Sejarah khi di indonesia
-
Upload
alalan-tanala -
Category
Law
-
view
84 -
download
2
Transcript of Sejarah khi di indonesia
1
KOMPILASI HUKUM ISLAMSEBAGAI HUKUM TERAPAN
DI PERADILAN AGAMA
Dirangkai oleh::Drs.H.Fathur Rohman Ms.MH.
Hakim PA BanyuwangiTahun 2015
18/02/1436
2
PENDAHULUAN• Sistem hukum Indonesia mengikuti hukum
Belanda, dan Belanda pernah dijajah Perancis mewarisi tradisi civil law, terutama kode Napoleon.
• Ciri utama civil law adalah peraturan perundangan terkodifikasi. Hukum Islam walau punya sumber tertulis Qur’an, Sunnah dan pendapat fuqaha’, umumnya tidak terkodifikasi dalam bentuk buku perundang-undangan yang mudah dirujuki.
• Hakim sejak zaman Nabi Muhammad saw. tdk mutus perkara berdasar pasal-pasal yg jelas dari kitab undang-undang yg sdh baku, tapi berdasar hukum umum yg disarikan dari tiga sumber tertulis di atas. 18/02/1436
3
• Karena itu, dari sudut ini, sistem peradilan Islam lebih mirip dengan tradisi common law (hukum umum) yang berlaku di Inggris dan negara-negara Commonwealth.
• Bahkan di zaman Raffles, peradilan Islam
di Jawa, yaitu peradilan surambi yang bertempat di serambi masjid agung, pernah menggunakan sistem jury, setelah pemerintahan kembali ke Belanda, sistem jury yg menjadi ciri pengadilan common law ditiadakan.
18/02/1436
4
Setelah Indonesia merdeka, kepastian hukum ditentukan oleh peraturan perundangan. Dengan kelahiran Undang-Undang Nomor 14/1970 ttg. Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, ditetapkan bhw Organisasi, Administrasi dan Keuangan Pengadilan dilakukan oleh Departemen terkait (Pengadilan Agama oleh Departemen Agama), dan pembinaan teknis yudisial oleh Mahkamah Agung. 18/02/1436
5
• Undang-undang ini baru dilaksanakan oleh Departemen Agama tahun 1983 setelah penandatanganan 4 SKB Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama.
• Selama pembinaan teknis oleh Mahkamah Agung dirasakan segi kelemahan dalam penerapan hukum Islam di Pengadilan Agama, terutama karena beragam pendapat tentang suatu masalah dalam fiqh Islam.
• Dari sinilah muncul gagasan membukukan hukum yg diterapkan di Pengadilan Agama dlm bhs perundang-undangan, maka lahirlah tiga buku Kompilasi Hukum Islam.18/02/1436
6
Hukum Islam Hukum Yang Hidup di Indonesia
• Seminar Masuk dan Berkembang Islam di Indonesia di Medan tahun 1963 menyatakan bahwa agama ini telah masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijrah atau ketujuh/kedelapan Masehi.
• Beberapa abad kmd, Islam telah dianut oleh suku bangsa di Indonesia, & sejak masa itu hukum Islam sdh menjadi bagian yg tdk terpisah dari perjalanan hidup mayoritas bangsa Indonesia.
• Hukum adalah bagian terpenting agama Islam. Sebagai bagian dari agama, hukum Islam bersifat diyânî, karena aplikasinya tergantung pd ketaatan individu penganutnya, inti agama (dîn) antara lain tunduk patuh pada aturan yg dibawa oleh agama.
18/02/1436
7
• Hukum Islam sbg hukum agama lebih luas dari hukum dlm pemahaman Barat yg mengaitkan hukum hanya dg institusi negara.
• Hukum Islam dalam pengertian Barat (sempit) bersifat diyâni, dan qadhâ’î (judicial, penegakan sistem peradilan). Disebut qadhâ’î, karena agama (dîn) berpengertian tunduk & patuh, serta balasan (jazâ’) yg bersifat duniawi & ukhrawi.
