sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit....

108
Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS) Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menetapkan rencana kerja penanganan Rumah Tidak Layak Huni di dalam RPJMN melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

Transcript of sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit....

Page 1: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Kondisi rumah

tidak layak huni pada tahun 2014,

sebesar

3,4 juta unit.

(sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling)

Tahun 2011, BPS)

Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menetapkan rencana kerja penanganan

Rumah Tidak Layak Huni di dalam RPJMN melalui program Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (BSPS).

Page 2: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun
Page 3: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015 disusun dalam rangka memenuhi Perpres No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sesuai visi dan misi Direktorat Rumah

Swadaya dalam kurun waktu tahun 2015-2019. Selain itu, laporan ini disusun sebagai sarana pengendalian dan penilaian kinerja dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih (good and clean governance) serta sebagai umpan balik dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya.

Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya ini disusun dengan mengacu pada Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014.

Tingkat pencapaian sasaran dan tujuan serta hasil yang diperoleh pada tahun 2015 berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan serta mengacu kepada kebijakan pemerintah dalam rangka program pembangunan rumah swadaya. Keberhasilan pada Tahun 2015 dan capaian target RPJMN tahun 2015-2019 dapat dijadikan tolak ukur dalam penetapan kebijakan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ke depannya.

Demikian Laporan Kinerja ini dibuat, kami ucapkan terima kasih atas semua pihak yang telah membantu Direktorat Rumah Swadaya untuk mencapai kinerja pada tahun 2015 ini.

Jakarta, Desember 2015Direktorat Rumah Swadaya

Ir. Hardi Simamora, MPLNIP 19580711 199003 1 001

Page 4: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

DAFTAR ISI

BAB I1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

10

13

14

16

19

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Struktur Organisasi

Isu Strategis

Sistematika Penyajian

BAB II2.1

2.2

2.3

2.4

PERJANJIAN KINERJA

Rencana Strategis 2015-2019

Perjanjian Kinerja

Metode Pengukuran

Target Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015

BAB III3.1

3.2

3.3

KAPASITAS ORGANISASI

Sumber Daya Manusia

Sarana & Prasarana

DIPA Tahun 2015

BAB IV4.1

4.2

AKUNTABILITAS KINERJA

Capaian Kinerja Organisasi

Realisasi Anggaran

BAB V5.1

5.2

5.3

PENUTUP

Simpulan

Permasalahan

Langkah Ke Depan

22

25

28

29

32

33

34

38

96

102

103

104

Page 5: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Penanganan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tahun 2015-2019 24

Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Direktorat Rumah Swadaya 26

Tabel 2.3 Skala Pengukuran Ordinal Sasaran & Kinerja 28

Tabel 2.4 Target Direktorat Rumah Swadaya Berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019 29

Tabel 2.5 Target Berdasarkan Renstra Direktorat Rumah Swadaya 29

Tabel 3.1 Jumlah SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya 32

Tabel 3.2 Total keseluruhan SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya 32

Tabel 3.3 Daftar Barang Keseluruhan di Direktorat Rumah Swadaya pada tahun 2015 33

Tabel 3.4 DIPA Satuan Kerja Pengembangan Rumah Swadaya tahun 2015 34

Tabel 3.5 DIPA Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya tahun 2015 35

Tabel 4.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Direktorat Rumah Swadaya 41

Tabel 4.2 Jumlah RTLH di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah 46

Tabel 4.3 Kendala dari Pendataan RTLH serta penanganannya 48

Tabel 4.4 Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi 50

Tabel 4.5 Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan 52

Tabel 4.6 Tabel capaian target dari sasaran I 77

Tabel 4.7 Target dan Realisasi Fisik Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2015 77

Tabel 4.8 Tabel Alokasi Penetapan Penerima Bantuan 79

Tabel 4.9 Jumlah Unit Pembangunan Baru 84

Tabel 4.10 Tabel Jumlah Unit Peningkatan Kualitas 91

Tabel 4.11 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya

97

Tabel. 4.12 Realisasi Keuangan Tahun Anggaran 2015 Direktorat Rumah Swadaya Satuan kerja Pengembangan Rumah Swadaya

98

Tabel 4.13 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 Satker Bantuan Rumah Swadaya

98

Tabel. 4.14 Realisasi Keuangan Tahun Anggaran 2015 Direktorat Rumah Swadaya Satuan kerja Bantuan Rumah Swadaya

99

Lampiran I Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Lampiran II DIPA

Lampiran III Perjanjian Kinerja (PK)

Lampiran IV Pelaporan Triwulan Kepada Kantor Staf Presiden (KSP)

Lampiran V Dokumentasi Peningkatan Kualitas (PK)

Lampiran VI Dokumentasi Pembangunan Baru (PB)

Page 6: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Gambar 1.1 Kriteria Rumah Tidak Layak Huni 12

Gambar 1.2 Bagan Struktur Organisasi Direktorat Rumah Swadaya 15

Gambar 4.1 Buku Pedoman dan Petnjuk Teknis Pendataan RTLH 47

Gambar 4.2 Cover Modul Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Rumah Swadaya

54

Gambar 4.3 Prosedur Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2015 Sesuai Dengan Permen Nomor 39 Tahun 2015

78

Gambar4.4 Peta Sebaran BSPS Tahun 2015 80

Gambar 4.5 Skema Penyaluran BSPS 83

Gambar 5.3 Gambar tampilan aplikasi BSPS 104

Gambar 5.2 Gambar keseluruhan konfigurasi aplikasi dan proses aliran data 105

Gambar 5.4 Tampilan aplikasi dalam bentuk web 106

Gambar 5.5 Tampilan aplikasi bantuan rumah swadaya berdasarkan desa 108

Gambar 5.6 Visualisasi lokasi unit rumah bantuan swadaya pada peta aplikasi 108

Grafik 4.1 Grafik Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi 51

Grafik 4.2 Grafik Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan 52

Grafik 4.3 Grafik Penerima Bantuan Berdasarkan Kriteria Penerima Bantuan 68

Grafik 4.4 Grafik Komponen Bangunan Sebelum Perbaikan dan Setelah Perbaikan 70

Grafik 4.5 Grafik Hasil SIMAK evaluasi BSPS tahun 2015 71

Grafik 4.6 Grafik Hasil Kuisioner Master Schedule untuk Pelaksanaan BSPS Tahun 2015 72

Grafik 4.7 Jumlah Unit Pembangunan Baru 85

Grafik 4.8 Jumlah Unit Peningkatan Kualitas 91

Grafik 4.9 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya

97

Grafik 4.10 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 Satker Bantuan Rumah Swadaya

99

Diagram 4.1 Segmentasi Kondisi RTLH Berdasarkan tingkat Kerusakan 52Diagram 4.2 Diagram Kriteria Kepadatan penghuni 68Diagram 4.3 Diagram Kesesuaian Penerima Bantuan terhadap Legalitas Pertanahan 69Diagram 4.4 Diagram Efektivitas Capaian 69Diagram 4.5 Alokasi Penetapan Penerima Bantuan 79

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR DIAGRAM

Page 7: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Selain itu, Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya merupakan pertanggungjawaban atas visi dan misi yang dijabarkan dalam Rencana Strategis yang mengacu pada RPJMN Tahun 2015-2019 dan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Direktorat Rumah Swadaya mempunyai dua sasaran strategis, yang terdapat dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015.

Tingkat capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya diukur dari indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Rumah Swadaya, yaitu jumlah rumah layak huni dengan target 70.000 unit yang terbagi atas 20.000 unit untuk Pembangunan Baru dan 50.000 unit untuk Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni yang dilakukan secara swadaya. Secara umum, capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya sudah mencapai nilai yang sangat baik yaitu pelaksanaa fisik dalam bentuk Pembangunan Baru 104,50% dan Peningkatan Kualitas 125,35% dan capaian kinerja keuangan mencapai 82,32%.

Konsep BSPS perlu dipahami oleh seluruh masyarakat dan aparatur pemerintah daerah/SKPD serta pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan BSPS. Koordinasi dan kerjasama yang intensif dengan para pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah perlu

Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015 merupakan perwujudan dari akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Rumah Swadaya dalam mendukung terwujudnya good governance berdasarkan peraturan Undang-Undang yang berlaku.

lebih ditingkatkan, sehingga program BSPS dapat berjalan dengan baik. Pencapaian target indikator kinerja BSPS yang telah ditetapkan hanya dapat berhasil jika dilakukan dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan melalui kegiatan yang ada pada unit organisasi eselon II, III, dan IV di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya.

Kegiatan bantuan rumah swadaya yang disampaikan dalam bentuk bantuan langsung masyarakat melalui bank penyalur sesuai dengan PMK Nomor 81 Tahun 2012 terdapat banyak kendala dalam proses penyaluran di daerah.

Oleh karena itu, dibutuhkan penyempurnaan rumusan kebijakan, pelaksanaan pengelolaan penyaluran dana bantuan dengan Bank Penyalur, pembentukan SDM yang berkompeten dan tanggung jawab terhadap tugasnya yang ditunjukkan dengan hasil dari penyaluran BSPS yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Segala upaya perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di masa yang akan datang untuk kinerja yang lebih baik lagi, sehingga Direktorat Rumah Swadaya sebagai Unit organisasi eselon II mempunyai kinerja yang Tinggi (High Performace Organization).

IKHTISAR EKSEKUTIF

Page 8: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

8 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Page 9: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

9KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PENDAHULUANBAB I

dan Fungsi

Page 10: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

10 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

LATAR BELAKANG

Direktorat Rumah Swadaya merupakan unit organisasi eselon II yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh 5 (lima) unit organisasi eselon III. Tugas pokok dan fungsinya ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden No. 165 tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja dan Keputusan Presiden No. 121/P tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2015-2019. Pada tahun 2015, nomenklatur struktur organisasi mengalami perubahan nama pada masing-masing unit Eselon II, III dan IV.

Untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Direktorat Rumah Swadaya dalam penyelenggaraannya selama periode Kabinet Kerja dari tahun 2015-2019, Direktorat Rumah Swadaya didukung dengan sejumlah dana yang dapat dipertanggungjawabkan di dalam Laporan Kinerja pada akhir tahun kegiatan.

Peraturan Presiden No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah juga mewajibkan setiap Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaaan tugas. Sebagai tindak lanjut atas amanat Perpres

No. 29/ 2014 tersebut, MenPan-RB mengatur tata cara penyusunan Laporan Kinerja dengan diterbitkannya Permenpan No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Berdasarkan konsep kepemilikan, angka kekurangan tempat tinggal (backlog) di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 13,5 juta unit. (Sumber: BPS dan Bappenas). Sedangkan, berdasarkan konsep penghunian, backlog perumahan sebesar 7,6 juta unit (Sumber: Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019). Sementara itu

Page 11: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

11KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

kondisi Rumah Tidak Layak Huni pada tahun 2014 sebesar 3,4 juta unit (Sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS).

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 39/PRT/M/2015 tentang perubahan atas aturan Menteri Perumahan Rakyat No. 06 tahun 2013 yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang diharapkan dapat mendorong Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memiliki rumah layak huni dengan lingkungan yang aman dan dibangun dalam bentuk pembangunan rumah baru atau Peningkatan Kualitas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, program BSPS ini didukung dari sumber dana yang dituangkan dalam DIPA APBN tahun 2015 nomor: SP DIPA-033.07.1.400764/2015.

Di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya, Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Rumah Swadaya melaksanakan kegiatan yang menunjang terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait dengan bantuan rumah swadaya yang ditangani oleh Subdit Perencanaan Teknis dan Standardisasi dengan tugasnya untuk mengatur kebijakan-kebijakan, program dan anggaran sosialisasi, koordinasi dan kerjasama pelaksanaan penyediaan rumah swadaya. Subdit Fasilitasi Pendataan, dan Verifikasi yang bertugas dalam penyusunan sistem aplikasi pendataan dan monitoring dan pendataan teknis rumah swadaya. Subdit Pemberdayaan dan Kemitraan bertugas dalam penyiapan modul, pemberdayaan masyarakat, dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah. Subdit Pelaksana Bantuan Stimulan bertugas membina penyiapan dan penetapan calon penerima BSPS, pembinaan fasilitasi, dan pendampingan fasilitator. Subdit Pemantauan dan Evaluasi bertugas dalam membuat Laporan Kinerja Instansi Direktorat Rumah Swadaya, evaluasi penyusunan laporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan pengawasan dan pengendalian rumah swadaya wilayah I dan II. Subbag Tata Usaha yang bertugas dalam penatausahaan direktorat, penyelenggaraan operasional, pemeliharaan perkantoran, pengadaan peralatan dan mesin serta pengadaan mebeler kantor. Sasaran dalam pemenuhan kebutuhan rumah layak huni berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat 39/PRT/M/2015 adalah sebagai berikut:

Kriteria Kabupaten/KotaKabupaten atau Kota yang dapat diberikan BSPS adalah Kabupaten atau Kota yang memenuhi kriteria umum dan khusus:a) Kriteria Umum

1. Tingkat kemiskinan diatas rata-rata nasional;

2. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni diatas rata-rata nasional;

3. Jumlah kekurangan rumah (backlog) diatas rata-rata nasional;

4. Daerah tertinggal, atau5. Daerah perbatasan negara

Data tingkat kemiskinan, Rumah Tidak Layak Huni, kekurangan rumah, daerah tertinggal, dan daerah perbatasan dapat bersumber dari instasi yang berwenang.b) Kriteria Khusus

1. Program Khususa. Pelaksanaan direktif presidenb. Termasuk program percepatan pembangunan nasionalc. Pelaksanaan kesepahaman (MoU)

2. Terdapat perumahan dan permukiman kumuh

3. Memiliki komitmen dalam pembangunan perumahan (tercantum dalam DPA tahun berjalan)a. Memiliki unit kerja bidang perumahan

serendah-rendahnya setingkat Eselon IIIb. Memiliki kegiatan sejenis BSPS yang

bersumber dari dana APBD atau sumber dana lainnya;

c. Jumlah alokasi kegiatan BSPS yang diusulkan sebanyak-sebanyaknya sama dengan kegiatan sejenis BSPS sebagaimana dimaksud dalam huruf b; dan/atau

d. Memiliki dana pendamping dari APBD untuk fasilitasi pelaksanaan BSPS yang berasal dari APBN

Kriteria obyek bantuan adalah:a) Rumah Tidak Layak Huni yang berada di atas

tanah:1. dikuasai secara fisik dan jelas batas-

batasnya;2. bukan merupakan tanah warisan yang

belum dibagi;3. tidak dalam status sengketa; dan4. penggunaannya sesuai dengan rencana

tata ruang.b) bangunan yang belum selesai dari yang

Page 12: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

12 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sedangkan kriteria Rumah Tidak Layak Huni adalah sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini.

1. Luas bangunan minimal 27 m2

Luasan rumah untuk pembangunan rumah swadaya baik yang dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok yang dimulai dengan penyediaan lahan sampai pembangunan rumah layak huni atau pembangunan dengan memanfaatkan luas bangunan lama minimal 27 m2 sehingga rumah tersebut masuk kategori rumah layak huni.

2. Bahan lantai berupa tanah atau kayu serta bahan dinding berupa bilik kayu atau bambu/rotan Pekerjaan lantai rumah yang semula tanpa pasangan (lantai tanah) dapat ditingkatkan kualitasnya

menjadi lantai cor, dengan campuran 1 semen : 3 pasir, dengan tebal minimum 5 cm, dengan dilalui oleh lapisan urugan tanah padat dan hamparan pasir, serta permukaannya dihaluskan. Sedangkan untuk rumah-rumah yang menggunakan budaya tradisional kayu dengan kelas murahan, dapat ditingkatkan dengan menggunakan kayu kelas II.

3. Bahan atap rumah daun atau genteng plentong yang sudah rapuh Kriteria penggantian atap rumah yang semula rumbia digantikan dengan menggunakan atap

genting atau Peningkatan Kualitas genting dengan menggunakan genting baru, sedangkan untuk daerah-daerah tertentu dapat menggunakan atap seng gelombang dan atap asbes, untuk kuda-kuda harus menggunakan konstruksi balok kayu klas II/ kayu gunung.

Gambar 1.1.Kriteria Rumah Tidak Layak Huni

sudah diupayakan oleh masyarakat sampai paling tinggi struktur tengah dan luas lantai bangunan paling tinggi 45 m2 (empat puluh lima meter persegi);

c) terkena kegiatan konsolidasi tanah, atau relokasi dalam rangka Peningkatan Kualitas perumahan dan kawasan permukiman kumuh; dan/atau

d) terkena bencana alam, kerusuhan sosial dan/ atau kebakaran

Kriteria Pembangunan Baru (PB):Kondisi bangunan memenuhi salah satu dari kriteria berikut:a. Belum ada bangunan/rusak berat b. Bangunan yang belum selesai dari yang sudah

diupayakan masyarakat, dan atauc. Rumah yang terkena konsolidasi

Kriteria Peningkatan Kualitas (PK):Kondisi bangunan memenuhi kriteria berikut:a. Bahan lantai berupa tanah atau kayu kelas IVb. Bahan dinding berupa bilik bambu/kayu/rotan

atau kayu kelas IV, tidak/kurang mempunyai ventilasi dan pencahayaan

c. Bahan atap berupa daun atau genteng plentong yang sudah rapuh, dan/atau

d. Tingkat kerusakan rumah sebagai berikut:1. Rusak berat: ditandai dengan kerusakan 3

komponen rumah2. Rusak sedang: ditandai dengan kerusakan

2 komponen rumah.

Atap rumbia, alang-alang, genteng tanah murahan.

Dinding bambu, rumbia, kayu murahan.

Lantai tanah, bambu, kayu murahan.

Ruang sempit ≤ 9 m2

Page 13: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

13KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Kedudukan Direktorat Rumah Swadaya dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawabKepada Dirjen Penyediaan Perumahan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Tugas pokokDirektorat Rumah Swadaya mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi, fasilitasi pendataan dan verifikasi, fasilitasi pemberdayaan dan kemitraan, pelaksanaan bantuan stimulan serta pemantauan dan evaluasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 716 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.15 Tahun 2015, Direktorat Rumah Swadaya menyelenggarakan fungsi:a. Penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi di bidang penyelenggaraan bantuan

rumah swadaya;b. Fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni di

bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;c. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses kemitraan untuk

mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;d. Penyiapan penerima bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang

penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan

bantuan rumah swadaya; danf. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Page 14: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

14 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

STRUKTUR ORGANISASI

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan penggabungan (merger) dua kementerian, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat, oleh karena itu dalam penyusunan kelembagaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selain memperhatikan hal tersebut juga mengacu pada Undang-Undang no. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden no. 165 tahun 2014 tentang penataan tugas dan fungsi kabinet kerja serta Keputusan Presiden no. 121/P tahun 2014 tentang pembentukan Kementerian dan Pengangkatan MenteriKabinet Kerja periode 2015-2019.

Untuk melaksanakan tugas pokok fungsi berdasarkan peraturan tersebut, Direktorat Rumah Swadaya dibantu oleh, lima (5) sub direktorat dan satu (1) Sub Bagian, yaitu:1. Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan

Standardisasi;2. Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan

Verifikasi;3. Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan

Kemitraan;4. Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan

Stimulan;5. Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi.6. Subbag Tata Usaha

1. Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan standardisasiSub Direktorat Perencanaan Teknik dan standarisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perencanaan teknik bantuan penyediaan rumah swadaya serta penyusunan standar rumah swadaya.Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan Standarisasi menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan perencanaan teknik dan

program bantuan penyediaan rumah swadaya;

b. Penyiapan penyusunan standar rumah swadaya dan penyiapan standar bantuan penyediaan rumah swadaya.

2. Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi

Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni.Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasimenyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan bahan fasilitasi pendataan

backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni; dan

b. Penyiapan bahan verifikasi data backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni.

3. Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan KemitraanSub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses kemitraan untuk mendapat bantuan penyediaan rumah swadaya.Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan fasilitasi peningkatan

keswadayaan masyarakat hasil pendataan backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni termasuk penyiapan fasilitasi penyertifikatan hak atas tanah milik calon penerima bantuan penyediaan rumah swadaya; dan

b. Penyiapan fasilitasi akses kemitraan

Page 15: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

15KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

untuk mendapat bantuan penyediaan rumah swadaya.

4. Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan StimulanSub Direktorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya.Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan fasilitasi penerima bantuan

dalam pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya; dan

b. Penyiapan fasilitasi pendampingan pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya

5. Sub Direktorat Pemantauan dan EvaluasiSub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan

pemanfaatan fasilitasi dan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya.Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan pemantauan pelaksanaan

bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya; dan

b. Penyiapan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya.

6. Subbag Tata UsahaSubbag Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, administrasi barang milik negara, tata naskah dinas, dan kearsipan serta menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan kepada pimpinan dalam rangka mendukung kinerja pimpinan dan melakukan kegiatan penatausahaan pimpinan.

Bagan struktur organisasi Direktorat Rumah Swadaya berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 15/PRT/M/2015 dapat dilihat pada gambar berikut.

DIREKTUR RUMAHSWADAYA

SEKSI PERENCANAAN

TEKNIK

SEKSI STANDARDISASI

SEKSI FASILITASI

PENDATAAN

SEKSI VERIFIKASI

SEKSI FASILITASI

PEMBERDAYAAN

SEKSI FASILITASI

KEMITRAAN

SEKSI PELAKSANAAN

WILAYAH I

SEKSI PELAKSANAAN

WILAYAH II

SEKSI PEMANTAUAN

SEKSI EVALUASI & PELAPORAN

SUB DIREKTORATPERENCANAAN

TEKNIK & STANDARDISASI

SUB DIREKTORATFASILITASI

PENDATAAN & VERIFIKASI

SUB DIREKTORATFASILITASI

PEMBERDAYAAN & KEMITRAAN

SUB DIREKTORATPELAKSANAAN

BANTUAN & STIMULAN

SUB DIREKTORATPEMANTAUAN &

EVALUASI

Gambar 1.2Bagan Struktur Organisasi Direktorat Rumah Swadaya

SUBBAG TATA USAHA

Page 16: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

16 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

ISU STRATEGIS

Secara umum potensi dan permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan perumahan rakyat adalah pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan perumahan baru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, dari sisi penyediaan, jumlah rumah yang terbangun belum mampu memenuhi pertumbuhan itu sendiri.

Page 17: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

17KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pada RPJMN 2015 – 2019 pembangunan perumahan diarahkan untuk mengurangi angka backlog yang mencapai 13,5 juta atau sebesar 22% rumah tangga yang telah menghuni rumah tetapi bukan milik sendiri sehingga kebutuhan mendesak pemenuhan penyediaan perumahan diarahkan pada penyelesaian jumlah backlog sebesar 7,6 juta unit berdasarkan konsep penghunian. Kondisi tersebut masih ditambah dengan adanya 3,4 juta unit Rumah Tidak Layak Huni yang perlu untuk ditingkatkan kualitas rumahnya beserta akses terhadap prasarana dan sarana utilitas perumahan.

Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan infrastruktur dasar khususnya bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR). Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih banyaknya MBR yang belum

Page 18: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

18 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan (urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan.

Sementara itu, kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perumnas dalam pembangunan rumah untuk MBR masih belum optimal dan dihadapkan pada persaingan dengan pengembang perumahan. Demikian halnya dengan Bank Tabungan Negara (BTN) dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang diharapkan menjadi katalisator pembiayaan perumahan bagi MBR masih memerlukan tambahan likuiditas.

Permasalahan tersebut tidak terlepas dari peran serta masyarakat di dalam pembangunan perumahan, peran dan partisipasi aktif pemerintah daerah dalam hal penyediaan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah sangat penting. Peran tersebut yang meliputi pendataan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan

dan pengendalian pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman perlu dioptimalkan. Sebagai contoh, pemerintah daerah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kesiapan sarana dan prasarana serta pembebasan tanah bagi pembangunanperumahan. Dukungan pemerintah daerah tersebut perlu ditingkatkan dalam kerangka sinergi pusat dan daerah.

Di samping pemerintah daerah, pelaku yang juga perlu diberdayakan adalah masyarakat dan dunia usaha, termasuk BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman yang selama ini belum didorong secara maksimal. Peran dunia usaha seharusnya dikembalikan sebagai investor yang efektif dan sebagai generator pengembangan kawasan. BUMN harus didorong untuk dapat melaksanakan pelayanan kepada masyarakat sekaligus membantu Pemerintah untuk menyelesaikan target-target yang telah ditetapkan. Sedangkan masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah, perlu diberdayakan secara terorganisir dan ditempatkan sebagai aktor penting pembangunan.

Page 19: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

19KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja akan memungkinkan dIIdentifikasinya celah-celah untuk perbaikan di masa yang akan datang dalam rangka perbaikan strategi untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah yang diamanatkan dalam petunjuk teknis penyusunan laporan kinerja, sistematika penyajian laporan kinerja untuk tahun 2015 mengacu kepada Permenpan-RB nomor 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah sebagai berikut:

BAB I – PENDAHULUAN Penjelasan ringkas mengenai latar belakang, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi Direktorat Rumah Swadaya, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi oleh organisasi Direktorat Rumah Swadaya serta sistematika penyajian dalam penyusunan laporan kinerja ini.

BAB II – PERENCANAAN KINERJA Menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015 yang meliputi Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015-2019, Perjanjian Kinerja Tahun 2015, Metode Pengukuran antara target dan realisasi serta target Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015 sesuai dengan Renstra.

BAB III – KAPASITAS ORGANISASIMenjelaskan secara ringkas mengenai SDM, Sarana Prasarana yang ada di lingkungan direktorat, dan DIPA tahun yang bersangkutan.

BAB IV – AKUNTABILITAS KINERJAMenjelaskan capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya sasaran strategis organisasi sesuai dengan pengukuran kinerja serta analisis capaian kinerja pada setiap pernyataan kinerja dengan membandingkan antara target dan realisasi serta menguraikan keberhasilan/kegagalan termasuk realisasi anggaran.

BAB IV – PENUTUP Menjelaskan simpulan atas capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015, permasalahan serta

langkah yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

LAMPIRAN:

1. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)2. DIPA3. Perjanjian Kinerja (PK) 4. Pelaporan Triwulan kepada Kantor Staf Presiden (KSP) 5. Dokumentasi Peningkatan Kualitas (PK)6. Dokumentasi Pembangunan Baru (PB)

Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya menyajikan penjelasan mengenai capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015. Sebagai tolak ukur keberhasilan capaian kinerja (performance result) tahun 2015 yang berdasarkan pada Perjanjian Kinerja (performance agreement) tahun 2015 dan capaian kinerja tahun sebelumnya.

SISTEMATIKA PENYAJIAN

Page 20: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

20 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Page 21: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

21KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PERENCANAAN KINERJA

BAB II

Rencana Strategis 2015-2019

orat Rumah Swadaya Tahun 2015

Page 22: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

22 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

RENCANA STRATEGIS 2015-2019

Renstra Direktorat Rumah Swadaya merupakan turunan dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015-2019 yang telah disetujui oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran lengkap dengan indikator pencapaian sasaran serta cara mencapai tujuan yang terdiri dari kebijakan, program, dan kegiatan.

Sejalan dengan Visi Kementerian PekerjaanUmum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015– 2019 dan arah kebijakan pembangunan

Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya yang selanjutnya disebut Renstra adalah rencana lima tahunan yang menggambarkan sasaran RPJMN 2015-2019 serta visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan program.

perumahan dalam mendukung perumahan rakyat Indonesia yang berdaulat dan mandiri melalui terpenuhinya akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak, maka Direktorat Rumah Swadaya mendukung penuh Visi Direktorat Jenderal Permuahan, yaitu:

“Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni”.

Pencapaian visi tersebut memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan di bidang perumahan mengingat intensitas dan

Page 23: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

23KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

kompleksitas permasalahan yang harus ditangani. Misi Direktorat Rumah Swadaya yang merupakan rumusan upaya-upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra 2015 – 2019 dalam mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan nasional, berdasarkan mandat yang diemban oleh Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 13.1/Prt/M/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 – 2019, amanat RPJMN tahap ketiga serta perubahan kondisi lingkungan strategis yang dinamis adalah sebagai berikut :1. Meningkatkan iklim yang kondusif dalam

kebijakan penyediaan perumahan;2. Mempercepat penyediaan dan

pembangunan perumahan rakyat yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai untuk mendukung layanan infrastruktur dasar dan hunian yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’;

3. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya perumahan secara optimal;

4. Meningkatkan koordinasi dan kelembagaan pelaksanaan kebijakan pembangunan perumahan melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan.

Visi dan misi dari Direktorat Rumah Swadaya mendukung visi dan misi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019 menjadi landasan dan tolak ukur penilaian pertanggungjawaban akhir tahun anggaran dan penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel maka Direktorat Rumah Swadaya berpedoman kepada:1. RPJMN 2015 - 2019,2. Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019;3. Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan

Perumahan4. Rencana Aksi Direktorat Rumah Swadaya

Tahun 2015, dan5. Perjanjian Kinerja Tahun 2015.

Tujuan Direktorat Rumah Swadaya merupakan rumusan kondisi yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari visi serta dilengkapi dengan rencana sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2015 – 2019. Tujuan Direktorat Rumah Swadaya secara umum adalah menyelenggarakan fasilitasi penyediaan perumahan dengan tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera. Lebih lanjut, tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut:1. Meningkatkan pengembangan kebijakan

dan koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim yang kondusif dalam pembangunan perumahan, termasuk dukungan kebijakan penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

2. Menyelenggarakan penyediaan perumahan untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak, melalui fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas rumah layak huni;

3. Meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan.

Sasaran strategis yang hendak dicapai oleh Direktorat Rumah Swadaya sebagai penjabaran dari tujuan adalah:1. Meningkatnya pengembangan kebijakan

dan koordinasi pelaksanaan kebijakan, penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama, data dan informasi serta evaluasi kinerja pengembangan perumahan;

2. Terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak bagi 1.750.000 masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi;

Strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian target tersebut adalah:

1. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyediakan peningkatan kualitas hunian

Page 24: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

24 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

maupun pembangunan rumah baru melalui bantuan stimulan;

2. Meningkatkan harmonisasi, sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan regulasi dan kebijakan pembangunan perumahan yang implementatif dan berpihak kepada seluruh kelompok masyarakat secara proporsional dan berimbang, sehingga tercipta iklim yang kondusif untuk mempercepat penyediaan perumahan yang layak bagi MBR;

3. Pemberdayaan perumahan swadaya melalui peningkatan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan dan pencegahan rumah tidak layak huni, serta peningkatan kualitas rumah tidak layak huni melalui bantuan stimulan untuk pembangunan rumah baru, kampung deret dan peningkatan kualitas rumah;

Di sisi lain, terdapat tantangan bagi Direktorat Rumah Swadaya, yaitu:

1. Dukungan kebijakan bidang perumahan dan kawasan permukiman belum memadai;

2. Koordinasi dan kelembagaan pembangunan perumahan kurang optimal;

3. Peran kontrol Pemerintah terhadap pelaksanaan pembangunan belum optimal;

4. Peran masyarakat dalam melakukan pemberdayaan belum maksimal;

5. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan masih kurang maksimal;

6. Pemanfaatan teknologi didaerah belum dioptimalkan.

Tabel 2.1Rencana Penanganan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tahun 2015-2019

Untuk mencapai sasaran target Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tahun 2015-2019 dalam penanganan Rumah Tidak Layak Huni, Direktorat Rumah Swadaya merencanakan program Pembangunan Baru rumah swadaya sebanyak 250.000 unit dan Peningkatan Kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000 unit.

Sesuai dengan amanat Perpres nomor 13 tahun 2009 tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan yang berbasis bantuan salah

No.PROGRAM/

KEGIATAN PRIORITAS

RENSTRA Direktorat Rumah Swadaya

2015-2019(Unit)

RENCANA 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019

1. Bantuan sosial Pembangunan Baru rumah swadaya

250.000 20.000 45.000 50.000 60.000 75.000

2. Bantuan sosial Peningkatan Kualitas rumah swadaya

1.500.000 65.000 300.000 350.000 385.000 400.000

Sumber: Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tahun 2015 s.d 2019

satunya adalah perlindungan terhadap rumah tangga miskin yang meliputi pangan, sanitasi dan kebutuhan air bersih yang dilaksanakan berbasis pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaannya dilaksanakan secara berkelompok, untuk mencapai program tersebut Direktorat Rumah Swadaya mempercepat program penanganan Rumah Tidak Layak Huni sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dengan menambah jumlah target pembangunan dan anggaran, yang selanjutnya ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahunan.

Page 25: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

25KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Dengan memperhatikan rancangan awal pada Renstra yang memuat program kebijakan yang meliputi kegiatan pokok rumah swadaya dan kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran kegiatan sesuai dengan tahun rencana, pada tahun 2015 Direktorat Rumah Swadaya menyusun Perjanjian Kinerja yang sesuai dengan kegiatan dan sasaran serta rincian anggaran masing-masing kegiatan sesuai dengan kelompok belanja dan jenis belanja komponen Input dan output yang jelas.

Page 26: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

26 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Kegiatan sebagaimana terlihat dalam tabel di atas merupakan target kinerja Direktorat Rumah Swadaya untuk tahun 2015 dengan dua sasaran strategis dan delapan indikator kinerja yaitu meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi, untuk mendukung sasaran strategi satu dilaksanakan dengan enam indikator kinerja: 1. Perencanaan Teknis Pengembangan

Perumahan Swadaya yang dilakukan dengan penyusunan kebijakan, penganggaran dan koordinasi dengan pemerintah provinsi kabupaten kota.

2. Pendataan Perumahan Swadaya dilaksanakan dengan pemerintah provinsi melalui bimbingan teknis para SKPD

kabupaten kota untuk selanjutnya dilakukan oleh pemerintah daerah yang disampaikan kepada provinsi dengan sistem aplikasi www.datartlh.swadayapupr.com yang dapat diakses oleh pemerintah provinsi dan kabupaten kota.

3. Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat Berpenghasilan Rendah dalam melaksanakan pembangunan rumah swadaya. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pelatihan pemberdayaan ditingkat provinsi dan SKPD kabupaten /kota setara berjenjang melalui pemahaman terhadap peningkatan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan teknis masyarakat (knowledge networking) dibidang perumahan swadaya. Output yang diharapkan dari pelatihan ini dari pelatihan

Tabel 2.2Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Direktorat Rumah Swadaya

SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3)

PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN

Kegiatan Pemberdayaan Perumahan Swadaya

1. Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi.

1. Jumlah Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Perumahan Swadaya

2. Jumlah Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya

3. Jumlah MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya

4. Jumlah Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya

5. Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya

6. Jumlah Laporan Penatausahaan Pengembangan Rumah Swadaya

4 Dokumen

3 Dokumen

150.000 Rumah Tangga

4 Laporan

4 Laporan

1 Laporan

2. Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas seacara swadaya

1. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya

2. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya

20.000 Unit

50.000 Unit

Berikut ini adalah Perjanjian Kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015:

Page 27: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

27KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

pemberdayaan diharapkan pemerintah daerah dapat memahami dan menerapkan profesionalisme tentang pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya. hal-hal lain dalam pemberdayaan juga diperlukan:a. Pemahaman program pembangunan

rumah swadaya yang memuat tentang kebijakan-kebijakan rumah swadaya, tahapan penyelenggaraan bantuan rumah swadaya serta peran para pihak (pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten kota serta fasilitator).

b. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya yang berisikan tentang model-model pemberdayaan masyarakat, langkah-langkah pemberdayaan masyarakat serta pengorganisasian dalam pemberdayaan masyarakat.

c. Konsep dan praktek kampung sendiri yang diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat melakukan langkah-langkah survei kampung sendiri dari mulai tahapan survei, desain kampung sendiri dan teknik fasilitasi survei kampung sendiri.

4. Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya, kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahapan antara lain: a. Melakukan koordinasi dan bimbingan

teknis pelaksanaan dan pembangunan rumah swadaya.

b. Melakukan pengendalian dalam mendampingi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara swadaya.

c. Pertanggung jawaban atas kegiatan pembagunan rumah swadaya yang dilaksanakan secara berkelompok oleh masyarakat yang difasilitasi oleh fasilitator masing-masing desa.

5. Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya, kegiatan ini dilakukan dalam rangka pengukuran kinerja pelaksanaan rumah swadaya serta pemenuhan kebutuhan laporan kepada pimpinan atas penyelenggaraan kebijakan perumahan swadaya dan pelaksanaan bantuan stimulan perumahan swadaya.

6. Penatausahaan Pengembangan Rumah Swadaya diperlukan sebagai dukungan manajemen dan administrasi Direktorat Rumah Swadaya.

Sasaran strategis dua berupa Bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS) melalui dua kegiatan; yaitu:1. Fasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan

Baru Rumah Swadaya.2. Fasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan

Kualitas Rumah Swadaya.

Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas secara swadaya. Untuk dapat mencapai program tersebut, Direktorat Rumah Swadaya didukung oleh beberapa kegiatan lain yang dilaksanakan oleh unit organisasi eselon III dan IV di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya.

Page 28: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

28 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

METODE PENGUKURAN

Pengukuran yang dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada indikator kinerja yang berupa indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh

terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.

Pengukuran kinerja mencakup kinerja kegiatan dan kinerja sasaran yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing kinerja. Perhitungan persentase pencapaian target baik dalam pencapaian kegiatan maupun pencapaian sasaran memperhatikan karakteristik komponen realisasi dalam kondisi sebagai berikut:

a. Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, digunakan rumus:

b. Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja, digunakan rumus:

% Pencapaian Target = Rencana - (Realisasi-Rencana)

Rencanax 100%

Berdasarkan pengukuran kinerja kegiatan dalam formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)dan realisasi pencapaian kegiatan dan sasaran, dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja untuk memberikan penjelasan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan dan pencapaian sasaran.

Evaluasi bertujuan agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang akan datang. Evaluasi terhadap capaian kinerja dinilai dengan skala pengukuran ordinal yang dibuat dengan menggunakan asumsi seperti terlihat pada tabel 2.3

= Realisasi

Rencanax 100%% Pencapaian Target

NO. KONDISI KETERANGAN

1. X > 100% Sangat Baik

2. 85% < X ≤ 100% Baik

3. 75% < X ≤ 85% Cukup Baik

4. 55% < X ≤ 75% Sedang

5. X ≤ 55% Kurang

Tabel 2.3Skala Pengukuran Ordinal Sasaran & Kinerja

Pengukuran pencapaian sasaran digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi & misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Page 29: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

29KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Berikut ini adalah target Direktorat Rumah Swadaya sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya yang mengacu pada RPJMN tahun 2015-2019:

PROGRAM/KEGIATAN 2015-2019RPJM 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019

PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHANPemberdayaan Perumahan Swadaya

1. Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya

250.000 20.000 45.000 50.000 60.000 75.000

2. Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Baru Rumah Swadaya

1.500.000 65.000 300.000 350.000 385.000 400.000

TOTAL 1.750.000 85.000 345.000 400.000 445.000 475.000

TARGET DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN 2015

Tabel 2.4Target Direktorat Rumah Swadaya Berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019

Tabel 2.5Target Berdasarkan Renstra Direktorat Rumah Swadaya

PROGRAM/KEGIATAN 2015-2019RPJM 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019

PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN

Pemberdayaan Perumahan Swadaya

1. Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya

100.000 20.000 22.500 30.000 17.500 10.000

2. Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Baru Rumah Swadaya

300.000 50.000 103.500 80.000 50.500 16.500

TOTAL 400.000 70.000 126.000 110.000 67.500 26.500

Page 30: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

30 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Page 31: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

31KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

KAPASITASORGANISASI

BAB III

Sumber Daya Manusia

Sarana dan Prasarana

DIPA Tahun 2015

Page 32: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

32 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

SUMBER DAYA MANUSIA

Kondisi ideal yang diharapkan dari SDM aparatur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah: independen dan netral; berkompeten; produktif; berintegritas; berkesejahteraan; berorientasi pelayanan dan kinerja; dan akuntabel. Ke depan perlu ada perubahan pola pikir (mindset) dari ASN yaitu dari dilayani menjadi melayani; dari orientasi proses menjadi orientasi outcome; dari menunggu

menjadi menjemput; dari inkompeten menjadi kompeten; dari rumit dan tidak fleksibel menjadi sederhana; serta dari koruptif menjadi bersih.

