Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan...

94
1

Transcript of Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan...

Page 1: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

1

Page 2: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

2

Historia Madania Jurnal Ilmu Sejarah

Volume I, No. I, Januari - Juni 2011

ISSN 2088-2289

Penanggungjawab

Setia Gumilar

Pimpinan Redaksi

Moeflich Hasbullah

Sekretaris Redaksi

Ading Kusdiana

Dewan Redaksi

Sulasman, Asep A. Hidayat, Ajid Thohir, Fajriudin, Agus Permana

Staff Redaksi

M. Amaluddin Muslim, Suparman, Samsudin

Tata Usaha

Widiati Isana

Distributor

Dina Marlina, Fatmawati

Cover : http://ferdiardiantozer.blogspot.com/2010/06/peradaban-islam.html

Alamat Redaksi

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora

Jl. A.H. Nasution 105 Bandung Telp. (022) 7810790 Fax. (022) 7803936

Page 3: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

3

Page 4: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

4

PERBANDINGAN WARISAN PERADABAN MESIR

DAN AMERIKA TENGAH

(Lanjutan dan Perubahan)

Agus Permana

[email protected].

Abstrak

Sebagian besar peradaban Mesir Kuno mengalami diskontinuitas setelah penyerangan

dan penguasaan bangsa Romawi. Pola keberagamaan penduduk Mesir mengalami

perubahan yang dramatis mulai dari pengaruh Romawi sampai pada pengaruh Islam di

masa dinasti Fatimiah dan Mamluk. Dewasa ini sebagian besar penduduk Mesir

beragama Islam. Diskontinuitas juga terjadi pada bidang pengembangan arsitektur.

Pengetahuan dan kemampuan teknis arsitektur seperti tergamabar dalam pembangunan

piramida tidak pernah ada lagi. Demikian pula dengan peradaban Amerika Tengah yang

mengalami diskontinuitas dan terkubur bersama dengan berkembangnya kolonialisasi di

benua Amerika. Tetapi ada beberapa hal yang mengalami kesinambungan yaitu pada

sistem sosial dan kepercayaan di kalangan bangsa Indian. Pengetahuan tentang

arsitektur, penataan kota dan bidang matematika dan astronomi telah bergeser dan

dikuasai oleh kaum pendatang. Bahkan observatorium astronomi yang dulu di bangun

oleh bangsa Maya akhirnya dikembangkan oleh orang-orang Eropa, bukan oleh orang-

orang dari keturunan suku Aztek dan Maya.

Kata-Kata Kunci

Perbandingan, Peradaban, Kontinuitas dan Diskontinuitas.

Pendahuluan

Sejarah secara filosofis bertujuan memberikan arti kepada seluruh sejarah kegiatan

manusia, kepada pola keseragaman (uniformity) dan keragaman (variety) dari gerak-gerak

kegiatan manusia pada masa lalu, misalnya bagaimana timbul dan berkembangnya suatu bangsa

dan peradaban serta bagaimana pasang surut sampai pada keruntuhan bangsa dan

peradabannya. Ini merupakan suatu upaya pencarian dan pemahaman terhadap faktor-faktor,

Page 5: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

5

tenaga-tenaga tetap dan mendasar (sebab-sebab dan kondisi-kondisi) di balik kesinambungan

(continuity) dan perubahan (change) dalam sejarah manusia itu (Helius Sjamsuddin, 2007:159).

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka pada makalah ini akan diketengahkan

suatu rekonstruksi historis mengenai warisan peradaban Mesir dan warisan peradaban di

Amerika Tengah. Fokus kajian pada tulisan ini adalah: pertama, studi perbandingan mengenai

peradaban di Mesir dan Amerika Tengah; dan kedua adalah analisis mengenai keberlanjutan dan

perubahan dari dua peradaban tertua di dunia tersebut.

Studi perbandingan dari dua warisan peradaban dunia ini didasari oleh asumsi dasar

bahwa pada kedua peradaban itu terdapat beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan

persamaan. Di antara persamaan itu adalah sistem kepercayaan yang sama sama bersifat

politeisme, kemajuan dalam rekayasa (engineering) dan matematika sehingga menghasilkan

karya arsitektur yang bernilai tinggi serta dalam bidang pertanian dan perdagangan yang telah

berkembang dengan pesat. Pada sisi lain ada perbedaan-perbedaan mendasar di antara

keduanya terutama bila dilihat dari perspektif geografis dan geneologis. Perbedaan inilah yang

dalam bebarapa hal menjadikan peradaban Mesir dan Amerika Tengah mempunyai ciri khas

masing-masing.

Kalau merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Toynbee (1946), berkembangnya

sebuah peradaban tergantung pada tantangan (chalange) dan jawaban (rensponse) yang

dihadapi oleh masing-masing komunitas. Dari proses inilah kemudian lahir perubahan yang pada

akhirnya tercipta peristiwa sejarah termasuk di dalamnya perkembangan peradaban di Mesir

dan Amerika Tengah. Sebagai contoh bisa dilihat pada kasus perdaban di Mesir. Banjir-banjir

tahunan dari sungai Nil menjadi tantangan (chalange) yang harus mendapat jawaban untuk

mengatasi dampak yang ditimbulkannya. Jawaban itu berupa pembangunan selokan dan

terusan-terusan air. Bangsa Mesir, sejak hidup dalam komunitas-komunitas di desa-desa sampai

pada perkembangan kota tampaknya harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu dalam suatu

suasana yang menuntut selama waktu-berabad-abad. Sehingga melahirkan peradaban yang

begitu tinggi (Helius Sjamsuddin, 1986: 122).

Kajian Perbandingan Warisan Peradaban Mesir Kuno dan Peradaban Amerika Tengah

Page 6: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

6

Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban

ini terpusat sepanjang pertengahan hingga hilir Sungai Nil yang mencapai kejayaannya

pada sekitar abad ke-2 SM, pada masa yang disebut sebagai periode Kerajaan Baru.

Daerahnya mencakup wilayah Delta Nil di utara, hingga Jebel Barkal di Katarak

Keempat Nil. Pada beberapa zaman tertentu, peradaban Mesir meluas hingga bagian

selatan Levant, Gurun Timur, pesisir pantai Laut Merah, serta Gurun Barat (terpusat pada

beberapa oasis). Gambaran geografis Mesir Kuno dapat dilihat pada peta di bawah ini:

Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik antara

sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh: irigasi teratur terhadap Lembah

Nil, eksploitasi mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya, perkembangan awal

sistem tulisan dan literatur independen, organisasi proyek kolektif, perdagangan dengan

wilayah Afrika timur dan tengah serta Mediterania timur dan aktivitas militer yang

menunjukkan karakteristik kuat hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap

kebudayaan tetangga pada beberapa periode berbeda.

Sedangkan peradaban di Amerika Tengah telah muncul sekitar dua ribu tahu

yang silam. Pusat-pusatnya terdapat di pegunungan Andes (Amerika Selatan), di Amerika

Tengah dan Mexico. Kebudayaan-kebudayaan itu adalah kebudayaan bangsa Aztek di

dataran tinggi Mexico, Kebudayaan Maya di daerah Yucatan, Mexico dan Kebudayaan

Inca di Amerika Tengah. (Helius Syamsuddin, 1986: 240).

Page 7: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

7

Kebudayaan Inca berkembang di sepanjang belahan barat Amerika Serikat

terutama Peru. Bukti-bukti arkeologis mengenai keberadaan kebudayaan Inca, yang

berasal dari fase Killke (1200-1380), ditemukan di daerah sekitar Cuzco di dataran tinggi

Peru bagian selatan. Berdasarkan hasil evakuasi terhadap sistus-situs di daerah tersebut

diperoleh gambaran bahwa Inca ketika itu hanyalah merupakan suatu wilayah yang kecil

saja.

Sistem pemerintahan yang berlaku di Mesir kuno adalah monarchi absolut.

Pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang mempunyai kekuasaan tidak terbatas.

Pengelolaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh elit sosial, politik, dan ekonomi yang

mencapai konsensus sosial melalui sistem yang rumit didasari kepercayaan agama di

bawah sosok penguasa setengah dewa (semi-divine), yang biasanya laki-laki, melalui

suatu suksesi dinasti penguasa yang dikenal oleh dunia luas sebagai kepercayaan

politeisme.

Hampir sama dengan di Mesir Kuno, peradababan di Amerika Tengah juga

menganut sistem kekuasaan monarki absolut. Di antara ketiga kebudayaan yang

berkembang itu hanya Aztek yang membentuk suatu imperium yang membentang hampir

di seluruh jazirah Mexico. Pada kebudayaan Maya yang berkembang adalah sistem kota-

kota yang independen. Bila dibandingkan dengan kebudayaan dunia yang lain, pola yang

terdapat di Maya lebih menyerupai sistem perkotaan di Yunani ketimbang dengan

peradaban Mesir.

Pada kebudayaan Maya organisasi sosial ditandai dengan berkuasanya golongan

elit yang kaya, yang juga melakukan perdagangan, golongan elit juga berfungsi sebagai

pemimpin upacara ritual dalam kepercayaan mereka. Mereka juga termasuk golongan

terdidik yang mempunyai hak istimewa untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Di luar

golongan itu, ada para petani dan budak yang memiliki oleh golongan lain. Bangsa Maya

telah memiliki sistem tulisan yang mirip dengan Hierogliyph. Tulisan ini digunakan

untuk mencatat peristiwa penting. Tulisan yang mereka kembangkan berfungsi pula

sebagai sejarah pencatat kelahiran, perkawinan, dan kematian raja-raja Maya.

Sistem kepercayaan yang berkembang baik di Mesir Kuno maupun di Amerika

Tengah adalah politheisme yaitu kepercayaan pada banyak dewa. Orang-orang Mesir

Kuno pada awalnya menyembah Dewa Osiris sebagai dewa utama. Dewa lainnya yang

Page 8: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

8

disembah oleh orang Mesir kuno adalah dewa Thot (dewa pengetahuan), Anubis (dewa

kematian, dewa Apis dan dewa-dewa lainnya. Salah satu dewa yang kemudian

berkembang menjadi besar adalah dewa matahari (Dewa Re). Dewa Re sebagai dewa

matahari menjadi dewa utama yang disembah di Mesir kuno setelah salah seorang

pendeta rumah perdewaan memegang kekuasaan (N. Daljoeni, 1982: 24).

Bagi bangsa Aztec bangsa yang gemar berperang, perang merupakan bagian dari

budaya sendiri dan bagian dari sistem kepercayaan. Bangsa Aztec menyembah banyak

dewa atau politheisme. Mereka menyembah dewa matahari yaitu Huitzilochti. Mereka

mempercayai bahwa matahari adalah sumber kehidupan dan harus terus dipelihara, agar

terus beredar pada orbitnya dan berputar terbit dan tenggelam. Untuk itu diperlukan

pelumas yang murni yaitu darah manusia. Mereka meyakini bahwa pengorbanan manusia

merupakan tugas suci dan wajib dilakukan agar dewa matahari tetap memberikan

kemakmuran bagi manusia. Upacara pengorbanan dilakukan di atas altar dipuncak

piramid dengan cara mengambil jantung korban untuk pendeta. Upacara pengorbanan

manusia juga dilakukan secara masal dengan cara membunuh banyak orang.

Ada tiga hipotesis yang dilakukan oleh para Antropolog mengenai alasan pengorbanan

manusia di samping alasan untuk pengorbanan dewa, yaitu :

1. Pengorbanan dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk, terutama sejak jumlah

tawanan perang meningkat dengan pesat dibandingkan dengan jumlah kelahiran.

2. Untuk memberikan kepada rakyat mayat-mayat yang dikorbankan sebagai sumber

protein dan vitamin. Hipotesis ini snagat lemah, karena bangsa Aztec menghasilkan

jagung, kacang, serta memlihara anjing, ayam dan kalkun.

3. Pendapat yang lebih rasional adalah untuk menakut-nakuti para pembangkang dan

pemberontak, agar mereka tidak melakukan perlawanan terhadap penguasa raja. Para

tawanan perang banyak dijadikan korban dan jumlah besar untuk dewa matahari,

orang-orang yang bersalah juga jadi sasaran untuk jadi korban seperti jenderal yang

salah dalam memimpin perang, para koruptor, hakim yang keliru membuat keputusan,

serta pejabat negara yang berbuat salah, termasuk orang yang memasuki daerah

terlarang istana raja.

Dalam buku Negara dan Bangsa (1990: 208), disebutkan bahwa Huzlopochtli,

khususnya, demikian rakus sehingga pada upacara istimewa ribuan manusia dikorbankan

Page 9: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

9

sebagai sesaji untuknya dalam waktu satu hari saja. Monte Zuma II pernah

mengorbankan 5100 orang korban dalam satu upacara peringatan tahtanya. Pada waktu

Ahuitzolt yang berkuasa pada abad ke-15, paling tidak 20.000 jiwa manusia dijadikan

korban dalam upacara. Calon korban digiring ke puncak piramid tempat pendeta saling

berebut bagian mereka masing-masing dan memotong jantung si korban dengan pisau

batu gelas, lalu mempersembahkannya hangat-hangat dan masih berlumur darah ke batu

altar sang dewa. Untuk sesaji yang sedemikian massalnya itu, bangsa Aztec tidak dapat

mengandalkan sukarelawan dan oleh sebab itu mereka sering mengirim rombongan

pejuang ke wilayah sekutunya untuk menangkapi calon-calon korban. Ritual yang

terkesan sadis ini hanya berlaku pada komunitas bangsa Aztek. Pada bangsa Maya dan

Inca ritual pengorbanan seperti ini tidak pernah terjadi.

Kegemaran berperang bukan hanya milik bangsa Aztek. Seperti suku bangsa lainnya di

Amerika, bangsa Inca memiliki watak militer sehingga perluasan wilayah Imperium dilakukan

dengan cara peperangan. Sejak kekuasaan dipegang oleh Pachacuti yang memerintah tahun 1438

– 1471, Inca memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah-daerah sekitarnya.

Selama pemerintahan Topa Inca sebagai pengganti Pachacuti, wilayah kekuasaan Inca diperluas

dengan manklukan daerah-daerah Pantai Peru bagian selatan, Bolivia Selatan., Argentina barat

laut, dan Chile. Pengganti Topa Inca adalah Huayna Capac yang memerintah dari tahun 1493

sampai tahun 1525 M. setelah meniggalnya Huayna Capac, terjadi perebutan kekuasaan antara

Huascar dan Attahualpa

Dalam bidang religi, bangsa Inca mempercayai dewa matahari. Raja-raja mereka

dipercaya memiliki hubungan genealogis atau asal-usul keturunan dengan dewa matahari.

Dewa matahari ternyata sangat besar pengaruhnya dalam masyarakat Inca dan bahkan

pada masyarakat Inca terdapat suatu kepercayaan bahwa dewa Matahari itulah yang

menurunkan keluarga raja Inca. Oleh karena itu, setiap raja yang sedang memerintah

dipandang sama dengan dewa matahari. Tidak diketahui dengan pasti, apakah bangsa

Inca juga melakukan upacara pengorbanan manusia seperti bangsa Aztec.

Peninggalan monumental dari peradaban Mesir kuno dan Amerika Tengah yang

sampai hari ini masih bisa disaksikan dan menunjukkan prestasi luar biasa dalam bidang

seni dan arsitekur adalah piramida. Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih

bisa disaksikan sampai sekarang ini menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki

kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur.

Page 10: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

10

Piamida dan kuil erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida

dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah

Imhotep. Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil

di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah. Di

bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja. Di depan

piramida terdapat sphinx yaitu patung singa berkepala manusia. Fungsi sphinx adalah

penjaga piramida.

Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter

di Gizeh. Selain Cheops, di Gizeh juga terdapat piramida Chefren dan Menkaure. Di

Sakarah terdapat piramida firaun Joser. Selain piramida apakah ada tempat pemakaman

yang lain di Mesir? Berdasarkan penggalian di daerah El Badari ditemukan pemakaman

yang disebut Hockerbestattung (Hocker artinya jongkok dan bestattung artinya

pemakaman) karena orang yang meninggal dimasukkan dengan cara didudukkan

menjongkok. Ada pula pemakaman yang disebut mastaba untuk golongan bangsawan.

Bangunan kedua adalah kuil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewa.

Kuil terbesar dan terindah adalah Kuil Karnak untuk pemujaan Dewa Amon Ra. Kuil

Karnak panjangnya ±433 m (1300 kaki), tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter

±6,6 m (20 kaki). Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan

yang menceritakan pemerintahan raja.

Bangsa Aztec memiliki seni bangun atau arsitektur yang amat tinggi. Ketika

bangsa Spanyol datang ke kota Tenocl (Mexico City) mereka menyaksikan kemajuan

bangsa ini. Di sini terdapat bangunan-bangunan seperti aquadec atau bangunan lain,

tempat jalan raya menuju kota, jalan-jalan lebar, serta kanal yang melewati kota serta

jembatan diatasnya. Bangunan-bangunan tersebut menggunakan teknologi tinggi menurut

jamannya. Di pusat kota dibangun kuil-kuil besar sebagai persembahan kepada dewa

matahari. Tinggi bangunan tersebut 30 meter, terdiri atas tiga tingkat, yang masing-

masing tingkat memiliki 120 anak tangga. Di bangunnya jalan-jalan dan kanal-kanal yang

lebar adalah untuk memudahkan lalu lintas orang dan barang dagangan. Dalam kegitan

perdagangan tersebut mereka memperjualbelikan bebek, ayam, kalkun, kelinci, dan rusa.

Arsitektur bangsa Aztec tergolong sederhana, lebih mementingkan fungsi

daripada keindahan lahiriah. Di pegunungan, rumah orang Aztec terbuat dari batu bata

Page 11: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

11

yang dijemur, mirip batako yang kita kenal di Indonesia. Di dataran rendah, rumah

mereka berdinding ranting-ranting atau batang padi yang diplester dengan tanah liat dan

beratapkan alang-alang. Sebagi tambahan pada tempat tinggal utama, umumnya mereka

mempunyai bangunan lain seperti tempat penyimpanan dan tempat seluruh keluarga

mandi uap. Orang Aztec yang kaya memiliki rumah dari batako atau batu yang dibangun

mengelilingi suatu Patio, yaitu ruang luas yang terbuka di tengah rumah.

Kuil Aztec dan bangunan lain dengan dekorasi patung merupkan salah satu karya

terindah di Amerika. Tetapi hanya sedikit peninggalan karya arsitektur Aztec yang masih

dapat ditemukan. Orang Spanyol, yang beragama kristen, telah memusnahkan kuil-kuil

dan segala peninggalan keagamaan orang Aztec. Mereka bahkan telah menghancurkan

kota lama Tenochitlan.

Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida kedua

yang terkenal setelah piramida di Mesir. Kedua jenis bangunan piramida ini terlihat tidak

begitu sama, warna piramida Mesir adalah kuning keemasan, sebuah piramida bersudut

empat yang berbentuk kerucut, agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan

diterpa hujan. Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa yang

berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, di puncaknya ada sebuah

balairung untuk memuja dewa. Di sekeliling piramida Maya masing-masing memiliki 4

tangga, setiap tangga memiliki 91 undakan, secara total 4 buah tangga ditambah satu

undakan bagian paling atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat

merupakan jumlah hari dalam satu tahun.

Dinilai pada masa kini, bangunan tersebut cukup menakjubkan. Piramida Maya

misalnya, bagaimanakah caranya memotong bebatuan berukuran sangat besar, diangkut

ke tempat yang jauh dalam hutan belantara, bebatuan yang beratnya puluhan ton,

ditumpuk hingga mencapai tinggi 70 meter, jika tidak ditunjang dengan alat angkut dan

peralatan yang memadai, adalah sangat sulit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Dan suku bangsa yang hidup dalam hutan belantara, mengapa harus mengerahkan upaya

dan tenaga sedemikian besar, membangun sebuah jaringan pengamat observatorium?

Ditilik dari sejarah, teleskop baru ditemukan pada abad ke-16 oleh Galileo, setelah itu

barulah muncul observatorium ukuran besar, dan konsep jaringan pengamat

Page 12: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

12

observatorium baru muncul pada zaman modern. Kala itu konsep yang demikian dapatlah

dikatakan sangat maju dan canggih.

Peninggalan peradaban Mesir kuno dan Amerika tengah lainnya dalam bidang

ilmu pengetahuan adalah penguasaan dalam matematika, astronomi dan geometri. Secara

aplikatif pengetahuan ini mendasari pola arsitektural bangunan-bangunan di Mesir Kuno

dan di Amerika Tengah terutama bangunan piramida. Dengan pengetahuan yang

mendalam tentang astronomi, orang-orang Mesir kuno telah berhasil menentukan sistem

penanggalan.

Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus

(peredaran) bulan selama 291/2 hari. Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka

menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul

setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan

lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga

mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan

sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar).

Penghitungan kalender Mesir dengan sistem Solar kemudian diadopsi (diambil

alih) oleh bangsa Romawi menjadi kalender Romawi dengan sistem Gregorian.

Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran

bulan) menjadi tarikh Hijriah.

Penghitungan kalender juga telah terdapat pada bangsa Maya. Dengan

berkembangnya tulisan, ilmu pengetahuan pun berkembang, bangsa ini telah mengenal

kalender dengan tahunnya berjumlah 18 bulan yang tiap bulannya berjumlah 20 hari, dan

ada yang satu bulan berjumlah 5 hari. Sehingga pertahun ada 365 hari. Mereka juga telah

mengembangkan matematika. Selain itu, astronomi ialah salah satu ilmu yang mereka

kembangkan.

Pada bangsa Maya kemampuan di bidang astronomi terlihat dari beberapa

bangunan observatorium astronomi yang memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik.

Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar

observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai

contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka, di atas teras yang indah dan

sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang

Page 13: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

13

menuju ke teras. Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga

merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian

atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan

observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat

buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu

membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya

berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim

gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan.

Menara pengamat observatorium Kainuoka ini adalah peninggalan terbesar dalam

sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya

dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog

beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun

jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.

Bangsa Inca memiliki ilmu pengetahuan yang maju dan berkembang. Walaupun

ilmu pengetahuan yang berkembang di Inca tidak dapat mengungguli perkembangan ilmu

pengatahuan di Aztec dan Maya. Dalam bidang Matematika dan Astronomi bangsa Inca

tidak dapat mengungguli kemajuan di Aztec dan Maya.

Bangsa Inca memiliki perkembangan yang pesat dalam bidang kesenian, terutama

seni bangun. Seperti dalam pembuatan tekstil dan keramik, pembangunan benteng-

benteng pertahanan, dan jalan-jalan raya yang lebar. Kemajuan bidang seni ini tidak

dapat dipisahkan dari kemampuan pemerintah mengatur masyarakat.

Bangsa Mesir juga telah mengembangkan sistem tulisan tersendiri. Masyarakat

Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan

Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Huruf

Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda.

Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih

sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratik atau

tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang

dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.

Huruf-huruf Mesir itu semula menimbulkan teka-teki karena tidak diketahui

maknanya. Secara kebetulan pada waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799

Page 14: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

14

salah satu anggota pasukannya menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah

Rosetta. Batu itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta memuat inskripsi dalam tiga

bahasa. Pada tahun 1822 J.F. Champollion telah menemukan arti dari isi tulisan batu

Rosetta dengan membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph,

Demotik dan Yunani. Dengan terbacanya isi batu Rosetta terbukalah tabir mengenai

pengetahuan Mesir kuno (Egyptologi) yang dikenal sampai sekarang.

Selain di batu, tulisan Hieroglyph juga ditemukan di kertas yang terbuat dari

batang Papirus. Dokumen Papirus sudah digunakan sejak dinasti yang pertama. Cara

membuat kertas dari gelagah papirus adalah dengan memotongnya. Kemudian kulitnya

dikupas dan intinya diiris/disayat tipis-tipis. Papirus inilah yan kemudian mengilhami

penemuan kertas yang digunakan pada masa sekarang ini sebagai bahan dasar untuk

menulis.

Pada bangsa Maya tulisan paling dini muncul menjelang dan sekitar Masehi,

namun batu prasasti pertama yang tergali memperlihatkan catatan yang menulis tahun

292 M. Sejak itu, tulisan bangsa Maya hanya tersebar pada areal terbatas. Dan pada

tarikh Masehi setelah pertengahan abad ke-5, tulisan bangsa Maya baru secara

menyeluruh tersebar ke semua kawasan Maya. Misalnya batu prasasti terakhir

diselesaikan pada 869 M, dan batu prasasti terakhir di seluruh kawasan Maya

diselesaikan pada 909 M.

Peradaban Mesir Kuno dan Amerika Tengah, Keberlanjutan dan Perubahan

Peradaban Mesir Kuno berkembang selama kurang lebih tiga setengah abad.

Dimulai dengan unifikasi awal kelompok-kelompok yang ada di Lembah Nil sekitar 3150

SM, peradaban ini secara tradisional dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, sewaktu

Kekaisaran Romawi awal menaklukkan dan manjadikan wilayah Mesir Ptolemi sebagai

bagian provinsi Romawi. Walaupun hal ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap

Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama

secara bertahap di Lembah Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan

peradaban independen Mesir.

Page 15: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

15

Sebagian besar peradaban Mesir Kuno mengalami diskontinuitas setelah

penyerangan dan penguasaan bangsa Romawi. Pola keberagamaan penduduk Mesir

mengalami perubahan yang dramatis mulai dari pengaruh Romawi sampai pada pengaruh

Islam di masa dinasti Fatimiah dan Mamluk. Dewasa ini sebagian besar penduduk Mesir

beragama Islam. Diskontinuitas juga terjadi pada bidang pengembangan arsitektur.

Pengetahuan dan kemampuan teknis arsitektur seperti tergamabar dalam pembangunan

piramida tidak pernah ada lagi.

Ada beberapa bagian peradaban Mesir Kuno yang tampaknya berlanjut dan

mengalami perubahan. Sebagai contoh, sebelum tulisan hieroghlyph sama sekali hilang

dan tidak digunakan, telah mengalami berbagai adaptasi dan perubahan. Dari huruf

hieroglyph menjadi tulisan baru yang disebut hieratik. Huruf hieratik ini kemudian

berubah menjadi huruf demiotik yang pada akhirnya digunakan secara luas oleh rakyat.

Sistem ilmu pengetahuan dalam bentuk matematika, astronomi dan geometri kemudian

ditransfer dan dikembangkan oleh orang-orang Romawi yang kemudian berlanjut pada

masa keemasan Islam di Mesir masa Dinasti Fatimiah. Sistem penanggalan mesir juga

terus berlanjut dan diadopsi oleh dua kutub kekuatan budaya saat ini yaitu sistem

kalender solar yang diadopsi oleh tahun Masehi dan sistem kalender lunar yang diadopsi

oleh tahun Islam (tahun Hijriyah).

Pada jaman Klasik, tahun 300-500 di Amerika Tengah, kebudayaan suku bangsa

Maya di daerah tengah ini mengalami puncak kejayaan. Arsitekturnya berkembang

dengan adanya peningkatan mutu bangunan. Salah satu cirinya adalah dikembangkannya

bangunan batu yang sebagian besar merupakan bangunan suci seperti kuil atau biara.

Kuil di Tikal yang tingginya mencapai sekitar 888 meter adalah kuil tertinggi. Biara

dalam kebudayaan Maya kadang-kadang mencakup area yang sangat luas sehingga

menyerupai kota, lebih cocok disebut tempat pusat upacara keagamaan dilangsungkan.

Namun antara tahun 800 sampai 950, pusat kegamaan tersebut satu-persatu dilupakan dan

ditinggalkan orang. Bangsa Maya mengalami keruntuhan karena penaklukan pasukan

Hernando Cortez pada tahun 1521. Demikian pula dengan peradaban Aztek, peradaban

ini runtuh karena penaklukan oleh bangsa Spanyol di bawah pimpinan Hernando Cortez

pada tahun 1521. Sedangkan peradaban Inca yang begitu tinggi akhirnya mengalami

kehancuran pula karena penaklukan pasukan Francisco Pizzaro tahun 1533.

Page 16: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

16

Sebagian besar peradaban Amerika Tengah ini mengalami diskontinuitas dan

terkubur bersama dengan berkembangnya kolonialisasi di benua Amerika. Yang bisa

diamati mengalami kesinambungan adalah pada sistem sosial dan kepercayaan di

kalangan bangsa Indian. Pengetahuan tentang arsitektur, penataan kota dan bidang

matematika dan astronomi telah bergeser dan dikuasai oleh kaum pendatang. Bahkan

observatorium astronomi yang dulu di bangun oleh bangsa Maya akhirnya dikembangkan

oleh orang-orang Eropa, bukan oleh orang-orang dari keturunan suku Aztek dan Maya.

Penutup

Bisa saja sebuah bangsa dan peradaban yang besar hancur karena kondisi dan

tuntutan jaman, tetapi warisan peradaban dan kebudayaannya tetap akan hidup dan

senantiasa dikenang generasi sesudahnya. Bahkan secara kreatif warisan peradaban masa

lalu itu akhirya dapat mengilhami dan dikembangkan menjadi lebih baik oleh generasi

sesudahnya meski bukan dari ras dan etnik yang sama. Artinya setiap keudayaan yang

ada perlu diwariskan dan dikembangkan agar sesuai dengan tuntutan zaman. Bangsa yang

mempunyai kebudayaan dan peradaban besar adalah bangsa yang sanggup

mengembangkan warisan budaya masa lalu baik dalam bentuk inovasi mauupun

invention untuk kebutuhan sekarang ini. Inilah tugas generasi saat ini, agar budaya dan

peradaban masa lalu tidak hanya menjadi peninggalan arkeologis semata yang hanya

membangkitkan semangat historisisme dan kerinduan pada masa lalu belaka.

DAFTAR PUSTAKA

Basil Davidson dan Para Editor Time Life, ”Peradaban Sungai Nil” dalam Sumadia dan

Dicky Sutadi (Ed.), Abad Besar Manusia Sejarah Kebudayaan Dunia: Kerajaan-

Kerajaan Afrika, Alih Bahasa Murad, Jakarta, Tira Pustaka, 1984.

Page 17: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

17

Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007.

Helius Sjamsuddin, Buku Materi Pokok Sejarah Dunia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:

Universitas Terbuka, 1986.

J.M. Roberts, History of the World, New York, Oxford University press, 1993.

Jonathan Norton Leonard dan Para Editor Pustaka Time Life, ”Orang Amerika paling

Awal”, dalam Sumadia dan Dicky Sutadi (Ed.), Abad Besar Manusia Sejarah

Kebudayaan Dunia: Amerika Kuno, Alih Bahasa Rochmini M. Noor, Jakarta,

Tira Pustaka, 1984.

----------------, ” Kebudayaan Tinggi di Andes”, dalam Sumadia dan Dicky Sutadi (Ed.)