• Balasan duniawi atas pelanggaran hukum agama ditetapkan oleh pengadilan (qadhâ’), balasan akhirat ditetapkan oleh Allah shg hari akhirat dlm Qur’an disebut hari agama (yaumuddîn) atau hari pembalasan atas pelanggaran & kepatuhan pd hukum Allah di dunia.
18/02/1436
8
Hukum Islam (arti luas) diklasifisir pd 3 kelompok
• Pertama: hukum ttg thahârah (bersuci, mandi)
& ibadah formal spt sholat, puasa, zakat & haji (zakat & haji penekanan pd hukum qadhâ’í). Bidang ini tdk termasuk hukum dlm pemahaman Barat.
• Kedua: hukum ttg munakahah (tunangan, nikah, cerai, perwalian, waris dll. (hukum qadhâ’î). Betapapun kecil komunitas muslim, maka hukum Islam dlm bidang ini dijalankan dlm komunitas tsb, baik komunitas unit terkecil masyarakat, maupun negara. Dalam bahasa perundang-undangan disebut perdata khusus.
• Ketiga: hukum ttg kehidupan publik spt pelanggaran thd kamtibmas, kejahatan thd diri, harta & HAM, sengketa berbagai hal, pengawasan pasar, keadaan perang, hubungan antar negara dll. (qadhâ’î).
18/02/1436
9
• Pelaksanaan hukum bidang ketiga ini lebih tergantung pada kekuatan negara, administrasi pemerintahan dan penegak hukum. Karena itu, ia bersifat qadhâ’í yang memerlukan lembaga di bawah negara berdaulat yang memberikan penilaian dan kata akhir ttg terlaksana atau tidak hukum dlm kehidupan bermasyarakat.
• Ketiga bagian hukum inilah hukum yang hidup dlm masyarakat Indonesia dg variasi pelaksanaannya, baik segi wilayah atau periodisasi sejarahnya.
18/02/1436
10
• Ketika VOC datang ke Indonesia untuk berdagang, & dilanjutkan menguasai wilayah, mrk tidak faham ttg hukum yang hidup dlm masyarakat Indonesia.
• Awalnya mrk hanya menerapkan hukum Belanda di kapal & koloni mrk & membiarkan anak negeri berjalan sesuai dengan hukum mereka sendiri.
• Setelah Belanda merekrut orientalis dlm mendalami agama & budaya Indonesia, barulah mrk tahu bhw hukum Islam adalah hukum yang hidup dalam masyarakat.
• Pemahaman ini didahului dg usaha kompilasi oleh beberapa orang orientalis di beberapa daerah seperti kompilasi Muharrar, Freijer dll.
18/02/1436
11
• Usaha kompilasi kmd dihentikan tanpa alasan yg jelas setelah dlm penelitian ditemukan bhw hukum yg hidup pada umumnya bersumber dari hukum Islam.
• Bila usaha ini berlanjut secara tulus, tidak mustahil yg terhimpun kmd adalah kompilasi hukum Islam dari berbagai bidang.
• Puncak pengakuan Belanda ini: penerapan teori receptio in complexu oleh van den Berg, intinya bhw bg muslim berlaku hukum Islam walau bervariasi dlm madzhab & praktek.18/02/1436
12
• Akhirnya keluarlah Koniklijk Besluit No. 24 (Staatblad No. 152/1882) yang mendasari pembentukan Pengadilan Agama di Jawa Madura dengan sebutan Bepaling Betreffende de Priesterraaden op Java en Madoera.
• Sekalipun keputusan ini lebih bersifat administratif & prosedural & tdk didukung oleh pengembangan hukum Islam secara sistematis, tapi ia telah merupakan pengakuan kuat atas keberlakuan hukum Islam di Indonesia.
• 18/02/1436
13
Dengan cerdik teori ini diubah oleh Snouck Hurgronje yg meneliti hukum Islam di Aceh. Selanjutnya van Vallenhoven memasyhurkan teori resepsi yg mengatakan bhw hukum Islam dpt berlaku bila telah diterima oleh hukum adat. Padahal penelitian di zaman kemerdekaan, ternyata sebaliknya yg benar, bhw hukum adat baru dpt diterima bila telah diserap oleh hukum Islam. Inilah yg disebut oleh Suyuti Thalib sebagai receptio a contrario dg pengertian "hukum adat baru berlaku kalau tidak bertentangan dengan hukum Islam.“
18/02/1436
14
• Inilah yang terjadi di banyak daerah di Indonesia seperti Aceh, Minangkabau, Jambi, Palembang, Bengkulu, Lampung dll.
