Sedapat Mungkin

74
S E D A P A T M U N G K I N Aspek – Aspek Komunikasi Lintas Budaya P. Agusman

description

Bacaan yang direkomendasikan untuk para pencari kebenaran

Transcript of Sedapat Mungkin

S E D A P A T

S E D A P A T

M U N G K I N

Aspek Aspek Komunikasi

Lintas Budaya

P. Agusman

1996

Buku ini untuk kalangan sendiri

KATA PENGANTAR

Saya tidak bermaksud memberi kesan seolah-olah saya ini mahir menginjil atau pakar agama Islam. Saya tidak memiliki pengalaman sebanyak yang dimiliki orang-orang lainnya. Tetapi walau sedikit, saya mempunyai pengalaman. Dari pengalaman 0rang-orang, saya juga sempat melihat apa yang dapat dan yang tidak dapat diterapkan dalam penginjilan kepada orang-orang Islam. Dan saya pun memiliki sejumlah buku yang baik tentang penginjilan dan tantang agama Islam.

Kebanyakan orang Kristen di Indonesia hampir tidak mempunyai kesempatan untuk membaca bahasan yang jelas dan berguna tentang bagaimana menginjili orang-orang islam. Mereka juga jarang melihat teladan seseorang yang dapat dengan santai dan penuh percaya diri menyampaikan kebenaran Allah kepada orang-orang yang belum percaya. Oleh karena itu, mereka tidak tahu bagaimana harus mulai. Banyak orang Kristen menyerah begitu saja.

Buku kecil ini disajikan dengan rendah hati sebagai sumber ide tentang bagaiman menyampaikan Injil kepada orang-orang Islam di Indonesia. Mungkin tidak semua yang ditulis di dalam buku ini disetujui oleh para pembaca. Jika demikian, maka penulis mengusulkan supaya para pembaca memilih dari tulisan ini, apa yang dapat diterapkan. Tetapi tetaplah menginjil, sampai orang-orang Islam dari semua suku di negeri ini mengaku bahwa mereka juga menaruh iman dan pengharapan kepada Yesus Kristus.

PENDAHULUAN

Allah mengasihi kita dan telah menyelamatkan kita dengan jalan mengurbankan AnakNya, Yesus Kristus, sebab tidak ada cara lain bagi seorangpun untuk sampai ke surga. Dia Tuhan atas semuanya. Sebagai pengikutNya kita harus melayani dan menaati Dia.

Dengan jelas Allah telah menyatakan bahwa kita harus menyampaikan kabar baik tentang keselamatn ini kepada semua orang. Dia tidak menghendaki seorangpun kehilangan kesempatan untuk menerima damai dan hidup yang kekal.Dia mengasihi semua oarang, termasuk orang-orang Islam. Ada yang percaya bahwa Allah hanya mengasihi mereka yang percaya kepada Yesus dan yang mengikut Dia. Orang-orang itu berpikir bahwa Allah membenci mereka yang tidak mengenal Dia, dan bahwa Allah menganggap mereka sebagai musuh. Hal itu tidak benar. Dengan sabar dan murah hati Allah menanti agar setiap orang berbalik dari dosa pemberontakannya kepada keselamatan. ( Yehezkiel 33:11).

Memang ada musuh. Namanya Iblis. Iblis membutakan hati dan pikiran orang-orang. Dia menggoda mereka untuk melakukan hal-hal yang jahat. Orang-orang yang lebih menaati Iblis daripada Allah, dan yang melakukan hal-hal jahat menjadi mangsa dan tawanan musuh. Tetapi mereka tidak seharusnya dianggap sebagai musuh. Bahkan ketika mereka kerendahkan dan menyerang umat Allah, dan ketika mereka melakukan segala sesuatu untuk meremehkan kebaikan Allah, Dia tetap mengasihi mereka. Dia mengampuni mereka. Mereka bukan musuh.

Walaupun orang-orang tidak mengenal Allah bukan musuh, orang-orang Kristen sering menghindarimereka, khususnya orang-orang Islam, seolah-olah mereka adalah musuh. Kita merasa takut kepada mereka. Kita tidak berharap dapat meluangkan waktu dengsan mereka, dan kita tidak tahu bagaiman berhubungan dengan mereka. Kita merasa canggung. Hal itu mempersulit kita untuk mentaati perintah Allah, yaitu untuk membawa Injil kasih Allah kepada orang-orang yang belum mengenal Dia. Namun bagaimana orang-orang Islam dapat memperoleh kesempatan untuk menerima keselamatan jika kita tetap berdiam diri di tengah-tengah mereka, atau jika kita menjauh dari mereka? Kalau begitu, mereka tidak akan memilki kesempatan.

Kita harus ingat, jarang sekali seseorang mendengar kabar baik tentang kasih Allah, lalu menerimanya dengan segera. Iman biasanya merupakan hasil proses yang cukup panjang. Untuk itu dibutuhkan banyak kontak dan banyak waktu. Seorang laki-laki Islam yang sudah memutuskan mengikut Yesus Kristus mengatakan bahwa dia telah mendengar Injil kira-kira 50 kali dengan berbagai cara sebelum dia akhirnya percaya. Jika kita berpikir tentang hal itu, kita mungkin akan menyadari bahwa pertobatan kita sendiripun sama seperti itu. Hal itu benar, khususnya bagi kita yang bertumbuh di dalam gereja.

Kebenaran itu digambarkan dalam Markus 4:26-29. Yesus berbicara tentang petani yang menabur benih. Beberapa waktu kemudian benih itu bertunas, lalu bertumbuh menjadim daun dan berbunga. Akhirnya menghasilkan buah yang dapat dipanen. Bagimana proses itu berjalan? Hal tersebut tidak begitu dipahami oleh petani itu. Dia hanya tahu bahwa ytanpa menabur benih, hal itu tidak akan terjadi. Demikian pula, kita harus menabur benih injil.

Jelas, tidak cukup kalau kita hanya menyampaikan garis-garis Injil, kemudian melepaskan tanggung jawab selanjutnya terhadap orang yang masih dalam kadaan tidak percaya. Diperlukan waktu. Orang yang belum percaya perlu mengamati hidup kita. Ia perlu melihat, apakah kasih Allah yang kita ceritakan kepadanya itu sungguh benar dan nyata tercermin dari kehidupan kita sehari-hari? Apakah kehidupan kita meneguhkan apa yang telah kita katakan? Seharusnya begitu.

Kasih Allah di dalam diri kita merupakan faktor yang paling penting yang menunjang keberhasilan penginjilan. Tetapi di samping itu tentu ada juga cara-cara lain yang efektif dalam menjangkau orang-orang Islam. Demikian juga ada cara-cara penginjilan yang kemungkinan besar akan menimbulkan reaksi negatif. Buku ini menyajikan beberapa cara yang telah terbukti efektif dalam menginjili orang-orang Islam. Namun di samping cara-cara yang diusulkan di sini, pasti ada banyak cara lain yang efektif.

Jika Anda, pembaca, mampu memberitakan Injil kepada orang-orang Islam dan mereka beriman kepada Yesus Kristus, mudah-mudahan buku kecil ini akan menguatkan apa yang sudah Anda ketahui. Tetapi jika Anda merasa belum mampu menyampaikan Injil sampai saat ini karena takut atau karena kurang mengerti, kami berharap Anda kan menerapkan usul-usul berikut ini.

Tujuan yang kita miliki bersma sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus adlah supaya oarang-orang dari semua bangsa, suku dan bahasa, khususnya saudara sepupu kita, orang Islam, akan mengenal Juruselamat dunia yang sesungguhnya.

BAB SATU:

UTAMAKAN YANG TERPENTING

Ada dua hal penting yang perlu kita pelajari supaya kita berhasil menginjiliki siapapun, khususnya orang-ornag Islam. Tanpa kedua kal ini, usaha kita kan sia-sia. Yang pertama adlah hidup yang kudus. Yang kedua adlah doa dan kepercayaan yang teguh bahwa Allah masih melakukan mukjizat guna meneguhkan kebenaran Injil. Juga ada cara alkitabiah untuk mendekati orang-orang yang belum beriman. Kiat akan melihat faktor-faktor tersebut dlam bab pertama ini.

Hidup yang Kudus

Penginjilan yang berhasil tidak pernah bergantung pada debat-debatan yang hebat atau teknik-teknik yang diterapkan secara sempurna. Berpikir dan belajar secara cermat tentang bagaiman memberitakan Injil secara lebih baik tetap merupakan hal yang penting. Jika tidak demikian, pasti kita tidak memerlukan buku-buku seperti ini. Namun betapapun menariknya kesaksian kita kepada orang-orang Islam, kesaksian kita ini tidak akan berguna jika hidup kita tidak mencerminkan kepribadian Kristus. Hal itu seperti menghidangkan makan malam yang lezat di piring yang kotor. Saksi Kristus yang tidak hidup kudus mungkin akan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan perluasan pemberitaan Injil.

Saya kenal seorang laki-laki yang senang berbicara tentang Yesus dan Injil dengan siapa saja yang mau mnedengar. Dia memandang dirinya sendiri sebagi pengkhotbah dan penginjil. Namun dia sudah menikah beberapa kali. Baru-baru ini saya melihat dia bersama wanita lain yang bukan istrinya. Orang itu tidak memiliki kesaksian yang baik di lingkungannya. Dia dianggap orang munafik. Demikian pula dengan orang yang tidak mau meminjamkan uang kepada orang yang sedang sangat membutuhkan pinjaman. Demikian pula dengan orang yang gampang marah, atau orang yang tidak membayar hutangnya, atau yang suka berbohong.Hidup orang seperti itu tidak membangkitkan rasa hormat dari orang-orang yang tidak percaya. Bagaiman mereka dapat mempercayai Injil dari mulutnya?

Apakah kita harus sempurna dahulu, baru kita berhak menginjil? Tentu saja tidak. Yang kita perlukan ialah: menjadi semakin serupa dengan Yesus. Kita tidak dapat membenarkan gaya hidup yang terang-terangan melanggar perintah Allah. Sebaliknya, orang yang belum percaya harus melihat adanya kualitas-kualita yang baik pada pengikut-pengikut Kristus. Orang-orang percaya mungkin tidak menyadari bahwa kualitas-kualitas ini diperhatikan oleh orang lain. Walaupun demikian, Allah sendiri bekerja di dalam dirikita untuk mengubah kita menjadi orang-orang yang lebih baik. Kalau kita mengabaikan dosa yang ditunjukan Allah dalam hidup kita, kita tidak akan dapat menjadi saksiNya yang berguna.

Allah telah mencipatakan kita sebagai bejana yang kudus ( 2 Korintus 4:7). Kita telah dikuduskan untuk membawa Injil kepada orang-orang yang belum mendengarnya dengan jelas, khususnya kepada orang-orang Islam. Hal ini tidak mungkin dilakukan kalau kita tidak mulai meneladani Yesus. Kita masing-masing harus berusaha mengenal Allah dan hidup dalam kekudusan-Nya. Hal itu harus menjadi tujuan yang paling penting dalam kehidupan kita. Dengan demikian, Dia akan memakai kita.

Berdoa untuk Mukjzat

Kita telahmelihat bahwa penginjilan merupakanbagian dari peperangan rohani yang besar. Sebelum masuk dalam peperangan, tentara-tentara harus memiliki senjata yang tepat dan ampuh. Paulus mendaftarkan senjata yang kita butuhkan dalam Efesus 6. Menarik sekali, ketika semua senjata itu sudah siap untuk dipakai dan semua tentara itu sudah siap untuk berperang, Paulus berkata itulah waktunysa untuk berdoa. Maksudnya, doa adlah tempat di mana kita menghadapi musuh. Medan peperangan ada di dalam doa. Kita diberitahu bahwa doa orang yang benar sangat berkuasa dan efektif (Yakobus 5:16). Kebenaran adalah perkara menaati Allah dan hidup dalam kekudusan, maka di dalam doa kita dapat mengatsi perlawanan musuh.

Sebelum kita mulai bersaksi, kiata harus berdoa. Kita berdoa untuk orang yang tersesat, supaya mata mereka tercelik dan hati mereka terbuka. Kita berdoa untuk seluruh keluarga dan tetangga supaya mereka beriman kepada Kristus. Kita berdoa supaya Allah menyadarkan mereka bahwa mereka membutuhkan keselamatan dan hal-hal yang kekal. Kita berdoa melawan kuasa-kuasa kegelapan yang mengikat seluruh kelompok orang itu. Ketika Roh Allah berjalan di depan kita, kita pergi memberitakan Injil. Ketika kita berdoa, kita tahu bahwa Roh sedang bekerja. Dia memkai doa kita untuk menhancurkan benteng-benteng kehidupan (2 Korintus 10:4). Usaha kita yang terpenting harus terpusa pada doa.