Masing-masing sub direktorat membawahi 2 (dua) seksi dan masing-masing seksi memiliki staf pns/ cpns dan staf honorer. Secara keseluruhan jumlah SDM di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2Total keseluruhan SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya

Tabel 3.1Jumlah SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya

NO. JABATAN JUMLAH

1. Eselon II 1

2. Eselon III 5

3. Eselon IV 10

4. Staf PNS 55

5. Non PNS 77

JUMLAH 148

UNIT KERJAJUMLAH

NON PNS PNS SELURUH

Direktorat Rumah Swadaya 77 71 148

Sumber daya manusia aparatur merupakan bagian dari administrasi publik yang berperan sangat strategis dan kritikal dalam pencapaian target-target pembangunan infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Page 33: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

33KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pengelolaan barang milik negara yang ada di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya menggunakan fasilitas sarana dan prasarana Kementerian PUPR yang dimanfaatkan sejak mulai penggabungan Kementerian PU dan Kemenpera menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

SARANA DAN PRASARANA

Tantangan yang dihadapi adalah perlunya peningkatan penataan aset barang milik negara, akuntabilitas dari transparansi penyelenggaraan pembangunan, keterbukaan informasi publik, pemeliharaan citra positif kementerian, peningkatan layanan sarana dan prasarana kementerian serta meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap layanan publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang baik. Berikut ini adalah daftar barang keseluruhan yang digunakan di Direktorat Rumah Swadaya sebagai penunjang kinerja

Tabel 3.3Daftar Barang Keseluruhan di Direktorat Rumah Swadaya pada tahun 2015

NO. JENIS BARANG MERK BARANG JUMLAH

1 Laptop Hybrid Lenovo Thinkpad Yoga 14 OMID 2

2 Laptop Hybrid Lenovo Thinkpad Yoga 14 11ID 10

3 Laptop Hybrid Lenovo IdeaPad Yoga 500 58ID-Black 2

4 Laptop Hybrid HP Pavilion 11-n028TU x360-Red 7

5 Computer Dekstop All in One HP Pavilion 20-r122d All-in-One 5

6 Computer Dekstop All in One HP Pavilion 20-r124d All-in-One 16

7 UPS/ Power Backup APC BX1400U-MS 7

8 Modem D-link (DWM-156/3GA) 8

9 Printer Portable CANON Ip110 7

10 Printer B/W HP Laser Jet Pro 400 15

11 Printer Color HP Color Laser Jet Pro M177fw MFP 12

12 Printer Color FUJI XEROX Docuprint C3055DX 1

13 Projector INFOCUS Projector (IN3136a) 1

14 Projector INFOCUS Projector (IN226) 5

15 Projector EPSON Projector Portable (EB-1776W) 3

16 Projector Screen BRITE Motorized 84’’ (MR-2121) 2

17 Laser Printer LOGITECH Wireless Presenter R400 7

18 Fax PANASONIC KX-FM-387 3

19 Television Curved SAMSUNG Curved Smart TV LED 40’’ (UA40J6300)

4

20 Scanner BROTHER Scanner (ADS-1600W) 5

21 Paper Shredder SECURE Maxi 15 A 7

22 Camera NIKON D3300 Kit VR - Black 7

23 HT MOTOROLA Walkie Talkie (MD200T) 6

JUMLAH 142

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat dan berpengaruh positif sistem kinerja pegawai sejalan dengan Reformasi Birokrasi sejak 2004 yang terus diperbaiki sistemnya.

Page 34: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

34 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

DIPA TAHUN 2015

Sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Rumah Swadaya tahun 2015 dengan nomor: SP DIPA - 033. 07. 1.400764/2015, alokasi anggaran untuk Satuan Kerja Pengembangan Rumah Swadaya adalah sejumlah Rp43.105.000.000,- dengan output sebagai berikut:

Tabel 3.4DIPA Satuan Kerja Pengembangan Rumah Swadaya tahun 2015

NO. OUTPUT JUMLAH OUTPUT ANGGARAN

1. Laporan Penatausahaan Direktorat Rumah Swadaya

1 laporan 1.000.000.000

2. Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Perumahan Swadaya

4 dokumen 6.150.000.000

3. Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya 3 dokumen 8.000.000.000

4. MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya

150.000 rumah tangga 18.155.000.000

5. Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya

4 laporan 3.500.000.000

6. Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya

4 laporan 3.300.000.000

7. Layanan Perkantoran 12 bulan layanan 3.000.000.000

TOTAL 43.105.000.000

Page 35: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

35KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sedangkan alokasi anggaran untuk Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya sesuai dengan DIPA nomor SP DIPA - 033. 07. 1.400764/2015 adalah sejumlah Rp1.472.200.000.000,- dengan output sebagai berikut:

NO. OUTPUT JUMLAH OUTPUT ANGGARAN

1. Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya

20.000 unit 610.569.200.000

2. Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya

50.000 unit 857.130.800.000

3. Layanan Perkantoran 12 bulan layanan 4.600.000.000

TOTAL 1.472.200.000.000

Tabel 3.5DIPA Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya tahun 2015

Page 36: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

36 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Page 37: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

37KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

AKUNTABILITAS KINERJA

BAB IV

Capaian Kinerja Organisasi

Realisasi Anggaran

Page 38: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

38 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban suatu unit kerja/badan hukum atau pimpinan suatu organisasi dalam mempertanggungjawabkan dan menjelaskan capaian kinerja yang telah dilaksanakan sesuai dengan program, tujuan, sasaran yang telah direncanakan dalam kurun waktu satu tahun, atas kinerja yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya selaku unit organisasi eselon II, disampaikan ke unit organisasi eselon I untuk dilaporkan menjadi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan.

Pelaporan atas pengukuran kinerja dilaksanakan dengan mengevaluasi dan menganalisis atas capaian sasaran yang telah dilaksanakan apakah sesuai dengan target atau tidak dapat tercapai, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan,

hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil dalam rangka peningkatan kinerja Direktorat Rumah Swadaya. Pengukuran kinerja mencakup tingkat capaian target dari masing-masing indikator kinerja.

Page 39: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

39KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Tabel 4.1Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Direktorat Rumah Swadaya

Sasaran kegiatan Direktorat Rumah Swadaya adalah meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur, dan serasi melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang meliputi terfasilitasinya pembangunan rumah baik itu Pembangunan Baru (PB) maupun Peningkatan Kualitas (PK).

Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut diperlukan kebijakan yang mendukung program rumah swadaya berupa regulasi yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan BSPS. Direktorat Rumah Swadaya dalam tahun 2015 telah menyelesaikan sebuah regulasi terkait dengan program BSPS yaitu Permen PUPR No. 39 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sebagai revisi atas

Permen No. 06 Tahun 2013. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 81/PMK.05.2012 tentang Belanja Bantuan Sosial yang mengamanatkan bahwa pengguna anggaran berkewenangan untuk menetapkan pedoman umum pengelolaan dan pertanggungjawaban belanja bantuan sosial, sehingga program bantuan sosial dapat dilaksanakan tepat sasaran dan tepat waktu serta dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mencapai 2 sasaran tersebut Direktorat Rumah Swadaya telah membuat Rencana Aksi untuk satu tahun ke depan yang dituang dalam Rencana Kinerja Tahunan yang terdiri dari 2 sasaran dan 8 indikator kinerja. Setelah DIPA disetujui maka Direktorat Rumah Swadaya membuat Perjanjian Kinerja untuk tahun anggaran 2015 yang tertuang dalam tabel 4.1di bawah ini.

SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3)

PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN

Kegiatan Pemberdayaan Perumahan Swadaya

1. Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi.

1. Jumlah Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Perumahan Swadaya

2. Jumlah Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya

3. Jumlah MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya

4. Jumlah Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya

5. Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya

6. Jumlah Laporan Penatausahaan Pengembangan Rumah Swadaya

4 Dokumen

3 Dokumen

150.000 Rumah Tangga

4 Laporan

4 Laporan

1 Laporan

2. Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas seacara swadaya

1. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya

2. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya

20.000 Unit

50.000 Unit

Page 40: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

40 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pelaksanaan analisis dan evaluasi kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat dan PermenPAN-RB nomor 10 tahun 2015 tentang Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Pemerintah Pusat. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi serta target kinerja sesuai dengan RPJMN 2015-2019.

Seiring dengan berakhirnya masa pemerintahan 2009-2014 dan mulainya masa pemerintahan 2015-2019, kebijakan pemerintah mengalami penyesuaian. Presiden RI telah menetapkan visi dan misi pemerintah 2015-2019. Visi dan Misi Presiden RI kemudian diterjemahkan ke dalam program tersebut “NAWACITA”. Penjabaran dari visi, misi, dan program kemudian diterjemahkan kedalam

dokumen RPJMN 2015-2019 dan Renstra 2015-2019. Direktorat Rumah Swadaya yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan mendukung program NAWACITA pada poin ke lima yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar dan program rumah kampung deret yang pelaksanaannya dilakukan melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) berupa Pembangunan Baru (PB) Rumah Swadaya dengan target di tahun 2015 sebanyak 20.000 unit dan Peningkatan Kualitas (PK) sebanyak 50.000 unit.

Program pengembangan dan bantuan rumah swadaya dalam pelaksanaan BSPS dilaksanakan oleh 2 (dua) Satker dan Sub Direktorat di bawahnya dengan jumlah anggaran sebesar Rp1.515.305.000.000,- Kegiatan yang ada di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan indikator kinerja yang akan dijabarkan sebagai berikut:

ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA

Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi. SASARAN I

100%REALISASI

Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya (1 dokumen)Sosialisasi dan Diseminasi NSPK Bidang Perumahan Swadaya (1 dokumen)Koordinasi dan Kerjasama Pelaksanaan Penyediaan Rumah Swadaya (1 dokumen)Penyusunan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Rumah Swadaya (1 dokumen)

TARGET4 dokumen

INDIKATOR I

Page 41: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

41KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan.

Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya.

Berikut adalah kegiatan Direktorat Rumah Swadaya dalam bidang perencanaan teknis dan standardisasi:

Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya dengan input dana sebesar Rp1.000.000.000,- dengan realisasi akhir Rp756.812.800,- (75,68%). Output dari pelaksanaan kegiatan ini adalah PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/2015 tentang Perubahan Atas Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Swadaya sebagai pedoman pelaksanaan program BSPS Tahun 2015. Selain itu, pada tahun 2015 ini juga dilaksanakan penyusunan revisi PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/2015 untuk menjadi acuan pelaksanaan program BSPS Tahun 2016 (on going). Adanya proses penyusunan revisi PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/2015 dikarenakan Direktorat Rumah Swadaya memandang perlu untuk dilakukan penyesuaian terhadap peraturan berdasarkan pelaksanaan BSPS pada tahun sebelumnya. Perbaikan dan

penyempurnaan dilakukan karena terdapat beberapa hal yang tidak sesuai antara kondisi di lapangan dengan Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 dan untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membangun rumah yang layak huni pada lingkungan yang sehat, aman, harmonis, serta berkelanjutan. Diharapkan dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan terhadap peraturan yang menjadi pedoman pelaksanaan BSPS, nantinya penyelenggaraan program BSPS dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pelaku di berbagai simpul mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, fasilitator, KPB, dan masyarakat sendiri, sehingga dapat menyelesaikan masalah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dengan hasil, manfaat, dan dampak yang optimal.

Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya

Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan.

Studi Literatur terkait NSPK Bidang Perumahan Swadaya

Page 42: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

42 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pelaksanaan Uji Publik terhadap substansi NSPK Penyempurnaan substansi NSPKP b t i NSPK

Kegiatan Koordinasi & Kerjasama Pelaksanaan Penyediaan Rumah Swadaya dengan dana sebesar Rp1.000.000.000,- terealisasi Rp801.796.300,- (80,18%), output kegiatan fisik ini berupa koordinasi dengan pemerintah daerah

ataupun pihak lain (pihak ke 3) yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan rumah swadaya dalam bentuk satu dokumen telah diselesaikan 100%.

Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan

Sosialisasi dan Diseminasi NSPK Bidang Perumahan

Sosialisasi & Diseminasi NSPK Bidang Perumahan Swadaya dengan input dana sebesar Rp750.000.000,- dengan realisasi akhir Rp529.358.150,- (70,58%). Kegiatan sosialisasi dan diseminasi terdiri dari sosialisasi PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/2015 tentang Perubahan Atas Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Swadaya di 10 (sepuluh) wilayah, yaitu [a] Sumatera Bagian Utara, [b] Sumatera Bagian Selatan, [c] Jawa Bagian Barat, [d] Jawa Bagian Tengah, [e] Jawa Bagian Timur, [f] Bali dan Nusa Tenggara, [g] Kalimantan, [h] Sulawesi, [i] Maluku dan [j] Papua. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi dan konsultasi

PermenPUPR Nomor 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur untuk persiapan pelaksanaan DAK Subbidang Perumahan melalui Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (program BSPS) di 3 (tiga) lokasi, yaitu Malang (10-13 November 2015), Batam (18-19 November 2015), dan Makassar (24-27 November 2015). Sosialisasi dan konsultasi terkait persiapan pelaksanan DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2016 dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan sistem desk per subbidang yang terdapat pada bidang infrastruktur.

Koordinasi dan Kerjasama Pelaksanaan Penyediaan Rumah Swadaya

Studi Literatur terkait NSPK Bidang Perumahan Swadaya

Page 43: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

43KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan Inventarisasi dan analisis datad l d

Koordinasi dan Konsultasi Perumusan langkah dan rencana Tindak Lanjutl k h d d k

Penyusunan program dan anggaran dengan input dana sebesar Rp1.700.000.000,- yang sampai dengan akhir desember terealiasi Rp1.261.823.962,- (74,22%). Output pelaksanaan kegiatan ini adalah program dan anggaran Tahun 2015 yang sudah diselesaikan 100% dalam bentuk 1 dokumen laporan. Kegiatan Penyusunan Program dan Anggaran Direktorat Rumah Swadaya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar dapat mewujudkan pengoptimalan program dan kebijakan Direktorat Rumah Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Tahapan penyusunan program dan anggaran Direktorat Rumah Swadaya dimulai dengan pengumpulan usulan dari Pemerintah Daerah melalui Rapat Konsultasi Regional dan Koordinasi Teknis. Usulan tersebut merupakan bahan awal

untuk menentukan program dan anggaran Direktorat Rumah Swadaya. Direktorat Rumah Swadaya atas nama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat difasilitasi oleh Bappenas melakukan penjaringan aspirasi dan usulan masyarakat dari daerah (provinsi, kabupaten/kota) seluruh Indonesia dalam suatu forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). Usulan tersebut menjadi salah satu dasar Direktorat Rumah Swadaya dalam menyusun kebijakan, program, dan anggaran dan dilakukan pembahasan melalui Rapat Kerja (Raker) DPR, Kemenkeu dan Bappenas sampai dengan keluarnya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang kemudian dituangkan dalam RKA-KL.

Penyusunan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Rumah Swadaya

Page 44: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

44 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Secara keseluruhan dari indikator kinerja perencanaan teknis dan standardisasi sudah baik karena dengan target tercapainya 4 dengan realisasi mencapai 4 dokumen pokok dan 1 dokumen pendukung yang berupa kajian konsultan atau sebesar 100% dari target yang direncanakan.

Fasilitasi Rapat Konsultasi Regional Bidang Perumahan Swadaya dengan input dana sebesar Rp700.000.000,- dengan realisasi akhir Rp580.019.100,- (82,86%). Output dari pelaksanaan kegiatan ini adalah berupa terjaringnya usulan program BSPS Tahun 2016 baik dalam bentuk Peningkatan Kualitas (PK) dan Pembangunan Baru (PB) yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah kepada Pusat, berupa satu dokumen dan telah diselesaikan 100%.

Kegiatan ini dilaksanakan di 4 (empat) wilayah, yaitu Yogyakarta (12-14 Agustus 2015), Batam (26-28 Agustus 2015), Makassar (9-11 September 2015) dan Bali (16-18 September 2015). Dalam kegiatan tersebut berhasil terjaring usulan

program BSPS Tahun 2016 sebanyak 121.391 unit Pembangunan Baru dan 476.889 unit Peningkatan Kualitas. Sementara itu, usulan yang terjaring untuk pelaksanaan tahun 2017 adalah sebesar 134.059 unit Pembangunan Baru dan 450.934 unit Peningkatan Kualitas.

Dari hasil rapat konsultasi regional kita bandingkan dengan target RPJMN pada tahun 2016 sebesar 3.04% untuk penanganan RTLH atau sebesar 103.500 unit, sedangkan jumlah RTLH berdasarkan rakor terjaring sebanyak 476.889 unit atau sebesar 460.7% jadi masih terdapat kelebihan rumah yang belum dapat dibangun sebanyak 373.389 unit.

Rapat Konsultasi Regional Nasional 2015 Penyusunan Program Pembangunan Perumahan Swadaya

Sinkronisasi Program Bidang Perumahan Swadaya Pusat & Daerah

Evaluasi pelaksanaan Rakonreg Bidang Perumahan Swadaya

Fasilitasi Rapat Konsultasi Regional Bidang Perumahan Swadaya

Page 45: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

45KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Jumlah Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya

Penyusunan Sistem Aplikasi Pendataan dan Monitoring Perumahan Swadaya (2 dokumen)Pendataan Teknis Rumah Swadaya (1 dokumen)

TARGET3 dokumen

100%REALISASI

INDIKATORKINERJA

Kegiatan Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)

Dalam rangka pencapaian target Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2016 Direktorat Rumah Swadaya melakukan pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di seluruh Provinsi sebanyak 34 Provinsi. Output kegiatan ini adalah diperolehnya data BNBA dan persyaratan administrasi atas usulan daerah yang selanjutnya disampaikan melalui SKPD provinsi dalam bentuk sistem informasi pendataan.

Anggaran untuk kegiatan penyusunan sistem aplikasi pendataan dan monitoring Perumahan Swadaya adalah sebesar Rp500.000.000,- dan realisasi akhir sejumlah Rp363.847.500,- (72,77%), sedangkan untuk kegiatan pendataan teknis rumah swadaya memiliki anggaran sebesar Rp7.500.000.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp5.811.243.923,- (78,42%)

Dalam melakukan pendataan didasarkan pada target RPJMN 2015-2019 untuk penurunan angka backlog sebesar 7,6 juta dan RTLH 3,4 juta unit. cara menghitung backlog, secara nasional rumus perhitungan backlog adalah jumlah keluarga sesuai dengan data BKKBN dikurangi dengan jumlah unit rumah sesuai dengan data BPS. Jadi rumus tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung backlog yang ada di kabupaten/kota.

Berbagai program sudah dicanangkan pemerintah untuk penanganan perumahan, tetapi terkendala dalam ketersediaan data yang ada, untuk itu perlu dialokasikan anggaran untuk membangun sistem pendataan rumah. Direktorat Rumah Swadaya untuk tahun 2015 melakukan pendataan RTLH di 33 provinsi untuk mencapai target RPJMN 2015-2019.

