Sejarah Dan Sosiologi Sains
-
Upload
roslinazri -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Sejarah Dan Sosiologi Sains
![Page 1: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/1.jpg)
Pertumbuhan ilmu pengetahuan, ketika sosiologi dibangun, minat terhadap ilmu
pengetahuan (science) memberikan prestasi yang cukup besar. Diantaranya yang sukses adalah
bidang fisika, biologi, dan kimia sehingga mendapat terhormat dalam masyarakat. Para sosiologi
awal terutama Comte dan Durkhem semula telah berkecimpung dalam sains itu dan banyak
menginginkan agar sosiologi dapat meniru kesuksesan, tetapi hal menjadi bahan perdebatan
karena sains berpendapat bahwa cirri-ciri kehidupan social yang sangat berbeda dengan cirri-ciri
objek studi sains yang akan menimbulkan kesukaran apabila mencontoh studi sains secara utuh.1
[10]
2) Kekuatan intelektual dan kemunculan teori sosiologi
Dalam hal ini adalah tentang kekuatan intelektual yang beperan sentral dalam
membentuk teori sosiologi. Berbagai kekuatan intelektual yang menentukan perkembangan teori
sosiologi akan dibahas dalam konteks nasional karena dalam kehidupan nasional itulah
pengaruhnya terutama dirasakan.
a) Abad pencerahan
Pencerahan adlah sebuah periode perkembangan intelektual dan pembahasan pemikiran
filsafat yang luar biasa. Sejumlah gagasan dan keyakinan lama kebanyakan berkaitan dengan
kehidupan social dibuang dan diganti selama periode pencerahan. Pemikir yang paling
terkemuka adalah Charle Montesqueu (1689-1755) dan Jean Jacques Rousseu. Pemikir yang
berhubugan dengan pencerahan terutama dipengaruhi dua arus, yakni sains dan filsafat. Msa era
pencerahan lebih menekankan pada reaksi konservatifis dan romantis terhadap pertumbuhan
teori sosiologi.
b) Reksi konservatif terhadap pencerahan
Sosiologi perancis bersifat rasional, empiris, ilmiah, dan berorientasi perubahan, tetap
tidak sebelum dibentuk oleh seperangkat gagasan yang dikembankan sebagai reaksi dari
pencerahan. Ideology menentang premis moderenisasi dapat menemukan sentiment
antimodernisasi dalam kritik pencerahan. Bentuk oposisi paling ekstrim terhadap gagasan
pencerahan berasal dari pilosofi kontra revosioner katolik perancis seperti tampak pad aide-ide
Louis de Bonald (1754-1840) dan Joseph de Maistre (1753-1821). Zeltin telah menguraikan 10
proposisi yang muncul dari reaksi konservatif dan menyediakan basis bagi perkembangan teori
sosiologi perancis klasik.
1
![Page 2: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/2.jpg)
sebagian pemikiran pencerahan cendrung menekankan pada individu, sedangkan reksi
konservatif mengarahkan perhatian pada sosiologi umum dan menekankan pada masyarakat dan
fenomena.
masyarakat adalah unit analisi terpenting masyarakat dipandang lebih penting ketimbang
individu.
individu bahkan tidak dilihat sebagai unsur yang paling mendalammasyarakat, karena masyarakat
terdiri dari komponen seperti pern, posisi, hubungan dll.
bagian-bagian masyarakat dianggap saling berhubungan dan saling ketergantungan.
perubahan dipandang bukan hanya sebagai ancaman terhadap masyarakat dan terhadap
komponennya, tetapi juga terhadap invidu dan masyarakat.
kecendrungan umum adalah melihat berbagai komponen masyarakat berskala luas sebagai
komponen yang berguna, baik bagi masyarakat maupuan bagi individu yang menjadi
anggotannya.
unit-unit kecil seperti kelompok keluarga, tetangga, keompok kagamaan dan mata pencaharian
dipandang penting bagi individu yang menjadi anggotannya.
ada kecendrungan memandang berbagai perubahan social modern seperti industrialisasi,
urbanisasi dan birokrasi dapat menimbulkan kekacauan tatanan.
sementara kebanyakan perubahan menakutkan itu mengarah pada kehidupan masyarakat yang
lebih rasional.
pemikir konservatif mendukung keberadaan system hirarkis dalam masyarakat.2[11]
Robert k. merton
Merupakan tokoh sosiologi modern yang melakukan rincian lebih lanjut dalam analisis
fungsional dan memperkenalkan konsep fungsi, disfungsi, fungsi laten, dan fungsi manifest.