Orang yang terbeban untuk memeberitakan Injil kepada orang-orang Islam sering bergumul dalam upaya menemukan kunci yang tepat untuk membuka hati orang-orang yang belum percaya. Kunci itu mungkin kan ditemukan dlam beberapa informasi yang tertulis di dalam buku ini. Tetapi dari pengalaman, kita melihat bahwa hal tersebut tidak sesderhana itu. Siapapun yang pernah berusaha membuka gembok itu tidak mudah dibuka, sekalipun dengan kunci yang tepat. Jika gembok sudah lama tidak dibuka, mungkin diperlukan pelumas. Pelumas untuk membuka kunci hati dan pikiran orang-orang adalah minyak roh. Roh Allah bekerja membuka hati orang-orang Islam ketika kita berdoa dan terus mencoba kunci Injil.

Salah satu doa yang paling dinamis ditemukan dlam Kisah Para Rasul 4:23-31. Saat itu murid-murid diancam karena mengabarkan Injil. Allah telah meneguhkan kebenaran pemberitaan mereka dengan meyembuhkan seorang yang lumpuh. Petrus dan Yohanes memimpin Jemaat itu dlam doa supaya Allah menolong mereka, dan supaya mereka tetap berani walaupun ada ancaman dari pemimpin Yahudi. Lebih jauh lagi, mereka meminta Allah untuk terus mengadakan mukjizat demi menyatakan kebenaran Injil Yesus Kristus. Allah berkali-kali mengabulkan doa itu melalui banyak tanda dan berbagai keajaiban. Dan mereka terus menginjil.

Allah masih melakukan mukjizat sampai saat ini. Tetapi keajaiban-kajaiban itu bukan hal utama yang dmaksudkan untuk menguatkan kita yang sudah percaya. Memang, kita menjadi semakin bersemangat ketika melihat Allah terus bekerja dengan cara yang luar biasa. Namun kita memiliki firman Allah dan janji-janji-Nya untuk menguatkan kita. Allah memakai tanda-tanda dan keajaiban, khususnya untuk meneguhkan Injil kepada orang-orang yang akan percaya. Di seluruh dunia saat ini Allah memberi mimpi dan penglihatan kepada orang-orang Islam yang mencari Dia. Orang-orang disembuhkan dan dijamah oleh Allah dengan cara-cara yang luar biasa.

Kita juga harus berdoa supaya Alllah mengadakan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban untuk meneguhkan kesaksian kita kepada teman-teman dan keluarga kita yang beragama Islam. Allah mungkin memakai mukjizat untuk membawa orang Islam yang Anda kenal kepada Kristus. Karena itu berdoalah supaya Allah mengadakan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban. Allah ingin menjawab doa yang seperti itu supaya dunia ini dipenuhi oleh pengetahuan akan kemuliaan-Nya. (Habakuk 2:14).

Pendekatan yang Alkitabiah

Ada cara yang benar dan ada cara yang salah untuk melakukan segala sesuatu. Pendekatan yang alkitabiah untuk menyampaikan Kabar Baik ialah: hidup berdampingan dengan orang-orang yang belum mendengarnya, kemudian ceritakan Injil kepadanya. Yesus memkai cara ini di jalan ke Emaus (Lukas 24:13-35). Dia berjalan berdampingan dengan dua orang yang sedang berbicara tentang arti penyaliban Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. Dia ikut berbicara dengan mereka. Dia mengarahkan percakapan mereka pada pesan nabi-nabi di dalam Firman allah. Beberapa waktu kemudian, mereka mengerti apa yang Yesus jelaskan kepada mereka. Begitulah cara Yesus berkomunikasi dari waktu ke waktu.

Filipus, si penginjil pun, melakukan hal yang serupa (Kisah : 26-40). Allah memanggil dia untuk pergi ke padang gurun dekat Gaza. Ketika sedang berjalan, Filipus mendekati seseorang yang berada di dalam kereta. Maka Filipus berlari-lari di sampingnya. Orang itu sedang membaca dari kitab Nabi Yesaya dan mempunyai beberapa pertanyaan. Dia mengundang Filipus untuk naik ke keretanya. Filipus mengambil kesempatan itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tersebut. Lalu dia mengarahkan percakapan itu kepada Kabar baik. Seperti Yesus, Filipus secara harfiah telah berjalan berdampingan dengan orang yang diinjili olehnya.

Kita tidak harus sedang berjalan bersama seseorang setiap kali kita memberitakan Injil. Namun secara kiasan, aturan yang sama tetap berlaku. Kita harus berusaha berjalan ke arah yang sama dengan arah orang itu. Kita melakukan hal itu sambil berusaha mengetahui begaimana dia berpikir. Kita harus memasuki dialog (percakapan dua arah) dengan dia, bukan monolog (percakapan satu arah) atau memberi ceramah. Bagaimana perasaan Anda kalau seseorang hanya mau berbicara dan tidak mau mendengarkan Anda? Di samping itu berjalanlah dengan wajar, jangan tergesa-gesa. Kadang-kadang itu akan merupakan perjalanan yang panjang. Jarak dari Yerusalem ke Emaus lebih dari 11 kilometer. Bahkan Yesus pun perlu menempuh setiap langkah dalam perjalanan yang panjang itu untuk meyakinkan kedua orang itu yang sebelumnya pasti sudah pernah mendengar Dia berbicara berhadapan muka dengan mereka.

Tujuannya adalah untuk menyampaikan kebenaran Injil kepada teman-teman kita dengan lembut dan perlahan. Mungkin ilustrasi berikut ini akan memperjelas apa yang dimaksudkan dengan berjalan berdampingan. Bayangkan, ada kereta kuda yang berlari kencang tanpa kusir ke arah Anda. Apakah Anda akan berusaha menghentikannya langsung dari depan? Jika Anda melakukan hal itu, Anda mungkin akan mendapati diri Anda terbaring di rumah sakit atau lebih buruk lagi daripada itu. Anda mungkin akan berhasil jika Anda berlari berdampingan dengan kuda itu dan berusaha menangkap tali kendalinya untuk memperlambat derap kuda itu. Lalu Anda dapat menghentikannya atau membelokkannya ke arah yang benar.

Penginjilan konfrontasi merupakan cara lain untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus. Saya membayangkan hal itu seumpama berdiri di depan kereta kuda itu yang berlari kencang. Itu jarang berhasil. Orang-orang malah menjadi marah. Mereka merasa tersinggung dan tidak mau mendengarkan Injil. Padahal tujuan kita ialah membuat mereka mendengarkan Injil. Cobalah untuk mendengarkan mereka terlebih dahulu. Berusahalah untuk terlebih dahulu mengerti keadaan mereka. Anggaplah diri Anda sendiri sebagai seseorang yang sedang belajar memahami posisi orang lain, khususnya posisi orang Islam. Setelah Anda mendengarkan dan menegerti, maka Injil kebenaran Allah akan dapat Anda ungkapkan secara lebih tepat.

Hal-hal yang harus diingat:

1. Umat Allah harus hidup suci. Saksi yang kehidupannya tidak mencerminkan kebaikan Allah bukan orang yang dapat dipercaya.

2. Menginjil tanpa berdoa tidaklah lengkap. Doa adalah senjata utama dalam kancah peperangan rohani.

3. Berdolah agar Tuhan mengadakan mukjizat-mukjizat untuk meyakinkan orang-orang (yang sedang ditarik oleh Allah kepada Kristus) bahwa Injil benar. Bilamana mukjizat terjadi, sering kali seorang Muslim menjadi percaya kepada Yesus.

4. Berjalanlah berdampingan dengan teman-teman anda yang belum percaya. Cobalah untuk memahami dengan cara mendengarkan mereka. Kemudian sampaikanlah kebenaran Allah.

BAB DUA

DIPERLUKAN WAKTU

Menceritakan Kabr baik Allah kepada orang-orang yang belum pernah mendengarnya memerlukan waktu. Jarang sekali ada orang yang langsung beriman setelah mendengar Injil untuk pertama kali atau untuk kedua kalinya. Lebih jarang lagi ada orang yang langsung beriman setelah mendengar Injil dari orang yang tidak dikenal olehnya. Yesus sendiri menunjukan bahwa diperlukan waktu untuk berbincang-bincang dengan satu sama lain. Dia meninggalkan surga selama tiga puluh tahun lebih untuk melakukan hal itu. Kedatangan-Nya kepada kita dan kesediaan-Nya untuk meluangkan waktu bersama kita merupakan hal yang penting bagi kita. Dengan demikian, kita dapat lebih mengerti tentang Kerajaan Allah. Ya, hal itu penting bagi keselamatan kita. Orang-orang Kristen perlu mengikuti teladan Yesus; mereka perlu pergi kepada oarang-orang yang belum mendengar Injil. Kalau demikian, dengan cara bagaiman lagi orang-orang itu akan mendengar Injil (Roma 10;14-17)? Jarang sekali mereka datang kepada kita. Kitalah yang harus pergi kepada mereka. Memang hal itu merupakan proses yang panjang dan melelahkan. Waspadalah terhadap cara-cara penginjilan yang cepat dan mudah.

Gaya Hidup yang Terbuka

Jadi, berapa banyak waktu yang diperlukan? Apakah cukup kalau kita berkunjung sekali seminggu selama satu atau dua jam? Jika waktu kita bersama orang-orang yang belum percaya itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dan jika kita menggunakan cara-cara yang kretif, bukankah itu cukup? Tentu hal itu sangat baik. Program kunjungan yang dilakukan gereja-gereja hampir selalu menghasilkan sesuatu yang baik bagi gereja-gereja tersebut. Jika pelayanan kita kepada Allah di bidang penginjilan.

Namun, untuk menjangkau orang-orang yang tersesat, kita harus menyediakan cukup banyak waktu, dan itu akan menuntut seluruh waktu kita. Hal itu dimulai dengan kesediaan untuk melakukan apa saja yang diperlukan untuk membawa orang yang tersesat kepada Kristus. Inilah yang dimaksudkan Paulus ketika dia berkata, Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka (1 Korintus 9:22). Penyerahan diri secara menyeluruh seperti itu sulit dilaksanakan kalau kita dibatasi oleh jadwal atau rencana. Jadwal dan rencana memang sangat penting dan berguna, tetapi waktu sangat penting dan berguna, tetapi waktu yang diperlukan untuk menjangkau orang yang tersesat adalah waktu untuk saling berbagi kehidupan. Sama seperti yang dilakukan Yesus, kita harus berjalan bersama-sama teman-teman kita yang tersesat, makan bersama mereka, bertemu mereka di tempat kerja, bahkan bergadang sambil ngobrol bersama mereka. Kita harus rela berbagi semua aspek kehidupan. Semua waktu kita harus diserahkan ke bawah pengendalian Roh Kudus. Dengan demikian Allah dapat memakai kita untuk menjangkau orang-orang yang tersesat. Itu merupakan gaya hidup pelayanan yang mencakup segalanya.

Teman-teman Muslim saya menilai orang berdasarkan apakah dia rela terbuka dan bergaul atau tidak. Orang-orang ada yang rela bergaul dan ada yang tidak. Mereka menilai orang yang terbuka sebagai teman dan orang yang berharga. Orang-orang yang tidak terbuka dianggap sombong dan tidak ramah. Bila kita memahami hal itu, maka kita, orang-orang yang mendengar panggilan Allah, mempunyai kesempatan untuk memberitakan Injil. Teman-teman Muslim kita ingin agar kita bersikap terbuaka dan ramah setiap saat. Keramahan seperti ini merupakan alat yang dapat kita gunakan untuk memberitahukan mereka tentang kebenaran Allah.

Itu bukan kabar baik bagi kita yang berkiblat pada tugas. Ya, waktu yang kita miliki memang sangat berharga. Setiap detik diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, untuk keluarga, teman-teman, gereja dan tanggung jawab lainnya. Banyak orang Kristen hanya mengenal sedikit sekali orang yang bukan Kristen. Jika ada waktu luang, itu sering dipakai utnuk kegiatan gereja. Gaya hidup Kristen kita yang padat dengan kesibukan hanya menyisihkan sedikit waktu bagi orang-orang yang tidak mengenal Kristus.

Hubungan kita dengan orang-orang yang tersesat begitu jauh sekali, lagi pula tidak ramah. Atau mungkin kita sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan mereka. Apa yang akan dikatakan Yesus kepada kita tentang hal itu? Yesus adalah orang yang terbuka, yang suka meluangkan waktu dengan orang-orang yang perlu mendengar Kabar Baik. Jika Dia hidup pada zaman sekarang, dan menghadapi apa yang kita hadapi, apakah sikap dan perbuatan-Nya akan berbeda dari kita?

Keputusan yang Tidak Mudah Diambil

Mungkin satu atau dua contoh berikut ini akan menolong. Banyak gereja merencanakan kegiatan sepanjang hari pada Hari Kemerdekaan atau pada hari-hari libur lainnya. Oleh karena itu, khususnya pada Hari Kemerdekaan, orang-orang Kristen tidak hadir dalam kegiatan-kegiatan yang penting di tengah-tengah masyarakat. Banyak orang Kristen berpendapat bahwa bergabung bersama saudara-saudara seiman dan melakukan kegiatan-kegiatan di gereja pada hari libur lebih penting daripada ikut berpartisipasi bersama para tetangga dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lingkungan setempat. Mereka tidak mau mengecewakan saudara-saudara seimannya di gereja. Akibatnya, orang Kristen diannggap tidak tertarik kepada lingkungan dan tetangganya atau mereka tidak berjiwa nasional. Karena hari-hari libur umumnya merupakan waktu untuk menjalin hubungan sosial bersama para tetangga, orang-orang Kristen dianggap tidak tertarik untuk menjalinikatan ketetanggan yang akrab. Jadi hilanglah kesempatan untuk menjadi garam!