• Pertanyaan blm terjawab dlm sejarah hukum Indonesia ttg alasan kenapa Belanda berpihak kpd hukum adat yg belum jelas formatnya sbg hukum yg berlaku utk warga bumi putera daripada hukum Islam sendiri atau hukum Belanda yang sudah berformat jelas.
• Alasan pengamat hukum antara lain: politik devide et empera, trauma Perang Salib atau tulus kpd budaya hukum warga bumi putera sendiri.
•
18/02/1436
1518/02/1436
LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KHI
• Hukum Islam sebagai hukum yang hidup di Indonesia didukung oleh pemahaman hukum ahli hukum, literatur hukum dan pendidikan hukum formal dan non formal.
• Semuanya saling berhubungan dengan
dunia Islam yang lain. Sekalipun ummat Islam Indonesia sering disebut bermazhab Syafi‘ie, pemikiran hukum Islam yang berkembang di tengah masyarakat juga mencakup mazhab-mazhab yang lain.
1618/02/1436
• Begitu banyak pendapat dalam suatu mazhab sehingga melahirkan putusan yang tidak seragam dalam praktek hukum Islam yang berlaku di pengadilan.
• Putusan yang sangat bervariasi mengancam kepastian hukum bagi pencari keadilan, dalam kasus yang sama memungkinkan ada putusan yang lebih dari satu.
• Pendapat yang berbeda-beda dalam fiqh Islam sudah tentu membawa kepada putusan yang berbeda-beda pula di lembaga peradilan, dan selanjutnya akan memperjauh kesatuan persepsi dalam penerapan hukum.
1718/02/1436
• Putusan yang mengandalkan pendapat hukum kepada buku-buku fiqh yg beraneka ragam membutuhkan hakim dan pejabat pengadilan yang mempunyai keahlian tinggi dan penguasaan prima terhadap berbagai pendapat hukum.
• Mereka dibutuhkan mempunyai kualitas mujtahid yang dapat memutuskan perkara yg dihadapkan kepada mereka berdasarkan pendapat berbagai ahli dan pendapat mereka sendiri.
1818/02/1436
• Di segi lain pendidikan hukum yg memungkinkan seorang hakim mendapatkan kualifikasi yg demikian tinggi semakin berkurang.
• Pendidikan hukum Islam yg ada, baik di Indonesia maupun di tempat lain di dunia Islam, masih bersifat tradisional dan pengajarannya tdk secara sistematis diarahkan sbg hukum yg berlaku di pengadilan.
• Sejak berdiri sekolah hukum (Rechtschool) pertama di Jakarta tahun 1909 dan sekolah tinggi hukum (Rechthoogesschool) tahun 1928 utk pendidikan hakim & pejabat kehakiman, tidak pernah ada usaha dari Belanda utk mendirikan pendidikan yg sama untuk hakim & pejabat kehakiman di Peradilan Agama.
• Bahkan hakim & pejabat kehakiman di Pengadilan Agama, dengan alasan tdk ikut campur dlm urusan agama, tidak mendapat gaji dari pemerintah.
1918/02/1436
• Politik etis Belanda hanya berdampak pd pendidikan hukum umum & tdk pd hukum Islam sbg hukum yg hidup.
• Kesempatan ini baru ada stlh Indonesia merdeka & stlh berdiri Departemen Agama yg antara lain mengurus masalah peradilan.
• Mulai dari Hazairin sampai kepada murid-muridnya yg ahli, para ahli hukum Islam tdk lagi berpegang kpd teori resepsi, ttp kpd produk perundangan yang menyatakan ttg keberlakuan hukum Islam. Arahnya adalah kodifikasi dan kompilasi.
• Arah ini sdh tampak jauh sebelum ini di Malaysia, Turki dan negara-negara Arab.