Pemahaman mengenai berbagai konsep ini perlu, karena menurut merton para tokoh
fungsionalisme sebelumnya hanya menitiberatkan perhatian mereka pada konsep fungsi saja dan
mengabaikan konsep disfungsi dan konsep fumgsi laten.
Model analisa fungsional Merton merupakan hasil perkembangan pengetahuannya yang
menyeluruh tentang ahli-ahli teori klasik. Dia menggunakan penulis-penulis besar seperti Max
Weber,William I. Thomas dan E. Durkheim sebagai dasar karyanya.Karya awal Merton sangat
2
![Page 3: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/3.jpg)
dipengaruhi oleh Weber, seperti yang terlihat dalam disertasi doktoralnya yang menganalisa
perkembangan ilmu pada abat ke-17 di Inggris. Di sini Merton meneliti hubungan antara
protestanisme dan perkembangan ilmu, yang dalam banyak hal sama dengan karya klasik Weber
ketika ia menunjukkan kolerasi antara Etika Protestan dan perkembangan kapitalisme.
Merton telah menghabiskan karir sosiologisnya dalam mempersiapkan dasar struktur
fungsional untuk karya-karya sosiologis yang lebih awal dan dalam mengajukan model atau
paradigma bagi analisa structural. Dia menolak postulat-postulat fungsionalisme yang masih
mentah, yang menyebarkan paham “kesatuan masyarakat yang fungsional”, “fungsionalisme
universal”, dan “indispensability”. Merton mengetengahkan konsep disfungsi, serta fungsi
manifes dan laten, yang dirangkainya ke dalam suatu paradigma fungsionalis. Walaupun
kedudukan model ini berada di atas postulat-postulat fungsionalisme yang lebih awal,tetapi
kelemahanya masih tetap ada. Masyarakat dilihat sebagai keseluruhan yang lebih besar dan
berbeda dengan bagian-bagiannya. Individu dilihat dalam kedudukan abstrak,sebagai pemilik
status dan peranan yang merupakan struktur. Konsep abstrak ini memperbesar tuduhan bahwa
paradigma tersebut mustahil untuk diuji.
Merton memulai analisa fungsionalnya dengan menunjukkan perbendaharaan yang tidak
tepat serta beberapa asumsi atau postulat kabur yang terkandung dalam teori fungsionalisme.
Merton mengeluh terhadap kenyataan bahwa “sebuah istilah terlalu sering digunakan untuk
melambangkan konsep-konsep yang berbeda-beda, seperti halnya dengan konsep yang sama
yang digunakan symbol dari istilah-istilah yang berbeda” (Merton 1976: 74). Konsep-konsep
sosiologi seharusnya memiliki batasan-batasan yang jelas bilamana mereka harus berfungsi
sebagai bangunan dasar dari proposisi-proposisi yang dapat diuji. Lebih daripada itu, proposisi-
proposisi harus dinyatakan dengan jelas tanpa berwayuh arti. Model Merton mencoba membuat
batasan beberapa konsep analitis dasar bagi analisa fungsional dan menjelaskan beberapa
ketidakpastian arti yang terdapat di dalam postulat-postulat kaum fungsional.3[17]
Falsafah dan Sains
3
![Page 4: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/4.jpg)
PENDAHULUAN
Falsafah merupakan induk atau asas kepada segala ilmu. Para ahli falsafah turut membahagikan
falsafah kepada beberapa cabang ilmu utama iaitu epistemologi juga metafizika yang
merangkumi ilmu ontologi, kosmologi, teologi metafizik dan antropologi. Selain itu, logika,
etika, estetika dan falsafah tentang pelbagai disiplin ilmu juga adalah cabang falsafah yang
ditonjolkan oleh para ahli falsafah.
