Sejarah Geometri non euclid

33
FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA GEOMETRI NON EUCLIDDI SUSUN OLEH : 1. Andriani Widi Astuti (06022681519001) 2. Dia marsella (06022681519003) 3. Marhamah Fajriyah N (06022681519005) 4. Rizky Putri Jannati (06022681519012) 5. Sri Widya Permatasari (06022681519004) Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Fuad A Rahman, M.Pd Dr. Somakim, M.Pd Dr. Darmawijoyo, M.Si

Transcript of Sejarah Geometri non euclid

Page 1: Sejarah Geometri non euclid

FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA” GEOMETRI NON EUCLID”

DI SUSUN OLEH :

1. Andriani Widi Astuti (06022681519001)

2. Dia marsella (06022681519003)

3. Marhamah Fajriyah N (06022681519005)

4. Rizky Putri Jannati (06022681519012)

5. Sri Widya Permatasari (06022681519004)

Dosen Pengasuh:

Prof. Dr. Fuad A Rahman, M.Pd

Dr. Somakim, M.Pd

Dr. Darmawijoyo, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

2015

Page 2: Sejarah Geometri non euclid

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan

rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Penelitian Pendidikan

Matematika yang berjudul “Geometri Non Euclid” ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak dan yang utama Allah SWT, untuk itu kami menghaturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari isi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

sehingga tugas ini dapat selesai dengan tepat waktu. Oleh karena itu, kami dengan

kerendahan hati akan menerima masukan dan usul yang bermanfaat untuk

penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

seluruh pembaca.

Palembang, November 2015

Hormat Kami

Page 3: Sejarah Geometri non euclid

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………… II

Daftar Isi ……………………………………………………………………… III

Geometri Non Euclid …………………….……………………..……………… 4

A. Pendahuluan ………………………………………………………...……… 4

A.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 4

A.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 6

A.3 Tujuan ……………………………………………………………... 6

B. Pembahasan ………………………………………………………………… 7

B.1 Perkembangan Geometri Non Euclid ……………………………... 7

B.1.1 Matematikawan Arab ………………………………….... 7

B.1.2 Matematikawan Eropa …………………………………... 7

B.1.3 Skema Perkembangan Geometri Non Euclid …………… 9

B.1.4 Dasar Geometri Non Euclid …………………………….. 9

B.1.5 Kelahiran Geometri Non Euclid ………………………… 10

B.2 Geometri Non Euclid …………………………………………………

11

B.2.1 Geometri Hiperbolik ……………………………………..

11

B.2.2 Geometri Eliptik ………………………………………….16

C. Penutup ……………………………………………………………………... 22

C.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 22

C.2 Saran …………………………………………………………….... 23

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….... 24

Page 4: Sejarah Geometri non euclid

GEOMETRI NON EUCLID

A. PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang

Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif

adalah Geometri dari Euclides. Kira-kira tahun 330 SM, Euclides menulis

buku sebanyak 13 buah. Dalam bukunya yang pertama Euclid menjelaskan

mengenai definisi, postulat, aksioma dan dalil (Moeharti, 1986: 1.9). Namun

Geomerti Euclid ini memiliki kelemahan, salah satu kelemahanya ada pada

postulat kelima dari Euclid 2 yang terkenal dengan Postulat. Parallel atau

Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehingga merisaukan para

matematikawan. Sehingga beberapa matematikawan menganggap bahwa

postulat kelima Euclid bukan postulat dan dapat dibuktikan dengan

keempat postulat yang lain. Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini

berlangsung sejak Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh

yang berusaha membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 -

485) Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss

dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775 -

1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai

Ivanoviteh Lobachevsky (1793 – 1856) (Moeharti, 1986: 1.13).

Menurut Moeharti (1986: 1.12), postulat kesejajaran kelima Euclid

adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus

dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-

siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu

dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku-

siku”.

Page 5: Sejarah Geometri non euclid

Gambar 1. Ilustrasi Postulat ke Lima

Pada gambar 1 garis c memotong garis a dan garis b yang

mengakibatkan sudut 1 dan sudut 2 kurang dari 180°, garis a dan garis b

akan bepotongan pada pihak sudut yang kurang dari 180°, yang pada

gambar adalah perpanjangan yang ke kanan.

Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa

matematikawan berusaha untuk membuktikan dan menggantikannya dengan

postulat yang ekuivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan

sederhana adalah Aksioma Playfair oleh John Playfair (Prenowitz, 1965:25)

yang bunyinya: “Hanya ada satu garis sejajar (parallel) pada garis yang

melalui titik bukan pada garis tersebut”

Matematikawan lain, yaitu Proclus yang menulis komentar dari The

Elements yang menyebutkan usaha pembuktian untuk menyimpulkan dari

postulat kelima. Proclus kemudian memberikan bukti sendiri, dan

memberikan postulat yang ekuivalen dengan postulat kesejajaran “Jika

suatu garis lurus memotong salah satu dari dua garis parallel ia juga akan

memotong yang lain, dan garis-garis lurus yang parallel dengan suatu garis

lurus yang sama, adalah parallel satu sama lain”. Sedangkan John Wallis

menggantikan postulat kesejajaran Euclid dengan postulat Wallis. John

Wallis menyerah mencoba membuktikan dalil paralel dalam Geometri

Netral. Sebaliknya, ia mengusulkan sebuah postulat baru, yang ia merasa

lebih masuk akal daripada postulat kelima Euclid (Prenowitz, 1965:28).

Page 6: Sejarah Geometri non euclid

Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha

untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non

Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya

berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid

yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan

dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah

Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai

Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri

Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua

adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari

Jerman, Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann

(Moeharti, 1986: 1.20).

A.2 Rumusan Masalah

1.  Bagaimana perkembangan geometri non Euclid?

2.  Apa itu geometri non Euclid?

A.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan geometri non Euclid.

2. Untuk mengetahui apa saja geometri non Euclid tersebut.

Page 7: Sejarah Geometri non euclid

B. PEMBAHASAN

B.1 Perkembangan Geometri Non Euclid

B.1.1 Matematikawan Arab

Bangsa Arab mengembangkan keilmuan Geometri yang bersumber dari

India dan Yunani di bidang matematika. Mereka dikenal sangat luar biasa dalam

mengungkap permasalahan matematika terutama yang berkaitan dengan

Trigonometri dan juga beberapa masalah yang tak terpecahkan dalam hal teori

kesejajaran. Salah satunya, yang cukup populer adalah Omar Khayyam (Nishapur

– sekarang Iran, 1048 – 1131). Omar Khayyam mencoba untuk membuktikan

postulat kesejajaran Euclid dengan hanya memanfaatkan postulat yang pertama

dari empat postulat lainnya yang dikemukakan oleh Euclid. Di mana, dengan

menggunakan postulat-postulat tersebut ia memberikan kejelasan mengenai

teorema kesejajaran Euclid berdasarkan pada birectangular quadrilateral.

Satu tokoh matematikawan Arab lainnya yang juga berkontribusi terhadap

perkembangan keilmuan bidang Geometry adalah Nasîr Eddîn (1201-1274). Salah

satu hipotesisnya yang berkenaan dengan Postulat Ke-5 Euclid adalah ‘if two

straight lines r and s are the one perpendicular and the other oblique to the

segment AB, the perpendiculars drawn from s upon r are less than AB on the side

on which s makes an acute angle with AB, and greater on the side on which s

makes an obtuse angle with AB’. Hipotesisnya ini, menuntunnya untuk

menyimpulkan bahwa jumlah sudut dari suatu segitiga adalah sama dengan dua

kali sudut siku. Dan segitiga siku-siku merupakan setengah bagian dari suatu

segiempat yang ‘dipotong’ mengikuti diagonalnya.

B.1.2 Matematikawan Eropa

Beberapa matematikawan Eropa kemudian juga mencoba membuktikan

kebenaran Postulat Ke-5 Euclid, yang beberapa diantaranya adalah:

1. John Wallis (1616-1703), seorang profesor dari Oxford University.

Page 8: Sejarah Geometri non euclid

Ia membuat pembuktian terhadap Postulat Ke-5 Euclid dengan berdasarkan

pada aksioma ‘to every figure there exists a similiar figure of arbitrary

magnitude’.

2. C. S. Clavio (1573 - 1612)

Ia mencoba untuk memunculkan model pembuktian baru terhadap hipotesis

Euclid dengan berlandaskan pada teorema ‘the line equidistant from a straight

line is straight line’. Dalam banyak hal, ternyata apa yang dihasilkannya

memiliki kemiripan dengan karya Nasîr Eddîn.