2018/02/1436
• Seiring peredaran waktu, kitab fiqh yg dipakai di Pengadilan Agama juga mulai tersaring alami shg tdk lagi tak terbatas seperti sebelumnya.
• Penyaringan alami tsb krn keterbatasan ilmu hakim yg bertugas di peradilan dan buku yg mrk pelajari di lembaga pendidikan spt di pesantren dan madrasah.
Akhirnya SE Biro Peradilan Agama No. B/1/735 tgl 18.02.1958 sbg pelaksanaan PP No. 45/1957 - Pembentukan PA/MaSya di luar Jawa Madura menganjurkan hakim agama memakai 13 kitab fiqh pedoman, yaitu:
2118/02/1436
1. Al-Bajuri;2. Fathu al-Mu‘în3. Asy-Syarqowî ‘alâ at-Tahrîr;4. Al-Qalyûbî/al-Mahallî;5. Fathul-Wahhâb wa Syarhuh;6. At-Tuhfah;7. Targhîbul-Musytâq;8. Al-Qowânînusy-Syar‘iyyah li Sayyid bin
Yahyâ;9. Al-Qowânînusy-Syar‘iyyah li Sayyid
Shadaqah Dachlan;10.Asy-Syamsûrî fil-Farâ’id;11.Bughyatul-Mustarsyidîn;12.Al-Fiqh ‘alal-Madzâhibil-Arba‘ah;13.Al-Mughnîl-Muhtâj.
2218/02/1436
• Walau rujukan di PA disederhanakan, tetapi krn kemampuan hakim agama zaman sekarang tdk banyak memahami bahasa Arab & kitab klasik berbahasa Arab, ternyata penyederhanaan itu msh memberatkan bg mayoritas hakim.
• Keadaan rujukan berbahasa Arab
juga menyulitkan pengacara & pihak yang terlibat dlm perkara untuk memahami dalil hukum yang digunakan.
2318/02/1436
Penegakan hukum sangat tergantung kepada aparat penegak hukum, peraturan hukum dan kesadaran masyarakat terhadap hukum. Pembenahan aparat dan kesadaran masyarakat memerlukan pendidikan dan pembudayaan yang akan memakan waktu lama. Sedangkan paraturan hukum dapat diwujudkan melalui kodifikasi dan kompilasi. Idealnya adalah membuat kodifikasi hukum berbagai bidang melalui proses pembuatan hukum yang normal di DPR, tetapi hal itu belum dapat dilakukan karena berbagai faktor antara lain kemauan politik.
2418/02/1436
Sementara itu, sebuah peraturan hukum Islam yang baku sudah merupakan kebutuhan mendesak di pengadilan. Masalah sebenarnya bukanlah masalah tidak adanya peraturan hukum. Peraturan-peraturan hukum sudah ada dan sudah diterapkan di pengadilan selama beratus-ratus tahun, tetapi belum dihimpun dalam sebuah buku hukum yang sistematis dan mudah dirujuki. Karena itu, kebijakan yang ditempuh adalah menuliskan kembali peraturan-peraturan hukum yang sudah ada itu dalam sebuah buku, atau karangan, atau susunan (compilation).
2518/02/1436
"To compile" dalam bahasa Inggeris berarti "to collect into one work" (menghimpun menjadi satu karya) atau "to compose out of materials from other documents“ (menyusun bahan-bahan dari dokumen-dokumen yang lain).Kompilasi menurut Black's Law Dictionary: "penghimpunan peraturan-peraturan hukum yang ada sebelumnya dalam bentuk peraturan-peraturan tersebut dibuat menjadi hukum dengan pembuangan bagian-bagian yang telah dibatalkan dan penggantian amandemen-amandemen dalam sebuah penyusunan yang bertujuan untuk memudahkan penggunaannya.“
2618/02/1436
Bila dihubungkan dg kitab-kitab fiqh yang pernah digunakan sebelum ini di Pengadilan Agama/Mahkamah Syar‘iyah, atau secara khusus 13 kitab yg kemudian disederhanakan, maka kitab-kitab tsb adalah kitab-kitab yang mengandung peraturan hukum yang disederhanakan melalui sebuah usaha kompilasi sesuai kebutuhan dan praktek yang berlaku sehingga menjadi sebuah buku peraturan hukum yang mudah dirujuki.
