Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia

download Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia

of 11

Transcript of Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia

Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia

T U G A S K E L O M P O K

PROSES MASUKNYA AGAMA ISLAM DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI DEMAK

Disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh

Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia

Dosen Pengampu : Dra. Rr. Sri Wahyu Sarjanawati, M. HumProgram Strata 1 FIS Program Studi Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Semarang

Oleh

1. Kusniawati

(3101410053)

2. Devi Kiswanti

(3101410077)

3. Wahyu Setyawati

(3101410080)

4. Eka Aprilia Permatasari(3101410092)

5. Fathimah Zahra

(3101410093)

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011Sejarah Kebudayaan Islam di DemakSejarah awal penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh walisongo (sembilan wali). Berikut ini adalah informasi singkat mengenai walisongo."Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

Sunan Ampel atau Raden Rahmat

Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim Sunan Drajat atau Raden Qasim

Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq

Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin Sunan Kalijaga atau Raden Said

Sunan Muria atau Raden Umar Said

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Menurut cerita, sebelum menjadi Walisongo, Raden Said menjadi seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi. Dan hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari,Saat Raden Said ke hutan,ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas,ia merampas tongkat itu. Katanya,hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi,Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha,maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.

Karena itu,Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tep sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur,tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian,Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai,maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.

Jenis-jenis Kebudayaan Islam di Demak

1. Seni Arsitektur/Bangunan

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 Masehi.

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Tiang ini konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai 'saka tatal'Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, yang dibangun oleh para Wali Songo pada tahun 1478 pada masa pemerintahan Sultan Patah, hingga sekarang masih nampak berdiri kokoh. Masjid ini merupakan cagar budaya yang memiliki nilai histories dan arkeologis. Secara arsitektural salah satu keistimewaannya adalah bentuk atapnya limas piramida bertingkat tiga yang menjadi khas bentuk masjid di Jawa, ini menunjukkan akidah islamiyah yaitu iman, Islam dan ihsan. Memiliki empat soko guru yang salah satunya konon dibuat dari tatal.

Masjid Agung Demak terletak di jalan Raden Patah dan mudah dijangkau dijalur jalan Semarang Surabaya, disebelah utara masjid pengunjung dapat berziarah kemakam anggota keluarga kerajaan Demak. Fasilitas yang tersedia : Tempat parkir, MCK, Warung makan , kios cinderamata, museum.

Masjid Agung Demak

Tampak depan dari Masjid Agung Demak

LetakDesa KaumanDemak, Jawa Tengah, Indonesia

Masjid Agung Demak di akhir abad ke-19MASJID AGUNG DEMAK DAN WAYANG KULIT

Sunan Giri Peresmian Masjid DemakPeresmian Masjid Demak

Dalam peresmian Masjid Demak, Sunan Kalijaga mengusulkan agar dibuka dengan pertunjukan wayang kulit yang pada waktu itu bentuknya masih wayang beber yaitu gambar manusia yang dibeber pada sebuah kulit binatang. Usul Sunan Kalijaga ditolak oleh Sunan Giri, karena wayang yang bergambar manusia itu haram hukumnya dalam ajaran Islam, demikian menurut Sunan Giri.Jika Sunan Kalijaga mengusulkan peresmian Masjid Demak itu dengan membuka pegelaran wayang kulit, kemudian diadakan dakwah dan rakyat berkumpul boleh masuk setelah mengucapkan syahadat, maka Sunan Giri mengusulkan agar Masjid Demak diresmikan pada saat hari jumat sembari melaksanakan shalat jamaah Jumat. Sunan Kalijaga yang berjiwa besar kemudian mengadakan kompromi dengan Sunan Giri. Sebelumnya Sunan Kalijaga telah merubah bentuk wayang kulit sehingga gambarannya tidak bisa disebut sebagai gambar manusia lagi. Lebih mirip karikatur seperti bentuk wayang yang ada sekarang ini.Sunan Kalijaga membawa wayang kreasinya itu dihadapan sidang para Wali.Karena tak bisa disebut sebagai gambar manusia maka akhirnya Sunan Giri menyetujui wayang kulit itu digunakan sebagai media dakwah. Perubahan bentuk wayang kulit itu adalah dikarenakan sanggahan Sunan Giri, karena itu, Sunan Kalijaga memberi tanda khusus pada momentum penting itu. Pemimpin para dewa dalam pewayangan oleh Sunan Kalijaga dinamakan Sang Hyang Girinata, yang arti sebenarnya adalah Sunan Giri yang menata.Maka perdebatan tentang peresmian Masjid Demak bisa diatasi.Peresmian itu akan diawali dengan shalat Jumat, kemudian diteruskan dengan pertunjukan wayang kulit yang dinamakan oleh Ki Dalang Sunan Kalijaga. Peranan Sunan Giri dalam perjuangan Wali Songo sebenarnya masih banyak, diantaranya akan kami turunkan dalam bab lain di buku ini.

2. Seni Pewayangan Dalam sejarahnya,para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Bahkan para wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain yaitu Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus dicari (Wayang Golek).

