Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

7

Click here to load reader

Transcript of Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

Page 1: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun NajibDipublikasi pada Friday, 17 September 2004 oleh ephi

Di Zawiyyah Sebuah Masjid Sesudah shalat malam bersama, beberapa santriyangbesok pagi diperkenankan pulang kembali ke tengah masyarakatnya,dikumpulkanoleh Pak Kiai di zawiyyah sebuah masjid.

Seperti biasanya, Pak Kiai bukannya hendak memberi bekal terakhir,melainkanmenyodorkan pertanyaan-pertanyaan khusus, yang sebisa mungkin belumusahterdengar dulu oleh para santri lain yang masihbelajar di pesantren."Agar manusia di muka bumi ini memiliki alat dan cara untuk selamatkembalike Tuhannya," berkata Pak Kiai kepada santri pertama, "apa yang Allahberikan kepada manusia selain alam dan diri manusia sendiri?""Agama," jawab santri pertama."Berapa jumlahnya?""Satu.""Tidak dua atau tiga?""Allah tak pernah menyebut agama atau nama agama selain yang satu itu,sebabmemang mustahil dan mubazir bagi Allah yang tunggal untuk memberikanlebihdari satu macam tuntunan."

**

Kepada santri kedua Pak Kiai bertanya, "Apa nama agama yang dimaksudkanolehtemanmu itu?""Islam.""Sejak kapan Allah mengajarkan Islam kepada manusia?""Sejak Ia mengajari Adam nama benda-benda.""Kenapa kau katakan demikian?""Sebab Islam berlaku sejak awal mula sejarah manusia dituntun. Allahsangatadil. Setiap manusia yang lahir di dunia, sejak Adam hingga akhirzaman,disediakan baginya sinar Islam.""Kalau demikian, seorang Muslimkah Adam?""Benar, Kiai. Adam adalah Muslim pertama dalam sejarah umat manusia."

**

Pak Kiai beralih kepada santri ketiga. "Allah mengajari Adam namabenda-benda," katanya, "bahasa apa yang digunakan?"Dijawab oleh santri ketiga, "Bahasa sumber yang kemudian dikenalsebagaibahasa Al-Qur'an.""Bagaimana membuktikan hal itu?"

Page 2: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

"Para sejarahwan bahasa dan para ilmuwan lain harus bekerja sama untukmembuktikannya. Tapi besar kemungkinan mereka takkan punya metodeilmiah,juga tak akan memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. Manusia telahdiseretoleh perjalanan waktu yang sampai amat jauh sehingga dalam kebanyakanhalmereka buta sama sekali terhadap masa silam.""Lantas bagaimana mengatasi kebuntuan itu?"

"Pertama dengan keyakinan iman. Kedua dengan kepercayaan terhadaptanda-tanda yang terdapat dalam kehendak Allah.""Maksudmu, Nak?""Allah memerintahkan manusia bersembahyang dalam bahasa Al-Qur'an Olehkarena sifat Islam adalah rahmatan lil 'alamin, berlaku universalsecararuang maupun waktu, maka tentulah itu petunjuk bahwa bahasa yang kitagunakan untuk shalat adalah bahasa yang memang relevan terhadap seluruhbangsa manusia. Misalnya, karena memang bahasa Al-Qur'anlah yangmerupakanakar, sekaligus puncak dari semua bahasa yang ada di muka bumi."

**

"Temanmu tadi mengatakan," berkata Pak Kiai selanjutnya kepada santrikeempat, "bahwa Allah hanya menurunkan satu agama. Bagaimana engkaumenjelaskan hal itu?"

"Agama Islam dihadirkan sebagaimana bayi dilahirkan," jawab santrikeempat,"Tidak langsung dewasa, tua atau matang, melainkan melalui tahap-tahapatauproses pertumbuhan."

