sejarah jurnalistik

8
Keberadaan dunia jurnalistik Indonesia tentu saja tidak lepas dari sejarah jurnalistik Indonesia itu sendiri. Begitupun dengan keberadaan para jurnalis Indonesia. Mereka ada tentu saja karena sejarah jurnalistik Indonesia. Sebuah sejarah yang mendasari kegiatan jurnalisme di Indonesia. Berbicara mengenai sejarah jurnalistik Indonesia sudah pasti tidak bisa lepas dari sejarah jurnalistik dunia. Perkembangan jurnalistik di Indonesia juga tidak luput dari pengaruh jurnalistik di negara lainnya. Sejarah Jurnalistik Indonesia – Berakar pada Sejarah Jurnalistik Dunia Sejarah Jurnalistik dunia yang ikut memengaruhi cerita sejarah jurnalistik Indonesia dimulai jaman Romawi Kuno, pada masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM). Pada saat itu, terdapat acta diurna yang memuat semua hasil sidang, peraturan baru, keputusan-keputusan senat dan berbagai informasi penting yang ditempel di sebuah pusat kota yang disebut Stadion Romawi atau “Forum Romanum” . Kata diurna sendiri berarti harian atau setiap hari, dan acta yang berarti catatan. Kata-kata ini kemudian

description

sejarah mengenai jurnalistik

Transcript of sejarah jurnalistik

Page 1: sejarah jurnalistik

Keberadaan dunia jurnalistik Indonesia tentu saja tidak lepas dari sejarah jurnalistik

Indonesia itu sendiri. Begitupun dengan keberadaan para jurnalis Indonesia. Mereka

ada tentu saja karena sejarah jurnalistik Indonesia. Sebuah sejarah yang mendasari

kegiatan jurnalisme di Indonesia.

Berbicara mengenai sejarah jurnalistik Indonesia sudah pasti tidak bisa lepas dari

sejarah jurnalistik dunia. Perkembangan jurnalistik di Indonesia juga tidak luput dari

pengaruh jurnalistik di negara lainnya.

Sejarah Jurnalistik Indonesia – Berakar pada Sejarah Jurnalistik Dunia

Sejarah Jurnalistik dunia yang ikut memengaruhi cerita sejarah jurnalistik Indonesia 

dimulai jaman Romawi Kuno, pada masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM). 

Pada saat itu, terdapat acta diurna yang memuat semua hasil sidang, peraturan baru,

keputusan-keputusan senat dan berbagai informasi penting yang ditempel di sebuah

pusat kota yang disebut Stadion Romawi atau “Forum Romanum” .

Kata diurna sendiri berarti harian atau setiap hari, dan acta yang berarti catatan. Kata-

kata ini kemudian berkembang menjadi journal (jurnal) yang berarti catatan. Journal

menjadi dasar dari kata journalistik atau journalism yang kita kenal hingga sekarang.

Kata ini juga dikenal dalam perjalanan sejarah jurnalistik Indonesia.

Sejarah jurnalistik di kawasan Asia pertama kali terjadi di Cina. Sejarah jurnalistik di

kawasan Asia ini, juga ikut serta dalam “pembentukan” cerita sejarah jurnalistik

Indonesia yang notabene sama-sama berasal dari kawasan Asia. Surat kabar pertama

kali terbit di Cina tahun 911, yaitu Kin Pau. Surat Kabar ini milik pemerintah ketika

zaman Kaisar Quang Soo. Tidak berbeda dengan di Jaman Caesar, Kin Pau berisi

keputusan rapat, hasil musyawarah dan berbagai informasi dari Istana.

Page 2: sejarah jurnalistik

Jauh sebelum terkenal di kawasan Asia, istilah jurnalistik lebih dulu akrab dengan

masyarakat Eropa. Di Eropa tidak jelas siapa pelopor pertamanya. Namun, padi 1605,

Abraham Verhoehn di Antwerpen Belgia mendapat izin mencetak Nieuwe

Tihdininghen. Akhirnya, pada 1617, selebaran ini dapat  terbit 8 hingga 9 hari sekali.

Sejarah jurnalistik yang terjadi di Eropa, dapat dipastikan menyebar hingga kawasan

Asia, dan ikut berpartisipasi dalam pembentukan cerita sejarah jurnalistik Indonesia

maupun negara-negara yang ada di kawasan Asia lainnya.

Beranjak ke Jerman, di tahun 1609, terbitlah surat kabar pertama bernama Avisa

Relation Order Zeitung. Pada 1618, muncul surat kabar tertua di Belanda bernama

Coyrante uytItalien en Duytschland. Surat kabar ini diterbitkan oleh Caspar

VanHilten di Amsterdam. Kemudian surat kabar mulai bermunculan di Perancis

tahun 1631, di Itali tahun 1636 dan Curant of General newsterbit, surat kabar pertama

di Inggris yang terbit tahun 1662.

Berbicara mengenai sejarah jurnalistik Indonesia, semua itu tidak bisa lepas dari

pengaruh sejarah jurnalistik yang ada di berbagai negara, khususnya negara-negara

yang ada di kawasan Eropa. Pengaruh-pengaruh tersebut menyebar tentu saja melalui

beberapa cara. Salah satunya yang memungkinkan masuknya istilah jurnalistik ke

Indonesia adalah melalui penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara yang ada di

Eropa seperti Belanda.

Sejarah Jurnalistik Indonesia

Sebagai ‘anjing’ pengawas kekuasaan, perkembangan jurnalistik di Indonesia selalu

berkaitan erat dengan pemerintahan dan gejolak politik yang terjadi. Cerita sejarah

jurnalistik Indonesia mulai merebak  pada masa pergerakan. Berdasarkan sejarah,

jurnalistik Indonesia dibagi menjadi 3 golongan.

