DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN DESA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8729/1/SKRIPSI...

139
DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN DESA TUKANG KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) OLEH: MUHAMAD WIYONO NIM. 43010-16-0075 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

Transcript of DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN DESA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8729/1/SKRIPSI...

  • DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN

    DESA TUKANG KECAMATAN PABELAN KABUPATEN

    SEMARANG

    SKRIPSI

    Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

    Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    OLEH:

    MUHAMAD WIYONO

    NIM. 43010-16-0075

    PROGRAM STUDI

    KOMUNIKASI DAN PENYIARAN

    ISLAM FAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2020

  • i

    DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN

    DESA TUKANG KECAMATAN PABELAN KABUPATEN

    SEMARANG

    SKRIPSI

    Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

    Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    OLEH:

    MUHAMAD WIYONO

    NIM. 43010-16-0075

    PROGRAM STUDI

    KOMUNIKASI DAN PENYIARAN

    ISLAM FAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2020

  • ii

    HALAMAN LOGO

  • iii

    Dra. Maryatin, M.Pd.

    Dosen IAIN Salatiga

    Persetujuan Pembimbing

    Hal : Naskah Skripsi

    Lamp. : 4 (empat) eksemplar

    Saudara/i :

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas

    Dakwah

    IAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamu’alaikum. wr. wb.

    Dengan hormat disampaikan setelah melakukan bimbingan, arahan, dan

    koreksi terhadap naskah skripsi berjudul:

    Dakwah dan Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang

    Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

    Yang ditulis oleh:

    Nama : Muhamad Wiyono

    NIM : 43010160075

    Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

    Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas

    Dakwah untuk dimunaqosahkan.

    Demikian atas perhatiannya disampaikan terimakasih.

    Wassalamu’alaikum wr. wb

    Salatiga, 05 Juni 2020

    Pembimbing

    Dra. Maryatin, M.Pd

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    FAKULTAS DAKWAH

    Jl. Lingkar Selatan KM 02 PulutanSidorejo, Kota Salatiga, Jawa

    Tengah.

    KodePos 50716, Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Salatiga

    Website: http://iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

    Nama : Muhamad Wiyono

    NIM : 43010160075

    Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

    Tanggal Ujian : 11 Juni 2020

    Judul Skripsi : Dakwah dan Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang

    Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

    Panitia Munaqosah Skripsi

    1. Ketua Sidang : Dr. Mukti Ali, M. Hum.

    2. Sekretaris : Dra. Maryatin, M.Pd.

    3. Penguji I : Drs. Bahroni, M.Pd.

    4. Penguji II : Yahya, S.Ag. M.H.I

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

    Dr. Mukti Ali, M. Hum.

    NIP. 197509052001121001

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

    DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

    Nama : Muhamad Wiyono

    NIM : 43010160075

    Fakultas : Dakwah

    Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

    Judul : DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN

    GENTAN DESA TUKANG KECAMATAN

    PABELAN KABUPATEN SEMARANG

    menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

    karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat

    atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

    dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk

    dipublikasikan pada e-resposity Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Salatiga.

    Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

    Salatiga, 05 Juni 2020

    Yang menyatakan

    Muhamad Wiyono

  • vi

    MOTTO

    Artinya:

    ―Dan janganlah sekali-sekali mereka dapat menghalangimu dari

    (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkah kepada-

    Mu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-

    sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan‖ (Q.S Al-

    Qashas, 23:73)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia

    hingga tugas akhir ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan dan saya

    dedikasi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan terimakasih saya yang

    mendalam kepada:

    1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Karmin dan Ibu Sri Lestari ( Sri )

    yang senantiasa ikhlas membesarkan, membimbing, mendukung, dan

    mendoakan setiap hari.

    2. Adik kandung saya Muhammad Dwiyono menemani dan menghibur

    setiap harinya.

    3. Teman-teman saya ( Sri Wahyu, Kristiyana ) yang selalu memberikan

    dukungan dan menjadi tempat diskusi setiap saat, ketika pengerjaan

    skripsi ini.

    4. Semua teman KPI 2016, magang (PPP), KKN Karanggede 2020 yang

    saya sayangi, dan

    5. Semua pihak yang sudah membantu kelancaran skripsi yang tidak dapat

    disebutkan satu-persatu.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi dengan judul ―Dakwah dan Sinkretisme di Dusun Gentan Desa

    Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ‖ ini. Penelitian Skripsi ini

    sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Dakwah

    Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan

    dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

    ingin mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

    Salatiga.

    3. Ibu Dra. Maryatin, M. Pd. selaku ketua Program Studi KPI IAIN Salatiga,

    sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing

    penulis hingga skripsi ini selesai.

    4. Para dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan

    pengalaman. Serta Karyawan, Satpam IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat

    Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Salatiga angkatan 2016

    yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

  • ix

    5. Bapak Yudi Prabowo selaku Kepala Desa Tukang yang telah memberikan

    izin penelitian, serta Bapak Giyono selaku Kadus Gentan yang telah

    memberikan banyak informasi terkait dengan skripsi.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

    ini, baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu,

    penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi

    perbaikan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

    penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

    Salatiga, Maret 2020

    Penulis

  • x

    ABSTRAK

    Wiyono, Muhamad. 2020. Dakwah Dan Sinkretisme Di Dusun Gentan Desa

    Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten

    Semarang.Skripsi. Salatiga: Program Studi Komunikasi

    dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institute Agama

    Islam (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.

    Pd.

    Kata kunci : Dakwah, Sinkretisme.

    Penelitian ini membahas tentang Dakwah dan Sinkretisme di Dusun

    Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Penelitian

    ini guna untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimana pelaksanaan dakwah

    di Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? (2)

    bagaimana sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan

    Kabupaten Semarang? (3) apa faktor pendukung dan penghambat

    pelaksanaan dakwah serta hilangnya sinkretisme di Dusun Gentan Desa

    Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?.

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan

    fenomenologi dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder,

    teknik pengumpulan data melalui metode wawancara, observasi, dan

    dokumentasi. Analisis data mengunakan tiga tahapan analisis kualitatif dan

    untukuji keabsahan data, penelitian ini mengunakan teknik triangulasi

    sumber data.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Pelaksanaan dakwah yang

    ada di Dusun Gentan meliputi pengajian lapanan, pengajian pada hari

    tertentu, yasinan, thariqah, tahlilan, aqiqah, mitoni, TPA, dan sebagainya.

    Namun, pelaksanaan dakwah yang dilakukan tidak hanya itu, tetapi juga

    melalui tradisi. (2) Sinkretisme di Dusun Gentan yang masih dilaksanakan

    oleh sebagian masyarakat yaitu tradisi Mertideso dan Nyadran. Sinkretisme

    tersebut tertelat pada penambahan ayat-ayat Al Quran seperti ayat kursi,doa-

    doa, dan tahlil pada proses pelaksanaannya. (3) Faktor pendukungnya

    dakwah dan hilangnya sinkretisme yaitu adanya pendatang baru, adanya pola

    piker yang berbeda, dan adanya anggapan bahwa kedua tradisi tersebut tidak

    murni Islam. Faktor penghambat yaitu adanya kepercayaan, sikap terbuka

    dari masyarakat. dan adanya kepatuhan masyarakat terhadap tradisi.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

    HALAMAN LOGO ................................................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... v

    MOTTO .................................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii

    ABSTRAK ................................................................................................................. x

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv

    DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6

    D. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 6

    E. Penegasan Istilah ................................................................................................ 7

  • xii

    F. Kerangka Berfikir ............................................................................................... 9

    G. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................ 13

    A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 13

    B. Landasan Teori ................................................................................................. 17

    1. Dakwah dan sinkretisme ............................................................................. 17

    a. Dakwah .......................................................................................................... 17

    b. Sinkretisme .................................................................................................... 24

    c. Kebudayaan ................................................................................................... 27

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 32

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................................................... 32

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 32

    C. Sumber Data ...................................................................................................... 33

    D. Fokus Penelitian ............................................................................................... 34

    E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 34

    F. Teknik Analisis Data........................................................................................ 35

    G. Teknik Validasi Data ....................................................................................... 37

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 39

    A. Gambaran Umum Desa Tukang .................................................................... 39

    1. Sejarah Desa Tukang ................................................................................... 39

    2. Sejarah Pemerintah Desa ............................................................................. 41

    3. Visi Dan Misi Desa Tukang ........................................................................ 41

  • xiii

    4. Letak geografis Desa tukang ....................................................................... 43

    5. Struktur organisasi........................................................................................ 44

    6. Kependudukan ................................................................................................. 45

    7. Kondisi Sosial Budaya ................................................................................... 47

    8. Kondisi Pendidikan ...................................................................................... 48

    9. Kondisi Ekonomi .......................................................................................... 49

    10. Kondisi Keagamaan ....................................................................................... 50

    B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................... 51

    1. Pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang .............................. 51

    2. Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang ............................................. 53

    3. Faktor yang pendukung dan penghambat ................................................. 55

    BAB V PENUTUP .................................................................................................. 67

    A. Kesimpulan ....................................................................................................... 67

    B. Saran ................................................................................................................... 68

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Peta Geografis Desa Tukang ..................................................................

    Gambar 4.2 Kenduren Mertideso ...............................................................................

    Gambar 4.3 Pertunjukan Wayang ..............................................................................

    Gambar 4.4 Kenduren Nyadran Dusun Gentan .........................................................

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Jumlah Penduduk .......................................................................................

    Tabel 4.2 Fasilitas Umum Desa Tukang ....................................................................

    Tabel 4.3 Daftar Sekolah Desa Tukang .....................................................................

  • xvi

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 1.1 Kerangka Berfikir .....................................................................................

    Bagan 4.1 Struktur Organisasi ...................................................................................

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1.1 Instrumen Penelitian ............................................................................................

    1.2 Hasil Wawancara .................................................................................................

    1.3 Reduksi dan Triangulasi Data ..............................................................................

    1.4 Dokumentasi .......................................................................................................

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara yang memiliki banyak perbedaan

    suku, ras, agama, dan kebudayaan yang ada. Indonesia termasuk

    negara yang memiliki banyak pulau dan penduduk, khususnya di

    Jawa merupakan daerah yang masih kental dengan tradisi dan

    kebudayaanya. Di Indonesia masih banyak melakukan tradisi-tradisi

    yang diwariskan dari nenek moyang yang menganut ajaran Hindu

    Budha.

