Sebuah Pengantar Dari Fendi -...
Transcript of Sebuah Pengantar Dari Fendi -...
Sebuah Pengantar Dari Fendi
Dua tahun, sejak aktif di LDK MKMI, saya
merasa tuhan memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengenal orang-orang baik, hebat, dan memiliki
impian berbagi banyak hal tentang kebaikan. Mereka
berbagi cerita-cerita penuh motivasi saat saya menjadi
bagian di Lembaga Dakwah Kampus itu. Mendengarkan
kalimat-kalimat mereka, seperti menanamkan harapan
hidup dan cita-cita mulia agar iman senantiasa kuat
tertanam di hati.
Dua tahun, merupakan waktu yang sebentar
tetapi sangat berkesan. Itulah mengapa dari tahun ke
tahun nanti, saya selalu merindukan sahabat-sahabat
seperti mereka di dalam kehidupan saya ini. Sahabat
yang memberi motivasi, harapan serta kebersamaan.
Sebagai sebuah kenangan, saya ingin mengabadikan
cerita-cerita saya bersama mereka, hingga dari tahun ke
tahun bisa saya kunjungi dan saya ingat kembali melalui
berlembar-lembar dalam tulisan ini. Hal terindah,
sahabat saya itu seringkali bercerita mengenai indahnya
2
menjaga iman, terutama jika keimanan dipelihara
sebagai pengokoh dalam mewujudkan impian dan juga
jalannya sebuah perubahan. Saya tertegun
mendengarnya. Indah dan meneguhkan hati.
Di luar itu, banyak juga yang berkomentar sinis
mengenai mereka, namun juga banyak yang memuji
sikap mereka. Itulah dinamika hidup. Yang satu memuji
yang satu mengutuknya. Suatu ketika ada teman yang
bertanya“ kenapa anak LDK suka mengaji, tidak mau
bersalaman dengan lawan jenis, dan prestasi-prestasi
terlihat mengagumkan.” Mendengarkan pertanyaan
itu, saya memilih diam tidak menjawab. Saya takut
mereka nanti kecewa kalau menemukan Aktivis
Dakwah Kampus ternyata misalnya tiba-tiba berubah
pacaran atau suka berjabat tangan. Tetapi, berhari-hari
kemudian, saya benar-benar menemukan, sahabat-
sahabat saya yang tidak mau berjabat tangan dengan
perempuan. Mereka juga mampu mencerminkah
pribadi-pribadi luhur, dan seringkali memberikan
kesejukan dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya.
Jika kelak ada anak LDK yang tidak seperti itu,
3
barangkali saya boleh menyebutnya ia bukan Aktivis
Dakwah Kampus tapi hanya mengenal LDK. Itulah
pendapat saya, saya lebih suka pendapat ini benar.
“Seorang aktivis LDK yang mengerti fungsi dan
kehadiran LDK akan belajar untuk menjadi pribadi-
pribadi hebat dan berprestasi, sebab aktif di LDK bukan
sekadar label bagi seseorang untuk mendapatkan
sebutan anak sholeh atau sholehah tetapi aktif di LDK
adalah pembelajaran keislaman untuk diaktualisasikan
dalam dinamika kehidupan kampus yang terkadang
bebas, serta tempat berkumpulnya banyak pemikiran.
Untuk itu, seorang aktivis dakwah kampus harus
memiliki semangat yang kuat. Semangat belajar yang
tinggi serta semangat belajar berorganisasi yang sehat.
“Setiap aktivis atau kader LDK seharusnya secara
inherent ada di dalam dirinya etos atau semangat
excellent, bahwa dirinya adalah orang yang harus unggul
daripada yang lain”
Kalimat Shofwan Al-Banna diatas saya kutip dari
isi buku “ 100% LDK itu keren” karya Agung Wijaya Mitra
Alam, seorang aktivis dakwah kampus Gmais ITB. Dan
4
inilah salah satu bukti mengapa aktivis LDK sampai saat
menjadi icon dari contoh prestasi-prestasi besar yang
diraih oleh mahasiswa-mahasiswa di berbagai kampus
besar semisal Salam UI, Al-Hurriyah IPB, Gmais ITB,
Jama’ah Shalahuddin UGM, UKMKI UNAIR dan
Birohmah UNILA dan JMMI ITS bahkan LDK MKMI
Universitas Trunojoyo Madura sendiri hingga beberapa
kampus lainnya. Mereka mampu merepresentasikan
LDK dalam diri mereka sendiri sebagai icon dari
dinamika perubahan kampus serta kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan.