Dalam mencari hubungan antara falsafah dengan ilmu sains. Terlebih dahulu dapat disimpulkan
bahawa ilmu sains merupakan salah satu bidang yang muncul berlandaskan kepada falsafah
kerana falsafah adalah bersifat menyeluruh dalam kajiannya.
Teori-teori dalam cabang ilmu falsafah iaitu epistemologi seperti teori fenomena, fiksyen,
skeptisme dan realisme membantu menyelesaikan persoalan sains. Dalam huraian selanjutnya,
akan dijelaskan sejauh mana hubungan antara falsafah dengan ilmu sains.
FALSAFAH
Definisi
Pengertian falsafah dapat dilihat dalam dua bentuk iaitu dalam bentuk pengertiannya dari sudut
bahasa dan istilah. Perkataan ‘falsafah’ berasal daripada perkataan arab. Menurut Al-Farabi yang
merupakan ahli falsafah besar pada zaman Tamadun Islam perkataan arab tersebut berasal
daripada perkataan Yunani yang apabila ditranskripsikan menjadi philosophia hasil gabungan
frasa ‘philo’ dan ‘sophia’. Philosophia bermakna hasil kecitaan kepada kebijaksanaan, atau ilmu
kecitaan kepada kebijaksanaan, atau ilmu kecitaan kepada kebenaran, atau ilmu kecitaan kepada
hikmah.
Dari sudut istilahnya pula, mengikut pendapat Russell (1946), falsafah adalah sebagai sesuatu
fahaman atau pengertian di antara teologi dan sains, Hal ini adalah kerana, seperti teologi,
falsafah mengandungi spekulasi terhadap perkara yang belum tepat dibuktikan. Manakala
![Page 5: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/5.jpg)
melalui pendekatan sains, falsafah pula berusaha menggunakan taakulan dan logik untuk
membuktikan fahamannya.
E. D. Miller dalam bukunya Question That Matter (1984), mendefinisikan falsafah sebagai usaha
untuk berfikir secara rasional dan kritis terhadap perkara-perkara yang penting. Ahli falsafah
terkenal Yunani iaitu Plato telah mendefinisikan falsafah sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
berusaha meraih kebenaran asli dan murni malahan juga mengatakan bahawa falsafah adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir daripada segala sesuatu yang
ada.
Pada zaman Tamadun Islam, Al-Farabi (870-950) menegaskan falsafah sebagai ilmu mengenai
kewujudan, yang tidak bercangggah dengan agama bahkan sama-sama memuja kepada
kebenaran, yang bertujuan untuk mengetahui Yang Maha Esa. Ibnu Rusyd (1126-1198)
mendefinisikan falsafah sebagai penyelidikan tentang alam wujud dan memandangnya sebagai
jalan untuk menemui Maha pencipta segala ciptaan.
Cabang-Cabang Ilmu Falsafah
The World University Encyclopedia membahagikan falsafah kepada beberapa cabang-cabang
ilmu seperti sejarah falsafah, metafizika, epistemologi, logika, etika dan estetika. Selain itu,
falsafah juga dapat dibahagikan kepada dua bahagian iaitu falsafah sistematik dan sejarah
falsafah.
Falsafah sistematik adalah bertujuan untuk membentuk dan memberikan landasan kepada
pemikiran. Dalam bahagian ini meliputi gagasan ilmu berbentuk logik, metodologi,
epistemologi, falsafah ilmu, etika, estetika, metafizika, teologi iaitu falsafah ketuhanan, falsafah
manusia dan kelompok falsafah khusus seperti falsafah sejarah, hokum, komunikasi dan
sebagainya.
Manakala sejarah falsafah adalah merupakan bahagian yang berusaha meninjau pemikiran
falsafah sepanjang masa. Sejak dari zaman kuno sehingga zaman moden, bahagian ini meliputi
![Page 6: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/6.jpg)
sejarah falsafah Yunani atau Barat, India, Cina dan juga sejarah falsafah Islam. Pada zaman
Tamadun Islam, ahli falsafah Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi masing-masing mempunyai
pendapat berbeza dalam pembahagian cabang falsafah.