1. Pers Kolonial

Page 3: sejarah jurnalistik

Sejarah jurnalistik Indonesia pertama dimulai oleh orang-orang Belanda. Saat itu

dibangun sebuah persatuan jurnalistik. Persatuan jurnalistik tersebut dikenal juga

dengan istilah Pers Kolonial. Pers Kolonial merupakan pers yang dibangun oleh

orang-orang Belanda di Indonesia. Pada Abad ke-18, muncul surat kabar berama

Bataviasche Nouvellesd. Sejak saat itu bermunculan surat kabar dengan bahasa

Belanda yang isinya bertujuan untuk membela kaum kolonialis.

2. Pers Cina

Berkembangnya dunia jurnalistik di Indonesia juga taklepas dari pengaruh orang-

orang Cina. Sejarah jurnalistik Indonesia yang berhubungan dengan kaum dataran

Cina ini dimulai dari kemunculan surat kabar yang dibuat oleh orang-orang Cina.

Media ini dibuat sebagai media pemersatu keturunan Tionghoa di Indonesia.

3. Pers Nasional

Sejarah jurnalistik Indonesia yang sesungguhnya dimulai saat gerakan Pers Nasional

muncul pada abad ke-20 di Bandung dengan nama Medan Priayi. Media yang dibuat

oleh Tirto Hadisuryo atau Raden Djikomono, diperuntukan sebagai alat perjuangan

pergerakan kemerdekaan. Tirto Hadisuryo akhirnya dianggap sebagai pelopor peletak

dasar-dasar jurnalistik modern di Indonesia.

Sejarah Jurnalistik Indonesia – Dari Penguasa hingga Industri

Sejarah jurnalistik Indonesia menjadi tonggak berkembangnya Pers Indonesia itu

sendiri. Terlebih setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

Mulailah bermunculan berbagai surat kabar baru. Jika dilihat berdasarkan situasi

politik dan pemerintahan yang terjadi sejak kemerdekaan hingga saat ini, pers di

Indonesia mengalami beberapa fase sebagai berikut.

Page 4: sejarah jurnalistik

1. Pers sebagai Alat Perjuangan

Sejarah jurnalistik Indonesia terus bergulir.  Setelah reformasi, pers dibutuhkan

sebagai alat pemersatu bangsa. Dari tahun 1945 hingga 1950 masih ada pergolakan

untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Fungsi pers di sini sebagai pemberi

informasi dan sebagai alat provokasi untuk mengajak rakyat agar mau berjuang

bersama.

Beberapa surat kabar yang ada saat itu adalah Soeara Merdeka (Bandung), Berita

Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta

Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia. Surat kabar tersebut menjadi saksi bisu

cerita sejarah jurnalistik Indonesia.

2. Pers Partisipan (Pers sebagai Alat Politik)

Pada 1950 -1960, setelah Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, pergolakan

politik di dalam negara pun mulai terjadi. Pers di Indonesia mulai terjebak menjadi

media politik. Surat kabar menjadi alat propaganda tiap partai politik. Tiap-tiap surat

kabar menjadi alat untuk menjatuhkan partai lain sehingga situasi negara semakin

panas dan menjadi kacau. Tahun-tahun ini menjadi tahun penuh cerita dramatis dalam

perjalanan sejarah jurnalistik Indonesia.

Di masa Orde Baru, pers dengan adanya penggabungan beberapa partai politik

membuat hubungan antara pers dan partai politik saat itu menjadi putus. Pers menjadi

lebih independen dan tidak terpengaruh dalam hal pemberitaan.

Ketika itulah pers mulai berani sebagai alat kritik pemerintahan. Untuk itu, Presiden

Soeharto langsung melakukan tindakan pembekuan terhadap pers yang berani

melakukan kritik terhadap pemerintah.

Page 5: sejarah jurnalistik

Sejak saat itu, pers seperti ketakuatan. Informasi yang diberikan sangat sempit

cakupannya. Tidak ada yang berani menentang penguasa saat itu. Sejarah jurnalistik

Indonesia memang benar-benar memaparkan cerita-cerita menarik bagi warga

jurnalisme itu sendiri.

3. Pers sebagai Alat Pengawas Pemerintahan

Sejarah jurnalistik Indonesia tidak selamanya menyuguhkan cerita-cerita dramatis. Di

tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai bangkit. Pers mulai berani bertindak sebagai

alat pengawas pemerintahan. Kritik pun mulai berani dilancarkan, dan pers mulai

menunjukkan taringnya. Maka tumbanglah rezim Soeharto di tahun 1998. Penyerahan

jabatan kepada BJ Habibie disambut dengan suka cita. Departemen Penerangan mulai

ditiadakan, sehingga pers mendapatkan kembali kebebasannya.

4. Pers sebagai Industri

Masa-masa suram sejarah jurnalistik Indonesia perlahan mulai kembali cerah. Sejak

tumbangnya Soeharto, hingga sekarang pers mulai bermunculan. Semakin banyaknya

media massa ini tentu membuat mereka harus bersaing untuk tetap hidup dan

mendapat perhatian masyarakat. Maka pers semakin kreatif dalam pengemasan

informasinya.

Tidak hanya pemberitaan tentang politik dan situasi negara saja, pers kini mulai

memperhatikan keingintahuan masyarakat akan sebuah informasi, seperti musik, gaya

hidup, kuliner, ekonomi dan lainnya. Pers kini sudah masuk dalam ranah industri.

Perjalanan panjang dari sejarah jurnalistik Indonesia memang melahirkan banyak hal.

Sebuah perjalanan panjang yang pada akhirnya membawa pers Indonesia dalam

keadaan seperti sekarang ini.