaitu KH. Ahmad Baesuni dan Hj Siti Jubaedah AM.

(T) : Apa yang membuat bapak berinisiatif untuk mendirikan pesantren?

(J) : Setiap orang hidup pasti punya tujuan, begitu pula bapak, beliau

membangun pondok pesantren Al-Furqon pun mempunyai tujuan. Adapun

tujuan utamanya adalah untuk memajukan umat agar dapat baca tulis Al-

Qur'an, menghafal Al-Qur’an, mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an,

memberikan pemahaman akan isi dan kandungan Al-Qur’an dan mencetak

qori dan qori’ah yang berprestasi di masa yang akan datang serta

membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Bapak juga mempunyai

pemikiran agar setelah santri keluar dari pondok pesantren Al-Furqon dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara mendekatkan para santri itu

sendiri agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat

(T) : Bagaimana kondisi sosial masyarakat setempat pada waktu bapak

mendirikan pesantren?

(J) : Kondisi sosial masyarakat setempat pada waktu itu sangat minim dengan

ilmu agama, respon masyarakat pun memang terasa alot dan banyak

tantangan. Alhamdulillah berkat dukungan keluarga, para ulama dan

pemerintah serta ridho dari Allah SWT, pembangunan pesantren pun

terlaksana dengan baik. Alhamdulillahnya juga dari alot dan banyaknya

tantangan dari masyarakat berubah menjadi dukungan dan begitu antusias

terhadap pesantren pertama yang didirikan oleh bapak di Cilendek yaitu

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon.

Page 76: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxvi

(T) : Bagaimana peranan pondok pesantren dalam bidang pendidikan, dakwah

dan sosial budaya?

(J) : Peranan dari pesantren tentu sangat banyak sekali. Di bidang pendidikan,

tujuan awal berdirinya pesantren pun yaitu ingin memajukan umat agar

dapat baca tulis Al-Qur'an, menghafal Al-Qur’an, mengenal seni dalam

membaca Al-Qur’an, memberikan pemahaman akan isi dan kandungan Al-

Qur’an dan mencetak qori dan qori’ah yang berprestasi di masa yang akan

datang serta membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Bapak juga

mempunyai pemikiran agar setelah santri keluar dari pondok pesantren Al-

Furqon dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara mendekatkan

para santri itu sendiri agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Di

bidang dakwah, pesantren pun sering melakukan lawatan-lawatan ke

cabang-cabang atau pesantren lain untuk saling bertukar pikiran dan

diadakan studi banding untuk menemukan cara terbaik untuk berdakwah

agar dapat diterima oleh masyarakat. Adapun dalam bidang sosial budaya,

antara pihak pesantren dan pihak luar ( masyarakat ) saling mendukung dan

saling berkoordinasi memberikan tips-tips khusus bagi masyarakat

bagaimana cara membangun masyarakat yang madani seperti sekarang ini.

Begitu sulitnya merangkul masyarakat karena masyarakat setempat masih

awam,disinilah peran pesantren dengan cara mengutus santri atau ustadz

terjun langsung ke majelis-majelis untuk mengajarkan baca tulis, hafalan

bahkan dari kesenian Qasidah.

Pewawancara Narasumber

Babay Pujiyati K.H. Dadun Abdurachim S.Pd.I.

Page 77: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxvii

Lampiran IX

HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : 14 Mei 2008

Pewawancara : Babay Pujiyati

Responden : Ustadz A. Sulaiman

Jabatan : Staf Pengajar

Tempat : Kampus Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I

Cilendek Barat Bogor Barat

(T) : Pada tahun berapa anda masuk Pesantren Al-furqon ini?

(J) : Saya masuk pesantren Al-Furqon ini pada tahun 1996.

(T) : Apa alasan anda ingin masuk pesantren ini?

(J) : Alasan saya masuk pesantren ini karena ingin mengubah hidup saya yang

tadinya bodoh, ingin lebih mengenal Al-Qur’an supaya menerangi hati kita

terutama ingin menyebarkan kepada yang lainnya.