Abad Besar Manusia Sejarah Kebudayaan Dunia: Amerika Kuno, Alih Bahasa

Rochmini M. Noor, Jakarta, Tira Pustaka, 1984.

Lionel Casson dan Para Editor Pustaka Time Life, ”Mesir, Negeri yang Awet” dalam

Sumadia dan Dicky Sutadi (Ed.), Abad Besar Manusia Sejarah Kebudayaan

Dunia: Mesir Kuno, Alih Bahasa Murad, Jakarta, Tira Pustaka, 1984.

----------------, ”Hasil Karya Pikiran” dalam Sumadia dan Dicky Sutadi (Ed.), Abad

Besar Manusia Sejarah Kebudayaan Dunia: Mesir Kuno, Alih Bahasa Murad,

Jakarta, Tira Pustaka, 1984.

N. Daldjoeni, Geografi Kesejarahan I (Peradaban Dunia), Bandung, Alumni, 1982.

Page 18: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

18

EMANSIPASI WANITA, KESADARAN NASIONAL

DAN KESETARAAN GENDER DI PENTAS SEJARAH

NASIONAL INDONESIA

Ading Kusdiana

[email protected]

Abstrak

Dalam pentas sejarah nasional Indonesia, diskursus tentang emansipasi wanita, kesadaran

nasional dan kesetaraan gender merupakan persoalan aktual yang menarik dan penting untuk

dikaji, ketiganya memiliki keterkaitan yang kuat. Semangat kesetaraan gender, bagaimana pun

memiliki akar historis dengan semangat kesadaran nasional yang pernah muncul di kalangan

kaum wanita dan gerakan emansipasi wanita di masa sebelumnya. Munculnya gerakan

emansipasi wanita tidak bisa dipandang sebelah mata, justru dengan gerakan ini memberikan

sebuah momen kesadaran untuk maju bersama dengan kaum laki-laki mendobrak doktrin adat,

tradisi dan budaya kolot yang sudah tidak relevan. Di masa pergerakan nasional kiprah kaum

wanita mulai terlihat kontribusinya menanamkan kesadaran nasional serta pentingnya hidup

berbangsa dan bernegara dalam perjuangan mencita-citakan Indonesia merdeka. Partisipasinya

terlihat dalam lembaga pendidikan, organisasi politik dan sosial-religius. Akan tetapi pasca

kemerdekaan partisipasinya dalam pengelolaan pembangunan di Indonesia relatif masih kurang.

Hal ini, menuntut kembali adanya perjuangan kesetaraan peran wanita untuk terlibatan dalam

berbagai lini kehidupan.

Kata-kata Kunci:

Emansipasi Wanita, Gender, Kesetaraan, Kesadaran Nasional

Pendahuluan

Selama lebih satu abad ini diskursus tentang emansipasi wanita, kesadaran nasional dan

semangat kesetaraan gender dalam ruang lingkup perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak bisa

dipandang sebelah mata begitu saja. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan wanita

Page 19: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

19

bagaimanapun memiki peranan yang sangat penting di dalam usahanya turut serta membesarkan,

membangun dan memajukan negeri ini.

Dalam perjalanan sejarah Nasional Indonesia, membincang tentang emansipasi wanita,

kesadaran nasional dan kesetaraan gender dalam hubungannya dengan kiprah atau peran kaum

wanita Indonesia, bagi bangsa Indonesia, atau lebih khusus lagi bagi kaum wanita Indonesia

ketiga hal tersebut dapat dipandang sebagai “ Tiga Tema Segitiga Emas” yang di samping

sangat penting untuk dikaji juga memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan di antara satu

dengan yang lainnya.

Pertama, tentang emansipasi wanita. Kemunculan gerakan emansipasi wanita dalam

kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata, justru dengan kehadiran

gerakan emansipasi wanita telah memberikan sebuah momentum kesadaran di kalangan kaum

wanita untuk maju bersama kaum Adam mendobrak berbagai doktrin adat, tradisi dan budaya

kolot yang di pandang sudah tidak kondusif. Dalam konteks ini, bahwa gerakan emansipasi

wanita di Indonesia untuk yang pertama kali dalam taraf yang sederhana muncul pada awal abad

XX melalui kepeloporan Kartini yang termanifestasi dalam bentuk perlunya pemberian

pendidikan kepada kaum wanita yang sebelumnya hanya menjadi monopoli kaum laki laki-laki.

Apa yang terjadi pada awal abad XX ini merupakan langkah revolusif, karena sebelumnya tidak

ada perhatian terhadap keberadaan kaum wanita. Wanita hanya dipandang sebagai pelengkap di

rumah dengan tugas mengurus anak dan melayani suami, tanpa diharuskan mendapat pendidikan

yang cukup yang akan membakali terhadap pendidikan anak-anaknya di masa depan.

Kedua, tentang hubungannnya dengan kesadaran nasional di kalangan kaum wanita.

Perlu diketahui bahwa sejak awal abad XX sampai dengan proklamasi kemerdekaan, pada

periode ini dapat dikatakan sebagai periode kemunculan pergerakan nasional di kalangan bangsa

Indonesia. Seiring dengan berjalannya gerakan emansipasi di kalangan wanita Indonesia melalui

pemberian pendidikan, ternyata kemunculan gerakan ini telah memberikan pengaruh yang luar

biasa terhadap keberadaan kaum wanita Indonesia. Pada periode ini keberadaan kaum wanita

Indonesia selain mulai banyak yang telah mendapatkan pendidikan, di antara mereka mulai

banyak yang berkiprah dalam kegiatan pergerakan kebangsaan dengan aktif memberikan

kontribusi di dalam menanamkan kesadaran nasional akan pentingnya berbangsa dan bernegara

dalam perjuangan mencita-citakan sebuah negara Indonesia yang merdeka, lepas dari penjajah.

Di kalangan wanita Indonesia banyak yang memiliki kesadaran akan perlunya menanamkan

wawasan kebangsaan terhadap anak didiknya tentang arti sebagai bangsa Indonesia. Pada periode

Page 20: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

20

ini telah mulai tampak keterlibatan para wanita Indonesia yang berpartisipsi dalam lembaga

pendidikan, organisasi sosial-politik dan religius dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka.

Kemudian ketiga, tentang kesetaraan gender. Sebenarnya diskursus tentang kesetaraan

gender merupakan istilah yang mengemuka sebagai tuntutan dari fenomena setelah Indonesia

merdeka. Walaupun semangat dari gerakan kesetaraan gender sebenarnya baru mengemuka

akhir-akhir ini, namun sesuai dengan tuntuan yang berkembang di alam kemerdekaan di mana

kegiatan pembangunan dalam mengisi kemerdekaan menuntut adanya keterlibatan semua pihak

tanpa adanya diferensiasi jenis kelamin maka munculnya partisipasi wanita yang menempati

posisi dalam berbagai lini pembangunan sangat terbuka dan dapat dipandang sebagai sebuah

kondisi sine qua non. Hal ini merupakan sebuah kewajaran dan dapat dipahami karena tanpa

bermaksud mengurangi arti kodratnya sebagai wanita, kaum wanita pun memiliki potensi yang

sama dengan kaum laki-laki. Dengan demikian wacana kesetaraan jender perlu mendapat

apresiasasi positif, terlebih keberadaan kaum wanita yang jumlahnya cukup signifikan.

Berdasarkan realitas tersebut tulisan ini bermaksud memaparkan tentang bagaimana

dinamika perjalanan gerakan emansipasi wanita dalam kehidupan bangsa Indonesia serta

hubungannya dengan kemunculan kesadaran nasional di kalangan mereka dan perlunya

menanamkan semangat kesetaraan gender sebagai fenomena yang menjadi tuntutan aktual

dewasa ini, dilihat dalam perspektif sejarah nasional Indonesia. Selama lebih dari satu abad ini,

ketiga persoalan tersebut telah banyak mewarnai akan peran, dinamika dan keberadaan kaum

wanita Indonesia.

Menelusuri Gerakan Emansipasi Wanita di Kalangan Wanita Indonesia

Berbicara tentang gerakan emansipasi wanita, khususnya gerakan emansipasi yang

berkaitan dengan kehidupan kaum wanita Indonesia, bila ditelusuri sejarah keberadaannnya

sebenarnya memiliki akar keterkaitan dengan kemunculan seorang figur wanita Indonesia

kelahiran Jepara yang bernama R.A. Kartini. Dari R.A. Kartini-lah gerakan emansipasi di

Indonesia berakar.

R.A. Kartini (1879-1904 M) merupakan figur pelopor gerakan emansipasi wanita

Indonesia. Dalam perjuangannnya ia banyak menyerukan agar bangsa Indonesia, khususnya

kaum wanita Indonesia diberi pendidikan dengan pertimbangan bahwa kaum wanita memikul

Page 21: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

21

tugas suci. Jika kaum wanita Indonesia mendapat pendidikan maka gambaran akan kemajuan

kaum wanita Indonesia di masa yang akan datang sebenarnya hanya tinggal menunggu soal

waktu saja. Hal ini telah terefleksi dalam buah pikirannya untuk memajukan wanita Indonesia

seperti yang ditemukan di dalam kumpulan surat-suratnya yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh

Ny. Abendanon dengan judul “Van Duisternis Naar Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang)”

yang ditulisnya pada tahun 1899-1904 di mana ia banyak mengungkapkan tentang kehidupan

keluarga, adat istiadat, keterbelakangan wanita, cita-cita terhadap kebahagiaan bangsanya.

Sebenarnya yang menjadi kunci dari keberhasilan gerakan emansipasi wanita yang

dipelopori Kartini ialah idealismenya yang tinggi dan suci terhadap keinginan untuk memajukan

kehidupan bangsanya. Idealisme itu tumbuh karena dipengaruhi oleh pergaulan Kartini dan

pemahamannya akan kebudayaan Barat yang dipelajarinya yang kemudian

mengkomparasikannya dengan kebudayaan sendiri serta keinginanannya yang sungguh-sungguh

untuk memajukan kebudayaan sendiri. Dengan demikian kaum wanita harus berpartisipasi

dalam kemajuan dan menolak konservatime dan untuk mencapai itu semua Kartini minta agar

kaum wanita diberi pendidikan (Suhartono, 1994: 28).

Tentang idealisme Kartini yang tinggi dan suci terhadap keinginan memajukan

kehidupan bangsa Indonesia tersebut, Sartono Kartodirdjo menuturkan:

Kesempatannnya bersekolah dan bergaul dengan anak-anak Belanda [telah]

membukakan matanya serta membangkitkan kesadarannnya akan dunia luar yang lain

beserta nilai-nilai dan gaya hidupnya yang berbeda dengan apa yang dihayatinya.

Timbullah kejutan kebudayaan baginya, adanya hasrat besar untuk belajar, menuntut

ilmu pengetahuan, pendeknya mencapai kemajuan. Disadarinya situasi yang serba

terbelakang pada umunya serta rendahnya kedudukan wanita khususnya. Cita-citanya

untuk menjadi guru tidak lain berasal dari aspirasnya memajukan bangsanya (Sartono

Kartodirjdo, 1992: 85).

Dalam konteks ini tampaknya sangat jelas bagi Kartini bahwa pendidikan merupakan

persoalan pokok dalam masyarakat Indonesia. Pendidikan bukan hanya diperuntukkan kepada

kaum laki-laki untuk menjadi pegawai Pamongpraja, jaksa, guru dan lain-lain. Begitu juga yang

berhak untuk meneruskan meneruskan belajar ke luar negeri, seperti ke Belanda mesti tidak

hanya menjadi monopoli kaum laki-laki. Sebaliknya kaum wanita pun tetap harus mendapat

prioritas. Kaum wanita selain mendapat pelajaran untuk memajukan intelegensia, juga harus

mendapat pelajaran etika atau norma-norma kesusilaan. Jika kaum wanita telah mendapat

Page 22: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

22

pendidikan di sekolah dan lingkungan keluarga maka sudah sewajarnya kaum wanita mendapat

panggilan suci dalam pendidikan.

Pengertian emansipasi sendiri yang terkandung dalam jiwa wanita pada waktu itu

adalah keinginan untuk mendapatkan persamaan hak dan kebebasaan dari kungkungan adat.

Tentang keinginan wanita Indonesia dalam mengejar kemajuan dapat terungkap dari informasi

yang diberikan oleh surat kabar Bintang Hindia yang dikutip kembali oleh Suhartono yang

menginformasikan bahwa :

Peradaban Rohani perlu bagi gadis Indonesia, agar supaya kemudian kalau sudah

menjadi seorang ibu dapat menunjukkan anak-anaknya ke arah kemajuan. Kalau Ibu

menjadi pengasuh utama anak-anak dan mempunyai pengaruh penting bagi masyarakat

kita di kemudian hari, mengapa mereka dibelakangkan terhadap kaum laki-laki

(Suhartono, 1994: 28).

Ide-ide atau pun gagasan-gagasan Kartini untuk memajukan derajat kaum wanita mulai

mendapat tempat. Adanya keinginan di kalangan elit aristokrasi untuk melakukan perubahan

keadaan dengan melepaskan adat yang menjadi pengekang kebebasan wanita sudah mulai

tampak. Meningkatkan martabat dan kedudukan seorang isteri diupayakan agar kedudukannnya

sejajar dengan suaminya dan sebagai seorang ibu yang mendidik anak-anaknya sudah

sepantasnya kalau mereka juga mendapat pendidik terlebih dahulu.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama cita-cita Kartini mulai dapat direalisasikan.

Sekolah-sekolah puteri mulai didirikan dan emansipasi wanita selalu dibicarakan. Pada tahun

1912 M di Semarang didirikan sekolah Kartini atas dorongan Van Deventer. Di tempat lain

sekolah yang sama didirikan di Malang, Jakarta, Madiun, Bogor dengan bahasa Belanda sebagai

bahasa pengantar. Selanjutnya, dengan pengantar bahasa Jawa, sekolah Kartini menyusul

bermunculan di Cirebon, Rembang, Pekalongan, Indramayu, dan Surabaya. Kemudian sekolah

puteri swasta mulai didirikan. Di wilayah Priangan berdiri Kautamaan Istri. Di Palembang

berdiri Sekolah Wanita. Selanjutnya Darmorini di Blora, Sisworini di di Solo, Mardi Kenya di

Surabaya, Mardi Puteri di Banyuwangi. Kartini pun mempunyai cita-cita untuk mengumpulkan

beasiswa, tetapi cita-cita ini baru bisa dilaksanakan oleh dr. Wahidin Sudiro Husodo (Sartono

Kartodirdjo, 1968: 58).

Apa yang menjadi cita-cita Kartini telah membawa dampak yang besar bagi masyarakat

sehingga menjadi bukti bagi kemajuan wanita dalam pendidikan. R.A. Kartini adalah puteri

Page 23: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

23

pertama Indonesia yang mendapat ijazah guru. Konservatisme dan ikatan adat dapat ditembus

dan wanita Indonesia sudah mendapat kebebasan yang dikejarnya terus melalui organisasi

wanita. Jejak ini diikuti oleh Raden Dewi Sartika. Pada tahun 1915 Raden Dewi Sartika (1884-

1947) mendirikan perkumpulan Pengasah Budi di Bandung. Di semarang berdiri Budi Wanito

yang memperjuangkan kemajuan dan emansipasi wanita (Suhartono, 1994: 29).

Tidak hanya itu, para wanita progresif dari keluarga bangsawan pun turut mendirikan

surat kabar Putri Hindia pada tahun 1908. Kemudian di Pacitan pada tahun 1912 M majalah

bulanan Wanito Sworo diterbitkan. Pada tahun 1914 M di kota gadang berdiri Karajinan Amai

Setia yang akan berusaha meningkatkan derajat dan kehidupan wanita. Di tempat yang lain juga,

sekolah wanita mulai didirikan seperti di Padang Panjang dan Bukittinggi. Pada tahun 1917 M

Maria Walanda Maramis mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnnya (PIKAT) di

Manado untuk mendidik kaum wanita dalam keterampilan rumah tangga. Sejak saat itu idealisme

Kartini telah terwujud dan berkembang terus demi kemajuan wanita Indonesia.

Emansipasi Wanita dan Potret Kesadaran Nasional di Kalangan Wanita Indonesia

Adanya gerakan kesadaran emansipasi di kalangan wanita Indonesia yang dipelopori

Kartini melalui gagasan idealismenya telah memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap

kemunculan kesadaran nasional di kalangan wanita Indonesia. Dalam pentas perjalanan sejarah

nasional Indonesia, fenomena emansipasi wanita tidak hanya membawa dampak terhadap

perlunya perhatian akan pentingnya pemberian pendidikan kepada kaum wanita Indonesia.

Seiring dengan kegiatan pendidikan yang diberikan kepada kaum wanita, kemunculan gerakan

emansipsi wanita yang dipelopori Kartini ternyata telah memberikan kontribusi di dalam

mendorong kemunculan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kebangsaan di kalangan kaum

wanita.

Secara singkat Susanto Tirtoprodjo mengemukakan bahwa Kartini adalah wanita yang

memiliki kesadaran nasional. Kebenaran pendapat itu dibuktikan dengan isi kutipan dari dua

surat R.A. Kartini yang berisi agar monopoli penjualan candu oleh pemerintah harus

dihapuskan, karena penghisapan candu dipandangnya sebagai hal yang melemahkan kesehatan

rakyat Indonesia. Yang kedua, mengenai tawaran beasiswa kepada Kartini untuk melanjutkan

pendidikannya di Nederland. Tawaran itu ditolak dengan alasan, bahwa pada waktu itu wanita

Page 24: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

24

Indonesia tidak biasa melanjutkan pendidikannnya, namun ia menganjurkan supaya pemerintah

Hindia Belanda lebih banyak memberikan kesempatan kepada pemuda-pemuda Indonesia untuk

melanjutkan studinya di luar negeri (Susanto Tirtoprodjo, 1961: 7-8).

Memang R.A Kartini selama hidupnya tidak pernah mengadakan kegiatan pergerakan

yang berhubungan dengan wanita, tetapi kemunculan pergerakan kewanitaan di Indonesia pada

dasawarsa tahun 1920-an pada kenyataannnya memiliki keterkaitan langsung dengan ide-ide atau

gagasan yang pernah dikemukakan R.A. Kartini.

Sebagai manifestasi keberhasilan pendidikan yang telah dirintis oleh R.A. Kartini, pada

tahun 1912 M di Jakarta berdiri organisasi wanita pertama yang bernama Puteri Mardhika (A.K.

Pringgodigdo, 1992: 23). Organisasi wanita ini didirikan dengan tujuan untuk memajukan

pendidikan anak-anak terutama anak-anak perempuan. Dalam organisasi itu diajarkan berbagai

keterampilan yang sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan kewanitaan. Selain itu

ditanamkan pula pesan-pesan yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai kesadaran

berbangsa dan bernegara.

Kemunculan organisasi kewanitaan yang pertama ini telah memberikan dampak yang

positif. Setelah organisasi Puteri Mardhika eksis dengan aktivitas-aktivitasnya di dalam

memajukan derajat kaum wanita Indonesia, kehadiran organisasi kemudian diikuti oleh

organisasi-organisasi wanita lainnnya yang kemudian berdiri di berbagai daerah di Indonesia.

Menurut A.K. Pringgodigdo, dalam masa pertama dari pergerakan Indonesia, pergerakan wanita

hanya berjuang untuk mempertinggi kedudukan sosial. Soal-soal politik seperti hak pemilihan

dan kemerdekaan tanah air sama sekali belum menjadi tema pembicaraan. Paham tentang budi

pekerti, keagamaan dan adat masih menjadi rintangan terbesar baginya untuk dapat bertindak ke

arah lebih jauh (Ading Kusdiana, 19985-6).

Di antara organisasi-organisasi yang berdiri itu, terdapat organisasi-organisasi wanita

yang berdiri sendiri, dan ada pula organisasi-organisasi wanita yang menjadi bagian dari partai

politik atau organisasi–organisasi lainnnya yang anggotanya laki-laki. Pada organisasi

kewanitaan yang disebutkan terakhir ini, biasanya organisasi tersebut merupakan perkumpulan

atau gerakan nasional yang merupakan bagian dari wanita. Kemudian muncul organisasi wanita

yang merupakan bagian dari organisasi seperti Jong Java, Jong Islamieten Bond, Partai Sarekat

Islam Islam, Muhammadiyah dengan Aisyiahnya dan lain-lain.

Page 25: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

25

Pada mulanya organisasi-organisasi wanita tersebut merupakan organisasi yang bergerak

dalam bidang agama, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan. Pada organisasi wanita keagamaan

dikembangkan kegiatan-kegiatan pengajian. Kemudian pada organisasi wanita katolik dikupas

soal-soal kontribusi wanita pada gereja. Selain itu dikembangkan kegiatan mengumpulkan dan

mengadakan pasar amal. Selanjutnya orientasi gerakan organisasi–organisasi ini dalam

perkembangannnnya, kemudian menjadi berubah. Setelah timbulnya kesadaran nasional di

kalangan wanita, maka sifat organisasi wanita turut berubah. Sifat sosial-ekonomi lambat laut

hilang. Organisasi-organisasi wanita mulai terbawa arus politik.

Pada tanggal 17 Desember 1927 M partai-partai politik yang merupakan partai gerakan

nasional telah berfusi dalam suatu badan politik Permupakaan Perhimpunan Politik

Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Terjadinya peristiwa ini telah memberikan imbas terhadap

keberadaan organisasi-organisasi wanita di Indonesia, sehingga pada tanggal 22 Desember 1928

M organisasi-organisasi wanita di Indonesia, mengadakan Kongres I wanita Indonesia di

Yogyakarta. Dalam kongres itu hadir organisasi-organisasi wanita dari Budi Utomo, Sarekat

Islam, Puteri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulyo, Jong Islamieten Bond bagian Wanita,

Aisyiah, Wanita Taman Siswa dan Jong Java bagian wanita. Kongres ini memutuskan untuk

membentuk suatu badan yang dapat mengintegrasikan organisasi-organisasi wanita di seluruh

Indonesia. Oleh karena itu selang kemudian berdirilah suatu badan yang diberi nama Perikatan

Perempuan Indonesia (PPI). Peristiwa ini merupakan momentum peristiwa yang bersejarah bagi

kaum wanita Indonesia , karena tanggal 22 Desember dapat dipandang sebagai tanggal

berfungsinya organisasi-organisasi wanita di seluruh Indonesia. Selain itu, pada tanggal ini

dapat dikatakan sebagai hari lahirnya kesadaran nasional dalam perkumpulan ataupun

organisasi kewanitaan, karena pada saat itu sejumlah besar wanita Indonesia dengan jiwa besar

telah ikut berpartisipasi untuk melupakan berbagai ikatan yang berbau suku, agama, ras dan

antargolongan (SARA). Tekad mereka hanya satu yaitu wanita Indonesia bersatu (Slamet

Mulyana, 1986: 111).

Pada tahun 1930 keberadaan gerakan wanita Indonesia sudah merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari gerakan nasional. Masing-masing kaum wanita merasa wajib untuk

ikut serta memperjuangkan hak dan martabatnya sesuai bakat, qodrat dan kemampuannnya.

Kaum wanita Indonesia menyadari bahwa wajib membantu suaminya dalam memperjuanghkan

nasib bangsanya. Kemajuan dan kejayaan bangsa sudah menjadi tugas bersamanya.

Ditegaskannnya pula, bahwa sudah sewajarnya kalau wanita Indonesia mulai menerjunkan diri

dalam bidang politik, kendati pun bidang kerjanya sosial dan menjadi anggota perkumpulan

Page 26: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

26

sosial. Kaum wanita Indonesia juga tidak boleh ketinggalan dalam gerakan untuk mewujudkan

rasa kesadaran nasional (nasionalisme), sebab tanpa keterlibatan bersama tidak mungkin

kesadaran nasional dapat tercapai.

Selanjutnya pada tahun 1935 tepatnya dari tanggal 20 sampai 24 Juli, di Jakarta telah

diselenggarakan Kongres Perikatan Isteri Indonesia II. Dalam kongres ini diperoleh keputusan

penting yaitu menetapkan kegiatan kongres perempuan Indonesia, setiap tiga tahun sekali.

Selain itu ditetapkan bahwa dasar kongres perempuan Indonesia adalah nasionalisme,

sosialisme dan kewanitaan. Ditegaskannnya pula bahwa wanita Indonesia harus menjadi wanita

negaranya, artinya bahwa setiap wanita Indonesia wajib memiliki kesadaran nasional dan

menyadari panggilannnya untuk ikut serta dalam pembentukkan bangsa Indonesia baru (Slamet

Mulyana, 1986: 112).

Pada tanggal 23-28 Juli 1938 Kongres Perempuan Indonesia telah diselenggarakan di

Bandung. Kongres ini dipimpin oleh Ny. Puradiredja dari Pasundan Isteri. Salah satu keputusan

penting yang diambil dalam Kongres III ini adalah tuntutan agar kepada kaum wanita

Indonesia diberi hak dalam pemilihan anggota dewan, baik pada saat memilih maupun dipilih.

Keinginan ini dapat terlaksanakan. Dalam tahun itu juga telah ada wanita Indonesia yang

terpilih sebagai anggota Dewan. Demikian sejak saat itu dalam masa pergerakan dalam bidang

politik wanita Indonesia sedikit demi sedikit sudah mencapai hasil prestasi yang gemilang.

Keterlibatan Wanita dalam Revolusi Kemerdekan dan Pembangunan di Alam

Kemerdekaan

Kontribusi dan partisipsi kaum wanita Indonesia dalam pentas perjalanan sejarah nasional

Indonesia tidak pernah pudar. Sekalipun Indonesia pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang,

perjuangan yang dilakukan kaum wanita Indonesia tidak pernah berhenti untuk eksis.

Tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri. bangsa

Indonesia telah berhasil menjadi bangsa yang merdeka. Kemerdekaan yang diperoleh bangsa

Indonesia bukan pemberian bangsa asing. Kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia benar-

benar hasil perjuangan kolektif yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Tidak terkecuali

dalam hal ini adalah kaum wanita.

Page 27: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

27

Sesuai dengan jiwa kesadaran nasional yang dimiliki wanita Indonesia yang sudah

dimiliki sebelumnya, partisipsi wanita Indonesia dalam perjuangan mendirikan republik ini

sangat besar. Ketika Indonesia diproklamasikan sebagai negara yang merdeka, kita dapat

menyaksikan peran kaum wanita Indonesia di dalam mendampingi para founding father untuk

turut membidani kelahiran negeri ini. Munculnya figur S.K. Trimurti atau Fatmawati Soekarno

yang bersama-sama turut terlibat dan menjadi saksi dari detik-detik proklamasi telah

mengindikasikan bahwa peran kaum wanita Indonesia tidak kecil. Keberadaan mereka bisa

merefresentasi keberadaan kaum wanita Indonesia bahwa wanita Indonesia memang tidak pasif.

Banyak di antara mereka yang menjadi pendorong semangat dari para suaminya di belakang

layar untuk senantiasa teguh di dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Begitu

juga tidak jarang banyak di antara wanita Indonesia yang menerjunkan diri dalam laskar-laskar

kewanitaan untuk terjun di medan-medan pertempuran untuk bersama-sama bahu membahu

mempertahankan Republik ini (M.C. Ricklef, 1994: 315-316).

Sejak 17 Agustus 1945 sampai sekarang Indonesia telah menjadi negara yang merdeka.

Sebagai sebuah negara yang merdeka, maka yang menjadi fokus perhatiannnya di alam

kemerdekaan adalah bagaimana mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan dalam rangka

mewujudkan sebuah masyarakat yang adil dan berkemakmuran. Sesuai dengan tujuannya itu,

pembangunan Indonesia bagaimanapun menuntut keterlibatan semua komponen dari setiap

potensi yang ada. Di tengah kompleksitas kesulitan yang dihadapi, negara ini mesti dibangun

bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Bila dicermati, setelah selama lebih enam dekade Indonesia merdeka ada sinyalemen

bahwa peran wanita Indonesia di dalam mengisi kemerdekaan lebih bertendensi seakan-akan

mengalami kurang berperan dan cenderung termarginalisasi. Hal ini tampak dari masih kurang

meratanya akan peran kaum wanita yang bisa banyak menempati dalam berbagai lini atau sektor

kegiatan pembangunan. Memang telah ada wanita Indonesia yang menjadi wanita karier, seperti

guru, dosen, polisi, militer, bupati, wakil bupati, gubernur, bankir, menteri, pimpinan partai,

anggota legislatif, bahkan menjadi presiden dan wakil presiden. Kendati demikian dilihat dari

prosentasenya secara umum tingkat partisipisinya masih kecil. Hal ini menunjukkan belum

sebanding antara partisipasi mereka dengan jumlahnya secara kuantitas, padahal jumlah kaum

wanita di Indonesia hampir sama bahkan bisa jadi jauh lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah kaum laki-laki.

Page 28: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

28

Potret wanita Indonesia tempo dulu pasti berbeda dengan potret wanita Indonesia zaman

sekarang. Potret kaum Wanita Indonesia, kini sudah banyak yang mengenyam pendidikan tinggi.

Idealnya kaum wanita di era sekarang sesuai dengan pendidikan dan kualitas yang dimilikinya

dapat bersama-sama dengan kaum laki-laki untuk bisa membawa negara ini ke arah

pembangunan dan perubahan kemajuan yang lebih baik. Bila Kartini dulu telah berhasil

meletakan pondasi yang kuat di dalam usaha memajukan kaum wanita melalui emansipasi dan

perhatian terhadap pendidikan, maka dalam konteks sekarang kaum wanita Indonesia bersama

kaum laki-laki dituntut untuk bisa menghasilkan karya-karya yang besar dan bermanfaat dengan

mengabdikan dirinya bagi kemajuan pembangunan dan kemakmuran negeri ini.

Kesetaraan Gender dan Signifikansinya dalam Usaha Memperjuangkan Hak-hak Kaum

Wanita

Pada substansinya masa depan negara Indonesia, hari ini dan ke depan ada di tangan

generasi yang hidup saat ini. Di tengah kompleksitas berbagai permasalahan yang dihadapi

negara Indonesia telah menuntut partisipasi seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama

membangun negeri ini. Begitu pun dengan keikutsertaan kaum wanita di dalamnya. Mau tidak

mau, keterlibatan mereka sangat penting, apalagi dengan keberadaan mereka yang dapat

dipandang sebagai salah satu asset yang sangat potensial.

Seperti yang telah dikemukaan dalam uraian sebelumnya, bahwa dewasa ini tingkat

partisipasi wanita Indonesia dalam kegiatan pengelolaan pembangunan di Indonesia masih

kurang. Secara umum keterlibatan kaum wanita dalam setiap sektor roda kegiatan pembangunan

masih banyak dipegang dan ditempati kaum laki-laki. Dengan gambaran kondisi ini,

bagaimanapun tuntutan tentang perlu adanya kesetaraan akan peran kaum laki-laki dan wanita

tidak perlu ditawar-tawar lagi. Kaum wanita Indonesia mulai saat ini sudah waktunya untuk dapat

duduk bersama dalam kesetaraan untuk memainkan peran yang aktif bersama kaum laki-kali.