Al-Kindi (796-873) telah membahagikan falsafah kepada tiga cabang iaitu sains fizik yang
merupakan peringkat terendah, sains matematik yang berkedudukan peringkat pertengahan dan
yang terakhir sains ketuhanan yang merupakan peringkat tertinggi. Manakala Al-Farabi (870-
950) membahagikan falsafah kepada dua cabang iaitu teori dan amali. Teori meliputi matematik,
fizik dan metafizik manakala amali merangkumi ilmu akhlak atau etik.
Disamping itu, jika diperhatikan kebanyakan ahli falsafah dan tampak di dalam penulisan-
penulisan mengenai falsafah sering kali membahagikan falsafah kepada lima cabang utama iaitu
logik, epistemologi, etika, estetika dan metafizik. Pembahagian yang dibuat jelas tampakkan
cabang falsafah dari pelbagai sudut.
Logik, adalah cabang falsafah yang menyelidik tentang pemikiran manusia. Logik adalah
merupakan asa-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sihat. Dengan
mempelajari kaedah-kaedah logik diharapkan dapat menerapkan asas sehingga dapat membuat
kesimpulan dengan tepat. Dalam pengertian yang sempit, logik ialah kajian terhadap prinsip-
prinsip deduksi, kaedah-kaedah pembuktian dan juga kaedah demonstrasi.
Epistemologi, adalah bahagian falsafah yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, bermulanya pengetahuan, batasan, sifat, metod dan kesahihan terhadap
pengetahuan. Dalam membuat penyelesaian terhadap masalah berkenaan ilmu sains,
epistemologi mengemukakan beberapa teori iaitu teori fenomena, fiksyen, skeptisme dan
realism.
Metafizik, adalah cabang falsafah yang membicarakan tentang yang wujud atau membicarakan
sesuatu di sebaliknya. Persoalan metafizik dibezakan menjadi tiga iaitu ontologi, kosmologi dan
antropologi. Dalam bidang ilmu sains, metafizik menggunakan bahasa untuk menerangkan
gambaran tentang struktur bahan yang dikaji. Teori ini penting dalam menerangkan ujikaji sains.
![Page 7: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/7.jpg)
Etika, adalah cabang falsafah yang membicarakan tentang tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya yang baik atau buruk manakala estetika pula adalah cabang falsafah yang
membicarakan tentang keindahan.
Walaupun banyak perbezaan pendapat mengenai pembahagian cabang ilmu falsafah. Namun
begitu, kebanyakan ahli falsafah dan di dalam penulisan-penulisan mengenai ilmu falsafah,
kebanyakannya membahagikan cabang falsafah kepada logik, epistemologi, etika, estetika dan
metafizik. Jika diperhatikan, Cabang-cabang ilmu falsafah ini banyak membantu kepada
penyelesaian masalah sains.
Ciri-Ciri Falsafah
Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri Suprapto Widodonongrat cirri-ciri falsafah adalah
menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Manakala Sunoto menyebutkan ciri-cirinya adalah
deskriptif, kritikal atau analitikal, evaluatif atau normatif, spekulatif dan sistematik.
ILMU SAINS
Definisi
Frasa kata ‘sains’ boleh dilihat sudut pengertiannya dalam dua bentuk iaitu melalui sudut bahasa
dan istilah. Ilmu sains merupakan sebuah proses pengumpulan ilmu atau maklumat dan
penyusunannya. Perkataan ‘sains’ berasal daripada bahasa Latin iaitu ‘scientia’ yang bermaksud
mendapatkan ilmu atau maklumat. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia, pada mulanya
perkataan sains tidak begitu digunakan dan sebagai gantinya mereka memakai perkataan ‘ilmu’
sahaja. Sehingga kini dalam bahasa Arab dan Indonesia menggunakan perkataan ilmu dengan
makna sains.
Pengelasan ilmu mengikut tradisi Islam amatlah berbeza daripada tradisi lain. Tidak hairanlah
Rosenthal, mendapati ratusan takrif ilmu mengikut pelbagai mazhab dalam tradisi Islam. Takrif
![Page 8: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/8.jpg)
ilmu mengikut perspektif Islam masih mampu menarik perhatian sarjana Islam kontemporari
seperti Syed Muhammmad Naquib Al-Attas yang telah memberi takrifan ilmu yang cukup tajalli
(profound) apabila beliau menyatakan ‘ilmu’ secara espistemologi, dengan bersumberkan kepada
tuhan sebagai sumber asalnya sehingga sampai makna ke dalam diri sendiri. Dengan acuan
kepada diri sendiri sebagai pentafsir dan penerima.