(T) : Apakah anda mengetahui sejarah berdirinya pondok oesantren Al-Furqon

ini?

(J) : Alhamdulillah, walaupun sedikit tapi saya mengetahui, dulu awal

dibangunnya pesantren ini dengan cara prihatin sekali, yaitu dengan

mengontrak tempat. Tetapi dengan berjalannya waktu pesantren ini semakin

banyak santrinya sehingga tidak tertampung sampai akhirnya ada yang

menyumbangkan dana dan mewakafkan tanahnya untuk membangun

pesantren ini.

(T) : Apa prestasi yang telah di raih oleh pondok pesantren ini?

(J) : Alhamdulillah, prestasi yang telah di raih oleh pesantren ini banyak sekali,

dari bidang qori dan qori’ah ada yang mengikuti bahkan menjadi juara MTQ

tingkat Kabupaten, Propinsi, Nasional sampai tingkat Internasioal. Adapun

dalam bidang ceramah atau dakwah, ada seorang santri yang bernama

Ustadz Andi Ghalib mendapatkan juara I DAI yang ditayangkan di salah

satu televisi swasta yaitu TPI.

(T) : Apakah pesantren ini pernah di renovasi? pada tahun berapa?

(J) : Pesantren ini pernah di renovasi pada tahun 1998 dan baru selesai pada

tahun 2003.

(T) : Apakah harapan yang anda inginkan untuk memajukan pesantren ini?

Page 78: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxviii

(J) : Semua orang pasti punya harapan, begitu pula saya. Saya dan santri disini

berharap pesantren ini berkembang lebih maju dan lebih berkualitas lagi.

Memang sekarang ini kondisi santri dan internal pesantren yang sedang

menurun, mungkin dari segi organisasi dan system pembelajaran masih

banyak yang harus diperbaiki dan mudah-mudahan di masa yang akan

datang lebih maju lagi.

(T) : Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia di pesantern ini?

(J) : Alhamdulillah, walaupun pesantren ini tidak se-modern pesantren yang

banyak berkembang di luar sana. Sampai saat ini pesantren sudah memiliki

aula yang menyatu dengan masjid, asrama putra/putrid, dapur umum yang

menyatu dengan rumah pengasuh pesantren agar terkontrol makanan dan

minuman untuk para santri. Karena pesantren ini tidak dilengkapi sekolah,

banyak santri yang sekolah di luar. Bagi santri yang tidak sekolah,

pesantren bekerjasama dengan dinas pendidikan mengadakan sekolah kejar

paket B.

(T) : Apakah pendapat anda tentang kemerosotan pesantren ini?

(J) : Kemerosotan pesantren ini mungkin karena kekuatan figur dari pemimpin

pesantren yang sudah tidak ada, memang semenjak KH. Ahmad Baesuni

(Aa) meninggal, pesantren ini mulai di tinggal oleh peminatnya. Oleh karena

itu, Hj. Siti Jubaedah (teteh) dan para staf pengajar yang masih tetap

bertahan mulai memutar otak untuk membuat pesantren ini seperti dulu lagi

dengan cara merubah sistem pengajaran dan bekerjasama dengan dinas

pendidikan untuk mengadakan sekolah kejar paket B tersebut. Walaupun

dalam bidang qori dan qori’ah merosot drastis, tetapi sekarang sudah mulai

terlihat kemajuannya dalam bidang ceramah.

(T) : Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terhadap pesantren ini?

(J) : Alhamdulillah, pesantren ini mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat

sekitar terutama tetangga-tetangga yang menganggap pesantren ini suatu

tempat yang baik dan bermanfaat untuk menuntut ilmu khususnya ilmu Al-

Qur’an.

Pewawancara Narasumber

Babay Pujiyati Ustadz A. Sulaiman

Page 79: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxix

Lampiran X

HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : 14 Mei 2008.

Pewawancara : Babay Pujiyati.

Responden : Ustadzah Hj. Siti Jubaedah AM.

Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I

Cilendek.

Tempat : Kampus Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I

Cilendek Barat Bogor Barat.

