SEDIMENTOLOGI.doc

18
1. PENGERTIAN STRATIGRAFI Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Penampang Stratigrafi adalah suatu gambaran urutan vertikal lapisan lapisan batuan sedimen pada lintasan yang dipilih. Setiap titik dalam urutan mengikuti kaidah hukum superposisi. Tujuan pengukuran penampang stratigrafi ialah : o Mendapatkan data litologi terperinci dari urutan-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi (formasi, kelompok, anggota, dan sebagainya) o Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi o Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam dalam arah vertikal secara detail, untuk menafsirkan lingkungan pengendapan. Menghitung Ketebalan 1. Pengukuran pada daerah datar

description

Sedimentologi

Transcript of SEDIMENTOLOGI.doc

Page 1: SEDIMENTOLOGI.doc

1. PENGERTIAN STRATIGRAFI

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi

perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.

Penampang Stratigrafi adalah suatu gambaran urutan vertikal lapisan lapisan batuan

sedimen pada lintasan yang dipilih. Setiap titik dalam urutan mengikuti kaidah hukum

superposisi. Tujuan pengukuran penampang stratigrafi ialah :

o Mendapatkan data litologi terperinci dari urutan-urutan perlapisan suatu satuan

stratigrafi (formasi, kelompok, anggota, dan sebagainya)

o Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi

o Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan

urut-urutan sedimentasi dalam dalam arah vertikal secara detail, untuk menafsirkan

lingkungan pengendapan.

Menghitung Ketebalan

1. Pengukuran pada daerah datar

Rumus : T= dt x sin ∂

T = tebal lapisan

dt = jarak terukur di lapangan

∂ = Sudut kemiringan lapisan

2. Pengukuran pada medan berlereng :

Page 2: SEDIMENTOLOGI.doc

Kemiringan lapisan searah dengan lereng

Rumus : T = d sin (∂ - s) (Gambar b)

T = d sin (s - ∂) (Gambar c)

T = Tebal lapisan

S = Sudut lereng

∂ = Kemiringan lapisan

Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng

Rumus : T = d (Gambar c)

T = d sin (∂ + s ) (Gambar b)

T = d sin (180 - ∂ - s ) (Gambar d)

T = Tebal lapisan

∂ = sudut kemiringan lapisan

s = Sudut lereng

Page 3: SEDIMENTOLOGI.doc

2.Hukum-hukum Startigrafi

1. Hukum Superposisi

Dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak di bawah

umurnya relatif lebih tua dibanding lap. di atasnya selama lap.batuan tersebut belum

mengalami deformasi.

2. Hukum Horisontalitas

Pada awal proses sedimentasi, pelapisan batuan mempunyai kedudukan yang relatif

horizontal (sedikit miring sejajar) dengan bidang pengendapan.

3. Original Continuity

Strata sedimenter yang diendapkan oleh air terbentuk menerus secara lateral dan berakhir

secara membaji pada tepian cekungan pengendapan, pada masa cekungan itu terbentuk.

Page 4: SEDIMENTOLOGI.doc

4. Uniformitarianism

The present is the key to the past : Proses geologi yang berlangsung / terjadi pada saat ini

merupakan suatu proses yang bisa dipakai untuk menerangkan proses geologi yang

berlangsung pada saat lampau.

5. Cross Cutting Relationship

Apabila terdapat penyebaran lap. batuan (satuan lapisan batuan), dimana salah satu dari

lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan batuan yang memotong

umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan yang di potongnya.

6. Faunal Succesion

Fosil-fosil tertentu berbeda menurut umur geologinya. Fosil-fosil yang terdapat pada

formasi yang berumur > tua berbeda degan fosil-fosil yang terdapat pada formasi yang

lebih muda. Perbedaan tersebut menurut aturan tertentu (hukum evolusi).

7. Strata Identified by Fosil

Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain dengan melihat kandungan

fosilnya yang khas.

8. Facies Sedimenter

Suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang merupakan hasil dari suatu

lingkungan pengendapan yang tertentu.

Aspek fisik, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan

yang diendapakan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fsies apabila kedua batuan

tersebut berbeda fisik, kimia atau biologi (S.S.I.)

9. Low of Corellation of Facies

Bila tidak ada selang waktu pengendapan dan tidak ada gangguan, maka dalam satu daur

pengendapan yang dapat dikenal secara lateral juga merupakan urutan fertikalnya.

Page 5: SEDIMENTOLOGI.doc

3. SEDIMENTOLOGI

Cekungan (basin) adalah suatu tempat yang luas, dimana area ini merupakan tempat

akumulasi sedimen yang tebal yang tersimpan dalam periode waktu geologi yang panjang

Cekungan (basin) adalah suatu depresi dimana terjadi pengendapan sedimen yang berasal

dari tinggian disekitarnya. Cekungan dapat mempunyai bentuk seperti amphiteater,

membundar, memanjang atau bentuk lainnya.