Orang-orang Kristen banyak yang tidak menghargai pentingnya berpartisipasi dalam lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Maka dari itulah mereka dianggap tidak ramah atau bahkan dianggap anti-sosial. Teman-teman Muslim kita, sebaliknya, memberikan kesan bahwa mereka lebih memperhatikan lingkungannya, para tetangganya, dan orang-orang disekitarnya. Kebanyakan kegiatan diawali dengan doa dalam bahasa Arab. Ketidakhadiran orang Kristen hanya meneguhkan pemikiran yang salah bahwa Yesus bukan untuk mereka.

Kemudian ada juga hari-hari yang dugunakan untuk kerja bakti atau untuk bekerja bersama bagi lingkungan setempat. Kegiatan-kegiatan itu sering jatuh pada hari Minggu pagi. Apakah mereka sengaja membuatnya bertepatan dengan waktu kebaktian gereja? Tidak selalu. Hal itu hanya disebabkan karena hari Minggu adalah satu-satunya hari libur bagi kebanyakan orang Indonesia. Itu merupakan hari di mana kebanyakn orang Indonesia melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama, juga kerja bakti.

Tidakkah lebih baik absen satu kali di gereja (itu tidak dilarang oleh Alkitab) sekalipun pada kebaktian Minggu pagi demi menjangkau orang-orang yang tersesat, sesuatu yang diperintahkan dalam firman Allah? Ini mungkin kedengarannya radikal, tetapi mengapa jadwal kebaktian Minggu pagi dan jadwal kegiatan-kegiatan lainnya tidak diatur sedemikian rupa sehingga orang-orang Kristen berpartisipasi dalam kegiatan lingkungannya demi menjangkau orang-orang itu yang tersesat? Yesus sering bertindak berlawanan dengan tradisi agama supaya dapat meluangkan waktu bersama orang-orang yang masih tersesat, maka kita harus membatasi waktu yang kita pakai untuk melakukan hal-hal lainnya. Sebagian dari hal-hal lainnya itu mungkin merupakan sesuatu yang memuaskan kita secara pribadi. Saya tidak merujuk pada kegaiatan-kegiatan yang jahat atau yang berdosa. Hal-hal lainnya itu mungkin saja termasuk waktu yang kita habiskan bersama orang-orang Kristen. Kita memang diperintahkan untuk tidak meninggalkan pertemuan dengan orang-orang percaya lainnya (Ibrani 10:25), tetapi kita juga diperintahkan untuk memberitakan Injil kepada dunia. Kita harus melakukan kedua-duanya. Karena itu kita perlu meminta kepada Allah agar Ia memberi tuntunan.

Menunjukan Diri Kita yang Sebenarnya.

Menghabiskan waktu bersama orang-orang dapat sangat menakutkan. Kita tidak dapat secara terus-menerus berpura-pura di hadapan orang-orang yang sering bertemu dengan kita. Kelemahan manusiawi kita akan jelas terlihat. Tetapi sesungguhnya, kita tidak boleh membiarkan hal itu membuat kita khawatir. Karena kecapaian akibat perjalanan jauh, Yesus sendiri duduk di sumur orang Samaria dan mengakui bahwa Dia haus (Yohanes 4). Dia bukan manusia super. Dia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan yang dimiliki wanita Samaria itu. Alih-alih menjaga jarak, Dia mengadakan pendekatan terhadap wanita itu. Pembicaraan tentang rasa haus menjadi suatu kesempatan Air Hidup Allah. Kebutuhannnya menjadi jembatan untuk menyampaikan Injil.

Baru-baru ini saya sakit batuk; cukup parah dan terpaksa beristirahat beberapa hari. Ketika tetangga-tetangga saya, yang hampir semua orang Islam, mengetahui hal itu, beberapa pemuda datang mengunjungi saya. Saya senang mendapat perhatian dari mereka; kami sering saling mengunjungi dan berdoa untuk orang lain ketika mereka sakit. Kemudian, Pak RT, pemimpin lingkungan tetangga kami, datang. Kami bercakap-cakao dengan akrab tentang banyak hal. Pokok pembicaraan kami berkisar dari kehidupan sehari-hari sampai tema tentang perbedaan antara kepercayaan orang Islam dan orang Kristen. Dengan santai saya dapat memberi jawaban atas keberatan-keberatan orang Islam terhadap Injil. Itu merupakan kesempatan yang terbaik bagi saya untuk menyampaikan Injil.

Membiarkan orang lain melihat kita sebagai manusia biasa tidak mempersulit mereka mempercayai Injil. Paulus melukiskan diri kita yang dipenuhi Roh seumpama bejana tanah liat yang menyimpan harta di dalamnya (2 Korintus 4:7). Bejana tanah liat itu sendiri memang tidak ada keistimewaannya. Yang istimewa: hidup kita, terlepas dari kelemahannya, harus menunjukan adanya kuasa Yesus Kristus yang dapat mengubah diri kita. Kita harus seperti Kristus. Kita harus hidup kudus.

Mudah sekali untuk membuat teman-teman Kristen yang bertemu dengan kita di gereja setiap Minggu terkesan oleh sikap kita. Tetapi lebih sulit untuk membuat orang-orang di lingkungan tempat tinggal kita, yang setiap hari bertemu dengan kita. Terkesan oleh sikap kita. Dengan membatasi keterbukaan kita kepada orang lain, mungkin tidak seorang pun dapat melihat kelemahan kita. Tetapi pengikut Yesus yang sejati tidak boleh puas dengan cara pemecahan yang munafik itu. Kita harus jujur kepada saudar-saudara kita. Dan kita juga harus bersikap terbuka kepada tetangga-tetangga Muslim kita. Apa yang mereka lihat pada diri kita harus meneguhkan fakta bahwa mereka melihat orang yang sudah menjadi ciptaan baru. Tetapi benarkah mereka akan melihat kita sebagai orang-orang yang sudah diubahkan?

Tetapi bagaimana kalau tetangga-tetangga Muslim kita hanya melihat kita ketika keluar-masuk gerbang rumah kita? Sedangkan di luar waktu itu, biasanya gerbang rumah kita tertutup. Saya akan memebritahukan Anda apa yang mereka pikirkan. Mereka berpikir orang-orang Kristen menyembunyikan diri dari tetangga-tetangga Muslim. Mengapa kita menjauh dari mereka? Sebab lebih nyaman kalau hidup kita terpisah dari orang-orang yang tidak seiman dengan kita. Tetapi kenyaman bukan sesuatu yang harus kita utamakan. Yesus juga tidak mengutamakan kenyaman. Dia meninggalkan surga untuk datang kepada kita (Filipi 2:5-11).

Sebaliknya, jika kehidupan kita sehari-hari yang penuh dengan tantangan dan kesulitan itu kita jalani di hadapan orang-orang non-Kristen, maka mereka akan dapat mengenal siapa kita sesungguhnya. Kalau kita tanpa pamrih melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan, maka kita kan disegani. Kita kan dapat dipercayai oleh mereka. Lambat laun,kita kan mendapat kesempatan untuk didengar oleh mereka.

Mendengarkan Sementara Melayani

Karena itu, ambillah waktu untuk mengunjungi tetangga yang sakit. Bawakan makanan. Mintalah izin untuk mendoakan orang yang sakit dalam nama Yesus Kristus. Hal ini akan meninggalkan kesan yang kuat. Saya tidak pernah ditolak ketika minta izin untuk berdoa bagi orang yang sakit. Para pengikut Yesus dapat menunjukan kapedulian dan kasih yang nyata pada saat orang-orang dalam keluarga non-Kristen mengalami kesulitan. Namun kita juga dapat hadir pada waktu-waktu yang lain. Kita harus memakai setiap kesempatan yang ada untuk menjalin hubungan dengan orang-orang non_kristen yang tinggal lebih dekat dengan kita.

Sebelum kita mendapatkan kesempatan utnuk berbicara dan didengar, ada hal-hal lain yang harus kita lakukan. Kita harus menyediakan banyak waktu utnuk mendengarkan. Kita yakin bahwa kita tahu jawaban atas kebutuhan-kebutuhan dan pertanyaan-pertanyaan tetangga kita. Memang demikian. Itulah kabar baik Injil. Namun kita melihat Kabar Baik ini disampaikan dengan cara yang berbeda-beda dalam keempat Injil dan dalam Kisah Para rasul. Ini dikarenakan orang-orang dan keadaan berbeda-beda. Injil bersifat sangat pribadi. Untuk mengenal seseorang dengan baik, untuk mengerti bagaiman mereka berpikir, apa yang mereka anggap bernilai, apa yang menyebabkan masalah-masalah mereka, seseorang harus mengajukan pertanyaan, mendengarkan, dan mengamati dengan cermat. Dengan demikian, kita akan lebih mengetahui bagaiman memberitakan Injil.

Kita lihat itulah yang dilakukan Yesus terhadap orang muda yang kaya itu (Matius 19:16-26). Yesus lebih dahulu mengajukan pertanyaan dan mendengarkan. Mungkin Yesus sudah mengetahui apa yang perlu diketahui-Nya tentang orang muda itu. Jika demikian, Yesus menggunakan cara itu untuk membuat kebenaran Allah menjadi jelas bagi orang itu sendiri, tatpi juga untuk meninggalkan teladan bagi kitatentang bagaimana kita juga dapat memakai kesempatan-kesemptan utnuk menyampaikan Injil kepada orang-orang Islam.

Nah, jika tetangga-tetangga Anda seperti tetangga-tetangga saya, mereka kemungkinan suka bercakap-cakap tentang telenovela atau tentang olah raga atau topik-topik rohani akan muncul sehubungan dengan perasaan takut akan roh-roh jahat atau bagaimana mendapatkan kesembuhan fisik. Orang-orang Islam yang saya kenal membumbui percakapan mereka dengan ungkapan-ungkapan agama. Bahkan hal-hal ini pun dapat menjadi pintu masuk untuk menyampaikan Injil. Kalau kita mengenal teman-teman kita, kita mengetahui bagaimana mereka berpikir, apa yang sedang mereka gumuli, maka kita dapat mengajukan pertanyaan yang membangkitkan pemikiran seperti yang dilakukan Yesus.

Yesus tahu bagaimana membawa percakapan ke arah yang benar, sebab dia berjalan dekat dengan Allah. Allah membimbing kita juga dengan Roh-Nya, sementara kita berusaha mengerti bagaiman teman-teman non-Kristen kita berpikir. Yesus menceritakan jenis tanah yang berbeda-beda dalam Perumpamaan Seorang Penabur. Seorang petani yang baik akan bekerja dengan cara yang berbeda bila tanahnya berbeda. Ketika kita mengamati teman-teman kita, kita menemukan tanah macam apakah kereka itu. Kita menemukan benih Injil macam apakah yang akan tumbuh paling baik. Lalu kita menaburkannya. Ada banyak pekerjaan yang kan membuat kita berlumuran lumpur; pekerjaan semacam itu tidak dapat dilakukan dari jarak jauh. Dan tentunya juga memerlukan waktu.

Hal-hal yang harus diingat:

1. Amatilah gaya hidup Anda, termasuk keterlibatan Anda di gereja. Apkah berpusatkan pada perkara memenangkan orang yang tersesat atau tidak?

2. Perkenankan tetangga-tetangga Muslim Anda mengenal Anda denganbenar. Menjaga jarak hanya kan membuat iman Anda tidak nyata di mata mereka.

3. Pakailah cara yang praktis untuk melayani tetangga-tetangga anda yang tersesat?

4. Belajarlah mendengarkan mereka sebelum menyampaikan Injil.

5. Jangan berharap hidup Anda sebagi pengikut Yesus akan nyaman.

BAB TIGA:

HINDARILAH MASALAH

Ketika kita mmenyampaikan Injil kepada para tetangga, teman-teman dan keluarga kita, hindarilah hal-hal yang akan secara otomatis menimbulkan tanggapan negatif. Terlepas dari kenyataan bahwa kita bermaksud baik, ada beberapa hal negatif yang memisahkan orang Kristen dari orang Islam. Bayangkanlah hal-hal itu sebagai ranjau-ranjau di antara dua orang yang sedang berusaha untuk berdekatan. Kita harus berjalan dengan hati-hati supaya tidak menginjak ranjau-ranjau itu.