"Apa jawabmu terhadap pertanyaan tentang adanya berbagai agama selainIslam?""Itu anggapan kebudayaan atau anggapan politik bukan anggapan akidah.""Apakah itu berarti engkau tak mengakui eksistensi agama-agama lain?""Aku mengakui nilai-nilai yang termuat dalam yang disebut agama-agamaitu --sebelum dimanipulasikan-- sebab nilai-nilai itu adalah Islam juaadanya pada tahap tertentu, yakni sebelum disermpurnakan oleh AllahmelaluiMuhammad rasul pamungkasNya. Bahwa kemudian berita-berita Islam sebelumMuhammad itu dilembagakan menjadi sesuatu yang disebutagama --dengan, ternyata, berbagai penyesuaian, penambahan ataupengurangan-- sebenarnya yang terjadi adalah pengorganisasian. Itubukanagama Allah, melainkan rekayasa manusia."

**

Pak Kiai menatapkan matanya tajam-tajam ke wajah santri kelima sambilbertanya, "Agama apakah yang dipeluk oleh orang-orang beriman sebelumMuhammad?""Islam, Kiai.""Apa agama Ibrahim?""Islam."

Page 3: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

"Apa agama Musa?""Islam.""Dan agama Isa?""Islam.""Sudah bernama Islamkah ketika itu?"

"Tidak mungkin, demikian kemauan Allah, ada nama atau kata selain Islamyangsanggup mewakili kandungan-kandungan nilai petunjuk Allah. Islam dankandungannya tak bisa dipisahkan, sebagaimana api dengan panas atau esdengan dingin. Karena ia Islam, maka demikianlah kandungan nilainya.Karenademikian kandungan nilainya, maka Islamlah namanya. Itu berlaku baiktatkalapengetahuan manusia telah mengenalIslam atau belum."

**

"Maka apakah gerangan arti yang paling inti dari Islam?" Pak Kiailangsungmenggeser pertanyaan kepada santri keenam."Membebaskan," jawab santri itu."Pakailah kata yang lebih memuat kelembutan!""Menyelematkan, Kiai.""Siapa yang menyelamatkan, siapa yang diselamatkan, serta dari apa danmenuju apa proses penyelamatan atau pembebasan itu dilakukan?"

"Allah menyelamatkan manusia, diaparati oleh para khulafa' atasbimbinganpara awliya dan anbiya. Adapun sumber dan tujuannya ialah membebaskanmanusia dari kemungkinan tak selamat kembali ke Allah. Manusia berasaldariAllah dan sepenuhnya milik Allah, sehingga Islam --sistem nilai hasilkaryaAllah yang dahsyat itu-- dimaksudkan untuk membebaskan manusia daricengkeraman sesuatu yang bukan Allah.""Apa sebab agama anugerah Allah itu tak bernama Salam, misalnya?""Salam ialah keselamatan atau kebebasan. Itu kata benda. Sesuatu yangsudahjadi dan tertentu. Sedangkan Islam itu kata kerja. Berislam ialahberamal,berupaya, merekayasa segala sesuatu dalam kehidupan ini agar membawamanusiakepada keselamatan di sisi Allah."

**

Pak Kiai menuding santri ketujuh, "Tidakkah Islam bermakna kepasrahan?""Benar, Kiai," jawabnya, "Islam ialah memasrahkan diri kepada kehendakAllah. Arti memasrahkan diri kepada kehendak Allah ialah memerangisegalakehendak yang bertentangan dengan kehendak Allah.""Bagaimana manusia mengerti ini kehendak Allah atau bukan?""Dengan memedomani ayat-ayatNya, baik yang berupa kalimat-kalimat sucimaupun yang terdapata dalam diri manusia, di alam semesta, maupun disetiap

Page 4: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

gejala kehidupan dan sejarah. Oleh karena itu Islam adalahtawaranpencarianyang tak ada hentinya.""Kenapa sangat banyak orang yang salah mengartikan makna pasrah?"

"Karena manusia cenderung malas mengembangkan pengetahuan tentangkehendakAllah. Bahkan manusia makin tidak peka terhadap tanda-tanda kehadiranAllahdi dalam kehidupan mereka. Bahkan tak sedikit di antara orang-orangyangrajin bersembahyang, sebenarnya tidak makin tinggi pengenalan merekaterhadap kehendak Allah. Mereka makin terasing dari situasi karibdengankemesraan Allah. Hasilnya adalah keterasingan dari diri mereka sendiri.Tetapi alhamdulillah, situasi terasing dan buntu yang terjadi padaperadabanmutakhir manusia, justru merupakan awal dari proses masuknya umatmanusiaperlahan-lahan ke dalam cahaya Islam. Sebab di dalam kegelapanlahmanusiamenjadi mengerti makna cahaya."