(T) : Bagaimana sejarah pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon sehingga KH.

Ahmad Baesuni (Aa) dan Hj. Siti Jubaedah di percaya untuk memimpin

pesantren ini?

(J) : Alhamdulillah, pada tahun 1997 Aa dan Teteh di percaya oleh orang tua

kami yaitu KH. Abdurrahman. Pada saat itu santri di sini hampir lebih dari

500 orang, berhubung tempat sudah tidak memadai dan bapak ingin pindah

ke Cimulang, karena Aa dan Teteh tidak mau ikut pindah, akhirnya bapak

membagi dua kelompok, 250 orang santri tetap di Cilendek dan selebihnya

ikut bapak ke Cimulang.

(T) : Bagaimana kondisi sosial keagamaan masyarakat sekitar sebelum atau

sesudah pesantren ini berdiri?

(J) : Kondisi sosial kegamaan masyarakat pada saat itu sangat memprihatinkan,

tetapi alhamdulillah kalau santri sih sudah banyak. Dengan segala

keterbatasan dan do’a dari orang tua serta usaha kita, alhamdulillah pada

waktu itu ada donator yaitu wakil bupati Bogor yang sanggup membenahi

bangunan pesantren sekitar 40% dari bangunan sampai tahun 2000-an. Pada

masa Umi (Istri Bapak), memang agak sedikit tertutup dengan masyarakat

sekitar, tetapi setelah di pegang olh Teteh karena ingin sekali ilmu Teteh itu

diberikan juga kepada masyarakat khususnya kaum Ibu yang ada di

lingkungan pesantren dan ternyata waktu itu banyak dukungan sampai-

Page 80: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxx

sampai Teteh membentuk pengajian Ibu-ibu yang diadakan setiap hari

Selasa dan berlangsung sampai sekarang. Alhamdulillah juga banyak Ibu-

ibu dari golongan elite yang ikut mengaji.

(T) : Apakah ada kendala yang dihadapi setelah Aa dan Teteh diberikan

kepercayaan untuk memimpin pesantren ini?

(J) : Kendala pasti ada, karena setiap manusia hidup apalagi mau ada kemajuan

pasti ada kendala. Diantaranya adalah kurangnya dukungan dari tetangga

tetapi dengan berbagai cara kita dapat hadapi. Yang Teteh rasakan juga,

kadang-kadang Teteh tidak percaya diri karena kita pada waktu itu masih

muda diberikan kepercayaan begitu hebatnya oleh orang tua kami, padahal

waktu itu ada niat untuk ikut orang tua pindah ke Cimulang, tetapi banyak

Ibu-ibu yang datang dan melarang Aa dan Teteh untuk ikut dan pindah

kemana-mana, karena menurut mereka siapa lagi yang akan menerangi

kampung mereka ini. Pada saat yang bersamaan pula Aa dan Teteh ada niat

juga untuk pindah ke Jonggol dan memindahkan pesantren ini kesana karena

Aa dan Teteh telah membawa harum nama Jawa Barat dengan menjuarai

MTQ tingkat Propinsi dan mendapatkan hadiah tanah dari wakil bupati.

Tetapi Aa tidak mau, dengan hasil Istikharah dan petunjuk dari Allah SWT

serta hasil musyawarah dengan keluarga, akhirnya Aa dan Teteh tetep

bertahan di Cilendek.

(T) : Bagaimana perkembangan pondok pesantren al-Furqon dari awal berdiri

sampai sekarang?