3. Jonh Playfair (1748-1819)

Postulat Playfair. Untuk suatu garis l dan setiap titik P yang tidak terletak

pada garis l, terdapat suatu garis m yang melewati P dan sejajar dengan l.

Dengan postulatnya, Playfair mencoba untuk mengkonstruksi postulat

kesejajaran yang dikemukakan oleh Euclid agar lebih mudah dipahami.

4. Adrien Marie Legendre (1752-1833)

Ia tidak sepenuhnya mengakui kebenaran hipotesis Saccheri, terutama yang

berkenaan dengan sudut tumpul (obtuse angle). Ia membuktikan bahwa

‘jumlah sudut dari suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan dua

kali sudut siku’. Pada teorema ke-2nya, Legendre mengungkapkan bahwa ‘jika

jumlah sudut pada suatu segitiga kurang dari atau sama dengan dua kali sudut

siku dalam suatu segitiga maka ianya juga akan berlaku sama pada segitiga-

segitiga lainnya’

Playfair dan Legendre mengemukakan suatu pernyataan yang equivalen

dengan Postulat Ke-5 Euclid, yaitu :

‘Jumlah sudut-sudut pada suatu segitiga adalah sama dengan dua kali sudut siku’

(Adrien Marie Legendre, 1752-1833)

Aksioma Kesejajaran : ‘melalui suatu titik yang tidak berada pada suatu garis

yang diberikan, hanya akan terdapat satu garis sejajar’

(Jonh Playfair, 1748-1819)

Para matematikawan Eropa tersebut menggunakan pernyataan yang

equivalen dengan postulat ke-5 Euclid dalam pembuktian teori-teori geometri

Page 9: Sejarah Geometri non euclid

Saccheri (1667-1773)

Lambert (1728-1777)

Schweibart (1780-1859)

Taurinus (1794-1874)

Gauss (1777-1855)

W Bolyai (1775-1856)

M Barlels (1769-1836)

Riemann (1826-1866)

J Bolyai (1802-1860)

Lobatchevsky (1793-1856)

Geometri Hiperbolic Geometri Elliptic

Riemann (1826-1866)

Beltrami (1835-1900)

Klein (1849-1925)

mereka, walaupun kemudian diketahui bahwasannya ternyata pembuktian mereka

adalah mengandung suatu kontradiksi tertentu.

Selain Playfair dan Legendre, kami belum menemukan referensi yang secara

spesifik mengungkap karya dari John Wallis serta C. S. Clavio yang secara

spesifik terkait dengan perkembangan keilmuan geometri.

B.1.3 Skema Perkembangan Geometri Non Euclid

Gambar 2. Skema Perkembangan Geometri Non Euclid

B.1.4 Dasar Geometri Non Euclid

Page 10: Sejarah Geometri non euclid

Girolamo Saccheri (San Remo, 1667-1733). Ia adalah seorang profesor di

Pavia University. Ia-lah yang mempublikasikan keberadaan Euclides ab Omni

Naevo Vindicatus dan kemudian mencoba untuk membuktikan Postulat Ke-5

Euclid. Saccheri menggunakan Absurd Method dalam pengkonstruksian Postulat

Ke-5 Euclid. Hasil temuannya kemudian menjadi dasar bagi perkembangan

Geometri Non-Euclid.

Gambar 3. Saccheri Quadrilateral

Definition. Saccheri Quadrilateral adalah suatu segi empatPRQS di mana ∠PRS

dan ∠QSR merupakan sudut siku-siku dengan PR=QS. Segmen (ruas garis) RS

disebut sebagai alas dan PQ puncak.

Dari gambar Quadrilateral bentukan Saccheri, paling tidak ia melihat terdapat

tiga kemungkinan yang akan terjadi :

Sudut-sudut puncak (∠RPQ dan ∠ SQP) pada quadrilateral tersebut

besarnya lebih dari sudut siku

Sudut-sudut puncak (∠RPQ dan ∠ SQP) pada quadrilateral tersebut

besarnya sama dengan sudut siku

Sudut-sudut puncak (∠RPQ dan ∠ SQP) pada quadrilateral tersebut

besarnya kurang dari sudut siku

Walaupun sebenarnya beberapa ide dasar Saccheri telah terlebih dahulu diajukan

oleh seorang Ahli Matematika Persia pada abad ke-11, yaitu Omar Khayyam

dalam buku Omar Khayyam’s Discussion of Difficulties in Euclid, tetap saja

Saccheri dianggap sebagai peletak pondasi awal perkembangan geometri non

Euclid.