Lingkungan Pengendapan adalah : suatu tempat dimana terdapat proses sedimentasi yg

dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, kimiawi dan biologi dari tempat tersebut, pada suatu

waktu tertentu. Media Transport terdiri dari : Gaya gravitasi, Angin, Es dan Air

Hasil Pelapukan dapat :

a. Tetap ditempatnya semula (residual deposit)

b. Ditransport ketempat lain (placer deposit)

Lingkungan Pengendapan :

a. Darat (padangpasir, sungai, danau, rawa)

b. Transisi (estuarine, delta, pantai, lagoon)

c. Laut (neritik, batyal, abyssal, hadal)

Cara Sedimen Ditransport : secara mekanis, koloid dan larutan kimia

Arus Pembawa Sedimen :

Sistem Arus Traksi Dan Suspensi

Sistem Arus Pekat/Density Current

Sistem Larutan

Page 6: SEDIMENTOLOGI.doc

Gambar Arus Pembawa sedimen

Cekungan akan terisi oleh berbagai macam bahan :

Sedimen yang berasal dari pelapukan mekanis batuan dengan berbagai macam ukuran

Larutan dari berbagai macam unsur kimia yang berasal dari pelapukan kimia

Organisme mikro maupun makro baik berasal dari binatang maupun tumbuhan yang

terdapat dalam cekungan tersebut.

Page 7: SEDIMENTOLOGI.doc

Gambar Zona Bathimetri

Gambar Bouma Sequen

4. KORELASI

Korelasi adalah sebuah bagian fundamental dari stratigrafi, dan lebih lagi merupakan usaha

dari stratigraphers dalam membuat unit stratigrafi yang formal yang mengarah pada

penemuan praktis dan metode yang dapat dipercaya untuk korelasi unit ini dari suatu area

dengan lainnya (Boggs, 1987). Dalam korelasi stratigrafi, pemahaman kita tentang korelasi

sangat dipengaruhi oleh prinsip dasar, konsep baru dan peralatan analisa (analytical tools)

sehingga bisa dihasilkan metode baru dalam korelasi.

Definisi dan Prinsip Korelasi

Korelasi ialah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan

stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu (Sandi Startigrafi Indonesia, 1996).

Menurut North American Stratigrafi Code (1983) ada tiga macam prinsip dari korelasi:

1. Lithokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama lithologi dan posisi stratigrafinya.

2. Biokorelasi, yang secara cepat menyamakan fosil dan posisi biostratigrafinya.

3. Kronokorelasi, yang secara cepat menyesuaikan umur dan posisi kronostratigrafi.

Page 8: SEDIMENTOLOGI.doc

Korelasi dapat dipandang sebagai suatu yang langsung (direct)(formal) ataupun tidak

langsung (indirect) (informal) (B.R.Shaw,1982). Korelasi langsung adalah korelasi yang

tidak dapat dipungkiri secara fisik dan tegas. Pelacakan secara fisik dari kemenerusan unit

stratigrafi adalah hanya metode yang tepat untuk menunjukkan persesuaian dari sebuah unit

dalam suatu lokal dengan unit itu di lokal lain. Korelasi tidak langsung dapat menjadi tidak

dipungkiri oleh metode numerik seperti contoh pembandingan secara visual dari instrumen

well logs, rekaman pembalikan polaritas,atau kumpulan fosil; meskipun demikian, seperti

pembandingan mempunyai perbedaan derajat reabilitas dan tidak pernah secara keseluruhan

tegas (tidak meragukan).

Pelacakan Kemenerusan Lateral dari Unit Litostratigrafi

Pelacakan kemenerusan secara langsung dari sebuah unit lithostratografi dari suatu local ke

local lain adalah satunya metode korelasi yang dapat menetapkan kesamaan dari sebuah unit

tanpa keraguan. Metode korelasi ini dapat digunakan hanya jika lapisan secara menerus atau

mendekati menerus tersingkap. Jika singkapan dari lapisan tersela oleh daerah yang luas yang

tertutup tanah dan vegetasi lebat, atau lapisan terhenti oleh erosi, atau dipotong lembah yang

besar, atau tersesarkan, penelusuran secara fisik pada lapisan menjadi tidak mungkin. Dalam

keadaan itu, teknik korelasi lainnya (tidak langsung) harus digunakan (Boggs, 1987).

Kesamaan Litologi dan Posisi Stratigrafi

Pelacakan lateral secara langsung dari unit startigrafi dapat menjadi tidak berhasil

diselesaikan dalam sebuah area yang sangat besar dikarenakan oleh ketidak menerusan

singkapan. Geologist bekerja pada suatu area harus mempercayai korelasi unit lithostratigrafi

dengan metode yang meliputi matching lapisan dari suatu area ke lainya dengan dasar

kesamaan lithologi dan posisi stratigrafi (Boggs, 1987).

Persamaan litologi dapat tidak dipungkiri atas dasar suatu macam properties batuan. Meliputi

gross lithology (batupasir,serpih, atau batugamping, sebagi contoh), warna, kelompok

mineral berat atau kelompok mineral khusus, struktur sedimen utama seperti perlapisan dan

laminasi silang-siur, dan ketebalan rata-rata, dan karakteristik pelapukan. Lebih banyak

macam properties yang dapat dipakai untuk menetapakan sebuah kesuaian antar strata maka

semakin kuat kemungkinan menuju sebuah kesesuaian yang benar (Boggs, 1987).