Takrif sains yang popular, pertamanya sains adalah merupakan ilmu pengetahuan yang bersistem
yang berdasarkan kepada cerapan, kajian, pengeksperimenan atau uji kaji dan sebagainya.
Keduanya, sains juga berupa pengetahuan daripada nalaran atau taakulan, naakulan dan mantik
gunaan. Selain itu, juga sains merupakan longgokan teknik, kemahiran, kebolehan berasas
kepada latihan, disiplin dan pengalaman malahan sains juga berupa analisis fenomena secara
bersistem, mantik dan objektif dengan kaedah yang khusus yang dipraktikkan untuk
mewujudkan tumpuan pengetahuan yang boleh dipercayai.
Bidang-Bidang Ilmu Sains
Ilmu Sains terbahagi kepada dua bidang ilmu iaitu ilmu sains sosial dan tulen. Sains Tulen
(Natural Science) adalah merupakan penggunaan kaedah saintifik untuk mengkaji benda-benda
nyata di bumi ini. Bidang ini merangkumi bidang ilmu astronomi, biologi dan perubatan, fizik,
kimia, sains bumi dan juga sains komputer.
Sains Sosial pula adalah merupakan penggunaan kaedah saintifik untuk mengkaji bidang
kemanusiaan di dunia ini. Ia juga dikenali sebagai kajian sosial. Bidang ini merangkumi bidang
ilmu antropologi, ekonomi, ekologi, etimologi, komunikasi, linguistik, psikologi, sosiologi dan
pendidikan.
Hubungan Falsafah dengan Sains
Sains pada pada awalnya merupakan sebahagian daripada cabang falsafah kerana falsafah
merupakan induk bagi segala ilmu pengetahuan yang ada. Falsafah dan sains mengalam
perubahan dimana subjek sains dan falsafah itu telah berkembang dan mempunyai cabang-
![Page 9: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/9.jpg)
cabangnya tersendiri.
Oleh sebab itu, sebahagian dari subjek sains telah memisahkan diri daripada falsafah dan berdiri
sebagai satu disiplin ilmu yang tersendiri sepertimana ilmu fizik, ilmu matematik, ilmu kimia
dan ilmu mengenai biologi.
Sains dan falsafah masing-masing berperanan mencari ilmu pengetahuan.akan tetapi ilmu
pengetahuan yang dapat diberi oleh sains terhad kepada fenomena ilmu fizik sahaja, manakala
ilmu falsafah menghuraikan tentang hakikat disebalik alam fizik.
Persamaan Falasafah dan Sains
Falsafah dan sains sama membahaskan tentang suatu hakikat, akan tetapi kedua-dua hakikat itu
adalah berbeza dari makna yang sebenarnya. Selain itu, falsafah dan sains akan menghasilkan
sesuatu natijah dari apa yang dikaji dan kedua-dua tidak terpenagruh oleh mana-mana unsur luar
yang boleh menggugat hasil kajian.
Objek material sains ialah alam dan manusia,objek material bagi falsafah juga perkara yang sama
iaitu alam dan manusia tambah dengan perkara yang lainnya iaitu masalah ketuhanan. Sains
menggunakan kaedah tersendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia serta apa yang ada
didalamnya.
Falsafah juga menggunakn kaedah tersendiri pula hampiri pada kebenaran,baik tentang alam
mahupun tentang manusia ( yang belum/tidak dapat dijawab oleh ahli sains kerana ianya berada
diluar jangkaunya ataupun tentang masalah ketuhanan.
Perbezaan Falsafah dan Sains
Bidang kajian sains tentang alam (al-kawn) dari sudut yang khusus dimana ahli dains mengkaji
satu juzuk alam yang tertentu cabang-cabang tertentu contohnya tentang alam tumbuhan, planet,
langit dan bumi dalam bentuk ilmu-ilmu cabang dari sudut sifatnya sahaja. Sedangkan falsafah
![Page 10: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/10.jpg)
membahasakan secra keseluruhan dengan pandangan yang menyeluruh (universal) dan kaiannya
dari sudut pengertian dan maksudnya.