B.1.5 Kelahiran Geometri Non Euclid

Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18

hingga awal abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab

Page 11: Sejarah Geometri non euclid

pertanyaan tersebut. Tapi apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak

cukup memuaskan. Namun beberapa diantaranya ternyata berhasil membuat

kemajuan, mereka adalah :

Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi

keilmuan Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang

menolak kebenaran Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz

Adolf Taurinus (1728-1779). Ia adalah sepupu dari Schweikart, yang secara

otomatis juga berperan sebagai rekan kerja Schweikart. Johann Heinrich Lambert

(1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri pada bola nyata dan radius

tak berhingga dari sebuah bola.

Para ahli matematika dunia sadar bahwa Postulat Ke-5 Euclid tidak dapat

dibuktikan dengan menggunakan aksioma-aksioma yang terdapat pada Geometri

Euclid. Terdapat banyak fakta yang mengindikasikan penolakan ini. pada waktu

yang hampir bersamaan, tiga orang matematikawan ternyata berhasil menemukan

solusi dari perdebatan panjang mengenai keberadaan Postulat Ke-5 Euclid.

Mereka adalah :

Karl Friedrich Gauss di Jerman (Brunswick 1777 – Gotinga 1855)

Nicolai Ivanovitsch Lobatchevski di Rusia (Novgororod, sekarang Gorki,

1792-1856)

János Bolyai di Hungaria (Kolozxvar, sekarang Napoca Rumania, 1802-

1860)

B.2 Geometri Non Euclid

B.2.1 Geometri Hiperbolik

Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang

berupa titik, garis, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis,

bidang dan segmen pada Geometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik

Ini bidang direpresentasikan oleh sebuah lingkaran O (Prenowitz,1965:

91). Berikut ini adalah tabel representasi untuk Geometri Hiperbolik.

Tabel 1. Representasi Geometri Hiperbolik

Geometri Hiperbolik Representasi Geometri Euclid

Page 12: Sejarah Geometri non euclid

Titik Titik: Titik dalam lingkaran

Garis Penghubung terbuka lingkaran

Bidang Bagian dalam lingkaran

Segmen Segmen: Segmen penghubung dua titik

Postulat kesejajaran Hiperbolik (Prenowitz, 1965: 54)

Untuk suatu titik dan suatu garis yang tidak melalui titik tersebut

terdapat dua garis yang melalui titik tersebut yang sejajar dengan garis

pertama.

1. Jumlah besar sudut suatu segitiga di dalam Geometri Hiperbolik

Teorema 2.1 (Teorema sudut luar) (Prenowitz,1965: 22)

Sudut luar segitiga akan lebih besar daripada sudut interior

(dalam) yang tidak bersisian dengan sudut tersebut.

Gambar 4. Sudut luar segitiga

Bukti :

Misalkan Δ𝐴𝐵𝐶 adalah sembarang segitiga, dan misalkan D

merupakan perpanjangan dari 𝐵𝐶 melalui C. Pertama akan ditunjukkan

bahwa 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 lebih besar dari 𝑚∠𝐴. Misalkan E merupakan titik

tengah , dan misalkan 𝐵𝐸 merupakan perpanjangan garis yang melalui

E hingga F, maka 𝑚 𝐴𝐸 =𝑚 𝐸𝐶 , 𝑚 𝐵𝐸 =𝑚 𝐸𝐹 dan 𝑚∠𝐴𝐸𝐵=𝑚∠𝐶𝐸𝐹 (sudut bertolak belakang sama besar). Jadi

Δ𝐴𝐸𝐵 Δ≅ 𝐶𝐸𝐹 (𝑆.𝑆𝑑.𝑆), dan 𝑚∠𝐵𝐴𝐸 = 𝑚∠𝐹𝐶𝐸 (bagian

segitiga kongruen sama besar). Karena 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚∠𝐹𝐶𝐸

Page 13: Sejarah Geometri non euclid

(keseluruhan sudut selalu lebih besar dari bagiannya), sehingga dapat

disimpulkan 𝑚 ∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚 ∠𝐵𝐴𝐸 = 𝑚 ∠ A.