Penyesuaian lapisan dengan dasar lithologi merupakan tidak sebuah garansi atas kebenaran

dari korelasi. Lapisan dengan karakteristik litologi yang sangat sama dapat terbentuk dalam

Page 9: SEDIMENTOLOGI.doc

lingkungan pengendapan yang sama dengan luas dipisahkan dalam waktu (time) atau tempat

(space) (Boggs, 1987). Selain atas dasar kesamaan litologi, Individual formasi dapat

dikorelasikan juga oleh posisi dalam sikuennya (Boggs, 1987).

Korelasi Dengan Instrumen Well Logs

Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada hubungan nilai dengan

kedalaman, yang diambil dari pengamatan kembali (mudlog). Sekarang itu diambil sebagai

suatu pernyataan untuk semua pengukuran kedalam lubang sumur (Mastoadji, 2007).

Secara prinsip pengunaan dari well logs adalah untuk:

Penentuan lithologi

Korelasi stratigrafi

Evaluasi fluida dalam formasi

Penentuan porositas

Korelasi dengan data seismik

Lokasi dari faults and fractures

Penentuan dip dari strata

Syarat untuk dapat dilakukannya korelasi well logs antara lain adalah :

Deepest

Thickest

Sedikit gangguan struktur (unfaulted)

Minimal ada 2 data well log pada daerah pengamatan

Pada sikeun sand-shale yang tebal, itu mungkin menjadi petunjuk kecil dari bentuk kurva

untuk zona batuan untuk korelasi zona. Regional dip superimposed pada cross section sumur

akan membantu. Unit pasir yang individual mungkin akan tidak menerus sepanjang lintasan,

tetapi garis korelasi memberikan petunjuk tentang possible time sikuen stratigrafi (Crain,

2008).

Page 10: SEDIMENTOLOGI.doc

Koresi Batupasir

Gambar Kandidat Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MSF)

(Possamentier & Allen 1999)

Page 11: SEDIMENTOLOGI.doc

Untuk sikeun stratigrafi, biasanya dipakai Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding

Surface (MSF) untuk korelasi. Hal ini dikarenakan pelamparan SB dan MSF yang luas.

Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MFS) ini menandakan suatu

proses perubahan muka air laut yang terjadi secara global. Sehingga Sequence Boundary

(SB) dan Maximum Flooding Surface (MFS) ini sering digunakan untuk korelasi antar

sumur. Dari data Well logs, adanya Sequence Boundary (SB) biasanya ditandai dengan

adanya perubahan secara tiba-tiba dari Coarsening Upward menjadi Fineing Upward atau

sebalikknya. Sedangkan Maximum Flooding Surface (MFS) dari data log ditunjukkan dari

adanya akumulasi shale yang banyak, dan MSF merupakan amplitude dari log yang daerah

shale.

Page 12: SEDIMENTOLOGI.doc

Gambar Stratigraphic correlation of CSDP well Yaxcopoil-1 and PEMEX wells of the

northern Yucatan Peninsula. Mesozoic are based on lithology, correlative fossil zones, and

electric-log characteristics. (modified from Ward et al. 1995).

5. KETIDAKSELARASAN

1. Angular unconformity, hub. 2 satuan stratigrafi dan terjadi hubungan yang menyudut.

2. Nonconformity (ketidakselarasan), hub. 2 satuan stratigrafi, yakni satuan batuan

beku/metamorf dg batuan sedimen yg lebih muda.

3. Paraconformity, hub. 2 batuan yang sama dimana bidang ketidakselarasan sejajar

bidang perlapisan

Page 13: SEDIMENTOLOGI.doc

4. Disconformity, hub. antara batuan sedimen dengan batuan sedimen tetapi terdapat

bidang erosi yang irreguler (kasar).

6. ANALISIS GRANULOMETRI

Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen.

Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis.

Skewness adalah derajat ketidaksimetrisan suatu distribusi. Jika kurva frekuensi suatu distribusi memiliki ekor yang lebih memanjang ke kanan (dilihat dari meannya) maka dikatakan menceng kanan (positif) dan jika sebaliknya maka menceng kiri (negatif). Secara perhitungan, skewness adalah momen ketiga terhadap mean. Distribusi normal (dan distribusi simetris lainnya, misalnya distribusi t atau Cauchy) memiliki skewness 0 (nol).

Kurtosis adalah derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya diukur relatif terhadap distribusi normal). Kurva yang lebih lebih runcing dari distribusi normal dinamakan leptokurtik, yang lebih datar platikurtik dan distribusi normal disebut mesokurtik. Kurtosis dihitung dari momen keempat terhadap mean. Distribusi normal memiliki kurtosis = 3, sementara distribusi yang leptokurtik biasanya kurtosisnya > 3 dan platikurtik.

Page 14: SEDIMENTOLOGI.doc

Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva.

7. GEOLOGI TIME SCALE