(J) : Pada waktu di amanatkan dari bapak ke Aa dan Teteh, alhamdulillah bahkan

semakin berkembang karena pada waktu itu jarang sekali ada suami istri

yang dua-duanya dapat muncul. Alhamdulillah dalam pelajaran kitab, Teteh

sendiri yang mengajar dan banyak santri putra/putri yang berminat dan

belajarnya setelah shalat maghrib. Sedangkan dalam pelajaran yang

berhubungan dengan seni membaca Al-Qur’an, Aa sendiri yang

mengajarkan di bantu oleh staf-staf kepercayaan beliau, Aa juga

mengajarkan Tajwid karena Alhamdulillah ilmu tajwid terbaik se-Kota dan

se-Kabupaten Bogor dimiliki oleh Aa, jadi waktu itu pondok pesantren

Page 81: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxi

berkembang pesat sekali. Tetapi itulah roda kehidupan, ketika kita maju

pesat, Allah SWT memberikan cobaan kepada Teteh yaitu Aa sakit diabetes,

memang penyakit itu sudah diketahui sejak usia 4 bulan perkawinan Aa dan

Teteh yaitu pada tahun 1995, dapat bertahan selama 8 tahun. Selama 8

tahun itu, pada bulan Ramadhan banyak santri kilat dari kalangan

masyarakat biasa sampai yang santri juga tetapi santri salafi kitab. Karena

mereka yang tadinya hanya belajar kitab di pesantrennya dan mereka belajar

tajwid dan mengajinya di pesantren ini. Tetapi cobaan itu tidak sampai sini

saja, tidak selamanya popularitas di pihak seseorang. Sebelum Allah

mengambil Aa, selama 1 tahun Aa bolak-balik ke rumah sakit, dalam 1

tahun itu Teteh juga merasa di uji oleh sakitnya Aa meskipun suami ada

tetapi segala-galanya diserahkan kepada Teteh, tanggungjawab santri, anak

dan keluarga. Subhanallah, Allah memberikan kekuatan yang sangat luar

biasa kepada Teteh, kalau tidak ada kekuatan dari Allah, Teteh tidak akan

bisa merawat suami yang sedang sakit dan butuh biaya yang sangat besar,

santri yang harus di urus, padahal waktu itu Teteh baru melahirkan. Dengan

1 tahun di coba dan akhirnya Allah SWT memberikan kasih sayangnya

kepada Aa dan meninggal pada tahun 2003. Setelah Aa di ambil, dalam

jangka 1-2 tahun pesantren ini masih dapat bertahan, tetapi entah bagaimana

karena yang namanya pesantren besar itu butuh seorang figur pemimpin

apalagi figure seorang laki-laki dan Teteh pun mengakui bahwa Kuatnya

figure Aa yang membesarkan nama pesantren, bukan karena Teteh tidak

sanggup dan kuat untuk meneruskan tetapi karena bukan di bidang yang

Teteh ambil yaitu tafsir kitab dan Al-Qur’an atau penceramah (da’iah) dan

Teteh bukan seorang qira’ati. Tapi dengan keyakinan Lillahi, masa Teteh

tidak ada keberkahan yang selama ini Teteh cari dan Teteh dapatkan dari

suami sendiri dan Alhamdulillah Teteh masih mempunyai staf pengajar yang

ahli di bidangnya untuk membantu Teteh sampai sekarang.

(T) : Bagaimana peranan pondok pesantren ini dalam bidang pendidikan, dakwah

dan sosial keagamaan?

Page 82: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxii

(J) : Dalam bidang pendidikan sebenarnya sama saja seperti dulu, kalau masalah

materi yang disampaikan tidak berkurang, bahkan bertambah dengan adanya

sekolah kejar paket yang bekerjasama dengan dinas pendidikan kotamadya ,

kalau pun berkurang karena waktu Tetehnya saja yang sibuk, karena

Alhamdulillah Teteh dipercaya oleh Allah SWT untuk memberikan ilmu

Teteh ke majelis-majelis jadi mungkin santri tidak diperhatikan karena

keterbatasan fisik Teteh sendiri. Adapun dalam bidang dakwah, menurut

Teteh atas nama pesantren dan majelisnya itu terlihat maju, bahkan ada

santri sekaligus staf pengajar yang bernama Andi Ghalib yang keluar

sebagai pemenang DAI TPI yang bisa dibilang sudah nasional dan Teteh

sendiri memang Da’iah tingkat Propinsi. Bahkan di kota Bogor Teteh

tercatat sebagai seksi dakwah di bawah naungan BKMM, jadi sosialisasinya

kepada masyarakat sangat bagus dan masyarakat pun dapat menghargai dan

banyak memberikan dukungan kepada Teteh dan pesantren ini.