Jika kita membuat kesalahan dan mengakibatkan timbulnya salah satu tanggapan negatif itu, akan lebih sulit untuk melangkah lebih jauh lagi dalam menyampaikan kebenaran Allah. Ini disebabkan banyak orang Islam di Indonesia memiliki pikiran-pikiran dan tanggapan-tanggapan yang negatif, bahkan bermusuhan dengan orang Kristen. Jika kita menguatkan tanggapan negatif itu, mereka akan tertarik pada semua yang akan kita katakan. Tujuan kita ialah: menjelaskan bahwa Yesus adalah jalan yang sebenarnya ke surga. Untuk menunjukan hal itu kepada mereka, kita perlu meyakinkan mereka dengan hati-hati dan dengan bimbingan Roh.

Beberapa Latar Belakang

Mengapa ada begitu banyak masalah yang harus dihindari? Mari kita mengamati sejarah. Indonesia menderita di bawah penjajahan Belanda selama 350 tahun. Agama penjajah Belanda adalah Kristen. Bagi orang Indonesia yang belum percaya, yaitumayoritas penduduk, kekristenan adalah agama musuh. Bagi orang Islam umumnya, kekristenan merupakan agama musuh sejak Perang Salib sampai sekarang.

Apa lagi, banyak orang yang menerima iman Kristen juga menerima cara dan selera barat dan Eropa. Bangunan gereja dibangun mirip dengan bangunan gereja di negara barat. Nyanyian dan penyembahanpun tidak berselera Indonesia; kebanyakan lagu-lagu gereja hanya merupakan terjemahan lagu-lagu pujian dari Eropa. Demikian pula, gaya kebaktian terlihat serupa dengan denominasi yang mendukungnya di Belanda tau di Inggris. Jika seseorang berdoa, mereka diajar untuk menutup mata dan melipat tangan. Saya tidak berkeberatan dengan sikap tubuh ini, tetapi ini bukan sikap tubuh yang alkitabiah. Itu sikap tubuh yang kebarat-baratan.

Kekristenan ala barat itu memang diterima dengan senang hati. Orang yang mengenal Kristus mendapati dirinya mempunyai lebih banyak persamaan dengan saudara seimannya yang adalah orang Barat dan dengan orang-orang lainnya yang kebarat-baratan. Mereka merasa semakin berbeda sari sesamanya orang Indonesia. Masalahnya, Islam tidak pernah dibuat kebarat-baratn. Di mata orang Indonesia, Islam merupakan suatu bentuk ibadah yang lebih mudah diterima sebagai sesuatu yang benar. Sesungguhnya, baik agama kristen maupun agama Islam berasal dari daerah Timur Tengah.

Yang semakin menghambat tujuan pemberitaan Injil di Indonesia ialah: adanya kelompok-kelompok yang memeluk agama penjajah Belanda hanya untuk mendapatkan keuntungan politik dan keuangan. Mengapa tidak, kalau hal itu dapat menguntungkan kehidupan mereka? Tetapi mereka tidak menjadi orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali. Kemunafikan seperti itu hanya mencoreng nama orang-orang percaya yang sejati. Bahkan sampai sekarang, orang Islam mengatakan bahwa orang-orang mnejadi Kristen karena hendak memperoleh keuntungan ekonomi. Tetapi sebetulnya sebaliknyalah yang terjadi. Orang-orang yang baru percaya sering kali kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan mereka. Tetapi anggapan seperti itu sulit dihilangkan.

Perlu ditambahkan di sini bahwa sebagai orang Kristen, kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita memperkuat anggapan tentang orang Kristen Indomie. Teman-teman saya yang Islam juga mengatakan kepada saya bahwa orang-orang menjadi Kristen untuk mendapatkan imbalan seperti pekerjaan. Bagi mereka hal itu merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.

Mereka berpikir orang-orang menjadi Kristen karena dibayar. Alkitab menimbau agar kita menjadi orang yang murah hati dan penyayang, suka memberi. Tetapi kita harus berhati-hati. Jangan sampai memberi kesan hendak menawarkan imbalan keuangan kepada orang yang rela menjadi pengikut Yesus Kristus. Justru sebaliknyalah yang benar. Tuhan kita mencsri orang-orang yang bersedia menderita bagi Dia memikul salibnya setiap hari.

Selama bertahun-tahun beberapa kelompok etnis dikenal sebagai orang Kristen. Apakah mereka semua Kristen? Tidak semuanya! Banyak orang yang disebut Kristen mempunyai sikap dan gaya hidup yang belum diubahkan. Bagi orang Kristen KTP seperti itu kekristenan menjadi suatu kesempatan untuk membebaskan diri dari larangan. Sebagai contoh, orang Kristen boleh makan babi dan minum minuman keras karena keselamatan mereka tidak bergantung pada ketaatan mereka terhadap berbagai larangan. Penerapan yang keliru dari kemerdekaan Kristen ini menimbulkan syak di hati orang Islam yang saleh. Hal itu menandai kompromi, penolakan terhadap tradisi dan merupakan ambisi pribadi. Bagi mereka kekristenan tidak memperbaiki moral seseorang. Yang paling buruk, kekristenan dianggap sebagai agama pengkhianat yang mementingkan diri sendiri.

Syukurlah, orang-orang Kristen Indonesia yang sejati bertekad menemukan apa artinya mengikut Yesus Kristus dalam kebudayaan mereka sendir. Ada musik yang baru. Bentuk ibadah pun berubah. Piano dan organ tidak lagi menjadi satu-satunya alat yang digunakan. Selama bertahun-tahun telah diadakan percobaan utnuk menggunakan musik asli yang sesuai dengan kebudayaan; boneka/wayang juga dipakai sebagai sarana untuk menyampaikan firman Allah; dan tarian diikutsertakan dlam ibadah. Kesulitan-kesulitan dalam mendpatakan izin mendirikan bangunan gereja mendorong banyak kelompok jemaat untuk mengadakan pertemuan di rumah-rumah. Daripada duduk di bangku yang rapi tersusun menghadap mimbar, orang-orang percaya lebih suka duduk melingkar diatas tikar pandan. Perkembangan semacam ini dapat mengubah citra kekristenan yang sudah dianggap sebagai agama asing yang kebarat-baratan.

Kasih Berarti Mengatakan Tidak kepada diri Sendiri

Setelah menbicarakan latar belakang dari masalh yang ada, marilah kita lebih khusus lagi membicarakan tentang hal-hal yang mungkin akan menimbulkan reaksi negatif atau kecurigaan pada orang-orang yang kita injili. Ingatlah bahwa Paulus dengan jelas mengajar kita bahwa kita harus melakukan apa saja yang diperlukan untuk memenangkan orang yang tersesat (1 Korintus 9:22). Jika sebaiknya kita tidak makan daging, maka kita rela melakukannya (I Korintus 8:9-13). Kasihlah yang menjadi alasannya (Lihat I Korintus 13).

Karena Paulus merujuk pada dagung, marilah kita berbicara tentang daging babi. Makan daging babi sangat menjijikan bagi orang Islam. Daging babi dianggap makanan haram. Demikian juga makan daging anjing. Memiliki anjing sebagai binatang peliharaan tidak dapat disetujui oleh sebagian tetangga yang beragama Islam, walau sebagian lainnya tidak keberatan. Tidak ada orang Islam yang mau dijilat oleh anjing. Orang Kristen yang hendak menjalin hubungan dengan orang Islam harus memperhatikan masalah itu. Jika Paulus mengatakan bahwa lebih baik tidak makan daging sama sekali daripada menimbulkan pertentangan, tidakkah kita seharusnya mempertimbangkan untuk tidak makan daging babi dan tidak memelihara anjing? Jika hal itu terlalu memberatkan Anda, bagaimana kalau Anda tidak makan daging babi bila sedang berada dekat taman-taman Muslim Anda, dan menyembunyikan anjing Anda di suatu tempat sehingga mereka tidak merasa jijik?

Beberapa tahun yang lalu satu kelompok jemaat melakukan pendekatan terhadap satu kelompok pemuda dari kelompok etnis Islam. Orang-orang ini cukup terbuka kepada Injil sebagai hasil kesaksian pendeta awam yang berasal dari kelompok etnis sama. Gereja itu merencanakan suatu kegiatan pada hari libur dan mereka mengundang kelompok pemuda ini> Kaum wanita gereja itu telah mempersiapkan makanan. Segala sesuatu berjalan dengan baik sampai mereka duduk untuk makan. Pada saat itulah orang-orang Islam itu mengetahui bahwa daging yang dipersiapkan untuk mereka adalah daging babi. Mereka tidak memakannya. Mereka hampir menjadi mual. Sejak itu mereka tidak pernah lagi berhubungan dengan gereja itu. Hilanglah segala kesempatan untuk bersaksi lebih jauh lagi.

Saya hendak menekankan lagi pentingnya bersikap hati-hati. Ada satu gereja di daerah kami yang ditutup oleh pemerintah karena keluhan dari tetangga-tetangganya. Saya tahu, ada gereja-gereja yang ditutup atau tidak diberi izin walaupun tidak melakukan apa-apa yang menyinggung tetangga-tetangga mereka. Tetapi dalam perkara ini gereja tersebut telah memanggang daging babi di luar gedung gereja mereka. Reaksi para tetangga yang begitu keras menunjukan betapa hal itu menimbulkan syak di hati orang-orang Islam. Tidakkah lebih baik bagi gereja tersebut untuk tidak melakukan kegiatan itu? Karena kesalahan itu, tidak ada lagi gereja di daerah ini.

Mungkin orang-orang Kristen akan bertanya, Apakah kita tidak berhak makan daging babi di gedung miliki gereja kita jika kita mau? Tentu saja kita barhak. Tetapi hukum kasih lebih tinggi daripada hak kita. Yesus, sebagai contoh, memiliki hak yang tinggi sekali, tatpi Dia tidak mempertahankannya (Filipi 2:6). Kasih mendorong Yesus untuk tidak memakai hak itu. Ia bertindak demikian demi kita. Kita pun harus melakukan hal yang sama demi memenangkan teman-teman Muslim kita.

Penyesuaian lain yang perlu dipertimbangkan adlah bagaimana kita berpakaian, khususnya wanita. Saya tidak menganjurkan wanita Kristen memkai penutup kapala Muslim atau jilbab walaupun di beberapa tempat di Indonesia ada yang memkainya. Tetpai sya pikir wanita-wanita Kristen hendaknya tidak memakai rok mini, baju ketat, atau pakaian-pakaian lain yang tidak sopan. Bagi tetangga-tetangga Muslim kita, hal itu seperti mengiklankan kerendahanmoral kita. Dapatkah anda membayangkan apa yang mereka pikirkan ketika melihat wanita yang memkai rok mini pergi keluar masuk kebaktian Kristen? Saya pikir saya dapat membayangkannya! Mereka berpikir bahwa orang Kristen tidak memperhatikan hal moral. Mode telah menjadi lebih penting daripada pendapat umum. Jika kita memberi kesan yang tidak pantas melalui pakaian kita, bagaiman mungkin kita dapat berbicara kepada mereka tentang Allah yang kudus?

Supaya tidak terdengar seolah-olah saya hanya menyerang wanita, layak dipertanyakan apakah laki-laki perlu memakai dasi ke gereja? Mengapa orang yang memimpin kebaktian harus memakai dasi dan jas? Mengapa laki-laki diharapkan memakai pakaian barat ke gereja? Khususnya pendeta! Di banyak gereja, memakai kemeja batik dapat diterima. Bagaimana kalau laki-laki memakai sarung dan peci? Di banyak tempat, sarung dan peci adalah pakaian Indonesia, bukan untuk orang Islam saja. Sementara ibadah di mesjid dianggap khas timur karena hal-hal seperti pakaian, sayang sekali gereja dianggap barat dan asing. Injil kepada orang-orang yang belum percaya.

Hal-hal seperti itu memerlukan kebijaksanaan. Seorang teman Kristen memakai sarung dan peci pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri. Teman-teman Muslimnya menganggap perbuatan itu sangat menghormati mereka. Di daerah lain, seorang Indonesia, apalagi orang barat, yang dikenal sebagai orang Kristen mungkin sama sekali dilarang memakai peci. Karena itu kenalilah para tetangga Anda, dan temukan sendiri apa yang dapat diterima oleh mereka.

Isu-isu yang berhubungan dengan apa yang halala dan apa yang haram juga berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lain. Sulit untuk memberi penuntun yang jelas. Setiap orang percaya harus bersikap hati-hati. Hindarilah kesan-kesan negatif. Perhatikan tetangga-tetangga muslim anda untuk mengetahui apa yang mereka lakukan dan mengapa. Kita harus aktif berbicara kepada mereka untuk mengetahui bagaimana gaya hidup kita memepengaruhi mereka.

Menghindari Pertentangan

Kita telah berbicara tentang bagaimana kekristenan telah diterima dan ditanggapi di Indonesia. Bukan rahasia lagi, kekristenan dan Islam sudah sejak dahulu bertentangansejak masa Nabi Muhammad. Orang-orang Islam dan orang-orang Kristen saling menyerang, saling menganiaya, dan saling membunuh. Tidak ada gunanya di sini untuk menentukan pihak mana yang lebih banyak menyerang, atau pihak mana yang yang orang-orangnya paling banyak mati syahid.

