DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN DESA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8729/1/SKRIPSI...
Transcript of DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN DESA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8729/1/SKRIPSI...
-
DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN
DESA TUKANG KECAMATAN PABELAN KABUPATEN
SEMARANG
SKRIPSI
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH:
MUHAMAD WIYONO
NIM. 43010-16-0075
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN
ISLAM FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
-
i
DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN GENTAN
DESA TUKANG KECAMATAN PABELAN KABUPATEN
SEMARANG
SKRIPSI
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH:
MUHAMAD WIYONO
NIM. 43010-16-0075
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN
ISLAM FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
-
ii
HALAMAN LOGO
-
iii
Dra. Maryatin, M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp. : 4 (empat) eksemplar
Saudara/i :
Kepada
Yth. Dekan Fakultas
Dakwah
IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. wr. wb.
Dengan hormat disampaikan setelah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi terhadap naskah skripsi berjudul:
Dakwah dan Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
Yang ditulis oleh:
Nama : Muhamad Wiyono
NIM : 43010160075
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas
Dakwah untuk dimunaqosahkan.
Demikian atas perhatiannya disampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Salatiga, 05 Juni 2020
Pembimbing
Dra. Maryatin, M.Pd
-
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS DAKWAH
Jl. Lingkar Selatan KM 02 PulutanSidorejo, Kota Salatiga, Jawa
Tengah.
KodePos 50716, Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Salatiga
Website: http://iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Muhamad Wiyono
NIM : 43010160075
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Tanggal Ujian : 11 Juni 2020
Judul Skripsi : Dakwah dan Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
Panitia Munaqosah Skripsi
1. Ketua Sidang : Dr. Mukti Ali, M. Hum.
2. Sekretaris : Dra. Maryatin, M.Pd.
3. Penguji I : Drs. Bahroni, M.Pd.
4. Penguji II : Yahya, S.Ag. M.H.I
Mengetahui,
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Dr. Mukti Ali, M. Hum.
NIP. 197509052001121001
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Muhamad Wiyono
NIM : 43010160075
Fakultas : Dakwah
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul : DAKWAH DAN SINKRETISME DI DUSUN
GENTAN DESA TUKANG KECAMATAN
PABELAN KABUPATEN SEMARANG
menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk
dipublikasikan pada e-resposity Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 05 Juni 2020
Yang menyatakan
Muhamad Wiyono
-
vi
MOTTO
Artinya:
―Dan janganlah sekali-sekali mereka dapat menghalangimu dari
(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkah kepada-
Mu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-
sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan‖ (Q.S Al-
Qashas, 23:73)
-
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia
hingga tugas akhir ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan dan saya
dedikasi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan terimakasih saya yang
mendalam kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Karmin dan Ibu Sri Lestari ( Sri )
yang senantiasa ikhlas membesarkan, membimbing, mendukung, dan
mendoakan setiap hari.
2. Adik kandung saya Muhammad Dwiyono menemani dan menghibur
setiap harinya.
3. Teman-teman saya ( Sri Wahyu, Kristiyana ) yang selalu memberikan
dukungan dan menjadi tempat diskusi setiap saat, ketika pengerjaan
skripsi ini.
4. Semua teman KPI 2016, magang (PPP), KKN Karanggede 2020 yang
saya sayangi, dan
5. Semua pihak yang sudah membantu kelancaran skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ―Dakwah dan Sinkretisme di Dusun Gentan Desa
Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ‖ ini. Penelitian Skripsi ini
sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Dra. Maryatin, M. Pd. selaku ketua Program Studi KPI IAIN Salatiga,
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing
penulis hingga skripsi ini selesai.
4. Para dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan
pengalaman. Serta Karyawan, Satpam IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Salatiga angkatan 2016
yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
-
ix
5. Bapak Yudi Prabowo selaku Kepala Desa Tukang yang telah memberikan
izin penelitian, serta Bapak Giyono selaku Kadus Gentan yang telah
memberikan banyak informasi terkait dengan skripsi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, Maret 2020
Penulis
-
x
ABSTRAK
Wiyono, Muhamad. 2020. Dakwah Dan Sinkretisme Di Dusun Gentan Desa
Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang.Skripsi. Salatiga: Program Studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institute Agama
Islam (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.
Pd.
Kata kunci : Dakwah, Sinkretisme.
Penelitian ini membahas tentang Dakwah dan Sinkretisme di Dusun
Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Penelitian
ini guna untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimana pelaksanaan dakwah
di Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? (2)
bagaimana sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang? (3) apa faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan dakwah serta hilangnya sinkretisme di Dusun Gentan Desa
Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan
fenomenologi dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder,
teknik pengumpulan data melalui metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data mengunakan tiga tahapan analisis kualitatif dan
untukuji keabsahan data, penelitian ini mengunakan teknik triangulasi
sumber data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Pelaksanaan dakwah yang
ada di Dusun Gentan meliputi pengajian lapanan, pengajian pada hari
tertentu, yasinan, thariqah, tahlilan, aqiqah, mitoni, TPA, dan sebagainya.
Namun, pelaksanaan dakwah yang dilakukan tidak hanya itu, tetapi juga
melalui tradisi. (2) Sinkretisme di Dusun Gentan yang masih dilaksanakan
oleh sebagian masyarakat yaitu tradisi Mertideso dan Nyadran. Sinkretisme
tersebut tertelat pada penambahan ayat-ayat Al Quran seperti ayat kursi,doa-
doa, dan tahlil pada proses pelaksanaannya. (3) Faktor pendukungnya
dakwah dan hilangnya sinkretisme yaitu adanya pendatang baru, adanya pola
piker yang berbeda, dan adanya anggapan bahwa kedua tradisi tersebut tidak
murni Islam. Faktor penghambat yaitu adanya kepercayaan, sikap terbuka
dari masyarakat. dan adanya kepatuhan masyarakat terhadap tradisi.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN LOGO ................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... v
MOTTO .................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 6
E. Penegasan Istilah ................................................................................................ 7
-
xii
F. Kerangka Berfikir ............................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................ 13
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 13
B. Landasan Teori ................................................................................................. 17
1. Dakwah dan sinkretisme ............................................................................. 17
a. Dakwah .......................................................................................................... 17
b. Sinkretisme .................................................................................................... 24
c. Kebudayaan ................................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 32
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 32
C. Sumber Data ...................................................................................................... 33
D. Fokus Penelitian ............................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 34
F. Teknik Analisis Data........................................................................................ 35
G. Teknik Validasi Data ....................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 39
A. Gambaran Umum Desa Tukang .................................................................... 39
1. Sejarah Desa Tukang ................................................................................... 39
2. Sejarah Pemerintah Desa ............................................................................. 41
3. Visi Dan Misi Desa Tukang ........................................................................ 41
-
xiii
4. Letak geografis Desa tukang ....................................................................... 43
5. Struktur organisasi........................................................................................ 44
6. Kependudukan ................................................................................................. 45
7. Kondisi Sosial Budaya ................................................................................... 47
8. Kondisi Pendidikan ...................................................................................... 48
9. Kondisi Ekonomi .......................................................................................... 49
10. Kondisi Keagamaan ....................................................................................... 50
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................... 51
1. Pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang .............................. 51
2. Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang ............................................. 53
3. Faktor yang pendukung dan penghambat ................................................. 55
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 67
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 67
B. Saran ................................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Geografis Desa Tukang ..................................................................
Gambar 4.2 Kenduren Mertideso ...............................................................................
Gambar 4.3 Pertunjukan Wayang ..............................................................................
Gambar 4.4 Kenduren Nyadran Dusun Gentan .........................................................
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk .......................................................................................
Tabel 4.2 Fasilitas Umum Desa Tukang ....................................................................
Tabel 4.3 Daftar Sekolah Desa Tukang .....................................................................
-
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir .....................................................................................
Bagan 4.1 Struktur Organisasi ...................................................................................
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1.1 Instrumen Penelitian ............................................................................................
1.2 Hasil Wawancara .................................................................................................
1.3 Reduksi dan Triangulasi Data ..............................................................................
1.4 Dokumentasi .......................................................................................................
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak perbedaan
suku, ras, agama, dan kebudayaan yang ada. Indonesia termasuk
negara yang memiliki banyak pulau dan penduduk, khususnya di
Jawa merupakan daerah yang masih kental dengan tradisi dan
kebudayaanya. Di Indonesia masih banyak melakukan tradisi-tradisi
yang diwariskan dari nenek moyang yang menganut ajaran Hindu
Budha.
Warisan tersebut sudah menjadi budaya lokal, sampai saat ini
masih banyak dilaksanakannya Suranan, Nyadran, dan Mertideso.
Islam merupakan agama yang mayoritas dianut masyarakat
Indonesia, dan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.
Berdasarkan data Globalreligiousfutures, jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2010 yang beragama Islam sebanyak 209,12 juta jiwa atau
setara 87,17% dari total penduduk yang mencapai 239,89 juta jiwa.
Walaupun Islam adalah agama mayoritas ,tetapi negara ini tidak
berasaskan Islam. Tetapi negara ini lebih kebhinekaan karena di
Indonesia tidak hanya ada satu agama saja tetapi banyak. Agama di
-
2
Indonesia ada 6 yaitu Buddha, Hindu, Islam, Kristen Protestan,
Kristen, Katolik, dan Konghucu.