Untuk menunjukkan bahwa 𝑚 ∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚∠𝐵, perpanjang 𝐴𝐶 melalui C hingga H, yang membentuk 𝑚 ∠𝐵𝐶𝐻>𝑚 ∠𝐵, dengan

menggunakan prosedur bagian pertama pembuktian: misalkan M

merupakan titik tengah , perpanjang 𝐴𝑀 melalui M, dan lain-lain.

Untuk melengkapi bukti, perhatikan bahwa ∠𝐵𝐶𝐻 dan ∠𝐴𝐶𝐷 merupakan sudut bertolak belakang sehingga sudut tersebut sama besar.

Lemma 2.1 (Prenowitz, 1965: 57)

Jumlah besar dua sudut suatu segitiga adalah kurang dari atau sama

dengan sudut luarnya.

Gambar 5. Jumlah besar dua sudut suatu segitiga

Bukti:

Menurut Teorema Sudut Eksterior m∠ACD > m∠ABC dan m∠ACD

> m∠BAC. Berikutnya, perhatikan bahwa

m ∠ ACD + m ∠ ACB = 180º

m ∠ ACD = 180º - m ∠ ACB

180º - m ∠ ACB > m ∠ ABC dan 180º - m ∠ ACB > m ∠ BAC

180º > m ∠ ACB + m ∠ ABC dan 180º > m ∠ ACB + m ∠ BAC

Dengan cara yang analog, dapat diperoleh m ∠ BAC + m ∠ ABC <

180º.

Lemma 2.2 (Prenowitz, 1965: 58)

Terdapat garis l, sebuah titik P yang tidak berada digaris l, dan titik

Q berada digaris l. Misal diberikan garis . sebagai sisinya, maka ada

suatu titik R di l, pada sisi 𝑃𝑄 yang diberikan, sedemikian sehingga

Page 14: Sejarah Geometri non euclid

∠PRQ lebih kecil atau kurang dari sudut yang telah ditentukan, seperti

yang terdapat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6. Sudut terkecil pada segitiga

Bukti:

Misal ά yaitu sudut yang ditentukan (berapapun ukuran sudutnya),

perhatikan pada gambar di atas yang terdapat titik R pada garis l, yang

terbentuk dari sisi PQ, sedemikian sehingga ∠PRQ <ά. Pertama dibuat

langkah-langkah untuk mendapatkan barisan sudut. ∠P𝑅1𝑄1∠P𝑅2𝑄2….

Setiap sudut yang ditentukan tidak lebih besar dari setengahnya yaitu

dari hasil yang telah didapat.

Gambar 7. Sudut-sudut terkecil pada segitiga

Misal R1 adalah titik pada garis l pada sisi PQ sehingga QR1 = PQ

(gambar 23), maka ΔPQR1 sama kaki, dan ∠QP𝑅1 = ∠PR1Q = b1

Misal b adalah sudut luar ΔPQR1 pada Q, berdasar lemma 1

b1 + b1 = 2b1 ≤ b

sehingga b1 ≤ ½ b ……………………(1)

Sekarang dibentuk sudut baru dengan langkah yang sama.

Perpanjangan QR1 melalui R1 dan R2 sehingga R1R2 = PR1. Digambar

PR2, kemudian ΔP𝑅1R2 sama kaki dan ∠𝑅1P𝑅2 = ∠PR2R1 = ∠PR2Q = b2.

Page 15: Sejarah Geometri non euclid

Dengan lemma 1 b2 + b2 = 2b2 ≤ b1

Sehingga b2 ≤ ½ b1

Dengan persamaan (1) didapat

b1 ≤ ½2 b.

dengan mengulangi proses pembagian dua n, sehingga didapat titik Rn

di L, pda sisi PQ, sehingga bn = ∠PRnQ ≤ ½n b.

Hasilnya nilai n sangat besar ½n b < ά. kemudian ∠PRnQ ≤ ά. Sehingga

teorema yang berlaku adalah R =Rn.

Dari kedua lemma yang disampaikan sebelumnya dapat diturunkan

teorema berikut ini.

Teorema 2.2 (Prenowitz, 1965: 59)

Pada segitiga jumlah besar sudut-sudutnya kurang dari 180°.

