Sejarah Dan Perkembangan Akuntansi Di Indonesia Dan
-
Upload
refdy-anugrah -
Category
Documents
-
view
159 -
download
0
description
Transcript of Sejarah Dan Perkembangan Akuntansi Di Indonesia Dan
Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Indonesia dan Internasional
A. Sejarah Akuntansi
Pada dasarnya akuntansi itu sama yaitu sarana bagi manajemen untuk mengkomunikasikan posisi
keaungan, kinerja dan perubahan posisi keaungan kepada pihak yang berkepentingan. Akuntansi
menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun internasional.
Awalnya, akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) di
Italia pada abad ke 14 dan 15.
Lucalah orang yang pertama sekali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double accounting
system dalam bukunya berjudul : Summa the arithmetica geometria proportioni et proportionalita
di tahun 1494. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar double accounting
system bukanlah ide murni Luca namun dia hanya merangkum praktek akuntansi yang
berlangsung pada saat itu dan mempublikasikannya.
Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat, kerumitan masalah
akuntansi muncul bersamaan. Kemudian Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademik
tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia Barat. Bagi
banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan praktik nasional yang
melekat erat dengan hukum nasional dan aturan profesional.
Perkembangan Akuntansi
Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry
maupun double entry.
Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam
perusahaan.
Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).
Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap lebih
penting.
Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui ujian yang
dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925 : Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan,
akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah. Sistem akuntansi yang manual
beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya“punch card record”.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan
data. Lalu, sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP). Hingga Perencanaan manajemen
serta management auditing mulai diperkenalkan.
Tahun 1975 : Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal.
Dan Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan yang
mempengaruhi lingkungan masyarakat.
B. Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Akan tetapi bukii yang jelas terdapat
pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak 1747. Selanjutnya akuntansi di
Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870. Hal ini
mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang menanamkan modalnya di
Indonesia.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003)
atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di
Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen
Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda mengenalkan sistem
pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca
Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa
penjajahan-memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan
Yunus 1997).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-Government
Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan publik yang
pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918.
Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun
1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995).
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang
Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai
pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan
mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang
berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda
masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi
masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang
dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958
menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Sejarah Akuntansi di Indonesia.Sejarah Akuntansi di Indonesia
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai dapat menghitung dan
membuat suatu catatan, dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun. Pada abad
ke–15, terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-
pedagang Venesia. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan diperlukannya
suatu sistem pencatatan yang lebih baik sehingga dengan demikian akuntansi mulai
berkembang.
Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya pengaruh Romawi, pusat
perdagangan bergeser ke Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya, sistem
akuntansi yang telah dikembangkan Romawi juga ikut berpindah dan digunakan di
negara-negara tersebut. Sejak itu perhitungan rugi laba mulai dibuat secara
tahunan yang kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan neraca secara
rutin pada akhir jangka waktu tertentu.
Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong berkembangnya akuntansi
biayadan konsep penyusutan. Pada tahun 1930, New York Slock Exchange dan
American Institute of Certified Public Accountant membahas dan menetapkan
prinsip-prinsip akuntansi bagi perusahaan-perusahaan yang sahamnya terdaftar di
bursa saham.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar
17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan
dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik
pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta
(Soemarso 1995).
Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Sistem ini
diperkenalkan oleh Luca Pacioli bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai
untuk melakukan pencatatan upah sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal
merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debit dan kredit
secara seimbang dan menghasilkan pembukuan yang sistematis serta laporan
keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini perusahaan mendapatkan
gambaran tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan, serta hak pemilik.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama
masa penjajahan memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia
selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an
dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa
sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga
akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di
Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini
akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk
membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur
(Yunus 1990).
Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn-yang
sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan
pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van
Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan
Negara- Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915
(Soermarso 1995).
Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di
Indonesia pada tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain
yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan
Pajak- Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak
ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik.
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang
diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21
September 1929 (Soemarso 1995). Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia)
mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu
Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih
digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan
akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi
atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari
Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli
(Diga dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia
pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian,
pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi
model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya
jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti
pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu
Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran
1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan
Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian
praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB
2003).
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi
model Amerika (Diga dan Yunus 1997). Pada pertengahan tahun 1980an,
sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi
dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih
kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar dengan dukungan praktik akuntansi
yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari
investor asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum
perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal
1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis
pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan
untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif
dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank
domestik dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan
pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor.