Dalam memenuhi indikator kinerja Direktorat Rumah Swadaya melakukan kegiatan

pendataan Rumah Tidak Layak Huni diseluruh wilayah, yang tahapannya akan dijabarkan

dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahun 2015 dalam rangka

memperoleh data Rumah Tidak Layak Huni untuk pelaksanaan BSPS di tahun 2016.

Page 46: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

46 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Perbedaan antara data aplikasi dan data usulan adalah sebagai berikut:

No Provinsi/Kabupaten

Jumlah RTLH Jumlah Backlog

Usulan Yang terinput

Yang ada Yang terinput

1. D.I. Yogyakarta 50.664 11.829 - -

2. Jawa Tengah 244.096 4.044 - -

TOTAL 294.760 15.873 - -

Selama ini data RTLH bersumber dari BPS yang mana BPS melakukan metode sampling dalam pendataan sehingga didapatkan angka 3,4 juta RTLH secara nasional. Untuk itu diperlukan sistem pendataan yang riil yang berasal dari data kabupaten/kota sehingga didapatkan angka yang riil apakah lebih besar dari 3,4 juta atau lebih kecil.

Dari hasil pendataan berdasarkan datartlh.swadayapupr.com total data RTLH yang masuk

adalah 50.664 unit. Data RTLH yang masuk paling banyak di Regional I adalah Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar 11.829 unit. Sandingan data usulan dan data yang telah diinput dalam sistem aplikasi yang paling signifikan adalah Provinsi Jawa Tengah, yaitu data usulan sebesar 244.096 unit dan data yang diinput dalam sistem aplikasi sebesar 4.044 unit. Dari data tersebut untuk wilayah Jawa Tengah dapat dialokasikan sementara sebelum diverifikasi sebesar 15.873 unit.

a. Data aplikasi1. Merupakan data yang diinput oleh

pemerintah kabupaten/kota dengan metode pendataan berbasis masyarakat

2. Sistem dapat menganalisa data untuk menilai tingkat tidak layak huni rumah melalui scoring

3. Laporan data bersifat realtime dan dapat diakses oleh setiap SKPD di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan oleh Pemerintah Pusat

4. Menampilkan sebaran lokasi berbasis spasial 5. Total data yang masuk dalam sistem aplikasi

sampai dengan saat ini sebanyak 50.664 unit

b. Data Usulan1. Merupakan data yang bersumber dari

surat usulan permohonan bantuan dari Pemerintah Kabupaten/Kota

2. Belum dilengkapi dengan data pendukung sehingga belum diketahui gambaran mengenai kondisi rumah dan penghuni

3. Data direkap secara manual 4. Sebaran lokasi RTLH belum diketahui.

Kedalaman data hanya hingga setingkat Kabupaten/Kota.

5. Total data yang masuk dalam sata usulan sampai dengan saat ini sebanyak 182.263 unit

Tabel 4.2Jumlah RTLH di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah

Page 47: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

47KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

TAHUN 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATDIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

Panduan PenggunaanSistem Informasi Pendataan Rumah Tidak Layak Huni 2015

DIREKTORAT RUMAH SWADAYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATDIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

DIREKTORAT RUMAH SWADAYAJl. Pattimura No. 20 - Kebayoran Baru - Jakarta Selatan

Gambar 4.1Buku Pedoman dan Petnjuk Teknis Pendataan RTLH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDAN PERUMAHAN RAKYAT

PEDOMAN UMUM PENDATAAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATDIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

DIREKTORAT RUMAH SWADAYA

TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHANDIREKTORAT RUMAH SWADAYA

Jl. Pattimura No. 20, Gedung G, Lantai V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDAN PERUMAHAN RAKYAT

PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN RTLH 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATDIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

DIREKTORAT RUMAH SWADAYA

TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHANDIREKTORAT RUMAH SWADAYA

Jl. Pattimura No. 20, Gedung G, Lantai V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110

Buku panduan ini dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten kota sebagai panduan sistem informasi pendataan Rumah Tidak Layak Huni.

Buku panduan ini dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten kota sebagai pedoman pendataan Rumah Tidak Layak Huni.

Buku panduan ini dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten kota sebagai pedoman dalam melakukan sosialisasi pendataan Rumah Tidak Layak Huni ditingkat kelurahan atau desa. Dari mulai tahapan sosialisasi bentuka kopja pelaksanaan pendataan sampai dengan pembentukan SK kepala desa.

3 dokumen tersebut merupakan petunjuk teknis yang dipergunakan dalam melakukan pendataan RTLH di masing-masing provinsi.

Page 48: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

48 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Dalam melakukan pendataan dengan sistem informasi datartlh.swadayapupr.com terdapat kendala dalam penginputan maka dilakukan secara offline sehingga ada progres data RTLH. Namun demikian pendataan disalahsatu

Tabel 4.3Kendala dari Pendataan RTLH serta penanganannya

Berikut ini adalah kendala yang dihadapi dari pendataan RTLH serta penanganannya:

kabupaten wilayah Jawa Tengah diantaranya di Kabupaten Kebumen sejak tahun 2014 sudah ada database perumahan mulai dari tingkat desa sampai dengan kecamatan. Database tersebut sudah masuk dalam program 2015-2018.

No. Kendala dari pendataan RTLH Tahun 2015 Penanganannya

1. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan pendataan sehingga belum dapat dihasilkannya data mikro berbasis spasial

Perbaikan pelaksanaan pendataan di tahun 2016 dengan perencanaan waktu yang lebih efektif dan efisien

2. Belum teridentifikasinya semua SKPD yang menangani data perumahan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota (Dinas PU/ Bappeda/ Dinas Sosial/ Badan Pemberdayaan Masyarakat, dll);

Meningkatkan peran provinsi dalam mengidentifikasi SKPD di Kabupaten/Kota yang menangani data bidang perumahan

3. Belum semua Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota) secara aktif melakukan updating informasi data RTLH

Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam update informasi data RTLH

4. Sebagian Pemerintah Daerah yang memiliki data dalam bentuk hardcopy dan atau file excel dengan format yang beragam, mengalami kesulitan dalam melakukan penginputan data ke dalam sistem aplikasi (kurangnya SDM, keterbatasan jaringan, dll)

Fasilitasi Pemerintah pusat untuk membantu melakukan penginputan data ke sistem database dari data yang ada di Pemerintah Daerah.

5. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pengelolaan sistem dan maintanance

perekrutan tenaga honorer/tenaga sub profesional

6. Kegiatan sosialisasi pendataan baru dilaksanakan hingga tahap pusat-provinsi-kabupaten/kota. Kegiatan sosialisasi dari tahap kabupaten/kota hingga tingkat kelurahan/desa belum dilaksanakan

Koordinasi dengan SKPD.

7. Sistem aplikasi yang kurang maksimal sehingga menghambat terkumpulnya data dalam sistem aplikasi.

8. Baru terbentuknya Subdit Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi dan Nomenklatur baru dari Kemenpera kemudian bergabung menjadi Kementerian PUPR sehingga pada awal Agustus kegiatan baru dimulai.

Page 49: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

49KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Direktorat Rumah Swadaya telah melakukan evaluasi pendataan dengan tujuan adalah pemantapan pelaksanaan pendataan di daerah dalam rangka persiapan penyusunan dan pelaksanaan program; penyusunan program dengan pendekatan yang paling sesuai dengan tingkat kesiapan masing-masing daerah. Pendataan sebelumnya identik dengan program BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya) adalah untuk menerima manfaat, saat ini data yang akurat digunakan untuk program yang tepat sasaran; tolak ukur pencapaian kinerja; keragaman program dan pendekatan yang paling tepat untuk setiap program. Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Pasal 21 ayat (3) menyatakan bahwa rumah swadaya adalah rumah yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok. Pendataan berbasis masyarakat sebagai upaya pelibatan dan peningkatan masyarakat dalam perencaaan yang lebih baik. PP 88 Tahun 2014 pasal 2 ayat (2) merupakan petunjuk teknis dalam pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman menjadi tanggung jawab Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota.

Inovasi lain dalam melakukan pendataan ditahun 2016 mekanisme pendataan Tahun Anggaran 2016 dengan metode Triple A yang akan direncanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selama ini data perumahan dan sumber data sangat beragam. Data yang diinginkan adalah data operasional yang bisa digunakan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.1. Metode Triple A adalah Atlas, Agenda dan

Aturan Main. Atlas adalah sumber informasi bersama; Agenda adalah sinkronisasi rencana aksi; dan Aturan Main adalah partisipasi multi stakeholder.

2. Posisi penting data dalam dokumen perencanaan perumahan dan kawasan permukiman terbagi dalam 2 (dua) dimensi yaitu dimensi spasial (sektoral) dan dimensi politis.

3. Masalah yang terdapat dalam dimensi spasial adalah belum lengkapnya masterplan/RP3KP/SSK/RISPAM yang sering terbentur dengan RPJMD yang kaitannya dengan dimensi politis. Perlu adanya Pergub mengenai Pedoman Pendataan Perumahan dan Defenisi Operasional Rumah Layak Huni.

Hasil evaluasi pendataan untuk kabupaten kota adalah sebagai berikut :a. Hampir seluruh Kabupaten/Kota sudah

melakukan pendataan dan memiliki data RTLH dengan format data yang bervariasi;

b. Dalam pendataan yang dilakukan pemerintah daerah baik tahapan, format maupun sistem yang dipergunakan hampir serupa dengan Kegiatan Teknis Pendataan RTLH 2015. Bahkan ada data-data yang lebih lengkap disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing pemerintah daerah.

c. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendataan RTLH tahun 2015 adalah sistem aplikasi belum kompatibel dengan pendataan eksisting yang sudah dilaksanakan oleh masing – masing pemda, pelaksanaan pendataan RTLH belum maksimal karena belum ada dukungan dari sisi sumber daya manusia (SDM), anggaran, dan waktu yang terlalu singkat.

d. Perhatian pemerintah daerah terhadap proses pendataan masih kurang disebabkan oleh pemda masih fokus pada pelaksanaan program kegiatan fisik, pendataan RTLH masih dilihat sebagai bagian dari usulan untuk bantuan, pemahaman terhadap pendataan RTLH masih belum maksimal sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih intensif.

e. Kendala yang dihadapi pemda dalam melakukan pendataan terhambat oleh kondisi geografis yang berbeda – beda untuk setiap daerah.

f. Sosialisasi tentang pendataan RTLH masih perlu dimaksimalkan dengan meningkatkan melalui pelatihan dan pendampingan dan perlu adanya koordinasi dengan Kegiatan Dekonsentrasi sehingga lebih maksimal.

Page 50: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

50 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Secara Nasional masing-masing provinsi hasil pendataan RTLH sebagai berikut :

Tabel 4.4Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi

NO PROVINSI UNIT

1 DI YOGYAKARTA 11,829

2 JAWA TENGAH 5,716

3 JAWA BARAT 5,637

4 ACEH 4,044

5 SULAWESI TENGGARA 3,934

6 GORONTALO 3,060

7 NUSA TENGGARA BARAT 2,966

8 KALIMANTAN TENGAH 2,711

9 SULAWESI SELATAN 2,295

10 BANTEN 2,121

11 SUMATERA SELATAN 1,835

12 SUMATERA BARAT 1,201

13 JAWA TIMUR 1,057

14 MALUKU 745

15 BENGKULU 675

16 KALIMANTAN TIMUR 241

17 SULAWESI UTARA 227

18 MALUKU UTARA 119

19 KEPULAUAN RIAU 104

20 SUMATERA UTARA 78

21 SULAWESI TENGAH 43

22 LAMPUNG 19

23 KALIMANTAN BARAT 2

24 KALIMANTAN UTARA 2

25 SULAWESI BARAT 2

26 PAPUA 2

27 RIAU 0

28 JAMBI 0

29 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 0

30 DKI JAKARTA 0

31 BALI 0

32 NUSA TENGGARA TIMUR 0

33 KALIMANTAN SELATAN 0

34 PAPUA BARAT 0

JUMLAH TOTAL DATA 50,665

Page 51: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

51KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Berikut ini adalah grafik data RTLH yang sudah masuk ke system aplikasi pendataan

2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 0

PAPUA BARAT

KALIMANTAN SELATAN

NUSA TENGGARA TIMUR

BALI

DKI JAKARTA

KEP. BANGKA BELITUNG

JAMBI

RIAU

PAPUA

SULAWESI BARAT

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN BARAT

LAMPUNG

SULAWESI TENGAH

SUMATERA UTARA

KEPULAUAN RIAU

MALUKUN UTARA

SULAWESI UTARA

KALIMANTAN TIMUR

BENGKULU

MALUKU

JAWA TIMUR

SUMATERA BARAT

SUMATERA SELATAN

BANTEN

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN TENGAH

NUSA TENGGARA BARAT

GORONTALO

SULAWESI TENGGARA

ACEH

JAWA BARAT

JAWA TENGAH

DI YOGYAKARTA

3,060

0

0

0

0

0

0

0

0

2

2

2

2

19

43

78

104

119

227

241

675

745

1,057

1,201

1,835

2,121

2,295

2,711

3 03 06060

2,966

5,716

3,934

4,044

5 75,7116

5,637

11,892

unit

Grafik 4.1Grafik Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi

Page 52: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

52 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 0

KABUPATEN SLEMAN

KABUPATEN KULON PROGO

KOTA YOGYAKARTA

KABUPATEN BANTUL

KABUPATEN GUNUNG KIDUL

2,085

527

736

1,031

7,340

unit rtlh

Berikut ini adalah salah satu contoh yang usulannya paling banyak dan dilengkapi dengan kriteria atau segmentasi dari jenis perbaikan rumah.

Segmentasi Kondisi RTLH Rusak Berat sebanyak 22%, Rusak Sedang sebanyak 52% dan Rusak Ringan sebanyak 26%.

22%RUSAK BERAT

52%RUSAK SEDANG

26%RUSAK RINGAN

Secara keseluruhan dari kegiatan RTLH termasuk ke dalam kategori BAIK sesuai dengan skala pengukuran ordinal sasaran dan capaian. Dari target output 3 dokumen telah dipenuhi 100% (3 dokumen).

Diagram 4.1Segmentasi Kondisi RTLH Berdasarkan tingkat Kerusakan

Grafik 4.2Grafik Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan

Tabel 4.5Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan

NO KABUPATEN KOTA UNIT RTLH

1 Kabupaten Gunung Kidul 7,340

2 Kabupaten Bantul 2,085

3 Kota Yogyakarta 1,031

4 Kabupaten Kulon Progo 736

5 Kabupaten Sleman 527

TOTAL 11,719

Page 53: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

53KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

150.000 Rumah TanggaTARGET

142.598RUMAH TANGGA

REALISASI

Jumlah MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah SwadayaINDIKATOR

KINERJA

PENYUSUNAN MODUL

Penyusunan modul pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya, modul peran pemerintah dalam pembangunan rumah swadaya, modul program pembangunan rumah swadaya, modul konsep dan praktek survei kampung sendiri dalam pembangunan rumah swadaya diperuntukkan bagi pemangku kepentingan dalam melakukan pendampingan masyarakat guna meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan teknis masyarakat (knowladge networking) di bidang perumahan dan permukiman. Modul-modul ini

dapat menjadi acuan dalam hal kepemimpinan, manajemen kemitraan, manajemen konflik, monitoring dan evaluasi partisifatif. Modul-modul ini digunakan dalam kegiatan Bimbingan Teknis pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya.

Anggaran untuk kegiatan penyiapan modul untuk pemberdayaan masyarakat bidang perumahan swadaya adalah sebesar Rp500.000.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp475.520.000,- (95,10%).

Dari target 150.000 Rumah Tangga yang terfasilitasi pemberdayaan dalam penyediaan

rumah swadaya dapat terealisasi sebanyak 142.598 (95,07%). Ketidaktercapaian

target pemberdayaan dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak semua pemerintah

kabupaten/kota menyampaikan usulan fasilitator pemberdayaan. Sesuai dengan

kategori pengukuran skala ordinal, capaian kegiatan pemberdayaan sudah termasuk

kategori BAIK, yaitu 85% < 95,07% ≤ 100%

Page 54: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

54 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Gambar 4.2Cover Modul Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pembangunan Rumah Swadaya

Page 55: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

55KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

1. Bimtek pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya, masyarakat dapat mudah memahami modul yang diberikan baik modul program, modul peran pemerintah, modul konsep dan simulasi praktek Survei Kampung Sendiri (SKS). Namun, masyarakat akan lebih mudah memahami ketika didampingi oleh pemerintah dalam melaksanakan program yang terdapat dalam modul, sehingga peran pemerintah sangat penting dalam upaya pencapaian pembangunan rumah swadaya.

2. Beberapa masyarakat juga mudah menerapkan konsep modul ke lapangan sehingga simulasi seperti ini memudahkan masyarakat untuk memahami wilayahnya sendiri.

3. Pada dasarnya, berhadapan dengan masyarakat tidaklah mudah sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan lain yang lebih mendalam agar program-program yang berkaitan dengan bantuan rumah swadaya dapat terlaksana dengan baik.

4. Perlu adanya evaluasi lapangan lebih lanjut terkait masyarakatnya yang harus diberdayakan. Selain itu perlu bantuan monitoring dari pemerintah pusat tentang dana stimulan agar tidak ada permasalahan yang terjadi ketika di lapangan

5. Masyarakat akan lebih senang apabila

Hasil Evaluasi Kinerja Dari Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

pendampingan dilakukan dari awal sampai akhir langsung dari pemerintah pusat. Selain itu, lahan yang dibahas dalam konteks ini merupakan aspek penting sebelum pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya.

6. Masyarakat perkotaan yang memiliki habit bergeser yakni pemahaman mulai menuju ke materi, tidak hanya sekedar gotong royong, meskipun prinsip gotong royong masih ada pada masyarakat.

7. Persiapan untuk desa termasuk pengiriman undangan dan persyaratan tidak boleh terlambat dan salah alamat, sehingga desa yang ingin berpartisipasi sedikit terhalang karena sudah mendekati deadline dari pengiriman undangan dengan tanggal terakhir pengusulan tim teknis dan fasilitator.

8. MBR diminta untuk memilih dan menunjuk pimpinannya sendiri, sehingga mereka dapat lebih termotivasi untuk memberdayakan diri.

9. Perlu adanya sinkronisasi antar pelaku bidang perumahan khususnya pemerintah yang ada di pusat agar penyelenggaraan perumahan dapat dilakukan serentak sehingga pemerintah daerah dapat dengan mudah melakukan pengawasan.

10. Perlu adanya dasar hukum yang menerangkan bahwa pemerintah daerah harus

Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam rangka membangun rumah secara swadaya Direktorat Rumah Swadaya mengadakan evaluasi, sebagai berikut:

Bentuk Kegiatan ini merupakan bimbingan teknis berupa rapat koordinasi bersama yang dilakukan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada para SKPD dan Koordinator Kabupaten/Kota yang menangani Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kegiatan ini merupakan pra kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait dengan pelaksanaan pembangunan rumah swadaya. Pelaksanaan bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya dilakukan di 19 lokasi di seluruh wilayah Indonesia

KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN RUMAH SWADAYA

mulai bulan Oktober sampai November 2015. Kegiatan pembinaan teknis bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pemerintah kabupaten/kota dalam pemberdayaan masyarakat bidang perumahan swadaya. Sasaran kegiatan ini adalah terfasilitasnya rumah tangga berpenghasilan rendah dalam pembangunan rumah swadaya.Anggaran untuk kegiatan tersebut adalah sebesar Rp17.655.000.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp14.626.022.080,- (82,84%). Kegiatan Bimbingan Teknis diadakan di 18 Kabupaten/kota. dan dihadiri 935 peserta.

Upaya lain yang dilakukan untuk mendorong masyarakat dalam melakukan pemberdayaan rumah swadaya dilakukan dengan salah satunya adalah kegiatan bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya yang dijabarkan sebagai berikut:

Page 56: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

56 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

menyediakan dana sebagai pendamping dalam pelaksanaan penyelenggaraan rumah swadaya.