(T) : Apakah yang ingin dicapai oleh Teteh sebagai pengasuh pondok pesantren

untuk kemajuan di masa yang akan datang?

(J) : Sebagai manusia biasa, Teteh pasti punya keinginan diantaranya ingin

memajukan pesantren ini di bidang Qira’at, meskipun Teteh sendiri bukan

ahlinya tetapi Teteh masih banyak berharap dan meminta bantuan kepada

Allah SWT, dengan segala keterbatasan ilmu teteh, tetapi Teteh tetap yakin

bahwa pesantren ini Allah SWT akan memberikan keberkahan dan

kemajuan lagi karena Teteh masih mempunyai keluarga dan staf pengajar

yang terus mendukung. Selain itu juga, Alhamdulillah Teteh mempunyai

putri yaitu Neng Dilla, walaupun baru SMP tetapi sudah membawa harum

nama Al-Furqon di tingkat Propinsi dalam bidang Murottal dan Insya Allah

suatu saat nanti pasti akan ada penerus Aa yng akan memajukan pesantren

ini.

(T) : Bagaimana system pengajaran yang dilakukan dari dulu sampai sekarang?

(J) : Perubahan pasti ada, bahkan sekarang yang Teteh rasakan disisi lain

mungkin pelajaran inti seperti mengaji kitab berkurang, karena santri yang

tidak sekolah sekarang difokuskan kepada pelajaran sekolah dengan

Page 83: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxiii

dipercaya langsung oleh dinas pendidikan kota Bogor untuk mengadakan

sekolah kejar paket B setingkat dengan SMP. Yang tadinya pukul 09.00 itu

belajar Mujawwad, sekarang itu mereka dari hari Rabu-Sabtu dikasih

pelajaran sekolah. Tetapi menurut Teteh itu sangat menunjang sekali, tidak

berkurang bahkan lebih bertambah, yang tadinya mereka hanya belajar

kitab, Tajwid, Murottal, Mujawwad dan ilmu agama lainnya, sekarang

mereka bertambah ilmu dengan mengenal Bahasa Inggris, Fisika,

Matematika, Biologi dan pelajaran sekolah pada umumnya.

(T) : Bagaimana cara pesantren dalam mengantisifasi persaingan global

khususnya dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial keagamaan?

(J) : Teteh itu selalu mencari pangalaman dan bergaul dengan orang-orang yang

lebih mengerti di bidangnya masing-masing dan Teteh dapat belajar untuk

kemajuan pesantren kedepannya.

(T) : Prestasi apa saja yang telah yang telah di capai oleh pesantren ini?

(J) : Alhamdulillah, setelah Aa tidak ada, muncul Andi Ghalib sebagai pemenang

DAI TPI, Teteh muncul di bidang MSQ dan 2 tahun terakhir ini Teteh masih

ikut di tingkat Propinsi, Da’iah sendiri di tingkat Propinsi masih dipercaya

oleh KotaMadya Bogor. masih ada prestasi yang lainnya walaupun masih

tingkat Kabupaten.

Pewawancara Narasumber

Babay Pujiyati Ustadzah Hj. Siti Jubaedah AM.

Page 84: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxiv

Lampiran XI

HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : 15 Mei 2008.

Pewawancara : Babay Pujiyati.

Responden : Ustadz Saefullah

Jabatan : Rois Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I Cilendek.

Tempat : Kampus Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I

Cilendek Barat Bogor Barat.

(T) : Pada tahun berapa anda masuk pesantren ini?

(J) : Saya masuk pesantren inipada tahun 1994, pada masa KH. Abdurrahman.

(T) : Dari mana anda mendapatkan informsi tentang pesantren ini?

(J) : Pada waktu itu, banyak staf-staf pengajar pesantren ini yang mengajar di

daerah saya, bahkan orang tua angkat saya pun pernah pesantren disini,

sehingga pengajar-pengajar disana melirik saya dan mengajak saya untuk

masuk ke pesantren ini.

