SDM-HI
Click here to load reader
-
Upload
andrew-hall -
Category
Documents
-
view
224 -
download
2
Transcript of SDM-HI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan Sumber Daya manusia (SDM) dalam suatu organisasi dan atau perusahaan sangatlah
penting. Karena pada hakekatnya merekalah yang menggerakkan organisasi tersebut. SDM
dalam suatu organisasi menggerakkan organisasi tersebut menuju tujuan organisasi. Dan
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan cara untuk mengatur SDM dalam kinerjanya
mencapai tujuan organisasi. SDM yang terdiri dari orang-seorang dalam organisasi tentu saja
memiliki tugas dan kewenangannya masing-masing. Ada yang memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dan ada yang memiliki kedudukan yang lebih rendah. Kadangkala diantara mereka
terdapat ketidakharmonisan yang pada akhirnya menimbulkan masalah dalam organisasi
tersebut. Oleh karena itu dibentuklah suatu hubungan yang mengatur dan menyatukan
komponen-komponen SDM dalam organisasi.
Hubungan tersebut kemudian dinamakan hubungan industrial. Dengan adanya hubungan ini
diharapkan terjadi keharmonisan antar komponen dalam organisasi. Dan pada akhirnya tujuan
organisasi dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian hubungan industrial.
2. Pentingnya hubungan industrial dalam organisasi.
3. Tahapan-tahapan yang terjadi dalam hubungan industrial.
4. Proses penyelesaian masalah dan sengketa dengan arbitrasi
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian hubungan industrial.
2. Mengetahui pentingnya hubungan industrial dalam organisasi.
3. Mengetahui proses tahapan-tahapan yang terjadi dalam hubungan industrial.
4. Mengetahui proses penyelesaian masalah dan sengketa dengan arbitrasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Serikat pekerja merupakan asosiasi formal dari para pekerja yang mempromosikan kebutuhan-
kebutuhan para anggotanya melalui tindakan kolektif. Bentuk serikat pekerja ini bervariasi di
beberapa Negara tergantung dari budaya dan hukum yang berlaku. Hubungan industrial
berfungsi mengatur hubungan antara pekerja dan manajemen, dan secara tidak langsung
mengatur hubungan serikat pekerja dengan manajemen atas. Dalam hubungan industrial ada
beberapa pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu antara lain: pekerja, pengusaha, serikat
pekerja, dan organisasi pengusaha. Pekerja adalah orang yang bekerja di bawah perintah orang
lain, dan mendapatkan upah atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Pengusaha adalah
seseorang yang dengan bebas memperkerjakan orang lain, dan member upah pada mereka.
Serikat pekerja yaitu asosiasi yang dibentuk oleh para pekerja untuk jangka waktu yang
panjang dan berlangsung terus-menerus dibentuk dengan tujuan memajukan/mengembangkan
kerja sama dan tanggung jawab bersama baik antara para pekerja dengan pekerja, maupun
antara pekerja dengan pengusaha. Tujuan serikat pekerja dapat bersifat intern maupun ekstern.
Interen dalam rangka memajukan dan mengembangkan kerja sama dan tanggung jawab para
anggota serikat pekerja. Ekstern dalam hubungannya dengan kerja sama dan tanggung jawab
terhadap pengusaha maupun llingkungan sekitarnya. Sementara itu para pengusaha juga
membentuk suatu asosiasi para pekerja, di Indonesia disebut APINDO (Asosiasi Pengusaha
Indonesia). APINDO adalah suatu wadah kesatuan para pengusaha yang ikut serta dalam
mewujudkan kesejahteraan sosial dalam usaha melalui kerja sama yang terpadu serasi antara
pemerintah, pengusaha dan pekerja. APINDO berbentuk badan hukum bersifat demokratis
yang mempunyai kegiatan-kegiatan dalam lingkup sosial ekonomi, khususnya di bidang
Hubungan Industrial dan ketenagakerjaan.
2.2 Analisis
2.2.1 Pengertian Hubungan Industrial.
Hubungan industrial adalah suatu strategi untuk mengatur hubungan antara pekerja
(buruh) dan manajemen (atasan), agar tercipta keselarasan dan keseimbangan dalam
mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan suatu organisasi merupakan hasil kerja sama
antara semua komponen di dalamnya. Oleh karena itu hubungan industrial mutlak
digunakan dalam suatu organisasi, terutama organisasi yang tujuannya mencari
keuntungan.