Dan, sebelum saya aktif di LDK, saya terharu
saat melihat sederet prestasi dan kepribadiaan
seseorang yang saya temui beberapa bulan sebelum
saya menjadi mahasiswa, seorang kakak tingkat yang
pernah jadi finalis pemilihan mahasiswa berprestasi
(mawapres) tingkat nasional DIKTI 2009. Orang itulah
memperkenalkan betapa indahnya menjadi anak LDK,
sehingga dari saran-saran dan prestasi-prestasi besar
itulah, saya tertarik dan ingin meniru untuk berprestasi,
5
seperti kakak tingkat itu. (Mas Ach. Fawaid Al-Afqoni,
terima kasih !)
Besar harapan dari sehimpun esai kisah-kisah
inspiratif yang ditulis di buku ini menjadi catatan
penting untuk bahan motivasi ibadah dan menambah
rentetan prestasi dan semangat para aktivis LDK (serta
berjuang demi menghasilkan prestasi akademik, ibadah,
sebagai aktivis dakwah kampus) untuk berjuang
merubah dinamika kampus agar menjadi lahan kebaikan
dalam meraih cita-cita dan mencetak generasi hebat
bangsa. Dengan ijin-Nya, kita akan bisa melakukannya.
Fendi, 4 Februari 2013
Kadept. Pers dan IT MKMI
6
Lembar Persembahan
Kisah-kisah ini, saya tuliskan untuk anak muda,
yang terasing saat menemukan kebaikan
Dan berusaha membuang yang samar-samar
sehingga menjadi titik terang dalam pikiran dan
pergerakan
7
Lelaki Itu Bernama Ja’par
Oleh : Fendi
Kenapa ya? Setiap orang berbeda dan unik
terkadang selalu saja memberikan kenangan kepada
orang lain, termasuk kepada saya sendiri. Bagi saya,
seolah hal-hal berbeda selalu menciptakan kepribadian
yang unik dan menarik bahkan bisa saja untuk
diteladani.
Dua tahun yang lalu. Saya dipertemukan dengan
seseorang yang hobinya suka melihat video robot. Ia
seringkali senyum-senyum sendiri ketika melihat robot-
robot bergerak dan mengangkat benda-benda
disekitarnya dan sesekali orang ini berseru,
“ Subhanallah, hebat benar robot ciptaan Pens-ITS ini!”
Wajarlah, ia sendiri sudah pernah ikut kontes robotik
tingkat nasional. Sayangnya, saya tidak suka dunia
robot, jadi tidak begitu apresiatif dengan hobinya itu.
Namun anehnya, lelaki yang suka dengan robot
ini kemudian meninggalkan kebiasaannya itu. Ia
sekarang tak lagi saya temukan menelungkupkan
8
badannya di depan laptop untuk melihat robot-robot.
Namun, ia lebih sering membaca Al-Quran. Seolah Al-
Quran bagi dia itu adalah nyawa baru bagi hidupnya.
Pernah saya tanyakan, “ Eh, kenapa ant sekarang sudah
jarang membicarakan robot ya?”
“Saya hanya ingin aktif di dakwah saja. Ya,
hidup memang butuh keseimbangan antara dunia dan
akhirat,” ucapnya datar.