11. Potensi yang ada di DIY dan Jawa Tengah adalah masyarakatnya masih memiliki keinginan untuk bergotong royong untuk melaksanakan pembangunan rumah swadaya, tetapi selain itu ada beberapa kendala yang berkaitan dengan adat

misalnya larangan untuk membangun rumah di bulan Sura (Muharram), dan sulitnya melakukan pembangunan rumah swadaya di saat musim tanam, karena sebagian besar masyarakatnya adalah petani.

12. Perlu adanya penegasan dari pemerintah pusat mengenai aturan kelembagaan bidang perumahan yang harus ada di daerah.

Kegiatan Survey Kampung Sendiri (SKS)

Pemberdayaan dalam penyelenggaraan rumah swadaya diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk berswadaya melakukan pembangunan perumahan swadaya. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu hal yang menarik adalah peserta akan diajak melakukan simulasi praktek materi SKS (Survey Kampung Sendiri) bersama perwakilan masyarakat kelurahan. SKS merupakan salah satu teknis pelibatan masyarakat dalam menentukan prioritas pembangunan, yang dimulai dari identifikasi permasalahan, penentuan kebutuhan penanganan, dan penyepakatan prioritas pembangunan. Dalam kesempatan itu, diharapkan peserta dapat mengajak masyarakat untuk bersama-sama menggali sekaligus menyepakati permasalahan pokok dan kebutuhan prioritas untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Barangkali lokasi dan apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut hanya sekelumit dari permasalahan yang terjadi sesungguhnya, oleh karena itu pada saat praktek pemberdayaan masyarakat sesungguhnya di lapangan (di daerah masing-masing) dapat memotivasi masyarakat untuk menyadari akan permasalahan yang dihadapi dan turut andil dalam penanganan permasalahan yang menjadi tanggung jawab bersama.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa kegiatan SKS merupakan salat satu strategi perencanaan partisipatif, dimana masyarakat diajak berperan dalam perencanaan secara bottom up. Perencanaan semacam ini diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat dan menjawab permasalahan yang sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakat.

Hasil pleno dari kegiatan SKS tersebut adalah sebagai berikut:1. Permasalahan yang terjadi di masyarakat

semua berasal dari faktor ekonomi dimana masyarakat tidak bisa mengembangkan dirinya terlebih untuk desanya karena hal tersebut. Mata pencaharian yang sebagai petani juga menuntut mereka untuk memenuhi

kehidupan sehari-hari dari hasil bertani saja, sehingga dalam hal ini permasalahan saling berhubungan dan saling terikat dalam menciptakan solusinya.

2. Semua potensi yang ada dimasyarakat tidak akan tereksplor lancar tanpa bantuan dari pemerintah, sehingga dalam pengembangnnya perlu bantuan dari pemerintah baik sebagai fasilitator atau pendamping dari pemerintah pusat.

3. Semangat kegotongroyongan masih ada, meskipun sedikit luntur karena faktor geografis yang semakin bersifat urban, maka dari itulah semangat gotong royong perlu dilatih dengan adanya praktek pemberdayaan masyarakat di desa.

4. Diperlukan monitoring dari pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat karena berhubungan dengan dana stimulan yang rentan terhadap penyelewengan sehingga dalam kondisi aman sampai ke pemerintah desa.

5. Penduduk mempunyai potensi dengan pendidikan yang sangat baik dan mempunyai kesadaran akan hidup sehat dan layak, organisasi/ sosial/ masyarakat telah terorganisir dan tertata.

6. Kondisi masyarakat dengan sarana permukiman dan infrastruktur tidak termasuk kategori kawasan kumuh permukiman, tetapi perlunya Peningkatan Kualitas infrastruktur wilayah antara lain pada 10 % wilayah terkena banjir genangan dan kondisi rumah semi permanen.

7. Bagi SKPD tekait, mohon diberikan bantuan sosial/ pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental.

8. Masyarakat yang mendapat BSPS selayaknya juga diselaraskan dengan bantuan sanitasi, sehingga fisik rumah tertangani demikian pula sanitasinya.

9. Mengajukan permohonan kepada perusahaan-perusahaan setempat yang memiliki kepedulian untuk membantu program bagi MBR.

Page 57: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

57KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Dokumentasi Kegiatan Bimbingan Teknis Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Kegiatan Rumah Swadaya

Pembukaan Acara Pembinaan Teknis Pemberdayaan Pembangunan Rumah Swadaya Oleh Kepala Dinas PU

Penyampaian materi Peran Pemerintah dalam Pembangunan Rumah Swadaya oleh Kepala Satker Pengembangan Rumah Swadaya

Penyampaian materi Peran Pemerintah dalam Pembangunan

Penyampaian materi Peran Pemerintah dalam Pembangunan Rumah Swadaya oleh Kepala Satker Pengembangan Rumah Swadaya

P i i P P i h d l P b Penyampaian Materi Survei Kampung Sendiri

Kelompok sedang berdiskusi membahas permasalahan. Simulasi Pratek SKS

Page 58: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

58 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

KEGIATAN FASILITASI PENDAMPINGAN FASILITATOR DALAM PELAKSANAAN BSPS

Untuk merealisasikan kegiatan BSPS maka diperlukan kegiatan fasilitasi pelaksanaan

pengembangan perumahan swadaya berupa kegiatan fasilitasi pendampingan

fasilitator dan pembinaan penyiapan dan penetapan calon penerima BSPS yang akan

dijabarkan sebagai berikut:

Pembinaan Penyiapan dan Penetapan Calon Penerima BSPS (2 dokumen)Pembinaan Fasilitasi Pendampingan Fasilitator Pelaksana BSPS ( 2 dokumen)

TARGET4 Laporan

100%REALISASI

Jumlah Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan SwadayaINDIKATOR

KINERJA

Direktorat Rumah Swadaya dalam melaksanakan tugasnya berupa kegiatan fasilitasi pelaksanaan BSPS tahun 2015. Kegiatan ini diawali dengan melakukan sosialisasi kepada fasilitator dengan melakukan kegiatan verifikasi ulang terhadap data calon penerima bantuan di masing-masing kabupaten/kota dan desa kelurahan dampingan, kemudian fasilitator melapor kepada kepala desa dan lurah untuk melakukan musyawarah mengenai jumlah pasti penerima bantuan di desa/kelurahan wilayah dampingan, penentuan dan pembentukan jumlah KPB dan jumlah nominal bantuan calon penerima bantuan yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan Pakta Integritas bagi pelaku kegiatan BSPS. Pihak KMW akan memberikan pembekalan administrasi kepada para fasilitator dalam bentuk RTL (Rencana Tindak lanjut) yang dilaporkan setiap hari kerja

kepada koordinator kabupaten diteruskan ke pihak KMW.

Anggaran untuk kegiatan pembinaan fasilitasi pandampingan fasilitator pelaksana BSPS adalah sebesar Rp1.900.000.000,- dengan realisasi akhir Rp1.898.770.535 (99,94%).

Hasil evaluasi terhadap kegiatan fasilitasi pendampingan fasilitator adalah sebagai berikut:

tegas dalam menentukan verifikasi ulang calon penerima bantuan di wilayah kerja dampingan.

calon penerima bantuan dampingannya dalam proses penarikan tahap I dan tahap II sampai dengan proses pembangunan 100% agar dapat dilaporkan ke KMW melalui Koordinator

Page 59: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

59KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Kabupaten/Kota.

pengiriman bahan bangunan ke penerima bantuan sampai di tempat dan melaporkan progres kepada Bank penyalur untuk dapat mentransfer dana ke toko bahan bangunan.

schedule pembangunan tahap I dalam hal ini 45 hari pembangunan konstruksi, menyiapkan laporan 30% dan usulan DRPB2 tahap II yang disetujui oleh Tim Teknis untuk proses penarikan dana tahap II. Proses pembangunan tahap II harus sudah selesai 60 hari setelah penarikan tahap II.

diharapkan terlibat dalam proses klarifikasi kembali calon penerima bantuan untuk menghindari tumpang tindih penerima bantuan.

SKPD diharapkan sudah memiliki data dasar terkait Rumah Tidak Layak Huni sehingga tim yang berada di pusat dapat menerima data mengenai kriteria yang sesuai dengan segmentasi kriteria bantuan stimulan.

serta mengecek kelayakan calon penerima BSPS yang mendapat bantuan. Hasil klarifikasi fasilitator dapat diserahkan di rembug II

klarifikasi kembali calon penerima bantuan

dapat dilaporkan dan diangkat di forum rembug penetapan definitif penerima bantuan.

bangunan kayu yang tidak disediakan toko bahan bangunan fabrikasi yaitu toko bahan bangunan fabrikasi bekerja sama dengan toko penyedia kayu.

ringkas dan mudah dalam hal pelaksanaan mengingat waktu sangat terbatas di kegiatan tahun 2015 ini.

segera disampaikan melalui konsultan manajemen wilayah (KMW) ke koordinator kabupaten dan fasilitator untuk dirapatkan di desa penerima bantuan bersama kepala desa untuk diverifikasi kembali.

membuat pernyataan/komitmen kesanggupan untuk menyelesaikan pembangunan hingga 100% secara tertulis, untuk menghindari kasus-kasus hukum terkait penyelesaian pengerjaan bantuan nantinnya.

(BPKP, Kejaksaan dan Kepolisian) diharapkan dapat ikut andil dalam mengawasi jalannya pelaksanaan bantuan untuk menghindari informasi dan pengaduan-pengaduan negatif yang berkembang di masyarakat.

Berikut ini adalah dokumentasi sosialisasi pelaksanaan BSPS tahun 2015 yang dilaksanakan dibeberapa provinsi

Para peserta sosialisasi masing-masing provinsi dan Kabupaten kota wilayah Jawa Barat.

Sosialisasi oleh Subdit Pelaksanaan Bantuan Stimulan di Banjarmasin untuk wilayah Kalimantan.

Page 60: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

60 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sosialisai oleh PPK wilayah Jawa dan Satker Kebijakan di Jawa Barat

Sosialisasi oleh direktur rumah swadaya di Ambon untuk wilayah Papua & Maluku.

l l h d k h d d b k

Para peserta Sosialisasi di Banjarmasin untuk wilayah Kalimantan.

l d k l h

Sosialisasi Kasatker bantuan di Makasar untuk wilayah Sulawesi.

Sosialisasi oleh narasumber di Mataram untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara.

l l h b d k l h l

Sosialisasi pelaksanaan BSPS 2015 di provinsi Jawa Barat.

Page 61: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

61KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sosialisasi oleh Setdirjen di Medan untuk wilayah Sumbagut. Peserta di Medan untuk wilayah Sumbagut.d d k l h b

Sosialisasi oleh Kasatker bantuan di Palembang untuk wilayah Sumbangsel.

Peserta Sosialisasi di Palembang.l d l b

Narasumber Sosialisasi di Yogyakarta untuk wilayah Jawa tengah dan Jawa Timur.

Peserta sosialisasi Yogyakarta untuk wilayah Jawa tengah dan Jawa Timur.

l k k l h h d

Page 62: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

62 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pendampingan fasilitator dalam pembuatan administrasi di Kabupaten Donggala.

Pendampingan Fasilitator dalam melaksanakan sosialisasi di masyarakat oleh fasilitator.

d l d l l k k l d

Suasana pendampingan Fasilitator di Kabupaten Bintan. Suasana pendampingan Fasilitator di Kampar.d l d

Berikut ini Foto Dokumentasi Pelaksanaan BSPS Tahun 2015

Koordinasi dengan tim teknis kabupaten Garut Koordinasi dengan SKPDd d

Berikut ini Foto kegiatan pelaksanaan BSPS

Page 63: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

63KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Koordinasi dengan Bank BTN di Mataram Koordinasi dengan Bank BTN di Mataramd d k d

Kegiatan penyerahan Buku tabungan di Kabupaten Karang Asem

Kegiatan penyerahan Buku tabungan di Kabupaten Karang Asem

h k b d b

Toko Bangunan di Mataram Ketersediaan bahan bangunan untuk masyarakat penerima bantuan

d b h b k k

Page 64: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

64 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Ketersediaan bahan bangunan untuk masyarakat penerima bantuan

Penerimaan bahan bangunanb h b

Pengiriman bahan bangunan Pengiriman bahan bangunanb h b

Pelaksanaan pembangunan rumah Pelaksanaan pembangunan rumah l k b h

Page 65: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

65KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pelaksanaan pembagunan rumah di Kabupaten Garut Pelaksanaan pembagunan rumah di Karang asaml k b h d

Hasil pembangunan oleh penerima bantuan Hasil pembangunan oleh penerima bantuanl b l h b

Proses pembangunan rumah di Semarang Proses pembangunan rumah di Semarangb h d

Secara keseluruhan capaian target output dari kegiatan fasilitasi pelaksanaan pengembangan swadaya sudah terpenuhi 100% (3 dokumen) dari target 3 dokumen, sehingga capaian dari indikator dinilai sudah BAIK.

Page 66: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

66 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.29 tahun 2014 yang telah mengatur tentang sistem pelaporannya secara sistematik dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi eselon II pada Direktorat Rumah Swadaya, yang berdasar pada Perjanjian Kinerja yang memuat tentang sasaran kegiatan dan indikator kinerja sebagaimana dijelaskan dalam bab II. Dari 2 sasaran kegiatan terdapat 8

KEGIATAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN 2015

indikator kinerja yang keluarannya berupa hasil dari kegiatan atau program yang telah dicapai dalam kurun waktu satu tahun. Keluaran tersebut berupa Output hasil kegiatan yang dilaksanakan dalam mendukung sasaran kegiatan. Berikut ini dokumen kegiatan selama penyusunan Lapkin Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015.Anggaran untuk kegiatan penyusunan Laporan Kinerja adalah sebesar Rp104.650.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp104.021.500,- (99,40%).

Dalam rangka memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan BSPS tahun 2015 serta

pelaporan kegiatan maka berikut akan dijabarkan mengenai kegiatan yang berkaitan

dengan monitoring, evaluasi dan pelaporan:

Rapat Koordinasi Pertama Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya yang ada di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya.

Arahan dari Subdit Pemantauan dan Evaluasi Rumah Swadaya mengenai penyusunan LapkinArahan dari Subdit Pemantauan dan Evaluasi Rumah Swadaya

Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya

100%REALISASI

INDIKATORKINERJA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rumah SwadayaMonitoring dan Evaluasi Pengembangan Rumah SwadayaPembinaan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya 2015 Wilayah IPembinaan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya 2015 Wilayah II

TARGET

4 Laporan

Page 67: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

67KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pengarahan penyusunan Lapkin oleh Direktur rumah swadaya Pengarahan evaluasi Lapkin oleh Inspektur Jenderal P h l i L ki l h I kt J d l

KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI DARI PELAKSANAAN BSPS TAHUN 2015

Untuk mendukung laporan kinerja diperlukan dokumen berupa Rencana Strategis

(Renstra) Eselon II, Rencana Aksi, Perjanjian Kinerja, pengukuran kinerja, pengolahan

data kinerja dan pelaporan kinerja sebagai outcome dari kegiatan Dirjen unit organisasi

eselon II Direktorat Rumah Swadaya. Capaian kinerja dalam penyusunan Lapkin tercapai

100% dengan dokumen-dokumen pendukung yang juga tercapai 100%.

Berikut ini hasil evaluasi terhadap pelaksanaan BSPS yang dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya. Berdasarkan hasil survei kunjungan kepada objek sasaran fisik dan melalui penyebaran kuesioner kepada sasaran Penerima Bantuan, Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), Fasilitator, Bank Penyalur (BTN), Kepala Desa dan Toko Bahan Bangunan teridentifikasi permasalahan dan keberhasilan berbagai faktor yang mengindikasikan adanya berbagai aspek faktual yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan rekomendasi terhadap efisiensi dan efektifitas program BSPS, maupun sebagai umpan balik terhadap kegunaan, manfaat dan dampak program BSPS kedepannya.

Jumlah sampel yang menjadi dasar monitoring dan evaluasi yaitu sekitar 25.771 unit (290 desa) yang menyebar di 12 provinsi.

Pemaparan mengenai kegiatan ini akan memuat evaluasi kuantitatif dan kualitatif terhadap pelaksanaan program BSPS dengan metode sederhana, yaitu melakukan umpan balik temuan faktual di lapangan dari laporan hasil monitoring dan evaluasi terhadap peraturan kebijakan yang berlaku, terhadap hasil Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan BSPS 2015 dan hasil data kuesioner yang telah ditabulasi.Anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp395.350.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp393.260.835,- (99,47%).

Page 68: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

68 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

1.4

4.3

1. Capaian terhadap sasaran Penerima Bantuana. Kesesuaian Penerima Bantuan (PB) terhadap Kriteria Penghasilan Rata-rata per Bulan.

Dari hasil kuisioner terhadap penerima bantuan, teridentifikasi bahwa penghasilan rata-rata PB sebesar Rp748.611,- adalah tepat sasaran terhadap kriteria penghasilan, karena berpenghasilan dibawah upah minimum Provinsi rata-rata nasional. Dengan latar belakang pekerjaan PB sebagai berikut:

Efektifitas Pelaksanaan Program BSPS

b. Kesesuaian PB terhadap Kriteria Kepadatan Penghuni dari hasil kuisioner terhadap penerima bantuan, teridentifikasi bahwa rumah PB rata-rata berpenghuni 4 orang dengan rata-rata luas rumah sebelum PK 48.2 m2 dan rata-rata luas rumah setelah PK 50,4 m². adalah tepat sasaran terhadap kriteria kepadatan penghuni, karena setiap penghuni rumah telah menempati luas ruang rumah rata-rata sebesar 11,8 m²/anggota keluarga (telah memenuhi kecukupan minimal luas ruang rumah yaitu sebesar ≥ 9m²/anggota keluarga).

10 20 30 40 50 60 0

NELAYAN

BURUH PABRIK

TIDAK BEKERJA

PEKERJA BANGUNAN

PEDAGANG KAKI LIMA

BURUH LEPAS

BURUH TANI

15.7

7.2

10

11

11.4

50

48,2 50,4

SEBELUM PERBAIKAN SETELAH PERBAIKAN

Direktorat Rumah Swadaya mengadakan evaluasi terhadap sasaran penerima

bantuan sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Permen 39 tahun 2015.

Berdasarkan jawaban hasil kuisioner dan dari hasil tinjauan lapangan yang dilakukan ke

beberapa Kabupaten/Kota dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasilitasi

Bantuan Stimulan Perumahaan Swadaya dapat dilaporkan hal-hal sebagai berikut:

Grafik tersebut menunjukan bahwa Penerima Bantuan yang paling banyak menerima bantuan adalah Buruh tani.

Dari diagram tersebut menunjukan bahwa adanya kenaikan sebesar 2,2% dari sebelum perbaikan sebesar 48,2%, setelah perbaikan menjadi 50,4%.

Grafik 4.3Grafik Penerima Bantuan Berdasarkan Kriteria Penerima Bantuan

Diagram 4.2Diagram Kriteria Kepadatan penghuni

Page 69: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

69KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

c. Kesesuaian PB terhadap Legalitas PertanahanDiagram status tanah PB di bawah ini mengindikasikan bahwa 91% hak kepemilikan tanah penerima bantuan bukan berbentuk sertifikat, bantuan BSPS terhadap kriteria kepemilikan hak atas tanah adalah tepat sasaran karena dari hasil survei lapangan dan kuisioner 100% PB menguasai/memiliki tanah.

Kesesuaian Terhadap Waktu Pelaksanaan Pembangunan Fisik Rumah Tinggal.Durasi pembangunan fisik dari sejak pendropan bahan material hingga selesainya pembangunan fisik, rata-rata penerima bantuan memerlukan waktu selama 38 hari, adalah tepat waktu karena sesuai dengan Permen 39 Tahun 2015 bahwa penyelesaian pembangunan fisik rumah dengan progress 100% paling maksimal proses penggerjaannya selama 105 hari.