Yang nyata: pertentangan itu terus berkepanjangan dan sulit diatasi; hal itu terasa ketika kita menyadari orang-orang Islam perlu mendengar Injil. Saya hendak memaparkan dua hal lainnya yang harus dihindari.

Pertama, hindarilah perkataan yang menentang Nabi Muhammad. Kita percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Manusia sempurna yang pernah hidup. Alquran sendiri meneguhkan bahwa Yesus tidak pernah berdosa (Qs 19:19). Nabi Muhammad adalah manusi biasa. Alquran memeberi kesan bahwa dia berdosa (Qs 47:19). Hal ini sesuai dengan kebenaran Alkitab bahwa tidak ada seorang pun kecuali Yesus yang tidak berdosa (Ibrani 4:15 dan Roma 3:23). Walaupun demikian, sedikit sekali manfaatnya bila kita meningggikan Kristus tetapi merendahakan Muhammad. Kehidupan Kristus tidak bercela. Dia kan dimuliakan sekarang dan selamanya.

Akan lebih bermanfaat kalau kita menunjukan hormat kepada pendiri agama Islam itu. Sikap ini sesuai dengan Pancasila. Bukankah orang-orang Kristen tidak berharap akan diserang oleh orang-orang Islam? Kita pun hendaknya tidak menyerang mereka.

Kritik terhadap nabi Islam biasanya menimbulkan kemarahan. Kalau seseorang menjadi marah, maka mereka tidak akan dapat berpikir jernih. Mereka tidak akan bersikap terbuka terhadap cara baru untuk mempertimbangkan pendapat-pendapat. Apakah benar bila kita mengakui Muhammad sebagai nabi suku-suku Arab? Dia diutus untuk menyampaikan pesan. Dia memanggil mereka dari kekafiran untuk percaya kepada Allah Pencipta. Dia berusaha membela hak orang yang miskin dan yang tertindas. Dia juga mengerti banyak mengenai Mesias. Pada kenyataanya, dia menyebut Isa Almasih, yaitu Yesus Kristus, sebagai yang paling ditinggikan di dunia ini dan yang akan datang (Qs 3:45). Saya menganggap itu sebagai peranan seorang nabi.

Mengingat hal itu, orang Kristen seharusnya tidak merendahkan nabi Islam itu. Isi Alquran itu sendiri sering dipakai oleh Allah untuk mengarahkan orang-orang agar mereka percaya kepada Kristus. Karena itu, kita juga boleh menyebut Muhammmad sebagai nabi yang dipakai Allah.

Kedua, Alquran adalah buku yang dikritik oleh orang-oarang Kristen. Kebanyakan orang Kristen tidak menganggap Alquran diwahyukan Allah. Saya mengatakan hal ini sehubungan dengan perdebatan antara orang Islam dan orang Kristen. Tetapi di dalam buku ini saya tidak ingin menambahkan kritik terhadap Alquran. Sekali lagi, sama seperti halnya menyerang Muhammmad tidak produktif, demikian pula tidak efektif bila kita menyerang Alquran. Apakah orang Islam membaca Alquran tau tidak, orang Islam bergantung kepadanya secara emosional sebagai bagian hakiki dari imannya. Usaha-usaha orang Kristen untuk mengubah pandangan orang Islam mengenai Alquran hanya akan lebih mengorbankan peperangan yang sudah sejak lama terjadi.

Lebih berguna kalau kita memakai titik-titik persamaan anatar Alkitab dan alquran sebagai jembatan bagi orang0orang Islam. Paulus gusar kepercayaan yang salah di Atena (Kisah 17:16).

Namun di memakai prasasti dari salah satu altar kafir itu untuk memberitakan Injil (Kisah 17:23). Demikian pula, kalau kita mengarhkan orang-orang Islam pada kesamaan-kesamaan Alquran dan Alkitab, itu bukan berarti kita sepenuhnya menerima Alquran sebagai firman Allah. Titik-titik persamaan itu dapat menekankan kebenaran Allah yang tertera di dalam Alkitab. Kita akan menjajaki kesamaan-kesamaan itu pada bab-bab berikutnya. Serangkaian ayat dari Alquran yang dapat dipakai untuk menyampaikan Injil kepada orang Islam akan disajikan juga.

Hiasan-Hiasan Kristen

Masalah lasin yang harus dihindari berhubungan dengan apa yang sangat disayangi oleh setiap orang Kristen : salib Kristus. Salib merupakan batu sandungan bagi teman-taman kita yang beragama Muslim walaupun itu merupakan lambang keselamatan bagi orang Kristen (1 Korintus 1:23-24). Sayang sekali, bagi orang Islam, salib telah menjadi simbol orang kafir sejak jaman Perang Salib. Tentara-tentara Kristen dalam Perang Salib menghiasi perisai mereka dengan salib smentara mereka membantai desa-desa Islam. Kalau orang0orang Kristen memakai kalung salib atau menggantungkan salib di dinding rumah mereka, secara otomatis mereka menyebabkan banyak orang Islam merasa syak.

Di sinilah kita harus hati-hati. Kenyataan tentang salib, yaitu bahwa Yesus telah datang ke dunia dan mati, akan selalu sulit untuk diterima oleh orang-orang yang belum percaya. Itu merupakan batu sandungan. Tetapi itu merupakan inti Injil dan tidak boleh dipudarkan dengan cara apapun. Sayang sekali, lambang salib telah dimuati dengan kesan-kesan negatif dan dipandang sebagai bagian dari kebudayaan Kristen barat yang mereka tolak. Sering kali, itu menjadi penghalang komunikasi antar orang Islam dan orang Kristen. Kenyataan bahwa Yesus sudah mati di kayu salib, itulah yang harus kita pegang erat-erat, bukan kalung salib atau hak untuk menghiasi rumah kita dengan cara menyenagkan diri kita sendiri.

Jika kalung salib yang saya pakai atau penjepit dasi berbentuk salib, menghalangi saya untuk didekati oleh tetangga Muslim saya, saya seharusnya tidak memakainya. Jika salib yang tergantung di dinding rumah saya menghalangi orang-orang Islam mengunjungi rumah saya, saya harus memindahkannya. Pasti ada cara lain yang lebih tepat untuk menyatakan diri sebagai pengikut Kristus daripada dengan menunjukan salib. Misalnya saja, mengasihi tetangga merupakan cara yang lebih baik untuk menunjukan bahwa Anda adalah pengikut Yesus. Jika lambang salib membuat syak teman-teman Muslim kita, jika hal itu menutup kesempatan bagi merka untuk mendengar Injil, kita perlu membuat perubahan.

Hal lain yang mungkin juga tidak berkenan ialah gambar tangan yang sedang berdoa, Yesus yang rambu-Nya pirang dan mata-Nya biru, yang sedang membawa anak doma; gambar-gambar Kristen barat tradisional lainnya juga mungkin menimbulkan akibat yang sama. Baru-baru ini seorang teman menyatakan bahwa dia baru dari rumah seseorang. Ia yakin bahwa rumah itu rumah Kristen. Itu karena di dinding rumah itu ada banyak poster-poster Kristen. Haruskah kita malu menjadi orang Kristen? Tentau saja tida. Namun kita harus ingat bahwa hiasan-hiasan Kristen di rumah kita dapat menjadi penghalang bagi teman-teman Muslim kita. Pikirkanlah itu.

Sebutan

Masalah-masalah lain yang disebutkan di dalam bab ini hanyalah sebagian dari keseluruhan masalah yang ada. Ini disajikan sebagai contoh tentang bagaimana kita harus hidup dengan memperhatikan masalah-masalah itu. Kita harus terus bertumbuh menjadi semakin peka terhadap tetangga-tetangga Muslim kita. Seorang Muslim yang tersinggung tidak kan mendengarkan kita.

Bahkan istilah Kristen sudah mengandung arti negatif sehingga sering tidak produktif bagi kita untuk menyebut diri orang Kristen kepada seorang Islam. Orang-orang percaya yang mula-mula itu disebut sebagai pengikut-pengikut Kristus atau pengikut Jalan Tuhan (Kisah 9:2). Kata Kristen ditemukantiga kali di dalam Alkitab (Kisah 11:26;26:28 dan 1 Petrys 4:16). Istilah itu semula dianggap sebagai penghinaan, tetapi istilah itu sekarang sudah menjadi lambang kehormatan bagi orang-orang yang mnerima Kristus sebagai Tuhan. Namun, sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, istilah itu mengingatkan mereka akan kekejaman tentara Kristen dalam Perang salibpeperangan antara denominasi gereja, atau boleh dikatakan antara partai politik barat.

Kalau ditanya oleh orang Islam, penulis lebih suka memperkenalkan diri sebagai pengikut Isa Almasih. Sebutan itu biasanya akan menimbulkan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi titik tolak pembicaraan tentang Kabar baik. Hal itu dinilai positif sebab Isa adalah nama Islam untuk Yesus. Pada suatu kesempatan, ketika ditanya apa artinya menjadi pengikut Isa, saya dapat memberitakan injil kepada sekelompok orang Islam. Sebutan lain yang positif adalah Nasrani. Ini juga merupakan istilah yang artinya orang Kristen. Istilah itu ditemukan di dalam alquran. Manfaatnya menyebut diri saya dengan istilah-istilah yang lainnya itu: Saya kemungkinan tidak terkena kesan negatif manapun yang terkait dalam sebutan Kristen.

Hal-hal yang harus diingat :

1. Hati-hatilah, jangan menawarkan imbalan apa pun untuk membuat orang-orang menerima Injil. Orang Kristen Indomie bukan orang Kristen yang sejati.

2. Perhatikanlah bagaimana Anda berpakaian dan apa yang anda makan. Hal itu mempunyai pengaruh terhadap tetangga-tetangga Muslim Anda.

3. Jangan menyerang nabi Muhammad atau Alquran.

4. Kalung salib atau hiasan-hiasan Kristen di rumah Anda mungkin akan menimbulkan jarak antara Anda dan teman-teman Muslim Anda.

5. Cobalah menyebut diri Anda sendiri dengan sebutan lain selainKristen. Ada istilah-istilah lain yang artinya sama, tetapi tidak menimbulkan tanggapan negatif.

BAB EMPAT :

MENGADAKAN PENYESUAIAN

Sebagaimana ada hal-hal yang perlu dihindari dalam rangka menyampaikan Injil kepada orang-orang Islam, ada juga hal-hal positif yang dapat kita lakukan untuk menjangkau orang Islam secara lebih efektif. Tujuan kita adalah untuk melakukan segala sesuatu yang dapat kita lakukan untuk memenangkan sebanyak mungkin orang (1 Korintus 9:23). Salah satu hal terpenting yang dapat kita lakukan ialah mengganti istilah-istilah yang biasa kita pakai.

Menelusuri Perkembangan Bahasa

Kekristenan di Indonesia telah mewarisi banyak hal dari orang Belanda. Salah satu hal utama yang diserap dari orang Belanda adalah istilah-istilah alkitab. Khususnya nama-nama yang tidak dapat diterjemahkan, seperti Abraham, Yohanes dan Yesus Kristus, diambil dari bahasa Belanda. Orang Belanda sendiri menerimanya dari bahasa Latin. Ketika Injil tersebar ke arah barat pada abad pertama, bahasa Latin menerima istilah-istilah seperti itu dari bahasa Yunani. Naskah asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.

Namun bahasa Yunani bukan bahasa sehari-hari yang dipakai oleh Yesus dan rasul-rasul di Palestina. Mereka memakai bahasa Aramaik dan Ibrani. Nama Yesus dalam bahasa Ibraninya adlah Yeshua atau Joshua sebagaimana kita ucapkan dalam bahsa Inggris sekarang. Kata Kristusberasal dari terjemahan Yunani untuk arti mirip dengan istilah bahasa Ibrani Mesias atau Juruselamat yang diurapi. Di Timur Tengah istilah-istilah dalam bahsa aslinya masih terus digunakan.

Ketika Injil menyebar ke arah timur dan selatan dari Yerusalem, Injil tidak selalu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Istilah-istilah Aramaiknya masih dipertahankan. Di semenanjung Arab, Yeshua Mesia dikenal sebagai Isa Almasih melalui perubahan perlahan-lahan dalam pengucapannya. Itulah istilah yang dikenal Muhammad. Oleh karenanya dipakai di dalam Alquran. Maka dari itu, Isa Almasih adalah nama yang dikenal di antara mayoritas orang Indonesia karena mereka membaca Alquran.

Juga penting untuk dicatat bahwa istilah-istilah Arab untuk Yesus, dll, dipakai dalam tiga edisi utama Alkitab yang diterbitkan dalam bahsa melayu/Indonesia mulai tahun 1733. Istilah-istilah Belanda seperti Abraham dan Yesus Kristus baru dipakai secara luas di gereja-gereja Indonesia dalam Alkitab. Terjemahan Baru yang diterbitkan setelah Perang Dunia II. Terjemahan inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia sekarang. Tetapi selama dua abad sebelum adanya terjemahan Alkitab yang relatif baru ini, gereja-gereja di Indonesia tidak mengalami kesulitan untuk menyebut Tuhan dan Juruselamat dengan nama Isa Almasih.