Kami pun bertambah akrab setelah sama-sama
jadi remaja masjid kampus dua bulan yang lalu. Lelaki
itu bernama Ja’par, ia ketua remas (remaja masjid)
Nurur Rahman Universitas Trunojoyo Madura. Saya
tahu, ia suka membaca Al-Quran dimana saja, kecuali
(maaf) tempat pembuangan muatan perut. Hal itu, saya
ketahui setelah kami ikut FSLDKN ke Bandung beberapa
bulan yang lalu, dan temu FSLDK ISIP ke Jogja, di saat ia
mau menghadiri kegiatan di UGM kami terbiasa naik
kereta api bersama-sama. Saya temukan ia masih saja
tetap mengaji di gerbong kereta api yang sudah
berjalan itu. Dan sebagai fakta : setiap ada acara FSLDK
Puskomda Surabaya, ia seringkali naik kapal laut ke
9
Madura. Ia masih saja membaca Al-Quran. Seolah ia
telah membuat dirinya menjadi robot yang suka
membaca Al-Quran.
Rasa berbeda dan keunikan dari lelaki bernama
Ja’par ini, saya dapatkan ketika suatu waktu, seseorang
perempuan memberi pernyataan, “Penyampaian mas
Ja’par bagus ya.” Saya hanya menanggapi, “Iya,
bagus,” jawab saya pendek. Saya akhirnya tahu
perempuan ini memiliki keseriusan untuk bertanya
banyak hal mengenai Ja’par. Itu dulu. Saat saya tidak
perduli dengan urusan cinta dan apapun yang berkaitan
dengannya. Jadi, saya lebih suka tidak memberikan
tanggapan apapun ketika ia kerapkali membicarakan
apapun terkait dengan Ja’par juga dengan cinta-cinta
semunya itu.
Ja’par yang pernah saya kenal memang tidak
suka membahas wanita, bahkan ia pernah memberi
nasehat penting, inti nasehatnya seperti ini, “
Dekatkanlah hatimu dengan Al-Quran biar pendamping
kita nanti seperti Al-Quran yang menyejukkan dan bisa
menjadi teman abadi kelak.”
10
27 Januari yang lalu, seorang wanita berbeda
dari wanita sebelumnya, mengutarakan perihal yang
sama mengenai ketertarikannya kepada Ja’par dengan
bercerita kepada saya. Ia bilang seperti ini, “ Aku kagum
kepada dia, karena zaman sekarang ini jarang loh, ada
lelaki seperti itu.”
Saya pun berfikir, buat apa sih melayani
pertanyaan demi pertanyaan seperti itu, namun
berhubung pertimbangan bahwa menjadi teman yang
baik itu penting. Saya fikir, saya penting untuk
menanggapi dia. Seorang Penyair, bernama A’yat
Safrana G. Khalili, teman saya waktu SMA memberi
buku berjudul The Power Of Love sebagai hadiah dan
kenangan, yang di dalam dijelaskan bahwa cinta bisa
menggerakkan orang kurang baik jadi baik. Orang
lemah bisa jadi kuat. Saya berharap, ia bisa lebih baik
dengan memimpikan lelaki yag baik. Dan, kayaknya saya
tahu perihal bahagianya seseorang ketika orang yang
didambakannya ia ketahui sedikit sebagai sumber untuk
mengenalnya. Maka, ketika perempuan itu bertanya,
saya langsung saja berkata, “ Ia orangnya baik, suka
11
membaca Al-Quran, suka menikmati robot-robot, tapi
dulu. Sekarang sudah tidak lagi.” Jawab saya dengan
nada pelan.
Dan juga, soalnya perempuan ini tahu mengenai
Ja’par sampai hal-hal yang detail, semisal yang ia
tanyakan kepada saya ini, “Dia itu aliran apa ya, kok
kalau pakai celana selalu di atas tumit. Terlepas
mengikuti kebiasaan nabi Muhammad saw,” Ya, tentu
saja saya tidak bisa menjawab untuk itu.
“Emm, kenapa sih harus bertanya Ja’par?
Kenapa tidak bertanya yang lain saja. Kira-kira sejak
kapan kenal Ja’par?” Tanya saya.