Munculnya tuntutan di kalangan kaum wanita akan pentingnya keterlibatan peran kaum

wanita sebagai sebuah semangat dari kesetaraan gender dalam berbagai bidang tampaknya sah-

sah saja. Dalam kondisi sekarang keterlibatan mereka memang sangat diperlukan. Sementara itu

sumber daya manusia di kalangan kaum wanita Indonesia sendiri sudah jauh lebih baik. Dengan

demikian munculnya semangat akan perlunya kesetaraan akan peran kaum wanita pada dasarnya

Page 29: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

29

merupakan hak setiap kaum wanita Indonesia untuk memperjuangkan hak-haknya sesuai dengan

kodratnya. Dalam konteks ini, maka sudah sewajarnya kaum laki-laki pun memberikan

kesempatan yang besar kepada kaum wanita untuk dapat berkiprah di mana saja.

Potensi dan Prospek Wanita Indonesia : Sebuah Analisis Historis

Dalam sebuah adagium terungkap: belajarlah dari sejarah! Dengan mempelajari sejarah

orang akan memperoleh pengetahuan akan berbagai kejadian atau peristiwa di masa lalu untuk

dijadikan sebagai sebuah refleksi, pelajaran dan hikmah bagi kehidupan di masa kini. Dengan

mempelajari sejarah, orang akan bersikap bijak di dalam menatap kehidupan di masa yang akan

datang. Terkait dengan adagium ini yang kemudian dihubungkan dengan keberadaan kaum

wanita Indonesia terdapat beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama, bila menengok jauh ke

belakang dengan menelusuri jejak-jejak sejarah perjuangan yang telah dilakukan oleh kaum

wanita Indonesia di dalam meningkatkan harkat, derajat dan martabat kehidupannnya sebenarnya

keberadaan kaum wanita Indonesia tidak dapat dipandang sebagai makhluk yang pasif, tetapi

sebaliknya di dalam diri mereka terkandung berbagai bakat dan potensi untuk menjadi insan yang

maju. Sebenarnya hanya karena kungkungan adat dan budaya yang tidak kondusif yang

menyebabkan potensi kaum wanita di Indonesia tidak berkembang. Apa yang dilakukan Kartini

dan pejuang-pejuang wanita lainnya yang telah melakukan terobosan dan langkah-langkah

brilian di masa pergerakan dapat menjadi teladan bahwa wanita Indonesia bisa maju dan aktif

berkiprah bersama-sama membangun negeri.

Kedua, saat ini Indonesia merupakan negara yang besar dan kaya dengan sumber-sumber

kekayaan alam dan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar, di mana kaum wanita

terdapat di dalamnya merupakan asset yang potensial untuk dapat memajukan negeri ini. Namun

demikian, sangat ironis secara umum Indonesia masih mengalami ketertinggalan-ketertinggalan

dalam berbagai bidang. Pengelolaan-pengelolaan sumber kekayaan alam masih banyak yang

mempergunakan tenaga-tenaga asing sementara pemberdayaan sumber daya manusia belum bisa

berjalan secara maksimal. Dengan keadaan seperti ini, keterlibatan kaum wanita untuk banyak

berperan di dalamnya sebagai manifestasi dari semangat kesetaraan gender sudah merupakan

tuntutan sekaligus sebagai tugas yang harus mulai ditanamkan dari sejak dini. Dengan demikian,

Page 30: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

30

bagi kaum wanita Indonesia jalan sangat terbuka untuk dapat bersama-sama berpartisipasi dalam

kesetaraan membangun dan mengelola negara ini.

Ketiga, kaum wanita Indonesia dengan jumlahnya yang besar, di masa mendatang masih

memiliki potensi dan prospek yang besar untuk maju. Hanya saja ke semua ini sangat berpulang

kepada semangat perubahan yang dimilikii oleh kaum wanita itu sendiri. Jika kaum wanita

Indonesia mau berpikiran maju dalam kesetaraan maka para wanita harus berusaha untuk bisa

merubah paradigma berpikirnya. Logikanya, jika Kartini pada masanya kurang lebih seabad yang

lalu bisa melakukan langkah-langkah brilian dan cemerlang yang kemudian dapat menyadarkan

kaum wanita sesudahnya, mengapa tidak kaum wanita sekarang melakukan terobosan-terobosan

baru untuk memperjuangkan semangat kesetaraan gender sebagai sebuah haknya? Bukankah

dalam konteks sekarang sistem, ruang dan kesempatan sudah sangat terbuka bagi kaum wanita

untuk banyak berkiprah di berbagai bidang kehidupan.

Penutup

Demikian tulisan tentang emansipasi wanita, kesadaran nasional dan kesetaraan jender di

pentas sejarah nasional Indonesia. Semoga dapat menjadi sebuah refleksi historis bagi wanita

Indonesia akan peranannya di masa mendatang untuk melangkah lebih dinamis dan hidup lebih

progresif.

DAFTAR PUSTAKA

Kartodirdjo, Sartono. 1968. “Peristiwa dan Tokoh dari Sejarah Pergerakkan Nasional”

dalam Lembaran Sejarah, No. 2 , hlm. 58.

-------------------------. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakkan

Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kusdiana, Ading. 1998. “Lahirnya Hari Ibu” dalam Majalah Media Pembinaan, No.

9/XXV, Bulan Desember, hlm. 5-6.

Page 31: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

31

Mulyana, Slamet. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan.

Jakarta: PT Inti Idayu Press.

Ricklef, M.C. 1994. Sejarah Indonesia Modern, Terj. Dharmono Hardjowidjono,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi

1908-1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pringgodigdo, A.K. 1992. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian

Rakyat.

Tirtoprodjo, Susanto. 1961. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta : PT

Pembangunan.

Page 32: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

32

SEJARAH PERKEMBANGAN MASYARAKAT MENURUT ISLAM:

PANDANGAN MURTADHA MUTHAHHARI DAN KRITIKNYA TERHADAP

MATERIALISME SEJARAH

Widiati Isana

[email protected]

Abstrak

Perbedaan mendasar pandangan Islam dengan selain Islam (terutama kapitalisme dan

sosialisme) adalah tentang realisme, yaitu kenyataan yang hakiki. Kapitalisme dan

sosialisme berakar pada realisme material (materialisme), sebagai suatu pandangan

yang tidak mengakui hakikat kenyataan selain materi (matter) yang bisa diraba, diamati,

dan diukur. Islam memandang bahwa hakikat yang immaterial merupakan fondasi bagi

kenyataan yang bersifat material. Demikian juga pandangan Islam terhadap fakta

sejarah perkembangan masyarakat berbeda dengan materialisme. Materialisme

(materialisme sejarah) memandang bahwa sejarah perkembangan masyarakat pada

hakikatnya adalah perkembangan materi, dan didorong oleh faktor-faktor yang ada

dalam hubungan-hubungan atau bentuk-bentuk produksi materi, sedangkan Islam

memandang bahwa perkembangan masyarakat pada utamanya didorong oleh hakikat

yang bersifat ruhani.

Kata-kata Kunci

Perkembangan, Masyarakat, Materialisme, Sejarah

Pendahuluan

Muthahhari, sebagaimana menurut Haidar Bagir, adalah seorang ulama besar Iran

yang telah banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori filsafat dan ilmu-ilmu Islam

berdasarkan pendekatan filsafat dan irfan, yang diterima dari guru utamanya,

Thabathabai dan Khomeini. Pemikiran-pemikirannya telah mengantarkan dia menjadi

sosok ulama Islam peletak dasar-dasar epistemologi ilmu Islam yang khas, dan secara

Page 33: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

33

jelas menentang berbagai pemikiran atas dasar materialisme dari Barat. Berbagai

gagasannya terkait dengan agenda besar dalam rangka mencerahkan dunia Islam.

Muthahhari mencurahkan banyak perhatian terhadap teori-teori yang menjelaskan

realitas masyarakat dan perkembangannya berdasarkan pendekatan Islam sebagaimana

pesan al-Qur’an dan al-Sunnah, dan tentunya dengan pemaham filosofis dan irfani.

Pemikiran-pemikiran Muthahhari lebih ditujukan untuk mempertahankan teori-teori yang

dikembangkan berdasarkan semangat monoteisme (tauhîd), yang mencakup berbagai

ruang lingkup kajian, seperti bidang filsafat manusia, pengetahuan ilmiah, agama, politik,

sejarah dan masyarakat. Dalam bidang sejarah perkembangan masyarakat, Muthahhari

selain mengemukakan pemikiran-pemikirannya pada tataran filosofis, juga pada tataran

teoretis dan praktis.

Masa hidup Muthahhari berada pada pergulatan pemikiran materialisme,

khususnya marxisme yang mendominasi Iran pada saat itu. Dengan demikian buah

pemikirannya banyak berdialog untuk memberikan kritik bantahan atas marxisme.

Marxisme percaya bahwa proses perubahan masyarakat berlangsung melalui

tahap komunisme primitif, zaman perbudakan, zaman feodalisme, beralih ke zaman

kapitalisme, terus ke sosialisme dan yang terakhir ke komunisme. Zaman yang terakhir

inilah (komunisme) yang menurut Marx merupakan muara terakhir dalam perkembangan

sejarah umat manusia. Laju perkembangan masyarakat secara bertahap seperti demikian

merupakan kemutlakan yang tidak bisa dihindari sebagai akibat laju produksi materi-

materi ekonomi masyarakat, sehingga hukum ini disebut determinisme historis (M.

Amien Rais, 1994: 102).

Sejarah pertumbuhan umat manusia berlangsung melalui corak yang berbeda dari

zaman ke zaman. Ketika zaman komunis primitif, Marx membagi kelas masyarakat itu

menjadi dua kelas, yaitu kelas yang tertindas dan kelas yang menindas. Pada zaman

perbudakan kelas penindas adalah master (majikan, sang tuan), sedangkan yang ditindas

adalah para budak yang menjual tenaganya. Di masa feodalisme, yang menindas adalah

kaum tuan tanah yang kaya raya, dan yang ditindas adalah para petani, buruh tani yang

mengerjakan sawah atau lahan milik tuan tanah tersebut.

Page 34: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

34

Ketika perkembangan sejarah umat manusia bergerak dari feodalisme ke zaman

kapitalisme, masyarakat dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas kapitalis sebagai penindas

dan kelas proletariat sebagai tertindas. Sedangkan ketika zaman sosialis, kelas-kelas

sudah mulai mengalami pergeseran, yaitu kelas-kelas masih ada tetapi tidak terlalu tajam

perbedaannya, karena ada suatu kediktatoran yang dinamakan kediktatoran proletariat.

Para diktator secara kolektif menguasai negara dengan mengatasnamakan kaum proletar

untuk mengikis habis sisa-sisa kelas penindas, yang terdiri atas kaum borjuis kecil.

Adapun ketika sejarah umat manusia dalam masyarakat komunis, menurut Marx

tidak akan ada lagi kelas penindas dan kelas yang tertindas, semuanya sama rata sama

rasa. Komunis merupakan muara terakhir dalam perjalanan umat manusia. Bahkan Marx

menyebutkan bahwa masyarakat komunis akan bisa mengembangkan bakatnya secara

utuh, sehingga potensi dan bakat manusia bisa dikembangkan setinggi-tingginya.

Manusia akan mengalami kehidupan yang serba senang tanpa ada masalah-masalah yang

menyertainya.

Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa pokok pikiran Muthahhari tentang

sejarah, terutama kritik-kritiknya terhadap teori materialisme sejarah, berdasarkan sumber

pokok karya Muthahhari yang cukup populer “Social and Historical Change: An Islamic

Perspective”, sebagai terjemahan dari bahasa Persia oleh R. Champbell.

Hakikat Sejarah

Menurut Muthahhari, ada tiga definisi sejarah yang saling berkaitan, yaitu sebagai

sejarah naratif (narative history), sejarah ilmiah (scientific history), dan filsafat sejarah

(philosophy of history). Pembagian tiga definisi sejarah ini berkaitan dengan kritik

Muthahhari terhadap materialisme sejarah, yang dianggap rancu dan terjadi tumpang

tindih dalam menentukan ruang lingkup bahasan sejarah, dan jelas-jelas dianggap

bertentangan dengan pandangan Islam. Bagi Muthahari baik sejarah naratif, sejarah

ilmiah, maupun filsafat sejarah mempunyai nilai manfaat untuk memahami karakteristik

kemanusiaan dari berbagai aspeknya. Namun demikian Muthahhari dalam berbagai

Page 35: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

35

pemikirannya tentang sejarah lebih banyak mencurahkan perhatian untuk memahami

sejarah ilmiah dan filsafat sejarah berdasarkan pesan-pesan al-Quran dan al-Sunnah.

Sejarah Naratif (Narative History)

Sejarah naratif (narative history) adalah pengetahuan tentang berbagai kejadian,

peristiwa, dan kondisi manusia di masa lampau yang berbeda dengan keaadaan saat ini.

Sejarah naratif membahas fakta-fakta khusus tentang serangkaian fenomena pribadi dan

perorangan (individual), yang tidak dihubung-hubungkan dengan hukum-hukum yang

bersifat menyeluruh; bersifat naratif (telaah atas riwayat-riwayat dan tradisi-tradisi),

bukan ilmiah; merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang ada (“being”), bukan

pengetahuan tentang menjadi ada (“becoming”); berhubungan dengan masa lampau,

bukan masa kini. Sejarah naratif, merupakan objek kajian (ontologi) sejarah ilmiah dan

filsafat sejarah, dan secara aksiologis berguna sebagai teladan dan pelajaran di masa

lampau untuk kehidupan masa kini. Al-Quran menegaskan bahwa dalam sejarah pribadi

Rasulullah Muhammad SAW terdapat teladan moral dan kamanusiaan, sebagaimana

ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21 (Murtadha Muthahhari, 1986: 37-38)

.

Sejarah Ilmiah (Scientific History)

Sejarah ilmiah (scientific history) adalah pengetahuan tentang hukum-hukum dan

norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat di masa lampau, yang diperoleh

melalui penelitian, penyelidikan, dan analisis terhadap kejadian-kejadian dan peristiwa di

masa lampau. Objek kajian sejarah ilmiah adalah sejarah naratif. Sejarawan mengkaji

objek-objek telaahan berupa bukti-bukti catatan tentang peristiwa di masa lampau, yang

fenomenanya tidak dapat diuji dengan pengulangan peristiwa. Cara kerja sejarawan

berbeda dengan ilmuan bidang pengetahuan alam yang menelaah fenomena-fenomena

nyata saat ini dan dapat membuktikannya dengan pengulangan, atau perlakuan

(intervensi) uji coba. Kajian ilmiah bagi sejarawan adalah didasarkan analisis logis,

Page 36: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

36

rasional, dan mental, oleh karena itu pekerjaan sejarawan lebih mendekati pekerjaan

filosof daripada sebagai ilmuan.

Dalam rangka mengkritisi kebenaran sejarah ilmiah seperti itu, Muthahhari secara

epistemologis mengajukan beberapa pertanyaan berikut: 1) Apakah rangkaian peristiwa

yang diungkap dalam sejarah naratif bisa dipercaya dan ajeg (valid dan reliabel)? 2) bila

jawabannya “ya” serta hakikat dan karakter masyarakat tidak bergantung kepada

individu, maka dari peristiwa-peristiwa sejarah naratif dapat diperoleh kesimpulan umum

berupa hukum dan aturan umum tentang hubungan sebab akibat. 3) Faktor apa yang

menjadi dasar adanya perubahan dalam sejarah masyarakat? Sejarah ilmiah pada

umumnya meyakini bahwa materi-lah yang merupakan dasar utama adanya perubahan.

Materi adalah penyebab, sedangkan masyarakat adalah akibat. Disebabkan oleh adanya

perubahan pada struktur materi, maka struktur masyarakat juga berubah. Dalam kata lain

faktor ekonomi merupakan penyebab utama perubahan masyarakat. Pendekatan sejarah

dengan dasar materi tersebut disebut “materialisme sejarah atau materialisme dialektis”.

Muthahhari sangat tidak setuju dan mengkritik terhadap materialisme sejarah.

Materialisme sejarah menggunakan lima dasar teoretik, yaitu: 1) keutamaan materi

daripada jiwa (matter over spirit), 2) keutamaan kebutuhan material daripada kebutuhan

ideal (ruhaniyah), 3) keutamaan tindakan daripada pikiran, 4) keutamaan eksistensi sosial

daripada eksistensi individual manusia, dan 5) keutamaan aspek-aspek material

masyarakat daripada aspek-aspek idealnya (Murtadha Muthahhari, 1986: 43-51).

Materialisme sejarah bardasarkan anlalisis Muthahhari, dapat disimpulkan dalam

enam pokok, yaitu: 1) menurut materialisme sejarah cara paling baik dan terpercaya

untuk menelaah dan menganalisis peristiwa-peristiwa sejarah dan masyarakat ialah

menyelidiki fondasi ekonominya; 2) hukum yang menguasai sejarah itu menentukan, tak

dapat diganggu gugat dan di luar kehendak manusia; 3) setiap periode sejarah secara

evolutif berbeda dengan periode lainnya, baik dalam watak maupun dalam sifat; 4)

perkembangan alat-alat produksi menimbulkan pemilikan pribadi, dan terbaginya

masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas penghisap dan terhisap (penindas dan

tertindas); 5) peranan ideologi, bimbingan, propaganda, dan nasihat hanya efektif untuk

menggerakkan masyarakat secara terbatas sesuai tujuan yang dikehendaki pada kelasnya.

Page 37: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

37

6) semua figur, pemimpin, pembimbing, dan pahlawan revolusi pada hakikatnya timbul

dari kelas tertindas (Murtadha Muthahhari, 1986: 106-121).

Menelaah, menganalisis, dan menyimpulkan hukum-hukum yang ada pada

berbagai peristiwa sejarah menurut Islam, sebagaimana dikemukakan Muthahhari, adalah

berkaitan dengan menyelidiki faktor-faktor yang sesungguhnya mampu menggerakkan

perubahan sejarah, yang mencakup: 1) psikologis–rohani individu anggota masyarakat, 2)

kekuatan dan ke-universalan ideologi Islam, 3) asal-usul kemasyarakatan dan keagamaan,

4) pentingnya struktur rohani masyarakat, 5) kepemimpinan pribadi unggul, dan 6)

kepastian kemenangan bagi pembela nilai-nilai kebenaran ilahiyah.

1. Pentingnya aspek ruhani (psikologis)

Beberapa ayat al-Quran mengemukan bahwa ruh (jiwa) bagi manusia merupakan

kenyataan yang hakiki, sebagai faktor utama penggerak jasad. Materi sama sekali tidak

mendahului rohani. Eksistensi kebutuhan rohani dan dorongan rohani dalam diri manusia

tak bergantung pada kebutuhan materialnya. Pikiran dan kerja adalah sama-sama

fundamental. Personalitas psikis manusia jauh lebih penting dibanding personalitas

sosialnya. Al-Qur'an menegaskan bahwa fitrah manusia adalah fundamental. Fitrah

bahkan terdapat juga pada diri orang-orang yang kemanusiaannya telah merosot

sedemikian rupa seperti Fir’aun. Musa diutus untuk membangkitkan fitrah kemanusiaan

Fir’aun untuk melawan kepribadian kemasyarakatannya yang buruk. Musa berusaha

membangkitkan sisa-sisa kemanu-siaan yang ada pada diri Firaun untuk melawan

kepribadian kemasyarakatannya. “Pergilah kepada Fir’aun; dia telah melampaui batas.

Dan katakanlah, ‘Adakah keinginan padamu untuk membersihkan diri, dan bahwa aku

hendak membimbingmu menuju Tuhanmu, maka kamu akan takut” (Q.S. 79: 17-19).

Al-Quran percaya pada kekuatan dan nilai bimbingan, nasihat, teguran,

peringatan, hujjah dan penalaran logis (yang dalam al-Quran disebut hikmah,

kebijaksanaan). Menurut al-Quran, sarana-sarana ini dapat mengubah seseorang,

mengubah jalan hidupnya, mengubah kepribadiannya, dan menciptakan perubahan ruhani

dalam dirinya. Pendekatan ini bertentangan dengan Marxisme dan materialisme, yang

membatasi peranan bimbingan hanya sebagai jalan untuk menimbulkan kesadaran akan

pertentangan kelas dan watak kelas.

Page 38: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

38

Dengan demikian seseorang beriman atau menjadi kafir, bukan oleh karena

kesadaran yang diakibatkan oleh keadaan materialnya (jasad). Demikian pula adanya

perbedaan antara kelompok masyarakat yang beriman dan berbuat kebajikan, dengan

kelompok masyarakat yang kafir dan berbuat kerusakan adalah bukan sebagai akibat

adanya pertentangan antara kelompok masyarakat yang banyak harta (kelas penindas),

dengan kelompok yang serba kekurangan materi (kelas tertindas).

Menurut Muthahhari, pernyataan bahwa al-Quran telah membagi masyarakat

yang terdiri dari dua kelas material dan dua kelas ruhaniah yang saling bersesuaian, dan

bahwa konfrontasi antara kaum beriman dengan kaum kafir mencerminkan konflik

mendasar antara kaum tertindas dan kaum penindas, adalah tidak benar. Tipe persamaan

ini sama sekali tak diabsahkan oleh al-Quran. Al-Quran mengukuhkan tidak adanya

persamaan seperti itu. Isteri Fir’aun, yang kisahnya diungkapkan dalam Surat al-Mu‘min,

meski sebagai rekan hidupnya dan sama mengecap hidup mewah dengan Fir’aun, adalah

seorang beriman sejati kepada Allah (QS. 66: 11).

Bangkitnya Musa as., sebagaimana diungkapkan oleh al-Quran, bertentangan

dengan materialisme sejarah. Musa adalah dari suku Israil —ia bukan orang Mesir, bukan

pula keluarga Fir’aun— tetapi Musa dibesarkan sejak masa bayinya sebagaimana putra

mahkota dalam rumah tangga Fir’aun. Musa juga, yang dibesarkan oleh Fir’aun, yang

bangkit melawan sistem tirani pengasuhnya, suatu sistem yang di tengah-tengahnya ia

dibesarkan, mencampakkan Fir’aun dan memilih bekerja sebagai gembala pada si orang

tua Median, sampai ia dipilih oleh Allah menjadi nabi, ketika ia, secara resmi,

berkonfrontasi dengan Fir’aun.

Nabi Muhammad saw. adalah yatim ketika masih kanak-kanak, dan hidup dalam

kemiskinan sampai mudanya. Baru setelah menikah dengan Khadijah, ia menjadi

makmur dan kaya (Q.S. 93: 6-8). Dalam masa kemakmuran inilah Nabi saw.

mencurahkan waktunya untuk berdoa dan tafakur dalam kesunyian. Menurut doktrin

materialisme sejarah, dalam periode ini semestinya Nabi telah berubah menjadi seorang

pembela gigih status quo-nya. Namun, dalam masa inilah ia mulai mendakwahkan risalah

revolusionernya, bangkit melawan para kapitalis, para penghisap Makkah, dan bangkit

menentang praktik penyembahan berhala yang melambangkan kehidupan bobrok masa

itu. Demikian pula al-Quran memaparkan berbagai pandangan tentang orang-orang

Page 39: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

39

tertindas tidak beriman yang terkena siksaan Allah (QS. 4: 97; 14: 21; 34: 31-37; 40: 47-

50). Jadi, tidak semua orang beriman itu tertindas, tidak pula semua orang tertindas itu

beriman.

2. Kekuatan dan keuniversalan ideologi Islam

Ideologi Islam bersumber dari Allah dan sesuai dengan keuniversalan fitrah

manusia, oleh karenanya seruan Islam ditujukan kepada manusia pada umumnya untuk

menerima kebenaran yang sesuai dengan tuntutan fitrah. Berbagai seruan ayat al-Qur’an

dengan menggunakan ungkapan nâs (umat manusia) merupakan seruan kepada manusia

terhadap keumuman fitrahnya.

Bagi kalangan yang sepakat dengan konsep materialisme sejarah, ungkapan nâs

yang digunakan Al-Quran, diartikan massa tertindas, sehingga dianggap bahwa Al-Quran

mengakui konsep kesadaran kelas, massa tertindas sebagai satu-satunya kelas yang

mampu menyambut seruan Islam, ideologi Islam berorientasi kelas, dan berarti bahwa

Islam merupakan agama massa tertindas.

Sesungguhnya tidak ada kamus yang mengartikan "nâs" massa tertindas. Kata ini

juga tidak digunakan oleh orang Arab dalam pengertian itu. Sesungguhnya kata ini tidak

menunjukkan kelas. Al-Qur'an menyatakan: “Mengerjakan haji adalah kewajiban

manusia (nâs) terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke

Baitullah” (QS, 3: 97). Islam berpihak kepada nilai-nilai kesetaraan, kesamaan, dan

keadilan, yang tujuan prinsipnya ialah mewujudkan nilai dan prinsip manusiawi

(Murtadha Muthahhari, 1986: 98, 108, 119).

Penegasan Muthahhari tentang universalisme Islam, sesungguhnya merupakan

pembenaran terhadap ideologi Islam sebagai kekuatan penggerak perubahan sejarah pada

seluruh lapisan masyarakat, seperti adanya revolusi.

3. Asal-usul kemasyarakatan dan keagamaan

Muthahhari menegaskan bahwa asal-usul kemasyarakatan dan keagamaan adalah

sejalan dengan awal sejarah manusia. Kemasyarakatan dan keagamaan bukan muncul

dari basis material, sebagai produk ekonomi, yaitu sebagai akibat ketertindasan kelas

ekonomi lemah. Al-Quran tidak pernah menyatakan bahwa para pemimpin, para nabi,

dan para syahid berasal dan kalangan tertindas. Kata umiyyin dalam al-Quran (62: 2)

Page 40: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

40

adalah bentuk jamak dari kata ummi yang berarti seorang yang tak bisa membaca. Ummi

berasal dari umm, bukan ummah. Terlebih lagi, arti kata ummah ialah suatu masyarakat

yang terdiri atas berbagai kelompok berbeda, dan tidak dapat digunakan untuk

menunjukan ‘massa serba kekurangan’.

Sementara bagi kalangan yang telah menyimpangkan ayat-ayat al-Quran kepada

falsafah materialisme, al-Qur’an (62:2; 28:75) menunjukkan bahwa para pemimpin, para

pembaru (mushlihun), para pejuang di jalan Allah, para syuhada’ dan, akhirnya, para nabi

serta utusan Allah, muncul dari kalangan massa, bukan dari kalangan mewah, orang-

orang kaya dan kelas manja. Hal ini menunjukkan bahwa asal-usul kemasyarakatan dan

keagamaan adalah dasar ekonomi, yaitu dari ketertindasan kelas ekonomi lemah. Agama

merupakan produk sejarah material; seperti halnya filsafat, seni, dan ilmu pengetahuan,

agama juga muncul sebagai akibat dari tuntutan ekonomi yang sesusai dengan situasi

dan kondisi masyarakatnya. Oleh karena itu Agama selalu merupakan pengabsahan

terhadap perjuangan setiap kelas dalam masyarakat, sehingga ada dua jenis penyakit, dua

pola pikir filosofis, dua sistem moral, dua gaya seni, dan dua jenis sastra, dua pandangan

hidup, dan terkadang bahkan dua jenis pengetahuan ilmiah.

Marx secara pribadi, menerima dua pengecualian dari prinsip ini: agama dan

negara merupakan ciptaan khusus kelas penindas dan digunakan olehnya sebagai alat

penindasan. Agama dan negara dipaksakan kepada kelompok tertindas. Karena itu, tidak

pernah ada di mana pun dua sistem pemerintahan atau agarna.

Menurut Muthahhari, agama senantiasa ada di dunia, baik dalarn bentuk agama

tauhid atau kesyirikan, atau keduanya ada pada saat bersamaan. Dia menolak berbagai

pendapat sebagaimana dinyatakan oleh kebanyak sosiolog, yang menyatakan bahwa

ketauhidan dicapai melalui proses sejarah, atau sebaliknya, agama berawal dari

ketauhidan berproses menuju kemusyrikan (Murtadha Muthahhari, 1986: 99, 108-109).

Agama merupakan kenyataan yang tidak akan berakhir sepanjang sejarah manusia,

karena agama memiliki dua keistimewaan sekaligus, yaitu sebagai kebutuhan fitrah

manusia, dan sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi kebutuhan fitrah manusia

(Murtadha Muthahhari, 1995: 44). Agama adalah fitrah, yang Allah ciptakan dalam diri

manusia satu kesatuan dua macam fitrah yang tidak bisa dipisahkan. Pertama, fitrah

idrakiyah, yaitu fitrah manusia untuk dapat menerima penalaran pikiran tentang konsep-

Page 41: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

41

konsep agama, khususnya tauhid. Sedangkan fitrah yang kedua adalah fitrah merasa (al-

fithrah al-ihsasiyyah), yaitu menghadapkan diri kepada Allah dan agama dengan

perasaan-perasaan dan kesadaran fitri. Dengan demikian, merupakan fitrah manusia

untuk mengetahui dan cenderung serta tertarik kepada Allah (Murtadha Muthahhari,

2001: 197-197).

4. Pentingnya Struktur Rohani Masyarakat,

Tujuan utama para nabi ialah menegakkan keadilan dan persamaan, memperkuat

hubungan manusia dengan Allah melalui keimanan dan pengetahuan. Menurut al-Quran

(3: 64): “Marilah kepada suatu kata bersama antara kami dan kamu, bahwa tidak kita

sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan tidak

sebagian dari kita menjadikan sebagian lain sebagai tuhan selain Allah....”. Lebih jelas

lagi, sejarah dakwah Rasul Muhammad S.A.W, mengawali dakwahnya dengan menyeru

ummat manusia ke jalan tauhid selama 13 tahun periode Mekah, dan baru pada perbaikan

kesejahteraan masyarakat selama 10 tahun periode Madinah.

Kalangan materialisme sejarah meyakini bahwa tujuan tersebut hakikatnya adalah

gerakan pada infrastruktur, karena ‘sasaran antara’ missi para nabi adalah pembangunan

infra-struktur (ekonomi) dan baru kemudian pembangunan supra-struktur (aqidah dan

akhlak). Mereka mendasari dengan hadits "Barangsiapa tidak memiliki sarana

penghidupan, maka dia akan gagal di akhirat"; "Ya Allah, anugerahi kami roti yang

banyak, karena kalau tidak ada roti, maka kami tidak mungkin bersedekah, juga kami

tidak bisa shalat." Dalam hal ini mereka telah membuat dasar yang tidak layak untuk

mendukung argumentasi yang dikemukakannya (Murtadha Muthahhari, 2001: 99-100,

109-110).