2. Efektifitas Capaian terhadap sasaran Waktu Pelaksanaan Pembagunan Fisik Rumah Tinggal

Dalam pelaksanaan pembangunan fisik rumah 9% Penerima Bantuan menggunakan tenaga anggota keluarga, 80% dikerjakan secara gotong-royong dan 52% menggunakan tenaga tukang dengan ongkos kerja rata-rata Rp. 60.000/tukang/hari, adalah tepat sasaran karena salah satu tujuan dari bantuan stimulan ini ditujukan untuk menggerakan kegotongroyongan masyarakat untuk bersama-sama membangun rumah yang layak huni bagi seluruh anggota mayarakat.

3. Efektifitas Capaian terhadap sasaran Pelaksanaan Pembangunan Fisik Rumah

91%9%

SERTIFIKAT BUKAN SERTIFIKAT

80%

KELUARGA GOTONG ROYONG

9%

TUKANG

52%

Diagram 4.3Diagram Kesesuaian Penerima Bantuan terhadap Legalitas Pertanahan

Diagram 4.4Diagram Efektivitas Capaian

Page 70: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

70 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Efektifitas Penggunaan Dana BSPS Terhadap Komponen Bangunan

Berikut ini adalah grafik penggunaan dana BSPS untuk pekerjaan atap, lantai dan dinding sebelum perbaikan dan setelah perbaikan:

Grafik 4.4Grafik Komponen Bangunan Sebelum Perbaikan dan Setelah Perbaikan

100%

80%

60%

40%

20%

0%

Komponen AtapProgram BSPS telah mampu meningkatkan kualitas rumah RTLH menjadi RLH yaitu dengan tergantinya rumah beratap genteng rapuh, seng rapuh, asbes rapuh menjadi genteng baru, seng baru atau asbes baru. Penggunaan material genteng baru meningkat 47%, penggunaan material seng meningkat 2.9% dan asbes meningkat 50%. penggunaan asbes sebagai atap kurang baik dari aspek kesehatan karena atap asbes dapat menimbulkan penyakit asbestosis.

Komponen LantaiProgram BSPS telah mampu meningkatkan kualitas rumah RTLH menjadi RLH yaitu dengan tergantinya rumah berlantai tanah, papan lapuk atau rabat beton hancur. Penggunaan material rabat beton baru meningkat 98% dan keramik 1.4%. Peningkatan Kualitas lantai ini memberi rasa nyaman dan sehat untuk melakukan aktifitas keluarga di dalam rumah. Salah satu penggunaan swadaya yang dikeluarkan oleh PB dipakai untuk lantai keramik.

Komponen DindingProgram BSPS telah mampu meningkatkan kualitas rumah RTLH menjadi RLH yaitu dengan tergantinya rumah berdinding bambu, papan lapuk atau batu bata rapuh. Penggunaan material batako meningkat 48%, batu bata 48% dan papan sebanyak 4%. Dengan meningkatnya kualitas dinding rumah maka penghuni merasa lebih nyaman, aman dan sehat terhadap terpaan angin maupun cuaca buruk.

Page 71: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

71KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Efisiensi Pelaksanaan Program BSPS

Efesiensi Tingkat Keswadyaan Masyarakat Terhadap Bantuan per Unit Cost Besar dana swadaya rata-rata penerima bantuan dalam pembangunan fisik sebesar Rp.9.100.000, terhadap dana BSPS. Hal ini menunjukan program BSPS mampu menstimulan PB untuk berswadaya.

Dampak Pelaksanaan Program BSPS

Dampak Program BSPS Terhadap Keswadayaan Perangkat MasyarakatWalaupun tidak terukur secara kuantitatif, namun berdasarkan hasil survei lapangan, teridentifikasi hampir seluruh Kepala Desa/Lurah memiliki keswadayaan baik dalam bentuk uang dan tenaga: dalam proses pendataan PB, pendampingan kepada PB, mengkoordinir dan melakukan rapat-rapat PB, monitoring terhadap pembangunan fisik PB, mengumpulkan dana untuk kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan rumah. Hal ini menunjukan program BSPS mampu menstimulan keswadayaan perangkat masyarakat.

Hasil Evaluasi Kebijakan Bidang Rumah Swadaya

Hasil Monitoring Kebijakan Bidang Rumah Swadaya

Simak Evaluasi Pelaksanaan BSPS Tahun 2015Penyebaran kuisoner SIMAK evaluasi dilakukan pada Wilayah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah/DIY, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Hasil pengolahan data kuisioner dari wilayah tersebut diatas dapat dilihat pada grafik

60.43

68.31

10 20 30 40 50 60 70 80 90 0

PENANGANAN PENGADUAN

SISTEM INFORMASI PELAYANAN PUBLIK

SISTEM MEKANISME & PROSEDUR

STANDART PELAYANAN & MAKLUMAT

SUMBER DAYA MANUSIA

SARANA & PRASARANA PELAYANAN

PENGETAHUAN TENTANG BSPS

PELAPORAN

84.13

74.06

78.57

8484.1313

83.02

88.95

55.05

Grafik batang berwana merah menunjukan nilai yang sangat rendah, warna kuning menunjukan nilai yang cukup baik, warna hijau bernilai baik, sedang warna biru menunjukan nilai yang memuaskan. Namun demikian semua kriteria penilaian ini perlu ditingkatkan, nilai yang memuaskan berkaitan langsung dengan ketercapaian sasaran program BSPS.

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa SKPD dan Korkab/korkot 84% memiliki pengetahuan yang baik tentang BSPS, 74% memiliki standar

pelayan dan maklumat cukup baik, 68% memahami sistem mekanisme dan prosedur BSPS, 78% ditangani oleh sumber daya manusia yang sesuai dengan aturan yang berlaku, 83% penerima bantuan mengetahui sarana dan prasarana pelayanan pelaksanaan BSPS, hanya 55% penanganan pengaduan dari penerima bantuan segera ditindaklanjuti, 60% mengetahui sistem informasi pelayanan public dan 89% telah melaporkan dan mempersiapkan laporan progres BSPS Tahun 2015.

Grafik 4.5Grafik Hasil SIMAK evaluasi BSPS tahun 2015

Page 72: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

72 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Penanganan pengaduan dari penerima bantuan sangat rendah hal ini disebabkan penerima bantuan tidak mengetahui kontak pengaduan layanan program BSPS, hanya sebagian kecil laporan dari penerima bantuan yang segera ditindaklanjuti.

Masih cukup banyak SKPD, korkab/Korkot dan KPB/penerima bantuan yang belum mengetahui sistem informasi secara elektronik/website tentang program BSPS dan sistem mekanisme/prosedur BSPS.

Master schedule evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada pelaku BSPS seperti SKPD, Korkab/Korkot dan fasilitator. Simak Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah waktu proses pelaksanaan BSPS di lapangan sesuai dengan tengat waktu dalama Permen No 39 Tahun 2015.

Hasil Kuisioner Master Schedule Untuk Pelaksanaan BSPS Tahun 2015

Penyebaran kuisoner master schedule evaluasi dilakukan pada Wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Hasil pengolahan data kuisioner dari wilayah tersebut diatas dapat dilihat pada grafik berikut:

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penyiapan masyarakat seperti sosialisasi, penandatanganan fakta integritas, evaluasi dan penyepakatan CPB dan KPB, penetapan KPB dan

penandatanganan kesepakatan sosial semua kegiatan tersebut diatas dilaksanakan di luar durasi waktu dan melebihi toleransi waktu.

Berikut ini adalah dokumentasi hasil Monitoring dan evaluasi Rumah Swadaya tahun 2015

Koordinasi dengan SKPD, KMW, Korkab, dan Fasilitator di Kab. Banyumas.

Koordinasi dengan SKPD, KMW, Korkab, dan Fasilitator di Kab. Jombang

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80

PENYIAPAN MASYARAKAT

PENYIAPAN PROPOSAL DAN PENGUSULAN

PENETAPAN 5K DAN PENYALURAN BANTUAN

PENARIKAN PEMBANGUNAN, PELAPORAN TAHAP I

PENARIKAN PEMBANGUNAN, PELAPORAN TAHAP II

0.52

0.68

0.61

0 50.522

0.55

0.74

Grafik 4.6Grafik Hasil Kuisioner Master Schedule untuk Pelaksanaan BSPS Tahun 2015

Page 73: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

73KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Rumah penerima bantuan di Kab. Kebumen (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab. Banyumas (Progress fisik 100%)

Rumah penerima bantuan di Kab. Kapuas (Progress fisik 100%)

Rumah penerima bantuan di Kab. Pangandaran (Progress fisik 100%)

Rumah penerima bantuan di Kab. Kebumen (Progress fisik 100%)

Kunjungan ke Lapangan untuk kegiatan Monev di Kab. Cilacap

Page 74: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

74 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN BSPS TAHUN 2015

Direktorat Rumah Swadaya mengadakan pembinaan dan pengendalian terhadap program BSPS tahun 2015, pembinaan tersebut dilakukan ditingkat provinsi yang dihadiri oleh masing-masing kabupaten serta konsultan manajemen wilayah di masing-masing provinsi. Anggaran untuk kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya Wilayah I adalah sebesar Rp1.200.000.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp1.052.237.441 (87,69%) dan kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya Wilayah II adalah sebesar Rp1.600.000.000,- dengan realisasi akhir sebesar Rp1.382.159.254 (86,38%).

Hal-hal yang terkait dengan pembinaan dan pengendalian berupa:

1. Pembinaan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Rumah Swadaya pada daerah calon penerima BSPS dilakukan secara umum dengan memaparkan mekanisme BSPS menurut Permen PUPR No. 39/PRT/M/2015 meliputi: (i) Penyiapan Masyarakat; (ii) Penyiapan Proposal Pengusulan dan Penetapan SK; (iii) Penarikan Dana, Pembangunan dan Pelaporan. Terhadap pelaku BSPS:a. Korkab/Korkot : Menegaskan kembali

mengenai tugas dan tanggung jawab

Rumah penerima bantuan di Kota Sorong (Progress fisik 100%)

Rumah penerima bantuan di Kab. kapuas (Progress fisik 100%)

Rumah penerima bantuan di Kab. Mamuju Tengah (Progress fisik 100%)

Rumah penerima bantuan di Kab Pangandaran (Progress fisik 100%)

Page 75: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

75KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Korkab/Korkot sebagai koordinator dan melakukan pembinaan kepada Fasilitator, mengendalikan pelaksanaan pendampingan BSPS, mengendalikan pengusulan proposal dan DRPB2, menghimpun, memeriksa dan menyampaikan laporan dari fasilitator kepada PPK melalui KMW, mengelola sistem informasi manjemen BSPS tingkat kabupaten kota dan menindaklanjuti temuan dan pengaduan masyarakat serta melakukan tindak turun tangan sesuai kewenangan.

b. Fasilitator : Menguraikan bahwa fungsi fasilitator sangat penting dalam pelaksanaan BSPS yaitu sebagai pedamping penerima bantuan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan sosialisasi pelaksanaan BSPS di tingkat Kecamatan/Kelurahan/Desa; Melakukan rembug warga dalam rangka validasi calon penerima bantuan dan membentuk KPB; Melakukan rembug penguatan KPB; Menyusun laporan data penyiapan masyarakat; Melakukan klarifikasi calon penerima bantuan; Memberi pembekalan dan pendampingan kegiatan reviu GK dan RPD; Memberikan pembekalan dan pendampingan: dalam penyusunan proposal BSPS, penarikan dana tahap 1 & 2, penyiapan pelaksanaan konstruksi tahap 1 dan 2 serta dalam penyusunan laporan pelaksanaan konstruksi setiap

Rapat pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan oleh Direktur Rumah swadaya dan kepala dinas PU provinsi Jawa Timur

l k l h Di k R h d d

tahapan pelaksanaan pembangunan.c. Penerima Bantuan: Memberi pembinaan

kepada penerima bantuan tentang ketentuan-ketentuan penggunaan dana, hal yang tidak diperbolehkan dalam penggunaan dana, besaran bantuan BSPS serta keswadayaan yang minimal harus dimiliki/dikeluarkan oleh penerima bantuan yaitu biaya pembangunan.

2. Tertib administrasi, KPB/Penerima Bantuan agar memeriksa dokumen pengiriman barang dan kesesuaiannya dengan DRPB2 serta menyimpan nota-nota tersebut secara rapi teratur dan mudah jika diperlukan.

3. Pembinaan terhadap penerima bantuan yang belum terberdayakan secara maksimal, belum paham proses/mekanisme BSPS dan terbatasnya pengetahuan penerima bantuan terhadap BSPSdilakukan dengan mendorong fasilitator melakukan sosialisasi berulang kepada kepada KPB/penerima bantuan.

4. Tindak turun tangan untuk mengatasi permasalahan yang menghambat terhadap pelaksanaan pembangunan seperti kepercayaan adat yang memperpanjang durasi penyelesaian pekerjaan pembangunan rumah penerima bantuan, dilakukan dengan penambahan waktu dan tenaga kerja per hari.

Secara keseluruhan dari kegiatan pemantauan dan evaluasi sudah memenuhi target 4 dokumen (100%) dan hal tersebut dinilai sudah mencapai kinerja yang BAIK.

Berikut ini adalah dokumentasi pembinaan dan pengendalian Rumah Swadaya tahun 2015

Page 76: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

76 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Kegiatan Pembinaan, Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya di Jombang, Jawa Timur

Pembinaan pada Fasilitator dan SKPD di Kab. Jombang Kegiatan Pembinaan, Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya di Lombok, NTB

Pembinaan kepada SKPD dan Korkab/Korkod di Provinsi Sulawesi Tengah

Peserta pembinaan BSPS di Provinsi Sulawesi Tengah

Page 77: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

77KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program pembangunan rumah dalam bentuk Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas secara swadayaSASARAN II

Dari sasaran kedua Direktorat Rumah Swadaya, berikut ini adalah target dan realisasi fisik BSPS tahun anggaran 2015:

Tabel 4.7Target dan Realisasi Fisik Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2015

NO. JENIS PEMBANGUNAN TARGET (UNIT)REALISASI

UNIT %

1. Pembangunan Baru 20.000 20.899 104,50

2. Peningkatan Kualitas 50.000 62.674 125,35

TOTAL (PB+PK) 70.000 83.573 119,39

Penjabaran mengenai target dan realisasi fisik BSPS akan dijabarkan dalam proses pelaksanaan BSPS tahun 2015 berikut ini:

Pelaksanaan BSPS Tahun 2015 Dalam rangka mendukung Program Sejuta Rumah yang merupakan salah satu dari kesembilan program prioritas presiden (NAWACITA), Direktorat Rumah Swadaya melaksanakan kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) tahun 2015 yang akan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.6Tabel capaian target dari sasaran I

NO. SASARAN I CAPAIAN TARGET

1. Perencanaan teknis rumah swadaya 100,00%

2. Pendataan teknis rumah swadaya 100,00%

3. Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembangan rumah swadaya 95,07%

4. Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan rumah swadaya 100,00%

5. Pemantauan dan Evaluasi pengembangan rumah swadaya 100,00%

TOTAL RATA-RATA 99,01%

Secara keseluruhan dari sasaran I, berikut adalah tabel capaian target yang termasuk dalam kategori BAIK sesuai dengan skala pengukuran ordinal sasaran dan kinerja yaitu 85% < 99,01% ≤ 100%

Page 78: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

78 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Gambar 4.3Prosedur Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2015

Sesuai Dengan Permen Nomor 39 Tahun 2015

Berikut adalah uraian kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya dalam pelaksanaan BSPS tahun 2015 sesuai dengan prosedur pada gambar 4.3 di atas:

PENETAPAN ALOKASI

Usulan Bupati/WalikotaTahap awal pada mekanisme penyaluran BSPS tahun 2015 adalah dengan diadakannya Rapat Koordinasi Regional (Rakonreg) yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 26 Maret 2015 sampai dengan tanggal 27 Maret 2015. Dalam Rakonreg ini, daerah mengusulkan jumlah unit rumah melalui usulan Bupati/Walikota yang diwakili oleh SKPD Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan usulan sejumlah 70.623 unit.

Berdasarkan surat Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan No. 373/Dr/RS.01.01/06/2015 tertanggal 18 Juni 2015 tentang Revisi Penetapan Lokasi dan Rencana Alokasi BSPS Tahun 2015 menjadi sejumlah 69.945 unit.

Alokasi Calon Penerima Bantuan Setelah dilakukan Penetapan Lokasi dan Rencana Alokasi BSPS Tahun 2015 oleh Dirjen Penyediaan Perumahan, maka Alokasi Calon Penerima Bantuan diserahkan kembali ke daerah untuk dilakukan validasi keakuratan data. Setelah SKPD Kabupaten/Kota melakukan validasi verifikasi, kemudian alokasi tersebut ditetapkan oleh Satker Bantuan Rumah Swadaya. Berikut adalah alokasi akhir penetapan Penerima Bantuan:

PROSES PENYALURAN BSPS TAHUN 2015

Pada tahun 2015 terdapat perubahan mekanisme penyaluran bantuan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 39/PRT/M/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Perubahan mekanisme tersebut terdapat pada alur dimana toko bahan bangunan mengirimkan bahan bangunan terlebih dahulu kepada penerima bantuan selanjutnya total harga bahan bangunan kemudian Bank penyalur (BTN) akan mentransfer dana sejumlah nominal yang diterima oleh masing-masing penerima bantuan.

Page 79: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

79KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Diagram 4.5Diagram alokasi Penetapan Penerima Bantuan

Tabel 4.8Tabel Alokasi Penetapan Penerima Bantuan

NO. WILAYAHJUMLAH UNIT

PB PK TOTAL

1. Sumbagut 2 9.000 9.002

2. Sumbagsel 2.230 5.087 7.317

3. Jawa 8.786 24.232 33.018

4. Kalimantan 14 7.276 7.290

5. Sulawesi 3.319 12.327 15.646

6. Balinustra 4.217 2.227 6.444

7. Maluku dan Papua 2.278 2.578 4.856

TOTAL 20.846 62.727 83.573

PENINGKATAN KUALITASPEMBANGUNAN BARU

0.01%SUMBAGUT

10.70%SUMBAGSEL

42.15%JAWA

15.92SULAWESI

20.23%BANUSTRA

0.07%KALIMANTAN

10.93%MALUKU & PAPUA

14.35%

38.63%JAWA

19.65SULAWESI

11.60%KALIMANTAN

SUMBAGUT

8.11%SUMBAGSEL

3.55%BANUSTRA

4.11%MALUKU & PAPUA

Secara keseluruhan pelaksanaan BSPS tahun 2015 tersebar di seluruh wilayah Indonesia pada 33 Provinsi, 274 Kabupaten/Kota, dengan alokasi sebanyak 83.573 unit. Sebaran tersebut seperti terlihat pada diagram 4.5:

Dengan diagram berikut ini:

Page 80: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

80 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PROV

. ACE

H

PROV

. SUM

BAR

PROV

. RIAU

PROV

. JAM

BI

PROV

. SUM

SEL

PROV

. BEN

GKUL

U

PROV

. LAM

PUNG

PROV

. BAN

TEN

PROV

. JAT

ENG

PROV

. JAB

ARPR

OV. D

I YOG

YAPR

OV. J

ATIM

PROV

. BAL

I

PROV

. SUM

UT

PROV

. KEP

RI

PK=

2.46

0PB

= 0

PK=

4.259

PB=

2

PK=

1.620

PB=

0

PK=

240

PB=

0

PK=

421

PB=

0

PK=

604

PB=

552

PK=

1.773

PB=

136

PK=

1.044

PB=

379

PK=

1.666

PB=

1.163

PK=

13PB

= 83

0PK

= 5.

