Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia

KElOMPOK 6

1.Andyan Putra P

2.Clarissa Ruby F

3.Fathia Rizka Tathma

4.Muhammad Naufal S

5.Tania Rambe P

6.Vina Oktaviani

Anggota Kelompok:

Teori-Teori

Masuknya

Islam ke

Indonesia

Proses Perkembang

an Islam

di Indonesia

Cara Penyebaran Islam

di Indonesia

Pengaruh

Islam di

Indonesia

Islam dan

Jaringan

Perdaganga

n Antar Pulau

Teori Masuknya Islam Ke Indonesia

Teori Mekah

Teori Gujarat

Teori Persia

Teori Cina

Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah H. Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA.

Dia menolak seluruh anggapan para sarjana barat yang mengemukakan bahwa islam datang ke Indonesia tidak langsung dari arab. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

Teori Mekah

Teori mekah mengatakan bahwa proses masuknya islam ke Indonesia adalah langsung dari mekah atau atau arab, Teori ini berlangsung pada abad ke-1 H atau abad ke-7 M.

Bukti-bukti yang mendukung Teori Mekah adalah:

1. Terdapat sebuah kitab ‘Aja’ib Al-hind yang ditulis Al-Ramhur Muzi sekitar tahun 1000 M.

2. Menurut Al-Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa komunitas Arab dari Oman, Hadramaut, Basrah, dan Bahrain untuk menyebarkan islam di lingkungannya.

3. Munculnya nama “Kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat.

4. Kerajaan Samudera Pasai menganut aliran Mazhab Syafi’i.

Teori ini mengatakan bahwa islam berasal dari Gujarat sekitar abad 13 M atau abad ke-7 H.

Orang pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19.

Menurutnya yang menyebarkan Islam ke Indonesia bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan para pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur.

Hal ini didasarkan pada batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 17 Dzulhijah 831 H atau 1297 M di Passai, Aceh. Menurutnya batu nisan di Passai dan makam Maulana Malik Ibrahim memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan di Kambay, Gujarat

Teori Gujarat

Teori ini mengatakan bahwa proses masuknya islam ke Indonesia berasal dari Persia atau Parsi (kini Iran).

Pencetus teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarahwan asal Banten. alam teori ini Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan tradisi dan budaya yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.

Teori Persia

Tradisi tersebut antara lain:

a. Tradisi merayakan 10 muharram atau Asyuro.

b. Tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa tengah dengan ajaran Sufi Hallaj dari Persia.

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, Masa dimana Islam baru berkembang.

Teori ini sangat lemah, namun kemungkinan membawa Islam ke Indonesia sangat besar. Jika diketahui penyebar Islam adalah banyak mereka para wirausahawan, hubungan dagang Cina, Arab dan lainnya. Bahkan ketika Cina dipimpin Kubilai Khan, (akhir abad ke-13) Islam dijadikan agama resmi sedangkan Cheng Ho merupakan duta cina untuk mengembalikan nama besar Cina setelah dipermalukan oleh Mongol.

Bukti lain yang cukup memperkuat bahwa Islam berasal dari Cina antara lain:

a. Gedung Batu di Semarang (Masjid Gaya Cina).

b. Beberapa makam Cina muslim.

c. Beberapa wali yang memungkinkan keturunan Cina.

Teori Cina

Semua teori diatas masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut.

Meminjam istilah Azyumardi di Azra,

“Sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam

kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran

kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.”

Peta Persebaran Agama Islam Di Indonesia

Proses Perkembangan Islam di Indonesia

Alasan Penduduk Nusantara

Banyak yang Beragama Islam

Faktor-faktor penyebab agama

islam cepat berkembang

a. Pernikahan antara para pedagang dengan bangsawan.

b. Pendidikan pesantren.

c. Pedagang Islam.

d. Seni dan kebudayaan.

e. Dakwah.

f. Gigihnya para da’i atau mubaligh dalam menyebarluaskan Islam.

g. Metode penyampaiannya mengena di hati masyarakat.

Alasan Penduduk Nusantara Banyak yang Beragama Islam

a. Syarat masuk agama Islam tidak berat.

b. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana

c. Islam tidak mengenal sistem kasta.

d. Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat.

e. Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai.

f. Runtuhnya Kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.