    Warisan tersebut sudah menjadi budaya lokal, sampai saat ini

    masih banyak dilaksanakannya Suranan, Nyadran, dan Mertideso.

    Islam merupakan agama yang mayoritas dianut masyarakat

    Indonesia, dan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.

    Berdasarkan data Globalreligiousfutures, jumlah penduduk Indonesia

    pada tahun 2010 yang beragama Islam sebanyak 209,12 juta jiwa atau

    setara 87,17% dari total penduduk yang mencapai 239,89 juta jiwa.

    Walaupun Islam adalah agama mayoritas ,tetapi negara ini tidak

    berasaskan Islam. Tetapi negara ini lebih kebhinekaan karena di

    Indonesia tidak hanya ada satu agama saja tetapi banyak. Agama di

  • 2

    Indonesia ada 6 yaitu Buddha, Hindu, Islam, Kristen Protestan,

    Kristen, Katolik, dan Konghucu.

    Menurut Agus Hermawan (2019:9), dalam bukunya yang

    berjudul ―Studi Islam Nusantara” mengemukakan bahwa Islam

    tersebut dimulai dari tanah Sumatera di abad 1 H sampai 7 M dimana

    Khalifah Umar Bin Khattab waktu itu memerintahkan penyebaran

    agama Islam ke berbagai negara melalui kurir pembawa surat, para

    pendakwah Arab yang diikuti para pedagang dari Gujarat dan

    lainnya. Tanah Sumatera mulai terwarnai Islam secara hampir merata

    seiring meredupnya kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha dan

    banyaknya kerajaan Islam yang berdiri seperti kerajaan Malaka

    dengan rajanya Sultan Muhammad Iskandar Syah, Perlak, kerajaan

    Aceh dan Iskandar muda dan lainnya yang mencapai kejayaan di

    abad IX-XIII M.

    Faktor lain yang mendukung Islam cepat tersebar di nusantara

    adalah faktor keadaan dimana akhir abad XIV M kerajaan Majapahit

    yang beragama Hindu itu mulai meredup pamor kekuasaannya.

    Sehingga membuka peluang kerajaan Islam pertama di Jawa Demak

    Bintoro yang dipimpin oleh Sultan Fattah didukung para Walisongo

    mulai menyebarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa.

  • 3

    Persebaran tersebut mulai dari Demak, Cirebon, Kudus,

    Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, dan sekitarnya. Dimana para

    Walisongo tinggal dan berdakwah dengan menjadikan masjid Demak

    sebagai pusat pemerintahan Islam di Jawa. Pada abad XIV M dan

    pondok pesantren sudah mulai di perkenalkan oleh para Walisongo

    seperti Pesantren Ampel, Denta Surabaya, Pesantren Giri pada abad

    XV M dan sebagainya.

    Masyarakat Indonesia pada saat itu sudah menganut

    kepercayaan dan agama lain, tentu tidak bisa dengan mudah diajak

    menganut agama Islam. Karena itu, para wali memiliki cara untuk

    menyebarkan agama Islam secara perlahan, melalui budaya yang ada

    dimasukan ke dalam ajaran Islam. Selain dari seni, masyarakat

    Indonesia juga memiliki kepercayaan-kepercayaan dari agama

    sebelum Islam, sehingga masyarakat terbiasa dengan perayaan dan

    adat yang dianutnya.

    Adanya perbedaan kepercayaan dan adat yang dianut oleh

    orang terdahulu menyebabkan munculnya perpaduan (sinkretisme)

    yang ada di Jawa. Karena saat itu, pengaruh Islam yang begitu besar

    di Jawa dan kuatnya masyarakat dalam mempertahankan tradisi Jawa,

    sehingga keduanya melebur menjadi satu. Peleburan dan

    pencampuran merupakan ciri khas sinkretisme dua budaya tersebut.

  • 4

    Pelaksanaan dakwah yang tersebar di Jawa merupakan ajaran dari

    Walisongo, hal tersebut mengakibatkan tradisi dan ajaran Islam

    menyatu. Dalam hal ini di Jawa memiliki banyak tradisi seperti suro,

    mulud, ruwah, Nyadran, dan Mertideso yang setiap tradisi memiliki

    makna berbeda-beda.

    Seperti halnya di Dusun Gentan yang masih kental dengan

    ajaran Islam dan tradisi. Tradisi yang masih dijaga dan dijalankan di

    Dusun ini yakni Nyadran dan Mertideso yang mempunyai makna

    dakwah tersendiri. Nyadran adalah bersih makam yang dilakukan

    pada saat menjelang bulan Ramadhan (Ruwah). Namun, tidak hanya

    bersih-bersih makam melainkan ziarah kubur dan mendoakan para

    leluhur terdahulu. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan dengan

    membawa nasi tumpeng dan beberapa makanan pelengkap ke

    makam.

    Berbeda dengan tradisi Mertideso yang dilaksanakan di

    Dusun Gentan. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan selesai panen

    setiap tahunnya. Pelaksanaan Mertideso diawali dengan acara

    wayang pada malam hari, setelah itu, pagi baru melaksanakan

    upacara adat Mertideso. Mertideso dilakukan dengan membawa nasi

    tumpeng yang diwakili oleh orang yang dianggap tinggi di Dusun

    tersebut. Kemudian diikuti oleh warga masyarakat Desa membawa

  • 5

    nasi yang di atasnya dilengkapi dengan lauk. Kegiatan tersebut

    dimaknai wujud syukur atas karunia Allah yang telah melancarkan

    panen melimpah.

    Tradisi tersebut mengandung ajaran Islam yang di sebarkan

    oleh para wali, karena dengan tradisi masyarat sangat senang

    sehingga tidak ada unsur pemaksaan dalam melakukan penyebaran

    agama Islam. Tradisi Nyadran dan Mertideso di atas merupakan

    bagian dari adanya sinkretisme yang diubah oleh wali songo dengan

    memadukan unsur dakwah. Hal tersebut, membuat peneliti tertarik

    untuk meneliti sinkretisme sebagai bentuk strategi dakwah kultural.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan

    masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang

    Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

    2. Bagaimana sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang

    Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

    3. Apa faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

    dakwah dan hilangnya sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang

    Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan

    dicapai penulis sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dakwah di Dusun

    Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

    2. Untuk mengetahui sinkretisme yang masih dilaksanakan di

    Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten

    Semarang

    3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambatan

    pelaksanaan dakwah dan hilangnya di Dusun Gentan Desa

    Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian diatas, dapat disimpulkan

    manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan memberikan makna teoritis, berupa

    dapat memperkaya kajian/khazanah keilmuan dakwah khususnya

    pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas

    Dakwah IAIN Salatiga mengenai dakwah dan sinkretisme.

  • 7

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan menjadi contoh atau rujukan bagi para

    pihak yang mengembangkan dan melaksanakan dakwah kultural.

    E. Penegasan Istilah

    1. Dakwah dan Sinkretisme

    a. Dakwah

    Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab,

    yaitu و َد ْعًو ى –ُد ُعو –َيْد ُعو -ُدَعا yang diartikan sebagai

    mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan

    permintaan (Yunan, 2006:17). Ditinjau dari segi bahasa,

    dakwah berati: panggilan, seruan, atau ajakan. Dakwah

    sebagai mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati

    ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amar ma’ruf nahi

    munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan

    akhirat (Bisri, 2014:5).

    Dakwah juga dapat diartikan sebagai proses

    penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia.

    Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha

    penyampaian saja, tetapi merupakan usaha mengubah cara

    berpikir dan mengubah cara hidup manusia sebagai sasaran

    dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.

  • 8

    b. Sinkretisme

    Mengutip definisi klasik yang dikemukakan oleh

    Redfield, Linton, dan Herskovits (1936:149), akulturasi

    dimaknai sebagai proses yang melihat bagaimana sekelompok

    individu yang memiliki budaya berbeda dengan kelompok

    individu lainya melakukan kontak sehingga mengakibatkan

    terjadinya perubahan pola kebudayaan di salah satu kelompok

    atau keduanya.

    Pengertian akulturasi bagi mereka dalam konteks

    kebudayaan Islam-Jawa, terlihat bagaimana sejarah

    kebudayaan Jawa ketika kedatangan agama Hindu,

    bermetamorfosa menjadi Hindu-Jawa melalui kontak pertama.

    Demikian juga kedatangan Islam dengan nilai-nilainya,

    menjadikan kesatuan unsur-unsur pra Hindu, Hindu-Jawa dan

    Islam secara sinkretis (Astiyanti 2006).

    Dapat disimpulkan bahwa, dakwah adalah kegiatan

    menyeru kepada kebaikan sesuai dengan ajaran Islam.

    Sedangkan sinkretisme adalah perpaduan antara budaya dan

    agama yang berbeda sehingga menjadi satu kesatuan yang

    seimbang. Maka, penulis ingin menjelaskan pelaksanaan

    dakwah di Dusun Gentan dan apakah masih ada sinkretisme.

  • 9

    F. Kerangka Berfikir

    Kerangka berfikir atau kerangka penalaran logis yang

    digunakan dalam penelitian sinkretisme di Dusun gentan Desa tukang

    kecamatan pabelan kabupaten Semarang. Yang akan di jabarkan

    sebagai berikut :

    Bagan 1.1:Rancangan Kerangka Berpikir

    Keterangan:

    Dusun Gentan menjadi suatu tempat tinggal, yang tercipta

    perkumpulan orang-orang yang disebut masyarakat. Perkumpulan

    tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan latar yang

    Masyarakat

    1

    DAKWAH DAN SINKRITISME DI DUSUN GENTAN DESA TUKANG

    KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN 2020

    Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

    Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    SKRIPSI

    OLEH:

    MUHAMAD WIYONO

    NIM. 43010-16-0075

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2020

    Budaya asli Hindu-Budha

    Dakwah Islam Sinkretisme

    1. Mertideso

    2. Nyadran

    Faktor

    pendukung dan

    penghambat

    Budaya baru

  • 10

    berbeda-beda. Interaksi yang terjadi menciptakan suatu kebiasaan di

    daerah tersebut. Kebiasaan yang terus menerus dilakukan sehingga

    tercipta suatu kebudayaan di masyarakat. Lahirnya kebudayaan

    terjadi karena adanya latar belakang agama yang berbeda di Dusun

    setempat. Dulu, budaya asli yang ada di masyarakat merupakan

    budaya Hindu-Budha. Karena munculnya perkembangan agama

    Islam yang menyebar di Pulau Jawa, maka Sunan Kalijaga

    menyelipkan dakwah Islam dalam budaya setempat. Akibat adanya

    proses penggabungan dua unsur yang berbeda maka lahirlah suatu

    tradisi Mertideso dan Nyadran yang diyakini oleh masyarakat

    setempat.