935

PB=

3.24

1PK

= 12

.608

PB=

1.343

PK=

577

PB=

1.749

PK=

5.09

9PB

= 1.6

23PK

= 61

7PB

= 1.0

87

PROV

. NTB

PK=

1..610

PB=

3.13

0

PROV

. KAL

TARA

PK=

111PB

= 1

PROV

. KAL

BAR

PK=

3.19

7PB

= 10

PROV

. KAL

SEL

PK=

1 .749

PB=

3

PROV

. KAL

TIM

PK=

488

PB=

0

PROV

. KAL

TENG

PK=

1.731

PB=

0

PROV

. SUL

TENG

PK=

3.33

2PB

= 1.3

62

PROV

. GOR

ONTA

LO

PK=

1.455

PB=

1.624

PROV

. SU

LBAR

PK=

1.363

PB=

167

PROV

. SUL

SEL

PK=

2.23

7PB

= 0

PROV

. SUL

TRA

PK=

2.98

0PB

= 21

9

PROV

. SUL

TRA

PK=

1.999

PB=

657

PROV

. MAL

UT

PK=

950

PB=

589

PROV

. PAP

UA B

RT

PK=

0PB

= 97

3

PROV

. SUL

UT

PK=

907

PB=

0

PROV

. MAL

UKU

PK=

1.419

PB=

0

PROV

. PAP

UA

PK=

209

PB=

716

TO

T A

L :

83.5

73U

NIT

Gambar4.4Peta Sebaran BSPS Tahun 2015

Page 81: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

81KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Pemberdayaan calon penerima bantuan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat yang akan mendapatkan bantuan perumahan swadaya melalui kegiatan sosialisasi, seleksi calon penerima bantuan, dan pendampingan.

SATKER DAN SKPD MELAKUKAN PEMBERDAYAAN

penerima bantuan hasil pendataan sebelumnya. Klarifikasi dilakukan langsung ke rumah calon penerima bantuan.

Penyepakatan Calon Penerima Bantuan (Rembug 2)Penyepakatan Calon Penerima Bantuan dilakukan melalui rembug yang dihadiri oleh CPB hasil dari klarifikasi. Substansi dari rembug untuk menyepakati hasil klarifikasi dan hasilnya ditetapkan sebagai CPB BSPS. Hal-hal menentukan direkomendasikannya CPB adalah:a. Kesesuaian identitas CPB dengan kepemilikan

rumahb. Kelayakan komponen rumah kurang dari dua

komponenc. Tingkat kerusakan antara rusak sedang dan

rusak berat, dan d. Ada kesediaan berswadaya

Rembug Warga dalam Penentuan Toko Bangunan

SOSIALISASISosialisasi (Rembug 1) di tingkat kelurahan/desa dilakukan oleh fasilitator bersama kepala desa/lurah dan tim teknis kabupaten/kota dengan sasaran lembaga masyarakat, tokoh masyarakat/tokoh agama, RT, RW, dan calon penerima bantuan dengan materi sosialisasi meliputi:a. Penjelasan tentang kebijakan BSPS tahun 2015b. Tahapan pelaksanaan BSPSc. Kriteria dan persyaratan penerima BSPS

SELEKSIKlarifikasi Hasil PendataanDalam rangka memastikan ketepatan sasaran penerima bantuan, dilakukan kegiatan klarifikasi calon penerima bantuan dengan pendekatan pemberdayaan. Klarifikasi di tingkat kelurahan/desa dilakukan oleh fasilitator yang dapat didampingi oleh tim teknis dengan sasaran calon

Berikut ini adalah dokumentasi kegiatan rembug warga dalam penetuan toko bangunan:

Page 82: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

82 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PENDAMPINGAN:Pembentukan KPBPembentukan kelompok didasari atas kesamaan tujuan, kepentingan dan kebutuhan. Fasilitator mendampingi proses pembentukan kelompok. Anggota KPB berjumlah 9 – 13 orang dan disusun kepengurusan kelompok yaitu ketua merangkap anggota, bendahara merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota dan anggota. Untuk membedakan antara kelompok satu dengan yang lainnya kelompok diberi nama dan tujuan yang lain sebagai ciri khas dari kelompok. Pada rembug ini kelompok diberi pembekalan mengenai reviu Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana (GKRPD) dan penyusunan proposal.

Kesepakatan SosialKesepakatan sosial dilaksanakan setelah KPB terbentuk dengan difasilitasi fasilitator masing-masing KPB melakukan kesepakatan kelompok. Kesepakatan sosial adalah kesepakatan yang dibangun oleh anggota kelompok KPB sebagai wujud keseriusan dalam melaksanakan kegiatan BSPS tanpa ada paksaan dari manapun.

Penyusunan ProposalPada dasarnya penetapan penerima bantuan dapat dilakukan apabila berkas Usulan Penetapan Penerima Bantuan (UPPB) per desa yang diusulkan Tim Teknis Kabupaten/Kota telah diterima PPK. Berkas UPPB tersebut terdiri atas beberapa proposal BSPS yang dibuat oleh masing-masing KPB yang berada di satu desa tersebut. UPPB yang disusun fasilitator dan proposal yang dibuat oleh KPB antara lain terdiri dari dokumen Perencanaan Teknis yang dihasilkan dari kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan Calon Penerima Bantuan dan Kelompok Penerima Bantuan dengan didampingi oleh fasilitator. Tahapan Penyusunan Proposal dan Usulan Penetapan Penerima Bantuan pada BSPS tahun 2015 ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

Pembekalan Perencanaan Teknis RumahSurvey TokoKesepakatan Pemilihan toko

Melakukan kontrak dengan tokoPenyusunan Rencana Penggunaan Dana (RPD)Penyusunan Daftar Rencana Pembelian Bahan Bangunan (DRPB2)Pengesahan dan pengusulan Proposal oleh Tim Teknis

Pencairan DanaSetelah tahapan penyusunan dan pengesahan proposal, tahapan selanjutnya adalah Penetapan SK Oleh PPK dan disahkan oleh Satker, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan rekening oleh Bank/Pos Penyalur. Setelah rekening sudah dibuat kemudian diinformasikan kepada masyarakat melalui Tim Teknis/Fasilitator.

Tahapan berikutnya dalah penyaluran ke rekening Penerima Bantuan, pemesanan bahan bangunan, penerimaan dan pemeriksaan barang, dan pembayaran atau transfer ke toko bangunan.Sesuai dengan Surat Kemenpupera No. 146/Satker-BRS/06/2015 tanggal 26 Juni 2015 perihal Penetapan PT. BTN (Persero) Tbk sebagai Bank Penyalur BSPS Tahun 2015 dan Perjanjian Kerjasama Bank BTN dengan Satker Bantuan Rumah Swadaya Kemenpupera RI No. 175/SKB/SATKER-BRS/08/2015 & No. 96/PKS/CMFD/VIII/2015 tanggal 4 Agustus 2015, maka BTN sebagai Bank Penyalur mempunyai peran sebagai berikut:

Memfasilitasi MBR untuk membangun/ memperbaiki Rumah Tidak Layak Huni menjadi layak huniManyalurkan Dana BSPS ke rekening Tabungan Penerima sesuai dengan SPP/SPM/SP2D dalam 2 tahapanTerpenuhinya pernyaratan administrasi permohonan BSPSMenyediakan semua jaringan, layanan dan fasilitas perbankan untuk kemudahan transaksiMenyediakan dukungan informasi & teknologi serta Organisasi sumber daya manusiaMenyediakan Laporan secara berkala dan tepat waktu

Page 83: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

83KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Gambar 4.5Skema Penyaluran BSPS

Untuk mencapai target penyaluran dana BSPS,pihak BTN/selaku bank penyalur langsung mendatangi lokasi-lokasi masyarakat penerima bantuan untuk yang cacat/sakit dan berikut adalah dokumentasi kegiatan tersebut:

Penandatanganan Buku Tabungan oleh Penerima Bantuan Penandatanganan slip transfer dana ke toko bahan bangunan di desa-desa

Berikut ini adalah skema penyaluran BSPS tahun 2015:

Page 84: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

84 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Dari kinerja Bank Penyalur (BTN) dalam menyalurkan bantuan sudah dinalai cukup baik. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala, yaitu kurangnya personil yang dilibatkan pada pelaksanaan sehingga terjadi keterlambatan pendistribusian rekening dan penarikan dana, serta kurangnya sosialisasi kepada petugas di kantor cabang oleh kantor pusat. Selain itu, kantor cabang Bank Penyalur jauh dari lokasi Penerima Bantuan yang akan disalurkan.

PEMBANGUNAN RUMAHSetelah tahapan pembayaran atau transfer ke toko bangunan, maka selanjutnya adalah tahapan pembangunan rumah yang tidak layak huni agar menjadi hunian yang layak bagi masyarakat penerima bantuan dalam bentuk Pembangunan Baru dan Peningkatan Kualitas yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Pembangunan Baru (PB)

Stimulan Pembangunan Baru dalam BSPS diberikan dalam bentuk dana atau bantuan lain untuk menstimulasi kegiatan pembangunan rumah baru yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Besaran nilai BSPS per unit rumah ditetapkan RKA-KL untuk Pembangunan Baru maksimal Rp. 30 juta. Berdasarkan hasil evaluasi besaran bantuan pada pelaksanaan BSPS tahun sebelumnya, perlu ditetapkan standar besaran bantuan untuk kategori rumah sebagai berikut:a. Pengganti rumah rusak total, sebesar Rp. 20 jutab. Pembangunan Baru tipe 36 m2, sebesar Rp. 30 juta

Berikut ini adalah jumlah unit Pembangunan Baru pada tahun 2015 berdasarkan masing-masing wilayah:

Indikator Kinerja 1:Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya sebanyak 20.000 unit

NO. WILAYAH

PEMBANGUNAN BARU (PB (UNIT)

TARGET REALISASI PERSENTASE

1. Sumbagut 2.033 2 0,10

2. Sumbagsel 2.175 2.230 102,53

3. Jawa 8.013 8.786 109,65

4. Kalimantan 2.116 14 0,66

5. Sulawesi 2.851 3.372 118,27

6. Bali dan Nusa Tenggara 1.736 4.217 242,91

7. Maluku dan Papua 1.076 2.278 211,71

TOTAL 20.000 20.899 104,50

Tabel 4.9Jumlah Unit Pembangunan Baru

Page 85: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

85KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Berdasarkan target penurunan angka backlog (7,6 juta unit) sesuai dengan RPJMN tahun 2015-2019, pada tahun 2015 ini Direktorat Rumah Swadaya mempunyai target 0,26% (20.000 unit ) dari total target keseluruhan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yaitu 0,63%, dengan perhitungan sebagai berikut:

0 50 100 150 200 250 300

SUMBAGUT

SUMBAGSEL

JAWA

KALIMANTAN

SULAWESI

BANUSTRA

MALUKU & PAPUA

0.10

118.27

102.53

0.66

109.65

211.7121111 71.71

242.91

Grafik 4.7Jumlah Unit Pembangunan Baru

Target Swadaya Total Backlog

X 100% = 20.0007,6 juta

X 100% = 0,26%

Realisasi Outcome

Target Outcome

Realisasi Swadaya Total Backlog

X 100% = 20.8997,6 juta

X 100% = 0,27%

Sehingga hasil outcome dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Pembangunan Baru adalah

0,27% 0,26% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK)

Sebanyak 20.000 unit pembangunan baru

Realisasi Output

Target Output

Realisasi PB Target PB

X 100% = 20.89920.000

X 100% = 104,50%

Sehingga hasil output dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Pembangunan Baru adalah

104,50% 100% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK)

Dengan grafik berikut ini:

Page 86: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

86 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Dari capaian kinerja Pembangunan Baru sebesar 104,50% sudah melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMN ataupun target unit organisasi Eselon I Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Dari capaian tersebut masih terdapat beberapa yang belum mencapai target yaitu daerah Sumatera bagian utara (Sumbagut) dan Kalimantan. Namun wilayah Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua sudah melampaui target, hal ini disebabkan karena tingginya keswadayaan masyarakat

dalam melaksanakan Pembangunan Baru dari nilai bantuan Rp15.000.000,- yang menunjukkan bahwa program BSPS telah berhasil mendorong masyarakat untuk melaksanakan swadaya dalam membangun rumah.

Berikut adalah dokumentasi Pembangunan Baru yang dilakukan secara sampling di seluruh wilayah yang mendapatkan BSPS pada tahun 2015 dengan besaran bantuan sekitar 15 juta- 20 juta dan untuk wilayah Papua sebesar 30 juta:

Wilayah Sumatera bagian selatan

Nama : SuratminNomor BNBA : 14Alamat : Dusun Sukaraja  Kelurahan : SukarajaKecamatan : Prabumulih SelatanKota : Prabumulih

Sebelum Sesudah

Wilayah Sumatera Bagian Utara

Nama : MisdiNomor BNBA : 94Alamat : Dusun. IV Desa Makmur  Desa : MakmurKecamatan : Teluk MengkuduKabupaten : Sumatera Utara

Sebelum Sesudah

Page 87: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

87KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Wilayah Jawa

Nama : SikahNomor BNBA : 23Alamat : Kp Langgen RT 04 RW 01  Desa : Alang-alangKecamatan : TirtayasaKabupaten : Serang

Sebelum Sesudah

Nama : Iman SukimanNomor BNBA : 194Alamat : Kp. Tajurhalang Rt 02 RW 02  Kelurahan : KadipatenKecamatan : KadipatenKabupaten : Tasikmalaya

Sebelum Sesudah

Page 88: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

88 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sebelum Sesudah

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Nama : I Made SukaNomor BNBA : 32Alamat : Banjar Petapan Kaja  Desa : PergungKecamatan : MendoyoKabupaten : Jembrana

Nama : SuginemNomor BNBA : 11Alamat : Tanjang RT 14  Desa : TunggulKecamatan : GondangKabupaten : Sragen

Sebelum Sesudah

Page 89: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

89KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Nama : IQ AgusNomor BNBA : 109Alamat : Kapal  Desa : Selong BelanakKecamatan : Praya BaratKabupaten : Lombok Tengah

Sebelum Sesudah

Wilayah Kalimantan

Nama : MutihaNomor BNBA : 119Alamat : RT. 022/004  Desa : SedauKecamatan : SingkawangKota : Singkawang

Sebelum Sesudah

Page 90: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

90 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Wilayah Sulawesi

Nama : DahlanNomor BNBA : 6Alamat : Pajjongang  Desa : WaemputangKecamatan : Poleang SelatanKabupaten : Bombana

Sebelum Sesudah

Wilayah Papua & Maluku

Nama : Ananias WanggaiNomor BNBA : 9Alamat : Jl Soa Siu Dok V Bawah Rt04 Rw01  Kelurahan : MandalaKecamatan : Jayapura UtaraKota : Jayapura

Sebelum Sesudah

Page 91: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

91KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni dalam BSPS diberikan dalam bentuk dana atau bantuan lain untuk menstimulasi kegiatan Peningkatan Kualitas RTLH yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi besaran bantuan pada pelaksanaan BSPS tahun sebelumnya, perlu ditetapkan standar besaran bantuan untuk kategori rumah sebagai berikut:a. Rusak sedang, sebesar Rp. 10 jutab. Rusak berat, sebesar Rp. 15 juta

Berikut adalah jumlah unit target dan realisasi Peningkatan Kualitas berdasarkan masing-masing wilayah:

Indikator Kinerja 2:Jumlah unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya sebanyak 50.000 unit

b. Peningkatan Kualitas (PK)

No. Wilayah Peningkatan Kualitas (PK) (unit)Target Realisasi Persentase

1. Sumbagut 3.840 9.000 234,38

2. Sumbagsel 5.020 5.087 101,33

3. Jawa 20.000 24.232 121,16

4. Kalimantan 5.440 7.276 133,75

5. Sulawesi 8.400 12.274 146,12

6. Bali dan Nusa Tenggara 4.700 2.227 47,38

7. Maluku dan Papua 2.600 2.578 99,15

TOTAL 50.000 62.674 125,35

Tabel 4.10Tabel Jumlah Unit Peningkatan Kualitas

0 50 100 150 200 250 300

SUMBAGUT

SUMBAGSEL

JAWA

KALIMANTAN

SULAWESI

BANUSTRA

MALUKU & PAPUA

234,38

146,12

101,33

133,75133133,7

121,16

99,15

47,38

Grafik 4.8Jumlah Unit Peningkatan Kualitas

Dengan grafik berikut ini:

Page 92: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

92 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Dari capaian kinerja Peningkatan Kualitas sebesar 125,35% sudah melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMN ataupun target unit organisasi Eselon I Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Dari capaian tersebut menurunnya target seperti di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat dikarenakan adanya pengalihan dari Peningkatan Kualitas menjadi Pembangunan Baru. Hal ini membuktikan keberhasilan Direktorat Rumah Swadaya dalam memberlakukan pemberdayaan masyarakat melalui program bantuan stimulan.

Target Swadaya Total RTLH

X 100% = 50.0003,4 juta

X 100% = 1,47%

Realisasi Outcome

Target Outcome

Realisasi Swadaya Total RTLH

X 100% = 62.6743,4 juta

X 100% = 1,84%

Sehingga hasil outcome dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Peningkatan Kualitas adalah

1,84% 1,47% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK)

Berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019, target Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dengan target 1,47% atau sejumlah 50.000 unit, dengan cara perhitungan sebagai berikut:

Sebanyak 50.000 unit

Realisasi Output

Target Output

Realisasi PK Target PK

X 100% = 62.67450.000

X 100% = 125,35%

Sehingga hasil output dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Peningkatan Kualitas adalah

125,35% 100% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK)

Page 93: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

93KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Wilayah Sumatera Bagian Utara

Nama : MisdiNomor BNBA : 94Alamat : Dusun. IV Desa Makmur  Desa : MakmurKecamatan : Teluk MengkuduKabupaten : Serdang Bedagai

Sebelum Sesudah

Wilayah Jawa

Nama : Temon (Wiwik Munik)Nomor BNBA : 19Alamat : Sempu  Desa : SempuKecamatan : NgancarKabupaten : Kediri

Sebelum Sesudah

Berikut ini adalah contoh pembangunan rumah swadaya dalam bentuk Peningkatan Kualitas:

Page 94: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

94 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Wilayah Sulawesi

Nama : SuhardiNomor BNBA : 040Alamat : Pajjongang  Desa : WaemputangKecamatan : Poleang SelatanKabupaten : Bombana

Sebelum Sesudah

Wilayah Kalimantan

Nama : HasanudinNomor BNBA : 9Alamat : Pupuyuan Rt. 01  Desa : PupuyuanKecamatan : LampihongKabupaten : Balangan

Sebelum Sesudah

Page 95: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

95KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Nama : I Gusti Komang RandiaNomor BNBA : 20Alamat : Banjar Dauh Pasar  Desa : PergungKecamatan : MendoyoKabupaten : Jembrana

Sebelum Sesudah

Wilayah Papua & Maluku

Nama : Bakri MuhammadNomor BNBA : 21Alamat : Susupu  Kelurahan : SusupuKecamatan : SahuKota : Halmahera Barat

Sebelum Sesudah

Page 96: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

96 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

KINERJA LAINNYA

Direktorat Rumah Swadaya terkait dengan penyelenggaraan Rumah Swadaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah layak huni melalui program NAWACITA yang dicanangkan oleh Presiden RI pada poin 5, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” Direktorat Rumah Swadaya diwajibkan melaporkan progres BSPS yang sudah dicapai secara triwulanan, mulai dari B03, B06, B09, dan B12. Hal ini dikarenakan untuk memantau progres fisik maupun keuangan yang sudah dilaksanakan secara periodik.

Rencana aksi tersebut berupa Pembangunan Baru atau Kampung Deret sebanyak 20.000 unit dengan ukuran keberhasilan diukur sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pada bulan enam, capaian kinerja mencapai 90,89%, pada bulan sembilan (B09) mencapai 16,67%

dan pada akhir bulan Desember (B12) mencapai 104,50%. Sedangkan untuk menangani target rumah layak huni sehat dengan jumlah 50.000 dicapai dengan ukuran keberhasilan pada bulan enam (B06) sebanyak 123,96%, pada bulan September (B09) mencapai 66,11% dan pada bulan Desember (B12) mencapai 125,35%.