Menurut Agus Hermawan (2019:9), dalam bukunya yang
berjudul ―Studi Islam Nusantara” mengemukakan bahwa Islam
tersebut dimulai dari tanah Sumatera di abad 1 H sampai 7 M dimana
Khalifah Umar Bin Khattab waktu itu memerintahkan penyebaran
agama Islam ke berbagai negara melalui kurir pembawa surat, para
pendakwah Arab yang diikuti para pedagang dari Gujarat dan
lainnya. Tanah Sumatera mulai terwarnai Islam secara hampir merata
seiring meredupnya kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha dan
banyaknya kerajaan Islam yang berdiri seperti kerajaan Malaka
dengan rajanya Sultan Muhammad Iskandar Syah, Perlak, kerajaan
Aceh dan Iskandar muda dan lainnya yang mencapai kejayaan di
abad IX-XIII M.
Faktor lain yang mendukung Islam cepat tersebar di nusantara
adalah faktor keadaan dimana akhir abad XIV M kerajaan Majapahit
yang beragama Hindu itu mulai meredup pamor kekuasaannya.
Sehingga membuka peluang kerajaan Islam pertama di Jawa Demak
Bintoro yang dipimpin oleh Sultan Fattah didukung para Walisongo
mulai menyebarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa.
-
3
Persebaran tersebut mulai dari Demak, Cirebon, Kudus,
Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, dan sekitarnya. Dimana para
Walisongo tinggal dan berdakwah dengan menjadikan masjid Demak
sebagai pusat pemerintahan Islam di Jawa. Pada abad XIV M dan
pondok pesantren sudah mulai di perkenalkan oleh para Walisongo
seperti Pesantren Ampel, Denta Surabaya, Pesantren Giri pada abad
XV M dan sebagainya.
Masyarakat Indonesia pada saat itu sudah menganut
kepercayaan dan agama lain, tentu tidak bisa dengan mudah diajak
menganut agama Islam. Karena itu, para wali memiliki cara untuk
menyebarkan agama Islam secara perlahan, melalui budaya yang ada
dimasukan ke dalam ajaran Islam. Selain dari seni, masyarakat
Indonesia juga memiliki kepercayaan-kepercayaan dari agama
sebelum Islam, sehingga masyarakat terbiasa dengan perayaan dan
adat yang dianutnya.
Adanya perbedaan kepercayaan dan adat yang dianut oleh
orang terdahulu menyebabkan munculnya perpaduan (sinkretisme)
yang ada di Jawa. Karena saat itu, pengaruh Islam yang begitu besar
di Jawa dan kuatnya masyarakat dalam mempertahankan tradisi Jawa,
sehingga keduanya melebur menjadi satu. Peleburan dan
pencampuran merupakan ciri khas sinkretisme dua budaya tersebut.
-
4
Pelaksanaan dakwah yang tersebar di Jawa merupakan ajaran dari
Walisongo, hal tersebut mengakibatkan tradisi dan ajaran Islam
menyatu. Dalam hal ini di Jawa memiliki banyak tradisi seperti suro,
mulud, ruwah, Nyadran, dan Mertideso yang setiap tradisi memiliki
makna berbeda-beda.
Seperti halnya di Dusun Gentan yang masih kental dengan
ajaran Islam dan tradisi. Tradisi yang masih dijaga dan dijalankan di
Dusun ini yakni Nyadran dan Mertideso yang mempunyai makna
dakwah tersendiri. Nyadran adalah bersih makam yang dilakukan
pada saat menjelang bulan Ramadhan (Ruwah). Namun, tidak hanya
bersih-bersih makam melainkan ziarah kubur dan mendoakan para
leluhur terdahulu. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan dengan
membawa nasi tumpeng dan beberapa makanan pelengkap ke
makam.
Berbeda dengan tradisi Mertideso yang dilaksanakan di
Dusun Gentan. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan selesai panen
setiap tahunnya. Pelaksanaan Mertideso diawali dengan acara
wayang pada malam hari, setelah itu, pagi baru melaksanakan
upacara adat Mertideso. Mertideso dilakukan dengan membawa nasi
tumpeng yang diwakili oleh orang yang dianggap tinggi di Dusun
tersebut. Kemudian diikuti oleh warga masyarakat Desa membawa
-
5
nasi yang di atasnya dilengkapi dengan lauk. Kegiatan tersebut
dimaknai wujud syukur atas karunia Allah yang telah melancarkan
panen melimpah.
Tradisi tersebut mengandung ajaran Islam yang di sebarkan
oleh para wali, karena dengan tradisi masyarat sangat senang
sehingga tidak ada unsur pemaksaan dalam melakukan penyebaran
agama Islam. Tradisi Nyadran dan Mertideso di atas merupakan
bagian dari adanya sinkretisme yang diubah oleh wali songo dengan
memadukan unsur dakwah. Hal tersebut, membuat peneliti tertarik
untuk meneliti sinkretisme sebagai bentuk strategi dakwah kultural.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?
3. Apa faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
dakwah dan hilangnya sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?
-
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan
dicapai penulis sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dakwah di Dusun
Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
2. Untuk mengetahui sinkretisme yang masih dilaksanakan di
Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambatan
pelaksanaan dakwah dan hilangnya di Dusun Gentan Desa
Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, dapat disimpulkan
manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan makna teoritis, berupa
dapat memperkaya kajian/khazanah keilmuan dakwah khususnya
pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga mengenai dakwah dan sinkretisme.
-
7
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi contoh atau rujukan bagi para
pihak yang mengembangkan dan melaksanakan dakwah kultural.
E. Penegasan Istilah
1. Dakwah dan Sinkretisme
a. Dakwah
Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab,
yaitu و َد ْعًو ى –ُد ُعو –َيْد ُعو -ُدَعا yang diartikan sebagai
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan
permintaan (Yunan, 2006:17). Ditinjau dari segi bahasa,
dakwah berati: panggilan, seruan, atau ajakan. Dakwah
sebagai mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati
ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amar ma’ruf nahi
munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat (Bisri, 2014:5).
Dakwah juga dapat diartikan sebagai proses
penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia.
Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha
penyampaian saja, tetapi merupakan usaha mengubah cara
berpikir dan mengubah cara hidup manusia sebagai sasaran
dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.
-
8
b. Sinkretisme
Mengutip definisi klasik yang dikemukakan oleh
Redfield, Linton, dan Herskovits (1936:149), akulturasi
dimaknai sebagai proses yang melihat bagaimana sekelompok
individu yang memiliki budaya berbeda dengan kelompok
individu lainya melakukan kontak sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan pola kebudayaan di salah satu kelompok
atau keduanya.
Pengertian akulturasi bagi mereka dalam konteks
kebudayaan Islam-Jawa, terlihat bagaimana sejarah
kebudayaan Jawa ketika kedatangan agama Hindu,
bermetamorfosa menjadi Hindu-Jawa melalui kontak pertama.
Demikian juga kedatangan Islam dengan nilai-nilainya,
menjadikan kesatuan unsur-unsur pra Hindu, Hindu-Jawa dan
Islam secara sinkretis (Astiyanti 2006).
Dapat disimpulkan bahwa, dakwah adalah kegiatan
menyeru kepada kebaikan sesuai dengan ajaran Islam.
Sedangkan sinkretisme adalah perpaduan antara budaya dan
agama yang berbeda sehingga menjadi satu kesatuan yang
seimbang. Maka, penulis ingin menjelaskan pelaksanaan
dakwah di Dusun Gentan dan apakah masih ada sinkretisme.
-
9
F. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir atau kerangka penalaran logis yang
digunakan dalam penelitian sinkretisme di Dusun gentan Desa tukang
kecamatan pabelan kabupaten Semarang. Yang akan di jabarkan
sebagai berikut :
Bagan 1.1:Rancangan Kerangka Berpikir
Keterangan:
Dusun Gentan menjadi suatu tempat tinggal, yang tercipta
perkumpulan orang-orang yang disebut masyarakat. Perkumpulan
tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan latar yang
Masyarakat
1
DAKWAH DAN SINKRITISME DI DUSUN GENTAN DESA TUKANG
KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2020
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMAD WIYONO
NIM. 43010-16-0075
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
Budaya asli Hindu-Budha
Dakwah Islam Sinkretisme
1. Mertideso
2. Nyadran
Faktor
pendukung dan
penghambat
Budaya baru
-
10
berbeda-beda. Interaksi yang terjadi menciptakan suatu kebiasaan di
daerah tersebut. Kebiasaan yang terus menerus dilakukan sehingga
tercipta suatu kebudayaan di masyarakat. Lahirnya kebudayaan
terjadi karena adanya latar belakang agama yang berbeda di Dusun
setempat. Dulu, budaya asli yang ada di masyarakat merupakan
budaya Hindu-Budha. Karena munculnya perkembangan agama
Islam yang menyebar di Pulau Jawa, maka Sunan Kalijaga
menyelipkan dakwah Islam dalam budaya setempat. Akibat adanya
proses penggabungan dua unsur yang berbeda maka lahirlah suatu
tradisi Mertideso dan Nyadran yang diyakini oleh masyarakat
setempat.