Tidak diragukan lagi, Rasul Paulus cukup peka, maka terhadap orang-orang Yunani ia menyebut Yesus Kristus. Di antara orang-orang Yahudi rupanya ia menyebut Yeshua Mesias.

Karena versi Terjemahan Baru digunakan oleh gereja-gereja, maka orang-orang Kristen lebih sering memakai istilah Belanda-Latin-Yunani. Karena Alquran, orang-orang Islam memakai istilah-istilah Ibrani-Aramaik-arab. Orang-orang Islam tidak akan memakai istrilah-istilah yang berdasarkan bahasa Yunani dengan cara yang positif sebab istilah-istilah itu mengingatkan mereka akan perselisihan sengit dalam sejarah dengan orang-orang Kristen.

Selain itu, banyak lagi istilah-istilah dari bahasa Yunani yang mengingatkan mereka akan pendapat-pendapat yang sesungguhnya keliru. Sekali lagi Yesus Kristus merupakan slah satu contoh. Orang Islam berpendapat bahwa orang Kristen menyembah Yesus sebagai salah satu dari tiga dewa Kristen. Lagipula, orang Islam mengira orang Kristen percaya bahwa Yesus dilahirkan melalui hubungan seksual antara Allah Bapa dan Maria, yang merupakan dua dewa lain dari Tritunggal. Secara alami mereka berpikir bahwa konsep itu tentang Yesus adalah kafir dan keliru. Kita tentu saja setuju. Pendapat tentang Allah yang semacam itu adalah sesat dan tidak sesuai dengan firman Allah. Pendapat itu salah, tetapi orang Islam menganggap bahwa itu adlah kepercayaan orang Kristen tentang Yesus Kristus.

Orang Islam, sebaliknya menghargai Isa Almasih sebagai nabi terakhir yang diutus dari Allah sebelum Muhammad. Banyak kesaksian tentang Yesus Kristus dari Alkitab dibenarkan di dalam Alquran. Dia lahir dari seorang perawan. Dia mengadkan banyak mukjizat dan membangkitkan orang mati. Dia membawa Kabar Baik atau Injil. Di samping banyak keistimewaan lainnya yang dimiliki Isa, Dialah yang akan menghakimi dunia pada akhir jaman. Sayangnya Islam tradisional tidak menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Penebus, padahal itu adalah bagian yang paling penting dari Injil.

Menjawab Pertanyaan

Kita menghadapi kesulitan. Haruskah kita menyebut Yesus Kristus kepada teman-teman Muslim kita, nama yang membawa banyak kesan negatif dan konsep yang keliru tentang Allah? Atau haruskah kita menyebut Isa Almasih, nama yang membangkitkan hormat, tetapi kita perlu memberi penjelasan yang lebih lengkap tentang perannya sebagai Juruselamat dan Penebus? Menurut pendapat saya dan banyak orang lain yang berhasil menyampaikan Injil kepada orang-orang Islam, pilihan yang terbaik adalah memakai istilah-istilah yang membangkitkan hormat: istilah-istilah Ibrani-Aramaik-Arab yang dikenal dari Alquran. Cerita berikut ini meneguhkan pendapat tersebut.

Dua orang penginjil muda melakukan perjalanan ke suatu daerah yang dikenal sebagai daerah fanatik Islam yang tidak kenal kompromi. Ketika memasuki sebuah desa, mereka berbicara kepada seseorang tentang iman mereka kepada Yesus Kristus. Mereka langsung diusir. Karena sudah memutuskan untuk melaksanakan misi mereka, mereka kembli, kali ini ke tempat lain. Sekali lagi mereka menemukan seseorang, lalu mereka berbicara kepadanya tentang Yesus Kristus. Orang itu langsung memotong pembicaraan dan memberitahu mereka bahwa jika mereka mau meninggalkan daerah itu hidup-hiduo, mereka sebaiknya tidak menyebut nama itu lagi. Penginjil-penginjil yang kulitnya tebal itu mencoba lagi. Bagaimana kalau kami menceritakan apa yang kami ketahui tentang Isa Almasih? tanya mereka. Karena orang itu tidak berkeberatan bila berdiskusi tentang Isa Almasih, menceritakan kepadanya bagaiamana Isa Almasih telah menjadi kurban penghapus dosa kita. Mereka menjelaskan Injil selengkapnya. Orang itu sangat tertarik. Dia bahkan membawa mereka menemui beberapa orang temannya yang akhirnya juga sempat mendengarkan Injil. Orang-orang itu dapat mendengarkan Injil secara lengkap untuk pertama kalinya, karena istilah-istilah yang dipaia oleh penginjil-penginjil itu tidak menyinggung mereka. Mereka melanjutkan perjalanan ke seluruh daerah itu, bahkan sempat menyampaikan Injil kepada pemimpin-pemimpin Islam, bahkan tidur di mesjid tanpa mengalami penolakan.

Dalam kesempatan lain, sejumlah pelajar diutus dari seminari untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Islam. Enam orang diminta untuk menggunakan istilah-istilah Arab, termasuk Isa Almasih. Enam orang lainnya menggunakan istilah-istilah Yunani, termasuk Yesus Kristus. Ketika mereka kembali, mereka membandingkan hasilnya. Orang-orang yang menggunakan istilah-istilah Yunani hampir tidak diberi kesempatan untuk memberitakan Injil. Orang-orang yang memberitakan Injil dengan menyebut nama Isa Almasih dapat berbicara tanpa masalah. Mereka bahkan diundang untuk menyampaikan pesan tersebut di tangga sebuah mesjid besar. Seorang Islam bahkan berdoa menerima keselamatan. Menggunakan istilah-istilah Arab sudah jelas ada bedanya.

Silahkan mengadakan percobaan sendiri, dan lihat apa yang terjadi. Untuk orang-orang yang masih berkeberatan menggunakan istilah Arab, mungkin akan merasa lebih ringan bila menyadai bahwa sejarah kekristenan sering juga memakai istilah-istilah yang berasal dari orang kafir. Tetapi kemudian istilah-istilah itu diberi arti yang baru yang sesuai dengan doktrin yang benar. Hal itu dilakukan untuk memperjelas arti Injil. Sebagai contoh, kita telah melihat bahwa Kristus adalah terjemahan dari kata Ibrani Mesias. Apakah itu terjemahan yang tepat? Tidak. Tetapi semntara orang-orang Kristen memberitakan Injil, mereka secara tepat menjelaskan peranan Kristus kepada pendengar-pendengar mereka yang berbahasa Yunani. Dewasa ini kata Kristus dan Mesias mempunyai arti yang persis sama.

Pengalaman yang lebih rumit lagi terjadi pada utusan-utusan Injil pertama yang membawa Injil ke Jepang. Mereka menemukan bahwa tidak ada kata yang sama denganAllah. Mereka mempunyai kata untuk roh yang digunakan untuk menyebut roh apa saja. Kata itu adalah kami. Mereka juga memilki akhiran yang dipakai dalam bentuk hormat, yaitu sama; akhiran itu ditempatkan di ujung nama. Tujuannya ialah untuk menyatakan rasa hormat yang besar. Kedua kata itu digabungkan menjadi Kamisama untuk menyebut Allah. Lalu pembawa-pembawa Injil mulai menjelaskan siapa yang dimaksudkan dengan Kamisama' dan apa yang dilakukan-Nya. Setelah mereka memiliki istilah yang dapat digunakan, merteka masih harus berusaha menjelaskan arti yang tepat. Kita harus melakukan hal yang sama dengan Isa Almasih; kita harus mnejelaskan bahwa Dia betul-betul mati untuk menanggung dosa-dosa kita, dan telah dibangktkan menjadi Tuhan atas segalanya.

Menunjukan Rasa Hormat

Dengan mengganti nama Yesus Kristus menjadi Isa Almasih, pengikut-pengikut Yesus menunjukan rasa hormat kepada orang-orang Islam. Rasa hormat ini dapat juga ditunjukkan dengan memakai ungkapan-ungkapan lain. Ungkapan Arab assalamualaikum dapat diucapkan untuk menggantikan ucapan damai bagimu atau shalom. Alhamdulillah dapat menggantikan 'puji Tuhan atau haleluya. Dengan menggunakan ungkapan-ungkapan itu, pengikut-pengikut Yesus, mendekatkan diri satu atau dua langkah kepada teman-teman Muslimnya. Mengurangi jarak akan bermanfaat sekali bila tiba waktunya untuk menyampaikan Injil.

Kebanyakan orang Islam yang saya kenal tertarik ketika saya menggunakan ungkapan-ungkapan itu. Namun pada suatu kesempatan, seorang wanita Islam, teman dekat istri saya, memberitahukan kami agar kami tidak memakai ungkapan-ungkapan Arab. Dia berpendapat bahwa orang Kristen dan orang Islam harus menggunakan istilah yang berbeda. Menurut pengalaman saya, dia merupakan kekecualian, tetapi mungkin ada daerah di mana pandangan itu merupakan pandangan umum. Karena itu, kenalilah pendengar Anda.

Di samping persoalan istilah, perlu diperhatikan lagi bahwa tidak ada satu cara berdoa yang dapat dianggap sebagai satu-satunya cara yang benar. Melipat tangan dan menutup mata bukan cara yang alkitabiah. Memang tidak salah, tetapi cara seperti itu adalah cara yang dibawa kesini oleh misionaris-misionaris. Cara-cara berdoa seperti itu tampak asing di mata orang-orang Islam; dan sesungguhnya mereka benar. Menadahkan tangan kepada Allahcara alkitabiah (1 Timotius 2:8)--lebih mirip cara orang Islam berdoa. Tidak salah bagi orang Kristen untuk memakai cara yang sama dengan orang Islam. Bukankah kepercayaan dan tatacara ibadah orang yang beragama Islam dan Kristen kedua-duanya berasal dari nenek moyang yang sama? Kita dapat memperoleh respek dari mereka bila kita berdoa dengan cara seperti itu, dan kita tidak melanggar perintah Alkitab. Mendekatkan diri ke arah mereka dengan cara berdoa seperti itu akan menciptakan kesempatan-kesempatan baru untuk memberitahu mereka tentang Diakepada Siapa kita berdoa.

Orang-orang Islam diberitahu oleh pemimpin-pemimpin mereka untuk tidak mengatakan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Kristen. Beberapa orang Kristen juga menganggap dirinya berbuat salah bila mengucapakan Selamat Hari Raya Idul Fitri kepada orang-orang Islam. Banyak orang Kristen berusaha keras mempertahankan perbedaan-perbedaan yang ada antara mereka dan orang-orang Islam. Apa tujuannya melakukan hal itu? Apakah untuk menonjolkan perbedaan yang ada? Satu-satunya perbedaan yang perlu ditegaskan orang Islam dan orang Kristen adalah kehidupan yang telah diubahkan oleh Roh Allah. Semua hal lainnya itu hanya menimbulkan pemisah antara tetangga-tetangga dan membuat pemberitaan Injil jauh lebih sulit.

Ada banyak unsur budaya yang dapat kita manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada orang-orang Islam yang kita datangi. Misalnya, kita dapat mengadakan acara syukuran kalau pindah ke rumah baru. Kita dapat mengadakan acara sunatan untuk anak laki-laki atau nujuh bulan untuk wanita yang hamil. Kita dapat ikut berpuasa dalam bulan Ramadan. Benar, orang Kristen tidak harus berpuasa dalam bulan Ramadan. Benar, oramg Kristen tidak harus berpuasa, tetapi kalau kita melakukannya sekali-kali, itu akan membuat kita lebih dapat memahami apa arti puasa bagi mereka. Juga akan mengingatkan kita untuk terus berdoa bagi tetangga-tetangga kita. Mereka pasti tertarik untuk berbicara dengan Anda jika Anda melakukannya. Anda akan mempunyai kesempatan untuk menjelaskan, mengapa kita TIDAK diwajibkan untuk berpuasa. Dengan perkataan lain, melalui puasa, Anda akan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan Injil. Saya pribadi melakukan puasa Ramadan dan mendapatkan hasil seperti yang saya jelaskan di atas ini.

Saya kenal seorang pengikut Yesus yang memberi domba kepada lingkungannya untuk hari Idul Adha. Hasilnya sungguh mengejutkan. Dia dapat memberi pernyatan formal tentang Isa Almasih, Kurban Agung, pada kesempatan itu. Hal itu membuat mereka semakin terbuaka kepadanya dan juga menambah banyak sahabat baru. Keterbukaan kepada kita, sebagai pengikut-pengikut Isa Almasih,dapat menghasilkan keterbukaan pada pesan Injil (Matius 10:40).