Hal ini menunjukan kinerja Direktorat Rumah Swadaya bekerja secara optimal dan melampaui target, walaupun pada bulan sembilan terjadi penurunan target. Upaya tersebut dilakukan dengan banyaknya evaluasi dengan pihak terkait, seperti dengan Konsultan Manajemen Pusat (KMP), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) yang berada pada masing-masing provinsi dan mengevaluasi kinerja tim teknis yang dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya. Secara rinci terlihat pada lampiran 4.

Page 97: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

97KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Sesuai dengan Pagu Anggaran Tahun 2015, total anggaran untuk Direktorat Rumah Swadaya sesuai dengan revisi DIPA ke-2 adalah sebesar Rp1.515.305.000.000,- dengan realisasi sejumlah Rp1.247.374.405.545,- (82,32%). Berikut adalah rincian anggaran dan realisasi belanja Tahun Anggaran (TA) 2015 yang dilaksanakan oleh 2 Satker:

Laporan realisasi anggaran ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan.

SATUAN KERJA PENGEMBANGAN RUMAH SWADAYA

Sesuai dengan DIPA revisi ke-2 Nomor SP DIPA - 033.07.1.400764/2015 tahun anggaran 2015, Satker pengembangan Rumah Swadaya dengan jumlah anggaran sebesar Rp43.105.000.000,- berikut ini adalah jumlah anggaran dan realisasi belanja anggaran tahun 2015 Satker Pengembangan Rumah swadaya:

Tabel 4.11Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015

Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya

No. UraianAnggaran

Realisasi %Operasional Non-Operasional Jumlah

1. Belanja Barang 3.000.000.000 39.105.000.000 42.105.000.000 35.393.659.658 84,06

2. Belanja Modal 1.000.000.000 1.000.000.000 561.463.400 56,14

TOTAL 3.000.000.000 40.105.000.000 43.105.000.000 35.955.093.658 83,41

Dari tabel di atas, realisasi penyerapan anggaran Satker kebijakan pengembangan rumah swadaya dapat terealisasikan sebesar Rp35.955.093.958,- (83,41%) atau terjadi penghematan anggaran sebesar Rp7.149.906.342,- atau 16,59%.

Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

20 40 50 80 100 0

BELANJA MODAL100

100

84,06

56,14

BELANJA BARANGRENCANA ANGGARAN

REALISASI ANGGARAN

Grafik 4.9Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015

Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya

REALISASI ANGGARAN

Page 98: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup

98 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

SATUAN KERJA BANTUAN RUMAH SWADAYA

Pagu Anggaran Tahun 2015 Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya sesuai dengan Revisi DIPA ke- 2 No. SP DIPA-03307.1.400765/2015 Tahun 2015 adalah sebesar Rp1.472.200.000.000,- dengan realisasi keuangan sampai dengan 31 Desember 2015 adalah Rp1.211.419.311.887,- atau sebesar 82,29% sebagaimana tercantum pada tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015

Satker Bantuan Rumah Swadaya

Tabel. 4.12Realisasi Keuangan Tahun Anggaran 2015

Direktorat Rumah SwadayaSatuan kerja Pengembangan Rumah Swadaya

NO SATUAN KERJA/KEGIATAN

ANGGARAN

%PAGU REVISI DIPA KE-2

(Rp)

REALISASI(Rp)

Program Pengembangan Perumahan

a. Laporan Penatausahaan Direktorat Rumah Swadaya 1.000.000.000 929.568.715 92,96b. Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Rumah

Swadaya 5.150.000.000 3.929.810.312 76,31

c. Dokumen Pendataan Rumah Swadaya 8.000.000.000 6.245.091.423 78,06

d. MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya 18.155.000.000 15.101.542.080 83,18

e. Pelaporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Rumah Swadaya 3.500.000.000 3.495.234.780 99,86

f. Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya 3.300.000.000 2.931.679.030 88,84

g. Layanan Perkantoran 3.000.000.000 2.760.703.918 93,92

h. Perangkat pengolah data dan komunikasi 900.000.000 463.186.400 51,47

i. Peralatan dan fasilitas perkantoran 100.000.000 98.277.000 98,28

TOTAL 43.105.000.000 35.955.093.658 83,41

NO. URAIANANGGARAN REALISASI %

OPERASIONAL NON-OPERASIONAL JUMLAH

1. Belanja Barang 4.500.000.000 117.700.000.000 122.200.000.000 75.689.311.887 61,94

2. Belanja Bantuan Sosial 1.350.000.000.000 1.350.000.000.000 1.135.730.000.000 84,13

TOTAL 4.500.000.000 1.467.700.000.000 1.472.200.000.000 1.211.419.311.887 82.29

Berkut ini adalah realisasi keuangan satuan kerja Pengembangan Rumah Swadaya tahun 2015:

Page 99: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

99KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

Penyerapan anggaran dari belanja barang dari rencana sebesar Rp122.200.000.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp75.689.311.887,- atau sebesar 61.94%, dari sisa anggaran kegiatan yang mendukung terhadap program BSPS sebesar 38.06% telah dilakukan penghematan anggaran pada program bantuan rumah swadaya.

Penyerapan anggaran untuk belanja bantuan sosial dari rencana sebesar Rp1.350.000.000.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp1.135.730.000.000,- atau sebesar 84.13%, dari sisa anggaran kegiatan program BSPS sebesar 15.87%, namun progres realisasi untuk penurunan angka backlog dari target 20.000 unit dengan realisasi sebanyak 20.899 unit atau sebesar 104.50% dan penurunan angka Rumah Tidak Layak Huni dari 50.000 unit dengan realisasi sebanyak 62.674 unit (125,35%).

20 40 50 80 100 0

BELANJA BANTUAN SOSIAL100

100

61.94

84.13

BELANJA BARANG

Berikut ini adalah grafik rencana dan realisasi belanja barang dan bantuan sosial:

RENCANA ANGGARAN

REALISASI ANGGARAN

Grafik 4.10Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015

Satker Bantuan Rumah Swadaya

Capaian kinerja keuangan Satker Bantuan Rumah Swadaya sampai dengan 31 Desember dapat direalisasikan sebesar Rp1.211.419.311.887,- atau 82,29%, terdapat penghematan anggaran sejumlah Rp260.780.688.113,- atau sebesar 17,71%, penghematan tersebut diperoleh dari hasil verifikasi lapangan terhadap penerima bantuan sebagian besar dapat melaksanakan program peningkatan RTLH dengan nilai 10 juta - 15 juta per unit.

Kinerja keuangan secara keseluruhan dari target sebesar Rp1.515.305.000.000,- dapat terealisasi Rp1.247.374.405.545,- atau sebesar 82,32%. Rendahnya penyerapan anggaran karena waktu pelaksanaan baru dapat dimulai bulan Agustus 2015. Berdasarkan uraian diatas Direktorat Rumah Swadaya telah melakukan penghematan anggaran dari kegiatan yang dilaksanakan dengan capaian output kinerja karena output dari kegiatan bantuan rumah swadaya telah melampaui target diatas 70.000 unit dengan realisasi 83.573 unit (119, 39%).

Tabel. 4.14Realisasi Keuangan Tahun Anggaran 2015

Direktorat Rumah SwadayaSatuan kerja Bantuan Rumah Swadaya

NO SATUAN KERJA/KEGIATAN

ANGGARAN

%PAGU REVISI DIPA KE-2

(Rp)

REALISASI(Rp)

1 Rumah yang terfasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru

610.569.200.000 389.132.319.682 63,73

2 Rumah yang terfasilitasi Peningkatan Kualitas 857.130.800.000 818.090.753.756 95,45

3 Layanan perkantoran 4.500.000.000 4.196.238.449 93,25

JUMLAH 1.472.200.000.000 1.211.419.311.887 82,29

Page 100: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas KinerjaLaporan Kinerja

2015Penutup

100 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Page 101: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

101KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PENUTUPBAB V

Simpulan

Permasalahan

Langkah ke Depan

Page 102: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas KinerjaLaporan Kinerja

2015Penutup

102 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SIMPULAN

1. Capaian kinerja atau sasaran strategis dengan input dan sebesar Rp43.105.000.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp35.955.093.658,- atau sebesar 83,41%, dengan sisa anggaran sebesar Rp7.149.906.342,- atau sebesar 16,59%. Output kegiatan sudah tercapai dari laporan dan dokumen hasil kegiatan berupa dokumen perencanaan teknis, pendataan teknis rumah swadaya, fasilitasi pemberdayaan, fasilitasi pelaksanaan Rumah Swadaya, serta pemantauan dan evaluasi sebagaimana telah diuraikan diatas telah mencapai 99,01%. Berdasarkan skala pengukuran ordinal, kinerja untuk mencapai sasaran I adalah BAIK.

2. Capaian kinerja sasaran strategis II dengan input dana sebesar Rp1.472.200.000.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp1.211.419.311.887,- atau sebesar 82,29% dengan sisa anggaran sebesar Rp260.780.688.113,- atau sebesar 17,71%.a. Output kegiatan berupa target

pengurangan angka backlog dari 20.000 unit dapat direalisasikan sebesar 20.899 unit atau sebesar 104,50% terhadap target kinerja Direktorat Rumah Swadaya,

sedangkan target terhadap Direktorat jenderal Penyediaan Perumahan atau unit organisasi Eselon I adalah sebesar 0,63% secara keseluruhan, sedangkan untuk swadaya kontribusi persentase sebesar 0,26% dengan realisasi sebesar 0,27%, hal ini menunjukan bahwa kinerja Direktorat Rumah Swadaya untuk penurunan angka backlog diatas 100% (berkinerja SANGAT BAIK).

b. Output kegiatan pengurangan rumah tidak layak huni dengan target 50.000 unit dengan realisasi sebesar 62.674 unit atau sebesar 125,35%, sedangkan target kinerja Direktorat Jenderal Perumahan dengan persentase sebesar 1,47%. Ini menunjukan bahwa kinerja direktorat rumah swadaya SANGAT BAIK, dengan capaian 1,84% atau lebih besar dari target yang ditetapkan dalam renstra dirjen penyediaan perumahan (unit organisasi Eselon I)

c. Outcome dari total 83.573 unit telah dihuni sebanyak 82.245 unit atau sebesar 98,41%.

Pelaksanaan kegiatan Direktorat Rumah Swadaya pada tahun 2015 dilaksanakan dengan dua sasaran strategis dan delapan indikator kinerja kegiatan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa:

Page 103: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

103KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

PERMASALAHAN

1. Untuk Pendataan RTLH masih terdapat kendala yaitu perhatian Pemerintah Daerah terhadap proses pendataan masih kurang disebabkan pemda masih fokus pada pelaksanaan kegiatan fisik, pendataan RTLH masih dilihat sebagai bagian dari usulan untuk bantuan, pemahaman terhadap pendataan RTLH masih belum maksimal sehingga perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif;

2. Untuk Pelaksanaan BSPS Tahun 2015 masih terdapat keterlambatan rekrutmen dan usulan penetapan fasilitator oleh SK PPK Bantuan Rumah Swadaya menyebabkan kegiatan Penyiapan Masyarakat; Penyiapan dan Pengusulan Proposal dilaksanakan diluar target waktu yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan BSPS;

3. Penetapan SK Penerima Bantuan oleh PPK Bantuan Rumah Swadaya dan Penyaluran Bantuan oleh bank penyalur dilaksanakan diluar durasi waktu yang telah ditetapkan, salah satu penyebabnya adalah pengaruh restrukturisasi organisasi dari

Kemenpera menjadi Kementerian PUPR, sehingga terjadi kemunduran waktu dalam penetapan SK. Hal ini secara langsung mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penarikan, pembangunan, pelaporan tahap I dan kegiatan penarikan, pembangunan, pelaporan tahap II, sehingga pelaksanaan pembangunan sebagaian melampaui tahun anggaran 2015;

4. Penanganan pengaduan dari penerima bantuan belum optimal, hal ini disebabkan penerima bantuan tidak mengetahui kontak pengaduan layanan program BSPS, hanya sebagian kecil laporan dari penerima bantuan yang segera ditindaklanjuti; terdapat cukup banyak SKPD, Korkab/Korkot dan KPB/penerima bantuan yang belum mengetahui sistem informasi secara elektronik/website dan sistem mekanisme/prosedur BSPS, dan

5. Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan (juklak), Petunjuk Teknis (juknis) sering berubah-ubah menyebabkan hasil pelaksanaan BSPS tidak maksimal.

Berikut adalah kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan BSPS tahun 2015:

Page 104: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas KinerjaLaporan Kinerja

2015Penutup

104 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LANGKAH KE DEPAN

6. Sistem Pendataan RTLH akan dilaksanakan melalui pemerintah provinsi dengan sistem Triple A yang akan direncanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selama ini data perumahan dan sumber data sangat beragam. Data yang diinginkan adalah data operasional yang bisa digunakan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.a. Metode Triple A adalah Atlas, Agenda dan Aturan Main. Atlas adalah sumber informasi bersama;

Agenda adalah sinkronisasi rencana aksi; dan Aturan Main adalah partisipasi multi stakeholder. b. Posisi penting data dalam dokumen perencanaan perumahan dan kawasan permukiman terbagi

dalam 2 (dua) dimensi yaitu dimensi spasial (sektoral) dan dimensi politis. c. Masalah yang terdapat dalam dimensi spasial adalah belum lengkapnya masterplan/RP3KP/SSK/

RISPAM yang sering terbentur dengan RPJMD yang kaitannya dengan dimensi politis. Perlu adanya Pergub mengenai Pedoman Pendataan Perumahan dan Defenisi Operasional Rumah Layak Huni.

5. Untuk mencapai target penyerapan anggaran yang maksimal Direktorat Rumah Swadaya pada tahun 2016 akan melakukan lelang dini pada bulan Desember, diharapkan pada minggu ketiga bulan Februari 2016 paket-paket pekerjaan jasa konsultan sudah dapat dilakukan penandatanganan kontrak. Kemudian akan dibentuk Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) di 33 Provinsi. Diharapkan dengan dibentuknya SNVT pelaksanaan kegiatan fisik di daerah akan lebih efektif dan memudahkan koordinasi dengan masyarakat penerima bantuan.

MENTERI PUPRPengguna Anggaran/Barang

KEPALA SNVTKepala Satker/Kuasa Penggunaan

Anggaran/Barang

KEPALA DINAS BIDANG PUPRAtasan Langsung Kepala Satker

DIREKTUR RUMAH SWADAYAPembantu Atasan Kepala Satker

DIRJEN PENYEDIAAN PERUMAHANPembantu Pengguna Anggaran/Barang

Atasan Kepala Satker

Pembantu

Pejabat Pembuat KomitmenPejabat

Penguji SPMBendahara

PengeluaranPejabat Pelaporan

Pembantu Pembantu UAKPA UAKPB E-Monitoring

Petugas Gudang dan Persediaan

Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Pembuat Komitmen

Gambar 5.1Struktur Organisasi SNVT

1. Untuk kegiatan pendataan ke depannya diharapakan Pemerintah Daerah sudah memiliki data RTLH masing-masing wilayahnya;

2. Untuk pelaksanaan BSPS ke depannya diharapkan rekrutmen KMW bersamaan dengan rekrutmen fasilitator;

3. SK penerima bantuan hendaknya dilakukan di awal tahun pelaksanaan kegiatan, karena akan memudahkan dalam perekrutan dan mengatur rencana kerja yang tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan

4. Agar peraturan, juklak dan juknis tidak berubah-ubah lagi.

Page 105: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

105KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

7. Sistem monitoring dan evaluasi akan diberlakukan pada masing-masing SNVT dan akan menggunakan aplikasi berbasis sistem android. Dari hasil pemantauan dan evaluasi, akan lebih efektif untuk tahun 2016 menggunakan aplikasi BSPS Smart Surveilance dengan platform berbasis mobile dan website menggunakan sistem komputasi awan (cloud computing).

Data dikumpulkan oleh fasilitator di lapangan secara online melalui aplikasi mobile berbasis android dan website. Proses verifikasi data yang dilakukan secara online maka memungkinkan adanya hal-hal sebagai berikut:1. Pemantauan lebih cepat2. Evaluasi lebih akurat3. Analisis dan pelaporan kinerja secara waktu nyata (realtime).

Gambar 5.2Gambar keseluruhan konfigurasi aplikasi dan proses aliran data

Berikut ini adalah keseluruhan konfigurasi aplikasi dan proses aliran data

Page 106: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas KinerjaLaporan Kinerja

2015Penutup

106 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 5.3Gambar tampilan aplikasi BSPS

Berikut ini adalah penjelasan setiap fitur yang terdapat dalam aplikasi BSPS:

kategori “fasilitator” untuk mengambil foto rumah penerima bantuan sebelum-pada saat-dan setelah menerima bantuan.

5.Data verification : yaitu fitur yang disediakan untuk pengguna kategori “verificator” yang tujuannya untuk pencocokan data antara data yang tersedia di pusat dengan data yang diambil dari lapangan, sehingga data yang dianalisis menjadi valid.

6.Camera connection to GPS : Setelah “fasilitator” mengambil gambar rumah penerima bantuan, maka secara otomatis lokasi fasilitator akan terlacak dan langsung ditandai oleh GPS.

7.Take and Import Picture : Proses input data gambar dimungkinkan untuk mengakses melalui “gallery” selain mengambil langsung dari kamera smartphone.

8.Search Project : fitur ini memungkinkan pencarian proyek dengan cara spesifik, seperti

1.Users Login : Aplikasi bisa diakses oleh pengguna secara berlapis sesuai kategori dan kebutuhan masing-masing. Misal : Pengguna dengan kategori “Fasilitator” hanya dapat melakukan input data, akses kamera, update status proyek dan upload data. Sementara pengguna dengan kategori “Pusat” hanya dapat mengakses data proyek dan analisis laporan kinerja secara waktu nyata.

2.User Settings : Pengguna dapat mengatur tampilan aplikasi

3.List Project : Daftar penerima bantuan rumah Swadaya secara nasional dan dapat disortir hingga satuan yang lebih kecil mulai dari sata penerima bangtuan per propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa, hingga satuan terkecil yaitu data masing-masing penerima bantuan.

4.Insert/Edit/Mapping Object Data : fitur ini hanya bisa diakses oleh pengguna dengan

Page 107: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja PendahuluanPenutup

107KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Laporan Kinerja

2015

: pengurutan abjad, pencarian berdasarkan wilayah, berdasarkan nama, atau berdasarkan kinerja, dll.

9.Login – Finance : fitur ini digunakan oleh “fasilitator” untuk melaporkan proses penarikan dana oleh masing-masing penerima bantuan.

10.List Fasilitator : Data fasilitator dan item target pekerjaan fasilitator dapat dilihat secara nasional.

11.Tracking Fasilitator : fitur digunakan oleh “verifikator (KMW/KMP) untuk memantau hasil pekerjaan / kinerja fasilitator di lapangan.

12.Notifikasi : aplikasi akan memberi notifikasi otomatis ketika terjadi perubahan/update data.

13.Application Settings : Aplikasi dapat diatur untuk menyesuaikan tampilan dan fitur

Gambar 5.4Tampilan aplikasi dalam bentuk web

Page 108: sebesar 3,4 juta unit....Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas KinerjaLaporan Kinerja

2015Penutup

108 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Daftar penerima bantuan rumah swadaya berdasarkan Desa

Gambar 5.5Tampilan aplikasi bantuan rumah swadaya berdasarkan desa

Program ini akan dilaksanakan padatahun anggaran 2016, sehingga pelaksanaan monitoring akan lebih efisien, baik sisi efisien waktu dan SDM.

Tampilan visualisasi unit rumah bantuan swadaya pada peta aplikasi. Peta memunculkan lokasi GPS

Gambar 5.6Visualisasi lokasi unit rumah bantuan swadaya pada peta aplikasi.