2.2.2 Pentingnya Hubungan Industrial dalam organisasi.
Hubungan industrial sangatlah penting untuk diterapkan dalam suatu organisasi. Misalnya
dalam hubungan karyawan dan atasannya. Hubungan industrial diharapkan dapat
menjembatani antara keinginan atasan dan kemampuan karyawan. Agar terjadi
keseimbangan antara hak dan kewajiban di kedua kubu (atasan dan karyawan), dan tidak
ada yang merasa dirugikan.
2.2.3 Tahapan-tahapan yang terjadi dalam Hubungan Industrial dalam suatu organisasi.
Hubungan industrial dalam suatu organisasi pada umumnya dapat digolongkan
kepada lima tahap pertumbuhan, yaitu:
1. Tahap konflik.
Jika sifat hubungan kerja antara pekerja dan manajemen berada pada tahap ini, maka
yang terjadi adalah manajemen berusaha sedapat mungkin untuk mencegah masuknya
para pekerja menjadi anggota serikat pekerja. Tidak mustahil apabila manajemen
memberhentikan (biasanya dengan alasan yang dicari-cari) atau memasukkan dalam
“daftar hitam”, siapa saja pekerja yang menunjukkan minat memasuki suatu
organisasi serikat pekerja. Pada tahap ini dalam hal timbulnya pertikaian perburuhan
yang serius antara manajemen dengan para pekerja, manajemen akan mengambila
semua langkah yang dapat diambilnya agar pertikaian yang tidak terselesaikan dengan
perundingan langsung jangan sampai berakhir dengan pemogokan. Bahkan tidak
mustahil manajemen mengirimkan “mata-matanya” untuk melihat siapa yang
bertindak selaku agitator diantara para karyawannya. Langkah lain yang mungkin saja
diambil oleh manajemen adalah melakukan infiltrasi ke dalam organisasi serikat
pekerja. Sesungguhnya sikap dan tindakan demikian bukanlah tindakan yang terpuji,
karena dengan prilaku manajerial demikian manajemen mengingkari pentingnya
proses give and take dalam kehidupan organisasional.
2. Tahap pengakuan eksistensi.
Pada tahap ini manajemen membiarkan dan mengakui adanya serikat pekerja dalam
organisasi yang dipimpinnya, meskipun disertai oleh sikap terpaksa. Seandainya ada
pilihan lain, manajemen akan memilih untuk tidak berhubungan dengan serikat
pekerja dalam menyelesaikan pertikaian yang timbul.
Pada tahap ini, terdapat tiga pola tindakan manajemen VS serikat pekerja, yaitu:
a) Apabila tidak mendapat tekanan kuat, misalnya oleh pemerintah atau dari pihak
lain, manajemen akan menolak memberikan jaminan keberadaan serikat pekerja
dalam organisasi.
b) Berusaha untuk mendiskreditkan para pimpinan serikat pekerja di mata karyawan.
c) Jika harus melakukan negosiasi, manajemen membatasi ruang lingkup negosiasi
itu pada cakupan yang sesempit mungkin.
Jika negosiasi yang terpaksa dilakukan tersebut tidak berhasil, dan sebagai akibatnya
para pekerja melakukan pemogokan, manajemen akan berusaha menjadikan serikat
pekerja menjadi tidak berfungsi dan akan melakukan segala cara yang dapat ditempuh
untuk mengakhiri pemogokan secepatnya.
3. Tahap negosiasi.
Pada tahapan negosiasi, manajemen tetap menganggap serikat pekerja sebagai
penghalang dalam hubungan kerja antara manajemen dengan para pekerja. Hanya saja
manajemen telah menyadari bahwa kehadiran serikat pekerja dalam organisasi sudah
merupakan kenyataan hidup industrial dan oleh karenanya tidak lagi berusaha
menghalangi kehadiran serikat pekerja tersebut. Tapi, manajemen tetap berusaha agar
serikat pekerja berada pada posisi yang lemah dan defensif.