    Tradisi Mertideso dan Nyadran dulunya merupakan tradisi

    kebudayaan Hindu Budha yang diubah oleh Wali Songo dengan

    adanya unsur Islamisasi, melalui proses dakwah. Tradisi tersebut

    yang diubah melalui proses dakwah sehingga lahirlah sinkretisme di

    Dusun Gentan. Sinkretisme yang dihasilkan akan munculah faktor

    pendukung dan faktor penghambant proses dakwah dan sinkretisme

    di Dusun Gentang Desan Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten

    Semarang.

  • 11

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi diperlukan untuk memberikan

    gambaran umum struktur penulisan skripsi dari awal sampai akhir

    sebagai bentuk laporan penelitian. Dalam laporan penekitian ini

    mengggunakan sistem penulisan sebagai berikut.

    Bagian awal dari penulisan ini memuat halaman judul,

    persetujuan, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar,

    abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian isi memuat dari bab I

    membahas pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

    permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    berpikir, dan sistematika penulisan.

    Pada bab II berisitinjauan pustaka dan landasan teori yang

    meliputi dakwah dan sinkretisme. Bab III berisi metode penelitian

    yang meliputi jenis penelitian dan pendekatan, waktu penelitian dan

    lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

    analisis data, dan teknik keabsahan data.

    Seluruh laporan penelitian akan dipaparkan pada bab IV yaitu

    membahas hasil penelitian dan pembahasan, meliputi gambaran umum

    tentang Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten

    Semarang (sejarah Desa Tukang, sejarah pemerintahan Desa Tukang,

    visi dan misi, letak geografis, struktur organisasi, kependudukan,

  • 12

    keadaan sosial budaya masyarakat, kondisi pendidikan, kondisi

    ekonomi, kondisi keagamaan), deskripsi penelitian, dan hasil

    pembahasan. Akhir dari seluruh laporan penelitian terdapat pada bab V

    yang berisi kesimpulan dan saran. Pada halaman akhir disertakan

    seluruh lembar lampiran berupa daftar wawancara, hasil wawancara,

    dan gambar sebagai bukti data penelitian.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    Berdasarkan penelusuran dan pengamatan terhadap beberapa

    penelitian yang merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, artikel-

    artikel, serta buku-buku yang membahas tentang Dakwah dan Sinkretisme

    di Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan Pabelan kabupaten Semarang,

    maka peneliti akan menjadikan rujukan dan bahan pembelajaran agar

    tidak menjadikan pengakuan dari karya orang lain. Berikut ini kajian

    penelitian yang relevan dengan penelitian yang dijadikan sebagai rujukan

    penelitian:

    1. Aminulah, Sinkretisme Agama dan Budaya dalam Tradisi Sesajen di

    Desa Prenduan, 2017. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa

    proses sinkritisasi di Desa Prenduan diawali dari tradisi sesajen

    yang tidak bisa dihilangkan serta penurunan pemahaman masyarakat

    Prenduan sendiri tentang sesajen tersebut. Oleh karena itu, para

    ulama berusaha mengisi ketidaktahuan itu dengan memasukkan

    ajaran Islam ke dalam keyakinan dan tata cara sesajen tersebut.

    Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai sinkritis dalam tradisi tersebut

    terletas pada tata cara dan bentuk keyakinan masyarakat Prenduan

  • 14

    terhadap sesajen tersebut. Penelitian ini berfokus pada proses

    sinkritisasi dan nilai sinkritis di sesajen tersebut. Dalam hal ini,

    penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif

    dengan jenis fenomenologi, dengan sumber primer yang digunakan

    melalui observasi lapangan,wawancara dan dokumentasi.Tujuannya

    untuk mengetahui makna unsur-unsur yang terdapat budaya tradisi

    sesajen.

    2. Istanto, Pandangan ‘URF Terhadap Tradisional Sadranan Di Desa

    Karangmojo Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, 2017. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tradisi dan sadranan,

    untuk mengetahui pandangan Urf terhadap tradisi sadranan. Hasil

    penelitian ini, yaitu bagaimana makna rangkain tradisi sadranan di

    Desa Karangmojo yang dibuat atas persetujuan warga Desa

    Karangmojo dan Kepala Desa. Penelitian ini menggunakan

    metodologi kualitatif dengan pendekatan lapangan (field reseach).

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

    observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini melakukan

    observasi terhadap makna sadranan di Desa Karangmojo.

    Pengamatan dilakukan dari tahap prosesi sadranan dari awal hingga

    akhir. Penelitian ini juga melakukan wawancara kepada tokoh

    masyarakat dan warga yang mengikuti tradisi sadranan. Selain itu,

  • 15

    dokumentasi teknik juga digunakan untuk memperoleh data dengan

    mengambil gambar dari proses dokumentasi rumah sadranan

    sekarang.

    3. Eko Sulistyo Kusumo, Bentuk Sinkretisme Islam-Jawa di Masjid

    Sunan Ampel Surabaya, 2015. Hasil penelitian ini, menunjukkan

    bahwa terdapat beberapa bentuk sinkretisme di Masjid Sunan

    Ampel, baik secara fisik arsitektur masjid maupun kegiatan-kegiatan

    yang dilaksanakan di masjid. Paradigma sinkretisme kemudian,

    dalam praktik tradisi Islam Jawa oleh di masjid Sunan Ampel

    Surabaya, adalah manifestasi politis Islam yang toleran terhadap

    kultur masyarakat Jawa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

    kyai bukanlah cultural broker atau makelar budaya, seperti yang

    disampaikan salah seorang peneliti terdahulu, karena peran kyai di

    masjid Sunan Ampel sejak berdiri sampai sekarang adalah

    memberikan bentuk-bentuk tradisi asketis berupa tradisi kreasi

    sinkretis Islam-Jawa. Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan

    teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam

    dan data sekunder dari pemerintah setempat. Penelitian ini berupaya

    untuk mengungkap bentuk-bentuk sinkretisme di Masjid Sunan

    Ampel sebagai bukti akulturasi Islam dan Jawa Hindu.

  • 16

    4. Abdul Halim, Dakwah Kultural Dalam Acara Kongkow Budaya Di

    Aswaja Tv, 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    penyampaian materi dakwah kultural meliputi keuniversalan,

    Rahmatan Lil Alamin dan kemudahan Islam. Keuniversalan yang

    dibuktikan dengan bersatunya bangsa Indoneesia dengan

    berlandaskan pancasila yang menjadi azas NKRI, Rahmatan Lil

    Alamin yang dibuktikan menekankan upacaya untuk kembali

    meluruskan sejarah yang telah banyak disimpangkan, kemudahan

    Islam yang dibuktikan dengan penyebaran Islam yang dilakukan

    oleh Walisongo di tanah Jawa menggunakan budaya yang sudah ada

    dengan menyisipkan nilai-nilai keislaman di dalamnya dan tidak

    menghilangkan budaya sebelumnya yang sudah ada. Penelitian ini

    bertujuan untuk megetahui materi dakwah kultural dalam acara

    kongkow budaya di Aswaja TV. Penelitian ini menggunakan jenis

    penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang memahami fenomena

    dalam setting dan konteks naturalnya. Adapun penelitian ini bersifat

    deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan lebihmengambil bentuk

    kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Teknik pengambilan

    data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi yang berupa

    video kongkow budaya di Aswaja TV.

  • 17

    Berdasarkan kelima penelitian di atas, memiliki persamaan

    dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Persamaan dari keempat

    terdapat pada metode penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan

    metode kualitatif. Perbedaan dari penelitian pertama, membahas

    tentang budaya tradisi sesajen. Penelitian kedua, tentang makna

    sadranan dan pandangan Islam terhadap sadranan. Penelitian ketiga,

    membahas tentang bentuk-bentuk tradisi asketis berupa tradisi kreasi

    sinkretis Islam-Jawa. Dan penelitian keempat, meneliti tentang

    penyampaian materi dakwah kultural meliputi keuniversalan,

    Rahmatan Lil Alamin dan kemudahan Islam.

    B. Landasan Teori

    1. Dakwah dan sinkretisme

    a. Dakwah

    1) Pengertian Dakwah

    Menurut Muhammad Hasan Al-Jamsi (2010: 12)

    dakwah terambil dari kata ( عْعاَي – اََعد– و ) ََ ََ ععا yang د

    secara etimologi memiliki arti menyeruatau memanggil.

    Sedangkan secara terminologi dakwah adalah kendaraan

    untuk menyampikan pesan-pesan agama, melingkupi

    seluruh aspek kehidupan manusia dan

    mengkonsolidasikannya dalamformat kehidupan yang

  • 18

    bermoral-kemanusiaan (meaningful morality of uman

    life).

    Ilyasa Ismail dan Prio Hotman (2011: 27), dakwah

    secara bahasa sebagai nida (panggilan), mendorong,

    mengajak, memohon dan meminta. Sedangkan secara

    istilah menjelaskan dakwah adalah upaya lewat perkataan

    dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah manusia

    untuk berpihak kepada da‘i (pendakwah) untuk Islam,

    menerapkan manhaj-nya, meyakini aqidahnya dan

    melaksanakan syariatnya.

    Samsul Munir Amiin (2008: 5) menjelaskan

    dakwah adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar

    dalam rangka menyampikan pesan-pesan agama Islam

    kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam

    tersebut dan menjalankannya dengan baik, dalam

    kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk

    mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di

    akhirat dengan menggunakan media dan cara-cara

    tertentu.