(T) : Bagaimana kareakter KH. Abdurrahman pada saat memimpin pesantren ini?

(J) : Karakter KH. Abdurrahman sangat baik, sangat perhatian kepada santri-

santrinya dan santrinya pun melihat bapak itu penuh charisma sehingga apa-

apa yang diperintahkan tidak ada yang menolaknya. Alhamdulillahnya juga,

sosialisasi dengan masyarakat sangat baik walaupun memang yang namanya

permasalahan antara pesantren dan masyarakat pasti ada dan biasa tetapi

bapak selalu bersikap bijak menghadapinya.

(T) : Berapa lama anda merasakan pesantren ini dipimpin oleh bapak?

(J) : Saya di sini dari tahun 1994 dan bapak pindah ke Cimulang pada tahun

1997, tetapi saya saya tetap bertahan di sini sampai sekarang. Setelah bapak

pindah ke Cimulang, pondok pesantren ini di pimpin oleh anaknya yaitu

KH. Ahmad Baesuni.

Page 85: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxv

(T) : Bagaimana karakter KH. Ahmad Baesuni pada saat memimpin pesantren

ini?

(J) : Selama saya di sini, yang saya rasakan karakter Aa tidak jauh beda dengan

bapak, tetapi beliau lebih tegas, ketat, dank eras. Di samping itu, apabila ada

santri yng mempunyai bakat di bidang apapun selalu di arahkan sesuai

dengan kemampuan dan bakatnya, sehingga pada waktu itu pesantren ini

mendapat banyak prestasi.

(T) : Prestasi apa saja yang pernah di raih pesantren ini?

(J) : alhamdulillah, prestasi yang pernah di raih oleh santrinya di bidang qoi dan

qori’ah dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propindi, Nasional sampai yang

Internasional pun ada. Adapun dalam bidang dai, sudah pada tingkat

naasional yang diadakan dan ditayangkan di salah satu televisi swasta yaitu

TPI yang pada waktu itu berhasil menjadi juara I.

(T) : Bagaimana kondisi sosial masyarakat sekitar pesantren?

(J) : Kondisi sosial masyarakat sekitar sangat beraneka ragam, ada yang pro dan

kontra karena pro dan kontranya sesuatu itu sudah biasa dalam kehidupan

bermasyarakat, khususnya kalau sudah masalah pesantren karena mungkin

masyarakat merasa terganggu dengan keadaan pesantren, karena kadang-

kadang waktunya mereka tidur, kita masih mengaji hingga larut malam

karena jarak pesantren dengan rumah penduduk sangat dekat.

(T) : Bagaimana peranan pesantren dalam bidnag pendidikan, dakwah dan sosial

keagamaan?

(J) : Dalam bidang pendidikan, pesantren ini bisa di bilang lebih maju daripada

dulu, karena dulu tidak ada sekolah, jadi santri yang masuk ke pesantren ini

hanya dapat sekolah di luar. Walaupun hanya sekolah kejar paket B, tetapi

alhamdulillah santri-santri yang tadinya hanya pesantren saja dan sekarang

diwajibkan untuk ikut sekolah kejar paket B dan bagi santri yang sudah

sekolah biar di luar saja untuk meneruskan sekolahnya. Dalam bidang

dakwah, sudah terbukti dengan adanya santri yang memenangkan Dai di TPI

tersebut yaitu Ustadz Abdi Ghalib. Selain itu juga, banyak diadakan majelis-

majelis pengajian Ibu-ibu baik din lingkungan pesantren maupun di luar

Page 86: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxvi

pesantren. Banyak juga staf pengajar yang di minta untuk mengajar di

sekolah-sekolah, majelis ta’lim-majelis ta’lim dan bahkan di pesantren lain.

Adapun dalam bidang sosial budaya dan keagamaan sudah terlihat dari

pesantren ini sendiri yaitu mengajarkan seni dalam membaca Al-Qur’an,

selain itu juga ada pelajaran Qasidah yang diajarkan kepada santri maupun

Ibu-ibu Majelis ta’lim oleh staf pngajar.