2718/02/1436
Metode/Pendekatan Penyusunan KHI
Kompilasi Hukum Islam dimulai dari penandatanganan SKB Ketua Mahkamah Agung & Menteri Agama ttg Penunjukan Pelaksanaan Proyek Pembangunan Hukum Islam melalui Yurisprudensi No. 07/KMM/ 1985 dan No. 25 Tahun 1985 tgl 25 Maret 1985 di Yogyakarta.Landasan yuridisnya: UU No.14/1970 Pasal 20 ayat (1): ”Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.”
2818/02/1436
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia terdiri dari tiga buku: Buku I tentang Hukum Perkawinan, Buku II tentang Hukum Kewarisan, dan Buku III tentang Hukum Perwakafan. Semuanya terdiri dari 229 pasal. Kompilasi ini didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia No.1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 dan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No.154 Tahun 1991 tanggal 22 Juli 1991.
2918/02/1436
Penyusunannya dimulai dengan membuat daftar masalah di bidang hukum Islam yang menjadi kewenangan Peradilan Agama. Setelah tahap penyeleksian, didapatkan 102 masalah pokok. Pengumpulan data dilakukan melalui 4 jalur:1. jalur ulama, 2. jalur kitab-kitab fiqh, 3. jalur Yurisprudensi Peradilan
Agama,4. jalur studi perbandingan di negara
lain.
3018/02/1436
Pengumpulan data pertama dilakukan melalui wawancara dg 193 ulama dari berbagai wilayah Indonesia. Wawancara yg mengambil tempat di 10 lokasi Pengadilan Tinggi Agama ini (Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Bandung, Surakarta, Surabaya, Banjarmasin, Ujung Pandang dan Mataram) sekitar 102 masalah yg sudah diseleksi oleh Panitia.Pengumpulan data dari kitab fiqh oleh 7 IAIN yaitu dari kitab yg banyak/sering dipakai di Indonesia. IAIN yg kebagian: IAIN Banda Aceh, Padang, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Banjarmasin.
3118/02/1436
• Penelitian Yurisprudensi Pengadilan Agama dilakukan thd 16 buku yg merupakan yurisprudensi dari th 1976 sampai th 1984.
• Sementara itu, studi perbandingan dilakukan di Maroko (2 hari), Turki (2 hari) dan Mesir (2 hari). Studi perbandingan ini tampaknya hanya bersifat simbolis sekedar untuk memberikan legalitas. Para peneliti yg dikirim utk tujuan ini ke luar negeri hanya bertemu para pejabat di tiga negara dlm tempo yg sangat singkat (dua hari utk setiap negara).
• Karena keterbatasan waktu, juga kesulitan bahasa, para peneliti barangkali tdk sempat membandingkan Rancangan KHI dg kompilasi atau kodifikasi serupa di negara-negara tersebut. Hasil dari studi banding itu juga tdk pernah dipublikasikan.
3218/02/1436
• Selain 4 jalur tsb, informasi juga didapatkan dari 3 kali sidang Bahts al-Masâ’il NU di 3 pesantren NU di Jawa Timur dan dari seminar Kompilasi Hukum Islam oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah.
• Data dari sumber di atas diolah oleh Tim Besar Proyek Pembinaan Hukum Islam. Hasil rumusan tim ini diolah lagi oleh sebuah tim inti terdiri dari 9 orang.
• Setelah 20 kali pertemuan, tim inti berhasil merumuskan 3 naskah buku Rancangan Kompilasi Hukum Islam (RKHI) ttg Perkawinan, Kewarisan dan Kewakafan.
3318/02/1436
• Tiga naskah buku RKHI dibahas kembali dalam sebuah lokakarya di Jakarta dari 2-6 Februari 1988, dihadiri 124 Ulama & cendekiawan muslim.
• Setiap buku dibahas dlm sebuah komisi khusus. Hasil rumusan tiga komisi dirapatkan kembali oleh Panitia Besar utk penghalusan bahasa.
