SCL Drainase Permukaan Pada Tanaman Bawang Merah

16
MAKALAH TEKNIK DRAINASE Aplikasi Drainase Permukaan Pada Tanaman Bawang Merah dan Drainase Bawah Permukaan Pada Tanaman Cabai Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknik Drainase Disusun Oleh: Kelompok 3 Nama : 1. Rusu Fitriyanti P. (240110120003) 2. Tanya Kurniawati (240110120006) 3. Fatia Asy Syaqrafieya (240110120018) 4. Kinanto Prabu W. (240110120019) 5. Widhya Pratiwi R. (240110120020) 6. Renita Nur Trisdiana (240110120026) 7. Septian Adhe W. (240110120028) 8. David Torhis Sitinjak (240110120033) 9. Wulan Aghnia Salam (240110120045) 10. Jhonson Andryanto (240110120053)

description

contoh kasus bagaimana ara penggunaan drainase permukaan pada tanaman bawah merah serta drainase bawah permukaan pada tanamanan umbi-umbian hal ini sangat dibutuhkan untuk siapapun yang tertarik terhadap saluran drainse serta pengentahuan tentang teknik tanah dan air

Transcript of SCL Drainase Permukaan Pada Tanaman Bawang Merah

MAKALAH TEKNIK DRAINASEAplikasi Drainase Permukaan Pada Tanaman Bawang Merah dan Drainase Bawah Permukaan Pada Tanaman CabaiDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknik Drainase

Disusun Oleh:Kelompok 3Nama: 1. Rusu Fitriyanti P.(240110120003)2. Tanya Kurniawati(240110120006)3. Fatia Asy Syaqrafieya(240110120018)4. Kinanto Prabu W.(240110120019)5. Widhya Pratiwi R.(240110120020)6. Renita Nur Trisdiana(240110120026)7. Septian Adhe W.(240110120028)8. David Torhis Sitinjak(240110120033)9. Wulan Aghnia Salam(240110120045)10. Jhonson Andryanto(240110120053)

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARAN2015A. DrainaseDrainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Menurut letak bangunannya, drainase dibagi menjadi dua jenis yaitu drainase permukaan (Surface Drainage) dan drainase bawah permukaan (Subsurface Drainage). Drainase Permukaan Tanah adalah saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow. Drainase Bawah Permukaan Tanah adalah saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain (Singgih Wibowo. 1990).

B. Tanaman Bawang Merah

Gambar 1. Bawang Merah(Sumber : http://cropinfo.net/sustainable/pmwiki.php/Onion/TillageAndCultivation)Tanaman bawang merah (Allium ascalonicumL.) termasuk tanaman yang memiliki umbi yang berlapis dan memiliki ciri akar serabut dengan daun berbentuk silinder berongga. Bawang merah dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga sekitar 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, produksi terbaik umumnya diperoleh di dataran rendah yang didukung oleh iklim yang ideal, meliputi suhu udara berkisar 25 32 oC, kondisi cuaca kering dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%. Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 6,5, dan drainase serta aerasi tanah yang baik (Estu Rahayu dan Nur Berlian, V.A. 1994).Bawang merah memiliki sistem perakaran yang pendek dengan sedikit kemampuan untuk menembus tanah yang terlalu padat, sehingga diperlukan pengolahan tanah dan pemberian nutrisi yang optimal agar memudahkan pertumbuhan dan perkembangan akar bawang merah. Perakaran bawang merah rata-rata hanya 40-60 cm dari umbinya yang berarti bawang merah hanya dapat menyerap air dengan baik pada kedalaman 40-60 cm, sedangkan apabila kedalaman lebih dari 60 cm, air yang dapat diserap oleh bawang merah hanya sedikit (Estu Rahayu dan Nur Berlian, V.A. 1994).