“Iya, sejak semester dua aku sudah kagum ke
dia, terutama saat-saat ia menyampaikan materi
tentang Kopma, gaya dia berbicara, dan tanpa sengaja
pula, aku sering melihatnya di masjid baca Al-Quran,
sholat jama’ah, jadi imam juga. Tidak tahu ya, kenapa
aku pengen punya imam kayak dia.” Kata dia kemudian
kepada saya.
Kata “aku pengen punya imam kayak dia”
barangkali kata yang pas dan menarik. Saya baru tahu,
12
bahwa Ja’par kawanku itu juga diminati seseorang.
Saya kira, tak ada yang tertarik kepadanya karena ia
selalu saja sibuk dengan urusannya : organisasi, ngaji,
dan tentu juga kuliah.
Kepada si wanita itu, saya berkata, “Eh, lelaki
yang baik untuk wanita yang baik, dan saya kira Ja’par
adalah orang baik.” Sampai hari ini, saya tidak akan
pernah menceritakan ini kepada Ja’par karena pasti ia
akan tersenyum bertanda ia tidak suka aku
membicarakan itu. Ah, betapa uniknya kawan saya ini.
Di saat yang lain begitu senang dipuji seorang wanita, ia
malah ilfil dan bahkan tidak begitu tertarik dengan itu.
Tapi kemudian saya tahu, bahwa Ja’par punya motto
yang berbeda, “Jika tiba waktunya, maka bidadari yang
Allah persiapkan akan turun kepada kita, sebelum ia
datang, persiapkan diri kita untuk memperbaiki diri, biar
bidadri itu tidak lari, sebab bidadari hanya suka hal-hal
yang indah.” Begitulah yang saya tahu, saya harap
pernyatan ini tidak salah.
Tentu saja, bidadari itu datang melalui
singgasana pelaminan. Seperti buku serial cinta yang
13
ditulis M. Anis Matta, saya mendapati sebuah tulisan
“Cinta Bersemi di Pelaminan”, bahwa begitu peluang
menuju pelaminan tertutup, semua cinta itu harus
diakhiri. Hanya di sana cinta yang absah untuk tumbuh
bersemi : di singgasana pelaminan.
Mungkin bagi Ja’par, berbicara tentang wanita
yang bukan bidadari yang akan diturunkan kepada
dirinya, hanya akan membuahkan rasa penyesalan,
kedzaliman, dan juga rasa sakit hati. Mungkin itu
pulalah yang membuat saya berfikir, kenapa begitu
banyak pemuda-pemudi seusia saya begitu tak
diragukan lagi semangatnya untuk menjalin
hubungan dengan lawan jenis. Karena mereka tidak
mengenal secara matang arti singgasana pelaminan
dalam sebuah hubungan. Sebuah hubungan yang
sebenarnya diniatkan untuk terus menjalani hidup
bersama-sama dengan seseorang yang telah jadi
pendamping kita hingga akhir usia berakhir.
Ketidakmampuan itu, akan membuat fenomena
pacaran semakin saja menarik untuk dilakukan. Saya tak
perlu mengutuk tindakan mereka, karena berpacaran
14
itu indah bagi orang-orang yang merasakannya
termasuk kisah-kisah yang selalu mereka kenang dari
pacaran tersebut. Saya harap pendapat saya ini benar.
Tapi saya tidak keberatan pendapat ini kemudian keliru.
Namun, M. Anis Matta kembali menegaskan
bahwa “Itu (pacaran) derita panjang dari sebuah cinta
yang tumbuh dilahan yang salah.” Saya seringkali
mendengar sebagian orang menangis semalaman
suntuk karena diputus cintanya oleh pacarnya, sisanya
ada yang sampai bunuh diri, entah meloncat dari
gedung tinggi, atau meminum racun tikus.
Pacaran adalah ibarat menanam cinta dilahan
yang salah, sebab hubungan ini seringkali kandas di saat
cinta mereka bersemi namun tidak bisa bertahan untuk
waktu panjang seperti yang kerapkali mereka impikan.
Pacaran, ibarat menanam cinta dilahan yang salah.