5. Kepemimpinan pribadi unggul

Dalam setiap perubahan sejarah, pribadi seseorang yang unggul dan menjadi

sosok pemimpin revolusioner memiliki peranan penting. Muthahhari meyakini bahwa

keunggulan pemimpin revolusioner, merupakan fakta bahwa mereka adalah manusia

sempurna, pikiran dan sentimen mereka sepenuhnya matang. Dalam kenyataan, semakin

sempuma manusia, semakin kecil keberkaitan dan kebergantungannya pada lingkungan

alam dan masyarakatnya serta keadaan-keadaan material, dan semakin besar

Page 42: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

42

kebebasannya. Logika para nabi merupakan logika dinamis, rasional dan tak terikat adat

serta tradisi, bukanlah hasil keterpaksaan dan refleksi dari rasa kepapaan mereka oleh

keharusan sejarah. Demikian pula penentang para nabi menggunakan logika konservatif,

dan dari kelas berkelimpahan, istimewa dan penghisap, Al-Quran menganggap bahwa

ragam pemikiran ini merupakan logika para pemimpin kaum penentang, para mala’ dan

mustakbirun yang, oleh Marx, dipandang sebagai para pemilik dan penyalur hasil-hasil

pemikiran masyarakat.

Menurut Muthahhari, para nabi memiliki tiga peranan penting dalam sejarah.

Pertama, pendidikan yang dapat menunjang pencapaian kesadaran sosial, kedua,

pengukuhan kesepakatan dan perjanjian dalam kehidupan sosial. Agama yang dibawa

para nabi telah memerankan sebagai sumber nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Ketiga,

pembebasan dari penindasan sosial, sebagai peran paling mendasar para nabi, dengan

berjuang, menentang kediktatoran, penindasan, dan memerangi wakil-wakil para

penentang terhadap perintah-perintah Tuhan. Demikian juga, orang-orang berbakat dan

unggul berperanan penting dalam perubahan masyarakat, untuk membawa masyarakat

kepada situasi yang lebih baik (Murtadha Muthahhari, 1991: 25-26, 143-144).

6. Kepastian kemenangan bagi pembela nilai-nilai kebenaran ilahiyah

Keadaan tertindas (istidh’af) bukan jaminan akan pencapaian kemenangan.

Istikhlaf (suksesi kepemimpinan) sebagai perwujudan kemenangan pasti bagi upaya

mewujudkan nilai-nilai kebenaran dari kesempurnaan ilahiyah.

Dalam Al-Quran, Surat an-nur (24), ayat 55, mengemukakan:

"Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu yang

mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia, sungguh, menjadikan yang sebelum

mereka menggantikan (yang lain), dan bahwa Dia, sungguh, akan menegakkan

bagi mereka agama mereka yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan akan

menganugerahi mereka keselamatan sebagai ganti ketakutan. Mereka tetap

menyembah-Ku, dengan tidak mempersekutukan apa pun dengan-Ku”.

Dalam ayat ini, yang dijanjikan kemenangan akhir, sebagai khalifah Allah serta

pewaris bumi, tak pelak lagi adalah kaum beriman yang saleh. Dengan kata lain, ayat ini

menjanjikan kemenangan akhir bagi manusia yang telah mencapai kekukuhan iman,

mengejawantahkan kebenaran dan ketinggian watak. Salah satu cakupan kemenangan

yang dijanjikan itu ialah ‘pengganti di bumi’, yakni merebut wewenang dari para

Page 43: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

43

penguasa dan kekuatan-kekuatan sebelumnya. Cakupan lainnya ialah tegaknya aturan

agama, yakni terejawantahkannya semua nilai etika dan kemasyarakatan Islam, seperti

keadilan, ketakwaan, keberanian, pengorbanan diri, cinta, ibadah kepada Allah, kesetiaan,

kesucian jiwa, dan sebagainya.

Kekuatan penggerak sejati di balik perjuangan-perjuangan ini bukanlah kenaikan

suatu kelas tertentu, tetapi dorongan alami dan naluriah manusia untuk mencapai

kebenaran dan untuk memahami misteri keberadaan dan hasratnya akan keadilan, yang

bertujuan menciptakan suatu tatanan ideal masyarakat. Dasar berpijak perkembangan

sejarah bukanlah perjuangan-perjuangan untuk kepentingan kelas dan keuntungan

material, tetapi perjuangan ideologi dan ruhani yang berdasarkan keimanan kepada Allah.

Filsafat Sejarah

Filsafat sejarah adalah pengetahuan tentang tahapan dan hukum-hukum yang

menggerakkan transformasi (perubahan) dan perkembangan masyarakat. Filsafat sejarah

menjelaskan proses pembentukan masyarakat (the science of becoming societies), bukan

sekedar tentang masyarakat yang ada (being). Sebagaimana dikemukakan Muthahhari

landasan utama filsafat sejarah menurut Islam adalah prinsip basis spiritual masyarakat

lebih utama dibanding basis materialnya, sebagaimana diungkapkan al-Qur'an:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS, 13: 11). Dengan kata lain, Allah tidak

mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak mengubah semangat atau jiwa

mereka. Ayat ini dengan tegas menolak teori kekuatan materialisme sejarah (Murtadha

Muthahhari, 1991: 38, 126).

Hukum-hukum tentang transformasi dan perkembangan masyarakat dalam

penjelasan filsafat sejarah mencakup empat masalah pokok, yaitu: 1) strategi

mempengaruhi masyarakat, 2) terminologi aliran, 3) kondisi-kondisi yang diterima, dan

4) kejayaan dan keruntuhan suatu masyarakat. Berbagai sudut pandang aliran pemikiran

memberikan fokus perhatian yang berbeda terhadap keempat masalah pokok tersebut.

Berikut ini merupakan penjelasan Muthahhari atas berbagai pandangan tersebut dan

menurut pandangan Islam (Murtadha Muthahhari, 1991: 126-136).

Page 44: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

44

1. Strategi mempengaruhi masyarakat

Setiap aliran pemikiran menyampaikan pesan pandangan dasarnya untuk

mempengaruhi masyarakat agar mencapai tujuan yang diharapkannya, dan melakukan

tekanan moral untuk memobilisasi mereka.

Selama perkembangan sejarah setiap aliran pemikiran juga menyajikan

pengesahan moralitas atas perilaku kekerasan dalam menyebarkan doktrin yang sesuai

dengan pandangan masing-masing tentang evolusi sejarah dan perkembangan manusia.

Menurut Islam, yang bermoral bukan saja kontak damai dan misi yang bersahabat

dan banyak membantu, tetapi terkadang penggunaan kekuatan juga bisa bermoral. Islam

menganggap memerangi kekerasan dan tirani sebagai kewajiban suci, dan memandang

jihad yang berarti perlawanan bersenjata, dalam keadaan tertentu, adalah wajib. Islam

berpikir dengan bahasa spiritual, oleh karena itu Islam percaya pada kekuatan argumen

dan nasihat. Penggunaan kekuatan terhadap kelompok anti-kemajuan baru dibolehkan

kalau cara-cara damai, seperti meyakinkan orang dengan argumen rasional, sudah

digunakan dan ternyata gagal. Para nabi baru menggunakan kekuatan setelah cara-cara

damai menemui kegagalan.

Tujuan missi Islam adalah pertama, membangkitkan kesadaran manusia akan

tanggung jawabnya. Metode yang digunakan untuk menyebarkan missinya adalah

menempatkan pentingnya keyakinan tentang Allah SWT sebagai sumber, dan keyakinan

tentang adanya Hari Kebangkitan. Surat-surat Al-Qur'an yang turun di Mekah selama 13

tahun pertama misi Nabi Muhammad saw hampir tidak membicarakan pokok masalah

lain selain tentang Tuhan sebagai Sumber dan tentang Hari Kebangkitan.

Dalam kategori kedua, ajaran Islam mengarahkan perhatian manusia kepada

martabat dan posisi unggulnya sendiri. Manusia bukanlah binatang yang pada awalnya

persis seperti primata lainnya, namun manusia begitu piawai dalam bertahan hidup

sehingga setelah beratus-ratus juta tahun posisinya jadi seperti sekarang ini. Dalam diri

manusia ada nuansa ruh ilahiah, yang di hadapannya para malaikat bersujud. Meskipun

ada sifat-sifat hewaniah seperti hawa nafsu dan sifat buruk, manusia itu sendiri tetap

merupakan esensi murni yang menentang penumpahan darah, kebohongan, kerusakan,

Page 45: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

45

kehinaan, kebencian, kekerasan dan tirani. Manusia merupakan perwujudan kemuliaan

(kekuatan) ilahiah. Al-Qur'an mengatakan: “Kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-

Nya dan orang-orang mukmin” (QS, 63: 8).

Tahap ketiga adalah tahap kesadaran akan hak dan tanggung jawab sosial. Dalam

Al-Qur'an dijumpai beberapa contoh yang menekankan hak yang hilang dengan tujuan

mendorong orang untuk melakukan gerakan. Al-Qur'an mengatakan:

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang

yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, yang semuanya

berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dan negeri ini (Mekah) yang zalim

penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami

penolong dari sisi-Mu!" (QS, 4: 75).

Dalam ayat ini, untuk meyakinkan orang agar berjihad, dua nilai spiritual mendapat

penekanan: (1) gerakan mereka adalah demi Allah. (2) orang-orang tak berdaya tengah

ditindas oleh tiran.

Islam juga memandang harta kekayaan, dan kehormatan dari segi nilai-nilai

manusiawinya. Menurut hadits, seseorang yang terbunuh karena membela

kehormatannya atau hartanya, maka dia dianggap syahid yang mengorbankan jiwanya

demi Allah SWT. Namun demikian Islam membenci orang-orang yang menimbun harta

atau untuk serakah. Islam hanya memintanya untuk mempertahankan hak-haknya. Juga,

bila Islam memandang wajib mempertahankan kehormatan, itu karena Islam memandang

kehormatan sebagai nilai sosial tertinggi dan memandang manusia sebagai penjaga nilai

ini.

2. Terminologi Ideologi

Setiap mazhab mengidentifikasi pengikutnya dengan nama khusus. Misalnya,

teori rasial mempunyai ciri khas penganutnya, sehingga bila mereka mengatakan "Kami",

maka yang mereka maksud adalah orang kulit putih. Teori Marxis adalah teori pekerja.

Bila mereka mengatakan "Kami", maka yang mereka maksud adalah pekerja. Kaum

Kristiani menganggap diri mereka berasal dari person Kristus, seakan-akan mereka tidak

Page 46: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

46

memiliki doktrin atau ideologi. Tanda identitas mereka adalah mereka mencari Kristus

dan ingin bersamanya.

Ciri khas Islam adalah sesuai dengan arti Islam, yaitu tunduk kepada Allah. Kaum

Muslim adalah umat yang tunduk kepada Allah, kepada kebenaran dan kepada wahyu

dan ilham yang datang dari cakrawala kebenaran dan disampaikan kepada orang-orang

yang sangat mulia.

3. Syarat untuk Menerima

Agar bisa terjadi perubahan masyarakat, pandangan berbagai aliran pemikiran

mensyaratkan sebab-sebab, kondisi, dan rintangan-rintangan gerakan sejarah yang sesuai

dengan konsepsinya mengenai mekanisme gerakan sejarah.

Islam berpendapat bahwa syarat-syarat yang mendukung kemajuan dan rintangan

yang menghalangi jalannya kemajuan adalah berkisar seputar apa yang disebut kondisi

murni fitrah manusia. Dalam berbagai ayat al-Quran, disebutkan beberapa kondisi

seperti: mempertahankan kesucian asasi (“petunjuk bagi mereka yang takwa” –QS, 2: 2);

sinyal hati nurani yang muncul dari rasa tanggung jawab dan kewajiban terhadap dunia

(“orang-orang yang takut akan Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya” –QS,

21: 49, “yang takut kepada Tuhan Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya” –QS,

36: 11); karakter hakiki (fitrah) yang hidup (“untuk memberikan peringatan kepada orang

yang hidup hatinya” –QS, 36: 70).

Islam berpandangan bahwa dakwahnya diterima oleh orang-orang yang bersih,

yang punya rasa tanggung jawab dan hidup wajar. Beda dengan sifat-sifat ini, Islam

menyebutkan sifat-sifat seperti kerusakan rohani dan moral, dosa hati, karat hati, hati

yang tertutup, hilangnya kemampuan untuk memahami kebenaran yang tersembunyi, hati

yang tak peduli, rusaknya jiwa, mengikuti adat dan kebiasaan leluhur, mengikuti jejak

sesepuh dan tokoh, berbuat berdasarkan dugaan, dan seterusnya. Al-Qur'an memandang

semua itu merintangi perkembangan masyarakat dan gerakan masyarakat menuju

Page 47: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

47

kedamaian, kemakmuran dan kemenangan. Hidup berlebihan dan mewah juga dianggap

sebagai perintang, karena hidup seperti ini mengubah manusia menjadi hewan.

4. Jaya dan Jatuhnya Masyarakat

Setiap aliran pemikiran mengemukakan pandangan mengenai maju dan

mundurnya masyarakat, yang sejalan dengan pandangan tentang masyarakat, dan

mengenai gerakan evolusi sejarah dan kehancurannya.

Al-Qur'an, khususnya berkenaan dengan kisah dan anekdot yang berkaitan

dengan masalah-masalah ini, menjelaskan pada umumnya empat faktor yang

menyebabkan jaya dan jatuhnya suatu masyarakat.

a) Keadilan dan Kezaliman

Hal ini sudah disebutkan secara tidak langsung oleh Al-Qur'an dalam banyak

ayatnya, antara lain QS, 28: 2: "Sesungguhnya Fir'aun mengagungkan dirinya di muka

bumi, dan memecah belah kaumnya menjadi kasta-kasta. Sebagiannya dia tindas, dia

bunuh anak laki-laki mereka dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.

Sesungguhnya dia termasuk orang yang berbuat kerusakan." Al-Qur'an menggambarkan

Fir'aun sebagai orang yang berbuat kerusakan. Gambaran ini menunjukkan bahwa tirani

sosial seperti yang dilakukan Fir'aun, dapat menghancurkan fondasi masyarakat.

b) Persatuan dan Perpecahan

Ayat 103 dari Surat Âli 'Imrân mendesak agar bersatu atas dasar iman dan

berpegang kuat pada tali Allah SWT. Ayat 105 dari Surat yang sama mengatakan, "Dan

janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih." Penegasan

yang sama juga ada pada ayat 65 dan 153 dari Surat al-An'âm, dan ayat 46 Surat Al-

Anfal.

Page 48: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

48

c) Menaati atau Mengabaikan Perintah Allah tentang Amar Makruf Nahi Munkar

Banyak ayat al-Qur'an menekankan perlunya menaati perintah Allah tentang amar

makruf nahi munkar. Orang yang mengabaikan kewajiban penting ini akan hancur dan

dilupakan. Alasan Bani Isra'il kehilangan rahmat Allah adalah “Mereka satu sama lain

selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruk

apa yang selalu mereka perbuat itu” (QS, 5: 79).

d) Kerusakan Moral dan Tidak Peduli Hukum

Banyak ayat al-Qur'an yang mengungkapkan akibat kerusakan moral dan tidak

peduli hukum. Sebagiannya menggambarkan hidup mewah sebagai penyebab

kehancuran.

Metodologi Sejarah Islami

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Muthahhari menegaskan tentang

pentingnya basis ketauhid dalam memahami kenyataan, termasuk dalam memahami

berbagai peristiwa sejarah. Penentu sejarah adalah basis ruhaniah yang didasarkan atas

keyakinan terhadap ke-Esaan Allah SWT. Dasar ketauhidan dapat megatur kehidupan

manusia dalam berbagai aspeknya, terutama dalam mewujudkan moralitas manusia.

Marxisme memandang bahwa kepastian sejarah ditentukan oleh kesadaran kelas

masyarakat pekerja. Berdasarkan pendekatan metodologi materialisme sejarah, revolusi

Iran tahun 1979 disimpulkan Zayar, “Khomeini dan kaum fundamentalis mustahil akan

pernah mendapatkan kekuasaan jika tidak berkat adanya gerakan kaum buruh. Dengan

demikian untuk mencapai keberhasilan suatu revolusi diperlukan pengorganisasian kelas

pekerja untuk mencapai kesadaran sebagai kelas tertindas dan bersedia berkonflik dengan

kelas penindas.

Page 49: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

49

Islam memandang bahwa perilaku bermoral adalah dari dasar ketundukan dan

kepatuhan, serta berbagai upaya untuk mencapai keridha-an Allah SWT. Berdasarkan

‘metodologi sejarah Islami’ yang dikembangkan berdasarkan irfan-nya Muthahhari

(Murtadha Muthahhari, 1993: 13-17), untuk mencapai kesadaran manusia yang hakiki

adalah dari hikmah nadhariyyah, yaitu kesadaran yang dibentuk dari pemikiran manusia

untuk mencapai keindahan dan moralitas agama, dan hikmah ‘amaliyah, sebagai bentuk

kesadaran yang menimbulkan tindakan individu dan sosial (Murtadha Muthahhari, 1993: 5,

15). Allah sebagai yang hakiki, dan sumber bagi segala yang ada. Perubahan-perubahan

sejarah terjadi sebagai upaya manusia untuk mewujudkan kehendak ilahi di muka bumi.

Penutup

Muthahhari telah banyak memberikan perhatian terhadap faktor-faktor sejarah

berdasarkan pemahaman Islami, yang jelas memiliki perbedaan yang kontras dengan

pandangan-pandangan materialisme. Perwujudan tauhid adalah inspirasi gerakan

perubahan di masyarakat di manapun dan sampai kapanpun, sejalan dengan fitrah

manusia yang tidak akan pernah berubah di setiap waktu dan tempat, yang diwujudkan

dalam berbagai pemikiran. Bagi Muthahhari pemikiran adalah tujuan hidup itu sendiri,

karena berpikir sejalan dengan titah agama. Pemikiran Islam adalah Islam, bukan

kapitalisme atau sosialisme. Islam memiliki ciri yang khas yang berbeda dari pemikiran

lainnya dengan ketauhidan.

Ketegasan pilihan Muthahhari merupakan sesuatu yang kontras dengan para

pemikir seperti Rodinson, yang menunjukkan tidak ada pilihan di antara dua alternatif

pemikiran tentang sejarah perkembangan masyarakat, yaitu kapitalisme atau sosialisme.

Tidak ada pilihan ketiga, seperti Islam, karena Islam meskipun memainkan peranan yang

berarti dalam politik, namun selalu berwajah konservatif. Dengan demikian bila

mengharapkan perubahan sejarah dalam dunia islam, mesti menentukan pilihan antara

kapitalisme atau sosialisme (Leonard Binder, 1988: 212). Menurut Rodinson, termasuk di

kawasan Timur Tengah bila diharapkan terjadi kemerdekaan yang sejati, maka

sosialisme-lah solusinya (Maxim Rodinson, tt: 463-464).

Page 50: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

50

Muthahhari yakin, berdasarkan pandangan Islam, orang-orang yang menjunjung

tinggi nilai-nilai ketauhidan, keadilan, dan tatanan masyarakat berdasarkan keimanan

akan tetap mewarisi dunia, serta mengalahkan tirani-tirani yang menentangnya.

Fundamen masyarakat adalah nilai-nilai ruhaniahnya bukan pada material ekonominya.

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamain, Ervan. Iran between Two Revolutions. Princeton,

New Jersey: Princeton University Press. 1983.

Bagir, Haidar. Membincang Metodologi Ayatullah Murtadha

Muthahhari: Sebuah Uraian Pengantar. 1994

(http://icas-indonesia.org).

Binder, Leonard. Islamic Liberalism: A Critique of

Development Ideologies. Chicago and London: The

University Of Chicago Press. 1988.

Burke, Edmund, III. “Islam and Social Movement:

Methodological Reflections,” Islam, Politics, and

Social Movements. eds. Edmund Burke, III, and Ira M.

Lapidus. Berkeley and Los Angeles: University of

California Press. 1988.

Gellner, Ernest, Membangun Masyarakat Sipil Prasyarat

Menuju Kebebasan, terjemahan Ilyas Hasan.

Bandung: Mizan. 1995.

Marx, Karl and Fredrich Engels. ‘Materialism and the Theory

of Ideology,’ Three Sociological Traditions: Selected

Readings, ed. Randall Collins, New York: Oxford

University Press. 1986.

Mutahhari, Ayatullah Murtaza. Social and Historical Change:

An Islamic Perspective, translated from the Persian by

R. Campbell , Berkeley: Mizan Press, 1986.

Muthahhari, Murtadha. Filsafat Kenabian terjemahan Ahsin

Mohammad. Jakarta: Pustaka Hidayah. 1991.

Muthahhari, Murtadha. Fitrah, terjemahan H. Afif

Muhammad. Jakarta: PT. Lentera Basritama. 2001.

Muthahhari, Murtadha. Perspektif Al-Quran tentang Manusia

dan Agama, suntingan terjemah dari beberapa buku

berbahasa Inggris dan Arab karya Murtadha

Muthahhari oleh Haidar Bagir, Bandung: Penerbit

Page 51: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

51

Mizan. 1995.

Muthahhari, Murtadha. الحكمة العملية terjemah dalam bahasa

Arab oleh ‘Abbas Nuruddin, Beirut: Dar al-Mahabbah

al-Baidho. 1993.

Muthahhari, Murtadha. العرفان terjemah dalam bahasa Arab oleh

‘Abbas Nuruddin, Beirut: Dar al-Mahabbah al-Baidho.

1993.

Rais, M. Amien. Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta.

Bandung: Penerbit Mizan. 1994.

Rodinson, Maxim. “Marxism and Socialism,” An Anthology of

Contemporary Midle Eastern History. ed. Syafiq

Mughni. Montreal: Indonesia-Canada Islamic Higher

Education Project. tt.

Sewell, Rob. Peran Penting Individu dalam Masyarakat,

penerjemah Ted Sprague., 2007

(www.marxist.com/peran-penting-individu-

masyarakat.html).

Turner, Jonathan H. The Structure of Sociology Theory.

London: The Dorsey Press, 1974.

Page 52: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

52

PERKEMBANGAN ISLAM LIBERAL

DI INDONESIA

Samsudin

[email protected]

Abstrak

Pemikiran Liberal berkembang seiring dengan sekularisme. Sejak masuknya

kolonialisme di Indonesia pemikiran liberal selalu dihadapkan dengan Islam, yang oleh

Snouck Hurgronje dikategorikan sebagai Islam Politiek. Kebijakan-kebijakan politik

sekuler memberi ruang cukup potensial bagi perkembangan liberalisme di Indonesia,

baik liberalisme di bidang politik, ekonomi, atau pun agama. Dalam bidang agama,

liberalisme mewujud dalam modernisme (paham pembaruan), yang berpandangan

bahwa ajaran agama harus ditundukkan di bawah nilai-nilai peradaban Barat. Wacana

pemikiran Islam liberal diawali dengan gerakan pemikiran yang berlangsung di pusat-

pusat kegiatan intelektual di Arabia dan Mesir. Dengan semangat kembali kepada al-

Qur’an dan al-Sunnah, ajaran Islam harus dibersihkan dari pengaruh adat dan tradisi,

termasuk pengaruh dari para ulama-ulama besar pada waktu Islam menguasai

peradaban dunia. Perubahan zaman menuntut dibukanya pintu ijtihad. Umat Islam harus

mempelajari masa lalu dengan sikap kritis, adil dan tidak mesti dipertentangkan.

Pandangan keagamaan yang terbuka, plural dan humanis adalah salah satu nilai-nilai

pokok yang mendasari suatu kehidupan yang demokratis dan liberal.

Kata-kata Kunci

Islam, Pemikiran, Liberal, Sekular

Pendahuluan

Sejarah masuknya pemikiran liberal di Indonesia seiring dengan perkembangan

sekularisme di dunia. Sekularisme sebagai akar liberalisme masuk secara paksa ke Indonesia

melalui proses penjajahan, khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip negara sekular

telah termaktub dalam Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan

bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama

atau mencampuri urusan agama (Aqib Suminto, 1986: 27).

Prinsip sekular dapat ditelusuri pula dari rekomendasi Snouck Hurgronje kepada

pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politiek, yaitu kebijakan pemerintah kolonial dalam

menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan ini menindas Islam sebagai ekspresi politik.

Inti Islam Politiek adalah : (1) dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya

Page 53: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

53

memberi kebebasan, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda; (2) dalam

bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat kebiasaan masyarakat agar

rakyat mendekati Belanda; (3) dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah harus

mencegah setiap upaya yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam (Aqib

Suminto, 1986: 12).

Politik Etis yang dijalankan penjajah Belanda di awal abad XX semakin menancapkan

liberalisme di Indonesia. Salah

satu bentuk kebijakan itu disebut unifikasi, yaitu upaya mengikat negeri jajahan dengan

penjajahnya dengan menyampaikan kebudayaan Barat kepada orang Indonesia.

Pendidikan, sebagaimana disarankan Snouck Hurgronje, menjadi cara manjur dalam

proses unifikasi agar orang Indonesia dan penjajah mempunyai kesamaan persepsi dalam aspek

sosial dan politik, meski pun ada perbedaan agama (Deliar Noer, 1991: 183).

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 seharusnya menjadi momentum untuk

menghapus penjajahan secara total, termasuk mencabut pemikiran sekular-liberal yang

ditanamkan penjajah. Tapi sayang sekali ini tidak terjadi.

Revolusi kemerdekaan Indonesia hanyalah mengganti rejim penguasa, bukan mengganti

sistem atau ideologi penjajah. Pemerintahan memang berganti, tapi ideologi tetap sekular.

Revolusi ini tak ubahnya seperti Revolusi Amerika tahun 1776, ketika Amerika memproklamirkan

kemerdekaannya dari kolonialisasi Inggris. Amerika yang semula dijajah lantas merdeka secara

politik dari Inggris, meski sesungguhnya Amerika dan Inggris sama-sama sekular.

Ketersesatan sejarah Indonesia itu terjadi karena saat menjelang proklamasi (seperti

dalam sidang BPUPKI), kelompok sekular dengan tokohnya Soekarno, Hatta, Ahmad Soebarjo,

dan M. Yamin telah memenangkan kompetisi politik

melawan kelompok Islam dengan tokohnya Abdul Kahar Muzakkir, H. Agus Salim, Abdul Wahid

Hasyim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso. (Endang Saifuddin Anshari, 1997: 42). Jadilah Indonesia

sebagai negara sekular.

Karena sudah sekular, dapat dimengerti mengapa berbagai bentuk pemikiran liberal

sangat potensial untuk dapat

Page 54: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

54

tumbuh subur di Indonesia, baik liberalisme di bidang politik, ekonomi, atau pun agama. Dalam

bidang ekonomi, liberalisme ini mewujud dalam bentuk sistem kapitalisme (economic

liberalism), yaitu sebuah organisasi ekonomi yang bercirikan adanya kepemilikan pribadi (private

ownership), perekonomian pasar (market economy), persaingan (competition), dan motif

mencari untung (profit) (Ebenstein & Fogelman, 1994: 148).

Dalam bidang politik, liberalisme ini nampak dalam sistem demokrasi liberal yang

meniscayakan pemisahan agama dari negara sebagai titik tolak pandangannya dan selalu

mengagungkan kebebasan individu (Audi, 2002: 47). Dalam bidang agama, liberalisme mewujud

dalam modernisme (paham pembaruan), yaitu pandangan bahwa ajaran agama harus

ditundukkan di bawah nilai-nilai peradaban Barat (Said, 1995: 101).

Tokoh-Tokoh Liberal Indonesia

Komaruddin Hidayat dalam tulisannya Islam Liberal di Indonesia dan Masa Depannya

(Republika, 17-18 Juli 2001) memasukkan Soekarno dan Hatta sebagai tokoh-tokoh Islam Liberal

(Husaini & Hidayat, 2002: 34). Benar, Komaruddin Hidayat tidak sedang mengigau, Soekarno dan

Hatta memang tokoh liberal di Indonesia karena keduanya ngotot menyerukan sekularisme

bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Soekarno adalah seorang sekular. Pada tahun 1940 Soekarno pernah menulis artikel Apa

Sebab Turki Memisah Agama dari Negara, yang mempropagandakan sekularisme Turki sebagai

suatu teladan yang patut dicontoh (Deliar Noer, 1991: 302).

Beberapa buku telah ditulis khusus untuk membongkar sekularisme Soekarno, seperti

buku Sekularisme Soekarno dan

Mustafa Kamal karya Abdulloh Shodiq (1992) dan buku Islam Ala Soekarno Jejak Langkah

Pemikiran Islam Liberal di Indonesia karya Maslahul Falah (2003).

Hatta juga seorang sekular. Prof. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 menggambarkan

pendirian sekular dari Hatta dalam sidang BPUPKI dengan berkata,"Memang di sini terlihat ada

dua paham, ialah : paham dari anggota-anggota ahli agama, yang menganjurkan supaya

Indonesia didirikan sebagai negara Islam, dan anjuran lain, sebagai telah dianjurkan oleh Tuan

Page 55: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

55

Mohammad Hatta, ialah negara persatuan nasional yang memisahkan urusan negara dan urusan

Islam, dengan lain perkataan: bukan negara Islam." (Endang Saefuddin Anshari, 1997: 27).

Pemikiran Islam Liberal

Wacana pemikiran Islam liberal merupakan bagian dari mata rantai gerakan

pemikiran dunia Islam yang berlangsung selama dua abad. Gerakan ini, menurut Charles

Kurzman (2003: 69), mempunyai pusat-pusat kegiatan intelektual di sekolah terkemuka

yaitu; di Arabia dan Mesir. Kaum muslimin dari seluruh dunia berkunjung ke sana

sebagai jemaah haji di Arabia dan sebagian tinggal sebagai pelajar di Arabia dan Mesir.

Di antara mahasiswa yang belajar di wilayah itu ada yang dari wilayah Nusantara, seperti

Haji Miskin dari Sumatra, Syeh Muhammad Tahir Jalaluddin dari Sumatra-Malaysia,

Ahmad Dahlan dari Jawa-Indonesia, Ahmad Surkati dari Sudan-Indonesia. Setelah

kembali kenegaranya masing-masing, mereka terinspirasi untuk melakukan pembaharuan

di tempat asalnya, dengan mendirikan sekolah-sekolah reformis dan modern di Indonesia.

Ahmad Dahlan merupakan salah satu warga Indonesia yang berhasil bertemu

dengan Rasyid Ridha yang merupakan salah satu tokoh pembaharu di Timur Tengah.