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga
yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada tahun
1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank
Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau
underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta
mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza
Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser
(1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan
harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar
modal dari model “ casino ” menjadi model yang dapat memobilisasi aliran investas
jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang
untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan
keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi
seperangkat standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia
(World Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk
mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada
tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi
dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah
memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang Pasar
Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998,
kebangkrutan konglomarat, collapse nya system perbankan, meningkatnya inflasi
dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan
negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini,
kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan
rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency).
Perkembangan Akuntansi Di Indonesia
Perkembangan akuntansi di Indonesia, pada mulanya menganut sistem kontinental,
sama seperti yang di pakai Belanda. Sistem kontinental ini, yang di sebut juga Tata
Buku atau Pembukuan, yang sebenarnya tidak sama dengan akuntansi, karena Tata
Buku (Bookkeeping) adalah elemen prosedural dari akuntansi sebagaimana
aritmatika adalah elemen prosedural dari matematika.
Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku dengan Akuntansi, yakni :
Tata Buku (Bookkeeping): menyangkut kegiatan–kegiatan proses akuntansi seperti
pencatatan, peringkasan, penggolongan, dan aktivitas – aktivitas lain yang
bertujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berdasarkan pada data.
Akuntansi (Accounting): menyangkut kegiatan–kegiatan analisis dan interprestasi
berdasarkan informasi akuntansi.
Pertengahan abad ke–18, terjadi Revolusi Industri di Inggris yang mendorong pula
perkembangan akuntansi. Pada waktu itu, para manajer pabrik, misalnya ingin
mengetahui biaya produksinya. Dengan mengetahui berapa besar biaya produksi,
mereka dapat mengawasi efektivitas proses produksi dan menetapkan harga jual.
Sejalan dengan itu, berkembanglah akuntansi dalam bidang khusus, yaitu akuntansi
biaya yang memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksidan penyediaan
informasi bagi manajemen. Revolusi Industri mengakibatkan perkembangan
akuntansi semakin pesat sehingga menyebar sampai ke Benua Amerika, khususnya
di Amerika Serikat dan melahirkan sistem Anglo Saxon.
Seiring perkembangan, selanjutnya tata buku mulai di tinggalkan orang. Di
Indonesia, orang atau perusahaan semakin banyak menerapkan sistem akuntansi
Anglo Saxon yang berasal dari Amerika, dan ini di sebabkan oleh :
Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara Indonesia – Belanda yang
membuat seluruh pelajar Indonesia yang sekolah di Belanda di tarik kembali dan
dapat melanjutkan kembali studinya di berbagai Negara (termasuk Amerika),
terkecuali negara Belanda.
Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan pengembangan
akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, dan menerapkan system
akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem ini lebih dominan di gunakan
daripada sistem Kontinental / Tata buku di Indonesia.
Dengan adanya sistem akuntansi Anglo Saxon, Penanaman Modal Asing (PMA) di
Indonesia membawa dampak positif terhadap perkembangan akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara tata buku dan akuntansi,
yaitu :
-Istilah ‘perkiraan’, menjadi ‘akun’;
-Istilah ‘neraca laju’, menjadi ‘kertas kerja’ ;
-dan lain – lain.
Di Indonesia, Komite Prinsip Akuntansi (KPA) merumuskan Standar Akuntansi
untuk di sahkan oleh Pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan berfungsi untuk menyesuaikan dan
menyusun laporan keuangan yang di keluarkan oleh pihak ekstern. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi, hubungan dagang antarnegara pada masa – masa kerajaan
di masa lalu seperti Majapahit, Mataram, Sriwijaya, menjadi pintu masuk akuntansi
dari negara lain ke Indonesia.
Meskipun demikian, belum terdapat penelitian yang memadai mengenai sejarah
akuntansi di Indonesia. Masa perkembangan akuntansi di Indonesia secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad ke-16 awalnya untuk
berdagang, kemudian Belanda membentuk perserikatan maskapai Belanda yang
dikenal dengan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Pada tahun 1602,
terjadi peleburan 14 maskapai yang beroperasi di Hindia Timur, yang selanjutnya di
tahun 1619 membuka cabang di Batavia dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Perjalanan VOC ini berakhir pada tahun 1799 dan setelah VOC dibubarkan,
kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Sejak masa itulah mulai tumbuh
perusahaan – perusahaan Belanda di Indonesia. Catatan pembukuan saat itu
menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik dagang yang
semata-mata untuk kepentingan perusahaan Belanda. Pada masa ini, sektor us aha
kecil dan menengah umumnya dikuasai oieh masyarakat Cina, India, dan Arab yang
praktik akuntansinya menggunakan atau dipengaruhi oieh sistem dari negara
mereka masing-masing. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945,
system akuntansi tidak banyak mengalami perubahan, yaitu tetap menggunakan
pola Belanda.