• Hasil akhir kerja Tim Besar disampaikan oleh Menteri Agama dlm surat No.MA/123/1988 kpd Presiden R.I.
• akhirnya keluar Instruksi Presiden No.1/1991 agar menyebarluaskan KHI dan melaksanakan instruksi itu dengan sebaik-baiknya.
3418/02/1436
Untuk itu, Menteri Agama menerbitkan SK No. 154/1999 tgl 22 Juni 1991 yg isinya agar:1. Departemen Agama serta lembaga
pemerintah lainnya menyebarluaskan KHI;
2. Dep. Agama dan lembaga terkait sedapat mungkin menggunakan KHI dalam menyelesaikan masalah perkawinan, kewarisan dan kewakafan, di samping peraturan perundangan lainnya, dan
3. Dir.Jen. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Urusan Haji mengkoordinasikan pelaksanaan Keputusan Menteri Agama ini di bidang masing-masing.
3518/02/1436
Kedudukan KHI sbg Hukum Terapan di PA
Sejak Instruksi Presiden dan Surat Keputusan Menteri Agama tsb, KHI secara praktis telah menjadi hukum materil terapan di Peradilan Agama yg digunakan oleh para hakim, pengacara dan pencari keadilan di samping kutipan kpd ayat Qur’an, Hadits atau pendapat tertentu dari Kitab Fiqh serta peraturan perundangan yang lain.Sandaran yuridis formal KHI adalah Instruksi Presiden No. 1/1991, dan Instruksi Presiden tdk ditemukan dlm hirarki perundangan Indonesia.
3618/02/1436
• Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966: tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, Tap MPR, Undang-Undang/Perpu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan seterusnya,
• Tap MPR Nomor III/2000: tata urutannya adalah UUD 1945, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Peraturan Daerah.
• Salah satu konsekuensinya adalah bahwa KHI tidak boleh bertentangan dengan undang-undang.
3718/02/1436
Dari sudut ini, maka KHI masih merupakan kelanjutan dari kitab fiqh yg menjadi rujukan Pengadilan Agama sebelum ini & sekarang telah disederhanakan menjadi buku hukum berdasarkan ijmâ‘ jumhûr al-‘ulamâ’ al-indonîsiyîn (konsensus moyoritas ulama Indonesia). Menurut Ismail Suny, hukum materil yg diatur dlm KHI dpt saja berbentuk Instruksi Presiden; hal itu krn hukum perkawinan, kewarisan & kewakafan yg berlaku sejak lama adalah hukum Islam. Sandaran hukumnya Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yg menyatakan bhw Kekuasaan Presiden utk memegang kekuasaan pemerintahan negara."
3818/02/1436
• Terlepas dari perbedaan pendapat ttg status yuridis formalnya, KHI dlm kenyataannya tlh menjadi pedoman di Peradilan Agama, Peradilan Tinggi Agama & Mahkamah Agung.
• Kompilasi atau kodifikasi hukum betapapun lengkapnya tdk akan pernah memuaskan semua pihak. Kekurangan dpt diatasi bila disertai dg kearifan para pemakainya, terutama para hakim di pengadilan, dg menggali semangat yg ada di balik KHI & hukum yg hidup dlm masyarakat.
3918/02/1436
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang status yuridis formalnya, KHI dalam kenyataannya telah menjadi pedoman di Peradilan Agama, Peradilan Tinggi Agama dan Mahkamah Agung. Kompilasi atau kodifikasi hukum bagaimanapun lengkapnya tidak akan pernah memuaskan semua pihak. Kekurangan dapat diatasi bila disertai dengan kearifan para pemakainya, terutama para hakim di pengadilan, dengan menggali semangat yang ada di balik KHI dan hukum yang hidup dalam masyarakat.
4018/02/1436
• Sebagai produk usaha manusia, KHI perlu penyempurnaan dari waktu ke waktu. Dari segi legal formal, di samping penyempurnaan dan pengembangan, KHI harus ditingkatkan statusnya menjadi undang-undang sehingga masuk secara jelas dalam hirarki perundangan Indonesia.