    Muhammad Arifin (2001: 5) Dakwah berarti

    penyiaran, propaganda, seruan dan ajakan. Sedangkan

  • 19

    secara lebih luas, dakwah merupakan suatu proses upaya

    mengubah suatu situasi kepada situasi yang lain yang

    lebih baik sesuai dengan ajaran Islam atau proses

    menagajak manusia kepada jalan Allah subhanahu wa

    ta‘ala yaitu agama Islam. Sebagaimana dalam Al Quran,

    sebagai berikut:

    Artinya:

    ―Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang

    yang menyeru kepada Allah, mengajak amal yang shaleh

    dan berkata: ―sesungguhnya aku termasuk orang yang

    menyerah diri?‖ (Q.S Fussilat:33).

    Walaupun tedapat banyak redaksi pengertian

    dakwah, akan tetapi setiap redaksi memiliki unsur

    pengertian pokok:

    a) Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari

    seseorangkepada orang lain.

    b) Dakwah adalah penyampaian ajaran Islam tersebut

    dapat berupa ajaran kebaikan (amr ma‘ruf) dan

    mencegah kemungkaran (nahi munkar).

  • 20

    c) Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan

    terbentuknya suatu individu atau mansyarakat yang

    taat dan mengamalkan sepenuhnya ajaran Islam.

    Secara terminologi, dakwah dipandang sebagai

    seruan dan ajakan kepada manusia menuju kebaikan

    petunjuk, serta amar ma‘ruf (perintah yang baik) dan nahi

    munkar (pencegah kemungkaran) untuk mendapatkan

    kebahagiaan dunia maupun akhirat (Sulthon, 2003; 32).

    Dakwah artinya seruan, ajakan atau panggilan. Sedangkan

    dakwah Islamiyah artinya menyampaikan seruan Islam,

    mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima

    dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam

    (Anshary, 1967; 17).

    ―Al Quran menyebutkan kalimat dakwah dengan

    berbagai macam bentuk baik dalam bentuk kata kerja

    maupunkata benda sebanyak 219 kali. Hal tersebut

    menunjukkan sangat besar perhatian dari Al Quran

    sebagai kebutuhan manusia kepada dakwah agar

    kehidupan agar bisa lebih baik dari waktu ke waktu

    seiring perkembangan segala lini kehidupan‖ (Yahya,

    2016:88).

  • 21

    Berdasarkan beberapa pengertian dakwah di atas

    maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu

    upaya menyampikan pesan pesan agama melalui

    perkataan dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah

    manusia kepada jalan Allah subhanahu wa ta‘ala yaitu

    agama Islam serta meyakini aqidah dan melaksanakan

    syariatnya. Dengan kata lain, dakwah merupakan pesan

    yang akan di sampaikan kepada mad‘u isi pesanya tentang

    ajaran kebaikan agar kita saling mengingatkan sesame

    manusia.

    Dakwah pada hakekatnya mempunyai arti ajakan,

    berasal dari kata da‘a – yad‘u – da‘watan (da‘wah) yang

    berarti mengajak. Dalam pengertian yang lebih khusus

    da‘wah berarti mengajak baik pada diri sendiri maupun

    orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-

    ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya

    serta meninggalkan perbuatanperbuatan yang tercela

    (yang dilarang) oleh Allah dan Rasul-Nya pula. Jadi,

    dakwah dalam pengertian khusus ini bisa diidentikkan

    dengan amar ma’ruf nahi munkar.

  • 22

    Berdasarkan beberapa pengertian dakwah di atas

    maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu

    upaya menyampikan pesan pesan agama melalui

    perkataan dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah

    manusia kepada jalan Allah subhanahu wa ta’ala yaitu

    agama Islam serta meyakini aqidah dan melaksanakan

    syariatnya. Dengan kata lain, dakwah merupakan pesan

    yang akan di sampaikan kepada mad‘u isi pesanya tentang

    ajaran kebaikan agar kita saling mengingatkan sesame

    manusia.

    2) Tujuan Dakwah

    Tujuan dakwah menurut Ahmad Ghasully dan

    Ra‘uf Syalaby dalam (Pimay, 2005:35-38), sebagai

    berikut:

    a) Tujuan Praktis dalam berdakwah yaitu untuk

    menyelamatkan manusia dari lembah kegelapan dan

    membawanya ke jalan yang lurus.

    b) Tujuan Realistik dalam dakwah yaitu terlaksananya

    ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang

    benar dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud

  • 23

    masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan

    beragama dengan penuh dan menyeluruh.

    c) Tujuan Idealis dalam dakwah yaitu terwujudnya

    masyarakat muslim yang diidam-idamkan dalam

    suatu tatanan jidup berbangsa dan bernegara, adil,

    makmur, damai dan sejahtera dibawah limpahan

    rahmat, karunia, dan ampunan.

    3) Unsur-unsur Dakwah

    Unsur-unsur dakwah adalah sebuah komponen

    yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, seperti

    Da’i (pelaku dakwah), Mad’u (sasaran dakwah),

    Maddah ad da’wah (materi dakwah). Pertama, Da’i

    (pelaku dakwah) adalah sebagai komunikator yang

    tugasnya menyampaikan pesan kepada mad’u dengan

    memperhatikan kondisi mad’u agar pesan yang

    disampaikan dapat dimengerti oleh sasaran dakwahnya.

    Kedua, mad’u yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah

    dari pelaku dakwah. Ketiga, maddah ad da’wah yaitu

    materi dakwah atau pesan yang disampaikan oleh

    pelaku dakwah kepada sasaran dakwah, baik masalah

    aqidah, syariah. Muamalah, dan akhlaq.

  • 24

    b. Sinkretisme

    Sinkretisme atau dalam bahasa Inggris syncretism

    berasal dari kata synkretizein yang bermaksud

    menggabungkan yang merujuk kepada pencampuran filsafat

    pemikiran, agama, dan budaya yang berbeda.

    Menghubungkan unsur yang berbeda sehingga menghasilkan

    pemikiran baru. Dalam konteks sinkretisme agama dan

    budaya bukan untuk memecah belah tetapi untuk

    menggabungkan keduannya, tetapi apabila terdapat unsur-

    unsur yang berbeda maka budaya dapat diasimilasikan

    menjadi satu sintesis.

    Mengutip definisi klasik yang dikemukakan oleh

    Redfield, Sinkretisme Secara etimologis, sinkretisme berasal

    dari kata syin dan kretiozein atau kerannynai, yang berarti

    mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan.

    Kata itu diperkenalkan oleh Plutarch pada abad ke-2. Dalam

    eseinya, ―de Fraterno Amore ‗cinta saudara-saudara‖,

    Plutarch menyatakan bahwa walaupun terjadi pertengkaran

    antarsaudara, mereka akan bersatu menghadapi tantangan dari

    luar. Adapun pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang

    filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada

  • 25

    hal yang agak berbeda dan bertentangan. Sinkretisme dalam

    beragama adalah suatu sikap atau pandangan yang tidak

    mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Oleh

    karena itu, mereka berusaha memadukan unsur-unsur yang

    baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara satu

    dengan yang lainnya, dan dijadikannya sebagai satu aliran,

    sekte, dan bahkan agama (Aminulloh, 2017, 87—90).

    Menurut Al-Qurtubi, ―proses sinkretisme menjadi tak

    terelakkan ketika terjadi perumpaan dua atau lebih

    kebudayaan/tradisi yang berlainan‖ (2003:67). Sinkretisme

    adalah upaya untuk penyesuaian pertentangan perbedaan

    kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran

    berpikir. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk

    bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri

    tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan

    dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan

    yang melandasi atau memungkinkan untuk berlaku inklusif

    pada agama lain. sinkretisme juga terjadi.

    Umumnya di sastra, musik, seni dan ekspresi budaya

    lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001),

    sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan

  • 26

    perpaduan dari beberapa aliran yang berbeda untuk mencari

    keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan kemanusiaan.

    Menurut Grenham dalam artikel milik Catarina Dwi

    Astuti Depari bahwa proses perubahan yang terjadi pada suatu

    struktur ruang itu ditentukan oleh sistem ideologi, aktivitas

    budaya dan nilai-nilai kemasyarakatan yang berlangsung di

    dalamnya (Gernham:1984:4).

    Sinkretisme adalah hasil dari sinkretisasi, sedangkan

    sinkretisasi adalah proses. Oleh sebagian antripologi,

    sinkretisme dianggap sebagai salah satu dari tiga hasil, dari

    sebuah proses akulturasi, yakni (1) penerimaan (2)

    penyesuaian (3) reaksi. Sinkretisme adalah penyesuaian atau

    adaptasi yang diartikan sebagai sebuah proses

    menggabungkan ciri asli dan yang asing dalam harmonitas

    secara keseluruhan atau dengan menyimpan konflik yang

    direkonsiliasi dalam perilaku sehari-hari menurut kesempatan

    khusus. Dari proses menggabungkan mengkompinasikan,

    unsur-unsur asli dengan unsur-unsur asli ini muncul pola

    budaya baru yang dikatakan sinkretis.

    Terjadinya sinkretisme kehidupan umat beragama

    dalam masyarakat Jawa disebabkan karena (1) sebelum Islam

  • 27

    datang di Jawa sudah berkembang peradapan Hinduisme,

    Budhiisme, Animisme dan Dinamisme, (2) sifat orang Jawa

    yang cenderung sinretis (3) pindahnya pusat kerajaan Islam

    dari Demak ke Pajang dan terus ke Mataram, di mana Pajang

    lebih cenderung ke Islam kejawen. Orang Jawa merespon

    tradisi dari luar dengan cara menyerapnya, mengelolanya

    kembali dan memodifikasinya menjadi suatu yang baru.

    Pertemuan culture local (dimana didalamnya terdapat unsur

    Hindu,Budha dan Animisme), dan Islam adalah dalam bentuk

    sinkretisme. Menurut Rasimin (2016:102), mengatakan

    bahwa ―Manusia harus menerima kenyataan keberagaman

    budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada

    masing-masing masyarakat dalam menjalankan ibadahnya‖.