C. Teknik Drainase Pada Penanaman Bawang MerahPada saat musim hujan, drainase sangat diperlukan ketika menanam bawang merah karena apabila pada lahan tersebut drainasenya buruk, maka kondisi tanah menjadi terlalu lembab. Muka air tanah yang terlalu tinggi dapat membatasi pertumbuhan akar bawang merah, sehingga penyerapan nutrisi dan hara terbatas, dan dapat menyebabkan umbinya busuk. Kemampuan drainase pada suatu lahan dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut, yaitu lahan harus dibajak sedalam mungkin untuk memudahkan drainase, penanaman bawang merah di guludan juga akan memudahkan drainase dari zona perakaran pada saat musim hujan atau lahan dengan drainase yang buruk, penanaman tanaman penutup di sekitar tanaman bawang merah juga dapat meningkatkan kemampuan drainase lahan (Kurnia, U., dkk. 2004). Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan lapisan tanah yang gembur, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai disesuaikan dengan kondisi lahan (Kurnia, U., dkk. 2004). Teknik drainase yang dapat digunakan pada penanaman bawang merah adalah drainase permukaan dan juga drainase bawah permukaan. Tetapi di Indonesia lebih banyak menggunakan drainase permukaan dengan saluran terbuka yang berupa parit. Parit tersebut terletak di sebelah guludan-guludan yang panjangnya mengikuti panjang guludan. Parit atau saluran drainase yang digunakan oleh petani di Indonesia masih memilik bentuk dan teknik pembuatan yang sederhana, yaitu masih berupa tanah, sehingga sistem pengaliran airnya tidak terlalu baik. Apabila pada saat curah hujan tinggi, parit tersebut tidak dapat mengalirkan air dengan baik, sehingga parit tidak bisa menampung air dan terjadi genangan, sehingga mempengaruhi produktivitas lahan dan tanaman. Penggunaan parit tersebut juga masih memungkinkan air terserap secara horisontal masuk ke dalam bedengan, sehingga tanah menjadi terlalu lembab yang dapat merugikan tanaman bawang merah (Kurnia, U., dkk. 2004).

D. Perbaikan Tata Air Pada Lahan Bawang MerahJika suatu lahan budidaya bawang merah memiliki drainase yang buruk maka diperlukanlah perbaikan pada pengelolaan air di lahan tersebut. Apabila lahan tersebut kelebihan air maka dapat mempengaruhi hasil panen pada bawang merah. Produktivitas tanaman pada lahan tersebut dapat mengalami penurunan bahkan mengalami gagal panen. Kelebihan air menyebabkan perakaran bawang merah masuk ke dalam lapisan muka air tanah sehingga menyebabkan perakarannya rusak, pertumbuhan bawang merah terhambat serta mudah terserang penyakit. Faktor tersebutlah yang menyebabkan produktivitas tanaman bawang merah menurun bahkan sampai terjadinya gagal panen. Meski dalam keadaan tersebut, bawang merah masih dapat dipanen namun kualitasnya tidak layak jual (Hendro Sunarjono dan Prasodjo Soedomo. 1983).Kelebihan air pada lahan tersebut dapat dikurangi dengan melakukan perbaikan pada saluran draniase yang sudah terdapat di lahan. Perbaikan drainase pada lahan tersebut dapat dilakukan dengan cara pembuatan parit dan perbaikan saluran-saluran pembuangan yang mengarah ke kanan. Makin dangkal permukaan air diatas tanah maka semakin dalam maupun lebar parit yang harus dibuat dan salurannya harus bebas dari semak ataupun gulma agar air yang mengalir ke arah kanan pembuangan dapat lancar. Cara selanjutnya adalah dengan meninggikan tanah yang akan ditanami menggunakan sistem surjan. Sistem surjan adalah membentuk guludan untuk ditanami dan tabukan atau bagian cekungan untuk pembuatan parit atau menampung dan membuang air dari guludan. Pembuatan guludan tersebut menyebabkan permukaan tanah menjadi relatif lebih kering. Tinggi guludan yang dibuat bergantung pada ketinggian muka air tanah, semakin dangkal muka air tanah maka diusahakan pembuatan guludan semakin tinggi. Ketinggian guludan dapat diatur dengan memperdalam dan memperlebar tabukan, karena tanah yang dihasilkan dari penggalian tabukan dapat ditumpuk dibagian guludan. Ukuran guludan untuk penanaman bawang merah sebaiknya dibuat selebar 1 meter atau cukup untuk 4 lebar tanam. Ukuran guludan mempengaruhi laju air yang terdapat diatas permukaan guludan, semakin lebar guludan yang dibuat maka akan semakin lambat air yang terbuang ke parit. Apalagi jika penanaman ditanam dimusim hujan. Ketinggian guludan yang dianjurkan adalah 30 sampai 50 cm supaya permukaan tanah yang akan ditanami dalam kondisi kering. Kedalaman parit disesuaikan dengan muka air tanah, jika muka air tanah dangkal maka kedalaman tabukan yang dibuat dianjurkan sedalam 30 sampai 50 cm dengan lebar tabukan 30 cm atau lebih. Sedangkan ukuran panjang tabukan atau guludan tergantung pada luas dan bentuk lahannya (Hendro Sunarjono dan Prasodjo Soedomo. 1983).

E. Tanaman Cabai MerahMenurut Van de Goor (1972) cabai memiliki kedalaman perakaran tanaman sepanjang 60-90 cm pada kondisi lengas tanah optimum. Cabai termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air (Sarwani, M., 2008). Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang bersih yang membawa mineral atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman, bukan air yang berasal dari suatu daerah penanaman cabai yang terserang penyakit karena tanaman cabai yang sehat akan segera tertular (Tarigan, 2003). Jarak tanam dalam satu baris tanaman sebaiknya antara 50 70 cm, sedangkan jarak antar baris antara 70 80 cm. Dengan jarak tanam seperti ini, dalam 1 hektar lahan terdapat populasi tanaman sekitar 10.000 20.000 tanaman (Warsino, 2010).