Masa Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia mengikuti sejarah masa lampau dari
masa kolonial Belanda, maka sistem akuntansinya mengikuti akuntansi Belanda
yang dikenal dengan Sistem Tata Buku. Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem
akuntansi atau hanya merupakan metode pencatatan. Setelah masa penjajahan
Belanda berakhir dan masuk ke dalam masa kemerdekaan, banyak perusahaan
milik Belanda yang dirasionalisasi yang diikuti pula dengan masuknya berbagai
investor asing, terutama Amerika Serikat. Para investor tersebut memperkenalkan
system akuntansi Amerika Serikat ke Indonesia.
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh
negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya
transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas
merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana
cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang
sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang
baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi,
khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal
ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak
sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).” Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun
1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya alam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”
dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan
dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total
terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah
memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional
dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke
depan. Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan
standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada
tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004,
dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007”
ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan
KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini
terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat menghasilkan standar
akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun
standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari
GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia PAI) yang bertugas
menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah
bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994
dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite
Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK). Kemudian, pada Kongres VIII IAI
tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk
menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite
Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili
para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan
pengembangan SAK di Indonesia.
Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa perkembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK, kronologis kejadian
dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut :
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi
Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal
dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). (Terjadi pada periode 1973-
1984). Komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994,
Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi
Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi
tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut
menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar
harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
(Terjadi pada periode 1984-1994) Ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal
ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar
Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards
sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada
tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar
akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi
dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri. (Terjadi pada periode 1994-2004).
Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik
berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan
sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1
Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun
2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi
penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh
dengan semua standar IFRS pada tahun 2008.
Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008
jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.
(terjadi pada periode 2006-2008)
Standar Akuntansi Internasional di Indonesia
Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan
Indonesia, 2008) di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar
Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices)
gaya Belanda sampai Thn. 1955 : Indonesia belum mempunyai undang – undang
resmi / peraturan tentang standar keuangan.
Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI
yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi.
Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang
bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)
Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.
Tahun 2012 : ikut IFRS sepenuhnya?
Asas Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP
(United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa
pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan
Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Di era
globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang
dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya
harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional. Namun proses harmonisasi
ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara,
perbedaan system pemerintahan pada tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat
mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk
merubah prinsip akuntansi.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila
perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-
beda. Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni
eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS
saat ini.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik
bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi,
persyaratan akan item item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai
perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat
akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan
menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan
lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva,
hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi
internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara
keseluruhan atau full adoption. Diharapkan Indonesia sudah mengadopsi
keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010.
Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejauh mana adopsi
IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat
adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat
bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia
pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan
bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang
dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas
tinggi yang:
Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang
periode yang disajikan.
Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS.
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi
secara penuh dengan International Financial Reporting Standards(IFRS) yang
dikeluarkan oleh IASB (International Accounting Standards Board). Oleh karena itu,
arah penyusunan dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan
selalu mengacu pada standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar akuntansi
domestik : Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002)
adalah:
Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,
Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang,
Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta mempermudah dalam
melakukan training pada karyawan,
Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal
internasional,
Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan operasional yang berguna
untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik
dengan pelanggan, supplier, dan pihak lain.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa
akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang cabang perusahaannya yang berada dalam negara
yang berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan
keputusan. Dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan
konsistensi dalam interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi
dan divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat diperbandingkan
dengan pesaing lainnya secara global, apalagi dengan semakin meningkatnya
persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu kelemahan bagi suatu perusahaan
jika tidak dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurang mampu dalam
menarik modal dan menghasilkan keuntungan di masa depan.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun
demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena
memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah
melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan
full adoption atas standar internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi
internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan
perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya
nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin
menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan
perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan.
Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Akuntansi
Telah banyak yang menyatakan bahwa akuntansi dipengaruhi oleh lingkungannya
dan sebaliknya akuntansi juga mempengaruhi lingkungannya. Pada pokoknya, tesis
ini menyiratkan bahwa inovasi dan perkembangan akuntansi dipicu oleh faktor-
faktor non-akuntansi. Standar-standar akuntansi muncul ke permukaan setelah
banyak akuntan mengalami tuntutan hukum, LIFO ditimbulkan oleh kondisi-kondisi
inflasi, dan banyak pengungkapan-pengungkapan keuangan yang merupakan
konsekuensi dari pasar modal publik.