Setidaknya, ia telah merampas seseorang yang
ditakdirkan untuk orang lain untuk kebutuhan dirinya
sendiri, entah kebutuhan nafsu, kenangan dan keegoan
orang itu sendiri. Akibatnya, derita cinta selalu saja
memberikan kehidupan yang kurang menyenangkan.
15
Kepada si perempuan itu, saya katakan lagi, “
jika ingin berta’aruf dengan Ja’par, boleh saja, tapi
perbaiki diri kamu dulu, sikapnya dan juga
kepribadiaanmu. Sebab, lelaki yang baik, akan jadi imam
buat perempuan-perempuan yang baik”. Saran saya ini,
“sebenarnya agar ia belajar mencintai seseorang ketika
ia sudah sepadam nilai kebaikan dan juga nilai cita-cita
seperti orang yang ia cintai, termasuk nilai untuk
merubah diri, sebab cinta yang lahir tanpa niatan untuk
merubah diri, adalah cinta yang ujung-ujungnya
bermuatan nafsu.” Kata saya dalam hati.
Ya, sekali lagi, sayangnya ia mengagumi Ja’par.
Seandainya, ia mengagumi lelaki di luar itu, segera
salam yang ia sampaikan akan saya utarakan dengan
bahasa yang mendayu-dayu, tapi Ja’par lelaki khusyu’
itu tidak akan pernah tertarik dengan tema-tema cinta,
makanya tidak pernah saya utarakan hingga saat ini.
Meskipun buku-buku cinta saya hampir penuh satu
lemari, beserta serial pernikahan, Ja’par tidak juga
membaca satupun perihal itu. Seharusnya sebagai
teman kamar, ia suka untuk itu, tapi ia hanya suka
16
mengambil buku “zero to hero” karya Sholihin
Izzuddin. Ah, betapa uniknya kawan saya ini, tapi
inilah kepribadian seorang lelaki matang dalam
memahami dunia cinta yang terkadang menjerumuskan
dan melenakan diri. Ini pelajaran untukku, bagaimana
untukmu?
17
Tentang Afzal, Sahabat LDK ku
Oleh : Fendi
Afzal, remaja seusiaku yang aku kenal dua tahun
yang lalu itu, sekarang menjadi ketua umum LDK MKMI
tahun ini. Ia kukenal pada sebuah pagi ketika ia
melempar bola kepadaku pada sebuah game
perkenalan di UKM MKMI. Tepatnya pada suatu
kegiatan riyadah Malam Bina Iman dan Taqwa yang
populer disingkat MABIT. Pagi itu, ia berdiri di depanku
sambil melempar bola. Aku harus menceritakan kenapa
ia melempar bola kepadaku waktu itu. Ceritanya begini,
sesuai instruksi dari seniorku, siapa yang mendapat
lemparan bola dari kawannya di game itu, ia harus
menceritakan kembali dengan ungkapan seperti ini,
“aku terima bola ini dari sahabatku, bernama si A dan
perkenalkan juga namaku si B,“ saat itu aku masih
semester satu.”
Sesuai anjuran, maka si Afzal yang kedapatan
bola pertama kali lalu melempar kepadaku. Mungkin
karena sama-sama memakai kacamata sehingga ia
reflek melempar bola kepadaku, dan jelas aku harus
18
menyebutkan nama orang yang melempar bola ini,
“Alhamdulillah, aku mendapat bola dari Afzal Farid
Alfahmi, dan sekarang aku ingin memperkenalkan diri,
namaku Ahmad Fendi jurusan teknik kemasyarakatan.”
Ujarku. Semua teman-teman tertawa, kenapa?
Mungkin, mereka tertawa ketika aku menyebutkan
berasal dari jurusan teknik kemasyarakatan. Padahal di
kampusku ini tidak ada jurusan semacam itu.
Seharusnya aku menyebutkan bahwa aku dari jurusan
sosiologi. Tetapi itulah diriku yang sering mencari hal-
hal berbeda di dunia ini.