Pengamatan sains adalah pengamatan dari sudut luaran sahaja iaitu apa yang dapat dirasai dan
disaksikan sahaja. Sedangkan falsafah melihatnya dai sudut luaran hingga lah dari sudut dalaman
zat itu.huraian sampai kepada hakikat yang wujud tersembunyi disebalaik yang zahir misalnya
membicarakan dari sudut estetikanya dan akhlaknya.
Bagi sains, persoalan yang biasa diutarakan ialah “bagaimana/how” satu peristiwa yang berlaku.
Bagi falsafah pula, persoalan yang biasa dikemukan ialah “kenapa/why”. Jawapan ahli falsafah
lebih tinggi kerana menghuraikan sebab kejadiannya.
Sains hanya membicarakan tentang sebab-sebab yang hampir pada persekitarannya sahaja.
Falsafah pula membicarakan tentang sebab ynag utama yang jauh dan menjadi pendorong sebab
yang lain iaitu mengaitkan apa yang berlaku di alam fizik dengan alam metafizik.
Sains mencari kebenaran denagn jalan penyelidikan (research), pengalaman dan percubaan
(experiment). Falsafah hampiri kebenaran dengan mengunakan akal budi secara radikal dan
menyeluruh serta universal serta menggunakan pengamatan akal.
Sains sering membicarakan perkara-perkara yang sudah sedia ada seperti mengkaji penyakit HIV
yang telah sedia ada. Manakala falsafah pula membicarakan perkara-perkara yang sepatutnya
berlaku seperti ilmu mantik, akhlak dan estetika.
Perkembangan sains terlalu cepat, banyak cabang ilmu dalam bidang sains ditemui serta banyak
penemuan baru dicapai. Perkembangan falsafah amatlah perlahan kerana bebanan falsafah
amatlah berat dan luas sekali bidangnya kerana falsafah adalah induk segala ilmu.
Bidang kajian sains berbeza dengan bidang kajian falsafah kerana bidang sains ialah alam tabi’i
manakala bidang falsafah meliputi sains itu sendiri. Selain itu, kebenaran sains adalah kebenaran
yang bersifat positif, manakala kebenaran falsafah adalah kebenaran yang bersifat spekulatif iaitu
![Page 11: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/11.jpg)
dugaan yang tidak dapat di buktikan secara empirik dan eksperimen.
Pendapat Ahli Falsafah Mengenai Hubungan Falsafah dan Ilmu Sains
Walaubagaimanapun sains dan falsafah saling perlu memerlukan antara satu sama lain. Dalam
masalah ini Louis O. Kattsoff menulis antara lain beliau menyebut bahawa bahasa yang
digunakan dalam falsafah dan sains dalam beberapa hal saling melingkupi. Namun begitu,
bahasa yang digunakan dalam falsafah cuba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan
malahan apa yang harus diperkatakan oleh seorang ahli sains mungkin penting pula bagi seorang
ahli falsafah.
Selain itu, beliau juga mengatakan falsafah dalam usahanya mencari jawapan terhadap
pertanyaan pokok yang kita ajukan adalah harus memperlihatkan hasil-hasil sains. Sains dalam
usaha untuk menemukan rahsia alam kudrat haruslah mengetahui anggapan kefalsafahan.
Falsafah mempersoalkan istilah-istilah pokok daripada sains dengan suatu cara yang berada dari
luar tujuan dan kaedah sains.
Sehubungan itu, Harold H. Titus menerangkan bahawa sains mengisi falsafah dengan sejumlah
benda yang faktual dan deskriptif yang perlu dalam pembinaan falsafah. Sesungguhnya falsafah
pula pada suatu masa yang cenderung untuk mencerminkan tinjaun ilmiah tersebut.