• Keberatan terhadap KHI dari segi penamaan. KHI hanya mencakup hukum Islam ttg tiga hal: Perkawinan, Kewarisan dan Kewakafan, padahal hukum Islam mencakup semua bidang bahkan lebih luas dari hukum umum.
4118/02/1436
Di negara lain dunia Islam peraturan hukum seperti yg dimuat dalam KHI disebut Qanûn al-Ahwâl asy-Syakhshiyyah.
Nama tepat untuk KHI adalah Kompilasi Hukum Perkawinan, Kewarisan dan Kewakafan Islam (KHPKKI), dan bila dapat ditingkatkan menjadi undang-undang, maka bernama Kitab Undang-undang Hukum Perkawinan, Kewarisan dan Kewakafan Islam.
4218/02/1436
• Keberatan lainnya adalah, bila KHI ditingkatkan statusnya menjadi undang-undang, maka dikhawatirkan pembuat undang-undang Indonesia telah membatasi sifat universal hukum Islam, mengurangi kreatifitas para hakim, dan selanjutnya menghambat pengembangan hukum Islam melalui ijtihad dan pendapat baru.
• Kekhawatiran seperti ini dapat dipahami mengingat keluasan dan keluwesan hukum Islam sepanjang sejarahnya yang panjang sehingga masyarakat mempunyai banyak opsi untuk memilih pendapat yang lebih cocok dengan kondisi dan zaman mereka.
• Bahkan sebagian besar fuqaha’ terkenal masa lalu enggan menuliskan mazhab mereka untuk menjadi hukum materiil di suatu negara.
4318/02/1436
Dengan diberlakukan satu mazhab, mereka khawatir akan menutup pintu kepada mazhab atau pendapat lain yg mungkin saja lebih benar & lebih tepat dari pendapat mereka. Mengingat kesalehan & kerendahan hati para imam mujtahidin ini, kita memahami alasan mereka. Sungguhpun dmk, keberatan spt ini tdk lagi dpt dipertahankan pd waktu ini. Sebagian besar perundangan modern tlh mengantisipasi keberatan ini, misalnya, dg membuat klausal tertentu yg memungkinkan undang-undang tertentu direvisi, disempurnakan dan bahkan dibatalkan di masa depan bila tdk lagi cocok dg hukum yg hidup dlm masyarakat. Perundang-undangan Indonesia, termasuk UUD 1945 yg disakralkan pd masa Orde Baru, sdh banyak yg mengalami revisi, penyempurnaan & pembatalan seperti ini.
4418/02/1436
PenutupHukum Islam bersifat diyânî (keagamaan) dan qadhâ’î (yudisial) sehingga perlu lembaga peradilan untuk menyelesaikan sengketa perkara pelanggaran hukum oleh masyarakat. Kenyataan ini diakui Belanda sejak 1882 dg. membentuk Priesterraad (Pengadilan Agama). Di PA hakim memutus perkara dg. hukum Islam seperti kitab fiqh, berbeda dengan PN (Landraad) memutus perkara berdasarkan hukum Adat. Pada tahun 1937, beranjak dari teori resepsi yg diusulkan Snouck Hurgronje, pemerintah jajahan membatasi wewenang Pengadilan Agama.Sungguhpun demikian, hukum Islam seperti termaktub dalam kitab-kitab fiqh tetap merupakan sandaran utk memutus perkara di Pengadilan Agama.
4518/02/1436
Kitab-kitab ini oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1957 disederhanakan menjadi hanya 13 kitab. Untuk memudahkan tugas hakim agama dan untuk lebih memberikan kepastian hukum kepada pencari keadilan, maka pemerintah melalui Mahkamah Agung dan Departemen Agama merintis proyek Kompilasi Hukum Islam berdasarkan hukum Islam yang hidup dalam masyarakat.Kompilasi ini didasarkan pada Instruksi Presiden dan dijalankan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama pada tahun 1991, dan sejak itu KHI telah menjadi hukum terapan di Pengadilan Agama.