Jika terjadi pertikaian dengan para pekerja, negosiasi akan cenderung berlangsung
“keras” karena masing-masing pihak akan mempertahankan pendirian dan haknya
secara gigih. Dalam situasi demikian, tidak mustahil bahwa manajemen akan berusaha
mencari tenaga kerja sementara untuk menggantikan tenaga kerja yang ada, tetapi
tidak produktif, misalnya karena melakukan pemogokan. Pada tahap ini manajemen
tidak lagi menggunakan kekerasan, tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah
dengan menyerahkan kegiatan produksi atau jasa ynag biasanya dihasilkan kepada
organisasi lain untuk sementara waktu, selama pemogokan berlangsung. Atau, jika
telah diduga sebelumnya bahwa akan tidak tercapai penyelesaian yang baik atas
konflik yang timbul dan para pekerja akan melakukan pemogokan, manajemen akan
menimbun barang-barang produksi yang dihasilkan untuk dijual selama terjadinya
disrupsi dalam proses produksi.
Dalam tahap ini serikat pekerja pun akan mengambil langkah-langkah yang menurut
perhitungannya akan efektif dalam memenuhi kepentingan dan tuntutan para pekerja,
seperti penyediaan dana yang cukup untuk menjamin kesejahteraan para pekerja
selama pertikaian belum terselesaikan. Sikap serikat pekerja yang lebih keras dapat
berbentuk usaha pemupukan rasa antagonism di kalangan para pekerja dan
masyarakat luas terhadap perusahaan dan bahkan juga mungkin berusaha
mendapatkan dukungan politik atas usaha yang dilancarkannya.
4. Tahap akomodatif.
Dalam hubungan industrial yang sifatnya akomodatif, tidak berarti manajemen
menyukai kehadiran serikat pekerja dalam organisasi. Oleh karenanya manajemen
belum tentu bersedia untuk memberikan kesempatan kepada pimpinan serikat pekerja
untuk memperkuat kedudukkannya di kalangan para pekerja. Akan tetapi pada tahap
ini pada umumnya menyadari serikat pekerja dapat memainkan peranan yang positif
dalam kehidupan organisasional para pekerja, seperti dalam rangka penegakan disiplin
dan dalam mengarahkan perilaku para karyawan sedemikian rupa sehingga terjalin
hubungan kerja sama yang baik antara para pekerja dengan manajemen.
Salah satu manifestasi dari hubungan yang akomodatif adalah dalam mengambil
keputusan yang menyangkut kepentingan para karyawan. Seperti dalam hal penilaian
prestasi kerja, tolak ukur prestasi kerja itu dibicarakan terlebih dahulu dengan serikat
pekerja sebelum diputuskan dan diberlakukan. Artinya dalam hal-hal tertentu, apa
yang tadinya kaku diinterpretasikan sebagai hak prerogatif manajemen berubah
sifatnya menjadi hal yang terbuka untuk negosiasi. Negosiasi tidak lagi berlangsung
dalam suasana keras karena masing-masing pihak tidak mempertahankan
kepentingannya dengan sikap yang kaku. Di lain pihak, serikat pekerja tidak lagi
memandang loyalitas para karyawan kepada organisasi sebagai tindakan yang negatif.
Manajemen pun tidak lagi memandang keanggotaan para karyawan dalam serikat
pekerja sebagai hal yang merugikan organisasi.
Dalam usaha menyelesaikan konflik dan pertikaian yang terjadi, proses negosiasi
dilakukan atas dasar sikap saling menghormati, memperlalkukan pihak lain dengan
baik dan dewasa, juga tidak melakukan usaha-usaha mengancam eksistensi dan
keberadaan pihak lain.
5. Tahap kerja sama.
Tahap kerja sama merupakan tahap yang paling maju dan paling ideal dalam
hubungan industrial. Pada tahap ini, serikat pekerja turut serta secara aktif dalam
peningkatan efisiensi, efektivitas, produktivitas dan semangat kerja para karyawan.
Kerja sama didasarkan dua asumsi, yaitu:
Pertama: Kedua belah pihak sama-sama memperoleh keuntungan bila organisasi
meraih berbagai keberhasilan.
Kedua: Para karyawan berada pada posisi yang memungkinkan mereka mengamati
dan mengetahui proses produksi yang terjadi serta dapat mendeteksi berbagai
kelemahan dalam proses produksi itu, serta dapat pula memberikan saran-
saran tentang cara-cara untuk mengatasinya.
Kegairahan para karyawan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas , produktivitas dan
semangat kerja dapat terus dipupuk oleh manajemen dengan menggunakan dua pendekatan;
1. Manajemen seyogyanya membuang pendapat yang mengatakan bahwa para karyawan
dibayar untuk bekerja dan bukan untuk berpikir. Memberlakukan para karyawean
semata-mata sebagai pekerja yang dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir
bukan saja hanya akan melukai perasaan para karyawan dan atasan langsungnya masing-
masing, melainkan juga dapat merusak kerjasama dalam memelihara dan menumbuhkan
iklim hubungan industrial yang serasi.