    Kesimpulannya, sinkretisme adalah perpaduan dari

    beberapa ajaran yang digabungkan menjadi satu dengan

    tujuan untuk mencapai keselarasan dan meminimalisir

    terjadinya perpecahan.

    c. Kebudayaan

    Berger (1977:15) menyatakan bahwa kebudayaan

    adalah totalitas dari produk manusia yang tidak hanya

    mencakup produk material dan non material (sosial-kultural)

  • 28

    saja, tetapi mencakup hasil refleksi atas kesadaran manusia.

    Refleksi dalam kesadaran manusia inilah yang dikenal

    sebagai perangkat kognisi manusia. Sedangkan produk

    material dan non material disebut sebagai perangkat produk

    perilaku.

    Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan

    manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk

    memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan

    pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi

    terwujugnya kelakuan (Soekanto, 1990:236).

    Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari

    lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinya hubungan

    antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan

    tradisi masyarakat lokal, kemasyarakatan, sistem

    pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian

    hidup serta teknologi dan peralatan (Jacobus:2006).

    Tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dianggap sebagai

    cultural universal, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup

    manusia, mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem

    kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, religi

    atau sistem kepercayaan (Koentjaraningrat, 1981:218).

  • 29

    ―Dalam Islam Nusantara, budaya merupakan bagian

    dari agama, di mana awal mula Islam dapat dengan mudah

    diterima di Indonesia salah satunya melalui akulturasi budaya,

    sehingga agama Islam terkesan merakyat dangan masyarakat

    Indonesia‖ (Jazimah, 2017:29).

    Kreasi budaya yang disebarkan oleh Walisongo selalu

    mendapat apresiasi budaya setempat. Hal itu dilakukan oleh

    Walisongo untuk menghormati budaya setempat tanpa

    menghilangkan aslinya untuk menambahkan ajaran Islam,

    bahkan tradisi juga masih berkembang hingga saat ini

    (Suparjo, 2008:1). Dalam religi atau sistem kepercayaan di

    setiap daerah berbeda-beda, seperti di Jawa banyak

    kepercayaan yang masih berhubungan erat dengan tradisi

    kebudayaan yang meliputi merti Desa, Nyadran, ruwatan,

    selamatan kematian, tingkeban, dan lain-lain.

    1) Merti Desa

    Merti Dusun berasal dari kata merti dalam bahasa

    Jawa yang artinya memeti atau memelihara. Dengan

    demikian merti Dusun mengandung pengertian

    memelihara Dusun, menjaga dan melestarikan dengan

    sebaik mungkin. Menurut Winda Setya Mardiani

  • 30

    (2015:07), upacara merti Dusun merupakan upacara

    tradisi warisan leluhur yang diwariskan dari generasi ke

    generasi memiliki maksud dan tujuan tertentu. Adapun

    maksud dan tujuan antara lain sebagai ucapan syukur

    kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan karunia

    berupa keselamatan dan kesejahteraan hidup masyarakat

    serta memberikan rezeki melalui hasil tanam.

    Upacara merti Dusun juga sebagai wadah

    pemersatu antar warga dalam kehidupan bermasyarakat.

    Dengan adanya upacara merti Dusun ini seluruh

    masyarakat dapat berkumpul menjadi satu disuatu tempat

    tanpa membedakan status sosial, status ekonomi, agama

    dan lain-lain. Dalam acara ini, masyarakat mengamalkan

    budi pekerti yang luhur yaitu berdoa kepada Tuhan untuk

    kebaikan bersama dan juga mendoakan para leluhur.

    2) Nyadran

    Pelaksanaan Nyadran pada masa Hindu-Budha

    menggunakan puji-pujian dan sesaji sebagai pelengkap

    ritualnya sedangkan oleh walisongo diakulturasikan

    dengan doa-doa dari Al-Quran (Sari,2009:06).

  • 31

    Tradisi Nyadran dilakukan pada bulan Ruwah

    (Sya‘ban), ajaran agama islam meyakini bahwa bulan

    sya‘ban yang datang menjelang bulan Ramadhan

    merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan manusia.

    Oleh karena itu pelaksanaan ziarah kubur juga

    dimaksudkan sebagai sarana intropeksi atau perenungan

    terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan

    selama satu tahun. Nyadran merupakan gabungan antara

    budaya dengan nilai Islam sehingga terasa sangat kental

    lokalitas yang bersifat Islami, namun Nyadran bukan

    tradisi agama Islam sendiri.

  • 32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid, peneliti

    akan menggunakan metode yang sesuai dengan tahapan pengelolahan data

    dan subyek yang akan dibahas. Oleh karena itu, berikut metode dan sumber

    data yang berkaitan dengan penelitian yaitu:

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

    dengan pendekatan fenomenologi, yang terjadi dengan menggunakan

    sumber data primer yang diperoleh dari tokoh masyarakat, tokoh agama

    serta pejabat Desa dan sekunder berupa arsip/buku dan hasil

    foto/rekaman, dengan teknik pengumpulan data melalui metode

    wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis data

    mengunakan tiga tahapan analisis kualitatif dan untuk menguji

    keabsahan data penelitian ini dengan cara mengunakan teknik

    triangulasi sumber data.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan

    Pabelan kabupaten Semarang. Alasan peneliti memilih lokasi ini

  • 33

    karena Dusun Gentan masih melaksanakan budaya Mertideso dan

    Nyadran, sehingga peneliti ingin meneliti dakwah sinkretismenya.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada awal bulan Maret 2020 sampai target

    penyelesaiannya Juni 2020.

    C. Sumber Data

    Dalam memperoleh data peneliti menggali informasi berdasarkan

    sumbernya, yang dibagi menjadi:

    1. Data primer

    Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama

    dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber

    informasi (Azwar, 2013:91). Sumber data primer dalam penelitian

    ini yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pejabat Desa (kadus).

    2. Data sekunder

    Data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,

    tidak langsung dari subyek peneliti (Azwar, 2013:91). Sumber data

    sekunder dari penelitian ini berupa dokumen seperti referensi, jurnal

    penelitian, buku-buku, maupun buku profil dari kelurahan, hasil

    wawancara dan foto yang terkait dengan penelitian

  • 34

    D. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian ini adalah Dakwah dan Sinkretisme Dusun Gentan

    Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Sebagai fokus

    penelitian, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskripsi

    dengan pendekatan field reseach atau penelitian lapangan. Penelitian ini

    menggunakan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terbuka

    dengan informan yang terkait sehingga data yang dikumpulkan lebih

    relevan.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Proses pengumpulan data penelitian juga dipengaruhi dari jenis

    sumber data. Dikarenakan jenis sumber data dalam penelitian ini adalah

    orang (person) dan kertas atau tulisan (paper) maka untuk memperoleh

    dan mengumpulkan data digunakan teknik-teknik sebagai berikut :

    1. Observasi

    Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

    sistematik terhadap fakta-fakta dalam obyek penelitian. Peneliti akan

    melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, yakni Dusun

    Gentan, Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

    2. Wawancara

    Menurut Moleong (2005), (dalam bukunya Haris

    Herdiansyah, 2010:118), wawancara adalah percakapan dengan

  • 35

    maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

    pewawancara dan narasumber yang memberikan jawaban atas

    pertanyaan. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada

    tokoh masyarakat atau sesepuh di Dusun Gentan, masyarakat di Desa

    Tukang ,pejabat kelurahan.

    3. Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa

    sumber data tertulis (yang berbentuk tulisan). Sumber data tertulis

    dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah, jurnal,

    buku profil ataupun dokumen pribadi dan juga foto yang akan didapat

    di kelurahan.

    F. Teknik Analisis Data

    Pendekatan dalam penelitian ini bersifat diskriptif analisis yang

    merupakan proses pengambilan sebuah penelitian. Proses analisa data

    merupakan suatu proses penelaahan data secara mendalam. Menurut

    Moleong (2002: 103). Proses analisa dapat dilakukan pada saat yang

    bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada

    umumnya dilakukan setelah data terkumpul. Guna memperoleh

    gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan

    menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

    metode analisa deskriptif kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang

  • 36

    dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat

    faktual secara sistematis dan akurat (Danim, 2002: 41).

    Menurut Miles dan Hubermen, terdapat tiga tahap dalam teknik

    analisis data kualitatif (Aguspinova, 2015:64), yaitu:

    1. Tahap Reduksi Data

    Reduksi data merupakan proses pengurangan data, dalam arti

    yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik

    pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan,

    maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.

    2. Tahap Penyajian Data

    Penyajian data merupakan tahapan lanjutan dari reduksi data.

    Penyajian data adalah proses pengumpulan informasi yang disusun

    berdasarkan kategori atau pengelompokan yang diperlukan.

    Penyajian data pada penelitian kualitatif dapat disajikan dalam

    bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart

    dan sebagainya (Agustinova, 2015:65).

    3. Tahap Penarikan Kesimpulan

    Tahap penarikan kesimpulan menjadi tahapan terakhir dalam

    teknik analisis data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah

    proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan

    dengan kalimat yang singkat, padat serta mudah dipahami,

  • 37

    dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan

    mengenai kebenaran dan penyimpulan. Khususnya berkaitan

    dengan relevansi dan konsisten terhadap judul, tujuan dan

    perumusan masalah yang ada (Agustinova, 2015:68).

    G. Teknik Validasi Data

    Dalam penelitian yang akan dilakukan, pengecekan validasi data

    menggunakan metode triangulasi pada penelitian (Endrawara,

    2006:110), sebagai berikut:

    1. Triangulasi sumberdata, yang dilakukan dengan cara mencari data

    dari banyak sumber informan, yaitu orang yang terlibat langsung

    dengan objek kajian.

    2. Triangulasi pengumpulan data, yang dilakukan dengan cara mencari

    data dari berbagai sumber informan.

    3. Triangulasi teori, yang dilakukan dengan cara mengkaji berbagai

    teori relevan, sehingga dalam hal ini tidak digunakan teori tunggal

    tetapi dengan teori yang jamak.