Pertemuan itu menurut Deliar Noer sangat mengesankan bagi Ahmad Dahlan (Greg

Barton, 1999: 9). Beliau membawa gagasan Islam yang relatif baru dan modern itu, ke

tempat asalnya. Kemudian idenya itu di sosialisasikan pada masyarakat umum dan

golongan priyayi. Puncaknya berdirilah organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta.

Dalam organisasi inilah, beliau melakukan gerakan pemurnian ajaran Islam dari pengaruh

tardisional dan mendirikan lembaga pendidikan modernnya.

Upaya Ahmad Dahlan ini diikuti oleh Ahmad Hasan yang mendirikan organisasi

Persatuan Islam (Persis) di Bandung. Organisasi ini memiliki kemiripan dengan

Muhammadiyah yang melakukan pemurnian ajaran Islam dari pengaruh tradisi lokal,

dengan semangat kembali pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Kemudian mereka juga

mendirikan sekolah-sekolah modern.

Corak pemikiran dua organisasi ini bersifat reformis modern, dengan semangat

kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Untuk itu, menurut mereka ajaran Islam harus

dibersihkan dari pengaruh adat atau tradisi, termasuk pengaruh dari para ulama-ulama

Page 56: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

56

besar pada waktu Islam menguasai peradaban dunia. Mereka menganggap bahwa apa

yang telah difatwakan para mujtahid itu sesuai dengan zamannya, sekarang zaman sudah

berubah, sehingga harus di buka lagi pintu ijtihad.

Sebenarnya gerakan reformis modern yang terkenal dengan slogannya kembali pada

al-Qur’an dan al-Sunnah, tetapi menurut Harun Nasution ketemunya hanya soal Qunut,

talkin, ushalli dan lainnya (Harun Nasution, 1983: 189-190). Tidak ada pemikiran yang

langsung di ambil dari al-Qur’an dan al-Sunnah yang bisa merubah masyarakat.

Kemudian menurut Harun, mereka juga membuka pintu ijtihad dan memberikan

kebebasan kepada manusia untuk memahami doktrin Islam, tetapi baru bisa melakukan

tarjih atau membandingkan pendapat ulama terdahulu dengan memilih mana yang lebih

kuat, tema sentralnya hanya di dominasi oleh persoalan fiqh.

Dengan kondisi demikian, pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah masih

sangat terbatas, ini dikarenakan organisasi Muhammadiyah dan Persis yang dianggap

modernis, pada hakekatnya sama dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang dianggap

tradisional, yang bermazhab Asy’ariyah dalam bidang kalam. Menurut Harun Nasution,

Asy’ariyah itu termasuk mazhab kalam yang statis, tidak memberikan kebebasan yang

luas pada kekuatan akal, padahal akallah yang menjadi lambang kekuatan manusia.

Karena akal dapat memilih mana perbuatan baik dan benar, serta mana yang buruk dan

salah. Islam mengalami kejayaan, tidak lepas dari kontribusi pemikiran Mu’tazilah yang

memberikan penghargaan sangat tinggi terhadap akal dan kebebasan manusia (Harun

Nasution, 1983: 92).

Pemikiran Harun Nasution ini, berkembang di lingkungan perguruan tinggi Islam

atau IAIN atau UIN sekarang. Tetapi ada juga yang melakukan kritikan terhadap

pemikirannya, di antaranya Nurcholish Madjid, yang setuju dengan pendapat Harun

bahwa ajaran Islam itu bukan hanya fiqh, tetapi juga teologi. Nurcholish membalikannya,

dengan mengatakan bahwa dalam ajaran Islam itu bukan hanya teologi, yang lebih

banyak mengangkat masalah ketuhanan, tetapi menyeluruh termasuk masalah sosial

kemasyarakatan. Muhammadiyyah telah berhasil meloncat dari persolan teologi ke

persoalan sosial (Nurcholish Madjid, 1992: 46).

Dalam pandangan Nurcholish Madjid, umat Islam harus mempelajari masa lalu

dengan sikap kritis, adil dan tidak mesti dipertentangkan. Untuk itulah perlu ada sikap

Page 57: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

57

menghargai pendapat orang lain, dan inilah yang disebut humanisme dan pluralisme yang

harus di pegang teguh oleh umat Islam. Karena dalam Islam semuanya sepakat bahwa

Allah itu Esa, namun kenyataannya memiliki beberapa interpretasi yang berbeda-beda

(Abdul Halim, 2001: 73).

Perspektif humanisme dan pluralisme itu merupakan salah satu ciri pemikiran

modern Islam. Corak pemikiran ini dikembangkan juga oleh Abdurahman Wahid

terutama kepada warga NU. Sehingga mempengaruhi anggota muda NU dan

memunculkan pemikir baru di lingkungan organisasi itu, seperti yang ada di Jakarta dan

Yogyakarta. Selain dengan pemikiran tentang pluralisme, dia juga terkenal dengan

mengangkat diskursus Islam kultural yang merupakan bagian dari proses demokratisasi

yang di lakukan oleh kalangan Islam bersama dengan kekuatan-kekuatan bangsa lainnya.

Sehingga sebelum Abdurrahman Wahid menjadi presiden beliau sangat terkenal dengan

sebutan ‘bapak demokrasi Indonesia’.

Ketiga pemikir itu, seperti Harun Nasution, Nurcholish Madjid dan Abdurahaman

Wahid dianggap sebagai pembaharu Islam Indonesia yang bercorak neo-modernisme

Islam. Karena mereka menghadirkan tradisi Islam untuk menjawab tantangan modernitas.

Tetapi gerakan pembaharuan mereka menurut Ulil Abshar Abdalla tidak tuntas, mereka

hanya tertuju pada permasalahan sosial-politik-kultural-ekonomi dari sudut ajaran Islam.

Untuk menuntaskan pembahruan itu diperlukan pembebasan (liberasi) pemahaman

terhadap Islam di Indonesia, melalui kritik di wilayah metodologi Islam dan pencarian

terhadap substansi Islam secara lebih mendalam. Mereka juga tidak melakukan

desakralisasi terhadap sumber-sumber khazanah Islam yang selama ini di sakralkan.

Kemudian menurut Ulil Abshar Abdalla (aktivis muda NU), yang berpendapat

bahwa perlu diteruskan gagasan sosial kultural yang sempat terhenti, karena

pendahulunya Abdurahman Wahid tergoda masuk ke wilayah struktural. Ia melakukan

kritik terhadap kalangan Islam yang masih menyimpan suatu imajinasi utopis untuk

tujuan yang bersifat struktural.

Karena tidak tuntasnya pembaharuan pemikiran neo-modernisme itulah,

mengakibatkan pemikirannya tidak sampai kepada masyarakat umum. Masyarakat malah

memilih pemikiran Islam yang bercorak revivalis yang bertentangan dengan pemikiran

neo-modernisme, bahkan akhir-akhir ini muncul kelompok “Islam militan” yang

Page 58: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

58

dipengaruhi juga oleh perubahan politik secara umum. Sejak menganut sistem

multipartai, sehingga muncul partai Islam. Hal ini menimbulkan gejala baru, yakni

penggunaan agama sebagai isu untuk menggalang dukungan massa. Karena begitu

ketatnya, tidak jarang persaingan antar partai berbasis agama untuk menarik dukungan

massa itu menggiring kepada kecendrungan menunjukan sebagai partai yang paling

“berwajah Islam” (Ulil Abshar Abdalla, 2003: 54).

Selain faktor kurang tuntasnya pembaharuan neo-modernisme dan perubahan politik

nasional yang menumbuhkan “Islam militan”. Juga dipengaruhi oleh kepintaran orang

militan sendiri, yang melalui alat-alat komunikasi modern untuk mempengaruhi pendapat

umum. Sehingga walaupun mereka sedikit jumlahnya, sangat agresif dalam menyebarkan

pandangan-pandangan dan sangat mempengaruhi masyarakat.

Selanjutnya menurut Ulil Abshar Abdalla seperti dikutip temannya Luthfi

Assyaukanie, sekali lagi menyatakan bahwa pemikiran Islam neo-modernis yang di

anggap liberal telah gagal total, karena Islam militan sangat mendominasi khususnya

pada priode sekarang, sehingga terjadi saling bunuh antara sesama muslim dan non

Muslim. Serta kekerasan di mana-mana. Sehingga pemikiran liberal telah gagal total

dalam arti luas itu.

Dengan demikian pandangan keagamaan yang terbuka, plural dan humanis adalah

salah satu nilai-nilai pokok yang mendasari suatu kehidupan yang demokratis dan liberal.

Pandangan ini baru sampai pada kalangan akademisi dan kalangan terdidik di kelas

menengah. Kemudian para penyokong gerakan liberal itu, sedikit pengaruhnya

dibandingkan dengan kelompok “Islam militan”. Maka untuk mencegah dominasi

mereka, harus melakukan kampanye guna mendukung dan mengembangkan gagasan

yang terbuka, pluralis dan humanis, dengan bahasa yang populer serta menjangkau

khalayak luas (Ulil Abshar Abdalla, 2002: 4-5).

Mengingat pentingnya mengkampanyekan ide-ide Islam liberal, maka muncullah

kesadaran akan perlunya membentuk organisasi yang khusus mengangkat diskursus

Islam liberal yang pada periode sebelumnya belum dilakukan. Untuk itu maka Ulil

Abshar Abdalla, Luthfi Assyaukanie, Burhanuddin Muhtadi, Anick dan beberapa

intelektual muda lainnya membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL) pada tanggal 8 Maret

2001 di Jakarta.

Page 59: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

59

Selain menggunakan nama JIL, mereka juga sering menamakan Komunitas Utan

Kayu (KIUK). Ini didasarkan pada alamat mereka yang berada di Jalan Utan Kayu No 68

H Jakarta Timur. Meskipun nama itu dipakai dalam iklan “Islam Warna-Warni” yang

disiarkan stasion televisi swasta. Tetapi mereka sendiri menamakan dirinya secara resmi

JIL dalam situs internetnya.

Sedangkan alasan nama organisasinya Islam liberal adalah untuk menggambarkan

prinsip yang mereka anut, yaitu Islam yang menekankan kebebasan pribadi sesuai dengan

doktrin kaum Mu’tazilah tentang kebebasan manusia, dan pembebasan struktur sosial

politik dari dominasi yang tidak sehat dan menindas. Ajektif “liberal” di sana mempunyai

dua makna sekaligus “kebebasan” (being Liberal) dan pembebasan (liberating). Sebagai

catatan, kami tidak percaya pada Islam “as such”, Islam tanpa embel-embel seperti

dikemukan sebagian orang. Islam tidak mungkin tanpa “ajektif”, tanpa kata sifat, sebab

pada kenyataannya Islam mengalami penafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir, dan dengan demikian kami

memilih salah satu “kata sifat” atau ajektif untuk Islam, yaitu “liberal”(Ulil Abshar

Abdalla, 2004: 16).

Keanggotaan JIL

Dalam struktur keanggotaan dan kepengurusan JIL terdiri dari dua bentuk

keanggotaan. Yaitu anggota senior yang menjadi inspirasi atau kontributor. Walaupun

ada anggota yang tidak berhubungan langsung, tetapi pemikirannya dijadikan acuan.

Kemudian anggota yang lainnya yang tidak terikat secara formal dalam organisasi JIL,

karena bersifat kordinatif. Kemudian para kontributor JIL yang di tulis dalam situs

internetnya itu, seperti:

a. Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina Jakarta.

b. Charles Kurzman, University of North Carolina.

c. Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Abdallah Laroui, Muhammad V University, Maroko.

e. Masdar F. Mas'udi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat Jakarta.

f. Goenawan Mohamad, Majalah Tempo Jakarta.

g. Edward W. Said, Columbia University AS.

h. Djohan Effendi, Deakin University, Australia.

i. Abdullahi Ahmad an-Naim, Emory University, Atlanta.

j. Jalaluddin Rakhmat, Yayasan Muthahhari Bandung.

Page 60: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

60

k. Moeslim Abdurrahman Jakarta.

l. Asghar Ali Engineer.

m. Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

n. Mohammed Arkoun, University of Sorbonne Prancis.

o. Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina Jakarta.

p. Arief Budiman, University of Melbourne Australia.

q. Sadeq Jalal Azam, Damascus University Suriah.

r. Said Agil Siraj, PBNU Jakarta.

s. Masdar F. Masudi, LP3M Jakarta.

t. Budi Munawar-Rahman, Yayasan Paramadina Jakarta.

u. Zuhairi Misrawi, P3M Jakarta.

v. Sukidi, Puan Amal Hayati Jakarta.

Sedangkan keanggotaan yang merangkap menjadi pengurus, di antaranya :

Kordinator : Ulil Abshar Abdalla

Anggota : Luthfi Assyaukanie, Nong Darol

Mahmada, Novriantoni, Burhanuddin,

Rizal Malaranggeng, Saeful Mujani,

Hamid Basayib, Taufiq Adnan Amal,

Syamsurizal Pangabean, AE Priyono,

Putut Wijanarko, Ahmad Sahal Ade,

Nirwan Asyuka, Armando, Budi

Munawwar-Rahman, Ihsan Ali-Fauzi,

Anick, Abdul Moqsith Ghazali, Ichan

Loulembah, Robin Bush, Zulfiani

Lubis, al-Asmawi, Ahmad Baso, Zaenal

Abidin, dll.

Program Kerja JIL

Ada beberapa kegiatan atau program kerja yang mereka lakukan untuk

menyebarkan gagasan liberalnya, seperti:

Pertama, Sindikasi Penulis Islam Liberal

Maksudnya adalah mengumpulkan tulisan sejumlah penulis yang selama ini

dikenal (atau belum dikenal) oleh publik luas sebagai pembela pluralisme dan

inklusivisme. Sindikasi ini akan menyediakan bahan-bahan tulisan, wawancara dan

artikel yang baik untuk koran-koran (melalui Jaringan Jawa Pos Group) dan koran-koran

di daerah yang biasanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan penulis yang baik.

Dengan adanya “otonomi daerah”, maka peran media lokal makin penting, dan suara-

suara keagamaan yang toleran juga penting untuk disebarkan melalui daerah ini. Setiap

minggu, akan disediakan tiga artikel untuk koran-koran daerah.

Page 61: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

61

Kedua, Talk-show di Kantor Berita Radio 68 H

Talk-show ini akan mengundang sejumlah tokoh yang selama ini dikenal sebagai

“pendekar pluralisme dan inklusivisme” untuk berbicara tentang berbagai isu sosial

keagamaan di tanah air. Dan dipandu oleh Luthfi Assyaukanie dan Ulil Abshar Abdalla.

Acara ini akan diselenggarakan setiap minggu, dan disiarkan oleh seluruh jaringan KBR

68 H di seluruh Indonesia. Talk-show ini akan diikuti oleh 10 radio, di Jakarta radio

Attahiriyah FM dan Muara FM, di Tangerang Radio Star FM, di Depok Radio Ria FM, di

Manado Radio Smart, di Maluku Radio DMS, di Yogyakarta Radio Unisi, Di solo Radio

PTPN, di Bandung Radio Mara, di Aceh Radio Prima FM.

Ketiga, Penerbitan Booklet

Booklet setebal 40-50 halaman ini berisi utuh, wawancara, atau ringkasan dari

tulisan yang sudah ada, berisi isu-isu yang acapkali menjadi bahan perdebatan dalam

agama dan seringkali menjadi “alat” buat kelompok-kelompok tertentu untuk

melancarkan kampanye mereka, seperti: Jihad, penerapan syariat Islam, penerapan

ajaran “memerintah yang baik, dan mencegah yang jahat” (amr ma’ruf, nahyi al-

munkar), konsep tentang pembangunan rumah ibadah, dll. Booklet ini diterbitkan dua

bulan sekali dan dicetak sebanyak 1000 eksemplar.

Empat, Website www http: //islamlib.Com.

Program ini berawal dari dibukannya milis Islam Liberal

([email protected]) yang mendapat respon positif. Ada usulan dari

beberapa anggota untuk meluaskan milis ini kedalam bentuk website yang bisa diakses

oleh semua kalangan. Sementara milis akan tetap dipertahankan untuk terbatas saja.

Semua program kampanye, buletin, sindikasi media, talk-show radio akan dimuat dalam

website ini. Web ini juga akan memuat setiap perkembangan berita, artikel, atau apa pun

yang berkaitan dengan misi Jaringan Islam Liberal (JIL).

Sedangkan tema-tema pokok yang menjadi perhatian JIL ini adalah:

Pertama, Pemikiran dalam bidang teologis. Meliputi beberapa aspek di antaranya;

a) tentang Islam, di mana di dalamnya mengkaji persoalan definisi, signifikansi, peran,

tokoh, pengaruh dan lain-lainnya b) tentang al-Qur’an, di dalamnya mengkaji persolan

wahyu, sejarah, pengaruh, perbandingan dengan kitab suci lain, literatur dan lain-lainnya

Page 62: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

62

c) tentang doktrin-doktrin Islam, di mana di dalamnya mengkaji persolan shalat, zakat,

haji, perbuatan baik dan lain-lainnya.

Kedua, Pemikiran dalam bidang sosiologis. Meliputi beberapa aspek di antaranya;

a) tentang sistem hukum b) sistem ekonomi c) sistem budaya.

Ketiga, Pemikiran dalam bidang politik. Meliputi beberapa aspek di antaranya, a)

konsep negara dalam Islam b) sistem politik, di mana di dalamnya mengkaji persoalan

syura, demokrasi, teokrasi, dan lain-lainnya (Ulil Abshar Abdalla, 2003: 24).

Tentunya tema-tema ini belum mewakili karakter pemikirannya secara utuh,

karena kajiannya terlalu luas. Sehingga belum bisa dijadikan ciri khusus pemikiran

Jaringan Islam Liberal. Untuk itu perlu juga di lihat sisi lainnya, di antaranya bisa dilihat

dalam misinya, di mana misinya itu adalah:

Untuk menghadapi (tepatnya menghancurkan) gerakan Islam fundamentalis,

Islam radikal, Islam militan, dan sejenisnya. Jadi, secara ringkas, “misi suci” (baca: misi

busuk) JIL adalah untuk membunuh perkembangan Islam militan atau Islam ekstrim atau

Islam fundamentalis, atau Islam radikal. Penggunaan istilah tersebut adalah bagian

dari pengacauan (disinformasi) atau teror terhadap umat Islam, dalam lapangan opini

publik. Sebab, istilah itu sendiri tidak jelas maknanya, dan secara akademis sangat sulit

dipertanggungjawabkan.

Upaya untuk menumpas Islam fundamentalis itu sudah pernah digaungkan oleh

Nurcholish Madjid dalam pidatonya di TIM, 21 Oktober 1992, yang dia beri judul

“Beberapa renungan tentang kehidupan keagamaaan di Indonesia untuk generasi

mendatang”. Di situ Nurcholish Madjid mengatakan: “Karena itu, bagaimana pun kultus

dan fundamentalisme hanyalah pelarian dalam keadaan tidak berdaya. Sebagai sesuatu

yang hanya memberi hiburan ketenangan semu atau palliatif. Kultus dan

fundamentalisme adalah sama bahayanya dengan narkotika. Namun, narkotika

menampilkan bahaya hanya melalui pribadi yang tidak memiliki kesadaran penuh

(“teler”), baik secara perorangan maupun kelompok sehingga tidak akan menghasilkan

sesuatu “gerakan” sosial dengan sesuatu bentuk kedisiplinan keanggotaan para pengguna

narkotika bukan keanggotaan sindikat para penjualnya. Adapun kultus dan

funmentalisme dengan sendirinya melahirkan gerakan dengan disiplin tinggi. Maka

penyakit yang terakhir ini adalah jauh lebih bahaya daripada yang pertama…

Page 63: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

63

sebagaimana mereka memandang narkotika dan alkoholisme sebagai ancaman kepada

kelangsungan daya tahan bangsa, mereka juga berkeyakinan bahwa kultus dan

fundamentalisme adalah ancaman yang tidak kurang gawatnya (Nurcholish Madjid,

1994: 56).

Untuk menekan berkembangnya Islam ‘radikal’, umat Islam perlu melanjutkan

transfer ide-ide Islam liberal melalui lembaga pendidikan, media masa seperi penerbitan

buku dan jurnal, fasilitas internet. Serta mendukung lembaga pendidikan IAIN yang

telah berhasil melakukan transfer ide-ide Islam progresif dan inklusif terutama terlihat

jelas pada tahun 1980-an. Corak pemikirannya lebih nampak pada IAIN Syarif

Hidayatullah dengan tokohnya Harun Nasution dan Nurcholish Madjid. Serta IAIN

Sunan Kalijaga dengan tokohnya Mukti Ali. Gagasan intelektual Islam Liberal di

Indonesia, khususnya yang diproduksi IAIN terus berkembang, sehingga memunculkan

intelektual Islam baru .

Selanjutnya mereka mentransfer ide-idenya dalam organisasi, yang melanjutkan

pendahulunya Abdurahman Wahid. Sehingga muncul tokoh-tokoh Islam liberal muda

dari kalangan NU yang belajar di IAIN maupun di luar negeri. seperti Ahmad Baso,

Marzuki Wahid, Anom Surya Putra, Zuhairi Misrawi, dan Jadual Maula yang berbasis di

LkiS. Dan melalui lembaga Lakspendam NU yang diketuai oleh Ulil Abshar Abdalla (Air

Langga Pribadi, 2002: 34).

Kemudian tranformasi ide-ide liberal dilakukan juga melalui penerbitan buku

seperti di Yogyakarta membentuk LkiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial) yang

bergerak dengan penerbitan buku-buku kajian Islam kritis dan normatif. Di Jakarta,

Yayasan Wakaf Paramadina, sebuah lembaga keagamaan yang didirikan oleh Nurcholish

Madjid yang dahulu menyebarkan gagasan Islam yang mendorong nilai-nilai pluralisme,

toleransi dan inklusivitas. Juga menerbitkan buku-buku yang membantu perkembangan

Islam liberal di Indonesia. Selanjutnya di Bandung terdapat penerbit Mizan, yang

merupakan salah satu penerbitan yang mendorong penyebaran gagasan Islam liberal di

Indonesia. Seperti buku-buku Nurcholish Madjid banyak diterbitkan oleh Mizan.

Seperti telah dijelaskan tadi, bahwa JIL menyiapkan beberapa artikel untuk

mengisi beberapa media cetak, seperti koran-koran nasional maupun daerah. Seperti

dalam harian Kompas salah satu artikelnya yang di tulis oleh Ulil Abshar Abdalla

Page 64: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

64

(Kordinator JIL) berjudul Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam. Yang menjelaskan

jalan satu-satunya menuju kemajuan Islam adalah mempersolkan kembali cara

menafsirkan ajaran agama. Untuk menuju ke arah itu kita memerlukan beberapa hal:

Pertama, Penafsiran (Islam yang non–literal, subtansial, kontekstual dan sesuai

dengan denyut nadi peradaban manusia yang sedang dan terus berubah.

Kedua, Penafsiran Islam yang dapat memisahkan mana unsur-unsur di dalamnya

yang merupakan kreasi budaya lokal dan mana yang merupakan nilai fundamental. Kita

harus bisa membedakan, mana ajaran dalam Islam yang merupakan pengaruh kultur Arab

dan mana yang tidak.

Islam itu kontekstual, dalam pengertian, nilai-nilai yang universal yang harus

diterjemahkan dalam konteks tertentu, misalnya konteks Arab, Melayu, Asia Tengah dan

seterusnya. Tetapi bentuk-bentuk Islam yang kontekstual itu hanya ekspresi budaya, dan

kita tidak diwajibkan mengikutinya.

Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab, misalnya tidak

usah diikuti, contoh soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah. Tidak

wajib diikuti karena itu hanya ekspresi budaya lokal partikular Islam di Arab.

Yang harus diikuti adalah nilai-nilai universal yang melandasi praktek-praktek itu.

Jilbab intinya mengenakan pakaian yang memenuhi standar kepantasan umum (public

decency). Kepantasan umum tentunya fleksibel dan berkembang sesuai dengan

kebudayaan manusia. Begitu seterusnya.

Ketiga, Umat Islam hendaknya tidak memandang dirinya sebagai “masyarakat”

atau “umat” yang terpisah dari golongan lain. Umat manusia adalah keluarga universal

yang dipersatukan oleh kemanusiaan itu sendiri. Kemanusiaan adalah nilai yang sejalan,

bukan berlawanan dengan Islam.

Larangan kawin beda agama dalam hal ini perempuan Islam dengan non Islam

sudah tidak relevan lagi. Al-Qur’an sendiri tidak pernah dengan tegas melarang itu,

karena al-Qur’an menganut pandangan universal tentang martabat manusia yang

sederajat, tanpa melihat perbedaan agama. Segala produk hukum Islam klasik yang

membedakan antara kedudukan orang Islam dan non-Islam harus diamandemen

berdasarkan prinsip kesederajatan universal dalam tataran kemanusiaan ini.

Page 65: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

65

Keempat, Kita membutuhkan struktur sosial yang dengan jelas memisahkan mana

kekuasaan politik dan mana kekuasaaan agama. Agama adalah urusan pribadi, sementara

pengaturan kehidupan publik adalah sepenuhnya hasil kesepakatan masyarakat melalui

prosedur demokrasi. Nilai-nilai universal agama tentu diharapkan ikut membentuk nilai-

nilai publik tetapi doktrin dan praktek peribadatan agama yang sifatnya partikular adalah

urusan, masing-masing agama (Kompas, 2002: 4-5).

Menurut saya tidak ada yang namanya “hukum Tuhan” dalam pengertian seperti

difahami kebanyakan orang Islam. Misalnya hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli,

pernikahan, pemerintahan dan sebagainya, yang ada adalah prinsip-prinsip umum yang

universal yang dalam tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut maqashid al-

syari’ah atau tujuan umum syariat Islam.

Nilai-nilai itu adalah perlindungan atas kebebasan beragama, akal, pemilikan,

keluarga/keturunan dan kehormatan (honor). Bagaimana nilai-nilai itu diterjemahkan

dalam konteks sejarah dan sosial tertentu, itu adalah manusia muslim sendiri.“

Tulisan dalam H.U. Kompas pada tanggal 8 November 2002 itu, mendapat

perhatian cukup besar dari masyarakat. Karena mendapat kecaman yang keras dari

Forum Ulama Umat (FUU) Indonesia yang ketuanya K.H. Athian Ali M. Da’i, MA.

Bahkan mengeluarkan ultimatum ‘hukuman mati’ bagi penulisnya. Karena dianggap

menghina Allah, Nabi Muhammad, dan Islam serta umatnya (Hedi Muhammad, 2004).

Tentunya pernyataan FUU Indonesia itu menimbulkan polemik yang

berkepanjangan, karena muncul kelompok pemikir yang mendukung Ulil, seperti tokoh-

tokoh seniornya, yaitu Goenawan Muhammad dan teman-teman anggota JIL lainnya

yang menyayangkan pernyataan itu. Dan ada yang mendukung pendapat FUU Indonesia

dalam memposisikan Ulil sebagai orang yang ingkar dan menghina Tuhan, Nabi

Muhammad dan ajaran Islam.

Meskipun pihak FUU Indonesia memberikan klarifikasi tetapi tetap saja menjadi

polemik yang terus berlanjut, terutama sejak tulisan itu dimuat sampai awal tahun 2003.

Bisa di lihat dalam berbagai media cetak, seperti majalah GATRA, Tempo, Panjimas,

H.U. Kompas, Pikiran Rakyat, dan sebagainya. Di media elektronik, seperti di stasiun

Metro TV dan di Lativi. Dibahas secara khusus wacana pemikiran Ulil Abshar Abdalla.

Page 66: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

66

Perkembangan terakhir kelompok JIL terutama tokohnya Ulil Abshar Abdalla

beberapa kali mendengungkan gagasan pluralisme Islam sehingga membela kelompok

non muslim yang bermaksud mendirikan gereja di wilayah nusantara termasuk di

Cikalong Bandung Barat. Ia juga kerapkali membela kelompok Ahmadiyyah yang

dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam Indonesia dan MUI. Semua tindakannya

itu membuat kesal sebagian umat Islam Indonesia sehingga ia termasuk salah satu orang

yang diberi buku yang berisi ”paket bom”. Walaupun tidak sampai melukai dirinya.

Kejadian ini menjadi salah satu kejadian yang paling fenomenal pada bulan Maret akhir-

akhir ini.

Penutup

Polemik di atas merupakan dampak dari paradigma dan metodologi berfikir Islam

Liberal yang berbeda dengan masyarakat umum. JIL menggunakan paradigma liberalis,

silent syariat, rasionalis dan substantivistik. Liberalis diartikan sebagai suatu paradigma

berfikir yang menekankan pada penafsiran progresif terhadap ajaran Islam dan khazanah

tradisi awal Islam agar menerima dan menikmati modernitas. Silent syariat diartikan

bahwa Islam tidak menjawab semua persoalan, tetapi hanya menjawab topik-topik

tertentu. Sehingga dalam bidang itu manusia di beri kebebasan untuk membuat aturan

atau hukum yang sesuai dengan masyarakatnya. Rasionalistik diartikan bahwa dalam

ajaran Islam menganjurkan pendekatan akal pikiran, karena akallah yang menjadi

pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya. Substantivistik diartikan adalah isi atau

yang mendasari sesuatu yang tidak berubah (Burhanudin, 2003: 55). Langkah mencari

nilai substansi itu dilakukan untuk menemukan semangat yang terkandung dalam ajaran

Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim (ed), Teologi Islam Rasional (Apresiasi Terhadap Wacana Praksis Harun Nasution),

Ciputat Press, Jakarta, 2001.

Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal,

Gema Insani Press, Jakarta, 2005.

Page 67: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

67

Adian Husaini, dan Nuim Hidayat, Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan

Jawabannya, Gema Insani Press, Jakarta, 2002.

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, 1986.

Busthami Muhammad Said, Gerakan Pembaruan Agama (Mafhum Tajdid Al-Din), Penerjemah

Ibnu Marjan & Ibadurrahman, PT Wacaralazuardi Amanah, Bekasi, 1995.

Burhanuddin (ed), Syariat Islam, Pandangan Muslim Liberal, Jaringan Islam Liberal dan

The Asia Foundation, Jakarta, 2003.

Charles Kurzman, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Isu-isu Global,

Paramadina, Jakarta, 2001.

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, Jakarta, 1991.

Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 Sebuah Konsensus Nasional Tentang

Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), Gema Insani Press), Jakarta, 1997.

Maslahul Falah, Islam Ala Soekarno Jejak Langkah Pemikiran Islam Liberal Indonesia, Kreasi

Wacana, Yogyakarta, 2003.

Fauzan al-Anshari, Melawan Konspirasi JIL (Jaringan Islam Liberal), Pustaka al-Furqan, Jakarta,

2003.

Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Insdonesia Pemikiran Neo-moderniosme Nurcholish

Madjid, Djohan Efendi, Ahamad Wahib dan Abdurahman Wahid, Paramadina, Jakarta,

1999.