**

"Cahaya Islam. Apa itu gerangan?"Santri ke delapan menjawab, "Pertama-tama ialah ilmu pengeahuan. Adamdiajari nama benda-benda. Itulah awal mula pendidikan kecendekiaan,yangkelak direkonstruksi oleh wahyu pertama Allah kepada Muhammad, yakniiqra'.Itulah cahaya Islam, sebab agama itu dianugerahkan kepada makhluktertinggiyang berpikiran dan berakal budi yang bernama manusia.""Pemikiranmu lumayan," sahut Pak Kiai, "Cahaya Islam tentunya tak dapatdihitung jumlahnya serta tak dapat diukur keluasan dan ketinggiannya:kitamemerlukan tinta yang ditimba dari tujuh lautan lebih untuk itu.Bersediakahengkau kutanyai barang satu dua di antara kilatan-kilatan cahayamahacahayaitu?""Ya, Kiai.""Sesudah engkau sebut Adam, apa yang kau peroleh dari Idris?""Dinihari rekayasa teknologi.""Dari Nuh?""Keingkaran terhadap ilmu dan kewenangan Allah.""Hud?""Kebangunan kembali menuju salah satu puncak peradaban dan teknologicanggih.""Baik. Tak akan kubawa kau berhenti di setiap terminal. Tetapijawablah:pada Ibrahim, terminal Islam apakah yang engkau temui?"

"Rekonstruksi tauhid, melalui metode penelitian yang lebih memeraspikirandan pengalaman secara lebih detil."

Page 5: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

"Pada Ismail?""Pengurbanan dan keikhlasan.""Ayyub?""Ketahanan dan kesabaran.""Dawud?""Tangis, perjuangan dan keberanian.""Sulaiman?""Ke-waskita-an, kemenangan terhadap kemegahan benda, kesetiaan ekologisdankeadilan.""Sekarang sebutkan yang engkau peroleh dari Musa!""Keteguhan, ketegasan haq, ilmu perjuangan politik, tapi juga kedunguandalam kepandaian.""Dari Zakaria?""Dzikir.""Isa?""Kelembutan cinta kasih, alam getaran hub.""Adapun dari Muhammad, anakku?""Kematangan, kesempurnaan, ilmu manajemen dari semua unsur cahaya yangdibawa oleh para perutusan Allah sebelumnya."

**

Akhirnya tiba kepada santri kesembilan. "Di tahap cahaya Islam yangmanakahkehidupan dewasa ini?"

"Tak menentu, Kiai," jawab sanri terakhir itu, "Terkadang, atau bahkanamatsering, kami adalah Adam yang sembrono dan nekad makan buah khuldi. Disaatlain kami adalah Ayyub --tetapi-- yang kalah oleh sakit berkepanjangandanputus asa oleh perolehan yang amat sedikit. Sebagian kami memperolehjabatanseperti Yusuf tapi tak kami sertakan keadilan dan kebijakannya;sebagianlain malah menjadi Yusuf yang dicampakkan ke dalam sumur tanpa ada yangmengambilnya. Ada jugagolongan dari kami yang telah dengan gagahnya membawa kapak bagaiIbrahim,tapi sebelum tiba di gudang berhala, malah berbelok mengerjakan sawah-sawahFir'aun atau membelah kayu-kayu untuk pembangunan istana diktator itu."

Pak Kiai tersenyum, dan santri itu meneruskan, "Mungkin itu yangmenyebabkanseringkali kami tersembelih bagai Ismail, tapi tak ada kambing yangmenggantikan ketersembelihan kami."

"Maka sebagian dari kami lari bagai Yunus: seekor ikan paus raksasamenelankami, dan sampai hari ini kami masih belum selesai mendiskusikan danmenseminarkan bagaimana cara keluar dari perut ikan."Pak Kiai tertawa terkekeh-kekeh.