    4. Triangulasi metode, mengumpulkan data dilakukan dengan

    menggunakan bermacam-macam metode pengumpulan data

    (observasi, wawancara, dan dokumentasi)

    Validasi dilakukan dengan dua tahap yaitu, triangulasi data dan

    review informan agar hasilnya sesuai dengan apa yang akan peneliti

  • 38

    teliti. Penelitian ini meggunakan triangulasi sumber data, dengan

    membandingkan dan mengecek kembali keabsahan data dari hasil

    observasi dan wawancara. Hal tersebut diperoleh dengan cara, sebagai

    berikut (1)membandingkan data observasi dengan data hasil wawancara

    (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

    apa yang dikatakan narasumber secara pribadi (3) membandingkan apa

    yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

    dikatakan sepanjang waktu (4) membandingakan keadaan dan perspektif

    seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat seperti

    rakyat biasa, orang yang berpendidikan, menengah atau tinggi, atau

    orang pemerintahan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi

    suatudokumen yang berkaitan (Moelong, 2008:331).

    Dengan kata lain dalam menggunakan teknik triangulasi ini

    peneliti dapat me-recheck penelitian kemudian membandingkan dengan

    berbagai sumber,metode atau teori sebelumnya. Untuk dapat ditempuh

    dengan cara, sebagai berikut:

    a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

    b. Mengecek dengan berbagai sumber data

    c. Memanfaatkan berbagai metode untuk mengecek keabsahan data

    dapat dilakukan.

  • 39

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Desa Tukang

    1. Sejarah Desa Tukang

    Desa Tukang merupakan salah satu Desa di Kecamatan

    Pabelan yang mempunyai penduduk sebanyak 2497 orang merupakan

    Desa agraris/Pertanian dengan kondisi sosial budaya, ekonomi,

    pendidikan , kesehatan dan infrastruktur masyarakat seperti

    dijelaskan pada bab selanjutnya. Perjalanan panjang Desa Tukang

    mulai terbentuknya Desa akan disampaikan di bawah ini.

    Legenda asal usul Desa Tukang yang di dapat dari beberapa

    nara sumber yang kami kumpulkan mempunyai ragam cerita yang

    dapat kami simpulkan sebagai berikut : Konon pada jaman

    pemerintahan Mataram Islam ,pada saat perjuaangan melawan

    penjajahan belanda tepatnya pada perang Diponegoro pada tahun

    1825-1830 M kondisi pengikut pangeran Diponegoro terDesak dari

    medan perang. Salah satu senopati dari pengikut nya bernama

    simbah Singo Setiko ,berkelana /mengembara naik gunung turun

    gunung lembah yang akhirnya menetap disebuah lokasi ,tepatnya

  • 40

    disebuah tempat ditepi sungai diujung Desa ini di Rt. 01 Rw. 01

    Dusun Sindon.

    Ditempat inilah akhirnya simbah Singo Setiko menetap dan

    berkeluarga dan mempunyai keturunan 5 ( lima ) salah satunya

    Mbah Somo Tirto , Konon Desa ini ada Hewan yang sudah

    menyatu dengan Desa ini namanya Tukang kemudian wilayah ini

    dinamai Desa Tukang dan wilayah ini dibagi 6 dukuh 1. Sindon 2.

    Tukang .3. Maliyan 4. Karang 5. Gentan 6. Bawang .

    Saat wafat simbah Singosetiko oleh putra putri dari

    keturunannya beliau disemayamkan dimakam Mbelang,dimana

    jaman berganti tahun berlalu nama Desa Tukang digunakan untuk

    memberi nama Desa ini dengan wilayah 6 Dusun dengan batas-batas

    sesuai adat istiadat masyarakat. Untuk mengenang jasa mbah Singo

    Setiko ,setip hari lebaran Idul Fitri , disetiap tahun diadakan tradisi

    Haul dan pertemuan keluarga. Selanjutnya Mbah Somo Tirto

    menjabat jadi demang .

    a. Demang/Lurah Somo Tirto ( 1912 - 1940 )

    b. Lurah Dhamroji ( Putra ,Mbah Somo Tirto) ( 1941 - 1969 )

    c. Kepala Desa H. Dhamhari (dua preode ) ( 1972 - 1987 )

    d. Kepala Desa Wakhid Mahmud ( 1994 - 2000 )

    e. Kepala Desa Ahmad Jauhari SH ( 2002 - 2005 )

  • 41

    f. Kepala Desa Yudi Prabowo ( 2006 - 2012 )

    g. Kepala Desa Yudi Prabowo ( 2013 - 2018 )

    2. Sejarah Pemerintah Desa

    Pada tahun 1941 diadakan pemilihan lurah sebagai Lurah

    Dhamroji dan Sistim pemilihan lurah saat itu masih menggunakan

    cara yang sama yaitu dengan biting/lidi pada tahun 1941 diadakan

    pemilihan Lurah dengan calon 3 calon Dhamroji, Sasmito ,Kusri

    ,dan pemilihan tersebut Drow (bedo) Kemudian diulang lagi setelah

    3 bulan dengan Pemenang terpilih Dhamroji ,masa pemerintahan

    dari tahun 1941 s/d 1969.

    Pemerintahan saat itu sudah mulai tertata rapi.lurah dalam

    pemerintahan nya dibantu Kamituo, Carik, Sentono, Bekel, Bayan

    dan lembaga kemasyarakatan LSD. Perubahan pemerintahan saat itu

    dari kelurahan menjadi pemerintahan Desa sampai sekarang. Kepala

    Desa saat ini sudah banyak dibantu oleh sekretaris Desa, Kasi,

    Kepala Urusan, Kepala Dusun, Pelaksana Teknis, BPD dan

    lembaga-lembaga Desa .

    3. Visi Dan Misi Desa Tukang

    Desa Tukang memiliki visi dan misi untuk mewujudkan

    kesejahteraan masyarakatnya, antara lain:

  • 42

    a. Visi

    ―Tercipta Desa tukang yang makmur dan sejahtera‖

    b. Misi

    1) Mewujudkan pemerintah Desa yang tertib dan berwibawa.

    2) Mewujudkan perekonomian dan kesejahteraan warga Desa.

    3) Meningkatkan keswadayaan masyarakat.

    4) Meningkatkan pengembangan usaha ekonomi masyarakat di

    Desa.

    5) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam berwawasan

    lingkungan dan penerapan teknologi tepat guna sesuai

    kebutuhan masyarakat.

    6) Meningkatkan kemantapan penyelenggaraan pemerintah

    Desa.

    7) Meningkatkan peran lembaga organisasi masyarakat Desa.

    8) Menanggulangi kemiskinan masyarakat di Desa.

    9) Menggali potensi sumber daya alam yang ada disekitar.

    10) Melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan.

    11) Memanfaatkan tanah yang ada bisa menghasilkan yang

    maksimal.

  • 43

    4. Letak geografis Desa tukang

    Desa tukang berada pada titik koordinat s 07.31114o e

    110.56784o yang terletak di kecamatan Pabelan KabupatenSemarang.

    Desa Tukang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

    a. Sebelah Utara dibatasi Desa Sumowo

    b. Sebelah Selatan dibatasi Desa Terban

    c. Sebelah Barat dibatasi Desa Segiri

    d. Sebelah Timur dibatasi Desa Belimbing kecamatan Suruh

    Berikut peta geografis dari Desa Tukang Kecamatan Pabelan

    Kabupaten Semarang yang berwarna Hijau, yaitu:

    Gambar 4.1: Peta Geografis Desa Tukang, sumber data dari Desa Tukang, 2020.

  • 44

    5. Struktur organisasi

    Desa Tukang memiliki sistem pemerintahan yang di pimpin

    oleh Lurah untuk memajukan kesejahteraan Desa, dengan dibantu oleh

    masing-masing bidang sesuai tugas pokok demi mewujudkan visi dan

    misi Desa. Berikut merupakan struktur organisasi Desa Tukang:

    a. Kepala Desa : Yudi Prabowo

    b. Sekertaris Desa : Muhammad Haris Cahyono

    c. Kaur Umum dan Perencanaan : Endrat Riyandanu

    d. Kaur Keuangan : Wahib Sofyan

    e. Kasi Pemerintahan : Muhammad Nur Islam

    f. Kasi Kesejahteraan : Sastiyo Suhanto

    g. Kasi Pelayanan : Subandi

    h. Kadus Sindon : Slamet Riyadi

    i. Kadus Tukang : Muhamad Rivai

    j. Kadus Maliyan : Solikin

    k. Kadus Karang : Muhamad Surya Hamdani

    l. Kadus Gentan : Giyon

    m. Kadus Bawang : Margo

  • 45

    Bagan 4.1: Struktur Organisasi Desa Sidomulyo, sumber data kelurahan

    Desa Tukang, 2020.

    6. Kependudukan

    Berdasarkan data dari kelurahan Desa Tukang, penduduknya

    berjumlah 2.225 jiwa. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 1.302

    jiwa dan perempuan berjumlah 1.250 jiwa. Berikut adalah tabel jumlah

    penduduk per-RW Desa Tukang:

    RW. Laki-laki Perempuan

    01 184 185

    02 171 177

    03 101 108

    04 187 206

    05 404 421

    06 203 205

    Jumlah 1.250 1.302

    Jumlah penduduk Jumlah penduduk 2.225 Tabel 4.1: Jumlah Penduduk, sumber data dari Desa Tukang, 2020.

    Sekretaris Desa

    Kepala

    Umum

    Kepala

    Keuangan

    Kepala

    Kesejahteraan

    Kepala

    Pemerintahan

    Kadus

    Sindon

    Kadus

    Tukang

    Kepala Desa

    Kepala

    Pelayanan

    Kadus

    Karang

    Kadus

    Bawang

    Kadus

    Gentan

    Kadus

    Maliyan

  • 46

    Desa Tukang terdiri dari 6 Dusun, yaitu: Dusun Gentan, Dusun

    Bawang, Dusun Maliyan, Dusun Sindon, Dusun Karang, dan Dusun

    Tukang. Penduduk Desa Tukang. Banyak masyarakat Desa Tukang

    yang merantau ke Jakarta demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

    Bahkan, sebagian masyarakatnya juga merantau ke luar pulau Jawa

    yaitu Sumatra. Tabel fasilitas Desa Tukang, sebagai berikut:

    No. Fasilitas Jumlah

    1. Balai Desa 1

    2. Masjid 7

    3. Mushola 9

    4. Lapangan 2

    5. Puskesmas 1

    6. Ruang olahraga 1

    7. Makam 5

    8. Embung 1

    9. PDAM 1

    10. Sekolah 1

    Jumlah 29

    Tabel 4.2: Fasilitas Desa Tukang, sumber data dari Desa Tukang, 2020.