Gambar 8. Segitiga dengan jumlah sudutnya kurang dari 180°

Bukti:

Buat garis l dan itik P tidak pada l. Digambar garis m melalui P

sejajar l, dengan cara biasa. 𝑃𝑄 tegaklurus terhadap l pada Q dan m

tegaklurus terhadap 𝑃𝑄 pada P. Menurut postulat kesejajaran Hiperbolik,

ada garis selain m melewati P sejajar l. Misal garis tersebut adalah n,

sehingga sudut yang dibentuk oleh garis n dan 𝑃𝑄 besarnya harus kurang

dari 90°. Y titik pada garis m, dan X titik pada garis n, terdapat ά = ∠XPY, maka ∠QPX = 90° - ά.

Dengan menggunakan Lemma 2.2 buat titik R pada l, sedemikian sehingga ∠PRQ < ά. terbentuk ΔPQR.

m∠PQR = 90°

m∠QRP < ά

Page 16: Sejarah Geometri non euclid

m∠RPQ < m∠XPQ = 90° - ά

Dijumlahkan diperoleh

m∠PQR + m∠QRP + m∠RPQ < 90° + ά + 90° - ά = 180°

Jadi Δ PQR memiliki jumlah sudut kurang dari 180°.

Segiempat pada Geometri Hiperbolik

Dari teorema 2.2 di atas mengakibatkan adanya dua corollary untuk

segiempat sebagai berikut.

Corollary 2.2 (Prenowitz, 1965: 61)

Jumlah besar sudut-sudut dari segiempat kurang dari 360°.

Bukti:

Gambar 9. Segiempat yang jumlah besar sudutnya kurang dari 360°

Segiempat ABCD pada gambar 25 diatas, jika dibuat garis yang

menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I

dan segitiga II, berdasar teorema 2.2 bahwa jumlah besar sudut dari

segitiga kurang dari 180°, maka segiempat tersebut jumlah besar sudut-

sudutnya kurang dari 360°.

B.2.2 Geometri Eliptik

Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada

postulat kesejajarannya saja, Postulat kesejajaran dari Riemann adalah

sebagai berikut (Moeharti, 1986: 5.17): “Tidak ada garis-garis sejajar

dengan garis lain”

Berdasarkan pada Postulat diatas, pada Geometri Eliptik ini dua

garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Pada Geometri

Eliptik terdapat dua macam pengkhususan yang pertama Geometri “single

elliptic” dan yang kedua Geometri “double elliptic”.

Page 17: Sejarah Geometri non euclid

Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena

tidak ada dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Untuk dapat

memudahkan dalil-dalil berikut, maka sebagai model dari Geometri

“double elliptic” ialah bola dan untuk Geometri “single elliptic” adalah

setengah bola.

Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19)

Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada

garis yang memisahkan bidang tersebut.

Gambar 10. Model Geometri Eliptik tunggal

Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19)

Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis memisahkan

bidang.

Gambar 11. Model Geometri Eliptik ganda

Tabel 2. Representai bola Euclid

Geometri Eliptik Ganda Representasi Euclid

Page 18: Sejarah Geometri non euclid

Titik Titik pada bola

Garis Lingkaran besar bola

Bidang Bola

Segmen Busur dari suatu lingkaran bola

Jarak antara dua titik Panjang busur terpendek dari lingkaran

besar yang melalui kedua titik itu.

Sudut yang dibentuk oleh dua garis Sudut pada bola yang dibentuk oleh dua

lingkaran besar.

Dalam Geometri Eliptik melalui satu titik pada suatu garis hanya

dapat dilukis satu garis yang tegak lurus garis tersebut. Untuk setiap garis l

ada kutup K sedemikian sehingga semua garis melalui K tegak lurus pada l

(gambarnya seperti semua meridian melalui kutub tegak lurus melalui

ekuator atau katulistiwa). Sifat kutub misalnya l suatu garis, maka ada

suatu titik K, yang disebut kutub dari l sedemikian sehigga :

1. Setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik l tegaklurus

pada l.

2. K berjarak sama dari setiap titik pada l.

Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut jarak polar. Jarak polar suatu

kutub sampai garisnya adalah konstan, demikian juga panjang suatu garis

adalah konstan.

Berikut ini adalah dalil-dalil yang berlaku pada Geometri Elliptik ini:

Dalil 3.1 (Moeharti, 1986: 5.20)

Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik

ujungnya.