Page 6: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

"Kami belajar pidato seperti Harun, sebab dewasa ini berlangsung apayangdisebut abad informasi. Tetapi isi pidato kami seharusnya diucapkan 15abadyang lalu, padahal Musa-Musa kami hari ini tidaklah sanggup membelahsamudera."

"Anakku," Pak Kiai menyela, "pernyataan-pernyataanmu penuh rasa sedihdanjuga semacam rasa putus asa."

"Insyaallah tidak, Kiai," jawab sang santri, "Cara yang terbaik untukmenjadi kuat ialah menyadari kelemahan. Cara yang terbaik untuk bisamajuialah memahami kemunduran. Sebodoh-bodoh kami, sebenarnya telah pulaberupaya membuat tali berpeluru Dawud untuk menyiapkan diri melawanJalut.Tongkat Musa kami pun telah perlahan-lahan kami rekayasa, agar kelakmemiliki kemampuan untuk kami lemparkan ke halaman istana Fir'aun danmenelan semua ular-ular sihir yang melata-lata. Kami juga mulai bergurukepada Sulaiman si raja agung pemelihara ekosistem. Seperti Musa kamijugabelajar berendah hatikepada ufuk ilmu Khidhir. Dan berzikir. Bagai Zakaria, kami memperpekakehidupan kami agar memperoleh kelembutan yang karib dengan ilmu dankekuatan Allah. Terkadang kami khilaf mengambil hanya salah satu watakIsa,yakni yang tampak sebagai kelembekan. Tetapi kami telah makin mengertibagaimana berguru kepada keutuhan Muhammad, mengelola perimbanganunsur-unsur, terutama antara cinta dengan kebenaran. Sebab tanpa cinta,kebenaran menjadi kaku dan otoriter. Sedangkan tanpa kebenaran, cintamenjadi hanya kelemahan, keterseretan, terjebak dalam kekufuran yangsamar,hanyut dan tidak berjuang."

**

Betapa tak terbatas apabila perbincangan itu diteruskan jika tujuannyaadalah hendak menguak rahasia cahaya Islam.

"Sampai tahap ini," kata Pak Kiai, "cukuplah itu bagi kalian, sesudahduapertanyaan berikut ini kalian jawab.""Kami berusaha, Kiai," jawab mereka."Bagaimana kalian menghubungkan keyakinan kalian itu dengan keadaanmasyarakat dan negeri di mana kalian bertempat tinggal?"

"Kebenaran berlaku hanya apabila diletakkan pada maqam yang juga benar.Jugasetiap kata dan gerak perjuangan," berkata salah seorang.

"Sebaik-baik urusan ialah di tengah-tengahnya, kata Rasul Agung. Haruspas.Tak lebih tak kurang," sambung lainnya.

"Muhammad juga mengajarkan kapan masuk Gua Hira, kapan terjun ke tengahmasyarakat," sambung yang lain lagi.

Page 7: Sebuah Cerpen Karya Emha Ainun Najib.pdf

"Mencari titik koordinat yang paling tepat pada persilangan ruang danwaktu,atau pada lalu lintas situasi dan peta sejarah.""Ada dakwah rahasia, ada dakwah terang-terangan.""Hikmah, maw'idhah hasanah, jadilhum billati hiya ahsan.""Makan hanya ketika lapar, berhenti makan sebelum kenyang. Itulahirama.Itulah sesehat-sehat kesehatan, yang berlaku bagi tubuh maupun prosessejarah.""Perjuangan ialah mengetahui kapan berhijrah ke Madinah dan kapankembali keMakkah untuk kemenangan."

"Dan di atas semua itu, Rasulullah Muhammad bersedia tidur beralaskandaunkurma atau bahkan di atas lantai tanah."

Pak Kiai tersenyum, "Apa titik tengah di antara kutub kaku dan kutublembek,anak-anakku?""Lentur, Kiai!" kesembilan santri itu menjawab serentak, karena kalimatitulah memang yang hampir setiap hari mereka dengarkan dari mulut PakKiaisejak hari pertama mereka datang ke pesantren itu.

"Fal-yatalaththaf!" ucap Pak Kiai akhirnya sambil berdiri dan menyalamisantri-santrinya satu per satu, "titik pusat Al-Qur'an!"

1987Emha Ainun Nadjib