Tradisi Mertideso dan Nyadran dulunya merupakan tradisi
kebudayaan Hindu Budha yang diubah oleh Wali Songo dengan
adanya unsur Islamisasi, melalui proses dakwah. Tradisi tersebut
yang diubah melalui proses dakwah sehingga lahirlah sinkretisme di
Dusun Gentan. Sinkretisme yang dihasilkan akan munculah faktor
pendukung dan faktor penghambant proses dakwah dan sinkretisme
di Dusun Gentang Desan Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang.
-
11
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi diperlukan untuk memberikan
gambaran umum struktur penulisan skripsi dari awal sampai akhir
sebagai bentuk laporan penelitian. Dalam laporan penekitian ini
mengggunakan sistem penulisan sebagai berikut.
Bagian awal dari penulisan ini memuat halaman judul,
persetujuan, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian isi memuat dari bab I
membahas pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
berpikir, dan sistematika penulisan.
Pada bab II berisitinjauan pustaka dan landasan teori yang
meliputi dakwah dan sinkretisme. Bab III berisi metode penelitian
yang meliputi jenis penelitian dan pendekatan, waktu penelitian dan
lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan teknik keabsahan data.
Seluruh laporan penelitian akan dipaparkan pada bab IV yaitu
membahas hasil penelitian dan pembahasan, meliputi gambaran umum
tentang Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang (sejarah Desa Tukang, sejarah pemerintahan Desa Tukang,
visi dan misi, letak geografis, struktur organisasi, kependudukan,
-
12
keadaan sosial budaya masyarakat, kondisi pendidikan, kondisi
ekonomi, kondisi keagamaan), deskripsi penelitian, dan hasil
pembahasan. Akhir dari seluruh laporan penelitian terdapat pada bab V
yang berisi kesimpulan dan saran. Pada halaman akhir disertakan
seluruh lembar lampiran berupa daftar wawancara, hasil wawancara,
dan gambar sebagai bukti data penelitian.
-
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran dan pengamatan terhadap beberapa
penelitian yang merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, artikel-
artikel, serta buku-buku yang membahas tentang Dakwah dan Sinkretisme
di Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan Pabelan kabupaten Semarang,
maka peneliti akan menjadikan rujukan dan bahan pembelajaran agar
tidak menjadikan pengakuan dari karya orang lain. Berikut ini kajian
penelitian yang relevan dengan penelitian yang dijadikan sebagai rujukan
penelitian:
1. Aminulah, Sinkretisme Agama dan Budaya dalam Tradisi Sesajen di
Desa Prenduan, 2017. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa
proses sinkritisasi di Desa Prenduan diawali dari tradisi sesajen
yang tidak bisa dihilangkan serta penurunan pemahaman masyarakat
Prenduan sendiri tentang sesajen tersebut. Oleh karena itu, para
ulama berusaha mengisi ketidaktahuan itu dengan memasukkan
ajaran Islam ke dalam keyakinan dan tata cara sesajen tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai sinkritis dalam tradisi tersebut
terletas pada tata cara dan bentuk keyakinan masyarakat Prenduan
-
14
terhadap sesajen tersebut. Penelitian ini berfokus pada proses
sinkritisasi dan nilai sinkritis di sesajen tersebut. Dalam hal ini,
penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif
dengan jenis fenomenologi, dengan sumber primer yang digunakan
melalui observasi lapangan,wawancara dan dokumentasi.Tujuannya
untuk mengetahui makna unsur-unsur yang terdapat budaya tradisi
sesajen.
2. Istanto, Pandangan ‘URF Terhadap Tradisional Sadranan Di Desa
Karangmojo Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, 2017. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tradisi dan sadranan,
untuk mengetahui pandangan Urf terhadap tradisi sadranan. Hasil
penelitian ini, yaitu bagaimana makna rangkain tradisi sadranan di
Desa Karangmojo yang dibuat atas persetujuan warga Desa
Karangmojo dan Kepala Desa. Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan pendekatan lapangan (field reseach).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini melakukan
observasi terhadap makna sadranan di Desa Karangmojo.
Pengamatan dilakukan dari tahap prosesi sadranan dari awal hingga
akhir. Penelitian ini juga melakukan wawancara kepada tokoh
masyarakat dan warga yang mengikuti tradisi sadranan. Selain itu,
-
15
dokumentasi teknik juga digunakan untuk memperoleh data dengan
mengambil gambar dari proses dokumentasi rumah sadranan
sekarang.
3. Eko Sulistyo Kusumo, Bentuk Sinkretisme Islam-Jawa di Masjid
Sunan Ampel Surabaya, 2015. Hasil penelitian ini, menunjukkan
bahwa terdapat beberapa bentuk sinkretisme di Masjid Sunan
Ampel, baik secara fisik arsitektur masjid maupun kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan di masjid. Paradigma sinkretisme kemudian,
dalam praktik tradisi Islam Jawa oleh di masjid Sunan Ampel
Surabaya, adalah manifestasi politis Islam yang toleran terhadap
kultur masyarakat Jawa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kyai bukanlah cultural broker atau makelar budaya, seperti yang
disampaikan salah seorang peneliti terdahulu, karena peran kyai di
masjid Sunan Ampel sejak berdiri sampai sekarang adalah
memberikan bentuk-bentuk tradisi asketis berupa tradisi kreasi
sinkretis Islam-Jawa. Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan
teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam
dan data sekunder dari pemerintah setempat. Penelitian ini berupaya
untuk mengungkap bentuk-bentuk sinkretisme di Masjid Sunan
Ampel sebagai bukti akulturasi Islam dan Jawa Hindu.
-
16
4. Abdul Halim, Dakwah Kultural Dalam Acara Kongkow Budaya Di
Aswaja Tv, 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyampaian materi dakwah kultural meliputi keuniversalan,
Rahmatan Lil Alamin dan kemudahan Islam. Keuniversalan yang
dibuktikan dengan bersatunya bangsa Indoneesia dengan
berlandaskan pancasila yang menjadi azas NKRI, Rahmatan Lil
Alamin yang dibuktikan menekankan upacaya untuk kembali
meluruskan sejarah yang telah banyak disimpangkan, kemudahan
Islam yang dibuktikan dengan penyebaran Islam yang dilakukan
oleh Walisongo di tanah Jawa menggunakan budaya yang sudah ada
dengan menyisipkan nilai-nilai keislaman di dalamnya dan tidak
menghilangkan budaya sebelumnya yang sudah ada. Penelitian ini
bertujuan untuk megetahui materi dakwah kultural dalam acara
kongkow budaya di Aswaja TV. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang memahami fenomena
dalam setting dan konteks naturalnya. Adapun penelitian ini bersifat
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan lebihmengambil bentuk
kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Teknik pengambilan
data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi yang berupa
video kongkow budaya di Aswaja TV.
-
17
Berdasarkan kelima penelitian di atas, memiliki persamaan
dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Persamaan dari keempat
terdapat pada metode penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan
metode kualitatif. Perbedaan dari penelitian pertama, membahas
tentang budaya tradisi sesajen. Penelitian kedua, tentang makna
sadranan dan pandangan Islam terhadap sadranan. Penelitian ketiga,
membahas tentang bentuk-bentuk tradisi asketis berupa tradisi kreasi
sinkretis Islam-Jawa. Dan penelitian keempat, meneliti tentang
penyampaian materi dakwah kultural meliputi keuniversalan,
Rahmatan Lil Alamin dan kemudahan Islam.
B. Landasan Teori
1. Dakwah dan sinkretisme
a. Dakwah
1) Pengertian Dakwah
Menurut Muhammad Hasan Al-Jamsi (2010: 12)
dakwah terambil dari kata ( عْعاَي – اََعد– و ) ََ ََ ععا yang د
secara etimologi memiliki arti menyeruatau memanggil.
Sedangkan secara terminologi dakwah adalah kendaraan
untuk menyampikan pesan-pesan agama, melingkupi
seluruh aspek kehidupan manusia dan
mengkonsolidasikannya dalamformat kehidupan yang
-
18
bermoral-kemanusiaan (meaningful morality of uman
life).
Ilyasa Ismail dan Prio Hotman (2011: 27), dakwah
secara bahasa sebagai nida (panggilan), mendorong,
mengajak, memohon dan meminta. Sedangkan secara
istilah menjelaskan dakwah adalah upaya lewat perkataan
dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah manusia
untuk berpihak kepada da‘i (pendakwah) untuk Islam,
menerapkan manhaj-nya, meyakini aqidahnya dan
melaksanakan syariatnya.
Samsul Munir Amiin (2008: 5) menjelaskan
dakwah adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar
dalam rangka menyampikan pesan-pesan agama Islam
kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam
tersebut dan menjalankannya dengan baik, dalam
kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk
mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di
akhirat dengan menggunakan media dan cara-cara
tertentu.
Muhammad Arifin (2001: 5) Dakwah berarti
penyiaran, propaganda, seruan dan ajakan. Sedangkan
-
19
secara lebih luas, dakwah merupakan suatu proses upaya
mengubah suatu situasi kepada situasi yang lain yang
lebih baik sesuai dengan ajaran Islam atau proses
menagajak manusia kepada jalan Allah subhanahu wa
ta‘ala yaitu agama Islam. Sebagaimana dalam Al Quran,
sebagai berikut:
Artinya:
―Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengajak amal yang shaleh
dan berkata: ―sesungguhnya aku termasuk orang yang
menyerah diri?‖ (Q.S Fussilat:33).