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir (Political Ideology Today), Penerjemah Ali Noerzaman,

Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2004.

Luthfi Asyaukanie, Agama dan Pencerahan, www httf://islamlib.com, 7 Mei 2004.

Leonard Binder, Islamic Liberalism : A Critique of Development Ideologies, The

University of Chicago Press, Chicago & London, 1988.

Muhammad, Hedi (Sekjen FUUI), (8 Mei 2004), Wawancara. Bandung

Nurcholish Madjid (Ed), Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.

_________, Islam Doktrin dan Peradaban, Yayasan Paramadina, Jakarta, 1992.

_________, Islam Ke Moderenan dan Keindonesiaan, Mizan, Bandung, 1987.

_________, Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Yayasan Paramadina, Jakarta, 1994.

Nasution, Harun, (1983), Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: UI Press

_________, (1985), Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press Pribadi, Airlangga

dan Yudi R. Haryono, (2002), Post Islam Liberal (Membangun Dentuman Mentradisikian

Eksperimentasi). Bekasi: Gugus Press

Robert Audi, Agama dan Nalar Sekuler dalam Masyarakat Liberal, UII Press,Yogyakarta, 2002.

Page 68: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

68

Sayyed Hussein Nasr, Islam Di Dunia (Keragaman Budaya Dalam Kesatuan Spiritual), Ulumul

Qur’an No I Vol 1, 1989.

Ulil Abshar Abdala, dkk, Islam Liberal dan Fundamental (Sebuah Pertarungan Wacana), eLSAQ

Press, Jogjakarta, 2003.

_________, Menghindari “Bilbliolatri” Tentang Pentingnya Menyegarkan Kembali Pemahaman

Islam, yang disampaikan di Paramadina, Pebruari 2003.

_________, Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam, yang di

muat dalam H.U. Kompas, h. 4-5, 8 November 2002.

_________, Muhammad: Nabi dan Politikus, H.U. Media Indonesia, h. 1 dan 9, 4 Mei

2004.

_________, (12 Januari 2004), Saya Ingin Meniru Al-Tahtawi.

Willam Ebenstein & Fogelman, Edwin, Isme-Isme Dewasa Ini (Todays Isms), Penerjemah Alex

Jemadu, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1984.

Page 69: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

69

Critical Review

THE DIVERSITY AND UNITY OF HISTORY REINHOLD NIEBUHR

Ajid Thohir [email protected]

Abstrak

Memahami arti sejarah dari pandangan keyakinan umat Kristen, harus meliputi tiga aspek,

yakni: (1) Kebangkitan dan kejatuhan berbagai peradaban dan kebudayaan sebagai

pemenuhan dari perwujudan sejarah; (2) Keunikan kehidupan orang perorang; dan (3)

Proses sejarah sebagai suatu dari keseluruhan. Dalam mempertimbangkan ketiga aspek

tersebut maka akan menjadi jelas, bahwa keyakinan “dari atas” sangat menentukan,

meskipun hal ini dapat menjadi eksklusif, untuk pertimbangan dua aspek dari yang pertama.

Keyakinan hari “akhir” harus sangat menentukan tetapi tidak menjadi tertutup dalam

memandang sejarah sebagai suatu keseluruhan. Sejarah penuh dengan banyaknya

pencapaian dan pembangunan yang “mempunyai masa jaya dan masa kehancuran”.

Kebangkitan dan keruntuhan berbagai kekaisaran dan peradaban adalah contoh-contoh yang

paling jelas di antara aspek sejarah yang pluralis.

Kata-kata Kunci

Keragaman, Kesatuan, Kebangkitan dan Keruntuhan, Pluralisme Sejarah.

Pendahuluan

Bangkit dan jatuhnya berbagai pemerintahan yang khusus dan para penguasa dari kelompok

kecil dalam suatu peradaban tertentu, muncul dan musnahnya berbagai tradisi kebudayaan

tertentu, atau berbagai keluarga yang unggul dalam sebuah masyarakat, atau beberapa tipe

berbagai ikatan sukarela, atau perwujudan-perwujudan sejarah yang lebih kecil pun adalah

merupakan penggambaran yang sama tentang pluralisme sejarah.

Arti apa pun akan ditemukan dalam barisan sejarah kehidupan yang berulang-ulang dan

kematian haruslah dilihat khususnya “dari atas”, walaupun tidak secara keseluruhannya.

Setiap perwujudan (fenomena) sejarah bisa juga dianggap sebagai suatu bidang yang

mengandung arti secara menyeluruh (holistik), karena hubungannya antar keseluruhan dalam

proses sejarah meskipun bersifat minimal atau bagaimana pun bentuknya amat samar dan

kompleks, antar berbagai faktor yang mendukung bagi terciptanya sebuah perwujudan sejarah.

Penafsiran yang pluralistik mengenai sejarah telah menerima dorongan baru

dalam beberapa tahun belakangan berkat karya Oswald Spengler The Decline of the West

dan yang lebih baru lagi oleh penelitian yang monumental Arnold J. Toynbee The Study

Page 70: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

70

of History, khususnya mengenai timbul dan tenggelamnya berbagai peradaban. Hal

tersebut dengan berbagai penafsiran pluralistik yang sejenis sangat sesuai dengan dasar-

dasar penafsiran sejarah versi Ranke yang diringkaskan dalam pemahamannya tentang

kesamaan rentang jarak semua kejadian duniawi ke alam yang abadi. Akan tetapi,

pluralisme sejarah pun tidak dapat keluar dari pertanyaan tentang arti yang meliputi

banyak hal. Pluralisme tersebut berupaya untuk menemukan dasar pertalian dalam timbul

dan tenggelamnya berbagai peradaban. Kebangkitan dan Keruntuhan Berbagai Kebudayaan dan Peradaban

Spengler berkeyakinan bahwa proses-proses alam hanyalah penunjuk pada arti tentang bangun

dan ambruknya berbagai kebudayaan dunia. Menurut tesisnya, tidak terdapat kesatuan dalam

sejarah akan tetapi merupakan nasib umum bagi peradaban-peradaban yang berbeda-beda dan

tidak seimbang. Nasib yang umum tersebut diatur oleh hukum-hukum alam. Semua peradaban

berlalu melalui rotasi berbagai zaman sebagaimana yang sejalan dengan perubahan musim

seperti halnya musim semi, musim panas, musim rontok, dan musim dingin; yang katakanlah

bahwa berbagai organisme sejarah bisa disamakan dengan organisme alam. Jadi, kebebasan

sejarah bisa dipandang sebagai ilusi secara keseluruhannya atau setidak-tidaknya tunduk

dengan sepenuh hati kepada alam. Tidaklah dapat dibantah bahwa, karena kebebasan sejarah

muncul pada latar kebutuhan alam, maka pernasiban sejarah sebagiannya selalu ditentukan

oleh kekuatan hidup dan kerusakan faktor-faktor alam yang mengorganisir pencapaian sejarah

yang mana pun. Berbagai kekaisaran dan kebudayaan mungkin “semakin tua” akan gagal

untuk bertahan hidup karena resiko di usia mereka yang tua itu. Berbeda halnya ketika di masa

muda, biasanya ia telah dapat mengatasinya.

Namun sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Toynbee, kegagalan berbagai peradaban

senantiasa melibatkan sesuatu yang lebih dari sekedar kelemahan masa tua. Mereka binasa

karena mereka membuat berbagai kekeliruan dalam menghadapi suatu tantangan yang baru

atau biasa disebut “kerumitan sejarah”. Setiap peradaban seringkali membuat kekeliruan yang

fatal dan pada akhirnya kemudian ia binasa. Akan tetapi kekeliruan tersebut tidak di bawah

hukum tekanan alam. Tidak seperti kehidupan orang-perorang, organisme sejarah yang

bersifat kolektif dan sosial secara idealnya dapat diisi secara terus-menerus dengan kehidupan

dan kekuatan yang baru. Tetapi hal ini akan mensyaratkan bahwa kehidupan dan kekuatan

tersebut akan disesuaikan dengan berbagai keadaan sejarah yang baru. Kegagalan akhir dari

mereka untuk penyesuaian diri merupakan nasib tersendiri dalam kehidupan sejarah, dan

kekuatannya dimainkan oleh kebebasannya, bukan oleh tekanan alam. Terkadang, kehidupan

dan kekuatan itu binasa karena kesombongan kekuasaannya, yang mendorongnya untuk

memperluas dirinya di luar batas-batas kemungkinan secara manusiawi. Terkadang

pemerintahan oleh kelompok kecil yang telah menjadi alat dalam mengatur masyarakat

menjadi betul-betul penindas dan meruntuhkan apa-apa yang telah diciptakannya. Terkadang

berbagai strategi dan teknis kemudian diterapkan secara tidak benar dalam situasi dan masalah

baru yang tidak relevan dengannya. Kekeliruan-kekeliruan tersebut mungkin bisa dipandang

sebagai suatu bentuk kebanggaan intelektual tersendiri yang secara tidak sadar akan

menimbulkan berbagai faktor yang dalam sejarah, akan bergantung kepada hal-hal jelas-jelas

salah. Terkadang, berbagai peradaban binasa karena peradaban-peradaban ini terpedaya oleh

filsafat-filsafat dari “detachmenti” (sikap tidak terpengaruh). Para pemuka spiritual peradaban,

secara prematur lari pada suatu bidang illusi dari ketenangan dan ketentraman supra-historis

dan menghianati pertanggungjawaban mereka dalam sejarah. Peradaban teknologi modern

mungkin binasa karena dengan tidak sadar ia telah menyembah kemajuan teknik sebagai

tujuan akhirnya. Sebagian masyarakat teknologi mungkin mempergunakan teknik-teknik

untuk tujuan penghancuran dan melepaskan kemarahannya kepada peradaban yang lain.

Page 71: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

71

Padahal mestinya menjadikan teknologi sebagai sesuatu yang lembut dan menggunakannya

dengan kesenangan hati, yang diberikan dengan kelimpahan besar oleh zaman teknik, sebagai

kebaikan akhir.

Apabila kita berupaya untuk berbuat keadilan secara penuh kepada semua kemungkinan

tentang kemerosotan yang bermacam-macam dan sebab-sebab kerusakan peradaban, pastilah

kita akan menemukan diri kita yang semata-mata menghitung berbagai tipe dosa manusia

yang bermacam-macam itu. Mereka akan jatuh ke dalam dua kategori yang umum, yakni dosa

hawa nafsu dan dosa kebanggaan. Dalam dosa hawa nafsu, kebebasan sejarah diabaikan dan

manusia merangkak mundur kepada ketiadaan tanggung jawab atas alam. Dalam dosa

kebanggaan, kebebasan manusia dianggap terlalu tinggi. Manusia berusaha untuk

menyempurnakan sejarah tanpa memandang karakter diri yang bergantung dan terbatas, baik

perorangan atau pun kolektif dari alam atau peradabannya, yang oleh mereka mesti dijadikan

dasar dalam keinginannya. Ini adalah dosa imperialisme. Atau mereka berupaya untuk

melepaskan kebebasan manusia dari sejarah. Kebanggaan mistis dunia lain tersebut membuat

ruh manusia menjadi bukan penguasa sejarah tetapi wakil kebebasannya sendiri dari sejarah.

Semua bentuk kemerosotan dan kehancuran sejarah yang beraneka ragam tersebut tidak

mempunyai karakteristik yang umum. Bentuk-bentuk itu bukan semata kematian biologis.

Ketetapan Augustinian: “Bukanlah dengan kematian bahwa kita berdosa tetapi dengan dosalah

kita meninggal dunia.” Sebagiannya mungkin tidak benar ketika diterapkan kepada kehidupan

orang perorangan; sebab keberadaan orang perorangan berakar dalam organisme alam yang

tunduk kepada berbagai kondisi keterbatasannya. Akan tetapi ketetapan itu adalah gambaran

yang sangat tepat tentang matinya berbagai peradaban. Maka dengan “dosalah sehingga

peradaban itu mati”. Peradaban-peradaban tersebut tidak ditentukan oleh kebutuhan alam yang

mutlak. Berbagai kekeliruan dan kesalahan peradaban itu dibuat dalam kebebasan yang sama,

yang dari padanya kreativitas kebudayaan itu muncul. Kekeliruan-kekeliruan itu tidak pernah

didorong oleh ketidaktahuan semata. “Imaginasi yang sia-sia” tentang dosa ada di dalam

kekeliruan tersebut.

Bagaimana pun juga, adalah suatu kesalahan apabila memandang kemerosotan sejarah

berbagai budaya dan peradaban dunia hanya dengan sebelah mata. Kebudayaan dan

peradaban, meskipun pada akhirnya mati, akan tetapi keduanya juga masih ingin

mempertahankan kehidupannya. Kehidupan keduanya adalah sebuah kesaksian dalam

kreativitas sejarah. Besarnya keanekaragaman organisme sejarah, kekayaan penguraiannya

tentang berbagai kemampuan manusia, kayanya berbagai bentuk budaya dan susunan sosial

mereka, tentunya sebagai sebuah kesaksian bagi bukti-bukti ilahiah yang dengannya mereka

telah tumbuh, sebagaimana juga kehancuran mereka menjadi pertahanan bagi putusan yang

abadi. Semua realitas tersebut tidak mungkin bisa ditentang oleh peradaban dan kebudayaan

dengan melepaskan kebebasannya dari hukum sejarah. Dalam kelemahan dan masa mudanya,

sambil membuat jalannya sendiri dalam sejarah dengan menghadapi segala resiko dan bahaya

kehidupan, peradaban dan kebudayaan itu merupakan pengungkapan kemahakuasaan Tuhan

yang “telah memilih… berbagai hal yang tidak ada, menghancurkan hal-hal yang ada” (I. Cor,

1: 28).

Di masa kejayaannya, ketika kejahatan telah tampak dalam kehidupan kedua-duanya, namun

kehancuran yang pamungkas bisa ditangguhkan begitu lama, maka nasib peradaban dan

kebudayaan itu sedang menyingkapkan “lamanya penderitaan” dari rahmat ilahiah. Karena

putusan-putusan Tuhan tidak pernah tergesa-gesa, dan berbagai kemungkinan untuk bertobat

dan berbalik (arah) dari jalan yang jahat sangatlah banyak. Menurut tingkat yang oleh berbagai

peradaban dan kebudayaan dipakai menerima berbagai kemungkinan pembaharuan kembali,

peradaban dan kebudayaan tersebut memperpanjang kehidupannya secara tidak menentu.

Akan tetapi dalam satu atau lain hal, peradaban dan kebudayaan membuat kesalahan yang

Page 72: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

72

fatal atau keseluruhan rangkaian kekeliruan-kekeliruan yang fatal. Kemudian binasalah

peradaban dan kebudayaan itu, dan keagungan ilahiah dipertahankan dalam kehancuran

tersebut. Di sini, kami harus menyebut kembali relevansi konsepsi ramalan tentang kemunculan dan keruntuhan berbagai kekaisaran dan kepercayaan bahwa kehancuran kekaisaran-kekaisaran tersebut mewakili suatu putusan dari keagungan ilahiah menentang kemegahan keagungan yang palsu. Bandingkan dengan Ezekiel, 28: 17-28 : “Hatimu diangkat karena keindahanmu, kamu telah merusak kebijaksanaanmu dengan alasan kecerdasanmu: Aku akan melemparkanmu ke bawah. Aku akan membawamu ke debu-debu di atas bumi sesuai dengan wawasan mereka semua yang melihatmu.” Ini dan banyak ramalan ajal yang serupa atas beraneka ragam kekaisaran selalu diiringi dengan nada-nada ulang: “Pada hari itu akankah mereka mengetahui bahwa Aku adalah Tuhan.”

Tidaklah mungkin membuat suatu pembedaan yang sederhana antara periode kreativitas dalam

sebuah peradaban dan periode kemerosotan, karena setiap peradaban dan kebudayaan setiap

kekaisaran dan bangsa, menyingkapkan berbagai elemen kehancuran dalam periode

penciptaannya, meskipun terdapat berbagai elemen penciptaan dalam periode keruntuhannya.

Akan tetapi kita mengetahui bahwa ada berbagai periode di mana kreativitas itu menentukan;

dan masa-masa lainnya di mana kerusakan dan penghancuran yang menentukan.

Apabila keseluruhan sejarah hanya dipandang hanya dari sisi periode tertentu dalam

kreativitasnya, maka akan mengandung arti yang bias. Karena keseluruhan proses sejarah

secara keliru dipahami hanya dengan garis singgung di masa yang khusus saja dari sebuah

budaya yang khas. Apabila keseluruhan sejarah dipandang dari tempat periode kemerosotan

saja, maka sejarah itu terancam dengan ketiadaan arti. Karena jalan alur sejarah secara keliru

dikenali dengan ajal suatu peradaban tertentu.

Arti apapun yang ada dalam kebangkitan dan keruntuhan peradaban hanya dapat diketahui

“dengan keimanan”, karena arti tersebut harus dipandang dari tempat keuntungan keabadian di

atas sejarah, yang tidak dipunyai oleh seorang pun sebagai sebuah kepemilikan tetapi hanya

dengan iman. Dari tempat keuntungan seperti itu, sejarah sangat berarti, kalau pun seharusnya

tidaklah mungkin melihat kesatuan apa pun dalam proses kesinambungannya. Sejarah sangat

berarti karena dasar-dasar yang abadi dipertahankan baik dalam kehidupan yang mengatasi

kematian dalam berbagai peradaban yang sedang bangkit, maupun dalam kematian yang

menyusul kehidupan yang dibanggakan dalam berbagai peradaban yang menuju kematian.

Individualitas dan Sejarah

Keberadaan orang-perorang dalam hubungannya dengan universalitas proses sejarah, terdapat

hubungan yang sangat kompleks dengan proses sejarah. Kreativitas individual selalu

mengarahkan dirinya pada kemapanan, keabadian, dan penyempurnaan dengan berbagai

kondisi masyarakat sejarah. Karena itu, arti kehidupannya selalu diperoleh melalui

hubungannya dengan proses sejarah. Akan tetapi kebebasan, yang membuat kreativitas ini

bersifat mungkin untuk melampaui segala loyalitas komunal dan bahkan dengan sejarah itu

sendiri. Setiap perorangan mempunyai suatu hubungan yang langsung dengan keabadiannya;

karena dia berusaha untuk mendapatkan penyelesaian arti hidupnya di luar berbagai kesadaran

yang terpisah-pisah tentang arti yang akan dilihat pada sudut mana pun dalam proses di mana

seseorang mungkin terjadi hidup dan mati.

Ujung kehidupan perorangan adalah ujung sejarah baginya; dan setiap perorangan adalah

seorang Musa yang meninggal dunia di luar tempat yang dijanjikan. Akan tetapi setiap

perorangan juga mempunyai sebuah hubungan langsung dengan keabadian. Selama dia

Page 73: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

73

mengambil berbagai pertanggungjawaban sejarah dengan serius, dia harus memandang

masalah pelaksanaan dari pendirian “tujuan” yang puncak dan akhir (Ezra Apocalypse, 5: 4).

Apabila pemenuhan hidup perorangan yang abadi dipahami hanya dari “atas”, maka arti

kehidupan sosial dan historis termusnahkan. Hidup perseorangan dianggap sebagai sebuah

tujuan yang sebenarnya. Persisnya, ini adalah pengaruh yang bukan hanya dari doktrin

pelaksanaan mistis saja tetapi juga dari banyak versi eskatologi Protestan Ortodok, di mana

“tujuan” hanya ada di atas sejarah dan gagasan Bibel tentang “tujuan” yang disamarkan. Teologi reformasi pada keseluruhannya adalah tidak sempurna dalam kegagalan memelihara berbagai konsep Bibel tentang tujuan; eschatology modern kubu Barth menekankan kerusakan tersebut. Kubu ini mencurahkan sedikit perhatian terhadap arti sejarah yang mungkin sebagai suatu rangkaian kesatuan dan berbicara tentang eschatology dalam berbagai hubungan dengan keabadian yang kena kepada setiap tahapan waktu.

Di lain pihak berbagai protes modern terhadap bentuk-bentuk “garis dunia lain” (ala) orang

Kristen tersebut (dan terkadang bukan umat Kristen pula) membuat kekeliruan pada upaya

memenuhi arti hidup dalam proses sejarah itu sendiri. Dengan demikian, garis-garis dunia lain

bukan melulu realitas kebebasan perorangan yang samar dalam keluhurannya di atas sejarah,

tetapi juga mengabaikan watak dasar tertentu dari proses sejarah.

Di dalam bentuk-bentuknya yang paling sederhana, berbagai penafsiran sosial dan historis

yang polos meminta perorangan untuk melaksanakan hidupnya dalam masyarakat

lingkungannya. Nafas kehidupan masyarakat dan keagungan kekuasaannya, menurut suatu

perkiraan, bisa menyelesaikan dan memenuhi sebagian dari berbagai kepentingan dan

kekuasaan perorangan yang tidak memadai. Relatifnya keabadian masyarakat lingkungan

dimaksudkan untuk mengimbangi singkatnya kehidupan seseorang. Kesulitan dengan

pemecahan ini adalah bahwa setiap perorangan itu, walau ketika ia sangat kurang pun, adalah

begitu lebih jauh dari pada masyarakat lingkungan. Tahun-tahun (usia)-nya lebih singkat dari

pada tahun-tahun masyarakatnya; akan tetapi baik ingatan maupun antisipasinya mempunyai

jangka waktu yang lebih lama. Masyarakat hanya mengetahui tentang permulaan-permulannya

sendiri tetapi orang perorangan mengetahui tentang kemunculan dan keruntuhan berbagai

peradaban yang sebelum (diri)-nya. Masyarakat menyongsong berbagai kemenangan, dan

merasa takut akan kekalahan-kekalahan sejarah; tetapi orang perorang memandang kepada

putusan yang terakhir. Apabila bangsa-bangsa juga berdiri di depan putusan terakhir tersebut,

maka berbagai bangsa tersebut berbuat demikian itu menurut kesadaran dan pemikiran orang

perorangan yang peka. Persaudaraan masyarakat benar-benar menjadi latar di mana orang

perorang disadari secara etis. Meskipun masyarakat adalah prestasi dan juga perwujudan

kehidupan orang perorang, kesombongan kolektifnya akan menjadi sebuah serangan bagi

kesadarannya. Ketidakadilan kelembagaannya meniadakan cita-cita keadilan; dan

persaudaraan semacam itu sebagaimana yang dicapainya dibatasi dengan batas-batas etnis dan

geografis. Secara ringkas, berbagai masyarakat sejarah lebih terlibat secara mendalam pada

alam dan zaman dari pada orang perorang yang secara terus-menerus menghadapi keabadian

di atas dan di akhir proses waktu.

Bentuk-bentuk berbagai bagan sosial dan sejarah pembebasan yang lebih terbina meminta

orang perorang untuk memenuhi hidupnya dan mengimbangi keringkasan tahun-tahun (usia)-

nya dengan berhubungan dengan proses sejarah itu sendiri (Carl L. Backer, tt: 140), bukan

hubugan dengan komunitas sejarah yang khas mana pun.

Sebelumnya kami telah mempertimbangkan berbagai alasan mengapa tidaklah mungkin

memandang sejarah sebagai pembebasan dan mengapa harapan terhadap putusan yang

memadai dan pemenuhan yang cukup atas hidup perseorangan dalam proses sejarah harus

mengarah kepada kekecewaan yang paling menyedihkan. Mungkin cukuplah pada bidang ini

Page 74: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

74

untuk menggambarkan dan memperhitungkan analisa sebelumnya terhadap masalah ini

dengan jalan membayangkan kita yang sederhana sebagai “keturunan” yang diserukan oleh

abad delapan belas dan (dengan) mencatat ganjilnya keadaan yang dipandang sebagai “para

penyokong bagi orang-orang yang ditindas,” sebagai ”yang kudus dan suci,” ringkasnya

sebagai yang berguna atau dapat menjadi putusan akhir atau penebus orang-orang yang telah

pergi sebelum kita. Lebih dari itu, secara lebih dalam kita terlibat dalam dan diasyikkan

dengan kebingungan kita sendiri, bahwa kita sebagai yang tidak sudi, sebagaimana kita tidak

berguna untuk bertindak sebagai pengganti Tuhan.

Namun, senantiasa ada elemen kebenaran dalam berbagai seruan yang sederhana kepada

sejarah tersebut sebagai pemenuhan hidup; karena arti hidup akan ditemukan sebagiannya dari

keterlibatan manusia dalam berbagai tugas dan kewajiban sejarah.

Jawaban Perjanjian Baru kepada masalah orang perorang tersebut diberikan dari pendirian

baik tentang keabadian yang “di atas” maupun tentang keabadian yang ada di akhir sejarah.

Gagasan tentang “kebangkitan umum”, di mana setiap orang yang binasa sebelum memenuhi

sejarahnya akan dibawa kembali untuk berperan serta dalam kemenangan akhir. Membuat

keadilan bagi nilai hidup orang perorang yang bila tidak ada maka pemenuhan sejarah akan

menjadi tidak sempurna; maupun bagi keseluruhan jalan sejarah orang perorang. Sebab

apabila tidak ada jalan tersebut, maka hidupnya tidak akan bisa terlaksana.

Lambang kebangkitan tubuh, tanpa pemahaman kebangkitan umum pun pada akhir sejarah,

adalah lebih bersifat orang-perorang dan dalam berbagai penekanannya lebih bersipat sosial

juga dari pada gagasan alternatif tentang keabadian akal. Lambang kebangkitan tersebut lebih

bersifat perorangan karena menyatakan keberartian yang abadi, bukan untuk suatu akal

impersonal yang tidak mempunyai hubungan nyata dengan diri yang sebenarnya; tetapi untuk

diri sebagaimana yang benar-benar ada dalam jasad. Di dalamnya, diri ini membawa

kegelisahan dan ketidakamanan dari perwujudan yang terbatas di satu pihak, dan kemampuan

untuk menggapai kaki langit yang abadi di pihak lain. Harapan kepada kebangkitan kembali

menegaskan bahwa pada akhirnya keterbatasan akan dilepaskan dari kegelisahan dan diri akan

mengenal dirinya sebagaimana yang diketahui.

Gagasan kebangkitan lebih bersifat sosial karena konstruksi sejarah keberadaan manusia,

berbagai kebudayaan dan peradaban, berbagai kekaisaran dan bangsa-bangsa dan akhirnya

keseluruhan proses sejarah, sebagaimana hidupnya perseorangan, adalah hasil dari ketegangan

antara berbagai kondisi alam dan kebebasan yang melebihi alam. Gagasan kebangkitan

kembali menyiratkan bahwa perluasan sejarah tentang kekayaan penciptaan, dalam segala

keanekaragaman-nya, akan berperan serta dalam penyempurnaan sejarah. Gagasan ini

memberikan perjuangan di mana orang-orang asyik untuk memelihara berbagai peradaban,

dan untuk melaksanakan kebaikan dalam sejarah, keberartian yang kekal, dan tidak

membuang-buangnya kepada perubahan terus-menerus yang tanpa arti dan yang sama sekali

tidak akan mempunyai gema dalam keabadian.

Tidak ada konsepsi pemenuhan dari penganut negara idaman dan tidak pula konsepsi

pemenuhan yang murni tentang dunia lain yang memenuhi keadilan bagi hubungan per-

tentangan orang perorang dengan proses sejarah. Orang perorang menghadapi keabadian pada

setiap saat dan dalam setiap tindakan kehidupannya; dan dia berhadapan dengan akhir sejarah

beserta kematiannya sendiri. Dimensi kebebasannya melebihi semua kenyataan sosial.

Ruhaninya tidak dipenuhi dalam pencapaian sejarah yang paling tinggi sekalipun;

Kesadarannya tidak diberhentikan dengan penerimaan baik yang paling samar-samar atas

pengadilan putusan sejarahpun; pada akhirnya tidak perlu diancam dengan berbagai

penyalahan sejarah. Di lain pihak, hidup orang-perorang hanya sangat berarti dalam hubungan

organiknya dengan berbagai masyarakat, tugas, dan kewajiban sejarah.

Page 75: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

75

Hubungan arti kehidupan dengan kedudukan sebagai orang tua adalah sebuah contoh

mikrokosmik yang paling baik dari dimensi ganda kehidupan orang perorang tersebut. Tidak

ada orang tua perorangan yang memenuhi keseluruhan arti hidupnya dalam hubungannya

dengan anak-anaknya. Ada berbagai fakta yang tidak bisa disebutkan satu persatu tentang arti

yang termasuk tidak relevan dengan kesatuan lahir kedudukan sebagai orang tua. Akan tetapi,

di lain pihak tidaklah mungkin memisahkan arti hidup dari kesatuan lahir kedudukan sebagai

orang tua. Para orang tua harus “dibenarkan” dalam berbagai kehidupan anak-anak mereka.

Akan tetapi anak-anak adalah orang-orang sanderaan yang ditahan oleh masa depan.

Pemenuhan hidup para orang tua tergantung kepada realisasi watak di anak-anak mereka. Jadi,

masa kini harus melayani masa depan untuk pemenuhan akhirnya.

Proses Sejarah Sebagai Kesatuan Sejarah

Bagaimana pun, kehidupan yang sangat berarti mungkin berada dalam pola-pola perorangan

dan berbagai susunan kolektif yang dihormati “dari atas” atau dari sudut hubungan langsung

mereka dengan sumber yang abadi dan tujuan arti, sejarah semacam itu mewakili keseluruhan

bidang pertalian yang menuntut pemahaman dari sudut telos pamungkasnya.

Tanpa dasar pemahaman yang tersurat mana pun, atau filsafat mana saja yang memadai atau

bahkan teologi sejarah, pengujian yang paling sepintas lalu terhadap sejarah akan memberikan

garis-garis singgung pertalian tertentu dan menyingkapkan berbagai hubungan minimal dari

suatu kesatuan. Pemahaman pluralistik tentang sejarah tetap saja tidak dapat dipertahankan,

atau masuk akal. Mungkin saja, sebagaimana yang diamati oleh Aristoteles, bahwa berbagai

seni hilang dan sering kali ditemukan dalam jalan sejarah. Boleh jadi bahwa peradaban bangsa

Roma harus mencapai berbagai standar de novo sosial tertentu secara sempurna, tanpa

perujukan atau ketergantungan kepada pencapaian atas standar-standar tersebut dari bangsa

Babilonia atau bangsa Mesir. Akan tetapi di pihak lain, senantiasa ada suatu peninggalan yang

minimum dari pengalaman sosial atau budaya yang ditaruh oleh sebuah peradaban dan

digunakan oleh peradaban yang lain. Sejarah ilmu tidak dapat ditelusuri tanpa memulai

dengan matematika dan astronomi para imam bangsa Mesir. Ilmu dan filsafat peradaban Barat

dengan jelas terletak pada dasar-dasar Yunani; dan keahlian Barat tidak dapat dijelaskan tanpa

suatu pemahaman terhadap perkiraan Stoic bangsa Roma. Penfasiran orang Yahudi-Kristen

atas sejarah, yang telah kami upayakan untuk menguraikannya dalam beberapa halaman ini,

mempu-nyai akar dalam berbagai bentuk Messianisme bangsa Babilonia, Mesir, dan Persia.