Kondisi-kondisi lingkungan yang diharapkan mempengaruhi penentuan standar
akuntansi, meiliputi:
Relativisme budaya, dengan cara bagaimana konsep-konsep akuntansi yang ada di
setiap negara seunik ciri budaya negara tersebut.
Relativisme linguistik, dengan cara bagaimana akuntansi sebagai suatu bahasa
dengan karakteristik leksikal dan gramatikalnya akan mempengaruhi perilaku
linguistik dan non-linguistik dari para penggunanya.
Relativisme politik dan sipil, dengan cara bagaimana konsep akuntansi yang ada di
setiap negara didasarkan pada konteks keadaan politik dan sipil negara tersebut.
Realtivisme ekonomi dan demografi, dengan cara bagaimana konsep akuntansi
yang ada di setiap negara didasarkan pada konteks ekonomi dan demografi di
negara tersebut.
Macam-macam Akuntansi
Akuntansi Keuangan
Akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi keuangan. Hasil akhir
akuntansi keuangan adalah Laporan Laba/rugi, Laporan perubahan modal, neraca,
Laporan perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan keuangan. Dalam
penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan prisip akuntansi yang
berterima umum.
Akuntansi Manajemen
Akuntansi yang memberikan informasi baik keuangan (kuantitatif) maupun bukan
keuangan (kualitatif), untuk kepentingan manajemen. perusahaan. Bidang ini
bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pengendalian operasi perusahaan.
Akuntansi Biaya
Akuntansi keuangan yang hanya menyajikan sebagian elemen dari laporan laba
atau rugi.
Akuntansi pemerintah
Penyajian laporan transaksi yang dilakukan oleh pemerintah.
Akuntansi Perpajakan
Akutansi yang mengkhususkan pada penyiapan data yang diperlukan untuk
perhitungan pajak.
Akuntansi Anggaran
Akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan rencana pengeluaran perusahaan
dan membandingkannya dengan pengeluaran aktual.
Profesi di bidang akuntansi di sebut akuntan.
Macam-macam akuntan dan tugasnya, menurut UU No.34 th. 1945 :
Akuntan Privat/Intern/Manajemen
Adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan/organisasi tertentu, bertugas
menjalankan fungsi akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen.
Akuntan Publik (Extern)
Adalah akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan secara bebas (indepeden)
terhadap laporan keuangan perusahaan dan organisasi lain. Hasil laporan
keuangan dinyatakan dalam laporan akuntansi yang berisi pendapat tentang
kewajaran atau kelayakan laporan keuangan yang diperiksanya.
Tugas selain pemeriksaan adalah :
– Konsultasi perencanaan dan pelaporan pajak
– Penyusunan anggaran
– Penyusunan system akuntansi
– Penyusunan system akuntansi
– Penyususnan laporan keuangan
Akuntan Pemerintah
Adalah akuntan yang bekerja di lembaga pemerintahan, misalnya : di BPK, Dirjen
pajak, BPKP, Departemen keuangan dan lain-lain.
Tugasnya adalah mengawasi keuangan dan kekayaan negara sampai pengelolaan
keuangan dan kekayaayan negara.
Akuntan Pendidik
Akuntan yang bekerja di lembaga pendidikan untuk mengajarkan, melakukan riset
dan mengembangakan pengetahuan akuntansi.
Akuntansi Internasional
Pengertian Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional adalah akuntansi untuk transaksi antar negara,
pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan
harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Perkembangan akuntansi
internasional sekarang ini semakin pesat dan perhatian profesi akuntan pun
terhadap masalah ini semakin besar.
Tujuan Akuntansi Internasional :
Mengidentifikasi sejarah perkembangan
akuntansi internasional
Memperkenalkan berbagai perbedaan nasional dalam sistem akuntansi di dunia
Meringkas evolusi bisnis sampai zaman modern
Membahas pentingnya dimensi akuntansi dalam bisnis global dan topik-topik
penting yang membentuk akuntansi internasional.
Sejarah Akuntansi Internasional
Pada abad 14 dan 15 Italia menggunakan system Double bookkeeping entry .
Sistem Double bookeeping Entry mempengaruhi kepentingan bisnis negara Inggris
dan koloninya . Kemudian pada zaman Fugger dan Kelompok Hanseatik beralih ke
Jerman dari ‘Pembukuan Ala italia’. Para filsuf bisnis Belanda mempertajam cara
menghitung pendapatan. Di abad 15 aparat pemerintah Perancis menemukan
keuntungan dan diterapkan dalam system perencanaan dan akuntabilitas
pemerintah. Tahun 1850 di Skotlandia terbentuk suatu komunitas profesi akuntan
public. Tahun 1870 di Inggris juga lahir suatu komunitas profesi akuntan public.