(T) : Apakah yang ingin di capai pesantren untuk masa yang akan datang?

(J) : Karena pesantren ini kehilangan seorang figure pemimpin yang sudah di

kenal reputasinnya oleh orang banyak dan jujur, pesantren ini sangat

membutuhkan figure pemimpin seperti Aa. Mudah-mudahan pesantren ini

kembali maju seperti dulu meskipun agak sedikit sulit, tetapi Teteh dan staf

pengajar di sini selalu berusaha untuk memutar otak untuk menghadapi

kesulitan agar dapat maju seperti dulu. Mungkin kami sebagai staf pengajar,

Insya Allah akan selalu memberikan yang terbaik untuk pesantren ini.

Pewawancara Narasumber

Babay Pujiyati Ustadz Saefullah

Page 87: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxvii

Lampiran XII

HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : 15 Mei 2008.

Pewawancara : Babay Pujiyati.

Responden : Endang Ibrahim

Jabatan : Ketua RW 08, Cilendek Barat Bogor Barat

Tempat : Kampung Sawah RT 03/08 Cilendek Barat Bogor Barat

(T) : Sudah berapa lama bapak tinggal di sini?

(J) : Saya sudah tinggal di sini sejak tahun 1975, karena sebenarny saya asli dari

Sukabumi.

(T) : Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai ketua RW?

(J) : Sebenarnya masa jabatan saya sudah berakhir, karena belum ada calonnya

dan warga sini belum ada yang siap, terpaksa untuk sementara saya masih

menjabat untuk menutupi kekosongan sambil menunggu ada penggantinya

yang benar-benar siap.

(T) : Apakah pendapat bapak tentang pondok pesantren Al-Furqon I selaku ketua

RW dan selaku warga disini?

(J) : Menurut saya bagus sekali, perkembangannya sangat baik terbukti dengan

prestasi yang sudah di raih terutama santri-santrinya banyak menjuarai qori

dan qori’ah mulai dari tingkat Kecamatan bahkan samapi pada tingkat

Internasional. Saya sangat mendukung sekali atas peranan Ustadzah Hj. Siti

Jubaedah selaku pengasuh pesantren Karena beliau sangat bermasyarakat

dan tidak lupa juga dalam bidangdakwah khususnya dai, pesantren ini telah

membawa harum nama pesantren sendiri dan Cilendek pada umumnya

dengan menjuarai DAI di TPI yang dapat dikatakan sudah tingkat nasional.

(T) : Bagaimana pandangan dan harapan bapak tentang pondok pesantren Al-

Furqon?

Page 88: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxviii

(J) : KH. Ahmad Baesuni merupakan sosok yang baik, tegas dan bijaksana,

beliau mau bergaul dengan mayarakat. Tetapi memang sudah waktunya

beliau di ambil oleh Allah SWT pada usia yang masih muda. Alhamdulillah,

walaupun KH. Ahmad Baesuni telah di ambil, masih ada istrinya yang dapat

membimbing warga di sini. Keaktifan Hj Siti Jubaedah ini sangat baik

sekali, bermasyarakat dan menjadi pemimpin yang dapat dihandalkan oleh

pesantren dan masyarakat sekitar mulai dari pengajian Ibu-ibu yang mulai

bangkit, dan sekarang sudah mulai merambah kepada genersi muda, majelis

ta’lim-majelis ta’lim sampai kesenian yaitu mengajarkan kesenian qasidh

dan lain-lain. Kemakmuran di bidang keagamaannya memang sudah di akui

oleh masyarakat dan sekarang Hj. Siti Jubaedah di angkat menjadi ketua

majelis oleh masyarakat di sini. Harapan saya adalah agar pesantren ini

menjadi lebih maju dan saya juga minta dukungan dari semua pihak, baik

masyarakat sekitar dan pemerintah agar lebih di perhatikan lagi

keberadaannya.

Pewawancara Narasumber

Babay Pujiyati Endang Ibrahim

Page 89: SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan

lxxxix