Walaupun tedapat banyak redaksi pengertian
dakwah, akan tetapi setiap redaksi memiliki unsur
pengertian pokok:
a) Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari
seseorangkepada orang lain.
b) Dakwah adalah penyampaian ajaran Islam tersebut
dapat berupa ajaran kebaikan (amr ma‘ruf) dan
mencegah kemungkaran (nahi munkar).
-
20
c) Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan
terbentuknya suatu individu atau mansyarakat yang
taat dan mengamalkan sepenuhnya ajaran Islam.
Secara terminologi, dakwah dipandang sebagai
seruan dan ajakan kepada manusia menuju kebaikan
petunjuk, serta amar ma‘ruf (perintah yang baik) dan nahi
munkar (pencegah kemungkaran) untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia maupun akhirat (Sulthon, 2003; 32).
Dakwah artinya seruan, ajakan atau panggilan. Sedangkan
dakwah Islamiyah artinya menyampaikan seruan Islam,
mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima
dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam
(Anshary, 1967; 17).
―Al Quran menyebutkan kalimat dakwah dengan
berbagai macam bentuk baik dalam bentuk kata kerja
maupunkata benda sebanyak 219 kali. Hal tersebut
menunjukkan sangat besar perhatian dari Al Quran
sebagai kebutuhan manusia kepada dakwah agar
kehidupan agar bisa lebih baik dari waktu ke waktu
seiring perkembangan segala lini kehidupan‖ (Yahya,
2016:88).
-
21
Berdasarkan beberapa pengertian dakwah di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu
upaya menyampikan pesan pesan agama melalui
perkataan dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah
manusia kepada jalan Allah subhanahu wa ta‘ala yaitu
agama Islam serta meyakini aqidah dan melaksanakan
syariatnya. Dengan kata lain, dakwah merupakan pesan
yang akan di sampaikan kepada mad‘u isi pesanya tentang
ajaran kebaikan agar kita saling mengingatkan sesame
manusia.
Dakwah pada hakekatnya mempunyai arti ajakan,
berasal dari kata da‘a – yad‘u – da‘watan (da‘wah) yang
berarti mengajak. Dalam pengertian yang lebih khusus
da‘wah berarti mengajak baik pada diri sendiri maupun
orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya
serta meninggalkan perbuatanperbuatan yang tercela
(yang dilarang) oleh Allah dan Rasul-Nya pula. Jadi,
dakwah dalam pengertian khusus ini bisa diidentikkan
dengan amar ma’ruf nahi munkar.
-
22
Berdasarkan beberapa pengertian dakwah di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu
upaya menyampikan pesan pesan agama melalui
perkataan dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah
manusia kepada jalan Allah subhanahu wa ta’ala yaitu
agama Islam serta meyakini aqidah dan melaksanakan
syariatnya. Dengan kata lain, dakwah merupakan pesan
yang akan di sampaikan kepada mad‘u isi pesanya tentang
ajaran kebaikan agar kita saling mengingatkan sesame
manusia.
2) Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah menurut Ahmad Ghasully dan
Ra‘uf Syalaby dalam (Pimay, 2005:35-38), sebagai
berikut:
a) Tujuan Praktis dalam berdakwah yaitu untuk
menyelamatkan manusia dari lembah kegelapan dan
membawanya ke jalan yang lurus.
b) Tujuan Realistik dalam dakwah yaitu terlaksananya
ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang
benar dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud
-
23
masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan
beragama dengan penuh dan menyeluruh.
c) Tujuan Idealis dalam dakwah yaitu terwujudnya
masyarakat muslim yang diidam-idamkan dalam
suatu tatanan jidup berbangsa dan bernegara, adil,
makmur, damai dan sejahtera dibawah limpahan
rahmat, karunia, dan ampunan.
3) Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah sebuah komponen
yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, seperti
Da’i (pelaku dakwah), Mad’u (sasaran dakwah),
Maddah ad da’wah (materi dakwah). Pertama, Da’i
(pelaku dakwah) adalah sebagai komunikator yang
tugasnya menyampaikan pesan kepada mad’u dengan
memperhatikan kondisi mad’u agar pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh sasaran dakwahnya.
Kedua, mad’u yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah
dari pelaku dakwah. Ketiga, maddah ad da’wah yaitu
materi dakwah atau pesan yang disampaikan oleh
pelaku dakwah kepada sasaran dakwah, baik masalah
aqidah, syariah. Muamalah, dan akhlaq.
-
24
b. Sinkretisme
Sinkretisme atau dalam bahasa Inggris syncretism
berasal dari kata synkretizein yang bermaksud
menggabungkan yang merujuk kepada pencampuran filsafat
pemikiran, agama, dan budaya yang berbeda.
Menghubungkan unsur yang berbeda sehingga menghasilkan
pemikiran baru. Dalam konteks sinkretisme agama dan
budaya bukan untuk memecah belah tetapi untuk
menggabungkan keduannya, tetapi apabila terdapat unsur-
unsur yang berbeda maka budaya dapat diasimilasikan
menjadi satu sintesis.
Mengutip definisi klasik yang dikemukakan oleh
Redfield, Sinkretisme Secara etimologis, sinkretisme berasal
dari kata syin dan kretiozein atau kerannynai, yang berarti
mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan.
Kata itu diperkenalkan oleh Plutarch pada abad ke-2. Dalam
eseinya, ―de Fraterno Amore ‗cinta saudara-saudara‖,
Plutarch menyatakan bahwa walaupun terjadi pertengkaran
antarsaudara, mereka akan bersatu menghadapi tantangan dari
luar. Adapun pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang
filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada
-
25
hal yang agak berbeda dan bertentangan. Sinkretisme dalam
beragama adalah suatu sikap atau pandangan yang tidak
mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Oleh
karena itu, mereka berusaha memadukan unsur-unsur yang
baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara satu
dengan yang lainnya, dan dijadikannya sebagai satu aliran,
sekte, dan bahkan agama (Aminulloh, 2017, 87—90).
Menurut Al-Qurtubi, ―proses sinkretisme menjadi tak
terelakkan ketika terjadi perumpaan dua atau lebih
kebudayaan/tradisi yang berlainan‖ (2003:67). Sinkretisme
adalah upaya untuk penyesuaian pertentangan perbedaan
kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran
berpikir. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk
bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri
tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan
dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan
yang melandasi atau memungkinkan untuk berlaku inklusif
pada agama lain. sinkretisme juga terjadi.
Umumnya di sastra, musik, seni dan ekspresi budaya
lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001),
sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan
-
26
perpaduan dari beberapa aliran yang berbeda untuk mencari
keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan kemanusiaan.
Menurut Grenham dalam artikel milik Catarina Dwi
Astuti Depari bahwa proses perubahan yang terjadi pada suatu
struktur ruang itu ditentukan oleh sistem ideologi, aktivitas
budaya dan nilai-nilai kemasyarakatan yang berlangsung di
dalamnya (Gernham:1984:4).
Sinkretisme adalah hasil dari sinkretisasi, sedangkan
sinkretisasi adalah proses. Oleh sebagian antripologi,
sinkretisme dianggap sebagai salah satu dari tiga hasil, dari
sebuah proses akulturasi, yakni (1) penerimaan (2)
penyesuaian (3) reaksi. Sinkretisme adalah penyesuaian atau
adaptasi yang diartikan sebagai sebuah proses
menggabungkan ciri asli dan yang asing dalam harmonitas
secara keseluruhan atau dengan menyimpan konflik yang
direkonsiliasi dalam perilaku sehari-hari menurut kesempatan
khusus. Dari proses menggabungkan mengkompinasikan,
unsur-unsur asli dengan unsur-unsur asli ini muncul pola
budaya baru yang dikatakan sinkretis.
Terjadinya sinkretisme kehidupan umat beragama
dalam masyarakat Jawa disebabkan karena (1) sebelum Islam
-
27
datang di Jawa sudah berkembang peradapan Hinduisme,
Budhiisme, Animisme dan Dinamisme, (2) sifat orang Jawa
yang cenderung sinretis (3) pindahnya pusat kerajaan Islam
dari Demak ke Pajang dan terus ke Mataram, di mana Pajang
lebih cenderung ke Islam kejawen. Orang Jawa merespon
tradisi dari luar dengan cara menyerapnya, mengelolanya
kembali dan memodifikasinya menjadi suatu yang baru.
Pertemuan culture local (dimana didalamnya terdapat unsur
Hindu,Budha dan Animisme), dan Islam adalah dalam bentuk
sinkretisme. Menurut Rasimin (2016:102), mengatakan
bahwa ―Manusia harus menerima kenyataan keberagaman
budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada
masing-masing masyarakat dalam menjalankan ibadahnya‖.
Kesimpulannya, sinkretisme adalah perpaduan dari
beberapa ajaran yang digabungkan menjadi satu dengan
tujuan untuk mencapai keselarasan dan meminimalisir
terjadinya perpecahan.
c. Kebudayaan
Berger (1977:15) menyatakan bahwa kebudayaan
adalah totalitas dari produk manusia yang tidak hanya
mencakup produk material dan non material (sosial-kultural)
-
28
saja, tetapi mencakup hasil refleksi atas kesadaran manusia.
Refleksi dalam kesadaran manusia inilah yang dikenal
sebagai perangkat kognisi manusia. Sedangkan produk
material dan non material disebut sebagai perangkat produk
perilaku.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi
terwujugnya kelakuan (Soekanto, 1990:236).
Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari
lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinya hubungan
antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan
tradisi masyarakat lokal, kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup serta teknologi dan peralatan (Jacobus:2006).
Tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dianggap sebagai
cultural universal, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup
manusia, mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, religi
atau sistem kepercayaan (Koentjaraningrat, 1981:218).
-
29
―Dalam Islam Nusantara, budaya merupakan bagian
dari agama, di mana awal mula Islam dapat dengan mudah
diterima di Indonesia salah satunya melalui akulturasi budaya,
sehingga agama Islam terkesan merakyat dangan masyarakat
Indonesia‖ (Jazimah, 2017:29).
Kreasi budaya yang disebarkan oleh Walisongo selalu
mendapat apresiasi budaya setempat. Hal itu dilakukan oleh
Walisongo untuk menghormati budaya setempat tanpa
menghilangkan aslinya untuk menambahkan ajaran Islam,
bahkan tradisi juga masih berkembang hingga saat ini
(Suparjo, 2008:1). Dalam religi atau sistem kepercayaan di
setiap daerah berbeda-beda, seperti di Jawa banyak
kepercayaan yang masih berhubungan erat dengan tradisi
kebudayaan yang meliputi merti Desa, Nyadran, ruwatan,
selamatan kematian, tingkeban, dan lain-lain.
1) Merti Desa
Merti Dusun berasal dari kata merti dalam bahasa
Jawa yang artinya memeti atau memelihara. Dengan
demikian merti Dusun mengandung pengertian
memelihara Dusun, menjaga dan melestarikan dengan
sebaik mungkin. Menurut Winda Setya Mardiani
-
30
(2015:07), upacara merti Dusun merupakan upacara
tradisi warisan leluhur yang diwariskan dari generasi ke
generasi memiliki maksud dan tujuan tertentu. Adapun
maksud dan tujuan antara lain sebagai ucapan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan karunia
berupa keselamatan dan kesejahteraan hidup masyarakat
serta memberikan rezeki melalui hasil tanam.
Upacara merti Dusun juga sebagai wadah
pemersatu antar warga dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan adanya upacara merti Dusun ini seluruh
masyarakat dapat berkumpul menjadi satu disuatu tempat
tanpa membedakan status sosial, status ekonomi, agama
dan lain-lain. Dalam acara ini, masyarakat mengamalkan
budi pekerti yang luhur yaitu berdoa kepada Tuhan untuk
kebaikan bersama dan juga mendoakan para leluhur.
2) Nyadran
Pelaksanaan Nyadran pada masa Hindu-Budha
menggunakan puji-pujian dan sesaji sebagai pelengkap
ritualnya sedangkan oleh walisongo diakulturasikan
dengan doa-doa dari Al-Quran (Sari,2009:06).
-
31
Tradisi Nyadran dilakukan pada bulan Ruwah
(Sya‘ban), ajaran agama islam meyakini bahwa bulan
sya‘ban yang datang menjelang bulan Ramadhan
merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan manusia.
Oleh karena itu pelaksanaan ziarah kubur juga
dimaksudkan sebagai sarana intropeksi atau perenungan
terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan
selama satu tahun. Nyadran merupakan gabungan antara
budaya dengan nilai Islam sehingga terasa sangat kental
lokalitas yang bersifat Islami, namun Nyadran bukan
tradisi agama Islam sendiri.
-
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid, peneliti
akan menggunakan metode yang sesuai dengan tahapan pengelolahan data
dan subyek yang akan dibahas. Oleh karena itu, berikut metode dan sumber
data yang berkaitan dengan penelitian yaitu:
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi, yang terjadi dengan menggunakan
sumber data primer yang diperoleh dari tokoh masyarakat, tokoh agama
serta pejabat Desa dan sekunder berupa arsip/buku dan hasil
foto/rekaman, dengan teknik pengumpulan data melalui metode
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis data
mengunakan tiga tahapan analisis kualitatif dan untuk menguji
keabsahan data penelitian ini dengan cara mengunakan teknik
triangulasi sumber data.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan
Pabelan kabupaten Semarang. Alasan peneliti memilih lokasi ini
-
33
karena Dusun Gentan masih melaksanakan budaya Mertideso dan
Nyadran, sehingga peneliti ingin meneliti dakwah sinkretismenya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada awal bulan Maret 2020 sampai target
penyelesaiannya Juni 2020.
C. Sumber Data
Dalam memperoleh data peneliti menggali informasi berdasarkan
sumbernya, yang dibagi menjadi:
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama
dengan pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber
informasi (Azwar, 2013:91). Sumber data primer dalam penelitian
ini yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pejabat Desa (kadus).
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung dari subyek peneliti (Azwar, 2013:91). Sumber data
sekunder dari penelitian ini berupa dokumen seperti referensi, jurnal
penelitian, buku-buku, maupun buku profil dari kelurahan, hasil
wawancara dan foto yang terkait dengan penelitian
-
34
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah Dakwah dan Sinkretisme Dusun Gentan
Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Sebagai fokus
penelitian, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskripsi
dengan pendekatan field reseach atau penelitian lapangan. Penelitian ini
menggunakan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terbuka
dengan informan yang terkait sehingga data yang dikumpulkan lebih
relevan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian juga dipengaruhi dari jenis
sumber data. Dikarenakan jenis sumber data dalam penelitian ini adalah
orang (person) dan kertas atau tulisan (paper) maka untuk memperoleh
dan mengumpulkan data digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap fakta-fakta dalam obyek penelitian. Peneliti akan
melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, yakni Dusun
Gentan, Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2005), (dalam bukunya Haris
Herdiansyah, 2010:118), wawancara adalah percakapan dengan
-
35
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara dan narasumber yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada
tokoh masyarakat atau sesepuh di Dusun Gentan, masyarakat di Desa
Tukang ,pejabat kelurahan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa
sumber data tertulis (yang berbentuk tulisan). Sumber data tertulis
dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah, jurnal,
buku profil ataupun dokumen pribadi dan juga foto yang akan didapat
di kelurahan.
F. Teknik Analisis Data
Pendekatan dalam penelitian ini bersifat diskriptif analisis yang
merupakan proses pengambilan sebuah penelitian. Proses analisa data
merupakan suatu proses penelaahan data secara mendalam. Menurut
Moleong (2002: 103). Proses analisa dapat dilakukan pada saat yang
bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada
umumnya dilakukan setelah data terkumpul. Guna memperoleh
gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan
menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode analisa deskriptif kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang
-
36
dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat
faktual secara sistematis dan akurat (Danim, 2002: 41).
Menurut Miles dan Hubermen, terdapat tiga tahap dalam teknik
analisis data kualitatif (Aguspinova, 2015:64), yaitu:
1. Tahap Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pengurangan data, dalam arti
yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik
pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan,
maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
2. Tahap Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahapan lanjutan dari reduksi data.
Penyajian data adalah proses pengumpulan informasi yang disusun
berdasarkan kategori atau pengelompokan yang diperlukan.
Penyajian data pada penelitian kualitatif dapat disajikan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart
dan sebagainya (Agustinova, 2015:65).
3. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap penarikan kesimpulan menjadi tahapan terakhir dalam
teknik analisis data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah
proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan
dengan kalimat yang singkat, padat serta mudah dipahami,
-
37
dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan
mengenai kebenaran dan penyimpulan. Khususnya berkaitan
dengan relevansi dan konsisten terhadap judul, tujuan dan
perumusan masalah yang ada (Agustinova, 2015:68).
G. Teknik Validasi Data
Dalam penelitian yang akan dilakukan, pengecekan validasi data
menggunakan metode triangulasi pada penelitian (Endrawara,
2006:110), sebagai berikut:
1. Triangulasi sumberdata, yang dilakukan dengan cara mencari data
dari banyak sumber informan, yaitu orang yang terlibat langsung
dengan objek kajian.
2. Triangulasi pengumpulan data, yang dilakukan dengan cara mencari
data dari berbagai sumber informan.
3. Triangulasi teori, yang dilakukan dengan cara mengkaji berbagai
teori relevan, sehingga dalam hal ini tidak digunakan teori tunggal
tetapi dengan teori yang jamak.
4. Triangulasi metode, mengumpulkan data dilakukan dengan
menggunakan bermacam-macam metode pengumpulan data
(observasi, wawancara, dan dokumentasi)
Validasi dilakukan dengan dua tahap yaitu, triangulasi data dan
review informan agar hasilnya sesuai dengan apa yang akan peneliti
-
38
teliti. Penelitian ini meggunakan triangulasi sumber data, dengan
membandingkan dan mengecek kembali keabsahan data dari hasil
observasi dan wawancara. Hal tersebut diperoleh dengan cara, sebagai
berikut (1)membandingkan data observasi dengan data hasil wawancara
(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan narasumber secara pribadi (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu (4) membandingakan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat seperti
rakyat biasa, orang yang berpendidikan, menengah atau tinggi, atau
orang pemerintahan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatudokumen yang berkaitan (Moelong, 2008:331).
Dengan kata lain dalam menggunakan teknik triangulasi ini
peneliti dapat me-recheck penelitian kemudian membandingkan dengan
berbagai sumber,metode atau teori sebelumnya. Untuk dapat ditempuh
dengan cara, sebagai berikut:
a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
b. Mengecek dengan berbagai sumber data
c. Memanfaatkan berbagai metode untuk mengecek keabsahan data
dapat dilakukan.