2. Menakankan bahwa peningkatan efisiensi , efektifitas, produktifitas dan semangat kerja
tidak akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja dalam organisasidan juga
tidak akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan oleh karyawan bahkan
sebaliknyalah yang akan terjadi.
Dasar prinsip kehidupan organisasional
1. Saling menghargai
2. Saling menghormati
3. Saling mendukung
4. Berusaha menempatkan diri pada posisi pihak lain
5. Melakukan tindakan yang saling menguntungkan
2.2.4 Abritasi
Abritasi adalah “dengar pendapat” dan penentuan sesuatu hal yang dipermasalahkan oleh dua
pihak yang bertentangan, oleh seorang atau beberapa orang yang dipilih oleh kedua belah pihak
untuk membantu mencairkan penyelesaian.
Faktor yang menjadi penyebab timbulnya perselisihan atau pertikaian yang memerlukan abritasi
yaitu antara lain:
1. Upah dan gaji
2. Jam kerja
3. Syarat-syarat kerja
4. Kesejahteraan sosial para karyawan, dll.
Dua langkah utama yang ditempuh dalam menyelesaikan masalah ;
1. Kedua belah pihak berusaha menyelesaikan sendiri perselisihan atau pertikaian yang
terjadi melalui negosiasi antara mereka
2. Apabila kedua belah pihak tidak berhasil menyelesaikan sendiri perselisihan atau
pertikaian yang dihadapi, penyelesaiannya diserahkan kepada pihak ketiga yang berperan
selaku arbitrator untuk mencarikan pemecahan atau jalan keluar yang dapat diterima oleh
kedua belah pihak..
Peranan pemerintah dalam penyelesaian perselisihan atau pertikaian perburuhan
1. Menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan tentang hubungan industrial dalam
Negara yang bersangkutan dan cara-cara penyelesaiannya dalam hal hubungan industrial
itu tergangu.
2. Mengawasi pelaksanaan berbagai peraturan perundang-undangan tersebut.
3. Mencegah timbulnya perselisihan atau pertikaian perburuhan.
4. Bertindak selaku mediator apabila perselisihan atau pertikaian perburuhan terjadi sehingga
diperoleh penyelesaian yang serasi antara lain dengan memepermudah prosedur yang
ditempuh dalam proses arbritasi.
Peran pemerinta selaku pendorong penyelesaian perselisihan atau pertikaian perburuhan yang
saling menguntungkan pada umumnya diterima baik oleh para pekerja maupun oleh
manajemen penerimaan demikian tebukti antara lain dari kerelaan mereka untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan atau pertikaian yang timbul kepada arbritrator apabila mereka
sendiri tidak berhasil menyelesaikan sendiri. Pemerintah dapat berperan sebagai mediator dan
mengusulkan arbritrator.
Jelaslah bahwa pemeliharaan hubungan industrial yang serasi merupakan bagian integral yang
amat penting dari keseluruhan hubungan antara manjemen dengan seluruh karyawannya
bukan hanya demi kepentingan kedua belah pihak saja, akan tetapi juga demi kepentingan
masyarakt dan bangsa sebagai keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Hubungan Industrial adalah sutau strategi untuk mengatur hubungan antara pekerja
(buruh) dan manajemen (atasan) yang kaitannya dengan penyelesaian masalah yang
terjadi antara kedua belah pihak serta menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam
mencapai tujuan organisasi sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Untuk itu,
hubungan industrial harus diterapkan secara efektif dan efisien dalam suatu organisasi.
4.2 Saran Hubungan industrial harus diterapkan secara efektif dan efisien dalam menjalankan
kegiatan organizational sehingga tujuan organisasi dapat dicapai tanpa merugikan pihak-
pihakn yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, P. Sondang. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Akasara. Jakarta.
Thomson. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Salemba Emban Patria. Jakarta.
http://www.google.com/hubunganindustrialdiperusahaan
HUBUNGAN INDUSTRIAL Disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Sumber Daya Manusia
Oleh:
1. Amalia Sales (5083089)
2. Awang Mei S (5083092)
3. Eky Yantia P (5083135)
4. Imam Budiharto (5083100)
LOGISTIK BISNIS
POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2009