Afzal, sahabat LDK ku ini selalu saja menggodaku
untuk sekadar berbagi menuliskan sesuatu tentang
dirinya. Ia adalah pemuda baik, santun dan kerapkali
aku menemukannya mengaji di masjid kampus
sendirian. Bahkan, ia seringkali adzan di masjid kampus,
sewaktu aku masih jadi remaja masjid. Dan untuk
menulis Afzal ini, dikarenakan aku pernah
mendengarkan ia berkata seperti ini, “Jika aku percaya
kepada Allah, maka aku selalu saja berhasil.” Aku terdiam
sejenak. Untuk mengingat bahwa jauh-jauh hari
19
sebelum itu, Shofwan Al-Banna, mengirim nasehat
untuk berprestasi bahwa “Setiap orang bisa menjadi
yang terbaik. Asalkan percaya kepada Allah dan percaya
diri.”
Kata-kata Afzal sahabat LDK ku ini, “Jika aku
percaya kepada Allah, aku selalu saja berhasil,” benar-
benar inspiratif. Aku tidak tahu, apakah kata-kata yang
sempat aku dengarkan itu. Afzal lebih dimudahkan
dalam meraih beasiswa Beswan Djarum Plus tahun 2013
ini. Dan mungkin saja karena kata-kata itu, ia lebih
mudah menjadi ketua pelaksana berbagai kegiatan di
LDK MKMI salah satunya di SEMUT (Senyum
Mahasiswa) UTM 2012. Dan sungguh aku juga tidak tahu
apakah kata-kata serupa kemudian mengantarkan ia
terpilih ketua umum LDK MKMI untuk periode 2013 ini.
Aku masih saja merenung, untuk membenarkan
bahwa percaya kepada Allah dan segala kekuatan-Nya
membuat kita lebih mudah berhasil dalam kehidupan
ini. Dan saatnya, aku mengingat kembali akan shirah
Nabi Muhammad yang ditulis Muhammad Husein
Haikal, ilmuwan besar jebolan Al-Azhar, Cairo Mesir ini
20
pernah menuliskan bahwa perjuangan Nabi Saw tidak
akan berhasil tanpa nabi itu percaya akan kekuatan
Allah yang selalu menyertai perjuangan dan juga
memberi bantuan untuk memenangkannya. Perang
Badar yang dahsyat itu, adalah bukti bahwa kebenaran
dan kepercayaan akan kekuatan Allah adalah awal dari
kemenangan. Dengan pasukan yang tidak sebanding
dengan pasukan musuh, Rasulullah mampu memenangi
Perang Badar ini dengan telak. Kaum muslim pun mulai
disegani setelah itu dan nama Allah diagung-agungkan,
dan keimanan para sahabat nabi semakin bertambah
dahsyat. Para malaikat yang barangkali membantu
memenangkan perang badar ini, juga bersujud memuji
kepada Allah karena berhasil membantu umat muslim
berhasil mengalahkan musuh. Hal, serupa juga dialami
oleh Nabi Musa ketika dikejar Fir’aun sampai ke Laut
Merah, kalau sekiranya Nabi Musa tidak percaya akan
kekuatan Allah, ia tidak akan bisa membelah laut merah
dengan tongkatnya. Sehingga ia bisa selamat dari
kejaran Fir’aun dan tentaranya. Hingga Fir’aun sendiri
21
mati di Laut Merah setelah laut itu menyatu kembali
sesampainya Nabi Musa dan pengikutnya di tepi pantai.
Afzal, kata-katamu sungguh inspiratif. Selagi
dunia ini masih belum runtuh dan Desember berlalu
berganti bulan Januari, kita harus berusaha untuk
mendekat kepada-Nya, melebihi kedekatan kita kepada
mahluk Allah yang lain, termasuk wanita elok ciptaan
tuhan itu sendiri. Kenapa? Agar kita dimudahkan lebih
untuk berhasil di dalam kehidupan ini.
Dan kita juga harus selalu ingat, “Jika Allah
menolong kita, maka tak ada yang akan mampu
mengalahkan kita.” Takbir !!! Allahu Akbar !