Dalil 3.2 (Moeharti, 1986: 5.20)

Semua garis tegak lurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang

disebut kutub dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu

garis tegak lurus pada garis itu.

Bukti Dalil 3.2

Page 19: Sejarah Geometri non euclid

Pada dalil 3.1 dua garis yang tegaklurus pada suatu garis bertemu pada

satu titik sudah terbukti, titik itulah yang disebut titik kutub, disini akan

berlaku untuk setiap garis yang tegak lurus pada garis l, begitu sebaliknya

jika pada titik C ditarik garis yang tegak lurus terhadap garis l maka semua

garis akan tegaklurus ke l.

Sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik

Pembahasan sudut-sudut segitiga pada Geometri Eliptik ini berlaku

beberapa dalil sebagai berikut :

Dalil 3.3 (Moeharti, 1986: 5.20)

Dalam sebarang ΔABC dengan ∠C = 90°, sudut A kurang dari, sama

dengan atau lebih besar dari 90°, tergantung dari segmen 𝐵𝐶 kurang dari,

sama dengan atau lebih besar dari jarak polar q.

Keabsahan dalil 3.3 diatas dapat ditunjukan dengan ilustrasi dibawah ini

Diketahui : segitiga ABC dengan ∠C = 90 °

a. Ditunjukkan ∠A < 90°, bila 𝐵𝐶 < dari jarak polar

Gambar 12. A < 90°, karena 𝑩𝑪 < jarak polar

b. Ditunjukkan ∠A = 90°, bila 𝐵𝐶 = dari jarak polar

Page 20: Sejarah Geometri non euclid

Gambar 13. ∠A = 90°, karena BC = jarak polar

c. Ditunjukkan A > 90°, bila ∠ BC > dari jarak polar

Gambar 14. ∠A > 90°, karena BC > jarak polar

Untuk jumlah besar sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik ini

berlaku dalil 3.4 berikut ini

Dalil 3.4 (Moeharti, 1986: 5.20)

Jumlah besar sudut-sudut segitiga lebih besar dari 180°.

Keabsahan dalil 3.4 diatas dapat ditunjukan dengan menggunakan gambar

13, dan gambar 14:

Pada gambar 13: A = 90°, C = 90°, B positif ∠ ∠ ∠

Page 21: Sejarah Geometri non euclid

Sehingga m A + m B + m C = > 180° ∠ ∠ ∠Pada gambar 14: C = 90°, A tumpul ∠ ∠Sehingga m A + m B + m C > 180°. ∠ ∠ ∠

1. Segiempat pada Geometri Eliptik

Segiempat pada Geometri Eliptik ini yang dibahas adalah berikut ini

Dalil 3.5 (Moeharti, 1986: 5.21)

Jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari 360°.

Bukti Dalil 3.5

Gambar 15. Ilustrasi Jumlah Besar sudut-sudut Segiempat Lebih

Besar dari 360°.

Segiempat ABCD pada gambar 15 diatas, jika dibuat garis yang

menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I

dan segitiga II, berdasar dalil 3.4 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga

lebih dari 180°, maka segiempat tersebut jumlah besar sudutnya lebih dari

360°.

Page 22: Sejarah Geometri non euclid

C. PENUTUP

C.1 Kesimpulan

Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha

untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non

Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya

berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid

yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan

dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah

Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai

Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri

Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua

adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari

Jerman, Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann

(Moeharti, 1986: 1.20).

Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak

Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha

membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 - 485)

Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss dari

Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775 -

Page 23: Sejarah Geometri non euclid

1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai

Ivanoviteh Lobachevsky (1793 – 1856) (Moeharti, 1986: 1.13).

Menurut Moeharti (1986: 1.12), postulat kesejajaran kelima Euclid

adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus

dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-

siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu

dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku-

siku”.

C.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari masih terdapat banyak

kekurangan karena kurangya pengetahuan yang penyusun miliki. Maka dari itu

penyusun meminta saran untuk memperbaiki makalah ini.

Page 24: Sejarah Geometri non euclid

DAFTAR PUSTAKA

Moeharti, H, W. (1986). Materi Pokok Sistem-Sistem Geometri. Jakarta: Kanika Jakarta, Universitas Terbuka.

Prenowitz, W. Jordan, M. (1965). Basic Concepts of Geometry. Blaisdell Publishing Company: Waltham, Manssachusetts. Toronto. London.