4618/02/1436
كعبة رفيالDisampaikan pada Pendidikan Calon Hakim Pengadilan Agama di Komplek PPPG Keguruan, Parung, Bogor, 20 Agustus 2001.1. [1] A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam Di Indonesia (Bandung: PT Alma‘arif, 1981), hlm.7.
2. [2] John Ball, Indonesian Legal History 1602-1848 (Sydney: Oughtershaw Press, 1982), hlm. 226-236.
3. [3] Ibid, hlm. 68-74.4. [4] Istilah "Priesterraaden" atau Pengadilan Paderi
tidak tepat untuk Pengadilan Islam karena agama ini tidak mengenal sistem kepaderian atau kepastoran seperti pada agama-agama lain. Priesterraad diterjemahkan dengan Rad Agama atau Landjrat Agama atau Pengadilan Surambi, dan kemudian Pengadilan Agama. Notosusnato, Peradilan Agama Islam di Djawa dan Madura (Yogyakarta: tanpa penerbit, 1953, hlm. 7.
5. [5] Sajuti Thalib, Receptio A Contrario: Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam. Jakarta: Penerbit Academia, 1980.
4718/02/1436
1. [6] Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional (Jakarta: Rajawali Press, cetakan kedua, 1995), hlm. 153.
2. [7] Daniel S.Lev, Islamic Court in Indonesia (Berkeley and Los Angeles: University of California Press, 1972), hlm. 14,15.
3. [8] Rifyal Ka‘bah, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Universitas Yarsi, 1999), hlm. 51-59.
4. [9] Instruksi Presiden R.I. Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama R.I., 1996/97), hlm. 124.
5. [10] Longman Dictionary of the English Langguage (Burnt Mill, Harlow: Longman, 1984), hlm. 297
6. [11] "A bringing together of preexisting statutes in the form in which they were enacted, with the removal of sections which have been repealed and the substitution of amendments in an arrangement designed to facilitate their use."Black's Law Dictionary (St. Paul: West Publishing Co., 1990, 11th reprint, 1997), hlm. 284.
4818/02/1436
1. [12] Insturksi Presiden R.I., hlm. 127.2. [13] Ibid., hlm. 130.3. [14] Ibid., hlm. iii-iv, 1-3.4. [15] Busthanul Arifin, "Pelaksanaan
Kompilasi Hukum Islam", pidato penyerahan 3 buku Kompilasi Hukum Islam kepada Menteri Agama dan Ketua Mahkamah Agung R.I., Jakarta tanggal 26 Desember 1987, hlm. 28.
5. [16] Ismail Suny, "Kompilasi Hukum Islam Ditinjau Dari Sudut Pertumbuhan Teori Hukum di Indonesia" dalam Mimbar Hukum No.4 Tahun II/1991.
4918/02/1436
[17] Salah seorang yang terlibat dalam Panitia KHI menyatakan: "Jangan mimpi seolah-olah KHI sudah final dan sempurna. Jangan tergoda oleh bayang-bayang kepalsuan untuk menganggap KHI sebagai karya sejarah yang monumental dan agung. Keliru sekali impian dan khayalan seperti itu. Yang benar, terima dan sadarilah KHI dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaannya. Pengkaji dan perumusnya adalah manusia biasa dengan segala sifat "empemiral" yang melekat pada diri mereka. Oleh karena yang membuatnya terdiri dari manusia-manusia yang bersifat empemiral, sudah pasti KHI banyak sekali mengandung kelemahan dan ketidak-sempurnaan. "M.Yahya Harahap, "Materi Kompilasi Hukum Islam" dalam Dadan Muttaqien et.al.(eds.), Peradilan Agama & Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia (Yogyakarta: UII Press, Edisi 2, 1999), hlm. 120.
edited by: Drs.H.Fathur Rohman Ms.MH. _ Banyuwangi, 18.03.13
5018/02/1436
5118/02/1436
5218/02/1436
Twitter: Fathur Rohman@TurtlekumbangFacebook: Alalan Tanala
Blog: Drs.H.Fathur Rohman Ms.MH.Tawa Show
Maktabah SyamilahInsan Beriman
[email protected]@yahoo.com
[email protected]@gmail.com
Email: [email protected]