Disamping menggunakan wayang sebagai media dakwahnya,para wali juga melakukan dakwahnya melalui berbagai bentuk akulturasi budaya lainnya contohnya melalui penciptaan tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu, shalat, dan sebagainya. Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal dengan minatnya dalam berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal.Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Fakta sejarah memberikan gambaran kepada kita bahwa Islam hadir ke bumi pertiwi tidak dengan penumbangan kekuasaan maupun agresi militer ataupun jalan-jalan pemaksaan lainnya,namun melalui jalan damai yaitu akulturasi budaya.Secara cerdas Walisongo menginisiasi pencerdasan dan pembangunan masyarakat secara kultural dan dari sanalah penyebaran Islam dilakukan.Sebuah pelajaran berharga mengenai bagaimana menyikapi perbedaan.Bahkan kita melihat bagaimana wayang sekalipun yang notabene berasal dari ajaran animisme yang sangat kontras dengan ajaran Islam dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan Islam setelah dilakukan modifikasi terlebih dahulu.Para penyebar agama Islam di tanah air dahulu mencoba menggali dan memahami adat istiadat dan khazanah budaya yang ada terlebih dahulu untuk kemudian dimanfaatkan untuk berdakwah.

Wayang sebagai salah satu metode penyebaran dakwah Islam para wali di Indonesia sangatlah mengena buat masyarakat di tanah air kita ini. Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi, pipih yang memiliki dua tangan yang dapat digerakkan dengan stik dan dimainkan oleh seorang dalang, yang mana kata ini diambil dari bahasa arab ???? (dallun) yang artinya juru penerang. Oleh karenanya, di dalam cerita wayang itulah terkandung nilai moral dan akhlak, perihal keimanan sampai pada thariqah (jalan) menuju ketaqwaan kepada Allah SWT. Secara umum wayang bercerita hal yang batil/jahat akan tertumpas oleh kebenaran (haq).

Pertunjukan wayang umumnya diselenggarakan pada malam hari dengan menggunakan lampu obor yang disebut blencong. Penonton melihat di depan layar (kain putih) bayangan wayang yang dimainkan oleh dalang.

Wayang yang sejak dahulu telah melekat di hati masyarakat, telah dijadikan sarana dakwah untuk mengajarkan thariqah najiyah (jalan menuju keselamatan) oleh para wali dalam misinya menyebarkan agama Islam di Indonesia. Bahkan konon dengan keandalan Sunan Kalijogo, beliau mampu membuat cerita-cerita baru yang bernafaskan Islam untuk menunjang kepentingan dakwahnya. Seperti penokohan semar yang diambil dari bahasa arab (sammar bit-thaah) yang artinya bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah, gareng yang diambil dari kata (naala qoriina) yang artinya bergaul dengan teman yang baik, petruk yang diambil dari kata (fatrukil maashiy) yang artinya tinggalkan segala perbuatan maksiat, bagong yang diambil dari kata (bil-gaum) yang artinya dakwah kepada masyarakat/kaum, dan masih banyak lagi penokohan lain sebagai sarana dalam misi beliau untuk menyebarkan dakwah Islam di Indonesia.

Demikianlah sekilas tentang wayang yang hingga kini masih banyak diminati oleh kalangan masyarakat, karena bentuk dan ragam hiasnya yang menarik. Nah, selain merupakan peninggalan budaya bangsa, selayaknyalah kita melestarikannya sebagai kekayaan sarana dakwah Islam yang kita miliki.

3. Seni Tarian

Tari ZippinTari Zippin merupakan tari khas Demak yang bermula dari desa Betengan Demak. Tari zippin biasanya diiringi dengan musik rebana. Pakaian para penari zippin masih memiliki unsur melayu di dalamnya. Mereka mengenakan sarung yang diikat pada pinggang penari. Mereka berlenggak lenggok sesuai irama musik rebana. Biasanya tarian ini dibawakan ketika menyambut hari Raya Islam.

4. Seni Musik/Rebana

Rebana Modern, merupakan kesenian dengan menggunakan rebana yang dipadu instrument musik elektronik dan syair yang dinyanyikan bernuansa religius agama Islam dengan perpaduan gerak tari zippin pesisiran. Biasanya musik rebana dipertunjukkan pada saat Hari Raya Islam maupun saat adanya pengajian.

SHAPE \* MERGEFORMAT

5. Kebudayaan ReligiMAKAM SUNAN KALIJAGA

Setiap hari banyak peziarah yang berziarah makam Sunan Kalijaga baik di Hari Raya ataupun tidak Masa cuti perjalanan ke Bandung, Cirebon, Brebes, Solo, Demak & Jogja dimanfaatkan juga buat ziarah ke makam wali atau sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari 9 wali penyebar agama Islam pertama di tanah Jawa. Terletak di Jl. R. Sahid, Kadilangu 1,5 km sebelah timur kota Demak banyak dikunjungi para peziarah terutama pada malam Jumat Kliwon.

Keunikan Seni Budaya

Grebeg Demak, merupakan prosesi ritual dengan kegiatan ziarah kemakam Sultan-sultan Demak dan Sunan Kalijaga, pasar malam rakyat, Sholat Ied serta penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga (Kutang Ontokusuma dan keris Kyai Cubruk).