Ringkasnya, terdapat berbagai pengaruh yang terhimpun dalam sejarah. Spengler pun terpaksa

mengakui bahwa, berbagai peradaban yang baru dibangun di atas reruntuhan peradaban-

peradaban yang lama, karakter peradaban-peradaban itu sebagiannya ditentukan dengan cara-

cara kehidupan yang baru itu merembes, mengangkat dirinya kepada, dan tumbuh berkembang

di sekitar reruntuhan yang tua tersebut.

Hubungan batiniah berbagai peradaban pengganti antara satu dengan lainnya mungkin

digambarkan sebagai “kesatuan dalam perpanjangan” atau dalam waktu. Hubungan batiniah

berbagai peradaban yang modern antara satu dengan yang lainnya mungkin digambarkan

sebagai “kesatuan secara luas” atau dalam ruang. Kesatuan dalam perpanjangan lebih jelas

dari pada hubungan dalam luas. Sejarah peradaban Barat, sebagai contoh, lebih jelas

hubungannya dengan Yunani dan Roma dari pada hubungannya dengan Cina modern. Namun,

terdapat hubungan-hubungan saling ketergantungan yang minimal dalam “luas” pun.

Semenatara dunia Barat telah menguraikan ilmu dan teknik dalam tingkatan yang lebih besar

dari pada dunia Timur, tidak akan mungkinlah untuk memahami perkembangan ilmiah Barat

kita tanpa memahami berbagai sumbangan penemuan-penemuan ilmiah (dunia) Timur ke

arahnya.

Page 76: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

76

Barangkali perkembangan yang paling berarti pada masa kita sekarang adalah bahwa berbagai

pengaruh kesatuan yang terhimpun dalam perpanjangan sejarah adalah peningkatan kesatuan

dalam luasnya sehari-hari. Peradaban teknik modern sedang melahirkan segala peradaban dan

kebudayaan, segala kekaisaran dan bangsa ke dalam pem-barisan yang lebih dekat antara satu

dengan lain. Fakta bahwa kedekatan dan hubungan yang lebih besar tersebut lebih mendorong

“berbagai perang dunia” dari pada suatu keadaan saling merembeskan kebudayaan yang

mudah dan sederhana, meminta kita agar tidak menganggap suatu “budaya yang universal”

atau “pemerintahan dunia” sebagai telos yang alami dan tidak dapat dielakkan yang akan

memberikan arti bagi semua proses sejarah.

Akan tetapi di lain pihak, amat jelaslah bahwa saling ketergantungan teknik dunia modern

menempatkan kita di bawah kewajiban untuk memerinci instrumen politik yang akan

membuat kedekatan dan saling ketergantungan yang baru tersebut menjadi dapat diderita.

Tugas yang baru dan sangat mendesak itu sendiri adalah sebuah bukti berbagai pengaruh

sejarah yang tertimbun. Bukti ini secara progresif meng-hadapkan kita dengan berbagai tugas

yang sulit dan membuat kelangsungan hidup kita tergantung kepada pemecahan tugas-tugas

ini. Jadi, perkembangan kesatuan dalam luas adalah salah satu aspek dari kesatuan

perpenjangan dalam sejarah.

Fakta-fakta tersebut nampak cukup jelas untuk menda-tangkan suatu kesepakatan dalam

penafsirannya, sekalipun ketika berbagai perkiraan yang menentukan penafsiran itu berbeda.

Haruslah disepakati bahwa sejarah berarti pertumbu-han, bagaimana pun banyaknya pola

pertumbuhan yang mungkin dikaburkan dengan kebangkitan dan keruntuhan peradaban.

Walaupun satu masa mungkin harus memperoleh kembali apa-apa yang pada masa-masa

sebelumnya diketahui dan dilupakan, dengan jelas sejarah itu bergerak ke arah berbagai akhir

yang mencakup (banyak hal), ke arah berbagai hubungan manusiawi yang lebih komplek, ke

arah peningkatan teknik berbagai kekuasaan dan timbunan pengetahuan manusia.

Akan tetapi ketika berbagai penekakanan gagasan “pertumbuhan” yang beraneka ragam di

buat lebih dinyatakan, maka perbedaan yang amat penting antara umat Kristen dan penafsiran

modern tentang takdir manusia menjadi nampak. Seperti yang telah kita catat sebelumnya,

keseluruhan budaya modern yang sekuler (dan bersamanya juga bagian dari budaya umat

Kristen yang tergantung kepadanya) menganggap bahwa pertumbuhan berarti kemajuan.

Budaya sekuler memberi gagasan pertumbuhan dengan penekanan moral. Budaya ini percaya

bahwa sejarah bergerak dari kekacauan ke alam dengan berbagai kekuatan yang tetap ada di

dalamnya. Kami telah berupaya untuk membuktikan bahwa sejarah tidak menyokong

kesimpulan ini. Bahaya ketidakteraturan yang lebih positif tersirat dalam aturan yang lebih

tinggi dan lebih kompleks yang dibangun oleh kebebasan manusia di atas dasar keharmonisan

dan keamanan alam. Kebencian ruhaniah dan kegunaan berbagai konflik “berbudaya” yang

mematikan, yang disejajarkan dengan peperangan atau pertempuran suku dalam dunia

binatang, adalah salah satu dari banyak contoh kejahatan baru yang timbul dalam tingkat

kematangan yang baru.

Dua contoh lainnya dari aspek sejarah tersebut mungkin disebutkan. Kesehatan ruhaniah

perorangan yang dewasa menggabungkan ke-kompleks-an dan ketegangan psikis ke dalam

suatu kesatuan yang dapat ditolerir, lebih kaya, dan lebih baik dari pada kesatuan kekanak-

kanakan yang sederhana. Akan tetapi kesehatan tersebut tunduk juga kepada penyimpangan

yang menjadi kekebalan anak-anak. Anak-anak mungkin menjadi abnormal akan tetapi

biasanya tidak tunduk kepada sakit jiwa. Kepaduan politik masyarakat nasional atau

kekaisaran yang besar mempunyai keluasan dan sebaran di luar kepaduan suku yang primitif.

Lebih jauh lagi, kepaduan tersebut mewujudkan ke-kompleksan sosial yang bukan merupakan

kesalahan kesatuan suku. Pencapaian kesatuan dalam ke-kompleks-an tersebut mewakili

pertumbuhan ke arah “kematangan.” Akan tetapi setiap bidang aturan politik seperti itu diisi

Page 77: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

77

dengan berbagai ketegangan yang mungkin menjadi berbagai konflik yang jelas apabila tidak

“dikelola” secara hati-hati. Berbagai masyarakat sejarah adalah artefak-artefak politik.

Artefak-artefak ini kekurangan keamanan alam dan dihadapkan kepada bahaya kesalahan

manusia, dan penyele-wengan kebebasan manusia. Karena itu, tidak ada pertumbuhan sejarah

yang masuk akal yang dapat membuat pemerintahan dunia masa depan menjadi mungkin

seperti aturan yang sama stabil dan amannya dengan aturan masyarakat nasional; sebagaimana

tidak adanya masyarakat nasional yang keke-balannya terhadap kesemrawutan sama dengan

keluarga atau suku.

Simbol Perjanjian Baru untuk aspek kenyataan sejarah serta bahaya yang baru dari kejahatan

tersebut bagi setiap tingkat kebaikan yang baru adalah bentuk anti-Kristus. Anti-Kristus ini

tergolong dalam eschata, (termasuk dalam) “hal-hal terakhir” yang menggembor-gemborkan

berakhirnya sejarah. Penolakan yang paling tersurat terhadap norma sejarah harus diharapkan

dalam perkembangan sejarah yang paling puncak (Johannie, 2: 18). Yang dikaitkan secara

dekat dengan gagasan kejahatan akhir pada akhir sejarah tersebut adalah antisipasi umum

terhadap kejahatan dalam perjalanan sejarah yang akan dipahami oleh orang-orang yang

beriman akan tetapi dengannya dunia akan diperlakukan tidak sadar.

Simbul Perjanjian baru tentang Antichrist disediakan oleh Katolicisme terutama untuk tujuan

menandai musuh-musuh gereja yang keras. Polemik pemakaian simbol tersebut mengaburkan

fakta bahwa kejahatan yang akhir mungkin bukan penolakan, tetapi gangguan terhadap

kebenaran akhir. Ini adalah hal yang dibuat oleh Pembaharuan Protestan dalam

menyamaratakan tuduhan Antichrist kepada gereja itu sendiri. Akan tetapi bukanlah

Katolicisme dan bukan pula Reformasi yang secara berdaya guna menggunakan simbol

Antichrist sebagai dasar penafsiran sejarah yang umum. Protestantisme modern telah tidak

memahami kegunaan simbol untuk berbagai pertimbangan yang jelas tersebut. Karena itu,

simbol tersebut telah dipergunakan dan disalahgunakan terutama oleh orang-orang yang

secara harfiah telah berupaya membuktikan bahwa seorang Napoleon, Hitler, Caesar hingga

sekarang zaman modern sesuai dengan ramalan-ramalan Antichris, atau mempunyai istilah,

yang hurup-hurupnya dapat dianiaya untuk memberikan angka 666 (Rev, 13: 18).

Kecenderungan literalisme millenarian modern untuk mengenali suatu perwujudan kejahatan

masa sekarang dengan Antichrist, bersesuaian dengan kecenderungan yang berulang-ulang

dalam segala penyingkapan. Barangkali, kecenderungan ini sebagai yang alami bagi suatu

masa untuk berpikir tentang kejahatan. Leteralisme berpendapat tentang kejahatan ini sebagai

bentuk kejahatan yang akhir supaya membuat kekeliruan dalam menganggap kebaikan yang

diwujudkannya sebagai kebaikan yang terakhir (Adam Welch, tt: 124). Kepercayaan suatu

masa bahwa masa itu telah mencapai akhir sejarah adalah menye-dihkan, meski dapat

dimengerti sekalipun. Apabila kami harus mmpunyai berbagai bayangan seperti itu maka versi

penying-kapan tentangnya mempunyai kebaikan, setidak-tidaknya, menggambarkan sejarah

sebagai yang bergerak ke arah puncak, dan memandang penyempurnaan bukan melulu sebagai

penjajakan kemenangan pihak yang baik atas kejahatan tetapi juga sebagai konflik yang

menyedihkan antara dua kubu tersebut.

Akan tetapi filsafat umat Kristen yang mapan tentang sejarah menuntut penggunaan yang

lebih baik atas simbol Antichrist dari pada sebagai sebuah senjata yang berpolemik terhadap

musuh-musuh yang mutakhir atau sebagai pengemban berbagai wawasan yang tidak berhati-

hati, yang tersebar di antara berbagai ilusi literalistik. Dalam Perjanjian Baru, simbol itu

menyatu kepada keseluruhan dan pandangan sejarah yang bersesuaian yang menurutnya masa

depan tidak pernah disaji-kan sebagai bidang keamanan yang lebih besar dari pada masa

sekarang atau sebagai penjamin keutamaan yang lebih tinggi. Antichrist berdiri di akhir

sejarah untuk menunjukkan bahwa sejarah menimbun berbagai permasalahan keberadaan

manusia yang inti, lebih banyak dari pada pemecahan-pemecahannya.

Page 78: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

78

Ini tidak berarti bahwa kejahatan mempunyai sejarah-nya sendiri yang mandiri, yang

memuncak dalam pemujaan berhala yang akhir dan penghujahan Antichrist. Baik civitas Dei

maupun civitas Terenna bertumbuh kembang dalam sejarah sebagaimana yang diamati oleh

Augustine. Tetapi kedua kubu ini tidak mempunyai sejarah mereka yang terpisah-pisah.

Kejahatan yang muncul di penghujung sejarah adalah apakah suatu gangguan terhadap

kebaikan yang akhir atau ia merupakan sebuah penolakan yang tegas dan tantangan terhadap

kebaikan yang tidak akan mungkin tanpa penjajaran kebaikan. Katakan saja bahwa kejahatan

tersebut pada aslinya adalah negatif dan bersipat benalu, meskipun begitu berbagai

pengaruhnya adalah positif dan kekuatannya suatu yang lebih dari pada penolakan yang

lamban. Berbagai kelaliman modern bukanlah akhir produk dari sejarah kelaliman yang sudah

lama di mana kejahatan-kejahatan yang kuno dengan sadar telah menjadi beradab hingga

ketetapan jahatnya mereka sekarang ini. Kelaliman-kelaliman tersebut gangguan-gangguan

yang lebih baik karakteristiknya pada suatu peradaban yang matang di mana berbagai

perlengkapan teknik telah menjadi peralatan yang lebih berdaya guna untuk maksud-maksud

yang lalim. Agama-agama pemujaan berhala modern, yang begitu sesuai sepenuhnya dengan

visi tentang “Binatang” (buas), yang “memperdayakan pilihan itu sendiri,” bukanlah buah

akhir dari suatu sejarah yang mandiri tentang pemujaan terhadap berhala. Agama-agama

keberhalaan itu adalah berbagai bentuk pemu-jaan terhadap diri yang memperoleh kekuatan

mereka dengan secara sadar menentang berbagai agama dan standar-standar moral yang lebih

tinggi. Kekacauan internasional modern bukan buah sejarah kekacauan yang sudah lama. Hal

itu lebih pada berbagai gangguan dan keruntuhan sistem aturan. Itu adalah sebegitu sulit

karena mempersyaratkan kerjasama yang potensial dan nyata dalam skala yang lebih luas dari

pada yang telah dicapai dalam berbagai peradaban sebelumnya.

Jadi, kejahatan yang ahkir tergantung kepada kebaikan yang akhir. Apakah kejahatan ini

dengan sengaja dan secara tegas menantang Kristus, yang dalam kasus ini Kristus diperlukan

sebagai kertas perak; ataukah kejahatan ini makin kurang baik yang mengaku menjadi puncak

kebaikan; dalam kasus ini diperlukanlah Kristus sebagai mantel. Sebuah bentuk adalah

Antichrist orang-orang yang berdosa dan yang lainnya Antichrist orang-orang baik. Tetapi

dalam setiap kasus keku-atan Antichrist, meskipun pada asalnya sebagai benalu yang bersifat

negatif, berlaku begitu positif, dan begitu bandel dalam maksud sehingga tidak ada kekuatan

yang melekat dalam sejarah, yang mampu meliputi kekalahannya. Antichrist yang nampak

pada ujung sejarah hanya dapat dikalahkan oleh Kristus yang mengakhiri sejarah.

Semua fakta sejarah yang telah diketahui mentahkikkan penafsiran takdir manusia yang

tersirat dalam eskatologi Perjanjian Baru. Namun kebanyakan dari berbagai filsafat sejarah,

baik yang kuno maupun yang modern telah berupaya mengaburkan kedua aspek sejarah yang

disingkapkan oleh eskatologi Bibel. Filsafat-filsafat sejarah kuno baik yang meno-lak

keberartian sejarah keseluruhannya atau yang hanya meli-hat keberartian yang terbatas dari

perputarannya, yang kata orang, berulang-ulang. Filsafat-filsafat modern telah memper-tegas

kesatuan sejarah dan timbunan berbagai kecenderu-ngannya; akan tetapi filsafat-filsafat itu

berupaya mengaburkan dan menolak berbagai bahaya dan kejahatan dalam berbagai timbunan

sejarah, supaya mereka dapat menganggap sejarah itu sendiri sebagai sebuah pembebasan

Tuhan.

Apabila kita meneliti lebih dekat lagi mengapa berbagai kekeliruan tersebut dibuat,

pertimbangan kita pada akhir takdir manusia membawa kita kembali kepada berbagai

permasalahan tentang permulaan. Sebab penjelasan yang paling masuk akal tentang berbagai

kekeliruan tersebut adalah bahwa kekeliruan itu didorong oleh keinginan untuk mendapatkan

suatu jalan penyempurnaan nasib manusia yang akan memelihara akhir manusia di bawah

pengawasannya dan di dalam kekuatannya. Dunia kuno berupaya membuat hal ini dengan

membebaskan ruh manusia dari perubahan keterbatasan atau dengan menem-patkan

Page 79: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

79

kebebasannya di bawah perubahan tersebut. Dunia modern telah mencari pembebasan dengan

menganggap proses sejarah itu sendiri sebagai penjamin atas pemenuhan hidup manusia.

Dalam setiap kasus, “imajinasi yang sia-sia” dari kebanggaan manusia masuk ke dalam

berbagai perhitungan tersebut dan menentukan akibatnya. Kekeliruan-kekeliruan yang “paling

jujur” mungkin bertanggung jawab atas suatu kebingungan. Kebebasan manusia melampaui

perubahan alam dalam cara seperti itu sehingga harapan untuk memutuskan ruhani

sepenuhnya dari ketertutupan (oleh) alam adalah ilusi yang tidak dapat dimengerti. Lebih jauh

lagi proses partum-buhan dalam sejarah adalah begitu jelasnya sehingga kekeli-ruan modern

yang membingungkan pertumbuhan dengan kemajuan boleh dianggap sebagai kekeliruan

yang sama-sama tidak dapat dielakkan. Namun, kedua kekeliruan tersebut juga terletak pada

sikap acuh tak acuh yang disengaja terhadap beberapa bukti yang jelas. Jelaslah bahwa

manusia tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan dirinya dari perubahan dan

keterbatasan, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang idealis dan mistis dari dunia yang

kuno dan modern. Samalah juga jelasnya bahwa sejarah tidak memecahkan permasalahan

yang mendasar tentang keberadaan manusia tetapi menying-kapkan permasalahan tersebut

secara progresif dalam tahapan-tahapan yang baru. Kepercayaan bahwa manusia dapat meme-

cahkan masalahnya apakah dengan suatu jalan keluar dari sejarah atau dengan proses sejarah

itu sendiri adalah suatu kekeliruan yang sebagiannya didorong oleh yang paling universal di

antara segala noda ideologis; kebanggaan, bukan dari orang-orang dan budaya-budaya

tertentu, tetapi dari manusia sebagai manusia.

Karena alasan tersebut, mungkinlah membuat analisa takdir manusia yang paling benar atas

dasar keimanan agamawi yang telah mengingkari kebanggaan manusia dalam dasar, meskipun

tidak usah diduga bahwa analisa umat Kristen tertentu yang mana pun sebenarnya tidak akan

memper-tunjukkan apa-apa yang pada dasarnya telah ia pungkiri. Akan tetapi apabila

kepercayaan umat Kristen benar-benar mene-mukan keamanan puncaknya di atas segala

keamanan dan keti-dakamanan sejarah; apabila benar-benar “dikejar, maka bukan kematian

bukan pula hidup, bukan malaikat, bukan pula kepangeranan, bukan berbagai kekuatan, bukan

hal-hal yang ada, bukan hal-hal yang mendatang, bukan ketinggian, bukan kedalaman, bukan

pula ciptaan lain yang mana pun, yang akan dapat memisahkan kita dari kecintaan kepada

Tuhan yang menurut Kristus Jesus adalah Tuhan kita,”(Romans, 8: 38-39) hal ini meminta

manusia agar menahan diri dari mencari pemberhalaan terhadap keamanan dan pembebasan

yang palsu dalam hidup dan sejarah. Dengan keyakinannya terhadap latar yang abadi bagi

keberadaannya, namun demikian, terlibat dalam usaha keras sejarah manusia sampai titik

penderitaan itu dengan dan baginya, kepercayaan ini dapat mendorong manusia untuk

menerima berbagai pertanggungjawaban sejarah mereka dengan senang hati. Dari pendirian

keimanan seperti itu, maka sejarah bukanlah tanpa arti karena sejarah tidak dapat

menyempurnakan dirinya; walaupun tidaklah dapat ditolak bahwa hal itu adalah tragis karena

manusia selalu berusaha untuk menyempurnakannya dalam keadaan belum matang.

Jadi, kebijaksanaan tentang takdir kita tergantung atas pengakuan yang sederhana terhadap

serba keterbatasan pengetahuan kita dan kekuasaan kita. Pemahaman kita yang paling handal

adalah buah “keanggunan” di mana keimanan memperbaiki kedunguan kita tanpa

menganggap diri mempunyai kepastiannya sebagai pengetahuan; dan di mana kesedihan yang

mendalam meredakan kesombongan kita tanpa menghancurkan harapan kita.***

Komentar Tentang Pemikiran

Reinhold Niebuhr (1892-1970) bekerja sebagai Pastor di Detroit selama 13 tahun.

Ia mendapat pendidikan B.D dan M.A dari Yale Divinity School. Pengalaman selama ini

sangat menentukan pikirannya, ia menyatakan: “pengalaman sebagai Pastor ini

Page 80: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

80

menentukan perkembanganku, lebih dari pada buku-buku yang saya baca”. Tahun 1928

ia bergabung dengan Union theological Seminary, New York sebagai Profesor of

Christian Ethics sampai ia mengundurkan diri tahun 1960. Karya besar yang utama

Moral Man and Immoral Society (1932), yang menguraikan thesis-nya bahwa gerakan

liberal baik yang bersifat keagamaan atau sekular adalah tidak menyadari akan perbedaan

pokok antara moralitas pribadi dan moralitas kelompok. Tahun 1939 sebagai orang

Amerika kelima yang diundang untuk memberi “Gifford Lectures” di Universitas

Edinburg. Perkuliahan itu menjadi buku yang berjudul The Nature and Destinity of Man,

di mana ia membandingkan konsep Bibel dengan konsep klasik dan modern tentang

watak manusia.

Ia kemudian menggabungkan diri dalam penyelidikan-penyelidikan yang

dilakukan “Lyman Beecher Lectures” di Yale, dan “Lecturship” di Universitas Uppsala,

Swedia, dan menerbitkan buku Faith and History (1949). Tulisan Niebuhr di atas adalah

bagian di antara pemikiran filosofisnya tentang sejarah. Buku-buku dia mengantarkan

pada thesis, bahwa pandangan tentang watak manusia yang tersebut dalam Bibel lebih

tinggi dari pada pandangan pemikiran Klasik dan Modern. Di samping itu ia juga

memiliki kumpulan-kumpulan tentang khutbah yang membangkitkan inspirasi dan berpe-

ngaruh, di antaranya The Children of Light and The Children of Darkness (1944), dan

Discerning the Signs of the Times (1946).

Di samping kemauannya yang luar biasa sebagai penceramah, Reinhold Niebuhr

bekerja sebagai penasehat pada beberapa presiden dan para politisi Amerika Serikat.

Tahun 1946, ia memperoleh “Presidential Freedom Award for Distinguished Service”.

Harold H.Titus et.al, dalam Living Issues in Philosophy (1979), memasukan dia

sebagai tokoh gerakan Kristen Neo-Ortodox Amerika Serikat, bersama-sama dengan Paul

Tillich. Tahun 1950-an Neo-Ortodox merupakan gerakan yang ber-pengaruh dalam

teologi Protestan. Tahun 1960-an gerakan tersebut menunjukkan gejala perpecahan

karena kecenderungan berkembangnya tradisi keagamaan yang sekular. Tahun 1970,

gerakan tersebut menjurus kepada dasar pengalaman ke-agamaan. Membaca pikiran

Niebuhr nampaknya tidak akan jauh dari realitas seperti pergolakan yang ada dalam

zaman itu. Untuk mendalami realitas ini John E Smith telah menulisnya, Experience and

God (Oxford University Press, 1968) Dalam tulisannya tentang “Keragaman dan Kesatuan dalam Sejarah”, Niebuhr sekali lagi ingin

meyakinkan bahwa etika Kristen telah dan akan mengantarkan pada proses kesatuan sejarah

yang baik. Agama merupakan acuan bagi jalannya sejarah manusia. Apa pun yang terjadi,

realitas kehan-curan manusia, adalah akibat mengumbar nafsunya secara berlebihan. Beberapa

kali ia menunjukkan bahwa konsep-konsep yang ada dalam Bibel adalah jalan kebaikan umat

manusia. Meskipun uraian dia mengutip banyak pikiran Spengleer dan Toynbee, untuk

menegaskan bahwa kebudayaan atau sejarah manusia ada tumbuh, berkembang dan dan mati.

Maka sinkronisasi dari pikiran Spengleer dan Toynbee bisa di satukan. Jika Spengleer

memandang bahwa kehancuran sejarah itu akibat tekanan hukum alam, namun Toynbee

kehancuran sejarah (kebudayaan) manusia tidak sepenuhnya oleh hukum alam, tapi oleh

ketidakmampuan manajemen manusia dalam mengatasi masalahanya. Atau akibat kegagalan

melakukan adaptasi dalam mengatasi masalahnya. Kedua pemikiran ini mempengaruhi

Niebuhr dalam mengartikulasi pikiran tentang sejarah manusia. Sehingga berujung pada

kesimpulan bahwa sejarah (kebudayaan) manusia memang memiliki jalan sejarahnya masing-

masing. Variasi dan keragaman sejarah umat manusia menunjukkan bentuk keragaman, dan

keraga-mannya bisa ada yang menyatukannya, itulah spirit of history. Spiritualitas sejarah

Page 81: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

81

terbelah antara yang baik dan buruk. Keburukan akibat mereka tidak dilandasi norma-norma

dan nilai-nilai ketuhanan.

Sejarah yang baik adalah selalu dalam bimbingan Tuhan, sebaliknya sejarah yang buruk

adalah yang lepas dari Tuhan, Antichrist. Dunia kejahatan juga bisa menyatukan jalannya

sejarah, meskipun kejahatan itu akan juga berujung pada kerinduan manusia akan sejarah

kebaikan. Ia mengakui gagasan klasik Kristiani yang diungkapakn oleh Augustinus, bahwa

dunia sejarah terbelah dua, kerajaan Tuhan dan kerajaan Iblis, Civitas Dei dan Civitas

Terenna. Namun bagi Niebuhr kejahatan sendiri pada ujungnya akan kembali pada kerinduan

akan nilai-nilai kebaikan. Lebih tegas pandangan Niebuhr tentang ini ia menyatakan: “Baik

Civitas Dei maupun Civitas Terenna tumbuh kembang dalam sejarah sebagaimana yang

diamati oleh Augustine. Tetapi kedua kubu ini tidak mempunyai sejarah mereka yang

terpisah-pisah. Kejahatan yang muncul di peng-hujung sejarah adalah apakah suatu gangguan

terhadap keba-ikan yang terakhir, atau ia merupakan sebuah penolakan yang tegas dan

tantangan terhadap kebaikan yang tidak akan mungkin tanpa penjajaran kebaikan. Katakan

saja bahwa kejahatan tersebut pada aslinya adalah negatif dan bersifat benalu, meskipun

begitu berbagai pengaruhnya adalah positif dan kekuatannya suatu yang lebih dari pada

penolakan yang lamban. Berbagai kelaliman modern bukanlah akhir produk dari sejarah

kelaliman yang sudah lama di mana kejahatan-kejahatan yang kuno dengan sadar telah

menjadi beradab hingga ketetapan jahatnya mereka sekarang ini. Kelaliman-kelaliman tersebut

gangguan-gangguan yang lebih baik karak-teristiknya pada suatu peradaban yang matang di

mana berbagai perlengkapan teknik telah menjadi peralatan yang lebih berdaya guna untuk

maksud-maksud yang lalim. Agama-agama pemujaan berhala modern, yang begitu sesuai

sepe-nuhnya dengan visi tentang “Binatang” (buas), yang “memper-dayakan pilihan itu

sendiri,” bukanlah buah akhir dari suatu sejarah yang mandiri tentang pemujaan terhadap

berhala…”.

DAFTAR PUSTAKA

Arnold J. Toynbee, The Study of History, Jilid IV.

Adam Welch, Visions of the End, tt.

Carl L. Backer, The Heavenly City of Eighteenth Century Philosophers, tt.

Oswald Spengler, The Decline of the West, tt.

Harold H.Titus et.al, Living Issues in Philosophy, 1979.

John E Smith, Experience and God, Oxford University Press, 1968.

Reinhold Niebuhr, Lyman Beecher Lectures, Universitas Upsalla, Swedia, 1949.

_______________ , The Diversity and Unity of History, tt.

_______________ , The Children of Light and The Children of Darkness, 1944.

_______________ , Discerning the Signs of the Times, 1946.

Page 82: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

82

MENDEFINISI ULANG MAKNA SAHABAT

Ajid Hakim

[email protected]

Abstrak

Makna sahabat menjadi beda tergantung pada perspektif dan kepentingan si penafsir.

Ada yang melihat sahabat sebagaimana manusia biasa umumnya, profan. Akan tetapi

ada juga yang menganggap sahabat sebagai manusia “terjaga” kulluhum ‘uduul.

Sehingga apa pun tradisi, perilaku dan track record yang telah terjadi dalam kehidupan

mereka, kita hanya naskut, menerima secara taken for granted bagian dari kehidupan

“kurun yang baik’. Gugatan dan proses penafsiran ulang makna sahabat menjadi perlu

dilakukan ketika sikap kultus masyarakat sudah berlebihan dan membawa pengaruh

pada hilangnya spirit makna Islam dan esensi risalah Rasulullah Saw. Untuk itu

dipandang perlu memberikan batasan secara ketat agar seseorang masuk pada kategori

sahabat, sehingga jumlah sahabat tidak terjadi pembengkakan. Sahabat definitif inilah

yang mampu merasa, menginternalisasi dan mampu menangkap makna keislaman,

sekaligus muncul ruhul jihadnya sebagai pendamping-pendamping setia Nabi dalam

proses islamisasi masyarakat yang belum tercerahkan.

Kata-kata Kunci

Makna, Sahabat, Iman, Hijrah, Jihad

Pendahuluan

Tulisan ini sejatinya diilhami Diskusi Buku Dr. Fu’ad Jabali dan Dr. Jalaludin

Rakhmat. Kedua panelis itu sama-sama membicarakan para sahabat. Hanya saja yang

satu melihat sahabat sebagai manusia biasa, manusia profan (Fu’ad Jabali, 2010: xivi).

Karena biasa kata Jalaludin Rakhmat dalam tulisannya, Sahabat Nabi; Kemusykilan

Sejarah, sahabat akan mudah ditiru oleh manusia-manusia kita yang bukan sahabat (Fuad

Jabali, 2010: xix).

Pembicara kedua lebih memandang sahabat sebagai sosok yang problematik.