Dalam Islam tidak ada pertentangn antara sains, falsafah dan agama kerana sains dan falsafah
yang benar ialah dari usaha manusia dengan kekuatan akal budinya yang relatif hasil untuk
memahami kenyataan alam iaitu susunan alam. Pembahagian alam, bahagian-bahagian alam dan
hukum (yang berlaku bagi) alam. Al-quran (ayat Al-Quraniyyah) adalah pembukuan segenap
ayat alam semesta (ayat Al-Kauniyyah) dalam satu kitab. Kedua-dua ayat ini saling menafsirkan.
Satu penafsiran terhadap yang lain tidak akan pernah berlawan, kerana ke dua-duanya berasal
daripada Allah s.w.t, yang pertama firman Allah dan yang kedua ciptaan Allah s.w.t.
KESIMPULAN
![Page 12: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/12.jpg)
Setelah membuat beberapa kajian tentang hubungan ilmu falsafah dan ilmu sains dari pelbagai
aspek. Jelaslah disini ilmu falsafah tidak boleh dipisahkan dengan ilmu sains. Biarpun ada
beberapa hal yang membezakan, namun ia tidak memberi kesan kepada hubungannya.
Ahli sains mahupun ahli falsafah hendaklah memahami atau mendalami ilmu pengetahuan
tentang kedua-dua bidang ini. Supaya ia tidaklah kelihatan bercanggah apabila membuat suatu
kajian dan supaya ia lebih kelihatan sempurna.
Bagi menyempurnakan lagi suatu kajian itu perlulah dihubungkan dengan agama. Hal ini sangat
penting bagi seorang muslin itu agar tidak terpesong dari pegangan akidah Islam itu seperti telah
diakui oleh Sir James Jeans. Jelaslah bahawa jalan keluar daripada kebuntuan ini ialah dengan
kembali kepada kebenaran dan kepada jalan Islam yang lurus. Tetapi kembali kepada Islam tidak
bermakna kembali kepada Islam popular atau “Islam baka”.
Sejarah telah menunjukkan ada beberapa agama yang mengongkong ilmu pengetahuan dan akal.
Bahkan dunia moden Barat yang lahir dari Renaissance persis adalah hasil perjuangan-
perjuangan pahit menentang teologi Kristen yang menekan dan sempit. Sejarah demikian tidak
boleh dan tidak akan diulang.
Agama Islam yang dimaksudkan adalah agama seperti yang diterangkan dalam ayat-ayat Quran
yang telah disebutkan. Daripada ajaran-ajaran agama seperti inilah kita boleh mengembang dan
menyempurnakan suatu falsafah saintifik yang utuh yang boleh menjadi landasan kuat kepada
perkembangan sains sosial dan malah semua ilmu.
Secara ringkasnya, falsafah adalah merupakan suatu bidang ilmu yang besar dan merupakan
induk kepada segala ilmu. Sekaligus meletakkan ia sebagai ilmu penting bagi semua ilmu.
Kesimpulannya falsafah adalah diperlukan dalam bidang sains dan kedua-dua ilmu ini adalah
saling berhubungan. Jadi hubungan antara falsafah dengan ilmu sains adalah wujud.
![Page 13: Sejarah Dan Sosiologi Sains](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/55cf96cb550346d0338dd1b2/html5/thumbnails/13.jpg)
Dalam konteks perkembangan sains, kemunculan sosiologi telah memisahkannya dengan kajian
antropologi. Revolusi perindustrian telah menyebabkan perubahan dalam cara kehidupan
manusia dan merubah corak masyarkat. Pada zaman moden, perubahan-perubahan yang drastik
dalam masyarakat telah dilihat oleh tokoh-tokoh sosial dan timbul minat mereka untuk
mengkajinya. Ciptaan-ciptaan, teknologi moden, pekerjaan baru, pola pengkhususan dan
sebagainya telah merubah begitu sekali masyarakat hinggakan dalam kemajuan yang pesat itu
telah wujud juga pelbagai masalah.
· Ahli-ahli sains pada peringkat permulaan telah cuba mengkaji masyarakt dengan
membandingkannya dengan kaedah-kaedah sains yang sedia ada. Sebagai contoh mereka mula
memikirkan cara mengatasi masalah sosial moden dengan perbandingan kepada gejala fizikal,
misalnya jika masalah banjir boleh diatasi dengan membina empangan, adakah cara yang
serupa dapat mengawal wabak sosial yang melanda masyarakat?