Faktor-faktor penyebab agama islam cepat berkembang

1. Jalur Perdagangan

2. Politik

3. Perkawinan

4. Pendidikan

5. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia

6. Seni Budaya

7. Tasawuf

8. Peranan Para Wali dan Ulama

9. Cara Islamisasi di Indonesia

Cara Penyebaran Islam di Indonesia

1. Huruf, Bahasa, dan Nama-Nama Arab

2. Bangunan Fisik (Arsitektur)

3. Kesusastraan

4. Seni Rupa dan Kaligrafi

5. Seni Tari dan Musik

6. Seni Busana

7. Pengaruh Kebudayaan lainnya:

a Sistem Pemerintahan

a Sistem Kalender

a Tahlilan

a Ziarah Kubur

Pengaruh Islam di Indonesia

Berdasarkan data arkeologis seperti prasasti prasasti maupun data historis beupa berita-berita asing, kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia sudah dimulai sejak abad pertama masehi. Berdasarkan catatan catatan sejarah yang dihimpun dari sumber-sumber Cina oleh W.P. Groeneveldt, telah menunjukan adanya jaringan-jaringan

ISLAM DAN JARINGAN PERDANGAN ANTARPULAU

perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan berbagai negeri terutama Cina. Kontak dagang ini berlansung dari abad ke-1 M sampa abad ke-16 M kemudian kapal-kapal dari Arab juga sudah berlayar ke wilayah Asia Tenggara sejak abad ke-7.

Berita Tome Pires dalam Suma oriental (1512-1515) memberikan gambaran mengenai keberadaan jalur pelayaran jaringan perdagangan, baik regional maupun internasional. Ia menceritakan tentang kehadiran para pedagang di Samudera passai. Tome Pires juga menceritakan kehadiran pedagang di Malaka. Berdasarkan kehadiran para pedagang dari berbagai negeri, seperti yang diceritakan oleh Tome Pires, kita dapat mengambil kesimpulan adanya jalur pelayaran dan jaringan perdagangan antara beberapa kesultanan di Indonesia baik yang bersifat regional ataupun internasional.

Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Indonesia dengan Arab pun menjadi hubungan langsung dan dalam intensitas tinggi, hubungan ini menjadi semakin ramai ketika pedagang Arab dilarang masuk ke Cina dan koloni mereka dihancurkan oleh Huang Chou, menyusul adanya pemberontakan pada 879 H. orang-orang Islam melarikan diri dan meminta perlindungan Raja Kedah dan Palembang.

Kehadiran para pedangang tersebut mempengaruhi corak kehidupan dan budaya setempat, antara lain ditemukannya bekas koloni seperti Maspit (majapahit), kota Jawa (Jawa), dan kota Mankasare Makassar).Pada abad ke-15, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dari Malaka, Jawa, dan Sumatera. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Muslim di gowa terutama raja Gowa Muhammad Said (1639-1653) dan putera penggantinya, hasanuddin (1653-1669) telah menjalin hubungan dagang dengan portugis. Bahkan sultan muhammad said dan karaeng pattingaloang turut memberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan F.r. Vieira, meskipun beragama katolik. Kerjasama ini didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilancarkan oleh kompeni belanda di Maluku.

Meningkatnya ekspor lada dalam kancah perdagangan internasional, membuat pedagag nusantara mengambil alih peranan India sebagai pemasok utama bagi pasaran eropa yang berkembang dengan cepat. Selama periode 1500-1530 banyak sekali gangguan di laut tengah harus mencari pasokan hasil bumi asia ke lisabon. Oleh karena itu, secara berangsur jalur perdagangan yanng ditempuh oleh pedagang muslim bertambah aktif, bertambah dengan adanya perang di laut Eropa,

Penaklukan Ottoman atas Mesir (1517) dan Pantai Laut Merah Arabia (1538) memberikan dukungan yang besar bagi berkembangnya pelayaran Islam di Samudera Hindia.

Pada zaman pertumbuhan dan perkembangan islam, sistem jual beli barang masih dilakukan denga cara barter. Sistem barter dilakukan antara pedagang-pedagang dari daerah pesisir denga daerah pedalaman , bahkan terkadang langsung kepada petani. Di beberapa kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan islam telah menggunakan mata uang sebagai nilai tukar barang. Mata uang yang digunakan tidak mengikat kepada mata uang tertentu, kecuali ada ketentuan yang diatur pemerintah daerah setempat.

Kemunduran perdagangan dan Kerajaan yang berada di daerah tepi Pantai disebabkan karena kemenangan militer dan ekonomi dari Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan agraris di pedalaman yang tidak menaruh perhatian pada perdagangan.

THANKS FOR

YOUR ATTENTION