Contoh sikap problematiknya para sahabat, Jalaludin Rakhmat menafsirkan pernyataan

tentang orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit (fi qulubihim maradl) dalam QS.

al-Mudatsir ayat 31, adalah Abu Bakar, Umar dan Utsman. Ketiga orang ini bermaksud

Page 83: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

83

membunuh Nabi di Bukit Aqobah, dengan cara melemparkan batu ke atas Nabi. Sebuah

fakta yang cukup menarik, seandainya hal ini betul terjadi.

Tentang kisah ini dalam pandangan Jalaludin dinilai dha’if. Karena ada salah satu

rowi yang cacat. Namun katanya Hadits ini dinilai shahih oleh Ibn Katsir sebagaimana

tercantum dalam Kitab Tafsir Ibn Katsir. Jalaludin mengkritik habis Al-Raji dalam

Mafatih al-Ghaib, tafsir besarnya. Karena Raji menfsirkannya sebagai munafik. Padahal

kata Jalaludin, pada waktu itu “munafik” belum ada. Karena surat ini diturunkan di

Makkah. Bahkan menurut satu riwayat, surat yang pertama kali bukanlah surat al-‘Alaq.

Menurut Jalaludin Al-Raji dipandang ragu menafsirkannya. Ia sangat terpaksa

menafsirkan munafik, walau belum ada orang munafik pada saat itu. Beliau sekali lagi

menggiring, orang-orang munafik itu adalah yang ketiga orang tadi yaitu, Abu Bakar,

Umar dan Utsman.

Saya merasa penasaran tentang penilaian terhadap Ibn Katsir ini. Karena beliau

sangat otoritatif dalam tafsir maupun al-Hadits. Ternyata setelah diteliti Ibn Katsir lebih

tegas dalam memaknai penggalan ayat fi qulubihim maradhun. Belaiu dengan singkat dan

tegas menyatakan al-munafiqiin (yaitu orang-orang munafik) (Ibnu Katsir, 1989: 513).

Ternyata hal ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas ulama). Setelah saya melakukan

konfirmasi dengan Tafsir Ibn Abbas, al-Thabari, dan Dzur al-Mantsur semuanya

menafsirkan dengan makna yang sama, yaitu merujuk pada orang-orang munafik. Lagi

pula sebelum ayat itu ada kata liyaqula. Kata ini jelas berbentuk fi’l al-mudhari’. Jadi

bermakna akan terjadi (di Madinah). Juga di akhir ayat tersebut terdapat prasa, madza

aradallahu bihadza matsala (mengapa Allah membuat perumpamaan seperti itu), dalam

hal ini tentang penjaga neraka yang banyaknya 19 buah itu (alaiha tis’ata asyar/untuk

neraka Syaqor ada 19 penjaga neraka). Ini jelas merupakan omongan orang-orang kafir.

Tipis kemungkinan itu merupakan omongan Abu Bakar, dkk.

Diskusi itu betul-betul semarak. Namun ada dua hal yang sangat mengganggu

pikiran saya, yaitu tentang tujuan hidup sahabat dan metode memahami sahabat. Dalam

Hayat al-Shabah, Syekh Maulana Yusuf menyimpulkan tujuan hidup sahabat merupakan

tujuan hidup Nabi. Karena kesamaan tujuan inilah mereka disebut sahabat. Dakwah dan

jihad merupakan tujuan dan sekaligus metode untuk mendapatkan iman sempurna

(Syeikh Maulana Yusuf, 2007). Dengan keimanan yang sempurna inilah mereka sanggup

Page 84: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

84

mengamalkan agama secara sempurna pula. Kalau mereka tidak sempurna, mereka tidak

akan diberi gelar radhiallahu anhum.

Metode

Metode memahami sahabat tentunya harus berbeda dengan pandangan para

orientalis. Mereka hanya terpaku pada teks ansich. Saya kira metode napak tilas,

merupakan cara terbaik dalam memahami sahabat. Mereka mendapatkan iman bukan dari

tek-teks wahyu yang berserakan, tapi mereka menemukan iman di medan-medan dakwah

dan medan jihad bersama Rasulullah. Kitab Hayat al-Shahabah merupakan gambaran

lengkap mengenai kehidupan sahabat, yang bersifat profan tapi juga bersifat ideal.

Metode napak tilas ini penting dipahami untuk mendapatkan ruh agama. Apalagi

dikatakan bahwa merekonstruksi sahabat Nabi adalah sama dengan dengan

merekonstruksi agama. Seseorang tak akan paham pahit manisnya agama kecuali

melakukan apa yang dilakukan oleh para sahabat, yaitu menjadikan hidupnya sebagai

dakwah dan jihad. Kalau tidak demikian, kita akan sama dengan orientalis dalam

memahami agama, dalam hal ini memahami sahabat.

Dua hal inilah yang tidak begitu jelas dalam diskusi itu. Tulisan ini berisi kesan-

kesan penulis mengenai diskusi tentang Sahabat-Sahabat Nabi itu. Dan penulis

menambahkan sedikit dari hasil resume itu.

Definisi Sahabat: Sepanjang Zaman

Mendefinisikan sahabat secara konseptual menurut Fuad Jabali (2010: 39-63)

ternyata bukan perkara yang mudah. Bahkan lebih dari itu, mendefinisikan sahabat

memiliki efek sensitif secara teologis. Karena sahabat secara rasional dan teologis

dipandang sebagai fondasi agama di samping teks-teks kewahyuan.

Setidaknya ada empat golongan sahabat yang berusaha mendefinisikan sahabat

yang satu sama lain berbeda. Pertama, definisi yang di buat oleh Anas ibn Malik, seorang

bekas khadam-nya Rasulullah SAW selama 10 tahun. Said ibn Musayab walau bukan

sahabat, penulis kategorikan pada kelompok awal. Anas ibn Malik mendefinisikan

sahabat sebagai orang yang berteman (shuhbah) dengan Rasulullah. Shuhbah disini

bermakna tinggal bersama Nabi. Said ibn Musayyab merupakan seorang tabi’in besar dan

Page 85: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

85

sekaligus ulama ahli al-Hadits, menyebut sahabat sebagai orang yang shuhbah dengan

Rasulullah setahun atau dua tahun dan ikut berperang dengan Rasulullah satu atau dua

kali. Dalam definisi ini orang yang hanya sekedar melihat saja kemudian pergi, tidak

dikatakan sahabat. Oleh karena itu Anas ibn Malik tidak mengkategorikan Abu Tufal

sebagai sahabat, meski bertemu dengan Rasulullah.

Kedua, Ahl al-Hadits. Definisi ini lahir sekitar 200 tahun setelah Hijrah. Tokoh

utama dalam definisi ini adalah Imam al-Bukhari, penulis Kitab Jami’ Shahih Muslim

yang terkenal itu. Beliau mendefinisikan sahabat sebagai orang yang bertemu Nabi,

beriman dan mati dalam keadaan iman. Terkadang konsep bertemu diidentikan dengan

konsep “melihat” (ra’a). Definisi ini sangat terbuka, karena memasukan semua orang-

orang yang pernah bertemu Nabi, iman dan mati dalam keadaan iman. Karena sangat

terbukanya definisi ini, sehingga orang-orang yang pernah murtad pun dikatakan sebagai

sahabat.

Definisi ini bersifat politis semata. Karena jika tidak dimasukan secara terbuka

dan sedemikian ketat, maka akan banyak sahabat yang tidak layak disebut sahabat,

padahal ada di antaranya banyak meriwayatkan al-Hadits, seperti Abdullah ibn Abi Sarah

(Fu’ad Jabali, 2010: 41). Oleh karena sangat ketatnya kalangan Mu’tazilah

mendefinisikan sahabat, mereka mensinyalir hanya ada sekitar 4000 sahabat saja.

Dampaknya jumlah al-Hadits akan menyusut drastis dari definisi yang dikemukakan oleh

al-Bukhari.

Oleh karena itu kaum Mu’azilah yang berada dalam kelompok Ushuliyun,

mendefinisikan sahabat sebagai orang yang bertemu, tinggal dan menjadi pengikut Nabi.

Demikian dikemukakan salah seorang tokohnya Ibn Shabbagh. Atau Abu Husain,

membatasi sahabat sebagai orang yang banyak menghadiri majelis-majelis Rasul

(majalis) dan tinggal bersama Rasulullah. Dari definisi ini maka orang-orang yang hanya

bertemu saja, tidak tinggal bersama, bukanlah sahabat. Inilah kelompok ketiga.

Keempat, Syi’ah. Syi’ah membatasi sahabat dengan sangat ketat dan bersifat

provokatif. Syi’ah berpendapat, semua sahabat adalah fasik kecuali Ali dan pengikutnya

(kulluhum fusuk illa ‘ali wa syi’atihi) (Said Nusawi, 1967: 57). Oleh karena itu dalam

pandangan Syi’ah banyak sekali sahabat yang gugur untuk sampai kepada keadilan

sahabat (‘adalah al-shahabah). Otomatis mereka hanya punya sedikit kitab al-Hadits.

Page 86: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

86

Salah satunya adalah Al-Kafi yang ditulis oleh Imam Kullani. Itupun menurut Muthahhari

tidak semuanya shahih. Bahkan ada di antaranya berderajat mawdhu’.

Definisi Ulang

Siapa sesungguhnya sahabat? Definisi yang masyhur, yang dipakai kalangan

Sunni, adalah orang yang melihat/ bertemu Nabi, beriman, dan mati dalam keadaan iman.

Melihat mempunyai kedudukan penting (jelaskan Shuhbah). Sebab melihat Nabi bisa

mendatangkan iman. Amr ibn al-‘Ash adalah sahabat yang dianggap paling terbelakang

masuk Islam. Dia sangat membenci Nabi. Cita-citanya adalah membunuh Nabi. Tapi

ketika melihat Rasulullah, beliau tidak bisa mengangkat kepalanya di hadapan

Rasulullah. Rasa benci berubah menjadi rasa cinta kepada Nabi yang luar biasa (Maulana

Yusuf, 2003: 206). Dan sejarah menunjukkan, bahwa beliau terbukti mampu menunjukan

keislaman yang sangat baik. Sehingga Umar ibn Khatab mengangkatnya sebagai

gubernur di Mesir. Demikian kuatnya pengaruh melihat, sehingga terbukti bisa

meningkatkan keimanan. Oleh karena itu kata Nabi, sebaik-baik orang adalah yang di

mana engkau melihat, mampu meningkatkan keimanan. Jadi betapa penting melihat

Nabi. Oleh karena itu Najasyi, meski beriman tapi tidak pernah shuhbah dengan Rasul,

tidak bisa dikatakan sahabat. Dengan dasar inilah para ulama Hadits, semacam al-

Bukhari memasukan konsep “melihat” sebagai batas pertama untuk dijadikan sahabat. Ini

hal yang pertama.

Kedua, beriman. Ini saya kira konsep yang tidak diperdebatkan lagi. Hanya saya

tambahkan, inherent ke dalam konsep ini adalah bai’at (janji setia kepada Rasulullah

untuk memperjuangkan Islam dan membela Rasulullah). Ketiga, mati dalam keadaan

iman. Dalam kisah Para Sahabat, Syekh Zakariya, pada waktu sebelum hijrah ke Yatsrib,

ada seorang sahabat yang murtad menjadi Nasrani. Kejadian ini terjadi pada saat kaum

Muslimin berhijrah ke Habsyah. Dan atas peristiwa ini, Ummu Habibah, sebagai istrinya,

dinikahi oleh Rasulullah. Fuad Jabali (2010: 46) mencatat ada 100 orang yang murtad di

kalangan sahabat pada zaman Rasulullah, seperti Abdullah ibn Abi Sarrah. Namu

umumnya mereka kembali lagi ke dalam Islam.

Berikut ini kita akan mendiskusikan tentang konsep sahabat secara historis dan

nash. Pertama, hijrah. Hijrah ini sangat penting. Bahkan maha penting. Bahkan hijrah

Page 87: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

87

lebih penting dari hijrah. Hijrah pada masa awal disebut sebagai salah satu rukun iman

terpenting, setelah syahadat. Dua ayat dalam al-Qur’an (4: 98 dan 16: 28) menjelaskan

tentang sahabat yang tidak hijrah. Asbab al-nuzul kedua ayat itu adalah sama, yaitu

terjadi pada perang Badar Kubra, tahun ke-1 Hijrah. Kaum Muslimin mengalami

kemenangan telak. Pasukan Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat kalah. Abu Jahal

(Umar ibn Hiyam), komandan tertinggi kaum kafirin mati terbunuh oleh dua anak remaja

Anshar. Di antara yang terbunuh adalah para sahabat Nabi yang telah bersyahadat kepada

Rasul. Namun mereka tidak mau berhijrah dengan alasan dunia. Ketika itu ada dialog

antara Malaikat dan sahabat yang tidak ikut hijrah. “Mengapa kalian berada dipihak

musuh?”, tanya Malaikat. “Kami adalah orang-oang lemah.” “Tidakkah bumi Allah itu

luas?”. Akhir dari ayat itu, mereka orang-orang beriman itu masuk neraka jahanam,

dengan abadi. Oleh karena itu Nabi bersabda berkaitan dengan kisah itu, man tasyabbaha

biqaumin fahwa minhum (barang siapa menyerupai sesuatu kaum, maka mereka sama

dengan kaum itu). Jadi sahabat itu karena berada di kelompok kafir, maka sama

kedudukannya dengan orang-orang kafir yang terbunuh pada perang Badar. Dengan

demikian hijrah merupakan ciri utama sahabat. Ketiadaan hijrah, menyebabkan

dipecatnya seseorang dari gelar kesahabatan. Bahkan mereka digolongkan menjadi

orang-orang kafir (Imam Suyuthi dan Al-Mahalli, 1991). Hijrah menjadi esensi

keimanan. Tidak ada iman kecuali dengan hijrah. Al-Qur’an menyebut sahabat-sahabat di

Makkah sama dengan orang yang belum iman. Allah selalu memanggil dengan sebutan

al-naas (manusia). Bukan dengan sebutan beriman (amanu). Jadi Allah seolah-olah

berkata, meskipun kalian sudah beriman namun tidak sah tanpa hijrah. Dan konsep al-

naas, kelak akan menjadi penghuni bahan bakar api neraka bersama batu-batu

(waquuduha al-naas wa al-hijaaratu u’iddat li al-kafirin). Sedemikian penting, makna

hijrah dan kaitannya dengan iman, seseorang yang beriman bisa kehilangan gelar sahabat

Nabi, disebabkan tidak ikut hijrah.

Ciri kedua adalah jihad. Jihad dalam kontek asal dan historis setidaknya mengacu pada

dua hal: dakwah dan perang. Dakwah disebut sebagai jihad yang sangat besar (jihadan

kabiira), demikian Maulana Yusuf (2007) dalam Muntakhob Ahadits. Justeru inilah jihad

yang asal dan prinsip. Adanya perang dalam sejarah karena untuk menyelamatkan

dakwah. Dakwah ditekan dan mau dibinasakan. Lebih dari itu orang-orang kafir

Page 88: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

88

bermaksud menghancurkan kaum muslimin sebagai pembawa dakwah. Maka dengan

sangat terpaksa jihad dilakukan. Jadi jihad pada pengertian kedua adalah perang, yakni

dengan maksud defensif. Sama sekali tidak ada motivasi yang bersifat opensif.

Jihad ini jauh lebih penting dari hijrah dan lebih penting dari iman. Karena hijrah

merupakan metode untuk mendapatkan iman yang sempurna. Untuk melihat urgensi

jihad, mari kita telaah kisah-kisah sahabat setelah hijrah di Madinah. Dalam sejarah,

Rasulullah mengislamkan orang Madinah hanya sampai satu atau dua minggu. Semuanya

masuk Islam kecuali suku kecil dari Bani Khajraj dan bangsa Yahudi. Jadi mayoritas

penduduk Madinah masuk Islam, baik laki-laki atau pun perempuan. Hal ini merupakan

proses islamisasi yang sangat cepat (Syari’ati, 2010: 55).

Tapi tak lama kemudian lahir konsep munafik di kalangan kaum Anshar

(Muhammad Haikal, 1994: 513). Jumlahnya cukup fantastis, sekitar 300 orang. Al-

Qur’an menyebut orang munafik dengan kata munafiq sendiri atau dengan alladzina fii

qulubihim maradl (orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit). Penyait itu dalam

bentuk keraguan, lemah keyakinan, memilih dunia dari pada agama, dll. Tapi masalahnya

mengapa mereka jadi munafik, padahal pada awalnya mereka adalah Muslim dan

beriman. Kata kuncinya terletak pada jihad --memperjuangkan Islam dalam suka dan

duka dengan sungguh-sungguh.

Dengan kata lain, sahabat yang tidak jihad, jadilah munafik. Dan kemunafikan ini

adalah pasti (qath’i). Dalam al-Qur’an Surat al-Ankabut (29): 69 Allah berfirman: “Dan

orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami

tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”. Oleh karena itu sahabat yang tidak jihad

akan menanggung konsekuensi kemunafikan. Mereka tidak akan diberi faham agama (laa

yafqohuun fi al-din), tidak memperoleh iman dan hati mereka sakit. Dengan jihad, cahaya

(nur) iman akan masuk ke dalam hati. Karena hati yang bermujahadah dalam jihad akan

bersih dari nafsu. Dan ketika hati bersih dari nafsu, iman pun masuk. Maka dengan nur

iman inilah, manusia mampu melihat kebesaran Allah, menangkap alam akhirat dan

semangat mengamalkan agama. Karena dalam agama mereka melihat ada kejayaan dan

kebahagiaan yang sangat besar daripada sekedar keuntungan duniawi. Maka pantas orang

yang berjihad mendapat gelar orang yang beriman. Dan orang yang tidak berjihad akan

menjadi kafir. Karena menyatakan kafir tidak mungkin--berdasarkan pengakuan dan

Page 89: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

89

lingkungan--maka akhirnya mereka memiliki keperibadian ganda: dalamnya kafir dan

luarnya muslim. Itulah munafik. Jadi aspek kedua yang menggagalkan gelar kesahabatan

adalah jihad fi sabilillah.

Ada lagi kasus tiga orang sahabat. Bahkan mereka sebagai ahli Badar. Dan

karenanya punya kedudukan tinggi. Kisahnya sebagai berikut: Tiga orang sahabat itu

adalah Ka’ab ibn Malik, Hilal ibn Umayah dan Murrah ibn Rafi (Syeikh Zakariya, 2003:

698-699).

Waktu itu terjadi perang Tabuk. Yakni perang melawan bangsa Romawi. Tidak

seperti biasanya Rasulullah mengumumkan tujuan perang secara jelas. Karena biasanya

Rasulullah tidak meyebutkan rute. Waktu itu musim panas, Rasulullah memberikan

targhib pengorbanan baik diri dan harta dengan sangat serius. Para sahabat

memperlihatkan pengorbanannya, Abu Bakar membawa seluruh harta, Umar sepertiga

harta, Utsman separuh harta, dan Ali karena tidak punya harta, menggadaikan dua

anaknya Hasan dan Husen, kepada seorang Yahudi tengik. Sahabat lain pun ikut

berkorban sesuai dengan kemampuannya. Maka singkat cerita berangkatlah perang ke

Tabuk, pada musim panas dan paceklik. Kecuali tiga orang sahabat yang sebagaimana

tersebut di atas.

Ka’ab ibn Malik tidak ikut berperang karena sibuk dengan urusan keluarga.

Keluarganya baru datang dari luar kota. Maka dia ingin membahagiakan keluarganya.

Nanti akan menyusul pada sore hari, pikirnya. Tapi sampai sore kesibukan itu masih

belum berakhir. Akhirnya Ka’ab tidak ikut perang sampai pasukan Rasulullah tiba

kembali.

Hilal ibn Murrah. Dia bermaksud tidak ikut perang dengan alasan Rasulullah

tidak akan marah, karena sebelumnya selalu terlibat dalam berbagai peperangan. Tak

apalah untuk sekali ini pikirnya, dia mengkhususkan untuk bercengkrama dengan

keluarga. Lagi pula pikirnya umur sudah tua. Pasti tidak dipersoalkan oleh Rasulullah. Ia

pun akhirnya tidak ikut berperang.

Murrah ibn Abi Rafi. Beliau punya kebun kurma yang banyak kebetulan saat itu

musim panen tiba. Kalau kurma tidak segera dipanen saat itu, maka akan gagal dan

merugi, kurma menjadi busuk. Maka tak apalah pikirnya, dia tidak terlibat dalam Perang

Tabuk. Akhirnya ia pun tidak jadi ikut ke Tabuk.

Page 90: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

90

Dampak dari kelakuan itu adalah tidak diterimanya tobat tiga orang sahabat itu

selama hampir dua bulan. Mengenai penderitaan ini, Allah memuatnya dalam al-Quran

surat al-Taubah. Mereka tidak diajak bicara oleh Rasulullah selama 50 hari. Dan akhirnya

seluruh sahabat memboikot ketiga sahabat tadi. Rasulullah memerintahkan agar anak dan

istrinya ikut memboikot tiga sahabat tadi, tanpa kecuali.

Demikianlah ancaman Rasulullah terhadap orang yang tidak ikut jihad, meski

hanya satu kali. Bagaimana kalau meninggalkan jihadnya beberapa kali, seperti yang

terjadi pada orang-orang munafik. Sedemikian pentingnya jihad, hampir saja tiga ahli

Badar tersebut tergolong kelompok munafik, dikelurkan dari kemuliaannya sebagai

sahabat, jihadlah yang menjadi pembatas antara orang beriman dan orang munafik.

Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa ciri esensial sahabat ada tiga aspek,

iman, hijrah dan jihad. Ketiadaan ciri-ciri ini, menegasikan gelar kesahabatan mereka.

Sebenarnya masih ada satu ciri lagi, tapi tidak mutlak, yaitu batas waktu. Batas itu

adalah futuh Makkah. “Tidak akan sama orang yang berjuang dan berinfak sebelum dan

sesudah futuh Makkah” (Q.S, 50: 10). Al-Qur’an pada dasarnya adalah kisah dua

makhluk, Rasulullah dan para sahabat. Kisah itu adalah sekitar perjuangan Nabi dan

sahabat dalam memperjuangkan agama ke seluruh alam. Kemudian kisah itu direkan

secara global dalam al-Qur’an. Jadi al-Qur’an adalah merupakan sirrah Nabi dan sahabat

sekaligus. Dan kisah perjuangan itu berakhir sampai dengan futuh Makkah. Maka setelah

futuh Makkah tidak ada lagi ayat yang menceritakan tentang kisah perjuangan Nabi dan

sahabat. Kecuali satu ayat pada Q.S. al-Maidah: 3. Atau menurut pendapat lain, al-Fath

yang jumlahnya hanya 4 ayat. Pada kedua ayat ini hanya menceritakan kesempurnaan

Islam dan tentang kemenangan perjuangan Nabi dan sahabat.

Maka otomatis orang-orang yang masuk Islam pada hari futuh Makkah, baik

secara sukrela atau pun terpaksa, tidak masuk dalam khitab sebagai sahabat. Betul

mereka--katakanlah--beriman, tapi mereka tidak pernah hijrah dan jihad, sebagaimana di

khitab dalam al-Qur’an. Maka secara substansi keislaman mereka diragukan. Kalau

masa-masa sulit saja banyak orang yang murtad dan munafik, bagaimana orang-orang

yang berislam tanpa perjuangan kecuali pengalaman berjuang memusuhi Rasulullah dan

Islam. Tentu akan banyak menimbulkan masalah kelak dikemudian hari. Dengan kata

lain kemurtadan dan kemunafikan akan jauh lebih banyak. Pertama, mereka tidak

Page 91: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

91

berjuang bersama Rasulullah, karenanya tidak punya rasa memiliki kepada Islam. Kedua,

Rasulullah sebagai figur yang berwibawa dan otoritatif sudah tidak ada. Bisa

dibayangkan, tokoh-tokoh penting yang mungkin terpaksa masuk Islam antara lain Abu

Sufyan ibn Harb, yang cita-citanya menghancurkan Rasulullah dan Islam; Amru ibn

‘Ash. Masih saudara sesuku dengan Abu Sufyan, yakni suku Bani Umayah; dan Ikrimah

ibn Abu Jahal. Ia betul-betul terpaksa masuk Islam. Setelah dikejar-kejar oleh istrinya

sampai ke tepi laut. Oleh karena itu Ulama Sunni memasukkan orang seperti ini sebagai

sahabat generasi terakhir, yaitu generasi ke lima.

Belum lagi kasus Abdullah ibn Abi Sarah (Fuad Jabali, 2010: 49). Dia pernah

ikut perang Badar. Namun dalam pribadi dia ada ketidakikhlasan dalam keislamannya,

akhirnya murtad kembali. Kemudian dia kembali ke Makkah dan kerjanya merubah-

merubah al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah. Kemudian disebarkannya kepada kaum

Quraisy. Nasibnya sama dengan Amr ibn Ash dan Ikrimah, mereka divonis hukuman

mati oleh Rasulullah. Namun eksekusi itu terpaksa dibatalkan karena mereka merengek

kepada Utsman ibn ‘Affan. Akhirnya mereka menjadikan Utsman sebagai jaminan.

Mereka aman dibawah perlindungan Utsman. Dan Utsman punya kedekatan dengan Nabi

sebagai sahabat besar (akaabir al-shahabah). Untung saja kaum Sunni masih berbaik

hati, memasukan mereka dalam katagori sahabat yang mulia. Kalau tidak, bisa

dibayangkan. Sedangkan jumlah orang yang masuk Islam setelah futuh Makkah pasti

jumlahnya lebih banyak daripada sahabat yang telah hijrah ke Madinah. Belum lagi

dengan mereka yang masuk Islam dari Provinsi Thaif. Jadi secara faktual jumlah mu’allaf

setelah futuh Makkah jauh lebih berlimpah daripada sahabat. Oleh karena itu serentetan

fitnah sepeninggal Rasulullah bisa dilacak akar-akarnya dari masa ini.

Tapi secara teologis orang termulia itu bukan hanya sahabat, tapi ada juga yang

disebut orang-orang yang mengikuti jejak sahabat (wa man tabi’ahum bi ihsan ila yaum

al-diin). Demikian dalam Q.S. Al-Taubah: 100. Dengan kata lain yang disebut tabi’in

secara de jure adalah manusia-manusia yang yang mengikuti langkah sahabat. Apa

langkah-langkah sahabat itu? Pertama, iman. Setelah iman mereka diperintah untuk

memperkuat keimanannya, wahai orang-orang yang beriman, berimanlah! (yaa ayyuha

al-ladzina aamanu, aminu). Maka untuk mendapatkan iman sempurna mereka harus

jihad. Ini metode iman. Dan supaya iman tersebar ke seluruh alam mereka diwajibkan

Page 92: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

92

oleh Rasul untuk berhijrah (QS. 2: 18, 8: 72, 8: 74 dan 8:75). Iman merupakan tujuan

hidup sahabat. Dakwah, jihad dan hijrah merupakan langkah-langkah untuk mencapai

tujuan itu.

Di samping hijrah ada juga konsep anshar (nushrah). Mengapa konsep nushrah

menjadi penting, karena jihad dan hijrah tak akan berjalan dengan baik tanpa kehadiran

orang-orang Anshar. Kerjasama antara muhajirin dan anshar itulah yang menjadikan

agama tersebar ke seluruh alam.

Bukti ini ada dalam sejarah. Untuk pertama kali Nabi dan sahabatnya hijrah ke

Habsyah, mereka menyambutnya dengan baik. Mereka menyediakan tempat saja, sedang

soal penyebaran agama, tidak tahu menahu, terserah. Dampaknya agama tidak tersebar.

Karena kerjasama yang kurang baik antara Anshar dan Muhajirin. Bukti kedua, ketika

Nabi bermaksud hijrah ke Bani Tsaqif, Thaif. Untuk kali ini sama sekali tidak ada

kerjasama. Hampir saja nyawa Nabi melayang, karena habis dikejar dan dilempari batu

hingga berlumuran darah. Hidayah tak mungkin tersebar.

Baru ketika ke Yatsrib Nabi dan sahabat mendapat sambutan. Mereka sanggup

membela Nabi dan Islam dengan diri dan harta. Bahkan dengan kematian sekalipun.

Bai’at al-Ridlwan menjadi saksi ketulusan orang-orang Madinah. Saking senangnya

Allah dengan perjanjian ini, hingga turunlah Q.S. Al-Fath (48): 18. Dengan kerja yang

baik ini, agama yang tadinya kecil tersebar ke seluruh dunia. Inilah bukti kerja sama yang

baik antara Anshar dan Muhajirin.

Inilah pola hijrah dan nushrah dalam memperjuangkan agama. Manusia yang

datang setelah sahabat, lalu mengambil pola pergerakan sahabat dalam perjuangan

agamanya, disebut tabi’in. Ketiga kelompok ini akan mendapat derajat tertinggi di sisi

Allah berupa keridhaan-Nya, radhiallahu ‘anhum wa radhuu ‘anh (Allah meridhai para

sahabat, dan mereka pun riha terhadap Allah). Tidak ada derajat paling tinggi kecuali

ridha Allah.

Penutup

Demikian ulasan tentang makna sahabat yang perlu pendefinisian ulang agar

betul-betul selektif. Sahabat sebagai transmitter bagi sabda dan sunnah Rasul bisa

Page 93: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

93

menjadi rujukan otoritatif sebagai pelaku-pelaku utama dalam mengisi dan menjalankan

perannya sebagai pengikut-pengikut Nabi pada kurun yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Syari’ati, Muhammad SAW Khatim al-Nabiyyin min al-Hijrat Hatta al-Wafat,

terjemahan Afif Muhammad, Mizan, Bandung, 2010.

Al-Raji, Mafatih al-Ghaib, Maktabah Syamilah, Saudi Arabia, tt.

Fu’ad Jabali, Sahabat Nabi; Siapa, Kemana dan Bagaimana, Mizan, Jakarta, 2010.

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, Maktabah Syamilah, Saudi Arabia, 1989.

Imam Suyuthi dan Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, Darul Fikr, Beirut, 1991.

Said Nusawi, As-Syi’ah Hum Ahlu Sunnah wal Jamaah, Mizan, Teheran, 1967.

Safiuddin Raifuri, Sirah Nabawiyyah, Syamil, Jakarta, 2007.

Syeikh Maulana Yusuf, Hayat al-Shahabah, terjemahan Ahmad Dusturi Jilid I dan II,

Pustaka Ramadhan, Bandung, 2007.

Syekih Zakariya, Kisah–kisah Para Sahabat, terjemahan Maulana Nanang, Pustaka

Ramadhan, Bandung, 2003).

Maulana Yusuf, Muntakhab Ahadits, terjemahan Ahmad Nurcholis Adab, Ashaf,

Yogyakarta, 2003.

Muhammad Haikal, Hayat Muhammad, terjemahan Ali Audah, Litera Antar Nusa,

Jakarta, 1994.

Page 94: Historia Madania - · PDF fileJurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas ... timbul dan berkembangnya suatu ... hegemoni kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan tetangga

94