-
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Tukang
1. Sejarah Desa Tukang
Desa Tukang merupakan salah satu Desa di Kecamatan
Pabelan yang mempunyai penduduk sebanyak 2497 orang merupakan
Desa agraris/Pertanian dengan kondisi sosial budaya, ekonomi,
pendidikan , kesehatan dan infrastruktur masyarakat seperti
dijelaskan pada bab selanjutnya. Perjalanan panjang Desa Tukang
mulai terbentuknya Desa akan disampaikan di bawah ini.
Legenda asal usul Desa Tukang yang di dapat dari beberapa
nara sumber yang kami kumpulkan mempunyai ragam cerita yang
dapat kami simpulkan sebagai berikut : Konon pada jaman
pemerintahan Mataram Islam ,pada saat perjuaangan melawan
penjajahan belanda tepatnya pada perang Diponegoro pada tahun
1825-1830 M kondisi pengikut pangeran Diponegoro terDesak dari
medan perang. Salah satu senopati dari pengikut nya bernama
simbah Singo Setiko ,berkelana /mengembara naik gunung turun
gunung lembah yang akhirnya menetap disebuah lokasi ,tepatnya
-
40
disebuah tempat ditepi sungai diujung Desa ini di Rt. 01 Rw. 01
Dusun Sindon.
Ditempat inilah akhirnya simbah Singo Setiko menetap dan
berkeluarga dan mempunyai keturunan 5 ( lima ) salah satunya
Mbah Somo Tirto , Konon Desa ini ada Hewan yang sudah
menyatu dengan Desa ini namanya Tukang kemudian wilayah ini
dinamai Desa Tukang dan wilayah ini dibagi 6 dukuh 1. Sindon 2.
Tukang .3. Maliyan 4. Karang 5. Gentan 6. Bawang .
Saat wafat simbah Singosetiko oleh putra putri dari
keturunannya beliau disemayamkan dimakam Mbelang,dimana
jaman berganti tahun berlalu nama Desa Tukang digunakan untuk
memberi nama Desa ini dengan wilayah 6 Dusun dengan batas-batas
sesuai adat istiadat masyarakat. Untuk mengenang jasa mbah Singo
Setiko ,setip hari lebaran Idul Fitri , disetiap tahun diadakan tradisi
Haul dan pertemuan keluarga. Selanjutnya Mbah Somo Tirto
menjabat jadi demang .
a. Demang/Lurah Somo Tirto ( 1912 - 1940 )
b. Lurah Dhamroji ( Putra ,Mbah Somo Tirto) ( 1941 - 1969 )
c. Kepala Desa H. Dhamhari (dua preode ) ( 1972 - 1987 )
d. Kepala Desa Wakhid Mahmud ( 1994 - 2000 )
e. Kepala Desa Ahmad Jauhari SH ( 2002 - 2005 )
-
41
f. Kepala Desa Yudi Prabowo ( 2006 - 2012 )
g. Kepala Desa Yudi Prabowo ( 2013 - 2018 )
2. Sejarah Pemerintah Desa
Pada tahun 1941 diadakan pemilihan lurah sebagai Lurah
Dhamroji dan Sistim pemilihan lurah saat itu masih menggunakan
cara yang sama yaitu dengan biting/lidi pada tahun 1941 diadakan
pemilihan Lurah dengan calon 3 calon Dhamroji, Sasmito ,Kusri
,dan pemilihan tersebut Drow (bedo) Kemudian diulang lagi setelah
3 bulan dengan Pemenang terpilih Dhamroji ,masa pemerintahan
dari tahun 1941 s/d 1969.
Pemerintahan saat itu sudah mulai tertata rapi.lurah dalam
pemerintahan nya dibantu Kamituo, Carik, Sentono, Bekel, Bayan
dan lembaga kemasyarakatan LSD. Perubahan pemerintahan saat itu
dari kelurahan menjadi pemerintahan Desa sampai sekarang. Kepala
Desa saat ini sudah banyak dibantu oleh sekretaris Desa, Kasi,
Kepala Urusan, Kepala Dusun, Pelaksana Teknis, BPD dan
lembaga-lembaga Desa .
3. Visi Dan Misi Desa Tukang
Desa Tukang memiliki visi dan misi untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakatnya, antara lain:
-
42
a. Visi
―Tercipta Desa tukang yang makmur dan sejahtera‖
b. Misi
1) Mewujudkan pemerintah Desa yang tertib dan berwibawa.
2) Mewujudkan perekonomian dan kesejahteraan warga Desa.
3) Meningkatkan keswadayaan masyarakat.
4) Meningkatkan pengembangan usaha ekonomi masyarakat di
Desa.
5) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam berwawasan
lingkungan dan penerapan teknologi tepat guna sesuai
kebutuhan masyarakat.
6) Meningkatkan kemantapan penyelenggaraan pemerintah
Desa.
7) Meningkatkan peran lembaga organisasi masyarakat Desa.
8) Menanggulangi kemiskinan masyarakat di Desa.
9) Menggali potensi sumber daya alam yang ada disekitar.
10) Melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan.
11) Memanfaatkan tanah yang ada bisa menghasilkan yang
maksimal.
-
43
4. Letak geografis Desa tukang
Desa tukang berada pada titik koordinat s 07.31114o e
110.56784o yang terletak di kecamatan Pabelan KabupatenSemarang.
Desa Tukang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dibatasi Desa Sumowo
b. Sebelah Selatan dibatasi Desa Terban
c. Sebelah Barat dibatasi Desa Segiri
d. Sebelah Timur dibatasi Desa Belimbing kecamatan Suruh
Berikut peta geografis dari Desa Tukang Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang yang berwarna Hijau, yaitu:
Gambar 4.1: Peta Geografis Desa Tukang, sumber data dari Desa Tukang, 2020.
-
44
5. Struktur organisasi
Desa Tukang memiliki sistem pemerintahan yang di pimpin
oleh Lurah untuk memajukan kesejahteraan Desa, dengan dibantu oleh
masing-masing bidang sesuai tugas pokok demi mewujudkan visi dan
misi Desa. Berikut merupakan struktur organisasi Desa Tukang:
a. Kepala Desa : Yudi Prabowo
b. Sekertaris Desa : Muhammad Haris Cahyono
c. Kaur Umum dan Perencanaan : Endrat Riyandanu
d. Kaur Keuangan : Wahib Sofyan
e. Kasi Pemerintahan : Muhammad Nur Islam
f. Kasi Kesejahteraan : Sastiyo Suhanto
g. Kasi Pelayanan : Subandi
h. Kadus Sindon : Slamet Riyadi
i. Kadus Tukang : Muhamad Rivai
j. Kadus Maliyan : Solikin
k. Kadus Karang : Muhamad Surya Hamdani
l. Kadus Gentan : Giyon
m. Kadus Bawang : Margo
-
45
Bagan 4.1: Struktur Organisasi Desa Sidomulyo, sumber data kelurahan
Desa Tukang, 2020.
6. Kependudukan
Berdasarkan data dari kelurahan Desa Tukang, penduduknya
berjumlah 2.225 jiwa. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 1.302
jiwa dan perempuan berjumlah 1.250 jiwa. Berikut adalah tabel jumlah
penduduk per-RW Desa Tukang:
RW. Laki-laki Perempuan
01 184 185
02 171 177
03 101 108
04 187 206
05 404 421
06 203 205
Jumlah 1.250 1.302
Jumlah penduduk Jumlah penduduk 2.225 Tabel 4.1: Jumlah Penduduk, sumber data dari Desa Tukang, 2020.
Sekretaris Desa
Kepala
Umum
Kepala
Keuangan
Kepala
Kesejahteraan
Kepala
Pemerintahan
Kadus
Sindon
Kadus
Tukang
Kepala Desa
Kepala
Pelayanan
Kadus
Karang
Kadus
Bawang
Kadus
Gentan
Kadus
Maliyan
-
46
Desa Tukang terdiri dari 6 Dusun, yaitu: Dusun Gentan, Dusun
Bawang, Dusun Maliyan, Dusun Sindon, Dusun Karang, dan Dusun
Tukang. Penduduk Desa Tukang. Banyak masyarakat Desa Tukang
yang merantau ke Jakarta demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Bahkan, sebagian masyarakatnya juga merantau ke luar pulau Jawa
yaitu Sumatra. Tabel fasilitas Desa Tukang, sebagai berikut:
No. Fasilitas Jumlah
1. Balai Desa 1
2. Masjid 7
3. Mushola 9
4. Lapangan 2
5. Puskesmas 1
6. Ruang olahraga 1
7. Makam 5
8. Embung 1
9. PDAM 1
10. Sekolah 1
Jumlah 29
Tabel 4.2: Fasilitas Desa Tukang, sumber data dari Desa Tukang, 2020.
Desa Tukang memiliki fasilitas yang cukup memadai, antara
lain: pelebaran jalan, pengerasan jalan, pembangunan balai Desa,
pembangunan jembatan dan gorong-gorong, lapangan, pembangunan
-
47
SD Inpres, Tugu batas Desa. Selain itu, terdapat fasilitas lainnya,
seperti: masjid, TK, Paud, SD, MI, Puskesmas.