Prinsip-Prinsip Penuntun

Orang Kristen yang mengadakan pendekatan seperti itu dapat disalah-pahami. Sesama orang Kristen mungkin akan menuduh kita sinkretis. Orang Islam mungkin akan menduga bahwa kita mau menjadi orang Islam. Atau mereka mungkin akan menduga bahwa kita sengaja meniru cara-cara mereka untuk membujuk agar mereka mau masuk Kristen. Adlah tanggung jawab kita untuk menjelaskan maksud-maksud kita dengan cara yang memimpin hati mereka kepada Isa Almasih sambil menjaga agar jalur komunikasi tetap terbuka.

Jangan lupa, Yesus sendiri melakukan hal-hal yang tidak biasa dalam masa pelayanan_nya. Apa yang berusaha diajarkan-Nya tidak selalu jelas seketika itu juga. Sebagai contoh, ketika Yesus meluangkan waktu bersama orang-orang berdosa, orang-orang menyimpulkan bahwa Dia setuju dengan tingkah laku yang berdosa (Lukas 19:1-10). Padahal Dia hanya sedang berusha menjangkau mereka. Kita juga harus rela menanggung risiko, mendapat kesan negatif dari orang-orang percaya lainnya demi menjangkau orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus.

Ada tiga peraturan yang perlu diingat sementara kita memanfaatkan unsur budaya dan agama untuk mendekatkan diri kepada mereka. Pertama,jika hal itu tidak bertentangan dengan Roh dan Firman Allah, lakukanlah. Kedua, jika hal itu tidak sempurna, tetapi dapat disesuaikan dan dipakai, adakanlah beberapa perubahan, kemudian lakukanlah itu. Ketiga, jika hal itu bertentangan dengan apa yang benar di hadapan Allah, jangnlah melakukannya. Tujuan kita: melakukan sebanyak mungkin supaya kita dapat mendekati hati mereka. Hal itu juga pasti termasuk memakai bahasa kelompok etnis itu kalau mungkin. Dalam proses menjadi seperti Kristus, kita harus hati-hati; jangan sampai kita juga menjadi orang asing karena mempunyai sifat-sifat yang lebuh menyerupai orang barat daripada sifat-sifat seorang Kristen sejati.

Satu peringatan, jika Anda hendak mengadakan acara syukuran atau acara lainnya, cobalah untuk tidak hanya mengundang teman-teman Kristen Anda. Undanglah mereka sesedikit mungkin, supaya kegiatan Anda tidak berpusat pada mereka. Rencanakanlah acara itu khususnya bagi teman-teman Anda yang belum percaya. Bukankah merekalah yang kita coba jangkau? Dalam Lukas 14:12-14, Yesus memberitahu pendengarnya untuk tidak mengundang orang-orang yang biasanya diundang untuk menghadiri acara khusus. Sebaliknya, undanglah orang-orang yang miskin, kata-Nya. Sungguh, yang paling miskin dari semuanya adalah orang-orang yang belum mengenal Isa Almasih. Undanglah teman-teman Muslim Anda, dan gunakan kesempatan yang ada untuk mendekati mereka dengan memanfaatkan unsur-unsur budaya.

Hal-hal yang harus diingat:

1. Gunakan istilah-istilah yang lebih dihormati daripada yang direndahkan, seperti misalnya istilah Isa Almasih. Lalu jelaskan lagi artinya supaya benar-benar sesuai dengan Firman Allah.

2. Berdoalah dengan menadahkan tangan seperti orang Islam. Kemungkinan besar rasul-rasul pun berdoa dengan cara seperti itu.

3. Jangan menutup diri terhadap acara-acara budaya, bahkan acara-acara agama Islam, jika cara-cara itu dapat dipakai. Kesempatan untuk menyaksikan kebenaran Isa Almasih akan muncul.

4. Dalam suatu kebudayaan ada yang dapat dipakai, ada yang dapat diubah, dan ada yang harus dibuang.

BAB LIMA:

AYAT-AYAT ALQURAN

SEBAGAI JEMBATAN

Penulis Palestina kenamaan, Dr. Anish Shorrosh, mengatakan bahwa 75% isi Alquran berasal dari Alkitab. Itu berarti masih ada sebagian besar isinya yang tidak sama. Lebih jauh lagi, tafsiran yang berbeda-beda dari hal-hal yang sama menimbulkan pertentangan sengit antara orang Islam dan orang Kristen. Banyak buku telah ditulis untuk menunjukan bagaimana isi Alquran berbeda, bahkan berlawanan dengan pesan Alkitab. Di sini saya tidak bertujuan untuk mempertajam perdebatan atau pertentangan itu.

Dari 75% persamaan yang dimiliki orang Kristen dan orang Islam terdapat cukup banyak kebenaran yang dapat mengarahkan orang Islam kepada Kristus. Dari Alquran itu sendiri, orang Islam dapat melihat sipa Yesus dan pa yang dilakukan-Nya. Beberapa sarjana Kristen menemukan keseluruhan Injil di dalam Alquran. Yang lain mengatakan bahwa Injil sama sekali tidak ada di dalamnya. Tetapi pembaca Alquran yang pikirannya terbuka harus rela juga menerima kebenaran tentang Yesus yang tertulis di dalam Alkitab. Ada paling sedikit tiga jembatan yang sangat berguna di dalam Alquran, yang mungkin dapat kita pakai.

Alkitab yang Diwahyukan.

Pertama-tama, Alquran penuh dengan rujukan yang mendukung bahwa Alkitab diwahyukan Allah. Alkitab biasanya dirujuk sebagai Taurat (Hukum), Zabur (Mazmur) dan Injil. Alquran juga sering merujuk secara positif pada pesan-pesan ilahi dari nabi-nabi yang mendahului Muhammad. Jelas, itu berarti bahwa isi Alkitab diwahyukan Allah.

Anggapan bahwa firman Allah dalam Alkitab sudah diubah merupakan akibat perbuatan orang-orang yang memutarbalikkan firman Allah. Akan tetapi, itu tidak sama dengan perbuatan memalsukan firman Allah (Alkitab) sebagaimana diumumkan oleh ustad-ustad Islam. Kita semua tahu bagaiman kata-kata dan artinya dapat diputarbalikkan. Alquran sendiri menekankan bahwa firman Allah tidak dapat diubah (Qs 6:34).

Banyak orang Islam mulai mempertimbangkan Alkitab sebagai firman Allah karena kesaksian-kesaksian tentang pewahyuannya ditemukan di dalam Alquran. Hamran Ambrie merupakan contoh yang sangat jelas. Dalam bukunya Allah Telah Memilih Bagiku Hidup Baru di Dalam Kristus, dia menceritakan bagaimana pandangan yang tinggi terhadap alkitab di dalam Alquran memimpin dia percaya Alkitab, dan selanjutnya beriman kepada Kristus. Itu sudah pasti merupakan proses yang panjang tetapi itu dimulai ketika dia melihat di dalam Alquran bahwa firman Allah, yaitu Alkitab, tidak dapat tidak, harus dipercayai.

Ada banyak rujukan lainnya di dalam Alquran yang membicarakan Alkitab sebagai firman Allah yang tidak dapat diubah. Surah 2:136 dengan jelas membicarakan alkitab sebagai firman Allah. Surah 5:46, 4:136 dan 10:37 adalah rujukan-rujukan lainnya. Dalam beberapa terjemahan, kata Alquran ditambahkan di dalam tanda kurung, padahal teksnya sedang membicarakan Alkitab. Para penerjemah Alquran kelihatannya hendak menekankan keunggulan Alquran sebagai firman Allah. Namun tambahan dalam tanda kurung semacam itu mengubah kenyataan bahwa dalam ayat-ayat itu juga alkitab diakui sebagai wahyu ilahi.

Dari halaman-halaman Alquran terlihat bahwa Alkitab diwahyukan Allah.Sebagai tambahan, Qs 32:23 menantang orang-orang Islam untuk tidak takut menerima Alkitab. Surah 21:36, yang sudah dicatat di atas, meminta orang Islam untuk tidak membeda-bedakan kualitas wahyu yang diterima. Hal itu tentu menyatakan bahwa Alkitab tidak boleh dinilai lebih rendah daripada Alquran. Akhirnya, dalam Qs 10:94, Muhammad diminta untuk bertanya kepada pengikut-pengikut Isa bila mempunyai pertanyaan tentang firman Allah yang sudah ada sebelum masanya.

Roh Kudus dapat dan memang memakai ayat-ayat seperti itu dari Alquran untuk menunjukan kebenaran dan otoritas Alkitab sebagai firman Allah kepada orang Islam maupun orang Kristen. Informasi itu tentang Alkitab yang terdapat dalam Kitab suci mereka sendiri dapat menolong orang Islam untuk bersikap lebih terbuka dalam mempertimbangkan pesan Alkitab kepada mereka.

Ketika diperlihatkan, apa yang dikatakan Alquran tentang pewahyuan Alkitab, beberapa teman Muslim saya kelihatan terkejut dan heran. Kebanyakan dari mereka belum pernah mendengar hal itu. Ada teman Muslim saya yang tidak puas dengan informasi itu. Dia mengangap saya hanya menyampaikan suatu tafsiran. Dan dia berprasangka bahwa itu tafsiran yang salah. Yang lain tetap menganggap bahwa Alkitab sudah dipalsukan, dan bahwa yang asli sudah hilang. Hal ini akan kita bahas pada bab berikutnya. Seperti Hamran Ambrie, diharapkan banyak orang akan menyimpan Qs (Yunus) 10:94 di dalam hati mereka dan meminta orang-orang yang percaya kepada Yesus untuk menolong mereka menemukan artinya.

Berserah kepada Allah

Jembatan lain yang berguna sekali bila dipakai untuk mendekati orang Islam: perihal bagaimaa Alquran berbicara tentang orang Kristen. Surah 5:82 menunjukan bahwa orang Islam dan orang Kristen dekat hubungannya. Hubungan mereka lebih dekat daripada hubungan orang Yahudi dengan orang Islam. Hal itu mungkin karena orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias, sementara nama Islam untuk Yesus, Almasih, menunjukan bahwa orang-orang Islam menerima peranan-Nya sebagai Mesias. Namun orang Islam masih membutuhkan penjelasan tentang apa sebenarnya arti Almasih.

Dalam Qs 3:52, 5:111, dan dalam rujukan-rujukan lainnya, Alquran dalam bahasa Arab berbicara tentang orang Kristen sebagai Muslim. Dalam banyak terjemahan dikatakan bahwa orang Kristen sebagai Muslim. Dalam banyak terjemahan dikatakan bahwa orang Kristen berserah kepada Allah. Namun menarik sekali bahwa istilah berserah kepada Allah ditempat-tempat lainnya diterjemahkan sebagai Islam jika mengacu kepada para pengikut Nabi Muhammad. Berserah kepada Allah adalah arti Islam yang sebenarnya. Kebanyakan orang Islam pasti sulit untuk menyebut orang Kristen Islam, tetapi memang demikianlah bagi pembaca yang berpikiran terbuka. Orang Islam harus mengakui bahwa Alquran tidak merendahkan orang Kristen.

Orang Islam lebih mudah menyebut orang Kristen sebagai orang kafir atau orang yang tidak percaya. Tetapi apakah itu benar? Surah 4:150-151 mengartikan kafir sebagai orang yang menerima sebagian wahyu Allah dan menolak sebagian lainnya. Kita dapat menyimpulkan bahwa ini disebabkan orang Kristen tidak menerima Alquran sebagai firman Allah. Bagaimana tentang orang Islam yang tidak mnerima Alkitab sebagai firman Allah? Mereka juga dapat disebut kafir. Orang Kristen yang menunjukan rasa hormat kepada Alquran dan memakainya untuk bersaksi kepada saudara-saudara Muslimnya berada pada kedudukan yang lebih kuat daripada orang Islam yang menolak Alkitab.

Yang Ditinggikan.

Jembatan ketiga adalah kesaksian tentang Isa almasih di dalam Alquran. Dia lebih ditinggikan daripada nabi-nabi lainnya. Tidak ada seorang nabi lain pun, temasuk Muhammad, yang ditinggikan seperti Dia. Kelahiran Yesus yang ajaib oleh perawan Maria dibenarkan di dalam Alquran (Qs 19:16-22) Tidak ada nabi atau manusia lain yang pernah dilahirkan oleh seorang perawan sebagai ciptaan khusus dari Allah. Hal itu menunjukan keistimewaan-Nya. Nama Isa Almasih sendiri di dalam Alquran (Qs 3:45) merupakan pembukaan bagi injil. Yeshuaatau Isa berarti Allah menyelamatkan. Alamasih atau Mesias berarti yang dipilih dan yang diutus dari Allah untuk membebaskan. Nama dan gelar-Nya menunjukan keunggulan-Nya.