    Desa Tukang memiliki fasilitas yang cukup memadai, antara

    lain: pelebaran jalan, pengerasan jalan, pembangunan balai Desa,

    pembangunan jembatan dan gorong-gorong, lapangan, pembangunan

  • 47

    SD Inpres, Tugu batas Desa. Selain itu, terdapat fasilitas lainnya,

    seperti: masjid, TK, Paud, SD, MI, Puskesmas.

    7. Kondisi Sosial Budaya

    Keadaan sosial kemasyarakatan Desa Tukang mempunyai

    kepekaan yang sangat tinggi. Terbukti dalam setiap kegiatan Desa

    warga saling bergotong royong atau kerja bakti guna membantu

    kepentingan umum maupun individu yang membutuhkan. Seperti

    pembangunan jalan, jembatan, irigasi, dan pembangunan umum

    lainnya yang berguna untuk kepentingan orang banyak. Selain gotong

    royong pembangunan, masyarakat Desa Tukang juga saling bergotong

    royong kepada masyarakat tertentu yang sedang mempunyai hajat,

    orang yang sedang membangun rumah dan lain-lain.

    Dalam mewujudkan Desa yang rukun dan saling menghargai

    masyarakat Desa Tukang juga saling tolong menolong kepada orang

    yang sedang kesusahan misalnya sakit dijenguk oleh para tetangga dan

    diberi bantuan seikhlasnya, ketika ada kematian para tetangga

    memberi pertolongan seperti mendoakan orang yang meninggal selama

    7 hari dan dilakukannya kenduren. Hal tersebut dilakukan tanpa

    adanya paksaan dari siapapun.

    Keadaan tersebut juga tidak lepas dari budaya yang ada di Desa

    setempat. Tradisi turun temurun selalu dilaksanakan oleh masyarakat

  • 48

    Desa Tukang, meliputi Nyadran, selametan, tingkeban, dan Mertideso.

    Budaya Jawa masih sangat kental dengan kesenian yang diadakan pada

    tradisi-tradisi tertentu, misalnya ketika Mertideso. Mertideso tersebut

    dilakukan kenduren pada pagi harinya, sedangkan malam harinya

    mengadakan kesenian wayang guna mensyukuri nikmat Allah atas

    panen yang dihasilkan.

    8. Kondisi Pendidikan

    Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat

    Desa Tukang. Dengan pendidikan masyarakat bisa mampu

    mengembangkan bakat yang dimiliki untuk kehidupan yang lebih baik.

    Pendidikan Desa Tukang mayoritas tamatan SMP. Berikut fasilitas

    sekolah yang ada di Desa Tukang, antara lain:

    No. Nama Sekolah Alamat Status

    1. Pos Paud Melati Tukang Swasta

    2. Pos Paud Mawar 01 Tukang Swasta

    3. Pos Paud Mawar 02 Tukang Swasta

    4. Tk Ba Aisyah Tukang Swasta

    5. Mis Muhammadiyah Tukang Swasta

    6. Sdn Tukang Tukang Negeri

    7. Tpa Al-Hidayah Tukang Swasta

    8. Pkbm Mitra Harapan Tukang Swasta

    Jumlah 8

    Tabel 4.2: Daftar Sekolah, sumber data dari Desa Tukang, 2020.

  • 49

    PKBM Mitra Harapan merupakan fasilitas pendidikan yang

    digunakan untuk mengejar lulusan SD yang dulunya tidak lulus dengan

    cara kejar paket C. Masyarakat Desa Tukang banyak yang mengejar

    paket C, untuk itu PKBM Mitra Harapan sangat membantu warga

    sekitar.

    9. Kondisi Ekonomi

    Mayoritas mata pencaharian Desa Tukang adalah bercocok

    tanam. Masyarakat Desa tukang mengandalkan sektor pertanian yaitu

    padi, sayuran, jagung, kacang, kelapa, pisang, mangga, rambutan, dll.

    Selain dari sektor pertanian masyarakat sekitar juga ada yang

    membuka usaha industri kecil rumahan seperti mebel dan penggilingan

    padi.

    Masyarakat Desa Tukang juga mengembangkan kerajinan

    tangan, seperti besek dan keranjang. Kerajinan tersebut akan

    disetorkan dan dijual ke konsumen. Ada juga yang masyarakat yang

    membuat cangkul, aret, dan golok. Kegiatan tersebut digunakan untuk

    menambah taraf ekonomi keluarga guna mencukupi kebutuhan sehari-

    hari.

  • 50

    Selain itu, terdapat sektor peternakan yang dilakukan oleh

    masyarakat Desa Tukang. Hewan yang diternak berupa ayam negeri,

    ayam petelur, ternak sapi, kambing, lele, dan bebek.

    10. Kondisi Keagamaan

    Kondisi keagamaan Desa Tukang seluruhnya beragama Islam,

    dengan berbagai macam golongan yaitu NU, Muhammadiyah, dan

    lain-lain. Dulunya, masyarakat Desa Tukang tidak hanya beragama

    Islam saja, melainkan Hindu dan Budha. Namun, seiring

    berkembangan zaman masyarakatnya hanya beragama Islam saja.

    Masyarakat Desa Tukang selalu mengadakan acara setiap

    sebulan sekali di mushola dan masjid yaitu pengajian bulanan. Selain

    itu, masyarakat sekitar juga mengadakan acara pengajian untuk

    memperingati hari-hari besar seperti: Maulid Nabi, Hari Raya Idul

    Fitri, Hari Raya Idul Adha, dan hari besar lainnya.

    Tidak hanya mengadakan pengajian, kegiatan lainnya adalah

    yasin dan tahlil rutinan yang dilakukan di masjid an mushola setempat

    setiap hari Jumat. Selain itu, terdapat kegiatan untuk anak kecil yaitu

    sekolah TPA yang dilaksanakan setiap hari dan setiap abis magrib

    diadakan kegiatan mengaji dan membaca Al Quran.

  • 51

    B. Deskripsi Hasil Penelitian

    Berikut adalah hasil dari penelitian dan observasi yang

    dilakukan secara langsung di lapangan mengenai ―Dakwah Dan

    Sinkretisme Di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan

    Kabupaten Semarang‖. dari hasil wawancara dengan beberapa sumber,

    yang sesuai dengan fokus penelitian, sebelumnya peneliti sudah

    memberikan pengetahuan tentang sinkretisme kepada narasumber,

    kemudian penulis menemukan beragam jawaban dari beberapa informan

    tersebut antara lain:

    1. Pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan

    Pabelan Kabupaten Semarang

    Dakwah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

    mengajak, menyeru dalam kebaikan sesuai ajaran Islam. Dakwah

    juga bisa dilaksanakan melalui tradisi, karena secara tidak langsung

    ajaran Islam terselip di dalamnya. Seperti yang diungkapkan Bapak

    Giyono selaku kadus Dusun Gentan pelaksanaan dakwah yang masih

    dilakukan melalui budaya sebagai berikut:

    ―Pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan itu ada bermacam-

    macam mas, antara lain pengajian lapanan, pengajian pada hari

    tertentu, yasinan, thariqah, tahlilan, aqiqah, mitoni, TPA, dan

    sebagainya.. Banyak tradisi Jawa yang digunakan oleh

    Walisongo untuk berdakwah, contohnya mulai bumi, mulai

    tandur, tingkepan, Mertideso,Nyadran. Tradisi itu semua masih

    dilakukan setiap tahun sampai saat ini. Dalam tradisi ini ada

  • 52

    unsur Islamnya, seperti ada tahlilan‖(Wawancara dengan G. 13

    April 2020,pukul 20.09 WIB).

    Selain melalui tradisi, dakwah di Dusun Gentan juga melalui

    kesenian karena di dalamnya terdapat doa-doa yang diucapkan dalam

    setiap pentasnya. Doa tersebut dipanjatkan dengan maksud untuk

    meminta keselamatan dan kelancaran ketika melakukan pertunjukan.

    Menurut bapak Sugiyanto selaku mudin mengatakan bahwa:

    ―Dakwah yang dilakukan di Dusun Gentan pengajian lapanan,

    pengajian pada hari tertentu, yasinan, tahlilan, TPA, dan

    sebagainya. tidak terlepas dari tradisi yang ada sejak dulu.

    Meskipun mayoritas sudah beragam Islam tetapi masyarakat

    tetap ingin melestarikan budaya Mertideso, Nyadran, reog,

    toprak dan dengtek. Budaya ini dilakukan sebagai wujud

    dakwah Sunan Kalijaga dengan memasukan ajaran Islam di

    dalamnya. Seperti halnya dalam tradisi Nyadran ketika

    melaksanakan kendurenan didoakan terlebih dahulu dengan

    doa tahlil dan doa khusus yang dipimpin oleh mudin

    setempat‖(Wawancara dengan S. 12 April 2020, pukul 20.00

    WIB) .

    Bapak Suwarno selaku RW Dusun Gentan juga mengatakan

    bahwa dakwah secara tidak langsung juga terselip dalam tradisi

    kesenian.

    ―Dakwah melalui budaya yang masih dilakukan ya mulai bumi,

    mulai tandur, tingkepan, Mertideso, Nyadran, reogan, tekdung

    dan lain-lain itu masih di lestarikan. Setiap tradisi yang

    dilakukan pasti terdapat unsur Islamnya, entah itu proses

    pelaksanaanya, persiapan dan perlengkapanya dan makna dari

    tradisi itu sendiri. Selain itu ada pengajian, yasinan, dan

    tahlilan‖ (Wawancara dengan Sw. 14 April 2020, pukul 19.50

    WIB) .

    Menurut bapak Yasito selaku masyarakat di Dusun Gentan

    menanggapi masalah sebagai berikut:

  • 53

    ―Budaya yang masih dilakukan hingga saat ini Mertideso,

    kesenian campursari, reog kusumolaras, Nyadran, selametan di

    sawah untuk keslametan panen dan tanaman, selametan untuk

    keluarga dan mendoakan arwah yang meninggal sperti tahlilan

    dan yasinan. Tradisi tersebut terselip unsur dakwahnya, terlihat

    dari proses pelaksanaannya‖(Wawancara dengan Y. 13 April

    2020, pukul 19.23 WIB).