7. Kondisi Sosial Budaya
Keadaan sosial kemasyarakatan Desa Tukang mempunyai
kepekaan yang sangat tinggi. Terbukti dalam setiap kegiatan Desa
warga saling bergotong royong atau kerja bakti guna membantu
kepentingan umum maupun individu yang membutuhkan. Seperti
pembangunan jalan, jembatan, irigasi, dan pembangunan umum
lainnya yang berguna untuk kepentingan orang banyak. Selain gotong
royong pembangunan, masyarakat Desa Tukang juga saling bergotong
royong kepada masyarakat tertentu yang sedang mempunyai hajat,
orang yang sedang membangun rumah dan lain-lain.
Dalam mewujudkan Desa yang rukun dan saling menghargai
masyarakat Desa Tukang juga saling tolong menolong kepada orang
yang sedang kesusahan misalnya sakit dijenguk oleh para tetangga dan
diberi bantuan seikhlasnya, ketika ada kematian para tetangga
memberi pertolongan seperti mendoakan orang yang meninggal selama
7 hari dan dilakukannya kenduren. Hal tersebut dilakukan tanpa
adanya paksaan dari siapapun.
Keadaan tersebut juga tidak lepas dari budaya yang ada di Desa
setempat. Tradisi turun temurun selalu dilaksanakan oleh masyarakat
-
48
Desa Tukang, meliputi Nyadran, selametan, tingkeban, dan Mertideso.
Budaya Jawa masih sangat kental dengan kesenian yang diadakan pada
tradisi-tradisi tertentu, misalnya ketika Mertideso. Mertideso tersebut
dilakukan kenduren pada pagi harinya, sedangkan malam harinya
mengadakan kesenian wayang guna mensyukuri nikmat Allah atas
panen yang dihasilkan.
8. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat
Desa Tukang. Dengan pendidikan masyarakat bisa mampu
mengembangkan bakat yang dimiliki untuk kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan Desa Tukang mayoritas tamatan SMP. Berikut fasilitas
sekolah yang ada di Desa Tukang, antara lain:
No. Nama Sekolah Alamat Status
1. Pos Paud Melati Tukang Swasta
2. Pos Paud Mawar 01 Tukang Swasta
3. Pos Paud Mawar 02 Tukang Swasta
4. Tk Ba Aisyah Tukang Swasta
5. Mis Muhammadiyah Tukang Swasta
6. Sdn Tukang Tukang Negeri
7. Tpa Al-Hidayah Tukang Swasta
8. Pkbm Mitra Harapan Tukang Swasta
Jumlah 8
Tabel 4.2: Daftar Sekolah, sumber data dari Desa Tukang, 2020.
-
49
PKBM Mitra Harapan merupakan fasilitas pendidikan yang
digunakan untuk mengejar lulusan SD yang dulunya tidak lulus dengan
cara kejar paket C. Masyarakat Desa Tukang banyak yang mengejar
paket C, untuk itu PKBM Mitra Harapan sangat membantu warga
sekitar.
9. Kondisi Ekonomi
Mayoritas mata pencaharian Desa Tukang adalah bercocok
tanam. Masyarakat Desa tukang mengandalkan sektor pertanian yaitu
padi, sayuran, jagung, kacang, kelapa, pisang, mangga, rambutan, dll.
Selain dari sektor pertanian masyarakat sekitar juga ada yang
membuka usaha industri kecil rumahan seperti mebel dan penggilingan
padi.
Masyarakat Desa Tukang juga mengembangkan kerajinan
tangan, seperti besek dan keranjang. Kerajinan tersebut akan
disetorkan dan dijual ke konsumen. Ada juga yang masyarakat yang
membuat cangkul, aret, dan golok. Kegiatan tersebut digunakan untuk
menambah taraf ekonomi keluarga guna mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
-
50
Selain itu, terdapat sektor peternakan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Tukang. Hewan yang diternak berupa ayam negeri,
ayam petelur, ternak sapi, kambing, lele, dan bebek.
10. Kondisi Keagamaan
Kondisi keagamaan Desa Tukang seluruhnya beragama Islam,
dengan berbagai macam golongan yaitu NU, Muhammadiyah, dan
lain-lain. Dulunya, masyarakat Desa Tukang tidak hanya beragama
Islam saja, melainkan Hindu dan Budha. Namun, seiring
berkembangan zaman masyarakatnya hanya beragama Islam saja.
Masyarakat Desa Tukang selalu mengadakan acara setiap
sebulan sekali di mushola dan masjid yaitu pengajian bulanan. Selain
itu, masyarakat sekitar juga mengadakan acara pengajian untuk
memperingati hari-hari besar seperti: Maulid Nabi, Hari Raya Idul
Fitri, Hari Raya Idul Adha, dan hari besar lainnya.
Tidak hanya mengadakan pengajian, kegiatan lainnya adalah
yasin dan tahlil rutinan yang dilakukan di masjid an mushola setempat
setiap hari Jumat. Selain itu, terdapat kegiatan untuk anak kecil yaitu
sekolah TPA yang dilaksanakan setiap hari dan setiap abis magrib
diadakan kegiatan mengaji dan membaca Al Quran.
-
51
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berikut adalah hasil dari penelitian dan observasi yang
dilakukan secara langsung di lapangan mengenai ―Dakwah Dan
Sinkretisme Di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang‖. dari hasil wawancara dengan beberapa sumber,
yang sesuai dengan fokus penelitian, sebelumnya peneliti sudah
memberikan pengetahuan tentang sinkretisme kepada narasumber,
kemudian penulis menemukan beragam jawaban dari beberapa informan
tersebut antara lain:
1. Pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang
Dakwah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengajak, menyeru dalam kebaikan sesuai ajaran Islam. Dakwah
juga bisa dilaksanakan melalui tradisi, karena secara tidak langsung
ajaran Islam terselip di dalamnya. Seperti yang diungkapkan Bapak
Giyono selaku kadus Dusun Gentan pelaksanaan dakwah yang masih
dilakukan melalui budaya sebagai berikut:
―Pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan itu ada bermacam-
macam mas, antara lain pengajian lapanan, pengajian pada hari
tertentu, yasinan, thariqah, tahlilan, aqiqah, mitoni, TPA, dan
sebagainya.. Banyak tradisi Jawa yang digunakan oleh
Walisongo untuk berdakwah, contohnya mulai bumi, mulai
tandur, tingkepan, Mertideso,Nyadran. Tradisi itu semua masih
dilakukan setiap tahun sampai saat ini. Dalam tradisi ini ada
-
52
unsur Islamnya, seperti ada tahlilan‖(Wawancara dengan G. 13
April 2020,pukul 20.09 WIB).
Selain melalui tradisi, dakwah di Dusun Gentan juga melalui
kesenian karena di dalamnya terdapat doa-doa yang diucapkan dalam
setiap pentasnya. Doa tersebut dipanjatkan dengan maksud untuk
meminta keselamatan dan kelancaran ketika melakukan pertunjukan.
Menurut bapak Sugiyanto selaku mudin mengatakan bahwa:
―Dakwah yang dilakukan di Dusun Gentan pengajian lapanan,
pengajian pada hari tertentu, yasinan, tahlilan, TPA, dan
sebagainya. tidak terlepas dari tradisi yang ada sejak dulu.
Meskipun mayoritas sudah beragam Islam tetapi masyarakat
tetap ingin melestarikan budaya Mertideso, Nyadran, reog,
toprak dan dengtek. Budaya ini dilakukan sebagai wujud
dakwah Sunan Kalijaga dengan memasukan ajaran Islam di
dalamnya. Seperti halnya dalam tradisi Nyadran ketika
melaksanakan kendurenan didoakan terlebih dahulu dengan
doa tahlil dan doa khusus yang dipimpin oleh mudin
setempat‖(Wawancara dengan S. 12 April 2020, pukul 20.00
WIB) .
Bapak Suwarno selaku RW Dusun Gentan juga mengatakan
bahwa dakwah secara tidak langsung juga terselip dalam tradisi
kesenian.
―Dakwah melalui budaya yang masih dilakukan ya mulai bumi,
mulai tandur, tingkepan, Mertideso, Nyadran, reogan, tekdung
dan lain-lain itu masih di lestarikan. Setiap tradisi yang
dilakukan pasti terdapat unsur Islamnya, entah itu proses
pelaksanaanya, persiapan dan perlengkapanya dan makna dari
tradisi itu sendiri. Selain itu ada pengajian, yasinan, dan
tahlilan‖ (Wawancara dengan Sw. 14 April 2020, pukul 19.50
WIB) .
Menurut bapak Yasito selaku masyarakat di Dusun Gentan
menanggapi masalah sebagai berikut:
-
53
―Budaya yang masih dilakukan hingga saat ini Mertideso,
kesenian campursari, reog kusumolaras, Nyadran, selametan di
sawah untuk keslametan panen dan tanaman, selametan untuk
keluarga dan mendoakan arwah yang meninggal sperti tahlilan
dan yasinan. Tradisi tersebut terselip unsur dakwahnya, terlihat
dari proses pelaksanaannya‖(Wawancara dengan Y. 13 April
2020, pukul 19.23 WIB).
2. Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang
Bahwa peneliti telah memaparkan data mengenai sinkretisme
kepada narasumber. Sinkretisme merupakan perpaduan antara agama
dan budaya yang berbeda. Seperti yang dakwah yang dilakukan
Walisongo yang memadukan ajaran Islam dengan tradisi, baik doa-
doa yang ditambahkan maupun proses pelaksanaannya. Menurut
bapak Giyono mengenai sinkretisme di Dusun Gentan yaitu:
―Terdapat perubahan dalam acara pelaksanaan tradisi
Mertideso yang dulunya kenduren tidak ada tahlilan, namun
untuk saat ini ada. Berbeda dengan Nyadran yang dari dulu ada
tahlil tetapi, sekarang terdapat tambahan tahlil dan ekroran.
Menurut saya, bentuk sinkretisme atau perpaduan antara
budaya dan ajaran islam ada pada poin itu, karena didalam
tradisi menampilkan antara dua budaya dan ajaran islam tetapi
tidak merubah malah melengkapi dari tradisi ini tujuanya bagus
ini kita terus lakukan‖ (Wawancara dengan G. 13 April
2020,pukul 20.09 WIB).
Awalnya tradisi mertideso dan nyadran merupakan tradisi dari
Hindu-Budha, namun akibat adanya perpaduan maka tradisi secara
-
54
tidak langsung terselip unsur dakwah di dalamnya. Menurut bapak
Sugiyanto, menanggapi sebagai berikut:
―Sinkretisme dalam tradisi Nyadran dan Mertideso terdapat
pada sejarahnya yang awalnya budaya Hindu-Budha menjadi
dakwah Islam. Tradisi Mertideso ada perubahannya, dulu hanya
ekror biasa, berbeda dengan sekarang ini terdapat tahlilan.
Perubahan yang ada dalam Nyadran sebaliknya, dulu hanya
tahlil saja namun sekarang ada ekror(Wawancara dengan S. 12
April 2020, pukul 20.00 WIB).
Perpaduan yang terdapat dalam kedua tradisi terletak pada
proses pelaksanaanya yang ditambah dengan tahlildan doa-doa
khusus yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Selain itu, tradisi
mertideso dilakukan sebagai wujud syukur kepada Allah atas karunia
yang diberikan kepada masyarakat. Sebagaimana menurut bapak
Suranto selaku masyarakat Dusun Gentan:
―Perpaduan memang ada antara budaya Hindu-Budha dengan
ajaran Islam, tetapi hanya menambahi saja masyarakat saat ini
mayoritas beragama Islam. Jadi, tambahan yang saya maksud
dalam tradisi Nyadran dan Mertideso hanya terdapat pada tahlil
dan ekror. Nyadran sendiri artinya untuk mendoakan para
leluhur yang mendahuli kita agar di tempatkan ditempat yang
terbaik sebaliknya semoga kita juga di doakan leluhur kita.
Kalau Mertideso artinya rasa syukur dari masyarakat atas hasil
panen yang di berikan Allah, pelaksanaannya dengan rangkaian
acara kondangan dan pertunjukan wayang. Nah dalam dua
tradisi ini kalo ada tahlil kan juga bagus begitu‖(Wawancara
dengan Sr. 14 April 2020, pukul 18.32 WIB).
Jadi, sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang masih
dilakukan melaui tradisi Mertideso dan Nyadran. Tradisi tersebut
-
55
dilaksanakan oleh sebagian masyarakat yang sesuai dengan
kepercayaan dari leluhurnya.
3. Faktor yang pendukung dan penghambat pelaksanaan Dakwah dan
Hilangnya Sinkretisme di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang
Hal yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan dakwah di
Dusun Gentan yaitu tradisi ini dilakukan karena adanya nilai positif
seperti makna memberi akan memperoleh imbalan yang lebih oleh
Allah. Menurut bapak Giyono faktor yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan dakwah di Dusun Gentan sebagai berikut:
―Faktor pendukung dari budaya Mertideso bertujuan untuk
mensyukuri nikmat Allah yang telah memberikan hasil panen
yang melimpah kepada masyarakat Dusun Gentan. Selain itu,
untuk menjaga kerukunan antar warga karena masyarakat
sehingga saling terjalin silaturohim. Sedangkan tujuan
Nyadran yaitu untuk memohon kepada Allah agar diberi
ampunan untuk para leluhur yang telah meninggal. Kedua
budaya tersebut mempunyai tujuan yang positif yang harus
kita dukung. Untuk penghambat mungkin tidak ada karena
sampai saat ini masyarakat masih melakukan tradisi ini‖
(Wawancara dengan G. 13 April 2020,pukul 20.09 WIB).
Menurut bapak Sugiyanto menanggapi masalah tersebut,
sebagai berikut:
―Budaya Mertideso dan Nyadran sangat didukung oleh
masyarakat, yang mana budaya Mertideso adalah syukuran
setelah panen selesai dan bersyukur kepada Allah yang telah
melimpahkan hasil panen yang dilakukan setiap tahun secara
-
56
turun-temurun. Sedangkan Nyadran dilakukan setahun sekali
pada bulan Ruwah bertujuan untuk mendoakan kepada Allah
agar arwah para leluhur diberikan ampunan dan diterima
disisiNya. Faktor penghambatnya untuk saat ini tidak ada,
karena masyarakat tetap menerima budaya nenek moyang ini‖
(Wawancara dengan S. 12 April 2020, pukul 20.00 WIB)..
Menurut bapak Suranto menanggapi masalah tersebut, sebagai
berikut:
―Faktor pendukung dari sinkretisme dan dakwah Dusun
Gentan melalui tradisi Mertideso dan Nyadran yaitu karena
sesepuh zaman dulu telah memasukkan perpaduan antara
agama dan budaya tanpa merubah budaya aslinya, dan
menjadi positif sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan
dilaksanakan sampai sekarang. Faktor penghambatnya tidak
ada mas‖ (Wawancara dengan Sr. 14 April 2020, pukul 18.32
WIB).
Menurut bapak Marji menanggapi masalah tersebut, sebagai
berikut:
―faktor pendukungnya ya itu karena masyarakat setempat
beragama Islam, jadi kedua tradisi yang dulunya merupakan
budaya Hindu-Budha. Tradisi tersebut awal mulanya
disebarkan oleh Wali Songo yang diselipkan ajaran Islam
melalui dakwahnya. Sehingga para orang terdahulu
memadukan budaya dengan agama menjadi unsur dakwah
tanpa merubahnya‖ (Wawancara dengan M. 14 April, pukul
18.58 WIB).
C. Pembahasan
Dari data yang didapat berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
dilapangan, maka selanjutnya peneliti menganalisa data dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan terperinci, terhadap
-
57
dakwah dan sinkretisme Dusun Gentan Desa Tukang kecamatan Pabelan
kabupaten Semarang, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Dakwah di Dusun Gentan Desa Tukang Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang
Pelaksanaan dakwah adalah kegiatan apa saja yang
menyangkut ajaran Islam yang mengajak seseorang menuju jalan
yang baik sesuai ajaran Islam dengan cara apapun. Seperti halnya di
kecamatan Pabelan, khususnya Dusun Gentan Desa Tukang
pelaksanaan dakwah yang ada antara lain: pengajian lapanan,
pengajian pada hari tertentu, yasinan, thariqah, tahlilan, aqiqah,
mitoni, TPA, dan sebagainya.
Masyarakat yang beragama Islam mempengaruhi pola hidup
sehari-hari. Setiap hari jumat diadakan perjanjen (dzibaan) yang
dilaksanakan di Mushola maupun Masjid. Setiap sore, diadakan
ngaji/TPA oleh pengurus masjid yang diikuti oleh semua anak-anak.
Ada juga kegiatan thariqah yang diikuti oleh lansia di dusun Gentan.
Setiap kumpulan PKK, Bapak-bapak, maupun remaja selalu ada
tahlil.
Ketika hari-hari tertentu di Dusun Gentan mengadakan
pengajian seperti acara Maulidan, Halal Bi Halal Hari Raya Idul Fitri,
pengajian dalam rangka memperingati Idul Adha, pengajian dalam
-
58
memperingati Lailatul Qadr, pengajian Isra Mira‘j, pengajian
lapanan, dan lain-lain. Namun, pelaksanaan dakwah yang dilakukan
tidak hanya itu, tetapi juga melalui tradisi.
Tradisi tersebut yaitu Mertideso, Nyadran, Mulai bumi, Mulai
Tandur, Tingkepan, dan lain-lain. Tradisi tersebut terdapat unsur
dakwahnya, namun peneliti berfokus pada dakwah melalui tradisi
Mertideso dan Nyadran di Dusun Gentan. Terkait dengan tradisi
Mertideso dan Nyadran tidak lepas dari dakwah, karena secara tidak
langsung tradisi ini mengajak seseorang untuk beribadah dan beramal
kepada Allah dalam bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah
diberikan.
Dakwah yang terkandung dalam Mertideso dan Nyadran yaitu
kedua tradisi tersebut merupakan sarana Wali mengenalkan ajaran
agama Islam sehingag masyarakat berpikir bahwa ajaran Islam yang
dibawa itu baik. Ajaran Wali ini terbukti efektif karena masyarakat
sebagaian besar memiliki keinginan untuk lebih mendalami dakwah
Islam.
Dalam tradisi tersebut terdapat pembacaan ayat Al Quran
seperti ayat kursi, doa-doa khusus, tahlil yang ditujukan kepada Allah
SWT. Pelaksanaan inilah yang menjadi proses dakwah dalam tradisi
-
59
tersebut.