Dari Inggris praktek akuntansi menyebar ke seluruh Amerika Utara dan wilayah
persemakmuran. Sistem akuntansi Belanda masuk ke Indonesia. Sistem akuntansi
Perancis menemukan tempatnya di Polinesia dan Afrika. Sistem akuntansi Jerman
berpengaruh di Jepang, Swedia dan Rusia. Setelah PD-II, sistem akuntansi semakin
pesat tumbuh di dunia barat, terutama Jerman dan Jepang.
Abad ke-20 Akuntansi tumbuh di Amerika Serikat dan menjadi suatu disiplin ilmu di
Universitas. Perkembangan tersebut meliputi hal-hal berikut ini :
Sekitar abad ke-16 terjadi beberapa perubahan di dalam teknik-teknik pembukuan.
Perubahan yang patut dicatat adalah diperkenalkan jurnal-jurnal khusus untuk
pencatatan berbagai jenis transaksi yang Berbeda
Pada abad ke-16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan periodik.
Sebagai tambahan lagi, di abad ke-17 dan abad ke-18 terjadi evolusi pada
personifikasi dari seluruh akun dan transaksi, sebagai suatu usaha untuk
merasionalisasikan aturan debit dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang
tidak pasti hubungannya dan abstrak.
Penerapan sistem pencatatan berpasangan juga diperluas ke jenis-jenis organisasi
yang lain.
Abad ke-17 juga mencatat terjadinya penggunaan akun-akun persediaan yang
terpisah untuk jenis barang yang berbeda.
Dimulai dengan East India Company di abad ke-17 dan selanjutnya diikuti dengan
perkembangan dari perusahaan tadi, seiring dengan revolusi industri, akuntansi
mendapatkan status yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan
akan akuntansi biaya, dan kepercayaan yang diberikan kepada konsep-konsep
mengenai kelangsungan, periodisitas, dan akrual.
Metode-metode untuk pencatatan aktiva tetap mengalami evolusi pada abad ke-18.
Sampai dengan awal abad ke-19, depresiasi untuk aktiva tetap hanya
diperhitungkan pada barang dagangan yang tidak terjual.
Akuntansi biaya muncul di abad ke-19 sebagai sebuah hasil dari revolusi industri.
Pada paruh terakhir dari abad ke-19 terjadi perkembangan pada teknik-teknik
akuntansi untuk pembayaran dibayar di muka dan akrual, sebagai cara untuk
memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba periodik.
Akhir abad ke-19 dan ke-20 terjadi perkembangan pada laporan dana.
Di abad ke-20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi untuk isu-isu
kompleks, mulai dari perhitungan laba per saham, akuntansi untuk perhitungan
bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa jangka panjang dan pensiun, sampai kepada
masalah penting dari akuntansi sebagai produk baru dari rekayasa keuangan
(financial engineering).
Akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di
negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia
adalah definisi Akuntansi Internasional menurut Iqbal, Melcher dan Elmallah
(1997:18) selain itu ada 3 bidang lain yang luas yaitu:
1. Pengukuran (Measurements)
Membantu dalam proses mengidentifikasi, mengelompokkan dan menghitung
aktivitias dan transaksi, memberikan masukan mendalam mengenai profitabilitas,
operasi dan kekuatan posisi keuangan perusahaan.
2. Pengungkapan (Disclosure)
Proses dimana pengukuran akuntansi dikomunikasikan kepada para pengguna
laporan keuangan dan digunakan dalam pengambilan keputusan atau proses
mengkomunikasikan kepada para pengguna.
3. Auditing (Auditing)
Proses dimana para kalangan professional akuntansi khusus (auditor) melakukan
atestasi (pengujian) terhadap keandalan proses pengukuran dan komunikasi.
Kompetisi Global
Salah satu pentingnya akuntansi internasional adalah fenomena kompetisi global.
Penentuan acuan (benchmarking), suatu tindakan untuk membandingkan kinerja
satu pihak dengan suatu standar yang memadai, bukanlah hal yang baru. Hal yang
baru adalah standar perbandingan yang kini melampaui batas-batas nasional.
Dalam penentuan acuan terhadap pesaing internasional, seseorang harus berhati-
hati untuk memastikan bahwa perbandingan yang dilakukan memang benar-benar
dapat dibandingkan. Sebagai contoh, alat ukur kinerja yang sering digunakan
adalah pengembalian atas ekuitas (Return on Equity).
Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi.
Bidang-bidang yang dahulu tidak di bayangkan sebagai sektor usaha sekarang
menjadi sektor besar. Bunga Bank yang tinggi mendorong orang mencari alternatif
untuk memenuhi kebutuhan permodalannya, persaingan antar perusahaan semakin
meningkat dengan dibarengi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi itu semua para pengelola perusahaan
sangat membutuhkan informasi akuntansi dalam rangka pengambilan keputusan.
Akuntansi mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya bisnis surat-surat berharga khususnya bisnis saham di pasar
modal.
Masyarakat Amerika sudah mengenal bisnis tersebut sejak tahun 1900 (Belkaoui,
2007). Dalam bertransaksi, baik para investor maupun calon investor telah
menggunakan informasi keuangan perusahaan sebagai salah satu pedoman dalam
membuat prediksi-prediksi dan untuk mengambil keputusan bisnis, yaitu investasi
dalam surat-surat berharga, khususnya dalam saham. Perkembangan positif yang
terjadi terhadap bisnis saham di pasar modal Amerika juga menunjukkan bahwa
kebutuhan perusahaan akan modal juga meningkat seirama dengan perkembangan
pasar.
Perkembangan ini sekaligus menunjukkan bahwa pasar modal memegang peranan
penting dalam perekonomian suatu negara khususnya Amerika pada era tersebut.
Disamping itu, juga berarti bahwa kebutuhan dan peran informasi akuntansi
menjadi semakin penting.
Terkait Akuntansi Internasional
Perkembangan yang cepat dalam transportasi dan komunikasi membuat dunia
menjadi tanpa batas hingga mewujudkan apa yang dinamakan “global village”.
Ditambah dengan ditandai pertumbuhan perdagangan internasional dan pertukaran
bisnis lainya diantara berbagai negara mempengaruhi kehidupan kita. Umumnya,
perkembangan ini membawa dampak berbagai kebiasaan, dan praktek yang sama.
Dalam kegiatan bisnis khusus telah mendukung keinginan untuk meng-
harmonisasikan standar akuntansi diantara berbagai negara
tersebut.Harmonization menunjukkan derajat koordinasi atau kesamaan diantara
berbagai set variasi standar akuntansi nasional dan metode serta format pelaporan
keuangan. (Meek et. al dalam Wolk & Tearney, 1992; 577).
Salah satu faktor yang mendasari perlunya meng-harmonisasikan standar akuntansi
internasional adalah adanya peningkatan kepentingan dari berbagai perusahaan
multinational. Kesamaan secara umum dalam satandar akuntansi dan prosedur
akuntansi akan memfasilitasi/memudahkan koordinasi diantara perusahaan
multinational. Sebagai contoh, laporan keuangan konsolidasi akan mudah disajikan
jika perangkat akuntansi yang tersedia applicable untuk perusahaan multinational
tersebut. Konsekuensi dari MNCs tersebut maka profesi akuntan publik pun ikut
mendunia, banyak firma-firma akuntan publik berpraktek diseluruh dunia. Akhirnya
pembiayaan antar negara meningkat ditandai dengan bergairahnya pasar-pasar
modal antar berbagai negara.
Donna L. Street et. al (2000), dalam penelitiannya di Amerika, menyatakan bahwa
adanya program dari IOSCO (International Organization of Securities Commissions)
bagi pasar modal-pasar modal untuk menggunakan standar akuntansi internasional
(IAS), memberikan secara signifikan konteks global dari pasar modal Amerika dan
memaksanya untuk melakukan rekonsiliasi (penyesuaian) antara GAAP dengan IAS.
Hal itu dimaksudkan agar dalam praktek akuntansinya mudah dipahami oleh
Securities exchange commission (SEC) dengan tujuan konteks global dari pasar
modal Amerika. Bagaimana dengan Indonesia?
Zubaidur Rahman, (2000) dalam papernya menyatakan bahwa semua negara yang
ada di kawasan Asia Timur semuanya telah memiliki standar akuntansi nasional
yang semuanya diadopsi atau disusun berdasarkan standar akuntansi internasional
(IAS), tetapi pada kenyataannya laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan-
perusahaan yang ada di negara-negara Asia Timur tersebut jauh panggang dari api,
sejak di perbandingkan, mereka kurang memperhatikan mekanisme dari standara
akuntansi nasionalnya di rekonsialiasikan dengan standar akuntansi internasional