F. Teknik Penanaman Cabai MerahSuhu yang optimal untuk pertumbuhan cabai merah, antara 24-28 derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas 32 pertumbuhan akan terganggu. Cabai bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80% (Risnandar, Cecep. 2014).1. Pemilihan benih cabai merahMasyarakat mengenal dua jenis cabai merah, yakni cabai merah besar dan cabai merah keriting. Perbedaan kedua jenis cabai ini terlihat dari bentuk dan tekstur kulitnya. Dari kedua jenis cabai tersebut, terdapat puluhan bahkan ratusan varietas, dari varietas lokal hingga hibrida. 2. Penyemaian dan pembibitanMetode penyemaian untuk budidaya cabai sebaiknya menggunakan polybag (baik dari plastik atau daun-daunan). Mengapa demikian, karena benih cabai apalagi jenis hibrida harganya sangat mahal. Apabila disemai dengan ditabur, dikhawatirkan banyak biji yang tumbuh berhimpit sehingga tidak semua tanaman bisa dimanfaatkan.Cara penyemaian cabai merah adalah siapkan campuran tanah, arang sekam dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Atau bisa menggunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Sebelum dicampur, media tersebut diayak agar halus. Sebaiknya buat naungan untuk tempat penyemaian untuk menghindari terik matahari dan air hujan. Namun ada baiknya jika penyemaian dilindungi dengan jaring pelindung hama atau serangga. Kemudian susun polybag yang telah diisi media semai dalam naungan tersebut.Rendam biji cabai dengan air hangat selama kurang lebih 3 jam. Jangan gunakan biji yang mengapung. Masukkan setiap biji cabe kedalam polybag sedalam 0,5 cm dan tutup dengan kompos halus. Basahi sedikit media tanam agar kelembabannya terjaga. Kemudian siram polybag pembibitan setiap pagi dan sore hari. Cara menyiramnya adalah tutup permukaan polybag dengan kertas koran kemudian siram hingga basah. Buka kertas koran tersebut setelah biji tumbuh kira-kira 3 sekitar hari.Selanjutnya siram secara rutin dan awasi pertumbuhannya. Bibit cabai merah siap untuk dipindahkan setelah 21-24 hari disemaikan atau setelah tumbuh 3-4 helai daun. Lebihkan 10% dari kebutuhan bibit. Misalnya untuk lahan satu hektar dibutuhkan sekitar 14000 bibit cabai merah, maka lebihkan 10 persen untuk tindakan penyulaman tanaman.3. Pengolahan tanahLahan yang diperlukan untuk budidaya cabai merah adalah tanah yang gembur dan memiliki porosotas yang baik. Sebelum cabe merah ditanam cangkul atau bajak lahan sedalam 20-40 cm. Bersihkan dari batu atau kerikil dan sisa-sisa akar tanaman. Apabila terlalu banyak gulma dan khawatir menganggu bisa gunakan herbisida.Buat bedengan dengan lebar satu meter tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 60 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk memudahkan pemeliharaan panjang bedengan maksimal 15 meter. Buat saluran drainase yang baik karena tanaman cabai merah tidak tahan terhadap genangan air.Budidaya cabai merah menghendaki tanah yang memiliki tingkat keasaman tanah pH 6-7. Apabila nilainya terlalu rendah (asam), daun tanaman cabai merah akan terlihat pucat dan mudah terserang virus. Tanah yang asam biasanya mudah ditumbuhi ilalang. Untuk menetralisirnya bisa gunakan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 2-4 ton/ha. Pemberian kapur atau dolomit dilakukan pada saat pembajakan dan pembuatan bedengan. Campurkan pupuk organik, bisa berupakomposataupupuk kandangpada setiap bedengan secara merata. Kebutuhan pupuk organik untuk budidaya cabai merah adalah 20 ton per hektar. Selain pupuk organik tambahkan juga urea 350 kg/ha dan KCl 200kg/ha.Untuk budidaya cabai intensif sebaiknya, bedengan ditutup dengan mulsa plastik perak hitam. Penggunaan mulsa plastik mempunyai konsekuensi biaya namun mendatangkan sejumlah manfaat. Mulsa bermanfaat untuk mempertahankan kelembaban, menekan erosi, mengendalikan gulma dan menjaga kebersihan kebun.Buat lubang tanam sebanyak dua baris dalam setiap bedengan dengan jarak 60-70 cm. Sebaiknya lubang tanam dibuat zig zag, tidak sejajar. Hal ini berguna untuk mengatur sirkulasi angin dan penetrasi sinar matahari. Diameter dan kedalaman lubang tanam kurang lebih 10 cm, atau disesuaikan dengan ukuran polybag semai.4. Penanaman bibit cabai merahPemindahan bibit cabai merah dari area persemaian dilakukan setelah umur bibit sekitar 3 minggu atau bibit memiliki 3-4 helai daun permanen. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari untuk menghindari stress. Usahakan penanaman dilakukan serentak dalam satu hari. Cara menanamnya adalah dengan membuka atau menyobek polybag semai. Kemudian masukkan bibit cabe merah beserta media tanamnya kedalam lubang tanam. Jaga agar media semai jangan sampai terpecah. Kemudian siram tanaman secukupnya untuk mempertahankan kelembaban.5. Pemeliharaan dan perawatanPenyiraman diperlukan pada saat musim kering, caranya bisa dengan gembor atau dengan penggenangan. Hati-hati ketika melakukan penyiraman disaat tanaman belum terlalu kuat. Penggenangan bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Lakukan pemeriksaan tanaman pada satu sampai dua minggu pertama untuk melakukan penyulaman tanaman. Apabila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal segera cabut dan ganti dengan bibit yang baru.Pada budidaya cabai memerlukan pemasangan tongkat bambu untuk menopang tanaman berdiri tegak. Tancapkan tongkat bambu dengan jarak mnimal 4 cm dari pangkal batang. Pemasangan tongkat bambu sebaiknya dilakukan pada hari ke-7 sejak bibit dipindahkan. Apabila tanaman terlalu besar dikhawatirkan saat tongkat bambu ditancapkan akan melukai perakaran. Bila akar terluka tanaman akan akan mudah terserang penyakit. Pengikatan tanaman pada tongkat bambu dilakukan setelah tanaman tumbuh tinggi atau berumur diatas satu bulan.Perempelan atau pemotongan tunas dilakuan setelah 3 minggu untuk budidaya cabai di dataran rendah dan 1 bulan untuk dataran tinggi. Potong tunas yang tumbuh pada ketiak daun dengan tangan yang bersih. Perempelan ini dilakukan sampai terbentuk cabang utama, ditandai dengan kemunculan bunga pertama atau kedua. Pemupukan susulan dilakukan setiap dua minggu sekali atau minimal 8 kali hingga panen terakhir. Pemupukan susulan dilakukan dengan pengocoran pupuk pada setiap lubang tanam. Pemupukan yang paling praktis adalah dengan menggunakan pupuk organik cair. Siramkan 100 ml larutan pupuk yang telah diencerkan pada setiap tanaman. Bisa juga ditambahkan NPK pada campuran tersebut.Penyiangan gulma dilakukan apabila diperlukan saja. Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya cabai cukup vital. Banyak kasus budidaya yang gagal karena serangan hama dan penyakit. Untuk lebih detail, silahkan baca pengendalianhama dan penyakit tanaman cabai. 6. Pemanenan budidaya cabaiBudidaya cabai merah mulai bisa dipanen setelah berumur 75-85 hari setelah tanam. Proses pemanenan dilakukan dalam beberapa kali, tergantung dengan jenis varietas, teknik budidaya dan kondisi lahan. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-5 hari sekali, disesuaikan dengan kondisi kematangan buah dan pasar. Buah cabai sebaiknya dipetik sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang umur simpan. Buah yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah. Produktivitas budidaya cabai merah biasanya mencapai 10-14 ton per hektar, tergantung dari varietas dan teknik budidayanya. Pada budidaya yang optimal, potensinya bisa mencapai hingga 20 ton per hektar (Risnandar, Cecep. 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Estu Rahayu dan Nur Berlian, V.A. 1994. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.Hendro Sunarjono dan Prasodjo Soedomo. 1983. Budidaya Bawang Merah. Sinar Baru. Bandung.Kurnia, U., dkk. 2004. Teknik Drainase Pada Penanaman Bawang Merah. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Risnandar, Cecep. 2014. Budidaya Cabai Merah. Available at : http://alamtani.com/budidaya-cabe-merah.html (Diakses pada hari Minggu, 8 Maret 2014 pukul 16.15 WIB).

Ross, R.D., 2013. Tillage and Cultivation of Onion. Available at : http://cropinfo.net/sustainable/pmwiki.php/Onion/TillageAndCultivation. (Diakses pada hari Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 18.49WIB).Sarwani, M. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Singgih Wibowo. 1990. Teknik Drainase. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tarigan, S. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. Bogor: Agromedia.

Warsino. 2010. Peluang Usaha & Budidaya Cabai. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.