    2. Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan

    Kabupaten Semarang

    Bahwa peneliti telah memaparkan data mengenai sinkretisme

    kepada narasumber. Sinkretisme merupakan perpaduan antara agama

    dan budaya yang berbeda. Seperti yang dakwah yang dilakukan

    Walisongo yang memadukan ajaran Islam dengan tradisi, baik doa-

    doa yang ditambahkan maupun proses pelaksanaannya. Menurut

    bapak Giyono mengenai sinkretisme di Dusun Gentan yaitu:

    ―Terdapat perubahan dalam acara pelaksanaan tradisi

    Mertideso yang dulunya kenduren tidak ada tahlilan, namun

    untuk saat ini ada. Berbeda dengan Nyadran yang dari dulu ada

    tahlil tetapi, sekarang terdapat tambahan tahlil dan ekroran.

    Menurut saya, bentuk sinkretisme atau perpaduan antara

    budaya dan ajaran islam ada pada poin itu, karena didalam

    tradisi menampilkan antara dua budaya dan ajaran islam tetapi

    tidak merubah malah melengkapi dari tradisi ini tujuanya bagus

    ini kita terus lakukan‖ (Wawancara dengan G. 13 April

    2020,pukul 20.09 WIB).

    Awalnya tradisi mertideso dan nyadran merupakan tradisi dari

    Hindu-Budha, namun akibat adanya perpaduan maka tradisi secara

  • 54

    tidak langsung terselip unsur dakwah di dalamnya. Menurut bapak

    Sugiyanto, menanggapi sebagai berikut:

    ―Sinkretisme dalam tradisi Nyadran dan Mertideso terdapat

    pada sejarahnya yang awalnya budaya Hindu-Budha menjadi

    dakwah Islam. Tradisi Mertideso ada perubahannya, dulu hanya

    ekror biasa, berbeda dengan sekarang ini terdapat tahlilan.

    Perubahan yang ada dalam Nyadran sebaliknya, dulu hanya

    tahlil saja namun sekarang ada ekror(Wawancara dengan S. 12

    April 2020, pukul 20.00 WIB).

    Perpaduan yang terdapat dalam kedua tradisi terletak pada

    proses pelaksanaanya yang ditambah dengan tahlildan doa-doa

    khusus yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Selain itu, tradisi

    mertideso dilakukan sebagai wujud syukur kepada Allah atas karunia

    yang diberikan kepada masyarakat. Sebagaimana menurut bapak

    Suranto selaku masyarakat Dusun Gentan:

    ―Perpaduan memang ada antara budaya Hindu-Budha dengan

    ajaran Islam, tetapi hanya menambahi saja masyarakat saat ini

    mayoritas beragama Islam. Jadi, tambahan yang saya maksud

    dalam tradisi Nyadran dan Mertideso hanya terdapat pada tahlil

    dan ekror. Nyadran sendiri artinya untuk mendoakan para

    leluhur yang mendahuli kita agar di tempatkan ditempat yang

    terbaik sebaliknya semoga kita juga di doakan leluhur kita.

    Kalau Mertideso artinya rasa syukur dari masyarakat atas hasil

    panen yang di berikan Allah, pelaksanaannya dengan rangkaian

    acara kondangan dan pertunjukan wayang. Nah dalam dua

    tradisi ini kalo ada tahlil kan juga bagus begitu‖(Wawancara

    dengan Sr. 14 April 2020, pukul 18.32 WIB).

    Jadi, sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang masih

    dilakukan melaui tradisi Mertideso dan Nyadran. Tradisi tersebut

  • 55

    dilaksanakan oleh sebagian masyarakat yang sesuai dengan

    kepercayaan dari leluhurnya.

    3. Faktor yang pendukung dan penghambat pelaksanaan Dakwah dan

    Hilangnya Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan

    Pabelan Kabupaten Semarang

    Hal yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan dakwah di

    Dusun Gentan yaitu tradisi ini dilakukan karena adanya nilai positif

    seperti makna memberi akan memperoleh imbalan yang lebih oleh

    Allah. Menurut bapak Giyono faktor yang mendukung dan

    menghambat pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan sebagai berikut:

    ―Faktor pendukung dari budaya Mertideso bertujuan untuk

    mensyukuri nikmat Allah yang telah memberikan hasil panen

    yang melimpah kepada masyarakat Dusun Gentan. Selain itu,

    untuk menjaga kerukunan antar warga karena masyarakat

    sehingga saling terjalin silaturohim. Sedangkan tujuan

    Nyadran yaitu untuk memohon kepada Allah agar diberi

    ampunan untuk para leluhur yang telah meninggal. Kedua

    budaya tersebut mempunyai tujuan yang positif yang harus

    kita dukung. Untuk penghambat mungkin tidak ada karena

    sampai saat ini masyarakat masih melakukan tradisi ini‖

    (Wawancara dengan G. 13 April 2020,pukul 20.09 WIB).

    Menurut bapak Sugiyanto menanggapi masalah tersebut,

    sebagai berikut:

    ―Budaya Mertideso dan Nyadran sangat didukung oleh

    masyarakat, yang mana budaya Mertideso adalah syukuran

    setelah panen selesai dan bersyukur kepada Allah yang telah

    melimpahkan hasil panen yang dilakukan setiap tahun secara

  • 56

    turun-temurun. Sedangkan Nyadran dilakukan setahun sekali

    pada bulan Ruwah bertujuan untuk mendoakan kepada Allah

    agar arwah para leluhur diberikan ampunan dan diterima

    disisiNya. Faktor penghambatnya untuk saat ini tidak ada,

    karena masyarakat tetap menerima budaya nenek moyang ini‖

    (Wawancara dengan S. 12 April 2020, pukul 20.00 WIB)..

    Menurut bapak Suranto menanggapi masalah tersebut, sebagai

    berikut:

    ―Faktor pendukung dari sinkretisme dan dakwah Dusun

    Gentan melalui tradisi Mertideso dan Nyadran yaitu karena

    sesepuh zaman dulu telah memasukkan perpaduan antara

    agama dan budaya tanpa merubah budaya aslinya, dan

    menjadi positif sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan

    dilaksanakan sampai sekarang. Faktor penghambatnya tidak

    ada mas‖ (Wawancara dengan Sr. 14 April 2020, pukul 18.32

    WIB).

    Menurut bapak Marji menanggapi masalah tersebut, sebagai

    berikut:

    ―faktor pendukungnya ya itu karena masyarakat setempat

    beragama Islam, jadi kedua tradisi yang dulunya merupakan

    budaya Hindu-Budha. Tradisi tersebut awal mulanya

    disebarkan oleh Wali Songo yang diselipkan ajaran Islam

    melalui dakwahnya. Sehingga para orang terdahulu

    memadukan budaya dengan agama menjadi unsur dakwah

    tanpa merubahnya‖ (Wawancara dengan M. 14 April, pukul

    18.58 WIB).

    C. Pembahasan

    Dari data yang didapat berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan

    dilapangan, maka selanjutnya peneliti menganalisa data dengan

    menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan terperinci, terhadap

  • 57

    dakwah dan sinkretisme Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan Pabelan

    kabupaten Semarang, sebagai berikut:

    1. Pelaksanaan Dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan

    Pabelan Kabupaten Semarang

    Pelaksanaan dakwah adalah kegiatan apa saja yang

    menyangkut ajaran Islam yang mengajak seseorang menuju jalan

    yang baik sesuai ajaran Islam dengan cara apapun. Seperti halnya di

    kecamatan Pabelan, khususnya Dusun Gentan Desa Tukang

    pelaksanaan dakwah yang ada antara lain: pengajian lapanan,

    pengajian pada hari tertentu, yasinan, thariqah, tahlilan, aqiqah,

    mitoni, TPA, dan sebagainya.

    Masyarakat yang beragama Islam mempengaruhi pola hidup

    sehari-hari. Setiap hari jumat diadakan perjanjen (dzibaan) yang

    dilaksanakan di Mushola maupun Masjid. Setiap sore, diadakan

    ngaji/TPA oleh pengurus masjid yang diikuti oleh semua anak-anak.

    Ada juga kegiatan thariqah yang diikuti oleh lansia di dusun Gentan.

    Setiap kumpulan PKK, Bapak-bapak, maupun remaja selalu ada

    tahlil.

    Ketika hari-hari tertentu di Dusun Gentan mengadakan

    pengajian seperti acara Maulidan, Halal Bi Halal Hari Raya Idul Fitri,

    pengajian dalam rangka memperingati Idul Adha, pengajian dalam

  • 58

    memperingati Lailatul Qadr, pengajian Isra Mira‘j, pengajian

    lapanan, dan lain-lain. Namun, pelaksanaan dakwah yang dilakukan

    tidak hanya itu, tetapi juga melalui tradisi.

    Tradisi tersebut yaitu Mertideso, Nyadran, Mulai bumi, Mulai

    Tandur, Tingkepan, dan lain-lain. Tradisi tersebut terdapat unsur

    dakwahnya, namun peneliti berfokus pada dakwah melalui tradisi

    Mertideso dan Nyadran di Dusun Gentan. Terkait dengan tradisi

    Mertideso dan Nyadran tidak lepas dari dakwah, karena secara tidak

    langsung tradisi ini mengajak seseorang untuk beribadah dan beramal

    kepada Allah dalam bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah

    diberikan.

    Dakwah yang terkandung dalam Mertideso dan Nyadran yaitu

    kedua tradisi tersebut merupakan sarana Wali mengenalkan ajaran

    agama Islam sehingag masyarakat berpikir bahwa ajaran Islam yang

    dibawa itu baik. Ajaran Wali ini terbukti efektif karena masyarakat

    sebagaian besar memiliki keinginan untuk lebih mendalami dakwah

    Islam.

    Dalam tradisi tersebut terdapat pembacaan ayat Al Quran

    seperti ayat kursi, doa-doa khusus, tahlil yang ditujukan kepada Allah

    SWT. Pelaksanaan inilah yang menjadi proses dakwah dalam tradisi

  • 59

    tersebut.