Isa Almasih disebut sebagai tanda yang ajaib dari Allah (Qs 21:19, 19:21). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa Ia mampu menyembuhkan orang sakit, mencelikkan mata orang yang buta sejak lahir, bahkan membangkitkan oramg mati (Qs 3:49). Kekuasaan yang luar biasa ini tidak dimiliki oleh siapa pun di dalam Alquran. Alquran sebenarnya mencakup kisah-kisah legendaris tentang Yesus. Konon Isa membuat seekor burung dari tanah liat. Dia kemudian meniupkan nafas ke dalmnya untuk membuatnya hidup (Qs 3:49). Itu merupakan kisah yang seharusnya membangkitkan pertanyaan di dalam benak orang Islam. Bukankah hanya Allah yang dapat menciptakan sesuatu? Terlepas dari apakah cerita itu benar atau tidak, apa yang dikatakan cerita itu kepada orang Islam sesuai dengan Yohanes 1:1-3,14. Yesus, Sang Firman, adalah Pencipta dunia. Orang-orang Kristen tidak mengakui Injil yang di dalamnya terdapat kisah legendaris tersebut, tetapi kisah tersebut justru beriman kepada Yesus Kristus yang sesungguhnya.

Yesus adalah Firman itui sendiri, Pencipta. Menarik sekali, Dia disebut Firman Allah, setidak-tidaknya Allah di dalam Alquran (Qs 3:45). Bagaimana kita dapat memisahkan Allah dari Firman-Nya? Tentu tidak dapat. Surah 4:171 juga merujuk kepada Yesus sebagai Firman Allah, namun di dalamnya ada komentar yang menolak Yesus sebagai Anak. Orang Kristen juga menolak kalau Yesus disebut sebagai anak Allah dalam arti biologis, seperti yang dikatakan dalam Surah 4:171.

Kebanyakan orang Islam sependapat dengan orang Kristen bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna dan bahwa semua orang sudah berdosa. Hanya Allahlah yang sempurna. Sebagaimana tercatat dalam bab tiga, Nabi Muhammad sendiri mengaku tidak sempurna (lihat juga Qs 40:45). Namun Alquran menyatakan Yesus tidak bercela; Ia kudus (Qs 19:19). Islam populer sering menghubungkan kesempurnaan dengan semua nabi, khususnya Muhammad. Pemikiran seperti itu tidak ada di dalam Alkitab. Mengejutkan sekali, bagi orang Islam sendiri, pemikiran seperti itu juga tidak didukung oleh Alquran. Hanya Yesuslah yang mempunyai status yang begitu tinggi dalam kitab yang diterima oleh Muhammad.

Sebutan-sebutan lain untuk Yesus di dalam Alquran adlah Hamba Allah(Qs 4:172), yang terutama di dunia ini dan yang akan datang (Qs 3:45), kemurahan Allah (Qs 19:21), Roh Allah (Qs 4:171), dan yang diangkat ke surga (Qs 3:55). Islam populer berbicara tentang Yesus sebagai hakim yang adil pada akhir zaman. Akan tetapi, rujukan itu ditemukan dalam Hadits (Shahih Bukhori 1090), bukan di dalam Alquran. Rujukan itu dan banyak lagi rujukan-rujukan lainnya yang tidak saya catat, menyatakan bahwa Yesus melakukan peranan yang unik, yang membuat Dia unggul di atas yang lain.

Tantangan bagi kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus: menolong orang Islam melihat hal itu dari Alquran. Mereka telah diajar oleh banyak orang untuk mengangap Yesus hanya sebagai salah satu nabi Allah. Mereka harus dipimpin oleh informasi ini sehingga dapat memandang Yesus sebagaimana yang diungkapkan sepenuhnya kepada kita di dalam Alkitab. Buku tipis yang mungkin dapat menolong orang Islam dalam hal itu adalah: Almasih: Ringkasan Kisah Nyata Nabi Isa (LLB,1994). Buku tipis itu memuat rujukan tentang Kristus yang ada di dalam Alquran dan menyajikan pengertian yang lebih lengkap tentang siap Yesus berdasarkan Alkitab. Paling baik, teman Muslim yang tertarik kepada Injil harus didorong untuk membaca Injilbersama seorang Kristen.

Tantangan-Tantangan dan Kemungkinan-Kemungkinan

Saya tidak bermaksud memberi kesan seolah-olah mudah bagi orang Kristen untuk membaca Alquran dan menjelaskan Injil dari dalamnya. Itu merupakan suatu tantangan berat. Sarjana-sarjana bahasa Arab dan ahli-ahli Alquran tidak selalu sepakat tentang arti berbagai ayat. Pengikut-pengikut Yesus harus sangat hati-hati menafsirkan Alquran. Beberapa ayat kelihatannya bertentangan dengan Injil.

Salah satu contoh pertentangan dikemukakan dalam Surah 4:157. Di sini dikatakan: Orang Yahudi menyangka bahwa mereka telah membunuh Yesus, padahal tidak; kelihatannya saja begitu. Hal itu menimbuylkan ajaran umum bahwa orang lainlah, Yudas atau Barabas, yang dibunuh menggantikan Yesus. Tidak semua orang Islam menerima pandangan itu. Saya diberitahu bahwa pembicara terkenal ahmed Deedat dari Afrika Selatan menerima fakta bahwa Yesus disalibkan. Dalam menanggapi Surah 4:157, orang Kristen dapat menunjukan bahwa Yesus sendiri berkata bahwa Dia memberikan hidup-Nya sebagai kurban. Bukan orang lain yang mengambil hidup-Nya (Yohanes 10:17-18). Orang-orang jahat menyangka bahwa mereka berhasil membunuh Yesus atas usaha mereka sendiri. Sebaliknya, tebusan bagi dosa-dosa umat manusia sesuai dengan rencana Allah.

Banyak orang Kristen merasa terusik hatinya karena Yesus disebut sebagai nabi di dalam alquran. Menurut mereka hal itu kelihatannya menyangkal peran-Nya sebagai juruselamat dan Tuhan. Tetapi benarkah begitu? Di dalam Alkitab, Yesus juga disebut sebagai nabi. Dia tidak menyangkal bahwa Dia adalah nabi (Yohanes 4:19). Kenyataannya, Dia menyebut diri-Nya sendiri nabi (Lukas 4:24). Pengikut-pengikut Yesus tahu bahwa Dia lebih dari seorang nabi. Dia Firman yang menjadi manusia, yang tinggal di tengah-tengah kita. Alquran sendiri penuh petunjuk bahwa Dia lebih dari nabi. Mari kita menekankan petunjuk-petunjuk itu yang telah kita lihat. Hendaknya kita juga ingat bahwa bagi orang Islam tidak ada gelar yang lebih tinggi daripada nabi. Mereka tidak bermaksud untuk bersikap tidak hormat kalau mereka menyebut Yesus sebagai nabi.

Karena tafsiran Alquran mungkin berbeda-beda, orang Islamlah, bukan orang Kristen, yang harus menunjukan bagaiman Alquran sampai dapat bertentangan dengan Injil. Allah tidak berubah pikiran seperti manusia. Kebenaran-Nya abadi. Bagaimana mungkin Allah yang sudah dengan begitu jelas mengungkapkan di dalam Alkitab bahwa Yesus mati disalibkan dan kemudian bangkit kembali, menyangkali pernyataan-Nya itu dalam Wahyu selanjutnya? Orang Islam seharusnya mengharapkan adanya kesamaan antara wahyu yang di dalam Alkitab dan yang di dalam Alquran. Karena Alkitab begitu jelas dan secra kronologis menyelidiki sejarah nabi-nabi, orang Islam seharusnya berusaha mencocokan tafsiran Alquran dengan kebenaran Alkitab. Pilihan yang lain bagi orang Islam: menyangkal bahwa Alkitab adalah firman Allah.

Alkitab adalah buku yang berisi kisah nyata yang menarik tentang bagaiman Allah berhubungan dengan umat manusia sejak permulaan zaman. Seorang anak dapat mengambil Alkitab dan membaca cerita-cerita tentang tokoh-tokoh iman. Alquran mempunyai cerita-cerita yang sama dan sangat menghormati nabi-nabi. Namun Alquran tidak memuat semua cerita tentang nabi-nabi. Beberapa nabi hanya dibicarakan secara singkat.

Orang yang menerima dan membaca Alkitab sebagai firman Allha menerima gambaran yang lengkap tentang nabi-nabi. Setiap cerita Alkitab merupakan bagian dari rangkaian rencana Allah bagi umat manusia. Setiap cerita menunjukan sifat Allah yang sebenarnya dan mempersiapkan pembaca bagi kedatanagn Juruselamat. Kalau seorang Islam sudah menjadi yakin bahwa wahyu Alkitab sungguh-sungguh berasal dari Allah, orang Kristen dapat mulai menyampaikan cerita-cerita tentang nabi-nabi dengannya. Karena cerita-cerita itu pada dasarnya memang menarik, dan karena orang Islam sudah mempunyai beberapa pengetahuan tentang cerita-cerita itu, maka cerita-cerita itu dapat dipakai untuk mempersiapkan mereka mendengar cerita yang lengkap dan tepat tentang mengapa Yesus datang ke dunia. Cerita-cerita tersebut membuat Injil menjadi jelas bagi orang muda maupun tua, bagi orang yang terdidik maupun yang buta huruf.

Ketika cerita-cerita itu disampaikan, perbedaan antara versi Alkitab dan beberapa kepercayaan tradisional Islam mungkin akan muncul. Salah satu contoh tentang hal itu: Cerita tentang Ibrahim yang hampir mengurbankan anaknya, Ishak (Kejadian 22:1-19). Banyak orang Islam percaya bahwa Ismaellah yang hampir dibunuh, bukannya Ishak. Saya belum menemukan pendapat itu di dalam Alquran. Meskipun demikian,kalau kita ditanya secara langsung mengenai perbedaan itu, kita tidak boleh ragu-ragu untuk menunjuk kepada Alkitab. Itu adalah cerita asli, tidak berubah, dan merupakan cerita yang diilhamkan Allah.

Cerita tentang pengurbanan Ibrahim dapat diceritakan dengan berbagai cara untuk menekankan berbagai kebenaran. Jika sasaran kita ialah menjelaskan tujuan pengurbanan secara lebih jelas, kita hanya perlu berbicara tentang 'putra Ibrahim. Dengan cara ini kita menhindari perdebatan yang sia-sia. Tetapi jika kita hendak memperlihatkan bagaimana Allah bekerja dalam sejarah untuk mencapai tujuan-Nya menebus umat manusia, mungkin kita harus menjelaskan bahwa Ishaklah yang menjadi anak perjanjian. Kesimpulannya: Mari kita menggunakan cerita-cerita umum ini sesering mungkin untuk menunjukkan kebenaran Alkitab kepada teman-teman Muslim kita.

Hal-hal yang harus diingat:

1. Ada banyak jembatan pengertian antara Alquran dan Alkitab. Pakailah jembatan-jembatan ini untuk memimpin mereka kepada Kristus.

2. Menurut Alquran dan Muhammad, Alkitab adalah firman Allah yang diwahyukan dan yang tidak dapat diubah.

3. Orang Kristen bukan kafir; sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang berserah kepada Allah.

4. Dalam Alquran, Isa Almasih juga lebih dari nabi.

5. Rujukan-rujukan kepada nabi-nabi alkitabuah di dalam Alquran dapat membuka kesempatan bagi kita untuk menyampaikan cerita-cerita dari Alkitab.

BAB ENAM :

JAWABAN ATAS BERBAGAI

KEBERATAN

Musuh kita, Iblis, adalah pembohong dan pembuat kebingungan. Dia memakai setengah kebenaran untuk membingungkan orang-orang tentang siapa Yesus dan mengapa Dia datang. Ada beberapa bidang penting di mana Iblis telah menaburkan kesalahpahaman antara orang Islam dan orang Kristen. Dalam bab ini akan disajikan beberapa jawaban sederhana atas tuduhan-tuduhan yang sudah biasa sekali terdengar. Jawaban-jawaban ini sederhana sehingga kita masing-masing dapat mengingatnya sewaktu membicarakan hal ini dengan teman-teman Muslim kita. Jawaban-jawaban ini juga sderhana karena kebanyakan pertanyaan-pertanyaan itu juga tidak terlalu sulit untuk dijawab.

Benar atau Palsu

Tanpa firman Allah, yaitu Alkitab, apakah kita akan tahu tentang kebenaran Injil? Tidak banyak. Karena itu tidak mengherankan kalau musuh iman kita dengan gencar menyerang firman Allah lebih dahulu. Pendapat yang sudah biasa terdengar dari orang-orang Islam ialah: Alkitab telah dipalsukan. Mereka percaya bahwa firman Allah yang asli itu memang diwahyukan, tetapi kemudian firman itu sudah menjadi tidak asli lagi. Menurut mereka tidak lagi Taurat, Zabur dan Injil yang asli. Karena mempercayai bahwa Alkitab sudah tidak asli lagi, maka ajaran apapun yang ditemukan di dalamnya yang tidak sesuai dengan tradisi Islam populer, tidak dipercayai oleh mereka. Jika Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, sedangkan Alquran kelihatannya mengatakan yang kebalikannya, maka di mata orang-orang Islam, Alkitablah yang keliru. Hal tersebut malah memperteguh perkiraan mereka bahwa Alkitab memang sudah tidak asli lagi. Anggapan seperti itu perlu diteliti ulang.

Sebagaimana telah kita lihat, Nabi Muhammad sendiri memandang bahwa Alkit